Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

27
KELAS X

Transcript of Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

Page 1: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

KELAS X

Page 2: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

Matahari

Litosfer Atmosfer

Struktur atmosferSifat fisik atmosfer

Cuaca dan iklim

Pengaruh iklim terhadappersebaran vegetasi

Gangguan iklim global:- efek rumah- el nino- la nina

Aktivitas manusia

Klasifikasi iklim

Page 3: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

A. Lapisan Atmosfer1. Sifat-Sifat Fisik Atmosfer Bumi

Komposisi Gas-Gas dalam Atmosfer

Nomor Nama Gas Jumlah

1 Nitrogen 78.8%

2 Oksigen 20,95%

3 Argon 0,93%

4 Karbondioksida 0,034%

5 Neon 0,0018%

6 Helium 0,052%

7 Kripton 0,00011%

8 Xenon Sangat kecil

9 Ozon 0,00005%

10 Metana 0,000015%

Jumlah 100%

Page 4: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

2. Struktur Atmosfer Bumi

a. Troposfer

Page 5: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

b. StratosferMerupakan tempat ozon berakumulasi.

c. MesosferAtas stratosfer, gelombang radio. Kalian mungkin tidak asing dengan gelombang UHF, VHF, AM, FM, dan SW. Di lapisan inilah gelombang-gelombang tersebut dirambatkan.

d. TermosferRadiasi sinar-x dari ultra violet (UV). Lapisan ini disebut pula ionosfer, karena terjadi gejala ionisasi.

e. EkosferLapisan ini adalah tidak adanya udara (ruang hampa udara) dan gravitasi bumi nol.

Page 6: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

B. Cuaca dan Iklim

1. Suhu udara

a. Lamanya penyinaran matahari

b. Kemiringan sudut datang sinar matahari

c. Ketinggian tempat

d. Kondisi awan

2. Tekanan Udara

3. Kelembapan Udara

Page 7: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

a. Kelembapan spesifik

Kelembapan spesifik adalah perbandingan besarnya kandungan uap air dalam tiap unit berat udara. Biasanya dinyatakan dalam satuan berat (g/kg). Misalnya dalam 1 kg udara terdapat 60 g uap air, berarti kelembapan spesifiknya 60 g/kg.

b. Kelembapan absolut

Kelembapan absolut adalah perbandingan besarnya kandungan uap air dalam tiap-tiap volume udara. Biasanya dinyatakan dalam satuan berat g/l atau g/m3. Misalnya dalam 1 liter udara terdapat uap air sebanyak 30 g, maka kelembapan absolutnya adalah 30 g/l.

Page 8: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

c. Kelembapan relatif

Kelembapan relatif adalah perbandingan jumlah

uap air yang ada secara nyata / aktual dengan

jumlah uap air maksimum yang mampu

ditampung oleh setiap unit volume udara dalam suhu

yang sama.

Suatu ruangan mempunyai volume 200 m3 dengan jumlah uap air dikandung

4.000 g. Jika uap air maksimum dalam ruangan tersebut 25 g/m3, hitunglah :

a. Kelembapan absolut

b. Kelembapan relatif

Page 9: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

Penyelesaian

Diketahui : V 200 m3, uap air = 4.000 g, kelembapan

maksimum = 25 g/m3

Ditanya : a. kelembapan absolut

b. kelembapan relatif

Jawab :

a. Kelembapan absolut : b. Kelembapan relatif

3g/m 20

200

4000

ruangan volume

air uap jumlah

%80

x100%25

20

x100%maksmimum kelembapan

absolut kelembapan

Page 10: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

4. Hujan

a. Hujan orografis

Page 11: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

b. Hujan konveksi

Page 12: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

c. Hujan frontal

Page 13: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

5. Angin

a. Angin tetap

b. Angin tidak tetap

c. Angin lokal

Yang termasuk jenis angin lokal adalah angin darat, angin laut, angin gunung, angin lembah, dan angin fohn (angin terjun).

Angin darat terjadi pada malam hari kerasa sifat daratan yang lebih cepat menerima panas, namun juga lebih cepat melepaskan panas, sedangkan sifat air adalah lambat menrima panas dan lambat melepaskan panas.

Page 14: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

Contoh angin fohn di Indonesia antara lain :

1) angin Bohorok di daerah Deli Serdang, Sumatera Utara.

2) angin Kumbang di daerah Cirebon dan Brebes,

3) angin Brubu di daerah Makasar, Sulawesi Selatan,

4) angin Gending di Pasuruan dan Probolinggo, dan

5) angin Wambraw di daerah Biak, Papua.

Page 15: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

6. Awan

1). Awan cumulus, yaitu awan yang berbentuk bulat putih, biasanya

dijumpai pda awal musim penghujan;

2). Awan stratus, adalah awan yang berlapis-lapis, biasanya berwarna

kehitaman;

3). Awan nimbus, adalah awan tebal kehitaman yang sering

menimbulkan hujan;

4). Awan cirrus, adalah hawan yang tipis berwarna putih menyerupai

bulu.

Page 16: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

Menurut ketinggiannya, digolongkan menjadi :

1). Awan rendah, ketinggiannya kurang dari 2.000 m;

2). Awan sedang, ketinggiannya antara 2.000 m – 6.000 m;

3). Awan tinggi, ketinggiannya lebih dari 6.000 m.

Berdasarkan material pembentuknya, awan dibedakan

menjadi :

1) awan air, seluruhnya terdiri dari bintik-bintik uap air;

2) awan es, seluruhnya terdiri dari kristal-kristal es;

3) awan campuran, terdiri dari bintik-bintik uap air dan kristal es

Page 17: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

C. Klasifikasi Iklim

1. Klasifikasi Iklim menurut Garis Lintang

a. Iklim tropis

b. Iklim subtropis

c. Iklim sedang

d. Iklim dingin atau kutub

2. Klasifikasi Iklim menurut Junghun

Page 18: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

3. Klasifikasi Iklim menurut Koppen

a). Iklim A (iklim hujan tropis)

b). Iklim B (iklim kering/gurun)

c). Iklim C (iklim sedang basah)

d). Iklim D (iklim dingin)

e). Iklim E (iklim kutub)

Page 19: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

4. Iklim Schmidt-Ferguson

Klasifikasi Schmidt-Ferguson sering disebut Q model, yang

didasarkan atas indeks nilai Q.

Ingat! Bulan kering jika curah hujan < 60 mm.

Bulan lembap jika curah hujan 60 - 100 mm.

Bulan basah jika curah hujan > 100 mm.

100% x basah bulan rata-Rata

kering bulan rata-Rata Q

Page 20: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

Tabel Konversi Iklim Schmidt-Ferguson

No. Nama Iklim Kategori Iklim Nilai Q (%)

1

2

3

4

5

6

7

8

A

B

C

D

E

F

G

H

Sangat basah

Basah

Agak basah

Sedang

Agak kering

Kering

Sangat kering

Luar biasa kering

0 – 14,3

14,3 – 33,3

33,3 – 60

60 – 100

100 – 167

167 – 300

300 – 700

> 700

Page 21: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

Penyelesaian

Langkah pertama, menentukan nilai Q Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen :

Jadi, Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen beriklim C = kategori agak basah.

56,45%

100% x 7,67

4,33

100% x basah bulan rata-Rata

kering bulan rata-Rata Q

Page 22: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

Atau, agar lebih jelas, masukkan nilai Q tersebut ke dalam grafik Schmidt-Ferguson berikut.

Page 23: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

5. Klasifikasi Iklim menurut Oldeman

1) iklim A, jika bulan basah > 9 kali berturut-turut;

2) iklim B, jika bulan basah 7 - 9 kali berturut-turut;

3) iklim C, jika bulan basah 5 - 6 kali berturut-turut;

4) iklim D, jika bulan basah 3 - 4 kali berturut-turut;

5) iklim E, jika bulan basah > 3 kali berturut-turut;

Page 24: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

D. Iklim dan Persebaran Vegetasi

1. Hutan Hujan Tropis

2. Hutan Musim Tropis

3. Hutan Bakau

4. Sabana

5. Vegetasi Gurun dan Setengah Gurun

6. Padang Rumput

7. Hutan Meranggas

8. Tundra

Page 25: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

E. Perubahan Iklim Global

1. Gangguan Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca merupakan gejala atmosferik yang ditandai dengan meningkatnya suhu udara di bumi karena semakin banyaknya zat pencemar (polutan) yang tersebar di udara. Besarnya polutan bisa disebabkan oleh meningkatnya jumlah industri.

1) es di kutub mencair;

2) karena es mencair, maka permukaan air laut menaik;

3) karena permukaan air laut naik, maka daerah pertanian di tepi pantai terancam tergenang air, sehingga produksi bahan pangan akan berkurang;

4) jika produksi pangan berkurang, namun jumlah penduduk terus bertambah, maka akan terjadi bencana kelaparan

Page 26: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya

2. El Nino dan La Nina

Proses terjadinya El Nino adalah sebagai berikut. Pada saat-saat tertentu air laut yang panas dari perairan Indonesia bergerak ke arah timur menyusuri ekuator, hingga ke pantai barat Amerika Selatan (Peru-Equador). Pada saat yang bersamaan, air laut yang panas dari pantai Amerika Tengah bergerak ke arah selatan, hingga ke pantai barat Peru-Equador. Air laut yang panas dari Indonesia berkumpul dengan air laut yang panas dari Amerika Tengah di pantai barat Peru-Equador. Maka berkumpullah masa air laut panas dalam jumlah yang besar dan menempati daerah yang luas.

La Nina merupakan kebalikan dari El Nino. La Nina menurut bahasa penduduk Amerika Latin berarti bayi perempuan. Proses terjadinya La Nina adalah sebagai berikut. Pada saat El Nino mulai melemah dan air laut yang panas di pantai Peru-Equador kebali bergerak ke barat.

Page 27: Bab 4 : Dinamika Perubahan Atmosfer dan Dampaknya