PERUBAHAN GAYA HIDUP UNTUK MENCEGAH DIABETES …repository.usd.ac.id/36568/2/149114202_full.pdf ·...

119
i PERUBAHAN GAYA HIDUP UNTUK MENCEGAH DIABETES MELITUS TIPE 2 DITINJAU DENGAN TEORI KOGNITIF DISONANSI DAN KONSENSUS SOSIAL SKRIPSI HALAMAN JUDUL Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun oleh: Pande Ayu Sawitri Dewi 149114202 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PERUBAHAN GAYA HIDUP UNTUK MENCEGAH DIABETES …repository.usd.ac.id/36568/2/149114202_full.pdf ·...

  • i

    PERUBAHAN GAYA HIDUP UNTUK MENCEGAH

    DIABETES MELITUS TIPE 2 DITINJAU DENGAN TEORI

    KOGNITIF DISONANSI DAN KONSENSUS SOSIAL

    SKRIPSI

    HALAMAN JUDUL

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    Disusun oleh:

    Pande Ayu Sawitri Dewi

    149114202

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2019

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

    PERUBAHAN GAYA HIDUP UNTUK MENCEGAH

    DIABETES MELITUS TIPE 2 DITINJAU DENGAN TEORI

    KOGNITIF DISONANSI DAN KONSENSUS SOSIAL

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

    Program Studi Psikologi

    Disusun oleh:

    Pande Ayu Sawitri Dewi

    149114202

    Telah Disetujui Oleh:

    Pembimbing Skripsi

    Dr. Tjipto Susana, M.Si. Yogyakarta,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

    PERUBAHAN GAYA HIDUP UNTUK MENCEGAH

    DIABETES MELITUS TIPE 2 DITINJAU DENGAN TEORI

    KOGNITIF DISONANSI DAN KONSENSUS SOSIAL

    Dipersiapkan dan disusun oleh:

    Pande Ayu Sawitri Dewi

    NIM: 149114202

    Telah diperteangungjawabkan di hadapan Panitia Penguji

    Pada tanggal:

    Dan dinyatakan memenuhi syarat.

    Susunan Panitia Penguji:

    Nama Penguji: Tanda Tangan

    1. Penguji 1 : Dr. Tjipto Susana, M.Si.

    2. Penguji 2 : Dr. Aquilina Tanti Arini

    3. Penguji 3 : Dr. Victorius Didik Suryo Hartoko

    Yogyakarta,

    Fakultas Psikologi

    Universitas Sanata Dharma

    (Dr. Titik Kristiyani, M. Psi.)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN MOTTO

    Be Yourself and Love Yourself

    Always Grateful and Stay Positive

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Karya ini saya persembahkan untuk:

    Kemajuan penelitian dibidang dibetes mellitus dan pencegahan diabetes

    melitus

    Untuk semua penjuang diabetes di Indonesia

    Untuk semua generasi muda yang memiliki risiko diabetes mellitus

    Untuk masyarakat Indonesia

    dan Almamaterku Universitas Sanata Dharama Yogyakarta

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis

    tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan

    dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

    Yogyakarta, 13 Januari 2020

    Penulis,

    Pande Ayu Sawitri Dewi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    PERUBAHAN GAYA HIDUP UNTUK MENCEGAH DIABETES

    MELITUS TIPE 2 DITINJAU DENGAN TEORI KOGNITIF DISONANSI

    DAN KONSENSUS SOSIAL

    Fakultas Psikologi

    Universitas Sanata Dharma

    Pande Ayu Sawitri Dewi

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas perlakuan disonansi kognitif dan

    konsensus sosial untuk mengubah gaya hidup di Indonesia. Hipotesis penelitian ini yaitu intervensi

    konsensus sosial lebih efektif untuk mengubah gaya hidup di Indonesia. Penelitian ini merupakan

    penelitian eksperimen menggunakan rancangan pretest-posttest control group design. Partisipan

    penelitian sebanyak 30 orang yang dibagi secara acak dalam 3 kelompok, yaitu kelompok

    eksperimen disonansi kognitif, kelompok eksperimen konsensus sosial dan kelompok kontrol.

    Partisipan penelitian adalah mahasiswa dan mahasiswi yang berusia 18-25 tahun. Penelitian ini

    menggunakan alat pengukuran berupa skala gaya hidup dan pengetahuan diabetes yang disusun

    oleh peneliti. Analisis data mengunakan one way anova gainscore. Hasil analisis menunjukkan

    nilai uji F (2,26) = 3.512 dengan P = 0.045 (P < 0.05). Artinya terdapat perbedaan yang signifikan

    antara gain score kelompok disonansi kognitif, konsensus sosial dan kontrol. Hasil analisis post

    hoc yang disajikan pada tabel 17 menunjukkan bahwa hanya rata-rata gain score konsensus sosial

    dan kontrol yang memiliki perbedaan, sedangkan rata-rata gain score antar kelompok disonansi

    kognitif dan kelompok kontrol tidak berbeda secara signifikan. Dengan demikian, intervensi yang

    paling berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan gaya hidup adalah konsensus sosial.

    Kata kunci: Gaya hidup, disonansi kognitif, konsensus sosial

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    LIFESTYLE CHANGES TO PREVENT DIABETES

    MELLITUS TYPE 2 REVIEWED WITH THE COGNITIVE

    DISSONANCE THEORY AND SOSIAL CONSENSUS

    Faculty of Psychology

    Sanata Dharma University

    Pande Ayu Sawitri Dewi

    ABSTRACT

    This study aims to examine the effectiveness of cognitive dissonance and sosial consensus

    treatments to change lifestyles in Indonesia. The hypothesis of this study is that sosial consensus

    interventions are more effective in changing lifestyles in Indonesia. This research is an

    experimental study using a pretest-posttest control group design. Research participants were 30

    people who were randomly divided into 3 groups, namely the cognitive dissonance experimental

    group, the sosial consensus experimental group and the control group. The research participants

    were college students and students aged 18-25 years. This study uses measurement tools in the

    form of lifestyle scales and diabetes knowledge scale compiled by researchers. Data analysis using

    oneway ANOVA gain score analysis results showed the test value F (2.26) = 3,512 with P = 0.045

    (P

  • ix

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

    UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata

    Dharma

    Nama : Pande Ayu Sawitri Dewi

    Nomer Induk Mahasiswa : 149114202

    Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

    Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

    PERUBAHAN GAYA HIDUP UNTUK MENCEGAH

    DIABETES MELITUS TIPE 2 DITINJAU DENGAN TEORI

    KOGNITIF DISONANSI DAN KONSENSUS SOSIAL

    Demikian saya menyerahkan kepada perpustakaan Universitas Sanata

    Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

    mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas,

    dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

    tanpa perlu memilnta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

    selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di Yogyakarta

    Pada tanggal,

    Yang menyatakan

    (Pande Ayu Sawitri Dewi)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkah dan

    kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Prubahan Gaya

    Hidup Untuk Mencegah Diabetes Melitus tipe 2 Ditinjau dengan Teori Kognitif

    Disonansi dan Konsensus Sosial” dengan baik. Dalam penyusunan skripsi ini,

    penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.

    Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

    kepada:

    1. Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi, Dr.

    Tjipto Susan, yang telah membimbing dan membantu saya dalam

    penyusunan skripsi saya. Mengajarkan saya apa arti “berusaha” dan

    membuat saya menjadi lebih kuat.

    2. Pak Edward Theodorus M.App.Psy. yang membantu memberikan

    masukan dan artikel jurnal yang menjadi bagian penting dalam skripsi

    saya

    3. Pak Albertus Harimuri S.Psi.,M.Hum. yang telah membantu berdiskusi

    mengenai teori budaya dalam skripsi saya

    4. Pak Agung Santoso Ph.D. yang membantu memberikan masukan terkait

    analisis data SPSS.

    5. Mas Muji sebagai Kepala Laboratorium Psikologi Universitas Sanata

    Dharma Yogyakarta yang telah membantu kelancaran dalam pengambilan

    data.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    6. Sahabatku Ni Nyoman Indah Triwahyuni yang banyak membantu dan

    memberikan dukungan yang tulus dalam penyusunan skripsi saya.

    7. Sahabatku Deva Methia Guntari, terimakasih atas segala dukungan dan

    bantuan yang tulus semala ini.

    8. Keluargaku yang tercinta, ibu, guru, mbok eka, dan bli kadek yang telah

    mencintaiku dan selalu memberikan dukungan berupa material dan

    dukungan moral selama proses perkuliahanku hingga skripsi ini berhasil

    aku selesaikan.

    9. Semua partisipan yang telah bersedia mengikuti penelitian dan membantu

    kelancaran dalam pengambilan data.

    10. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah

    membantu dan mendukung kelancaran saya dalam keberhasilan skripsi

    saya.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masij jauh dari kata sempurna dan masih

    terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini, mengingat keterbatasan dan

    kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya

    kritik dan saran dari pembaca demi kemajuan di masa yang akan dating. Terima

    kasih.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

    HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iii

    HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi

    ABSTRAK ............................................................................................................ vii

    ABSTRACT ......................................................................................................... viii

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

    UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................. ix

    KATA PENGANTAR ............................................................................................ x

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

    BAB I ...................................................................................................................... 1

    PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

    A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 13

    C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 13

    D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 13

    1. Manfaat Teoretis ..................................................................................... 13

    2. Manfaat Praktis ....................................................................................... 13

    BAB II ................................................................................................................... 14

    LANDASAN TEORI ............................................................................................ 14

    A. Diabetes Melitus......................................................................................... 14

    1. Jenis-jenis diabetes melitus .................................................................... 15

    a. Diabetes tipe 1 .................................................................................... 15

    b. Diabetes tipe 2 .................................................................................... 16

    2. Faktor-faktor penyebab diabetes melitus tipe 2...................................... 16

    a. Faktor yang tidak dapat diubah atau dimodifikasi .............................. 16

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    1) Faktor genetika ................................................................................ 16

    2) Usia ................................................................................................. 17

    b. Faktor yang dapat diubah atau dimodifikasi ....................................... 17

    1) Gaya hidup yang buruk ................................................................... 17

    2) Kelebihan berat badan ..................................................................... 18

    B. Gaya Hidup ................................................................................................ 18

    1. Pembentukan dan perubahan gaya hidup ............................................... 19

    2. Gaya hidup dan diabetes melitus ............................................................ 19

    3. Pencegahan diabetes dengan gaya hidup yang sehat .............................. 20

    C. Disonansi Kognitif dan Perilaku ................................................................ 22

    1. Pengurangan disonansi ........................................................................... 25

    a. Mengubah elemen kognitif perilaku ................................................... 25

    b. Mengubah elemen kognitif lingkungan .............................................. 26

    c. Menambahkan elemen kognitif baru .................................................. 27

    2. Resistensi Perubahan Perilaku ................................................................ 27

    3. Dinamika Disonansi Kognitif dan Gaya Hidup ..................................... 29

    4. Intervensi Disonansi Kognitif ................................................................ 29

    D. Konsensus Sosial dan Perilaku................................................................... 31

    1. Konsensus Sosial dan Perubahan Gaya Hidup ....................................... 32

    2. Intervensi Konsensus Sosial ................................................................... 33

    E. Konsensus Sosial, Disonansi Kognitif dan Budaya ................................... 34

    BAB III ................................................................................................................. 38

    METODE PENELITIAN ...................................................................................... 38

    A. Jenis dan Desain Penelitian ........................................................................ 38

    B. Variabel Penelitian ..................................................................................... 39

    C. Definisi Operasional................................................................................... 40

    1. Gaya Hidup ............................................................................................. 40

    2. Intervensi Disonansi Kognitif ................................................................ 40

    3. Intervensi Konsensus Sosial ................................................................... 41

    4. Tanpa Intervensi ..................................................................................... 41

    D. Manipulasi Variabel Bebas ........................................................................ 41

    E. Pengecekan Manipulasi .............................................................................. 42

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    F. Validitas Internal ........................................................................................ 46

    1. Proactive history .................................................................................... 46

    2. Maturation .............................................................................................. 47

    3. Testing .................................................................................................... 47

    4. Instrumentation effect ............................................................................. 47

    5. Bias eksperimenter ................................................................................. 48

    G. Pengalaman Partisipan ............................................................................... 48

    H. Partisipan Penelitian ................................................................................... 48

    I. Prosedur Penelitian..................................................................................... 49

    J. Pelaksanaan Eksperimen ............................................................................ 52

    1. Prosedur eksperimen .............................................................................. 52

    a. Pre-test ....................................................................................................... 52

    b. Perlakuan ................................................................................................ 53

    1. Kelompok eksperimen disonansi kognitif .............................................. 53

    2. Kelompok eksperimen konsensus sosial ................................................ 53

    3. Kelompok Kontrol .................................................................................. 54

    c. Post-test .................................................................................................. 54

    2. Alat Pengumpulan Data .......................................................................... 54

    K. Validias dan Reliabilitas ............................................................................ 56

    1. Uji Validitas Isi ...................................................................................... 56

    2. Analisis Item ........................................................................................... 57

    L. Reliabilitas Konsistensi Internal ................................................................ 60

    M. Metode Analisis Data ............................................................................. 60

    BAB IV ................................................................................................................. 61

    HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 61

    A. Uji Validitas Isi .......................................................................................... 61

    B. Analisis Item Skala .................................................................................... 61

    C. Reliabilitas ................................................................................................. 64

    D. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 64

    1. Pre-test .................................................................................................... 64

    E. Post-test ...................................................................................................... 65

    F. Uji Pengecekan Manipulasi........................................................................ 66

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    G. Analisis Data .............................................................................................. 70

    1. Deskripsi data penelitian ........................................................................ 70

    H. Uji Asumsi ................................................................................................. 71

    a. Uji Normalitas..................................................................................... 71

    3 Uji Homogenitas ..................................................................................... 72

    I. Uji Hipotesis .............................................................................................. 73

    a. ANAVA satu jalur gain score ............................................................ 73

    J. Pembahasan ................................................................................................ 75

    BAB V ................................................................................................................... 79

    KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 79

    A. Kesimpulan ................................................................................................ 79

    B. Kelebihan dan keterbatasan penelitian ....................................................... 79

    C. Saran ........................................................................................................... 80

    1. Bagi peneliti selanjutnya ........................................................................ 80

    D. Bagi praktisi kesehatan .............................................................................. 81

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 82

    LAMPIRAN ......................................................................................................... 86

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Between Subject Pretest-Posttest Control Group Design ....................... 39

    Tabel 2. Skor Penilaian Angket Gaya Hidup ........................................................ 55

    Tabel 3. Skor Penilaian Angket Diabetes ............................................................. 56

    Tabel 4. Distribusi Item Skala Gaya Hidup Sebelum Uji Coba ............................ 58

    Tabel 5. Distribusi Item Skala Pengetahuan Diabetes Uji Coba ........................... 59

    Tabel 6. Distribusi Item Skala Pengetahuan Diabetes Setelah Uji Coba .............. 62

    Tabel 7. Distribusi Item Skala Lifestyle Setelah Uji Coba ................................... 63

    Tabel 8. Data Deskriptif Subjek ............................................................................ 66

    Tabel 9. Data Deskriptif Pengecekan Manipulasi Partisipan Penelitian ............... 67

    Tabel 10. Uji Anova Hasil Pengecekan Manipulasi ............................................. 68

    Tabel 11. Data Deskriptif Hasil Penelitian ........................................................... 70

    Tabel 12. Data Deskriptif Gain Score ................................................................... 71

    Tabel 13. Hasil Uji Normalitas ............................................................................. 72

    Tabel 14. Hasil Uji Homogenitas .......................................................................... 72

    Tabel 15. Deskripsi Statistik Pada KDK, KKS dan KK ....................................... 73

    Tabel 16. Analisis Anava Satu Jalur Gain Score .................................................. 74

    Tabel 17. Post Hoc Gain Score ............................................................................. 74

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. ........................................................................................................... 87

    Informed Consent .................................................................................................. 87

    Lampiran 2. ........................................................................................................... 88

    Skala Gaya Hidup dan Skala Diabetes .................................................................. 88

    Lampiran 3. ........................................................................................................... 95

    Tabel Uji Reliabilitas dan Validitas Isi Skala Gaya Hidup ................................... 95

    Lampiran 4. ........................................................................................................... 96

    Tabel Uji Reliabelitas dan Validitas Isi Pengetahuan Diabetes. ........................... 97

    Lampiran 5. ........................................................................................................... 99

    Hasil Uji Asumsi ................................................................................................... 99

    Lampiran 6. Hasil Uji Hipotesis ........................................................................ 100

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi akibat pankreas tidak

    dapat menghasilkan cukup insulin atau apa bila tubuh tidak dapat secara

    efektif menggunakan insulin yang dihasilkan (WHO, 2017). Insulin adalah

    hormon yang mengatur gula darah dalam tubuh. Peningkatan kadar gula darah

    atau Hiperglikomia, merupakan efek umum dari diabetes yang tidak

    terkontrol. Seiring berjalannya waktu hal tersebut menyebabkan kerusakan

    serius pada banyak sistem tubuh, terutama syaraf dan pembuluh darah (WHO,

    2017). Diabetes merupakan penyakit seumur hidup yang disebabkan karena

    tubuh tidak dapat menghasilkan insulin atau tidak dapat menggunakan insulin

    yang dihasilkan oleh tubuh untuk mencukupi kebutuhan (Jhonson, 1998).

    Data WHO (2017) mengungkapkan bahwa pada tahun 2014, delapan

    koma lima persen orang dewasa berusia 18 tahun ke atas menderita diabetes.

    Selain itu, pada tahun 2014 diabetes telah mencapai angka 422 juta jiwa di

    dunia. 1 dari 11 orang mengidap diabetes dan 3,7 juta orang meninggal karena

    tingginya glukosa dalam darah. Di indonesia 6% kematian disebabkan oleh

    penyakit diabetes dan diabetes berada pada urutan ke 6 sebagai

    penyebab kematian di Indonesia. Pada tahun 2015, diabetes adalah penyebab

    langsung 1,6 juta kematian dan pada tahun 2012 tinginya glukosa dalam darah

    adalah penyebab 2,2 juta kematian di dunia. Sekitar 8% wanita di dunia hidup

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    dengan diabetes, lebih dari setengah bagiannya tinggal di Asia Tenggara dan

    Pasifik Barat.

    Menurut Organisai Kesehatan Dunia (WHO, 2017), diabetes yang

    paling umum terjadi adalah diabetes tipe 2 pada orang dewasa. Pada diabetes

    tipe 2 tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau tidak dapat menghasilkan

    cukup insulin. Diabetes tipe 2 bisaanya menyerang orang dewasa akan tetapi

    sekarang telah menyerang anak-anak. Diabetes tipe 2 bisaanya tidak disadari

    selama beberapa tahun, sampai terjadinya komplikasi dan kemudian pasien

    sadar telah terkena diabetes. Diabetes tipe 2 paling sering menyerang orang

    dewasa yang memiliki kelebihan berat badan yang telah berumur lebih dari 40

    tahun. Diabetes tipe 2 juga disebut diabetes yang menyerang usia dewasa

    (adult or maturity onset diabetes). Kebanyakan kasus diabetes tipe 2

    didominasi oleh orang dewasa usia di atas 40 tahun, namun tidak menutup

    kemungkiunan pada usia yang lebih muda (Jhonson, 1998).

    Menurut WHO (2017) Diabetes tipe 2 disebabkan oleh faktor genetik

    dan faktor metabolisme yang tidak sehat. Memiliki riwayat keluarga mengidap

    diabetes, kelebihan berat badan, obesitas, pola makan yang tidak sehat, kurang

    melakukan aktivitas fisik dan merokok dapat meningkatkan risiko terkena

    diabetes tipe 2. Berat badan berlebih dan kurangnya aktivitas fisik menjadi

    faktor risiko terkuat sekaligus menjadi penyebab utama diabetes tipe 2 di

    dunia. Selain itu, perilaku merokok secara aktif dapat meningkatkan risiko

    terkena diabetes tipe 2. Hal ini juga diungkapkan oleh (Jhonson, 1998) bahwa

    faktor keturunan menjadi pencetus utama terjadinya diabetes tipe 2. Selain itu,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    kelebihan berat badan dan kurang olahraga juga menjadi faktor utama selain

    faktor keturunan sebagai penyebab terjadinya diabetes tipe 2.

    Seseorang yang telah didiagnosa mengidap diabetes bila tidak bisa

    menjaga kadar gula dalam tubuhnya akan memberikan dampak negatif secara

    fisik yaitu timbulnya berbagai macam penyakit lainnya. Menurut WHO,

    (2017) semua jenis diabetes dapat menyebabkan komplikasi di banyak bagian

    tubuh dan dapat meningkatkan kematian dini. Kompikasi yang terjadi meliputi

    serangan jantung, stroke, gagal ginjal, kehilangan penglihatan, amputasi pada

    kaki dan kerusakan syaraf. Pada kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol

    dapat meningkatkan risiko kematian janin dan komplikasi lainnya. Diabetes

    dan komplikasinya juga dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang besar

    bagi penderita diabetes dan keluarganya. Perawatan rumah sakit yang harus

    dibayar secara langsung dan rawat jalan menghabiskan banyak beaya,

    ditambah lagi dengan kenaikan beaya insulin yang diresepkan oleh dokter.

    Selain itu, diabetes juga berpengaruh secara langsung kepada sistem kesehatan

    dan ekonomi nasional (Jhonson, 1998).

    Tidak hanya secara fisik diabetes juga menimbulkan dampak buruk

    secara psikologis yang akan dialami secara langsung oleh penderitanya seperti

    stres, depresi, kurang bisa menerima diri dan penurunan kesejahteraan

    psikologis. Menurut Jhonson, (1998) setelah didiagnosis mengalami diabetes,

    sebagian besar orang mulai menyendiri dan menarik diri dari lingkungan

    sosial. Seseorang yang telah divonis mengidap diabetes kurang bisa menerima

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    kenyataan dan merasa orang lain kurang bisa menerima kondisi mereka

    sehingga perlahan para penderita diabetes mengurangi kontak sosial.

    Banyak penelitian telah dilakukan kuhususnya di Indonesia guna

    mengatasi permasalahan psikologis yang ditimbulkan oleh penyakit diabetes.

    Seperti penelitian yang dilakukan oleh Marthan, Hardjanta, dan Yudiati,

    (2013) mengenai latihan berpikir positif terhadap depresi pada penderita

    diabetes melitus. Ada pula penelitian yang dilakukan oleh Sujana,

    Wahyuningsih dan Uyun, (2015) yang mengenai peningkatan kesejahteraan

    psikologis pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan mengguanakn group

    positive psychotherapy, kemudian penelitian yang dilakukan oleh Ramanda,

    (2014) mengenai gambaran tingkat depresi pasien diabetes melitus tipe 2.

    Penelitian-penelitian di Indonesia tersebut berfokus pada area kuratifnya. Para

    peneliti tersebut mencoba mengatasi permasalahan-permasalahan yang

    dialami para penderita diabetes. Namun di sisi lain, setiap tahunnya penyakit

    diabetes semakin meningkat dan penelitian yang membahas pencegahan

    diabetes masih sangat kurang dan perlu banyak dilakukan penelitian di area

    preventif guna menekan angka penyakit diabetes.

    Pencegahan dini diabetes tipe 2 dapat dilakuakan dengan gaya hidup

    sehat sepreti berolahraga secara teratur, pola makan sehat, menghindari

    merokok, dan menjaga tekanan darah dan berat badan (WHO 2017). Dengan

    olah raga secara teratur dapat mencegah ataupun memperlambat terjadinya

    diabetes tipe 2. Menurut (Jhonson, 1998) banyak penelitian telah dilakukan

    berkaitan dengan pencegahan dan penanganan diabetes melitus, dengan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    menjaga gaya hidup sehat (healty life syle), diet yang tepat dan olah raga yang

    cukup. Salah satunya adalah penelitian dari Juornal of American Medical

    Association yang melaporkan hasil penemuan studi 21 ribu orang dokter.

    Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa dengan berolah raga lima kali

    seminggu dapat menurunkan 42% kasus diabetes melitus tipe 2. Bahkan hanya

    dengan berolah raga sekali seminggu dapat menurunkan risiko terkena

    diabetes. Lifestyle intervensi berbasis kelompok selama 6 tahun dapat

    mencegah atau menunda terserang penyakit diabetes hingga 14 tahun setelah

    intervensi dilaksanakan (Li, 2008).

    Gaya hidup diartikan sebagai suatu kebisaaan, kebiaasan yaitu segala

    sesuatu yang dilakukan seseorang secara rutin dan teratur yang membentuk

    bagaimana seseorang menjalani hidup (Rumahorbo, 2014). Menurut Kotler,

    (2006) Gaya hidup adalah sebuah pola hidup seseorang di dunia yang

    ditampilkan dalam aktivitas, minat, dan pendapat. Gaya hidup

    menggambarkan bagaimana seseorang secara utuh "pribadi yang utuh"

    berinteraksi dengan lingkungannya (Kotler, 2006). Dalam psikologi gaya

    hidup mempelajari mengenai anteseden, konsekuensi dan interaksi perilaku

    gaya hidup yang termasuk didalammnya yaitu pola makan, konsumsi alkohol,

    merokok, penggunaan narkoba, kegiatan fisik dan praktik seksual (Thirlaway

    & Upton, 2009). Faktor risiko penyakit diabetes tipe 2, 98% adalah gaya

    hidup dan perubahan gaya hidup merupakan kebutuhan dasar dalam

    pecegahan diabetes, kendati demikian diperlukan kesadaran dan kemauan

    dalam mengubah gaya hidup (Rumahorbo, 2014).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    Di luar negeri telah banyak dilakukan penelitian yang membahas

    preventif diabetes tipe 2. Seperti penelitian yang dilakukan oleh

    Ramachandran dkk, (2006) yang berjudul “The Indian Diabetes Prevention

    Programme shows that lifestyle modification and metformin prevent type 2

    diabetes in Asian Indian subjects with impaired glucose tolerance (IDPP-

    1)”dalam penelitian ini pencegahan diabetes dilakukan dengan memberikan

    serangkaian intervensi perubahan gaya hidup dan pemberian obat metformin

    yang dibagi kedalam 4 kelompok eksperimen yeng menemukan hasil bahwa

    perubahan gaya hidup dan pemberian obat metformin dapat membantu pasien

    diabetes. Ada pula penelitian yang dilakukan oleh Lindström dkk, (2006) yang

    berjudul “Sustained reduction in the incidence of type 2 diabetes by lifestyle

    intervention: follow-up of the Finnish Diabetes Prevention Study” dalam

    penelitian ini setiap peserta diberikan intervensi perubahan gaya hidup yang

    intensif selama 4 tahun berupa konseling gaya hidup, melakukan aktivitas

    fisik yang intens dan mengontrol asupan lemak dalam tubuh. Selain itu

    penelitian yang dilakukan oleh (Tuomilehto dkk, 2001) yang berjudul

    “Prevention of Type 2 Diabetes Melitus by Change in Lifestyle Among

    Subjects with Impaired Glucose Tolerance” dalam penelitian ini, 522 subjek

    menerima konseling individual, program penurunan berat badan, peningkatan

    aktivitas fisik dan kontrol pola makan. Penelitian-penelitian terdahulu

    kebanyakan berfokus pada tertiary prevention, yaitu pencegahan yang

    bertujuan mencegah memburuknya kondisi seseorang yang telah mengalami

    diabetes tipe 2.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    Selain itu, banyak pula penelitian mengenai bagaimana mengubah gaya

    hidup, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Carels, Darby,

    Cacciapaglia and Douglass, (2004) mengenai mengurangi faktor risiko

    kardiovaskular pada wanita pascamenopause melalui intervensi perubahan

    gaya hidup. Dalam penelitian tersebut 40 wanita diubah gaya hidupnya

    dengan aktifitas fisik, diet dan intervensi kontrol diri. Dari hasil penelitian

    tersebut didapatkan perubahan gaya hidup berdasarkan intervensi yang

    diberikan dan ditemukan bahwa intervensi perubahan gaya hidup efektif

    mengurangi risiko kardiovaskular wanita obesitas dan pasca menopause. Ada

    pula penelitian yang di lakukan oleh Rejeski dkk, (2012) mengenai perubahan

    gaya hidup dan mobilitas pada orang dewasa yang obesitas dengan diabetes

    tipe 2. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa perubahan gaya hidup

    dengan Intervensi gaya hidup intensif menghasilkan penurunan berat badan

    dan meningkatkan kebugaran yang dapat memperlambat hilangnya mobilitas

    pada pasien obesitas. Selain itu, Lindstrom dkk, (2006) dalam penelitinnya

    Pencegahan penyakit diabetes tipe 2 melalui intervensi gaya hidup yang

    merupakan tindak lanjut dari studi pencegahan diabetes finlandia menemukan

    bahwa intervensi perubahan gaya hidup menghasilkan perubaha gaya hidup

    yang menguntungkan penurunan berat badan, mengurangi total asupan lemak

    jenuh, peningkatan asupan pola makan sehat, dan peningkatan aktivitas fisik

    pada orang yang memiliki risiko diabetes tipe 2. Penelitian- penelitian tersebut

    secara langsung mengubah gaya hidup dengan memberi intervensi gaya hidup

    pada pasein ataupun pada seseorang yang meiliki risiko diabetes tipe 2. Hal

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    tersebut membuat pasien atau seseorang yang memiliki risiko debetes tipe 2

    kurang menyadari pentingnya mengubah gaya hidup dari dalam dirinya

    sendiri guna mencegah atau memperlambat penyakit diabetes tipe 2.

    Penelitian-penelitian terdahulu hanya berfokus pada mengubah

    behaviour dari para pasien diabetes saja. Hal tersebut, membuat peneliti ingin

    melakukan penelitian di area preventif yaitu penelitian yang mengupayakan

    pencegahan diabetes dengan melihat perubahan perilaku gaya hidup melalui

    proses kognitifnya. Melalui proses kognitif perubahan gaya hidup akan dapat

    bertahan dalam waktu lama tanpa pengawasan dari pihak lain. Seperti

    penelitian yang dialakukan oleh Senemeaud & Somat, (2009) yang berjudul

    “Dissonance Arousal and Persistence in Attitude Change” membuktikan

    kemampuan perubahan sikap jangka panjang dari teori disonansi kognitif,

    Hasilnya menunjukkan bahwa perubahan sikap tidak hanya berlangsung

    selama situasi eksperimental, namun terus berlanjut seiring waktu dan bahkan

    perubahan sikap tersebut bertahan hingga sebulan kemudian. Berbeda dengan

    penelitian (Senemeaud & Somat, 2009) peneliti mengguanakan Disonansi

    Kognitif dan teori Konsensus Sosial.

    Peneliti memilih menggunakan teori disoansi kognitif karena teori

    disonansi kognitif memiliki kelebihan yaitu ketika seseorang mengalami

    disonansi kognitif orang tersebut akan berusaha mengubah perilakunya sendiri

    atau melakukan usaha internal untuk mengubah perilakunya. Menurut teori

    Disonansi Kognitif, ketika seseorang mengalami perbedaan antara sikap dan

    perilakunya akan menimbulkan pertentangan dan ketidaknyamanan psikologis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    (Hidayat & Bashori, 2016). Individu tersebut akan merasionalkan perilakuya

    dengan mengubah perilakunya sejalan dengan sikapnya ataupun sebaliknya

    sehingga individu tersebut tidak lagi merasakan ketegangan dalam dirinya

    (Hidayat & Bashori, 2016).

    Konsensus adalah bagaimana orang bereaksi ketika dibandingkan

    dengan orang-orang lain pada keadaan atau stimulus tertentu. Seseorang yang

    mengalami konsensus akan berprilaku seperti perilaku orang- orang lain

    kebanyakan (Walgito, 2003). Dalam teori konsensus sosial, pembentukan

    keyakinan dipengaruhi oleh keyakinan teman sebaya (Ciao & Latner, 2011).

    Konsensus sosial mengubah sikap subjektif seseorang menjadi realitas

    obyektif yanga ada di masyarakat Hardin & Higgins (dalam Pisrlin, 2012).

    Konsensus Sosial mempengaruhi perilaku individu dalam kelompok, ketika

    individu menerima informasi bahwa teman-temannya memiliki sikap atau

    perilaku yang sama tentang kelompok tertentu atau memiliki konsensus sosial

    tentang suatu kelompok, individu cenderung mengubah keyakinan dan sikap

    untuk menyesuaikan dirinya dengan norma-norma kelompok (Sechrist &

    Stangor: Sechrist & Milford dlm Young, 2011).

    Sebelumnya sudah ada penelitian yang menggunakan kedua pendekatan

    tersebut. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh (Ciao & Latner, 2011) yang

    berjudul “Reducting Obesity Stigma : The Effectiveness of Cognitive

    Dissonance and Sosial Consensus Interventions” yang subjeknya mahasiswa

    Universitas Hawaii, Amerika membahas mengenai bagaimana cara

    menurunkan stigma obesitas di Amerika dengan menggunakan intervensi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    kognitif disonansi dan konsensus sosial. Dari penelitian tersebut ditemukan

    bahwa kognitif disonansi lebih baik dalam perubahan sikap mengenai stigma

    obesitas dibandingkan konsensus sosial. Namun, dari hasil penelitian tersebut

    kemungkinan belum tentu bisa digeneralisasikan di Indonesia. Negara Asia

    seperti China dan Indonesia, tidak menekankan pada nilai-nilai individual,

    namun menekankan pada nilai-nilai kolektivisme (Kitayama & Cohen, 2007).

    Salah satu perwujudan kolektivisme Indonesia tercermin dari norma sosial

    tolong-menolong yang berkembang di masyarakat pedesaan. Anak-anak

    Indonesia dilatih untuk mengembangkan pibadi yang selaras dan harmoni

    dengan kelompok, serta memiliki rasa hormat terhadap otoritas. (Lestari,

    2007).

    Menurut Kitayama & Cohen, (2007) mereka yang berasal dari budaya

    kolektif cendrung menekankan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok

    atau hubungan keterikatan mereka dengan yang lainnya. Dalam budaya

    Hawaii memiliki hubungan yang dekat dengan keluarga adalah hal yang

    sangat penting dan menyadari bahwa kita tidak bisa hidup sendiri karena

    setiap individu bagian dari kelompok yang saling mendukung (Kupo, 2010).

    Penduduk asli Hawaii memiliki pemahaman yang kompleks dan canggih

    tentang diri mereka sebagai individu yang utuh dan menjadi bagian dari

    keseluruhan budaya kolektif (Mc Cubbin & Marsella, 2009). Indonesia dan

    Hawaii sama-sama memiliki budaya kolektivis, namun Indonesia dan Hawaii

    memiliki latar belakang dan situasi negara yang berbeda. Negara Indonesia

    adalah Negara kesatuan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan bentuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    pemerintahan republik dimana memiliki satu kekuasaan pemerintah yang

    berada di tangan pemerintah pusat (Suwanto &Indranto, 2009). Sedangkan,

    Hawaii merupakan bagian dari Amerika Serikan sebagai Negara federal yang

    terdiri dari 50 negara bagian (Saraswati & Widaningsih, 2008). Amerika

    adalah Negara demokratis yang sangat menghargai hak asasi manusia dan

    memiliki 50 negara bagian yang berdiri sendiri dimana Hawaii dan Alaska

    adalah Negara bagian termuda (Saraswati & Widaningsih, 2008). Hal ini

    menunjukan perbedaan situasi dan latar belakang Indonesia dan Hawai yang

    membuat penelitian sebelumnya belum tentu bisa di generalisasikan di

    Indonesia dan mungkin akan menunjukkan hasil yang berbeda. Hal tersebut

    menarik untuk diteliti, sehingga peneliti ingin melihat apakah di Indonesia

    kognitif disonansi lebih baik dalam mengubah gaya hidup dibandingkan

    konsensus sosial.

    Pernyataan tersebut merupakan hal yang menarik untuk diteliti, kareana

    setiap tahunnya penyakit diabetes terus meningkat namun, penelitian-

    penelitian terdahulu kebanyakan hanya berfokus pada mengubah behaviour

    dari seseorang yang telah mengalami penyakit diabetes melitus tipe 2. Peneliti

    ingin meneliti di daerah preventif, yaitu dengan melihat perubahan gaya hidup

    seseorang untuk mencegah terkena diabetes melitus tipe 2 yang berfokus pada

    proses kognitifnya. Peneliti ingin menguji efektivitas teori disonansi kognitif

    dan konsensus sosial untuk mengetahui teori manakah yang paling evektif

    untuk mengubah gaya hidup di Indonesia.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    Indonesia dan Hawaii sama-sama memiliki budaya kolektivis, namun

    Indonesia dan Hawaii memiliki situasi dan latar belakang negara yang

    berbeda. Negara Indonesia adalah Negara kesatuan dengan bentuk

    pemerintahan republik yang memiliki satu kekuasaan pemerintah yaitu

    pemerintah pusat. Sedangkan, Hawaii merupakan bagian dari Amerika Serikat

    sebagai Negara federal dan demokratis yang terdiri dari 50 negara bagian yang

    berdiri sendiri. Hal ini membuat penelitian sebelumnya belum tentu bisa di

    generalisasikan di Indonesia karena perbedaan budaya dan situasi negara yang

    perbedaan, sehingga penelitian selanjutnya mungkin akan menunjukkan hasil

    yang berbeda.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan

    sebagai permasalahan penelitian:

    Diantara teori disonansi kognitif dan konsensus sosial teori manakah

    yang lebih berpengaruh pada perubahan gaya hidup di Indonesia?

    C. Tujuan Penelitian

    Menguji efektivitas disonansi kognitif dan konsensus sosial untuk

    mengubah gaya hidup di Indonesia.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoretis

    a. Menambah studi literatur khususnya psikologi kesehatan mengenai

    perubahan gaya hidup untuk mencegah diabetes melitus tipe 2.

    b. Menambah studi literatur khususnya di area preventif dari penelitian

    diabetes melitus tipe 2.

    c. Menguji efektivitas intervensi disonansi kognitif dan konsensus sosial

    dalam mengubah gaya hidup di Indonesia.

    2. Manfaat Praktis

    a. Melalui penelitian ini, subjek penelitian akan tergerak untuk mengubah

    gaya hidup sendiri.

    b. Menemukan cara yang efektif untuk mengubah gaya hidup yang

    berguna dalam membantu program pencegahan diabetes melitus tipe 2.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Diabetes Melitus

    Menurut Internasional Diabetes Federation, (2017) diabetes adalah

    kondisi terjadinya peningkatan kadar glukosa dalam darah atau ketika tubuh

    tidak dapat menghasilkan dan menggunakan insulin secara efektif. Dalam

    jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ

    tubuh yang mengarah pada komplikasi kesehatan yang mengganggu dan

    mengancam jiwa seperti penyakit kardiovaskular, neuropati, nefropati dan

    penyakit mata, yang menyebabkan retinopati dan kebutaan. Diabetes adalah

    penyakit seumur hidup yang diakibatkan oleh tubuh yang tidak dapat

    memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang

    diproduksi dengan baik (Johnson, 1998). Penyakit diabetes merupakan

    penyakit degenerative yang terkait secara langsung dengan gaya hidup atau

    lifestyle (Rumahorbo, 2014).

    Menurut Internasional Diabetes Federation, (2017) di dunia sebanyak

    empat ratus dua puluh lima juta orang pada usia produktif 20-79 tahun

    menderita diabetes dan 159 juta orang berada di wilayah pasifik barat.

    Diabetes menyumbang 10,7% dari semua penyebab kematian secara global di

    antara orang-orang dalam kelompok usia produktif. Hal Ini lebih tinggi

    daripada gabungan jumlah kematian akibat penyakit menular (HIV / AIDS)

    sebesar 1,1 juta kematian, tuberkolosis 1,8 juta kematian dan 0,4 juta dari

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    malaria pada tahun 2015). Pada tahun 2045 diperkirakan diabetes akan

    meningkat sebanyak 183 juta kasus. Secara global, lebih dari 400 juta orang

    dewasa menderita diabetes, dan pada tahun 2015 diabetes secara langsung

    menyebabkan 1,6 juta kematian (WHO, 2018). Indonesia sendiri termasuk

    kedalam 10 negara dengan jumlah penederita diabetes terbesar di dunia. Pada

    tahun 2017 lebih dari 10.276.100 kasus diabetes terjadi di Indonesia dan

    prevelensi diabetes pada orang dewasa mencapai 6,7% (IDF, 2017). Menurut

    IDF, (2017) diabetes yang umum terjadi adalah diabetes tipe 2 yang paling

    sering menimpa dewasa tua, namun saat ini telah menyerang usia dewasa

    muda, remaja dan anak-anak karena meningkatnya tingkat obesitas, kurangnya

    aktifitas fisik dan pola makan yang buruk.

    1. Jenis-jenis diabetes melitus

    a. Diabetes tipe 1

    Diabetes tipe 1 merupakan diabetes yang disebabkan oleh reaksi

    autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta

    penghasil insulin pada kelenjar pankreas. Hal tersebut menyebabkan

    tubuh tidak menghasilkan insulin yang di butuhkan tubuh manusia.

    Dibetes tipe 1 bersifat genetik yang berkembang pada usia berapa pun

    tetapi diabetes tipe 1 paling sering terjadi pada anak-anak dan remaja.

    Orang dengan diabetes tipe 1 membutuhkan suntikan insulin setiap

    hari untuk mempertahankan kadar glukosa dan untuk bertahan hidup

    (IDF, 2017).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    b. Diabetes tipe 2

    Diabetes tipe 2 merupakan diabetes yang terjadi ketika tubuh

    menjadi resisten terhadap insulin atau tidak dapat menghasilkan cukup

    insulin. Diabetes tipe 2 disebabkan oleh faktor genetik dan faktor

    metabolisme yang tidak sehat. Diabetes tipe 2 paling sering dialami

    orang dewasa yang lebih tua, tetapi semakin banyak terjadi pada anak-

    anak, remaja dan orang dewasa yang lebih muda karena meningkatnya

    tingkat obesitas, kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang buruk

    (IDF, 2017).

    2. Faktor-faktor penyebab diabetes melitus tipe 2

    a. Faktor yang tidak dapat diubah atau dimodifikasi

    1) Faktor genetika

    Memiliki riwayat keluarga mengidap diabetes, dapat

    meningkatkan kemungkinan terkena diabetes dan hal tersebut tidak

    dapat diubah (WHO, 2018). Diabetes tipe 2 memiliki

    kecenderungan keturunan yang sangat kuat. Jika seseorang

    memiliki seorang anggota keluarga yang mengalami penyakit

    diabetes, kemungkinan orang tersebut akan mendapat risiko

    diabetes 2 kali lebih tinggi dari orang bisaa yang tidak memiliki

    keluarga yang menderita diabetes. Jika seseorang memiliki 2 orang

    anggota keluarga yang menderita diabetes maka orang tersebut

    memiliki kemungkinan mendapat 4 kali lipat lebih tinggi mendapat

    diabetes tipe 2 (Johnson, 1998).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    2) Usia

    Menurut Jhonson (1998), diabetes tipe 2 disebut juga

    diabetes yang menyerang pada usia dewasa (adult or maturity

    onset diabetes). Orang dewasa yang memiliki kelebihan berat

    badan yang telah memasuki usia 40 tahun ke atas paling sering

    terserang penyakit diabetes tipe 2 (WHO, 2017). Menurut Flint dan

    Arslanian, (2011) prevelensi penyakit diabetes tipe 2 mengalami

    peningkatan seiring bertambahnya usia namun hal ini terjadi juga

    pada usia muda seiring dengan meningkatnya obesitas pada

    kelompok usia muda.

    b. Faktor yang dapat diubah atau dimodifikasi

    1) Gaya hidup yang buruk

    Diabetes tipe 2 memiliki hubugan yang kuat dengan pola

    makan yang buruk, konsumsi kalori berlebih, asupan lemak jenuh

    berlebih dan konsumsi tinggi minuman manis erat kaitannya

    dengan risiko diabetes tipe 2. Selain itu, konsumsi rokok dan

    alkohol serta kurangnya asupan buah dan sayuran yang cukup, juga

    menjadi salah satu faktor diabetes tipe2 (IDF, 2017). Hal ini juga

    diungkapkan oleh WHO (2017), bahwa peningkatan risiko

    terserang diabetes tipe 2 dipengaruhi oleh perilaku aktif merokok.

    Selain itu, kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor risiko terkuat

    sekaligus menjadi penyebab utama diabetes tipe 2 di dunia. Olah

    raga adalah cara yang paling baik untuk membantu mencegah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    terjadinya penyait diabetes karena gaya hidup yang buruk

    (WHO,2017).

    2) Kelebihan berat badan

    Menurut IDF (2017), penyebab terjadinya diabetes tipe 2

    erat kaitannya dengan kelebihan berat badan. Menurut Johnson,

    (1998) obesitas atau kelebihan berat badan menjadi faktor risiko

    yang dapat mengundang terjadinya diabetes militus. Ketika

    seseorang memiliki kelebihan berat badan atau memiliki kelebihan

    lemak dalam tubuh, menyebabkan insulin tidak bisa bekerja

    dengan sempurna. Bila seseorang mengkonsumsi kalori berlebih

    dari apa yang dibutuhkan tubuh, hal ini membuat pankreas terus

    bekerja memproduksi insulin sehingga membuat pankreas bekerja

    melebihi waktunya dan akhirnya kehilangan kemampuan untuk

    memproduksi insulin (Johnson, 1998).

    B. Gaya Hidup

    Menurut Stebbins (1997), Gaya hidup adalah suatu atribut yang berbeda

    atau pola perilaku nyata yang dapat dikenali dan mencerminkan situasi hidup

    bersama yang menggabungkan minat, nilai-nilai, sikap, dan orientasi terkait

    yang menciptakan identitas sosial yang khas. Gaya hidup adalah sebuah pola

    hidup seseorang di dunia yang ditampilkan dalam aktivitas, minat, dan

    pendapat atau dapat digambarkan sebagaimana seseorang secara utuh

    berinteraksi dengan lingkungannya (Kotler, 2006). Menurut Thirlaway dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    Upton (2009), lifestyle merupakan interaksi perilaku gaya hidup yang

    mencangkup pola makan, konsumsi alkohol, konsumsi rokok, penggunaan

    narkoba, kegiatan fisik, praktik seksual dan konsekuensi-konsekuensinya.

    1. Pembentukan dan perubahan gaya hidup

    Menurut Stebbins (1997), gaya hidup dibentuk oleh pola perilaku

    individu atau kolektif, juga oleh nilai-nilai, sikap dan orientasi tertentu.

    Menurut Hendricks dan Hatch (2006), secara umum gaya hidup

    bergantung pada pilihan pribadi yang dimanifestasikan melalui perilaku

    individu. Dalam psikologi gaya hidup memiliki dua dimensi yaitu kondisi

    dan perubahan. Kondisi terdiri dari kondisi internal dan eksternal. Kondisi

    Internal yaitu faktor keturunan, kecerdasan, ketajaman indera, kognisi

    untuk membuat, membenarkan, atau merasionalisasi pilihan dan

    kemampuan. Kondisi eksternal yaitu kondisi fisik, keluarga, teman, atau

    hubungan sosial yang menopang kecenderungan individu untuk terlibat

    dalam satu atau beberapa bentuk perilaku yang berpola. Perubahan

    berasal dari kombinasi internal dan eksternal. Yaitu proses mental atau

    kognisi yang berubah dan kondisi eksternal yang menekan individu

    sehingga menimbulkan perubahan gaya hidup (Hendricks dan Hatch,

    2006).

    2. Gaya hidup dan diabetes melitus

    Gaya hidup yang berhubungan dengan kesehatan yaitu sebuah

    pilihan perilaku mengenai aktivitas makan, aktivitas fisik, konsumsi

    alkohol, merokok tembakau, konsumsi narkoba dan praktik seksual yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    dilakukan individu (Thirlaway & Upton, 2009). Gaya hidup yang dapat

    memicu timbulnya diabetes melitus tipe 2 antara lain pola makan yang

    tidak sehat, kurang melakukan aktivitas fisik dan merokok dapat

    meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2. Konsumsi makanan berlebih,

    terlalu banyak mengkonsumsi makanan tinggi gula atau makanan olahan

    gula menimbulkan beban berat pada kelenjar pankreas yang mengarah

    pada penyakit diabetes (Johnson, 1998). Selain itu, berat badan berlebih

    dan kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor risiko terkuat sekaligus

    menjadi penyebab utama diabetes tipe 2 di dunia (WHO, 2017).

    3. Pencegahan diabetes dengan gaya hidup yang sehat

    Diabetes dapat dicegah dengan gaya hidup yang sehat, yakni

    menjaga pola makan yang seimbang, berolahraga secara rutin dan

    mempertahankan berat badan ideal. Pencegahan diabetes dapat dilakukan

    sedini mugkin oleh orang sehat agar tetap sehat dan pada mereka yang

    telah memiliki kecenderungan atau risiko untuk menyandang diabetes

    (Rumahorbo, 2014). Dasar pengobatan dan pencegahan diabetes tipe 2

    adalah gaya hidup yang sehat yaitu melakukan diet sehat, peningkatan

    aktivitas fisik, berhenti merokok, dan menjaga berat badan yang ideal.

    Penelitian dari berbagai belahan dunia menghasilkan bukti bahwa

    modifikasi gaya hidup dengan melakukan diet sehat dan melakukan

    aktivitas fisik dapat mencegah atau menunda terjadinya diabetes tipe 2

    (IDF, 2017). Rekomendasi IDF untuk diet sehat untuk populasi umum

    antara lain yaitu:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    a. Memilih menkonsumsi air putih, kopi atau teh rendah gula, bukan jus

    buah, soda atau minuman manis lainnya

    b. Gula/ minuman manis ≤ 450 kcal (36 ons) perminggu

    c. Mengkonsumi setidaknya tiga porsi sayuran setiap hari, termasuk

    sayuran hijau.

    d. Konsumsi hingga tiga porsi buah segar setiap hari.

    e. Mengganti cemilan dengan kacang, buah segar atau yoghurt tanpa

    gula.

    f. Membatasi konsumsi alcohol maksimum dua minuman standar per

    harinya.

    g. Memilih mengkonsumsi daging putih, unggas, atau makanan laut tanpa

    lemak daripada mengkonsumsi daging olahan atau sejenisnya.

    h. Memilih mengganti selai coklat dengan selai kacang.

    i. Memilih mengkonsumsi roti gandum, beras merah dan pasta gandum

    dan tidak mengkonsumsi roti putih, nasi putih, atau pasta.

    j. Memilih mengkonsumsi lemak tak jenuh (minyak zaitun, minyak

    canola, minyak jagung atau minyak bunga matahari) dari pada

    mengkonsumsi lemak jenuh (mentega, ghee, lemak hewani, minyak

    kelapa atau minyak sawit).

    Rekomendasi untuk aktivitas fisik pada kelompok usia yang

    berbeda:

    a. Melakukan setidaknya 60 menit aktivitas fisik intensitas sedang

    hingga tinggi setiap harinya untuk orang dewasa berusia 18-64 tahun

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    atau melakukan setidaknya 150 menit aktivitas fisik aerobik intensitas

    sedang (jalan cepat, joging, berkebun) menyebar dalam seminggu,

    atau setidaknya 75 menit aktivitas fisik aerobik intensitas tinggi dalam

    seminggu, atau kombinasi yang setara dari aktivitas intensitas sedang

    dan kuat.

    b. Untuk orang dewasa yang lebih tua, direkomendasikan jumlah

    aktivitas fisik yang sama, tetapi juga harus mencakup kegiatan

    keseimbangan dan penguatan otot yang disesuaikan dengan

    kemampuan dan keadaan mereka.

    Menurut IDF (2017), untuk mencegah atau menunda terkena

    penyakit diabetes tipe 2, dapat dilakukan dengan modifikasi gaya hidup

    dengan melakukan diet sehat dan melakukan aktifitas fisik. Faktor risiko

    penyakit diabetes tipe 2 adalah gaya hidup dan perubahan gaya hidup

    menjadi kebutuhan utama dalam pecegahan diabetes, oleh sebab itu

    diperlukan kesadaran dan kemauan dalam mengubah gaya hidup

    (Rumahorbo, 2014).

    C. Disonansi Kognitif dan Perilaku

    Disonansi kognitif adalah ketidak konsistenan yang terjadi antara dua

    elemen kognitif yang menyebabkan ketidak nyamanan psikologis. Hal

    tersebut memotvasi seseorang untuk mengurangi disonansi tersebut

    (Festinger,1957). Menurut Festinger, kognisi atau elemen kognitif yaitu

    mencangkup hal-hal yang diketahui seseorang mengenai pengetahuan,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    pandangan, kepercayaan, tentang dirinya sendiri, tentang perilakunya, dan

    tentang lingkungannya (Festinger,1957). Ketika dalam diri seseorang terjadi

    ketidak konsistenan antara elemen-elemen kognisi tersebut, orang tersebut

    akan mengalami disonansi kognitif (Festinger, 1957). Seseorang yang

    mengalami disonansi akan merasakan ketegangan secara psikologis yang tidak

    menyenangkan. Ketegangan disonansi bersifat seperti drive, mirip seperti pada

    saat kita merasakan lapar atau haus yang menimbulkan dorongan untuk

    mengurangi perasaan tersebut. Demikian pula dengan disonansi, seseorang

    akan memiliki dorongan untuk mengurangi ketegangan yang dirasakannya

    (Festinger, 1957).

    Dalam teori disonansi kognitif terdapat istilah konsonan dan disonan.

    Konsonan adalah hubungan yang berjalan secara harmonis dan sejalan antara

    elemen-elemen kognitif, sedangkan Disonan yaitu perasaan tidak nyaman

    yang terbentuk akibat hubungan yang tidak selaras atau tidak konsisten yang

    mendorong individu untuk melakukan sesuatu agar disonansi tersebut dapat

    dikurangi sehingga akan menciptakan keadaan yang harmoni atau konsonan

    (Festinger, 1957).

    Menurut Festinger (1957), faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya

    disonansi kognitif yaitu peristiwa dan informasi baru. Ketika seseorang

    menerima informasi baru yang tidak sesuai dengan kognisi yang dimiliki

    maka akan terjadi disonansi. Peristiwa baru dapat terjadi setiap saat atau

    informasi baru dapat diakses kapanpun, yang menciptakan setidaknya

    disonansi sesaat. Hal ini dapat terjadi karena seseorang tidak memiliki kontrol

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    yang menyeluruh atas informasi yang diterima atau peristiwa yang terjadi

    pada seseorang tersebut (Festinger, 1957). Contoh: Seseorang berencana untuk

    pergi piknik dengan memiliki keyakinan bahwa cuaca akan cerah, namun saat

    sebelum berangkat ke tempat ia akan piknik mulai turun hujan. Pengetahuan

    mengenai saat ini turun hujan tidak sesuai dengan keyakinan orang tersebut

    bahwa hari akan cerah dan rencana akan pergi piknik.

    Disonansi hampir tidak dapat terhindarkan dalam kehidupan sehari-hari

    bahkan tanpa adanya informasi baru. Hal ini dapat terjadi karena dalam

    kehidupan sehari-hari kita tidak bener-benar memiliki batas hitam, putih

    dalam kehidupan yang jelas. Disonansi hampir tak terhindarkan tercipta

    diantara tindakan sadar yang kita ambil dengan pendapat kita ataupun saat

    tindakan yang kita lakukan tidak sesuai dengan pengetahuan yang kita miliki

    (Festinger, 1957). Contoh: seseorang ingin membeli sebuah mobil baru yang

    bagus, namun memiliki budget yang terbatas. Orang tersebut menyukai mobil

    A karena modelnya yang bagus namun mobil tersebut memiliki harga yang

    sangat mahal, sehingga orang tersebut membeli mobil B yang memiliki harga

    yang sesuai dengan budgetnya namun ia tidak menyukai model mobil B

    tersebut.

    Disonansi memilik magnitude atau faktor yang mempengaruhi seberapa

    besar tingkat disonansi. Faktor - faktor yang dapat mempengaruhi tingkat

    disonansi: 1 Tingkat Kepentingan, atau seberapa signifikan suatu kognisi,

    Tidak semua kognisi memiliki kepentingan yang sama. Semakin penting

    kognisi, semakin banyak disonansi kognitif yang akan individu alami (Cooper,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    2007). 2 Rasio disonansi atau jumlah kognisi disonan, Semakin banyak

    atau terdapat dua kognisi yang berbeda, semakin besar disonansi yang dialami.

    Jadi, besarnya disonansi kognitif akan tergantung pada tingkat perbedaan

    antara dua kognisi. Semakin besar perbedaan, semakin besar

    ketidaknyamanan, dan semakin termotivasi individu untuk menguranginya

    (Cooper, 2007).

    1. Pengurangan disonansi

    Kehadiran disonansi mendorong kita untuk menguranginya

    misalnya, saat kita merasa kelaparan menyebabkan kita nengambil

    tindakan untuk mengurangi rasa lapar. Hal ini, mirip dengan aksi drive,

    semakin besar disonansi, semakin besar motivasi untuk mengurangi

    disonansi dan semakin besar penghindaran terhadap situasi yang akan

    meningkatkan disonansi. Secara umum, jika ada disonansi antara dua

    elemen kognitif, disonansi ini dapat dihilangkan dengan mengubah salah

    satu elemen tersebut (Festinger, 1957). Disonansi kognitif didasarkan pada

    gagasan tentang apa yang terjadi dan diproses di dalam kepala manusia.

    Kognisi yang tidak konsisten menyebabkan ketegangan yang tidak

    menyenangkan, ketegangan itu memiliki sifat seperti drive dan harus

    dikurangi (Cooper, 2007). Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi

    disonansi antara lain:

    a. Mengubah elemen kognitif perilaku

    Ketika disonansi terjadi antara elemen pengetahuan tentang

    lingkungan dan elemen perilaku. Hal yang paling sering dilakukan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    untuk menghilangkan disonansi yaitu dengan mengubah elemen

    kognitif perilaku sehingga sesuai dengan elemen lingkungan. Hal ini

    dapat dilakukan dengan mengubah tindakan atau perasaan yang

    merupakan elemen perilaku, ketika perilaku berubah maka elemen

    kognisi tentang perilaku akan berubah sehingga disonansi dapat

    dihilangkan (Festinger, 1957). Contoh: ketika seseorang sedang piknik

    lalu hujan turun maka yang orang lakukan adalah berkemas pulang

    menghindari hujan dan membatalkan pikniknya.

    b. Mengubah elemen kognitif lingkungan

    Mengubah elemen kognitif lingkungan dengan mengubah situasi

    agar sesuai dengan elemen kognitif lainnya untuk menghilangkan

    disonansi. Hal Ini paling sulit dilakukan karena jauh lebih sulit

    mengubah lingkungan daripada mengubah perilaku seseorang, karena

    seseorang harus memiliki tingkat kontrol yang cukup tinggi atas

    lingkungan sosialnya (Festinger, 1957). Contoh: seorang tenaga kerja

    Indonesia memutuskan untuk bekerja di suatu perusahaan di Jepang.

    Setelah beberapa waktu orang tersebut merasa tertekan dengan

    lingkungan kerjanya yang memiliki budaya ontime dan kerja cepat.

    Hal tersebut membuat orang tersebut meminta teman-teman kerjanya

    untuk mengubah cara kerja teman-temannya agar lebih santai dan

    sesuai dengan gaya kerja orang tersebut. Namun hal tersebut tidak

    berhasil dilakukan mengingat dalam budaya Jepang orang bisaanya

    bekerja dengan cepat dan tepat waktu.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    c. Menambahkan elemen kognitif baru

    Untuk mengurangi total besarnya disonansi dapat dilakukan

    dengan menambahkan elemen kognitif baru. Misalnya, jika ada

    disonansi antara beberapa elemen kognitif dapat dikurangi dengan

    menambahkan unsur kognitif baru yang sesuai dengan salah satu

    elemen kognitif yang akan dipertahankan. Dengan adanya ketidak

    nyamanan disonansi, maka seseorang akan secara aktif mencari

    informasi baru yang akan mengurangi disonansi dan pada saat yang

    sama akan menghindari informasi baru yang dapat meningkatkan

    disonansi yang ada (Festinger, 1957). Contoh: seorang perokok yang

    mengetahui bahaya merokok akan mencari informasi positif mengenai

    maanfaat merokok untuk tetap mempertahankan perilaku merokoknya

    dan mengurangi disonansi yang dialaminya.

    2. Resistensi Perubahan Perilaku

    a. Perubahan yang dilakukan bisa memberikan dampak yang

    menyakitkan atau memberikan kerugian (Festinger, 1957). Contoh:

    Seseorang yang ingin berhenti menggunakan narkoba dalam usahanya

    untuk berubah orang tersebut harus menanggung ketidaknyamanan dan

    rasa sakit (sakau) dan reaksi tubuh lainnya sebagai konsekuensinya.

    Dalam keadaan seperti itu akan ada resistensi untuk berubah. Besarnya

    resistensi ditentukan oleh tingkat rasa sakit yang akan di dapat.

    b. Perilaku saat ini mungkin memberikan kepuasan sehingga sulit untuk

    melakukan perubahan (Festinger, 1957). Contoh: seorang perokok

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    mendapatkan kepuasan saat merokok dan merasa rokok dapat

    mengurangi stresnya sesaat akan sulit untuk berubah dan untuk

    berhenti merokok karena dari perilaku merokoknya ia mendapatkan

    kepuasan.

    c. Melakukan perubahan tidak mungkin dilakukan. Ada beberapa hal

    yang tidak mungkin untuk dilakukan seseorang karena keterbatasan

    dan berbagai alasan yang dimiliki. Beberapa perilaku dan reaksi

    emosional tidak berada dalam kendali secara penuh (Festinger, 1957).

    Contoh: kita memiliki pengetahan bahwa bumi mengelilingi matahari

    sebagai pusat tata surya. Fakta tersebut sulit bahkan tidak mungkin

    untuk kita ubah.

    Kelebihan mengguakan teori disonansi kognitif yaitu ketika

    seseorang mengalami disonansi kognitif orang tersebut akan berusaha

    mengubah perilakunya sendiri atau melakukan usaha internal untuk

    mengubah perilakunya. Menurut teori Disonansi Kognitif, ketika

    seseorang mengalami perbedaan antara sikap dan perilakunya akan

    menimbulkan pertentangan dan ketidaknyamanan psikologis sehingga

    menimbulkan perubahan perilaku dan sikap (Hidayat & Bashori, 2016).

    Individu tersebut akan merasionalkan pikiranya dengan mengubah

    perilakunya sejalan dengan sikapnya ataupun sebaliknya sehingga individu

    tersebut tidak lagi merasakan ketegangan dalam dirinya (Hidayat &

    Bashori, 2016).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    3. Dinamika Disonansi Kognitif dan Gaya Hidup

    Disonansi kognitif dapat mempengaruhi perubahan perilaku

    seseorang, hal ini dapat terjadi ketika seseorang mendapatkan informasi

    baru yang tidak sesuai dengan elemen-elemen kognisi yang dimiliki maka

    akan terjadi disonansi. Jika seseorang mengetahui elemen kognitif perilaku

    dan elemen kognitif pengetahuan tidak selaras, orang tersebut dapat

    mengubah salah satu atau kedua elemen tersebut (Cooper, 2007). Keadaan

    disonan mendorong seseorang untuk mengambil tindakan agar disonansi

    tersebut dapat dikurangi sehingga akan menciptakan keadaan yang

    harmoni atau konsonan. Menurut Tangney (1995), ketika seseorang

    melakukan perbuatan yang melanggar moralnya sendiri atau ketentuan

    baik dan benar yang di tentukan untuk dirinya sendiri orang tersebut akan

    merasakan perasaan bersalah. Perasaan bersalah memiliki dua karakteristik

    khusus yaitu, evaluasi perilaku negatif dan memperbaiki tindakan (Cohn &

    Fredrickson, 2010). Hal tersebut akan menyebabkan perubahan pada

    perilaku yang tidak sesuai dengan ketentuan baik dan benar seseorang

    dengan melakukan evaluasi dan perbaikan perilaku.

    4. Intervensi Disonansi Kognitif

    Ketika seseorang diberikan sebuah informasi bahwa sikapnya tidak

    sejalan dengan perilakunya, maka orang tersebut akan mengalami

    disonansi kognitif (Festinger, 1957). Elemen-elemen kognitif yang dibuat

    tidak konsisten dalam penelitian ini yaitu elemen pengetahuan dan elemen

    perilaku partisipan. Dengan menciptakan inkonsistensi pada pengetahuan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    dan perilaku, diharapkan partisipan akan mengalami disonansi kognitif.

    Dalam penelitian ini intervensi disonansi kognitif akan menggunakan

    dinamika perubahan sesuai penjelasan diatas dengan cara menciptakan

    kesenjangan atau menghadapkan partisipan pada perbedaan antara nilai

    atau sikap partisipan dengan perilaku partisipan (Ciao & Latner, 2011).

    Dalam penelitian ini yang akan diubah yaitu gaya hidup, maka

    intervensi disonansi yang diciptakan yaitu dengan cara memberikan

    partisipan informasi bahwa partisipan memiliki elemen kognitif

    pengetahuan yang baik mengenai diabetes namun memiliki elemen

    kognitif perilaku yang buruk. Menurut Tangney (1995), ketika seseorang

    melakukan perbuatan yang melanggar moralnya sendiri (ketentuan baik

    dan benar) yang di tentukan oleh dirinya sendiri, ia akan merasakan

    perasaan bersalah. Perasaan bersalah akan mendorong seseorang untuk

    melakukan evaluasi perilaku negatif dan memperbaiki tindakan (Cohn &

    Fredrickson, 2010). Hal tersebut akan mendorong partisipan untuk

    memperbaiki gaya hidupnya dengan mengubah gaya hidupnya menjadi

    lebih sehat agar sejalan dengan pengetahuannya yang sudah baik.

    Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti merumuskan hipotesis

    yaitu: Intervensi Disonansi Kognitif dapat meningkatkan perilaku gaya

    hidup sehat seseorang. Ketika individu diberikan informasi bahwa elemen

    kognitif perilakunya lebih buruk dibandingkan dengan elemen kognitif

    pengetahuannya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    D. Konsensus Sosial dan Perilaku

    Konsensus sosial adalah bagaimana orang bereaksi ketika dibandingkan

    dengan orang-orang lain pada keadaan atau stimulus tertentu. Seseorang

    dikatakan melakukan konsensus sosial ketika ia berprilaku seperti perilaku

    orang- orang lain kebanyakan (Walgito, 2003). Dalam teori konsensus sosial,

    pembentukan keyakinan dipengaruhi oleh keyakinan kelompok (Ciao &

    Latner, 2011). Teori konsensus sosial membahas pengaruh kuat dari

    keyakinan kelompok terhadap pembentukan keyakinan dan sikap individu

    (Sechrist & Stangor: Sechrist & Milford dlm Young, 2011).

    Teori ini menunjukkan bahwa ketika individu menerima informasi

    bahwa seorang individu berbeda dengan teman-temannya atau kelompoknya,

    makai ia akan cenderung mengubah dirinya sesuai dengan kelompoknya.

    Individu cenderung mengubah keyakinan dan sikap untuk menyesuaikan diri

    individu dengan norma-norma kelompok (Sechrist & Stangor: Sechrist &

    Milford dlm Young, 2011).

    Teori konsensus tergabung kedalam teori atribusi, teori atribusi

    merupakan teori yang ingin menjelaskan mengenai perilaku seseorang.

    Apakah perilaku tertentu disebabkan oleh faktor internal ataukah eksternal.

    Faktor internal misalnya, sikap, sifat tertentu ataupun aspek-aspek internal

    lainnya, sedangkan keadaan eksternal misalnya, lingkungan atau situsai

    tertentu (Walgito, 2003). Kelley mengembangkan lagi teori atribusi,

    menurutnya prilaku manusia dapat disebabkan oleh faktor internal, faktor

    eksternal atau faktor internal dan eksternal secara bersamaan. Untuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    menentukan suatu perilaku merupakan atribusi internal atau atribusi eksternal

    ataukah atribusi internal-eksternal, Kelley menggunakan tiga determinan

    yaitu: konsensus, konsistensi, dan distinctiveness (Walgito, 2003).

    Konsensus, yaitu bagaimana individu bereaksi bila dibandingkan

    dengan orang lain kebanyakan, terhadap stimulus tertentu. Misalnya bila

    indivdu berperilaku tertentu sedangkan orang-orang lain tidak melakukan

    perilaku demikian, maka dapat dikatakan bahwa konsensus individu tersebut

    rendah dan sebaliknya (Walgito, 2003).

    Konsistensi, yaitu bagaimana individu berperilaku atau bereaksi

    terhadap stimulus yang sama dalam situasi yang berbeda. Bila individu

    tersebut bereaksi dengan cara yang sama terhadap stimulus yang sama pada

    keadaan yang berbeda, maka indivitu tersebut mempunyai konsistensi yang

    tinggi dan sebaliknya (Walgito, 2003).

    Distinctiveness, yaitu bagaimana seseorang bereaksi pada stimulus atau

    situasi yang berbeda-beda. Bila orang tersebut memberikan reaksi yang sama

    pada stimulus yang berbeda, maka dapat diakatakan orang tersebut memiliki

    distinctiveness rendah dan sebaliknya (Walgito, 2003).

    1. Konsensus Sosial dan Perubahan Gaya Hidup

    Konsensus Sosial dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang. hal

    ini dapat terjadi karena ketika seseorang berada dalam keadaan berbeda

    seseorang akan mengubah perilakunya seperti perilaku orang kebanyakan.

    Konsensus sosial yaitu bagaimana seseorang bereaksi ketika dibandingkan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    dengan orang lain pada keadaan atau stimulus tertentu. Ketika seseorang

    merasa dirinya berbeda dengan norma kelompok, maka menurut teori

    konsensus sisoal orang tersebut akan mengubah perilakunya seperti

    perilaku orang- orang lain kebanyakan (Walgito, 2003). Dalam teori gaya

    hidup dipengaruhi oleh kondisi eksternal, yaitu kondisi fisik, keluarga,

    teman, atau hubungan sosial yang menopang kecenderungan individu

    untuk terlibat dalam satu atau beberapa bentuk perilaku yang berpola

    (Hendricks dan Hatch, 2006). Melalui kondisi eksternal menimbulkan

    perubahan gaya hidup karena tekanan dari luar diri individu menyebabkan

    individu menyesuaikan diri dengan norma kelompok (Hendricks dan

    Hatch, 2006).

    Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti merumuskan hipotesis

    yaitu: Intervensi Konsensus Sosial dapat meningkatkan gaya hidup sehat

    seseorang. Ketika individu diberikan informasi bahwa gaya hidupnya lebih

    buruk dibandingkan dengan kelompoknya.

    2. Intervensi Konsensus Sosial

    Intervensi Konsensus sosial yaitu menciptakan situasi atau

    menghadapkan partisipan pada perbedaan antara nilai atau perilaku

    partisipan dengan perilaku kelompoknya (Ciao & Latner, 2011). Dalam

    penelitian ini, peneliti meciptakan perbedaan antara gaya hidup partisipan

    dan gaya hidup kelompok. Partisipan memiliki gaya hidup yang buruk dan

    merupakan gaya hidup yang paling buruk bila dibandingkan dengan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    teman-teman kelompok partisipan. Hal tersebut akan membuat partisipan

    mengalami kondisi konsensus sosial sehingga partisipan akan mengubah

    perilaku gaya hidupnya agar sesuai dengan teman-teman kelompoknya.

    E. Konsensus Sosial, Disonansi Kognitif dan Budaya

    Sebelumnya telah dilakukan penelitian yang menggunakan

    pendekatan teori Disonansi Kognitif dan teori Konsensus Sosial.

    Penelitian tersebut berjudul “Reducting Obesity Stigma: The Effectiveness

    of Cognitive Dissonance and Sosial Consensus Interventions” yang

    dilakukan oleh (Ciao & Latner, 2011). Subjek dari penelitian tersebut

    adalah mahasiswa Universitas Hawaii, Amerika Serikat yang membahas

    mengenai bagaimana cara menurunkan stigma obesitas di Amerika dengan

    menggunakan intervensi kognitif disonansi dan konsensus sosial. Hasil

    penelitian tersebut menemukan bahwa disonansi kognitif lebih baik dalam

    mempengaruhi perubahan sikap mengenai stigma obesitas dibandingkan

    konsensus sosial. Namun, hasil penelitian tersebut kemungkinan belum

    tentu bisa digeneralisasikan di Indonesia.

    Dalam budaya kolektivis seperti Indonesia, orang memandang

    norma sosial sebagai prediktor yang lebih baik dibandingkan kepuasan

    hidup pribadi (Suh, Diener, Oishi & Triandis 1998). Seorang individu

    dalam budaya kolektivis akan merasa lebih bermakna hidupnya di dalam

    hubungan sosialnya dibandingkan dalam tindakan otonomnya yang

    independen (Markus & Kitayama 1991). Dalam budaya timur yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    kolektivis, memiliki ketergantungan pada orang lain dianggap sebagai

    bagian dari relasi sosial dimana perilaku seseorang ditentukan atau

    bergantung pada pemahaman seseorang terhadap pemikiran, perasaan, dan

    tindakan orang lain dalam suatu hubungan sosial (Markus dan Kitayama

    1991).

    Seseorang yang interdependensi menganggap dirinya bagian

    dalam kelompok sosial tertentu dan memandang baik diri dan orang lain

    adalah sama (Taylor, Peplau & Sears, 2009). Indonesia merupakan Negara

    Asia yang tidak menekankan pada nilai-nilai individual, namun

    menekankan pada nilai-nilai kolektivisme (Kitayama, 2007). Sejak kecil,

    anak-anak Indonesia dilatih kolektivis untuk memiliki rasa hormat

    terhadap otoritas dan mengembangkan pibadi yang selaras (harmoni)

    dengan kelompok (Lestari, 2007).

    Dalam budaya kolektivis, ketika individu merasa dirinya berbeda

    dengan norma kelompok, maka ia cenderung akan mengalami

    ketidaknyamanan sehingga individu tersebut akan mengubah dirinya

    sesuai dengan kelompok atau orang lain kebanyakan (Walgito, 2003). Hal

    tersebut menyebabkan intervensi konsesnsus sosial akan lebih

    berpengaruh pada perubahan perilaku di negara-negara yang menganut

    budaya kolektivis.

    Dalam budaya individualis, emosi individual merupakan hal yang

    lebih baik dibandingkan norma sosial (Suh, Diener, Oishi & Triandis

    1998). Di budaya barat seperti Negara Amerika sangat menekankan pada

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    individualitas yang membedakan diri dengan orang lain yang dipandang

    sebagai hal yang unik (Maerkus & Kitayama, 1991). Dalam budaya barat

    seseorang tidak hanya memandang diri sebagai unit yang independen,

    namun menjadikan independensi sebagai dasar untuk bersoaialisasi

    (Maerkus & Kitayama, 1991). Orang dengan konstruksi diri independen

    akan cenderung mengabaikan lingkungan sosial saat mengambil

    kesimpulan personalnya (Kuhen, Hannover & Schubert, 2001). Orang

    yang memahami diri sebagai diri yang independen akan memandang

    dirinya sebagai sosok yang unik dan tidak menganggap diri mereka sama

    dengan orang lain (Taylor, Peplau & Sears, 2009).

    Dalam budaya individualis seseorang lebih mementingkan

    independensi dalam dirinya sebagai dasar berinteraksi dengan orang lain

    dibandingkan dengan menganggap dirinya mengikuti orang lain (Suh,

    Diener, Oishi & Triandis 1998). Sehingga ia akan lebih terganggu oleh

    keadaan inkonsistensi dalam dirinya dibandingkan ketika ia berbeda

    dengan lingkungan sosialnya. Hal tersebut menyebabkan disonansi

    kognitif akan lebih berpengaruh pada perubahan perilaku, di negara-negara

    yang menganut budaya individualis.

    Berdasarkan pemaparan sebelumnya, peneliti merumuskan

    hipotesis sebagai berikut: intervensi konsensus sosial akan lebih

    berpengaruh pada peningkatan gaya hidup sehat dibandingkan intervensi

    disonansi kognitif di Indonesia

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    Hal ini membuat peneliti ingin melihat perubahan gaya hidup dari

    seseorang yang fokusnya pada area kognitif dengan menguji evektifitas

    intervensi disonansi kognitif dan konsensus sosial untuk mengetahui

    intervensi manakah yang paling evektif untuk mengubah gaya hidup untuk

    mencegah diabetes melitus tipe 2 di Indonesia.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Desain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen dengan jenis rancangan

    penelitian Between subject pretest-posttest control group design. Rancangan

    tersebut dipilih peneliti untuk melihat pengaruh variable bebas (VB) terhadap

    variabel tergantung (VT) melalui perbedaan skor VT antara kelompok yang

    diberikan perlakuan yang berbeda dan melihat perbedaan sebelum dan sesudah

    pemberian perlakuan (Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2015). Melalui rancangan

    ini peneliti melakukan randomisasi dengan memasukkan partisipan secara

    acak ke kelompok kontrol (KK) dan kelompok eksperimen (KE).

    Efikasi kredibilitas perlakuan yang diberikan dilakukan dengan cara

    membandingkan hasil pengukuran kinerja pretest dan posttest kelompok

    Eksperimen dan Kelompok Kontrol (Seniati, Yulianto & Setiadi, 2008). Pada

    penelitian ini akan dibentuk 3 kelompok yaitu Kelompok Eksperimen

    Disonansi Kognitif (EDK), Kelompok Eksperimen Konsensus Sosial (EKS)

    dan Kelompok Kontrol (KK). Kelompok Eksperimen Disonansi Kognitif dan

    Kelompok Eksperimen Konsensus Sosial akan diberikan masing-masing

    umpan balik yang berbeda setealah pretest dilakukan, sedangkan kelompok

    kontrol tidak diberikan perlakuan apapun.

    Penelitian ini menggunakan pretest-posttest control group design.

    Dalam desain ini pretest dilambangkan dengan ( ) sebagai lambang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    pengukuran variable terikat sebelum eksperimen, tanda (X) melambangkan

    perlakuan yang diberikan, dan kondisi posttest dilambingkan dengan ( ).

    Tabel 1.

    Between Subject Pretest-Posttest Control Group Design

    Random

    Assignment Subjek Pretest Perlakuan Postt

    est

    RA

    RA

    Kelompok Eksperimen

    Disonansi Kognitif

    Kelompok Eksperimen

    Konsensus Sosial

    X

    X

    RA Kelompok Kontrol

    (KO)

    O¹ - O²

    B. Variabel Penelitian

    Dalam penelitian ini, terdapat satu variable terikat dan dua variable

    bebas. Masing-masing variable tersebut adalah:

    1. Variabel Terikat : Gaya Hidup

    2. Variabet Bebas 1 : Intervensi Disonansi Kognitif

    3. Variabel Bebas 2 : Intervensi Konsensus Sosial

    Keterangan:

    O¹ : Pretest (Tes Awal) O² : Posttest (Tes Akhir)

    X : Perlakuan (Feedback)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    C. Definisi Operasional

    1. Gaya Hidup

    Gaya Hidup merupakan sebuah pilihan perilaku mengenai aktivitas

    makan, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, konsumsi rokok, yang dilakukan

    individu. Gaya hidup yang sehat yaitu melakukan diet sehat, peningkatan

    aktivitas fisik, berhenti merokok, tidak menkonsumsi alkohol dan menjaga

    berat badan yang ideal. Dalam penelitian ini gaya hidup partisipan diukur

    dengan menggunakan skala gaya hidup yang terdiri dari 4 aspek dengan

    13 item. Jawaban subjek diskor berdasarkan 5 skala likert, 5 untuk respon

    “sangat sering”, 4 untuk respon “sering”, 3 untuk respon “kadang-

    kadang”, 2 untuk respon “jarang” dan 1 untuk respon “tidak pernah”.

    Semakin tinggi skor total partisipan menunjukan semakin baik gaya hidup

    yang dimiliki partisipan.

    2. Intervensi Disonansi Kognitif

    Disonansi kognitif adalah keadaan ketika seseorang mengalami

    ketidak konsistenan antara keyakinan, sikap, dan perilakaku dalam dirinya,

    hal tersebut akan menimbulkan ketidak nyamanan pskologis, sehingga

    orang tersebut akan termotivasi menghilangkan ketidak konsisitenannya

    dengan