PERUBAHAN GAYA HIDUP UNTUK MENCEGAH DIABETES …repository.usd.ac.id/36568/2/149114202_full.pdf ·...
Transcript of PERUBAHAN GAYA HIDUP UNTUK MENCEGAH DIABETES …repository.usd.ac.id/36568/2/149114202_full.pdf ·...
-
i
PERUBAHAN GAYA HIDUP UNTUK MENCEGAH
DIABETES MELITUS TIPE 2 DITINJAU DENGAN TEORI
KOGNITIF DISONANSI DAN KONSENSUS SOSIAL
SKRIPSI
HALAMAN JUDUL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Pande Ayu Sawitri Dewi
149114202
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ii
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
PERUBAHAN GAYA HIDUP UNTUK MENCEGAH
DIABETES MELITUS TIPE 2 DITINJAU DENGAN TEORI
KOGNITIF DISONANSI DAN KONSENSUS SOSIAL
SKRIPSI
Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Pande Ayu Sawitri Dewi
149114202
Telah Disetujui Oleh:
Pembimbing Skripsi
Dr. Tjipto Susana, M.Si. Yogyakarta,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
PERUBAHAN GAYA HIDUP UNTUK MENCEGAH
DIABETES MELITUS TIPE 2 DITINJAU DENGAN TEORI
KOGNITIF DISONANSI DAN KONSENSUS SOSIAL
Dipersiapkan dan disusun oleh:
Pande Ayu Sawitri Dewi
NIM: 149114202
Telah diperteangungjawabkan di hadapan Panitia Penguji
Pada tanggal:
Dan dinyatakan memenuhi syarat.
Susunan Panitia Penguji:
Nama Penguji: Tanda Tangan
1. Penguji 1 : Dr. Tjipto Susana, M.Si.
2. Penguji 2 : Dr. Aquilina Tanti Arini
3. Penguji 3 : Dr. Victorius Didik Suryo Hartoko
Yogyakarta,
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
(Dr. Titik Kristiyani, M. Psi.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
HALAMAN MOTTO
Be Yourself and Love Yourself
Always Grateful and Stay Positive
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk:
Kemajuan penelitian dibidang dibetes mellitus dan pencegahan diabetes
melitus
Untuk semua penjuang diabetes di Indonesia
Untuk semua generasi muda yang memiliki risiko diabetes mellitus
Untuk masyarakat Indonesia
dan Almamaterku Universitas Sanata Dharama Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 13 Januari 2020
Penulis,
Pande Ayu Sawitri Dewi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
PERUBAHAN GAYA HIDUP UNTUK MENCEGAH DIABETES
MELITUS TIPE 2 DITINJAU DENGAN TEORI KOGNITIF DISONANSI
DAN KONSENSUS SOSIAL
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Pande Ayu Sawitri Dewi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas perlakuan disonansi kognitif dan
konsensus sosial untuk mengubah gaya hidup di Indonesia. Hipotesis penelitian ini yaitu intervensi
konsensus sosial lebih efektif untuk mengubah gaya hidup di Indonesia. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen menggunakan rancangan pretest-posttest control group design. Partisipan
penelitian sebanyak 30 orang yang dibagi secara acak dalam 3 kelompok, yaitu kelompok
eksperimen disonansi kognitif, kelompok eksperimen konsensus sosial dan kelompok kontrol.
Partisipan penelitian adalah mahasiswa dan mahasiswi yang berusia 18-25 tahun. Penelitian ini
menggunakan alat pengukuran berupa skala gaya hidup dan pengetahuan diabetes yang disusun
oleh peneliti. Analisis data mengunakan one way anova gainscore. Hasil analisis menunjukkan
nilai uji F (2,26) = 3.512 dengan P = 0.045 (P < 0.05). Artinya terdapat perbedaan yang signifikan
antara gain score kelompok disonansi kognitif, konsensus sosial dan kontrol. Hasil analisis post
hoc yang disajikan pada tabel 17 menunjukkan bahwa hanya rata-rata gain score konsensus sosial
dan kontrol yang memiliki perbedaan, sedangkan rata-rata gain score antar kelompok disonansi
kognitif dan kelompok kontrol tidak berbeda secara signifikan. Dengan demikian, intervensi yang
paling berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan gaya hidup adalah konsensus sosial.
Kata kunci: Gaya hidup, disonansi kognitif, konsensus sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
LIFESTYLE CHANGES TO PREVENT DIABETES
MELLITUS TYPE 2 REVIEWED WITH THE COGNITIVE
DISSONANCE THEORY AND SOSIAL CONSENSUS
Faculty of Psychology
Sanata Dharma University
Pande Ayu Sawitri Dewi
ABSTRACT
This study aims to examine the effectiveness of cognitive dissonance and sosial consensus
treatments to change lifestyles in Indonesia. The hypothesis of this study is that sosial consensus
interventions are more effective in changing lifestyles in Indonesia. This research is an
experimental study using a pretest-posttest control group design. Research participants were 30
people who were randomly divided into 3 groups, namely the cognitive dissonance experimental
group, the sosial consensus experimental group and the control group. The research participants
were college students and students aged 18-25 years. This study uses measurement tools in the
form of lifestyle scales and diabetes knowledge scale compiled by researchers. Data analysis using
oneway ANOVA gain score analysis results showed the test value F (2.26) = 3,512 with P = 0.045
(P
-
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma
Nama : Pande Ayu Sawitri Dewi
Nomer Induk Mahasiswa : 149114202
Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PERUBAHAN GAYA HIDUP UNTUK MENCEGAH
DIABETES MELITUS TIPE 2 DITINJAU DENGAN TEORI
KOGNITIF DISONANSI DAN KONSENSUS SOSIAL
Demikian saya menyerahkan kepada perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas,
dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu memilnta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal,
Yang menyatakan
(Pande Ayu Sawitri Dewi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkah dan
kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Prubahan Gaya
Hidup Untuk Mencegah Diabetes Melitus tipe 2 Ditinjau dengan Teori Kognitif
Disonansi dan Konsensus Sosial” dengan baik. Dalam penyusunan skripsi ini,
penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi, Dr.
Tjipto Susan, yang telah membimbing dan membantu saya dalam
penyusunan skripsi saya. Mengajarkan saya apa arti “berusaha” dan
membuat saya menjadi lebih kuat.
2. Pak Edward Theodorus M.App.Psy. yang membantu memberikan
masukan dan artikel jurnal yang menjadi bagian penting dalam skripsi
saya
3. Pak Albertus Harimuri S.Psi.,M.Hum. yang telah membantu berdiskusi
mengenai teori budaya dalam skripsi saya
4. Pak Agung Santoso Ph.D. yang membantu memberikan masukan terkait
analisis data SPSS.
5. Mas Muji sebagai Kepala Laboratorium Psikologi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta yang telah membantu kelancaran dalam pengambilan
data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
6. Sahabatku Ni Nyoman Indah Triwahyuni yang banyak membantu dan
memberikan dukungan yang tulus dalam penyusunan skripsi saya.
7. Sahabatku Deva Methia Guntari, terimakasih atas segala dukungan dan
bantuan yang tulus semala ini.
8. Keluargaku yang tercinta, ibu, guru, mbok eka, dan bli kadek yang telah
mencintaiku dan selalu memberikan dukungan berupa material dan
dukungan moral selama proses perkuliahanku hingga skripsi ini berhasil
aku selesaikan.
9. Semua partisipan yang telah bersedia mengikuti penelitian dan membantu
kelancaran dalam pengambilan data.
10. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah
membantu dan mendukung kelancaran saya dalam keberhasilan skripsi
saya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masij jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini, mengingat keterbatasan dan
kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran dari pembaca demi kemajuan di masa yang akan dating. Terima
kasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 13
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 13
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 13
1. Manfaat Teoretis ..................................................................................... 13
2. Manfaat Praktis ....................................................................................... 13
BAB II ................................................................................................................... 14
LANDASAN TEORI ............................................................................................ 14
A. Diabetes Melitus......................................................................................... 14
1. Jenis-jenis diabetes melitus .................................................................... 15
a. Diabetes tipe 1 .................................................................................... 15
b. Diabetes tipe 2 .................................................................................... 16
2. Faktor-faktor penyebab diabetes melitus tipe 2...................................... 16
a. Faktor yang tidak dapat diubah atau dimodifikasi .............................. 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
1) Faktor genetika ................................................................................ 16
2) Usia ................................................................................................. 17
b. Faktor yang dapat diubah atau dimodifikasi ....................................... 17
1) Gaya hidup yang buruk ................................................................... 17
2) Kelebihan berat badan ..................................................................... 18
B. Gaya Hidup ................................................................................................ 18
1. Pembentukan dan perubahan gaya hidup ............................................... 19
2. Gaya hidup dan diabetes melitus ............................................................ 19
3. Pencegahan diabetes dengan gaya hidup yang sehat .............................. 20
C. Disonansi Kognitif dan Perilaku ................................................................ 22
1. Pengurangan disonansi ........................................................................... 25
a. Mengubah elemen kognitif perilaku ................................................... 25
b. Mengubah elemen kognitif lingkungan .............................................. 26
c. Menambahkan elemen kognitif baru .................................................. 27
2. Resistensi Perubahan Perilaku ................................................................ 27
3. Dinamika Disonansi Kognitif dan Gaya Hidup ..................................... 29
4. Intervensi Disonansi Kognitif ................................................................ 29
D. Konsensus Sosial dan Perilaku................................................................... 31
1. Konsensus Sosial dan Perubahan Gaya Hidup ....................................... 32
2. Intervensi Konsensus Sosial ................................................................... 33
E. Konsensus Sosial, Disonansi Kognitif dan Budaya ................................... 34
BAB III ................................................................................................................. 38
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 38
A. Jenis dan Desain Penelitian ........................................................................ 38
B. Variabel Penelitian ..................................................................................... 39
C. Definisi Operasional................................................................................... 40
1. Gaya Hidup ............................................................................................. 40
2. Intervensi Disonansi Kognitif ................................................................ 40
3. Intervensi Konsensus Sosial ................................................................... 41
4. Tanpa Intervensi ..................................................................................... 41
D. Manipulasi Variabel Bebas ........................................................................ 41
E. Pengecekan Manipulasi .............................................................................. 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
F. Validitas Internal ........................................................................................ 46
1. Proactive history .................................................................................... 46
2. Maturation .............................................................................................. 47
3. Testing .................................................................................................... 47
4. Instrumentation effect ............................................................................. 47
5. Bias eksperimenter ................................................................................. 48
G. Pengalaman Partisipan ............................................................................... 48
H. Partisipan Penelitian ................................................................................... 48
I. Prosedur Penelitian..................................................................................... 49
J. Pelaksanaan Eksperimen ............................................................................ 52
1. Prosedur eksperimen .............................................................................. 52
a. Pre-test ....................................................................................................... 52
b. Perlakuan ................................................................................................ 53
1. Kelompok eksperimen disonansi kognitif .............................................. 53
2. Kelompok eksperimen konsensus sosial ................................................ 53
3. Kelompok Kontrol .................................................................................. 54
c. Post-test .................................................................................................. 54
2. Alat Pengumpulan Data .......................................................................... 54
K. Validias dan Reliabilitas ............................................................................ 56
1. Uji Validitas Isi ...................................................................................... 56
2. Analisis Item ........................................................................................... 57
L. Reliabilitas Konsistensi Internal ................................................................ 60
M. Metode Analisis Data ............................................................................. 60
BAB IV ................................................................................................................. 61
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 61
A. Uji Validitas Isi .......................................................................................... 61
B. Analisis Item Skala .................................................................................... 61
C. Reliabilitas ................................................................................................. 64
D. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 64
1. Pre-test .................................................................................................... 64
E. Post-test ...................................................................................................... 65
F. Uji Pengecekan Manipulasi........................................................................ 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
G. Analisis Data .............................................................................................. 70
1. Deskripsi data penelitian ........................................................................ 70
H. Uji Asumsi ................................................................................................. 71
a. Uji Normalitas..................................................................................... 71
3 Uji Homogenitas ..................................................................................... 72
I. Uji Hipotesis .............................................................................................. 73
a. ANAVA satu jalur gain score ............................................................ 73
J. Pembahasan ................................................................................................ 75
BAB V ................................................................................................................... 79
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 79
A. Kesimpulan ................................................................................................ 79
B. Kelebihan dan keterbatasan penelitian ....................................................... 79
C. Saran ........................................................................................................... 80
1. Bagi peneliti selanjutnya ........................................................................ 80
D. Bagi praktisi kesehatan .............................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 82
LAMPIRAN ......................................................................................................... 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Between Subject Pretest-Posttest Control Group Design ....................... 39
Tabel 2. Skor Penilaian Angket Gaya Hidup ........................................................ 55
Tabel 3. Skor Penilaian Angket Diabetes ............................................................. 56
Tabel 4. Distribusi Item Skala Gaya Hidup Sebelum Uji Coba ............................ 58
Tabel 5. Distribusi Item Skala Pengetahuan Diabetes Uji Coba ........................... 59
Tabel 6. Distribusi Item Skala Pengetahuan Diabetes Setelah Uji Coba .............. 62
Tabel 7. Distribusi Item Skala Lifestyle Setelah Uji Coba ................................... 63
Tabel 8. Data Deskriptif Subjek ............................................................................ 66
Tabel 9. Data Deskriptif Pengecekan Manipulasi Partisipan Penelitian ............... 67
Tabel 10. Uji Anova Hasil Pengecekan Manipulasi ............................................. 68
Tabel 11. Data Deskriptif Hasil Penelitian ........................................................... 70
Tabel 12. Data Deskriptif Gain Score ................................................................... 71
Tabel 13. Hasil Uji Normalitas ............................................................................. 72
Tabel 14. Hasil Uji Homogenitas .......................................................................... 72
Tabel 15. Deskripsi Statistik Pada KDK, KKS dan KK ....................................... 73
Tabel 16. Analisis Anava Satu Jalur Gain Score .................................................. 74
Tabel 17. Post Hoc Gain Score ............................................................................. 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. ........................................................................................................... 87
Informed Consent .................................................................................................. 87
Lampiran 2. ........................................................................................................... 88
Skala Gaya Hidup dan Skala Diabetes .................................................................. 88
Lampiran 3. ........................................................................................................... 95
Tabel Uji Reliabilitas dan Validitas Isi Skala Gaya Hidup ................................... 95
Lampiran 4. ........................................................................................................... 96
Tabel Uji Reliabelitas dan Validitas Isi Pengetahuan Diabetes. ........................... 97
Lampiran 5. ........................................................................................................... 99
Hasil Uji Asumsi ................................................................................................... 99
Lampiran 6. Hasil Uji Hipotesis ........................................................................ 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi akibat pankreas tidak
dapat menghasilkan cukup insulin atau apa bila tubuh tidak dapat secara
efektif menggunakan insulin yang dihasilkan (WHO, 2017). Insulin adalah
hormon yang mengatur gula darah dalam tubuh. Peningkatan kadar gula darah
atau Hiperglikomia, merupakan efek umum dari diabetes yang tidak
terkontrol. Seiring berjalannya waktu hal tersebut menyebabkan kerusakan
serius pada banyak sistem tubuh, terutama syaraf dan pembuluh darah (WHO,
2017). Diabetes merupakan penyakit seumur hidup yang disebabkan karena
tubuh tidak dapat menghasilkan insulin atau tidak dapat menggunakan insulin
yang dihasilkan oleh tubuh untuk mencukupi kebutuhan (Jhonson, 1998).
Data WHO (2017) mengungkapkan bahwa pada tahun 2014, delapan
koma lima persen orang dewasa berusia 18 tahun ke atas menderita diabetes.
Selain itu, pada tahun 2014 diabetes telah mencapai angka 422 juta jiwa di
dunia. 1 dari 11 orang mengidap diabetes dan 3,7 juta orang meninggal karena
tingginya glukosa dalam darah. Di indonesia 6% kematian disebabkan oleh
penyakit diabetes dan diabetes berada pada urutan ke 6 sebagai
penyebab kematian di Indonesia. Pada tahun 2015, diabetes adalah penyebab
langsung 1,6 juta kematian dan pada tahun 2012 tinginya glukosa dalam darah
adalah penyebab 2,2 juta kematian di dunia. Sekitar 8% wanita di dunia hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
dengan diabetes, lebih dari setengah bagiannya tinggal di Asia Tenggara dan
Pasifik Barat.
Menurut Organisai Kesehatan Dunia (WHO, 2017), diabetes yang
paling umum terjadi adalah diabetes tipe 2 pada orang dewasa. Pada diabetes
tipe 2 tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau tidak dapat menghasilkan
cukup insulin. Diabetes tipe 2 bisaanya menyerang orang dewasa akan tetapi
sekarang telah menyerang anak-anak. Diabetes tipe 2 bisaanya tidak disadari
selama beberapa tahun, sampai terjadinya komplikasi dan kemudian pasien
sadar telah terkena diabetes. Diabetes tipe 2 paling sering menyerang orang
dewasa yang memiliki kelebihan berat badan yang telah berumur lebih dari 40
tahun. Diabetes tipe 2 juga disebut diabetes yang menyerang usia dewasa
(adult or maturity onset diabetes). Kebanyakan kasus diabetes tipe 2
didominasi oleh orang dewasa usia di atas 40 tahun, namun tidak menutup
kemungkiunan pada usia yang lebih muda (Jhonson, 1998).
Menurut WHO (2017) Diabetes tipe 2 disebabkan oleh faktor genetik
dan faktor metabolisme yang tidak sehat. Memiliki riwayat keluarga mengidap
diabetes, kelebihan berat badan, obesitas, pola makan yang tidak sehat, kurang
melakukan aktivitas fisik dan merokok dapat meningkatkan risiko terkena
diabetes tipe 2. Berat badan berlebih dan kurangnya aktivitas fisik menjadi
faktor risiko terkuat sekaligus menjadi penyebab utama diabetes tipe 2 di
dunia. Selain itu, perilaku merokok secara aktif dapat meningkatkan risiko
terkena diabetes tipe 2. Hal ini juga diungkapkan oleh (Jhonson, 1998) bahwa
faktor keturunan menjadi pencetus utama terjadinya diabetes tipe 2. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
kelebihan berat badan dan kurang olahraga juga menjadi faktor utama selain
faktor keturunan sebagai penyebab terjadinya diabetes tipe 2.
Seseorang yang telah didiagnosa mengidap diabetes bila tidak bisa
menjaga kadar gula dalam tubuhnya akan memberikan dampak negatif secara
fisik yaitu timbulnya berbagai macam penyakit lainnya. Menurut WHO,
(2017) semua jenis diabetes dapat menyebabkan komplikasi di banyak bagian
tubuh dan dapat meningkatkan kematian dini. Kompikasi yang terjadi meliputi
serangan jantung, stroke, gagal ginjal, kehilangan penglihatan, amputasi pada
kaki dan kerusakan syaraf. Pada kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol
dapat meningkatkan risiko kematian janin dan komplikasi lainnya. Diabetes
dan komplikasinya juga dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang besar
bagi penderita diabetes dan keluarganya. Perawatan rumah sakit yang harus
dibayar secara langsung dan rawat jalan menghabiskan banyak beaya,
ditambah lagi dengan kenaikan beaya insulin yang diresepkan oleh dokter.
Selain itu, diabetes juga berpengaruh secara langsung kepada sistem kesehatan
dan ekonomi nasional (Jhonson, 1998).
Tidak hanya secara fisik diabetes juga menimbulkan dampak buruk
secara psikologis yang akan dialami secara langsung oleh penderitanya seperti
stres, depresi, kurang bisa menerima diri dan penurunan kesejahteraan
psikologis. Menurut Jhonson, (1998) setelah didiagnosis mengalami diabetes,
sebagian besar orang mulai menyendiri dan menarik diri dari lingkungan
sosial. Seseorang yang telah divonis mengidap diabetes kurang bisa menerima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
kenyataan dan merasa orang lain kurang bisa menerima kondisi mereka
sehingga perlahan para penderita diabetes mengurangi kontak sosial.
Banyak penelitian telah dilakukan kuhususnya di Indonesia guna
mengatasi permasalahan psikologis yang ditimbulkan oleh penyakit diabetes.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Marthan, Hardjanta, dan Yudiati,
(2013) mengenai latihan berpikir positif terhadap depresi pada penderita
diabetes melitus. Ada pula penelitian yang dilakukan oleh Sujana,
Wahyuningsih dan Uyun, (2015) yang mengenai peningkatan kesejahteraan
psikologis pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan mengguanakn group
positive psychotherapy, kemudian penelitian yang dilakukan oleh Ramanda,
(2014) mengenai gambaran tingkat depresi pasien diabetes melitus tipe 2.
Penelitian-penelitian di Indonesia tersebut berfokus pada area kuratifnya. Para
peneliti tersebut mencoba mengatasi permasalahan-permasalahan yang
dialami para penderita diabetes. Namun di sisi lain, setiap tahunnya penyakit
diabetes semakin meningkat dan penelitian yang membahas pencegahan
diabetes masih sangat kurang dan perlu banyak dilakukan penelitian di area
preventif guna menekan angka penyakit diabetes.
Pencegahan dini diabetes tipe 2 dapat dilakuakan dengan gaya hidup
sehat sepreti berolahraga secara teratur, pola makan sehat, menghindari
merokok, dan menjaga tekanan darah dan berat badan (WHO 2017). Dengan
olah raga secara teratur dapat mencegah ataupun memperlambat terjadinya
diabetes tipe 2. Menurut (Jhonson, 1998) banyak penelitian telah dilakukan
berkaitan dengan pencegahan dan penanganan diabetes melitus, dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
menjaga gaya hidup sehat (healty life syle), diet yang tepat dan olah raga yang
cukup. Salah satunya adalah penelitian dari Juornal of American Medical
Association yang melaporkan hasil penemuan studi 21 ribu orang dokter.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa dengan berolah raga lima kali
seminggu dapat menurunkan 42% kasus diabetes melitus tipe 2. Bahkan hanya
dengan berolah raga sekali seminggu dapat menurunkan risiko terkena
diabetes. Lifestyle intervensi berbasis kelompok selama 6 tahun dapat
mencegah atau menunda terserang penyakit diabetes hingga 14 tahun setelah
intervensi dilaksanakan (Li, 2008).
Gaya hidup diartikan sebagai suatu kebisaaan, kebiaasan yaitu segala
sesuatu yang dilakukan seseorang secara rutin dan teratur yang membentuk
bagaimana seseorang menjalani hidup (Rumahorbo, 2014). Menurut Kotler,
(2006) Gaya hidup adalah sebuah pola hidup seseorang di dunia yang
ditampilkan dalam aktivitas, minat, dan pendapat. Gaya hidup
menggambarkan bagaimana seseorang secara utuh "pribadi yang utuh"
berinteraksi dengan lingkungannya (Kotler, 2006). Dalam psikologi gaya
hidup mempelajari mengenai anteseden, konsekuensi dan interaksi perilaku
gaya hidup yang termasuk didalammnya yaitu pola makan, konsumsi alkohol,
merokok, penggunaan narkoba, kegiatan fisik dan praktik seksual (Thirlaway
& Upton, 2009). Faktor risiko penyakit diabetes tipe 2, 98% adalah gaya
hidup dan perubahan gaya hidup merupakan kebutuhan dasar dalam
pecegahan diabetes, kendati demikian diperlukan kesadaran dan kemauan
dalam mengubah gaya hidup (Rumahorbo, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
Di luar negeri telah banyak dilakukan penelitian yang membahas
preventif diabetes tipe 2. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
Ramachandran dkk, (2006) yang berjudul “The Indian Diabetes Prevention
Programme shows that lifestyle modification and metformin prevent type 2
diabetes in Asian Indian subjects with impaired glucose tolerance (IDPP-
1)”dalam penelitian ini pencegahan diabetes dilakukan dengan memberikan
serangkaian intervensi perubahan gaya hidup dan pemberian obat metformin
yang dibagi kedalam 4 kelompok eksperimen yeng menemukan hasil bahwa
perubahan gaya hidup dan pemberian obat metformin dapat membantu pasien
diabetes. Ada pula penelitian yang dilakukan oleh Lindström dkk, (2006) yang
berjudul “Sustained reduction in the incidence of type 2 diabetes by lifestyle
intervention: follow-up of the Finnish Diabetes Prevention Study” dalam
penelitian ini setiap peserta diberikan intervensi perubahan gaya hidup yang
intensif selama 4 tahun berupa konseling gaya hidup, melakukan aktivitas
fisik yang intens dan mengontrol asupan lemak dalam tubuh. Selain itu
penelitian yang dilakukan oleh (Tuomilehto dkk, 2001) yang berjudul
“Prevention of Type 2 Diabetes Melitus by Change in Lifestyle Among
Subjects with Impaired Glucose Tolerance” dalam penelitian ini, 522 subjek
menerima konseling individual, program penurunan berat badan, peningkatan
aktivitas fisik dan kontrol pola makan. Penelitian-penelitian terdahulu
kebanyakan berfokus pada tertiary prevention, yaitu pencegahan yang
bertujuan mencegah memburuknya kondisi seseorang yang telah mengalami
diabetes tipe 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
Selain itu, banyak pula penelitian mengenai bagaimana mengubah gaya
hidup, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Carels, Darby,
Cacciapaglia and Douglass, (2004) mengenai mengurangi faktor risiko
kardiovaskular pada wanita pascamenopause melalui intervensi perubahan
gaya hidup. Dalam penelitian tersebut 40 wanita diubah gaya hidupnya
dengan aktifitas fisik, diet dan intervensi kontrol diri. Dari hasil penelitian
tersebut didapatkan perubahan gaya hidup berdasarkan intervensi yang
diberikan dan ditemukan bahwa intervensi perubahan gaya hidup efektif
mengurangi risiko kardiovaskular wanita obesitas dan pasca menopause. Ada
pula penelitian yang di lakukan oleh Rejeski dkk, (2012) mengenai perubahan
gaya hidup dan mobilitas pada orang dewasa yang obesitas dengan diabetes
tipe 2. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa perubahan gaya hidup
dengan Intervensi gaya hidup intensif menghasilkan penurunan berat badan
dan meningkatkan kebugaran yang dapat memperlambat hilangnya mobilitas
pada pasien obesitas. Selain itu, Lindstrom dkk, (2006) dalam penelitinnya
Pencegahan penyakit diabetes tipe 2 melalui intervensi gaya hidup yang
merupakan tindak lanjut dari studi pencegahan diabetes finlandia menemukan
bahwa intervensi perubahan gaya hidup menghasilkan perubaha gaya hidup
yang menguntungkan penurunan berat badan, mengurangi total asupan lemak
jenuh, peningkatan asupan pola makan sehat, dan peningkatan aktivitas fisik
pada orang yang memiliki risiko diabetes tipe 2. Penelitian- penelitian tersebut
secara langsung mengubah gaya hidup dengan memberi intervensi gaya hidup
pada pasein ataupun pada seseorang yang meiliki risiko diabetes tipe 2. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
tersebut membuat pasien atau seseorang yang memiliki risiko debetes tipe 2
kurang menyadari pentingnya mengubah gaya hidup dari dalam dirinya
sendiri guna mencegah atau memperlambat penyakit diabetes tipe 2.
Penelitian-penelitian terdahulu hanya berfokus pada mengubah
behaviour dari para pasien diabetes saja. Hal tersebut, membuat peneliti ingin
melakukan penelitian di area preventif yaitu penelitian yang mengupayakan
pencegahan diabetes dengan melihat perubahan perilaku gaya hidup melalui
proses kognitifnya. Melalui proses kognitif perubahan gaya hidup akan dapat
bertahan dalam waktu lama tanpa pengawasan dari pihak lain. Seperti
penelitian yang dialakukan oleh Senemeaud & Somat, (2009) yang berjudul
“Dissonance Arousal and Persistence in Attitude Change” membuktikan
kemampuan perubahan sikap jangka panjang dari teori disonansi kognitif,
Hasilnya menunjukkan bahwa perubahan sikap tidak hanya berlangsung
selama situasi eksperimental, namun terus berlanjut seiring waktu dan bahkan
perubahan sikap tersebut bertahan hingga sebulan kemudian. Berbeda dengan
penelitian (Senemeaud & Somat, 2009) peneliti mengguanakan Disonansi
Kognitif dan teori Konsensus Sosial.
Peneliti memilih menggunakan teori disoansi kognitif karena teori
disonansi kognitif memiliki kelebihan yaitu ketika seseorang mengalami
disonansi kognitif orang tersebut akan berusaha mengubah perilakunya sendiri
atau melakukan usaha internal untuk mengubah perilakunya. Menurut teori
Disonansi Kognitif, ketika seseorang mengalami perbedaan antara sikap dan
perilakunya akan menimbulkan pertentangan dan ketidaknyamanan psikologis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
(Hidayat & Bashori, 2016). Individu tersebut akan merasionalkan perilakuya
dengan mengubah perilakunya sejalan dengan sikapnya ataupun sebaliknya
sehingga individu tersebut tidak lagi merasakan ketegangan dalam dirinya
(Hidayat & Bashori, 2016).
Konsensus adalah bagaimana orang bereaksi ketika dibandingkan
dengan orang-orang lain pada keadaan atau stimulus tertentu. Seseorang yang
mengalami konsensus akan berprilaku seperti perilaku orang- orang lain
kebanyakan (Walgito, 2003). Dalam teori konsensus sosial, pembentukan
keyakinan dipengaruhi oleh keyakinan teman sebaya (Ciao & Latner, 2011).
Konsensus sosial mengubah sikap subjektif seseorang menjadi realitas
obyektif yanga ada di masyarakat Hardin & Higgins (dalam Pisrlin, 2012).
Konsensus Sosial mempengaruhi perilaku individu dalam kelompok, ketika
individu menerima informasi bahwa teman-temannya memiliki sikap atau
perilaku yang sama tentang kelompok tertentu atau memiliki konsensus sosial
tentang suatu kelompok, individu cenderung mengubah keyakinan dan sikap
untuk menyesuaikan dirinya dengan norma-norma kelompok (Sechrist &
Stangor: Sechrist & Milford dlm Young, 2011).
Sebelumnya sudah ada penelitian yang menggunakan kedua pendekatan
tersebut. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh (Ciao & Latner, 2011) yang
berjudul “Reducting Obesity Stigma : The Effectiveness of Cognitive
Dissonance and Sosial Consensus Interventions” yang subjeknya mahasiswa
Universitas Hawaii, Amerika membahas mengenai bagaimana cara
menurunkan stigma obesitas di Amerika dengan menggunakan intervensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
kognitif disonansi dan konsensus sosial. Dari penelitian tersebut ditemukan
bahwa kognitif disonansi lebih baik dalam perubahan sikap mengenai stigma
obesitas dibandingkan konsensus sosial. Namun, dari hasil penelitian tersebut
kemungkinan belum tentu bisa digeneralisasikan di Indonesia. Negara Asia
seperti China dan Indonesia, tidak menekankan pada nilai-nilai individual,
namun menekankan pada nilai-nilai kolektivisme (Kitayama & Cohen, 2007).
Salah satu perwujudan kolektivisme Indonesia tercermin dari norma sosial
tolong-menolong yang berkembang di masyarakat pedesaan. Anak-anak
Indonesia dilatih untuk mengembangkan pibadi yang selaras dan harmoni
dengan kelompok, serta memiliki rasa hormat terhadap otoritas. (Lestari,
2007).
Menurut Kitayama & Cohen, (2007) mereka yang berasal dari budaya
kolektif cendrung menekankan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok
atau hubungan keterikatan mereka dengan yang lainnya. Dalam budaya
Hawaii memiliki hubungan yang dekat dengan keluarga adalah hal yang
sangat penting dan menyadari bahwa kita tidak bisa hidup sendiri karena
setiap individu bagian dari kelompok yang saling mendukung (Kupo, 2010).
Penduduk asli Hawaii memiliki pemahaman yang kompleks dan canggih
tentang diri mereka sebagai individu yang utuh dan menjadi bagian dari
keseluruhan budaya kolektif (Mc Cubbin & Marsella, 2009). Indonesia dan
Hawaii sama-sama memiliki budaya kolektivis, namun Indonesia dan Hawaii
memiliki latar belakang dan situasi negara yang berbeda. Negara Indonesia
adalah Negara kesatuan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
pemerintahan republik dimana memiliki satu kekuasaan pemerintah yang
berada di tangan pemerintah pusat (Suwanto &Indranto, 2009). Sedangkan,
Hawaii merupakan bagian dari Amerika Serikan sebagai Negara federal yang
terdiri dari 50 negara bagian (Saraswati & Widaningsih, 2008). Amerika
adalah Negara demokratis yang sangat menghargai hak asasi manusia dan
memiliki 50 negara bagian yang berdiri sendiri dimana Hawaii dan Alaska
adalah Negara bagian termuda (Saraswati & Widaningsih, 2008). Hal ini
menunjukan perbedaan situasi dan latar belakang Indonesia dan Hawai yang
membuat penelitian sebelumnya belum tentu bisa di generalisasikan di
Indonesia dan mungkin akan menunjukkan hasil yang berbeda. Hal tersebut
menarik untuk diteliti, sehingga peneliti ingin melihat apakah di Indonesia
kognitif disonansi lebih baik dalam mengubah gaya hidup dibandingkan
konsensus sosial.
Pernyataan tersebut merupakan hal yang menarik untuk diteliti, kareana
setiap tahunnya penyakit diabetes terus meningkat namun, penelitian-
penelitian terdahulu kebanyakan hanya berfokus pada mengubah behaviour
dari seseorang yang telah mengalami penyakit diabetes melitus tipe 2. Peneliti
ingin meneliti di daerah preventif, yaitu dengan melihat perubahan gaya hidup
seseorang untuk mencegah terkena diabetes melitus tipe 2 yang berfokus pada
proses kognitifnya. Peneliti ingin menguji efektivitas teori disonansi kognitif
dan konsensus sosial untuk mengetahui teori manakah yang paling evektif
untuk mengubah gaya hidup di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
Indonesia dan Hawaii sama-sama memiliki budaya kolektivis, namun
Indonesia dan Hawaii memiliki situasi dan latar belakang negara yang
berbeda. Negara Indonesia adalah Negara kesatuan dengan bentuk
pemerintahan republik yang memiliki satu kekuasaan pemerintah yaitu
pemerintah pusat. Sedangkan, Hawaii merupakan bagian dari Amerika Serikat
sebagai Negara federal dan demokratis yang terdiri dari 50 negara bagian yang
berdiri sendiri. Hal ini membuat penelitian sebelumnya belum tentu bisa di
generalisasikan di Indonesia karena perbedaan budaya dan situasi negara yang
perbedaan, sehingga penelitian selanjutnya mungkin akan menunjukkan hasil
yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan
sebagai permasalahan penelitian:
Diantara teori disonansi kognitif dan konsensus sosial teori manakah
yang lebih berpengaruh pada perubahan gaya hidup di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Menguji efektivitas disonansi kognitif dan konsensus sosial untuk
mengubah gaya hidup di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Menambah studi literatur khususnya psikologi kesehatan mengenai
perubahan gaya hidup untuk mencegah diabetes melitus tipe 2.
b. Menambah studi literatur khususnya di area preventif dari penelitian
diabetes melitus tipe 2.
c. Menguji efektivitas intervensi disonansi kognitif dan konsensus sosial
dalam mengubah gaya hidup di Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Melalui penelitian ini, subjek penelitian akan tergerak untuk mengubah
gaya hidup sendiri.
b. Menemukan cara yang efektif untuk mengubah gaya hidup yang
berguna dalam membantu program pencegahan diabetes melitus tipe 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Diabetes Melitus
Menurut Internasional Diabetes Federation, (2017) diabetes adalah
kondisi terjadinya peningkatan kadar glukosa dalam darah atau ketika tubuh
tidak dapat menghasilkan dan menggunakan insulin secara efektif. Dalam
jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ
tubuh yang mengarah pada komplikasi kesehatan yang mengganggu dan
mengancam jiwa seperti penyakit kardiovaskular, neuropati, nefropati dan
penyakit mata, yang menyebabkan retinopati dan kebutaan. Diabetes adalah
penyakit seumur hidup yang diakibatkan oleh tubuh yang tidak dapat
memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang
diproduksi dengan baik (Johnson, 1998). Penyakit diabetes merupakan
penyakit degenerative yang terkait secara langsung dengan gaya hidup atau
lifestyle (Rumahorbo, 2014).
Menurut Internasional Diabetes Federation, (2017) di dunia sebanyak
empat ratus dua puluh lima juta orang pada usia produktif 20-79 tahun
menderita diabetes dan 159 juta orang berada di wilayah pasifik barat.
Diabetes menyumbang 10,7% dari semua penyebab kematian secara global di
antara orang-orang dalam kelompok usia produktif. Hal Ini lebih tinggi
daripada gabungan jumlah kematian akibat penyakit menular (HIV / AIDS)
sebesar 1,1 juta kematian, tuberkolosis 1,8 juta kematian dan 0,4 juta dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
malaria pada tahun 2015). Pada tahun 2045 diperkirakan diabetes akan
meningkat sebanyak 183 juta kasus. Secara global, lebih dari 400 juta orang
dewasa menderita diabetes, dan pada tahun 2015 diabetes secara langsung
menyebabkan 1,6 juta kematian (WHO, 2018). Indonesia sendiri termasuk
kedalam 10 negara dengan jumlah penederita diabetes terbesar di dunia. Pada
tahun 2017 lebih dari 10.276.100 kasus diabetes terjadi di Indonesia dan
prevelensi diabetes pada orang dewasa mencapai 6,7% (IDF, 2017). Menurut
IDF, (2017) diabetes yang umum terjadi adalah diabetes tipe 2 yang paling
sering menimpa dewasa tua, namun saat ini telah menyerang usia dewasa
muda, remaja dan anak-anak karena meningkatnya tingkat obesitas, kurangnya
aktifitas fisik dan pola makan yang buruk.
1. Jenis-jenis diabetes melitus
a. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 merupakan diabetes yang disebabkan oleh reaksi
autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta
penghasil insulin pada kelenjar pankreas. Hal tersebut menyebabkan
tubuh tidak menghasilkan insulin yang di butuhkan tubuh manusia.
Dibetes tipe 1 bersifat genetik yang berkembang pada usia berapa pun
tetapi diabetes tipe 1 paling sering terjadi pada anak-anak dan remaja.
Orang dengan diabetes tipe 1 membutuhkan suntikan insulin setiap
hari untuk mempertahankan kadar glukosa dan untuk bertahan hidup
(IDF, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
b. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 merupakan diabetes yang terjadi ketika tubuh
menjadi resisten terhadap insulin atau tidak dapat menghasilkan cukup
insulin. Diabetes tipe 2 disebabkan oleh faktor genetik dan faktor
metabolisme yang tidak sehat. Diabetes tipe 2 paling sering dialami
orang dewasa yang lebih tua, tetapi semakin banyak terjadi pada anak-
anak, remaja dan orang dewasa yang lebih muda karena meningkatnya
tingkat obesitas, kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang buruk
(IDF, 2017).
2. Faktor-faktor penyebab diabetes melitus tipe 2
a. Faktor yang tidak dapat diubah atau dimodifikasi
1) Faktor genetika
Memiliki riwayat keluarga mengidap diabetes, dapat
meningkatkan kemungkinan terkena diabetes dan hal tersebut tidak
dapat diubah (WHO, 2018). Diabetes tipe 2 memiliki
kecenderungan keturunan yang sangat kuat. Jika seseorang
memiliki seorang anggota keluarga yang mengalami penyakit
diabetes, kemungkinan orang tersebut akan mendapat risiko
diabetes 2 kali lebih tinggi dari orang bisaa yang tidak memiliki
keluarga yang menderita diabetes. Jika seseorang memiliki 2 orang
anggota keluarga yang menderita diabetes maka orang tersebut
memiliki kemungkinan mendapat 4 kali lipat lebih tinggi mendapat
diabetes tipe 2 (Johnson, 1998).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
2) Usia
Menurut Jhonson (1998), diabetes tipe 2 disebut juga
diabetes yang menyerang pada usia dewasa (adult or maturity
onset diabetes). Orang dewasa yang memiliki kelebihan berat
badan yang telah memasuki usia 40 tahun ke atas paling sering
terserang penyakit diabetes tipe 2 (WHO, 2017). Menurut Flint dan
Arslanian, (2011) prevelensi penyakit diabetes tipe 2 mengalami
peningkatan seiring bertambahnya usia namun hal ini terjadi juga
pada usia muda seiring dengan meningkatnya obesitas pada
kelompok usia muda.
b. Faktor yang dapat diubah atau dimodifikasi
1) Gaya hidup yang buruk
Diabetes tipe 2 memiliki hubugan yang kuat dengan pola
makan yang buruk, konsumsi kalori berlebih, asupan lemak jenuh
berlebih dan konsumsi tinggi minuman manis erat kaitannya
dengan risiko diabetes tipe 2. Selain itu, konsumsi rokok dan
alkohol serta kurangnya asupan buah dan sayuran yang cukup, juga
menjadi salah satu faktor diabetes tipe2 (IDF, 2017). Hal ini juga
diungkapkan oleh WHO (2017), bahwa peningkatan risiko
terserang diabetes tipe 2 dipengaruhi oleh perilaku aktif merokok.
Selain itu, kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor risiko terkuat
sekaligus menjadi penyebab utama diabetes tipe 2 di dunia. Olah
raga adalah cara yang paling baik untuk membantu mencegah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
terjadinya penyait diabetes karena gaya hidup yang buruk
(WHO,2017).
2) Kelebihan berat badan
Menurut IDF (2017), penyebab terjadinya diabetes tipe 2
erat kaitannya dengan kelebihan berat badan. Menurut Johnson,
(1998) obesitas atau kelebihan berat badan menjadi faktor risiko
yang dapat mengundang terjadinya diabetes militus. Ketika
seseorang memiliki kelebihan berat badan atau memiliki kelebihan
lemak dalam tubuh, menyebabkan insulin tidak bisa bekerja
dengan sempurna. Bila seseorang mengkonsumsi kalori berlebih
dari apa yang dibutuhkan tubuh, hal ini membuat pankreas terus
bekerja memproduksi insulin sehingga membuat pankreas bekerja
melebihi waktunya dan akhirnya kehilangan kemampuan untuk
memproduksi insulin (Johnson, 1998).
B. Gaya Hidup
Menurut Stebbins (1997), Gaya hidup adalah suatu atribut yang berbeda
atau pola perilaku nyata yang dapat dikenali dan mencerminkan situasi hidup
bersama yang menggabungkan minat, nilai-nilai, sikap, dan orientasi terkait
yang menciptakan identitas sosial yang khas. Gaya hidup adalah sebuah pola
hidup seseorang di dunia yang ditampilkan dalam aktivitas, minat, dan
pendapat atau dapat digambarkan sebagaimana seseorang secara utuh
berinteraksi dengan lingkungannya (Kotler, 2006). Menurut Thirlaway dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
Upton (2009), lifestyle merupakan interaksi perilaku gaya hidup yang
mencangkup pola makan, konsumsi alkohol, konsumsi rokok, penggunaan
narkoba, kegiatan fisik, praktik seksual dan konsekuensi-konsekuensinya.
1. Pembentukan dan perubahan gaya hidup
Menurut Stebbins (1997), gaya hidup dibentuk oleh pola perilaku
individu atau kolektif, juga oleh nilai-nilai, sikap dan orientasi tertentu.
Menurut Hendricks dan Hatch (2006), secara umum gaya hidup
bergantung pada pilihan pribadi yang dimanifestasikan melalui perilaku
individu. Dalam psikologi gaya hidup memiliki dua dimensi yaitu kondisi
dan perubahan. Kondisi terdiri dari kondisi internal dan eksternal. Kondisi
Internal yaitu faktor keturunan, kecerdasan, ketajaman indera, kognisi
untuk membuat, membenarkan, atau merasionalisasi pilihan dan
kemampuan. Kondisi eksternal yaitu kondisi fisik, keluarga, teman, atau
hubungan sosial yang menopang kecenderungan individu untuk terlibat
dalam satu atau beberapa bentuk perilaku yang berpola. Perubahan
berasal dari kombinasi internal dan eksternal. Yaitu proses mental atau
kognisi yang berubah dan kondisi eksternal yang menekan individu
sehingga menimbulkan perubahan gaya hidup (Hendricks dan Hatch,
2006).
2. Gaya hidup dan diabetes melitus
Gaya hidup yang berhubungan dengan kesehatan yaitu sebuah
pilihan perilaku mengenai aktivitas makan, aktivitas fisik, konsumsi
alkohol, merokok tembakau, konsumsi narkoba dan praktik seksual yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
dilakukan individu (Thirlaway & Upton, 2009). Gaya hidup yang dapat
memicu timbulnya diabetes melitus tipe 2 antara lain pola makan yang
tidak sehat, kurang melakukan aktivitas fisik dan merokok dapat
meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2. Konsumsi makanan berlebih,
terlalu banyak mengkonsumsi makanan tinggi gula atau makanan olahan
gula menimbulkan beban berat pada kelenjar pankreas yang mengarah
pada penyakit diabetes (Johnson, 1998). Selain itu, berat badan berlebih
dan kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor risiko terkuat sekaligus
menjadi penyebab utama diabetes tipe 2 di dunia (WHO, 2017).
3. Pencegahan diabetes dengan gaya hidup yang sehat
Diabetes dapat dicegah dengan gaya hidup yang sehat, yakni
menjaga pola makan yang seimbang, berolahraga secara rutin dan
mempertahankan berat badan ideal. Pencegahan diabetes dapat dilakukan
sedini mugkin oleh orang sehat agar tetap sehat dan pada mereka yang
telah memiliki kecenderungan atau risiko untuk menyandang diabetes
(Rumahorbo, 2014). Dasar pengobatan dan pencegahan diabetes tipe 2
adalah gaya hidup yang sehat yaitu melakukan diet sehat, peningkatan
aktivitas fisik, berhenti merokok, dan menjaga berat badan yang ideal.
Penelitian dari berbagai belahan dunia menghasilkan bukti bahwa
modifikasi gaya hidup dengan melakukan diet sehat dan melakukan
aktivitas fisik dapat mencegah atau menunda terjadinya diabetes tipe 2
(IDF, 2017). Rekomendasi IDF untuk diet sehat untuk populasi umum
antara lain yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
a. Memilih menkonsumsi air putih, kopi atau teh rendah gula, bukan jus
buah, soda atau minuman manis lainnya
b. Gula/ minuman manis ≤ 450 kcal (36 ons) perminggu
c. Mengkonsumi setidaknya tiga porsi sayuran setiap hari, termasuk
sayuran hijau.
d. Konsumsi hingga tiga porsi buah segar setiap hari.
e. Mengganti cemilan dengan kacang, buah segar atau yoghurt tanpa
gula.
f. Membatasi konsumsi alcohol maksimum dua minuman standar per
harinya.
g. Memilih mengkonsumsi daging putih, unggas, atau makanan laut tanpa
lemak daripada mengkonsumsi daging olahan atau sejenisnya.
h. Memilih mengganti selai coklat dengan selai kacang.
i. Memilih mengkonsumsi roti gandum, beras merah dan pasta gandum
dan tidak mengkonsumsi roti putih, nasi putih, atau pasta.
j. Memilih mengkonsumsi lemak tak jenuh (minyak zaitun, minyak
canola, minyak jagung atau minyak bunga matahari) dari pada
mengkonsumsi lemak jenuh (mentega, ghee, lemak hewani, minyak
kelapa atau minyak sawit).
Rekomendasi untuk aktivitas fisik pada kelompok usia yang
berbeda:
a. Melakukan setidaknya 60 menit aktivitas fisik intensitas sedang
hingga tinggi setiap harinya untuk orang dewasa berusia 18-64 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
atau melakukan setidaknya 150 menit aktivitas fisik aerobik intensitas
sedang (jalan cepat, joging, berkebun) menyebar dalam seminggu,
atau setidaknya 75 menit aktivitas fisik aerobik intensitas tinggi dalam
seminggu, atau kombinasi yang setara dari aktivitas intensitas sedang
dan kuat.
b. Untuk orang dewasa yang lebih tua, direkomendasikan jumlah
aktivitas fisik yang sama, tetapi juga harus mencakup kegiatan
keseimbangan dan penguatan otot yang disesuaikan dengan
kemampuan dan keadaan mereka.
Menurut IDF (2017), untuk mencegah atau menunda terkena
penyakit diabetes tipe 2, dapat dilakukan dengan modifikasi gaya hidup
dengan melakukan diet sehat dan melakukan aktifitas fisik. Faktor risiko
penyakit diabetes tipe 2 adalah gaya hidup dan perubahan gaya hidup
menjadi kebutuhan utama dalam pecegahan diabetes, oleh sebab itu
diperlukan kesadaran dan kemauan dalam mengubah gaya hidup
(Rumahorbo, 2014).
C. Disonansi Kognitif dan Perilaku
Disonansi kognitif adalah ketidak konsistenan yang terjadi antara dua
elemen kognitif yang menyebabkan ketidak nyamanan psikologis. Hal
tersebut memotvasi seseorang untuk mengurangi disonansi tersebut
(Festinger,1957). Menurut Festinger, kognisi atau elemen kognitif yaitu
mencangkup hal-hal yang diketahui seseorang mengenai pengetahuan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
pandangan, kepercayaan, tentang dirinya sendiri, tentang perilakunya, dan
tentang lingkungannya (Festinger,1957). Ketika dalam diri seseorang terjadi
ketidak konsistenan antara elemen-elemen kognisi tersebut, orang tersebut
akan mengalami disonansi kognitif (Festinger, 1957). Seseorang yang
mengalami disonansi akan merasakan ketegangan secara psikologis yang tidak
menyenangkan. Ketegangan disonansi bersifat seperti drive, mirip seperti pada
saat kita merasakan lapar atau haus yang menimbulkan dorongan untuk
mengurangi perasaan tersebut. Demikian pula dengan disonansi, seseorang
akan memiliki dorongan untuk mengurangi ketegangan yang dirasakannya
(Festinger, 1957).
Dalam teori disonansi kognitif terdapat istilah konsonan dan disonan.
Konsonan adalah hubungan yang berjalan secara harmonis dan sejalan antara
elemen-elemen kognitif, sedangkan Disonan yaitu perasaan tidak nyaman
yang terbentuk akibat hubungan yang tidak selaras atau tidak konsisten yang
mendorong individu untuk melakukan sesuatu agar disonansi tersebut dapat
dikurangi sehingga akan menciptakan keadaan yang harmoni atau konsonan
(Festinger, 1957).
Menurut Festinger (1957), faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
disonansi kognitif yaitu peristiwa dan informasi baru. Ketika seseorang
menerima informasi baru yang tidak sesuai dengan kognisi yang dimiliki
maka akan terjadi disonansi. Peristiwa baru dapat terjadi setiap saat atau
informasi baru dapat diakses kapanpun, yang menciptakan setidaknya
disonansi sesaat. Hal ini dapat terjadi karena seseorang tidak memiliki kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
yang menyeluruh atas informasi yang diterima atau peristiwa yang terjadi
pada seseorang tersebut (Festinger, 1957). Contoh: Seseorang berencana untuk
pergi piknik dengan memiliki keyakinan bahwa cuaca akan cerah, namun saat
sebelum berangkat ke tempat ia akan piknik mulai turun hujan. Pengetahuan
mengenai saat ini turun hujan tidak sesuai dengan keyakinan orang tersebut
bahwa hari akan cerah dan rencana akan pergi piknik.
Disonansi hampir tidak dapat terhindarkan dalam kehidupan sehari-hari
bahkan tanpa adanya informasi baru. Hal ini dapat terjadi karena dalam
kehidupan sehari-hari kita tidak bener-benar memiliki batas hitam, putih
dalam kehidupan yang jelas. Disonansi hampir tak terhindarkan tercipta
diantara tindakan sadar yang kita ambil dengan pendapat kita ataupun saat
tindakan yang kita lakukan tidak sesuai dengan pengetahuan yang kita miliki
(Festinger, 1957). Contoh: seseorang ingin membeli sebuah mobil baru yang
bagus, namun memiliki budget yang terbatas. Orang tersebut menyukai mobil
A karena modelnya yang bagus namun mobil tersebut memiliki harga yang
sangat mahal, sehingga orang tersebut membeli mobil B yang memiliki harga
yang sesuai dengan budgetnya namun ia tidak menyukai model mobil B
tersebut.
Disonansi memilik magnitude atau faktor yang mempengaruhi seberapa
besar tingkat disonansi. Faktor - faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
disonansi: 1 Tingkat Kepentingan, atau seberapa signifikan suatu kognisi,
Tidak semua kognisi memiliki kepentingan yang sama. Semakin penting
kognisi, semakin banyak disonansi kognitif yang akan individu alami (Cooper,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
2007). 2 Rasio disonansi atau jumlah kognisi disonan, Semakin banyak
atau terdapat dua kognisi yang berbeda, semakin besar disonansi yang dialami.
Jadi, besarnya disonansi kognitif akan tergantung pada tingkat perbedaan
antara dua kognisi. Semakin besar perbedaan, semakin besar
ketidaknyamanan, dan semakin termotivasi individu untuk menguranginya
(Cooper, 2007).
1. Pengurangan disonansi
Kehadiran disonansi mendorong kita untuk menguranginya
misalnya, saat kita merasa kelaparan menyebabkan kita nengambil
tindakan untuk mengurangi rasa lapar. Hal ini, mirip dengan aksi drive,
semakin besar disonansi, semakin besar motivasi untuk mengurangi
disonansi dan semakin besar penghindaran terhadap situasi yang akan
meningkatkan disonansi. Secara umum, jika ada disonansi antara dua
elemen kognitif, disonansi ini dapat dihilangkan dengan mengubah salah
satu elemen tersebut (Festinger, 1957). Disonansi kognitif didasarkan pada
gagasan tentang apa yang terjadi dan diproses di dalam kepala manusia.
Kognisi yang tidak konsisten menyebabkan ketegangan yang tidak
menyenangkan, ketegangan itu memiliki sifat seperti drive dan harus
dikurangi (Cooper, 2007). Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi
disonansi antara lain:
a. Mengubah elemen kognitif perilaku
Ketika disonansi terjadi antara elemen pengetahuan tentang
lingkungan dan elemen perilaku. Hal yang paling sering dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
untuk menghilangkan disonansi yaitu dengan mengubah elemen
kognitif perilaku sehingga sesuai dengan elemen lingkungan. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengubah tindakan atau perasaan yang
merupakan elemen perilaku, ketika perilaku berubah maka elemen
kognisi tentang perilaku akan berubah sehingga disonansi dapat
dihilangkan (Festinger, 1957). Contoh: ketika seseorang sedang piknik
lalu hujan turun maka yang orang lakukan adalah berkemas pulang
menghindari hujan dan membatalkan pikniknya.
b. Mengubah elemen kognitif lingkungan
Mengubah elemen kognitif lingkungan dengan mengubah situasi
agar sesuai dengan elemen kognitif lainnya untuk menghilangkan
disonansi. Hal Ini paling sulit dilakukan karena jauh lebih sulit
mengubah lingkungan daripada mengubah perilaku seseorang, karena
seseorang harus memiliki tingkat kontrol yang cukup tinggi atas
lingkungan sosialnya (Festinger, 1957). Contoh: seorang tenaga kerja
Indonesia memutuskan untuk bekerja di suatu perusahaan di Jepang.
Setelah beberapa waktu orang tersebut merasa tertekan dengan
lingkungan kerjanya yang memiliki budaya ontime dan kerja cepat.
Hal tersebut membuat orang tersebut meminta teman-teman kerjanya
untuk mengubah cara kerja teman-temannya agar lebih santai dan
sesuai dengan gaya kerja orang tersebut. Namun hal tersebut tidak
berhasil dilakukan mengingat dalam budaya Jepang orang bisaanya
bekerja dengan cepat dan tepat waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
c. Menambahkan elemen kognitif baru
Untuk mengurangi total besarnya disonansi dapat dilakukan
dengan menambahkan elemen kognitif baru. Misalnya, jika ada
disonansi antara beberapa elemen kognitif dapat dikurangi dengan
menambahkan unsur kognitif baru yang sesuai dengan salah satu
elemen kognitif yang akan dipertahankan. Dengan adanya ketidak
nyamanan disonansi, maka seseorang akan secara aktif mencari
informasi baru yang akan mengurangi disonansi dan pada saat yang
sama akan menghindari informasi baru yang dapat meningkatkan
disonansi yang ada (Festinger, 1957). Contoh: seorang perokok yang
mengetahui bahaya merokok akan mencari informasi positif mengenai
maanfaat merokok untuk tetap mempertahankan perilaku merokoknya
dan mengurangi disonansi yang dialaminya.
2. Resistensi Perubahan Perilaku
a. Perubahan yang dilakukan bisa memberikan dampak yang
menyakitkan atau memberikan kerugian (Festinger, 1957). Contoh:
Seseorang yang ingin berhenti menggunakan narkoba dalam usahanya
untuk berubah orang tersebut harus menanggung ketidaknyamanan dan
rasa sakit (sakau) dan reaksi tubuh lainnya sebagai konsekuensinya.
Dalam keadaan seperti itu akan ada resistensi untuk berubah. Besarnya
resistensi ditentukan oleh tingkat rasa sakit yang akan di dapat.
b. Perilaku saat ini mungkin memberikan kepuasan sehingga sulit untuk
melakukan perubahan (Festinger, 1957). Contoh: seorang perokok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
mendapatkan kepuasan saat merokok dan merasa rokok dapat
mengurangi stresnya sesaat akan sulit untuk berubah dan untuk
berhenti merokok karena dari perilaku merokoknya ia mendapatkan
kepuasan.
c. Melakukan perubahan tidak mungkin dilakukan. Ada beberapa hal
yang tidak mungkin untuk dilakukan seseorang karena keterbatasan
dan berbagai alasan yang dimiliki. Beberapa perilaku dan reaksi
emosional tidak berada dalam kendali secara penuh (Festinger, 1957).
Contoh: kita memiliki pengetahan bahwa bumi mengelilingi matahari
sebagai pusat tata surya. Fakta tersebut sulit bahkan tidak mungkin
untuk kita ubah.
Kelebihan mengguakan teori disonansi kognitif yaitu ketika
seseorang mengalami disonansi kognitif orang tersebut akan berusaha
mengubah perilakunya sendiri atau melakukan usaha internal untuk
mengubah perilakunya. Menurut teori Disonansi Kognitif, ketika
seseorang mengalami perbedaan antara sikap dan perilakunya akan
menimbulkan pertentangan dan ketidaknyamanan psikologis sehingga
menimbulkan perubahan perilaku dan sikap (Hidayat & Bashori, 2016).
Individu tersebut akan merasionalkan pikiranya dengan mengubah
perilakunya sejalan dengan sikapnya ataupun sebaliknya sehingga individu
tersebut tidak lagi merasakan ketegangan dalam dirinya (Hidayat &
Bashori, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
3. Dinamika Disonansi Kognitif dan Gaya Hidup
Disonansi kognitif dapat mempengaruhi perubahan perilaku
seseorang, hal ini dapat terjadi ketika seseorang mendapatkan informasi
baru yang tidak sesuai dengan elemen-elemen kognisi yang dimiliki maka
akan terjadi disonansi. Jika seseorang mengetahui elemen kognitif perilaku
dan elemen kognitif pengetahuan tidak selaras, orang tersebut dapat
mengubah salah satu atau kedua elemen tersebut (Cooper, 2007). Keadaan
disonan mendorong seseorang untuk mengambil tindakan agar disonansi
tersebut dapat dikurangi sehingga akan menciptakan keadaan yang
harmoni atau konsonan. Menurut Tangney (1995), ketika seseorang
melakukan perbuatan yang melanggar moralnya sendiri atau ketentuan
baik dan benar yang di tentukan untuk dirinya sendiri orang tersebut akan
merasakan perasaan bersalah. Perasaan bersalah memiliki dua karakteristik
khusus yaitu, evaluasi perilaku negatif dan memperbaiki tindakan (Cohn &
Fredrickson, 2010). Hal tersebut akan menyebabkan perubahan pada
perilaku yang tidak sesuai dengan ketentuan baik dan benar seseorang
dengan melakukan evaluasi dan perbaikan perilaku.
4. Intervensi Disonansi Kognitif
Ketika seseorang diberikan sebuah informasi bahwa sikapnya tidak
sejalan dengan perilakunya, maka orang tersebut akan mengalami
disonansi kognitif (Festinger, 1957). Elemen-elemen kognitif yang dibuat
tidak konsisten dalam penelitian ini yaitu elemen pengetahuan dan elemen
perilaku partisipan. Dengan menciptakan inkonsistensi pada pengetahuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
dan perilaku, diharapkan partisipan akan mengalami disonansi kognitif.
Dalam penelitian ini intervensi disonansi kognitif akan menggunakan
dinamika perubahan sesuai penjelasan diatas dengan cara menciptakan
kesenjangan atau menghadapkan partisipan pada perbedaan antara nilai
atau sikap partisipan dengan perilaku partisipan (Ciao & Latner, 2011).
Dalam penelitian ini yang akan diubah yaitu gaya hidup, maka
intervensi disonansi yang diciptakan yaitu dengan cara memberikan
partisipan informasi bahwa partisipan memiliki elemen kognitif
pengetahuan yang baik mengenai diabetes namun memiliki elemen
kognitif perilaku yang buruk. Menurut Tangney (1995), ketika seseorang
melakukan perbuatan yang melanggar moralnya sendiri (ketentuan baik
dan benar) yang di tentukan oleh dirinya sendiri, ia akan merasakan
perasaan bersalah. Perasaan bersalah akan mendorong seseorang untuk
melakukan evaluasi perilaku negatif dan memperbaiki tindakan (Cohn &
Fredrickson, 2010). Hal tersebut akan mendorong partisipan untuk
memperbaiki gaya hidupnya dengan mengubah gaya hidupnya menjadi
lebih sehat agar sejalan dengan pengetahuannya yang sudah baik.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti merumuskan hipotesis
yaitu: Intervensi Disonansi Kognitif dapat meningkatkan perilaku gaya
hidup sehat seseorang. Ketika individu diberikan informasi bahwa elemen
kognitif perilakunya lebih buruk dibandingkan dengan elemen kognitif
pengetahuannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
D. Konsensus Sosial dan Perilaku
Konsensus sosial adalah bagaimana orang bereaksi ketika dibandingkan
dengan orang-orang lain pada keadaan atau stimulus tertentu. Seseorang
dikatakan melakukan konsensus sosial ketika ia berprilaku seperti perilaku
orang- orang lain kebanyakan (Walgito, 2003). Dalam teori konsensus sosial,
pembentukan keyakinan dipengaruhi oleh keyakinan kelompok (Ciao &
Latner, 2011). Teori konsensus sosial membahas pengaruh kuat dari
keyakinan kelompok terhadap pembentukan keyakinan dan sikap individu
(Sechrist & Stangor: Sechrist & Milford dlm Young, 2011).
Teori ini menunjukkan bahwa ketika individu menerima informasi
bahwa seorang individu berbeda dengan teman-temannya atau kelompoknya,
makai ia akan cenderung mengubah dirinya sesuai dengan kelompoknya.
Individu cenderung mengubah keyakinan dan sikap untuk menyesuaikan diri
individu dengan norma-norma kelompok (Sechrist & Stangor: Sechrist &
Milford dlm Young, 2011).
Teori konsensus tergabung kedalam teori atribusi, teori atribusi
merupakan teori yang ingin menjelaskan mengenai perilaku seseorang.
Apakah perilaku tertentu disebabkan oleh faktor internal ataukah eksternal.
Faktor internal misalnya, sikap, sifat tertentu ataupun aspek-aspek internal
lainnya, sedangkan keadaan eksternal misalnya, lingkungan atau situsai
tertentu (Walgito, 2003). Kelley mengembangkan lagi teori atribusi,
menurutnya prilaku manusia dapat disebabkan oleh faktor internal, faktor
eksternal atau faktor internal dan eksternal secara bersamaan. Untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
menentukan suatu perilaku merupakan atribusi internal atau atribusi eksternal
ataukah atribusi internal-eksternal, Kelley menggunakan tiga determinan
yaitu: konsensus, konsistensi, dan distinctiveness (Walgito, 2003).
Konsensus, yaitu bagaimana individu bereaksi bila dibandingkan
dengan orang lain kebanyakan, terhadap stimulus tertentu. Misalnya bila
indivdu berperilaku tertentu sedangkan orang-orang lain tidak melakukan
perilaku demikian, maka dapat dikatakan bahwa konsensus individu tersebut
rendah dan sebaliknya (Walgito, 2003).
Konsistensi, yaitu bagaimana individu berperilaku atau bereaksi
terhadap stimulus yang sama dalam situasi yang berbeda. Bila individu
tersebut bereaksi dengan cara yang sama terhadap stimulus yang sama pada
keadaan yang berbeda, maka indivitu tersebut mempunyai konsistensi yang
tinggi dan sebaliknya (Walgito, 2003).
Distinctiveness, yaitu bagaimana seseorang bereaksi pada stimulus atau
situasi yang berbeda-beda. Bila orang tersebut memberikan reaksi yang sama
pada stimulus yang berbeda, maka dapat diakatakan orang tersebut memiliki
distinctiveness rendah dan sebaliknya (Walgito, 2003).
1. Konsensus Sosial dan Perubahan Gaya Hidup
Konsensus Sosial dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang. hal
ini dapat terjadi karena ketika seseorang berada dalam keadaan berbeda
seseorang akan mengubah perilakunya seperti perilaku orang kebanyakan.
Konsensus sosial yaitu bagaimana seseorang bereaksi ketika dibandingkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
dengan orang lain pada keadaan atau stimulus tertentu. Ketika seseorang
merasa dirinya berbeda dengan norma kelompok, maka menurut teori
konsensus sisoal orang tersebut akan mengubah perilakunya seperti
perilaku orang- orang lain kebanyakan (Walgito, 2003). Dalam teori gaya
hidup dipengaruhi oleh kondisi eksternal, yaitu kondisi fisik, keluarga,
teman, atau hubungan sosial yang menopang kecenderungan individu
untuk terlibat dalam satu atau beberapa bentuk perilaku yang berpola
(Hendricks dan Hatch, 2006). Melalui kondisi eksternal menimbulkan
perubahan gaya hidup karena tekanan dari luar diri individu menyebabkan
individu menyesuaikan diri dengan norma kelompok (Hendricks dan
Hatch, 2006).
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti merumuskan hipotesis
yaitu: Intervensi Konsensus Sosial dapat meningkatkan gaya hidup sehat
seseorang. Ketika individu diberikan informasi bahwa gaya hidupnya lebih
buruk dibandingkan dengan kelompoknya.
2. Intervensi Konsensus Sosial
Intervensi Konsensus sosial yaitu menciptakan situasi atau
menghadapkan partisipan pada perbedaan antara nilai atau perilaku
partisipan dengan perilaku kelompoknya (Ciao & Latner, 2011). Dalam
penelitian ini, peneliti meciptakan perbedaan antara gaya hidup partisipan
dan gaya hidup kelompok. Partisipan memiliki gaya hidup yang buruk dan
merupakan gaya hidup yang paling buruk bila dibandingkan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
teman-teman kelompok partisipan. Hal tersebut akan membuat partisipan
mengalami kondisi konsensus sosial sehingga partisipan akan mengubah
perilaku gaya hidupnya agar sesuai dengan teman-teman kelompoknya.
E. Konsensus Sosial, Disonansi Kognitif dan Budaya
Sebelumnya telah dilakukan penelitian yang menggunakan
pendekatan teori Disonansi Kognitif dan teori Konsensus Sosial.
Penelitian tersebut berjudul “Reducting Obesity Stigma: The Effectiveness
of Cognitive Dissonance and Sosial Consensus Interventions” yang
dilakukan oleh (Ciao & Latner, 2011). Subjek dari penelitian tersebut
adalah mahasiswa Universitas Hawaii, Amerika Serikat yang membahas
mengenai bagaimana cara menurunkan stigma obesitas di Amerika dengan
menggunakan intervensi kognitif disonansi dan konsensus sosial. Hasil
penelitian tersebut menemukan bahwa disonansi kognitif lebih baik dalam
mempengaruhi perubahan sikap mengenai stigma obesitas dibandingkan
konsensus sosial. Namun, hasil penelitian tersebut kemungkinan belum
tentu bisa digeneralisasikan di Indonesia.
Dalam budaya kolektivis seperti Indonesia, orang memandang
norma sosial sebagai prediktor yang lebih baik dibandingkan kepuasan
hidup pribadi (Suh, Diener, Oishi & Triandis 1998). Seorang individu
dalam budaya kolektivis akan merasa lebih bermakna hidupnya di dalam
hubungan sosialnya dibandingkan dalam tindakan otonomnya yang
independen (Markus & Kitayama 1991). Dalam budaya timur yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
kolektivis, memiliki ketergantungan pada orang lain dianggap sebagai
bagian dari relasi sosial dimana perilaku seseorang ditentukan atau
bergantung pada pemahaman seseorang terhadap pemikiran, perasaan, dan
tindakan orang lain dalam suatu hubungan sosial (Markus dan Kitayama
1991).
Seseorang yang interdependensi menganggap dirinya bagian
dalam kelompok sosial tertentu dan memandang baik diri dan orang lain
adalah sama (Taylor, Peplau & Sears, 2009). Indonesia merupakan Negara
Asia yang tidak menekankan pada nilai-nilai individual, namun
menekankan pada nilai-nilai kolektivisme (Kitayama, 2007). Sejak kecil,
anak-anak Indonesia dilatih kolektivis untuk memiliki rasa hormat
terhadap otoritas dan mengembangkan pibadi yang selaras (harmoni)
dengan kelompok (Lestari, 2007).
Dalam budaya kolektivis, ketika individu merasa dirinya berbeda
dengan norma kelompok, maka ia cenderung akan mengalami
ketidaknyamanan sehingga individu tersebut akan mengubah dirinya
sesuai dengan kelompok atau orang lain kebanyakan (Walgito, 2003). Hal
tersebut menyebabkan intervensi konsesnsus sosial akan lebih
berpengaruh pada perubahan perilaku di negara-negara yang menganut
budaya kolektivis.
Dalam budaya individualis, emosi individual merupakan hal yang
lebih baik dibandingkan norma sosial (Suh, Diener, Oishi & Triandis
1998). Di budaya barat seperti Negara Amerika sangat menekankan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
individualitas yang membedakan diri dengan orang lain yang dipandang
sebagai hal yang unik (Maerkus & Kitayama, 1991). Dalam budaya barat
seseorang tidak hanya memandang diri sebagai unit yang independen,
namun menjadikan independensi sebagai dasar untuk bersoaialisasi
(Maerkus & Kitayama, 1991). Orang dengan konstruksi diri independen
akan cenderung mengabaikan lingkungan sosial saat mengambil
kesimpulan personalnya (Kuhen, Hannover & Schubert, 2001). Orang
yang memahami diri sebagai diri yang independen akan memandang
dirinya sebagai sosok yang unik dan tidak menganggap diri mereka sama
dengan orang lain (Taylor, Peplau & Sears, 2009).
Dalam budaya individualis seseorang lebih mementingkan
independensi dalam dirinya sebagai dasar berinteraksi dengan orang lain
dibandingkan dengan menganggap dirinya mengikuti orang lain (Suh,
Diener, Oishi & Triandis 1998). Sehingga ia akan lebih terganggu oleh
keadaan inkonsistensi dalam dirinya dibandingkan ketika ia berbeda
dengan lingkungan sosialnya. Hal tersebut menyebabkan disonansi
kognitif akan lebih berpengaruh pada perubahan perilaku, di negara-negara
yang menganut budaya individualis.
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, peneliti merumuskan
hipotesis sebagai berikut: intervensi konsensus sosial akan lebih
berpengaruh pada peningkatan gaya hidup sehat dibandingkan intervensi
disonansi kognitif di Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
Hal ini membuat peneliti ingin melihat perubahan gaya hidup dari
seseorang yang fokusnya pada area kognitif dengan menguji evektifitas
intervensi disonansi kognitif dan konsensus sosial untuk mengetahui
intervensi manakah yang paling evektif untuk mengubah gaya hidup untuk
mencegah diabetes melitus tipe 2 di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen dengan jenis rancangan
penelitian Between subject pretest-posttest control group design. Rancangan
tersebut dipilih peneliti untuk melihat pengaruh variable bebas (VB) terhadap
variabel tergantung (VT) melalui perbedaan skor VT antara kelompok yang
diberikan perlakuan yang berbeda dan melihat perbedaan sebelum dan sesudah
pemberian perlakuan (Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2015). Melalui rancangan
ini peneliti melakukan randomisasi dengan memasukkan partisipan secara
acak ke kelompok kontrol (KK) dan kelompok eksperimen (KE).
Efikasi kredibilitas perlakuan yang diberikan dilakukan dengan cara
membandingkan hasil pengukuran kinerja pretest dan posttest kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol (Seniati, Yulianto & Setiadi, 2008). Pada
penelitian ini akan dibentuk 3 kelompok yaitu Kelompok Eksperimen
Disonansi Kognitif (EDK), Kelompok Eksperimen Konsensus Sosial (EKS)
dan Kelompok Kontrol (KK). Kelompok Eksperimen Disonansi Kognitif dan
Kelompok Eksperimen Konsensus Sosial akan diberikan masing-masing
umpan balik yang berbeda setealah pretest dilakukan, sedangkan kelompok
kontrol tidak diberikan perlakuan apapun.
Penelitian ini menggunakan pretest-posttest control group design.
Dalam desain ini pretest dilambangkan dengan ( ) sebagai lambang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
pengukuran variable terikat sebelum eksperimen, tanda (X) melambangkan
perlakuan yang diberikan, dan kondisi posttest dilambingkan dengan ( ).
Tabel 1.
Between Subject Pretest-Posttest Control Group Design
Random
Assignment Subjek Pretest Perlakuan Postt
est
RA
RA
Kelompok Eksperimen
Disonansi Kognitif
Kelompok Eksperimen
Konsensus Sosial
O¹
O¹
X
X
O²
O²
RA Kelompok Kontrol
(KO)
O¹ - O²
B. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat satu variable terikat dan dua variable
bebas. Masing-masing variable tersebut adalah:
1. Variabel Terikat : Gaya Hidup
2. Variabet Bebas 1 : Intervensi Disonansi Kognitif
3. Variabel Bebas 2 : Intervensi Konsensus Sosial
Keterangan:
O¹ : Pretest (Tes Awal) O² : Posttest (Tes Akhir)
X : Perlakuan (Feedback)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
C. Definisi Operasional
1. Gaya Hidup
Gaya Hidup merupakan sebuah pilihan perilaku mengenai aktivitas
makan, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, konsumsi rokok, yang dilakukan
individu. Gaya hidup yang sehat yaitu melakukan diet sehat, peningkatan
aktivitas fisik, berhenti merokok, tidak menkonsumsi alkohol dan menjaga
berat badan yang ideal. Dalam penelitian ini gaya hidup partisipan diukur
dengan menggunakan skala gaya hidup yang terdiri dari 4 aspek dengan
13 item. Jawaban subjek diskor berdasarkan 5 skala likert, 5 untuk respon
“sangat sering”, 4 untuk respon “sering”, 3 untuk respon “kadang-
kadang”, 2 untuk respon “jarang” dan 1 untuk respon “tidak pernah”.
Semakin tinggi skor total partisipan menunjukan semakin baik gaya hidup
yang dimiliki partisipan.
2. Intervensi Disonansi Kognitif
Disonansi kognitif adalah keadaan ketika seseorang mengalami
ketidak konsistenan antara keyakinan, sikap, dan perilakaku dalam dirinya,
hal tersebut akan menimbulkan ketidak nyamanan pskologis, sehingga
orang tersebut akan termotivasi menghilangkan ketidak konsisitenannya
dengan