Perubahan Amplitudo Kontraksi Otot Uterus Tikus Akibat Pemberian Rumput Fatimah

6
Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010 Nani, Kontraksi Otot Uterus dan Rumput Fatima 47 PERUBAHAN AMPLITUDO KONTRAKSI OTOT UTERUS TIKUS AKIBAT PEMBERIAN RUMPUT FATIMAH (Anastatica hierochuntica L) Desiyani Nani 1 1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto E-mail: [email protected] ABSTRACT The amplitude of contraction is one of the mechanical activities of uterine smooth muscle contractions. Recording was done without and with 0,01 IU oxytocin stimulation entered into organ bath within uterine smooth muscle strips. The aim of this research was to investigate the effect of water soaked of fatimah grass (Anastatica hierochuntica L) on the amplitude of uterine smooth muscle contractions of rattus norvegicus Sprague Dawley at the estrous phase both in without and with 0,01 IU oxytocin stimulation This research was laboratory experimental with post test only control group design. The samples were 40 uterine smooth muscle strips rattus norvegicus Sprague dawley 10-14 weeks, 150 – 250 gr weight, on the estrous stages. The rats were divided into 5 groups. Control group was treatment by vehicle of solution (water), equivalent group was treatment by estradiol, and the others were treatment by fatimah’s grass 10 gr, 20 gr, and 40 gr that soaked into 350 cc hot water (70 o C) during 12 hours. Twenty hours after treatment, rats were killed, and than uterine smooth muscle was removed and connected to chymograph to record the contractions. The data was analyzed by one- way Anova and the results showed there was significant differences in amplitude (p=0,004) between treatment groups and control or equivalent groups on the uterine smooth muscle strips without oxytocin stimulation. And then paired t-test results showed that there were no significant differences between amplitudes without and with 0,01 IU oxytocin stimulationIt could be concluded that the water soaked of fatimah grass (Anastatica hierochuntica L) couldn’t increased the amplitude of uterine smooth muscle contractions of rattus norvegicus Sprague Dawley at the estrous phase ___________________________________________________________________________ ____ Key Words: Fatimah’s grass (Anastatica hierochuntica L), the quality of uterine smooth muscle contraction, amplitude, estrous stage, oxytocin, estrogen PENDAHULUAN Pada seorang wanita hamil, periode persalinan merupakan masa yang paling diharap-harapkan. Bersalin merupakan suatu proses fisiologis yang dimulai dengan rasa nyeri yang diakibatkan oleh kontraksi rahim (his) yang teratur hingga keluarnya janin dan plasenta melalui vagina. Akan tetapi pada kenyataannya, proses persalinan dapat terhambat oleh beberapa hal di antaranya adalah kelainan pada his (kontraksi rahim) yang terlalu lemah ataupun his yang terlalu kuat. His yang terlalu lemah akan mengakibatkan proses persalinan yang terlalu lama, sehingga melelahkan dan berbahaya bagi ibu dan janin, sebaliknya his yang terlalu kuat dapat mengakibatkan ruptur uteri atau atonia uteri (uterus berkontraksi terus menerus). Salah satu obat yang banyak digunakan untuk menginduksi persalinan yang lambat di rumah sakit adalah oksitosin, dengan risiko efek samping obat yang dapat menetap pada janin apabila mengenai janin dalam kandungan. Sebenarnya terdapat satu bahan alami yang telah digunakan secara turun temurun untuk memperlancar

Transcript of Perubahan Amplitudo Kontraksi Otot Uterus Tikus Akibat Pemberian Rumput Fatimah

Page 1: Perubahan Amplitudo Kontraksi Otot Uterus Tikus Akibat Pemberian Rumput Fatimah

Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010 Nani, Kontraksi Otot Uterus dan Rumput Fatima

47

PERUBAHAN AMPLITUDO KONTRAKSI OTOT UTERUS TIKUS AKIBAT

PEMBERIAN RUMPUT FATIMAH

(Anastatica hierochuntica L)

Desiyani Nani1

1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

E-mail: [email protected]

ABSTRACT

The amplitude of contraction is one of the mechanical activities of uterine smooth muscle

contractions. Recording was done without and with 0,01 IU oxytocin stimulation entered into organ

bath within uterine smooth muscle strips. The aim of this research was to investigate the effect of water

soaked of fatimah grass (Anastatica hierochuntica L) on the amplitude of uterine smooth muscle

contractions of rattus norvegicus Sprague Dawley at the estrous phase both in without and with 0,01

IU oxytocin stimulation This research was laboratory experimental with post test only control group

design. The samples were 40 uterine smooth muscle strips rattus norvegicus Sprague dawley 10-14

weeks, 150 – 250 gr weight, on the estrous stages. The rats were divided into 5 groups. Control group

was treatment by vehicle of solution (water), equivalent group was treatment by estradiol, and the

others were treatment by fatimah’s grass 10 gr, 20 gr, and 40 gr that soaked into 350 cc hot water

(70oC) during 12 hours. Twenty hours after treatment, rats were killed, and than uterine smooth muscle

was removed and connected to chymograph to record the contractions. The data was analyzed by one-

way Anova and the results showed there was significant differences in amplitude (p=0,004) between

treatment groups and control or equivalent groups on the uterine smooth muscle strips without

oxytocin stimulation. And then paired t-test results showed that there were no significant differences

between amplitudes without and with 0,01 IU oxytocin stimulationIt could be concluded that the water

soaked of fatimah grass (Anastatica hierochuntica L) couldn’t increased the amplitude of uterine

smooth muscle contractions of rattus norvegicus Sprague Dawley at the estrous phase

___________________________________________________________________________

____ Key Words: Fatimah’s grass (Anastatica hierochuntica L), the quality of uterine smooth muscle

contraction, amplitude, estrous stage, oxytocin, estrogen

PENDAHULUAN

Pada seorang wanita hamil, periode

persalinan merupakan masa yang paling

diharap-harapkan. Bersalin merupakan

suatu proses fisiologis yang dimulai

dengan rasa nyeri yang diakibatkan oleh

kontraksi rahim (his) yang teratur hingga

keluarnya janin dan plasenta melalui

vagina. Akan tetapi pada kenyataannya,

proses persalinan dapat terhambat oleh

beberapa hal di antaranya adalah kelainan

pada his (kontraksi rahim) yang terlalu

lemah ataupun his yang terlalu kuat. His

yang terlalu lemah akan mengakibatkan

proses persalinan yang terlalu lama,

sehingga melelahkan dan berbahaya bagi

ibu dan janin, sebaliknya his yang terlalu

kuat dapat mengakibatkan ruptur uteri atau

atonia uteri (uterus berkontraksi terus

menerus). Salah satu obat yang banyak

digunakan untuk menginduksi persalinan

yang lambat di rumah sakit adalah

oksitosin, dengan risiko efek samping obat

yang dapat menetap pada janin apabila

mengenai janin dalam kandungan.

Sebenarnya terdapat satu bahan

alami yang telah digunakan secara turun

temurun untuk memperlancar

Page 2: Perubahan Amplitudo Kontraksi Otot Uterus Tikus Akibat Pemberian Rumput Fatimah

Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010 Nani, Kontraksi Otot Uterus dan Rumput Fatima

48

persalinan1oleh masyarakat Arab

khususnya di Hijaz, Najd, dan Al’Rub’Al

Khali2 dan masyarakat Indonesia yaitu

rumput fatimah (Anastatica

hierochuntica). Caranya dengan

merendam rumput fatimah kering dalam

air hangat, kemudian air hasil

rendamannya diminum menjelang

persalinan dan diharapkan dapat

memperlancar persalinan.

Kandungan keseluruhan bagian

tanaman ini yaitu: (1) flavonoid : luteolin-

7-glucoside, isovitexin, kaempferol 7-

glucoside, kaempferol 3 rhamnoglucoside,

quercetin, rutin; dan (2) glucosinolates :

glucoiberin dan glucocheirolin serta

sterol3,4,5

. Buahnya mengandung glukosa,

galaktosa, fruktosa, sukrosa, rafinosa dan

stachyose3,4

. Penelitian terhadap

kandungan fitokimiawi dalam ekstrak

alkohol rumput fatimah menemukan

bahwa rumput fatimah mengandung tanin,

sterol, terpen, flavonoid, alkaloid, saponin,

resin, fenol, dan glikosida5.

Akan tetapi pemanfaatan rumput

untuk memperlancar persalinan hingga

saat ini belum disertai bukti ilmiah

mengenai khasiat, keamanan, dan

mekanisme yang mendasari efek tersebut

dalam memperlancar persalinan. Bagi

dokter dan tenaga medis lainnya masih

menjadi keraguan yang besar akan efek

yang bermanfaat pada air rendaman

rumput fatimah ini, bahkan banyak pula

yang melarang penggunaannya pada ibu

hamil menjelang persalinan karena

kekhawatiran akan menimbulkan

kontraksi yang sangat meningkat yang

dapat mengakibatkan atonia uteri ataupun

ruptura uteri.

Pada penelitian sebelumnya penulis

telah menemukan bahwa air rendaman

rumput fatimah yang diberikan seara per

oral pada hewan coba menyebabkan

peningkatan frekuensi kontraksi otot

uterus. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut, penulis melakukan penelitian

lanjutan dengan bahan yang sama yaitu air

rendaman rumput fatimah untuk

mengidentifikasi efeknya terhadap

kekuatan kontraksi atau amplitudo

kontraksi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian

eksperimental laboratoris dengan

rancangan post test-only control group

design. Subjek penelitian ini adalah otot

uterus tikus galur Sprague Dawley betina,

dengan kriteria inklusi yaitu: otot uterus

tikus galur Sprague Dawley betina, berat

badan tikus 150-250 gram, umur 10-14

minggu, berada dalam fase estrus.

Subjek sesuai kriteria inklusi dibagi

menjadi lima kelompok yang mendapat

perlakuan secara oral dengan

menggunakan pipet, yaitu: 1) kelompok

kontrol (diberi pelarut: air) 2) kelompok

pembanding (estradiol): 0,0225 mg/hari 3)

kelompok RF 10: diberi air rendaman

rumput fatimah 10 gram: 3,857 cc 4)

kelompok RF 20: diberi air rendaman

Page 3: Perubahan Amplitudo Kontraksi Otot Uterus Tikus Akibat Pemberian Rumput Fatimah

Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010 Nani, Kontraksi Otot Uterus dan Rumput Fatima

49

rumput fatimah 20 gram: 3,857 cc 5)

kelompok RF 40: diberi air rendaman

rumput fatimah 40 gram: 3,857 cc.

Dua puluh jam setelah pemberian air

rendaman rumput fatimah per oral, hewan

coba dibius dengan diberi eter, kemudian

dimatikan dengan metode dekapitasi.

Selanjutnya perut tikus dibuka untuk

diambil otot uterusnya yang kanan dan

kiri, masing-masing sepanjang 3 cm dan

dimasukkan dalam wadah berisi larutan

De Jalon’s. Penelitian dimulai dengan

meletakkan setiap sediaan otot uterus

kanan dan kiri ke dalam organ bath

berisi 25 mL larutan De Jalon’s yang

dialiri udara yang mengandung 95% O2

dan 5% CO2 untuk memelihara otot uterus

tetap dalam keadaan hidup. Organ bath

dihubungkan dengan kimograf. Secara

bersamaan dua kimograf dijalankan, satu

kimograf digunakan untuk merekam

kontraksi otot uterus tanpa oksitosin dan

kimograf lainnya digunakan untuk

merekan kontraksi otot uterus dengan

diberi oksitosin sebanyak 0,01 IU yang

dimasukkan ke dalam organ bath7 selama

masing-masing 10 menit.

Hasil rekaman pada kertas angus

dibuat garis pembatas, kemudian kertas

angus difiksasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Amplitudo dihitung dengan

mengukur tinggi gelombang kontraksi otot

uterus dengan satuan mm. Rerata

amplitudo pada kontraksi otot uterus tikus

tanpa oksitosin dan kontraksi dengan

oksitosin 0,01 IU pada kelompok yang

diberi air rendaman rumput fatimah

berbagai konsentrasi dan kelompok

kontrol dan nilai p menurut uji t dua

kelompok berpasangan dengan uji dua

fihak (2-tailed) disajikan pada Tabel 1.

Hasil uji Anava satu jalur terhadap

rerata amplitudo kontraksi otot uterus

tanpa oksitosin antara kelompok Kontrol,

Estradiol, dan RF20 menunjukkan berbeda

signifikan=0,004 (p<0,05). Berdasarkan

hasil uji Anava satu jalur pada kelompok

Kontrol, Estradiol, dan RF20 yang

menunjukkan hasil berbeda signifikan,

maka dilakukan uji lanjutan yaitu Least

Significant Differences (LSD)

Tabel 1. Mean dan standar deviation (M±SD) amplitudo (mm) kontraksi otot uterus tikus galur

Sprague dawley tanpa perangsangan oksitosin (spontan) dan dengan perangsanganan

oksitosin pada kelompok yang diberi air rendaman rumput fatimah berbagai

konsentrasi dan kelompok kontrol dan hasil uji t dua kelompok berpasangan (paired

sample t-test) dengan uji dua fihak (2-tailed).

Kelompok n1 (M±SD)

Tanpa OT n1

(M±SD)

Dengan OT

TOT � OT

p

K 4 7,32 ± 1,849 4 12,83 ± 6,138 0,113

Estr 4 16,81 ± 3,558 4 20,55 ± 5,796 0,225

RF10 4 12,09 ± 1,748 4 18,27 ± 4,926 0,070

RF 20 4 15,93 ± 3,905 4 22,88 ± 6,378 0,085

RF 40 4 16,25 ± 8,148 4 18,69 ± 8,622 0,414

Keterangan: K=kontrol; Estr:Estradiol; RF10 = konsentrasi rumput fatimah 10 gram; RF20 =

konsentrasi rumput fatimah 20 gram; RF40 = konsentrasi rumput fatimah 40 gram; n1=

jumlah sampel pada kontraksi tanpa oksitosin; n2 = jumlah sampel pada kontraksi dengan

oksitosin; p=proporsi; TOT=tanpa perangsangan oksitosin; OT=dengan perangsangan

oksitosin

Page 4: Perubahan Amplitudo Kontraksi Otot Uterus Tikus Akibat Pemberian Rumput Fatimah

Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010 Nani, Kontraksi Otot Uterus dan Rumput Fatima

50

untuk menentukan signifikansi perbedaan

antara kelompok perlakuan dan hasilnya

disajikan pada Tabel 2.

Berdasarkan Tabel 2, dapat

diketahui bahwa amplitudo kontraksi otot

uterus tanpa oksitosin antara kelompok K

dan Estr menunjukkan berbeda signifikan:

0,002 (p<0,05), antara kelompok K

dengan RF20 menunjukkan beda

signifikan:0,004 (p<0,05)

antara kelompok Estr dan kelompok RF20

menunjukkan berbeda tidak signifikan:

0,709 (p>0,05). Dengan demikian dapat

diketahui bahwa perbedaan amplitudo

kontraksi otot uterus tanpa oksitosin yang

signifikan terjadi antara kelompok Kontrol

dengan kelompok Estradiol, antara

kelompok Kontrol dengan kelompok

RF20.

Hasil uji Anava satu jalur terhadap

rerata amplitudo kontraksi otot uterus

tanpa oksitosin antara kelompok RF10,

RF20, dan RF40 menunjukkan tidak

berbeda signifikan=0,496 (p>0,05).

Hasil uji Anava satu jalur terhadap

rerata amplitudo kontraksi otot uterus

tikus dengan oksitosin 0,01 IU antar

kelompok K, Estr, dan RF20 menunjukkan

tidak berbeda signifikan=0,103 (p>0,05)

sedangkan antara kelompok RF10, RF20,

dan RF40 menunjukkan tidak berbeda

signifikan= 0,591 (p>0,05).

Berdasarkan Gambar 1, dapat

diketahui pula bahwa rerata amplitudo

kontraksi otot uterus dengan oksitosin 0,01

IU paling rendah adalah kelompok K

(12,83 ± 6,138), dan paling tinggi adalah

kelompok RF20 (22,87 ± 6,378).

Tabel 2. Hasil uji Least Significant

Differences (LSD) amplitudo

kontraksi otot uterus tikus

galur Sprague dawley tanpa

oksitosin antara kelompok K,

Estr, dan RF 20

Kelompok Mean ± Standar error

K 7,32 ± 0,924 a

Estr 16,81 ± 1,779 b

RF20 15,93 ± 1,952 b

Keterangan: K=kontrol; Estr=Estradiol;

RF20= konsentrasi rumput fatimah 20 gram; a,b

: huruf yang berbeda berarti signifikan

0

5

10

15

20

25

30

35

K1 K2 Estr1 Estr2 RF10 1 RF10 2 RF20 1 RF20 2 RF40 1 RF40 2

Am

plitu

do (m

m)

Kelompok Perlakuan

1: Tanpa Oksitosin; 2: Dengan Oksitosin

Gambar 1. Amplitudo gelombang kontraksi otot uterus tanpa stimulasi oksitosin (indeks 1) dan

kontraksi otot uterus dengan stimulasi oksitosin 0,01 IU (indeks 2). Keterangan: K=kelompok

kontrol negatif (diberi pelarut), Estr=kelompok kontrol positif (diberi estradiol), RF10 =kelompok

konsentrasi rumput Fatimah 10 gr, RF20=kelompok konsentrasi rumput Fatimah 20 gr, dan

RF40=kelompok konsentrasi rumput Fatimah 40 gr

Page 5: Perubahan Amplitudo Kontraksi Otot Uterus Tikus Akibat Pemberian Rumput Fatimah

Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010 Nani, Kontraksi Otot Uterus dan Rumput Fatima

51

Pada Tabel 1 di atas juga dapat

dilihat perbedaan amplitudo kontraksi otot

uterus tikus putih galur Sprague Dawley

antara kontraksi dengan oksitosin 0,01 IU

dan tanpa oksitosin pada kelompok yang

diberi air rendaman rumput fatimah

berbagai konsentrasi dan kelompok

kontrol menurut uji t dua kelompok

berpasangan (paired sample t-test) dan uji

dua fihak (2-tailed). Hasil uji t tersebut

menunjukkan bahwa amplitudo kontraksi

dengan perangsangan oksitosin tidak

berbeda signifikan dengan amplitudo pada

kontraksi tanpa oksitosin pada kelima

kelompok.

Amplitudo kontraksi tanpa oksitosin

pada kelompok estradiol paling tinggi di

antara kelompok lainnya (Tabel 1).

Pemberian minum tablet esthero (produk

Ayerst, Sunthi Sepuri K) yang diberikan

pada kelompok estradiol menghasilkan

kontraksi otot uterus spontan dengan

amplitudo tertinggi di antara kelompok

lainnya. Stimulasi dengan 17β-estradiol

dosis tinggi akan meningkatkan kepadatan

reseptor oksitosin dalam miometrium,

dengan konsentrasi tertinggi pada bagian

fundus uterus6.

Amplitudo kontraksi dengan

perangsangan oksitosin 0,01 IU yang

paling tinggi dihasilkan oleh kelompok

RF20 (Tabel 1). Meskipun secara statistik

perbedaan tinggi amplitudo antara kelima

kelompok pada kontraksi dengan

perangsangan oksitosin ini tidak

signifikan. Peningkatan amplitudo

kontraksi otot uterus pada kontraksi

dengan perangangan oksitosin jika

dibandingkan dengan amplitudo pada

kontraksi tanpa oksitosin menunjukkan

tidak berbeda signifikan pada kelima

kelompok (Tabel 1).

Peningkatan frekuensi secara

signifikan terjadi pada kelompok estradiol,

RF10, RF20, dan RF40, sedangkan

penurunan lama durasi secara signifikan

terjadi pada kelompok estradiol, RF10

dan RF20. Peningkatan frekuensi dan

penurunan durasi secara sangat signifikan

terjadi pada kelompok RF20. Hal ini

menunjukkan bahwa kelompok yang

diberi minum air rendaman rumput

fatimah konsentrasi 20 gram yang

direndam dalam 350 cc air dengan suhu

awal 70oC menunjukkan peningkatan

respon otot uterus terhadap rangsangan

oksitosin yang paling signifikan di antara

kelompok perlakuan yang lain.

Hal ini terjadi karena rumput fatimah

merupakan bahan alamiah yang

mengandung estrogen alami atau

fitoestrogenik3,4,5 dan memiliki aktivitas

menyerupai estrogen endogen8,9

. Sebagai

estrogen alami, tanaman rumput Fatimah

kemungkinan mampu meningkatkan

jumlah reseptor oksitosin dan agen α-

adrenergik yang memodulasi channel

kalsium membran10

. Juga mampu

meningkatkan sintesis connexin 43 dan

pembentukan taut celah (gap junction)

dalam miometrium yang sangat diperlukan

dalam komunikasi intraseluler serta

Page 6: Perubahan Amplitudo Kontraksi Otot Uterus Tikus Akibat Pemberian Rumput Fatimah

Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010 Nani, Kontraksi Otot Uterus dan Rumput Fatima

52

menstimulasi produksi prostaglandin F2α

dan E2 yang menstimulasi kontraksi

uterus10

. Dengan demikian pemberian air

rendaman rumput fatimah pada hewan

coba yaitu tikus galur Sprague Dawley

terbukti meningkatkan kualitas kontraksi

otot uterus, yang ditunjukkan dengan

jumlah frekuensi yang meningkat dan

lama durasi yang lebih singkat

KESIMPULAN

Amplitudo kontraksi otot uterus tanpa

stimulasi oksitosin paling tinggi pada

kelompok estradiol. Amplitudo kontraksi

otot uterus dengan stimulasi oksitosin 0,01

IU paling tinggi pada kelompok RF20.

Peningkatan amplitudo kontraksi otot

uterus pada pemberian air rendaman

rumput fatimah antara kontraksi tanpa

stimulasi oksitosin dengan yang diberi

stimulai oksitosin meningkat namun tidak

berrmakna.

DAFTAR PUSTAKA

1. San. Rumput Fatimah Tumbuhan Pelancar

Haid. Sinar Harapan: 2002, Jakarta.

Terdapat:

http://www.sinarharapan.co.id/iptek/keseh

atan/2003/022/kes5.html. Diakses pada

tanggal 19 September 2007

2. Mossa JS, MA Al-Yahya, dan IA Al-

Meshal. Medicinal Plants of Saudi

Arabia”, 1st edition, 1987, Chap.1, v-34.

King Saud University Libraries, Riyadh,

Saudi Arabia

3. Khalifa TMA A pharmacognostical study

of certain species of Anastatica, 1980,

Ph.D. Thesis: Cairo University, Egypt.

4. Rizk AM The Phytochemistry of the Flora

of Qatar Scientific and Research Centre.

1986, University of Qatar, Qatar.

5. Mohamed MK, N Guergues, EA Suzan,

dan Abd El Rahim. Studies on the

phytochemistry and antimicrobial activity

of four plant species from Egypt. Egyptian

Journal Microbiology, 2000, 35: 257-71

6. Subanu, N. P., Pudjiastuti, dan Adjirni.

Pengaruh beberapa tanaman obat pada

uterus marmut terisolasi. Cermin Dunia

Kedokteran.1989.. 59: 19-21

7. Richter, O.N., K. Kubler, J. Schmolling,

M. Kupka, J. Reinsberg, U. Ulrich, H. Van

derVen, E. Wardelmann, and K. Van

derVen. Oxytocin receptor gene

expression of estrogen-stimulated human

myometrium in extracorporeally

perfused non-pregnant uteri. Molecular

Human Reproduction, 2004, 10: 339-46.

8. Duke, JA. Handbook of Phytochemical

Constituents of GRAS Herbs and Other

Economical Plants.1994 CRC Press.,

Egypt.

9. Miksicek, RJ. Commonly occurring plant

flavonoids have estrogenic activity.

Molecular Pharmacology, 1993, 44: 37-

43.

10. Weiss G. Endocrinology of Parturition.

The Journal of Clinical Endocrinology &

Metabolism. 2000, 85: 4421-25.