PERUBAHAN

7
PERUBAHAN PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI PRIA SISTEM REPRODUKSI PRIA LANSIA Sasaran Pembelajaran Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang : Perubahan pada Sistem Reproduksi Pria karena proses menua, Dampak proses menua pada kesehatan SRP Dampak perubahan SRP pada kesehatan pria pada umumnya Materi Pembelajaran Pendahuluan Sistem Reproduksi Pria , Dampak proses menua pada kesehatan SRP Dampak perubahan SRP pada kesehatan pria pada umumnya , Penutup 1. Pendahuluan 1. PENDAHULUAN 2. Sistem Reproduksi Pria Terdiri dari : Organ reproduksi Pria Fungsi Organ Reproduksi Pria 2.2. Fungsi Reprodusi Pria Fungsi reproduksi pria ada 2 : Menghasilkan sperma dalam jumlah dan kualitas yang dapat membuahi ovum dan selanjutnya kehamilan. Memiliki fungsi seksual yang baik untuk melakukan senggama 2.2. Fungsi Reproduksi Pria 2.2.1. Spermatogenesis Spermatogenesis 3. Pengaruh penuaan pada SRP 3.1. Involusi pada Testis : Volume dan konsistensi menurun, Aktivitas spermatogenesis testes hampir tidak dipengaruhi oleh bertambahnya usia Sel Leydig berkurang jumlahnya karena bertambahnya usia, menyebabkan pembentukan hormon / Steroidogenesis menurun>>ggn kesehatan 3.1.1. Spermatogenesis dan Menua Jumlah spermatosit lanjut bergayut pada besarnya populasi spermatogonia dan jumlah spermatosit awal yang berdegenerasi. Pembentukan sperma menurun dengan bertambahnya umur (Johnson dkk., 1984)

description

PERUBAHAN

Transcript of PERUBAHAN

PERUBAHANSISTEM REPRODUKSI PRIA LANSIA

Sasaran Pembelajaran

Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang :

Perubahan pada Sistem Reproduksi Pria karena proses menua,

Dampak proses menua pada kesehatan SRP

Dampak perubahan SRP pada kesehatan pria pada umumnya

Materi Pembelajaran

Pendahuluan

Sistem Reproduksi Pria ,

Dampak proses menua pada kesehatan SRP

Dampak perubahan SRP pada kesehatan pria pada umumnya ,

Penutup

1. Pendahuluan

1. PENDAHULUAN

2. Sistem Reproduksi Pria

Terdiri dari :

Organ reproduksi Pria

Fungsi Organ Reproduksi Pria

2.2. Fungsi Reprodusi Pria

Fungsi reproduksi pria ada 2 :

Menghasilkan sperma dalam jumlah dan kualitas yang dapat membuahi ovum dan selanjutnya kehamilan.

Memiliki fungsi seksual yang baik untuk melakukan senggama

2.2. Fungsi Reproduksi Pria

2.2.1. Spermatogenesis

3. Pengaruh penuaan pada SRP

3.1. Involusi pada Testis :

Volume dan konsistensi menurun,

Aktivitas spermatogenesis testes hampir tidak dipengaruhi oleh bertambahnya usia

Sel Leydig berkurang jumlahnya karena bertambahnya usia, menyebabkan pembentukan hormon / Steroidogenesis menurun>>ggn kesehatan

3.1.1. Spermatogenesis dan Menua

Jumlah spermatosit lanjut bergayut pada besarnya populasi spermatogonia dan jumlah spermatosit awal yang berdegenerasi.

Pembentukan sperma menurun dengan bertambahnya umur (Johnson dkk., 1984)

Sebab laju degenerasi sel germinal selama meiosis lebih besar (Johnson, dkk, 1984)

3.1.1. Spermatogenesis dan Menua

Kehilangan sel gamet selama pembelahan meiosis ke dua pada orang muda dan tua sama, sehingga penurunan sperma pada usia lanjut agaknya disebabkan jumlah spermatosit primer pada pakiten dan diploten atau spermatosit primer lanjut

Tubulus seminiferus masih berisi spermatid

Pada usia 40 tahun 90 %,

pada usia 70 tahun 50 %, dan

pada usia 80 tahun 10 % (Johnson dkk 1984).

3.1.1. Beda Spermatogenesis pada usia muda dan lanjut

Usia muda

Produksi sperma pada stadium postprofase meiosis berkurang (Silber & Rodriguez-Rigau, 1981)

Usia lanjut

Produksi spermatosit akhir, khususnya antara stadium spermatosit awal dan akhir berkurang (Johnson dkk 1987)

3.1.1. Proses Menua dan kualitas sperma

Pertambahan usia ayah berkaitan dengan kerusakan pada DNA sperma (Singh et al, 2003).

Sampai 75% dari spermatozoa yang potensial mengalami proses apoptosis selama proses spermatogenesis (Sinha et al, 1999).

Spermatozoa yang mulai mengalami apoptosis tapi kemudian selamat dari proses apoptosis (abortive apoptosis) juga mengalami peningkatan kerusakan DNA (Sakkas et al, 2003).

3.2.TESTOSTERONE PADA LANSIA

Kadar Serum Testosterone menurun dengan bertambahnya umur, ini dimulai pada usia 30 tahun,

Serum free Testosterone menurun lebih besar daripada Total Testosterone karena meningkatnya SHBG,

Dysfungsi Sexual (sexual though, enjoyment, dan performance) dan aktivitas seks menurun karena menurunnya kadar Testosterone,

3.2. Penurunan Testosterone dan Usia

3.2. Testosterone Daily Rhythm

A N D R O G E N

Penurunan muscle mass, strength dan adipose tissue,

Bone Mineral Density berhubungan dengan biovailable Testosterone dan Estrogen ,

Symptom depressi dan sense of well being menurun oleh karena penurunan kadar testosterone.

3.2. Fisiologi Testosterone dan Penuaan

3.2. Hormonal Changes related to age

3.2.1. PENGARUH TERHADAP KESEHATAN PRIA

Infertilitas

Disfungsi Seksual

Kelainan Fungsi Organ lain

3.2.1. I N F E R T I L I T A S

Bioavailable testosterone menurun dengan bertambahnya usia lebih cepat dari testosterone akibat peningkatan kapasitas binding SHBG,

Steroidogenesis pada sel Leydig menurun,

DSP (Daily Sperm Production) menurun ,

Fertilitas tergantung usia isteri,

Resiko kelainan genetik pada anak bertambah karena adanya mutasi , kesalahan pada replikasi DNA

3.2.2. DISFUNGSI EREKSI

Insiden pada usia 65 tahun = 25%, >80 =76%

Ereksi = central, reflexogenik, dan nocturna.

Ereksi penis adalah phenomena neurovascular di bawah kontrol psikologik,

Abnormalitas erectile function di bagi 3 :

1. Neurogenik (failure to initiate)

2. Arteriogenik (failure to fill)

3. Vasogenik (failure to store).

Pada lansia akibat artherosclerosis >>>cavernosal ischemia >>cavernosal fibrosis dan veno occlusive dysfunction.

Mekanisme Ereksi dan Disfungsi Ereksi

THE MALE LIFE CYCLE

Prevalensi Disfungsi Ereksi (Gambar diadaptasi dari http://www.annals.org/cgi/content/full/139/3/161)

Kurang dari 2% pria dilaporkan disfungsi ereksi pertama kali mengalaminya sebelum umur 40 tahun

Sekitar 4% yang mengalaminya sekitar umur 40-49 tahun.

Setelah umur 50 tahun, persentase pria yang mengalaminya untuk pertama kali meningkat tajam - 26% pria berumur 50 sampai 59 tahun dan 40% pria berumur 60 sampai 69 tahun.

Prevalensi disfungsi ereksi meningkat seiring dengan bertambahnya umur.

Prevalensi Disfungsi Ereksi (Gambar diadaptasi dari http://www.annals.org/cgi/content/full/139/3/161)

Grafik disfungsi ereksi menurut umur adalah hampir parallel pada pria dengan dan tanpa kondisi komorbid.

Resiko absolut untuk disfungsi ereksi adalah sekitar 10% lebih tinggi pada semua umur dengan kondisi ko-morbid dibandingkan dengan pria sehat

HUBUNGAN SEKSUAL LANSIA

SEBAGAI PERNYATAAN KASIH SAYANG,

UTAMAKAN KUALITAS

MENJAGA KEINDAHAN FISIK DAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN SEKSUAL

Androgen dan Cardiovascular,

Androgen dan Tekanan Darah,

Androgen dan Penyakit Arteri,

Pengaruh Androgen pada Ventilasi dan Ventilatory,

Peran Androgen pada Fungsi Respirasi

ANDROGEN DAN CARDIOVASCULAR

Defisiensi Androgen berkaitan dengan meningkatnya insiidens penyakit Cardiovascular,

Ada bukti yang menunjukkan hubungan penyakit thromoembolik vena dan arteri pada pria hypogandism karena rendahnya basal aktivitas fibrinolytik,

Hypogonadism meningkatkan inhibisi fibrynolitik via peningkatan PAI 1 (Plasminogen Activator Inhibitor).

Pemberian Androgen menurunkan PAI-1 dan meningkatkan aktivitas fibrinolitik.

Resiko CVD pada pria > 50 th > dari wanita, ini terkait dengan efek androgen dan estrogen.

Androgen mengalami aromatisasi menjadi estrogen.

ANDROGEN DAN TEKANAN DARAH

Hubungan antara androgen dengan hipertensi belum jelas

Pada hewan percobaan pemberian testosterone mempunyai potensi menimbulkan hypertensi dan meningkatkan respon hypertrophic ventrikel kiri pada hypertensi,

Sebaliknya secara in-vivo testosterone tampaknya bekerja sebagai vasodilator coroner dan mungkin perifer melalui kerja pelepasan NO dan modulasi fungsi endothel,

Kadar testoterone tertentu rendah pada penderita yang menderita hypertensi dan penyakit coroner.

Pemberian Testosterone dengan dosis fisiologis pada pria hypogonadism atau andropause tidak menimbulkan hypertensi.

ANDROGEN DAN PENYAKIT ARTERI

Secara historis androgen dipertimbangkan sebagai faktor resiko penyakit koroner pada pria,

Bukti saat ini malah sebaliknya hypotestoteronemia pada pria mungkin merupakan faktor resiko untuk artherosclerosis coroner.

Kadar fisiologis androgen tampaknya berkaitan dengan kesehatan arteri pada pria,

Hasil penelitian terbaru menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut tentang efek cardiovascular androgen pada pria.

PENGARUH ANDROGEN PADA VENTILASI DAN VENTILATORY

Perbedaan ventilasi dan ventilatory pria dan wanita sudah jelas tetapi peran apakah hormon pria atau wanita belum jelas,

Ventilatory control dalam keadaan tidur mungkin sebagain tergantung androgen,

Hypoventilasi dan sleep apnea lebih banyak pada pria daripada wanita,

Pemberian androgen mungkin meningkatkan resting ventilasi, kecepatan metabolik, dan hypoxicand peripheral chemoreceptor responsiveness terhadap kedaan hypoxia pada sat bangun,

Sebaliknya androgen dapat menyebabkan accentuate apnea dan hypopnea setika tidur, Bagaimana mekanismenya belum jelas.

PENGARUH ANDROGEN PADA FUNGSI RESPIRASI

Otot pernafasan terdiri dari 3 kelompok : diafragma, intercostal dan kelompok otot abdomen,

Penurunan kadar testosterone menyebabkan menurunnya kekuatan otot termasuk otot pernafasan,

Otot-otot pernafasan memberikan respon yang lebih dari pada otot tubuh lain terhadap pemberian androgen atau anabolic derivatnya. Peningkatan ukuran, kekuatan, dan kontraktilitas, dan pelambatan onset kelelahan otot.

TESTOSTERONE DAN FUNGSI KOGNITIF

Penurunan kadar testosterone menimbulkan syndroma Andropause yaitu letih, sakit kepala, depressi, dan penurunan ibido,

Penurunan kadar testosterone menyebabkan penurunan sense of well-being,

Ada hubungan bioavailable testosterone terhadap Dysphoria,

Efek testosterone dalam menambah retensi memori tampaknya melibatkan baik aromatisasi menjadi estrogen dan efek DHT,

Adanya hubungan dengan spatial connition, tetapi tidaka ada pengaruh terhadap verbal dan visual memory, motor speed, cognitif flexibility atau mood.

Penuaan, kadar testosteron saliva menurun

Migrasi Lemak Adiposa ke Pusat Tubuh

Sperma (Gambar diadaptasi dari http://www.morehead.org/wellconnected/000067.htm )

Diproduksi di dalam saluran seminiferus di dalam tiap-tiap testis.

Bagian kepala dari sperma mengandung DNA, yang kemudian akan bergabung dengan DNA sel telur, yang kemudian akan menciptakan individu baru.

Bagian ujung dari kepala sperma terdapat akrosom yang berfungsi untuk membantu sperma melakukan penetrasi terhadap sel telur.

Rambut rontok botak

Aktifitas fisik menurun

3. PERUBAHAN PADA PROSTAT

Benign Prostatic Hyperplasia,

Kanker Prostat,

3.1. BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA

88 % pria Histological BPH

50% Symptomatic BPH

Faktor Lingkungan dan Inhereted berperan,

Diet tinggi lemak mennngkatkan serum Prolactin yang menyebabkan proriperasi sel prostat meningkat,

Bertambahnya usia dan DHT berperan

DHT ------ Androgen Receptor ------ Growth Factor,

Growth Factor ( EGF, TGF dan FGF) --- Growth promotion ----- BPH.

Hipertropi Prostat(Gambar diadaptasi dari http://www.morehead.org/wellconnected/000067.htm )

50% pria mengalami kondisi ini.

Terjadi karena adanya pembesaran kelenjar prostat (fungsi : menghasilkan cairan basa untuk menetralisir keasaman vagina wanita) dengan mengganti jaringan normal dengan jaringan fibrotik.

Tidak sama dengan kanker testis.

Tidak mengancam nyawa!!!

3.2. KANKER PROSTAT

Kanker kedua penyebab mortality pada pria,

Faktor herediter dan Environtment berperan,

Diet tinggi lemak berperan kena Kanker Prostat,

Skrening dengan DRE dan PSA,

Kadar PSA 2,5 4 ng/ml ------ 25% Kanker Prostat

PENUTUP

Fungsi dan Organ Reproduksi pria berubah dengan bertambahnya umur,

Fungsi fertilitas menurun

Fungsi dan potensi seks menurun

Penurunan kadar Testosterone menyebabkan gangguan pada sistem tubuh yang lain yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan,

Klenjar Aseosri >> Prostat >> BPH/CaP

Be Healthy aging