perubahan 1

download perubahan 1

of 64

Transcript of perubahan 1

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPTP NUSANTARA VI KAYU ARO adalah industri pengolahan pucuk teh segar menjadi teh hitam orthodox yang berkualitas ekspor. Dalam proses pengolahan perusahaan ini menggunakan sistem pengolahan orthodox-rotorvane dan CTC. Pada pengolahan orthodox terlihat dari bentuk teh yang dihasilkan lebih kecil atau lebih terlihat berbentuk bubuk, sedangkan teh CTC lebih berbentuk butiran-butiran bulat yang halus dan tidak berserat / granular sesuai dengan permintaan pasar.

Hampir semua mesin penggerak yang digunakan di PTP Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Kayu Aro menggunakan motor tiga pasha, seperti pada mesin penggilingan, mesin yang digukana yaitu Oprn Top Roller (OTR). Mesin ini berfungsi untuk menggulung dan mememarkan daun serta mengecilkan daun teh sehingga cairan daun keluar bercampur dengan enzimatis secara sempurna. Alat ini ditempatkan pada penggilingan teh yang pertama sekali.

Dan masih banyak lagi mesin di PTP Nusantara VI (Persero) Kayu Aro yang menggunakan motor induksi tiga phasa sebagai penggerak utamanya, seperti mesin Pressure Cup Roller dan RotorvaneAdapun proses produksi teh, kususnya the hitam yang diproses di PTP Nusantara VI Kayu Aro dapat di lihat pada blok diagram di bawah ini

Gambar 1.1 Diagram Blok Pengolahan Teh

Pada dasarnya semua mesin penggerak yang digunakan di PTP Nusantara VI Kayu Aro yang digunakan untuk mengolah teh hitam baik ourtodok maupun CTC sperti proses pelayuan, proses penggilingan , sortasi dan lain-lain adalah motor induksi tiga phasa, seperti pada mesin penggilingan, pada proses penggilingan mesin yang digunakan adalah Open Top Roller (OTR). maka dari itu penulis menjadikan MOTOR INDUKSI TIGA PHASA PADA PENGGILINGAN TEH sebagai judul laporan hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL)1.2 Tujuan

Kerja Praktek ini dilakukan untuk memenuhi salah satu persyaratan kurikulum serta syarat kelulusan mahasiswa pada Jurusan Elektronika Politeknik Negeri Padang yang bertujuan untuk :

Melihat dan membandingkan Hal-hal yang telah diterima dibangku kuliah dengan aplikasi yang ada di lapangan.

Menambah wawasan dan pengetahuan teknologi secara umum dan teknologi kendali secara khusus di bidang industri.

Menghasilkan lulusan yang cekatan dan terampil, mampu mengerti dan memahami tentang dunia kerja.1.3 Batasan MasalahPada praktek kerja lapangan (PKL) ini penulis membatasi masalah pada mesin penggerak (motor tiga phasa) di PTP Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Kayu Aro dan karena banyaknya masalah atau gangguan pada motor tiga phasa maka penulis membatasi pokok permasalan pada:1. Bagaimana mengoreksi gangguan atau kesalahan pada motor tiga phasa saat proses pengolahan sedang berlangsung?

2. Bagaimana cara memperbaiki (kususnya menggulung) motor tiga phasa?

3. Mesin apa saja yang menggunakan motor tiga phasa sebagai penggerak?1.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam pembuatan laporan, penulis mengumpulkan data-data umum dengan beberapa cara, yaitu :

Orientasi lapangan, penulis mempelajari dan mencatat cara kerja objek secara langsung dilapangan.

Studi Literatur, penulis mengumpulkan data melalui buku-buku penunjang dan data sheet yang berhubungan dengan peralatan tersebut.

Melakukan wawancara langsung dengan operator dan teknisi yang bersangkutan1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kerja praktek dilaksanakan selama satu bulan mulai dari tanggal 18 februari 2013 sampai dengan 18 Maret 2013 di PTP Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Kayu Aro1.6 Sistematika Penulisan

Dalam laporan ini dibagi menjadi beberapa Bab, dengan pembagian sebagai berikut :BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, batasan masalah, metodologi pengumpulan data. waktu & tempat pelaksanaan dan sistematika penulisan laporan.

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VI KAYU AROBab ini berisi sejarah singkat PTP Nusantar VI PERK. KAYU ARO, misi perusahaan, struktur organisasi, produk-produk yang dihasilkan dan Sumber Daya Manusia (SDM)BAB IIIMOTOR TIGA PHASA PADA MESIN PENGGILINGAN TEHBab ini membahas tentang teori motor induksi tiga phasaBAB IVMENGGULUNG MOTOR INDUKSI TIGA PHASABab ini berisi tentang cara menggulung motor induksi tiga phasa di PTP Nusantara VI Kayu AroBAB VPENUTUP

Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB IITINJAUAN UMUM PTP NUSANTARA VI (PERSERO) KAYU ARO2.1 Profil Singkat PTPN VI2.2.1Status Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara VI (Persero), disingkat PTPN VI, dibentuk berdasarkan PP No. 11 Tahun 1996, tanggal 14 Pebruari 1996. Perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan penggabungan kebun-kebun di Wilayah Sumatera Utara dari eks PTP III, PTP IV dll. .2.2.2 Komoditi Utama

PTPN VI mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet dan teh dengan areal konsesi seluas 45.870,10 hektar. Budidaya kelapa sawit diusahakan pada areal seluas 19.090 ha, karet 6.384 ha, teh 3.201 ha. Selain penanaman komoditi pada areal sendiri + inti, PTPN VI juga mengelola areal Plasma milik petani seluas 63.047,64 ha terdiri dari tanaman kelapa sawit seluas 26.826 ha, karet 35.878 ha dan teh 343,63 ha.

2.1.3 Visi Perusahaan

Perusahaan yang tangguh, tumbuh dan berkembang pada peningkatan kualitas kemitraan serta ramah tamah lingkungan 2.1.4 Misi Perusahaan

Perusahaan yang mengelola agribisnis dan agroindustri dengan menggunakan teknologi yang sesuai dan ramah lingkungan, untuk menghasilkan produk yang mampu bersaing di pasar dengan dukungan kemitraan serta memanfaatkan sumber daya dan budaya perusahaan untuk dapat memberikan manfaat bagi Pemegang Saham, Karyawan dan Masyarakat sekitarnya.

PTPN VI memiliki 13 unit usaha kebun, sebagai berikut: 1.Ophir 2.Bunut/Pinang Tinggi 3. Tanjung Lebar 4. Durian Luncuk 5. Rimbo Dua 6. Solok Selatan 7. Batanghari 8. Pangkalan Limapuluh Koto 9. Rimbo Satu 10. Kayu Aro 11. Danau Kembar 12. Mekanding 13. PKS Bunut/Pinang Tinggi

2.1.5 Unit-unit Kegiatan/UsahaSelain unit usaha kebun PTPN VI juga memiliki sejumlah 8 unit pabrik pengolahan :

1. Pabrik CPO 3 unit 2. Pabrik Karet 3 unit 3. Pabrik Teh 2 unit

2.1.6 Produksi per tahun

Produksi per tahun PTP VI dapat dilihat pada table di bawah ini:Kelapa Sawit

CPO: 124.888 ton

Inti Sawit: 28.087 ton

Karet

SIR - 3L: 139 ton

SIR - 3 WF: 2.121 ton

SIR 10: 6.269 ton

SIR 20: 5.274 ton

Teh: 8.135 ton

2.2 Profil PTPN VI Unit Usaha Kayu Aro

Kebun Kayu Aro dibuka pada tahun 1925 sampai dengan 1928 oleh Perusahaan Belanda yaitu NV. HVA (Namlodse Venotchaaf Handle Veriniging Amsterdam). Penanaman pertama dimulai pada tahun 1929 dan Pabrik Teh didirikan tahun 1932. Sejak mulainya dibuka Teh yang dihasilkan adalah Jenis Teh Hitam (Ortodox).

Pada tahun 1959, melalui PP No. 19 Tahun 1959 tentang Penentuan Perusahaan Pertanian/Perkebunan milik Belanda yang dikenakan Nasionalisasi, diambil alih Pemerintah Republik Indonesia. Sejak itu berturut-turut Kebun Kayu Aro mengalami perubahan Status/Organisasi dan manajemen sesuai dengan keadaan yang berlaku, yaitu:

1. Tahun 1959 s.d 1962 Unit Produksi dari PN Aneka Tanaman VI.

2. Tahun 1963 s.d 1973 bagian dari PNP Wilayah I Sumatera Utara.

3. Mulai tanggal 01 Agustus 1974 menjadi salah satu Kebun dari PT. Perkebunan VIII yang berkedudukan di Jln. Kartini No. 23 Medan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11/1996 Tanggal 14 Pebruari 1996 dan Surat Keputusan Mentri keuangan RI No. 165/KMK.016/1996 tanggal 11 Maret 1996, PTP VIII Termasuk Kayu Aro dan PTP Lainnya yang ada di Sumbar/Jambi dikonsilidasi menjadi menjadi PTP Nusantara VI (Persero). Maka terhitung tanggal 11 Maret 1996, Kebun Kayu Aro telah menjadi salah satu Unit Kebun dari PTP Nusantara VI (Persero) yang berkantor pusat di Jl. Lingkar Barat Paal X Kenali Asam Bawah Kota Baru Jambi Indonesia.2.2.1 Letak/Tempat Perusahaan Dan GeografisKebun Kayu Aro terletak di Desa Bedeng VIII Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi, dengan jarak :

1. Dari Ibu Kota Kabupaten (Sungai Penuh) 37 km.

2. Dari Ibu Kota Propinsi (Jambi) 452 km.

3. Dari Pelabuan terdekat, Teluk Bayur Padang :

Via Pesisir Selatan 325 km.

Via Muara Labuh 237 km.

Secara geogarfis, Kebun Kayu Aro terletak pada elevasi/tinggi dari permukaan laut antara lain :

1. Posisi/letak kebun : 1046, 9780 LS s/d. 1010 16, 8560 BT

2. Elevasi Pabrik : 1.430 m. Dpl

3. Elevasi Kebun Terendah : 1.401 m. Dpl

4. Elevasi Kebun Tertinggi : 1.715 m. Dpl

Di daerah kebun kayu aro, kondisi iklim/cuaca yang terjadi dalam 1 tahun sebagai berikut:

Curah hujan setahun rata-rata : 2.000 mm

Hari hujan setahun rata-rata : 200 Hari

Sinar Matahari setahun rata-rata : 6 Jam/Hari

Suhu Udara antara 170 230 dan suhu minimum 50 C

Kelembaban Nisbi/RH antara 70 95%

Jenis tanah yang dominan di daerah kayu aro adalah memiliki jenis tanah Andosol.

2.2.2 Areal Hak Guna Usaha (HGU)

Berdasarkan Sertifikat HGU No. 2 tanggal 08 Mei 2002, Kebun kayu aro memiliki Areal/lahan yang telah ditanami dan belum/tidak ditanami antara lain :

A. Areal/Lahan yang ditanami Tanaman menghasilkan (RKAP 2009) : 2.338,65 Ha

Tanaman Non Produktif : 94,04 Ha

Rencana Tanaman Ulang/Compacting : 114,00 Ha

Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) : 78,00 Ha

Jumlah Areal/Lahan Teh : 2.624,69 Ha

Areal/Lahan Teh tersebut terbagi dalam beberapa bagian Afdeling :

Areal/Lahan Afd. A : 274,87 Ha

Areal/Lahan Afd. B : 280,12 Ha

Areal/Lahan Afd. C : 308,72 Ha

Areal/Lahan Afd. D : 390,40 Ha

Areal/Lahan Afd. E : 330,59 Ha

Areal/Lahan Afd. F : 356,83 Ha

Areal/Lahan Afd. G : 369,80 Ha

Areal/Lahan Afd. H : 313,36 Ha

Jumlah (Afd. A s.d H) : 2.624, 69 Ha

Areal/Lahan belum/tidak ditanami.

Emplasment/Bangunan : 105,77 Ha

Jurang/Kuburan/Hutan : 227,21 Ha

Jalan/Jembatan : 56,93 Ha Jumlah : 389,91 HaMaka jumlah areal/lahan kebun kayu aro = 3.014,60 Ha.

2.2.3 Struktur Organisasi Perusahaan

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VI Kayu Aro memakai sistem organisasi garis staf, dimana setiap atasan memimpin bawahan tertentu, sistem ini diterapkan sesuai keadaan perusahaan yang terbilang luas.

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VI Kayu Aro dipimpin oleh seorang Senior Manager, dimana Senior Manager bertanggung jawab langsung ke kantor direksi yang berada di jambi. Dalam melaksanakan tugasnya senior manager dibantu oleh beberapa divisi yaitu:

KTU KDT

KDP

Petugas Umum

KDM

Papambun

Asisten Tanaman

Adapun Tugas dan tanggung jawab masing masing adalah sebagai berikut:

1. Senior Manager

Tugasa dan tanggung jawabnya adalah:

Menandatangani susrat-surat keluar, laporan dan surat kontarak

Mengajukan permintaan ulang dan barang-barang kepada kantor direksi

Memelihara hubungan baik dengan masyarakat dan instansi sekitar perkebunan

Menerima , memberhentikan dan mengudulkan pendiunan karyawan dan golongan , kenaikan pangkat serta mutasi karyawawan

Melengkapi pedoman penyusunan anggaran belanjadan penelitian kembali

Bertanggung jawab atas keselamatan kerja karyawan 2. Kepal Tata Usaha

Tigas dna tanggung jawabnya adalah:

Mengadministrasi surat-surat masuk dan mempersiapkan surat-surat keluar

MEngkoordinir dan mengawasi kelamcaran serta mempersiapkan laporan bulanan

Bertanggung kawab atas uang kas perusahaan , uang kas koperasis serta kelengkapan bukti-bukti dan laporan penggunaan keuangan

membuat daftar gaji, membayarkan dan mengurus pajak

turut membina dan mengawasi kelancaran serta kebenaran administrasi kebun3. Kepala Dinas Pabrik (KDT)

Tugas dan tadnggung jawabnya adalah sebagai berikut:

Mengkoordinir, memberi petunjuk dan mengawasi RAPB bidang teknis

meneliti mengajukan kebutuhan bahna bakar dan alat-alat teknik

bertanggunga jawab atas pemeliharaan sarana-prasarana dan alat-alta produsi

meneliti,memberi petunujuk mengajukan rencan serta perhitungan sguna pemeliharaan , rehabilitsai serta pembangunan

meneliti dan mengawasi pembuatan laporan-laporan teknik4. Kepala Dinas Pengolahan (KDP)

Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:

meneliti dan mengawasi pengendalian mutu serta bertanggung jawab atas mutu produk selama masih dslam pabrik

mengatur dan mwngawasi penggunaan mesin-mesin pengolahan

mengkoordinir, meberi petunjuk dan mengawasi penyusunan Rencana Angggaran Belanja Negara (RAPB)

5. Petugas Umum

Tugas dan tanggung jawabnya adlah sebagai berikut:

mengatur semua kepentingan umum dan bertanggung jawab terhadap mutu

mengatur hubungan kemitraan yang berhubungan dengan perusahaan

mengatur hungan sosial karyawan (catu, cuti, pendidikan, hubungan dengan pihak ketiga/ Depnaker dan kependudukan)

mengatur hubungan kerja sama dengan koperasi plasma6. Asisten TanamanTugas dan tanggung jawabnya adalah:

mengawasi pekerjaan kususnya tanaman, pencapaian produksi yang ditetapkan dan penekanan biaya mutu dan kuantitas serta kualitas juga pengiriman sampai ke pabrik

mengadakan penelitian dan mengusulkan kenaikan pangkat atau golongan karyawan dan memperhatikan kesejahteraan sosial serta hubungan baik dengan masyarakat sekitar

membuat rencana kerja mingguan

2.2.4 Produk Yang Dihasilkan

Produk yang dihsilkan PTP Nusantara VI Kayu Aro ini adalah teh hitam yang dibagi atas beberapa jenis yaitu antara lain:

Grade IGrade IIGrade III

BOP I

BOP

BOPF

PF

DUST I

BP

BTFP II

DUST II

BP II

BT II

DUST III

FANN II

BROKEN MIX

DUST IV

P.W DUSTFLUFF

2.2.5 Sumber Daya Manusia (SDM)

PTP Nusantara VI memiliki karyawan dengan jumlah:

Karyawan pimpinan dan pembangun berjumlah 21 orang

Karyawan pelaksana berjumlah 6697 orang

2.3 Proses Produksi

PTP NUSANTARA VI KAYU ARO adalah industri pengolahan pucuk teh segar menjadi teh hitam orthodox yang berkualitas ekspor. Dalam proses pengolahan perusahaan ini menggunakan sistem pengolahan orthodox-rotorvane dan CTC. Pada pengolahan orthodox terlihat dari bentuk teh yang dihasilkan lebih kecil atau lebih terlihat berbentuk bubuk, sedangkan teh CTC lebih berbentuk butiran-butiran bulat yang halus dan tidak berserat / granular sesuai dengan permintaan pasar2.3.4 Pengolahan Teh Hitam Orthodox1. Pucuk Teh Segar (Fresh Leaf)

Pucuk teh segar adalah pucuk yang baru diterima dari kebun. Hal yang perlu diperhatikan sebelum melaksanakan proses pengolahan adalah pucuk teh yang harus dalam keadaan baik, artinya keadaan pucuk teh dari pemetikan sampai ke lokasi pengolahan belum terjadi perubahan. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan teh yang bermutu. Beberapa hal yang dilakukan pada pucuk teh segar setelah tiba di pabrik yaitu:a. Penimbangan

Proses penimbangan dilakukan ketika pucuk masih berada dalam truk / mobil pengangkut, proses penimbangan ini dilakukan menggunakan alat timabang Avery Brimingham yang berkapasitas 30000 Kg. Tujuan dilakukan penimbangan adalah untuk mengetahui berat pucuk segar yang masuk dan mengetahui kesesuaian antara timbangan kebun dan timbangan pabrik. Dalam hal ini batas toleransi selisih timbangan yang diperkenankan adalah 0.5%

Waktu penimbangan pabrik dibagi atas tiga 3 yaitu:

Timbang 1 : Pukul 10:00 WIB

Timbang 2 : Pukul 14:00 WIB

Timbang 3 : Pukul 17:00 WIB

Berat bersih pucuk segar diperolah dengan mengurangi berat truk yang berisi pucuk segar dengan berat truk kosong

b. Analiasa Mutu

Analisa mutu pucuk teh segar bertujuan untuk mengetahui mutu yang ada pada pucuk sesuai atau tidaknya dengan standar mutu yang diinginkan oleh pabrik. Standar mutu yang diinginkan adalah > 52.5% dari standar petikan yang ditetapkan

Tahapan pelaksanaan analisa mutu:

Sampel pucuk diambil secara acak kurang lebih 1 kg dari WT

Kemudian dibagi 4 (kurang lebih 250 gr (untuk dianalisa))

Sample yang diambil dipisahkan antara petikan halus dan petikan kasar, kemudian masing-masing bagian yang telah dipisahkan ditimbang untuk mengetahui beratnya

Analisa mutu pucuk dengan menggunakan formula:

Berat petikan halus

X 100%Berat sampel

Keterangan :

Berat petikan halus : berat daun muda

Berat sampel : berat petikan muda dan tua

c. Distribusi Weithering (pembeberan pucuk)

Distribusi weihering dilakukan segera setelah pucuk yang berasal dari kebun tiba di kebun. Tujuanya adalah untuk mempermudah pekerjaan dan mempercepat proses pelayuan sesuai dengan kapasistas weithering trough yang ada. Selain itu distribusi weithring dilakukan untuk menghilangkan air dan aroma lain yang tidak diinginkan yang terdapat pada permukaan pucuk. Penghilangan air dan aroma lain ini dilakukan dengan menghembuskan udara segar ke pelung pelayuan (wethering trough) melalui ruangan udara segar pada bagian bawah WT.

Pengaliran udara segar dilakukan dengan menggunakan kipas yang berada pada salah satu ujung WT. Pengaliran udara segar dilakukan selama 4-6 jam sebelum pucuk dilayukan dengan udara panas. Pembeberan di atas palung pelayuan yang berkapasitas 1100 kg 1200 kg yang disesuaikan dengan kondisi pucuk dam cuaca.

d. Pengkiraban Pucuk

Tujuan pengkiraban ucuk adalah agar pemberian udara segar pada permukaan pucuk enjadi rata, sehingga pucuk yang satu dengan yang lain tidak saling memnempel dan mempermudah proses selanjutnya.

2. Pelayuan (Whitering Trough)

Tujuan untama pelayuan adalah untuk mengurangi kadar air yang ada pada permukaan dan bagian dalam pucuk secara merata. Berkurangnya kadar air menjadikan pucuk lemas dan lentur sehingga saat berada dalam proses penggulungan, pucuk menjadi lebih mudah untuk di gulung.

Layuan yang baik secara fisik adalah ditandai oleh pucuk pada saat digenggam menjadi lemah dan tidak patah, serta dan jika dibuat kepalan tidak akan hancur apa bila di lempar. Persentase kelayuan yang baik adalah 47%-50%.

Waktu yang dibutuhkan untuk proses pelayuan kurang lebih 16-20 jam dengan suhu 26(C-29(C. Penggunaan suhu dan waktu pelayuan tersebut menyebabkan kadar air pada pucuk berkurang 50%-53%.

Agar udara panas mengalir rata pada setiap bagian permukaan pucuk, dalam proses pelayuan dilakukan proses balik daun. Prosesini dilakukan sebanyak 2-3 la;i untuk setiap pucuk dengan rata-rata waktu pembalikan kurang lebih 4 jam sekali.

Peralatan yang digunakan dalam proses pelayuan adalah :

Palung pelayuan (Whitering Trough) yang berfungsi sebagai tempat terjadinya proses pelayuan

Kipas hembus (fan) berfungsi untuk mendorong udara masuk kedalam trough dengan diameter fan 48 inci dan kecepatan 1500 rpm

Saluran udara panas yang berfungsi untuk mengalirkan udara panas masuk kedalam trough

Pintu pengeluaran yang berfungsi untuk mengeluarkan udara bila tidak dibutuhkan dan sebagai lubang pembuang kotoran

Leaf bed berfungsi sebagai tempat penghamparan pucuk didalam trough

Heater berfungsi sebagai sumber udara panas

3. Penurunan Pucuk Layu

Proses penurunan pucuk layu dilakukan apabila pucuk yang dilayukan telah dianggap sudah memiliki kadar air 47%-50%. Heater dimatikan bila pucuk sudah mencapai derajat pelayuan yang senpurna.

Pucuk yang sudah layu kemudian diturunkan dari WT dan dimasukan kedalam fishnet yang kemudian diangkut menggunakan monoril dan dimasukan kedalam lori. Setelah itu dilakukan penimbangan pucuk. Kapasitas satu lori adalah 187.5 Kg. Lori yang berisi pucuk kemudian dibawa ke corong-corong pemasukan OTR. Adapun alat yang digunakan pada proses penurunan daun layu adalah:

Fish net yangberfungsi sebagai tempat pucuk layudari WT

Monoril berfungsi untuk alat transportasi dari WT ketempat penimbangan daun layu

Lori berfungsi untuk alat transportasi dari timbangan ke corong pemasukan OTR

4. Penggulungan ( Rolling / Crushing ) dan Sortasi Basah

Proses pengulungan dilakukan setelah pucuk mengalami proses pelayuan, dengan layu fisik yang sempurna.

Adapun tujuan dari proses penggulunga adalah:

Memecah sel daun sehingga terjadi reaksi kimia yang menghasilkan catechin (zat pembentuk mutu teh)sebagai dasar proses oksidasi enzimitis.

Mengerus, memeras, memencet cairan sel sebanyak-banyaknya sehingga cairan tersebut melumuri permukaan daun.

Untuk mendapatkan pengecilan partikel daun yang menggulung

Pada proses penggulungan, pucuk yang sudah layu pada stasiun pelyuan diturunkan kedalam alat penggulungan open Top Roller (OTR), dengan waktu penggulungan kurang lebih 50 menit per sekali memasukan pucuk teh, dengan perhitungan dengan perhitungan 5 menit sekali diisi, 40 menit proses, dan 5 menit pengosongan dan pembersihan. Kemudian bubuk, setelah bubuk diayak pada DIBN II selama 10 menit dan menghasilkan bubuk II dengan presentase yang diinginkan perusahaan 24%-26%. Kasaran dari bubuk II dihaluskan dengan Rotor Vane (RV) 15 inci selama 10 menit lalu diayak dengan DIBN I dan menghasilkan bubuk III yang kemudian dihaliskan dengan Rotor Vane (RV) 8 inci selama 10 menit dan diayak pada DIBN II. Hasil ayakan merupakan bubuk dengan presentase 14%-16%. Kasaran dari bubuk IV disebut Badag, yang tidak bisa dihancurkan lagi. Badag bersal dari tangkai dan daun tua, presentase badag yang diperoleh oleh perusahaan adalah 8-10 %.Pemisahan jenis bubuk pada stasiun penggulungan dilakukan dengan tujuan Memperoleh bubuk yang seragam

Memudahkan pekerja pada sortasi kering

Memudhakan dalam pengaturan pengeringan

Gambar 2.1 : Skema Proses Penggulungan

Perlatan yang digunakan pad proses penggulungan adalah :

a. Open Top Roller (OTR)

Berfungsi untuk menggulung dan menghancurkan sel-sel pucuk layu, untuk mendapatkan hasil bubuk yang lebih banyak dan tetap menggulung .

Spesifikasi teknis:

Dameter silinder

: 1183 cm

Kapasitas

: 350-375 kg/seri

Elektromotor

: 20 HP, 1500 rpm, 380 / 660 V

Putaran Engkol

: 45 rpm

Dilengkapi dengan connus dan 8 buah batter (pisau) gum metal yang berbentuk bulat sabit yang berfungsi untuk menghancurkan bubuk sehingga didapatkan bubuk yang diinginkan.

b. Press Cap Roller (PCR)

Fungsinys sama dengan mesin OT, hanya saja PCR melakukan gerakan penekanan (pengoperasisan)

Spesifikasi jenis :

Diameter silinder

: 1183 cm

Kapasitas

: 250-375

Elektromotor

: 20 HP, 1500 rpm, 380 / 660 V

Pautaran Engkol

: 45 rpm

c. Rotor Vane (RV)

Digunakan untuk mengubah bentuk pucuk teh layu, sehingga terjadi penghancuran dan pemasaran sari sel, yang selanjutnya diserap kembali secara merata oleh pucuk yang telah beri=bah bentuk tersebut. Proses terjadinya lubang laras (barel bane) sehingga sari-sari teh yang terperas tidak terbuang keluar lubang laras, dalam lubang laras terdapat Van type R (revase) yang etrletak didinding larasbagian dauntuk lam,dan vane type F[forward]yang berada ditengah lubang lasar dimana kedua alat ini berfungsi menghaluskan dan memotong daun teh.

Kedus alat ini digerakan oleh kedua poros penggerak, gerakan Van type R berlawanan arah dengan Van type F. Kondisi kedua alat sangat berpengaruh terhadap hasil bubuk. Putaran laras pada Rotor Vane 30-50 rpm dengan kapasitas 450-725 kg/jamd. Kereta Bubuk, Berfungsi untuk mengangkut bubuk dari OTR ke DIBN dan dari DIBN ke PCR

e. Tambir, Berfungsi untuk menapung bubuk yang telah keluar dari corong-corong DIBN. Kapasitas tambir kurang lebih 7 kg.

f. Trolly, Berfungsi untuk membawa tampir ke ruang fermentasi dan pengeringan. Kapasitas trolly 10 tampir.g. Double Indian Ballbreaker Netsorteerder (DIBN), Berfungsi untuk memisahkan bubuk yang telah digulung pada OTR, PVR, dan RVh. Konveyor DIBN, Berfungsi untuk mengangkut bubuk serta mengatur pengisian yang efektif pada DIBN, untuk satu unit DIBN dipasang satu conveyor dengan kecepatan belt conveyor 0.52 m/detik.

5. Oksidasi

Proses oksidasi enzimatis dilakukan setelah pucuk mengalami proses penggulungan. Proses ini dilakukan didalam ruangan oksidasi enzimatis, dimana bubuk diletakan di ats tambir dengan ketebalan 4-5 mm, kelembapan ruangan oksidasi enzimatis berkisar antara 95-98%

Proses enzimatis ini bertujuan untuk mrndapatkan substansi teh favin dan teh rugibin yang akan menentukan air seduhan teh nantinya. Lamanya proses oksidasi enzimatis ini kurang lebih 115-135 menit, terhitung sejak pucuk dimsukan kedalam OTR, atau apabila temperatur bubuk mencapai suhu 26(C-27(C.

6. Pengeringan (Driyer)

Prose pengeringan ini merupakan cara untuk menghentikan oksidasi enzimatis senyawa polifenol dalam teh pada saat komposisi zat-zat pendukung kualitas mencapai keadaan optimal.

Proses pengeringan untuk bubuk 3 dan bubuk 4 dilakukan didalam alat yang disebut FBD (Fluid Bed Dryer) dengan lama waktu pengeringan 10-15 menit suhu pengeringan 115(C-120(C dan 75(C-80(C sedangkan bubuk 1 dan 2 dilakukan dalam alat yang disebut Conguest dengan lama waktu pengeringan 20 menit dengan suhu pengeringan:

T1 = 115(C-125(C

T2 = 100(C-115(C

T3 = 50(C-60(C

T4 = 50(C-55(C

7. Sortasi (Sortation dan Brending )

Teh yang berasal dari pengeringan masih heterogen baik bentuk dan ukuranya. Selain itu, teh juga masih mengandung debu, tangkai daun, dan kotoran lain yang akan sangat berpengaruh pada mutu teh nantinya, sehingga dibutuhkan proses penyotiran dan pemisahan.

Tujuan utama penyortiran ini adalah untuk mendapatkan teh yang seragam dalam bentuk dan ukuranya.8. Pengepakan / Pengemasan

Proses pengemasan adalah mutlak harus dilakukan mengingat teh yang baru dihasilkan belum bisa langsung dipergunakan. Tujuan dari pengepakan adalah: Melindungi produk dari kontaminasi atau kerusakan luar

Memudahkan sistem pengangkutan / transposrtasi

Efisiensi dalam penyimpangan2.3.2Pengolahan CTC

Berikut ini adalah gambar diagram alir pengolahan teh di CTC

Pada dasarnya pengolahan teh hitam CTC hampir sama dengan proses pengolahan pada teh hitam orthodox, hanya saja mempunyai sedikit perbedaan, karena teh hitam CTC adalah jenis teh yang berbrntuk butiran-butiran atau granula adapun kesamaan persis padapeng olahan CTC adalah mulai dari pucuk segar, penerimaan bahan baku, penimbangan dan pelayua adapun proses selanjutnya mengalami sedikit perbedaan seperti:

1. Penggilingan Dan Oksisadi Enzimatis

Tujuan dari proses ini adalah mengubah pucuk menjadi butiran-butiran atau granula dengan berbagai ukuran dan bentuk sebagai hasil dari penghancuran atau crushing, perobekan atau tearing dan penggulungan atau curling (CTC). Sasaran dari prose ini adalah:

Terbentuknya butiran-butiran teh halus dan tidak berserat (embedded)

Terbentuknya bubuk hasil oksidasi enzimatis yang matang dengan kriteria sebagai berikut:

Warna air seduhan : coloury, bright and coloury

Ampas

: bright

Rasa

: strength, brisk, dan aroma Adapun standar tata cara pengolahnya sebagai berikut:

a. Kondisi Ruangan

Suhu rauangan maksimum 25(C dan kelembapan ruangan minimum 90% dengan ketentuan lantai tidak boleh basah.

b. Mesin Yang Digunakan

Mesin BLC/RV 15 dengan kekuatan 35-42 rpm kapasitas optimal 700-800 kg pucuk layu/jam

Mesin CTC dengan kekuatan 70 untuk low speed roller dan 700 untuk high speed roller (1:10) dengan kapasitas 700-800 kg pucuk layu/jam

Mesin FU (Fermenting Unit), temperatur optimal bubuk pada saat oksidasi enzimatis pada mesin FU adalh 26-31(C. Proses pembalikan bubuk dilakukan sebanyak 2-3 kali waktu yang dibutuhkan maksimum 120 menit

2. Pengeringan

Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air sampai batas tertentu, sehingga teh tahan lama dalam penyimpananya. Suhu yang dibutuhkan dalam proses pengeringan untuk FBD Intel 40-140(C tergantung jenisnya. Lama pengeringan kurang lebih 12-18 menit

3. Proses Sortasi

Proses ini bertujuan untuk memisahkan teh berdasarkan warna, kebersihan dari serat/tulang, kerataan bentuk dan ukuran densitas. Sehingga diperoleh partikel teh yang sesuai dengan standar yang diminta oleh pasar/konsumen. Mesin yang digunakan dalam proses sortasi adalah:

Hopper

Midleton

Vibro Blank

Chouta Sifter

Winower/ Theewan

Crusher

Magnet Batang

Exhaust Fan

4. Pengepakan

Tujuan dari pengepakan adalah:

Melindungi produk dari kontaminasi atau kerusakan luar

Memudahkan sistem pengangkutan / transposrtasi

Efisiensi dalam penyimpangan

Sebagai alat promosi bagi produk yang dihasilkan2.4 Maintenance

Maintenance merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu perusahaan. Adapun kegiatan maintenance adalah sebagai berikut : Membersihkan

Menutup

Melumasi

Memeriksa

Menyetel

Mengencangkan

Memperbaiki

Mengganti komponen,menguji,dll.

2.4.1. Tujuan Maintenance

Adapun tujuan maintenance adalah :

Mencegah terjadinya kerusakkan tiba-tiba

Mempertahankan kinerja mendekati semula

Mendekati gejala-gejala kerusakan

Artinya, memastikan bahwa performance mesin atau peralatan sangat memuaskan.

2.4.2 Struktur maintenance

1. Pemeliharaan terencana

Pemeliharaan terencana adalah pemeliharaan yang didasarkan pada perencanaan, yaitu :

Waktu

Bagian/komponen

Tempat

Tenaga kerja

Teknik

Peencanaan terencana biasanya besifat pencegahan. Disebut preventive maintenance.

2. Pemeliharaan tak terencana

Jika tejadi kerusakan mesin/peralatan baru dilakukan pemeliharaan atau perbaikan. Disebut juga breakdown maintenance/failure based maintenance. Untuk mencegah terjadinya kerusakkan dapat dilakukan beberapa hal,yaitu :

Mencari akar masalah

Kemungkinan perubahan rancangan/material

Menemukan dan memastikan sumber penyebab kerusakan.

3. Pemeliharaan berkala

Bagian dari preventive maintenance yang bertujuan untuk mencegah kerusakan. Dilakukan dalam interval waktu tertentu. Misalnya:

Harian,mingguan,bulanan,tiga bulanan,tahunan,atau dua tahunan.

100 jam,200 jam,500 jam,700 jam atau 1000 jam.

4. Predictive maintenance

Peraatan/pemeliharaan mesin didasarkan atas kondisi mesin

Kegiatan yang dipentingkam adalah inspeksi/monitoring bahan perbaikinya.

Dengan inspeksi dan monitoring kndisi dapat diketahui secara pasti dan gejala kerusakkan dapat dideteksi secara dini.

5. Pengecekan mesin atau peralatan

Pengecekan mesin atau peralatan dapat dilakukan pada saat beroperasi atau berhenti.

a. Pengecekan pada saat mesin hidup

Pengecekan dengan panca indra

Yaitu dengan melihat,mendengar,mecium,menyentuh,dan berbicara.

Pengecekan secara mekanik

Yaitu dengan getaran,sped,dll

b. Pengecekan saat mesin berhenti

Pengeceka dengan panca indra

Yaitu dengan melihat,menyentuh,dan berbicara

Pengecekkan secara mekanik

Yaitu dengan pengetesan,aligment,dll

6. Kerusakan tersembunyi

Kerusakan tersembunyi adalah penyebab yang besar untuk breakdown. Antara lain:

Retak

Melengkung

Kotoran

Getaran

Baut Kendor

Panas,dll

Untuk menemukan kerusakan tersembunyi dilakukan :

Melakukan perawatan

Merawat kondisi pengoperasian

PerbaikanAdapun pemeriksaan yang sering dilakukan di PTP Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Kayu Aro adalah pemeriksaan harian, seorang operator yang selalu mengontrol semua mesin yang ada di PTP Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Kayu Aro akan segera memeriksa bila mendapat laporan dari karyawan bagian pengolahan, jika terdapat kerusakan pada motor induksi (motor mati) maka operator akan memeriksa terlebih dahulu sambungan / pengkawatan, jika ternyata pengkabelan motor tersebut sudah benar dan dipastikan tidak terdapat sambungan yang putus maka, operator akan mencoba menghidupkan motor, jika motor telah gteraliri arus listrik dan ternyata motor masih tetap tidak berputar maka, pengujian selanjutnya adalah memeriksa gulungan, dengan cara menyentuh seluruh bagian bodi motor (sebelumnya telah di tes dengan tes pan), jika terdapat bagian bodi motor yang panas maka dapat dipastikan gulungan motor tersebut ada yang terbakar.

Adapun tindakan selanjutnya, adalah memperbaiki motor tersebut dengan cara menggulung ulang motor tersebut.

BAB IIIMOTOR INDUKSI TIGA PHASA PADA MESIN PENGGILINGAN TEH3.1Tinjauan Umum Mesin Pengolahan

Pemanfaatan motor-motor listrik demikian luasnya pada perkembangan industri sekarang ini. Dari sekian jenis motor-motor listrik listrik, motor AC tak serempak atau motor induksilah yang banyak digunakan pula halnya pada PTP NUSANTARA VI KAYU ARO, hampir semua tenaga prnggerak menggunakan tenaga induksi, tujuanya supaya mempercepat dan mempermudah opera proses pengolahan teh.Motor induksi merupakan motor arus bolak balik ( AC ) yang paling luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor ini bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan arus stator. Motor ini memiliki konstruksi yang kuat, sederhana, handal, serta berbiaya murah. Di samping itu motor ini juga memiliki effisiensi yang tinggi saat berbeban penuh dan tidak membutuhkan perawatan yang banyak. Akan tetapi jika dibandingkan dengan motor DC, motor induksi masih memiliki kelemahan dalam hal pengaturan kecepatan. Dimana pada motor induksi pengaturan kecepatan sangat sukar untuk dilakukan, sementara pada motor DC hal yang sama tidak dijumpai. 3.2Konstruksi Motor Induksi Tiga Phasa Secara umum motor induksi terdiri dari rotor dan stator. Rotor merupakan bagian yang bergerak, sedangkan stator bagian yang diam. Diantara stator dengan rotor ada celah udara yang jaraknya sangat kecil. Konstruksi motor induksi dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Penampang rotor dan stator motor induksiKomponen stator adalah bagian terluar dari motor yang merupakan bagian yang diam dan mengalirkan arus phasa. Stator terdiri atas tumpukan laminasi inti yang memiliki alur yang menjadi tempat kumparan dililitkan yang berbentuk silindris. Alur pada tumpukan laminasi inti diisolasi dengan kertas (Gambar 3.2.(b)). Tiap elemen laminasi inti dibentuk dari lembaran besi (Gambar 3.2 (a)). Tiap lembaran besi tersebut memiliki beberapa alur dan beberapa lubang pengikat untuk menyatukan inti. Tiap kumparan tersebar dalam alur yang disebut belitan phasa dimana untuk motor tiga phasa, belitan tersebut terpisah secara listrik sebesar 120(. Kawat kumparan yang digunakan terbuat dari tembaga yang dilapis dengan isolasi tipis. Kemudian tumpukan inti dan belitan stator diletakkan dalam cangkang silindris (Gambar 3.2.(c)). Berikut ini contoh lempengan laminasi inti, lempengan inti yang telah disatukan, belitan stator yang telah dilekatkan pada cangkang luar untuk motor induksi tiga phasa.

a

b

cGambar 3.2. Menggambarkan komponen stator motor induksi tiga phasa,(a) Lempengan inti, (b) Tumpukan inti dengan kertas isolasi pada beberapa alurnya. (c) Tumpukan inti dan kumparan dalam cangkang stator. Rotor motor induksi tiga phasa dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu rotor sangkar (squirrel cage rotor) dan rotor belitan (wound rotor). Rotor sangkar terdiri dari susunan batang konduktor yang dibentangkan ke dalam slot slot yang terdapat pada permukaan rotor dan tiap tiap ujungnya dihubung singkat dengan menggunakan shorting rings.

Gambar 3.3. Rotor sangkar dan Bagian bagian rotor sangkarSementara itu pada rotor belitan, rotornya dibentuk dari satu set belitan tiga phasa yang merupakan bayangan dari belitan statornya. Biasanya belitan tiga phasa dari rotor ini terhubung Y dan kemudian tiap - tiap ujung dari tiga kawat rotor tersebut diikatkan pada slip ring yang berada pada poros rotor. Pada motor induksi rotor belitan, rangkaian rotornya dirancang untuk dapat disisipkan dengan tahanan eksternal, yang mana hal ini akan memberikan keuntungan dalam memodifikasi karakteristik torsi kecepatan dari motor.

Gambar 3.4. Rotor belitan3.4 Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Phasa Pada keadaan beban nol ketiga phasa stator yang dihubungkan dengan sumber tegangan tiga phasa yang setimbang menghasilkan arus pada tiap belitan phasa. Arus pada tiap phasa menghasilkan fluksi bolak-balik yang berubah-ubah. Amplitudo fluksi yang dihasilkan berubah secara sinusoidal dan arahnya tegak lurus terhadap belitan phasa. Akibat fluksi yang berputar timbul ggl pada stator motor yang besarnya adalah

atau

Penjumlahan ketiga fluksi bolak-balik tersebut disebut medan putar yang berputar dengan kecepatan sinkron ns, besarnya nilai ns ditentukan oleh jumlah kutub p dan frekuensi stator f yang dirumuskan dengan

Fluksi yang berputar tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor. Akibatnya pada kumparan rotor timbul tegangan induksi (ggl) sebesar E2 yang besarnya dimana :

Dimna:

E2 = Tegangan induksi pada rotor saat rotor dalam keadaan diam (Volt) N2 = Jumlah lilitan kumparan rotor m = Fluksi maksimum(Wb) Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka ggl tersebut akan menghasilkan arus I2. Adanya arus I2 di dalam medan magnet akan menimbulkan gaya F pada rotor. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya F cukup besar untuk memikul kopel beban, rotor akan berputar searah medan putar stator. Perputaran rotor akan semakin meningkat hingga mendekati kecepatan sinkron. Perbedaan kecepatan medan stator (ns) dan kecepatan rotor (nr) disebut slip (s) dan dinyatakan dengan

Pada saat rotor dalam keadaan berputar, besarnya tegangan yang terinduksi pada kumparan rotor akan bervariasi tergantung besarnya slip. Tegangan induksi ini dinyatakan dengan E2s yang besarnya

dimana : E2s = tegangan induksi pada rotor dalam keadaan berputar (Volt) f2 = s.f = frekuensi rotor (frekuensi tegangan induksi pada rotor dalam keadaan berputar). Bila ns = nr, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir pada kumparan rotor, karenanya tidak dihasilkan kopel. Kopel ditimbulkan jika nr < ns

dilihat dari cara kerja ini maka motor induksi juga dapat disebut motor tak serempak atau motor asinkron. Berubah-ubahnya kecepatan motor induksi mengakibatkan berubahnya harga slip (S) dari 100% pada saat motor berjalan hingga 0% saat motor diam.

Dalam pengoperasian motor induksi tersebut perlu perawatan dan pemeriksaan untuk mengetahui adanya gangguan serta mencegah terjadinya keruskan pada motor. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

Pemeriksaan temperature , bearing, vibrasi, noise, coil, ampere meter, dan beban tiga phasa.

Membersihkan motor dan membersihkan hubungan pengawatan

Memeriksa setiap relay yang digunakan

Memeriksa kabel pentanahan

Adapun pemanfaatan motor tiga phasa di PTP Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Kayu Aro antara lain adalah:

Peralatan bengkel

Penggerak fan

Mesin penggulungan

Mesin penggilingan

Mesin pelayuan dll

3.4 Mesin-mesin Penggilingan Teh

Proses penggilingan pada pengolahan teh hitam bertujuan untuk membentuk mutu baik secara fisik maupun secara kimia karena selama proses ini teh akan dibentuk menjadi partikel-partikel yang sesuai dengan jenis atau grade yang dibuat

Mesin-mesin yang diperlukan untuk proses penggilingan yang terdapat pada PTP Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Kayu Aro adalah:

Mesin Open Top Roller (OTR)

Mesin Pressure Cup Roller (PCR)

Mesin Rotorvane3.4.1 Mesin Open Top Roller (OTR)

Mesin ini berfungsi untuk menggulung dan mememarkan daun serta mengecilkan daun teh sehingga cairan daun keluar bercampur dengan enzimatis secara sempurna. Alat ini ditempatkan pada penggilingan teh yang pertama sekali.

Mesin OTR yang digunakan di gunakan di PTP Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Kayu Aro berjumlah 10 unit, masing-masing digerakan oleh elektromotor. Untuk lebih jelasnya spesifikasi dari masing-masing alat dapat dilihat pada tabel 3.1

SpesifikasiOTR

MerkTEHA

Diameter jubung (inchi)47

Putaran (rpm)45

Kapasitas (kg)375

Batten8

Conous1

Jumlh alat10 Unit

Gambar 3.1. Data-data mesin OTR

Bagian-bagian penting pada mesin OTR ini adalah: Reducer adalah alat penggerak utama juga sebagai alat untuk memperlamabat putaran yang bersal dari elektromotor Conous adalah alat pembalik daun yang diolah

Button alat pemotong daun

Worm shaff adalah alat untuk memindahkan putaran dari elektromotor untuk memutar worm whell

Worm whell adalah alat untuk menerima putaran dari worm shell

Elektromotor adalah alat penggerak utama/ alat penggerak mesin

Prinsip kerja dari mesin OTR yaitu berdasarkan gerak silinder yang berputar searah jarum jam yang akan mengaduk bahan sedangkan meja giling yang dalam keadaan statis berfungsi sebagai alas sehingga daun mengalami gesekan better. Kemudian ujung batten yang lebih tebal dengan gesekanya yang lebih tajam dari permukaan jubung akan memotong daun.

3.4.2 Mesin Pressure Cup Roller (PCR)Mesin ini mempunyai prinsipn yang sama dengan mesin OTR, hanya saja mesin PCR dilengkapi dengan alat penekanan . alat ini berfungsi untuk mengeluarkan cairan bahan yang tidak bisa dikeluarkan oleh mesin OTR. Alat ini diletakan pada proses penggilingan yang kedua.Mesin PCR yang digunakan di PTP Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Kayu Aro berjumlah 11 unit, masing-masing unit digerakan oleh elektromotor. Untuk ebih jelasnya spesifikasi dari masing-masing alat dapat dilihat pada tabel 3.2.

SpesifikasiPressure Cup Roller

Jumlah alat11 unit

Merk TEHA

Ukuran 47

Putaran (rpm)45

Kapasitas (Kg)300-500

Btten8

Conous1

Bagian-bagian penting dri mesin PCR sama dengan OTR, hanya saja pada mesin ini dilengkapi lagi dengan alat pengepresan yang terdapat pada bagian atas mesin.

3.4.3 Mesin Rotorvane

Mesin rotorvane berfungsi untuk menghancurkan dan mengeluarkan cairan pucuk menjadi partikel yang lebih kecil. Alat ini ditempatkan pada penggilingan yang ketiga karena dapat dapat menghancurkan bahan lebih kuat dibandingkan dengan OTR dan PCR dengan demikian dapat mengoptimalkan proses penggilingan atau penggulungan pucuk daun teh tanpa mengurangai potensi dari bahan itu sendiri.

Mesin rotorvane yang digunakan di PTP Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Kayu Aro berjumlah 3 unit yaitu drngan bagian dua unit untuk penggilingan ketiga dan yang satu unit untuk penggilingan keempat. Spesifikasi ini dapat dilihat pada tabel 3.3.

Spesifikasi Rotorvane

Merk TEHA

Tahun 1983

Kapasitas 864

Putaran engkol 35 rpm

Bagian-bagian terpenting dari mesin rotorvane adalah:

Vane adalah alat untuk menekan daun

End plat adalahuntuk menghabat keluar Kontra vane adalah alat untuk memotong

Reducer gear adalah alat untuk memperlambat dan menghindari beban lebih motor

Silinder adalah tempat penggilingan

4.5 Pengontrolan Mesin Listrik Pada Mesin Penggilingan

Sistem kontrol yang dignakan dalam pabrik penggilingan teh PTP Nusantara VI (Persero) Unit Usaha Kayu Aro adalah pengontrolan terbuka. Blok diagram dapat dilihat pada gambar 3.5. Input output Gambar 3.5 Blok diagram sistem pengontrolan terbukaTerlihat disini bahwa output tidak mempengaruhi input. Motor AC dijalankan untuk menggerakan bebah sampai pada posisi yang diinginkan, kemudian motor dihentikan dengan tombol star/stop yang dihubungkan ke sistem melalui kontaktor magnet.

Didalam memilih peralatan pengontrol banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menjamin fungsi yang sesuai dengan mesin yang digunakan, yaitu:

1. Mesin itu sendiri, spesifikasi dan tipe pekerjaan yang akan dilakukan

2. Motor dan beban mesin yang harus diperhatikan

3. Jenis sistem pengontrolan, hal ini perlu direncanakan sesuai penggunaan mesin itu perlu berjalan otomatis atau tidak.

Bila ditinjau secara umum, bagian-agian utama dari pengontrol motor-motor listrik pada mesin penggilingan yang terdapat pada pabrik pengolahan teh PTP nusantara VI (Persero) Unit Usaha Kayu Aro terdiri dari:

1. PanelPanel merupakan unit pengontrol motor-motor litrik yang terdapat pada pengolahan teh Kayu Aro. Apabila terjadi gangguan pada motor listrik atau mesin maka sekring yang tedapat pada panel akan putus sehingga motor tidak lagi dialiri arus listrik.

Pada panel, pemakaian arus dan tegangan untuk masing-masing bagian dalam pengolahan teh ditetapkan , sebagai contoh didalam ruang penggilingan arus listrik yang digunakan adalah 480 A. Jadi, apabila pemakaian arus listrik lebih dari 480 A maka sekring (MCB) akan jatuh. Adapun bagian-bagian dari panel yaitu:

Saklar handle, berfungsi sebagai pemutus arus apabila terjadi gangguan atau pemakaian arus berlebih didalam pabrik pengolahan teh.

Ampere meter, berfungsi untuk mengetahui beban arus pemakaian dari mesin melebihi dari yang ditetapkan atau tidak

Voltmeter, berfungsi untuk mengetahui beban pemakaian .

Sekring (MCB), berfungsi untuk memutus arus dan mengamankan apabila terjadi kerusakan pada salah satu mesin atau motor listrik yang terdapat pada pabrik.

2. Box SaklarBox saklar adalah unit pengontrolan kerja dari motor listrik, mulai dari star motor listrik, mengubah hubungan bintang (Y) ke delta (A), hingga mematikan motor listrik terdapat pada box saklar. Bagian-bagian dari box saklar yaitu:

Tombol on/off, mempunyai fungsi mematikan dan menghidupkan motor listrik

Kontaktor, berfungsi sebagai pengubah hubungan bintang menjadi hubungan delta pada perputaran motor listrik secara otomatis

Timer, berfungsi sebagai penentu waktu perubahan dari hubungan star ke hubungan delta dari motor listrik

MCB, berfungsi sebagai pemutus arus dan pengaman apabila terjadi kerusakan pada salah satu mesin atau motor listrik yang terdapat pada pabrik.BAB IV

MENGGULUNG MOTOR INDUKSI TIGA PHASA4.1 Tinjauan Umum Menggulung Motor Induksi Tiga PhasaKumparan atau gulungan motor terdiri dari kawat email yang disusun secara kelompok menurut aturan tertentu. Menurut jenis kumparan (lilitan) dapat dikelompokkan menjadi: Lilitan Distribusi (menyebar)

Lilitan Consentris (memusat)

Menurut jumlah kelompok kumparan per alur dapat dibagi :

Lilitan Single Layer ( satu Lapis)

Lilitan Double Layer ( dua lapis)4.2 Teori Pendukung4.2.1 Bentuk kumparan

Bentuk dari kumparan/lilitan dari gulungan kawat dibagi menjadi tiga yaitu: Memusat/konsentris/spiral winding Jerat/buhul/lap winding GelombangSperti terlihat pada gambar 4.1 berikut ini:

Gambar 4.1 jenis Bentuk Kumparan4.2.2 Rumus-rumus

Ujung-ujung kumparan diberi tanda dengan huruf-huruf U,V,W,X,Y, dan Z.bila pangkal diberi tanda U maka ujungnya X, pangkal V ujungnya Y dan pangkal W ujngnya Z.

Syarat jumlah slot, perhitungan jumlah slot harus bisa dibagi 4 dan 31. Langkah kumparan diberi tanda Ys 2. Jumlah kumparan tiap kelompok (q)

3. Jumlah kumparan dalam satu kutub (K)

4. Jarak lubang alur diukur dalam derajat radian (KAR)

5. Jarak lubang alur dalam derajat listrik (KAL)

KAL=KAR.p

6. Kisar fasa atau jarak fasa pertama dan berikutnya (Kp)

4.2.3 Contoh Perhitungan

1. Stator motor 3 fasa mempuyai alur (G) 12 alur , jumlah kutub (2p) = 4, single layer.

Penyelesaian : Ys = G/2p =12/4 =3 ( Jika ujung kawat di masukkan pada alur nomor 1,maka ujung lainya pada alur nomor 4.) Q = G/2p.m = 12/4.3 = 1 (Berarti jumlah kumparan tiap kelompok adalah 1.) K = G /2p = 12/4 = 3 (Tiap kutub terdiri dari 3 kumparan) KAR = 360/G = 360/12 = 30 radian (Jarak antar alur 30 radian) KAL =KAR .p = 30 . 2= 60 listrik

Kp =120/KAL =120/60 =2 (Kalau fasa pertama di mulai dari alur 1 maka fasa kedua dari alur ke 3)Adapun daftar belitanya sebagai berikut: U I 1-4 I I 7-10 I X V I 3-6 I I 9-12 I Y W I 5-8 I I 11-2 I z

Gambar 4.2 Gambar bentangan contoh 12. Perencanan motor 3 fase dengan jumlah alurnya 24 dan 36 Kutubnya dibuat 4 buah dengan belitan single layer.

Penyelesaian :

A. Untuk stator dengan 24 alur

Ys = G/2p =24/4 =6 (Langkah belitan adalah 1 -7) Q =G/2p.m =24/4.3 =2 (Berarti jumlah kumparan tiap kelompok adalah 2.) K = G /2p =24/4=6 (Tiap kutub terdiri dari 6 kumparan) KAR = 360/G =360/24 =15 radian (Jarak antar alur 15 radian) KAL =KAR .p =15. 2=30 listrik

Kp =120/KAL =120/30 =4 (Kalau fasa pertama di mulai dari alur 1 maka fasa kedua dari alur ke 5)Daftar belitannya sebagai berikut.

U I 1-7 I I 13-19 I X I 2-8 I I 14-20 I V I 5-11 I I 17-23 I Y I 6-12 I I 18-24 I W I 9-15 I I 21-3 I z I 10-16I I 22-4 IGambar bentangan :

B. Untuk stator dengan 36 alur

Ys = G/2p =36/4 =9 (Langkah belitan adalah 1 -10) Q =G/2p.m =36/4.3 =3 (Berarti jumlah kumparan tiap kelompok adalah 3.) K = G /2p =36/4=9 (Tiap kutub terdiri dari 6 kumparan) KAR = 360/G =360/36 =10 radian (Jarak antar alur 15 radian) KAL =KAR .p =10. 2=20 listrik

Kp =120/KAL =120/20 =6 (Kalau fasa pertama di mulai dari alur 1 maka fasa kedua dari alur ke 7)Daftar belitannya sebagai berikut: U I 1-10 I I 19-28 I X I 2-11 I I 20-29 I I 3-12 I I 21-30 I V I 7-16 I I 25-34 I Y I 8-17 I I 26-35 I I 9-18 I I 27-36 I W I 13-22I I 31-4 I Z I 14-23I I 32-5 I I 15-24I I 33-6 I Gambar bentangan :

BAB V

PENUTUP5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan Praktek kerja Lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara VI Kayu Aro, dan berdasarkan dari data yang di dapatkan selama praktek PKL maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. PT. Perkebunan Nusantara VI Kayu Aro adalah perusahaan yang bergerak di sektor perkebunan teh2. Maintenance merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu perusahaan. Adapun kegiatan maintenance adalah sebagai berikut : Membersihkan

Menutup

Melumasi

Memeriksa

Menyetel

Mengencangkan

Memperbaiki

Mengganti komponen,menguji,dll.

3. Mesin penggerak utama yang digunakan di dalam pengolahan teh di PT. Perkebunan Nusantara VI Kayu Aro adalah motor tiga fasa berkekuatan 1500 rpm,seperti mesin Open Top Roller (OTR), Presure Cup Roller (SCR), dan Rotorvane4. Dalam menggulung motor tiga phasa harus memperhatikan bentuk kumparan yang sebelumnya digunakan serta rumus-rumus dalam menggulung motor tiga phasa.5.2 Saran

1. Jangan malu bertanya kepada instruktur lapangan jika menemui suatu masalah atau kendala.2. Gunakan alat pelindung diri yang memenuhi standar pada saat bekerja di lapangan.

3. Patuhilah peraturan yang ada di tempat PKL.

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku panduan SOP Pengolahan CTC PTPN VI April 2011, Kayu Aro

2. Wijaya, Moctar. Dasar-dasar Mesin Listrik, Djambat, Jakarta

3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/motor induksi tiga phasa

Warna air cocoury dan liquor strength not bitter, suhu akhir oksidasi enzimatis 26-28(C

Suhu maksimal 35(C

Pengujian densitas

Pemeriksaan suhu bubuk

Penggilingan

MC Layu 68%-72% Kerataan Layuan Min 90%

Pengujian kerataan layuan

Pengujian MC layu

Pelayuan

Analisa Pucuk min Bebas Kontaminasi

Analisa Petik dan Pucuk

Pengujian MC Basah

Pengujian Kontaminasi

PENGANGKUTAN / PENERIMAAN BAHAN BAKU

OTR

DIBN I

DIBN

OTR

DIBN I

RV

BADAG

BUBUK IV

DIBN

RV 8

BUBUK I

BUBUK II

BUBUK III

PENGANGKUTAN / PENERIMAAN BAHAN BAKU

Analisa Petik dan Pucuk

Pengujian MC Basah

Pengujian Kontaminasi

Analisa Pucuk min Bebas Kontaminasi

Pelayuan

Pengujian kerataan layuan

Pengujian MC layu

MC Layu 68%-72% Kerataan Layuan Min 90%

Penggilingan

Pengujian densitas

Pemeriksaan suhu bubuk

Suhu maksimal 35(C

Warna air cocoury dan liquor strength not bitter, suhu akhir oksidasi enzimatis 26-28(C

Oksidasi Enzimatis

Green Dhool Testing

Pemeriksaan suhu Bubuk

MC kering 2,0-3,5% tidak ada cacat dalam rasa

Pengujian MC kering

Tea testing serin pengeringan

Pengeringan

Pengujian MC teh jadi

Pengujian densitas

Tea testing (skoring)

Sortasi

MC teh jadi maks 4,5% densistas sesuiai standart tidak ada cacat dalam rasa kenampakan sesuai standar

Pengepakan

Pengujian MC pengepakan

Pengujian densitasi

Tea testing (skoring)

Pemeriksaan ketinggalan pallet

Pemeriksaan kelengkapan kemasan

MC pengepakan maks 4,5% densitas sesuai standar tidak ada cacat dalam rasa kenampakan sesuai standar

Penyimpanan

Pengujian MC kering

Tea testing serin pengeringan

Pengangkutan

Oksidasi Enzimatis

Green Dhool Testing

Pemeriksaan suhu Bubuk

MC kering 2,0-3,5% tidak ada cacat dalam rasa

Pengujian MC kering

Tea testing serin pengeringan

Pengeringan

Pengujian MC teh jadi

Pengujian densitas

Tea testing (skoring)

Sortasi

MC teh jadi maks 4,5% densistas sesuiai standart tidak ada cacat dalam rasa kenampakan sesuai standar

Pengepakan

Pengujian MC pengepakan

Pengujian densitasi

Tea testing (skoring)

Pemeriksaan ketinggalan pallet

Pemeriksaan kelengkapan kemasan

MC pengepakan maks 4,5% densitas sesuai standar tidak ada cacat dalam rasa kenampakan sesuai standar

Penyimpanan

Pengujian MC kering

Tea testing serin pengeringan

Pengangkutan

KONTAKTOR

MAGNET

Tombol Star/Stop

MOTOR AC DAN BEBAN

15