PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul...

34
i PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA BEBERAPA TINGKAT KEMIRINGAN LAHAN HUTAN HARAPAN JAMBI AMBAR MUTIARA DEWI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Transcript of PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul...

Page 1: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

i

PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

PADA BEBERAPA TINGKAT KEMIRINGAN LAHAN

HUTAN HARAPAN JAMBI

AMBAR MUTIARA DEWI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan
Page 3: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perumbuhan Kelapa

Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan Lahan Hutan

Harapan Jambi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing

dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

Ambar Mutiara Dewi

NIM A24090043

Page 4: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan
Page 5: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

iii

ABSTRAK

AMBAR MUTIARA DEWI. Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

pada Beberapa Tingkat Kemiringan Lahan Hutan Harapan Jambi. Dibimbing oleh

HERDHATA AGUSTA.

Penelitian ini dilakukan secara observasi untuk melihat pengaruh

kemiringan lahan terhadap pertumbuhan kelapa sawit di Hutan Harapan Jambi.

Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2012 hingga Maret 2013. Penelitian ini

menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) satu faktor, yaitu

kemiringan lahan. Lahan dikelompikkan ke dalam empat kelas kemiringan lahan,

yaitu 0-3%, 3-12%, 12-25% dan 25-40%. Setiap perlakuan terdiri atas empat

tanaman, sehingga total tanaman yang diamati ada 16 tanaman. Pengamatan

meliputi aspek vegetatif dan ekologis tanaman. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kemiringan lahan tidak mempengaruhi aspek vegetatif dan ekologis

tanaman kelapa sawit. Pertumbuhan daun terbaik terdapat pada kemiringan 3-

12%.

Kata kunci: ekologis, intensitas cahaya, vegetatif

ABSTRACT

AMBAR MUTIARA DEWI. Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) Growth at

Various Gradients at Hutan Harapan Jambi. Supervised by HERDHATA

AGUSTA.

The objective of this research was to evaluate the impact of land slope on

growth factor of oil palm at Hutan Harapan Jambi. Research start from Desember

2012 to Maret 2013. The experiment was arranged in a randomized complete

block design with one factor and, such as land slope. The existing foeld was

classified according the slope degree was arranged into 0-3%, 3-12%, 12-25% and

25-40%. Four plants were selected in every slope, so there were 16 palm as

sample. The observed parameters included vegetative and ecological parameters.

The result of observation showed that slope didn’t affect the vegetative and

ecological parameter of oil palm. The best growt of leaf were found at slope 3-

12%.

Keyword : ecological, light intensity, vegetative

Page 6: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan
Page 7: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

v

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

PADA BEBERAPA TINGKAT KEMIRINGAN LAHAN

HUTAN HARAPAN JAMBI

AMBAR MUTIARA DEWI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 8: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan
Page 9: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

vii

Judul Skripsi : Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada

Beberapa Tingkat Kemiringan Lahan Hutan Harapan Jambi

Nama : Ambar Mutiara Dewi

NIM : A24090043

Disetujui oleh

Dr Ir Herdhata Agusta

Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 10: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan
Page 11: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

ix

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi

kekuatan, umur panjang, serta karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil

diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan

Desember 2012 sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul

Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat

Kemiringan Lahan Hutan Harapan Jambi.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Herdhata Agusta selaku

pembimbing skripsi dan pembimbing akademik yang telah memberi bimbingan,

arahan serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada

CRC990 selaku pemberi dana dalam penelitian ini. Terima kasih kepada Bapak

Nasution selaku pemilik lahan yang penulis gunakan dalam melakukan penelitian

ini. Terima kasih kepada Keluarga besar Mas Sukar dan Mas Roni yang telah

bersedia menampung penulis dan menemani serta memberikan semangat selama

penulis melakukan penelitian ini. Terima kasih kepada kedua orang tua dan adik-

adik penulis serta keluarga besar yang selalu memberikan doa dan motivasi

kepada penulis. Terima kasih kepada kak Teguh sebagai rekan penelitian yang

telah membantu penulis dalam pengamatan. Terima kasih kepada Denti, Ilsa,

Nurul, Erna, Aul, Tika, Munil, Catur dan keluarga besar Agronomi dan

Hortikultura angkatan 46 yang telah memberi doa, dukungan dan bantuan selama

penulis menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih kepada Restu Purnama atas

doa, motivasi dan waktu yang telah diberikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

Ambar Mutiara Dewi

Page 12: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan
Page 13: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

xi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Hipotesis Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani Kelapa Sawit 2

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3

Topografi 4

Kemiringan Lereng 4

METODE 5

Bahan dan Alat 5

Lokasi dan Waktu Penelitian 5

Prosedur Penelitian 5

Prosedur Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Kondisi Umum 7

Pelepah Kelapa Sawit pada Berbagai Kemiringan Lahan 7

Kemiringan dan Tinggi Pohon pada Berbagai Kemiringan Lahan 9

Warna Daun 10

Lolosan Intensitas Cahaya Tajuk pada Berbagai Kemiringan Lahan 11

Analisis Vegetasi Gulma 13

Penutupan Tanah pada Berbagai Kemiringan Lahan 15

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 19

RIWAYAT HIDUP 20

Page 14: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

DAFTAR TABEL

1 Klasifikasi kelas kemiringan lahan 4

2 Data curah hujan dan jumlah hari hujan wilayah Hutan Harapan Jambi

Desa Singkawang Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari

Provinsi Jambi pada bulan Desember 2012–Februari 2013 7

3 Rata-rata jumlah pelepah, panjang pelepah dan jumlah anak daun yang

ditanam pada 4 kemiringan lahan (%) 8

4 Rata-rata kemiringan dan tinggi pohon yang ditanam pada 4 kemiringan

lahan (%) 9

5 Rata-rata nilai parameter daun kelapa sawit yang ditanam pada 4

kemiringan lahan (%) 10

6 Nisbah Jumlah Dominasi (NJD) gulma pada 4 kemiringan lahan (%) 14

7 Rata-rata % penutpan permukaan tanah oleh gulma pada 4 kemiringan

lahan (%) 15

DAFTAR GAMBAR

1 Kondisi kemiringan lahan kebun kelapa sawit 8

2 Lolosan intensitas cahaya kemiringan 3-12% 12

3 Lolosan intensitas cahaya kemiringan 12-25% 12

4 Lolosan intensitas cahaya kemiringan 25-40% 12

5 Lolosan intensitas cahaya tajuk berdasarkan jarak (m) dan kemiringan

lahan (%) 13

DAFTAR LAMPIRAN

1. Nisbah jumlah gulma (NJD) pada 4 kemiringan lahan (%) 19

Page 15: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit memiliki peranan penting bagi perkekonomian nasional,

terutama menyediakan lapangan pekerjaan dan sebagai sumber pendapatan

Negara (Herman dan Pranowo 2009). Luas areal perkebunan kelapa sawit di

Indonesia tahun 2009 mencapai 7.5 juta ha dan merupakan perkebunan kelapa

sawit yang terluas di dunia. Demikian pula produksi minyak sawit Indonesia

tahun 2009 mencapai 21.5 juta ton dan menduduki posisi pertama di dunia

(Ditjenbun 2013).

Tingkat produksi yang dicapai dari suatu kebun kelapa sawit merupakan

hasil interaksi antara faktor potensi genetik varietas tanaman, lingkungan tempat

tumbuhnya, dan pengelolaan dalam budidayanya. Produksi tinggi akan dicapai

jika digunakan varietas sawit unggul dan ditanam di lokasi yang paling sesuai

dengan menerapkan pengelolaan yang baik (Syakir 2010).

Kelapa sawit merupakan tanaman tropik yang ditanam sebagai tanaman

industri. Kelapa sawit memerlukan curah hujan yang tinggi dan merata serta suhu

yang tinggi untuk pertumbuhan dan produksi optimal. Kondisi tanah harus dalam

dan drainase baik (Verheye 2011). Curah hujan rata – rata yang diperlukan kelapa

sawit adalah 2000 – 2500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun

tanpa bulan kering yang berkepanjangan (Fauzi et al 2006).

Budi daya pengembangan perkebunan kelapa sawit sangat erat kaitannya

dengan daya dukung lahan sebagai media tanam (Krisnohadi 2011). Lahan miring

memiliki potensi terjadinya kerusakan tanah akibat erosi, seperti turunnya

kandungan bahan organik tanah yang diikuti dengan berkurangnya kandungan

unsur hara dan ketersediaan air tanah bagi tanaman. Tanah – tanah yang

mengalami erosi berat umunya memiliki tingkat kepadatan yang tinggi sebagai

akibat terkikisnya lapisan atas tanah yang lebih gembur (Yahya et al. 2010)

Kondisi fisik lahan seperti diuraikan di atas pada gilirannya menurunkan

laju pertumbuhan dan produksi tanaman termasuk kelapa sawit (Harahap 2001).

Fenomena tersebut cukup banyak terjadi pada lahan perkebunan kelapa sawit

yang telah menghasilkan (Pambudi dan Hermawan 2010). Lahan curam

menghasilkan populasi tanaman per hektar lebih sedikit. Kemiringan optimal

kurang dari 23% (12°) dan tidak disarankan lebih dari 38% (20°) (Syakir 2010).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kemiringan lahan terhadap

pertumbuhan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada lahan perkebunan kelapa

sawit yang telah menghasilkan (TM8)

Hipotesis Penelitian

1. Kemiringan lahan mempengaruhi keragaan pertumbuhan kelapa sawit.

2. Semakin curam kemiringan lahan pertumbuhan sawit semakin menurun.

Page 16: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yaitu batangnya tidak

mempunyai kambium dan tidak bercabang. Batangnya lurus, berbentuk bulat

panjang dengan diameter 25-75 cm (Sunarko 2007). Batang berfungsi sebagai

penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan. Tanaman

yang masih muda batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun.

Pertambahan tinggi batang terlihat jelas setelah tanaman berumur 4 tahun. Tinggi

batang bertambah 25-45 cm/th. Pertambahan tinggi batang dapat mencapai 100

cm/th jika kondisi lingkungan sesuai. Tinggi maksimum yang ditanam di

perkebunan antara 15 sampai 18 m, sedangkan yang di alam mencapai 30 m.

pertumbuhan batang tergantung pada jenis jenis tanaman, kesuburan lahan, dan

iklim setempat (Wardiana et al. 2003).

Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penunjang struktur batang,

menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah, serta sebagai salah satu alat

respirasi. Sistem perakaran tanaman kelapa sawit merupakan sistem akar serabut.

Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk

akar primer, sekunder, tertier, dan kuartener. Akar primer tumbuh ke bawah di

dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Akar sekunder, tertier, dan kuarter

tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuarter

menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Kelapa

sawit juga memiliki akar nafas yang muncul di atas permukaan atau di dalam air

tanah. Penyebaran akar terkonsentrasi pada tanah lapisan atas. Akar primer tertier

dan kuarter merupakan bagian akar yang paling dekat dengan permukaan tanah.

Kedua akar ini paling banyak ditemukan pada 2-2.5 m dari pangkal batang dan

sebagian besar berada di luar piringan (Wardiana et al. 2003).

Daun kelapa sawit mirip daun kelapa yaitu membentuk susunan daun

majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu

pelepah yang panjangnya mencapai 7.59 m. Jumlah anak daun di setiap pelepah

berkisar antara 250-400 helai. Produksi daun tergantung iklim setempat. Di

Sumatera Utara produksi daun dapat mencapai 20-24 helai/tahun. Umur daun

mulai terbentuk sampai tua sekitar 6-7 tahun. Daun kelapa sawit yang sehat dan

segar berwarna hijau tua (Wardiana et al. 2003).

Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun tergantung pada

umur tanaman. Tanaman yang berumur tua memiliki jumlah pelepah dan anak

daun lebih banyak. Begitu pula pelepahnya akan lebih panjang dibandingkan

dengan tanaman yang masih muda. Tanaman dewasa dapat memproduksi 40-50

pelepah. Tanaman yang berumur sekitar 10-13 tahun luas daun permukaannya

dapat mencapai 10-15 m2. Luas permukaan daun akan berinteraksi dengan tingkat

produktivitas tanaman. Semakin luas permukaan atau semakin banyak jumlah

daun maka produksi akan meningkat karena proses fotosintesis akan berjalan

dengan baik. Proses fotosintesis akan optimal jika luas permukaan daun mencapai

11 m2 (Lubis 1992).

Page 17: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

3

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah sekitar

Lintang Utara – Selatan 12° pada ketinggian 0 – 500 m dpl (Lubis 2008). Syakir

(2010) menyatakan bahwa iklim dan karakteristik lahan atau tanah adalah faktor

lingkungan penting yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi untuk

pengusahaan kelapa sawit.

Faktor iklim yang perlu diperhatikan dalam budidaya kelapa sawit adalah

curah hujan, suhu, dan intensitas matahari. Curah hujan berhubungan dengan

jaminan ketersediaan air dalam tanah sepanjang pertumbuhan tanaman. Ada dua

hal yang perlu diperhatikan yaitu jumlah curah hujan tahunan (mm) dan distribusi

curah hujan bulanan. Curah hujan yang ideal berkisar 2000–3500 mm/th yang

merata sepanjang tahun dengan minimal 100 mm/bulan (Paramananthan 2003).

Di luar kisaran tersebut tanaman kelapa sawit akan mengalami hambatan dalam

pertumbuhan dan berproduksi. Lokasi dengan curah hujan kurang dari 1450

mm/th dan lebih dari 5000 mm/th sudah tidak sesuai untuk sawit. Rendahnya

curah hujan tahunan berkaitan dengan defisit air dalam jangka waktu relatif lama

sedangkan curah hujan yang tinggi berkaitan dengan rendahnya intensitas cahaya

(Syakir 2010).

Intensitas matahari yang optimal bagi tanaman sawit berkisar antara 5

sampai 7 jam/hari dengan kelembaban 80%. Temperatur yang optimal bagi

tanaman kelapa sawit adalah 24–28 °C, terendah 18 °C dan tertinggi 32 °C (Lubis

2008). Temperatur rendah menyebabkan stomata tertutup dan mengurangi

fotosintesis (Paramananthan 2003). Temperatur sangat erat kaitannya dengan

tinggi tempat diatas permukaan laut (dpl) pada daerah tropis. Tinggi tempat

optimal adalah 200 mdpl dan disarankan tidak lebih dari 400 mdpl (Syakir 2010).

Temperatur menurun 0.6 °C per 100 m ketinggian di atas permukaan air laut

(dpl). Hal ini telah dilaporkan dari Sumatera bahwa tanaman kelapa sawit yang

ditanam pada ketinggian >500 m mengalami cekaman lingkungan pada tahun

pertama dan produksi lebih rendah dari tanaman yang ditanam pada dataran

rendah (<100 mdpl) (Hartley 1988). Hal ini diduga karena radiasi matahari yang

diterima berkurang dengan tingkat ketinggian dan ketebalan kabut

(Paramananthan 2003).

Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol,

hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai

dan muara sungai. Tingkat kemasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah

5.0–5.5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase

(beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam tanpa lapisan padas

(BPTP 2008).

Topografi, drainase lahan, dan kesuburan tanah merupakan faktor lahan

yang cukup penting dalam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi sawit.

Faktor topografi berkaitan dengan derajad kemiringan lereng dan panjang lereng

yang berpengaruh nyata terhadap erosi tanah, biaya infrastruktur serta biaya

mobilisasi dan panen. Makin curam dan atau makin panjang lereng, bahaya

erosi makin meningkat. Pada lahan yang curam, populasi tanaman per hektar

lebih sedikit (Syakir 2010). Paramananthan (2003) mengungkapkan bahwa

kemiringan yang baik untuk tanaman kelapa sawit adalah <23% (<12°),

meskipun ada yang berhasil dibudidayakan pada kemiringan <38% (<20°).

Page 18: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

4

Topografi

Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah,

termasuk di dalamnya adalah perbedaan kemiringan lereng, panjang lereng,

bentuk lereng dan posisi lereng (Hardjowigeno 1993). Topografi merupakan salah

satu karakter tanah penting yang menentukan kecocokan tanah untuk kepentingan

pertanian (Paramanthan 2003). Elemen topografi utama yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah bentuk permukaan lahan, sudut

kemiringan lereng, arah kemiringan lereng, dan ketinggian tempat. Bentuk

permukaan berpegaruh terhadap drainase tanah, sudut kemiringan lereng

berpengaruh terhadap perbandingan run off dan infiltrasi air, sedangkan

ketinggian tempat berpengaruh terhadap faktor biotik disekitar tanaman (Alvim

dan Kozlowski 1977). Hal ini sejalan dengan penelitian Banuwa (2001) yang

menjelaskan bahwa intensitas hujan dan kemiringan lereng sangat nyata

mempengaruhi dinamika aliran permukaan dan erosi.

Daerah dengan curah hujan tinggi menyebabkan pergerakan air pada satu

lereng menjadi tinggi pula sehingga dapat menghanyutkan partikel-partikel tanah.

Proses penghancuran dan transportasi oleh air akan mengangkut berbagai partikel-

partikel tanah, bahan organik, unsur hara, dan bahan tanah lainnya.

Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng adalah perbandingan antara beda tinggi (jarak vertikal)

suatu lahan dengan jarak mendatarnya. Besar kemiringan lereng dapat dinyatakan

dengan beberapa satuan, di antaranya adalah dengan % (persen) dan ° (derajat)

(Dephut 2013). Dua titik yang berjarak horizontal 100 m yang mempunyai selisih

tinggi 10 m membentuk lereng 10%. Kecuraman lereng 100% sama dengan

kecuraman 45º. Kecuraman lereng memperbesar jumlah aliran permukaan, selain

itu juga memperbesar energi angkut air. Jumlah butir-butir tanah yang terpercik ke

bawah oleh tumbukan butir hujan akan semakin banyak jika kemiringan lereng

semakin besar. Hal ini disebabkan gaya berat yang semakin besar sejalan dengan

semakin miringnya permukaan tanah dari bidang horizontal, sehingga lapisan

tanah atas yang tererosi akan semakin banyak. Banyaknya erosi per satuan luas

menjadi 2.0-2.5 kali lebih banyak jika lereng permukaan tanah menjadi dua kali

lebih curam (Arsyad 2000).

Tabel 1 Klasifikasi kelas kemiringan lereng

Kemiringan lereng (%) Kelas lereng Bentuk relief

0-3 A Datar

3-8 B Agak landai

8-15 C Landai

15-30 D Agak curam

30-45 E Curam

45-60 F Sangat curam

60-100 G Terjal Sumber: Puslitanak 2003

Page 19: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

5

Hardjowigeno (1993) menyatakan bahwa perbedaan lereng dapat

menyebabkan perbedaan banyaknya air yang tersedia bagi tumbuh-tumbuhan

sehingga mempengaruhi pertumbuhan vegetasi di tempat tersebut. Air memegang

peranan penting dalam pertumbuhan tumbuhan, sehingga apabila kebutuhan air

kurang tercukupi maka pertumbuhan dan produksi tumbuhan tersebut akan

terganggu.

Kemiringan lereng dapat diukur dengan beberapa cara, salah satunya

menggunakan alat ukur wilayah. Alat ukur wilayah yang digunakan untuk

mengukur kemiringan lereng diantaranya abney level, klinometer, dan distometer.

METODE

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan untuk penelitian adalah pohon kelapa

sawit pada tanaman menghasilkan (TM8). Bahan-bahan lainnya adalah amplop

coklat, kertas hvs, plastik dan karet. Alat-alat yang digunakan terdiri dari alat budi

daya pertanian, digital colour analyzer, distometer, light meter, paralon, gelas

ukur 100 ml, timbangan digital (digital scale), meteran, pisau, gantar, kuadran

(0.5 m x 0.5 m), alat tulis, dan oven dengan pengaturan suhu 105 °C selama 24

jam.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lokasi Hutan Harapan Jambi yang telah

ditranformasi menjadi kebun sawit di Desa Singkawang, Kecamatan Muara

Bulian, Kabupaten Batang Hari, Jambi. Kebun sawit yang menjadi lokasi

penelitian merupakan kebun kelapa sawit milik Bapak Muhammad Inzar

Nasution. Penelitian dilakukan disekitar lokasi plot CRC990. Tanaman yang

diamati merupakan tanaman menghasilkan (TM8). Kegiatan penelitian

dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Maret 2013. Penimbangan dan

pengeringan dalam oven dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Departemen

Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara observasi untuk melihat pertumbuhan

keragaan (vegetatif) tanaman kelapa sawit pada beberapa tingkat kemiringan

lahan. Mula-mula lahan penelitian seluas 1 ha dikelompokkan ke dalam empat

kelas kemiringan lahan, yakni datar (0-3%), landai (3-12%), agak curam (12-

25%), dan curam (25-40%). Empat tanaman kelapa sawit dipilih secara acak dari

setiap kelas kemiringan lahan, sehingga total tanaman yang diamati berjumlah 16

tanaman. Setelah lokasi penelitian ditentukan, selanjutnya lokasi ditandai untuk

mempermudah pengamatan.

Page 20: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

6

Pengamatan dilakukan terhadap aspek vegetatif yaitu panjang pelepah,

jumlah pelepah, jumlah anak daun, tinggi pohon, kemiringan pohon, dan warna

daun. Selain itu, dilakukan juga pengamatan terhadap aspek ekologis yaitu lolosan

intensitas cahaya tajuk, analisis vegetasi gulma di sekitar tanaman dan persentase

penutupan tanah oleh gulma. Panjang pelepah diukur mulai dari pangkal hingga

ujung pelepah menggunakan meteran. Pelepah yang diukur merupakan pelepah

terakhir yang didodos. Selanjutnya dilakukan perhitungan jumlah anak daun.

Tinggi tanaman dan kemiringan tanaman diukur menggunakan distometer.

Distometer adalah alat pengukur jarak dan kemiringan digital. Warna daun diukur

menggunakan digital colour analyzer. Daun yang diukur merupakan daun bagian

tengah dari setiap pohon dan dilakukan pada permukaan daun.. Pengamatan warna

daun dilakukan setiap dua minggu sekali mengingat siklus pertumbuhan daun

pada tanaman kelapa sawit menghasilkan terjadi setiap dua minggu sekali.

Pengamatan terhadap lolosan intensitas cahaya tajuk dilakukan saat pagi,

siang, atau sore hari saat hari cerah (tidak hujan) menggunakan light meter.

Pengamatan dilakukan pada gawangan hidup dengan bantuan tali. Tali dibentuk

seperti segitiga dengan ukuran panjang 415 cm (titik tengah jarak tanam kelapa

sawit) dan lebar 270 cm. pengukuran dilakukan dari jaran 45 cm sampai 315 cm

dari pokok tanaman. Pengukuran dilakukan setiap 45 cm, sehingga total titik yang

diamati pada 1 pohon berjumlah 28 titik.

Analisis vegetasi tanaman di sekitar tanaman dilakukan pada piringan dan

gawangan hidup. Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan petak contoh

pada lahan penelitian yang akan dianalisis gulmanya. Petak contoh diambil secara

acak dengan melemparkan kuadrat (0.5m x 0.5m) pada lahan penelitian. Petak

contoh yang diambil pada penelitian kali ini berjumlah 32 petak yang diharapkan

dapat mewakili populasi seluruh area. Selanjutnya dilakukan pemanenan gulma

yang tumbuh pada petak contoh tepat setinggi permukaan tanah untuk

menentukan kerapatan, frekuensi, dan berat kering biomassa gulma. Gulma yang

tumbuh menjalar melewati kuadrat dipotong tepat pada luasan kuadrat. Gulma

yang yang telah dipanen dipisahkan berdasarkan spesies. Kerapatan ditentukan

dengan cara menghitung jumlah individu tiap spesies gulma pada tiap petak

contoh. Gulma yang telah dipisahkan berdasarkan spesies dimasukkan ke dalam

kertas dan amplop coklat lalu gulma dikeringkan dengan cara dioven pada suhu

105°C selama 24 jam. Frekuensi dilakukan dengan cara menghitung jumlah petak

contoh (dalam persen) yang memuat spesies gulma tertentu. Penentuan beerat

kering biomassa dilakukan dengan menimbang tiap spesies gulma yang telah

dioven.

Prosedur Analisis Data

Data yang diperoleh merupakan data primer yang didapat secara langsung

baik melalui pengamatan secara langsung di lapang maupun di laboratorium. Data

yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif dengan

perhitungan rataan dan perhitungan matematika sederhana lainnya. Selanjutnya,

dilakukan analisis data menggunakan pendekatan rancangan acak kelompok

lengkap (uji F pada taraf 5%) dan apabila berpengaruh nyata dilanjutkan dengan

uji duncan multiple range test (DMRT) pada taraf nyata 5%.

Page 21: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Kebun kelapa sawit yang diamati merupakan perkebunan rakyat (PR).

Lokasi kebun berada pada ketinggian 55 mdpl dengan kondisi topografi lahan

datar sampai berbukit. Kemiringan lahan menghadap ke Selatan, namun pada

lahan datar (0-3%) kemiringan menghadap ke Utara. Kondisi lahan yang miring

tidak diikuti dengan penggunaan teras, sehingga mempengaruhi pertumbuhan

kelapa sawit pada tiap kemiringan yang berbeda (Gambar 1). Tekstur tanah

lempung liat berpasir gingga kedalaman 60 cm dan liat berpasir pada kedalaman

60-100 cm.

Gambar 1 Kondisi kemiringan lahan kebun kelapa sawit

Curah hujan harian rata-rata tiap bulan selama penelitian berkisar antara

231-346 mm dengan rata-rata curah hujan bulanan sebesar 282 mm dan jumlah

hari hujan rata-rata 10 hari tiap bulan. Curah hujan ini diperoleh dari pengukuran

curah hujan harian dengan menggunakan ombrometer manual. Data curah hujan

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Data curah hujan dan jumlah hari hujan wilayah Hutan Harapan Jambi

Desa Singkawang Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari

Provinsi Jambi pada bulan Desember 2012 – Februari 2013

Bulan Curah Hujan (mm) jumlah Hari Hujan

Desember 346.0 10

Januari 231.1 12

Februari 268.9 10

Pelepah Kelapa Sawit pada Berbagai Kemiringan Lahan

Pengamatan pelepah kelapa sawit dilakukan pada pelepah terakhir yang

sudah didodos. Hal ini dilakukan sebab penelitian tidak boleh merusak tanaman

yang ada. Pengamatan dilakukan untuk melihat petumbuhan pelepah kelapa sawit

pada 4 kemiringan lahan.

Page 22: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

8

Tabel 3 Rata-rata jumlah pelepah, panjang pelepah dan jumlah anak daun yang

ditanam pada 4 kemiringan lahan

Kemiringan lahan (%) Jumlah

pelepah/pokoktn

Panjang

pelepah (m)tn

Jumlah anak

daun/pelepahtn

0-3 36.00 5.73 318.7

3-12 38.62 6.98 360.0

12-25 36.54 6.60 336.0

25-40 36.25 5.71 186.7 a tn : tidak berpengaruh nyata pada α = 5%

Kemiringan lahan tidak berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah

pelepah, panjang pelepah dan jumlah anak daun kelapa sawit (Tabel 3).

Kemiringan lahan landai (3-12%) meskipun tidak nyata cenderung memiliki nilai

peubah vegetatif tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemiringan

lainnya. Hal ini disebabkan pertumbuhan gulma yang tidak terlalu lebat sehingga

tidak mengganggu pertumbuhan pelepah kelapa sawit. Selain itu sebagian gulma

yang tumbuh berfungsi sebagai tanaman penutup tanah pencegah erosi. Faktor

luar yang mempengaruhi adalah letak lahan yang berdekatan dengan jalan

sehingga memudahkan pekerja untuk melakukan pemeliharaan secara maksimal.

Kemiringan lahan curam (25-40%) memiliki nilai peubah vegetatif

terendah. Jumlah anak daun pada lahan ini jauh lebih rendah jika dibandingkan

dengan jumlah anak daun pada kemiringan lainnya dan di bawah rata-rata

produksi seharusnya. Wardiana (2003) menyatakan bahwa jumlah anak daun di

setiap pelepah berkisar antara 250 sampai 400 helai. Namun pada kemiringan

lahan curam (25-40%) jumlah anak daun yang dihasilkan hanya 186.7 helai. Hal

ini terjadi karena tingginya % penutupan tanah oleh gulma dan tingginya erosi

yang terjadi pada lahan.

Gulma yang tumbuh pada kemiringan curam (25-40%) memenuhi hampir

seluruh lahan, baik pada piringan maupun gawangan (80%). Gulma yang tumbuh

menyebabkan tanaman kelapa sawit tidak dapat tumbuh optimum sebab terjadi

persaingan unsur hara, air dan cahaya, sehingga pertumbuhan daun menjadi

terhambat atau terganggu.

Erosi yang terjadi pada lahan curam (25-40%) diduga menjadi salah satu

penyebab rendahnya jumlah daun dan anak daun yang dihasilkan tanaman. Yahya

et al. (2010) menyatakan bahwa lahan yang miring memiliki potensi terjadinya

kerusakan tanah akibat erosi, seperti turunnya kandungan bahan organik tanah

yang diikuti dengan berkurangnya kandungan unsur hara dan ketersediaan air

tanah bagi tanaman. Penelitian Sitepu (2007) menunjukkan bahwa kandungan

NPK yang terdapat pada lahan dengan kemiringan lereng sebesar 15% sangat

rendah sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan produksi daun tanaman. Lee et

al. (2011) menjelaskan bahwa kemiringan juga berpengaruh terhadap kandungan

P, Mg, Cl, B, dan S pada daun. Kandungan Mg dan B pada lahan berombak lebih

tinggi 10% dari lahan curam.

Jumlah anak daun selanjutnya akan mempengaruhi luas daun sehingga

dapat dihubungkan bahwa jumlah anak daun mempengaruhi fotosintesis yang

akan berdampak pada produksi tanaman. Semakin luas permukaan daun atau

semakin banyak jumlah daun dan anak daun maka produksi akan meningkat

Page 23: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

9

karena proses fotosintesis akan berjalan dengan baik (Lubis 2008). Kelapa sawit

yang ditanam pada lahan curam (25-40%) memiliki potensi produksi yang rendah

sebab rendahnya jumlah anak daun yang dihasilkan.

Produksi daun yang rendah dapat diatasi dengan meningkatkan pemberian

pupuk N dan K (Pahan 2008). Nitrogen dapat meningkatkan pertumbuhan daun

dan membuat daun menjadi lebih lebar dengan warna yang lebih hijau, sedangkan

kalium berperan dalam proses fotosintesis.

Kemiringan dan Tinggi Pohon pada Berbagai Kemiringan Lahan

Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dibungkus oleh

pangkal pelepah daun (fond base). Batang dapat juga timbul percabangan

meskipun sangat jarang sekali karena sebab tertentu (Lubis 2008).

Kemiringan dan tinggi pohon diukur menggunakan alat bantu ukur yaitu

distometer. Selain mengukur kemiringan dan tinggi, alat ini juga dapat digunakan

untuk mengukur jarak antara dua titik. Tinggi pohon diukur dari permukaan tanah

hingga titik tumbuh tanaman. Hasil pengamatan pada Tabel 4 menunjukkan

bahwa kemiringan lahan yang berbeda memberikan pengaruh yang relatif sama

terhadap kemiringan dan tinggi pohon tanaman kelapa sawit. Hal ini disebabkan

karena derajat kemiringan pohon lebih ditentukan oleh faktor lain, yaitu angin.

Kemiringan pohon juga berhubungan dengan umur dan asal-usul genetisnya.

Unsur genetis memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan tinggi

tanaman sehingga rawan terhadap kerusakan oleh angin. Angin yang terlalu

kencang menyebabkan tanaman baru menjadi miring (Pahan 2008).

Tabel 4 Rata-rata kemiringan dan tinggi pohon yang ditanam pada 4 kemiringan

lahan

Kemiringan lahan (%) Kemiringan pohon (°)tn

Tinggi pohon (m)tn

0-3 4.48 4.20

3-12 3.22 4.11

12-25 6.48 4.03

25-40 9.48 3.15 a tn : tidak berpengaruh nyata pada α = 5%

Hasil pengamatan menunjukkan pada keadaan lahan yang semakin curam

pertumbuhan batang kelapa sawit akan semakin miring mengikuti arah

kemiringan lahan. Kemiringan pohon tertinggi terdapat pada lahan dengan

kemiringan 25-40% (9.48°) dan kemiringan pohon terendah terdapat pada lahan

dengan kemiringan 3-12% (4.48°). Tinggi pohon relatif sama untuk tiap

kemiringan. Tinggi pohon tertinggi terdapat pada kemiringan 0-3% (4.4 m) dan

tinggi pohon terendah terdapat pada kemiringan 25-40% (3.15 m). Tinggi pohon

rata-rata tanaman kelapa sawit pada semua kemiringan cukup rendah. Hal ini

disebabkan pengolahan lahan yang kurang baik, salah satunya penempatan arah

gawangan mati yang tidak sejajar dengan topografi lahan dan kondisi lahan yang

tidak ditanami tanaman penutup tanah (cover crop) yang mengakibatkan tingginya

laju erosi dan run off sehingga mengganggu proses pertumbuhan tanaman sawit.

Page 24: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

10

Terlebih lagi pada lahan dengan kemiringan curam, sehingga semakin curam

kemiringan lahan tingkat erosi juga semakin tinggi. Selain itu tingkat

pertumbuhan gulma pada lahan yang semakin miring semakin tinggi hingga

mengakibatkan pertumbuhan kelapa sawit terganggu akibat persaingan unsur hara,

air dan cahaya yang terjadi antara tanaman kelapa sawit dan gulma di sekitar

tanaman. Semakin tinggi pertumbuhan gulma maka pertumbuhan sawit semakin

tidak optimal. Cahyo (2013) menjelaskan bahwa tinggi tanaman akan

mempengaruhi luas daun yang ternaungi maupun yang terkena sinar matahari

sehingga dapat dihubungkan bahwa tinggi tanaman mempengaruhi fotosintesis.

Warna Daun

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya

adalah kualitas cahaya. Hanya cahaya pada panjang gelombang tertentu saja yang

dapat diserap oleh tanaman. Cahaya berwarna merah dan biru memiliki pengaruh

yang paling besar terhadap pertumbuhan tanaman. Sedangkan cahaya berwarna

hijau memiliki pengaruh yang paling sedikit bagi tanaman karena sebagian besar

cahaya hijau yang sampai dipantulkan dan hanya sedikit yang diserap oleh

tanaman.

Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kemiringan lahan

terhadap kandungan warna daun tanaman. Warna daun tanaman dapat diukur

dengan beberapa cara, salah satunya menggunakan alat digital colour analyzer.

Parameter warna yang diamati yaitu red, green dan blue.

Tabel 5 Rata-rata nilai parameter warna daun kelaspa sawit yang ditanam pada 4

kemiringan lahan (%)

Kemiringan lahan (%) Redtn

Greentn

Bluetn

0-3 63.92 69.58 40.50

3-12 70.96 72.75 43.50

12-25 62.12 63.87 36.71

25-40 65.79 66.62 40.29 a

tn : tidak berpengaruh nyata pada α = 5%.

Hasil analisis pada Tabel 5 menunjukkan bahwa kemiringan lahan yang

berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap semua parameter

warna daun. Namun, kandungan warna merah, hijau dan biru tertinggi terdapat

pada tanaman dengan kemiringan lahan landai (3-12%). Hal ini berdampak pada

pertumbuhan daun tanaman. Lahan dengan kemiringan landai (3-12%) memiliki

jumlah pelepah dan jumlah anak daun terbanyak dibandingkan dengan kemiringan

lainnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Nhut et al. (2003) yang menyatakan

bahwa cahaya biru memiliki peran dalam menghentikan proses pemanjangan

sehingga tanaman menjadi lebih padat dan daun tumbuh lebih besar. Selain itu,

cahaya biru juga berperan dalam mendorong pertumbuhan daun. Sebaliknya,

cahaya merah berperan dalam pemanjangan batang. Hal ini sejalan dengan

pernyataan Schruerger et al. (1997) yang menyatakan bahwa cahaya merah

Page 25: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

11

berperan dalam pemanjangan batang, reaksi phytochrome dan perubahan anatomi

tumbuhan.

Nilai warna hijau pada daun menunjukkan kandungan nitrogen dalam daun

tersebut (Kawashima dan Nakatani 1998). Nilai warna hijau daun yang diamati

relatif cukup rendah yaitu berkisar antara 63-72 (Tabel 6). Selain itu, kondisi daun

tua pada tanaman yang diamati sangat kering dan alot sehingga menyebabkan

pelepah sulit untuk didodos. Hal ini mengindikasikan kurangnya kandungan

nitrogen dalam tanaman. Nasrudin dan Parawansa (2010) menyatakan bahwa

Kandungan warna hijau daun sangat berpengaruh pada pemberian pupuk.

Semakin tinggi dosis pupuk nitrogen yang diberikan maka warna daun yang

diperoleh sangat hijau. Akan tetapi jika dosis yang diberikan dalam jumlah sedikit

atau tidak sesuai dengan kebutuhan maka hasil warna daun yang diperoleh

kekuningan. Hal ini sesuai dengan pendapat Novizan (2005) yang menyatakan

bahwa jika terjadi kelebihan nitrogen tanaman tampak terlalu subur, ukuran daun

menjadi lebih besar, batang menjadi lunak dan berair, sehingga mudah patah dan

mudah diserang penyakit. Selain itu, Sutejo (1987) menambahkan, gejala

kekurangan unsur hara nitrogen terlihat di mulai dari daunnya. Warna daunnya

hijau agak kekuning-kuningan, selanjutnya berubah menjadi kuning lengkap.

Jaringan daun mati dan menyebabkan daun menjadi kering dan berwarna merah

kecoklatan.

Rendahnya kandungan warna hijau daun disebabkan rendahnya pemberian

pemberian pupuk yang kurang mencukupi. Selain itu pupuk yang diberikan pada

tanaman ikut tergerus terbawa erosi sehingga tidak terserap secara sempurna.

Keadaan ini dapat diperbaiki dengan memberikan pupuk kandang pada tanaman

dan memperbanyak dosis pemberian pupuk nitrogen. Menurut Setiawan (1996)

pupuk kandang mempunyai peranan penting dalam hal menyerap air, melewati

sehingga mengurangi erosi dan juga menambah sumber hara tanaman serta

memperbaiki sifat-sifat fisik tanah. Borman dan Likens (1992) menambahkan,

bahan organik yang berasal dari pupuk kandang akan terdekomposisi dan dapat

memperbaiki total porositas tanah dan permeabilitas tanah dengan menambah

kapasitas infiltrasi tanah. Kapasitas infiltrasi yang makin besar meningkatkan

kemampuan tanah untuk melewati air, udara dan akar tanaman sehingga dapat

mengurangi erosi.

Lolosan Intensitas Cahaya Tajuk pada Berbagai Kemiringan Lahan

Intensitas cahaya merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi

produktivitas kelapa sawit. Yuswita (1995) menjelaskan bahwa intensitas cahaya

merupakan jumlah total cahaya yang diterima oleh tanaman. Intensitas cahaya

berkorelasi dengan laju fotosintesis tanaman budidaya. Tanaman suka cahaya jika

diberi intensitas cahaya yang tinggi atau rendah akan menunjukkan perbedaan dan

karakteristik fotosintesis tertentu. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang

menyukai cahaya, sehingga jika intensitas cahaya yang diterima kurang akan

berakibat pada produksi bunga dan produktivitas.

Kemiringan lahan berhubungan dengan lolosan intensitas cahaya di bawah

tajuk. Lolosan intensitas cahaya ialah perbandingan jumlah cahaya yang lolos

melalui sela-sela pelepah tanaman terhadap cahaya kontrol pada keadaan langit

Page 26: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

12

cerah di jam yang sama. Lolosan intensitas cahaya tajuk erat kaitannya dengan

penutupan kanopi tajuk akibat tingkat pertumbuhan tanaman dan kesuburannya.

Nilai lolosan intensitas yang semakin tinggi mengindikasikan indeks luas daun

pada tanaman semakin kecil. Arinya, cahaya yang lolos melalui sela-sela daun

semakin besar.

Penyebaran lolosan intensitas cahaya di bawah tegakan sawit pada TM8

berkisar antara 5-25%. Kemiringan landai (3-12%) dan curam (25-40%)

didominasi lolosan intensitas cahaya sebesar 10-15%, sedangkan kemiringan agak

curam (12-25%) didominasi lolosan intensitas cahaya sebesar 5-10%. Rata-rata

lolosan intensitas cahaya terbesar dimiliki oleh lahan agak curam, yaitu sebesar

13.54% dan terkecil dimiliki oleh lahan landai dengan lolosan intensitas cahaya

sebesar 11.91%. artinya tanaman yang paling baik penerimaan cahayanya terdapat

pada lahan landai. Hal ini berhubungan dengan jumlah pelepah dan jumlah anak

daun tanaman. Kemiringan landai memiliki jumlah pelepah dan anak daun

terbanyak dibandingkan dengan kemiringan lainnya. Semakin banyak jumlah

pelepah dan anak daun, maka lolosan intensitas cahaya akan semakin kecil, sebab

cahaya banyak terserap oleh daun dan hanya sedikit yang lolos sampai ke

prmukaan tanah. Sedangkan kemiringan yang lebih curam memiliki nilai lolosan

intensitas cahaya yang lebih besar. Hal ini terjadi karena pada kemiringan yang

lebih curam pertumbuhan pelepah sawit kurang optimum, sehingga lolosan

intensitas cahaya semakin besar. Ilustrasi dan penyebaran lolosan intensitas

cahaya di bawah tegakan sawit (tanaman diasumsikan tegak lurus dengan cahaya)

dapat dilihat pada Gambar 2,3 dan 4.

Gambar 2 Lolosan intensitas cahaya Gambar 3 Lolosan intensitas cahaya

kemiringan 3-12% kemiringan 12-25%

Keterangan

Isolight transmission 5-10%

Isolight transmission 10-15%

Isolight transmission 15-20%

Gambar 4 Lolosan intensitas cahaya

kemiringan 25-40% Isolight transmission 20-25%

Page 27: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

13

Rata-rata lolosan intensitas cahaya yang diterima tanaman pada tiap

kemiringan memiliki trend yang sama, yaitu lolosan intensitas cahaya tertinggi

terdapat pada jarak terdekat (45 cm) kemudian menurun sampai jarak 135 cm dan

naik lagi sampai jarak 315 cm (Gambar 5). Hal ini berhubungan dengan ukuran

anak daun. Anak daun yang terdapat pada pangkal pelepah berukuran lebih

pendek dibandingkan dengan anak daun yang terdapat pada bagian tengah dan

ujung. Kondisi ini menyebabkan lolosan intensitas cahaya yang diteruskan lebih

besar.

Gambar 5 Lolosan intensitas cahaya tajuk berdasarkan jarak (m) dan kemiringan

lahan (%)

Analisis Vegetasi Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki

oleh manusia atau tumbuhan yang kegunaannya belum diketahui (Tjitrosoedirjo

1984). Pahan (2008) berpendapat bahwa kehadiran gulma di perkebunan kelapa

sawit dapat menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan air, hara,

sinar matahari, dan ruang hidup. Gulma juga dapat menurunkan mutu produksi

akibat terkontaminasi oleh bagian gulma, mengganggu pertumbuhan tanaman,

menjadi inang bagi hama, mengganggu tata guna air, dan meningkatkan biaya

pemeliharaan. Sembodo (2010) menambahkan, kerugian akibat gulma dapat pula

terjadi melalui proses alelopati, yaitu proses penekanan pertumbuhan tanaman

akibat senyawa kimia (alelokimia) yang dikeluarkan oleh gulma. Rambe et al.

(2010) menyebutkan bahwa Mikania micrantha dapat menurunkan produksi

Tandan Buah segar (TBS) sebesar 20% karena pertumbuhannya sangat cepat dan

mengeluarkan zat allelopatik yang bersifat racun bagi tanaman.

Analisis vegetasi gulma perlu dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis gulma

dominan pada sauatu ekosistem agar dapat diterapkan pengendalian yang efektif

dan efisien. Pengamatan ini dilakukan untuk melihat jenis gulma yang paling

dominan berdasarkan kemiringan lahan. Tabel 6 menyajikan data 10 gulma yang

paling dominan pada 4 kemiringan lahan.

0

5

10

15

20

25

30

4 5 9 0 1 3 5 1 8 0 2 2 5 2 7 0 3 1 5

Lo

losa

n i

nte

nsi

tas

cahay

a ta

juk (

%)

Jarak dari pohon (cm)

Kemiringan (3-12)%

Kemiringan (12-25)%

Kemiringan (25-40)%

Page 28: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

14

Tabel 6 Nisbah Jumlah Dominasi (NJD) gulma pada 4 kemiringan lahan (%)

Nomor Spesies Gulma Jenis

Gulmaa

Nisbah Jumlah Dominasi (NJD)

0-3% 3-12% 12-25% 25-40%

1 Borreria alata DL 45.15 49.40 36.87 28.20

2 Melastoma affine DL 11.69 6.58 4.88 11.36

3 Borreria leavis DL 4.78 11.56 4 Mikania micrantha DL 1.99 1.05 3.02 10.88

5 Paspalum commersonii R 10.40 4.12

3.95

6 Cyrtococcum acrescens R

9.26

7 Paspalum conjugatum R 9.03

6.77

8 Asystasia coromandeliana DL 7.78

2.24

9 Centotheca lappacea R

7.50 3.79 3.89

10 Cytrococcum oxyphyllum R 2.90 3.25 7.35 11 Elaeis guineensis DL

7.70 2.77

12 Hyptis rhomboidea DL

5.14

13 Asystasia intrusa DL

4.91

14 Imperata cylindrica R

3.88 15 Nephrolepis biserrata P

3.47 16 Axonopus compressus R

2.98 2.87

17 Diodia sarmentosa DL

18 Panicum maxima R

2.73 19 Ageratum conyzoides DL 2.31

2.35

20 Setaria plicata R 1.92

21 Phyllanthus niruri DL 1.80 a:DL : Daun Lebar; R: Rumput; P : Paku.

Berdasarkan hasil analisis vegetasi yang dilakukan dapat dilihat bahwa

gulma yang paling dominan pada 4 kemiringan berasal dari spesies yang sama,

yaitu Borreria alata dan Melastoma affine. Kedua gulma ini muncul dangan nilai

NJD tertinggi pada semua kemiringan lahan.

Borreria alata dan Melastoma affine merupakan gulma yang cukup penting

pada perkebunan kelapa sawit. Masalah yang ditimbulkannya cukup besar, yaitu

dapat mengganggu pembangunan penutup tanah kacangan, mengganggu saluran

drainase, dan menjadi saingan tanaman kelapa sawit dalam memperoleh unsur

hara, air, dan cahaya. Borreria alata berkembangbiak dengan biji. Banyaknya biji

yang dihasilkan tiap individu menyebabkan peluang tumbuh semakin besar.

Selain itu penyebaran biji dipermudah dengan bantuan angin karena bijinya kecil

dan ringan sehingga gulma ini bisa terdapat dimana-mana, baik di tempat terbuka

atau agak ternaungi.

Berdasarkan tabel 6 dapat juga dilihat bahwa ada gulma-gulma penting yang

dapat menimbulkan kerugian cukup besar, diantaranya adalah Mikania micrantha

dan Imperata cylindrica. Micania micrantha merupakan tumbuhan yang mudah

menyebar dan berkembang biak dengan cepat. Tumbuhan ini memiliki daya yang

cepat untuk tumbuh di lingkungan apa saja, seperti di lahan lembab dan lahan

kering. Micania micrantha hidup menjalar atau melilit pada tumbuhan yang lain,

Page 29: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

15

baik pada tumbuhan pohon, semak dan perdu. Pertumbuhannyasangat cepat

karena dalam sehari dapat tumbuh sebanyak 8 cm. Tumbuhan ini sangat cepat

tumbuh ketika musim hujan. Di Australia Mikania micrantha merupakan jenis

tumbuhan yang sangat mengancam dalam pertumbuhan pertanian karena

menyebabkan kerusakan yang serius dalam produksi tanaman pertanian (Bukma

2011). Gulma ini terdapat pada seluruh kemiringan lahan, namun lebih dominan

pada lahan curam dengan nilai NJD sebesar 10.88.

Imperata clyndrica dianggp sebagai salah satu dari 10 gulma terburuk di

dunia karena cepat tumbuh. Tumbuhan ini tumbuh subur di lahan seperti kebun,

halaman berumput dan pinggir jalan. Menghasilkan rimpang, penyebaran biji

sangat cepat dan jarak jauh, akar dan rimpang tahan terhadap api (Soeryani 1974).

Gulma ini terdapat pada lahan dengan kemiringan 3-12%.

Penutupan Tanah pada Berbagai Kemiringan Lahan

Kemiringan lahan tidak berpengaruh nyata terhadap % penutupan

permukaan tanah oleh gulma. Namun terdapat kecenderungan ketika kemiringan

lahan semakin curam, % penutupan tanah semakin tinggi. Tabel 10 menunjukkan

persen penutupan tanah yang lebih tinggi seiring bertambahnya persen

kemiringan lahan. Penutupan tanah tertinggi terdapat pada lahan dengan

kemiringan 25-40% (80%) sedangkan penutupan tanah terendah terdapat pada

lahan dengan kemiringan 0-3% (54.68%). Hal ini berhubungan dengan lolosan

intensitas cahaya. Semakin besar lolosan intensitas cahaya yang lolos maka

penutupan tanah semakin tinggi sebab vegetasi di sekitar tanaman memperoleh

cahaya yang lebih banyak untuk pertumbuhannya. Lolosan intensitas cahaya yang

tinggi disebabkan oleh pertumbuhan pelepah yang kurang maksimum. Jumlah

anak daun pada kemiringan curam (25-40%) jauh lebih rendah dibandingkan

kemiringan lainnya. Hal ini menyebabkan pertumbuhan gulma menjadi lebih lebat

dan menutupi hampir seluruh permukaan tanah.

Table 7 Rata-rata % penutupan permukaan tanah oleh gulma pada 4

kemiringan lahan

Kemiringan lahan (%) Rata-rata % penutupan tanahtn

0-3 54.68

3-12 60.95

12-25 57.30

25-40 80.00 a tn : tidak berpengaruh nyata pada α = 5%.

Page 30: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

16

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kemiringan lahan tidak mempengaruhi semua peubah vegetative tanaman

kelapa sawit, intensitas lolosan cahaya, dan keragaman gulma. Akan tetapi,

terdapat kecenderungan bahwa tanaman yang ditanam pada lahan yang lebih datar

akan tumbuh lebih baik. Pertumbuhan daun terbaik terdapat pada lahan landai (3-

12%).

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap aspek produksi tanaman

untuk melihat hubungannya dengan kemiringan lahan.

DAFTAR PUSTAKA

Alvim T, Kozlowski TT. 1977. Ecophysiology of Tropical Crops. New york (US):

Academic Press.

Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Pres.

Banuwa IS, Sukri I. 2001. Model hubungan intensitas hujan dan panjang lereng

dengan aliran permukaan dan erosi pada berbagai konservasi tanah di

pertanaman sayuran dataran tinggi. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan.

9: 41.

Bukman. 2011. Mikania micrantha [Internet]. [diunduh pada 2013 Juli 24].

Tersedia pada: http://AudocumentsBiosecurityEnviromentalPestsIPA-

MikaniaVine-PP143.

[BPTP] Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2008.

Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Lampung (ID): BPTP Lampung

Borman. FH, Gene EL. 1992. Pattern and Process in A Forested Ecosystem.

Berlin: Springger-Verlag.

Cahyo YID. 2013. Emisi gas CH4 dan serapan karbon dari aplikasi pupuk

anorganik, organik dan tanaman sela pada budidaya jarak pagar [skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2013. Lintasan 30 tahun tahun

pengembangan kelapa sawit [Internet]. [diunduh pada 2013 September

27]. Tersedia pada: http://ditjenbun.deptan.go.id/tanhun/berita-176-

lintasan-30-tahun-pengembangan-kelapa-sawit.html.

Fauzy Y, Widyastuti YE, Satyawibawa I, Paeru RH. 2006. Kelapa Sawit:

Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran.

Ed revisi. Jakarta (ID). Penebar Swadaya.

Page 31: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

17

Harahap IY. 2006. Penataan ruang pertanaman kelapa sawit berdasar pada konsep

optimalisasi pemanfaatan cahaya matahari. Warta pusat penelitian kelapa

sawit. 14(1): 9-15.

Hardjowigeno S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Padogenesis. Ed revisi. Jakarta

(ID): Akademika Presindo.

Hartley CWS. 1988. The Oil Palm. London: Longman.

Herman M, Pranowo D. 2011. Produktivitas jagung sebagai tanaman sela pada

peremajaan sawit rakyat di Bagan Sapta Permai Riau [Internet]. [diunduh

pada 2014 Januari 29]. Tersedia pada:

http:/balitsereal.litbang.deptan.go.id.

Kawashima S, Nakatani M. 1998. An algorithm for estimating chlorophyll content

in leaves using a video camera. Annals of Botany [Internet]. [diunduh 2014

Februari 15]; 81: 49-54. Tersedia pada: http://aob.oxfordjournals.org.

Krisnohadi A. 2011. Analisis pengembangan lahan gambut untuk tanaman kelapa

sawit kabupaten kubu raya. J Perkebunan dan Lahan Tropika. 1: 1-7.

Lee CH, Rahman ZA, Musa MH, Norizan MS, Tan CC. 2011. Leaf nutrient

concentrations in oil palm as affected by genotypes, irrigation and terrain.

Journal of Oil Palm & The Environment. 2:38-47. doi:

10.5366/jope.2011.05.

Lubis AU. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guinensis jacq.) di Indonesia. Ed ke-2.

Medan (ID: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Nasaruddin, Parawansa INR. 2010. Pertumbuhan evaluasi kandungan nitrogen

melaluui indikasi warna daun pada tanaman kakao (Theobrema cacao L.)

belum menghasilkan. Jurnal Agrisistem [Internet]. [diunduh 2015 Februari

10];6(2): Tersedia pada:

http://www.stppgowa.ac.id/DataDownloadCentrePap/data-jurnal-

agrisistem-stpp-gowa.

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif yang Efektif. Jakarta (ID):

Agromedia Pustaka.

Nhut DT, Tajamura T, Watanabe H, Okamoto K, Tanaka M. Responses of

strawberry plantlets cultured in vitro under superbrighht red and blue light-

emitting diodes (LED). 2003. Plant Cell, Tissue and Orange Culture.

73:43-52p

Pahan I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu

hingga Hilir. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Pambudi DT, Hermawan B. 2010. Hubungan antara beberapa karakteristik fisik

lahan dan produksi kelapa sawit. Akta Agrosia. 13(1) : 35-39.

Paramananthan S. 2003. Oil Palm: Management for Large and Sustainable Yields.

Fairhust T, Hardter R, editor. Singapore (SG): Potash and Phosphate inst.

[PPPP] Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 2010. Budidaya Kelapa

Sawit. Bogor (ID): Aska Media.

Rambe TD, Pane L, Sudharto P, Caliman. 2010. Pengelolaan Gulma pada

Perkebunan Kelapa Sawit di PT. Smart Tbk. Jakarta (ID).

Schuerger AC, Brown CS, Stryjewski EC. 1997. Anatomical features of pepper

plants (Capsicum annum L.) grown under red light-emitting diodes

suplemented with blue or far-red light. Annual Botany. 79:273-282p.

Page 32: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

18

Sembodo DRJ. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.

Setiawan AI. 1996. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Jakarta (ID): Penebar

Swadaya.

Sitepu A. 2007. Evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit (Elaeis

guinensis Jacq.), coklat (Theobroma cacao) dan karet (Havea brasiliensis)

di Desa Belitung Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat [skripsi].

Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.

Soeryani M. 1974. The Evaluation Of Competition Between Annual Crops and

Weeds. Workshop On Research Methodology in Weed Science. Bandung

(ID).

Sunarko. Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit. 2007.

Jakarta: Agromedia Pustaka.

Sutejo MM. 1987. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta (ID): Rinela Cipta.

Syakir M. 2010. Budidaya kelapa sawit. Bogor (ID). Aska media.

Tjitrosoedirdjo S, Utomo IH, Wiroatmojo J. 1984. Pengelolaan Gulma di

Perkebunan. Jakatra (ID): PT Gramedia.

Verheye W. 2011. Growth and production of oil palm. Soils, plant growth and

crop production [Internet]. [diunduh pada 2014 Februari 2]; Vol 2.

Tersedia pada: http://www.eolss.net.

Wardiana E, Mahmud Z. 2003. Tanaman sela diantara pertanaman kelapa sawit

[Internet]. [diunduh 2014 Februari 8]. Tersedia pada:

http://digilib.litbang.deptan.go.id.

Yahya Z, Husin A, Talib J, Othman J, Ahmed OH, Jalloh MB. 2010. Oil palm

(Elaeis guineensis) roots response to mechanization in Bernam series soil.

Am. J. Applied Sci [Internet]. [diunduh 2013 Januari 14]; 7(3): 343-348..

Tersedia pada: http://thescipub.com/PDF/ajassp.2010.343.348.pdf.

Yuswita. 1995. Keragaman dan hasil tanaman jahe muda (Zingiber officinale

Rose.) pada berbagai intensitas cahaya [Tesis]. Padang (ID): Universitas

Andalas.

Page 33: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

19

LAMPIRAN

Lampiran 1 Nisbah Jumlah Gulma (NJD) pada 4 kemiringan lahan (%)

Nomor Spesies Gulma Jenis

Gulmaa

Nisbah Jumlah Dominasi (NJD)

0-3% 3-12% 12-25% 25-40%

1 Borreria alata DL 45.15 49.40 36.87 28.20

2 Melastoma affine DL 11.69 6.58 4.88 11.36

3 Borreria leavis DL 4.78 11.56 4 Mikania micrantha DL 1.99 1.05 3.02 10.88

5 Paspalum commersonii R 10.40 4.12 1.88 3.95

6 Cyrtococcum acrescens R

9.26

7 Paspalum conjugatum R 9.03

2.00 6.77

8 Asystasia coromandeliana DL 7.78

2.24

9 Centotheca lappacea R

7.50 3.79 3.89

10 Cytrococcum oxyphyllum R 2.90 3.25 7.35 11 Elaeis guineensis DL

7.70 2.77

12 Hyptis rhomboidea DL

5.14

13 Asystasia intrusa DL

4.91

14 Imperata cylindrica R

3.88 15 Nephrolepis biserrata P

3.47 16 Axonopus compressus R 1.80 2.98 2.87 1.92

17 Diodia sarmentosa DL

2.85

18 Panicum maxima R

2.73 19 Ageratum conyzoides DL 2.31

2.35

20 Setaria plicata R 1.92

21 Phyllanthus niruri DL 1.80 2.23

22 Ottochloa nodosa R

2.25

23 Clidemia hirta DL

2.12

24 Cleria sumatranensis DL 1.83

2.10 1.39 a:DL : Daun Lebar; R: Rumput: P ; Paku.

Page 34: PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis … sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 02 Juni 1991 di Bandung, Provinsi Jawa

Barat. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Kamajaya dan Ibu

Murni. Tahun 2003 penulis lulus dari SD Negeri Gunung Batu 01 Bogor.

Selanjutnya penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 7 Bogor pada tahun 2006

dan di SMA Negeri 9 Bogor pada tahun 2009.

Tahun 2009 penulis diterima di IPB melalui jalur PMDK. Penulis diterima

sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian

pada tahun 2010. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif menjadi

pengurus agrohortplate divisi kewirausahaan. Penulis juga pernah aktif di dalam

kepanitiaan acara Agrosportment dan Festival Tanaman. Penulis pernah mengikuti

magang saat libur akhir semester di Indo Flower Nursery (IFN) Bogor pada bulan

Januari - Maret 2012.