PERTUMBUHAN IKAN PATIN (Pangasius sp.) YANG DIPELIHARA ...
Transcript of PERTUMBUHAN IKAN PATIN (Pangasius sp.) YANG DIPELIHARA ...
1
PERTUMBUHAN IKAN PATIN (Pangasius sp.)
YANG DIPELIHARA DALAM SISTEM RESIRKULASI
Growth of Catfish (Pangasius sp.) That are Kept in Recirculation System
Agung Maulana Putra1, Eriyusni
2, Indra Lesmana
2
1Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, (Email : [email protected]) 2Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Water quality is one of medium for fish farming system. This study aims to
determine for growth of catfish (Pangasius sp.) with using water circulation. The
component of circulation using filter of sand, fibers, zeolites, activated chalcoal,
and water hyacinth (Eicchornia crassipies). The result was showed highter body
weight of 6,48 g during at 56 day with water circulation. Compared of body
weight non circulation system the result was lowest body weight of 4,95 g.
Key Word : Pangasius, Growth, recirculation system, water quality.
PENDAHULUAN Pengembangan kegiatan
budidaya untuk meningkatkan
produksi dibatasi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah
keterbatasan air, lahan dan polusi
terhadap lingkungan. Air sebagai
media pemeliharaan ikan harus
selalu diperhatikan kualitasnya.
Usaha yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi permasalahan diatas
adalah mengaplikasikan sistem
resirkulasi akuakultur. Sistem
resirkulasi pada prinsipnya adalah
penggunaan kembali air yang
dikeluarkan dari kegiatan budidaya
(Putra, 2011).
Sistem resirkulasi merupakan
aplikasi lanjutan dari sistem
budidaya air mengalir, yaitu sistem
pemeliharaan ikan dimana air yang
sudah dipakai tidak dibuang
melainkan diolah kembali sehingga
bisa dimanfaatkan lagi. Penggunaan
sistem resirkulasi diharapkan bisa
meningkatkan daya dukung media
budidaya, karena air yang digunakan
dapat dikontrol dengan baik, efektif
dalam pemanfaatan air dan lebih
ramah lingkungan untuk kehidupan
maupun pertumbuhan ikan
(Zonneveld, dkk., 1991).
Ikan Patin adalah salah satu
ikan air tawar yang paling banyak
dibudidayakan, karena merupakan
salah satu ikan unggul. Ikan Patin
merupakan ikan penting di dunia
karena daging patin tergolong enak,
lezat, dan gurih. Di samping itu,
patin mengandung protein yang
tinggi dan kolesterol yang rendah.
Penggemar daging patin bahkan
terdapat di berbagai negara melintasi
benua (Minggawati dan Saptono,
2011).
Walaupun pertumbuhan ikan
patin cepat dan pasarnya cukup
bagus namun kebutuhan akan
kualitas air masih kurang
2
diperhatikan untuk kegiatan
budidaya. Salah satu cara menjaga
kualitas air adalah dengan
menggunakan sistem resirkulasi.
Berdasarkan hal tersebut penulis
melakukan penelitian dengan judul
pertumbuhan ikan patin (pangasius
sp.) yang dipelihara dalam sistem
resirkulasi.
.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dan pengamatan
parameter fisika dan kimia perairan
ini dilaksanakan selama 56 hari yaitu
bulan Agustus 2014 sampai bulan
Oktober 2014 di Balai Benih Ikan
Binjai (BBI) Kota Binjai, Provinsi
Sumatera Utara.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah benih ikan patin
dengan ukuran panjang rata-rata 6
cm dan bobot rata-rata 4 g. Selama
penelitian ikan diberikan pakan pelet
dengan kadar protein 34% pemberian
pakan tiga kali sehari (Pagi, Siang
dan Sore). Bahan yang digunkan
untuk sistem resirkulasi berupa filter
: zeolit, arang aktif, kerikil, pasir,
ijuk dan tumbuhan eceng gondok.
Masing masing bahan filter
dikombinasikan dengan pembagian
yang proposional sehingga dapat
menjawab tujuan penelitian.
Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan
metode eksperimen dan observasi,
dengan membuat alat sistem
resirkulasi pada bak pemeliharaan
sedangkan observasi mengamati
pertumbuhanhidup ikan selama masa
pemeliharaan.
Perlakuan terdiri atas :
a. Dengan perlakuan resirkulasi yang
menggunakan filter sederhana
(ijuk, arang aktif, zeolit, pasir,
kerikil dan tumbuhan eceng
gondok).
b. Tanpa (non) proses resirkulasi.
Wadah Pemeliharaan
Wadah yang digunakan untuk
pemeliharaan benih ikan patin adalah
4 buah bak pemeliharaan dengan dua
bak dengan sirkulasi dan dua bak
tanpa sistem sirkulasi dengan ukuran
3m x 1,5m x 1m dan satu buah tong
plastik sebagai unit pengelolaan air
dan satu buah ember tempat eceng
gondok. Air yang digunakan adalah
air yang telah terpakai untuk
kegiatan budidaya.
Manajemen Pemeliharaan
Dalam melaksanakan
penelitian, ikan uji terlebih dahulu
diaklimatisasikan selama 1 minggu
dengan padat penebaran masing
masing 50 ekor/bak. Selama
diaklimatisasikan ikan uji diberikan
pakan yang sama pada setiap
perlakuan. Sistem pemeliharaan
dengan menggunakan sistem
resirkulasi dan pemeliharaan tanpa
resirkulasi. Pada sistem resirkulasi,
air dari bak pemeliharaan dialirkan
menuju filter fisik melalui pipa
saluran pengumpul. Air akan
disaring dalam filter fisik dengan
volume 60 l yang berisi arang aktif,
ijuk, zeolit, pasir, dan kerikil, setelah
melewati tangki plastik sebagai filter
fisika dan kimia, kemudian dialirkan
ke wadah yang berisi eceng gondok
dan air dialirkan kembali ke bak
pemeliharaan benih ikan patin.
3
Secara ringkas manajemen pemeliharaan ikan patin pada sistem resirkulasi dapat
dilihat pada Gambar 2.
Eceng Gondok
Pompa
Gambar 2. Pemeliharaan Ikan Patin Dengan Sistem Resirkulasi
Pemberian Pakan
Jenis pakan berupa pelet
dengan kandungan protein 34% dan
jumlah pakan yang diberikan pada
setiap perlakuan yaitu 5% dari berat
ikan. Pakan diberikan 3 kali sehari
yaitu pada pagi pukul 08.00 WIB,
siang pada pukul 12.00 WIB, dan
sore pada pukul 16.00 WIB.
Pengamatan Kualitas Air
Suhu air diamati setiap hari
(pagi, siang, sore). Kualitas air
mempengaruhi pertumbuhan dan
kelangsungan hidup biota air yang
dipelihara. Karena itu, kualitas air di
dalam sebuah wadah budidaya, baik
itu di kolam atau di dalam sebuah
bak, harus berada pada kondisi yang
optimum.
Pengukuran Kualitas Air
Kualitas air yang diukur mencakup
suhu, pH, DO (Dissolved Oxygen),
kandungan nitrat, kandungan fosfat,
dan kandungan amoniak. Penentuan
analisis kualitas air mengacu kepada
standar baku mutu kualitas air untuk
kegiatan budidaya ikan air tawar PP
No.82 Tahun 2001
Parameter Penelitian
Pertumbuhan Panjang
Pertumbuhan panjang dihitung
menggunakan rumus (Effendi, 2002).
X= X1 + X2 +… Xn
Xn
Keterangan :
X = Rata-rata pertumbuhan panjang
(cm)
X1 = Nilai pertumbuhan ikan (g)
Xn = Jumlah total ikan (g)
Zeolit
Arang
Pasir
Kerikil
Ijuk
4
Pertumbuhan Berat Ikan
Pertumbuhan berat ikan dapat
dihitung menggunakan rumus
Effendi (2002).
X= X1 + X2 +… Xn
Xn
Keterangan :
W = Pertumbuhan berat ikan (g)
W2 = Berat rata-rata waktu akhir (g)
W1 = Berat rata-rata waktu awal (g)
Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR)
Pertumbuhan Spesifik Castell dan
Tiews (1980) diacu oleh Robisalmi
dkk., (2010).
Ln W2 – Ln W1 (g)
T2 – T1
Keterangan:
SGR = Laju pertumbuhan spesifik
W2 = Berat ikan akhir penelitian
(g)
W1 = Berat ikan awal penelitian (g)
T2 = Waktu akhir penelitian (Hari)
T1 = Waktu awal penelitian (Hari)
Pertumbuhan Harian (DWG)
Pertumbuhan harian ikan dapat
dihitung menggunakan rumus
menurut Huismann (1976) diacu oleh
Eriyusni (2006) sebagai berikut :
W2 (g) – W1 (g)
T2 – T1
Keterangan :
W2 = Berat Minggu Ke 2
W1 = Berat Awal
T2 = Waktu Ke 2
T1 = Waktu Awal
Analisis Data
Data yang diperoleh dari
hasil pengamatan selama penelitian
akan dianalisis menggunakan SPSS
versi 22.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pertumbuhan
Berdasarkan hasil
pengamatan pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan patin
(Pangasius sp.) yang dipelihara
dalam sistem resirkulasi selama 56
hari masa pemeliharaan diperoleh
data meliputi : data pertumbuhan
panjang, pertumbuhan berat, laju
pertumbuhan spesifik, laju
pertumbuhan harian, ratio konversi
pakan dan kualitas air yang meliputi
suhu air, derajat keasaman (pH),
oksigen terlarut (DO), nitrat (NO3),
fosfat (PO4), dan amoniak (NH3).
Rata-rata Pertumbuhan Bobot Ikan Patin
Tabel 6. Rata-rata Pertumbuhan Berat Ikan Patin Selama Masa Pemeliharaan
Waktu
(Hari)
Perlakuan
Sirkulasi Non Sirkulasi
0 4,67 Pertambahan 4,47 Pertambahan
14 5,06 0,39 4,71 0,24
28 5,82 0,76 5,02 0,31
42 7,04 1,22 5,14 0,12
56 9,75 2,71 5,44 0,3
SGR = x 100%
DWG =
5
Rata-rata Pertumbuhan Panjang Ikan Patin
Tabel 8. Rata-rata Pertumbuhan Panjang Ikan Patin Selama Masa Pemeliharaan
Waktu
(Hari)
Perlakuan
Sirkulasi Non Sirkulasi
0 6,35 Pertambahan 6,32 Pertambahan
14 7,40 1,05 6,60 0,28
28 7,73 0,33 6,84 0,24
42 9,56 1,83 7,04 0,2
56 10,57 1,01 7,23 0,19
Pertumbuhan Spesifik Ikan Patin
Tabel 10. Rata-rata Pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius sp.) Selama Masa
Pemeliharaan
Waktu
(Hari)
Perlakuan
Sirkulasi Non Sirkulasi
14 0,91 Pertambahan 0,49 Pertambahan
28 2,01 1,1 0,60 0,11
52 2,64 0,63 0,85 0,25
66 3,61 0,97 0,89 0,04
Rata-rata Pertumbuhan Harian Ikan Patin
Tabel 12. Rata-rata Pertumbuhan Harian (DWG) Ikan Patin Selama Masa
Pemeliharaan
Waktu
(Hari)
Perlakuan
Sirkulasi Non Sirkulasi
14 0,04 Pertambahan 0,04 Pertambahan
28 0,09 0,05 0,05 0,01
52 0,19 0,1 0,07 0,02
66 0,40 0,21 0,09 0,02
Kualitas Air
Pengukuran terhadap parameter kualitas air yang diukur dalam media
penelitian antara lain suhu, oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (pH), nitrat,
fosfat dan amoniak, hasil pengukuran kualitas air selama masa pemeliharan antara
perlakuan 1 (sistem resirkulasi) dan perlakuan 2 (non sirkulasi) dapat dilihat pada
Tabel 10.
6
Tabel 10. Hasil Pengukuran Kualitas Air Perlakuan 1 (Sistem Resirkulasi)
Selama Penelitian
Parameter Perlakuan 1 Rata-
rata Hari ke 0 14 28 52 66
Suhu (0C) 28 27 26 27 27 27
DO (ppm) 5,5 5,1 5,0 5,0 5,2 5.16
pH (mg/l) 8,5 7,5 6,6 7,2 7,2 7.4
Nitrat (mg/l) 0,01 0,00 0,00 0,00 0,01 0.004
Fosfat (mg/l) 0,00 0,01 0,00 0,00 0,01 0.004
Amoniak (mg/l) 0,01 0,00 0,00 0,00 0,03 0.008
Tabel 11. Hasil Pengukuran Kualitas Air Perlakuan 2 (Non Resirkulasi) Selama
Penelitian
Parameter Perlakuan 2 Rata-
rata Hari ke 0 14 28 52 66
Suhu (0C) 28 28 27 28 28 27.8
DO (ppm) 5,3 5,2 5,0 3,7 3,0 4.44
pH (mg/l) 7,8 8,0 8,2 8,7 9,2 8.38
Nitrat (mg/l) 0,01 0,01 0,01 0,02 0,03 0.016
Fosfat (mg/l) 0,00 0,01 0,00 0,00 0,03 0.008
Amoniak (mg/l) 0,02 0,10 0,11 0,14 0,17 0.108
Gambar 8. Hubungan Pertumbuhan Berat Ikan dengan Suhu Selama Penelitian
5 5 6 7
10
4 5 5 5 5
28 27 26 27 27 28 28 27 28 28
0
5
10
15
20
25
30
0 14 28 42 56
Rata
-rata
Berat
Ikan
(g)
Hari ke
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Suhu 1
Suhu 2
7
Gambar 9. Hubungan Pertumbuhan Berat Ikan dengan Oksigen Terlarut (DO)
Selama Penelitian
Gambar 10. Hubungan Pertumbuhan Berat Ikan Patin dengan Nitrat (NO3) Selama
Penelitian
Gambar 11. Hubungan Pertumbuhan Berat Ikan dengan Fosfat (PO4) Selama
Penelitian
5 5 6
7
10
4 5 5 5 5 5.5 5.1 5 5 5.2 5.3 5.2 5
3.7 3
0
2
4
6
8
10
12
0 14 28 42 56
Rata
-rata
Berat
Ikan
(g)
Hari ke
Perlakuan 1
Perlakuan 2
DO 1
DO 2
5 5 6
7
10
4 5 5 5 5
0.01 0.01 0.01 0.02 0.03 0
2
4
6
8
10
12
0 14 28 42 56
Rata
-rata
Berat
Ikan
(g)
Hari ke
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Nitrat 1
Nitrat 2
5 5 6
7
10
4 5 5 5 5
0 0.01 0 0 0.03 0
2
4
6
8
10
12
0 14 28 42 56
Rata
-rata
Berat
Ikan
(g)
Hari ke
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Fosfat 1
Fosfat 2
8
Gambar 12. Hubungan Pertumbuhan Berat Ikan dengan Amoniak (NH3) Selama
Penelitian
Pembahasan
Pertumbuhan Ikan Patin
(Pangasius sp.)
Pertumbuhan merupakan
proses bertambahnya ukuran volume
dan berat suatu organisme, yang
dapat dilihat dari perubahan ukuran
panjang dan berat dalam kurun
waktu tertentu. Dalam waktu 56 hari
pemeliharaan terjadi pertumbuhan
yakni perubahan berat ikan.
Peningkatan berat ikan yang paling
tinggi terjadi pada perlakuan 1
dengan menggunakan sistem
resirkulasi dari 4,67 g menjadi
9,75 g. Sedangkan pada perlakuan 2
peningkatan berat dan panjang ikan
patin dari 4,47 g menjadi 5,44 g.
Dengan demikian menjunjukkan
bahwa dengan menggunakan sistem
resirkulasi dapat mempengaruhi
pertumbuhan berat dan panjang ikan
patin selama 66 hari.
sedangkan pada hari ke 14
menunjukkan tidak berbeda nyata
diasumsikan pada hari ke 14 ikan
masih melakukan adaptasi dengan
lingkungan barunya. Berbeda pada
pemeliharaan hari ke 28, 42 dan 56
bahwa dengan menggunakan sistem
resirkulasi mempunyai pengaruh
yang sangat signifikan dan sangat
berbeda nyata.
Dengan adanya sistem
resirkulasi dapat menjaga kualitas air
pada kolam pemeliharaan ikan patin
secara optimal dan terjada sehingga
membantu proses pertumbuhan ikan
patin. Menurut Diansari.,dkk (2013)
Sistem resirkulasi dapat membuat
daya dukung suatu wadah budidaya
akan meningkat dan dapat
meningkatkan pertumbuhan ikan
budidaya.
Peningkatan pertumbuhan
dapat diketahui melalui peningkatan
pertumbuhan harian dan
pertumbuhan spesifik. Pada
pertumbuhan harian benih ikan patin
dimana nilai tertinggi pada perlakuan
dengan menggunakan sistem
resirkulasi dengan pertumbuhan
harian sebesar 0.40 g, dan terendah
pada perlakuan 2 tanpa sistem
resirkulasi sebesar 0.09 g.
Pada uji lanjut antara
perlakuan 1 dengan perlakuan 2 pada
hari 14 memberikan pengaruh
berbeda nyata terhadap pertumbuhan
harian ikan patin. Sementara pada
hari ke 28, 42 dan 56 memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap
pertumbuhan harian ikan patin.
Pertumbuhan spesifik
tertinggi yaitu pada perlakuan 1
5 5 6
7
10
4 5 5 5 5
0.02 0.1 0.11 0.14 0.17 0
2
4
6
8
10
12
0 14 28 42 56
Rata
-rata
Berat
Ikan
(g)
Hari ke
Perlakuan 1Perlakuan 2Amoniak 1Amoniak 2
9
dengan mengunakan sistem
resirkulasi sebesar 3,61% dan pada
perlakuan 2 tanpa sistem resirkulasi
sebesar 0,89%. Perlakuan dengan
menggunakan sistem resirkulasi
memberikan pengaruh yang sangat
signifikan dan sangat berbeda nyata
untuk pertumbuhan ikan patin
selama 56 hari.
Kualitas Air
Air sebagai media hidup ikan
harus memiliki sifat yang cocok bagi
kehidupan ikan, karena kualitas air
dapat memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan mahluk hidup
di air menurut Djatmika (1986),
Diacu oleh Monalisa, (2010).
Kualitas air merupakan faktor
pembatas terhadap jenis biota yang
dibudidayakan di suatu perairan
(Kordi dan Tancung, 2007).
Suhu
Suhu mempunyai peranan
penting dalam menentukan
pertumbuhan ikan yang dibudidaya,
menurut Kordi dan Tancung (2010),
bahwa kisaran suhu yang optimal
bagi kehidupan ikan patin adalah
25oC – 32
oC. Hal ini menunjukkan
bahwa keadaan suhu air selama masa
pemeliharaan ikan patin (Pangasius
sp.).
Berdasarkan hasil
pengukuran parameter suhu air
selama pemeliharaan pengamatan
menunjukan bahwa tidak terjadi
perbedaan yang besar atau relatif
stabil yang berkisar antara 26 – 280C.
Mengacu pada PP.No. 82 Tahun
2001 (Kelas II) yaitu deviasi 3 dari
keadaan alamiah, maka kondisi
kualitas ditinjau dari parameter suhu
masih dalam batas baku mutu air
sesuai peruntukannya.
Hubungan parameter suhu
dengan pertumbuhan ikan selama
masa pemeliharaan peningkatan suhu
akan mengakibatkan pertumbuhan
ikan menjadi terhambat antara
perlakuan 1 dengan menggunakan
sistem resirkulasi rata-rata suhu air
sbesar 270C dan pada perlakuan 2
tanpa sistem resirkulasi rata-rata
suhu air sebesar 27,80C, walaupun
tidak terlalu berbeda jauh dengan
perlakuan 1 pertumbuhan ikan patin
pada perlakuan 2 menjadi terhambat
karena tidak adanya pergolakan air di
dalam kolam pemeliharaan ikan
patin. Hal ini sesuai menurut Efendi
(2002) suhu sangat berperan penting
dalam mengendalikan kondisi
ekosistem perairan. Peningkatan
suhu juga menyebabkan terjadinya
peningkatan dekomposisi bahan
organic oleh mikroba.
DO (Oksigen Terlarut)
Parameter oksigen terlarut
dapat digunakan sebagai indikator
tingkat kesegaran air (Sutriati, 2011).
Oksigen memegang peranan penting
sebagai indikator kualitas perairan,
karena oksigen terlarut berperan
dalam proses oksidasi dan reduksi
bahan organik dan anorganik. Karena
proses oksidasi dan reduksi inilah
maka peranan oksigen terlarut sangat
penting untuk membantu mengurangi
beban pencemaran pada perairan
secara alami (Salmin, 2005).
Hasil pemantauan parameter
DO pada perlakuan 1 masih berada
pada batas baku mutu kualitas air
budidaya dari hari ke 14 sampai
dengan hari ke 56, nilai DO yang
didapat berkisar antara 5,0 – 5,5
ppm. Hubungan antara DO dengan
pertumbuhan ikan pada penelitian ini
cukup baik untuk membantu
pertumbuhan ikan patin
Hal ini ada kaitannya dengan
oksigen terlarut yang terkandung di
kolam ikan patin tersebut semakin
nilai DO berkurang, hasil
pengukuran DO berkisar antara 3,0 –
10
5,3 ppm yang mengakibatkan
pertumbuhan ikan semakin
terhambat. Hal ini sesuai menurut
Kordi dan Tancung (2007), beberapa
jenis ikan mampu bertahan hidup
pada perairan dengan konsentrasi 3
ppm, namun konsentrasi oksigen
terlarut yang baik untuk hidup ikan
adalah 5 ppm.
pH (Derajat Keasaman)
Berdasarkan standart baku
mutu air PP. No. 82 Tahun 2001
(Kelas II) pH yang baik untuk
kegiatan budidaya ikan air tawar
berkisar antara 6 – 9. Hal ini
menunjukkan bahwa pH selama
masa penelitian masih berada dalam
batas alami dan masih layak untuk
dilakukan kegiatan budidaya karena
masih berada pada kisaran 6,6 –
9,2. Hasil tersebut bila dibandingkan
dengan standar baku mutu air PP.
No. 82 Tahun 2001 (Kelas II) untuk
kegiatan budidaya ikan air tawar ,
masih sangat jauh dari batas yang
ditentukan yaitu 10 mg/l
Nitrat (NO3).
Nitrat (NO3) adalah bentuk
utama nitrogen diperairan alami dan
merupakan nutrien utama bagi
pertumbuhan tanaman dan algae.
Nitrat nitrogen sangat mudah larut
dalam air dan bersifat stabil.
Senyawa ini dihasilkan dari proses
oksidasi sempurna senyawa nitrogen
di perairan (Effendi, 2003).
Hasil pengukuran kadar nitrat
selama masa pemeliharan ikan patin
didapat pada perlakuan 1 (Sirkulasi)
adalah sebesar 0,01 pada hari ke 0
dikarenakan pada sistem resirkulasi
pada hari tersebut belum digunakan
dimana ikan masih proses adaptasi
dengan lingkungan barunya kadar
nitrat tersebut tidak begitu
berpengaruh terhadap pertumbuhan
ikan, sedangkan pada hari ke 14, 28,
dan 42 kadar nitrat 0,00 sehingga
pertumbuhan ikan patin tidak
terhambat, namun pada hari ke 56
hasil pengukuran nitrat didapatkan
sebesar 0,01 mg/l hal tersebut
diasumsikan bahwa pada sistem
filtrasi tidak beroperasi secara
optimal karena telah terjadi
penumpukan akumulasi zat polutan.
Sedangkan pada perlakuan 2
(Non Sirkulasi) kadar nitrat tertinggi
sebesar 0,03 mg/l, kadar nitarat yang
terdapat baik pada perlakuan 1
maupun pada perlakuan 2 tidak
memberikan efek yang besar
terhadap pertumbuhan ikan patin.
Fosfat (PO4)
Fosfat merupakan bentuk
fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh
tumbuhan. Karakteristik fosfor
sangat berbeda dengan unsur-unsur
utama lain yang merupakan
penyusun biosfer karena unsur ini
tidak terdapat di atmosfer
(Effendi, 2003). Di daerah pertanian
phospat berasal dari bahan pupuk
yang masuk ke dalam sungai melalui
drainase dan aliran air hujan (Winata
dkk., 2000).
Hasil pengukuran fosfat yang
didapat selama masa pemeliharaan
pada perlakuan 1 (Sirkualasi) adalah
sebesar 0,03, sedangkan pada
perlakuan 2 (Non sirkulasi) adalah
sebesar 0,01. Nilai fosfat selama
masa pemeliharaan masih dalam
batas normal. Hal ini sesuai menurut
PP No. 82 Tahun 2001 standar baku
mutu kualitas air (fosfat) untuk
kegiatan budidaya ikan air tawar
adalah sebesar 0,2 mg/l. Hubungan
pertumbuhan ikan dengan kadar
fosfat yang terkandung pada kolam
budidaya masih dapat ditolelir oleh
ikan dan tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan ikan. Hasil pengukuran
fosfat sebesar 0,01 pada perlakuan 1
maupun perlakuan 2 yang didapat
pada hari ke 14 diasumsikan
11
masuknya zat yang tidak terkontrol
oleh peneliti.
Amoniak (NH3)
Menurut Kordi dan Tancung
(2007), kadar amoniak (NH3) yang
terdapat dalam perairan umumya
merupakan hasil metabolisme ikan
berupa kotoran padat (feces) dan
terlarut (amonia), yang dikeluarkan
lewat anus, ginjal dan jaringan
insang. Kotoran padat dan sisa pakan
tidak termakan adalah bahan organik
dengan kandungan protein tinggi
yang diuraikan menjadi polypeptida,
asam-asam amino dan akhirnya
amonia sebagai produk akhir dalam
kolam. Makin tinggi konsentrasi
oksigen, pH dan suhu air makin tingi
pula konsentrasi NH3.
Hasil pengukuran amoniak
pada perlakuan 1 (Sirkulasi) tidak
mengalami peningkatan dari awal
sampai akhir penelitian sedangkan
pada perlakuan 2 (Non Sirkulasi)
mengalami peningkatan pada awal
penelitian kadar amoniak sebesar
0,02 mg/l dan pada akhir penelitian
sebesar 0,17 mg/l. Mengacu pada
baku mutu kualitas air PP. No.82
Tahun 2001 (Kelas II) bahwa batas
maksimum amoniak untuk kegiatan
perikanan bagi ikan yang peka ≤ 0,02
mg/l. Amoniak yang telah melewati
batas maksimum sesuai baku mutu
kualitas air budidaya berpengaruh
terhadap pertumbuhan ikan patin
sehingga pertumbuhan ikan patin
pada perlakuan 2 menjadi terhambat.
DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan
1. Pertumbuhan ikan patin
(pangasius sp.) yang terbaik adalah
pada perlakuan 1 (Sirkulasi) dengan
hasil akhir sebesar 9,75 sedangkan
pada perlakuan 2 (Non sirkulasi )
adalah sebesar 5,44. Maka dapat
disimpulkan bahwa antara perlakuan
1 (Sirkulasi) dengan perlakuan 2
(Non Sirkulasi) terjadi perbedaan
yang sangat signifikan p < 0,05.
Maka hipotesis H0 ditolak
dikarenakan sistem resirkkulasi
memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan ikan patin dan kualitas
air kolam budidaya.
2. Selama masa pemeliharaan
kualitas air masing-masing perlakuan
masih berada di ambang batas baku
mutu kualitas air. Maka pertumbuhan
ikan patin semata-mata karena
adanya pengaruh sistem resirkulasi
Saran
Walau perlakuan 1 (Sirkulasi)
sangat baik untuk usaha budidaya,
namun pembuatan media filter
resirkulasi dapat lebih diefisienkan
lagi dengan melakukan
Uji lebih lanjut tentang filter mana
yang paling efisien dalam proses
resirkulasi.
DAFTAR PUSTAKA
Diansari, R.R.V.R., E, Arini., T,
Elfitasari, 2013. Pengaruh
Kepadatan yang Berbeda
Terhadap Kelulusan Hidup
Ikan Nila (Orechromis
Niloticus) Pada Sistem
Resirkulasi Dengan Filter
Zeolit. Jurnal of Aquaculture
Management and
Technology 2(3) : 37 – 45
Effendie, M.I. 2002. Biologi
Perikanan Yayasan Pustaka
Nusantara. Yokyakarta
Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi
Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta, hlm.
92-100
Frits Tatangindatu, 2013. Studi
Parameter Fisika Kimia Air
12
pada Areal Budidaya Ikan di
Danau Tondano, Desa
Paleloan, Kabupaten
Minahasa. Jurnal Budidaya
Perairan 1(2): 8-19.
Kordi, M.G.H. dan A.B. Tancung.
2007. Pengelolaan Kualitas
Air. PT Rineka Cipta,
Jakarta
Kordi, K.M.G.H., Tancung A.B.
2010. Pengelolaan Kualitas
Air Dalam Budidaya
Perairan. Rineka Cipta,
Jakarta.
Minggawati, I. 2012. Parameter
Kualitas Air untuk Budidaya
Ikan Patin (Pangasius
pangasius) di Karamba
Sungai Kahayan, Kota
Palangka Raya.Jurnal Ilmu
Hewani Tropika 1(1).
Minggawati, I., Saptono. 2011.
Analisa Usaha Pembesaran
Ikan Patin Jambal
(Pangasius djambal) dalam
Kolam di desa Sidomulyo
Kabupaten Kuala
Kapuas.Media Sains 3(1).
N, Eriyusni, 2006. Studies on Protein
and Calcium Phosphate
Requirement and
Digestibility in Tilapia
Species. [Disertasi].
University of Malaya, Kuala
Lumpur
Putra, I., Setiyanto, D. 2011.
Pertumbuhan Dan
Kelangsungan Hidup Ikan
Nila (Oreochromis niloticus)
Dalam Sistem Resirkulasi.
Jurnal Perikanan dan
Kelautan 16(1): 56-63.
Salmin, 2005. Oksigen Terlarut (DO)
dan Kebutuhan Oksigen
Biologi (BOD) Sebagai
Salah Satu Indikator Untuk
Menentukan Kualitas
Perairan. Jurnal Oseana. 30.
21 – 26.
Syofyan, I., Usman., Nasution P.
2011. Studi Kualitas Air
Untuk Kesehatan Ikan
Dalam Budidaya Perikanan
Pada Aliran Sungai Kampar
Kiri. Jurnal Perikanan dan
Kelautan 16(1): 64-70.
Winata, I.N.A., A. Siswoyo, dan T.
Mulyono, 2000.
Perbandingan Kandungan P
dan N Total Dalam Air
Sungai di Lingkungan
Perkebunan dan
Persawahhan : Jurnal Ilmu
Dasar. 1. 24 – 28
Zonnefeld, N.E., A. Huisman dan
J.H. Boon, 1991. Prinsip-
prinsip Budidaya Ikan.
Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta, 49-213.