PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN · PDF fileTELAAH TENTANG PENGARUH ... Jika para peneliti...

21
PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN KUALITATIF : TELAAH TENTANG PENGARUH PANDANGAN ETIK DAN EMIK TERHADAP PERILAKU PENELITI DI LOKASI PENELITIAN 1 Prof. Dr. H. Agus Suradika Assalamu’alaikum Wr. Wb Om Swastyastu, Yth. Koordinator Kopertis Wilayah VIII Yth. Pengurus Yayasan Jagadhita Yth. Ketua dan Para Anggota Senat/Guru Besar Yth. Rektor Universitas Ngurah Rai Yth. Para Wakil Rektor dan Para Dekan di lingkungan UNR Yth. Sivitas Akademika UNR Yth. Para Tamu dan Undangan “Kita tidak perlu menjadi pribumi untuk memahami orang pribumi” (Clifford Geerzt, 1985 : 248). “Kalau peneliti pelacuran melacur, menurut saya jelas-jelas dia telah melanggar kode etik dan sekaligus telah melakukan perbudakan terhadap respondennya”, (Koentjoro, 2004 : xix). Hadirin yang berbahagia, Dalam penelitian sosial yang menggunakan pendekatan kualitatif, manusia terlibat dalam dua posisi yang menjadi titik sentral perhatian, yakni sebagai subyek sekaligus obyek. Untuk keperluan pengumpulan data, peneliti merupakan instrumen utama dan harus hidup bersama dengan orang yang 1 Isi dan pikiran dalam pidato ini merupakan ringkasan dari makalah lengkap yang disampaikan pada bagian berikutnya dari buku pidato pengukuhan ini.

Transcript of PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN · PDF fileTELAAH TENTANG PENGARUH ... Jika para peneliti...

Page 1: PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN · PDF fileTELAAH TENTANG PENGARUH ... Jika para peneliti kuantitatif lebih banyak bekerja di ... kehidupan seks dalam kebudayaan primitif suku

PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN KUALITATIF : TELAAH TENTANG PENGARUH PANDANGAN ETIK DAN EMIK TERHADAP

PERILAKU PENELITI DI LOKASI PENELITIAN 1

Prof. Dr. H. Agus Suradika

Assalamu’alaikum Wr. Wb Om Swastyastu, Yth. Koordinator Kopertis Wilayah VIII Yth. Pengurus Yayasan Jagadhita Yth. Ketua dan Para Anggota Senat/Guru Besar Yth. Rektor Universitas Ngurah Rai Yth. Para Wakil Rektor dan Para Dekan di lingkungan UNR Yth. Sivitas Akademika UNR Yth. Para Tamu dan Undangan “Kita tidak perlu menjadi pribumi untuk memahami orang pribumi”

(Clifford Geerzt, 1985 : 248).

“Kalau peneliti pelacuran melacur, menurut saya jelas-jelas dia telah

melanggar kode etik dan sekaligus telah melakukan perbudakan

terhadap respondennya”, (Koentjoro, 2004 : xix).

Hadirin yang berbahagia,

Dalam penelitian sosial yang menggunakan pendekatan kualitatif,

manusia terlibat dalam dua posisi yang menjadi titik sentral perhatian, yakni

sebagai subyek sekaligus obyek. Untuk keperluan pengumpulan data, peneliti

merupakan instrumen utama dan harus hidup bersama dengan orang yang 1 Isi dan pikiran dalam pidato ini merupakan ringkasan dari makalah lengkap yang disampaikan pada bagian berikutnya dari buku pidato pengukuhan ini.

Page 2: PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN · PDF fileTELAAH TENTANG PENGARUH ... Jika para peneliti kuantitatif lebih banyak bekerja di ... kehidupan seks dalam kebudayaan primitif suku

ditelitinya . Posisi ini menimbulkan kerumitan tertentu bagi para peneliti yang

berusaha mengungkap kenyataan sosial dalam latar alamiah sebagaimana

kekhasan ciri penelitian kualitatif 2. Kerumitan tersebut berkaitan dengan dua

jenis realitas yang ada pada diri manusia, yaitu (a) fenomena, dan (b) noumena.

Immanuel Kant, mahaguru logika dan matematika yang hidup pada

tahun 1724 – 1804, seperti dinyatakan Agus Salim (2001 : 1), adalah filosof yang

mengemukakan dua jenis realitas tersebut. Fenomena merupakan dunia yang

kita alami dengan panca indera dan terbuka bagi penelitian ilmiah karena

rasional. Sebaliknya dunia noumena tidak dapat didekati dengan pengalaman

empiris karena bukan hal yang fisik atau empiris. Di sinilah letak kerumitan

tersebut.

Manusia mempunyai sifat yang serba “misteri”. Bila hewan, tumbuh-

tumbuhan dan alam tergolong dunia fenomena, selanjutnya jin, malaikat dan roh

adalah dunia noumena, maka manusia mempunyai sifat dari dua dunia tersebut

sekaligus. Sebagai fenomena, manusia terikat pada hukum-hukum alam dan

terbuka bagi penyelidikan ilmiah. Tetapi di balik itu, manusia juga noumena

karena mempunyai jiwa, paling tidak sebagai diri sendiri manusia memiliki free

will atau kemauan bebas. Pendek kata, manusia dapat diposisikan sebagai

makhluk yang pasif karena didorong dan dibentuk oleh kekuatan di luar dirinya,

tetapi pada saat yang sama manusia juga makhluk aktif karena mengontrol,

membentuk, dan bertindak bebas. Diakibatkan oleh karena keadaan inilah para

peneliti kualitatif yang berusaha memahami realitas kehidupan manusia

menyarankan suatu pendekatan yang berbeda dengan yang biasa digunakan

oleh para peneliti kuantitatif.

2 Sejumlah ahli metodologi kualitatif seperti Lincoln dan Guba (1985 : 187-219) ; Bogdan dan Biklen (1990 : 32-36) ; Hasan (1990 : 14-25) ; Creswell ( 1994 : 8–15 dan 2003 : 181–183) ; Moleong (1996 : 4-8) ; Neuman (2000 : 16-18) ; dan Irawan (2006 : 6-12) mengemukakan beberapa karakteristik yang dapat menunjukkan bahwa yang dilakukan oleh seorang peneliti adalah metode kerja penelitian kualitatif. Pertama, lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung. Kedua, peneliti sebagai instrumen utama. Ketiga, penelitian kualitatif bersifat interpretative. Keempat, peneliti kualitatif harus berrefleksi secara sistematik terhadap setiap informasi dari responden dan peka terhadap biografi pribadi responden dan membuat penelitian lebih fokus. Terakhir, kelima, analisis data dilakukan secara induktif.

Page 3: PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN · PDF fileTELAAH TENTANG PENGARUH ... Jika para peneliti kuantitatif lebih banyak bekerja di ... kehidupan seks dalam kebudayaan primitif suku

Jika para peneliti kuantitatif lebih banyak bekerja di belakang mejanya,

mereduksi realitas menjadi penggalan-penggalan variabel yang saling

berhubungan, dan menggunakan instrumen berupa kuesioner atau check-list

untuk mengumpulkan data, peneliti kualitatif memilih metode yang berbeda

dengan itu. Realitas, dalam pandangan para peneliti kualitatif tak dapat

disederhanakan hanya menjadi beberapa variable, melainkan sesuatu yang

komprehensif dan harus dipahami secara holistik. Peneliti tidak dapat bekerja

hanya di belakang meja, melainkan harus pergi ke tempat hidup manusia yang

ingin dipahaminya, hidup bersama dan menjadi bagian dari mereka, mengamati,

bertanya, mencatat, berefleksi, dan menyimpulkan temuan-temuannya.

Prosedur kerja seperti ini didasari oleh suatu pandangan yang disebut

Naturalisme3. Dalam pandangan Denzin dan Lincoln (2000:2), munculnya

penelitian kualitatif yang berupaya melakukan kajian budaya dan bersifat

interpretatif sesungguhnya merupakan reaksi dari tradisi yang terkait dengan

positivisme dan post-positivisme4 yang biasa digunakan dalam penelitian

kuantitatif.

Hidup bersama dengan seorang apalagi sekelompok orang yang memiliki

latar sosial, tradisi dan budaya berbeda untuk suatu keperluan pengumpulan

data penelitian dengan menggunakan teknik complete-participant atau observer

as participant 5 bukanlah perkara mudah, bahkan cenderung beresiko.

Sejumlah peneliti kualitatif mengalami hal tersebut. Pengalaman tiga orang

peneliti berikut ini relevan untuk dikemukakan. 3 Muhadjir (1990 : 133-136) mengemukakan lima aksioma paradigma naturalisme, yaitu aksioma tentang (a) realitas, (b) interaksi yang mengenal dengan yang dikenal, (c) keterkaitan pada waktu dan konteks, (d) pembentukan timbal balik dan simultan, dan (e) keterkaitan pada nilai. Dalam kaitannya dengan realitas, dipahami bahwa realitas itu kompleks, memiliki tata, tampil dalam berbagai perspektif, ada keterhubungan timbal balik antar berbagai sesuatu. 4 Paradigma positivisme menolak metaphisik dan teologik, atau setidaknya mendudukkan metaphisik dan teologik sebagai primitif (Muhadjir, 1990 : 20). Kelompok positivis berpendapat bahwa terdapat realitas di luar sana yang perlu dipelajari, ditangkap dan dipahami, Selanjutnya kelompok pospositivistik berpandangan bahwa realitas itu tidak pernah bisa sepenuhnya dipahami, paling-paling hanya bisa didekati (Agus Salim, 2001 : 11-12). 5 Dalam proses pengumpulan data yang menggunakan teknik observasi, Cresswel (1999 : 150-151) membagi observasi dilihat dari partisipasi peneliti ke dalam empat kategori, yaitu (a) Complete participant di mana peran sebagai peneliti disembunyikan, (b) Observer as participant, peran sebagai peneliti diketahui, (c) Participant as observer – observation, peran partisipan merupakan peran sekunder, dan (d) Complete observer – researcher, pengamatan tanpa partisipasi.

Page 4: PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN · PDF fileTELAAH TENTANG PENGARUH ... Jika para peneliti kuantitatif lebih banyak bekerja di ... kehidupan seks dalam kebudayaan primitif suku

Margaret Mead mengalami kesukaran dalam mamahami Bahasa Indiana,

cara makan, kebiasaan tidur, dan cara berpakaian ketika ia meneliti remaja dan

kehidupan seks dalam kebudayaan primitif suku Samoa, sebuah kepulauan di

lautan Pasifik tahun 1923. James Dananjaya mengalami kesukaran dengan bale

tempat tidurnya, menu dan takaran makan, WC dan cara buang air besar, ketika

ia meneliti Folklore Bali Aga di Trunyan, Bali pada tahun 1974-1975. Demikian

juga Koentjoro yang banyak disindir dengan “nada miring” oleh kolega dan

mahasiswanya, diajak kencan gratisan oleh respondennya, dan karenanya

dengan sekuat tenaga harus dapat menunjukan konsistensi dan kekuatan iman

Islamnya ketika meneliti pelacuran di Indonesia tahun 1990an. Dengan takaran

yang lebih ringan, saya mengalami juga kesukaran sosial-psikologis-religius

yang berkaitan dengan penyesuaian diri dengan lingkungan dan orang-orang

yang harus diwawancarai serta sedikit cemooh saat melakukan penelitian

tentang kehidupan wanita pekerja malam pada tahun 2002-2004.

Dari pengalaman para penelti kualitatif, inti persoalan yang berkaitan

dengan hubungan antara peneliti dan yang diteliti adalah bagaimana peneliti

harus bertingkah laku akibat adanya pengaruh kontradiksi antara pandangan etik

dan pandangan emik yang berkaitan dan dapat memunculkan persoalan etika.

Hadirin yang berbahagia,

Koentjaraningrat (1982 : xviii-xix) menyatakan bahwa pandangan etik

adalah pandangan yang dikuasai oleh nilai-nilai, norma-norma, dan teori-teori

ilmiah yang merupakan pandangan “dari luar”. Sebaliknya pandangan “emik”

adalah pandangan tentang kebudayaan sendiri dari warga masyarakat yang

bersangkutan yang merupakan pandangan “dari dalam”. Kedua hal tersebut,

menurut Geertz (1982 : 247) berasal dari perbedaan linguistik antara fonemik

dan fonetik, di mana fonemik mengklasifikasikan bunyi sesuai dengan fungsi

intern dalam bahasa, sedangkan fonetik mengklasfikasikan dengan sifat-sifat

akustiknya sebagaimana adanya. Untuk lebih menperjelas pengertian ini, akan

saya sajikan dialog antara pedagang dan pembeli di sebuah pasar tradisional di

bawah ini :

Page 5: PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN · PDF fileTELAAH TENTANG PENGARUH ... Jika para peneliti kuantitatif lebih banyak bekerja di ... kehidupan seks dalam kebudayaan primitif suku

Pembeli : Bang, ini berapa harganya ?

Penjual : tujuh setengah

Pembeli : mahal amat bang, lima ribu ya !

Penjual : tujuh aja dah, buat panglaris neng !

Pembeli : Ya …. Si abang, enam ribu ya !

Penjual : Ya udah, ambil dah !

Bagi mereka yang tidak tertarik pada penelitian kualitatif, ia pasti akan

melewati kenyataan dalam dialog itu begitu saja, sebab tampak sekilas seperti

tidak ada yang perlu dijelaskan. Jika diperhatikan dengan seksama, di dalam

dialog tersebut terdapat persoalan pandangan etik dan emik. Untuk memahami

dialog tersebut, jika peneliti menggunakan pandangan etik (fonetik), ia akan

menyimpulkan bahwa dalam catatan lapangannya terdapat dialog yang tidak

logis. Lebih banyak mana tujuh setengah (jika ditulis 7,5) dibanding lima ribu

(jika ditulis : 5.000) ? Bukankah lebih banyak lima ribu ?. Demikian pula halnya

lebih banyak mana 7 dibanding 6.000 ? Tentu lebih banyak 6.000. Jika logika

perbandingan ini benar, mengapa harga yang “hanya” tujuh setengah ditawar

menjadi lima ribu dan mengapa pula si pembeli menawar lagi enam ribu, padahal

penjual sudah memberi harga baru “hanya” tujuh ?. Di sinilah letak

persoalannya. Dalam pandangan “emik” (fonemik) penjual dan pembeli, tujuh

setengah secara intern dipahami sebagai tujuh ribu lima ratus rupiah, sementara

tujuh dipahami sebagai tujuh ribu rupiah. Dengan demikian jika peneliti

memaknai dialog tersebut dengan pandangan emik (fonemik) maka ia akan

dapat memahami makna yang ada dalam realitas budaya berupa bahasa yang

digunakan di pasar tersebut, tetapi sebaliknya jika ia pahami dengan pandangan

etik (fonetik) maka ia akan tersesat dalam memaknainya.

Contoh di atas belumlah merupakan persoalan serius. Ia akan menjadi

serius dan dilematis tatkala pemahaman seseorang tentang realitas telah

menyentuh pada aspek penting yang berkaitan dengan pandangan hidup atau

keyakinan seseorang. Seorang peneliti kualitatif yang beragama Islam yang kuat

pemahaman keagamannya, sebagai misal, akan menghadapi situasi dilematis

Page 6: PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN · PDF fileTELAAH TENTANG PENGARUH ... Jika para peneliti kuantitatif lebih banyak bekerja di ... kehidupan seks dalam kebudayaan primitif suku

ketika ia harus menghadapi pandangan emik masyarakat di daerah

penelitiannya yang berpandangan bahwa prostitusi merupakan sesuatu yang

biasa, bahkan dipandang mulia karena dapat memberi jalan keluar dalam

menghadapi keterpurukan ekonomi. Inilah persoalan yang sering dialami oleh

peneliti kualitatif yang di dalam keseluruhan proses penelitiannya memilih, atau

diharuskan karena pertimbangan metodologi, untuk hidup bersama dengan

masyarakat yang ditelitinya secara partisipatif. Dalam menghadapi dua

pandangan yang bertentangan, mana yang harus dipilih, apakah ia harus

mengikuti pandangan etiknya dan tetap menjaga jarak dengan realitas

lingkungan yang ditelitinya sehinga ia dapat mempertahankan nilai subyektif

yang diyakininya, tetapi sebagai konsekuensinya ia akan mengalami kesulitan

memperoleh informasi dan data penelitiannya. Atau, ia mengikuti pandangan

emik yang sangat mungkin bertolak belakang dengan hati nuraninya tetapi

sebagai imbalannya ia akan lebih mudah memahami realitas yang ingin ia

pelajari. Seorang peneliti kualitatif yang baik, papar Koentjaraningrat (1982 : xix)

lebih lanjut, perlu menguasai kemahiran untuk mengkombinasikan pandangan

etik dan pandangan emik sesempurna mungkin. Berdasarkan norma-norma

ilmiah, lanjut Koentjaraningrat, pandangan diri sendiri yang sebenarnya

merupakan pandangan subyektif harus diusahakan agar pengaruhnya hanya

sedikit saja. Persoalannya adalah, bagaimana peneliti dapat memposisikan diri

secara tepat : tidak larut atau “going native” dalam pandangan emik, tetapi juga

tidak “stereotype” dan terbelenggu oleh pandangan etiknya.

Untuk lebih memperjelas persoalan etik dan emik dalam proses

penelitian kualitatif, terutama saat mulai masuk ke dalam realitas dan

mengumpulkan data, saya akan menguraikan lebih lanjut pengalaman James

Dananjaya (1982) dan Koentjoro (2004) sebagaimana telah disebut pada uraian

sebelumnya.

Hadirin yang terhormat, . Dalam pandangan orang-orang Trunyan, papar Dananjaya, ada

kebiasaan bagi kerabat atau kawan terdekat dan keluarga kepala desa untuk

Page 7: PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN · PDF fileTELAAH TENTANG PENGARUH ... Jika para peneliti kuantitatif lebih banyak bekerja di ... kehidupan seks dalam kebudayaan primitif suku

meniduri bale-bale mana saja yang ada di rumah jika ia sedang bertamu atau

kebetulan mengantuk. Untuk beberapa minggu pertama, Dananjaya, yang untuk

keperluan tempat tinggalnya selama melakukan penelitian disediakan satu

kamar khusus yang masih belum banyak dipakai orang namun banyak kutu

busuknya, membiarkan orang-orang desa mempraktekan kebiasaan intim di

bale-balenya karena takut menyinggung perasaan mereka jika ia melarangnya.

Tetapi setelah ia berkesempatan untuk pergi ke Denpasar maka dibelinya

sekaleng insektisida untuk membasmi kutu busuk yang ada di bale-balenya

tersebut. Kemudian kasurnya ia tutupi dengan seperai putih terbersih. Melihat

bale-bale yang berubah menjadi putih bersih ini, orang desa tak berani lagi

menidurinya kecuali merabanya dengan perasaan kagum.

Mengadakan perubahan di rumah orang adalah perbuatan yang “kurang

ajar”. Hal itu diakui Dananjaya. Tetapi mengingat bahwa ia akan diam di rumah

tersebut bukan hanya untuk satu dua hari, melainkan untuk satu tahun,

sedangkan ia tahu bahwa penghalang utama dari suksesnya suatu penelitian di

satu tempat terpencil adalah kesehatan yang buruk dan keadaan fisik yang tidak

enak, maka terpaksa hal itu ia lakukan, di samping untuk menunjukkan kepada

pendukuk cara-cara menjaga kebersihan.

Lebih lanjut Dananjaya juga menceritakan bahwa dalam kebudayaan orang

Trunyan pemeliharaan kebersihan seperti di kota bukanlah salah satu unsur

kebudayaan mereka. Pada hari-hari pertama ia tinggal di Trunyan, WC pertama

yang dibangun di sana belum selesai, maka cara buang air di semak-semak

seperti yang dilakukan oleh penduduk di sana membuat ia menjadi merana dan

tidak betah hidup di desa itu. Tetapi lambat laun ia menjadi terbiasa dengan

kebiasaan itu.

Pengalaman di awal penelitian ketika memasuki realitas sosial seperti

yang dialami Dananjaya menyiratkan persoalan etik dan emik. Sebagai “orang

luar” ia menyadari bahwa seharusnya ia mempertahankan latar alamiah dengan

tidak mengubah perilaku “orang dalam” tentang kebiasaan meniduri bale-

balenya. Namun kepentingan yang lebih besar demi suksesnya penelitian yang

akan ia lakukan yakni untuk menjaga kesehatan dan staminanya agar ia tidak

Page 8: PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN · PDF fileTELAAH TENTANG PENGARUH ... Jika para peneliti kuantitatif lebih banyak bekerja di ... kehidupan seks dalam kebudayaan primitif suku

terkena penyakit akibat kutu busuk memaksa ia harus melakukan tindakan

sesuai pandangan etiknya. Ia menyadari bahwa tindakan melakukan perubahan

di rumah orang adalah tindakan “kurang ajar”, tetapi, sekali lagi demi sebuah

kepentingan yang lebih besar terpaksa tindakan itu ia lakukan.

Jika soal kutu busuk Dananjaya “memenangkan” pandangan etiknya,

dalam hal WC ia harus mengalah. Walaupun ia merana dan tidak betah hidup di

desa itu karena cara buang air di semak-semak bukan merupakan

kebiasaannya, terpaksa ia harus menerimanya dan lambat laun ia terbiasa

dengan kebiasaan itu. Dalam kaitan ini, ia mengalah dengan pandangan “emik”.

Hadirin yang berbahagia, Koentjoro (2004), yang juga sudah saya sebut di awal orasi ini,

mempunyai pengalaman yang menegangkan ketika untuk keperluan

pengumpulan data penelitiannya ia harus berada satu kamar dengan seorang

pelacur6 di rumah si pelacur yang tinggal bersama orang tua dan saudaranya di

Indramayu. Ketika si pelacur, ma’af , telah telanjang bulat dan meminta

hubungan seks dengannya, ia tidak memenuhi permintaannya tersebut. Ia hanya

memeluknya dan mengatakan bahwa ia tidak ingin lebih lanjut melakukan hal itu.

Mengapa Koentjoro menolak ?, Secara eksplisit memang ia tidak menjelaskan

alasan penolakannya. Yang jelas, sebagai peneliti profesional ia dituntut untuk

mempertahankan jatidiri dengan menjauhkan diri dari kepentingan pribadi.

Manakala orang meneliti sekaligus melacur, papar Koentjoro, maka tentu

kepentingannya sudah bergeser sebab pengalaman melacur akan mewarnai

intrepretasi peneliti terhadap hasil dan temuannya.

Interpretasi memang merupakan perkara penting dalam keseluruhan

proses penelitian kualitatif karena kekuatan mengintrepretasikan atau memaknai

realitas merupakan ciri penting riset kualitatif. Bagaimana mungkin seorang

peneliti dapat secara tegar mempertahankan interpretasi obyektifnya jika ia telah

larut (going native) dalam perspektif subyek. Seorang yang meneliti sekaligus

6 Maaf, saya tidak menggunakan istilah PSK (Pekerja atau Penjaja Seks Komersial) karena istilah tersebut mengaburkan makna asusila, bahkan anti-susila. Di samping itu, Indonesia sesungguhnya tidak menganut paham seks sebagai komoditas yang dapat dikomersialkan.

Page 9: PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN · PDF fileTELAAH TENTANG PENGARUH ... Jika para peneliti kuantitatif lebih banyak bekerja di ... kehidupan seks dalam kebudayaan primitif suku

melacur, akan sulit mengatakan bahwa melacur, sebagaimana dipahami banyak

orang dalam lingkaran moral, adalah perbuatan tercela karena ia telah

melakukan perbuatan tercela tersebut. Di sinilah letak persoalannya. Bagi

seseorang yang tidak terlatih melakukan penelitian kualitatif-partisipatif, sulit

dapat mempercayai pernyataan Koentjoro yang dapat mempertahankan jati

dirinya dengan tidak memenuhi permintaan pelacur tersebut. Tidak heran,

seperti diakuinya, bila kedekatannya dengan pelacur memunculkan “nada-nada

miring” yang mempertanyakan konsistensi dan kekuatan imannya sebagai

seorang peneliti pelacuran. Salah satu redaksi nada miring tersebut seperti ini :

“Wah, enak ya jadi peneliti pelacur, dapat jajan gratis dong !?”. Dengan tegas

Kuntjoro menyatakan bahwa ketika seorang peneliti pelacuran “mencicipi”

responden penelitiannya, berarti ia telah menghianati kode etik profesinya dan ia

telah menjadi pelacur itu sendiri. Bagi Koentjoro dalam perkara moral yang satu

ini ia harus pertahankan pandangan etik-nya. Bila dalam pandangan emik

pelacur melakukan hubungan intim bukanlah perbuatan anti-susila, tidak

demikian halnya dengan pandangan etik Koentjoro. Bagi Koentjoro,

mempertahankan pandangan etik bahwa melakukan hubungan intim dengan

lawan jenis yang bukan muhrimnya adalah perbuatan asusila bahkan anti-susila

harus ia pertahankan7. Ia tak ingin going native dalam pandangan emik pelacur

tersebut. Di sini, seperti juga diungkap Koentjoro, diperlukan syarat keberanian

baik keberanian memasuki kancah riset, maupun keberanian menanggung

segala resiko yang mungkin terjadi seperti disetalitigauangkan dengan pelacur,

disebut pemabuk, disatroni preman, disebut germo, dan sebagainya. Keberanian

ini berkaitan dengan kemampuan ketika peneliti belajar mengatasi situasi-situasi

yang menekan termasuk dicemooh orang karena menganggap rendah penelitian

kualitatif yang concern pada dunia “remang-remang”.

Bagaimanakah etika menilai tindakan seseorang sebagai perbuatan

baik atau buruk?. Untuk itu, perkenankan saya menguraikan sedikit tentang dua

7 Untuk dapat “bertahan” seperti ini Koentjoro (2004 : xx) sengaja melatih diri untuk tidak ereksi sembarangan. Sesuatu yang diakuinya sebagai latihan yang memang menyakitkan, tetapi itulah resiko pekerjaan.

Page 10: PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN · PDF fileTELAAH TENTANG PENGARUH ... Jika para peneliti kuantitatif lebih banyak bekerja di ... kehidupan seks dalam kebudayaan primitif suku

perspektif etika, yaitu etika teleologis dan etika deontologis (Suradika dan

Maskun, 2005 : 11-17).

Hadirin yang budiman,

Istilah “Deontologi” berasal dari kata Yunani yang berarti “kewajiban” (duty)

atau keharusan. Oleh karena itu etika deontologi menekankan kewajiban

manusia untuk bertindak secara baik. Menurut perspektif deontologi, suatu

tindakan itu baik bukanlah dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan

baik dari tindakan itu, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik

menurut dirinya sendiri. Maka tindakan itu bernilai moral/etis karena tindakan itu

dilaksanakan berdasarkan kewajiban. Atas dasar pandangan demikian, etika

deontologi sangat menekankan pentingnya motif, kemauan baik, kesadaran dan

watak yang kuat dari para pelaku, terlepas dari akibat yang timbul dari perilaku

para pelaku itu.

Berbeda dengan etika deontologi, etika teleologi justru menilai baik

buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan

itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Suatu tindakan

dinilai baik jika bertujuan mencapai sesuatu yang baik, atau jika akibat yang

ditimbulkan oleh tindakan itu baik. Baik atau buruknya tindakan mencuri,

sebagai contoh, bagi etika teleologi tidak ditentukan oleh tindakan itu sendiri baik

atau buruk, melainkan ditentukan oleh tujuan dan akibat dari tindakan itu. Jika

tujuannya baik, maka tindakan mencuri dapat dipandang baik. Seorang anak

yang mencuri uang karena tidak mempunyai cara lain untuk membeli obat bagi

ibunya yang sedang sakit parah dalam perspektif etika teleologi dipandang

sebagai tindakan yang baik, tetapi jika ia mencuri untuk membeli narkoba atau

keperluan tidak mulia lainnya, maka tindakan itu dinilai jahat. Demikian juga

seorang dokter profesional, laki-laki, ahli kandungan yang harus melihat, ma’af,

alat vital wanita yang bukan muhrimnya untuk sebuah pemeriksaan atau

persalinan, dari perspektif teleologi merupakan tindakan yang dapat diterima

sebagai perbuatan baik karena mempunyai tujuan atau akibat yang baik.

Page 11: PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN · PDF fileTELAAH TENTANG PENGARUH ... Jika para peneliti kuantitatif lebih banyak bekerja di ... kehidupan seks dalam kebudayaan primitif suku

Hadirin yang terhormat,

Dari uraian singkat dan sederhana tentang PERTIMBANGAN ETIKA

DALAM PENELITIAN KUALITATIF : TELAAH TENTANG PENGARUH

PANDANGAN ETIK DAN EMIK TERHADAP PERILAKU PENELITI DI LOKASI

PENELITIAN yang telah saya sampaikan, dapat disarikan menjadi beberapa

catatan sebagai berikut. Pertama, dua jenis realitas yang dimiliki manusia, yakni

fenomena dan noumena, dalam pandangan peneliti kualitatif merupakan realitas

yang tidak dapat dipisahkan, apalagi dipenggal hanya menjadi beberapa variabel

yang saling berhubungan. Oleh karenanya, kendati terdapat kerumitan-

kerumitan, keseluruhan realitas tersebut harus dilibatkan ketika seorang peneliti

ingin memahami kehidupan manusia secara holistik.

Kedua, harus dipahami bahwa resiko-resiko stigmatik seperti di “cap”

sebagai manusia tidak bermoral atau “perasaan tak enak” karena melakukan

suatu tindakan yang berlawanan dengan keyakinan tentang nilai baik,

merupakan keadaan yang akan dihadapi oleh peneliti yang memiliki minat tinggi

untuk mempelajari tingkah laku manusia dalam suatu kebudayaan tertentu

apalagi mereka yang tertarik mempelajari realitas kehidupan manusia dalam

dunia “remang-remang” dan lebih lagi dunia “hitam”. Jika peneliti tidak siap atau,

meminjam istilah Koentjoro, tidak memiliki keberanian dengan resiko ini, maka

disarankan agar ia lebih baik memilih topik atau masalah penelitian sosial

lainnya yang hasilnya juga sama pentingnya dalam usaha mengembangkan

ilmu sosial.

Dalam ajaran Islam, kita juga diperintahkan untuk menghindari hal-hal

yang “remang-remang,” yang meragukan atau subhat. Rasulullah saw

bersabda: innal-halaala bayyinun, wa innal kharaama bayyinun. Wabaina huma

umuurun musytabihaatun laa ya’lamuhunna katsiirun minannaas. Famanittaqasy

syubuhaati faqadis tabra-a lidiinihi wa’ridhihi waman waqa’a fisy-syubuhaati

waqa’a fil kharaami kar-raa’i yar’a khaulal khimaa yuu syiku an yar ta’a fiihi.

(Sesungguhnya sesuatu yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di

antara keduanya ada persoalan yang samar-samar (subhat). Akan tetapi

kebanyakan manusia tidak mengetahui. Maka barangsiapa menjaga dirinya dari

Page 12: PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN · PDF fileTELAAH TENTANG PENGARUH ... Jika para peneliti kuantitatif lebih banyak bekerja di ... kehidupan seks dalam kebudayaan primitif suku

persoalan yang samar-samar (subhat) itu maka ia telah membersihkan agama

dan kehormatannya. Dan barang siapa yang selalu melakukan hal-hal yang

samara-samar maka ia telah jatuh dalam perkara yang haram seperti

penggembala yang menggembala di sekeliling tanah larangan (halaman) orang.

Lambat laun, ia akan masuk ke dalamnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ketiga, nilai baik-buruk suatu tindakan yang dilakukan oleh peneliti

berupa tindakan yang bertentangan dengan pandangan etik tetapi sesuai

dengan pandangan emik, atau bertentangan dengan pandangan emik tetapi

sesuai dengan pandangan etik, tergantung dari perspektif etika mana kita

melihat. Perspektif deontologi menyarankan untuk melihat pentingnya motif,

kemauan baik, kesadaran dan watak yang kuat dari para pelaku, terlepas dari

akibat yang timbul dari perilaku para pelaku itu, sedangkan perspektif teleologi

memposisikan pentingnya melihat tujuan atau akibat dari suatu tindakan.

Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa “kekurangajaran” Dananjaya yang

melakukan perubahan di rumah orang karena ingin penelitiannya tidak terhambat

oleh gangguan kesehatan selama melakukan penelitian, atau Koentjoro sebagai

peneliti profesional yang untuk keperluan pengumpulan data penelitiannya harus

“bergaul” dengan para pelacur, mucikari, germo dan “aktor” lainnya, dalam

perspektif teleologi dipandang sebagai tindakan yang dapat diterima sebagai

perbuatan baik.

Saya akhiri substansi orasi ini dengan mengemukakan ungkapan yang

sangat bersahaja dari Clffort Geerzt (1982 : 248) : “Kita tidak perlu menjadi

pribumi untuk memahami orang pribumi”. Demikian juga ungkapan Koentjoro

(2004 : xix) : “Kalau peneliti pelacuran melacur, menurut saya jelas-jelas dia

telah melanggar kode etik dan sekaligus telah melakukan perbudakan terhadap

respondennya”. Ungkapan ini dapat dimaknai : untuk memahami realitas

kehidupan pelacur, tentu saja seorang peneliti tak perlu melacurkan diri. Peneliti

tetap dapat mempertahankan jati dirinya dan tidak larut dalam tradisi dan

kebudayaan yang hidup dalam realitas sosial yang ditelitinya. Dengan

menggunakan dua perspektif etika tersebut, peneliti dapat memutuskan dengan

pertimbangannya sendiri apakah ia harus melakukan atau tidak melakukan

Page 13: PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN · PDF fileTELAAH TENTANG PENGARUH ... Jika para peneliti kuantitatif lebih banyak bekerja di ... kehidupan seks dalam kebudayaan primitif suku

suatu tindakan sehingga ia dapat memposisikan diri secara tepat : tidak larut

atau “going native” dalam pandangan emik orang-orang yang diteliti, tetapi juga

tidak “stereotype” dan terbelenggu oleh pandangan etiknya.

Semoga uraian singkat pidato ini ada manfaatnya.

Sebagai umat beragama, etika kita tentu merujuk pada norma-norma

agama. Dalam agama kita diajarkan antara niat, cara dan tujuan harus sama-

sama baik. Islam tidak membenarkan perilaku menghalalkan segala cara untuk

meraih tujuan, meskipun tujuan itu baik. Niatnya benar, caranya benar dan

tujuannya benar. Kita tentu tidak lupa ikrar yang selalu kita ucapkan: inna

shalaati, wanusuki, wamah yaaya, wama maati, lillaahi rabbil ‘alamin

(Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semuanya untuk Allah

rabbul’alamin). Ikrar ini tampaknya juga penting menjadi standar nilai dalam

menentukan pilihan-pilihan bagi seorang peneliti.

Bapak/ibu senat Guru Besar serta hadirin yang saya hormati,

Sudah merupakan keharusan dan kewajiban saya pada kesempatan

pidato ini menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah

mengantarkan saya memperoleh anugerah yang sungguh tak pernah

terbayangkan akan dapat dicapai tanpa bantuan dari banyak pihak yang telah

amat berjasa. Ucapan terima kasih yang pertama amat patut disampaikan

kepada seluruh guru saya baik pada jalur formal maunpun non-formal sejak

Taman Kanak-Kanak (TK) sampai dengan jenjang paling tinggi, maupun pada

jalur non-formal seperti pengajian, kursus, training, dan sebagainya.

Ketika di TK, saya amat berhutang budi kepada ibu Tati, guru TK Pikir di

Jl. Ketimun I, Blok. A, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Karena jasa beliaulah

kognitif, afektif, dan psikomotorik saya ketika kecil dapat tumbuh berkembang

sebagaimana mestinya. Sampai saat ini saya masih hafal lagu-lagu karya Bapak

Kasur dan Ibu Kasur yang beliau ajarkan seperti “Aku Seorang Kapitan”, “Balon

ku ada lima”, “Cicak-cicak di dinding”, dan sebagainya. Untuk itu, kepada beliau

saya berhutang budi dan amat patut berterima kasih.

Page 14: PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN · PDF fileTELAAH TENTANG PENGARUH ... Jika para peneliti kuantitatif lebih banyak bekerja di ... kehidupan seks dalam kebudayaan primitif suku

Ibu Maryam, Ibu Chadijah, Bapak Azis, Ibu Rusminah dan Ibu Siti

Nuraniyah adalah guru-guru saya ketika sekolah di SD Blok. A I Petang. Dari

beliaulah kompetensi CALISTUNG (membaca, menulis, berhitung), berteman,

dan bersosialisasi yang menjadi tujuan pembelajaran di SD dapat saya kuasai.

Kepada beliau semua, saya amat berhutang budi dan karenanya sangat patut

berterima kasih. Karena kesungguhan dan kegigihan beliau lah kendati ketika di

kelas 1, 2, dan 3 nilai rapor saya banyak angka merahnya tetapi di kelas 4 dan 5

selalu menjadi juara, bahkan di kelas 6 menjadi pelajar teladan. Hampir dapat

dipastikan tidak mungkin saya dapat menulis karya ilmiah, termasuk naskah

orasi ini, yang telah menghantarkan saya memperoleh jabatan terhormat sebagai

Guru Besar tanpa jasa baik dari beliau semua.

Ibu Yusuf Nazar yang kemudian dilanjutkan oleh Bapak Drs. Hasan Basri

adalah Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 9, Kebayoran Baru, Jakarta

Selatan yang memimpin Bapak Ibu Guru saya ketika di SMP, yaitu : Bapak

Maharzul, BA ; Ibu Dra. Siti Menara Murni ; Bapak Ramadhin ; Bapak Drs. Daud

Afifie ; Ibu Kartini, BA ; Bapak Sam’ani AK ; Ibu Endang ; dan Bapak Sukamdio.

Dari sekolah ini, saya memperoleh banyak pengetahuan tentang agama Islam

yang sering membuat saya harus berbeda pandangan dengan teman-teman

sebaya di kampung saya tentang implementasi ibadah praktis. Namun, justru

karena hal inilah saya beruntung. Pengalaman hidup di dua tradisi peribadatan

Islam dari dua organisasi besar : Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama

membuat saya terbiasa dalam sikap berbeda pendapat tetapi tetap saling

menghormati. Kepada semua guru saya di SMP Muhammadiyah 9, saya

berhutang budi dan mengucapkan terima kasih.

Bapak Drs. NT Padidi yang dilanjutkan oleh Bapak Drs. Wirwahyu adalah

kepala sekolah yang memimpin guru-guru saya ketika belajar di SMA Negeri 6

Bulungan Jakarta Selatan. Ibu Zaenab ; Bapak Santoso ; Bapak Naibaho ;

Bapak Bakri ; Ibu Titi Larasati Nurhadi ; Bapak Bakri, adalah sebagian dari

seluruh guru-guru saya yang mengingatkan dan memberi semangat untuk tetap

giat belajar ketika ayah saya meninggal dunia saat saya kelas 2 SMA (sekarang

Page 15: PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN · PDF fileTELAAH TENTANG PENGARUH ... Jika para peneliti kuantitatif lebih banyak bekerja di ... kehidupan seks dalam kebudayaan primitif suku

kelas 11). Kepada beliau semua saya berhutang budi dan mengucapkan terima

kasih.

Ketika studi S1 di kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta, saya

amat berhutang budi kepada banyak dosen saya di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik. Dengan tidak mengurangi rasa terima kasih dan hormat saya pada

dosen lain yang tidak saya sebut namanya secara khusus, saya ingin menyebut

beberapa nama yang telah amat berjasa membuat saya tertarik pada dunia

akademik setelah hampir lima tahun sehabis menyelesaikan studi sarjana muda

saya bekerja di dunia bisnis. Almarhum Drs. Ardissa Supina; Almarhum Drs.

Djalal Sayuti; Drs. Mohamad Sobary, MA ; dan dr.H. Yose Rizal, SKM; adalah

dosen-dosen saya yang di luar kelas telah memberikan bimbingan yang

melampaui batas kewajiban mulianya sebagai dosen. Dari mereka saya belajar

banyak tentang idealisme dan semangat memperjuangkan kebenaran.

Hubungan formal dosen–mahasiswa di kampus lebur menjadi hubungan

persahabatan yang hangat dan egaliter ketika mendiskusikan mengenai ilmu,

kebudayaan, politik, agama dan dimensi kemanusiaan lainnya di luar kampus.

Dari mereka, saya yang tak pernah membayangkan akan mampu menjadi dosen

mendapat dukungan yang amat kuat untuk berani “banting stir” dari pekerja

dunia bisnis ke dunia kampus yang mempunyai budaya sangat berbeda. Talenta

mereka ternyata sangat tajam. Dengan berbagai keterbatasan, akhirnya saya

dapat mencapai jenjang jabatan terhormat sebagai Guru Besar. Saya benar-

benar merasakan apa yang belasan tahun yang lalu pernah mereka sampaikan

: “dunia kampus adalah dunia yang amat dinamis, tidak kering, menggairahkan,

dan menyenangkan”. Demikian juga kepada Drs. Mahbub Nitiraharja, MM yang

menjadi pembimbing skripsi saya bersama almarhum Drs. Ardissa SP. Dari Pak

Mahbub, begitu saya biasa menyapa beliau, saya mendapat pelajaran tentang

kesabaran dan ketelitian. Beberapa kali skripsi saya dicoret karena panjang

marginnya tidak sesuai dengan pedoman teknis penulisan skripsi.

Masih ketika studi di S1, saya juga amat patut menyampaikan terima

kasih dan berhutang budi kepada Prof. Dr. H. Aminuddin Rasyad dan Drs. H.

Isom Sumhudi. Dari beliau berdua, saya mendapat pelajaran tentang sikap

Page 16: PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN · PDF fileTELAAH TENTANG PENGARUH ... Jika para peneliti kuantitatif lebih banyak bekerja di ... kehidupan seks dalam kebudayaan primitif suku

lapang dada dan demokratis. Betapa tidak, kendati saya banyak memprotes

kebijakan beliau ketika saya masih mahasiswa dan beliau berdua dalam periode

yang berbeda menjadi Dekan FISIP-UMJ dengan menggalang demonstrasi

mahasiswa, tak ada sedikitpun dendam. Bahkan, Prof. Aminudin kemudian

menjadi Penasehat Akademis ketika saya menyelesaikan S1 setelah setahun

cuti akademik sehabis menyelesaikan sarjana muda. Di bawah bimbingan Prof.

Aminuddin Rasyad saya banyak mendapat kiat sehingga dapat menyelesaikan

S1 dalam waktu “hanya” dua semester, bilangan waktu yang relatif cepat untuk

ukuran penyelesaian studi di Perguruan Tinggi Swasta saat itu. Demikian juga

kapada almarhum Drs. H. Agus Sunarto, M.Si., senior saya yang kendati di

permukaan tampak saya sering berseberangan pendapat, tetapi sunguh

persahabatan pribadi kami sangat hangat, bahkan saling mendukung untuk

urusan pengembangan diri, studi, dan keluarga. Dari beliau saya belajar tentang

kerja keras, keseriusan, dan kegigihan menghadapi berbagai cobaan hidup.

Untuk itu , saya amat patut menyampaikan terima kasih. Selain itu, kepada Drs.

Sumarno, M.Si dan Drs. Makmun Murod, M.Si saya juga amat patut

menyampaikan terima kasih dan rasa hormat. Kendati lebih yunior, pengalaman

kedua kolega saya tersebut dalam bidang tulis menulis dan keluasan

pengetahuan dalam ilmu politik telah banyak memberi masukan dan sentuhan

kosa kata, bahkan substansi, yang menajamkan makna dalam beberapa tulisan

saya yang berhubungan dengan ilmu politik.

Sekali lagi, kendati saya hanya menyebut beberapa nama dosen ketika

menyelesaikan studi S1 secara khusus agak panjang lebar, tidak berarti

mengesampingkan dan mengurangi rasa hormat dan terima kasih saya kepada

seluruh dosen FISIP-UMJ dan tentu saja juga dengan staf sekretariat.

Masih di UMJ, saya amat patut juga menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah mendukung proses pengusulan Guru Besar diri saya.

Sebagai dosen PNS dipekerjakan di FISIP-UMJ, ucapan terima kasih saya

sampaikan kepada Koordinator Kopertis Wilayah III beserta seluruh jajarannya.

Selanjutnya kepada Rektor Ibu Dr.Hj. Masyitoh dan seluruh wakil Rektor,

Dekan dan seluruh Wakil Dekan di UMJ, serta seluruh anggota Senat/Guru

Page 17: PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN · PDF fileTELAAH TENTANG PENGARUH ... Jika para peneliti kuantitatif lebih banyak bekerja di ... kehidupan seks dalam kebudayaan primitif suku

Besar Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah memberi persetujuan

pengangkatan diri saya sebagai Guru Besar. Secara khusus ucapan terima kasih

dan penghargaan saya tujukan kepada Tim yang telah diberi kepercayaan untuk

memeriksa, menilai, dan memberi pertimbangan, yaitu Prof. Dr. Muhammadi,

Prof. Dr. Hadjid Harnawidagda, Prof. Dr. Dede Rosyada, Prof. Dr. Aminuddin

Rasyad, Prof. Dr. Sutjipto, Prof. Drs. Darwis Abdullah, dan Prof. Dr. Buchari

Zainun.

Selain itu, dalam menapaki karier pada posisi struktural di UMJ, sangat

patut saya menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada almarhum Prof.

Mr. Roeslan Saleh, Rektor UMJ periode 1991-1994 dan Prof. Dr. Muhammadi,

M.Sc, Rektor periode 1994-1998 dan 1998-2002. Dari beliau berdua saya

mendapat kesempatan belajar tentang bagaimana mengelola Perguruan Tinggi.

Bahkan pada dua periode kepemimpinan Prof. Muhammadi, saya mendapat

kesempatan menjadi Pembantu Rektor I, II, dan III, sebuah pengalaman yang

mungkin jarang diperoleh banyak orang. Ketika sebagai Kepala Biro Umum

membantu Rektor almarhum Prof. Roeslan Saleh saya mendapat kesempatan

menyelesaikan studi S2, selanjutnya pada masa kepemipinan Prof. Muhammadi

saya mendapat kesempatan menyelesaikan studi S3. Kepada beliau berdua,

sekali lagi saya mengucapkan terima kasih.

Ucapan terima kasih saya sampaikan juga kepada seluruh staf

sekretariat baik di Rektorat, Fakultas, maupun di bagian administratif lainnya.

Secara klhusus saya menyampaikan terima kasih kepada Ibu Endang Sulastri,

Wakil Dekan FISIP-UMJ, seluruh Ketua Jurusan : Bapak Sumarno, Ibu Nani

Nurani Mukhsin, Ibu Romlah Hernowo, dan Ibu Maria Sri Iswari. Juga kepada

Ibu Muzazimah, Kepala Tata Usaha FISIP dan seluruh “pasukan” tak kenal lelah

di FISIP-UMJ. Bapak Emsumisran dan Bapak Syahrudin Al Murtala beserta

seluruh jajarannya di Rektorat UMJ. Juga kepada Prof. Dr. Suhendar Sulaiman,

Prof. Dr. Koesmawan, Dr. Irwan Prayitno, Dr. Abdul Hamid, Gandang Sungkawa,

SE, MM, Gafur Ahmad, ST,MM, Iskandar Zulkarnaen, SE, MM , Nur Azis

Hakim, SH, MM di Program Pascasarjana Magister Manajemen. Demikian pula

kepada Bapak Fadillah Izhari, Bapak Subedjo, Bapak Syarifudin , dan Mbak

Page 18: PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN · PDF fileTELAAH TENTANG PENGARUH ... Jika para peneliti kuantitatif lebih banyak bekerja di ... kehidupan seks dalam kebudayaan primitif suku

Yuli di Fakultas Ekonomi. Tak ketinggalan Sdr. Achmad Cholid yang telah

membantu segala urusan teknis penyelesaian naskah pidato dan makalah yang

disampaikan dalam kesempatan pengukuhan ini.

IKIP Jakarta, sekarang Universitas Negeri Jakarta, adalah tempat yang

memberi kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan studi Pascasarjana

Magister dan Doktor. Ketika menyelesaikan program Doktor, saya mendapat bea

siswa dari Pemerintah Republik Indonesia melalui program TMPD (Tim

Manajemen Program Doktor). Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih kepada

Pemerintah melalui Kopertis Wilayah III dan Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Dengan bantuan biaya tersebut, saya

tak memperoleh hambatan finansial dalam menyelesaikan studi tersebut.

Kepada seluruh dosen saya di Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta

saya mengucapkan terima kasih. Secara khusus, saya ingin menyampaikan

penghargaan, rasa hormat dan hutang budi kepada Prof. Dr. Sutjipto, almarhum

Prof. Dr. AOB Situmorang, Prof. Dr. Toeti Soekamto, Prof. Dr. Jujun S.

Suriasumantri, Dr. Farida Mukti, Prof. Dr. Atwi Suparman, Prof. Dr. Yusufhadi

Miarso, Prof. Dr. Djaali, Prof. Dr. Lexy J. Moleong, Prof. Dr. R. Santosa

Murwani, dan Dr. Zaenal Rafli serta seluruh dosen yang terlalu panjang untuk

saya sebut satu persatu. Di samping itu, kepada Prof. Dr. Fathurrahman Djamil,

Guru Besar UIN Jakarta, saya sampaikan pula rasa terima kasih atas

bimbingannya ketika saya menyelesaikan Disertasi.

Ucapan terima kasih patut saya sampaikan juga kepada seluruh guru

dan “orang tua” saya di sekitar rumah saya di Blok. A, Kebayoran Baru, Jakarta

Selatan. Almarhum KH. Abdurrahman Said, Ustadz Muchtar Luthfi, Ustadz

Sukarna Yusuf, Bapak H. Romli, Almarhum Bapak Mamat Mansyur, almarhum

Bapak Parno, almarhum “Mbah” Kamiyo, Bapak Zain Ahmad Gidag, almarhum

Bapak Taufik Arigayo, “Om” Alex Sunarno, Om Yatin Sudibyo adalah hamba-

hamba Allah yang amat berjasa membina saya di kampung halaman ketika saya

remaja. Beliau semua adalah pihak yang telah mengganti peran Bapak saya

dalam memberi motivasi, dukungan spiritual, dan teladan karena Allah

berkehendak “memanggil” Bapak saya terlebih dahulu ketika saya masih remaja.

Page 19: PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN · PDF fileTELAAH TENTANG PENGARUH ... Jika para peneliti kuantitatif lebih banyak bekerja di ... kehidupan seks dalam kebudayaan primitif suku

Terima kasih saya sampaikan juga kepada sahabat-sahabat saya di

organisasi kemasyarakatan Muhammadiyah dan seluruh Organiasi Otonomnya

terutama Gerakan Pemuda Muhammadiyah. Secara khusus saya ingin

menyampaikan terima kasih kepada Drs.H. Husni Thoyar, M.Ag, Bapak Abdul

Somad Karim, dan Drs. H. Muchlis Noor yang banyak membimbing saya dalam

berorganisasi di Muhammadiyah, serta Saudara Edward Lukman dan Saudara

Irfan Chalik yang selain menjadi teman di Gerakan Pemuda Muhammadiyah juga

banyak membantu dalam beberapa proyek penelitian yang saya lakukan.

Organisasi lain yang juga patut saya sebut untuk menyampaikan ucapan terima

kasih adalah Partai Amanat Nasional, Komite Nasional Pemuda Indonesia

(KNPI), Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Amanat Nasional, Dewan

Pendidikan Propinsi DKI Jakarta, Karang Taruna Kelurahan Gandaria Utara dan

Kelurahan Petogogan Jakarta Selatan, Persatuan Remaja Mesjid Darussalam,

Keluarga Remaja Mushalla Daarul Muttaqien, Remaja Islam Masjid Nurul Hilal,

Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi), dan Badan Musyawarah Masyarakat

(Bamus) Betawi.

Bapak/Ibu hadirin yang terhormat, .

Terakhir, perkenankan saya menyampaikan ucapan terima kasih yang

amat pribadi kepada seluruh keluarga besar saya. “Batua” (kakek), “Nyatua”

(nenek), Encang, dan Encing yang terlalu banyak untuk saya sebut satu

persatu, saya ucapkan terima kasih atas dukungan materiel maupun morilnya

ketika saya kuliah. Kepada Bapak saya : Almarhum Abdillah Dul Baisan saya

panjatkan do’a semoga Bapak mendapat limpahan rahmat dari Allah SWT,

Ananda yakin saat ini Bapak sedang tersenyum di Syurga menyaksikan hasil

jerih payah Bapak ketika masih hidup. Usia Bapak memang tidak panjang, tetapi

amal kebaikan yang Bapak tinggalkan terutama semangat menyekolahkan kami,

putra-putri Bapak, tidak akan terukur panjang kebaikannya. Bapak memang

tidak meninggalkan harta benda, tetapi harta berupa iman Islam, pendidikan, dan

nama baik ketika menjadi Guru Madrasah dan Lurah semasa hidup sudah

teramat cukup sebagai modal kami untuk bergaul dan hidup bermasyarakat.

Page 20: PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN · PDF fileTELAAH TENTANG PENGARUH ... Jika para peneliti kuantitatif lebih banyak bekerja di ... kehidupan seks dalam kebudayaan primitif suku

Kepada Mama saya : Hj. Siti Marminah, ketegaran Mama menjadi single

parent membesarkan dan membimbing sembilan anak setelah ditinggal Bapak

merupakan teladan yang amat berharga. Di dalam kesendirian Mama berhasil

membesarkan kami. Kegetiran hidup karena ditinggal suami, tidak menjadikan

Mama putus asa. Hasil jerih payah berupa penghargaan sebagai Guru Besar

yang saat ini Ananda peroleh teramat kecil jika dibandingkan dengan jerih payah

dan Kerja keras Mama sebagai tukang jahit yang berhasil membesarkan kami.

Ananda amat yakin, berkat kerja keras tersebut, dibarengi dengan do’a dan

shalat tahajud dan shalat dhuha yang Mama lakukan hampir setiap hari, Allah

telah memberi rahmat, berkah, dan karunia yang teramat banyak kepada kami,

anak-anak Mama. Ananda berdo’a semoga Mama selalu diberikan rahmat dan

hidayah dari Allah SWT dan menikmati hari tua dengan bahagia.

Kepada Kakak-kakak saya dan suami : Kakak Hj. Salmah Budiarti dan

Uda Yunisaf Anwar, SE ; Kakak Salmah Nurseha dan Mas Budi Suwarto, saya

juga mengucapkan terima kasih atas bantuan moril dan materiel selama saya

sekolah dan kuliah. Saya tak akan lupa ketika kakak berdua harus berhutang di

Koperasi untuk menyelesaikan kewajiban keuangan saya di kampus saat akan

ujian sarjana muda. Kepada Adik-adik saya dan isteri: Drs. Ichwan Ghalbi dan

Nelda Saswita, SH ; Ir. Rachmat Nursiaga dan Pelitasasi ; Pamilda

Fathurachman, S.Sos dan Nurbaiti, S.Sos, M.Si ; Andry Priharta, SE, MM dan

Rina, SE ; Firdaus Pidada, S.Sos (Ini adik saya satu-satunya yang belum

menikah, semoga cepat menikah) ; dan Indra Lusahadi, SE dan Pipit, S.Sos.

Saya juga mengucapkan terima kasih atas semangat dan dukungan dari kalian.

Kekompakan dan kehangatan persaudaraan kita semoga tetap terjaga.

Saya beruntung mendapat mertua Bapak Prof. Dr.H. Soekarno dan Ibu

Hj. Siti Lamirah. Dorongan dan dukungan dari beliau lah yang membuat saya

percaya diri untuk menyelesaikan studi sarjana dan pascasarjana. ”Ancaman”

dari beliau yang tak akan mengizinkan putrinya menikah dengan saya kecuali

dapat menyelesaikan S1 belasan tahun yang lalu ternyata saya rasakan

manfaatnya sampai saat ini. Jika dahulu tidak “diancam” mungkin studi saya

berhenti sampai di tingkat sarjana muda saja. Sangat patut dikemukakan di sini

Page 21: PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN · PDF fileTELAAH TENTANG PENGARUH ... Jika para peneliti kuantitatif lebih banyak bekerja di ... kehidupan seks dalam kebudayaan primitif suku

semangat untuk studi lanjut pascasarjana terasa semakin kuat karena dorongan

dan dukungan dari Bapak. Rasanya, kebaikan dan kemurahan hati yang bapak

dan ibu berikan tak akan dapat terbalas oleh saya. Bapak dan Ibu tak pernah

membedakan kasih sayang antara kepada anak dan menantu. Semoga Bapak

dan Ibu berbahagia dan tetap sehat menjalani hari tua yang indah.

Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada adik-adik ipar saya :

Ir. Djoko Riadi, MM dan isteri : Ir. Ogawati ; Ir. Yuli Sasmita dan isteri : dr. Nur

Faizah ; drg. Viera Lasmiana dan suami : Chaerudin Lubis, SE, MM ; dan Ir.

Wahyu Surachmat, MM dan isteri : Chrisnawati Budi, S.Sos, Kekompakan,

kegembiraan, dan bakti kita pada Bapak dan Ibu harus dapat terus kita jaga.

Terakhir dan sangat penting. Saya mengucapkan terima kasih kepada isteri saya

tercinta : dr. Ratnawati dan tiga putra-putri buah cinta kami : Dian, Dina, dan

Danie. Kalian berempat adalah karunia Allah dan kebanggaan saya. Pengertian

dan kasih sayang kalian telah memudahkan saya dalam menyelesaikan studi

dan tugas melaksanakan berbagai peran sosial kemasyarakatan yang

diamanatkan kepada saya. Banyak waktu libur yang seharusnya menjadi milik

kalian terpaksa terkalahkan karena berbagai aktifitas saya tersebut. Tetapi

sungguh, di dalam kesibukan itu saya selalu ingat kalian sebagai amanah Allah.

Saya amat mencintai kalian, dan tentu saya pun merasakan kasih dan cinta

kalian. Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada

keluarga kita.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Om Shanti..Shanti..Shanti..Om