Pertemuan 6_Sistem Akuntansi Pemerintaah Daerah
-
Upload
faisal-nasrul -
Category
Documents
-
view
235 -
download
2
description
Transcript of Pertemuan 6_Sistem Akuntansi Pemerintaah Daerah
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
Dosen Pengampu : Dr. Bandi, M.Si., Ak, CA
Disusun Oleh:
DIAN SRI WIJAYANTI S431208007
KRISNA AYU M.U. S431402015
NOVICA INDRIATY S431402022
YUWITA ARIESSA P S431402035
MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
Penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual di Pemerintah Daerah
Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, pada tanggal 3 Desember 2013
ditetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah yang diterbitkan oleh
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia dan mulai berlaku pada tanggal 6 Desember 2013.
Permendagri No.64 tahun 2013 merupakan pedoman bagi pemerintah daerah dalam
rangka penerapan SAP berbasis akrual. SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui
pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta
mengakui pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran
berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBD.
Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa
lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara
kas diterima atau dibayar. Basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Basis kas
menuju akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pendapatan, belanja dan pembiayaan
berbasis kas serta mengakui aset, utang dan ekuitas dana berbasis akrual.
Ruang lingkup Permendagri No.64/2013 terdiri atas :
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah (KAPD) adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar,
konvensi-konvensi, aturan-aturan dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh
pemerintah daerah sebagai pedoman dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan pemerintah daerah untuk memenuhi kebutuhan pengguna laporan keuangan
dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan terhadap anggaran,
antar periode maupun antar entitas. Kebijakan akuntansi pemerintah daerah terdiri
dari kebijakan akuntansi pelaporan keuangan dan kebijakan akuntansi akun.
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) adalah rangkaian sistematik dari
prosedur, penyelenggara, peralatan dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi
akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan
2 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
organisasi pemerintahan daerah. SAPD memuat pilihan prosedur dan teknik
akuntansi dalam melakukan identifikasi transaksi, pencatatan pada jurnal, posting
kedalam buku besar, penyusunan neraca saldo serta penyajian laporan keuangan.
Penyajian laporan keuangan terdiri atas: laporan realisasi anggaran, laporan
perubahan saldo anggaran lebih, neraca; laporan operasional, laporan arus kas,
laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan.
SAPD terdiri atas :
a. Sistem akuntansi PPKD mencakup teknik pencatatan, pengakuan dan
pengungkapan atas pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA, belanja, transfer,
pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas, penyesuaian dan koreksi, penyusunan
laporan keuangan PPKD serta penyusunan laporan keuangan konsolidasian
pemerintah daerah.
b. Sistem akuntansi SKPD mencakup teknik pencatatan, pengakuan dan
pengungkapan atas pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA, belanja, aset,
kewajiban, ekuitas, penyesuaian dan koreksi serta penyusunan laporan
keuangan SKPD.
Bagan Akun standar (BAS) adalah daftar kodefikasi dan klasifikasi terkait transaksi
keuangan yang disusun secara sistematis sebagai pedoman dalam pelaksanaan
anggaran dan pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Pada saat Permendagri ini mulai berlaku, peraturan kepala daerah yang mengatur
kebijakan akuntansi pemerintah daerah dan peraturan kepala daerah yang mengatur SAPD
ditetapkan paling lambat tanggal 31 Mei 2014 serta Penerapan SAP berbasis akrual pada
pemerintah daerah paling lambat mulai tahun anggaran 2015. Pemerintah daerah menyajikan
kembali LRA, Neraca dan LAK tahun sebelumnya pada tahun pertama penerapan SAP
berbasis akrual.
Formulir Dan Jurnal
Jurnal disebut juga buku harian. Jurnal mencatat pos-pos lengkap dengan penjelasannya.
Pemecahan jurnal ke beberapa jurnal khusus membutuhkan karyawan yang lebih banyak.
Prinsip-prinsip sistem akuntansi tertentu yang berhubungan dengan jurnal perlu ditetapkan
tsebagai berikut :
3 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
1. Banyaknya jurnal yang digunakan dalam suatu organisasi harus cukup untuk
memungkinkan organisasi mengerjakan beberapa orang karyawan dengan baik.
2. Jurnal harus digunakan untuk memisahkan transaksi-transaksi dalam beberapa
kalsifikasi dasar seperti penerimaan dan pembayaran uang kas.
3. Untuk mengurangi banyaknya pekerjaan pembukuan yang terperinci, lajur-lajur
khusus untuk pos-pos debit dan pos-pos kredit yang berulang harus digunakan
sehingga penjumlahan totalnya yang harus dipindahkan ke buku besar umum.
4. Nama-nama lajur yang terdapat dalam jurnal harus sama dengan nama perkiraan-
perkiraan buku besar umum yang bersangkutan.
5. Lajur-lajur yang terdapat dalam jurnal digunakan sebagai dasar untuk memperoleh
angka-angka ikhtisar atau perkiraan-perkiraan pengendali yang terdapat dalam buku
besar umum.
6. Jika mungkin, jurnal harus disusun sedemikian rupa sehingga kebutuhan untuk
menguraikan transaksi-transaksi dapat ditiadakan.
7. Hubungan antara dokumen-dokumen asli dan jurnal harus diletakkan, sehingga
tanggung jawab tertentu pada masing-masing karyawan dapat ditentukan.
Transaksi-transaksi yang terjadi dalam suatu orgnisasi menggunakan bermacam-
macam formulir sebagai buktinya. Formulir dibagi menjadi formulir internal yaitu formulir
yang dibuat oleh organisasi yang bersangkutan, dan formulir eksternal yaitu formulir-
formulir yang diterima dari luar organisasi.
Formulir-formulir itu merupakan silent partners dalam suatu organisasi dan digunakan
untuk :
1. Menetapkan tanggung jawab untuk penciptaan (creation), pencatatan dan
penyelesaian transaksi-transaksi organisasi.
2. Mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan-kesalahan
3. Menyampaikan atau memudahkan informasi yang penting dari orang yang satu ke
orang yang lain.
4. Mencatat transaksi-transaksi yang sudah lampau atau untuk
menyelesaikan/melengkapi transaksi-transaksi.
Formulir-formulir yang digunakan untuk meminta suatu tindakan atau mencatat
tindakan yang diambil adalah :
4 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
1. Formulir permintaan pembelian digunakan untuk meminta bagian pembelian membeli
barang-barang tertentu
2. Formulir pemberitahuan upah digunakan untuk meminta nama seorang karyawan baru
agar dimasukkan dalam daftar upah
3. Formulir permintaan bahan baku digunakan untuk meminta bahan baku agar
dikeluarkan dari gudang
Formulir-formulir yang digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu tindakan telah
diambil atau pencatatan telah dilakukan adalah :
1. Faktur penjualan yang digunakan untuk menunjukkan jumlah dari suatu
penjualan
2. Faktur pembelian yang digunakan untuk menunjukkan pengiriman dan harga
pokok dari barang-barang yang dibeli
3. Laporan penerimaan yang digunakan untuk menunjukkan barang-barang apa
yang telah diterima
4. Kartu absensi yang digunakan untuk mencatat banyaknya jam kerja yang
harus dibayar upahnya kepada seorang karyawan
Prinsip dasar pembuatan formulir sebagai berikut :
1. Formulir-formulir yang digunakan secara eksternal harus diberi nama dan alamat
perusahan di bagian atas
2. Di setiap formulir harus dicetak judul dari formulir tersebut untuk keperluan
indentifikasi
3. Di setiap formulir harus diberikan nomor urut untuk keperluan identifikasi pada saat
diterima atau jika digunakan dalam prosedur tertulis
4. Setiap formulir harus diberi tanggal
5. Setiap formulir harus diberi garis-garis jika informasi harus ditulis dengan tangan.
Jika formulir diketik dengan mesin ketik maka formulir itu tidak perlu diberi garis-
garis.
6. Jika digunakan formulir-formulir yang besar/lebar dan pencatatan dilakukan pada
garis-garis yang sama di sebelah kiri maupun kanan dari formulir itu, maka sebaiknya
formulir itu diberi nomor-nomor garis untuk mengurangi kesalahan misalnya pada
waktu mengerjakan neraca lajur.
7. Urutan pos-pos yang ada pada tiap formulir harus logis5 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
8. Formulir-formulir yang dicetak oleh perusahaan yang bersangkutan harus diberi
nomor urut yang dicetak, seperti voucher, cek, nota kredit, bukti setoran, kuitansi
penerimaan uang, dan lain-lain.
9. Formulir-formulir yang mahal, seperti kartu buku besar, kartu piutang, kartu utang
dan kartu persediaan sebaiknya dari ujung kiri dan ujung kanan, baik yang di atas
maupun yang di bawah harus bulat.
10. Untuk menghemat waktu, jika mungkin, formulir-formulir itu harus dirancang
sedemikian rupa sehingga jawabannya dapat diberikan dengan tanda cek atau dengan
“ya” atau “tidak”.
11. Gunakanlah kerta karbon atau mesin fotokopi jika suatu formulir harus diisi dalam
beberapa rangkap.
Seorang akuntan atau ahli sistem yang pekerjaannya menyusun sistem akuntansi harus
mengetahui prinsip-prinsip tertentu dari pembuatan formulir, jenis kertas yang tersedia untuk
membuat atau mencetak bermacam-macam formulir, ukuran kertas, dan penyesuaian
formulir-formulir untuk pekerjaan akuntansi. Empat prinsip dasar dalam penggunaan formulir
adalah :
1. Jika sesuatu harus dicatat, seperti pesanan, permintaan, faktur dan lain-lain maka
formulir-formulir harus digunakan.
2. Jika suatu informasi harus dicatat berulang-ulang maka pemakaian formulir-formulir
mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menulis informasi itu.
3. Suatu formulir harus digunakan untuk menyediakan informasi yang berkaitan pada
tempat yang sama. Hal ini memungkinkan pengecekan yang tepat terhadap
kelengkapan dari catatan.
4. Formulir digunakan untuk menetapkan tanggung jawab
Sebagian besar pekerjaan dari orang yang menyusun sistem akuntansi adalah
menyelidiki dan mempelajari secara teratur formulir-formulir yang digunakan, ditinjau dari
dua sudut pandang sebagai berikut :
1. Kata-kata, desain, urutan pos, banyaknya tembusan, dan pemakaian kertas dari tiap
formulir.
2. Operasi yang menyangkut penyusunan, penanganan, dan pencatatan informasi dari
formulir.
6 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
Bukti transaksi dalam prosedur akuntansi keuangan daerah pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD)
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi penerimaan kas mencakup :
1. Surat tanda bukti pembayaran yang dilengkapi dengan :
a. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah)
b. SKR
c. Bukti transaksi penerimaan kas lainnya
2. STS
3. Bukti transfer
4. Nota kredit bank
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kasa mencakup :
1. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), yaitu dokumen yang digunakan sebagai
dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh BUD berdasarkan SPM.
2. Nota debit bank
3. Bukti transaksi pengeluaran lainnya
Bukti transaksi dilengkapi dengan :
1. Surat Perintah Membayar (SPM), yaitu dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban
pengeluaran DPA-SKPD.
2. Surat Penyediaan Dana (SPD), yaitu dokumen yang menyatakan tersedianya dana
untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan SPP.
3. Kuitansi pembayaran dan bukti tanda terima barang/jasa
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi aktiva berupa bukti memorial
dilampiri dengan :
1. Berita Acara Penerimaan Barang
2. Berita Acara Serah Terima Barang
3. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi selain kas berupa bukti memorial
dilampiri dengan :
1. Pengesahan Pertanggungjawaban Pengeluaran (pengesahan SPJ)7 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
2. Berita Acara Penerimaan Barang
3. Surat Keputusan Penghapusan Barang
4. Surat Pengiriman Barang
5. Surat Keputusan Mutasi Barang (antar SKPD)
6. Berita Acara Pemusnahan Barang
7. Berita Acara Serah Terima Barang
8. Berita Acara Penilaian
Akuntansi keuangan daerah pada Satuah Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD)
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi penerimaan kas mencakup :
1. Bukti transfer
2. Nota kredit bank
3. Surat Perintah Pemindahbukuan
Bukti transaksi dilengkapi dengan :
1. Surat Tanda Setoran (STS)
2. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah)
3. Surat Ketetapan Retribusi (SKR)
4. Laporan Penerimaan Kas dari Bendahara Penerimaan
5. Bukti transaksi penerimaan kas lainnya
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas mencakup :
1. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), yaitu dokumen yang digunakan sebagai dasar
pencairan dana yang diterbitkan oleh BUD berdasarkan SPM
2. Nota debit bank
Bukti transaksi dilengkapi dengan :
1. Surat Penyediaan Dana (SPD), yaitu dokumen yang menyatakan tersedianya dana
untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan SPP
2. Surat Perintah Membayar (SPM), yaitu dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban
pengeluaran DPA-SKPD
3. Laporan pengeluaran kas dari bendahara pengeluaran
4. Kuitansi pembayaran dan bukti tanda terima barang/jasa8 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi aktiva berupa bukti memorial yang
dilampiri dengan :
1. Berita Acara Penerimaan Barang
2. Surat Keputusan Penghapusan Barang
3. Surat Keputusan Mutasi Barang (antar SKPKD)
4. Berita Acara Pemusnahan Barang
5. Berita Acara Serah Terima Barang
6. Berita Acara Penilaian
7. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi selain kas berupa bukti memorial
dilampiri dengan :
1. Berita Acara Penerimaan Barang
2. Surat Keputusan Penghapusan Barang
3. Surat Keputusan Mutasi Barang (antar SKPKD)
4. Berita Acara Pemusnahan Barang
5. Berita Acara Serah Terima Barang
6. Berita Acara Penilaian
7. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan
Prinsip mengenai sifat dan penggunaan jurnal serta formulir sebagai berikut :
1. Gunakan sedikit mungkin jurnal. Tidak boleh ada pencatatan yang sia-sia. Jumlah
catatan yang asli harus ditentukan oleh pengalaman dan penilaian dari perancang
sistem dan dari kebutuhan yang terungkap pada studi pendahuluan.
2. Tembusan formulir atau dokumen digunakan. Dalam sistem akuntansi modern, yang
digunakan adalah pembuatan salinan berbagai catatan tersebut. mesin tagihan modern
akan menyiapkan secara simultan tagihan pelanggan, catatan jurnal penjualan secara
bulanan, buku besar, dan laporan pelanggan.
3. Dalam mengumpulkan data, pekerjaan ulangan harus dihindari. Hal tersebut
merupakan prinsip mendasar dalam penentuan catatan yang digunakan dalam sistem
akuntansi, dimana catatan hendaknya didesain agar informasi yang sama tidak dicatat
dua kali.
9 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
4. Perancangan formulir harus sesederhana mungkin. Penggunaan formulir yang
sederhana akan menghilangkan seluruh informasi yang tidak penting dan membantu
membuat catatan yang sederhana.
5. Memberikan kemudahan dalam pengumpulan data untuk pencatatan pembukuan.
Tujuan utama catatan asli adalah mengumpulkan data untuk diklasifikasikan dan
dicatat secara permanen dalam berbagai jurnal dan register. Pencatatan transaksi dan
pengumpulannya merupakan fungsi pembukuan. Oleh karena itu, perhatian yang
besar dalam mendesain catatan asli merupakan nilai lebih pekerjaan pembukuan.
6. Kaitan dengan pengendalian internal. Catatan asli merupakan bagian penting dari
berbagai pengecekan internal. Pengecekan dilakukan dengan menggunakan kopi
formulir yang sama. Dalam suatu sistem akuntansi, catatan asli harus didesain dengan
kolom tanda pengendalian internal.
7. Informasi yang dibutuhkan untuk tujuan statistik harus dapat diberikan
8. Lancarnya pemeriksaaan eksternal
Jurnal dapat disusun dalam beberapa bentuk yaitu berupa buku yang dijilid, lembaran-
lembara, kartu-kartu lepas (tidak dijilid). Jurnal ditulis dengan tangan. Jurnal yang terdiri atas
lembaran-lembaran atau kartu-kartu lepas digunakan dalam organisasi/perusahaan.
Pencatan informasi dalam jurnal dapat menggunakan berbagai cara seperti :
1. Informasi dicatat dengan tangan (ditulis) dalam jurnal yang dijilid atau terdiri atas
lembaran-lembaran atau kartu-kartu lepas.
2. Informasi-informasi dicatat dengan mesin ketik atau mesin-mesin pembukuan dalam
jurnal yang terdiri atas lembaran atau kartu lepasa. Mesin-mesin ini biasanya
mengetik pos-pos jurnal dan pemindahannya ke buku besar umum dan buku-buku
besar pembantu, serta membuat dokumen-dokumen organisasi.
3. Formulir-formulir atau dokumen-dokumen asli organisasi dapat digunakan sebagai
jurnal. Buku besar umum dikerjakan langsung dari formulir-formulir dan dokumen
asli sehingga tidak menggunakan jurnal.
Cara kedua dari penggunaan formulir-formulir dan dokumen-dokumen asli organisasi
adalah apa yang disebut dengan pembukuan tanpa buku besar. Menurut cara yang kedua ini,
satu lembar tembusan dari formulir atau dokumen dikumpulkan dan dianggap sebagai jurnal
dan satu lembar lagi dikumpulkan dan dianggap sebagai buku besar.
10 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
Dalam organisasi, semua transaksi dapat dicatat dalam satu jurnal neraca dan jurnal
laba rugi. Tetapi, untuk organisasi tertentu, cara tersebut tidak mungkin dilaksanakan karena
banyaknya transaksi sehingga jurnal neraca dan jurnal laba rugi itu harus dipecah menjadi
jurnal untuk penerimaan dan jurnal untuk pengeluaran kas. Bentuk dasar dari jurnal yang
digunakan adalah jurnal dua lajur dan jurnal empat jalur.
Ada beberapa alasan untuk membagi lebih lanjut jurnal neraca dan jurnal laba rugi :
1. Untuk mengumpulkan dan mengelompokkan transaksi-transaksi yang sejenis,
seperti pembelian serta penerimaan dan pembayaran kas. Jika jurnal khusus
digunakan, maka pekerjaan pemindahan pos-pos dari jurnal khusus ke buku besar
akan dapat dikurangi.
2. Untuk mengurangi lebih lanjut pemindahan pos-pos dari jurnal khusus ke buku
besar dan mengklasifikasikan informasi-informasi yang dicatat. Untuk tujuan ini
dapat ditambahkan lajur-lajur khusus.
3. Jurnal khusus dapat dikerjakan oleh beberapa orang dalam waktu yang sama
4. Jika pembagian pekerjaan di antara beberapa orang karyawan maka satu sama lain
akan mengontrol untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan atau
kecurangan.
Prosedur sebelum transaksi
Dalam alur prosedur sebelum transaksi berdasarkan Permendagri No.13/2006, ketika
sudah ada pengesahan Perda APBD tahun yang bersangkutan masing-masing SKPD
mengajukan DPA-SKPD dan Anggaran Kas kepada PPKD.
Tahapan dalam prosedur sebelum transaksi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa tahapan
prosedur yaitu :
1. Persiapan Rancangan DPA-SKPD dan Rancangan Anggaran Kas :
a. PPKD membuat Surat Pemberitahuan berdasarkan Perda APBD dan per KDH
Penjabaran APBD paling lambat 3 hari kerja sejak APBD ditetapkan.
b. PPKD menyerahkan Surat Pemberitahuan kepada SKPD.
c. SKPD menyusun Rancangan DPA-SKPD berdasarkan Surat Pemberitahuan
Perda APBD dan per KDH Penjabaran APBD.
11 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
d. Berdasarkan Rancangan DPA-SKPD yang telah dibuat, SKPD menyususn
Rancangan Anggaran Kas SKPD
e. SKPD menyerahkan Rancangan DPA-SKPD dan Rancangan Anggaran Kas
SKPD kepada PPKD paling lambat enam hari kerja setelah adanya
pemberitahuan.
f. PPKD mengotorisasi Rancangan DPA-SKPD dan Rancangan Anggaran Kas
SKPD kemudian diserahkan kepada TAPD.
g. TAPD melakukan verifikasi Rancangan DPA-SKPD dan Rancangan
Anggaran Kas SKPD bersama Kepala SKPD berdasar per KDH Penjabaran,
paling lambat 15 hari kerja sejak ditetapkannya per KDH Penjabaran.
2. Penyusunan Rancangan DPA-SKPD
a. Berdasarkan Surat Pemberitahuan, Perda APBD, dan Per KDH Penjabaran,
SKPD menyusun DPA-SKPD
b. SKPD menyusun rincian DPA Pendapatan SKPD untuk menghasilkan DPA-
SKPD satu.
c. SKPD menyusun Rincian DPA Belanja Tidak Langsung SKPD untuk
menghasilkan DPA-SKPD 2.1
d. SKPD menyusun Rincian DPA Belanja Langsung masing-masing kegiatan
untuk menghasilkan DPA-SKPD 2.2.1. SKPD untuk kemudian digabung
dalam rekapitulasi Rincian DPA Belanja Langsung untuk menghasilkan DPA-
SKPD 2.2.
e. SKPD bertindahk sebagai SKPKD menyusun Rincian Penerimaan
Pembiayaan Daerah untuk menghasilkan DPA-SKPD 3.1.
f. SKPD bertindak sebagai SKPKD menyusun Rincian Pengeluaran Pembiayaan
Daerah untuk menghasilkan DPA-SKPD 3.2.
g. SKPD mengkompilasi dokumen-dokumen DPA-SKPD di atas menjadi
Rancangan DPA-SKPD yang digunakan sebagai dasar pembuatan Rancangan
Anggaran Kas.
3. Pengesahan Rancangan DPA-SKPD, prosedurnya adalah :
a. TAPD menyerahkan Rancangan DPASKPD yang lolos verifikasi kepada
SEKDA dan Rancangan Anggaran Kas SKPD yang lolos verifikasi kepada
PPKD.
12 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
b. PPKD menyusun Rancangan Anggaran Kas SKPD menjadi Anggaran Kas
Pemerintah Daerah yang digunakan dalam proses pembuatan dokumen
penyediaan dana.
c. SEKDA menyetujui Rancangan DPASKPD dan menyerahkan kepada PPKD.
d. PPKD mengesahkan Rancangan DPASKPD menjadi DPA-SKPD
e. PPKD menyerahkan DPA-SKPD kepada SKPD, Bawasda, dan BPK.
Penyerahan ini selambat-lambatnya tujuh hari kerja sejak disahkan.
4. Penyediaan Dana :
a. PPKD menyerahkan dokumen Anggaran Kas Pemerintah Daerh dan DPA-
SKPD kepada Kuasa BUD.
b. Berdasarkan dua dokumen tersebut, Kuasa BUD menyiapkan Rancangan SPD.
c. Kuasa BUD menyerahkan Rancangan SPD kepada PPKD.
d. PPKD mengotorisasi Rancangan SPD dan menyerahkan SPD kepada
Pengguna Anggaran/Kuasa PA.
5. Pengajuan SPP :
a. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada Bendahara dan PPK SKPD
b. Berdasarkan SPD, bendahara membuat SPP beserta dokumen lainnya yang
terdiri atas Surat Pengantar SPP, ringkasan SPP, rincian SPP, salinan SPD,
surat pernyataan pengguna anggaran dan lampiran lain (daftar rincian rencana
penggunaan dana sampai dengan jenis belanja).
c. Bendahara menyerahkan SPP beserta dokumen lain kepada PPK-SKPD
d. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen SPP dan kesesuaiannya dengan
SPD dan DPA-SKPD.
e. SPP yang dinyatakan lengkap akan dibuatkan Rancangan SPM oleh PPK-
SKPD. Penerbitan SPM paling lambat dua hari kerja sejak SPP diterima
f. Rancangan SPM kemudian diberikan PPK-SKPD kepada penggunan anggaran
untuk diotorisasi.
g. Jika SPP dinyatakan tidak lengkap, PPK-SKPD akan menerbitkan surat
penolakan SPM. Penolakan SPM paling lambat satu hari kerja sejak SPP
diterima.
h. Surat penolakan penerbitan SPM kemudian diberikan PPK-SKPD kepada
pengguna anggaran untuk diotorisasi.
13 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
i. Surat penolakan penerbitan SPM diberikan kepada bendahara agar bendahara
melakukan penyempurnaan SPP.
6. Penerbitan SP2D :
a. Pengguna anggaran menyerahkan SPM kepada kuasa BUD
b. Kuasa BUD meneliti kelengkapan SPM yang diajukan
c. Apabila SPM dinyatakan lengkap, kuasa BUD menerbitkan SP2D paling
lambat dua hari kerja sejak diterimanya pengajuan SPM.
d. SP2D diserahkan kepada Bank dan Pengguna Anggaran
e. Kuasa BUD sendiri harus mencatat SP2D dan nota debit (dari bank) pada
dokumen penatausahaan, yang terdiri atas : buku besar pembantu penerimaan
kas dan buku besar pembantu pengeluaran kas.
f. Pengguna anggaran menyerahkan SP2D kepada bendahara
g. Bendahara mencatat SP2D pada dokumen penatausahaan, yang terdiri atas :
buku besar pembantu pengeluaran kas, buku besar pembantu simpanan bank,
buku besar pembantu pajak, buku besar pembantu panjar, dan buku besar
pembantu pengeluaran kas yang berisi pengeluaran per rincian objek.
h. Apabila SPM dinyatakan tidak lengkap, kuasa BUD menerbitkan surat
penolakan penerbitan SP2D paling lambat satu hari kerja sejak SPM diterima.
i. Surat penolakan penerbitan SP2D diserahkan kepada pengguna anggaran agar
dilakukan penyempurnaan SPM.
Prosedur kas
Prosedur penerimaan kas
Sistem dan prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKDP meliputi serangkaian proses baik
manual maupun terkomputerisasi, yang dimulai dari pencatatan, penggolongan, dan
peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan sampai pada proses pelaporan keuangan
dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan penerimaan
kasa pada SKPD.
Fungsi yang terkait pada sistem dan prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD terdiri
atas fungsi akuntansi PPK-SKPD. Dokumen yang digunakan pada sistem dan prosedur
14 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
akuntansi penerimaan kas SKPD terdiri atas : bukti transfer, nota kredit bank, jurnal
penerimaan kas, buku besar kas dan buku besar pembantu penerimaan kas.
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi penerimaan kas mencakup surat
tanda bukti pembayaran, STS, bukti transfer, dan nota kredit bank. Bukti transaksi tersebut
harus dilengkapi dengan : Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah), SKR dan bukti
transaksi penerimaan kas lainnya.
Prosedur pengeluaran kas
Sistem dan prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD meliputi serangkaian proses baik
manual maupun terkomputerisasi, yang dimulai dari pencatatan, penggolongan dan
peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan sampai pada pelaporan keuangan dalam
rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan pengeluaran kas pada
SKPD.
Fungsi yang terkait pada sistem dan prosedur akuntansi pengeluraan kas SKPD terdiri atas
fungsi akuntansi PPK-SKPD. Dokumen yang digunakan terdiri atas : bukti transfer, nota
debit bank, jurnal pengeluaran kas, buku besar kas dan buku besar pembantu pengeluaran
kas.
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas mencakup : SP2D,
nota debit bank dan bukti transaksi pengeluaran kas lainnya. Bukti transaksi tersebut
dilengkapi dengan : SPM, SPP, SPD dan kuitansi pembayaran serta bukti tanda terima
barang/jasa.
Prosedur piutang
Penerimaan piutang digunakan untuk menganggarkan penerimaan yang bersumber dari
pelunasan piutang pihak ketiga, seperti penerimaan piutang daerah dari pendapatan daerah,
pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan
penerimaan piutang lainnya.
Setiap piutang daerah diselesaikan seluruhnya dengan tepat waktu. PPK-SKPD melakukan
penatausahaan atas penerimaan piutang atau tagihan daerah yang menjadi tanggsung jawab
SKPD. Piutang atau tagihan daerah yang tidak dapat diselesaikan seluruhnya pada saat jatuh 15 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
tempo diselesaikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Piutang daerah jenis
tertentu seperti piutang pajak daerah dan piutang retribusi daerah merupakan prioritas untuk
didahulukan penyelesaiannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Piutang daerah dapat dihapuskan dari pembukuan dengan penyelesaian cara mutlak atau
bersyarat, kecuali cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam peraturan perundang-
undangan. Penghapusan piutang ditetapkan oleh :
a. Kepala daerah untuk jumlah sampai dengan lima miliar rupiah
b. Kepala daerah dengan persetujuan DPRD untuk jumlah lebih dari lima miliar rupiah
Untuk melaksanakan penagihan piutang daerah, kepala SKPKD menyiapkan bukti dan
administrasi penagihan. Kepala SKPKD setiap bulan melaporkan realisasi penerimaan
piutang kepada kepala daerah. Bukti pembayaran piutang SKPKD dari pihak ketiga harus
dipisahkan dengan bukti penerimaan kas atas pendapatan pada tahun anggaran berjalan.
Prosedur persediaan
Sistem dan prosedur akuntansi persediaan pada SKPD meliputi serangkaian proses baik
manual maupun terkomputerisasi, yang dimulai dari pencatatan, penggolongan dan
peringkasan transaksi persediaan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
yang berkaitan dengan transaksi persediaan pada SKPD.
Fungsi yang terkait pada sistem dan prosedur akuntansi persediaan pada SKPD terdiri atas
fungsi akuntansi PPK-SKPD. Dokumen yang digunakan terdiri atas : bukti memorial, jurnal,
buku besar dan buku besar pembantu.
Prosedur aktiva tetap
Prosedur akuntansi aktiva tetap pada SKPD meliputi pencatatan dan pelaporan akuntansi atas
perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aktiva
tetap yang dikuasai/digunakan SKPD.
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi aktiva berupa bukti memorial yang
dilampiri dengan : berita acara penerimaan barang, berita acara serah terima barang, dan
berita acara penyelesaian pekerjaan. Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau
16 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
kejadian dalam prosedur akuntansi aktiva tetap mencakup : jurnal, buku besar dan buku besar
pembantu.
Prosedur investasi/pembiayaan
Investasi daerah digunakan untuk menganggarkan kekayaan pemerintah daerah yang
diinvestasikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Investasi pemerintah
daerah dapat dianggarkan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran
bersangkutan telah ditetapkan dalam peraturan daeraah tentang penyertaan modal dengan
berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri :
1. Investasi pemerintah daerah dianggarkan dalam pengeluaran pembiayaan
2. Divestasi pemerintah daerah dianggarkan dalam penerimaan pembiayaan pada jenis
hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.
3. Divestasi pemerintah daerah yang dialihkan untuk diinvestasikan kembali
dianggarkan dalam pengeluaran pembiayaan pada jenis penyertaan modal .
4. Penerimaan hasil atas investasi pemerintah daerah dianggarkan dalam kelompok
pendapatan asli daerah pada jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
5. Investasi daerah jangka pendek dalam bentuk deposito bank umum dianggarkan
dalam pengeluaran pembiayaan pada jenis penyertaan modal.
6. Pendapatan bunga atas deposito dianggarkan dalam kelompok pendapatan asli daerah
pada jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Prosedur pembiayaan investasi meliputi :
1. Fungsi yang terkait pada sistem dan prosedur akuntansi investasi SKPD terdiri atas
fungsi akuntansi pada PPK-SKPD.
2. Dokumen yang digunakan terdiri atas bukti memorial, jurnal, buku besar investasi dan
buku besar pembantu investasi.
Prosedur utang/kewajiban
Pembayaran poko utang digunakan untuk menganggarkan pembayaran kewajiban atas pokok
untang yang dihitung berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang.
17 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
Penerimaan pinjaman daerah dan obligasi daerah dilakukan melalui rekening kas umum
daerah. Pendapatan daerah dan/atau aktiva daerah tidak boleh dijadikan jaminan pinjaman
daerah. Kepala SKPKD melakukan penatausahaan atas pinjaman daerah dan obligasi daerah.
Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban pinjaman
kepada menteri keuangan dan menteri dalam negeri setiap akhir semester tahun anggaran
berjalan. Posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban pinjaman terdiri atas : jumlah penerimaan
pinjaman, pembayaran pinjaman (pokok dan bunga) dan sisa pinjaman.
Pemerintah daerah wajib membayar bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah yang
telah jatuh tempo. Jika anggaran yang tersedia dalam APBD/ perubahan APBD tidak cukup
untuk membayar bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah maka kepala daerah dapat
melakukan pelampauan pembayaran mendahului perubahan atau setelah perubahan APBD.
Pembayaran bunga pinjaman dan/atau obligasi daerah dicatat pada rekening belanja bunga.
Pembayaran denda pinjaman dan/atau obligasi daerah dicatat pada rekenign belanja bunga.
Pembayaran pokok pinjaman dan/atau obligasi daerah dicatat pada rekening cicilan pokok
utang yang jatuh tempo. Pengelolaan obligasi daerah ditetapkan dengan peraturan kepala
daerah.
Prosedur ekuitas
Sistem dan prosedur akuntansi ekuitas pada SKPD meliputi serangkaian proses baik manual
maupun terkomputerisasi, yang dimulai dari pencatatan, penggolongan dan peringkasan
transaksi ekuitas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan
dengan transaksi ekuitas pada SKPD.
Fungsi yang terkait pada sistem dan prosedur akuntansi ekuitas pada SKPD terdiri atas fungsi
akuntansi PPK-SKPD. Dokumen yang digunakan terdiri atas : bukti memorial, jurnal, buku
besar ekuitas dan buku besar pembantu ekuitas.
Prosedur pendapatan daerah
Semua pendapatan daerah dilaksanakan melalui rekening kas umum daerah dimana setiap
pendapatan tersebut harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.
18 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
Setiap SKPD yang memungut pendapatan daerah wajib mengintensifkan pemungutan
pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya. SKPD dilarang melakukan
pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturan daerah. Komisi, rabat, potongan atau
pendapatan lain dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dapat dinilai dengan uang baik
secara langsung sebagai akibat dari penjualan, tukar menukar, hibah, asuransi dan/atau
pengadaan barang dan jasa termasuk pendapatan bunga, jasa giro atau pendapatan lain
sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada bank, serta pendapatan lain dari hasil
pemanfaatan barang daerah atas kegiatan lainnya merupakan pendapatan daerah.
Prosedur belanja daerah
Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung dengan bukti yang lengkap dan
sah. Bukti tersebut harus mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang dan
bertanggungjawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud.
Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD tidak dapat dilakukan sebelum rancangan
peraturan daerah tentang APBD ditetapkan dan ditempatkan dalam lembaran daerah.
Pengeluaran kas tidak termasuk untuk belanja yang bersifat mengikat dan wajib yang
ditetapkan dalam peraturan kepala daerah. Penerimaan subsidi, hibah, bantuan sosial dan
bantuan keluarga dilaksanakan atas persetujuan kepala daerah. Dasar pengeluaran anggaran
belanja tidak terduga yang dianggarkan dalam APBD untuk mendanai tanggap darurat,
penanggulangan bencana alam dan/atau bencana sosial, termasuk pengembalian atas
kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup ditetapkan dengan
keputusan kepala daerah dan diberitahukan kepada DPRD paling lambat satu bulan terhitung
sejak keputusan dimaksud ditetapkan.
Bendahara pengeluaran sebagai wajib pungut pajak penghasilan dan pajak lainnya wajib
menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas
negara pada bank yang ditetapkan oleh menteri keuangan sebagai bank persepsi atau kantor
pos dalam jangka waktu sesuai dengna ketentuan peraturan perundang-undangan.
Chart Of Account Atau Bagan Akun Standar (BAS)
Berdasarkan Permendagri No.64/2013, bagan akun standar merupakan pedoman bagi
pemerintah daerah dalam melakukan kodefikasi akun yang menggambarkan struktur laporan
19 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
keuangan secara lengkap. BAS digunakan dalam pencatatan transaksi pada buku jurnal,
pengklasifikasian dalam buku besar, pengiktisaran pada neraca saldo, dan penyajian dalam
laporan keuangan.
BAS dirinci sebagai berikut :
a. level 1 (satu) menunjukkan kode akun;
b. level 2 (dua) menunjukkan kode kelompok;
c. level 3 (tiga) menunjukkan kode jenis;
d. level 4 (empat) menunjukkan kode obyek; dan
e. level 5 (lima) menunjukkan kode rincian obyek.
Kode akun terdiri atas :
a. akun 1 (satu) menunjukkan aset;
b. akun 2 (dua) menunjukkan kewajiban;
c. akun 3 (tiga) menunjukkan ekuitas;
d. akun 4 (empat) menunjukkan pendapatan-LRA;
e. akun 5 (lima) menunjukkan belanja;
f. akun 6 (enam) menunjukkan transfer;
g. akun 7 (tujuh) menunjukkan pembiayaan;
h. akun 8 (delapan) menunjukkan pendapatan-LO; dan
i. akun 9 (sembilan) menunjukkan beban.
Penggunaan BAS sesuai Lampiran III Permendagri 64 tahun 2013 dimulai dari
tahapan proses penyusunan anggaran. Dalam hal kodefikasi akun dokumen anggaran belum
sesuai dengan BAS, pemerintah daerah dapat melakukan konversi dalam penyusunan LRA.
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah
Kebijakan akuntansi merupakan instrumen penting dalam penerapan akuntansi akrual.
Dokumen yang ditetapkan dalam peraturan kepala daerah ini harus dipedomani dengan baik
oleh fungsi-fungsi akuntansi, baik di SKPKD maupun di SKPD. Selain itu, dokumen ini juga
seyogyanya dipedomani oleh pihak-pihak lain seperti perencana dan tim anggaran pemerintah
daerah.
Memperhatikan sifatnya yang strategis, penyusunan kebijakan akuntansi harus
menjadi perhatian semua pihak. Dalam pembahasannya, perlu dijelaskan setiap dampak dari 20 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
metode yang dipilih, baik pada proses penganggaran, penatausahaan maupun pelaporan.
Dengan demikian, kebijakan akuntansi yang dihasilkan menjadi operasional serta dapat
diantisipasi implementasinya.
Praktek selama ini menunjukkan banyak kebijakan akuntansi disusun dengan
menuliskan kembali hampir seluruh isi standar akuntansi pemerintahan. Praktek seperti ini
menimbulkan inefisiensi karena adanya pengulangan (redundancy) antara SAP yang diatur
oleh peraturan pemerintah dan kebijakan akuntansi yang diatur oleh peraturan kepala daerah.
Oleh karena itu Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota yang mengatur kebijakan akuntansi
pemerintah daerah dapat mengambil unsur-unsur pokok dari SAP, lalu mengembangkan
dalam pilihan-pilihan metode, baik dalam pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan.
Penyusunan kebijakan akuntansi pemerintah daerah dapat dilakukan melalui
beberapa tahapan berdasarkan komponen utama kebijakan akuntansi sebagai berikut :
1. Penyusunan Kebijakan Akuntansi Pelaporan Keuangan
Tahapan penyusunan kebijakan akuntansi terkait laporan keuangan dimulai dari
pengumpulan rujukan atau referensi berupa peraturan perundangan dan literatur lain
yang terkait dengan kebijakan akuntansi laporan keuangan pemerintah daerah.
Sebagai rujukan utama adalah Lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, khususnya :
a. PSAP 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
b. PSAP 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran;
c. PSAP 03 tentang Laporan Arus Kas;
d. PSAP 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
e. PSAP 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian;
f. PSAP 12 tentang Laporan Operasional; dan
g. IPSAP dan Buletin Teknis SAP terkait pelaporan keuangan.
Berdasarkan rujukan dan referensi tersebut dilakukan pemahaman dan analisa untuk
melakukan proses penyesuaian dan harmonisasi sesuai kondisi dan kebutuhan
pelaporan keuangan di pemerintah daerah. Hasil proses penyesuaian dan harmonisasi
dicantumkan kedalam pernyataan-pernyataan pada kebijakan akuntansi pelaporan
keuangan.
2. Penyusunan Kebijakan Akuntansi Akun
21 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
Tahapan penyusunan kebijakan akuntansi terkait akun dimulai dari mempelajari SAP
khususnya pernyataan terkait akun-akun. Sebagai rujukan utama adalah Lampiran I
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, khususnya :
a. PSAP 05 tentang Akuntansi Persediaan;
b. PSAP 06 tentang Akuntansi Investasi;
c. PSAP 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
d. PSAP 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
e. PSAP 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
f. PSAP 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi,
Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang Tidak Dilanjutkan; dan
g. IPSAP dan Buletin Teknis SAP terkait akun.
Hasil pemilihan metode, pengaturan lebih rinci dan pengaturan hal-hal yang belum
diatur itulah yang kemudian dicantumkan dalam dokumen kebijakan akuntansi.
Pemerintah daerah dapat mencantumkan kerangka konseptual SAP berdasarkan PP
No. 71 Tahun 2010 pada bagian awal kebijakan akuntansi pemerintah daerah. Pencantuman
kerangka konseptual SAP dimaksudkan sebagai pemahaman dasar bagi pemerintah daerah
dalam menyusun dan menggunakan kebijakan akuntansi pemerintah daerah.
Penyajian kebijakan akuntansi pelaporan keuangan dan kebijakan akuntansi akun
Kebijakan akuntansi pelaporan keuangan
Kebijakan akuntansi pelaporan keuangan ini mengatur penyajian laporan keuangan
untuk tujuan umum (general purpose financial statements) dalam rangka meningkatkan
keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar
entitas. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan termasuk lembaga legislatif
sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kebijakan akuntansi ini berlaku untuk entitas pelaporan dan entitas akuntansi dalam
menyusun laporan keuangan. Entitas pelaporan yaitu pemerintah daerah, sedangkan entitas
akuntansi yaitu SKPD dan PPKD. Tidak termasuk perusahaan daerah.
22 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah daerah yaitu
basis akrual. Namun, dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas, maka
LRA disusun berdasarkan basis kas.
Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah daerah adalah untuk
menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan
akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dikelola, dengan:
1. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan
ekuitas pemerintah daerah;
2. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban,
dan ekuitas pemerintah daerah;
3. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya
ekonomi;
4. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggaran yang
ditetapkan;
5. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan
memenuhi kebutuhan kasnya;
6. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah daerah untuk membiayai
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan; dan
7. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas
pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.
Pelaporan keuangan juga menyajikan informasi bagi pengguna mengenai:
1. Indikasi sumber daya yang telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan anggaran
2. Indikasi sumber daya yang diperoleh dan digunakan sesuai dengan ketentuan,
termasuk batas anggaran yang ditetapkan dalam APBD.
Laporan keuangan menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal :
Aset, Kewajiban, Ekuitas, Pendapatan-LRA, Belanja, Transfer, Pembiayaan, Saldo Anggaran
Lebih, Pendapatan-LO, Beban; dan Arus Kas.
23 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan terdiri atas
laporan pelaksanaan anggaran (budgetary report) dan laporan finansial, sehingga seluruh
komponen menjadi sebagai berikut :
1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah daerah
yang menunjukkan ketaatan terhadap APBD. Laporan Realisasi Anggaran
menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu
periode pelaporan dan menyajikan unsur-unsur sebagai berikut:
a. Pendapatan-LRA
b. Belanja
c. Transfer
d. Surplus/Defisit-LRA
e. Pembiayaan; dan
f. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran.
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan secara komparatif dengan
periode sebelumnya pos-pos berikut :
a. Saldo Anggaran Lebih awal;
b. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
c. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;
d. Koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya;
e. Lain-lain; dan
f. Saldo Anggaran Lebih akhir.
3. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan pemerintah daerah mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. pemerintah daerah mengklasifikasikan
asetnya dalam aset lancar dan nonlancar serta mengklasifikasikan kewajibannya
menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca. Sedangkan
ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan
kewajiban pemerintah pada tanggal laporan.
4. Laporan Operasional
Laporan operasional menyajikan pos-pos sebagai berikut :
a. Pendapatan-LO dari kegiatan operasional;
24 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
b. Beban dari kegiatan operasional;
c. Surplus/defisit dari kegiatan non operasional;
d. Pos luar biasa; dan
e. Surplus/defisit-LO.
5. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan
kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada
tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas
operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.
6. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan pos-pos:
a. Ekuitas awal;
b. Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
c. Koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang antara lain
berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan
akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar, seperti:
d. Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode
sebelumnya;
e. Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
f. Ekuitas akhir.
7. Catatan atas Laporan Keuangan
Hal-hal yang diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan antara lain adalah :
a. Informasi umum tentang entitas pelaporan dan entitas akuntansi;
b. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;
c. Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala
dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
d. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-
kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan
kejadian-kejadian penting lainnya;
e. Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka
laporan keuangan;
f. Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan; dan
25 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
g. Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis. Di dalam bagian
penjelasan kebijakan akuntansi pada Catatan atas Laporan Keuangan, diuraikan hal-
hal sebagai berikut :
a. Dasar pengakuan dan pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan;
b. Kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan yang memerlukan pengaturan lebih rinci oleh entitas pelaporan;
dan
c. Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami laporan
keuangan.
Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas, kecuali
Laporan Arus Kas dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh
entitas pelaporan.
Kebijakan Akuntansi Akun
Aset
1. Kas
Kas terdiri dari Kas di Kas Daerah, Kas di Bendahara Penerimaan, Kas di Bendahara
Pengeluaran dan Kas di Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Termasuk dalam
kategori kas adalah setara kas yang merupakan investasi jangka pendek yang sangat
likuid dan siap dicairkan menjadi kas dengan jatuh tempo kurang dari 3 bulan tanggal
perolehannya.
2. Investasi Jangka Pendek
Investasi Jangka Pendek adalah investasi yang dapat segera diperjualbelikan atau
dicairkan serta dimiliki 3 (tiga) bulan sampai dengan 12 (dua belas) bulan terhitung
mulai tanggal pelaporan. Investasi jangka pendek dapat berupa deposito, Surat Utang
Negara (SUN), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Surat Perbendaharaan Negara
(SPN).
3. Piutang
Piutang diakui saat :
a. Diterbitkan surat ketetapan; atau
26 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
b. Telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan; atau
c. Belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan.
Piutang dicatat dan diukur sebesar:
a. Nilai yang belum dilunasi dari setiap tagihan yang ditetapkan; atau
b. Nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value).
Piutang yang disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable
value), oleh karenanya terhadap piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih
dilakukan penyisihan. Penyisihan piutang tidak tertagih dilakukan melalui estimasi
berdasarkan umur piutang (aging schedule).
4. Persediaan
Pencatatan persediaan dilakukan dengan:
a. Metode Perpetual, untuk jenis persediaan yang sifatnya continues dan
membutuhkan kontrol yang besar, seperti obat-obatan. Dengan metode
perpetual, pencatatan dilakukan setiap ada persediaan yang masuk dan keluar,
sehingga nilai/jumlah persediaan selalu ter-update.
b. Metode Periodik, untuk persediaan yang penggunaannya sulit diidentifikasi,
seperti Alat Tulis Kantor (ATK). Dengan metode ini, pencatatan hanya
dilakukan pada saat terjadi penambahan, sehingga tidak meng-update jumlah
persediaan. Jumlah persediaan akhir diketahui dengan melakukan stock
opname pada akhir periode.
Persediaan dinilai dengan metode FIFO (First In First Out). Harga pokok dari barang-
barang yang pertama kali dibeli akan menjadi harga barang yang digunakan/dijual
pertama kali. Sehingga nilai persediaan akhir dihitung dimulai dari harga pembelian
terakhir.
5. Investasi Jangka Panjang
Penilaian investasi jangka panjang dilakukan dengan tiga metode yaitu :
a. Metode biaya Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan.
Penghasilan atas investasi jangka panjang tersebut diakui sebesar bagian hasil
yang diterima dan tidak mempengaruhi besarnya investasi pada badan
usaha/badan hukum yang terkait. Penghasilan tersebut diatas diakui sebagai
pendapatan dari bagian laba atas penyertaan modal (Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan).
b. Metode ekuitas
27 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
Pada metode ini, pemerintah daerah mencatat investasi awal sebesar biaya
perolehan dan ditambah atau dikurangi sebesar bagian laba atau rugi
pemerintah setelah tanggal perolehan. Bagian laba kecuali dividen dalam
bentuk saham yang diterima pemerintah akan mengurangi nilai investasi
pemerintah. Bagian laba ini diakui sebagai pendapatan dari bagian laba atas
penyertaan modal dan mengurangi nilai investasi pemerintah daerah.
Penyesuaian terhadap nilai investasi juga diperlukan untuk mengubah porsi
kepemilikan investasi pemerintah, misalnya adanya perubahan yang timbul
akibat pengaruh valuta asing serta revaluasi aset tetap.
c. Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan
Metode ini digunakan terutama untuk kepemilikan yang akan dilepas/dijual
dalam jangka waktu dekat
Pemilihan metode penilaian investasi didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
a. Kepemilikan kurang dari 20% menggunakan metode biaya terkecuali
kepemilikan itu berpengaruh signifikan menggunakan metode ekuitas;
b. Kepemilikan 20% atau lebih menggunakan metode ekuitas; dan
c. Kepemilikan bersifat nonpermanen menggunakan metode nilai bersih yang
direalisasikan.
6. Aset Tetap
a. Biaya Perolehan
Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan
menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap
didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.
Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya,
termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat
bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan yang dikelompokkan
berdasarkan jenis aset tetap.
Pengukuran Aset Tetap harus memperhatikan kebijakan pemerintah daerah
mengenai ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi Aset Tetap. Jika nilai
perolehan Aset Tetap di bawah nilai satuan minimum kapitalisasi maka atas
Aset Tetap tersebut tidak dapat diakui dan disajikan sebagai Aset Tetap,
namun tetap diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.
28 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
Nilai satuan minimum kapitalisasi adalah pengeluaran pengadaan baru. Nilai
Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap dikecualikan terhadap pengeluaran
untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi
perpustakaan dan barang bercorak kesenian, peralatan untuk proses belajar
mengajar.
Besaran nilai minimum kapitalisasi aset tetap dan jenisnya ditetapkan oleh
kepala daerah.
b. Pengeluaran Setelah Perolehan
Suatu pengeluaran setelah perolehan atau pengeluaran pemeliharaan akan
dikapitalisasi jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Manfaat ekonomi atas aset tetap yang dipelihara:
a) bertambah ekonomis/efisien, dan/atau
b) bertambah umur ekonomis, dan/atau
c) bertambah volume, dan/atau
d) bertambah kapasitas produksi.
2) Nilai pengeluaran belanja atas pemeliharaan aset tetap tersebut harus
sama dengan atau melebihi nilai satuan minimum kapitalisasi Aset
Tetap. Nilai satuan minimum kapitalisasi adalah penambahan nilai aset
tetap dari hasil pengembangan, reklasifikasi, renovasi, dan restorasi.
c. Penyusutan Aset Tetap
Aset Tetap Lainnya berupa hewan, tanaman, dan buku perpustakaan tidak
dilakukan penyusutan secara periodik, melainkan diterapkan penghapusan
pada saat Aset Tetap Lainnya tersebut sudah tidak dapat digunakan atau mati.
Metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus dengan
estimasi masa manfaat.
Formula penghitungan penyusutan barang milik daerah adalah :
Penyusutan per periode = nilai yang dapat disusutkan : masa manfaat
7. Aset Lainnya
Aset lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, aset
tetap dan dana cadangan. Aset lainnya antara lain aset tak berwujud, kemitraan
dengan pihak ketiga, kas yang dibatasi penggunaannya, dan aset lain-lain.
29 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
Ruang lingkup yang diatur pada bagian ini hanya aset tak berwujud, kemitraan
dengan pihak ketiga, dan aset lain-lain yang berasal dari penghentian penggunaan
aktif aset tetap pemerintah.
Aset tak berwujud meliputi : goodwill, hak paten atau hak cipta, royalti, software,
lisensi, hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang, aset tak
berwujud lainnya dan aset tak berwujud dalam pengerjaan.
Jenis aset kemitraan dengan pihak ketiga :
a. Aset Kerjasama/Kemitraan adalah aset tetap yang dibangun atau digunakan
untuk menyelenggarakan kegiatan kerjasama/kemitraan.
b. Bangun Guna Serah (BGS), adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa
tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana
berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam
jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan
kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah
berakhirnya jangka waktu.
c. Bangun Serah Guna (BSG), adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa
tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana
berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk
didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang
disepakati.
d. Kerjasama Pemanfaatan (KSP) adalah pendayagunaan Barang Milik Daerah
oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan
penerimaan daerah.
e. Sewa, adalah pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak lain dalam jangka
waktu tertentu dengan menerima imbalan uang tunai.
f. Masa kerjasama/kemitraan adalah jangka waktu dimana Pemerintah Daerah
dan mitra kerjasama masih terikat dengan perjanjian kerjasama/kemitraan.
Aset Lain-lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat
dikelompokkan dalam aset tak berwujud, tagihanpenjualan angsuran, tuntutan
perbendaharaan, tuntutan ganti rugi, dan kemitraan dengan pihak ketiga.
Aset tetap yang dimaksudkan untuk dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah
direklasifikasi ke dalam Aset Lain-lain. Hal ini dapat disebabkan karena rusak berat,
30 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
usang, dan/atau aset tetap yang tidak digunakan karena sedang menunggu proses
pemindahtanganan (proses penjualan, sewa beli, penghibahan, penyertaan modal).
Kewajiban
Kewajiban dapat diklasifikasikan menjadi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka
panjang. Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan
dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Semua kewajiban
lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka panjang hanya
terdapat di PPKD.
Kewajiban jangka pendek di PPKD terdiri atas :
a. Utang Bunga;
b. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang;
c. Utang Beban; dan
d. Utang Jangka Pendek Lainnya;
Kewajiban jangka pendek di SKPD terdiri atas :
a. Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK);
b. Pendapatan Diterima Dimuka;
c. Utang Beban; dan
d. Utang Jangka Pendek Lainnya.
Kewajiban jangka panjang di PPKD terdiri atas:
a. Utang Dalam Negeri;
b. Utang Luar Negeri; dan
c. Utang Jangka Panjang Lainnya.
Kewajiban diakui pada saat :
a. Dana pinjaman diterima oleh pemerintah; atau
b. Dana pinjaman dikeluarkan oleh kreditur sesuai dengan kesepakatan pemerintah
daerah; atau
c. Pada saat kewajiban timbul.
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal yang mencerminkan nilai kewajiban pemerintah
daerah pada saat pertama kali transaksi berlangsung.
Ekuitas
Akun ini terdiri dari :
31 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
a. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan
kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. Saldo Ekuitas berasal dari Ekuitas awal
ditambah (dikurang) oleh Surplus/Defisit LO dan perubahan lainnya seperti koreksi
nilai persediaan, selisih evaluasi Aset Tetap, dan lain-lain.
b. Ekuitas SAL—digunakan untuk mencatat akun perantara dalam rangka penyusunan
Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Perubahan SAL mencakup antara lain
Estimasi Pendapatan, Estimasi Penerimaan Pembiayaan, Apropriasi Belanja,
Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan, dan Estimasi Perubahan SAL, Surplus/Defisit -
LRA.
c. Ekuitas untuk Dikonsolidasikan—digunakan untuk mencatat reciprocal account
untuk kepentingan konsolidasi, yang mencakup antara lain Rekening Koran PPKD.
Pendapatan-LRA
Pendapatan diakui pada saat :
a. Diterima di Rekening Kas Umum Daerah; atau
b. Diterima oleh SKPD; atau
c. Diterima entitas lain diluar pemerintah daerah atas nama BUD.
Akuntansi Pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan
penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan
pengeluaran).
Pendapatan-LRA diukur dengan menggunakan nilai nominal kas yang masuk ke kas daerah
dari sumber pendapatan dengan menggunakan asas bruto, yaitu pendapatan dicatat tanpa
dikurangkan/dikompensasikan dengan belanja yang dikeluarkan untuk memperoleh
pendapatan tersebut.
Pendapatan-LRA disajikan pada Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas.
Pendapatan LRA disajikan dalam mata uang rupiah.
Belanja
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah. Khusus
pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan terjadi pada saat
pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh pengguna anggaran.
Akuntansi belanja dilaksanakan berdasarkan azas bruto dan diukur berdasarkan nilai nominal
yang dikeluarkan dan tercantum dalam dokumen pengeluaran yang sah.
32 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
Transfer
Transfer diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah.
Akuntansi Transfer dilaksanakan berdasarkan azas bruto dan diukur berdasarkan nilai
nominal yang dikeluarkan dan tercantum dalam dokumen pengeluaran yang sah.
Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Daerah.
Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah.
Pengukuran pembiayaan menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang
diterima atau yang akan diterima dan nilai sekarang kas yang dikeluarkan atau yang akan
dikeluarkan. Pembiayaan yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang
rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada tanggal transaksi
pembiayaan.
Pendapatan-LO
Pendapatan-LO merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
Pendapatan-LO merupakan pendapatan yang menjadi tanggung jawab dan wewenang entitas
pemerintah, baik yang dihasilkan oleh transaksi operasional, non operasional dan pos luar
biasa yang meningkatkan ekuitas entitas pemerintah. Pendapatan-LO dikelompokkan dari dua
sumber, yaitu transaksi pertukaran (exchange transactions) dan transaksi non-pertukaran
(non-exchange transactions).
Kebijakan akuntansi pendapatan-LO meliputi kebijakan akuntansi pendapatan-LO untuk
PPKD dan kebijakan akuntansi pendapatan-LO untuk SKPD. Akuntansi Pendapatan-LO pada
PPKD meliputi Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Transfer, Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang Sah, serta Pendapatan Non Operasional. Akuntansi Pendapatan-LO pada SKPD
meliputi Pendapatan Asli Daerah.
Pendapatan-LO diakui pada saat :
Timbulnya hak atas pendapatan. Kriteria ini dikenal juga dengan earned.
Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi baik sudah
diterima pembayaran secara tunai (realized) maupun masih berupa piutang
(realizable).
33 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
Beban
Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadi konsumsi aset, atau terjadinya
penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa. Saat timbulnya kewajiban adalah saat
terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas
umum daerah.
Beban dari transaksi non pertukaran diukur sebesar aset yang digunakan atau dikeluarkan
yang pada saat perolehan tersebut diukur dengan nilai wajar.
Beban dari transaksi pertukaran diukur dengan menggunakan harga sebenarnya (actual price)
yang dibayarkan ataupun yang menjadi tagihan sesuai dengan perjanjian yang telah
membentuk harga.
Koreksi kesalahan
Koreksi kesalahan diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.Koreksi kesalahan ada
beberapa macam. Berikut adalah beberapa macam koreksi kesalahan pada pemerintah daerah:
a. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan, baik yang
mempengaruhi posisi kas maupun yang tidak, dilakukan dengan pembetulan pada
akun yang bersangkutan dalam periode berjalan, baik pada akun pendapatan-LRA
atau akun belanja, maupun akun pendapatan-LO atau akun beban.
b. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya
dan mempengaruhi posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut belum
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun yang bersangkutan, baik pada
akun pendapatan-LRA atau akun belanja, maupun akun pendapatan-LO atau akun
beban.
c. Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja (sehingga mengakibatkan penerimaan
kembali belanja) yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya
dan menambah posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan lain-lain–LRA.
Dalam hal mengakibatkan pengurangan kas dilakukan dengan pembetulan pada akun
Saldo Anggaran Lebih.
d. Koreksi kesalahan atas perolehan aset selain kas yang tidak berulang yang terjadi
pada periode-periode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi kas,
34 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h
apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun kas dan akun aset bersangkutan.
e. Koreksi kesalahan atas beban yang tidak berulang, sehingga mengakibatkan
pengurangan beban, yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
mempengaruhi posisi kas dan tidak mempengaruhi secara material posisi aset selain
kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun pendapatan lain-lain-LO/ekuitas. Dalam hal mengakibatkan
penambahan beban dilakukan dengan pembetulan pada akun beban
lain-lain-LO/ekuitas.
f. Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan-LRA yang tidak berulang yang terjadi
pada periode-periode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi kas,
apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun kas dan akun Saldo Anggaran Lebih.
g. Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan-LO yang tidak berulang yang terjadi
pada periode-periode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi kas,
apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun kas dan akun ekuitas.
h. Koreksi kesalahan atas penerimaan dan pengeluaran pembiayaan yang tidak berulang
yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi
posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan
dengan pembetulan pada akun kas dan akun Saldo Anggaran Lebih.
i. Koreksi kesalahan yang tidak berulang atas pencatatan kewajiban yang terjadi pada
periode-periode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila
laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan
pada akun kas dan akun kewajiban bersangkutan.
j. Koreksi kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
tidak mempengaruhi posisi kas, baik sebelum maupun setelah laporan keuangan
periode tersebut diterbitkan, pembetulan dilakukan pada akun-akun neraca terkait
pada periode kesalahan ditemukan.
Referensi :
Bastian, Indra. 2007. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat
35 | S i s t e m A k u n t a n s i P e m e r i n t a h D a e r a h