Pertanyaan ujian anestesi

15
PERTANYAAN UJIAN : 1). Rumus clearen kreatinin CCr (mL/min/1,73 m 2 ) = Ucr (mg/dL) x V (mL) x 1,73 Pcr (Mg/dL) x 1440 x SA (m 3 ) Ccr = klierens kreatinin Ucr = kadar kreatinin V = volume kemih yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam Pcr = kreatinin plasma SA = luas permukaan tubuh 1440 = jumlah waktu dalam menit dimana kemih di tampung jumlah menit dimana kemih ditampung (24 jam x 60 menit = 1440 menit) 2). Kenapa memilih analgetik tramadol Studi farmakologi preklinik menemukan bahwa tramadol yang diinduksi oleh anti-nosiseptik dimediasi oleh mekanisme jalur opioid. Tramadol lebih cenderung mengikat pada reseptor μ dan memiliki afinitas yang lemah terhadap reseptor σ dan κ. Oleh karena itu, memiliki aksi yang hampir sama seperti opioid lainnya dalam menghambat transmisi impuls nyeri.

description

anestesi

Transcript of Pertanyaan ujian anestesi

PERTANYAAN UJIAN :1). Rumus clearen kreatinin CCr (mL/min/1,73 m2) = Ucr (mg/dL) x V (mL) x 1,73Pcr (Mg/dL) x 1440 x SA (m3)Ccr = klierens kreatininUcr = kadar kreatininV = volume kemih yang dikumpulkan dalam waktu 24 jamPcr = kreatinin plasmaSA = luas permukaan tubuh 1440 = jumlah waktu dalam menit dimana kemih di tampung jumlah menit dimana kemih ditampung (24 jam x 60 menit = 1440 menit)

2). Kenapa memilih analgetik tramadol Studi farmakologi preklinik menemukan bahwa tramadol yang diinduksi oleh anti-nosiseptik dimediasi oleh mekanisme jalur opioid. Tramadol lebih cenderung mengikat pada reseptor dan memiliki afinitas yang lemah terhadap reseptor dan . Oleh karena itu, memiliki aksi yang hampir sama seperti opioid lainnya dalam menghambat transmisi impuls nyeri.

Struktur kimia dari tramadolTramadol yang bekerja dengan berikatan pada reseptor , memiliki kekuatan 6000 kali lebih rendah daripada morfin. Hasil metabolit Mono-0-desmetyl dari tramadol, memiliki afinitas yang besar terhadap reseptor opioid daripada jika tramadol tidak berikatan terhadapnya, walaupun dapat berkontribusi dalam menghasilkan efek analgesik.Studi klinis menunjukkan bahwa tidak seperti analgetik opioid tipikal, penggunaaan terapeutik tramadol tidak dikaitkan dengan efek samping yang signifikan seperti depresi pernafasan, konstipasi ataupun sedasi. Sebagai tambahan, toleransi analgetik tidak menjadi masalah klinik. Tramadaol tidak dapat menjadi obat substitusi pada pasien yang metadon-dependen. Tramadol tidak membuat efek seperti morfin dan tidak menimbulkan withdrawal symptoms .Tramadol juga menghambat uptake dari norepinefrin dan serotonin. Enantiomer (+) mengikat reseptor dan bekerja dalam menghambat serotonin reuptake. Sedangkan enantiomer (-) lebih akrif dalam menghambat reuptake norepinefrin. Kenyataan ini menunjukkan tramadol anti-nosiseptik diperantarai oleh kedua jalur opioid (yang utama reseptor) dan mekanisme non-opioid (menghambat uptake monoamin). Karena melalui dua jalur cara kerja ini lah tramadol merupakan suatu analgesik yang unik diantara golongan opioid. Mekanisme jalur opioid dan non-opoioid sama sama dapat berinteraksi sinergis dalam menghilangkan nyeri.

DosisSetelah tindakan bedah akut pada pasien obstetrik, 100 mg tramadol sebanding dengan singel dosis dari aspirin 650 mg ditambah 60 mg kodein. Dosis tramadol yang diberikan yaitu 100 mg dosis tunggal yang diberikan setiap 4 sampai 6 jam. Dosis anjuran adalah 50 -100 mg diberikan setiap 4-6 jam dengan dosis maksimal adalah 400 mg/hari. Biasanya 50 mg dosis nya sudah dapat menghilangkan nyeri secara adekuat.Untuk pasien dengan Creatinin clearance nya kurang dari 30 mL/menit, dosis interval sebaiknya dinaikkan hingga 12 jam dan dosis maksimum dalam sehari adalah 200 mg. Dalam penggunaan jangka panjang, dosis anjuran tramadol adalah sekitar 50 100 mg diberikan secara oral 2-3 kali perhari dan tidak lebih dari 300 mg /hari, karena dari dialisis hanya 7% dari obat akan masuk ke dalam darah. Pada pasien denga sirosis hepatis dosis anjuran adalah 50 mg dalam 12 jam.

3) cara membedakan gagal ginjal ringan sedang dan beratGagal ginjal kronik dibagi menjadi 3 stadium :a. Stadium 1 : Penurunan cadangan ginjal, pada stadium ini kadar kreatinin serum normal dan penderita asimtomatik.b. Stadium 2 : Insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75% jaringan telah rusak, Blood Urea Nitrogen (BUN) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.c. Stadium 3 : Gagal ginjal stadium akhir atau uremia.

K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG: a. Stadium 1 : Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminuria persisten dan LFG yang masih nornal (>90 mL/menit/1,73 m2)b. Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminuria persisten dan LFG antara 60-89 mL/menit/1,73 m2 )c. Stadium 3 : Kelainan ginjal dengan LFG antara (30-59 mL/menit/1,73 m2 ).d. Stadium 4 : Kelainan ginjal dengan LFG antara (15-29 mL/menit/1,73 m2 ).e. Stadium 5 : Kelainan ginjal dengan LFG