Pertanyaan No 2 Biomed
Transcript of Pertanyaan No 2 Biomed
Pertanyaan :
Mengapa HPLC detektor fluorosensi banyak digunakan dalam sampel biologis? detektor UV bisa digunakan untuk sampel biologis ? atau tidak?
Jawaban :
Deterktor berfungsi untuk mendeteksi atau mengidentifikasi komponen yang ada di dalam eluat dan mengukur jumlahnya. Idealnya, suatu detektor yang baik harus mempunyai kepekaan yang tinggi, hasilnya dapat di ulang, responnya dapat d ramalkan, tidak terpengaruh oleh perubahan suhu komposisi eluen, dapat dipercaya serta mudah di operasikan.
Jenis detektor yang umum di gunakan pada KCKT adalah :
1. Detektor serapan optik
Detektor ini bekerja berdasarkan absorpsi Ultraviolet – Visible dan digunakan untuk mendeteksi komponen zat yang menyerap cahaya di daerah Ultraviolet ( 190 – 400 nm ), cahaya tampak ( 400 – 700 nm ) dan Infra merah ( 2 – 25 µm ). Keuntungan dari detektor ini adalah pemilihan panjang gelombang luas dan sensitivitas terhadap analit yang baik.
2. Detektor indeks bias ( RID )
Detektor ini memberikan respon akibat perubahan indeks bias yang di sebabkan cuplikan. Sensitivitas deteksi, yang umumnya mencapai mikrogram, sangat rendah bila dibandingkan dengan detektor lain. Detektor ini sangat peka terhadap perubahan suhudan kecepatan alir.
3. Detektor fluoresensi
Sifat dari senyawa kimia yang dapat menyerap cahaya dan kemudian memancarkan pada panjang gelombang yang lebih tinggi di sebut fluoresensi. Kepekaan dan selektivitas detektor ini cukup tinggi karena hanya komponen zat yang dapat berfluoresensi saja yang dapat terdeteksi. Detektor fluoresensi banyak digunkaan dalam analisis farmasi dan cairan biologi karena 100 kali lebih peka dari pada detektor Ultraviolet – visible. Deteksi minimun untuk detektor fluoresensi dapat mencapai tingkat pikogram ¿ g ) .
4. Detektor elektrokimia ( ECD )
Detektor ini digunakan untuk mendeteksi senyawa yang dapat mengalami reaksi oksidasi dan reduksi. Pendeteksian tergantung pada sifat hantaran molekul
1
zat terlarut. Deteksi di mungkinkan apabila terjadi transfer elektron secara reversible oleh suatu zat memaluli gugus fungsional tertentu.
5. Detektor ionisasi nyala (FID)
Pada detektor ini, pelarut di uapkan setelah melewati kolom kemudian dilewatkan pada sumber lampu Ultraviolet dan di deteksi nyala nyala. Kelemahan detektor ini terletak pada batas deteksinya yang hanya sekitar 1 µg.
6. Detektor Radioaktif
Selektivitas detektor ini tinggi karena hanya zat yang memancarkan radiasi saja yang di deteksi. Detektor ini mempunyai kemampuan besar untuk kanjian nasib obat dan penimbunan senyawa berlabel pada hewan percobaan.
Kesimpulan :
Detector pada KCKT dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu :
detector universal (yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat
spesifik, dan tidak bersifat selektif) seperti detector indeks bias; dan
golongan detector yang spesifik yang hanya akan mendeteksi analit secara
spesifik dan selektif : sperti detector UV-Vis, detector Fluorosensi, dan
elektrokimia.
Pada umumnya jenis detektor yang sering digunakan dalam analisis
senyawa bioanorganik adalah detektor fluoresense dan detektor UV-Vis.
Fluoresensi merupakan fenomena luminisensi yang terjadi ketika suatu
senyawa menyerap sinar UV atau Visibel lalu mengemisikannya pada
panjang gelombang yang lebih besar. Detektor fluoresensi banyak digunakan
dalam analisis farmasi dan cairan biologi karena 100 kali lebih peka dari
pada detektor Ultraviolet – visible. Deteksi minimun untuk detektor
fluoresensi dapat mencapai tingkat pikogram ¿ g ). Detektor ini lebih sensitif
dan lebih selektif dibandingkan dengan detektor UV. Sedangkan detektor ,
didasarkan pada adanya penyerapan sinar Ultra violet dan sinar tampak
pada kisaran panjang gelombang 190-400 nm oleh spesies solut yang
mempunyai struktur-struktur atau gugus kromoforik.
2
Lestari, dwi. 2008. FAR.035-08-Validasi metode-Literatur.pdf. available online at lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126085-FAR.035-08...Literatur.
3