Pertamina Region V Kreatif Menyiasati Pasar yang Sedang Lesu · power house terhadap ekonomi secara...

1
layouter: dony RADAR SURABAYA l KAMIS, 6 APRIL 2017 HALAMAN 19 Euforia Semangat dari Atas sampai ke Bawah SEBAGAI perusahaan bisnis maka ca- ra yang dilakukan Pertamina adalah de- ngan memaksimalkan bisnis penjualan di sektor bahan bakar non subsidi. Langkah itu dilakukan Pertamina Region V untuk meraih keuntungan yang diharapkan. “Untuk revenue kita harus jualan yang tiap harinya minimal Rp 209 miliar,” kata General Manager Marketing Pertamina Region V Ageng Giriyono kepada Radar Surabaya. Ageng menyebutkan jika perusahaan tidak dapat mengelola dengan baik maka apa yang akan terjadi dengan target no- minal sebesar itu. Maka dari itu, saat ini Pertamina banyak yang menyebut seba- gai perusahaan plat merah yang menjadi penopang ekonomi nasional. “Pertamina saat ini menjadi lokomotifnya power house terhadap ekonomi secara na- sional jadi harus tetap eksis. Disamping itu, Pertamina sebagai BUMN banyak hal yang dilakukan seperti penugasan dari pemerin- tah tentang BBM Subsidi,” terang Ageng. Tahun 2016, menurut Ageng, adalah ta- hun yang stagnan. Artinya pada tahun tersebut volume peningkatan hanya 4 persen. Selain itu juga ada strategi pro- gram efisiensi Marketing dan Operation Excelent (MaORE). Pada tahun 2016 Ma- ORE ini mengahasilkan 76 topik dengan hasil yang luar biasa dan mampu men- dongkrak keuntungan sampai 850 M. “Dengan MaORE ini losses bisa di- kurangi. Seperti yang saya lakukan bia- sanya naik pesawat kelas bisnis tapi ber- alih ke biasa,” kata Ageng. Selain memproduksi Pertalite, Perta- mina juga memproduksi Dexlite dan Per- tamax Turbo akhir 2016. Namun volume- nya masih rendah. Selain itu Pertamina juga memproduksi LPG yang mudah di- bawa dengan model yang masa kini yaitu berupa Bright Gas. “Untuk Bright Gas ini cara penjualannya dengan launching dan pemasaran beru- lang-ulang lewat pemerintah daerah ju- ga,” kata Ageng. Sementara itu dari pemerintah pusat juga mendukung upaya tersebut. Mende- klarasikan LPG 5 kilogram (kg) kepada pegawai negeri sipil. Menurut orang nomor satu di Pemasaran Wilayah V ini pada ta- hun 2016 merupakan tahun yang lebih ba- nyak fokus non PSO, dan pada tahun 2016 bahkan tidak ada berita kelangkaan. Menurut Ageng, kerja keras dari semua pihaklah yang mengantarkan Pertamina mampu meraup profit yang tinggi. Karena sebelumnya pada tahun 2015 target pema- sarannya adalah USD 4 miliar dan tahun 2016 naik menjadi USD 4,4 miliar. Padahal, RKAP-nya hanya USD 2,7 miliar, namun target itu semua dapat terpenuhi. Semua kembali pada euforia semangat dari atas sampai ke bawah, hubungan baik internal dan eksternal. (rus/hen) ABDULLAH MUNIR/RADAR SURABAYA STRATEGI PEMASARAN: Program 2 liter pertamax gratis diterapkan pada Hari Pahlawan bagi masyarakat yang bisa menghafal UUD dan teks Proklamasi di sejumlah SPBU. ABDULLAH MUNIR/RADAR SURABAYA AGENG GIRIYONO General Manager Marketing Pertamina Region V SURABAYA - Kinerja Pertamina Region V selama 2015 dan 2016 terlihat moncer. Strategi pemasaran dan penjualan produknya yang membukukan kinerja bagus mendasari peru- sahaan ini mendapatkan nominasi penghargaan dalam Indonesia Marketers Festival (IMF) 2017 yang digelar MarkPlus Inc di Hotel Shangri-La Surabaya pada hari ini (6/4). General Manager Marketing Per- tamina Region V Ageng Giriyono, me- ngungkapkan keberhasilan Pertamina Region V mengelola penjualan dan pe- masaran produknya tak lepas dari tu- runnya harga minyak dunia pada awal 2015 dan 2016. “Saat itu har- ga minyak turun dras- tis dari semula USD 110 per barel menjadi USD 40 per barel. Tentunya, kondisi ini akan memberikan pengaruh kepada pendapatan seluruh perusahaan minyak di dunia, tidak terkecuali Pertamina,” papar Ageng kepada Radar Surabaya. Untuk menyikapi kondisi tersebut, Ageng mengungkapkan, Pertamina, khususnya Region V, harus kreatif dalam menyiasati pasar yang sedang lesu. Perlu diketahui bahwa di Indonesia Pertamina mengelola dari hulu ke hilir dalam memegang semua produksi. Pada tahun 2015-2016 kegiatan upstream (hulu) mengalami penurunan. Menurut dia, Pertamina sebagai korporasi tidak boleh jadi hancur semua gara-gara up- stream yang sedang lesu. Karena di seluruh belahan dunia dengan postur harga yang terjadi, seluruh perusahaan migas di dunia keuntungan di kegiatan hulu menurun akibat anjloknya harga minyak. “Karena hulu murah, maka dari itu hilir ha- rus membuat terobosan supaya bisa menambal penurunan keuntungan di hulu,” ujar dia. Lebih lanjut, Ageng mengatakan, agar Per- tamina tetap survive maka pada tahun-tahun tersebut harus memaksimalkan produksi hal baru. Seperti yang dilakukan Pertamina pada tahun 2015 sudah membuat rencana dan kli- maksnya terjadi pada tahun 2016. “Pertamina harus survive meskipun harga kurs oil lagi jatuh,” ujar Ageng. Sebelumnya dahulu di Indonesia pada saat harga minyak dunia berada di kisaran USD 110 per barel, pernah mengalami harga Pertamax berada di kisaran per liternya dari Rp 8.000, Rp 9.000, dan Rp 12.000. Namun kembali me- nilik pada akhir 2015 sampai awal 2016 bahwa harga minyak dunia mengalami pe- nurunan, sehingga harga per liter antara pertamax dan premium beda tipis. “Dari selisih harga yang sangat tipis inilah, kemudian kesadaran masyarakat tumbuh kemudian juga dibarengi dengan marketing tools perusahaan, dan akhirnya masyarakat berbondong-bondong beralih ke bahan bakar berkualitas (pertamax),” terang Ageng. Setelah mengetahui kesadaran masyara- kat beralih ke bahan bakar yang lebih baik, maka Pertamina langsung membuat terobo- san baru yaitu dengan membuat bahan ba- kar minyak yang kualitasnya di atas premi- um yaitu pertalite. “Setelah pertalite diluncurkan ternyata per- tamina mendapatkan profit yang sangat besar dari produk baru tersebut,” papar Ageng. Menu- rut analisa Ageng, masyarakat tentu memilih BBM jenis pertalite dan pertamax karena ku- alitas lebih baik dengan selisih harga yang tipis sedangkan untuk konsumsi premium menurun. Ageng menjelaskan dengan keberhasilan tersebut kemudian Pertamina menggebu- gebu bagaimana untuk memasarkan perta- max dan pertalite secara maksimal dengan berbagai tools. Yang pertama adalah bagai- mana memasyaratkan kedua produk ini. Sa- lah satunya adalah dengan cara launching ke setiap daerah kabupaten dan promosi yang sangat berbeda dari sebelumnya dengan cara melibatkan berbagai pihak. “Kami menerapkan strategi penjualan out of the box, misalnya, kita jualan pertamax tetapi yang jualan wartawan,” ujar Ageng. Artinya, lanjut dia, Pertamina selalu meng- gandeng semua kalangan, baik di dunia pendidikan sekolah, media, instansi pemerin- tahan, swasta, dan perhotelan. Selain itu, Per- tamina juga menerapkan spiritual marketing rahmatan lilalamin. Sehingga apa yang di- lakukan Pertamina harus bermanfaat untuk masyarakat. Hal itu seperti yang dilakukan saat Hari Raya Kurban, Pertamina menyi- sihkan beberapa persen keuntungan untuk menyebar hewan kurban di seluruh SPBU- nya. Ada juga memberi hadiah 2 liter pertamax pada Hari Pahlawan bagi masyarakat yang bisa menghafal UUD dan teks Proklamasi. Ditambah juga pada saat Idul Fitri, Pertamina juga memberikan program membaca 1 Juz Al- quran dapat 2 liter pertamax. Secara umum, lanjut dia, strategi Pertamina seperti itu. Dimana ada kesempatan saat harga minyak dunia jatuh maka di hilir harus mampu membuat gebrakan bersama tim untuk mem- buat hal baru, seperti yang sudah dilakukan Pertamina selama ini. (rus/hen) Pertamina Region V Kreatif Menyiasati Pasar yang Sedang Lesu

Transcript of Pertamina Region V Kreatif Menyiasati Pasar yang Sedang Lesu · power house terhadap ekonomi secara...

layouter: dony

RADAR SURABAYA l KAMIS, 6 APRIL 2017 HALAMAN 19

Euforia Semangat dari Atas sampai ke Bawah

SEBAGAI perusahaan bisnis maka ca­ra yang dilakukan Pertamina adalah de­ngan memaksimalkan bisnis penjualan di sektor bahan bakar non subsidi. Langkah itu dilakukan Pertamina Region V untuk meraih keuntungan yang diharapkan.

“Untuk revenue kita harus jualan yang tiap harinya minimal Rp 209 miliar,” kata General Manager Marketing Pertamina Re gion V Ageng Giriyono kepada Radar Su rabaya.

Ageng menyebutkan jika perusahaan ti dak dapat mengelola dengan baik maka apa yang akan terjadi dengan target no­minal sebesar itu. Maka dari itu, saat ini Pertamina banyak yang menyebut seba­gai perusahaan plat merah yang menjadi pe nopang ekonomi nasional.

“Pertamina saat ini menjadi lokomo tif nya power house terhadap ekonomi secara na­sional jadi harus tetap eksis. Disamping itu, Pertamina sebagai BUMN banyak hal yang di lakukan seperti penugasan dari peme rin­tah tentang BBM Subsidi,” terang Ageng.

Tahun 2016, menurut Ageng, adalah ta­hun yang stagnan. Artinya pada tahun ter sebut volume peningkatan hanya 4 persen. Selain itu juga ada strategi pro­gram efisiensi Marketing dan Operation Excelent (MaORE). Pada tahun 2016 Ma­ORE ini mengahasilkan 76 topik de ngan hasil yang luar biasa dan mampu men­dongkrak keuntungan sampai 850 M.

“Dengan MaORE ini losses bisa di­

kurangi. Seperti yang saya lakukan bia­sanya naik pesawat kelas bisnis tapi be r­alih ke biasa,” kata Ageng.

Selain memproduksi Pertalite, Perta­mina juga memproduksi Dexlite dan Per­tamax Turbo akhir 2016. Namun volu me­nya masih rendah. Selain itu Pertamina ju ga memproduksi LPG yang mudah di­bawa dengan model yang masa kini yaitu be rupa Bright Gas.

“Untuk Bright Gas ini cara penjualannya dengan launching dan pemasaran ber u­lang­ulang lewat pemerintah daerah ju­ga,” kata Ageng.

Sementara itu dari pemerintah pusat juga mendukung upaya tersebut. Men de­klarasikan LPG 5 kilogram (kg) kepada pegawai negeri sipil. Menurut orang no mor satu di Pemasaran Wilayah V ini pa da ta­hun 2016 merupakan tahun yang le bih ba­nyak fokus non PSO, dan pada ta hun 2016 bahkan tidak ada berita kelangkaan.

Menurut Ageng, kerja keras dari semua pihaklah yang mengantarkan Pertamina mampu meraup profit yang tinggi. Karena sebelumnya pada tahun 2015 target pema­sarannya adalah USD 4 miliar dan tahun 2016 naik menjadi USD 4,4 miliar. Padahal, RKAP­nya hanya USD 2,7 miliar, namun target itu semua dapat terpenuhi. Semua kem bali pada euforia semangat dari atas sampai ke bawah, hubungan baik internal dan eksternal. (rus/hen)

ABDULLAH MUNIR/RADAR SURABAYA

STRATEGI PEMASARAN: Program 2 liter pertamax gratis diterapkan pada Hari Pahlawan bagi masyarakat yang bisa menghafal UUD dan teks Proklamasi di sejumlah SPBU.

ABDULLAH MUNIR/RADAR SURABAYA

AGENG GIRIYONOGeneral Manager Marketing

Pertamina Region V

SURABAYA ­ Kinerja Pertamina Region V se lama 2015 dan 2016 terlihat moncer. Stra tegi pemasaran dan penjualan pro duknya yang membukukan kinerja bagus mendasari peru­sahaan ini mendapatkan nominasi penghargaan

dalam Indonesia Marketers Festival (IMF) 2017 yang di gelar MarkPlus Inc di Hotel Shangri­La Surabaya pada hari ini (6/4).

General Manager Marketing Per­tamina Region V Ageng Giriyono, me­ng ungkapkan keberhasilan Pertamina

Region V mengelola penjualan dan pe­ma saran produknya tak lepas dari tu­run nya harga minyak dunia pa da a wal 2015 dan 2016.

“Saat itu ha r­ga mi nyak

tu run dras­

tis da ri semula USD 110 per barel menjadi USD 40 per barel. Tentunya, kondisi ini akan mem berikan pengaruh kepada pen da patan seluruh perusahaan minyak di dunia, tidak terkecuali Pertamina,” papar Ageng ke pada Radar Surabaya.

Untuk menyikapi kondisi tersebut, Ageng mengungkapkan, Pertamina, khususnya Region V, harus kreatif dalam menyiasati pa sar yang sedang lesu. Perlu diketahui bah wa di Indonesia Pertamina mengelola da ri hulu ke hilir dalam memegang semua pro duksi. Pada tahun 2015­2016 kegiatan upstream (hulu) mengalami penurunan.

Menurut dia, Pertamina sebagai korporasi tidak boleh jadi hancur semua gara­gara up­stream yang sedang lesu. Karena di seluruh belahan dunia dengan postur harga yang terjadi, seluruh perusahaan migas di dunia ke untungan di kegiatan hulu menurun akibat anjloknya harga minyak.

“Karena hulu murah, maka dari itu hilir ha­rus membuat terobosan supaya bisa me nam bal pe nurunan keuntungan di hulu,” ujar dia.

Lebih lanjut, Ageng mengatakan, agar Per­tamina tetap survive maka pada tahun­tahun tersebut harus memaksimalkan pro duksi hal baru. Seperti yang dilakukan Per tamina pada tahun 2015 sudah membuat rencana dan kli­maksnya terjadi pada tahun 2016.

“Pertamina harus survive meskipun harga kurs oil lagi jatuh,” ujar Ageng. Sebelumnya da hulu di Indonesia pada saat harga minyak dunia berada di kisaran USD 110 per barel, pernah mengalami harga Pertamax berada di kisaran per li ternya dari Rp 8.000, Rp 9.000, dan Rp 12.000. Namun kembali me­nilik pada akhir 2015 sampai awal 2016 bahwa harga minyak du nia mengalami pe­nurunan, sehingga harga per liter antara per tamax dan premium beda tipis.

“Dari selisih harga yang sangat tipis ini lah, kemudian kesadaran masyarakat tum buh kemudian juga dibarengi dengan mar keting tools perusahaan, dan akhirnya ma sya rakat ber bondong­bondong beralih ke ba han bakar berkualitas (pertamax),” te rang Ageng.

Setelah mengetahui kesadaran masya ra­

kat beralih ke bahan bakar yang lebih baik, maka Pertamina langsung membuat tero bo­san baru ya it u dengan membuat bahan ba­kar minyak yang kualitasnya di atas pre mi­um yaitu pertalite.

“Setelah pertalite diluncurkan ternyata per­tamina mendapatkan profit yang sangat besar da ri produk baru tersebut,” papar Ageng. Menu­rut analisa Ageng, masyarakat tentu memilih BBM jenis pertalite dan pertamax ka rena ku­alitas lebih baik dengan selisih har ga yang tipis sedangkan untuk konsumsi premium menurun.

Ageng menjelaskan dengan keberhasilan tersebut kemudian Pertamina menggebu­gebu bagaimana untuk memasarkan per ta­max dan pertalite secara maksimal dengan berbagai tools. Yang pertama adalah bagai­mana memasyaratkan kedua produk ini. Sa­lah satunya adalah dengan cara launching ke setiap daerah kabupaten dan promosi yang sa ngat berbeda dari sebelumnya dengan cara melibatkan berbagai pihak.

“Kami menerapkan strategi penjualan out of the box, misalnya, kita jualan pertamax tetapi yang jualan wartawan,” ujar Ageng.

Artinya, lanjut dia, Pertamina selalu meng­gandeng semua kalangan, baik di dunia pendidikan sekolah, media, instansi pemerin­tahan, swasta, dan perhotelan. Selain itu, Per­ta mina juga menerapkan spiritual marketing rahmatan lilalamin. Sehingga apa yang di­lakukan Pertamina harus bermanfaat untuk masyarakat. Hal itu seperti yang dilakukan saat Hari Raya Kurban, Pertamina menyi­sihkan beberapa persen keuntungan untuk me nyebar hewan kurban di seluruh SPBU­nya. Ada juga memberi hadiah 2 liter pertamax pada Hari Pahlawan bagi masyarakat yang bi sa menghafal UUD dan teks Proklamasi. Di tambah juga pada saat Idul Fitri, Pertamina juga memberikan program membaca 1 Juz Al­quran dapat 2 liter pertamax.

Secara umum, lanjut dia, strategi Pertamina seperti itu. Dimana ada kesempatan saat har ga minyak dunia jatuh maka di hilir harus mam pu membuat gebrakan bersama tim untuk mem­buat hal baru, seperti yang sudah dilakukan Per tamina selama ini. (rus/hen)

Pertamina Region V

Kreatif Menyiasati Pasar yang Sedang Lesu