PERSPEKTIF ISSN : 2085
Transcript of PERSPEKTIF ISSN : 2085
PERSPEKTIF ISSN : 2085 – 0328
PERSPEKTIF/ VOLUME 6/ NOMOR 2/ OKTOBER 2013 220
PERAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI DI
KABUPATEN GAYO LUES PROVINSI ACEH
Jusmaleara Senja
Email : [email protected]
Jl. T.M. Hanafiah No. 1 Program Studi Magister Studi Pembangunan
Universitas Sumatera Utara
Diterima 30 Agustus 2013/ Disetujui 13 September 2013
ABSTRACT
This study aims to analyze and determine the Government’s role of the GayoLues
District whilw realizing The Farmers Society Movement Welfare Programme
(GEMASIH) in order to improve the welfare of farmers and the obstacles encountered in
the effort to improve the welfare of the farming community.The type of this research is
descriptive. The results clarify that the government’s role in the development of the
welfare GayoLues farmers are realized through the implementation of the tasks and work
associated with the development of the agricultural sector in the district of Gayo been
implemented. Nevertheless there are still some side action effectiveness and quality of
human resources that need more intensive attention in the future
Keywords : Roles, Government of Gayo Lues, Movement, Farmers.
ABSTRAKS
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui peran Pemerintah
Kabupaten Gayo Lues mewujudkan Program Gerakan Masyarakat Petani Sejahtera
(GEMASIH) dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani serta hambatan-
hambatan yang dihadapi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani.
Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa peran pemerintahan Kabupaten Gayo Lues dalam pembangunan
kesejahteraan masyarakat petani yang diwujudkan melalui pelaksanaan tugas dan
pekerjaan yang terkait dengan dalam pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Gayo
sudah dilaksanakan dengan baik. Meski demikian masih terdapat beberapa sisi
efektivitas tindakan serta kualitas sumber daya manusia yang perlu mendapatkan
perhatian lebih intensif lagi di masa yang akan datang.
Kata Kunci :Peran, Pemerintahan Kabupaten Gayo Lues, Gerakan, Petani.
PENDAHULUAN
Petani merupakan sosok yang sangat
pokok di negara ini, bahwa Indonesia adalah
negara agraris dimana sebagian besar
penduduknya bercocok tanam. Data
memperlihatkan bahwa kesejahteraan petani
sangatlah rendah, ini disebabkan biaya
produksi yang sangat tinggi dan ini tidak
diimbangi dengan produksi yang tidak
menentu serta faktor hama dan cuaca yang
sangat berpengaruh dalam kegagalan panen.
Lebih dari 70% petani di Indonesia adalah
petani kecil/ gurem. Dapat dikatakan petani
gurem ialah : petani yang pendapatanya
rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg beras
per kapita per tahun Petani yang memilki
lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 hektar
lahan di Jawa atau 0,5 hektar di luar jawa. Bila
petani tersebut juga mempunyai lahan tegal,
maka luasnya 0,5 hektar dijawa dan 1,0 hektar
diluar jawa, petani yang kekurangan modal
dan memiliki tabungan yang terbatas, Petani
yang memiliki pengetahuan terbatas adan
kurang dinamik.
Hasil sensus dari BPS (Badan Pusat
Statistik) pada tahun 2010 bahwa rata-rata
penduduk di Indonesia yang hidup dibawah
garis kemiskinan adalah petani angka
kemiskinan masih di atas 10 persen. Sejak
tahun 2005 hingga kini, angka kemiskinan
secara umum memang terus menurun secara
konsisten, namun sanyangnya, penurunan ini
PERSPEKTIF ISSN : 2085 – 0328
PERSPEKTIF/ VOLUME 6/ NOMOR 2/ OKTOBER 2013 221
sangat lambat dan tidak sebanding dengan
banyaknya dana yang telah digelontorkan oleh
pemerintah untuk program-rogram
pengentasan kemiskinan yang telah naik
berlipat-liapat sejak 2004 hingga kini.
Revitalisasi sektor pertanian dan
perdesaan telah terbukti tidak berkontribusi
secara maksimal terhadap pengentasan
kemiskinan di daerah perdesaan. Penurunan
persentase penduduk miskin di perdesaan
cenderung lambat, dan hingga kini masih tetap
tinggi. Sektor perdesaan merupakan kunci
utama keberhasilan pengentasan kemiskinan di
Indonesia, karena 2/3 penduduk miskin kita
ada di desa. Karenanya, pembangunan sektor
perdesaan melalui penguatan sektor pertanian
dan pengembangan sektor non pertanian
perdesaan merupakan suatu keharusan demi
berhasilnya upaya pengentasan kemiskinan di
Indonesia
Permasalahan mendasar yang dihadapi
petani adalah kurangnya akses terhadap
sumber permodalan, teknologi dan pasar.
Pembangunan ekonomi berbasis pertanian dan
perdesaan secara langsung/tidak langsung akan
berdampak pada pengurangan penduduk
miskin. Konsep pembangunan agribisnis
perdesaan selama ini masih bersifat
parsial,tidak fokus dan tak terjaga
kontinyuitasnya.
Melihat banyaknya hal yang menghambat
para petani dalam mewujudkan
kesejahteraanya dan dalam mewujudkan
swasembada pangan yang berkelanjutan.
Kebijakan di masa lalu yang mengharuskan
petani menggunakan pupuk kimia, pestisida
kimia yang bertujuan dalam swasembada
pangan akan tetapi kondisi lapangan banyak
sekali penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi :Penggunaan pestisida dan pupuk kimia
yang berlebih bahkan melebihi dosis
menyebabkan kondisi tanah dalam jangka
panjang akan menjadi mati karena unsur hara
didalam tanah akan menjadi hilang.Kondisi
petani kita yang penggunaan pupuk kimia dan
pestisida secara berlebih justru banyak
dilakukan oleh para petani kecil yang notabene
hanya memiliki lahan yang sempit.
Apabila permasalahan-permasalahan di
atas tidak segera ditangani dengan benar dan
secara berkelanjutan, maka sangat mengancam
di segala sektor dimana : mengancam kondisi
ketahanan pangan didalam negeri sebab
berkurangnya hasil pertanian bahkan bisa
mengakibatkan gagal panen secara global .
Sektor ekonomi akan menambah jumlah
kemiskinan ditingkat petani, khususnya petani
kecil. Penggunaan pestisida dan pupuk kimia
akan mengakibatkan pencemaran lingkungan
baik pencemaran air, tanan dan pencemaran
udara. Bahan pangan yang mengandung B3
bila masuk dalam tubuh maka dapat memicu
penyakit kanker, sehingga apabila kondisi
seperti masih berlanjut maka kondisi
kesehatan bangsa Indonesia juga sangat
terancam.
Melihat karakteristik dan topografi
wilayah Kabupaten Gayo Lues maka dalam
upaya percepatan pembangunan lebih
menitikberatkan pada sektor pertanian yang
merupakan salah satu andalan dalam upaya
menggerakan roda pembangunan ekonomi
daerah dan upaya untuk menambah inkam
perkapita daerah disamping itu juga dapat
menambah PAD (Pendapatan Asli
Daerah).selain potensi atau sumberdaya lahan
yang tersedia cukup luas untuk pengelolaan
pertanian dan lahan usaha lainnya yang
bergerak dalam uasaha tani,sebahagian besar
masyarakat Kabupaten Gayo Lues
menggantungkan hidupnya pada sektor
pertanian terutama tanaman pangan.
Untuk mewujutkan Visi Misi Bupati
Gayo Lues maka dicanangkan suatu gerakan
masyarakat yang diberi nama Gerakan
Masyarakat Petani Sejahtera yang disingkat
dengan GEMASIH. Dengan Program ini
lahan-lahan tidur akan dimanfaatkan dengan
kegiatan budidaya tanaman jagung hibrida.
Tanaman jagung selain dibudidayakan secara
monokultur dapat dimanfaatkan sebagai
tanaman sela tanaman perkebunan seperti kopi
PERSPEKTIF ISSN : 2085 – 0328
PERSPEKTIF/ VOLUME 6/ NOMOR 2/ OKTOBER 2013 222
dan kakao.Setelah program penanaman jagung
hibrida berjalan dengan baik maka diharapkan
pada lahan tersebut diarahkan untuk
membudidayakan tanaman perkebunan seperti
kopi dan kakao.Dengan program ini
diharafkan dapat mengurangi aktivitas
masyarakat untuk melakukan penebangan dan
perambahan hutan secara liar dalam membuka
lahan pertanian Kabupaten Gayo Lues dalam
Pengelolaan hutan dengan Moto “Hutan
Lestari Masyarakat Sejahtera”
Keberhasilan program Gemasih sangat
ditentukanoleh dukungan pemerintahdan
masyarakat secara bahu-membahu bekerja
sama untuk kesuksesan,hal lain yang ikut
menentukan adalah dukungan penerapan
tehnologi pertanian,akses transportasi dalam
upaya pendistribusian sarana produksi dan
hasil panen,disamping aspek kelembagaan
petani dan permodalan.Untuk meningkatkan
keberhasilan program pengembangan tanaman
pangan khusus jagung,maka pendekatan yang
dapat dilakukan antara lain adalah
pemanfaatan lahan tidur dan peningkatan
aktivitas penanaman dari 1(satu) kali
penanaman untuk ditingkatkan menjadi 2
(dua) kali penanaman setahun secara
introduksi novasi tehnologi pertanian melalui
penerapan Tehnologi dan penggunaan alat-alat
dan mesin Pertanian(alsitan)
Keberhasilan program Gemasih yang
diluncurkan oleh pemerintah daerah tidak
terlepas dari segala peran dari lini ataupun
lapisan masyarakat baik ditingkat desa atau
kecamatan maupun tingkat Kabupaten karna
dengan adanya saling menopoang untuk
keberhasilan suatu program maka pemerintah
mempunyai peranan penting untuk hal ini
demi menciptakan masyarakat yang sejahtera
melalui perogram Gerakan Masyarakat Petani
Sejahtera(gemasih).
Secara ideal, kehadiran program ini tidak
lain adalah adanya keinginan untuk
mewujudkan cita-cita kesejahteraan
masyarakat di daerah. Berbagai literature
menjelaskan bahwa sejahtera menunjuk ke
keadaan yang baik, kondisi manusia di mana
orang-orangnya dalam keadaan makmur,
dalam keadaan sehat dan damai. Dalam
ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan
keuntungan benda. Sejahtera memliki arti
khusus resmi atau teknikal, seperti dalam
istilah fungsi kesejahteraan sosial. Dalam
kebijakan pembangunan, kesejahteraan sosial
menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini adalah
istilah yang digunakan dalam ide negara
sejahtera(welfare state).
Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia
adalah makhluk sosial, yang mana semua yang
kita lakukan tidak dapat lepas dari orang lain.
Dan setiap manusia ingin hidup dengan
sejahtera. Kondisi Sejahtera yang dimaksud
menunjuk pada kesejahteraan sosial, yaitu
tercukupinya kebutuhan material dan non-
material. Dalam masyarakat Indonesia, kondisi
sejahtera itu diartikan hidup aman dan bahagia
karena semua kebutuhan dasar dapat
terpenuhi, seperti makanan yang cukup, gizi,
kesehatan, tempat tinggal, pendidikan,
pendapatan yang layak, dan perlindungan.
Orientasi kesejahteraan sosial”, definisi
kesejahteraan sosial dibedakan menjadi 3
kelompok, yaitu; kesejahteraan sebagai sebuah
kegiatan atau pelayanan, keadaan dan ilmu.
Yang dimaksud dengan kesejahteraan sebagai
sebuah keadaan adalah kesejahteraan yang
melipti jasmaniah, rohaniah dan bukan
merupakan perbaikan dan pemberantasan
keburukan sosial tertentu saja.
Tentu pemahaman penulis terhadap
kesenjangan yang cukup signifikan antara
permasalahan seputar kesejahteraan petani di
Gayo Luwes dengan cita-cita mewujudkan
masyarakat yang sejahtera khususnya dalam
status petani semakin memberikan gambaran
bahwa permasalahan ini merupakan suatu
problema yang penting untuk dicarikan
solusinya.
PERSPEKTIF ISSN : 2085 – 0328
PERSPEKTIF/ VOLUME 6/ NOMOR 2/ OKTOBER 2013 223
Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi di atas, secara
jelas dapat menggambarkan rumusan masalah
yang akan diteliti yakni;
1. Bagaimana peran Pemerintah dalam
Rangka meningkatkan kesejahteraan
Petani melalui Gerakan Masyarakat
Petani Sejahtera ?
2. Hambatan apa sajakah yang dihadapi
dalam upayameningkatkan
kesejahteraan masyarakat
petani.melalui Gerakan Masyarakat
Petani Sejahtera ?
METODE PENELITIAN
Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian adalah analisis deskriptif
dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan
untuk memberikan gambaran dan penjelasan
umum dan penjelasan dengan berdasarkan data
dan informasi, dalam kaitannya. Teknik
pengumpulan data melalui wawancara,
observasi dan data yang tersedia dikantor.
Informan penelitian adalah Ketua Tim
Sekretariat Pelaksanaan Program Gemasih di
kabupaten Gayo Lues sebanyak 1 orang.
Kordinator Tim Teknis Dinas Pertanian.
Kordinator kelompok masyarakat petani di
setiapkecamatan yang berjumlah 4 orang.
TELAAH PUSTAKA
Peranan
Peran merupakan aspek yang dinamis
dalam kedudukan (status) terhadap sesuatu.
Apabila seseorang melakukan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,
maka ia menjalankan suatu peran (Soeharto
2002; Soekamto 1984: 237).
Ketentuan peranan adalah pernyataan
formal dan terbuka tentang perilaku yang
harus ditampilkan oleh seseorang dalam
membawa perannya. Gambaran peranan
adalah suatu gambaran tentang perilaku yang
secara aktual ditampilkan seseorang dalam
membawakan perannya. Dari berbagai
pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan
mengenai pengertian peranan dalam hal ini
peran pemerintah dalam melaksanakan fungsi
dan tujuannya dalam pelayanan,
pembangunan, pemberdaya, dan pengatur
masyarakat. Seperti yang telah dikemukakan
oleh Sarjono Sukamto (1984) bahwa peranan
adalah merupakan aspek dinamis dari
kedudukan apabila seseorang melaksanakan
hal-hal serta kewajiban sesuai dengan
kedudukannya maka ia telah melakukan
sebuah peranan.
Menilik dari beberapa pernyataan
mengenai peranan diatas tergambar bahwa
peranan menyangkut pelaksanaan sebuah
tanggung jawab seseorang atau organisasi
untuk berprakarsa dalam tugas dan fungsinya.
Hal lain yang menggambarkan mengenai
peranan, adalah Horoepoetri, Arimbi dan
Santosa (2003), yang mengemukakan
beberapa dimensi peran sebagai berikut :
1. Peran sebagai suatu kebijakan. Penganut
paham ini berpendapat bahwa peran
merupakan suatu kebijkasanaan yang
tepat dan baik untuk dilaksanakan.
2. Peran sebagai strategi. Penganut paham
ini mendalilkan bahwa peran merupakan
strategi untuk mendapatkan dukungan
dari masyarakat (public supports).
Pendapat ini didasarkan pada suatu
paham bahwa bilamana masyarakat
merasa memiliki akses terhadap
pengambilan keputusan dan kepedulian
masyarakat pada tiap tingkatan
keputusan didokumentasikan adalah
Horoepoetri, Arimbi dan Santosa
(2003), yang mengemukakan beberapa
dimensi peran sebagai berikut :
3. Peran sebagai alat komunikasi. Peran
didayagunakan sebagai instrumen atau
alat untuk mendapatkan masukan
berupa informasi dalam proses
pengambilam keputusan. Persepsi ini
dilandaskan oleh suatu pemikiran bahwa
pemerintahan dirancang untuk melayani
masyarakat, sehingga pandangan dan
preferensi dari masyarakat tersebut
adalah masukan yang bernilai guna
PERSPEKTIF ISSN : 2085 – 0328
PERSPEKTIF/ VOLUME 6/ NOMOR 2/ OKTOBER 2013 224
mewujudkan keputusan yang responsif
dan responsibel.
4. Peran sebagai alat penyelesaian
sengketa, peran didayagunakan sebagai
suatu cara untuk mengurangi atau
meredam konflik melalui usaha
pencapaian konsesus dari pendapat-
pendapat yang ada. Asumsi yang
melandasi persepsi ini adalah bertukar
pikiran dan pandangan dapat
meningkatkan pengertian dan toleransi
serta mengurangi rasa ketidakpercayaan
(mistrust) dan kerancuan (biasess)
5. Peran sebagai terapi. Menurut persepsi
ini, peran diakukan sebagai upaya
”mengobati” masalah-masalah
psikologis masyarakat seperti halnya
perasaan ketidakberdayaan (sense of
powerlessness), tidak percaya diri dan
perasaan bahwa diri mereka bukan
komponen penting dalam masyarakat.
Tinjauan Tentang Pemerintah
Secara etimologi kata pemerintah berasal
dari kata ”perintah” yang kemudian mendapat
imbuhan ”pe” menjadi kata ”pemerintah” yang
berarti badan atau organ elit yang melakukan
pekerjaan mengurus suatu negara.
Pemerintah juga merupakan satu badan
penyelenggaraan atas nama rakyat untuk
mencapai tujuan negara, sedangkan proses
kegiatannya disebut pemerintahan dan besar
kecilnya kekuasaan pemerintah berasal dari
rakyat, dengan demikian pemerintah dalam
menjalankan proses kegiatan Negara harus
berdasarkan kemauan rakyat, karena rakyatlah
yang menjadi jiwa bagi kehidupan dan proses
berjalannya suatu negara.
Menurut Taliziduhu Ndraha (2003:6)
pemerintah adalah:
Organ yang berwenang memproses pelayanan
publik dan berkewajiban memproses
pelayanan civil bagi setiap orang melalui
hubungan pemerintahan, sehingga setiap
anggota masyarakat yang bersangkutan
menerimanya pada saat yang diperlukan sesuai
dengan tuntutan (harapan) yang di perintah.
Dalam hubungan itu sah (legal) dalam wilayah
Indonesia, berhak menerima layanan civil
tertentu dan pemerintah wajib melayaninya.
Sementara Samuel Edwird Finer (dalam
Inu Kencana Syafi’ie, 2001:46), menjelaskan
bahwa pemerintah harus mempunyai kegiatan
yang terus menerus (process), wilayah negara
tempat kegiatan itu berlangsung (state),
pejabat yang memerintah (the duty), dan cara,
metode serta sistem (manner, menthod, and
system), dari pemerintah terhadap
masyarakatnya.
Pemerintah daerah yang terdiri atas
Bupati dan Perangkat Daerah, yang meliputi
Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, Lembaga
Teknis Daerah, Kecamatan, dan Kelurahan.
Kepala daerah dibantu oleh satu orang wakil
kepala daerah, untuk kabupaten disebut wakil
bupati. Kepala dan wakil kepala daerah
memiliki tugas, wewenang dan kewajiban
serta larangan. Kepala daerah juga mempunyai
kewajiban untuk memberikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada
Pemerintah, dan memberikan laporan
keterangan pertanggungjawaban kepada
DPRD, serta menginformasikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada
masyarakat.
Sekretaris Daerah Kabupaten diangkat
dan diberhentikan oleh Gubernur atas usul
Bupati sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Sekretaris Daerah karena
kedudukannya sebagai pembina pengawai
negeri sipil di daerahnya.
Sekretariat DPRD dipimpin oleh
sekretaris DPRD. Sekretaris DPRD Provinsi
diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur
dengan persetujuan DPRD Provinsi. Sekretaris
DPRD Kabupaten diangkat dan diberhentikan
oleh Bupati/Walikota dengan persetujuan
DPRD Kabupaten.
Dinas daerah merupakan unsur pelaksana
otonomi daerah. Dinas daerah dipimpin oleh
kepala dinas yang diangkat dan diberhentikan
oleh kepala daerah dari pegawai negeri sipil
PERSPEKTIF ISSN : 2085 – 0328
PERSPEKTIF/ VOLUME 6/ NOMOR 2/ OKTOBER 2013 225
yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris
Daerah.
Lembaga Teknis Daerahmerupakan unsur
pendukung tugas kepala daerah dalam
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah
yang bersifat spesifik berbentuk badan, kantor,
atau rumah sakit umum daerah. Badan, kantor
atau rumah sakit umum daerah sebagaimana di
maksud dipimpin oleh kepala badan, kepala
kantor, atau kepala rumah sakit umum daerah
yang diangkat oleh kepala daerah dari pegawai
negeri sipil yang memenuhi syarat atas usul
sekretaris daerah.
Kecamatan dibentuk di wilayah
Kabupaten dengan Perda Kabupaten yang
berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Kecamatan dipimpin oleh seorang camat yang
dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh
pelimpahan sebagian wewenang bupati atau
walikota untuk menangani sebagian urusan
otonomi daerah. Camat diangkat oleh Bupati
atas usul sekretaris daerah kabupaten dari
pegawai negeri sipil yang menguasai
pengetahuan teknis pemerintahan dan
memenuhi persyaratan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Kelurahan dibentuk di wilayah
kecamatan dengan Perda Kabupaten/Kota
yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang
dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh
pelimpahan dari Bupati/Walikota. Lurah
diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Camat
dari pegawai negeri sipil yang menguasai
pengetahuan teknis pemerintahan dan
memenuhi persyaratan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Berkaitan dengan lokasi penelitian ini
tentu penelitian memerlukan pemahaman
secara teoritis mengenai model pemerintahan
yang berjalan di lokasi penelitian.Hal ini
dikarenakan modelnya justru berbeda
denganKabupaten/ Kota yang ada di Indonesia
secara umum.Yakni eksisnya penggunaan
istilah Gampong di Provinsi Nanggro Aceh
Darussalam.
Gampong terbentuk pada masa Sultan
Iskandar Muda (1607 s.d 1636), yakni bentuk
teritorial yang terkecil dari susunan
pemerintahan di Aceh. Pada masa itu, sebuah
gampong terdiri dari kelompok rumah yang
letaknya berdekatan satu sama lain. Pimpinan
gampong disebut keuchik, yang dibantu
seseorang yang mahir dalam masalah
keagamaan dengan sebutan teungku
meunasah. Gampong merupakan pemerintahan
bawahan dari mukim.
Menurut Hurgronje, gampong itu
merupakan satuan teritorial terkecil. Sebuah
gampong dilingkari pagar, dihubungkan oleh
satu pintu gapura dengan jalan raya (rèt atau
rót), suatu jalan yang melewati blang atau
lampoih serta tamah yang menuju ke gampong
lain. Dulu setiap gampong mencakup satu
kawom (satuansatuan baik dalam artian
territorial maupun kesukuan) atau sub kawom
yang hanya akan bertambah warganya dengan
perkawinan dalam lingkungan sendiri, atau
paling tidak, dengan meminta dari warga
sesuku yang bermukim berdekatan.
Gampong dan meunasah, adakalanya
dipersepsikan dalam pemahaman terpisah. Ada
yang memandang bahwa meunasah dan
gampong sebagai wilayah atau teritorial. Ada
pula yang memandang meunasah sebagai
tempat ibadah saja, yakni tempat aktivitas
keagamaan dan aktivitas sosial dijalankan
dalam sebuah gampong.Lembaga meunasah
sebagai sarana masyarakat adat menjalankan
roda pemerintahan tingkat gampong, dan
keberadaan lembaga meunasah
menggambarkan ciri khas sebuah gampong,
karena setiap gampong ada meunasah. Kalau
tidak ada meunasah, tidak dapat disebut
gampong.Namun, ada juga yang menegaskan
bahwa meunasah merupakan sebutan lain dari
sebuah gampong.
Gampong dipimpin oleh keuchik. Dalam
sejarahnya, jabatan itu turuntemurun, dilantik
PERSPEKTIF ISSN : 2085 – 0328
PERSPEKTIF/ VOLUME 6/ NOMOR 2/ OKTOBER 2013 226
imuem mukim. Keuchik didasarkan pada
kenyataan hakiki bahwa dialah yang membela
kepentingan dan keinginan warga, baik
berhadapan dengan ulèèbalang maupun
gampong lain. Keuchik menguasai satu
gampong, namun ada juga yang mengepalai 23
gampong. Jadi keuchik betulbetul embah,
teungku ma (keuchik sebagai bapak dan
teungku sebagai ibu). Dibandingkan dengan
tugasnya dalam memelihara ketertiban dan ke-
amanan serta mengusahakan kesejahteraan
penduduk dengan sepenuh kemampuannya,
maka pendapatan keuchik sangatlah kurang.
Menurut Hurgrunje, hanya sebatas ha’ katib
atau hak cupéng (imbalan untuk bantuan yang
diserahkan dari keuchik itu untuk pernikahan
wanita warga gampongnya) saja, atau kira-kira
tarif seperempat ringgit (semaih atau seemas).
Sedangkan untuk jasa-jasa yang diberikan
keuchik kepada warganya akan dikerjakan
dengan ikhlas dan tekun, sesuai dengan jumlah
hadiah yang diberi yang disebut ngoen bloe
ranub (uang pembeli sirih).
Mengenai Pemerintahan Gampong
beserta aparaturnya, dapat dijelaskan lewat
penelusuran berbagai peraturan perundangan-
undangan. Dalam Penjelasan Pasal 7 UU No.
44/1999 disebutkan bahwa konsep gampong
menurut UU ini adalah sama yang dimaksud
dengan desa menurut UU No. 22/1999.
Sementara itu, Pasal 1 ayat (13) UU No.
18/2001 menyebutkan bahwa “Gampong
adalah kesatuan masyarakat hukum yang
merupakan organisasi pemerintahan terendah
langsung berada di bawah mukim yang
menempati wilayah tertentu yang dipimpin
oleh keuchik atau nama lain dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri”.
Konsep gampong seperti di atas, terdapat
dalam Pasal 1 ayat (5) Qanun No. 3/2003
tentang Susunan, Kedudukan dan Kewenangan
Pemerintahan Kecamatan dalam Provinsi
NAD, Pasal 1 ayat (5) Qanun No. 4/2003
tentang Susunan, Kedudukan dan Kewenangan
Mukim dalam Provinsi NAD, dan Pasal 1 ayat
(6) Qanun No. 7/2004 tentang Pengelolaan
Zakat. Konsep ini juga digunakan dalam Pasal
1 ayat (6) Qanun No. 5/2003 tentang
Pemerintahan Gampong. Sementara dalam
Pasal 1 ayat (9) Perda No. 7/2000, yang
dimaksudkan dengan gampong adalah suatu
wilayah yang ditempati oleh sejumlah
penduduk sebagai kesatuan masyarakat yang
terendah dan berhak menyelenggarakan rumah
tangganya sendiri.
Dari konsep gampong, jelas bahwa
gampong terletak di bawah mukim yang
dipimpin keuchik dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.
Dalam Penjelasan Pasal 1 ayat (2) Qanun No.
3/2003, disebutkan ”kedudukan gampong
tidak lagi berada di bawah kecamatan, tapi di
bawah mukim”. Hal ini kemudian dipertegas
dengan Pasal 2 Qanun No. 4/2003, ”Mukim
membawahi gampong yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Camat.” Dalam
Pasal 5 poin (d) Qanun No. 3/2003, disebutkan
bahwa posisi Camat berkenaan dengan fungsi
pembinaan pemerintahan mukim dan
gampong. Dalam Pasal 39 Qanun No. 3/2003,
dengan tegas diatur bahwa kecamatan yang
belum memiliki mukim tapi memiliki
gampong, maka perangkat pelaksana di
wilayahnya adalah Pemerintah Gampong.
Tinjauan Tentang Pembangunan Pertanian
Pengertian pembangunan mungkin
menjadi hal yang paling menarik untuk
diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu
disiplin ilmu yang paling tepat mengartikan
kata pembangunan. Sejauh ini serangkaian
pemikiran tentang pembangunan telah ber-
kembang, mulai dari perspektif sosiologi
klasik (Durkheim, Weber, dan Marx),
pandangan Marxis, modernisasi oleh
Rostow, strukturalisme bersama
modernisasi memperkaya ulasan pen-
dahuluan pembangunan sosial, hingga
pembangunan berkelanjutan. Namun, ada
tema-tema pokok yang menjadi pesan di
dalamnya. Dalam hal ini,
pembangunandapat diartikan sebagai `suatu
upaya terkoordinasi untuk menciptakan
PERSPEKTIF ISSN : 2085 – 0328
PERSPEKTIF/ VOLUME 6/ NOMOR 2/ OKTOBER 2013 227
alternatif yang lebih banyak secara sah
kepada setiap warga negara untuk me-
menuhi dan mencapai aspirasinya yang
paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin
Dahuri, 2004).
Siagian (1994) memberikan
pengertian tentang pembangunan sebagai
“Suatu usaha atau rangkaian usaha
pertumbuhan dan perubahan yang berencana
dan dilakukan secara sadar oleh suatu
bangsa, negara dan pemerintah, menuju
modernitas dalam rangka pembinaan bangsa
(nation building)”. Sedangkan Ginanjar
Kartasasmita (1994) memberikan pengertian
yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu
proses perubahan ke arah yang lebih baik
melalui upaya yang dilakukan secara
terencana”.
Secara umum pengertian dari
pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang
termasuk di dalamnya yaitu bercocok tanam,
peternakan, perikanan dan juga kehutanan.
Sebagian besar mata pencaharian masyarakat
di Negeri Indonesia adalah sebagai petani,
sehingga sektor pertanian sangat penting untuk
dikembangkan di negara kita.
Sejalan dengan peningkatan peradaban
manusia, pertanianpun berkembang menjadi
berbagai sistem. Mulai dari sistem yang paling
sederhana sampai sistem yang canggih dan
padat modal. Berbagai teknologi pertanian
dikembangkan guna mencapai produktivitas
yang diinginkan.
Kemajuan ilmu dan teknologi,
peningkatan kebutuhan hidup manusia,
memaksa manusia untuk memacu produktifitas
menguras lahan, sementara itu daya dukung
lingkungan mempunyai ambang batas
toleransi. Sehingga, peningkatan produktivitas
akan mengakibatkan kerusakan lingkungan,
yang pada ujungnya akan merugikan manusia
juga. Berangkat dari kesadaran itu maka
muncullah tuntutan adanya sistem pertanian
berkelanjutan.
Bentuk-Bentuk Pertanian Di Indonesia
:
1. Sawah
2. Tegalan 3. Pekarangan 4. Ladang Berpindah
Beberapa Hasil-Hasil Pertanian Di
Indonesia : Pertanian Tanaman Pangan, seperti
: Padi, Jagung, Kedelai Kacang Tanah, Ubi
Jalar, Ketela Pohon. Sedangkan, Pertanian
Tanaman Perdagangan meliputi : Kopi, Teh,
Kelapa, Karet, Kina, Cengkeh, Kapas,
Tembakau, Kelapa Sawit, Tebu.
Pembangunan pertanian merupakan
sebuah program dalam meningkatkan
kemampuan sumberdaya manusia sehingga
nantinya masyarakat dapat memiliki sebuah
kemandirian dari sisi ekonomi hingga sosial
politik di lingkungannya. Jadi pembangunan
pertanian yang berhasil dapat diartikan kalau
terjadi pertumbuhan sektor pertanian yang
tinggi dan sekaligus terjadi perubahan
masyarakat tani dari yang kurang baik menjadi
lebih baik (Dr. Soekartawi, 1994;1). Dengan
begitupan proses pemerintahan akan lebih
memberikan pelayanan yang efektif
dikarenakan adanya sebuah partisipasi aktif
dari masyarakat karena adanya suatu
kesadaran untuk berkontribusi dalam
pemerintahan khususnya di daerah.
Menurut Suhendra (2004) di banyak
negara, sektor pertanian yang berhasil
merupakan prasyarat bagi pembangunan sektor
industri dan jasa. Para perancang
pembangunan Indonesia pada awal masa
pemerintahan Orde Baru menyadari benar hal
tersebut, sehingga pembangunan jangka
panjang dirancang secara bertahap. Pada tahap
pertama, pembangunan dititikberatkan pada
pembangunan sektor pertanian dan industri
penghasil sarana produksi peratnian. Pada
tahap kedua, pembangunan dititikberatkan
pada industri pengolahan penunjang pertanian
(agroindustri) yang selanjutnya secara
PERSPEKTIF ISSN : 2085 – 0328
PERSPEKTIF/ VOLUME 6/ NOMOR 2/ OKTOBER 2013 228
bertahap dialihkan pada pembangunan industri
mesin dan logam.
Menurut Arifin (2004) tidak
berkembangnya sektor pertanian berakar pada
terlalu berpihaknya pemerintah pada sektor
industri sejak pertengahan tahun 1980-an.
Menyusul periode pertumbuhan tinggi sektor
pertanian satu dekade sebelumnya, pemerintah
seolah menganggap pembangunan pertanian
dapat bergulir dengan sendirinya. Asumsi ini
membuat pemerintah mengacuhkan pertanian
dalam strategi pembangunannya. Hal ini tidak
terlepas dari pengaruh paradigm pembangunan
saat itu yang menekankan industrialisasi.
Pemerintah mencurahkan perhatiannya pada
sektor industri, yang kemudian diterjemahkan
dalam berbagai kebijakan proteksi yang
sistematis. Akibatnya, proteksi besar-besaran
ini telah merapuhkan basis pertanian pada
tingkat petani.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat
Kesejahteraan Petani
Faktor-faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani
antara lain:
1. Tanah atau lahan pertanian, banyaknya
lahan kosong yang disia-siakan serta
keberpihakan pemerintah terhadap
pengusaha besar menjadikan lahan
pertanian abadi semakin
menurun.Rentang waktu antaratahun
2002-2010 laju tahunan konversi lahan
baru 110 ribu hektar. Kini sudah naik
menjadi 145 ribu hektar/tahun.
2. Harga-harga pupuk,bibit,peralatan
pertanian dan biaya-biaya lain yang
harus dikeluarkan oleh petani biasanya
tidak sebanding dengan pendapatan
petani itu sendiri.
3. Peraturan perundangan sangat penting
pengaruhnya dalam peningkatan
kesejahteraan petani mulai dari
Undang-undang No.5 tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok
Agraria,Undang-undang No.56 tahun
1960 tentang penetapan luas tanah
pertanian,Peraturan pemerintah No.36
tahun 1998 tentang penertiban dan
pendayagunaan Tanah Telantar, dan
peraturan Perundangan lainnya
sangatlah mempengaruhi tingkat
kesejahteraan petani.
4. Peran aparat Pemerintah dan
organisasinya dalam meningkatkan
kesejahteraan petani dengan cara
menjalankan berbagai kegiatan agar
mampu menunjang kesejahteraan
petani.
Ekonomi Rumah Tangga Petani dalam
Meningkatkan Kesejahteraan
Pencapaian pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, dilakukan melalui upaya
stabilisasi ekonomi, pemanfaatan sumber daya
dalam negeri yang potensial, dan upaya
promosi ekspor yang merupakan tendensi
pembangunan dunia saat itu. Secara
keseluruhan dapat dikatakan bahwa periode ini
sentrum aktivitas pembangunan masih terpusat
di darat, terhadap lapisan masyarakat yang
menjanjikan potensi produksi yang tinggi, dan
unit aktivitas yang sanggup mendatangkan
akumulasi modal dan devisa negara terbesar.
Kecendrungan ini belum berjalan secara
proporsional bila dikaitkan dengan luas
wilayah, dan luas kelompok masyarakat yang
menguntungkan nasib pada pengelolahan
sumber daya alam di area pertanian.
Permasalahan petani dan kemiskinan
memiliki akar yang cukup kompleks. Terdapat
banyak hal yang turut mempengaruhi
kehidupannya. Namun, dalam hal ini
dikemukakan empat masalah dasar yang
dihadapi dalam peningkatan kualitas hidup
masyarakat petani, paling tidak dipengaruhi
oleh empat hal pokok :
1. Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh masyarakat petani. Kualitas hidup yang dimaksud dapat dalam arti luas yang meliputi kualitas pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan aspek sosial lainnya. Acuan yang digunakan pada kajian ini adalah kualitas SDM yang berkaitan langsung dengan tingkat produktivitas dan
PERSPEKTIF ISSN : 2085 – 0328
PERSPEKTIF/ VOLUME 6/ NOMOR 2/ OKTOBER 2013 229
kualitas hasil kerja yang dipunyai. Hal yang terakhir ini berkaitan langsung dengan keterampilan yang dimiliki kelompok masyarakat petani tersebut.
2. Keterbatasan daya jangkau pemasaran hasil produksi sumber daya hasil pertanian yang dipunyai oleh para petani. Keterbatasan daya jangkau pemasaran dapat berkaitan erat dengan masalah dasar sebelumnya yang berakibat pada mutu hasil produksi yang rendah, skala produksi yang tidak ekonomis, dan ketepatan distribusi. Kelompok petani, disamping memiliki keterbatasan sumber daya manusia, juga memiliki keterbatasan aset produksi, serta kekuatan organisasi dan manajemen yang lemah.
3. Keterbatasan akses kelompok masyarakat petani terhadap sumber daya finasial, teknologi, dan informasi, melengkapi kedua masalah dasar sebelumnya. Kelambatan adaptasi teknologi kelompok masyarakat petani bukan merupakan keterbatasan melekat pada diri petani, melainkan terbatasnya kemudahan yang diberikan untuk beradaptasi.
4. Keterbatasan kualitas kelembagaan yang dimiliki. Keterbatasan kelembagaan bukan hanya bersumber dari sisi internal kalangan petani, melainkan juga berasal dari faktor eksternal, seperti perangkat hukum melindungi, pengembangan organisasi, tingkat kemajuan koperasi petani, dan atau lingkungan yang menempatkan kelembagaan petani khsusnya pada saat berhadapan dengan kekuatan kelembagaan swasta nasional dan asing, pada kondisi yang tidak berimbang.
Keluarga merupakan kelompok primer
yang terpenting dalam masyarakat. Secara
historis keluarga terbentuk paling tidak dari
satuan yang merupakan organisasi terbatas dan
mempunyai ukuran yang minimum, terutama
pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan
suatu ikatan. Dengan kata lain, keluarga tetap
merupakan bagian dari masyarakat lokal yang
lahir dan berada didalamnya, yang secara
berangsur-angsur akan melepaskan ciri-ciri
tersebut karena tumbuhnya mereka kearah
pendewasaan (Khairuddin, 1985:10).
Istilah ekonomi berasal dari bahasa
Yunani yang berarti tata pelaksanaan rumah
tangga yang berupa kegiatan unutk memenuhi
kebutuhan pokok yaitu makanan,peralatan
rumah tangga, pakaian, dan perumahan.
Berbicara mengenai ekonomi selalu dikaitkan
dengan manajemen serta pola pengambilan
keputusan dalam keluarga serta upaya
pemenuhan ekonomi untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga.
Manajemen di dalam sebuah keluarga
akan melibatkan suami maupun istri sebagai
pengendali dalam keluarga. Aktivitas dalam
sebuah keluarga tidak akan berjalan lancar
tanpa adanya kerja sama diantara anggota
keluarga di bawah pimpinan suami selaku
pencari nafkah dan bekerja sama dengan istri.
Peran perempuan dalam ekonomi petani tidak
terbatas pada aspek sumbangan tunai saja,
tetapi juga pada aspek manajemen dalam
keluarga. Di dalam sebuah manajemen
keuangan ekonomi keluarga petani sebahagian
besar berada ditangan perempuan atau istri
khususnya, dan kemudian suami pada
umumnya tidak ikut campur tangan dalam
urusan rumah tangga. Sebagai seorang petani
selalu tergantung dari anugerah alam yang
kemungkinan besar mengalami banyak
rintangan. Banyak tidaknya hasil panen yang
diperoleh sangat tergantung pada kondisi alam.
Mely G. Tan mengemukakan bahwa
kehidupan sosial ekonomi dalam ilmu
kemasyarakatan sudah lazim mencakup tiga
unsur yaitu pekerjaan, pendidikan dan
kesehatan. Sedangkan kehidupan sosial
ekonomi dalam pengertian umum menyangkut
beberapa aspek yaitu pendidikan, kepercayaan,
PERSPEKTIF ISSN : 2085 – 0328
PERSPEKTIF/ VOLUME 6/ NOMOR 2/ OKTOBER 2013 230
status perkawinan, keadaan rumah tangga,
kesehatan, status pekerjaan dan penghasilan.
Adapun pendapat lain yang
menambahkan unsur kehidupan sosial yaitu
yang dikemukakanoleh Koelleb(dalam
Dahriani 1985). Unsur tersebut yaitu aspek
kesejahteraan sosial. Dimana ukuran-ukuran
yang dinyatakan bahwa adanya kesejahteraan
sosial adalah sebagai berikut :
1. Dengan melihat kualitas hidup dari segi materi seperti : keadaan rumah, bahan rumah tangga, bahan pangan dan sebagainya.
2. Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisikseperti : kesehatan tubuh, lingkungan alam, dan sebagainya.
3. Dengan melihat kualitas dari segi spritiual seperti : moral, etika keserasian, penyusaian dan sebagainya.
Kesejahteraan sosial dalam kehidupan
masyarakat pada dasarnya diliputi oleh rasa
keselamatan, kesusilaan, dan ketatakramaan
lahir batin yang memungkinkan bagi setiap
warga masyarakat untuk menjalani usaha-
usaha pemenuhan jasmani, rohani dan
sosialnya yang sebaik-baiknya bagi diri
sendiri, keluarga serta masyarakatdengan
menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia.
Dalam undang-undang Nomor 11
Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial
bahwa : Kesejahteraan sosial adalah suatu
tatanan kehidupan dan penghidupan sosial
materil maupun spritual yang diliputi oleh rasa
keselamatan, kesusilaan, dan keterampilan
lahir batin yang memungkinkan bagi sitiap
warga negara untuk mengadakan usaha
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani,
rohania dan sosialnya dengan sebaik-baiknya
bagi diri sendiri, keluarga serta masyarakat
dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi
manusia sesuai dengan pancasila.
PEMBAHASAN
Mencermati berbagai hasil analisis
deskriptif terhadap seluruh rangkaian
pertanyaan yang diajukan kepada sumber
informasi penelitian, selanjutnya perlu
dijelaskan mengenai kondisi peran pemerintah
Kabupaten Gayo Lues saat ini.Hasil analisis
terhadap informasi penelitian menunjukkan
gambaran bahwa secara keseluruhan peran
pemerintah daerah Kabupaten Gayo Lues
sebagaimana terfokus pada wujud pelaksanaan
Program Gemasih sudah cukup baik. Meski
demikian masih terdapat beberapa sisi
efektivitas tindakan serta kualitas sumber daya
manusia yang perlu mendapatkan perhatian
lebih intensif lagi di masa yang akan datang.
Sebagaimana pemahaman yang telah
ibangun sebelumnya bahwa pembangunan
kesejahteraan masyarakat petani di Kabupaten
Gayo Lues merupakan suatu rangkaian
kegiatan masyarakat petani yang termasuk di
dalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan,
perikanan dan juga kehutanan.Sehingga
keberadaan sustainibilitas program Gemasih
ini menjadi sangat penting mengingat wilayah
tempat penelitian ini berlangsung sarat akan
warna aktivitas agraris tersebut.
Peran pemerintah dan segala
aparaturnya sangat penting dalam mendukung
program Gerakan Masyarakat Petani Sejahtera
(Gemasih) yang dicanangkan oleh Bupati
Gayo Lues sebagai program unggulan di
samping tanaman pertanian yang lain,
terutama dalam pembentukan konsep dan
strategi pemerintah melalui Dinas Pertanian
dan Tanaman pangan kabupaten gayo Lues,
mengadakan beberapa kegiatan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan petani yaitu
dengan cara memanfaatkan atau
mengoktimalkan lahan-lahan tidur sebagai
lahan pertanian seiring bibit jagung dari APBD
I dan II serta pusat.dengan banyaknya bantuan
dan pembiayaan diharafkan petani bisa lebih
meningkatkan produksi pertaniannya dengan
menjadikan pasca tanam 1 tahun 2 kali masa
tanam.
PERSPEKTIF ISSN : 2085 – 0328
PERSPEKTIF/ VOLUME 6/ NOMOR 2/ OKTOBER 2013 231
Kemudian juga untuk meningkatkan
hasil dari pertanian pemerintah juga harus
membina kelompok tani dengan mengadakan
pelatihan/penyuluhan dan workshop atau
sistem dalam pengelolaan keuangan dalam
program Gerakan Masyarakat Petani Sejahtera
(gemasih) sebagai program Bupati Gayo Lues
dengan para muspida Plus yang terlibat
langsung dalam mengelola program tersebut
guna menjadikan masyarakat petani terampil,
profesional dan mandiri dengan demikian
dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat
melalui pertanian khususnya petani jagung
dapat meningkatkan kesejahteraan petani,
namun hal ini akan sia-sia apabila terdapat
kebijakan-kebijakan lain dalam dalam
pelaksanaan keuangan dalam mengelola
program tersebut.
Terdapat beberapa hambatan yang
dihadapi dalam rangka pelaksanaan Program
Gerakan Petani Sejahtera (Gemasih) di
kabupaten Gayo Lues baik dari Pemerintah
Daerah maupun pihak petani itu sendiri yang
dijelaskan sebagai berikut : pada pihak
pemerintah, Pemerintah merasa kesulitan
dalam pengadaan alat-alat/mesin pertanian
disamping harga dipasaran mahal dan
minimnya pengetahuan petani dalam
mengoprasionalkan alat-alat pertanian
tersebut,pemerintah juga terkendala dalam
merealisasikan bantuan-bantuan bibit, pupuk,
obat-obatan, untuk di distribusukan ke
masyarakat-masyarakat yang ada di 11
kecamatan dalam kabupaten Gayo Lues yang
mana jarak tempuh dan inpra struktur yang
payah karna kabupaten Gayo Lues masih
dalam pembenahan mengingat kabupaten
Masih berusia dini dari Kabupaten Induk
Kotacane (AcehTenggara).
Pada Pihak petan, masih minimnya
pengetahuan masyarakat tentang bertani
khususnya tanaman jagung hibrida,terdapat
pemikiran dari pada bertani bahwa lebih
mengutamakan bekerja sebagi buruh di kota
daripada bertani di kampung atau di desa
tempat mereka tinggal.
Disamping itu partisipasi
stakeholderpembangunan sektor pertanian
yang ada di Kabupaten Gayo Lues juga
menunjukkan perannya melalui penciptaan
lapangan usaha tani baru yang seiring dengan
upaya optimalisasi lahan tidur sebagaimana
gambaran penelitian ini. Sehingga akses serta
pembentukan modal akan meningkat dan
tentunya akan memperkuat pelaksanaan
program Gemasih atau program pembangunan
kesejahteraan masyarakat petani lainnya di
Kabupaten Gayo Lues.
Dengan hasil pemikiran ini baik
pemerintah, stakeholder sektor pertanian serta
masyarakat petani maka pemerintah daerah
membuat langkah-langkah penting dalam
pembentukan program pemerintah yaitu
Gerakan Masyarakat Petani
Sejahtera(Gemasih) untuk meningkatkan
kesejahteraan petani di samping bertani padi
yang selama ini telah terlaksana dan
menunjukkan manfaat yang sangat berarti.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dideskripsikan dengan jelas pada
bahagian penelitin ini sebelumnya, selanjutnya
dapat dirumuskan beberapa kesimpulan
penelitianini yakni sebagai berikut :
1. Peran pemerintah Kabupaten Gayo Lues dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat petani yang diwujudkan melalui pelaksanaan tugas dan pekerjaan yang terkait dengan dalam pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Gayo sudah dilaksanakan dengan baik. Meski demikian masih terdapat beberapa sisi efektivitas tindakan serta kualitas sumber daya manusia yang perlu mendapatkan perhatian lebih intensif lagi di masa yang akan datang.
2. Bebagai hambatan dalam perwujudan peningkatan kesejahteraan masyarakat petani di Kabupaten Gayo Lues
PERSPEKTIF ISSN : 2085 – 0328
PERSPEKTIF/ VOLUME 6/ NOMOR 2/ OKTOBER 2013 232
mencakup beberapa hal yakni; (1) Penguasaan dan Pengusahaan Lahan yang mengarah kepada kepemilikan petani atas lahan semakin sempit. Kondisi tersebut antara lain disebabkan oleh meningkatnya konversi atau alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian baik untuk pemukiman maupun fasilitas umum, (2) Degradasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, (3) Masalah Perubahan Iklim, (4) Keterbatasan Infrastruktur yang merupakan komponen yang sangat penting baik dalam pembangunan desa-desa pertanian di kabupaten Gayo Lues secara umum maupun dalam usaha tani secara khusus, (5) Keterbatasan Akses Permodalan sebagaimana adanya kesulitan petani umumnya untuk memperoleh akses permodalan dari sektor perbankan, serta (6) Faktor-faktor non pertanian. mempunyai dampak tersendiri bagi upaya peningkatan kesejahteraan petani dimana harga barang-barang konsumsi keluarga yang pada gilirannya juga berdampak pada peningkatan harga barang-barang yang dibayar oleh masyarakat petani.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian serta
kesimpulan di atas perlu dilakukan perbaikan
sekaligus menjadi saran dari pelaksanaan
penelitian ini yang mencakup:
1. Pihak Pemerintah Kabupaten Gayo Lues dapat lebih meningkatkan perannya secara khusus terfokus pada upaya peningkatan kualitas dan Kuantitas SDM Aparatur yang terkait langsung dengan pengelolaan sumber daya yang dibutuhkan dalam upaya mewujudkan masyarakat petani Gayo Lues yang sejahtera. Disamping itu upaya peningkatan tersebut tidak hanya sebatas hardware belaka melainkan juga mencakup peningkatan brainware selayaknya tingkat kesadaran dan disiplin yang
senantiasa mewarnai segala bentuk program pembangunan kesejahtaraan masyarakat petani.
2. Sinergisitas antara Pemerintah, masyarakat petani di Kabupaten Gayo Luwes serta stakeholder khususnya dalam rangkaian pembangunan setor pertanian harus dapat dijaga dinamikanya secara harmoni sehingga menghasilkan nilai dan kekuatan kerjasama yang solid dalam pembangunan dari sisi pertanian tersebut. Hal ini dapat dilaksanakan dengan penguatan terhadap forum komunikasi bersama yang dapat menghasilkan pelbagai gagasan perbaikan secara fungsional di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Bustanul, 2005, Pembangunan
Pertanian: Paradigma Kebijakan dan
StrategiRevitalisasi, Grazido, Jakarta.
Harjono, joan.1990.Tanah, Pekerjaan dan
Nafkah di pedesaan di Jawa
Barat.jogjakarta:gajah Mada
University Press
Hernanto, f. 1984.Petani Kecil, Potensi dan
Tantangan Pembangunan. Ganesia.
Jakarta.
Kuswardhani, A.H. 1998. Hubungan
Antara Status Sosial dan Partisipasi
Anggota KUD (Studi Kasus di KUD
Sawit Kabupaten Boyolali Skripsi
Sarjana. Fakultas Pertanian. UNS.
Surakarta.
Novi, Y.S. 2003.Hubungan Faktor-Faktor
Sosial Ekonomi Petani Dengan Partisipasi Petani Dalam Proyek
Percontohan Hutan Rakyat
Tanaman Jati Unggul di Kecamatan
Bringin Kabupaten
Semarang.Skripsi Sarjana. Fakultas
Pertanian. UNS. Surakarta. Suharto, Edi, 1997, Analisis Kebijakan
Sosial, Diakses 12 Februari 2007.
PERSPEKTIF ISSN : 2085 – 0328
PERSPEKTIF/ VOLUME 6/ NOMOR 2/ OKTOBER 2013 233
http://www.policy.hu/suharto/modul_a
/makindo_17.htm
Sutanto, Rachman.2002.Penerapan pertanian
organik pemasyarakatan dan
pengembangan. Jakarta:kanisius
BPS. Berbagai terbitan.