InfoTek ISSN 2085-319Xperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Info... ·...
Transcript of InfoTek ISSN 2085-319Xperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Info... ·...
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 17
ISSN 2085-319X
InfoTekMedia Bahan Bakar Nabati dan Perkebunan
InfoTek Perkebunan diterbitkan setiap bulan oleh Pusat Penelitiandan Pengembangan Perkebunan,
Badan Penelitian danPengembangan Pertanian
Volume 11, Nomor 5, Mei 2019 Publikasi Semi Populer
Alamat Redaksi:Jalan Tentara Pelajar No.1, Bogor 16111.Telp. (0251) 8313083. Faks. (0251) 8336194.email: [email protected]//perkebunan.litbang.pertanian.go.idDana: APBN 2018 DIPA Puslitbang PerkebunanDesign: Zainal Mahmud
Menggali Potensi Kemiri Sunan sebagai Fungisida Nabati
Kemiri Sunan (Reutealis trisperma (BLANCO) Airy Shaw) (Euphorbiaceae) adalah tanaman asli dari Filipina yang telah tersebar di Jawa Barat (Duke, 1983). Tanaman ini dibudidaya-kan sebagai tanaman peneduh/penghijauan, selain itu bijinya digunakan sebagai sumber energi alternatif pengganti solar (biodiesel) dan sebagai pestisida nabati karena mengandung senyawa α-elaeostearic acid. Senyawa tersebut bersifat racun terhadap hama tanaman.
Kemiri sunan sebagai insektisida nabati telah banyak di-gunakan untuk mengendalikan hama tanaman perkebunan se-perti penggerek batang lada Lophobaris piperis Marsh (Coleop-tera: Curculionidae), penggerek batang pala Batocera hercules Boisd (Coleoptera: Cerambycidae) dan penggerek batang ceng-keh Nothopeus hemipterus Oliv. Hexamitodera semivelutina Hell. (Coleoptera: Cerambycidae), pengerek buah kakao Cono-pomorpha cramerella Snell. (Lepidoptera: Gracillariidae), penggerek buah kopi Hypothenemus hampei (Ferrari) (Coleop-tera: Curculionidae), kumbang Anthonomus gradis yang me-nyerang tanaman kapas dan rayap. Mekanisme minyak kemiri sunan dalam membunuh hama tanaman adalah bersifat anti feedant (menghambat aktivitas makan) dan tidak bersifat me-matikan secara langsung.
Pemanfaatan kemiri sunan sebagai pengendali patogen pe-nyakit tanaman belum pernah dilaporkan, apakah tanaman ini juga bersifat fungisida nabati. Penelitian penggunaan kemiri sunan sebagai fungisida nabati telah dilakukan pada beberapa patogen tanaman yaitu Phytophthora palmivora patogen pe-nyebab busuk buah kakao dan Rigidoporus microporus pato-
gen jamur akar putih pada tanaman karet. Pengujian dilakukan mengunakan kulit buah, kulit karnel dan minyak kemiri sunan (Gambar 1). Kulit buah dan karnel diekstrak menggunakan me-tanol sehingga diperoleh ekstrak kasar. Konsentrasi ekstrak dan minyak yang diuji adalah 0,5%. Ekstrak dan minyak kemiri sunan diuji menggunakan metode peracunan media. Percobaan dilakukan secara in vitro pada media potato dextrosa agar (PDA). Jamur patogen P. palmivora dan R. lignosus ditanam ke dalam media PDA yang sudah diberi perlakuan ekstrak dan minyak kemiri sunan sesuai konsentrasi, kemudian diinkubasi pada suhu kamar. Pengamatan dilakukan terhadap diameter pertumbuhan jamur dan tingkat efikasi (TE). Tingkat efikasi dihitung dengan membandingkan pertumbuhan jamur pada perlakuan fungisida nabati dan tanpa perlakuan fungisida nabati. Formula yang diuji dinilai efektif apabila nilai tingkat efikasi (TE) ≥ 30%. TE dihitung menggunakan rumus :
Keterangan :
TE = tingkat efikasi
ISK = intensitas serangan penyakit pada kontrol
(tanpa fungisida nabati)
ISP = intensitas serangan penyakit pada perlakuan fungisida nabati
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah, kulit karnel dan minyak kemiri sunan memperlihatkan daya hambat yang rendah terhadap P. palmivora maupun terhadap R. microporus yaitu ≤26,44%, bahkan ekstrak kulit buah tidak dapat menghambat pertumbuhan jamur sama sekali (0,0%) (Tabel 1).
Diameter pertumbuhan jamur P. palmivora pada perlakuan ekstrak kulit buah yaitu 6,28 cm, ekstrak kulit karnel 5,12 cm dan minyak 6,04 cm tidak berbeda dengan perlakuan kontrol yaitu 6,12 cm, dengan daya hambat 16,34% untuk ekstrak kulit karnel dan 1,31% untuk minyak sedangkan untuk ekstrak kulit buah tidak ada penghambatan sama sekali (0%). Untuk jamur R. microporus perlakuan ekstrak kulit buah diameter partum-buhannya adalah 8,64 cm, ekstrak kulit karnel 9,00 cm dan mi-nyak 6,62 cm, dengan daya hambat berturut-turut adalah 4,00%, 0% dan 26,44% (Tabel 1, Gambar 1). Kecilnya daya hambat kemiri sunan terhadap P. palmivora dan R. microporus mungkin disebabkan oleh rendahnya senyawa aktif dari meta-bolit sekunder tanaman tersebut yang bersifat fungisida ter-hadap patogen atau mungkin α-elaeostearic acid yang terdapat pada kemiri sunan tidak bersifat toksik terhadap patogen. Berdasarkan tingkat efikasi dari bahan yang diuji, kemiri sunan tidak efektif digunakan sebagai fungsida nabati karena tingkat efektivitasnya kurang dari 30%.
Editorial
Bioprospeksi tanaman untuk peningkatkan nilai tambah menjadi salah satu aspek penting pada tanaman perkebunan. Pada nomor ini dibahas tentang upaya menggali potensi Kemiri Sunan sebagai fungsida nabati. Artikel lain mengulas tentang potensi plasma nutfah kakao di Sumatera Barat yang dapat dimanfaatkan sebagai materi genetik untuk menghasil-kan varietas unggul lokal melalui pemuliaan partisipatif, serta masalah serangan hama Rhyncoporus ferrugineus pada pertanaman kelapa yang dapat menurunkan produksi dan kualitas kelapa di Jawa Timur, Maluku dan Sulawesi.
Redaksi
Gambar 1. Bagian dari buah kemiri sunan yang digunakan dalam pengujian, a) buah kemiri sunan, b) kulit buah, c) kulit karnel dan d) biji.
( )100%
IS
ISISTE
k
pk ´-
=
Tabel 1. Daya hambat serbuk, ekstrak dan minyak kemiri sunan terhadap pertumbuhan Phytophthora palmivora dan Rigidoporus microporus
Perlakuan Diameter jamur (cm) Daya hambat (%)
P. palmivora R. microporus P. palmivora R. microporus
Ekstrak kulit buah 6,28 8,64 - 4,00
Ekstrak kulit karnel 5,12 9,00 16,34 0,00
Minyak 6,04 6,62 1,31 26,44
Kontrol 6,12 9,00 - -
a b c d
(Rita Harnui dan DibyoPranowo/Peneliti Balittri)
18 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Potensi Plasma Nutfah Kakao di Sumatera Barat: Upaya Konservasi dan Pemanfaatannya melalui Pemuliaan Partisipatif
Sumatera Barat merupakan wilayah penghasil kakao ketiga terbesar di Indonesia dan terbesar di wilayah Barat. Di samping itu dengan kualitas biji yang terbaik serta iklim yang sesuai untuk kakao menjadikan Sumatera Barat sebagai salah satu pusat unggulan kakao di Wilayah Barat Indonesia. Sebagai salah satu sentra penghasil kakao terbesar, Sumatera Barat menyimpan potensi plasma nutfah kakao yang luar biasa yang tersebar di 19 kabupaten, salah satunya adalah yang terdapat di Nagari Batu Payung, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota dan di Jorong Balubuih, Nagari Sungaitalang, Kecamatan Guguak, Kabupaten Limapuluh Kota. Sekitar 20 aksesi plasma nutfah kakao telah diperoleh dari hasil eksplorasi di kedua nagari tersebut. Hasil observasi awal di lapangan menunjukan adanya potensi sifat ketahanan terhadap hama dan penyakit penting seperti busuk buah kakao (BBK)
dan VSD, protas tinggi serta karakteristik biji besar (Tabel 1). Hasil pengamatan terhadap karakter morfologi juga menunjukkan adanya keragaman morfologi buah yang sangat besar (Gambar 1). Plasma nutfah asal Sumatera Barat ini telah dikoleksi di Balittri untuk dilakukan karakterisasi dan evaluasi lebih lanjut untuk lebih menggali potensi genetiknya, yang mana hasil observasi awal di lapangan akan menjadi dasar untuk dilakukan pengujian lebih lanjut.
Sebagai salah satu bukti keunggulan plasma nutfah kakao dari Sumatera Barat adalah klon BL 50. BL 50 merupakan plasma nutfah unggul lokal asal Nagari Sungaitalang, Kecama-tan Guguak, Kabupaten Limapuluh Kota yang dilepas sebagai varietas unggul dengan produktivitas tinggi yaitu 3,69 ton/ ha/th. BL 50 merupakan hasil kegiatan pemuliaan partisipatif peneliti Balittri dengan petani setempat. Sampai saat ini BL 50 masih merupakan varietas unggul kakao dengan potensi protas tertinggi di Indonesia, di atas klon unggul asal Sulawesi yang juga telah dilepas sebagai varietas yaitu MCC 01 dan MCC 02 yg memiliki potensi protas berturut-turut 3,67 dan 3,13 kg/ha/tahun.
Mengingat besarnya potensi plasma nutfah kakao di wilayah Sumatera Barat, dan wilayah Indonesia lainnya, akan sangat baik apabila pemerintah daerah (dalam hal ini pemerintah Provinsi Sumatera Barat) melakukan konservasi terhadap sumber keragaman genetik plasma nutfah kakao yang ada di daerahnya. Konservasi dapat dilakukan dengan menetapkan kawasan konservasi di wilayah-wilayah tertentu yang memiliki keragaman genetik kakao paling tinggi (on farm conservation). Adanya kebijakan pemerintah untuk mengembangkan klon-klon unggul baru secara vegetatif (klonalisasi) dan meremajakan tanaman kakao yang sudah tidak produktif dengan klon-klon unggul baru tersebut telah mengakibatkan hilangnya sebagian besar plama nutfah kakao yang ada di lahan petani. Keberadaan plama nutfah tersebut sangat penting sebagai sumber keragaman genetik di dalam program pemuliaan sekaligus sebagai barrier genetik bagi keberlanjutan produksi kakao di Indonesia. Oleh karena itu sangatlah penting melakukan konservasi terhadap kekayaan plasma nutfah kakao yang ada di lahan petani yang sebagian besar belum tergali potensi pemanfaatannya. Di samping itu kegiatan pemuliaan partisipatif dengan melibatkan petani sebagai mitra di dalam melakukan seleksi sangatlah penting di dalam menggali potensi plasma nutfah lokal. Upaya ini terbukti berhasil dengan telah dilepasnya beberapa klon unggul yang sangat disukai petani seperti Sulawesi 1, Sulawesi 2, MCC 01, MCC 02 dan BL 50. Sampai saat ini klon-klon unggul lokal tersebut lebih dapat diterima dan disukai oleh petani dan penyebarannya lebih luas dibandingkan klon atau varietas unggul lainnya yang bukan merupakan hasil pemuliaan partisipatif. Hal ini disebabkan pada pemuliaan partisipatif petani disertakan di dalam melakukan seleksi sehingga preferensi petani dapat diakomodir.
Tabel 1. Potensi Keunggulan Plasma Nutfah Kakao Asal Sumatera Barat
Aksesi dan gambar Asal Karakteristik* Potensi
Pemanfaatan
RCL
Sungaitalang Buah dan biji besar,
kulit batang retak
Sumber sifat protas
tinggi
E3
Sungaitalang Biji besar Sumber sifat biji
besar
E6
Sungaitalang Biji besar, toleran
VSD
Sumber sifat biji
besar dan ketahan-
an terhadap VSD
E10
Sungaitalang Tahan VSD, rentan
busuk buah
Sumber sifat
ketahanan
terhadap VSD
E9
Sungaitalang Buah dan biji banyak,
tahan VSD, toleran
PBK
Sumber sifat
ketahanan
terhadap VSD dan
PBK
E8
Sungaitalang Buah banyak, tahan
VSD
Sumber sifat
ketahanan
terhadap VSD
I-1
Batu Payung Buah dan biji besar,
tidak tahan VSD
Sumber sifat protas
tinggi
I-3
Batu Payung Buah banyak dan
besar
Sumber sifat protas
tinggi
I-4
Batu Payung Buah banyak dan
besar
Sumber sifat protas
tinggi
Keterangan * Hasil observasi awal di lapangan
Gambar 1. Keragaman morfologi buah kakao di Nagari Sungatalang, Kabupaten Limapuluh Kota.
(Nur Ajijah/Peneliti Balittri)
19Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Pelindung Dr. Fadjry Djufry
(Kepala Puslitbang Perkebunan)
Penanggung Jawab Dr. Jelfina Constansje Alouw
Pemimpin Redaksi Dr. Nurliani Bermawie
Anggota Dr. Joko Pitono
Dr. Rr. Sri Hartati Dr. Rita Harni
Dr. Suci Wulandari
Redaksi Pelaksana Dr. Saefudin
Sudarsono.SE Elfiansyah Damanik
Hama Rhynchoporus ferrugineus Oliver pada Tanaman
Rhynchoporus ferrugineus (Coleoptera: Curculionidae)
merupakan salah satu jenis hama yang merugikan tanaman
kelapa. Hama berpengaruh terhadap produksi baik secara
kuantitas maupun kualitas. Hama R. ferrugineus akhir-akhir
ini banyak menyerang pertanaman kelapa petani di Jawa
Timur, Maluku dan Sulawesi. Selain tanaman kelapa, tanaman
inang hama ini adalah tanaman kelapa sawit, kurma, sagu,
aren dan tanaman palem lainnya (Malumpy dan Moran, 2012).
R. ferrugineus menyerang tanaman kelapa mulai dari
tanaman muda sampai tanaman berproduksi di lapangan.
Hama ini menyerang dan merusak bagian titik tumbuh
(pangkal tajuk tanaman), menyebabkan tajuk tanaman yang
terserang patah terkulai karena pangkal tajuk tanaman telah
rusak akibat lubang bekas gerekan hama R. ferrugineus ini.
Liang bekas gerekan akan terlihat keluar lendir berwarna
merah cokelat. Pada tanaman muda, kumbang dewasa
melubangi bagian pangkal tanaman atau bagian titik tumbuh
sehingga mengakibatkan bagian pelepah daun rusak dan
pelepah terkulai, sedangkan pada tanaman dewasa, kumbang
melubangi pelepah termuda yang belum terbuka.
Biologi R. ferrugineus sebagai berikut: Telur menetas
dalam 2 - 3 hari. Periode larva berlangsung 41 - 78 hari (rata-
rata 63 hari), pupa 15 - 27 hari (rata-rata 19,5) hari pada suhu
300C dan 80% R.H. Lama hidup kumbang 120 - 168 hari (El-
Bishry et al., 2000).
Pengendalian hama ini yaitu dengan cara sanitasi dengan
membersihkan kebun dan memotong serta memusnahkan
pohon kelapa yang sudah mati agar tidak menjadi sumber
untuk perkembangbiakan hama ini. Pengendalian secara
hayati dengan memanfaatkan musuh alami, baik predator,
parasitoid, maupun patogen serangga. Pengendalian hayati
relatif aman, ramah lingkungan dan berkelanjutan atau
bersandar pada pemanfaatan sumberdaya alam. Selain itu
pengendalian ini mudah diadopsi oleh petani, murah dan
ramah lingkungan. Sistem pengendalian hama secara hayati
oleh musuh alami merupakan suatu sistem yang biasa terjadi
di alam. Kelompok musuh alami dari parasitoid, predator dan
entomopatogen merupakan agens pengendalian hama yang
ramah lingkungan dan berkelanjutan. Keseimbangan alami
terjadi akibat adanya interaksi antara tanaman, hama, dan
musuh alami. Parasitoid, predator, dan entomopatogen
merupakan salah satu kelompok musuh alami yang berperan
dalam membantu pertahanan tanaman. Mekanisme pertahanan
tanaman melibatkan organisme lain dalam pertahanan
tanaman melalui rekrutmen musuh alami karena musuh alami
mampu mengendalikan hama secara spesifik di lapangan.
Beberapa musuh alami R. ferrugineus di antaranya adalah
Cytoplasmic polyhedrosis virus (CPV), Hete-rorhabditis
indicus, Hypoaspis, Praecocilenchus ferrugino-phorus, Scolia
erratica, Steinernema carpocapsae, S. riobravis, Chelisoches
morio dan Metarhizium sp.
Satu hal penting selain pengendalian untuk meningkatkan
produktivitas kelapa diperlukan tindakan pengelolaan serangga
hama R. ferrugineus sedini mungkin untuk mengantisipasi agar
tidak terjadi eksplosi hama ini.
Gambar 2. a) Imago R. ferrugineus, b) larva dan c) pupa pada
pelepah kelapa
Gambar 1. a dan b) pelepah kelapa yang terserang R. ferrugineus
a b
a b
c
(Novalisa Lumentut / Peneliti
Balit Palma)
20 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
InfoTek Perkebunan memuat informasi mengenai perkembangan bahan bakar nabati dan teknologi perkebunan;inovasi teknologi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian cq Puslitbang Perkebunan dan instansi lain; opini, atau gagasanberdasarkan hasil penelitian dalam bidang teknik, rekayasa, sosial ekonomi; serta tanya-jawab seputar bahan bakar nabati dan teknologi perkebunan. Redaksi menerima pertanyaan-pertanyaan seputar bahan bakar nabati dan teknologi perkebunan yang akan dijawab oleh para peneliti Puslitbang Perkebunan. Selain dalam bentuk tercetak, InfoTek Perkebunan juga tersedia dalam bentuk elektronis yang dapat diakses secara on-line pada: http//perkebunan.litbang.deptan.go.id
ISSN 2085-319X
9 772085 319001
teknologi-teknologi terbaik. (Syafarudin/Kepala Balai Penelitian
Tanaman Industri dan Penyegar)
Kepala Balitbangtan Beserta Jajarannya Tinjau Lokasi HPS 39
Hari Pangan Sedunia (HPS) jatuh pada 16 Oktober setiap
tahunnya merupakan salah satu perhelatan akbar yang
diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian dengan
melibatkan sejumlah Kementerian dan Lembaga terkait
bahkan sejumlah industri yang berkaitan erat dengan pangan
dan pertanian. Pada penutupan HPS ke 38 tahun lalu di
Jejangkit Muara, Barito Kuala-Kalimantan Selatan, Menteri
Pertanian Dr. Andi Amran Sulaiman menyampaikan bahwa
pelaksanaan perayaan HPS tahun 2019 dilaksanakan di
Propinsi Sulawesi Tenggara.
Dalam rangka persiapan pelaksanaan momen penting ini,
Kabalitbangtan Dr. Fadjry Djufry melakukan kunjungan
lapangan dan koordinasi dengan sejumlah pihak. Kepala
Balitbangtan didampingi oleh Kepala Balai Besar Pengkajian
dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Haris
Syahbuddin, Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
(Balitklimat) Harmanto, Kepala Balai Penelitian Tanah (Balit
Tanah) Husnain, Kepala Balai Penelitian Tanaman Industri
dan Penyegar (Balittri) Syafaruddin, dan Kepala Bidang
Program dan Evaluasi Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan (Puslitbangbun) Rustan Massinai. Masing-masing
pejabat eselon 2 dan 3 didampingi oleh satu orang peneliti
dengan keahlian spesifik yang dimiliki.
Tujuan dalam kunjungan lapang adalah melihat lokasi
tempat pembukaan seremonial acara HPS 39 yang rencananya
akan dilakukan di kawasan MTQ Monumen. Kawasan ini
dianggap cukup layak untuk didesain dengan panggung besar di
tengahnya sebagai pusat tempat berlangsungnya acara dan
masih memiliki ruang yang cukup lega untuk ratusan tenda
yang nantinya berfungsi sebagai display produk-produk inovasi
dari berbagai elemen yang terlibat.
Setelah meninjau lokasi seremonial pembukaan, rombongan
melakukan rapat koordinasi di kantor Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawes Tenggara. Dalam
arahannya, Kabalitbangtan mengatakan bahwa HPS 39 kali ini
berbeda dibandingkan dengan HPS yang telah dilakukan di
tahun-tahun sebelumnya dimana lebih banyak menampilkan
segala sesuatu yang berhubungan dengan tanaman
hortikultura, tanaman pangan yang sifatnya semusim dan
mudah untuk dikondisikan sehingga pada hari H dapat terlihat
baik. HPS kali ini juga akan lebih difokuskan untuk tanaman
perkebunan, tanaman utama yang akan ditonjolkan adalah
kakao, disamping juga akan ada tanaman sagu, tebu dan lada.
Kabalitbangtan mengharapkan nantinya akan ada kolaborasi
teknologi antara Balitklimat, Balitanah dan Puslitbangbun
khususnya Balittri, yang akan mewujudkan HPS dengan konsep
tanaman perkebunan dapat berjalan dengan sukses. Oleh
karena HPS merupakan momen penting yang diselenggarakan
setiap tahunnya, tentu saja bukan hanya menjadi tanggungjwab
satker-satker yang disebut tadi. BPTP Sulawesi Tenggara
merupakan salah satu Satker yang sangat diharapkan paling pro
aktif mengingat wilayah kerja satker ini sebagai tuan rumah
penyelenggaraan perhelatan akbar pangan dan pertanian. HPS
merupakan wujud komitmen pemerintah dalam upaya
memenuhi kebutuhan pangan, baik dalam negeri dan luar
negeri. HPS 2019 harapkan menjadi ajang demontrasi
Gambar Koordinasi dan Kunjungan Kabalitbangtan
(Dr. Fadjry Djufry) di lokasi HPS