Persilangan Interspesifik dan Intergenek...

16
Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012 101 Makalah Pendukung 3 Persilangan Interspesifik dan Intergenerik Anggrek Phalaenopsis Untuk Menghasilkan Hibrid Tipe Baru Budi Marwoto, Dedeh S. Badriah, Minangsari Dewanti, dan Lia Sanjaya Balai Penelitian Tanaman Hias, Jln. Raya Pacet-Ciherang PO BOX 8 SDL 43253, Telp. (0263) 517056, Fax. (0263) 514138 ABSTRAK. Sejak puluhan tahun lalu kegiatan pemuliaan Phalaenopsis dilakukan melalui persilangan antar varietas dengan menggunakan kelompok tetua yang sama. Hal ini menyebabkan variasi genetik hibrid yang dihasilkan makin terbatas. Hibrid tipe baru dapat diciptakan melalui persilangan antar spesies dan genera yang memiliki karakter unik. Namun persilangan interspesifik dan intergenerik tidak mudah dilakukan karena terdapat barier genetik yang disebabkan oleh abnormalitas proses meiosis dan ketidakserasian antara tepungsari dan kepala putik antar tetua jantan dan betina. Di dalam penelitian ini dilakukan persilangan interspesifik dan intergenerik Phalaenopsis dengan tujuan mengetahui keserasian genetik antar tetua persilangan. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk merakit hibrid tipe baru yang sesuai dengan preferensi konsumen. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2010 di rumah kaca dan laboratorium Balai Penelitian Tanaman Hias, Cipanas-Jawa Barat. Materi genetik yang digunakan sebagai tetua persilangan terdiri atas spesies, hibrid primer, hibrid sekunder dan hibrid tingkat lanjut (hibrid komersial) Phalaenopsis. Cakupan penelitian meliputi koleksi tetua persilangan, karakterisasi koleksi tetua, persilangan antar tetua, pengecambahan biji, pembentukan plb (protocrom like bodies), regenerasi planlet dan aklimatisasi. Persilangan antar spesies dan genera Phalaenopsis dilakukan di dalam rumah kaca dengan meletakkan tepungsari tetua jantan ke kepala putik tetua betina. Biji F1 dikecambahkan pada media Vaccin dan Went. Plbs yang dihasilkan kemudian diregenerasikan hingga menjadi planlet pada media yang diberi auksin dan sitokinin. Planlet yang tumbuh selanjutnya dipelihara hingga siap diaklimatisasikan di dalam rumah kaca. Sebanyak 147 persilangan antar spesies dan genera Phalanopsis telah dilakukan di dalam penelitian ini, 102 persilangan menghasilkan buah dan 45 silangan tidak menghasilkan buah (aborsi). Buah yang dihasilkan ternyata tidak selalu dapat bertahan hingga matang fisiologis, bahkan sebagian buah yang diketahui telah masak fisiologis ternyata tidak mengandung biji. Sebanyak 11.03 % persilangan saja yang menghasilkan buah matang fisiologis dan menghasilkan biji, sedang sisa buah lainnya mengalami kerontokan pada umur 1 3 bulan. Plb dan planet dari berbagai persilangan interspesifik dan intergenerik Phalaenopsis telah dihasilkan dan sebagian planlet telah diaklimatisasikan di dalam rumah kaca. Kata kunci : Phalaenopsis, hibrid, tipe baru, persilangan interspesifik, persilangan intergenerik, keserasian genetik ABSTRACT. Marwoto, B, D.S. Badriah, M. Dewanti, and L. Sanjaya. 2011. Compatibility of Interspesific and Intergeneric Crosses of Phalaenopsis to Produce New Type Hibrids. For the last decades Phalaenopsis breeding has been done through intervarietal crosses using the same group of parents that caused reduction of genetic variation of new hibrids. New type of hybrids are certainly needed to generate market trend setter that can be resulted from interspecific and intergeneric crosses. Those crossess, however, are really not easy

Transcript of Persilangan Interspesifik dan Intergenek...

Page 1: Persilangan Interspesifik dan Intergenek Anggrekbalithi.litbang.pertanian.go.id/...116...hibrid.pdf · Makalah Pendukung 3 Persilangan Interspesifik dan Intergenerik Anggrek Phalaenopsis

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

101

Makalah Pendukung 3

Persilangan Interspesifik dan Intergenerik Anggrek

Phalaenopsis Untuk Menghasilkan Hibrid Tipe Baru

Budi Marwoto, Dedeh S. Badriah, Minangsari Dewanti, dan Lia Sanjaya Balai Penelitian Tanaman Hias,

Jln. Raya Pacet-Ciherang PO BOX 8 SDL 43253,

Telp. (0263) 517056, Fax. (0263) 514138

ABSTRAK. Sejak puluhan tahun lalu kegiatan pemuliaan Phalaenopsis dilakukan melalui

persilangan antar varietas dengan menggunakan kelompok tetua yang sama. Hal ini

menyebabkan variasi genetik hibrid yang dihasilkan makin terbatas. Hibrid tipe baru dapat

diciptakan melalui persilangan antar spesies dan genera yang memiliki karakter unik. Namun

persilangan interspesifik dan intergenerik tidak mudah dilakukan karena terdapat barier genetik

yang disebabkan oleh abnormalitas proses meiosis dan ketidakserasian antara tepungsari dan

kepala putik antar tetua jantan dan betina. Di dalam penelitian ini dilakukan persilangan

interspesifik dan intergenerik Phalaenopsis dengan tujuan mengetahui keserasian genetik antar

tetua persilangan. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk merakit hibrid tipe baru

yang sesuai dengan preferensi konsumen. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan

Desember 2010 di rumah kaca dan laboratorium Balai Penelitian Tanaman Hias, Cipanas-Jawa

Barat. Materi genetik yang digunakan sebagai tetua persilangan terdiri atas spesies, hibrid

primer, hibrid sekunder dan hibrid tingkat lanjut (hibrid komersial) Phalaenopsis. Cakupan

penelitian meliputi koleksi tetua persilangan, karakterisasi koleksi tetua, persilangan antar tetua,

pengecambahan biji, pembentukan plb (protocrom like bodies), regenerasi planlet dan

aklimatisasi. Persilangan antar spesies dan genera Phalaenopsis dilakukan di dalam rumah kaca

dengan meletakkan tepungsari tetua jantan ke kepala putik tetua betina. Biji F1 dikecambahkan

pada media Vaccin dan Went. Plbs yang dihasilkan kemudian diregenerasikan hingga menjadi

planlet pada media yang diberi auksin dan sitokinin. Planlet yang tumbuh selanjutnya

dipelihara hingga siap diaklimatisasikan di dalam rumah kaca. Sebanyak 147 persilangan antar

spesies dan genera Phalanopsis telah dilakukan di dalam penelitian ini, 102 persilangan

menghasilkan buah dan 45 silangan tidak menghasilkan buah (aborsi). Buah yang dihasilkan

ternyata tidak selalu dapat bertahan hingga matang fisiologis, bahkan sebagian buah yang

diketahui telah masak fisiologis ternyata tidak mengandung biji. Sebanyak 11.03 % persilangan

saja yang menghasilkan buah matang fisiologis dan menghasilkan biji, sedang sisa buah

lainnya mengalami kerontokan pada umur 1 – 3 bulan. Plb dan planet dari berbagai persilangan

interspesifik dan intergenerik Phalaenopsis telah dihasilkan dan sebagian planlet telah

diaklimatisasikan di dalam rumah kaca.

Kata kunci : Phalaenopsis, hibrid, tipe baru, persilangan interspesifik, persilangan

intergenerik, keserasian genetik

ABSTRACT. Marwoto, B, D.S. Badriah, M. Dewanti, and L. Sanjaya. 2011.

Compatibility of Interspesific and Intergeneric Crosses of Phalaenopsis to Produce New

Type Hibrids. For the last decades Phalaenopsis breeding has been done through intervarietal

crosses using the same group of parents that caused reduction of genetic variation of new

hibrids. New type of hybrids are certainly needed to generate market trend setter that can be

resulted from interspecific and intergeneric crosses. Those crossess, however, are really not easy

Page 2: Persilangan Interspesifik dan Intergenek Anggrekbalithi.litbang.pertanian.go.id/...116...hibrid.pdf · Makalah Pendukung 3 Persilangan Interspesifik dan Intergenerik Anggrek Phalaenopsis

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

102

to be done because of genetic barrier caused by abnormalities of meiosis process and

incompatibility between polen of male parent and stigma of female parent. In this study

interspesific and intergeneric crosses were done to determine genetic compatibility among the

parents used. The study was done on March through December 2010 in the greenhouse and

laboratory Indonesian Ornamental Crop Research Institute, Cipanas-West Java. Genetic

materials used as female and male parents comprised of species, primary hibrids, secondary

hibrids and advanced hibrids (commercial hibrids). Scope of study included collection of

selected material genetics, characterization of collected material genetics, crosses among the

material genetics, seed sowing, production of plb (protocrom like bodies), regeneration of

planlet and planlet acclimatization. Crosses among the genetic materials of Phalaenopsis were

done in the greenhouse through disposing polen of male parent on stigma of male parents. F1

seeds were germinated on Vaccin dan Went medium and the growing plbs were subsequently

regenerated to induce planlets using same medium added with plant growth regulators

(cytokinin and auxin). The planlets were then maintained in the greenhouse. About 147

interspecific and intergeneric croses of Phalanopsis were done. Of the total crosses made, 102

crosses produced fruit and 45 crosses did not yield fruits (abortus). After maintained sometime

one part of the total fruits could not survive till physiological mature. Only 11.03 % of the total

crosses produced mature fruits and seeds and the remainings yielded fruits aborted on 1 – 3

months after fruit initiation. Sowing of the seeds on the in vitro media produced plb and

regeneration of the plb on the same media enriched with auxin and cytokinin resulted in planets.

Four months after regeneration in the in vitro medium, the planlets were acclimated in the

greenhouse.

Kata kunci : Phalaenopsis, new type hybrids, interspesifi crosses, intergeneric hybrids,

genetic compatibility

PENDAHULUAN

Phalaenopsis merupakan salah satu

genera anggrek yang banyak

dibudidayakan di dalam negeri dan

sangat diminati para konsumen.

Beberapa spesies Phalaenopsis

merupakan asli Indonesia, seperti

Phalaenopsis amabilis, P. javanica, P.

sumaterana dan P. amboinensis

(Sastrapradja et al., 1977). Spesies alam

anggrek Indonesia telah dimanfaatkan

para pemulia internasional untuk

menghasilkan hibrid baru yang eksotis

(Djaafarer, 2002). Dalam upaya

memenangkan persaingan global

diperlukan perakitan varietas yang

memiliki karakter unik. Karakter-

karakter unik diperoleh melalui skema

persilangan yang melibatkan spesies

dan/atau genera lain yang diketahui dapat

mewariskan karakter yang diinginkan.

Persilangan antar spesies dan genera

Phalaenopsis akan menghasilkan tipe,

warna dan bentuk bunga beragam yang

untuk memenuhi preferensi konsumen.

Persilangan interspesifik dan

intergenerik Phalaenopsis dapat

menghasilkan warna bunga bervariasi

dari warna putih, merah muda, ungu,

kuning hingga merah dengan bintik-

bintik, bercak ataupun garis yang

menarik. Hibrid baru dengan karakter

unik dapat dibuat dengan memanfaatkan

informasi pewarisan sifat tetua jantan dan

betina. Beberapa spesies berikut dapat

mewariskan karakter kualitatif unggul,

Page 3: Persilangan Interspesifik dan Intergenek Anggrekbalithi.litbang.pertanian.go.id/...116...hibrid.pdf · Makalah Pendukung 3 Persilangan Interspesifik dan Intergenerik Anggrek Phalaenopsis

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

103

seperti : (1) Phalaenopsis amabilis

mewariskan karakter warna bunga putih,

berbunga banyak dan tangkai bunga

kekar, (2) Phalaenopsis equestris,

Phalaenopsis violacea dan Phalaenopsis

schilleriana mewariskan karakter warna

bunga merah, (3) Phalaenopsis javanica

mewariskan karakter bunga berwarna

kuning, krem atau pun merah, (4)

Phalaenopsis amboensis mewariskan

karakter warna bunga kuning, merah dan

berbintik, (5) Phalaenopsis comucervi

mewariskan karakater bunga bercorak

garis-garis, dan (6) Phalaenopsis

sumatera dan Phalaenopsis viridis

mewariskan karakter bunga tebal dan

berbintik.

Untuk mendapatkan hibrid-hibrid

anggrek tipe baru dibutuhkan persilangan

jarak jauh antar spesies dan antar generik

(Cameron and Chase, 1999). Namun

persilangan interspesifik maupun

intergenerik tanaman anggrek sering

mengalami kegagalan karena terdapat

kendala, seperti abnormalitas pada

meiosis, rendahnya fertilitas (Tanaka dan

Kamaemoto, 1961) dan sterilitas

tepungsari (Anonymous. 1998). Menurut

Bechtel et al. (1981) persentase

keberhasilan persilangan Aranda

(Aerides x Vanda) sangat rendah.

Apabila persilangannya berhasil, jumlah

biji yang dapat ditumbuhkan dan terus

bertahan hidup biasanya sangat sedikit,

beberapa bijinya abnormal dan tumbuh

lambat (Tsai et al., 2009). Lee et al.

(1990) juga melaporkan adanya

hambatan kompatibilitas tepungsari

dengan putik dalam persilangan antar

genus Ascocenda (Ascocentrum x

Vanda). Persilangan intergenerik juga

telah dilakukan antara Phalaenopsis

dengan kerabat Vanda yang

menghasilkan hibrid ternama seperti

Asconopsis Irene Dobkin (Phal. Doris x

Ascocentrum miniatum)

Ke depan tren perakitan varietas

Phalaenopsis mengarah pada upaya

mengkombinasikan karakter beragam

corak warna dan bentuk untuk

menciptakan bunga yang lebih bervariasi

melalui skema persilangan baru. Hal ini

dipelopori oleh J. Veitch pada tahun 1887

yang menghasilkan hibrid hasil

persilangan antara Phal. amabilis dan

Phal. violacea dengan karakter bunga

stripes, multifloral, dan berwarna pink.

Spesies lain, seperti Phal. celebensis

telah diintroduksikan pula dalam skema

persilangan untuk meningkatkan

keragaman karakter-karakter yang unik

pada hibrid baru (Sarwono, 2002).

Kegiatan pemuliaan tanaman

dilakukan untuk mendapatkan varietas

unggul dengan karakter ideotipe

(Soedjono, 1997). Genera Phalaenopsis

memiliki gen dominan yang tipikal pada

sejumlah spesies (Martin, 1996).

Program pemuliaan anggrek

Phalaenopsis diarahkan pada perbaikan

karakter pada Phalaenopsis tipe standar,

multiflora, novel dan ketahanan terhadap

penyakit penting. Perbaikan karakter

yang perlu dilakukan terhadap karakter

hibrid yang ada saat ini yaitu, (1) tipe

standar : Phalaenopsis dengan warna

putih berukuran besar (> 13 cm),

pink/ungu, kuning dan variasinya, jumlah

kuntum bunga ≥ 16 dan panjang tangkai

bunga ≥ 60 cm (Fukumura, 1993), (2)

tipe multiflora : jumlah kuntum banyak

dan tersusun kompak, ukuran bunga

sedang (3-5 cm) dan tangkai bunga tegak

Page 4: Persilangan Interspesifik dan Intergenek Anggrekbalithi.litbang.pertanian.go.id/...116...hibrid.pdf · Makalah Pendukung 3 Persilangan Interspesifik dan Intergenerik Anggrek Phalaenopsis

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

104

dan bercabang (Chang, 2006; Hawkes,

1970), (3) Novel : perbaikan penampilan

tanaman dan bunga, peningkatan

produktivitas, dan ketahanan terhadap

hama/penyakit (Sinha, 2010). Perbaikan

karakter tersebut dapat dilakukan dengan

cara menggunakan spesies tertentu dalam

program pemuliaan Phalaenopsis, seperti

: aphrodite, amabilis, violacea (Borneo

dan murtoniana), schelleriana,

stuartiana, sanderiana, amboinensis dan

equiestris (Chih-Chung et al., 2005).

Keragaman hibrid Phalaenopsis

yang dikomersialkan dalam beberapa

tahun terakhir cenderung makin menurun

dari waktu ke waktu. Hal ini dibuktikan

dari tipe, bentuk dan warna bunga yang

makin homogen. Penurunan keragaman

hibrid tersebut terjadi karena para

penyilang menggunakan kelompok tetua

yang sama dari waktu ke waktu.

Penyediaan produk yang cenderung

homogen dapat menyebabkan konsumen

akan mengalami kebosanan dan pasar

menjadi cepat jenuh. Oleh karena itu ke

depan program pemuliaan anggrek perlu

diarahkan pada upaya memperluas

keragaman genetik untuk meningkatkan

variasi tipe, bentuk dan warna bunga

yang unik, frekuensi berbunga tinggi dan

tahan terhadap patogen penyebab

penyakit serta cekaman lingkungan. Hal

ini dapat dilakukan melalui persilangan

antar individu yang berkerabat jauh

(Kartikaningrum et al., 2002).

Persilangan berkerabat jauh biasanya

sulit dilakukan, dan apabila

menghasilkan hibrid, biji yang

dihasilkannya sukar berkecambah atau

steril (Dwiatmini et al., 2003). Untuk itu

meningkatkan keberhasilan dalam

persilangan antar genotipe berkerabat

jauh perlu diketahui kompatibilitas

persilangan guna menjamin proses

introgresi gen yang dikehendaki.

Tipe baru dengan karakter eksotik

dan unik dapat dibuat dalam genera

Phalaenopsis mengingat tingginya

keragaman karakter di dalam spesies dan

genera (Martin, 1996). Pada penelitian

ini akan dibuat kreasi baru hibrid

Phalaenopsis yang novel dengan karakter

beragam dan unik dengan memanfaatkan

informasi kompatibilitas antar tetua

persilangan. Penyediaan hibrid tipe baru

sangat bermanfaat untuk mengurangi

impor benih dari luar negeri yang

cenderung meningkat akhir-akhir ini.

Selain itu penyediaan hibrid baru di

dalam negeri dapat menggerakkan

kegiatan industri yang berdampak

terhadap tumbuhnya perekonomian

nasional. Hal ini layak dilakukan

mengingat Indonesia memiliki

sumberdaya genetik Phalaenopsis yang

luas dengan beragam karakter yang

mudah dikombinasikan dalam skema

persilangan yang sistematis.

Penelitian ini bertujuan mengetahui

kompatiblitas persilangan interspesifik

dan intergenerik Phalaenopsis dalam

upaya mendapatkan hibrid tipe baru yang

mampu menjadi trend setter pasar pada

masa mendatang. Adapun hipotesis yang

diajukan ialah bahwa di dalam

persilangan interspesifik dan intergenerik

terdapat keserasian genetik yang

potensial untuk menunjang program

pemuliaan Phalaenopsis.

Page 5: Persilangan Interspesifik dan Intergenek Anggrekbalithi.litbang.pertanian.go.id/...116...hibrid.pdf · Makalah Pendukung 3 Persilangan Interspesifik dan Intergenerik Anggrek Phalaenopsis

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

105

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di rumah

kaca dan laboratorium Balai Penelitian

Tanaman Hias Segunung (1100 m dpl)

pada bulan Maret sampai dengan

Desember 2010. Penelitian ini

menggunakan materi genetik terdiri atas

spesies, hibrid primer, hibrid sekunder

dan hibrid tingkat lanjut (hibrid

komersial) Phalaenopsis. Materi genetik

tersebut diperoleh dengan cara

mengakses dari Kebun Raya Cibodas,

Kebun Raya Purwodadi, para kolektor,

pemulia swasta, pengusaha dan petani.

Adapun materi genetik yang digunakan

ialah Doritis pulcherrima Blue, R962 (1),

R962 (2), Phal. Sogo Mini Dog x venosa

(R1067-1), Phal. Sogo Mini Dog x

venosa (R1067-(2), R1047 (1), R1047

(2), R903, Phal. Amboinensis yellow x

Phal. Violacea Sumatra, Phal. Gigantea

x Phal. Floresensis, Phal. Sogo Cake,

Phal. Taida Salu, Phal. Cinderella x Phal.

Everspring Prince, Phal. Mary Amos,

Phal. John Ewing, Kuning Global,

Tsinying Champion, OX1325, C13, C11,

D2, C10, Chianxen P, C6, Minho

Princess, A36P10 (A31D10), KHM1527,

Ever Spring Fairy, KHM1460/B55, C9,

C2, V3, KHM421, Coklat-2, Leopard

Prince White, Nobies Amy, Sweet

Strowberry, Brother Lancer, Brother Sara

Gold, Ever Sring Prince dan Yopin

Sweeties Lighten. Hibrid primer dan

hibrid sekunder Phalaenopsis merupakan

hasil persilangan spesies Phalaenopsis :

Phal. amabilis, Phal. amboinensis, Phal.

violacea, Phal. sumatrana, Phal.

equestris, Phal. stuartiana, Phal.

celebensis, dan Doritis pulcherrima.

Tanaman induk persilangan

dipelihara di dalam rumah kaca di bawah

kondisi dinaungi. Tanaman dipelihara

dengan memberikan pemupukan slow

release yang mengandung P2O5, K2O dan

NH4. Selain itu tanaman juga diberi

pupuk daun Hyphonex (20:20:20) dan

Decastar untuk menjaga pertumbuhan

optimal. Serangan Organisme

Pengganggu Tumbuhan (OPT)

dikendalikan dengan insektida permetrin,

sipermetrin, asefamida, fenvalerat,

basminon, tiodan, diklorovinil dimetil

fosfat, fungsida chlorotalonyl, tembaga

oksiklorida, tembaga oksida,

carbendazim, organomerkuri, dan

natrium dikromat. Tanaman juga disiram

sesuai kebutuhan untuk menjaga

pertumbuhan yang optimum.

Karakterisasi Tetua Persilangan

Karakterisasi merupakan kegiatan

untuk mengidentifikasi sifat-sifat penting

yang bernilai ekonomis, atau yang

merupakan penciri dari varietas yang

bersangkutan. Sifat/karakter yang diamati

dapat berupa karakter morfologis (bentuk

daun, bentuk buah, bentuk dan warna

bunga dsb), dan karakter agronomis

(umur panen, tinggi tanaman, panjang

tangkai daun, jumlah anakan, dan

sebagainya). Karakterisasi pada tanaman

anggrek yang dilakukan merupakan

karakterisasi berdasarkan panduan

karakterisasi tanaman anggrek. Panduan

karakterisasi tanaman anggrek disusun

berdasarkan discriptor list UPOV dan

deskripsi morfologi anggrek sesuai

panduan umum dalam Orchid of Borneo

dan The Manual of Cultivated Orchid

Species. Pengamatan karakter agronomi

meliputi perhitungan jumlah bunga,

Page 6: Persilangan Interspesifik dan Intergenek Anggrekbalithi.litbang.pertanian.go.id/...116...hibrid.pdf · Makalah Pendukung 3 Persilangan Interspesifik dan Intergenerik Anggrek Phalaenopsis

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

106

panjang tangkai bunga, panjang malai,

diameter bunga, jumlah tangkai bunga,

umur masak buah (apabila menghasilkan

buah), dan ketahanan mekar bunga.

Penyilangan

Penyerbukan dilakukan pada pagi

hari terhadap bunga yang telah mekar

sekitar 4 hari. Persilangan dilakukan

secara interspesifik dan intergenerik

secara resiprok dan searah (Rose, 1994

dan Hawkes, 1970). Setiap persilangan

diberi label sesuai dengan nama induk

betina dan jantannya. Jumlah bunga yang

disilangkan antara 1-3 bunga tergantung

pada jumlah bunga per tangkai. Bunga

yang disilangkan dipilih yang letaknya di

tengah tangkai. Silangan yang berhasil

membentuk buah dipelihara sampai

kematangan fisiologis dengan ciri

berubahnya warna polong menjadi

kekuningan dan keras. Di dalam

penelitian ini juga diakses kompot dan

planlet hasil persilangan interspesifik

Phalaenopsis yang dilakukan oleh

pemulia swasta.

Penyemaian Biji

Buah yang matang fisiologis dan

berhasil membentuk biji dipanen dan

disebar bijinya secara aseptik pada media

Vacin dan Went dalam erlenmeyer

ukuran 100 ml. Buah terlebih dahulu

digosok dengan alkohol 70% kemudian

disterilisasi dengan menggunakan clorox

10-20% selama 10 menit dan clorox 5%

selama 5 menit, kemudian dicuci dengan

aquades streril sebanyak 3 kali. Sterilisasi

dilakukan di laminar flow. Buah yang

sudah steril dibelah dengan pisau steril

dan bijinya disebar di atas media dengan

menggunakan pinset. Selanjutnya

erlenmeyer disimpan di rak dalam

ruangan dengan suhu 20-25 oC dan diberi

penerangan lampu TL 40W setiap tingkat

dalam rak.

Penjarangan Planlet

Biji F1 yang sudah membentuk

protokorm disubkultur secara aseptik

pada media Vacin dan Went ditambah

dengan pisang, charcoal dan zat pengatur

tumbuh (auksin dan sitokinin) di dalam

botol dengan ukuran panjang 21 cm,

diameter 6 cm. Jumlah planlet yang

ditanam sebanyak maksimal 30

planlet/botol. Penjarangan dan

pemindahan planlet dilakukan 1-2 kali

sampai tanaman siap dikompot,

tergantung kecepatan pertumbuhan

planlet di dalam botol. Botol-botol

tersebut kemudian diletakkan di atas rak

dalam ruangan bersuhu 20-25 oC dan

diberi penerangan lampu TL 40W pada

setiap tingkat dalam rak.

Pengompotan

Setelah planlet berakar, botol

dipindahkan ke dalam ruangan bersuhu

ruang selama 7 hari, kemudian bibit

dikeluarkan dari dalam botol dan media

agar yang menempel dibersihkan dengan

air keran. Bibit kemudian dikompot pada

media cacahan pakis yang sudah

disterilkan dengan uap panas. Kompotan

disiram setiap hari dan dipupuk dengan

pupuk berkandungan N tinggi 2 kali

seminggu.

Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati ialah

jumlah persilangan, jumlah buah yang

membengkak, jumlah persilangan yang

langsung gugur, jumlah buah yang

Page 7: Persilangan Interspesifik dan Intergenek Anggrekbalithi.litbang.pertanian.go.id/...116...hibrid.pdf · Makalah Pendukung 3 Persilangan Interspesifik dan Intergenerik Anggrek Phalaenopsis

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

107

bertahan sampai 4 bulan, waktu

terbentuknya protokorm, dan

pertumbuhan protokorm menjadi planlet.

Data pengamatan dianalisis dengan

metode statistik (analisis frekuensi, nilai

rataan, ragam, dan uji t nilai tengah)

(Gomez and Gomez, 1995). Keserasian

persilangan antar materi genetik tetua

ditentukan berdasarkan kriteria

keberhasilan persilangan menghasilkan

buah dan biji F1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Anggrek tipe baru Phalaenopsis

diperoleh dari persilangan antara materi

genetik (spesies, hibrid primer, hibrid

sekunder dan hibrid tingkat lanjut).

Persilangan tersebut dimaksudkan untuk

menginduksi keragaman generik pada

hibrid modern. Dalam beberapa tahun

terakhir ada kecenderungan bahwa

keragaman karakter morfologi bunga dan

tanaman yang terdapat pada anggrek

hibrid Phalaenopsis mengalami

penurunan. Hal ini dapat dilihat dari

rendahnya variasi karakter fenotipik

hibrid Phalaenopsis yang baru diimpor.

Situasi tersebut akan mendorong

kejenuhan pasar, mengingat para

konsumen diberikan tanaman yang

memiliki karakter yang relatif sama

dengan karakter terdahulu. Oleh karena

itu persilangan interspesifik dan

intergenerik diharapkan dapat merombak

konstitusi genetik hibrid yang melalui

proses rekombinasi dan segregasi alel

dan gen. Hasil persilangan selanjutnya

diseleksi dengan parameter tertentu untuk

mendapatkan hibrid tipe baru yang

diinginkan. Hibrid terseleksi kemudian

diperbanyak secara klonal dan massal

melalui kultur jaringan untuk penyediaan

benih sebelum hibrid tersebut dilepas dan

dikomersialkan.

Koleksi Tetua Persilangan

Langkah pertama yang perlu

dilakukan untuk mendapatkan hibrid tipe

baru Phalaenopsis ialah mengoleksi dan

mengkarakterisasi tetua persilangan yang

terdiri atas spesies, hibrid primer, hibrid

sekunder dan hibrid tingkat lanjut.

Koleksi dilakukan dengan mendatangi

kebun-kebun koleksi milik Kebun Raya

Bogor, Cibodas dan Purwodadi, para

kolektor, pemulia swasta, perusahaan

swasta, pedagang/petani dan importir.

Hasil koleksi hibrid tingkat lanjut

diperoleh dari para importir dengan

kriteria memiliki karakter bunga

berwarna merah, putih, kuning dengan

corak stripe, spot, lidah beragam dalam

bentuk dan warna kesimetrian, petal dan

sepal, ukuran bunga dan ketegaran

tangkai bunga.

Hibrid tingkat lanjut yang

digunakan antara lain Phal. Cinderella x

Phal. Everspring Prince, Phal. Mary

Amos, Phal. John Ewing, Kuning Global,

Tsinying Champion, OX1325, C13, C11,

D2, C10, Chianxen P, C6, Minho

Princess, A36P10 (A31D10), KHM1527,

Ever Spring Fairy, KHM1460/B55, C9,

C2, V3, KHM421, Coklat-2, Leopard

Prince White, Nobies Amy, Sweet

Strowberry, Brother Lancer, Brother Sara

Gold, Ever Sring Prince dan Yopin

Sweeties Lighten. Sogo Cake, Taida

Salu, Mary Amos, Cinderella x Ever

Spring Prince, KHM164, KHM1527,

Minho Princess, R1047-1, Sogo Mini

Page 8: Persilangan Interspesifik dan Intergenek Anggrekbalithi.litbang.pertanian.go.id/...116...hibrid.pdf · Makalah Pendukung 3 Persilangan Interspesifik dan Intergenerik Anggrek Phalaenopsis

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

108

Dog x venosa (R1067-1), Nobies Amy,

Phal. Yopin Sweeties Lighten, Ever

Spring Prince, Phal. Sweet Strowberry,

Ever Princes Fairy, Brother Lancer,

Cinderella, Tsinying Champion, dan Phal

Brother Sara Gold. Sedang individu

silangan primer dan sekunder yang

dikumpulkan ialah turunan Amabilis

Formosa, Gigantea, John Ewing,

Amboinensis, Venosa, Doritis

pulcherima, Phal violaceae. Masing-

masing individu hasil persilangan primer

dan sekunder memiliki karakter unik,

sehingga diharapkan dapat

mengintroduksikan karakter-karakter

tersebut pada hibrid komersial.

Sebanyak 20 individu hasil silangan

primer berhasil dikoleksi dari para

kolektor, kebun raya Bogor, Cibodas dan

Purwodadi, para pemulia senior, yaitu

amboinensis, R1047-2, Sogo Mini Dog x

Venosa, R962-1, R962-2, Dorithis

pulcherima yellow, Dorithis pulcherima

4N x 2N, Blas on, RI067, RI047-3, Phal.

Superbbde, Phal. Violaceae, Phal. Ming

Shing yellow, Phal Brother Sara Gold,

RI034 dan Phal Balina.

Dari semua tetua persilangan

(spesies, hibrid primer, sekunder dan

hibrid tingkat lanjut) yang dipergunakan

dalam penelitian ini, masing-masing

memperlihatkan karakter yang berbeda

satu dengan yang lainnya. Perbedaan

tersebut dikarenakan perbedaan

background genetik dan habitat asal.

Komposisi genom mengekspresikan

kumpulan karakteristik yang mencirikan

morfologi tanaman. Habitat asal

tanaman anggrek memberikan pengaruh

terhadap pertumbuhan anggrek melalui

pengaruh sinar matahari, cuaca atau

keadaan iklim, suhu udara, kelembaban

udara serta tersedianya unsur hara yang

dapat diserap oleh tanaman anggrek

untuk mendukung pertumbuhan tanaman

anggrek, yang pada akhirnya

berpengaruh terhadap kualitas dan

kuantitas bunga yang dihasilkannya.

Selain itu perbedaan penampilan tanaman

juga dapat disebabkan oleh perbedaan

teknik budidaya yang diterapkan masing-

masing kolektor. Meskipun terdapat

keragaman karakter dari masing-masing

jenis anggrek yang digunakan, terdapat

pula kesamaan karakter. Kesamaan

karakter yang dimiliki oleh beberapa

anggrek spesies tersebut dapat

menunjukkan kedekatan dalam hubungan

kekerabatan yang dimiliki oleh anggrek-

anggrek tersebut.

Karakterisasi Tetua Persilangan

Hasil karakterisasi menunjukkan

bahwa calon tetua hibrid tingkat lanjut,

individu silangan primer dan sekunder

serta spesies memiliki karakter yang

bervariasi ditinjau dari parameter panjang

tangkai, panjang malai, panjang ruas,

jumlah bunga. Diameter bunga dan

jumlah tangkai bunga. Variasi

morfologis juga ditemukan pada karakter

karakter kualitatif bunga, seperti warna

bunga, tipe bunga, stripe, dan lekukan,

bentuk, tipe dan warna lidah. Semua

karakter tersebut sangat unik yang

berbeda satu tanaman dengan tanaman

lainnya. Kombinasi karakter dominan

dari tiap individu diharapkan dapat

diperoleh setelah tanaman disilangkan.

Hasil karakterisasi tersebut dapat

digunakan sebagai acuan dalam

menentukan skema/diagram persilangan

(Tabel 1).

Page 9: Persilangan Interspesifik dan Intergenek Anggrekbalithi.litbang.pertanian.go.id/...116...hibrid.pdf · Makalah Pendukung 3 Persilangan Interspesifik dan Intergenerik Anggrek Phalaenopsis

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

109

Tabel 1. Karakter tetua yang digunakan dalam pembentukan hibrid tipe baru/Characteristics

of parents used to produce new type hybrids

No. Nama tetua yang di

koleksi/Collected parents

Panjang

tangkai/

Stalk

length

Panjang

malai/

Spike

length

Jumlah

bunga/

Flower

numbers

Diameter

bunga/

Flower

diameter

Jumlah

tangkai

bunga/

Flower

Stalk

Number

1. Doritis pulcherrima Blue 15,5 4,8 6 1

2. R962 (1) 14,2 2,9 3 4,2 2

3. R962 (2) 28,15 10,7 13 4,55 5

4. Phal. Sogo Mini Dog x venosa

(R1067-1)

53 21 9 5,6 1

5. Phal. Sogo Mini Dog x venosa

(R1067-(2)

26,9 9,8 7 4,4 1

6. R1047 (1) 16,95 4,5 3,5 4,4 3

7. R1047 (2) 5,8 1,5 2 4,5 2

8. R903 28,8 12,8 6 5,5 1

9. Phal. Amboinensis yellow x Phal.

Violacea Sumatra

10,3 2,37 2 5 3

10. Phal. Gigantea x Phal. Floresensis 57,5 28,1 12 5,4 2

11. Phal. Sogo Cake 48,7 18,7 12 5,8 1

12. Phal. Taida Salu 57,4 35,5 16 7,5 1

13. Phal. Cinderella x Phal. Everspring

Prince

43,5 11,8 6 8,7 1

14. Phal. Mary Amos 50,7 12 5 7,9 1

15. Phal. John Ewing 22,7 8,2 7 5,25 11

16. Kuning Global 14,3 7,4 8 5,5 2

17. Tsinying Champion 33,3 12,2 8 4,7 2

18. OX1325 39,2 13,0 5 9,7 2

19. C13 31,0 13,3 6 9,8 2

20. C11 36,0 22,8 12 9,3 1

21. D2 32,4 18,9 10 9,0 1

22. C10 33,5 27,8 14 9,3 1

23. Chianxen P 37,0 22,6 13 9,8 1

24. C6 38,0 21,0 13 9,1 1

25. Minho Princess 33,8 24,0 14 9,9 1

26. A36P10 (A31D10) 38,3 58,0 16 13,5 1

27. KHM1527 34,8 14,3 16 7,1 2

28. Ever Spring Fairy 59,0 37,3 9 10,6 2

29. KHM1460/B55 45,3 28,0 10 9,2 2

30. C9 35,5 18,3 8 8,0 2

31. C2 13,0 42,5 16 8,9 1

32. V3 47,3 51,0 16 12,1 1

33. KHM421 46,0 31,7 10 12,1 1

34. Coklat-2 38,0 22,5 10 5,9 1

35. Leopard Prince White 47,8 15,8 6 10,9 2

36. Nobies Amy 15,0 35,3 26 6,0 1

Page 10: Persilangan Interspesifik dan Intergenek Anggrekbalithi.litbang.pertanian.go.id/...116...hibrid.pdf · Makalah Pendukung 3 Persilangan Interspesifik dan Intergenerik Anggrek Phalaenopsis

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

110

No. Nama tetua yang di

koleksi/Collected parents

Panjang

tangkai/

Stalk

length

Panjang

malai/

Spike

length

Jumlah

bunga/

Flower

numbers

Diameter

bunga/

Flower

diameter

Jumlah

tangkai

bunga/

Flower

Stalk

Number

37. Sweet Strowberry 22,2 14,6 18 5,0 2

38. Brother Lancer 28,5 17,2 9 6,5 1

39. Brother Sara Gold 29,0 19,0 10 6,9 1

40. Ever Sring Prince 42,5 33,3 14 9,0 1

41. Yopin Sweeties Lighten 40,4 24,3 10 10,5 2

Keserasian persilangan

Sebanyak 145 persilangan telah

dilakukan dengan melibatkan spesies,

hibrid primer, hibrid sekunder dan hibrid

tingkat lanjut. Dari hasil pengamatan di

lapangan diperoleh sebanyak 102

persilangan menghasilkan buah

membengkak, 27 persilangan mengalami

kerontokan buah dan 16 persilangan

menghasilkan buah yang mampu

bertahan sampai 4 bulan (Tabel 2).

Gugurnya buah kemungkinan disebabkan

oleh beberapa faktor, di antaranya

adanya jarak genetik yang terlalu

panjang, sehingga menyebabkan

munculnya barier pembuahan dan

pembentukan zigot : (1) terjadi polinasi

tetapi zigot tidak terbentuk, sehingga

buah tidak berkembang (2) terjadi

fertilisasi tetapi buah berkembang

lambat.

Tabel 2. Jumlah Persilangan dan keserasian persilangan/Cross number and cross compatibility

Kriteria/Criteria Jumlah

persilangan/Number

of crosses

Persentase thd jumlah

persilangan/Percentage

to cross number

Keserasian

persilangan/Cross

compatibility

Persilangan 145 - -

Buah yang

membengkak

102 70.34 -

Persilangan yang

langsung gugur

43 29.66 Persilangan tidak

serasi

Buah yang

bertahan sampai

4 bulan

16 11.03 Serasi

Tingkat kematangan buah

bervariasi disebabkan oleh waktu

persilangan yang beragam, tergantung

pada tingkat anthesis bunga. Dari

persilangan yang dilakukan pada tahap 1

terdapat 10 buah yang telah disemaikan,

4 buah membentuk 1 botol protocorm,

sedang 3 buah lainnya menghasilkan 3

botol planlet.

Persilangan yang menghasilkan

buah yang dapat berkembang hingga 4

bulan dan bijinya dapat disemaikan ialah

Page 11: Persilangan Interspesifik dan Intergenek Anggrekbalithi.litbang.pertanian.go.id/...116...hibrid.pdf · Makalah Pendukung 3 Persilangan Interspesifik dan Intergenerik Anggrek Phalaenopsis

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

111

(1) Phal. Goh Cok Tong x Phal.

P.Kaiulani, (2) Phal. Violacea Sumatra x

Phal. Amboinensis Yellow, (3) Phal.

Brother Sara Gold x Phal. Amboinensis,

(3) Dtps. Chian “Taida” x Phal. Be Tris

“TH”, (4) Phal. Tabasco Tax x David

Lim x Phal. Sogo Champion, (5) Phal.

Sogo Champion x Phal. Tabasco Tax, (6)

Phal. Tabasco Tax x David Lim, (7)

Phal. (Zimy X Amboinensis) x Gigantea,

(8) Phal. Ching Ruey’s Tiger “Yellow

Red Spot x Gigantea, (9) Phal.Barbara

Moler x Taida Gold, (10) Phal.

Limtvirsen x amboinensis, (11) Phal.

Venosa x violacea Mentawai x Phal.

Ching Ruey’s Tiger x Haur Jin Diamont,

(12) Phal. Amabilis x gigantean x Dtps.

Leopard Prince x Ching ANN Doris, (13)

Phal. Gigantean x Golden Budha x Phal.

Gigantean x Golden Budha, (14) Phal.

Amboinensis x gigantean x Phal.

Ludemania ”Word Lauw”, (15) Phal. I

Shin Salmon x Phal. Belina, dan (16)

Phal. Salu Spot x Golden Poeker x Phal.

Ludemania ”Word Lauw”. Keberhasilan

persilangan ini disebabkan keserasian

konstitusi genetik, sehingga pembelahan

meiosis pasca fertilisasi dapat terjadi

secara normal.

Tabel 3. Persilangan antar hibrid primer dan sekunder sebagai tetua betina dan jantan yang

serasi/compatible crosses between primary and secondary hybrids

No. Tetua Betina/Female Parents Tetua Jantan/Male Parent Keterangan/Remark

1. Phal. Goh Cok Tong Phal. P.Kaiulani Kompot

2. Phal. Violacea Sumatra Phal. Amboinensis Yellow Kompot

3. Phal. Brother Sara Gold Phal. Amboinensis Kompot

4. Dtps. Chian “Taida” Phal. Be Tris “TH” Kompot dan Planlet

4. Phal. Tabasco Tax x David

Lim

Phal. Sogo Champion Planlet

5. Phal. Sogo Champion Phal. Tabasco Tax x David

Lim

Planlet

6. Phal. (Zimy X Amboinensis) x

Gigantea

Phal. Ching Ruey’s Tiger

“Yellow Red Spot”

Planlet

7. Phal.Barbara Moler x Taida

Gold

Phal. Limtvirsen x

amboinensis

Planlet

8. Phal. Venosa x violacea

Mentawai

Phal. Ching Ruey’s Tiger x

Haur Jin Diamont

Planlet

9. Phal. Amabilis x gigantea Dtps. Leopard Prince x Ching

ANN Doris

Planlet

10. Phal. Gigantean x Golden

Budha

Phal. Gigantean x Golden

Budha

Planlet

11. Phal. Amboinensis x gigantea Phal. Ludemania ”Word

Lauw”

Planlet

12. Phal. I Shin Salmon Phal. Belina Planlet

13. Phal. Salu Spot x Golden

Poeker

Phal. Ludemania ”Word

Lauw”

Planlet

Page 12: Persilangan Interspesifik dan Intergenek Anggrekbalithi.litbang.pertanian.go.id/...116...hibrid.pdf · Makalah Pendukung 3 Persilangan Interspesifik dan Intergenerik Anggrek Phalaenopsis

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

112

Selain melakukan persilangan

interspesifik dan intergenerik

Phalaenopsis secara langsung, di dalam

penelitian ini juga dilakukan

pemeliharaan planlet dan pengkompotan

13 populasi hibrid primer dan sekunder

hasil persilangan pemulia swasta. Hasil

persilangan tersebut diakses dalam stadia

kompot dan planlet, masing-masing 4

silangan dalam stadia kompot (Phal. Goh

Cok Tong x Phal. P.Kaiulani, Phal.

Violacea Sumatra x Phal. Amboinensis

Yellow, Phal. Brother Sara Gold x Phal.

Amboinensis,dan Dtps. Chian “Taida” x

Phal. Be Tris “TH”) dan 9 silangan

lainnya dalam stadia planlet. Tetua

persilangan hibrid primer dan sekunder

merupakan spesies yang mewariskan

sifat unggul dan dikenal sebagai tetua

yang melahirkan varietas-varietas

Phalaenopsis yang terkenal di dunia.

Spesies-spesies tersebut di antaranya

Phal. Goh Cok Tong, Phal. P.Kaiulani,

Phal. Violacea Sumatra, Phal.

Amboinensis Yellow, Phal. Venosa x

violacea Mentawai, Phal. (Zimy X

Amboinensis) x Gigantea, Phal.

Limtvirsen x amboinensis, Phal. Belina,

Phal. Limtvirsen x amboinensis, Phal.

Amabilis x gigantean, Phal. Amboinensis

x gigantean, dan Phal. Tabasco Tax x

David Lim (Tabel 3).

Hibrid primer hasil persilangan P.

amboinensis yang disilangkan dengan P.

violaceae dapat memberikan peluang

keberhasilan yang tinggi dibandingkan

persilangan jenis anggrek ini dengan

jenis anggrek di luar klusternya.

Berdasarkan informasi hasil-hasil

persilangan dari Sander's List of Orchid

Hybrid (Royal Horticulture Society cit.

Dwiatmini et al., 2003) diperoleh hasil

bahwa seluruh spesies Phalaenopsis

dapat disilangkan dan menghasilkan

keturunan yang fertil. Kesulitan dalam

melakukan persilangan, kebanyakan

disebabkan oleh pengaruh lingkungan.

Hibridisasi interspesifik pada

Phalaenopsis menghadapi hambatan

utama yaitu tanaman F1 yang dihasilkan

bersifat steril sehingga tidak akan

diperoleh tanaman F2 dan keturunan

berikutnya. Sterilitas pada F1 hasil

hibridisasi interspesifik dapat disebabkan

(1) perbedaan genom antara spesies yang

disilangkan sehingga pada waktu sel

mengalami proses meiosis, genom-

genom yang berbeda tersebut tidak dapat

berpasangan, (2) perbedaan jumlah

kromosom antara spesies yang

disilangkan, yaitu diploid (2n)

disilangkan dengan tetraploid (4n)

sehingga menghasilkan individu triploid

(3n) yang umumnya steril, karena pada

tanaman triploid, proses pembentukan

gamet biasanya akan mengalami

gangguan (Suryo 1995). Salah satu upaya

mengatasi ketidakmampuan kromosom

untuk berpasangan adalah dengan

menggandakan kromosom. Pada kondisi

triploid penggandaan kromosom akan

menghasilkan tanaman hexaploid yang

fertil. Cara untuk menggandakan

kromosom dapat dilakukan dengan

menggunakan senyawa kimia yaitu

colchicine (Suryo 1995).

Hambatan dalam hibridisasi

interspesifik disebabkan oleh (a)

kegagalan polen untuk berkecambah pada

stigma asing akibat ketakserasian yang

disebabkan faktor genetik atau hambatan

fisiologi oleh substan yang dikeluarkan

oleh stigma, (b) kegagalan polen untuk

Page 13: Persilangan Interspesifik dan Intergenek Anggrekbalithi.litbang.pertanian.go.id/...116...hibrid.pdf · Makalah Pendukung 3 Persilangan Interspesifik dan Intergenerik Anggrek Phalaenopsis

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

113

tumbuh cukup cepat ke tangkai putik

untuk menghasilkan pembuahan,

sebelum pembentuk lapisan absisik di

tangkai bunga (kadang2 dapat diatasi dg

menyemprot dg hormon tertentu untk

mencegah pembentukan lapisan absisik),

(c) kegagalan fertilisasi akibat hancurnya

jaringan endosperm dan aborsi embrio

muda, hal ini dapat diatasi dengan kultur

embrio, (d) kegagalan sistem reproduksi

tanaman hibrid akibat ketidakteraturan

meiosis – kesulitan menentukan

pasangan kromosom, dapat diatasi

dengan pemberian kolkisin, Kegagalan

progeni F1 utk tumbuh normal akibat

efek mematikan dari ketidakseimbangan

kromosom

Penyemaian Biji F1

Dari persilangan yang dilakukan

sejak bulan Februari 2010 diperoleh 6

buah yang telah disemaikan.

Penyemaian menghasilkan plbs sebanyak

4 botol dan planlet sebanyak 2 botol.

Pada saat ini plbs tumbuh baik dengan

karakteristik berwarna hijau dan

menggerombol. Dalam beberapa minggu

ke depan plbs tersebut telah siap

diregenerasikan menjadi planlet.

Sementara itu planlet yang terdapat

dalam 2 botol tumbuh optimal dengan

kondisi dua daun primer telah terbentuk

sepanjang kurang lebih 1 cm. Seperti

halnya plbs, pada beberapa minggu ke

depan planlet akan dikompotkan pada

media yang mengandung moss.

Sampai dengan akhir bulan

Desember 2010 telah diperoleh

protocorm dari hasil persilangan pada

bulan Maret, Juni, dan Agustus 2010.

Protocorm dari semian biji hasil

persilangan bulan Maret 2010 diperoleh

dari persilangan antara Phal. (viridis x

luddemanianna), sedang dari hasil

persilangan bulan Mei 2010 diperoleh

dari silangan antara R 1047 (3) x Phal.

White Angel. Persilangan antara Phal.

Coklat x Phal. Amboinensis Yellow x

Violaceae Sumatera, Phal coklat (1) x

Phal. Gigantea x Florescens, phal. Mary

Amos x Phal. John Ewing, Phal. Sogo

lake, Phal. Taida Salu x Phal. John

Ewing, R 1047 (2) x Phal. Gigantea x

Florescens, Phal. Sogo Cake, dan Phal.

Taida Salu yang dilakukan pada bulan

Juni 2010. Persilangan pada bulan

Agustus 2010 yang telah menghasilkan

protocorm yaitu silangan antara KHM

1527 x Phal. Chian Yen Pearl.

Protocorm tersebut saat ini telah

beregenerasi menghasilkan planlet.

Tabel 4. Persilangan yang menghasilkan protocorm/crosses among the parents that produced

protocorm like bodies

No. Waktu Persilangan/Cross period Jenis Persilangan/Crosses scheme

1 Maret 2010 R 1047 (3) x Phal. White Angel

2. Juni 2010

Phal. Coklat x Phal. Amboinensis Yellow x Violaceae

Sumatera, Phal coklat (1) x Phal. Gigantea x Florescens, phal.

Mary Amos x Phal. John Ewing, Phal. Sogo lake, Phal. Taida

Salu x Phal. John Ewing, R 1047 (2) x Phal. Gigantea x

Florescens, Phal. Sogo Cake, dan Phal. Taida Salu

3. Agustus 2010 KHM 1527 x Phal. Chian Yen Pearl. Protocorm

Page 14: Persilangan Interspesifik dan Intergenek Anggrekbalithi.litbang.pertanian.go.id/...116...hibrid.pdf · Makalah Pendukung 3 Persilangan Interspesifik dan Intergenerik Anggrek Phalaenopsis

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

114

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan sebagai berikut :

a) Penelitian ini telah berhasil

mengoleksi spesies, hibrid primer,

hibrid sekunder dan hibrid tingkat

lanjut sebanyak 41 aksesi. Koleksi

aksesi tersebut dilakukan secara

sistematis dengan menggunakan

kriteria seleksi yang disusun

berdasarkan informasi pewarisan

karakter unggul. Hibrid tingkat lanjut

yang berhasil dikoleksi di antaranya

Sogo Cake, Taida Salu, Mary Amos,

Cinderella x Ever Spring Prince,

KHM164, Kuning Global,

KHM1527, Minho Princess, R1047-

1, Sogo Mini Dog x venosa (R1067-

1), Nobies Amy, Phal. Yopin

Sweeties Lighten, Ever Spring

Prince, Phal. Sweet Strowberry, Ever

Princes Fairy, Brother Lancer,

Cinderella, Tsinying Champion, dan

Phal Brother Sara Gold. Sedang

individu hibrid primer dan sekunder

yang dikumpulkan adalah turunan

Amabilis Formosa, Gigantea, John

Ewing, Amboinensis, Venosa,

Doritis pulcherima, Phal violaceae.

Masing-masing individu silangan

primer dan sekunder memiliki

karakter unik, sehingga diharapkan

dapat mengintroduksikan karakter-

karakter tersebut pada hibrid

komersial.

b) Sebanyak 13 populasi hibrid primer

dan sekunder telah dikoleksi dalam

bentuk kompot dan planlet. Populasi

hibrid primer dan sekunder tersebut

merupakan persilangan tunggal dan

ganda Phal. Violacea Sumatra, Phal.

Amboinensis Yellow, Phal. Venosa x

violacea Mentawai, Phal. Ludemania

”Word Lauw, Phal. Belina, Phal.

Limtvirsen x amboinensis, Phal.

Sogo Champion, Phal. Brother Sara

Gold Phal. Goh Cok Tong, Phal.

P.Kaiulani. Dari ke 13 populasi

hibrid yang dikoleksi, sebanyak 4

populasi hibrid dalam stadia kompot

yaitu hasil silangan Phal. Goh Cok

Tong x Phal. P.Kaiulani, Phal.

Violacea Sumatra x Phal.

Amboinensis Yellow, Phal. Brother

Sara Gold x Phal. Amboinensis,dan

Dtps. Chian “Taida” x Phal. Be Tris

“TH” serta 9 silangan lainnya dalam

stadia planlet.

c) Sebanyak 145 persilangan telah

dilakukan dengan melibatkan tetua

hibrid primer, sekunder dan

kompleks modern. Dari jumlah

persilangan yang dilakukan (145

persilangan) diperoleh sebanyak 102

buah membengkak, 27 buah gugur

dan 16 buah mampu bertahan sampai

4 bulan. Dari persilangan tahap

pertama diperoleh 10 buah, sebanyak

1 buah telah disemaikan membentuk

kompot, 3 buah telah disemaikan

membentuk planlet dan sebanyak 6

buah sedang mengalami kematangan

dan akan disemaikan secepatnya.

Berdasarkan hasil penelitian

disarankan bahwa perlu dilakukan

analisis genetik untuk persilangan yang

tidak menghasilkan buah.

Ketidakmampuan tanaman menghasilkan

buah kemungkinan disebabkan oleh

adanya barier genetik antara polen dan

stigma yang disebut barier genetik

sporofitik dan barier genetik fertilisasi

Page 15: Persilangan Interspesifik dan Intergenek Anggrekbalithi.litbang.pertanian.go.id/...116...hibrid.pdf · Makalah Pendukung 3 Persilangan Interspesifik dan Intergenerik Anggrek Phalaenopsis

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

115

(pembuahan sel telur oleh spermatozoid)

yang disebut gametofitik. Selain itu perlu

dianalisis pula kondisi sitogenetik tetua

yang digunakan dalam persilangan.

DAFTAR PUSTAKA

Bechtel, H., P. Cribb and E. Launert. 1981.

The Manual of Cultivated Orchid

Species.. Blandford Press. Poole

Dorset U.K.

Biro Pusat Statistik. 2007 a. Data Ekspor/

Impor Komoditi Indonesia. Jakarta.

Biro Pusat Statistik. 2007 b. Data Produksi

dan Luas Panen Tanaman Hias.

Jakarta.

Cameron, K. M. and Chase, M. W. 1999.

Phylogenetic relationship of

pogoniinae (Vanilloideae,

Orchidaceae): an herbaceous example

of the eastern north America-

Anonymous. 1998. Eastern Asia

phytogeographic. J. Plant Res. 112:

p317-329

Bechtel, H., P. Cribb and E. Launert. 1981.

The Manual of Cultivated Orchid

Species.. Blandford Press. Poole

Dorset U.K.

Charanasri, U. 1984. Breeding of Aranda

Types of Orchids. Proc. Of the Fifth

Asean Orchid Congress Seminar.

Singapore 1-3 August.

Chang CC, Lin HC, Lin IP, Chow TY, Chen

HH, Chen WH, Cheng CH, Lin CY,

Liu SM, Chang CC, Chaw SM. 2006

The chloroplast genome of

Phalaenopsis aphrodite (Orchidaceae):

comparative analysis of evolutionary

rate with that of grasses and its

phylogenetic implications. Mol.

Biol.Evol. Feb;23(2):279-91. Epub

2005 Oct 5.

Chih-Chung LIN1, Yao-Huang CHEN2,3,

Wen-Huei CHEN2,4, Chi-Chang

CHEN1, and Yen-Yu KAO1,5. 2005.

Genome organization and relationships

of Phalaenopsis orchids inferred from

genomic in situ hybridization. Bot.

Bull. Acad. Sin. (2005) 46: 339-345

Djaafarer, R. 2002. Phalaenopsis Spesies:

Jenis dan Potensi untuk Silangan.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Dwiatmini, K., N.A. Mattjik, H.

Aswidinnoor dan N.L. Toruan-Matius.

2003. Analisis Pengelompokan dan

Hubungan Kekerabatan Spesies

Anggrek Phalaenopsis Berdasarkan

Kunci Determinasi dan Marka

Molekuler RAPD. Jurnal

Hortikultura. XIII (1): 16-27.

Fukumura, R. 1993. Incredible Journey.

American Orchid Society Bull.,

October:1003-1008.

Gomez, K.A. and A.A. Gomez. 1995.

Statistical Procedures for Agricultural

Research. UPLB. Philippines.

Hadiati, S. 2003. Pendugaan Jarak Genetik

dan Hubungan Kekerabatan Nanas

Berdasarkan Analisis Isozim. Jurnal

Hortikultura. XIII (2): 87-94.

Hawkes, A.D. 1970. Encyclopedia of

Cultivated Orchids. Faber and Faber

Limited, London. hal. 485.

Kartikaningrum, S., N. Hermiati, A. Baihaki,

M. Haeruman dan N. Toruan-Mathius.

2002. Kekerabatan Antar Genus

Anggrek Sub Tribe Sarcanthinae

Berdasarkan Data Fenotip dan Pola

Pita DNA. Zuriat. XIII (1): 1-10.

Pinaki Sinha, Miskat Ara Akhter Jahan, John

Liton Munshi, Rahima Khatun. 2010.

High Frequency Regeneration of

Phalaenopsis amabilis (L.) Bl. cv.

Lovely through In vitro Culture. Plant

Tissue Cult. & Biotech. 20(2): 185-

193, 2010 (December)

Sastrapradja, S., Irawati dan R.E. Nasution.

1977. Evaluasi dan Pemanfaatan

Anggrek-Anggrek Alam Indonesia.

Buletin Kebun Raya. III (1): 17-20.

Sarwono, B. 2002. Mengenal dan Membuat

Anggrek Hibrid. AgroMedia Pustaka.

Jakarta.

Sastrapradja, S., Irawati dan R.E. Nasution.

1977. Evaluasi dan Pemanfaatan

Anggrek-Anggrek Alam Indonesia.

Buletin Kebun Raya. III (1): 17-20.

Soedjono, S. 1997. Pemuliaan Tanaman

Anggrek. Buku Komoditas No. 3.

Balai Penelitian Tanaman Hias. Puslit

Hortikultura. Badan Litbang Pertanian.

Jakarta.

Page 16: Persilangan Interspesifik dan Intergenek Anggrekbalithi.litbang.pertanian.go.id/...116...hibrid.pdf · Makalah Pendukung 3 Persilangan Interspesifik dan Intergenerik Anggrek Phalaenopsis

Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012

116

Suryo, H. (1995) Sitogenetika. Gadjah

Mada University Press. Yogyakarta.

446 hal.

Tanaka, R. and Kamaemoto, H. 1961.

Meiotic Chromosome Behavior in

Some Intergeneric

Tsai, C.C., Chiang, Y.C., Huang, S.C., Liu,

W.L. And Chou, C.H. 2009.

Intergeneric Hybridization, Embryo

Rescue And Molecular Detection For

Intergeneric Hybrids Between

Ascocenda And Phalaenopsis. Acta

Hort. (Ishs) 829:413-416

Widiastoety, D. 1990. Meningkatkan

Pertumbuhan Vegetatif Anggrek

dengan Ergostim. Buletin Penelitian

Hortikultura. XIX (1): 101-106.