Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik
-
Upload
rennyambar -
Category
Documents
-
view
1.906 -
download
6
Transcript of Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik
LAPORAN PRAKTIKUMEKOLOGI DASAR
KOMPETISI INTRASPESIFIK DAN INTERSPESIFIK
Nama : Renny Ambar PNIM : 1110095000021Kelompok : 1 (satu)Semester : 3/AAsisten Dosen : AnggaTanggal Praktikum : 26 Oktober 2011Tanggal Dikumpul : 2 November 2011
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Organisme hidup di dalam suatu ekosistem yang didalamnya saling
berinteraksi antar satu spesies dengan spesies lain. Interaksi tersebut dapat berupa
interaksi positif yang saling menguntungkan dapat juga interaksi negatif seperti
kompetisi. Kompetisi adalah hubungan interaksi antara dua individu tumbuhan
baik yang sesama jenis maupun berlainan jenis yang dapat menimbulkan
pengaruh negatif bagi keduanya.
Persaingan antar tumbuhan yang sejenis mempengaruhi pertumbuhannya
karena pada umumnya bersifat merugikan. Pengaturan populasi tanaman pada
hakekatnya adalah pengaturan jarak tanam yang nantinya akan berpengaruh pada
persaingan dalam penyerapan zat hara, air, dan cahaya matahari. Jika hal tersebut
tidak diatur dengan baik , hasil tanaman akan ikut terpengaruh. Jarak tanam rapat
akan mengakibatkan terjadinya suatu kompetisi, baik interspesies maupun
intraspesies (Arnita, 1990).
Penelitian tentang jarak tanam menunjukkan bahwa semakin rapat jarak
tanam maka semakin tinggi tanaman tersebut dan secara nyata akan berpengaruh
terhadap jumlah cabang, luas permukaan daun dan pertumbuhan tanaman.
Mengingat pentingnya mengetahui jarak tanaman ideal untuk pertumbuhan
tanaman, maka dilakukan penelitian tentang kompetisi yang terjadi pada tanaman
yang sejenis maupun berbeda spesies.
Pada praktikum kali ini praktikan akan mengetahui salah satu bentuk
kompetisi yang terjadi pada tumbuhan jagung (Zea mays) dan kacang hijau (Vigna
radiata) yang memiliki habitat yang berbeda. Akan tetapi, jika keduanya ditanam
pada satu media maka akan terjadi suatu interaksi. Interaksi tersebut tentu saja
berupa kompetisi, dimana keduanya tidak hanya memperebutkan tempat tumbuh,
tetapi juga saling memperebutkan unsur hara, air dan cahaya matahari untuk
berfotosintesis. Hal ini berarti terjadi tumpang tindih relung ekologi antara kacang
hijau dan jagung. Tumpang tindihnya relung ekologi antara kacang hijau dan
jagung akan mempengaruhi pertumbuhan dan daya hidup keduanya. Oleh karena
itulah percobaan ini dilakukan sehingga dapat diketahui pengaruh kompetisi
terhadap pertumbuhan biji jagung dan biji kacang hijau.
1.2. Tujuan
Mengamati pengaruh kompetisi intraspesifik dan interspesifik terhadap
pertumbuhan tanaman jagung dan kacang hijau.
Mengamati kompetisi interspesifik dan intraspesifik pada masing-
masing perlakuan pada tanaman jagung dan kacang hijau.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Interaksi Antar Spesies
Interaksi adalah hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan
makhluk hidup yang lain. Ada dua macam interaksi berdasarkan jenis organisme
yaitu interaksi intraspesies dan interaksi interspesies. Interaksi intraspesies adalah
hubungan antara organisme yang berasal dari satu spesies, sedangkan interaksi
interspesies adalah hubungan yang terjadi antar organisme yang berasal dari
spesies yang berbeda (Leksono, 2007).
Interaksi yang terjadi antarspesies anggota populasi akan mempengaruhi
terhadap kondisi mengingat keaktifan atau tindakan individu dapat mempengaruhi
kecepatan pertumbuhan ataupun kehidupan populasi. Setiap anggota populasi
dapat memakan anggota-anggota populasi lainnya, dapat saling membunuh dan
interaksi tersebut dapat searah ataupun dua arah (timbal balik). Oleh karena itu,
dari segi pertumbuhan atau kehidupan populasi, interaksi antarspesies anggota
populasi dapat merupakan interaksi yang positif, negatif atau nol (Indriyanto,
2006).
2.2. Interaksi Kompetisi
Kompetisi adalah hubungan interaksi antar dua individu tumbuhan baik
sesama jenis maupun belainan jenis yang dapat menimbulkan pengaruh negatif
bagi keduanya sebagai akibat dari pemanfaatan sumber daya yang ada dalam
keadaan terbatas secara bersama. Kompetisi dapat berbentuk perebutan langsung
terhadap sumber daya yang terbatas (resource competition) atau saling menyakiti
antar kedua individu secara langsung dengan kekuatan fisik (interference
competition) (Irwan, 1992).
Persaingan terjadi ketika organisme baik dari spesies yang sama maupun
dari spesies yang berbeda menggunakan sumber daya. Di dalam menggunakan
sumber daya alam, tiap organisme yang bersaing akan mendapatkan sesuatu yang
diperlukan untuk hidup dan pertumbuhannya. Persaingan yang dilakukan oleh
organisme-organisme dapat berupa keaktifan dalam memperebutkan kebutuhan
ruang (tempat), makanan, unsur hara, air, sinar matahari, udara, agen
penyerbukan, agen dispersial atau faktor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber
daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya
(Indriyanto, 2006).
Persaingan diantara dua atau lebih spesies organisme terhadap sumber
daya akan menimbulkan efek yang merugikan kedua belah pihak, bahkan salah
satu dari spesies yang bersaing dapat tersingkir akibat persaingan. Persaingan
yang terjadi diantara spesies-spesies organisme dalam memanfaatkan sumber daya
alam akan semakin keras ketika sumber daya alam yang makin terbatas
persediaannya. Selain itu, spesies-spesies organisme yang memiliki tingkat
kesamaan yang tinggi terhadap komponen ekologi yang dibutuhkan untuk hidup
dan pertumbuhan optimalnya akan mendorong terjadinya kompetisi yang keras
(Irwan, 1992).
2.3. Persaingan Interspesifik dan Intraspesifik
Persaingan intraspesifik yaitu persaingan yang terjadi antara individu
organisme yang berspesies sama, sedangkan persaingan interspesifik yaitu
persaingan yang terjadi antar individu organisme yang berbeda spesies (Leksono,
2007).
Persaingan interspesifik terjadi antara dua atau lebih organisme yang
berlainan spesies. Spesies yang berhasil dalam persaingan bergantung kepada
kemampuan pertumbuhan dan reproduksinya. Perbedaan waktu perkecambahan
biji dan pembentukan anakan pohon juga mempengaruhi efek persaingan.
Perbedaan kisaran toleransi dan syarat-syarat ekologi yang dimiliki suatu spesies
organisme juga akan mempengaruhi kemampuannya untuk bersaing. Persaingan
berpengaruh pada ukuran populasi, struktur komunitas dan keanekaragaman
spesies (Leksono, 2007).
2.4. Persaingan Diantara Tumbuhan
Faktor-faktor lingkungan yang mungkin diperebutkan oleh tumbuhan
dalam persaingan di alam antara lain cahaya, air, tanah, oksigen, unsur hara, dan
karbondioksida. Faktor eksternal lainnya seperti hewan penyerbuk, agen dispersial
biji, kondisi tanah, kelembaban tanah dan udara, angin dan gangguan atau
kerusakan lingkungan oleh manusia juga berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup dari spesies-spesies tertentu di suatu habitat (Indriyanto, 2006).
Kecepatan perkecambahan biji tumbuhan dan pertumbuhan anakan
merupakan salah satu faktor yang menentukan kemampuan spesies tumbuhan
tertentu untuk hidup menghadapi dan mengulangi persaingan yang terjadi. Jarak
antar tumbuhan merupakan hal, yang sangat penting dalam persaingan, terutama
tumbuhan pada fase anakan. Persaingan yang paling keras itu terjadi antar
tumbuhan yang berspesies sama, sehingga tegakan tunggal sangat jarang
ditemukan di alam. Di hutan hujan tropis, pepohonan tua akan mengalami
menekan perkembangan anakan dari spesies mereka sendiri. Akan tetapi anakan
pohon dari spesies lain mampu tumbuh dalam penutupan oleh pepohonan yang
besar. Hal ini merupakan suatu kondisi yang sangat penting sebagai karakteristik
hutan hujan tropis dalam menjaga atau memelihara keanekaragaman spesies
(Indriyanto, 2006).
2.5. Pengaruh Lingkungan Terhadap Tumbuhan
Faktor-faktor lingkungan akan mempengaruhi fungsi fisiologis tanaman.
Respons tanaman sebagai akibat faktor lingkungan akan terlihat pada penampilan
tanaman. Tumbuhan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, disini terlihat
bahwa tumbuhan saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Begitu pula
biasanya vegetasi yang tumbuh disekitar ekosistem tersebut juga spesifik atau
tertentu. Karena hanya tumbuhan yang sesuai dan cocok saja yang dapat hidup
berdampingan. Tumbuhan pun mempunyai sifat menolak terhadap tumbuhan
yang tidak disukainya, yaitu dengan mengeluarkan zat kimia yang dapat bersifat
bagi jenis tertentu. Sifat tersebut dinamakan allelopati (Irwan,2007).
2.6. Faktor-faktor Pada Persaingan Intraspesifik dan Interspesifik
Beberapa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persaingan intraspesifik
dan interspesifik pada tumbuhan yaitu :
1. Jenis tanaman
Faktor ini meliputi sifat biologi tumbuhan, sistem perakaran,
bentuk pertumbuhan secara fisiologis. Misalnya adalah pada tanaman
ilalang yang memiliki sistem perakaran yang menyebar luas sehingga
menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsur hara. Bentuk daun
yang lebar pada daun talas menyebabkan laju transpirasi yang tinggi
sehingga menimbulkan persaingan dalam memperebutkan air.
2. Kepadatan tumbuhan
Jarak yang sempit antar tanaman pada suatu lahan dapat
menyebabkan persaingan terhadap zat-zat makanan hal ini karena zat hara
yang tersedia tidak mencukupi bagi pertumbuhan tanaman.
3. Penyebaran tanaman
Untuk menyebarkan tanaman dapat dilakukan dengan penyebaran
biji atau melalui rimpang (akar tunas). Tanaman yang penyebarannya
dengan biji mempunyai kemampuan bersaing yang lebih tinggi daripada
tanaman yang menyebar dengan rimpang. Namun persaingan yang terjadi
karena factor penyebaran tanaman sangat dipengaruhi factor-faktor
lingkungan lain seperti suhu, cahaya, oksigen, dan air.
4. Waktu
Lamanya periode tanaman sejenis hidup bersama dapat
memberikan tanggapan tertentu yang mempengaruhi kegiatan fisiologis
tanaman. Periode 25-30 % pertama dari daur tanaman merupakan periode
yang paling peka terhadap kerugian yang disebabkan oleh kompetisi.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1. Lokasi Penelitian
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi, Pusat
Laboratorium Terpadu (PLT) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lokasi
yang digunakan sebagai tempat pengamatan pertumbuhan tanaman
dilakukan di lobi lantai 4 gedung PLT dekat jendela. Tempat
pengukuran biomassa tumbuhan dilakukan di dalam Laboratorium
Ekologi.
3.1.2. Waktu Penelitian
Pengamatan ini dilakukan selama 21 hari dari tanggal 5 Oktober 2011
sampai dengan tanggal 26 Oktober 2011.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain skop, garpu tanah,
polybag 17 x 25 cm, penggaris, dan timbangan. Bahan yang digunakan pada
praktikum ini antara lain biji jagung, biji kacang hijau, tanah gembur, dan pupuk
kandang,
3.3 Cara Kerja
3.3.1. Tahap persiapan
Cara kerja pada praktikum ini pertama dipilih tanah subur dan
dicampurkan dengan pupuk kandang. Tanah dimasukkan ke dalam polybag. Biji
jagung dan kacang hijau ditanam dalam polybag yang telah disediakan baik secara
terpisah maupun bersamaan dengan pola kerapatan tertentu. Dilakukan
pengukuran faktor fisik diantaranya pH tanah, suhu tanah, kelembaban udara,
intensitas cahaya, temperatur udara dan kelembaban tanah.
3.3.2 Tahap penanaman
Sebelum menanam, dilakukan pemilihan biji yang baik untuk
ditanam.Untuk perlakuan J, ditanam biji jagung sesuai dengan pola kerapatan
pada tabel 1 demikian pula untuk perlakuan K, sitanam biji kacang hijau sesuai
dengan pola kerapatan pada tabel 2. Pada perlakuan JK, ditanam biji jagung dan
kacang dengan pola bergantian seperti pada tabel 3. Diberi label pada setiap
polybag untuk menunjukan perlakuan kerapatan yang diberikan. Jarak masing-
masing biji diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu berdekatan. Semua
tanaman disiram setiap hari sebanyak 30 ml.
Tabel 1. Pola Penanaman Jagung (Perlakuan J)
Kode perlakuan Jumlah Lubang Pola Penanaman
J-1 1 J
J-2 2 J J
J-4 4 J J
J J
J-8 8 J
J J J
J J J
J
Tabel 2. Pola Penanaman Kacang Hijau (Perlakuan K)
Kode perlakuan Jumlah Lubang Pola Penanaman
K-1 1 K
K-2 2 K K
K-4 4 K K
K K
K-8 8 K
K K K
K K K
K
Tabel 3. Pola penanaman jagung dan kacang hijau (JK)
Kode perlakuan Jumlah Lubang J Jumlah Lubang K Pola penanaman
JK-1 1 1 J K
JK-2 2 2 J K
K J
JK-4 4 4 J
J K J
K J K
K
3.3.3 Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan mengukur pertumbuhan tanaman secara
berkala yaitu 3 hari sekali. Data yang didapat dicatat dan disusun berdasarkan
hari atau tanggal pengamatannya hingga waktu panen tiba yaitu setelah sekitar
satu bulan. Pada saat panen dilakukan pengukuran faktor fisik akhir seperti yang
dilakukan di awal.
Tanaman yang dipanen dipisahkan setiap plot dan setiap jenisnya
kemudian ditimbang berat basahnya dengan menggunakan timbangan, dicatat
data yang diperoleh.
3.4. Analisi Data
Analisis data terhadap faktor fisik dilakukan dengan melakukan
pengukuran faktor fisik sebelum tanam dan setelah panen dengan menggunakan
alat-alat yang telah disediakan seperti luxmeter untuk mengukur intensitas
cahaya, soil tester untuk mengukur pH tanah dan kelembaban tanah, termometer
untuk mengukur suhu tanah , dan sling untuk mengukur kelembaban udara
Sedangkan untuk data hasil pengamatan terhadap tumbuhan disajikan
dalam bentuk grafik. Grafik yang disajikan didapat dari hasil pengukuran yang
dilakukan secara bertahap, hasil pengukuran di catat dalam bentuk tabel. Data
yang di tulis dalam bentuk tabel berasal dari hasil pengukuran pertambahan tinggi
tanaman selama kurang lebih 4 minggu. Pemanenan tanaman hanya dilakukan
pada bagian tumbuhan diatas permukaan tanah (taruk). Untuk pengukuran
biomassa hasil panen dilakukan dengan menimbang setiap tanaman secara
terpisah. Dan dihitung pula jumlah tanaman yang ada untuk menetukan rata-rata
biomassa setiap spesies.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor-faktor lingkungan yang mungkin diperebutkan oleh tumbuh-
tumbuhan dalam kompetisi atau persaingan diantaranya adalah cahaya, air, tanah,
oksigen, unsur hara dan karbondioksida. Selain faktor yang diperebutkan terdapat
pula faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari tanaman
tersebut. Adapun faktor internal tersebut diantaranya adalah keberadaan hewan
penyerbuk, agen penyebaran biji, kondisi tanah, kelembaban tanah dan udara serta
angin.
Penanaman biji dengan jumlah dan jarak yang berbeda di setiap plotnya
bertujuan untuk menentukan kemampuan suatu tumbuhan untuk tumbuh dan
melihat perbedaan pertumbuhan di masing-masing plot. Pada umumnya kecepatan
perkecambahan dan pertumbuhan suatu biji tumbuhan merupakan faktor penentu
untuk menghadapi dan menanggulangi persaingan. Biji yang tumbuh terlebih
dahulu akan menyebabkan tumbuhan tersebut mencapai tinggi yang lebih besar,
mendapatkan intensitas cahaya matahari, air dan unsur hara tanah lebih besar
tumbuhnya (Indriyanto, 2006).
Pada percobaan ini diamati pertumbuhan pada biji jagung dan biji kacang
hijau yang ditanam pada polybag dengan jumlah, jarak dan kepadatan yang
berbeda pada setiap polybag. Semua polybag diberi perlakuan yang sama dimulai
dari jumlah intensitas cahaya dan suplai air setiap harinya. Perlakuan ini bertujuan
untuk melihat perbandingan pertumbuhan suatu tanaman dengan ruang lingkup
yang sama.
Biji suatu tanaman dapat mengakhiri masa dormansinya apabila terdapat
faktor-faktor yang mengukung pemutusan dormansi. Beberapa hal yang
berpengaruh terhadap pemutusan dormansi biji adalah struktur biji itu sendiri,
sedangkan faktor lingkungan yang berpengaruh adalah kadar air, kelembaban
tanah, suhu tanah, intensitas cahaya dan faktor fisik lainnya.
Tabel 1. Pengukuran Faktor Fisik Lingkungan
Awal
Kelembaban Udara 67%
Kelembaban Tanah 3
pH Tanah 5
Intensitas Cahaya 0,59 lux
Suhu Tanah 290C
Suhu Udara 270C
Akhir
Kelembaban Udara 75%
Kelembaban Tanah 3,6
pH Tanah 5,8
Intensitas Cahaya 2,08 lux
Suhu Tanah 28,5C
Suhu Udara 27C
Faktor- faktor pada tabel diatas adalah faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman biji jagung dan biji kacang hijau pada praktikum ini.
Faktor-faktor tersebut diukur agar mengetahui keadaan makroklimat pada awal
penanaman dan akhir penanaman. Dan selama pengamatan pertumbuhan tanaman
yang lebih dilihat adalah persaingan yang terjadi antara biji yang ditanam dalam 1
plot baik persaingan intaraspesifik ataupun persaing interspesifiknya.
Setelah dilakukan pengamatan pertumbuhan tanaman jagung dan kacang
hijau selama 21 hari (3 minggu), dilakukan pemanenan dan penimbangan berat
basah (biomassa total) dari masing-masing jenis dan masing-masing plot.
Didapatkan biomassa rata-rata tanaman jagung dan kacang tanah sebagai berikut:
Diagram 1. Diagram Biomassa Tanaman Jagung
Diagram.1 menunjukan biomassa tanaman jagung. Terdapat perbedaan
biomassa pada tanaman jagung yang ditanam. Dapat terlihat pada J1 biomassanya
terlihat lebih besar dibandingkan dengan biomassa pada J4. Tetapi jika dilihat dari
jumlah biji yang ditanam terdapat lebih banyak biji yang ditanam pada J4 dari
pada J1, sehingga seharusnya biomassa lebih besar biomassa pada J4. Tetapi pada
percobaan tersebut lebih besar J1. Hal ini disebabkan pada plot J4 terdapat
tanaman yang layu sehingga menurunkan beras basah tanaman tersebut. Selain itu
juga disebabkan adanya biji yang tidak tumbuh karena kesalahan pada saat
pemilihan biji unggul yang akan ditanam. Tanaman jagung pada plot J8 memiliki
biomassa paling besar dibandingkan pada J1, J2 dan J4. Hal ini disebabkan dalam
plot J8 ditanam biji dengan jumlah 8 sehingga otomatis memiliki biomassa yang
paling besar. Namun pada dasarnya tanaman J8 mengalami kompetisi perebutan
unsur hara dalam plot karena besar plot dan jumlah tanah yang disediakan sama
dengan plot J1, J2 dan J4.
Diagram 2. Diagram Biomassa Tanaman Kacang Hijau
Berdasarkan Diagram 2. menunjukan biomassa pada tanaman kacang
hijau. Dapat terlihat bahwa pada J1 dan J2 tidak terjadi perbedaan yang signifikan.
Biomassa J1 sedikit lebih besar dibanding dengan biomassa J2. Hal ini disebabkan
adanya tanaman yang layu pada J2 sehingga menurunkan biomassa tanaman
tersebut. Sedangkan pada J4 dan J8 memiliki biomassa yang lebih tinggi dari pada
J1 dan J2 karena jumlah tanaman yang ditanam lebih banyak yaitu pada J4
berjumlah 4, dan pada J8 berjumlah 8. Sehingga pada J8 berat biomassa nya lebih
tinggi dibandingkan yang lain.
Namun sebenarnya terjadi kompetisi diantara tanaman tersebut seperti
perebutan unsur hara dan air dari tanah karena plot yang disediakan memiliki
ukuran yang sama dengan J1 da J2, sedangkan pada J4 dan j8 memiliki kebutuhan
yang lebih untuk menutrisi lebih banyak jumlah tanaman.
Diagram 3. Diagram Biomassa Rata-rata Tanaman Jagung dan Kacang
Hijau
Diagram 3. menunjukan perbandingan biomassa pada tanaman jagung dan
kacang hijau yang ditanam dengan pola JK. Pada JK1 terlihat bahwa biomassa
kacang hijau lebih besar dibandingkan dengan biomassa jagung. Sehingga dapat
dikatakan bahwa kacang hijau memenangkan kompetisi. Karena kacang hijau
lebih dahulu berkecambah sehingga kacang hijau menyerap unsur hara lebih dulu
dari pada jagung. Sedangkan jagung membutuhkan waktu lama dalam
berkecambah. Dan jagung juga tidak tahan terhadap kekeringan sehingga ia lebih
cepat layu dan mati jika tidak lama disiram.
Kecepatan perkecambahan biji tumbuhan dan pertumbuhan anakan
(seedling) merupakan suatu faktor yang menentukan kemampuan spesies
tumbuhan tertentu untuk menghadapi dan menaggulangi persaingan yang terjadi.
Tanaman yang tumbuh lebih dahulu dibanding tanaman yang lain dapat menyebar
lebih luas sehingga mampu memperoleh cahaya matahari, air, dan unsur hara
tanah lebih banyak di bandingkan dengan yang lain (Leksono, 2007).
Grafik 1. Pertumbuhan Tanaman Jagung
Grafik 1. Menunjukan rata-rata tinggi pertumbuhan jagung selama 21 hari.
terlihat bahwa tinggi J1 dan J2 lebih besar atau lebih tinggi dari pada tinggi rata-
rata pada J4 dan J8. Hal ini dikarenakan jarak tanam di J4 dan J8 lebih rapat dari
pada J1 dan J4, sedangkan polybag tempat ditanamnya jagung memiliki ukuran
yang sama antara J1 hingga J8.
Terlalu rapatnya jarak tanaman inilah yang menyebabkan terjadinya
persaingan yang ketat sehingga tanaman sulit untuk tumbuh. Semakin rapat jarak
tumbuh tanamannya dan semakin sempit lahan tanamnya maka pertumbuhan
menjadi terhambat (Sowasono, 1987).
Kerapatan penanaman menyebabkan kompetisi yang lebih ketat antar
tanaman dikarenakan semakin kecil ruang atau plot maka semakin sedikit
pembagian unsur hara dan air yang diserap oleh tanaman tersebut.
Grafik 2. Pertumbuhan Tanaman Jagung dan Kacang Hijau
Grafik 2. menujukan interaksi yang terjadi antara tanaman jagung dan
kacang hijau yang ditanam dalam plot yang sama yaitu JK1 dimana dalam 1
polybag ditanam 1 biji kacang dan 1 biji jagung, JK2 pada polybag ditanam 2 biji
kacang dan dua biji jagung, dan JK4 pada polybag ditanam 4 biji kacang dan 4
biji jagung.
Dari data yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa tanaman kacang
hijau memiliki nilai rata-rata tinggi tanaman yang lebih besar daripada jagung.
Hal ini dapat terjadi karena perkecambahan pada kacang hijau jauh lebih cepat
daripada perkecambahan pada jagung. Sehingga kacang hijau mampu tumbuh
lebih cepat dibanding dengan jagung.
Berdasarkan grafik di atas dapat terlihat beberapa tanaman yang pada hari
ke 9 nilai rata-ratanya tinggi namun pada pengukuran berikutnya mengalami
penurunan. Hal ini terjadi pada tanaman jagung, beberapa dari tanaman jagung
mati pada hari ke 14. Matinya tanaman jagung ini membuktikan bahwa kacang
hijau pada hari ke 14 tidak dapat bertahan hidup, hal ini dapat terjadi karena pada
hari ke 14 dan sebelumnya tanaman kacang hijau telah tumbuh dengan baik dan
mulai mengambil unsure hara dan zat-zat yang diperlukan untuk pertumbuhan
dari dalam tanah maka menyebabkan jagung mengalami kekalahan dalam
kompetisi. Selain itu juga dikarenakan kacang hijau mampu lebih dulu
berkecambah sehingga lebih dulu menyerap sumber daya dari dalam tanah.
BAB V
KESIMPULAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi persaingan intrapesifik dan interspesifik
adalah luasnya lahan tanah, jenis tanaman, kepadatan tumbuhan, dan
waktu lamanya tanaman sejenis hidup.
Cepat atau lambatnya perkecambahan pada tanaman juga berpengaruh
terhadap menangnya suatu tanaman dalam berkompetisi.
Terjadinya persaingan atau kompetisi dapat menyebabkan tanaman mati.
Terjadi persaingan intraspesifik antar tanaman jagung juga pada tanaman
kacang hijau.
Semakin rapat jarak suatu tanaman maka pertumbuhannya akan semakin
terhambat karena persaingan mendapatkan sumber daya pun semakin
ketat.
DAFTAR PUSTAKA
Arnita,indriani.1990.Ekologi Umum.Jakarta: Gita Media Press.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan.Jakarta: Bumi Aksara
Irwan, Z.D.1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi: Ekosistem,
Komunitas dan Lingkungan.Jakarta: Bumi Aksara.
Leksono, A.Setyo.2007.Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif.
Malang: Bayumedia
Sowasono, Haddy. 1987. Biologi Pertanian. Jakarta: Rajawali Press.