Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik

30
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI DASAR KOMPETISI INTRASPESIFIK DAN INTERSPESIFIK Nama : Renny Ambar P NIM : 1110095000021 Kelompok : 1 (satu) Semester : 3/A Asisten Dosen : Angga Tanggal Praktikum : 26 Oktober 2011 Tanggal Dikumpul : 2 November 2011 PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Transcript of Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik

Page 1: Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik

LAPORAN PRAKTIKUMEKOLOGI DASAR

KOMPETISI INTRASPESIFIK DAN INTERSPESIFIK

Nama : Renny Ambar PNIM : 1110095000021Kelompok : 1 (satu)Semester : 3/AAsisten Dosen : AnggaTanggal Praktikum : 26 Oktober 2011Tanggal Dikumpul : 2 November 2011

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

Page 2: Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Organisme hidup di dalam suatu ekosistem yang didalamnya saling

berinteraksi antar satu spesies dengan spesies lain. Interaksi tersebut dapat berupa

interaksi positif yang saling menguntungkan dapat juga interaksi negatif seperti

kompetisi. Kompetisi adalah hubungan interaksi antara dua individu tumbuhan

baik yang sesama jenis maupun berlainan jenis yang dapat menimbulkan

pengaruh negatif bagi keduanya.

Persaingan antar tumbuhan yang sejenis mempengaruhi pertumbuhannya

karena pada umumnya bersifat merugikan. Pengaturan populasi tanaman pada

hakekatnya adalah pengaturan jarak tanam yang nantinya akan berpengaruh pada

persaingan dalam penyerapan zat hara, air, dan cahaya matahari. Jika hal tersebut

tidak diatur dengan baik , hasil tanaman akan ikut terpengaruh. Jarak tanam rapat

akan mengakibatkan terjadinya suatu kompetisi, baik interspesies maupun

intraspesies (Arnita, 1990).

Penelitian tentang jarak tanam menunjukkan bahwa semakin rapat jarak

tanam maka semakin tinggi tanaman tersebut dan secara nyata akan berpengaruh

terhadap jumlah cabang, luas permukaan daun dan pertumbuhan tanaman.

Mengingat pentingnya mengetahui jarak tanaman ideal untuk pertumbuhan

tanaman, maka dilakukan penelitian tentang kompetisi yang terjadi pada tanaman

yang sejenis maupun berbeda spesies.

Pada praktikum kali ini praktikan akan mengetahui salah satu bentuk

kompetisi yang terjadi pada tumbuhan jagung (Zea mays) dan kacang hijau (Vigna

radiata) yang memiliki habitat yang berbeda. Akan tetapi, jika keduanya ditanam

pada satu media maka akan terjadi suatu interaksi. Interaksi tersebut tentu saja

berupa kompetisi, dimana keduanya tidak hanya memperebutkan tempat tumbuh,

tetapi juga saling memperebutkan unsur hara, air dan cahaya matahari untuk

Page 3: Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik

berfotosintesis. Hal ini berarti terjadi tumpang tindih relung ekologi antara kacang

hijau dan jagung. Tumpang tindihnya relung ekologi antara kacang hijau dan

jagung akan mempengaruhi pertumbuhan dan daya hidup keduanya. Oleh karena

itulah percobaan ini dilakukan sehingga dapat diketahui pengaruh kompetisi

terhadap pertumbuhan biji jagung dan biji kacang hijau.

1.2. Tujuan

Mengamati pengaruh kompetisi intraspesifik dan interspesifik terhadap

pertumbuhan tanaman jagung dan kacang hijau.

Mengamati kompetisi interspesifik dan intraspesifik pada masing-

masing perlakuan pada tanaman jagung dan kacang hijau.

Page 4: Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Interaksi Antar Spesies

Interaksi adalah hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan

makhluk hidup yang lain. Ada dua macam interaksi berdasarkan jenis organisme

yaitu interaksi intraspesies dan interaksi interspesies. Interaksi intraspesies adalah

hubungan antara organisme yang berasal dari satu spesies, sedangkan interaksi

interspesies adalah hubungan yang terjadi antar organisme yang berasal dari

spesies yang berbeda (Leksono, 2007).

Interaksi yang terjadi antarspesies anggota populasi akan mempengaruhi

terhadap kondisi mengingat keaktifan atau tindakan individu dapat mempengaruhi

kecepatan pertumbuhan ataupun kehidupan populasi. Setiap anggota populasi

dapat memakan anggota-anggota populasi lainnya, dapat saling membunuh dan

interaksi tersebut dapat searah ataupun dua arah (timbal balik). Oleh karena itu,

dari segi pertumbuhan atau kehidupan populasi, interaksi antarspesies anggota

populasi dapat merupakan interaksi yang positif, negatif atau nol (Indriyanto,

2006).

2.2. Interaksi Kompetisi

Kompetisi adalah hubungan interaksi antar dua individu tumbuhan baik

sesama jenis maupun belainan jenis yang dapat menimbulkan pengaruh negatif

bagi keduanya sebagai akibat dari pemanfaatan sumber daya yang ada dalam

keadaan terbatas secara bersama. Kompetisi dapat berbentuk perebutan langsung

terhadap sumber daya yang terbatas (resource competition) atau saling menyakiti

antar kedua individu secara langsung dengan kekuatan fisik (interference

competition) (Irwan, 1992).

Persaingan terjadi ketika organisme baik dari spesies yang sama maupun

dari spesies yang berbeda menggunakan sumber daya. Di dalam menggunakan

sumber daya alam, tiap organisme yang bersaing akan mendapatkan sesuatu yang

Page 5: Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik

diperlukan untuk hidup dan pertumbuhannya. Persaingan yang dilakukan oleh

organisme-organisme dapat berupa keaktifan dalam memperebutkan kebutuhan

ruang (tempat), makanan, unsur hara, air, sinar matahari, udara, agen

penyerbukan, agen dispersial atau faktor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber

daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya

(Indriyanto, 2006).

Persaingan diantara dua atau lebih spesies organisme terhadap sumber

daya akan menimbulkan efek yang merugikan kedua belah pihak, bahkan salah

satu dari spesies yang bersaing dapat tersingkir akibat persaingan. Persaingan

yang terjadi diantara spesies-spesies organisme dalam memanfaatkan sumber daya

alam akan semakin keras ketika sumber daya alam yang makin terbatas

persediaannya. Selain itu, spesies-spesies organisme yang memiliki tingkat

kesamaan yang tinggi terhadap komponen ekologi yang dibutuhkan untuk hidup

dan pertumbuhan optimalnya akan mendorong terjadinya kompetisi yang keras

(Irwan, 1992).

2.3. Persaingan Interspesifik dan Intraspesifik

Persaingan intraspesifik yaitu persaingan yang terjadi antara individu

organisme yang berspesies sama, sedangkan persaingan interspesifik yaitu

persaingan yang terjadi antar individu organisme yang berbeda spesies (Leksono,

2007).

Persaingan interspesifik terjadi antara dua atau lebih organisme yang

berlainan spesies. Spesies yang berhasil dalam persaingan bergantung kepada

kemampuan pertumbuhan dan reproduksinya. Perbedaan waktu perkecambahan

biji dan pembentukan anakan pohon juga mempengaruhi efek persaingan.

Perbedaan kisaran toleransi dan syarat-syarat ekologi yang dimiliki suatu spesies

organisme juga akan mempengaruhi kemampuannya untuk bersaing. Persaingan

berpengaruh pada ukuran populasi, struktur komunitas dan keanekaragaman

spesies (Leksono, 2007).

Page 6: Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik

2.4. Persaingan Diantara Tumbuhan

Faktor-faktor lingkungan yang mungkin diperebutkan oleh tumbuhan

dalam persaingan di alam antara lain cahaya, air, tanah, oksigen, unsur hara, dan

karbondioksida. Faktor eksternal lainnya seperti hewan penyerbuk, agen dispersial

biji, kondisi tanah, kelembaban tanah dan udara, angin dan gangguan atau

kerusakan lingkungan oleh manusia juga berpengaruh terhadap kelangsungan

hidup dari spesies-spesies tertentu di suatu habitat (Indriyanto, 2006).

Kecepatan perkecambahan biji tumbuhan dan pertumbuhan anakan

merupakan salah satu faktor yang menentukan kemampuan spesies tumbuhan

tertentu untuk hidup menghadapi dan mengulangi persaingan yang terjadi. Jarak

antar tumbuhan merupakan hal, yang sangat penting dalam persaingan, terutama

tumbuhan pada fase anakan. Persaingan yang paling keras itu terjadi antar

tumbuhan yang berspesies sama, sehingga tegakan tunggal sangat jarang

ditemukan di alam. Di hutan hujan tropis, pepohonan tua akan mengalami

menekan perkembangan anakan dari spesies mereka sendiri. Akan tetapi anakan

pohon dari spesies lain mampu tumbuh dalam penutupan oleh pepohonan yang

besar. Hal ini merupakan suatu kondisi yang sangat penting sebagai karakteristik

hutan hujan tropis dalam menjaga atau memelihara keanekaragaman spesies

(Indriyanto, 2006).

2.5. Pengaruh Lingkungan Terhadap Tumbuhan

Faktor-faktor lingkungan akan mempengaruhi fungsi fisiologis tanaman.

Respons tanaman sebagai akibat faktor lingkungan akan terlihat pada penampilan

tanaman. Tumbuhan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, disini terlihat

bahwa tumbuhan saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Begitu pula

biasanya vegetasi yang tumbuh disekitar ekosistem tersebut juga spesifik atau

tertentu. Karena hanya tumbuhan yang sesuai dan cocok saja yang dapat hidup

berdampingan. Tumbuhan pun mempunyai sifat menolak terhadap tumbuhan

yang tidak disukainya, yaitu dengan mengeluarkan zat kimia yang dapat bersifat

bagi jenis tertentu. Sifat tersebut dinamakan allelopati (Irwan,2007).

Page 7: Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik

2.6. Faktor-faktor Pada Persaingan Intraspesifik dan Interspesifik

Beberapa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persaingan intraspesifik

dan interspesifik pada tumbuhan yaitu :

1. Jenis tanaman

Faktor ini meliputi sifat biologi tumbuhan, sistem perakaran,

bentuk pertumbuhan secara fisiologis. Misalnya adalah pada tanaman

ilalang yang memiliki sistem perakaran yang menyebar luas sehingga

menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsur hara. Bentuk daun

yang lebar pada daun talas menyebabkan laju transpirasi yang tinggi

sehingga menimbulkan persaingan dalam memperebutkan air.

2. Kepadatan tumbuhan

Jarak yang sempit antar tanaman pada suatu lahan dapat

menyebabkan persaingan terhadap zat-zat makanan hal ini karena zat hara

yang tersedia tidak mencukupi bagi pertumbuhan tanaman.

3. Penyebaran tanaman

Untuk menyebarkan tanaman dapat dilakukan dengan penyebaran

biji atau melalui rimpang (akar tunas). Tanaman yang penyebarannya

dengan biji mempunyai kemampuan bersaing yang lebih tinggi daripada

tanaman yang menyebar dengan rimpang. Namun persaingan yang terjadi

karena factor penyebaran tanaman sangat dipengaruhi factor-faktor

lingkungan lain seperti suhu, cahaya, oksigen, dan air.

4. Waktu

Lamanya periode tanaman sejenis hidup bersama dapat

memberikan tanggapan tertentu yang mempengaruhi kegiatan fisiologis

tanaman. Periode 25-30 % pertama dari daur tanaman merupakan periode

yang paling peka terhadap kerugian yang disebabkan oleh kompetisi.

Page 8: Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1. Lokasi Penelitian

Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi, Pusat

Laboratorium Terpadu (PLT) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lokasi

yang digunakan sebagai tempat pengamatan pertumbuhan tanaman

dilakukan di lobi lantai 4 gedung PLT dekat jendela. Tempat

pengukuran biomassa tumbuhan dilakukan di dalam Laboratorium

Ekologi.

3.1.2. Waktu Penelitian

Pengamatan ini dilakukan selama 21 hari dari tanggal 5 Oktober 2011

sampai dengan tanggal 26 Oktober 2011.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain skop, garpu tanah,

polybag 17 x 25 cm, penggaris, dan timbangan. Bahan yang digunakan pada

praktikum ini antara lain biji jagung, biji kacang hijau, tanah gembur, dan pupuk

kandang,

3.3 Cara Kerja

3.3.1. Tahap persiapan

Cara kerja pada praktikum ini pertama dipilih tanah subur dan

dicampurkan dengan pupuk kandang. Tanah dimasukkan ke dalam polybag. Biji

jagung dan kacang hijau ditanam dalam polybag yang telah disediakan baik secara

terpisah maupun bersamaan dengan pola kerapatan tertentu. Dilakukan

Page 9: Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik

pengukuran faktor fisik diantaranya pH tanah, suhu tanah, kelembaban udara,

intensitas cahaya, temperatur udara dan kelembaban tanah.

3.3.2 Tahap penanaman

Sebelum menanam, dilakukan pemilihan biji yang baik untuk

ditanam.Untuk perlakuan J, ditanam biji jagung sesuai dengan pola kerapatan

pada tabel 1 demikian pula untuk perlakuan K, sitanam biji kacang hijau sesuai

dengan pola kerapatan pada tabel 2. Pada perlakuan JK, ditanam biji jagung dan

kacang dengan pola bergantian seperti pada tabel 3. Diberi label pada setiap

polybag untuk menunjukan perlakuan kerapatan yang diberikan. Jarak masing-

masing biji diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu berdekatan. Semua

tanaman disiram setiap hari sebanyak 30 ml.

Tabel 1. Pola Penanaman Jagung (Perlakuan J)

Kode perlakuan Jumlah Lubang Pola Penanaman

J-1 1 J

J-2 2 J J

J-4 4 J J

  J J

J-8 8 J

  J J J

  J J J

  J

Tabel 2. Pola Penanaman Kacang Hijau (Perlakuan K)

Kode perlakuan Jumlah Lubang Pola Penanaman

K-1 1 K

K-2 2 K K

K-4 4 K K

    K K

Page 10: Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik

K-8 8 K

    K K K

    K K K

    K

Tabel 3. Pola penanaman jagung dan kacang hijau (JK)

Kode perlakuan Jumlah Lubang J Jumlah Lubang K Pola penanaman

JK-1 1 1 J K

JK-2 2 2 J K

      K J

JK-4 4 4 J

      J K J

      K J K

      K

3.3.3 Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan mengukur pertumbuhan tanaman secara

berkala yaitu 3 hari sekali. Data yang didapat dicatat dan disusun berdasarkan

hari atau tanggal pengamatannya hingga waktu panen tiba yaitu setelah sekitar

satu bulan. Pada saat panen dilakukan pengukuran faktor fisik akhir seperti yang

dilakukan di awal.

Tanaman yang dipanen dipisahkan setiap plot dan setiap jenisnya

kemudian ditimbang berat basahnya dengan menggunakan timbangan, dicatat

data yang diperoleh.

3.4. Analisi Data

Analisis data terhadap faktor fisik dilakukan dengan melakukan

pengukuran faktor fisik sebelum tanam dan setelah panen dengan menggunakan

alat-alat yang telah disediakan  seperti luxmeter untuk mengukur intensitas

Page 11: Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik

cahaya, soil tester untuk mengukur pH tanah dan kelembaban tanah, termometer

untuk mengukur suhu tanah , dan sling untuk mengukur kelembaban udara

Sedangkan untuk data hasil pengamatan terhadap tumbuhan disajikan

dalam bentuk grafik. Grafik yang disajikan didapat dari hasil pengukuran yang

dilakukan secara bertahap, hasil pengukuran di catat dalam bentuk tabel. Data

yang di tulis dalam bentuk tabel berasal dari hasil pengukuran pertambahan tinggi

tanaman selama kurang lebih 4 minggu. Pemanenan tanaman hanya dilakukan

pada bagian tumbuhan diatas permukaan tanah (taruk). Untuk pengukuran

biomassa hasil panen dilakukan dengan menimbang setiap tanaman secara

terpisah. Dan dihitung pula jumlah tanaman yang ada untuk menetukan rata-rata

biomassa setiap spesies.

Page 12: Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Faktor-faktor lingkungan yang mungkin diperebutkan oleh tumbuh-

tumbuhan dalam kompetisi atau persaingan diantaranya adalah cahaya, air, tanah,

oksigen, unsur hara dan karbondioksida. Selain faktor yang diperebutkan terdapat

pula faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari tanaman

tersebut. Adapun faktor internal tersebut diantaranya adalah keberadaan hewan

penyerbuk, agen penyebaran biji, kondisi tanah, kelembaban tanah dan udara serta

angin.

Penanaman biji dengan jumlah dan jarak yang berbeda di setiap plotnya

bertujuan untuk menentukan kemampuan suatu tumbuhan untuk tumbuh dan

melihat perbedaan pertumbuhan di masing-masing plot. Pada umumnya kecepatan

perkecambahan dan pertumbuhan suatu biji tumbuhan merupakan faktor penentu

untuk menghadapi dan menanggulangi persaingan. Biji yang tumbuh terlebih

dahulu akan menyebabkan tumbuhan tersebut mencapai tinggi yang lebih besar,

mendapatkan intensitas cahaya matahari, air dan unsur hara tanah lebih besar

tumbuhnya (Indriyanto, 2006).

Pada percobaan ini diamati pertumbuhan pada biji jagung dan biji kacang

hijau yang ditanam pada polybag dengan jumlah, jarak dan kepadatan yang

berbeda pada setiap polybag. Semua polybag diberi perlakuan yang sama dimulai

dari jumlah intensitas cahaya dan suplai air setiap harinya. Perlakuan ini bertujuan

untuk melihat perbandingan pertumbuhan suatu tanaman dengan ruang lingkup

yang sama.

Biji suatu tanaman dapat mengakhiri masa dormansinya apabila terdapat

faktor-faktor yang mengukung pemutusan dormansi. Beberapa hal yang

berpengaruh terhadap pemutusan dormansi biji adalah struktur biji itu sendiri,

sedangkan faktor lingkungan yang berpengaruh adalah kadar air, kelembaban

tanah, suhu tanah, intensitas cahaya dan faktor fisik lainnya.

Page 13: Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik

Tabel 1. Pengukuran Faktor Fisik Lingkungan

Awal

Kelembaban Udara 67%

Kelembaban Tanah 3

pH Tanah 5

Intensitas Cahaya 0,59 lux

Suhu Tanah 290C

Suhu Udara 270C

Akhir

Kelembaban Udara 75%

Kelembaban Tanah 3,6

pH Tanah 5,8

Intensitas Cahaya 2,08 lux

Suhu Tanah 28,5C

Suhu Udara 27C

Faktor- faktor pada tabel diatas adalah faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan tanaman biji jagung dan biji kacang hijau pada praktikum ini.

Faktor-faktor tersebut diukur agar mengetahui keadaan makroklimat pada awal

penanaman dan akhir penanaman. Dan selama pengamatan pertumbuhan tanaman

yang lebih dilihat adalah persaingan yang terjadi antara biji yang ditanam dalam 1

plot baik persaingan intaraspesifik ataupun persaing interspesifiknya.

Setelah dilakukan pengamatan pertumbuhan tanaman jagung dan kacang

hijau selama 21 hari (3 minggu), dilakukan pemanenan dan penimbangan berat

basah (biomassa total) dari masing-masing jenis dan masing-masing plot.

Didapatkan biomassa rata-rata tanaman jagung dan kacang tanah sebagai berikut:

Diagram 1. Diagram Biomassa Tanaman Jagung

Page 14: Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik

Diagram.1 menunjukan biomassa tanaman jagung. Terdapat perbedaan

biomassa pada tanaman jagung yang ditanam. Dapat terlihat pada J1 biomassanya

terlihat lebih besar dibandingkan dengan biomassa pada J4. Tetapi jika dilihat dari

jumlah biji yang ditanam terdapat lebih banyak biji yang ditanam pada J4 dari

pada J1, sehingga seharusnya biomassa lebih besar biomassa pada J4. Tetapi pada

percobaan tersebut lebih besar J1. Hal ini disebabkan pada plot J4 terdapat

tanaman yang layu sehingga menurunkan beras basah tanaman tersebut. Selain itu

juga disebabkan adanya biji yang tidak tumbuh karena kesalahan pada saat

pemilihan biji unggul yang akan ditanam. Tanaman jagung pada plot J8 memiliki

biomassa paling besar dibandingkan pada J1, J2 dan J4. Hal ini disebabkan dalam

plot J8 ditanam biji dengan jumlah 8 sehingga otomatis memiliki biomassa yang

paling besar. Namun pada dasarnya tanaman J8 mengalami kompetisi perebutan

unsur hara dalam plot karena besar plot dan jumlah tanah yang disediakan sama

dengan plot J1, J2 dan J4.

Diagram 2. Diagram Biomassa Tanaman Kacang Hijau

Page 15: Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik

Berdasarkan Diagram 2. menunjukan biomassa pada tanaman kacang

hijau. Dapat terlihat bahwa pada J1 dan J2 tidak terjadi perbedaan yang signifikan.

Biomassa J1 sedikit lebih besar dibanding dengan biomassa J2. Hal ini disebabkan

adanya tanaman yang layu pada J2 sehingga menurunkan biomassa tanaman

tersebut. Sedangkan pada J4 dan J8 memiliki biomassa yang lebih tinggi dari pada

J1 dan J2 karena jumlah tanaman yang ditanam lebih banyak yaitu pada J4

berjumlah 4, dan pada J8 berjumlah 8. Sehingga pada J8 berat biomassa nya lebih

tinggi dibandingkan yang lain.

Namun sebenarnya terjadi kompetisi diantara tanaman tersebut seperti

perebutan unsur hara dan air dari tanah karena plot yang disediakan memiliki

ukuran yang sama dengan J1 da J2, sedangkan pada J4 dan j8 memiliki kebutuhan

yang lebih untuk menutrisi lebih banyak jumlah tanaman.

Diagram 3. Diagram Biomassa Rata-rata Tanaman Jagung dan Kacang

Hijau

Page 16: Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik

Diagram 3. menunjukan perbandingan biomassa pada tanaman jagung dan

kacang hijau yang ditanam dengan pola JK. Pada JK1 terlihat bahwa biomassa

kacang hijau lebih besar dibandingkan dengan biomassa jagung. Sehingga dapat

dikatakan bahwa kacang hijau memenangkan kompetisi. Karena kacang hijau

lebih dahulu berkecambah sehingga kacang hijau menyerap unsur hara lebih dulu

dari pada jagung. Sedangkan jagung membutuhkan waktu lama dalam

berkecambah. Dan jagung juga tidak tahan terhadap kekeringan sehingga ia lebih

cepat layu dan mati jika tidak lama disiram.

Kecepatan perkecambahan biji tumbuhan dan pertumbuhan anakan

(seedling) merupakan suatu faktor yang menentukan kemampuan spesies

tumbuhan tertentu untuk menghadapi dan menaggulangi persaingan yang terjadi.

Tanaman yang tumbuh lebih dahulu dibanding tanaman yang lain dapat menyebar

lebih luas sehingga mampu memperoleh cahaya matahari, air, dan unsur hara

tanah lebih banyak di bandingkan dengan yang lain (Leksono, 2007).

Grafik 1. Pertumbuhan Tanaman Jagung

Page 17: Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik

Grafik 1. Menunjukan rata-rata tinggi pertumbuhan jagung selama 21 hari.

terlihat bahwa tinggi J1 dan J2 lebih besar atau lebih tinggi dari pada tinggi rata-

rata pada J4 dan J8. Hal ini dikarenakan jarak tanam di J4 dan J8 lebih rapat dari

pada J1 dan J4, sedangkan polybag tempat ditanamnya jagung memiliki ukuran

yang sama antara J1 hingga J8.

Terlalu rapatnya jarak tanaman inilah yang menyebabkan terjadinya

persaingan yang ketat sehingga tanaman sulit untuk tumbuh. Semakin rapat jarak

tumbuh tanamannya dan semakin sempit lahan tanamnya maka pertumbuhan

menjadi terhambat (Sowasono, 1987).

Kerapatan penanaman menyebabkan kompetisi yang lebih ketat antar

tanaman dikarenakan semakin kecil ruang atau plot maka semakin sedikit

pembagian unsur hara dan air yang diserap oleh tanaman tersebut.

Grafik 2. Pertumbuhan Tanaman Jagung dan Kacang Hijau

Page 18: Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik

Grafik 2. menujukan interaksi yang terjadi antara tanaman jagung dan

kacang hijau yang ditanam dalam plot yang sama yaitu JK1 dimana dalam 1

polybag ditanam 1 biji kacang dan 1 biji jagung, JK2 pada polybag ditanam 2 biji

kacang dan dua biji jagung, dan JK4 pada polybag ditanam 4 biji kacang dan 4

biji jagung.

Dari data yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa tanaman kacang

hijau memiliki nilai rata-rata tinggi tanaman yang lebih besar daripada jagung.

Hal ini dapat terjadi karena perkecambahan pada kacang hijau jauh lebih cepat

daripada perkecambahan pada jagung. Sehingga kacang hijau mampu tumbuh

lebih cepat dibanding dengan jagung.

Berdasarkan grafik di atas dapat terlihat beberapa tanaman yang pada hari

ke 9 nilai rata-ratanya tinggi namun pada pengukuran berikutnya mengalami

penurunan. Hal ini terjadi pada tanaman jagung, beberapa dari tanaman jagung

mati pada hari ke 14. Matinya tanaman jagung ini membuktikan bahwa kacang

hijau pada hari ke 14 tidak dapat bertahan hidup, hal ini dapat terjadi karena pada

Page 19: Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik

hari ke 14 dan sebelumnya tanaman kacang hijau telah tumbuh dengan baik dan

mulai mengambil unsure hara dan zat-zat yang diperlukan untuk pertumbuhan

dari dalam tanah maka menyebabkan jagung mengalami kekalahan dalam

kompetisi. Selain itu juga dikarenakan kacang hijau mampu lebih dulu

berkecambah sehingga lebih dulu menyerap sumber daya dari dalam tanah.

BAB V

KESIMPULAN

Page 20: Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik

Faktor-faktor yang mempengaruhi persaingan intrapesifik dan interspesifik

adalah luasnya lahan tanah, jenis tanaman, kepadatan tumbuhan, dan

waktu lamanya tanaman sejenis hidup.

Cepat atau lambatnya perkecambahan pada tanaman juga berpengaruh

terhadap menangnya suatu tanaman dalam berkompetisi.

Terjadinya persaingan atau kompetisi dapat menyebabkan tanaman mati.

Terjadi persaingan intraspesifik antar tanaman jagung juga pada tanaman

kacang hijau.

Semakin rapat jarak suatu tanaman maka pertumbuhannya akan semakin

terhambat karena persaingan mendapatkan sumber daya pun semakin

ketat.

DAFTAR PUSTAKA

Arnita,indriani.1990.Ekologi Umum.Jakarta: Gita Media Press.

Page 21: Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan.Jakarta: Bumi Aksara

Irwan, Z.D.1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi: Ekosistem,

Komunitas dan Lingkungan.Jakarta: Bumi Aksara.

Leksono, A.Setyo.2007.Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif.

Malang: Bayumedia

Sowasono, Haddy. 1987. Biologi Pertanian. Jakarta: Rajawali Press.