Persiapan ternak Gurami
Transcript of Persiapan ternak Gurami
Persiapan ternak, pembibitan, panen dan penyakit
ikan gurami3
Gurami dikenal sebagai ikan yang lambat pertumbuhannya. Untuk
membesarkan benih ukuran 2-3 cm Sampai siap konsumsi (500 g)
diperlukan waktu sekitar 1,5 tahun. Wajar bila banyak yang enggan
mengusahakannya. Kini hal ltu bisa diatasi dengan menerapkan pola
budidaya secara bertahap. Pemeliharaan di kolam intensif selama 12-14
bulan Osphronemus gouramy, itu mencapai bobot 500 g/ekor. Ini adalah
beternak dengan cara segmentasi. Dengan segmentasi ini, “Beternak
gurami lebih cepat, setiap tahap 3-4 bulan,“ ujar Azhari, petani di
Dramaga, Bogor.
Pemilik 10 petak kolam ukuran 200 m2 itu menebar berbagai ukuran.
“Kalau ada yang membutuhkan, tinggal dipanen. Tak perlu dibesarkan
hingga ukuran konsumsi”. Untung yang diraih per segmen budidaya pun
jelas. Misalnya, benih ukuran wadah korek (4-5 cm) dibeli seharga Rp
1.250/ekor. Jika ditebar 3.000 benih di kolam seluas 100 m2. (Maaf, ini
adalah arsip lama, jadi untuk masalah harga bisa diabaikan – Om Kicau).
3 bulan berikutnya dipanen ukuran bungkus rokok (10 cm). Harganya
bisa 2 kali lipat. Dengan kematian 10% petani bisa mengantongi Rp 3
juta belum termasuk biaya pakan dan tenaga kerja.
Pemeliharaan gurami di kolarn intensif per segmen menghemat waktu 2-
4 bulan. Dengan cara itu “Perputaran modal juga cepat,” tegas Julius
Tirta Sendjaya petani di Parung. Selain itu ukuran kolam budidaya tidak
luas, 100-500 m2 tapi dalam jumnlah banyak. Selain kolam pendederan.
ada yang untuk pembesaran. Kesehatan ikan dapat dikontrol sehingga
kegagalan panen akibat penyakit dapat diminimkan.
TERGANTUNG MODAL
Petani bermodal minim bisa memulai usaha dan pembenihan. Modal
besar, pembesaran. Semua segmen budidaya pun tidak masalah. Toh,
jika tidak ada permintaan benih bisa dibesarkan lagi hingga siap
konsumsi. Pembenih hanya menghasilkan benih ukuran kuku (2-3 cm).
Modal yang diperlukan sepasang induk dan wadah penetasan, seperti
ember, bak fiber, atau akuarium. Perawatan larva sampai burayak di
akuarium lebih mudah. Selain kesehatannya mudah di kontrol juga bisa
diusahakan di lahan terbatas. Pembesaran pilihannya lebih banyak.
Pertama, membesarkan benih ukuran kuku hingga sebesar wadah korek
(4-5cm). Petani juga bisa memulai usaha dan benih ukuran wadah korek,
lalu dibesarkan hingga seukuran bungkus rokok (9-10cm). Atau dimulai
dan benih ukuran bungkus rokok sampai siap konsumsi.
Sebelum mulai usaha perlu mengetahui syarat-syarat gurami tumbuh
dengan baik. Di antaranya pemilihan lokasi, konstruksi kolam, benih
berkualitas, dan perawatan yang benar.
SYARAT LOKASI
Gurami termasuk ikan yang mudah dibudidayakan. Ia bisa hidup di
sembarang tempat. Meskipun demikian, pemilihan lokasi yang tepat
juga perlu diperhatikan. Di lokasi berketinggian 20-400 m dpl
pertumbuhan ikan cukup baik. Namun, di dataran tinggi, 800 m dpl
pertumbuhannya agak lambat. Lokasi budidaya harus memiliki suhu dan
kualitas air sesuai kemauan gurami. Ia tumbuh baik di daerah bersuhu
25- 28C. Meskipun demikian, ia sangat peka terhadap perubahan suhu.
Lokasi yang memiliki perbedaan suhu siang dan malam tinggi kurang
baik untuk gurami. Apalagi daerah yang suhunya seringkali berubah-
ubah bisa menyebabkan ikan stres. Kepekaan gurami terhadap suhu
dapat diatasi dengan merekayasa lingkungan hidupnya. Penyebab
naiknya suhu adalah panas matahari. Ketika cuaca panas tinggi air yang
umum digunakan 70 80 cm, ditingkatkan l0-20 cm. Saat penghujan tiba
biasanya suhu dingin dan diatasi dengan menurunkan tinggi air.
Kualitas air di lokasi mendukung pertumbuhan ikan. Ia harus
mengandung cukup mineral dan zat-zat hara yang dibutuhkan.
Ketersediaan pakan alami yang cukup bisa meningkatkan kelulusan
hidup benih pada tahap awal budidaya. Kadar oksigen tidak
berpengaruhi terhadap kehidupan gurami. Ia memiliki labirin yang
berfungsi untuk mengambil udara. Angka pH air ideal 6,5- 7, kesadahan
7HD. Air dan sungai atau irigasi teknis bisa dipakai asal tidak tercemar
limbah pestisida atau sisa-sisa pembuangan rumah tangga. Gurami
menyukai air yang bersih. Air kerub dikhawatirkan mengandung
kotoran. Jika kotoran itu bercampur sisa-sisa pakan akan terjadi
pembusukan. Hal itu memicu timbulnya bakteri, parasit, dan cacing.
Pakan gurami harus tersedia secara kontinyu di lokasi. Pelet bisa
didatangkan dan daerah lain. Namun, daun sente (Alocasia macrorrhiza),
kegemaran gurami terkadang langka. Karena kebutuhan daun-daunan itu
cukup besar sebaiknya petani menanamnya di sepanjang pematang
kolam.
PERSIAPAN KOLAM
Persiapan kolam merupakan langkah awal proses budidaya. Ada 2
cara yang bisa dilakukan, yakni membuat kolam baru dan pengolahan
tanah seusai panen. Jika membuat kolam baru, konstruksi dibuat kuat
dan kokoh. Bentuk kolam umumnya sama dengan ikan lain. Ukurannva
tergantung kemampuan modal dan luas lahan. Dinding kolam dirancang
agar tak mudah bocor atau terkikis. Kemiringannya 60 derajat dan dasar
kolam. Pematang antar kolam dibuat kuat dan lebar untuk
mengantisipasi longsor.Tinggi pematang kurang lebih 125 cm diukur
dari dasar kolam. Permukaan dasar kolam dibuat agak miring.
Tujuannya untuk memudah pembuangan air dan panen. Saluran
pemasukan dan pengeluaran air pada setiap kolam dibuat terpisah.
Tujuannya untuk menghindari penularan penyakit ke kolam lain.
Kedua saluran diletakkan di kedua dinding secara diagonal atau
menyilang. Pralon pvc atau bambu umum digunakan. Jumlahnya
tergantung luas kolam, ukuran 100 m2 cukup 2 saluran air. Lubang air
ditutup kasa agar kotoran tidak ikut masuk ke kolam.
Kualitas tanah yang baik menciptakan kondisi lingkungan yang layak
untuk gurami. Karena itu keasamannya harus dipertahankan. Caranya
dengan menaburkan kapur sebanyak 100 g/m2 dan 200 g/m2 garam
dapur. Penanganan kolam yang sudah produksi lain lagi. Sebelum
digunakan air dibuang habis lalu dasar kolam dijemur hingga kering.
Tujuannya untuk mematikan bakteri, jamur, dan cacing. Kotoran atau
sisa-sisa pakan yang menumpuk dibuang. Setelah kering, tanah
dicangkul sedalam 10-20 cm lalu dibalik dan ratakan. Lapisan atas
dianggap sudah tidak kaya hara sehingga perlu diganti yang bawah.
Jemur di terik matahari sampai kering. Untuk menjaga keasaman tanah
taburkan kapur 100 g/m2 dan 200g/m2 garam dapur.
PENGISIAN AIR
Kolam yang sudah siap segera diisi air secara bertahap. Setelah
mencapai tinggi 20 cm saluran air ditutup. Taburkan pupuk kandang,
seperti kotoran ayam (postal) sebanyak 500 g/m2. Tujuannya untuk
menumbuhkan plankton. Air dibiarkan menggenang selama beberapa
hari agar terjadi proses dekomposisi atau penguraian.
Yang perlu diperhatikan kehadiran anak katak/percil, burayak mujair,
atau lele yang seringkali ikut terbawa air. Untuk mengatasinya taburkan
saponin sebanyak 5-10 kg. Alternatif lain dengan pemberian daun
lampesan(Hyptis suaveolens) secukupnya. Saponin bisa mematikan
hewan-hewan berdarah merah sedang lampesan hanya memabukan.
Pesaing atau predator yang sudah mati itu dibuang agar tidak busuk.
Beberapa hari kemudian air berubah menjadi hijau tanda bibit plankton
sudah ada. Masukkan air secara bertahap hingga mencapai tinggi 60- 80
cm. Pupuk buatan, seperti SP-36 sebanyak 20 g/m2 dapat diberikan
untuk mempercepat pertumbuhan pakan alami. Diamkan selama 5-7 hari
sampai wama air berubah menjadi hijau segar. Saat itu benih sudah siap
ditebar.
TABUR BENIH
Pilih benih sehat untuk ditebar. Ciri benih yang baik, gerakan renangnya
lincah, sisik mengkilap, bebas penyakit, dan ukuran seragam. Benih
kurang seragam menyebabkan persaingan mendapatkan pakan dan ruang
gerak. Ikan berukuran lebih besar dipastikan tumbuh lebih cepat,
sementara yang kecil tetap kuntet. Ada beberapa jenis gurami yang
sudah dikembangkan, seperti paris, safir, merah, jepang, dan soang.
Setiap jenis memiliki kelebihan masing-masing. Yang perlu diperhatikan
asal benih. Usahakan jaraknya tidak jauh dengan lokasi supaya tidak
“mabuk” selama pengangkutan. Penebaran dilakukan pada pagi atau
sore hari. Saat itu cuaca redup sehingga penyesuaian berlangsung lebih
cepat dan menghindari benih stres. Secara perlahan-lahan kantung benih
dimasukkan ke air. Biarkan beberapa saat agar suhu di kantung sama
dengan air kolam. Buka kantung lalu tuang ke air. Biarkan benih
berenang sendiri.
PERAWATAN BERTAHAP
Gurami yang dipelihara dari benih ukuran 2 cm sampai siap konsumsi
memerlukan waktu lama. Dengan segmentasi budidaya relatif lebih
cepat.Tahapan itu dimulai dan pembenihan, pendederan hingga
pembesaran.Setiap segmen dilakukan di kolam terpisah dan penanganan
berbeda.
a. Pembenihan
Pembenih hanya menyediakan benih sebesar kuku atau ukuran 2-3 cm.
Modalnya sepasang induk, kolam perkawinan. sarang telur, dan
akuarium untuk penetasan sekaligus perawatan.
Induk siap kawin dimasukkan ke kolam. Sarang dan ijuk untuk
melekatkan telur diletakkan di pinggir. Keesokan han dicek, jika sudah
berisi telur, angkat lalu dimasukkan ke akuarium. Sehari kemudian telur
sudah menetas. Larva belum diberi pakan, toh, persediaan pakan di
kantung telur (yolk sack) cukup selama 2 hari. Setelab cadangan
makanannya mulai menipis, kutu air atau artemia diberikan. Usahakan
pemberian tidak terlambat. Larva yang terlanjur kelaparan kondisinya
Iemah. Dua hari berikutnya barulah diberi cacing rambut. Biasanya
pertumbuhan ikan cepat setelah makan cacing rambut. Dalam waktu 30
hari sejak tetas benih sudah sebesar biji oyong (1 cm). Dengan cara ini
kelulusan hidupnya mencapai 95%. Jika menginginkan benih agak
besar, perawatan di akuarium dilanjutkan kembali. Populasi dijarangkan
dengan cara memindahkan sebagian benih ke tempat lain. Pakan utama
tetap cacing rambut. Sistem pemeliharaan dengan air mengalir.
Setelah 1 bulan diperoleh benih ukuran kuku (1-3 cm). Benih ini bias
dipanen dan siap ditebar ke kolam.
b. Pendederan
Pendederan dilakukan di kolam ukuran 50-100 m2. Benih sebesar kuku
ditebar dengan kepadatan 40 ekor/m2. Contoh, ukuran kolam 100 m2
memerlukan benih sekitar 4.000 ekor. Tinggi air 30-40 cm dengan debit
air 10 liter/menit. Seminggu atau 10 hari setelah tebar benih belum
diberi pakan buatan. Di samping ukuran mulut belum mampu menelan
pelet, pakan alami yang tersedia di kolam sudah cukup. Pada hari ke-11
pelet baru boleh diberikan. Pelet yang diberikan mengandung 50%
protein. Kebutuhan pakan per hari dihitung menurut bobot ikan,
biasanya dipatok 1 %. Jumlah pakan yang diberikan kecil, tapi
frekuensinya diperbanyak. Yang umum 2-3 kali, ditingkatkan menjadi 6
kali. Perawatan sehari-hari selain memberi pakan, ikan selalu dikontrol
kesehatannya. Benih sebesar ini masih rentan serangan penyakit.
Kualitas air yang masuk ke kolam selalu dicek. Bila lingkungan kolam
terlihat ada tanda-tanda berubah segera diberi tindakan pencegahan.
Ketika cuaca panas misalnya, suhu air akan meningkat. Sebelum ikan
stres sebaiknya volume air ditingkatkan. Sebaliknya, ketika suhu dingin
di musim hujan tinggi air dikurangi. Selain itu, pH air tak luput dan
perhatian. Saat penghujan biasanya pH air turun. Kondisi seperti itu bisa
mengundang kehadiran penyakit. Untuk menstabilkannya taburkan
garam secukupnya. Sampling berat ikan setiap bulan merupakan
kegiatan rutin. Dengan cara itu bisa diketahui pertumbuhan ikan.
Keseragaman ukuran sangat penting untuk menentukan jumlah pakan
yang diberikan. Karena itu perlu dilakukan sortir, ukuran yang tidak
standar dipindah ke kolam lain.
Pemeliharaan selama 45-60 hari menghasilkan benih sebesar dim/silet
atau 4-5cm. Benih bisa dipanen dan siap dijual. Bila tidak ada
permintaan benih, proses budidaya dilanjutkan lagi. Namun, kepadatan
ikan dikurangi menjadi 30 ekor/m2. Pemeliharaan selama 60 hari
diperoleh benih ukuran wadah korek atau 7-8 cm.
c. Pembesaran
Tahap pembesaran dimulai dan benih sebesar korek atau ukuran 7-8 cm.
Kolam pembesaran yang digunakan berukuran 100-500 m2. Kepadatan
tebar 20 ekor/m2. Contoh, untuk kolam ukuran 500 m2 dibutuhkan
benih sekitar 10.000 ekor. Tinggi air 70 cm dengan debit air yang masuk
ke kolam 15 20 liter/menit.
Pakan buatan per hari diberikan 1% dan bobot ikan. Frekuensi
pemberian 2-3 kali, pukul 07.00, 11.00, dan 13.00. Pelet yang digunakan
harus mengandung 25% protein. Pakan tambahan berupa daun sente.
Kebutuhan-nya per hari 10% dari bobot ikan diberikan sekali pada sore
hari, pukul 17.00.
Perawatan sehari-hari di tahap ini hampir sama dengan tahap
pendederan. Benih masih relatif rentan serangan penyakit dan mudah
stres bila ada gangguan atau perubahan lingkungan secara mendadak.
Untuk menghasilkan benih sebesar bungkus rokok atau 10-12 ekor per
kilo dibutuhkan waktu 75 -100 hari. Benih sebesar itu sudah bisa
dipanen dan dijual. Atau dipindah ke kolam lain untuk dibesarkan
hingga ukuran konsumsi.
Kolam pembesaran berukuran lebih besar. Ukuran kolam 500 m2 tidak
masalah. Yang penting kepadatan ikan dikurangi 10 ekor/m2. Tinggi air
dinaikkan menjadi 80 cm, debit air 20 liter/menit. Pakan buatan
diberikan 2 kali sehari., pukul 08.00 dan 13.00. Pelet harus mengandung
20%protein. Pakan tambahan daun sente cukup 10% dari bobot ikan
diberikan pada sore hari, pukul 16.00.
Benih sebesar itu sudah agak tahan serangan penyakit. Namun, perlu
diwaspadai kondisi lingkungan kolam. Perawatan dan pengontrolan
setiap hari dianggap perlu. Pemberian garam secukupnya rutin setiap
bulan untuk mencegah munculnya penyakit. Pembesaran ini
memerlukan waktu 90-100 hari untuk mendapatkan ikan ukuran
konsumsi, 500 g/ekor.
Ikan sebesar itu bisa dipanen dan siap dijual ke pasar atau restoran. Bila
belum ada order, ikan tetap dipelihara di kolam. Namun, pemberian
pakan tidak terlalu intensif. Pelet bisa diberikan sekali pada pagi hari,
sore daun sente. Ini dilakukan agar pengeluaran tidak mcmbengkak.
PENYAKIT GURAMI
Penyakit merupakan masalah utama budidaya gurami. Kehadirannya
perlu diwaspadai, sebab serangannya bisa menyebabkan kematian
sehingga gagal panen. Penyebab yang kerap dijumpai seperti bakteri,
jamur, parasit, dan cacing.
Mereka muncul akibat lingkungan kolam yang kotor. Karena itu periu
dicermati kepadatan tebar kualitas air dan pakan berlebihan. Berikut
beberapa penyakit yang kerap ditemui di kolam.
Kutu ikan
Penyakit ini disebabkan parasit Argulus indicus. Serangannya dengan
cara menempel lalu menggigit tubuh. Ikan yang terserang akan
mengalami pendarahan. Penularan ke ikan lain melalui air atau kontak
langsung. Parasit ini muncul pada kolam-kolam yang kualitas airnya
buruk.
Cara pengendalian dengan mengeringkan kolam seusai panen sehingga
telur-telurnya mati. Ikan yang sudah terserang diobati. Caranya dengan
menaburkan garam sebanyak 10-15 kg/m3 ke kolam.
Usahakan saat pengobatan saluran masuk ditutup, air diturunkan 10-20
cm. Sehari kemudian air bisa ditambahkan. Atau ikan sakit direndam air
yang sudah dibubuhi garam sebanyak 10-15 gr/l selama 15 menit.
Cacing ikan
Penyebabnya parasit Dactylogyrus dan Gyrodactylus. Kualitas air yang
buruk, kurang pakan, kepadatan tinggi. dan perubahan lingkungan
mendadak memicu munculnya keluarga cacing itu.
Gejala awal ditandai nafsu makan ikan menurun, sering muncul di
permukaan air, dan terkadang berbaring dengan insang terbuka.
Dactylogyrus lebih menyukai insang Gyrodactylus menyerang bagian
badan dan sirip.
Cara penanggulangannya dengan mengganti air dalam jumlah besar.
Taburkan garam dapur 40 g/m3 ke kolam, lalu tutup saluran air selama
24 jam. Ikan sakit direndam kelarutan garam dapur sebanyak 40 mg/l
air.
Mata BELO
Gejala penyakit ini ditandai mata membengkak dan menonjol keluar dan
kelopaknya. Ikan yang terserang akan buta. Lama-kelamaan kondisi
tubuh lemah dan akhirnya mati. Penyebab penyakit ini diduga karena
virus/cacing. Serangan awal ditandai kondisi ikan lemah, nafsu makan
kurang, dan sering muncul ke permukaan. Saat itu bisa dilakukan
pengobatan dengan cara menaburkan garam 1 kg/m3. Saluran air
dihentikan selama 24 jam. Keesokan harinya baru diganti total. Cara lain
dengan memberikan antibiotik yang dicampur dengan pakan. Selama
pengobatan air bisa diganti total. Biasanya pengobatan itu hanya
menyelamatkan ikan yang masih sehat. Ikan yang sudah mati diambil
lalu dibakar.
Jamur
Gejala awal serangan ditandai benang-benang halus mirip kapas
menempel pada tubuh yang terluka. Penyebabnya jamur Saprolegnia dan
Achyla. Dalam waktu relatif cepat jamur ini menyebar keseluruh ikan di
kolam. Jamur ini tidak menimbulkan kematian, tapi kondisi ikan lemah,
nafsu makan kurang. dan akhirnya kurus. Lemahnya daya tahan tubuh
membuka peluang kehadiran penyakit lain.
Cara penanggulannya dengan memberi garam sebanyak 400 mg/m3.
Pada saat pengobatan saluran air dihentikan. Perlakuan itu diulang 3 kali
secara berurutan dan dilanjutkan setiap bulan. Ikan yang sakit direndam
dalam larutan garam 20 mg/l air atau malachyte oxalate 1 mg/l atau
dosis 0.1 – 0,5 mg/l selama 12-24 jam. Alternatif lain dengan merendam
ikan ke larutan formalin 200 ppm selama 2jam.
Bakteri
Penyebabnya Aeromonas sp dan Pseudomonas sp. Bakteri ini sering
dijumpai pada kolam yang tercemar bahan organik. Keduanya seringkali
ditemui di musim kemarau atau menjelang penghujan. Air kolam kurang
baik atau perbedaan suhu siang dan malam hari juga berperan
munculnya penyakit ini.
Gejala klinis dicirikan luka di tubuh dan berdarah, perut membesar,
lendir mencair, sisik mengelupas, dan timbul borok. Dalam waktu
singkat kondisi ikan lemah. sering muncul ke permukaan, lalu mati.
Serangan penyakit ini perlu diwaspadai sebab tak jarang berakibat
kematian massal.
Cara penanggulangannya dengan merendam ikan sakit ke larutan
oxytetracycline 2 5 mg/l air selama 24 jam. Perlakuan itu diulang 3 kali
secara berurutan. Ikan yang terinfeksi bisa direndam larutan malachite
green oxalat 0,5 mg/l selama 1 jam. Satu bulan kemudian ikan diberi
pakan yang mengandung oxytetracycline 60 mg/kg pakan selama 7 hari
berturut-turut.
Bercak putih
Parasit Ichthyophthyrius sp merupakan penyebab penyakit ini. Ia
menyerang kulit ikan dan menimbulkan bercak-bercak putih. Gejala
klinis ditandai bercak putih menyebar di tubuh, warna sisik pucat. Ikan
sering menggosokkan badan dan tampak megap-megap seolah
kekurangan oksigen. Ikan yang terserang direndam dengan larutan
formalin 25 mg/l ditambah malachite green oxalat 0,2 mg/l selama 24
jam.
PANEN
Panen merupakan akhir kegiatan budidaya. Keberhasilan usaha dapat
diketahui dari jumlah tonase atau pertumbuhan selama periode waktu
tertentu. Ada 2 cara panen, yaitu benih dan ukuran konsumsi.
Panen benih dilakukan dengan cara menurunkan air sampai ketinggian
tertentu. Aliran air diperkecil sampai tersisa di kowen (lubang kecil di
sudut kolam). Di atas kowen diberi dedaunan, seperti daun pepaya talas,
atau pisang agar benih merasa aman dan nyaman. Benih yang sudah
terkumpul ditangkap dengan saringan atau jaring mesh size kecil. Satu
per satu benih dimasukkan ke ember. Kemudian angkut ke tempat
penampungan sementara berupa hapa yang dipasang di kolam atau
saluran air.
Seleksi ukuran dan kesehatan ikan, lalu pindahkan ke wadah lain.
Sebelum dikirim ke tempat tujuan sebaiknya benih dibera atau
dipuasakan selama 1hari. Panen ukuran konsumsi sebaiknya
menggunakan jaring. Cara ini lebih mudah dan ikan tidak rusak. Selama
proses pemanenan kolam tidak perlu dikeringkan. Air kolam cukup
dikurangi sesuai tinggi jaring.
Jaring direntangkan dan ujung kolam dan ditarik secara perlahan-lahan.
Prinsipnya untuk memperkecil ruang gerak ikan sampai terkumpul di
saiah satu sisi kolam. Masukkan beberapa lembar daun pisang kering
atau talas agar ikan merasa nyaman. Kemudian satu per satu ikan
ditangkap dengan hati-hati, lalu dimasukkan ke wadah penampungan.
Sebelum diangkut ikan sebaiknya dipuasakan selama 1- 2 hari.
PASCA PANEN
Pengangkutan gurami harus hati-hati. Tak jarang kasus ikan mati di
tempat tujuan akibat salah angkut, seperti kepadatan tinggi dan
dilakukan secara mendadak tanpa ada proses penyesuaian. Yang perlu
diperhatikan selama pengangkutan kondisi ikan harus segar.
Pengangkutan benih sampai ukuran 5 cm masih memerlukan oksigen.
Sebab, alat pernafasan tambahan (labirin) belum terbentuk sempurna.
Kepadatan benih disesuaikan ukuran dan lokasi pengiriman. Untuk
pengiriman jarak dekat (25 km) atau selama 1 jam, jumlah benih bisa
diperbanyak. Lain hal bila lokasi tujuan relatifjauh (100 km) sebaiknya
benih tidak terlalu padat. Masalah akan timbul jika gurami ukuran
konsumsi yang diangkut terlalu padat. Duri sirip atau tutup insang akan
saling melukai sehingga ikan menjadi stres, lalu mati.
Untuk mengurangi stres gerakan ikan diupayakan seminimal mungkin.
Caranya dengan menurunkan suhu air atau obat bius, seperti
phenoxyethanol, dosis 0,15 mg/l air. Gurami dengan bobot 500-600 gr
dapat diangkut dengan kepadatan 15 ekor/ 10 liter air selama 6 jam.
Cara tradisional dengan wadah terbuka seperti jirigen, atau drum khusus
yang diletakkan mendatar. Tinggi air mencapai 10-15 cm sehingga ikan
bisa menghirup udara. Pengangkutan dapat dilakukan dengan kepadatan
tinggi 1 ekor/liter air.