PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian...

222
PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) DI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh: THERESIA APRI LINDAWATI 151314042 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian...

Page 1: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

PERSEPSI GURU DAN SISWA

TERHADAP EVALUASI PEMBELAJARAN SEJARAH

BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)

DI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

THERESIA APRI LINDAWATI

151314042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

i

PERSEPSI GURU DAN SISWA

TERHADAP EVALUASI PEMBELAJARAN SEJARAH

BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)

DI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

THERESIA APRI LINDAWATI

151314042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

ii

PENGESAHAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa menyertai,

membimbing dan memberkati saya.

2. Kedua orang tua yang sangat saya cintai; Bapak Dominicus Gusman Maryono dan

Ibu Fransisca Suyatmi, serta kakak saya; Kakak Yohanes Agung Danang Nugraha

yang senantiasa memberikan doa, motivasi, semangat serta dukungan selama ini.

3. Sahabat-sahabat yang sangat saya sayangi yang selalu memberikan penghiburan,

bantuan, semangat, dan dukungan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

v

MOTTO

-Amsal 17:22-

“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah

mengeringkan tulang.”

-Filipi 4:13-

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan

kepadaku.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 Juli 2019

Penulis,

(Theresia Apri Lindawati)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini,saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Theresia Apri Lindawati

NIM : 151314042

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERSEPSI GURU DAN SISWA

TERHADAP EVALUASI PEMBELAJARAN SEJARAH

BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)

DI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata

Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya

dalam bentuk perangkat data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademisi

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal, 26 Juli 2019

Yang menyatakan

(Theresia Apri Lindawati)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

viii

ABSTRAK

PERSEPSI GURU DAN SISWA

TERHADAP EVALUASI PEMBELAJARAN SEJARAH

BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)

DI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA

Theresia Apri Lindawati

151314042

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) persepsi guru dan (2)

persepsi siswa terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order

Thinking Skill (HOTS). Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi

kasus. Informan dalam penelitian ini terdiri dari dua guru sejarah dan delapan

siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta yang dipilih menggunakan teknik purposive

sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, angket, wawancara,

dan dokumen. Teknik analisis data menggunakan model interaktif Miles dan

Huberman yang terdiri atas pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Guru dan (2) Siswa memiliki

persepsi positif terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS. Persepsi

positif guru dan siswa mencakup enam indikator yaitu kemampuan berpikir kritis,

kemampuan berpikir kreatif dan inovatif, kemampuan memecahkan masalah dan

mengambil keputusan, kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan baru,

kemampuan mengkreasi atau mencipta produk serta kemampuan berefleksi untuk

diaplikasikan dalam keseharian.

Kata Kunci : Higher Order Thinking Skill (HOTS), Evaluasi Pembelajaran

Sejarah, Persepsi Guru, Persepsi Siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

ix

ABSTRACT

TEACHERS AND STUDENTS PERCEPTION

OF HISTORICAL LEARNING EVALUATION

BASED ON HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)

AT SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA

Theresia Apri Lindawati

151314042

The aim of this research is to describe: (1) teachers’ perception and (2)

students’ perception of evaluation on learning history based on Higher Order

Thinking Skill (HOTS). This research is a qualitative research with a case study

method. The informants in this research are two history teachers and eight

students of SMA Negeri 6 Yogyakarta who are selected by using purposive

sampling technique. The data collection is done by conducting observation,

distributing questionnaire, interviewing, and documenting. The data analysis

technique uses Miles and Huberman interactive model which consists of the data

collection, data reduction, data presentation, and conclusion.

The result of this research shows that: (1) the teachers and (2) the students

have positive perception of evaluation on learning history based on HOTS. The

positive perception of teachers and students involves six indicators that are the

ability to think critically, think creatively and innovatively, solve a problem and

take a decision, relate the material with a new knowledge, create a product, reflect

to be applied in daily life.

Key word: Higher Order Thinking Skill (HOTS), Historical Learning,

Evaluation, Teacher Perception, Student Perception.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan

judul “Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran Sejarah

Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA Negeri 6 Yogyakarta”

Penelitian ini disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah. Dalam proses penyusunan tugas

akhir ini penulis menyadari akan keterlibatan dan bantuan dari berbagai pihak

baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo S.Pd. M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan

2. Bapak Ignatius Bondan, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin

penelitian kepada peneliti

3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Sejarah Universitas Dharma sekaligus dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan dan dukungan kepada peneliti dari awal penelitian

sampai penyusunan laporan penelitian.

3. Bapak Hendra Kurniawan, M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Sejarah sekaligus dosen pembimbing serta dosen pembimbing

Akademik yang dengan sabar membimbing dan memberi banyak masukan

kepada peneliti.

4. Seluruh dosen program studi Pendidikan Sejarah yang selalu memberikan

dukungan kepada mahasiswa tingkat akhir dalam menyelesaikan tugas akhir.

5. Bruder Sarju dan Pak Tri selaku pengurus Lembaga Kesejahteraan Mahasiswa

Universitas Sanata Dharma atas kesempatan yang diberikan kepada penulis

untuk dapat menerima beasiswa selama menempuh studi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

xi

6. Bapak Agus selaku sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta yang selalu sabar dan telaten memberikan

pelayanan dan administrasi demi kelancaran penelitian kepada penulis.

7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf

Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA 6 SMA

Negeri 6 Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data

guna menyelesaikan skripsi.

8. Kedua orang tua tercinta Bapak Dominicus Gusman Maryono dan Ibu

Fransisca Suyatmi serta Kakak Yohanes Agung Danang Nugraha yang selalu

memberikan dukungan.

9. Seluruh keluarga besar yang selalu menyemangati dan mendukung penulis

dalam setiap langkah dan perjuangan.

10. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Sejarah angkatan 2015, Universitas

Sanata Dharma yang telah mendukung dan memberikan semangat dalam

menyelesaikan tugas akhir.

11. Sahabat-sahabat penulis Dian,Sesilia,Yuyun,Konsita, mas Pandu,Suster Lidia.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih terdapat

kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun agar penelitian ini lebih baik. Semoga karya tulis

ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, 26 Juli 2019

Penulis

Theresia Apri Lindawati (151314042)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................... vii

ABSTRAK .......................................................................................................... viii

ABSTRACT ........................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ........................................................................................... x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7

C. Tujuan .......................................................................................................... 7

D. Manfaat ........................................................................................................ 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 10

A. Kajian Teori ................................................................................................. 10

1. Pendidikan Abad 21 .............................................................................. 10

2. Kurikulum 2013 .................................................................................... 13

3. Higher Order Thinking Skill (HOTS) ................................................... 17

4. Pembelajaran Sejarah ............................................................................ 28

5. Evaluasi (Penilaian Autentik) Pembelajaran Sejarah ........................... 33

6. Persepsi ................................................................................................ 42

B. Penelitian yang Relevan............................................................................... 44

C. Kerangka Pikir ............................................................................................. 47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

xiii

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 50

A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 50

B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 52

C. Sumber Data ................................................................................................ 52

D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 53

E. Instrumen Pengumpulan Data ...................................................................... 55

F. Teknik Cuplikan ............................................................................................ 61

G. Validitas Data ............................................................................................... 61

H. Analisis Data ............................................................................................... 65

I. Sistematika Penulisan ................................................................................... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 70

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ......................................................................... 70

B. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................................ 74

C. Pembahasan ................................................................................................. 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 113

A. Kesimpulan ................................................................................................ 113

B. Saran .......................................................................................................... 118

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 115

LAMPIRAN ....................................................................................................... 123

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan Taksonomi Bloom dengan Anderson dan Krathwohl......... 24

Tabel 2. Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif ...............................................25

Tabel 3. Matrik Tujuan Pembelajaran Dimensi Kognitif dan Pengetahuan........26

Tabel 4. Kata Kerja Operasional Ranah Afektif .................................................27

Tabel 5. Kata Kerja Operasional Ranah Psikomotorik .......................................27

Tabel 6. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ..............................................................51

Tabel 7. Kisi-kisi Kuesioner Guru ......................................................................56

Tabel 8. Kisi-kisi Kuesioner Siswa .....................................................................57

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar I. Kerangka Pikir .................................................................................. 49

Gambar II. Model Analisis Data Miles dan Huberman ..................................... 68

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Catatan Lapangan 1 ..................................................................... 120

Lampiran 2. Lembar Kuesioner Guru .............................................................. 123

Lampiran 3. Lembar Kuesioner Siswa ............................................................. 126

Lampiran 4. Catatan Lapangan 2 ..................................................................... 129

Lampiran 5. Catatan Lapangan 3 ..................................................................... 131

Lampiran 6. Daftar Pertanyaan Wawancara Guru .......................................... 135

Lampiran 7. Daftar Pertanyaan Wawancara Siswa ......................................... 136

Lampiran 8. Daftar Narasumber ...................................................................... 137

Lampiran 9. Catatan Lapangan 4 ..................................................................... 138

Lampiran 10. Catatan Lapangan 5 ................................................................... 141

Lampiran 11. Catatan Lapangan 6 ................................................................... 145

Lampiran 12. Catatan Lapangan 7 ................................................................... 147

Lampiran 13. Catatan Lapangan 8 ................................................................... 149

Lampiran 14. Catatan Lapangan 9 ................................................................... 151

Lampiran 15. Catatan Lapangan 10 ................................................................. 153

Lampiran 16. Catatan Lapangan 11 ................................................................. 155

Lampiran 17. Catatan Lapangan 12 ................................................................. 157

Lampiran 18. Catatan Lapangan 13 ................................................................. 159

Lampiran 19. Catatan Lapangan 14 ................................................................. 161

Lampiran 20. Dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.......................... 162

Lampiran 21. Dokumen Daftar Nilai ............................................................... 195

Lampiran 22. Dokumentasi Pengisian Kuesioner ........................................... 196

Lampiran 23. Dokumentasi Wawancara ......................................................... 197

Lampiran 24. Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari Universitas................ 200

Lampiran 25. Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari Dikpora..................... 201

Lampiran 26. Surat Telah Menyelesaikan Penelitian....................................... 202

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam upaya memajukan dan

membangun suatu bangsa. Taraf kehidupan bangsa dapat meningkat apabila

bangsa tersebut sangat menjamin mutu dan kualitas pendidikan bagi

masyarakatnya. Oleh karena itu sumber daya manusia yang terlatih dan

memperoleh pendidikan layak akan mampu berkontribusi untuk kemajuan bangsa.

Pelaksanaan pendidikan yang optimal berperan penting membentuk karakter

generasi penerus bangsa yang handal. Usaha memajukan bangsa dimaksudkan

agar para generasi penerus di masa depan memiliki keunggulan dan keahlian

untuk bersaing di era global.

Pembenahan dan peningkatan mutu pembelajaran yang ada di sekolah dan

lembaga-lembaga pendidikan lainnya, pada dasarnya adalah sebuah upaya untuk

menciptakan transformasi kehidupan. Meningkatkan mutu pembelajaran berarti

menciptakan generasi terdidik yang mampu untuk bersaing di tengah masyarakat

global dan tuntutan perubahan itu sendiri.1 Dengan kata lain, jika implementasi

pembelajaran di sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan tersebut cenderung

kurang inovatif maka akan menghambat perkembangan peserta didik dalam

mengasah potensi dan motivasinya, sehingga akan sulit memenuhi tantangan

global.

1Hatta Saputra, Pengembangan Mutu Pendidikan Dalam Era Global, Bandung: CV. Smile’s

Indonesia Institute, 2016, hlm. 86.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

2

Awal abad 21 ditandai dengan bergantinya tahun dari tahun 2000 menuju

tahun 2001. Banyak aspek kehidupan yang berubah pada abad 21, yang menonjol

salah satunya adalah bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem komunikasi

termasuk di dalam revolusi tersebut, dengan mudahnya akses internet hingga ke

pelosok negeri menjadi salah satu cirinya. Segala macam hal dengan mudah dan

cepat dapat diketahui orang serta tersebar luas ke penjuru dunia, seakan dunia

berada dalam genggaman. Oleh sebab itu, menjadi keuntungan bagi manusia

untuk mempermudah berbagai urusan dengan efektif dan efisien.

Hal serupa turut berlaku pada dunia pendidikan yang juga mengalami

banyak perubahan dan perkembangan. Pada abad 21 ini pendidikan nasional

mempunyai tujuan mencapai cita-cita bangsa yang diwujudkan melalui

pemberdayaan manusia agar semakin berkualitas yang diharapkan dapat

menjadikan kedudukan Indonesia setara dengan negara-negara lain di kancah

Internasional.

Sebagai manifesto untuk mencetak generasi milenial yang unggul dan

berdaya saing, kementerian pendidikan berupaya agar pembelajaran di sekolah

mengintegrasikan literasi, Penguatan Pendidikan Karakter (PPK),

Communication, Collaborative, Critical Thinking, Creativity (4C) dan Higher

Order Thinking Skill (HOTS), sehingga dikeluarkanlah kurikulum 2013 revisi

2017. Pada penerapan Kurikulum 2013 pula memuat adanya pendekatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

3

pembelajaran saintifik yang di dalamnya terdapat kegiatan 5M yaitu mengamati,

menanya, menalar, mengasosiasi dan mengkomunikasikan.2

Dalam proses pembelajaran, terdapat penilaian pokok oleh guru terhadap

siswa berdasarkan kurikulum 2013 yang terdiri atas penilaian sikap spiritual dan

sosial (afektif), penilaian keterampilan (psikomotorik) dan penilaian pengetahuan

(kognitif). Dimensi atau ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar

intelektual, atau segala upaya yang menyangkut aktivitas berpikir. Taksonomi

tujuan pembelajaran yang dikemukakan oleh Bloom tahun 1956, mengkategorikan

ranah kognitif terdiri dari enam jenjang, yaitu C1 (pengetahuan), C2

(pemahaman), C3 (aplikasi), C4 (analisis), C5 (sintesis), dan C6 (eveluasi).3 Akan

tetapi seiring perkembangan zaman, taksonomi Bloom direvisi oleh Anderson dan

Krathwohl tahun 2001 yang isi taksonominya menjadi C1 (mengingat), C2

(memahami), C3 (menerapkan), C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi) dan C6

(mencipta).

Indikator untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi tiga

kemampuan siswa yaitu menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi atau

menghasilkan produk. Dalam ketiga indikator tersebut jika diuraikan memuat

berpikir kritis, kreatif, mengambil keputusan dan memecahkan masalah. Ketiga

indikator tersebut merupakan indikator revisi dari taksonomi kemampuan kognitif

Bloom dari C4-C6.

2 Abdul Majid dan Chaerul Saleh, Pendekatan Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum 2013,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014, hlm. 75. 3 Ida Farida, Evaluasi Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum Nasional, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2017, hlm. 22.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

4

Langkah penting yang ditempuh sekolah dalam menghasilkan lulusan yang

berkualitas salah satunya dengan peningkatan kualiatas soal yang dibuat oleh

guru. Semakin berbobot tingkat kesulitan soal yang dibuat, semakin mendorong

siswa untuk terampil berpikir kritis. Reformasi pembelajaran sudah dilakukan di

dunia dengan mengubah pembelajaran yang cenderung teacher centered yang

berbasis Lower Order Thinking Skill (LOTS) atau keterampilan berpikir tingkat

rendah menjadi Higher Order Thinking Skill (HOTS) atau keterampilan berpikir

tingkat tinggi.4 Higher Order Thinking Skill (HOTS) sangat berperan bagi siswa

dalam mengambil sikap dan menyaring informasi pada era digital seperti saat ini.

Adanya pembelajaran interaktif, peran guru mempunyai hubungan yang erat

dengan cara mengaktifkan siswa dalam belajar, terutama dalam proses

pengembangan keterampilan.5 Penerapan pembelajaran berbasis Higher Order

Thinking Skill (HOTS) tidak lagi menjadikan guru sebagai pusat orientasi atau

bisa disebut teacher centered. Siswa yang harus lebih aktif sehingga, menjadi

student centered. Guru tidak lagi sepenuhnya menyampaikan materi dengan

metode ceramah, siswa yang harus mencari informasi terkait materi dari berbagai

sumber yang dapat dipertanggung jawabkan dengan pengawasan guru di dalam

kelas.

Mencari tahu melibatkan proses berpikir kreatif untuk menemukan

informasi yang memuat solusi. Proses berpikir yang demikian mengarahkan siswa

dituntut untuk mengeksplorasi, mengingat, memahami hingga menganalisis suatu

masalah untuk dipecahkan. Kegiatan belajar interaktif tidak ditekankan pada

4 Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills),

Tangerang: Tira Smart, 2019. hlm. 45 5 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 86.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

5

“hasil”, tetapi pada “proses” belajar.6 Intinya adalah penyusunan strategi

pembelajaran yang mendorong siswa memperoleh pengetahuan dengan cara

“mengalami”, bukan “menghafal”.

Ketika terampil berpikir kompleks, siswa akan terbiasa menghadapi

berbagai hal sulit dan rumit. Oleh sebab itu, supaya dapat menghadapi hal sulit

otomatis memerlukan Higher Order Thinking Skill (HOTS). Pada saat guru

membuat soal-soal ujian baik yang soal objektif maupun uraian, terlebih dahulu

membuat kisi-kisi agar soal yang diujikan mencakup tingkat kesukaran dari yang

mudah, sedang hingga sulit. Soal yang memuat indikator Higher Order Thinking

Skill (HOTS) cenderung bersifat analitis dan kompleks dan masuk kategori soal

tingkat sulit.

Soal-soal yang melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi akan

mendorong siswa-siswa untuk menghasilkan jawaban beragam. Kompleksitas

tersebut disebabkan oleh perbedaan daya ingat, pengalaman dan pemahaman

siswa ketika menerima materi dari guru. Dari jawaban tersebut, guru dapat

mengukur tingkat berpikir siswa yang bisa dikategorikan tinggi, sedang dan

rendah.

Semua hal di atas berlaku dan sudah pasti dapat diterapkan pada

pembelajaran sejarah. Guru harus berupaya membuat perangkat pembelajaran

sejarah serta instrumen penilaian baik penilaian tugas secara terstruktur, penilaian

harian sampai penilaian akhir semester sesuai materi sejarah yang diajarkan

dengan berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS). Pembelajaran sejarah yang

6 Ibid., hlm. 87.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

6

mengintegrasikan Higher Order Thinking Skill (HOTS) dapat melatih siswa untuk

berpikir kreatif, kritis dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah.

Selaras dengan bunyi pasal 57 ayat 2 Undang-Undang (UU) No. 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa evaluasi dilakukan

terhadap peserta didik, lembaga, program pendidikan pada jalur formal dan non

formal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan. Berkaitan dengan hal

ini, Evaluasi hasil belajar murid merupakan bagian integral dari tugas seorang

guru.7

Evaluasi dilakukan guru dalam rangka mengetahui kesesuaian antara tingkat

pemahaman belajar yang dicapai oleh siswa dengan tujuan yang ditetapkan.

Kegiatan evaluasi mencakup hasil tes, ulangan maupun ujian yang dilaksanakan

secara berkelanjutan serta sistematis agar tidak menyimpang dari tujuan yang

sudah dirumuskan. Dari hasil evaluasi itu, guru mendapat gambaran untuk dapat

mengoptimalkan proses pembelajaran. Berangkat dari evaluasi pembelajaran di

kelas yang melibatkan peran guru dan siswa di dalamnya, tentu tidak terlepas dari

persepsi. Sudut pandang yang diuraikan baik guru maupun siswa sudah pasti

beragam, dapat positif atau negatif. Hal tersebut tergantung dari hasil pengalaman

yang sudah didapatkan selama proses pembelajaran dan berpengaruh pada respon

guru dan siswa ketika pelaksanaan evaluasi.

Pembelajaran berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) telah

diterapkan di beberapa SMA di Yogyakarta, salah satunya adalah SMA Negeri 6

Yogyakarta yang sudah menerapkan pembelajaran sejarah berbasis Higher Order

7 Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Pembelajaran, Jakarta: PT Gramedia, 1983, hlm.

102.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

7

Thinking Skill (HOTS). Oleh sebab itu, peneliti memilih SMA Negeri 6

Yogyakarta sebagai tempat penelitian sesuai pemaparan latar belakang yang sudah

peneliti kemukakan di atas. Secara khusus, peneliti tertarik untuk mengetahui

persepi guru dan siswa terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher

Order Thinking Skill (HOTS).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi guru terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis

Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA Negeri 6 Yogyakarta?

2. Bagaimana persepsi siswa terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis

Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA Negeri 6 Yogyakarta?

C. Tujuan

Tujuan Penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas untuk

mendeskripsikan tentang:

1. Persepsi guru terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order

Thinking Skill (HOTS) di SMA Negeri 6 Yogyakarta.

2. Persepsi siswa terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher

Order Thinking Skill (HOTS) di SMA Negeri 6 Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

8

D. Manfaat

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik dari segi teoretis

maupun praktis, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis:

Menambah khasanah keilmuan tentang evaluasi pembelajaran sejarah

berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) agar semakin jelas.

2. Manfaat Praktis:

a) Bagi Universitas Sanata Dharma

Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi

penelitian terkait evaluasi pembelajaran berbasis Higher Order

Thinking Skill (HOTS) siswa SMA pada pembelajaran sejarah.

b) Bagi Sekolah

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat membantu sekolah dalam

pembelajaran berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) agar dapat

meningkatkan kualitas akademik siswa.

c) Bagi Guru

Terkhusus bagi guru mata pelajaran sejarah dengan adanya hasil

penelitian ini diharapkan mampu membantu dalam membuat perangkat

serta evaluasi pembelajaran sejarah yang mengasah Higher Order

Thinking Skill (HOTS) pada siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

9

d) Bagi Peneliti

Dengan melaksanakan penelitian ini, peneliti memperoleh pengetahuan

baru mengenai evaluasi pembelajaran berbasis Higher Order Thinking

Skill (HOTS) pada siswa SMA serta mendapat pengalaman baru dalam

tata cara penulisan karya ilmiah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

10

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pendidikan Abad 21

Frederico Mayor menyatakan perlunya perubahan atau transformasi guna

membangun segala aspek kehidupan yang lebih pada abad 21 yang memang

kewajiban dan pekerjaan rumah bagi setiap orang.8 Perubahan yang dimaksud

adalah perubahan ke arah positif di berbagai bidang kehidupan seperti pendidikan,

ekonomi, sosial, IPTEK, dan bidang pokok kehidupan lainnya. Bidang-bidang

penting dalam kehidupan manusia sangat diharapkan membawa kemajuan serta

menjadi warisan bagi generasi penerus. Dalam mewujudkan peningkatan taraf

kehidupan tentu saja menghadapi berbagai rintangan.

Tan dalam Ridwan Abdullah Sani mengungkapkan bahwa terdapat berbagai

tantangan masa depan yang akan dihadapi antara lain:9

a. Kompetisi ekonomi global

b. Perubahan dalam pandangan ekonomi dan keuangan

c. Pandangan baru dalam politik

d. Perubahan pandangan sosial

e. Perubahan kebutuhan industri

f. Perubahan bisnis dan layanan

g. Perubahan pola perilaku konsumen

h. Globalisasi

i. Kecenderungan penggunan IT

j. Inovasi yang berkembang cepat

k. Perubahan kebutuhan dunia kerja

l. Perubahan kebutuhan pemberi kerja

8 Hatta Saputra, op.cit., hlm. 25. 9 Ridwan Abdullah Sani, op.cit., hlm. 55.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

11

Kehidupan dan karir pada abad 21 membutukan kemampuan untuk: 1) fleksibel

dan adaptif, 2) berinisiatif dan mandiri, 3) memiliki keterampilan sosial dan

budaya, 4) produktif dan akuntabel, 5) memiliki kepemimpinan dan tanggung

jawab.10

Oleh sebab itu, dalam hal ini peran pendidikan sangat berpengaruh guna

menghadapi tantangan abad 21 yang semakin nyata dirasakan masyarakat global.

Kurikulum dan pembelajaran yang harus diterapkan menurut Oon-Seng-Tan

untuk menghadapi tantangan abad 21 adalah:11

1) Belajar mandiri

2) Mencari informasi

3) Menggunakan tantangan dunia nyata

4) Menggunakan permasalahan tidak terstruktur

5) Kontektualisasi pengetahuan

6) Menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order

Thinking Skill)

7) Siswa menentukan lingkup dan isu pembelajaran

8) Pembelajaran teman sejawat

9) Evaluasi oleh teman sejawat

10) Kerja kelompok

11) Pembelajaran multi-disiplin

12) Penilaian keterampilan proses

Pendidikan yang baik dapat membentuk masyarakat cerdas dalam

mengolah informasi yang ada, sehingga bisa menyerap yang baik dan yang tidak

sesuai dengan khazanah kultural kebangsaan akan disaring dan ditinggalkan.12

Seseorang yang terdidik dan terbiasa berada di lingkungan yang mendukung

pendidikannya dengan baik akan memiliki perbedaan sudut pandang dan cara

menjalani hidup berbeda dengan mereka yang sebaliknya. Pendidikan merupakan

10 Ibid., hlm. 54. 11 Ibid,. hlm. 58. 12 Hatta Saputra, op.cit., hlm. 23.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

12

investasi penting untuk bekal hidup yang berguna sampai kapanpun. Di samping

itu, memiliki keterampilan dan berusaha mengasahnya dapat menjadi pegangan

yang berharga termasuk dalam menjalani hidup di abad 21 ini.

Trilling dan Fadel menjelaskan tiga keterampilan pada abad 21 yaitu Life

and career skills (keterampilan hidup dan berkarir), Learning and innovation

skills (keterampilan belajar dan berinovasi) serta Information, media and

technology skills (keterampilan mengolah informasi, menggunakan media dan

teknologi).13

Oleh sebab itu, guru turut memiliki peran penting dalam pendidikan di abad

21 ini, sebagai berikut:14

a) Learning to know: guru dalam menguasai ilmu pengetahuan harus mencakup

proses sampai produk yang dihasilkan dengan menguasai epistimologi serta

disiplin ilmu tersebut.

b) Learning to do: guru harus mengenal karakteristik siswa sebagai pribadi yang

sedang dalam proses perkembangan pemikiran, sosial, emosional dan moral.

c) Learning to be: guru harus memiliki pemahaman mengenai pendidikan sebagai

proses pembudayaan, supaya mampu memilih model belajar dan sistem

evaluasi yang memungkinkan terjadinya proses sosialisasi berbagai

kemampuan, nilai, sikap dalam proses mempelajari berbagai disiplin ilmu.

d) Learning to live together: peranan guru yang berhubungan dengan aktivitas

pengajaran dan administrasi pendidikan, diri pribadi dan dari sudut pandang

psikologis.

13 Daryanto dan Syaiful Karim, Pembelajaran Abad 21, Yogyakarta: Gava Media, 2017, hlm. 13. 14 Ibid., hlm. 6-7.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

13

2. Kurikulum 2013

Kurikulum adalah sebuah rencana tertulis terkait usaha yang harus dimiliki

berdasarkan penetapan standar nasional, materi dan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan usaha tersebut serta dengan mengupayakan kegiatan evaluasi

untuk mengukur tingkat pencapaian akademik siswa dan seperangkat aturan

tentang pengalaman belajar siswa dalam rangka mengembangkan bakat pada

dalam satuan pendidikan tertentu.15 Dengan adanya kurikulum pada sistem

pendidikan untuk membantu siswa mengembangkan dan menggali berbagai

potensi yang dimilikinya baik dari segi psikis maupun fisik yang meliputi moral

dan nilai-nilai agama, sosial-emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik,

kemandirian dan keterampilan-seni dalam persiapan memasuki pendidikan dasar

(sekolah).

Kurikulum dapat dimaknai dalam tiga konteks, yaitu Kurikulum sebagai

sejumlah mata pelajaran dimaksudkan bahwa Kurikulum berisi aturan yang wajib

diikuti dan dicapai oleh siswa untuk memenuhi tujuan pendidikan. Kurikulum

sebagai pengalaman belajar yaitu dalam proses pembelajaran di sekolah, siswa

adalah tanggung jawab guru serta sekolah tersebut baik ketika kegiatan belajar

dan pembelajaran berlangsung maupun dalam kegiatan di luar sekolah yang dalam

rangka membawa nama baik sekolah. Kurikulum sebagai perencanaan program

belajar yaitu guru sebagai perencana kegiatan pembelajaran dengan mengacu

kurikulum yang berlaku serta dapat mengembangkan sesuai situasi dan kondisi

15 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008,

hlm. 91.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

14

kelas dengan tujuan agar siswa mampu mencapai kompetensi yang telah

ditetapkan.16

Untuk itu, adanya kurikulum merupakan program rencana yang dirancang

sebagai bentuk usaha menghadapi salah satu tantangan dalam dunia pendidikan

yang menuntut untuk menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki

kompetensi utuh yang mencakup kemampuan pengetahuan, sikap dan

keterampilan yang terintegrasi.17 Bentuk konkret dalam mewujudkan tujuan

pendidikan nasional, salah satunya adalah dengan mengkaji dan merevisi berbagai

kebijakan dan program pendidikan supaya semakin berorientasi pada

pembangunan bangsa yang lebih baik di masa depan.18

Oleh sebab itu, kementerian pendidikan dan kebudayaan memberlakukan

kurikulum 2013. Sehubungan dengan pelaksanaan kurikulum 2013 yang

merupakan perbaikan dan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

yang telah dirintis tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

pada tahun 2006 yang merupakan perpaduan antara kompetensi pengetahuan,

sikap dan keterampilan.

Kurikulum 2013 didesain ulang dengan penyempurnaan pola pikir yang

termuat dalam Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

No.69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah

Menengah Atas/Madrasah Aliyah, sebagai berikut:19

16 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta:

Kencana Prenada Media, 2006, hlm. 2. 17 Abdul Majid dan Chaerul Saleh, op.cit., hlm. 1. 18 Hatta Saputra, op.cit., hlm. 26. 19 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 69 tahun 2013 tentang

Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

15

(1) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran

berpusat pada siswa. Siswa harus memiliki pilihan-pilihan terhadap

materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama

(2) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-siswa) menjadi

pembelajaran interaktif (interaktif guru-siswa-masyarakat lingkungan

alam, sumber/media lainnya)

(3) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring

(siswa dapat menimba ilmu dari siapa saja dan darimana saja yang

dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet)

(4) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif - mencari

(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model

pembelajaran pendekatan sains)

(5) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim)

(6) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat

multimedia

(7) Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users)

dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap

siswa

(8) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi

pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan

(9) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

16

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola pembelajaran

Kurikulum 2013 lebih menekankan siswa untuk aktif dan berpikir kritis. Guru

memiliki peran sebagai fasilitator dalam peroses pembelajaran dengan

mengarahkan siswa untuk terus menggali potensi yang dimiliki agar terus

berkembang dan membimbing siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Sehubungan dengan hal di atas, orientasi pembelajaran kurikulum 2013

adalah untuk menghasilkan insan muda Indonesia yang unggul, kreatif, inovatif

dan produktif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), pengetahuan (tahu apa)

dan keterampilan (tahu bagaimana). Hal tersebut didasari adanya kesadaran

bahwa perkembangan kehidupan dan IPTEK pada abad 21 mengalami pergeseran

aspek pokok dibanding dengan abad sebelumnya yang merupakan abad otomasi,

komputasi, informasi dan komunikasi.20

Perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan melalui pembelajaran

berdasarkan kurikulum 2013 terpusat pada usaha mengintegrasikan Penguatan

Pendidikan Karakter (PPK) dalam implementasi pembelajaran. Terdapat lima

karakter yang diperkuat dalam PPK yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong

royong dan integritas. Di samping itu, dalam upaya menjawab tantangan di era

global pada abad 21, pembelajaran perlu mengintegrasikan pula budaya literasi,

4C (Communication, Collaborative, Creative dan Critical Thinking) yang

merupakan keterampilan abad 21 serta dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi

atau yang biasa disebut Higher Order Thinking Skill (HOTS).21

20 Hatta Saputra, op.cit., hlm. 2. 21 Hendra Kurniawan, Kajian Kurikulum dan Bahan Ajar Sejarah SMA Menurut Kurikulum 2013,

Yogyakarta: Sanata Dharma University Press, 2018, hlm. 253.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

17

3. Higher Order Thinking Skill (HOTS)

a. Konsep Higher Order Thinking Skill (HOTS)

Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam bahasa Indonesia berarti

keterampilan berpikir tingkat tinggi. Menurut Petres, ketika seseorang sedang

menerapkan HOTS, ia perlu memeriksa asumsi dan nilai-nilai, mengevaluasi fakta

dan menilai kesimpulan.22 Pendapat senada juga diungkapkan oleh Lewis dan

Smith, keterampilan berpikir tingkat tinggi akan terjadi jika seseorang memiliki

informasi yang disimpan dalam ingatan dan memperoleh informasi baru lalu

menghubungan dan mengembangkan informasi tersebut untuk mencapai tujuan

atau memperoleh solusi ketika dalam situasi yang rumit.23

Pada dunia pendidikan, Corebina mengemukakan bahwa keterampilan

berpikir tingkat tinggi dapat diketahui dari kemampuan kognitif siswa pada

tingkatan analisis, sintesis, dan evaluasi.24 Pendapat yang tidak jauh berbeda juga

dikatakan oleh Tomei bahwa HOTS sebenarnya mencakup transformasi informasi

dan ide-ide. Transformasi ini terjadi jika siswa mampu menganalisa, mensintesa

(menggabungkan fakta dan ide), menggeneralisasi kemudian menjelaskannya dan

yang terakhir dapat membuat kesimpulan atau menginterpretasikan informasi

tersebut.25

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa HOTS atau

keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan proses berpikir secara lebih

22 Ridwan Abdullah Sani, op.cit., hlm. 3. 23 Ibid., hlm. 2. 24 Bela Wicasari & Zeni Ernaningsih, Analisis Kemampuan Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan

Permasalahan Matematika yang Berorientasi pada HOTS, Jurnal Prosiding Seminar Nasional

Reforming Pedagogy, Universitas Sanata Dharma, 2016, hlm. 250. 25 Ridwan Abdullah Sani, op.cit., hlm. 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

18

matang untuk menghadapi tantangan baru yang lebih rumit lalu menjawab

tantangan tersebut. Keterampilan berpikir tingkat tinggi sama artinya jika

seseorang mampu berpikir pada tingkat lebih tinggi bukan hanya menghafal dan

mengulang informasi yang sama lalu menyampaikan informasi tersebut pada

orang lain sama persis dengan pemberi informasi pertama.

Hal serupa turut berlaku jika diterapkan kepada siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran. Siswa harus dibiasakan untuk berpikir kritis untuk

memecahkan masalah terkait pembelajaran yang diikuti. Supaya dapat

membiasakan siswa menerapkan HOTS, siswa harus mampu menalar,

mempertimbangkan berbagai macam ide dan informasi yang didapat lalu

menganalisisnya agar menemukan solusi atau kesimpulan. Dalam menerapkan

HOTS maka tentu melibatkan aktivitas mental dalam usaha mengeksplorasi

pengalaman yang kompleks agar dapat mengambil keputusan untuk

menyelesaikan masalah dalam hidup sehari-hari.

Secara lebih lanjut, Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa ada delapan

aspek yang berasosiasi dengan berpikir tingkat tinggi, yaitu:26

(a) Tidak ada seorang pun yang dapat berpikir sempurna atau tidak dapat berpikir

sepanjang waktu.

(b) Mengingat sesuatu tidak sama dengan berpikir persis tentang sesuatu tersebut.

(c) Mengingat sesuatu dapat dilakukan tanpa memahaminya.

(d) Berpikir dapat diwujudkan dalam kata dan gambar.

(e) Terdapat tiga tipe intelegensi dan berpikir yaitu analitis, kreatif dan praktis.

(f) Ketiga intelegensi dan cara berpikir tersebut berguna dalam kehidupan sehari-

hari.

(g) Keterampilan berpikir dapat ditingkatkan dengan memahami proses yang

terlibat dalam berpikir.

(h) Metakognisi adalah bagian berpikir tingkat tinggi.

26 Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2014, hlm. 122.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

19

Siswa dengan pengetahuan konseptual yang lebih mendalam akan lebih

mampu memproses informasi tersebut untuk digunakan dalam konteks baru. Hal

ini merupakan manfaat yang paling penting dari pemikiran tingkat tinggi.

Pengetahuan yang diperoleh melalui proses berpikir tingkat tinggi lebih mudah

ditransferkan, sehingga siswa dengan pemahaman konseptual mendalam tentang

sebuah ide memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk dapat menerapkan

pengetahuan itu dalam memecahkan masalah baru.

b. Karakteristik Higher Order Thinking Skill (HOTS)

1) Berpikir Kritis dan Kreatif

Secara teknis, kemampuan berpikir menurut Bloom diartikan sebagai

kemampuan intelektual, yaitu kemampuan menganalisis, mensintesis, dan

mengevaluasi. Dalam bahasa lain kemampuan-kemampuan ini dapat dikatakan

sebagai kemampuan berpikir kritis.27

Kemampuan berpikir kritis merupakan pemikiran yang bersifat selalu ingin

tahu terhadap berbagai informasi yang ada untuk mencapai suatu pemahaman

yang mendalam. Kemampuan berpikir kritis meliputi interpretation, analysis,

inference, evaluation, explanation. Aspek interpretation siswa mampu

mengelompokkan permasalahan yang diterima sehingga mempunyai arti dan

bermakna jelas. Aspek analysis siswa mampu menguji ide-ide dan mengenali

alasan serta pernyataan. Aspek inference siswa mampu membuat suatu

kesimpulan dalam pemecahan masalah. Aspek evaluation siswa mampu menilai

pernyataan atau pendapat yang diterima baik dari diri sendiri maupun orang lain.

27 Kokom Komalasari, Pembelajaran kontekstual, Bandung: Refika Aditama, 2011, hlm. 266.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

20

Aspek explanation siswa mampu menjelaskan pernyataan maupun pendapat yang

telah diungkapkan.28

Penjabaran tentang berpikir kritis dapat dilihat bahwasannya saat ini siswa

sangat dituntut untuk dapat menganalisis, mensintesis, dan menyimpulkan

informasi-informasi yang didapatkan dengan kemampuan berpikir kritisnya,

sehingga siswa mampu membedakan antara informasi yang baik dan buruk, serta

dapat mengambil keputusan terhadap informasi yang didapatkannya melalui

berpikir kritis.

Kreativitas adalah kemampuan yang dirancang untuk menstimulasikan

imajinasi berdasarkan data dan informasi yang tersedia, untuk memberikan

gagasan-gagasan baru dengan menemukan banyak kemungkinan jawaban

terhadap suatu masalah, yang menekankan pada segi kuantitas, ketergantungan,

dan keragaman jawaban, menerapkannya dalam pemecahan masalah.29

Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang harus dimiliki

siswa dalam belajar. Berpikir kreatif dapat mendorong siswa untuk menyebutkan

banyak ide dan contoh-contoh serta solusi penyelesaian yang berhubungan dengan

kehidupannya. Hal ini dikarenakan berpikir kreatif merupakan tahapan

bereksplorasi dan elemen penting dalam memecahkan masalah.30

28 Septy Yustyan,et al, Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Pembelajaran Berbasis

Scientific Approach Siswa Kelas X Sma Panjura Malang. Jurnal Biologi Indonesia, Vol.1 No.

4, 2015, hlm.241. 29 Beni S. Ambarjaya, Model-Model Pembelajaran Kreatif, Bogor: Tim Kreatif Regina, 2009,

hlm.85. 30 Elsa Bunga, et al, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Group Investigation

Terhadap Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Materi Sistem Pencernaan

Makanan Di SMA Negeri 1 Muara Batu Kabupaten Aceh Utara, Jurnal Pendidikan, Vol. 5 No

4, 2016, hlm. 67.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

21

Dari pernyataan di atas dapat kita ketahui pentingnya siswa memiliki dan

menggunakan kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran serta kehidupan

sehari-hari. Dengan dimilikinya kemampuan berpikir kreatif siswa dapat

mengungkapkan hubungan-hubungan baru, menemukan solusi terhadap suatu

masalah, mempunyai banyak ide-ide yang sangat dibutuhkan. Siswa dapat

melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang

relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya.

Kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif sangat

diperlukan mengingat bahwa dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi

berkembang sangat pesat dan memungkinkan siapa saja bisa memperoleh

informasi secara cepat dan mudah dengan melimpah dari berbagai sumber dan

tempat manapun di dunia. Hal ini mengakibatkan cepatnya perubahan tatanan

hidup serta perubahan global dalam kehidupan.

2) Mengambil Keputusan untuk Memecahkan Masalah

Garofalo dan Lester dalam Ridwan Abdulah menyatakan bahwa Problem

Solving atau Pemecahan masalah adalah proses yang mencakup visualisasi,

sosialisasi, abstraksi, pemahaman, manipulasi, bernalar, analisis, sintesis, dan

generalisasi, yang masing-masing harus diatur dan dikoordinasikan31

Berpikir tingkat tinggi meliputi aktivitas pembelajaran terhadap

keterampilan dalam memutuskan hal-hal yang bersifat kompleks untuk mencari

solusi dalam pemecahan masalah.32

31 Ridwan Abadullah Sani, op.cit., hlm. 27. 32 Hendra Kurniawan, op.cit., hlm. 263.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

22

Langkah-langkah yang bisa ditempuh untuk mengambil keputusan dalam

rangka memecahkan masalah antara lain:33

a) Mencari definisi permasalahan

b) Memperoleh informasi dan sumber daya pendukung

c) Membuat atau menyusun daftar pilihan

d) Menimbang dan membandingkan pilihan yang sudah didaftar

e) Membuat keputusan

f) Membuat rencana tindakan selanjutnya

g) Mengevaluasi keputusan yang sudah diambil

Siswa juga dapat memecahkan masalah, menghindarkan diri dari segala

jenis penipuan, pencucian otak yang sangat marak terjadi saat ini, dan siswa juga

dapat membuat keputusan yang tepat. Berpikir kritis selalu bersanding dengan

berpikir kreatif, karena saat siswa mendapatkan suatu masalah, siswa mengunakan

kemampuan berpikir kritis dalam mengambil keputusan tepat dan juga

menggunakan kemampuan berpikir kreatif untuk mencari solusi dari masalah

tersebut.

Jika tidak dibekali dengan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan

berpikir kreatif maka siswa tidak akan mampu mengolah menilai dan mengambil

informasi yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan tersebut. Oleh karena itu

kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif merupakan

kemampuan yang penting untuk diterapkan kepada siswa supaya dapat mengambil

keputusan dalam mencari solusi permasalahannya.

33 Ridwan Abadullah Sani, op.cit., hlm. 167.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

23

Di sisi lain terkait dengan pentingnya berefleksi dalam kehidupan sehari-

hari harus senantiasa disadari. Refleksi menurut Tahir adalah suatu tindakan atau

kegiatan untuk mengetahui serta memahami apa yang terjadi sebelumnya, belum

terjadi, dihasilkan apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas dari

suatu upaya atau tindakan yang telah dilakukan. Di sisi lain, Paul Suparno

menyatakan bahwa refleksi memiliki banyak manfaat diantaranya melalui refleksi

siswa dibantu untuk menggali pengalaman sedalam-dalamnya dan mengambil

makna bagi hidup pribadi, hidup bersama, dan hidup kemasyarakatan. Pembiasaan

refleksi juga membantu siswa untuk melihat secara mendalam makna dan nilai

dari bahan yang dipelajari; sehingga memunculkan aksi serta membentuk suara

hati sebagai proses formatif untuk; melihat hal baik dan buruk dalam persoalan.34

c. Taksonomi Bloom

Teori belajar Bloom bernama taksonomi pendidikan. Taksonomi berasal

dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu tassein yang berarti “mengklasifikasi”,

dan nomos yang berarti “aturan”. Dengan demikian taksonomi berarti hierarki

klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan.35

Brookhart menyatakan indikator untuk mengukur kemampuan analisis ialah

fokus pada ide utama, menganalisis argumen, serta membandingkan dan

mengkontraskan. Indikator untuk mengukur kemampuan evaluasi ialah

kemampuan mengambil keputusan atau metode agar sejalan dengan tujuan yang

34 Paul Suparno, Prinsip-Prinsip Pedagogi Ignatian dan Pengalaman Implementasi, Visi, Misi,

Nilai Dasar Dan PPI dalam Pembelajaran Jurnal Repository USD dalam Lokakarya

Pengembangan Model-Model Pembelajaran Berbasis Pedagogi Ignatian,

Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma, 2017, hlm. 5. 35Chairul Anwar, Teori-Teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer, Yogyakarta: IRCiSoD,

2017, hlm. 191.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

24

diinginkan. Indikator untuk mengukur kemampuan kreasi ialah menyelesaikan

soal dengan solusi lebih dari satu, merancang suatu cara untuk menyelesaikan

masalah, dan membuat sesuatu yang baru.36

Seiring perkembangan jaman dan untuk menyesuaikan dengan tujuan

pembelajaran pada era saat ini maka Krathwohl dan Anderson yang merupakan

murid dari Bloom mencoba untuk merevisi tingkatan berpikir dari Bloom yang

terkenal dengan sebutan Taksonomi Bloom. Revisi dilakukan terhadap

Taksonomi Bloom, yakni perubahan dari kata benda (dalam Taksonomi Bloom)

menjadi kata kerja (dalam taksonomi revisi). Perubahan ini dibuat agar sesuai

dengan tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan pendidikan mengindikasikan

bahwa siswa akan dapat melakukan sesuatu (kata kerja) dengan sesuatu (kata

benda).

Tabel 1. Perbedaan Taksonomi Bloom dengan Taksonomi Revisi Anderson dan

Krathwohl

Revisi dilakukan oleh Krathwohl dan Anderson, taksonomi menjadi:

mengingat (remembering), memahami (understanding), menerapkan (applying),

36 Dian Kurniati, Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMP Di Kabupaten Jember dalam

Menyelesaikan Soal Berstandar PISA, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Vol. 20 No.

2, 2016, hlm. 144.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

25

menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating) dan mencipta (creating)

dengan penjelasan sebagai berikut:37

(1) Mengingat (Remembering): Mengambil, mengakui, dan mengingat

pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang.

(2) Memahami (understanding): Membangun makna dari pesan lisan, tertulis,

dan grafis melalui menafsirkan mencontohkan,mengklasifikasi, meringkas,

menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.

(3) Menerapkan (applying): Melaksanakan atau menggunakan prosedur melalui

mengeksekusi, atau pelaksana.

(4) Menganalisis (analyzing): membagi-bagi informasi ke dalam struktur yang

lebih kecil, menentukan cara bagian-bagiandapat berhubungan satu sama lain

dan ke struktur keseluruhan atau tujuan melalui membedakan,

pengorganisasian, serta menghubungkan.

(5) Mengevaluasi (evaluating): Membuat penilaian berdasarkan kriteria dan

standar melalui pemeriksaan dan mengkritisi.

(6) Membuat (Creating): merelasikan elemen bersama-sama untuk membentuk

satu kesatuan yang utuh atau fungsional; reorganisasi unsur ke dalam pola

baru atau struktur melalui pembangkit,perencanaan, atau yang menghasilkan.

Berikut daftar klasifikasi kata kerja operasional dalam ranah kognitif menurut

Anderson dan Karthwohl38:

37 Bella Wicasari, op.cit., hlm. 250. 38 L.W Anderson dan D.R Krathwohl, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran dan

Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm. 88.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

26

Tabel 2. Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif

C1

Mengingat

C2

Memaha

mi

C3

Mengaplik

asikan

C4

Menganal

isis

C5

Mengeval

uasi

C6

Mencipta

Mengutip

Menjelas

Kan

Memasang

kan

Membaca

Menamai

Meninjau

Memberi

kode

Menulis

Menyata

kan

Menunjuk

kan

Mendaftar

Menggam

bar

Menghafal

Mencatat

Meniru

Memper

kirakan

Mencerita

kan

Menjabar

kan

Menconth

kan

Mengemu

kakan

Mengubah

Mengurai

kan

Mengarti

kan

Menerang

kan

Menafsir

kan

membeda

kan

Menegas

kan

Menentu

Kan

Menerap

kan

Memba

ngun

Mencegah

Melatih

Menyelidiki

Memproses

Mensimulas

ikan

Mengurut

kan

Mengklasifi

kasi

Menjalan

kan

Memecah

kan

Menegas

kan

Meganali

sis

Menyimp

ulkan

Mengait

kan

Mentrans

fer

Mengedit

Menemu

kan

Menyelek

si

Menelaah

Mengukur

Memban

dingkan

Menilai

Mengarah

kan

Mengukur

Meangkum

Mendu

kung

Memilih

Memproye

ksikan

Mengkritik

Mengarah

kan

Memutus

kan

Memisah

kan

Mengumpul

kan

Mengatur

Merancang

Membuat

Mengkreasi

Memperjelas

Mengarang

Menyususn

Mengkombi

nasikan

Memfasili

tasi

Mengkons

truksi

Merumuskan

Menciptakan

Menampil

Kan

Berikut Matriks Tujuan Pembelajaran berdasarkan KKO ranah kognitif

dengan dimensi pengetahuan:39

39Ibid, hlm. 89.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

27

Tabel 3. Matriks Tujuan Pembelajaran Dimensi Kognitif dengan Pengetahuan

Upaya pembiasaan memberikan masalah yang berorientasi pada HOTS juga

dapat meningkatkan tingkat kemampuan berpikir siswa jika sebelumnya hanya

sampai pada mengingat atau menghafal (remembering) dan mungkin sedikit

memahami (understanding) karena terlalu tergantung pada rumus maka dengan

pembiasaan yang baru ini diharapkan siswa mampu mencapai tahap mencipta

(creating).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

28

Di bawah ini terdapat klasifikasi kata kerja operasional ranah afektif dan

psikomotorik:40

Tabel 4. Kata Kerja Operasional Ranah Afektif

Menerima

(A1)

Merespon

(A2)

Menghargai

(A3)

Mengelola

(A4)

Karakterisasi

Menurut Nilai

(A5)

Mengikuti

Menganut

Mematuhi

Meminati

Menyenangi

Mengopromikan

Menyambut

Mendukung

Melaporkan

Memilih

Memilah

Menolak

Menampilkan

Menyetujui

Mengatakan

Mengasumsikan

Meyakini

Meyakinkan

Memperjelas

Menekankan

Memprakarsai

Menyumbang

Mengimani

Mengubah

Menata

Mambangun

Membentuk-

pendapat

Memadukan

Mengelola

Merembuk

Menegosiasi

Membiasakan

Mengubah

perilkau

Melayani

Mempengaruhi

Mengkualifikasi

Memuktikan

Memecahkan

Tabel 5. Kata Kerja Operasional Ranah Psikomotorik

Meniru

(P1)

Memanipula

si

(P2)

Presisi

(P3)

Artikulasi

(P4)

Naturaslisas

i

(P5)

Mengulang

Menjiplak

Meneladani

Menyamakan

Membangun

Melakukan

Menerapkan

Merancang

Melatih

Mereparasi

Menunjukkan

Melengkapi

Mengendalikan

Mengalihkan

Menggantikan

Memutar

Membangun

Mengatasi

Beradaptasi

Mengembang

kan

Merumuskan

Mensketsa

Mendesain

Menentu

kan

Mengelola

Mencipta

kan

4. Pembelajaran Sejarah

a. Konsep Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat. Hampir

semua kecakapan, ketrampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap

manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena belajar. Dengan

40 Ibid, hlm. 90.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

29

demikian belajar merupakan proses penting yang terjadi dalam kehidupan setiap

orang. Karenanya pemahaman yang benar tentang konsep belajar sangat

diperlukan.41 Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh

pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan

mengokohkan kepribadian.42

Belajar menurut Wasty Soemanto merupakan proses dasar dari pada

perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-

perubahan untuk menjadi lebih baik sehingga tingkah lakunya berkembang.43

Winkel menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

sejumlah perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai

sikap.44

Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan aktivitas dari dalam diri

seseorang dalam rangka memperluas wawasan dengan secara aktif melakukan

kontak sosial di lingkungan sekitar dan memberi hasil berupa perubahan berupa

pengalaman, daya cipta serta nilai-nilai kehidupan.

b. Konsep Sejarah

Kata sejarah diadopsi dari bahasa Arab yaitu “Syajarah” yang berarti pohon

kehidupan. Maksudnya segala hal mengenai kehidupan memiliki “pohon” yakni

masa lalu itu sendiri. Sebagai pohon, sejarah adalah awal dari segalanya yang

41 Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014, hlm. 47. 42 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2011, hlm. 9. 43 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Bina Aksara, 1984, hlm. 99. 44 Jamil, Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media, 2014, hlm.15.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

30

menjadi realitas masa kini.45 Sejarah merupakan suatu proses perjuangan manusia

dalam mencapai gambaran tentang segala aktivitasnya yang disusun secara ilmiah

dengan memperhatikan urutan waktu, diberi tafsiran dan analisa kritis, sehingga

mudah dimengerti dan dipahami.46

Menurut Kuntowijoyo sejarah merupakan rekonstruksi masa lalu. Artinya

apa yang telah terjadi dalam kaitannya dengan manusia dan tindakan manusia

direkonstruksi (re berarti kembali; contruction artinya bangunan) dalam bentuk

kisah sejarah.47 Sejarah sebagai ilmu dapat berkembang dengan cara: (1)

perkembangan dalam filsafat, (2) perkembangan dalam teori sejarah, (3)

perkembangan dalam ilmu-ilmu lainnya, dan (4) perkembangan dalam metode

sejarah. Perkembangan sejarah selalu berarti berubah bahwa sejarah selalu

responsif terhadap kebutuhan masyarakat akan informasi.48

Sejarah selalu berkaitan dengan kontinuitas atau kesinambungan antara

masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Di dalam kesinambungan

sejarah memuat dimensi waktu dan tempat yang melibatkan sudut pandang

berbeda ketika fakta sejarah tersebut dinarasikan.

Dalam dunia pendidikan nasional, sejarah adalah salah satu mata pelajaran

yang diwajibkan dalam pembelajaran khususnya di jenjang SMA (Sekolah

Menengah Atas). Pada penerapannya, pembelajaran sejarah tidak selalu

menitikberatkan pada hafalan baik menghafal nama tokoh maupun waktu dan

45 Rahman Hamid dan Muhammad Saleh, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak,

2011, hlm. 4. 46 Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah (Isu, Gagasan dan Strategi Pembelajaran),

Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014, hlm. 54. 47 Rahman Hamid dan Muhammad Saleh, op.cit., hlm. 9. 48 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang Pustaka, 1995, hlm. 22.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

31

tempat suatu peristiwa bersejarah, namun lebih ditekankan pada penanaman nilai-

nilai kehidupan yang dapat diamalkan pada kehidupan di masa kini serta dapat

sebagai bekal di masa depan.

Menurut Aman, Pembelajaran sejarah yang diterapkan pada semua jenjang

pendidikan mulai dari SD (Sekolah Dasar) sampai dengan tingkat Sekolah

Menengah Atas (SMA) adalah pembelajaran yang mengandung tugas

menanamkan semangat berbangsa dan bertanah air. Tugas pokok pembelajaran

sejarah adalah dalam rangka character building peserta didik. Pembelajaran

sejarah akan membangkitkan kesadaran empati di kalangan peserta didik, yakni

sikap empati dan toleransi terhadap orang lain yang disertai dengan kemampuan

mental dan sosial untuk mengembangkan imajinasi dan sikap kreatif, inovatif

serta partisipatif.49

Pada implementasi pembelajaran sejarah tentu mempunyai tujuan antara lain

untuk mengasah kemampuan berpikir kritis siswa dalam memahami materi

sejarah yang diajarkan guru dengan berlandaskan kajian keilmuan yang berisifat

ilmiah serta berefleksi agar dapat mengambil nilai positif dari setiap materi yang

diterima. Hal tersebut mendorong siswa menjadi terbuka dan dapat mengkritisi

suatu peristiwa maupun masalah yang terjadi dalam kehidupannya baik di

lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan bangsa. Mengajar sejarah berarti

membantu peserta didik untuk mempelajari sejarah sehingga guru perlu

mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran sejarah.50

49 Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2009, hlm. 2. 50 Brian Garvey dan Mary Krug, Model-Model Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2015,

hlm. 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

32

Guru sejarah berperan penting dalam memberi pemahaman siswa akan

materi sejarah agar siswa tidak hanya berkembang secara kognitif melainkan juga

aspek afektif dan psikomotoriknya sehingga, dapat mengaktualisasikannya dalam

hidup berbangsa dan bernegara.

Djoko Suryo merumuskan beberapa indikator dalam pembelajaran sejarah

sebagai berikut:51

1) Pembelajaran sejarah memiliki tujuan, subtansi dan sasaran pada aspek yang

bersifat normatif.

2) Kepentingan tujuan pendidikan menjadi arah bagi makna dan nilai sejarah dari

pada akademik atau ilmiah murni.

3) Aplikasi pembelajaran sejarah bersifat pragmatis, sehingga dimensi dan

substansi dipilih dan disesuaikan dengan tujuan, makna dan nilai pendidikan

sesuai dengan tujuan pendidikan.

4) Pembelajaran harus memuat unsur pokok: instruction, intellectual training,

pembelajaran moral bangsa, civil society yang demokratis dan bertanggung

jawab pada masa depan bangsa.

5) Pembelajaran sejarah bukan hanya menyajikan pengetahuan fakta pengalaman

kolektif dari masa lalu tetapi harus memberikan latihan berpikir kritis dalam

memahami makna dari peristiwa sejarah.

6) Interpretasi sejarah merupakan latihan berpikir secara intelektual kepada para

peserta didik (learning process dan reasoning) dalam pembelajaran sejarah.

51 Aman, op.cit., hlm. 62-63.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

33

7) Pembelajaran sejarah berorientasi pada humanistic dan verstehn

(understanding), meaning, historical conciuness bukan hanya pengetahuan

kognitif (knowledge) dari bahan sejarah.

8) Nilai dan makna peristiwa kemanusiaan sebagai nilai-nilai universal di

samping nilai partikular.

9) Virtue, religiusitas, keluruhan kemanusiaan universal, nilai-nilai patriotisme,

nasionalisme dan kewarganegaraan serta nilai-nilai demokratis yang

berwawasan nasional penting dalam penyajian pembelajaran sejarah.

10) Pembelajaran sejarah tidak hanya mendasari pembentukan kecerdasan dan

intelektualitas tetapi pembentukan martabat manusia yang tinggi.

11) Relevansi pembelajaran sejarah dengan orientasi pembangunan nasional

berwawasan kemanusiaan dan kebudayaan.

5. Evaluasi (Penilaian Autentik) Pembelajaran Sejarah

Evaluasi di sini dapat diartikan sebagai kegiatan penilaian soal-soal dalam

pembelajaran sejarah guna mengukur tingkat pemahaman siswa ketika menerima

materi sejarah yang diajarkan guru.

a. Pengertian Evaluasi (Penilaian Autentik)

Ida Farida mengemukakan bahwa Penilaian merupakan rangkaian kegiatan

untuk menentukan pencapaian kompetensi siswa terhadap suatu mata pelajaran.52

Secara teoritis menurut Stufflebeam, evaluasi adalah suatu usaha terencana dan

terorganisir untuk mengumpulkan, menyusun dan mengolah data yang memuat

fakta dengan tujuan menarik garis besar mengenai makna atau nilai guna serta

52 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 335.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

34

prestasi suatu program dan kemudian dari hasil tersebut dijadikan sarana

penentuan pengambilan keputusan maupun perbaikan kinerja suatu program.53

Evaluasi adalah sebuah proses terstruktur, berkesinambungan serta menyeluruh

dengan maksud untuk mengontrol, menjamin, penetapan kualitas dari berbagai

komponen pembelajaran berdasarkan kriteria yang telah disepakati .54

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi

atau penilaian merupakan suatu kegiatan mengukur dari awal proses hingga akhir.

Pengambilan data dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung hingga

akhir proses pembelajaran, kemudian data yang diperoleh tersebut dianalisis untuk

mengetahui tingkat keberhasilan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Maka

dari itu, evaluasi menjadi kegiatan yang direncanakan untuk menilai ketercapaian

suatu program yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Dalam hal ini,

evaluasi digunakan sebagai faktor penentu keputusan berkaitan dengan proses

pendidikan.

Penyempurnaan Kurikulum 2013 masih terus dilaksanakan yang sejak tahun

2016 kemudian lebih dikenal dengan Kurikulum Nasional. Pada Kurikulum

Nasional, Standar Pendidikan diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan (Permendikbud) No. 23 Tahun 2016. Pada pelaksanaan Kurikulum

Nasional, penilaian autentik memuat ruang lingkup yang meliputi aspek sikap

(afektif), aspek pengetahuan (kognitif), aspek keterampilan (psikomotorik) dan

disesuaikan jenis penilaian berdasarkan aspek yang dinilai.55

53 Aman, op.cit., hlm. 77. 54 Ida Farida, op.cit., hlm. 2. 55 Ibid., hlm. 7.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

35

b. Prinsip Evaluasi (Penilaian Autentik)

Penilaian autentik hasil belajar siswa disemua jenjang pendidikan baik

bangku Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah dalam penerapannya berdasar

prinsip-prinsip sebagai berikut:56

1) Sahih: penilaian didasarkan menurut data yang mencerminkan kompetensi

siswa yang dapat diukur menggunakan alat ukur sesuai kompetensi yanga

akan dinilai.

2) Objektif: penilaian didasarkan pada pertimbangan yang jelas dan bebas dari

pengaruh emosional dan subjetivitas penilai.

3) Adil: penilaian harus sesuai dengan hasil belajar siswa, tidak ada unsur

keberpihakan karena faktor keberagaman latar belakang sosial, budaya,

agama, ekonomi maupun gender yang dapat membuat untung atau rugi siswa.

4) Terpadu: penilaian yang dilakukan guru merupakan bagian yang sudah

menyatu dan tidak dapat terpisahkan pada proses pembelajaran.

5) Terbuka: alur prosedur, kriteria serta dasar pengambilan keputusan terkait

dalam penilaian bersifat transparan sehingga pihak yang berkepentingan

dapat mengetahui dengan jelas.

6) Menyeluruh dan berkesinambungan: penilaian oleh guru meliputi seluruh

aspek kompetensi siswa yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik dilakukan

dengan teknik penilaian yang telah disesuaikan berdasar kebutuhan dalam

rangka mengamati perkembangan kemampuan siswa.

56 Abdul Majid, op.cit., hlm. 336-337.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

36

7) Sistematis: penilaian dilaksanakan secara terstruktur, runtut dalam

perencanaan sesuai langkah-langkah baku yang sudah diatur.

8) Beracuan kriteria: penilaian didasarkan sesuai ukuran pencapaian kemampuan

siswa yang telah ditetapkan.

9) Akuntabel: penilaian harus dapat dipertanggungjawabkan dari teknik,

prosedur serta hasil yang diperoleh siswa.

c. Tujuan Evaluasi

Menurut Eggen dan Kauchak, evaluasi memiliki tujuan diantaranya:57

1) Mengumpulkan informasi dan membuat keputusan tentang kemajuan dan

perkembangan belajar siswa. Informasi ini berguna untuk memantau tingkat

pencapaian siswa serta menjadi bahan utama guru dalam pengambilan

keputusan terkait tindakan selanjutnya yang dilakukan untuk mengoptimalkan

kemampuan siswa.

2) Meningkatkan belajar siswa, hal tersebut karena setelah siswa mengetahui hasil

belajar yang telah dicapai dapat menjadi bahan introspeksi dan refleksi.

Informasi tentang hasil belajar itu kemudian menjadi acuan atau titik tolak

siswa untuk berusaha lebih maksimal dalam belajar serta ke depannya dapat

mengatur strategi belajar yang lebih baik lagi.

3) Meningkatkan motivasi belajar siswa, karena melalui hasil belajar, siswa

menjadi termotivasi dalam upaya memperbaiki usaha belajarnya agar terus

meningkat. Jika hasil yang dicapai memenuhi target, membuat siswa untuk

57 Nyanyu Khodijah, op.cit, hlm. 191.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

37

tidak mudah berpuas diri begitu pula sebaliknya jika hasil belajar belum

memuaskan dapat memacu semangat siswa agar lebih giat dalam belajar.

Sejalan dengan hal di atas, Chittenden juga mengemukakan tentang tujuan

kegiatan evaluasi oleh guru di kelas yang hendaknya diarahkan pada empat hal

sebagai berikut:58

a) Penelurusan (keeping track) yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran

siswa tidak menyimpang dari rencana yang sudah disusun. Melalui hasil

penilaian selama satu sampai dua semester guru mendapat gambaran tentang

tingkat pencapaian kompetensi siswa.

b) Pengecekan (checking-up) yaitu dengan kegiatan evaluasi, guru dapat

melakukan pengecekan terkait pemahaman materi pembelajaran oleh siswa,

sehingga dapat lebih mengoptimalkan pada bagian materi yang belum dikuasai

atau dipahami siswa.

c) Pencarian (finding out) yaitu guru harus menganalisis serta merefleksikan hasil

penilaian kelas untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menjadi penyebab

kegiatan pembelajaran kurang efektif.

d) Penyimpulan (summing up) yaitu ketika akhir semester guru wajib melaporkan

hasil belajar siswa kepada orang tua atau wali. Oleh sebab itu guru harus

menyimpulkan tentang mampu atau tidaknya siswa dalam mencapai semua

kompetensi yang ditetapkan kurikulum.

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan, tujuan evaluasi dalam

pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisien sistem

58 Abdul Majid, op.cit., hlm. 337-338.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

38

pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, sumber

belajar, maupun penilaian itu sendiri. Selain itu, adanya evaluasi juga betujuan

untuk mengetahui pencapaian kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan

berdasarkan informasi dan data yang diperoleh, untuk selanjutnya digunakan

sebagai dasar dalam melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan

pengambilan keputusan berikutnya.

d. Fungsi Evaluasi

Menurut Zainal Arifin, fungsi evaluasi hasil belajar adalah sebagai berikut:59

1) Fungsi formatif

Untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar

untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program remedial bagi

siswa.

2) Fungsi sumatif

Untuk menentukan nilai (angka) kemajuan/hasil belajar siswa dalam mata

pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk memberikan laporan kepada berbagai

pihak, penentuan kenaikan kelas, dan penentuan kelulusan siswa.

3) Fungsi diagnostik

Untuk memahami latar belakang (psikologis, fisik, dan lingkungan) siswa

yang mengalami kesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar

dalam memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.

59 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 20.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

39

4) Fungsi penempatan

Untuk menempatkan siswa dalam situasi pembelajaran yang tepat (misalnya

dalam menentukan program spesialisasi/penjurusan) sesuai dengan tingkat

kemampuan siswa.

Sehubungan dengan Fungsi pembelajaran, menurut Sukardi evaluasi

mempunyai fungsi yang bervariasi di dalam proses belajar mengajar, sebagai

berikut:60

a) Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai

pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang

guru.

b) Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan

kegiatan belajar.

c) Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar.

d) Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa.

e) Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.

f) Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua atau wali

siswa.

60 Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, hlm. 4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

40

e. Jenis Evaluasi (Penilaian Autentik)

Terdapat lima jenis evaluasi (penilaian autentik) pembelajaran sebagai

berikut:61

1) Penilaian Proyek

Guru dalam melakukan Penilaian proyek diatur setiap akhir bab atau tema

pelajaran. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi dilakukan oleh siswa,

mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan,

analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek berkaitan dengan

aspek pemahaman, pengaplikasian, penyelidikan, dan lain-lain.

2) Penilaian Kinerja

Dalam kurikulum 2013, pelaksanaan penilaian autentik khususnya pada

penilaian kinerja ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, yaitu

langkah-langkah kinerja harus dilakukan siswa untuk menunjukkan kinerja yang

nyata untuk suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu; ketepatan dan

kelengkapan aspek kinerja yang dinilai; kemampuan-kemampuan khusus yang

diperlukan oleh siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran, fokus

utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator pokok yang akan

diamati; urutan keterampilan siswa yang akan diamati.

3) Penilaian Portofolio

Penilaian Portofolio merupakan pelaksanaan penilaian oleh guru dari hasil

kumpulan tugas-tugas yang telah dibuat siswa serta sudah terdapat nilai di

dalamnya pada jangka waktu tertentu. Melalui penilaian portofolio guru akan

61 Abdul Majid, Penilaian Autentik: Proses dan Hasil Belajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2014, hlm. 62.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

41

mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar siswa. Misalnya, hasil karya

mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi, surat, gambar, foto,

lukisan, resensi buku/literatur, laporan penelitian, sinopsis. Atas dasar penilaian

itu, guru dan/atau siswa dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan

pembelajaran.

4) Jurnal

Jurnal digunakan siswa untuk mencatat atau merangkum hal-hal pokok

yang telah dipelajari, kesan yang diperoleh siswa selama menerima materi mata

pelajaran tertentu, kesulitan maupun keberhasilan siswa dalam menyelesaikan

masalah atau topik pelajaran, dan catatan siswa tentang harapannya dalam proses

pembelajaran yang digunakan untuk menilai kinerja siswa pada mata pelajaran

tertentu.62

5) Penilaian Tertulis

Penilaian Tertulis dapat berjenis memilih atau menguraikan jawaban.

Bentuk penilaian tertulis jenis memilih jawaban dapat berupa pilihan ganda atau

menjodohkan kemudian untuk jenis menguraikan jawaban dapat berbentuk soal

essay yang meminta siswa untuk menyebutkan atau menjelaskan maupun

menganalisis. Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu

dipertimbangkan hal- hal berikut:63

a) Materi: kesesuaian soal dengan indikator pada kurikulum.

b) Konstruksi: rumusan soal atau pernyataan harus jelas dan tegas.

62 Ibid., hlm. 67. 63 Ibid., hlm. 69.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

42

c) Bahasa : rumusan soal tidak menggunakan kata atau kalimat yang

menimbulkan penafsiran ganda.

6. Persepsi

Menurut Jalaludin Rackhmat, persepsi merupakan pengalaman tentang

obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan.64 Setelah melihat suatu obyek atau peristiwa

lalu timbullah pengalaman. Dengan adanya pengalaman, seseorang dapat berpikir

atau membayangkan ulang obyek yang baru dilihatnya. Pada proses berpikir

tersebut kemudian menimbulkan persepsi dari diri sendiri terkait hal atau obyek

yang baru dijumpainya tersebut.

Persepsi adalah suatu proses di mana individu mengorganisasikan dan

menginterpretasikan kesan sensori mereka untuk memberi arti pada lingkungan

mereka.65 Dalam hal ini, indera menjadi alat penghubung antara individu dengan

dunia luar yaitu lingkungan kehidupannya, sehingga individu dapat menyadari

dan mengerti tentang suatu hal yang diperoleh dari alat indera.

Dapat disimpulkan bahwa persepsi sebagai suatu proses penginderaan,

stimulus (rangsangan) yang diterima oleh individu melalui alat indera kemudian

diinterpretasikan sehingga individu dapat memberikan tanggapan, memahami dan

dapat mengartikan tentang stimulus yang telah diterimanya. Proses

menginterpretasikan ini biasanya dipengaruhi oleh pengalaman dan proses belajar

individu.

64 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, hlm. 50. 65 Stephen P Robbins, Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi (cetakan ke 5), Jakarta: Erlangga,

2002, hlm. 124

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

43

Beberapa faktor bekerja untuk membentuk dan kadang pula dapat memutar

balik persepsi. Faktor-faktor ini lalu dapat berada pada pihak pelaku persepsi

(perceiver), dalam objeknya atau target yang dipersepsikan, atau dalam konteks

dari situasi persepsi itu diperoleh. Ketika seorang individu melihat suatu sasaran

dan berupaya menginterpretasikan sesuatu yang ia lihat, maka interpretasi itu

sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu yang melihat. Karakteristik

pribadi yang mempengaruhi persepsi meliputi sikap, kepribadian, motif,

kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan66 Berbagai macam karakteristik

tersebut membuat proses terciptanya persepsi dapat menjadi kompleks.

Bimo Walgito menyatakan bahwa terdapat beberapa syarat yang perlu

dipenuhi agar individu dapat mengadakan persepsi, yaitu:67

a) Adanya objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.

Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat

datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai

syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Akan tetapi sebagian terbesar

stimulus berasal dari luar individu.

b) Adanya indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu harus ada pula

syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke

pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk

mengadakan respons diperlukan syaraf motoris.

66 Ibid., hlm. 46. 67 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2010, hlm. 102.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

44

c) Adanya perhatian

Sebagai langkah pertama untuk persiapan dalam mengadakan persepsi.

Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu

yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Nur Astuti Puspaningtyas pada tahun 2018

yaitu Peningkatan Higher Order Thinking Skill (HOTS) Melalui Strategi

Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) Pada Pembelajaran

Ekonomi di Kelas X SMK Muhammadiyah 1 Wates. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Penerapan model pembelajaran Strategi Pembelajaran

Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) efektif untuk meningkatkan Higher

Order Thinking Skill (HOTS) pada pembelajaran Ekonomi. Hal tersebut didukung

oleh hasil analisis kovarians (Ancova) yang menunjukkan bahwa penerapan

SPPKB dalam pembelajaran Ekonomi kelas X SMK Muhammadiyah 1 Wates

lebih baik daripada model pembelajaran konvensional (ceramah). Peserta didik

yang menggunakan model pembelajaran SPPKB memiliki peningkatan HOTS

yang lebih tinggi dibanding peserta didik yang menggunakan model pembelajaran

ceramah, sehingga dapat melatih peserta didik untuk meningkatkan keterampilan

berpikir tingkat tinggi.68

68 Nur Astuti Puspaningtyas, Peningkatan Higher Order Thinking Skill (HOTS) Melalui Strategi

Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) Pada Pembelajaran Ekonomi pada

Kelas X SMK Muhammadiyah 1 Wates, Skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: Universitas

Negeri Yogyakarta, 2018.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

45

Penelitian yang dilakukan oleh Dyadara Eva Hermawati tahun 2018 tentang

Implementasi Model Pembelajaran Blended Learning dalam Pembelajaran

Matematika terhadap Higher Order Thinking Skill (HOTS) dan Keaktifan Belajar

Siswa Kelas VII B SMP Negeri 2 Bangsri pada Materi Penyajian Data Tahun

Pelajaran 2017/2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata presentase tes

HOTS masuk kategori kurang atau di bawah standar sehinggga, pencapaian hasil

tes kurang memenuhi indikator yang sudah disusun. Di samping itu, kekurangan

data penelitian menjadi kendala untuk menyatakan bahwa model pembelajaran

Blended Learning dapat menumbuhkan Higher Order Thinking Skill (HOTS)

siswa, hal ini dikarenakan siswa belum memiliki kesiapan dalam mengikuti tes.

Akan tetapi, Model pembelajaran Blended Learning dapat mengembangkan

keaktifan belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dengan dengan peningkatan keaktifan

belajar siswa pada setiap pertemuan yang secara keseluruhan rata-rata persentase

keaktifan belajar siswa adalah 83,33% termasuk dalam kategori tinggi.69

Penelitian yang dilakukan oleh Fitria Ratna Sari tahun 2017 tentang

Penerapan Model Pembelajaraan Inkuiri Untuk Meningkatkan Higher Order

Thinking Skill Peserta Didik Di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa (1) Pembelajaran biologi dengan menerapkan

model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan Higher Order

Thinking Skill siswa kelas X pada materi keanekaragaman hayati di SMA

Muhammadiyah 2 Bandar Lampung. (2) Terdapat Perbedaan antara siswa yang

69 Dyadara Eva Hermawati, Implementasi Model Pembelajaran Blended Learning dalam

Pembelajaran Matematika terhadap Higher Order Thinking Skill (HOTS) dan Keaktifan

Belajar Siswa Kelas VII B SMP Negeri 2 Bangsri pada Materi Penyajian Data Tahun

Pelajaran 2017/2018, Skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2018.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

46

memiliki kemampuan berpikir kritis dengan siswa yang memiliki kemampuan

berpikir kreatif. (3) Terdapat interaksi antara model inkuiri terhadap Higher Order

Thinking Skill siswa.70

Mengacu pada ketiga hasil penelitian di atas, maka dapat dilakukan

penelitian yang dengan topik yang sejenis tetapi dengan aspek kajian yang

berbeda. Ketiga penelitian di atas mengkaji tentang implementasi model

pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana tingkat efektivitas Higher Order

Thinking Skill (HOTS) serta keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Maka

dari itu, akan memberi warna baru jika dikaji pula tentang Higher Order Thinking

Skill (HOTS) tetapi lebih khusus kepada persepsi evaluasi pembelajarannya. Jika

ketiga penelitian di atas membahas tentang implementasi model pembelajaran

SPPKB pada pelajaran ekonomi, Blended Learning pada pelajaran matematika

untuk mengetahui tingkat ketercapaian Higher Order Thinking Skill (HOTS),

model pembelajaran inkuiri pada pelajaran biologi untuk mengetahui peningkatan

Higher Order Thinking Skill (HOTS), maka penelitian ini mengkaji mengenai

persepsi guru dan siswa terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher

Order Thinking Skill (HOTS).

70 Fitria Ratna Sari, Penerapan Model Pembelajaraan Inkuiri Untuk Meningkatkan Higher Order

Thinking Skill Peserta Didik Di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung, Skripsi tidak

diterbitkan, Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan, 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

47

C. Kerangka Pikir

Pendidikan pada abad 21 memiliki tujuan untuk menghasilkan generasi

milineal yang berdaya saing di era global. Sumber daya manusia yang berkualitas

harus dipersiapkan dengan matang salah satu caranya adalah melalui pendidikan

dan pelatihan. Dengan mengasah bakat serta membekali mereka keahlian (skill)

tentu akan sangat berguna untuk berkompetisi. Pada era digital ini, manusia

seharusnya dapat lebih unggul dan menguasai perkembangan teknologi yang

semakin canggih.

Untuk mengakomodasi pendikan abad 21, kementerian pendidikan dan

kebudayaan mengesahkan Kurikulum 2013 yang terus dikembangkan. Kurikulum

2013 revisi 2017 merupakan kurikulum yang berupaya mewujudkan pendidikan

abad 21. Oleh sebab itu, di dalam kurikulum 2013 revisi 2017 mengintegrasikan

empat unsur pembelajaran yaitu Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), Literasi,

4C Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan kecakapan

memecahkan masalah), Creativity and Innovation (berpikir kreatif dan inovatif)

Communication (kecakapan berkomunikasi), Collaboration (kolaborasi atau

kerjasama), dan Higher Order Thinking Skill (HOTS) yang merupakan

keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Salah satu dari empat keterampilan pendidikan abad 21 yang dimuat dalam

kurikulum 2013 revisi 2017 adalah Higher Order Thinking Skill (HOTS) yang

berarti keterampilan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir kritis, kreatif,

reflektif, metakognitif dan logis merupakan elemen yang termuat dalam HOTS.

Untuk mengimplementasikan pembelajaran berbasis Higher Order Thinking Skill

(HOTS), guru tidak lagi sepenuhnya menyampaikan materi dengan metode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

48

ceramah, akan tetapi siswa lah yang harus lebih berperan aktif atau lebih dikenal

dengan istilah student centered. Begitu pula dalam penerapan pembelajaran

sejarah berbasis HOTS, guru sejarah juga harus mempersiapkan perangkat

pembelajaran untuk merencanakan pelaksanaan kegiatan pembelajaran sejarah

sesuai Kompetensi Dasar (KD) yang akan diajarkan beserta rumusan Indikator

Pencapaian Kompetensi (IPK).

Pada pelaksanaannya di tengah maupun di akhir proses pembelajaran, guru

melakukan kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui dan mengukur

ketercapaian indikator yang telah dirancang pada Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) sejarah. Aspek yang harus dievaluasi guru sejarah meliputi

penilaian pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa menggunakan instrumen tes

yang relevan. Ketika hasil evaluasi telah diketahui baik guru maupun siswa tentu

akan merespon dengan memberikan persepsi yang beragam terkait implementasi

pembelaran sejarah berbasis HOTS yang telah dilaksanakan. Persepsi yang

berbeda-beda ini berguna untuk memberi gambaran dan pemahaman mengenai

evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

49

Berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan dengan skema kerangka pikir

sebagai berikut:

Gambar I. Kerangka Pikir

Pendidikan

Abad 21

HOTS

Pembelajaran

Sejarah

Evaluasi

Pembelajaran Sejarah

Persepsi

Kurikulum

2013

Guru Siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

50

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi

kasus. Penelitian kualitatif merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan

untuk meneliti kondisi obyek penelitian yang alamiah dengan berlandaskan

filsafat postpositivisme (paradigma konstruktif). Penelitian dengan pendekatan

kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci dengan teknik pengumpulan data yang

dilakukan secara gabungan (triangulasi) serta menekankan analisis data yang

bersifat induktif, sehingga hasil penelitian lebih mengarah pada makna daripada

generaliasasi.71

Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk memberikan gambaran yang

menyeluruh dan mendalam mengenai peristiwa atau realita sosial serta berbagai

macam fenomena pada lingkungan masyarakat yang menjadi subjek penelitian

sehingga memunculkan gambaran karakter, ciri, model, dan sifat dari fenomena

atau kejadian tersebut.72 Penelitian kualitatif diartikan sebagai metode penelitian

yang melingkupi ilmu-ilmu sosial dalam mengumpulkan dan menganalisis data

menggunakan kata-kata baik lisan maupun tulisan serta tindakan manusia oleh

karena itu peneliti tidak perlu mengolah atau menganalisis data dalam bentuk

angka sehingga data yang diperoleh tidak dikuantifikasikan.73

71 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RnD, Bandung: Alfabeta, 2017, hlm. 9. 72 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan (Jenis, Metode dan Prosedur), Jakarta: Kencana Prenada

Media Grup, 2013, hlm. 47. 73 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rajagrafindo, 2015, hlm. 13.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

51

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti mengunakan metode studi kasus.

Studi kasus merupakan salah satu jenis penelitian dari penelitian kualitatif, di

dalamnya memuat studi yang mengeksplorasi suatu permasalahan dengan

menggunakan batasan terperinci serta proses pengambilan data dilakukan secara

mendalam dan menyertakan sumber informasi yang memadai.74 Pada dunia

pendidikan, studi kasus didefinisikan sebagai metode penelitian deskriptif yang

digunakan untuk menemukan jawaban dari masalah seputar pendidikan secara

menyeluruh dan terperinci serta menjadikan subjek penelitian yang terbatas untuk

terlibat sesuai dengan ragam kasus yang akan diteliti. Pada studi kasus yang dapat

menjadi subjek penelitian adalah individu, lembaga, golongan atau kelompok

tertentu. Berbagai aspek yang berhubungan dengan kasus dianalisis dengan

mendalam untuk menghasilkan generalisasi utuh.75

Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mendapatkan generalisasi yang

optimal, peneliti memperoleh data-data dari guru dan siswa yang menjadi sumber

penelitian untuk kasus ini. Perolehan data hasil observasi, kuesioner, dokumen

dan wawancara bersama guru dan siswa kemudian peneliti analisis dengan

pendekatan kualitatif.

74 Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial: Teori Konsep Dasar dan

Implementasi, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm. 287. 75 Wina Sanjaya, op.cit., hlm. 73.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

52

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Yogyakarta yang beralamat di

Jl. C. Simanjuntak No.2, Terban, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah

Istimewa Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2019 dengan jadwal

penelitian sebagai berikut:

Tabel 6. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan

Bulan

Maret April Mei Juni

1 Penyusunan Proposal

2 Perizinan

3 Pengambilan data

4 Pengolahan data

5 Penyusunan laporan

C. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif

ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan.76 Pada penelitian

kualitatif, data diperoleh secara verbal dengan wawancara atau dapat tertulis

dalam bentuk analisis dokumen. Pada dasarnya data kualitatif terdiri dari jawaban

76 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006, hlm. 157.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

53

atau kutipan yang mendeskripsikan suatu peristiwa atau situasi dan interaksi

tertentu.77 Pada penelitian ini sumber data yang diperoleh peneliti berasal dari

guru dan siswa sebagai subjek penelitian. Sementara yang menjadi objek

penelitian adalah evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking

Skill (HOTS) .

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh kelengkapan data dan informasi yang sesuai dengan

fokus penelitian maka yang dijadikan teknik pengumpulan data adalah sebagai

berikut:

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti.78 Dalam penelitian ini, peneliti memilih melakukan

observasi partisipan (observasi berperan serta). Observasi partisipan berarti

peneliti terlibat langsung dengan kegiatan yang dilakukan oleh narasumber yang

menjadi sumber data supaya data yang diperoleh lebih tajam dan lengkap.79 Pada

penelitian ini, observasi berlangsung ketika proses pembelajaran untuk

mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam mengikuti evaluasi pembelajaran

sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) di kelas.

77 Rulam Ahmadi, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014, hlm. 108. 78 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Edisi Kedua),

Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hlm. 52. 79 Sugiyono, op.cit., hlm. 145.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

54

2. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi beberapa pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab.80 Dalam

penelitian ini, angket diberikan kepada guru dan siswa sebagai responden untuk

dijawab. Tujuan penyebaran kuesioner ini adalah untuk mendapatkan informasi

dalam bentuk tertulis yang lengkap dan jelas mengenai persepsi guru dan siswa

terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill

(HOTS).

3. Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan yang mengarah pada permasalahan

tertentu yang di dalamnya terdapat kegiatan tanya jawab secara lisan yang

dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan berhadapan secara fisik. Wawancara

dilakukan supaya memperoleh data selengkap dan sejelas mungkin dari subjek

penelitian.81 Ada beberapa jenis wawancara, namun peneliti menggunakan jenis

wawancara semi terstruktrur. Wawancara semi terstruktur yaitu jenis wawancara

yang bertujuan untuk menemukan permasalahan yang lebih terbuka dengan cara

mengajak narasumber atau pemberi informasi untuk turut memberikan

pendapatnya.82

Kelebihan teknik wawancara adalah dapat mengumpulkan data yang lebih

luas dan memunculkan sesuatu yang belum terpikirkan sebelumnya.83 Dalam

penelitian ini, peneliti telah mempersiapkan daftar pertanyaan untuk dijawab oleh

80 Sugiyono, op.cit., hlm. 142. 81 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013,

hlm. 160. 82 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm. 107. 83 Wina Sanjaya, op.cit., hlm. 263.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

55

narasumber ketika wawancara berlangsung. Metode wawancara yang digunakan

peneliti untuk mengetahui persepsi guru dan siswa terhadap evaluasi pembelajaran

sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS).

4. Dokumen

Dokumen adalah catatan peristiwa dalam bentuk gambar, tulisan, maupun

karya seseorang. Dokumentasi merupakan data pelengkap dari penggunaan teknik

pengumpulan data dengan observasi dan wawancara.84Studi dokumentasi

merupakan salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau

mengolah dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek penelitian itu sendiri atau

oleh orang lain tentang subjek. Dengan studi dokumentasi peneliti yang

melakukan penelitian kualitatif berupaya memperoleh gambaran dari sudut

pandang subjek melalui media tertulis atau gambar dan dokumen lainnya yang

dibuat langsung oleh subjek penelitian yang bersangkutan.85

Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan peneliti berasal dari guru

sejarah yang menjadi subjek penelitian dengan dokumen yang meliputi Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Soal-soal penilaian harian, maupun penugasan.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar pengumpulan data menjadi

lebih mudah dan sistematis.86 Instrumen pengumpulan data yang digunakan

84 Sugiyono, op.cit., hlm. 82. 85 Hamid Darmadi, op.cit., hlm. 176. 86 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, hlm. 101.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

56

tergantung pada metode penelitian. Berikut ini instrumen pengumpulan data yang

peneliti gunakan:

1. Instrumen Observasi

Instrumen observasi adalah alat yang berfungsi sebagai pedoman bagi

observer untuk mencatat hasil pengamatannya tentang hal-hal yang menjadi bahan

observasinya. Untuk mencatat hasil observasi, peneliti menggunakan lembar

pengamatan berupa check list atau daftar cek. Check list adalah pedoman

observasi yang berisikan daftar aspek yang diamati.87

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi pada proses pelaksanaan

kegiatan pembelajaran di kelas. Peneliti melakukan observasi langsung dengan

menggunakan lembar observasi yang berupa check list dengan pilihan “Ya” dan

“Tidak” untuk setiap pernyataan yang telah disusun. Pada lembar Check list aspek

yang diamati dalam hal ini adalah aktivitas evaluasi pembelajaran sejarah berbasis

Higher Order Thinking Skill (HOTS).

2. Instrumen Kuesioner

Kuesioner atau angket dalam penelitian digunakan untuk mengetahui minat

siswa pada pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS).

Untuk penentuan skor pada kuesioner menggunakan skala likert yang terdiri dari

lima kategori, yaitu: pada pernyataan positif, pilihan jawaban “Sangat Setuju”

(SS) diberi skor 5, “Setuju” (S) diberi skor 4, “Kurang Setuju” (KS) diberi skor 3,

“Tidak Setuju” (TS) diberi skor 2, dan “Sangat Tidak Setuju” (STS) diberi skor 1.

Begitupula sebaliknya, untuk pernyataan negatif “Sangat Setuju” (SS) diberi skor

87 Wina Sanjaya, op.cit., hlm. 274.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

57

1, “Setuju” (S) diberi skor 2, “Kurang Setuju” (KS) diberi skor 3, “Tidak Setuju”

(TS) diberi skor 4, dan “Sangat Tidak Setuju” (STS) diberi skor 5.88 Akan tetapi

peneliti dalam menyusun instrument penelitian kuesioner melakukan modifikasi

skala dengan menghilangkan kolom”KS” atau Kurang Setuju, sehingga hanya ada

empat kolom kategori untuk mengetahui skor kuesioner yang diisi responden.

Berikut ini merupakan kisi-kisi dari kuesioner yang akan diberikan:

Tabel 7. Kisi-Kisi Kuesioner Guru

88 Sugiyono, op.cit., hlm. 93.

Variabel

Penelitian dan

Pengertiannya

Indikator

Butir Pernyataan

Total

Kognitif Afektif Konatif

Pembelajaran

sejarah berbasis

HOTS

merupakan

pembelajaran

yang memiliki

lima muatan

keterampilan

yaitu berpikir

kritis, berpikir

kreatif,

memecahkan

masalah dan

mengambil

keputusan, serta

mengasah

kemampuan

mencipta suatu

produk yang

bertujuan agar

seseorang

terbiasa

merefleksikan

nilai positif

dalam

1. Mampu

Berpikir

Kritis

1,2 9 15 4

2. Mampu

Berpikir

Kreatif dan

Inovatif

3,4

.

10

16

4

3.Mampu

Memecah

kan

Masalah

dan

Mengambil

Keputusan

5

11

17

3

4.Mampu

Mengait

kan Materi

dengan

Pengeta

huan baru

8

12

18

3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

58

pembelajaran

yang dapat

diterapkan dalam

hidup sehari-hari.

5.Mampu

Mencipta

atau

Mengkreasi

Produk

6

13

19

3

6.Mampu

berefleksi

dan

menerapkan

dalam

keseharian

7 14 20

Total

20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

59

Tabel 8. Kisi-Kisi Kuesioner Siswa

Variabel

Penelitian dan

Pengertiannya

Indikator

Butir Pernyataan

Total

Kognitif Afektif Konatif

Pembelajaran

sejarah berbasis

HOTS

merupakan

pembelajaran

yang memiliki

lima muatan

keterampilan

yaitu berpikir

kritis, berpikir

kreatif,

memecahkan

masalah dan

mengambil

keputusan, serta

mengasah

kemampuan

mencipta suatu

produk yang

bertujuan agar

seseorang

terbiasa

merefleksikan

nilai positif

dalam

pembelajaran

yang dapat

diterapkan dalam

hidup sehari-hari.

1. Mampu

Berpikir

Kritis

3, 6 11 14 4

2.Mampu

Berpikir

Kreatif dan

Inovatif

1

.

4

9

3

3.Mampu

Memecah

kan

Masalah

dan

Mengambil

Keputusan

2,5

7

10

4

4.Mampu

Mengaitkan

Materi

dengan

Pengetahuan

Baru

8

13

18

3

5.Mampu

Mencipta

atau

Mengkreasi

Produk

16

17

19

3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

60

3. Instrumen Wawancara

Dalam penelitian ini, kegiatan wawancara dilakukan peneliti dengan

narasumber guru sejarah dan siswa di SMA Negeri 6 Yogyakarta yang mengikuti

proses pembelajaran sejarah. Daftar pertanyaan wawancara disusun berkaitan

dengan evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill

(HOTS). Daftar pertanyaan wawancara juga disusun berdasarkan kisi-kisi yang

dibuat oleh peneliti sebagai berikut:

Tabel 9. Pokok Pertanyaan Wawancara untuk Guru dan Siswa

Fokus Penelitian Indikator

Evaluasi Pembelajaran sejarah yang

berbasis HOTS

Kegiatan atau hal yang dilakukan

sebelum menghadapi evaluasi

pembelajaran sejarah berbasis

HOTS

Proses selama kegiatan evaluasi

pembelajaran sejarah berbasis

HOTS

Suatu hal yang didapatkan atau

pengalaman setelah melaksanakan

evaluasi pembelajaran sejarah

berbasis HOTS

6.Mampu

Berefleksi

dan

Menerapkan

nya dalam

Keseharian

15 12 20

Total

20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

61

F. Teknik Cuplikan

Teknik cuplikan yang peneliti gunakan dengan teknik sampling. Arti teknik

sampling adalah teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan

digunakan dalam penelitian.89 Tujuan pengambilan sampel dengan teknik ini

adalah merinci kekhususan yang ada dalam ramuan konteks terkait topik serta

menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang

muncul.90

Sejalan dengan hal tersebut, maka teknik sampling yang digunakan pada

penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive Sampling merupakan teknik

pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu dari sumber data yang

digunakan.91 Perrtimbangan dalam pengambilan sampel dengan teknik ini yaitu

orang yang dipilih peneliti adalah yang telah memenuhi kriteria yang sudah

ditetapkan peneliti. Mereka yang terpilih diharapkan dapat memudahkan peneliti

untuk meneliti obyek atau situasi yang sedang diteliti. Dalam pengambilan sampel

dengan teknik ini yang menjadi sumber data adalah guru sejarah dan siswa yang

dipilih beberapa orang oleh peneliti. Siswa yang dipilih untuk diwawancarai oleh

peneliti diambil dari data hasil kuesioner yang telah disebarkan.

G. Validitas Data

Validitas adalah ketepatan antara data yang ada pada objek penelitian

dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Data dapat dinyatakan valid ketika

tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan oleh peneliti dengan yang nyata

89 Sugiyono, 2014, op.cit., hlm. 52. 90 Lexy J. Moleong, op.cit., hlm. 224. 91 Ibid., hlm. 85.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

62

terjadi di lapangan. 92 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji keabsahan

atau kredibilitas data dengan menggunakan triangulasi, meningkatkan ketekunan,

serta pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi.

1. Triangulasi

Supaya data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat dipercaya

kredibilitasnya maka peneliti memilih untuk melakukan triangulasi. Dalam

pengujian kredibilitas, triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai

sumber dengan bermacam cara dan waktu. Triangulasi merupakan teknik

pengecekan keabsahan data yang memanfaatkan pembanding di luar data

penelitian.93 Triangulasi dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

a. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik yaitu menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

memeriksa data pada sumber yang sama namun menggunakan teknik yang

berbeda.94 Pada penelitian ini peneliti memperoleh data melalui observasi,

wawancara, angket (kuesioner) dan serta dengan data tambahan berupa dokumen

atau dokumentasi.

b. Triangulasi Teori

Triangulasi teori adalah teknik dengan cara pemeriksaan data yang

dilakukan menggunakan lebih dari satu teori untuk memeriksa data temuan

penelitian.95 Dapat diartikan pula teknik ini memerlukan penjelasan pembanding

dengan menggunakan teori yang sesuai dengan data yang diteliti. Triangulasi teori

92 Ibid., hlm. 267. 93 Lexy J. Moleong, op.cit., hlm. 330. 94 Loc. cit. 95Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian,

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014, hlm. 270.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

63

ini dapat meningkatkan pemahaman yang mendalam jika peneliti mampu

menggali pengetahuan teoritik atas hasil analisis data yang telah diperoleh.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan triangulasi teori dengan menganalisis

data yang diperoleh dengan menggunakan kajian teori dan konsep mengenai

pendidikan abad 21, kurikulum 2013, Higher Order Thinking Skill (HOTS),

pembelajaran sejarah, evaluasi dan persepsi.

c. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu yaitu teknik yang dilakukan dengan cara memeriksa hasil

wawancara, observasi,angket dan dokumentasi pada waktu atau situasi yang

berbeda. Data yang diperoleh peneliti di waktu yang berbeda kemudian diperiksa

kembali untuk mengecek data yang diperoleh hasilnya sama atau tidak. Apabila

hasil data tetap sama meskipun waktunya berbeda maka data tersebut dapat

dipercaya kredibiltasnya.96

Peneliti melakukan koordinasi dengan sumber data yaitu guru sejarah untuk

menentukan waktu pengambilan data. Waktu yang peneliti pilih untuk melakukan

wawancara dengan beberapa siswa sebagai narasumber adalah ketika istirahat jam

pertama yaitu sekitar pukul 10.15-10.30 WIB dan ketika guru memiliki jeda

istirahat atau jeda jam tidak mengajar.

d. Triangulasi Sumber

Peneliti memperoleh data dilapangan dari sumber data dengan orang yang

berbeda dan berjumlah lebih dari satu. Dalam artian Guru sejarah sebagai

informan sekaligus responden berjumlah dua orang, Siswa kelas sepuluh yang

96 Andi Prastowo, op.cit., hlm. 271.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

64

berasal dari dua kelas yang berbeda dan berjumlah enam puluh orang. Hal tersebut

dilakukan untuk mencari sumber data pembanding agar data yang didapatkan

untuk diolah menjadi lebih beragam.

2. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

mendalam dan berkesinambungan. Meningkatkan ketekunan digunakan untuk

mendapatkan interpretasi yang lengkap dan konsisten. Hal ini berarti peneliti

melakukan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan.97

Dengan melakukan observasi dengan teliti dan berkelanjutan peneliti memiliki

tujuan agar tingkat ketekunan mengalami peningkatan terkait dengan proses

evaluasi pembelajaran.

3. Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi

Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil

akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat (sebaya).

Teknik ini berarti melakukan pengecekan bersama rekan-rekan yang sebaya, yang

memiliki persamaan dalam pengetahuan umum mengenai topik yang sedang

diteliti supaya dapat bersama-sama mengulas persepsi, pandangan, dan analisis

yang sedang dilakukan.98

Peneliti melakukan pemeriksaan sejawat dengan teman-teman yang juga

melakukan penelitian dengan jenis yang sama seperti peneliti. Hal ini dilakukan

untuk saling bertukar informasi tentang data yang diperoleh ketika penelitian. Di

97 Lexy J. Moleong, op.cit., hlm. 330. 98 Ibid., hlm. 332.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

65

samping itu, peneliti juga melakukan diskusi dengan dosen pembimbing agar

lebih terarah.

H. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mencari dan menyusun data secara

sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,

memilih yang penting untuk dipelajari, serta membuat kesimpulan supaya data

mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.99

Model analisis data dalam penelitian ini mengikuti konsep yang dibuat oleh

Miles dan Huberman. Miles dan Hubermen mengungkapkan bahwa aktifitas

dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sampai tuntas.100

Berikut ini adalah proses analisis data model interaktif menurut Miles dan

Huberman dalam buku Haris Herdiansyah:101

1. Tahap Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, taha pertama adalah pengumpulan data sebelum

melakukan penelitian, ketika proses penelitian berlangsung, dan bahkan di akhir

penelitian. Proses pengumpulan data sebaiknya sudah dilakukan ketika data

penelitian masih dalam bentuk konsep atau draft. Dalam penelitian kualitatif,

99 Sugiyono, Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2012, hlm. 244. 100 Sugiyono, op.cit., hlm. 242. 101 Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: Salemba

Humanika, 2012, hlm. 163.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

66

proses pengumpulan data tidak memiliki batasan atau rentang waktu tersendiri,

melainkan sepanjang pelaksanaan penelitian maka proses pengumpulan data

masih dapat dilakukan.102

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dari hasil observasi,

angket (kuesioner), wawancara, kemudian dilengkapi data tambahan dari

dokumen dan dokumentasi. Hasil yang peneliti dapatkan dari tahap pengumpulan

data ini berupa lembar checklist observasi, jawaban kuesioner, catatan lapangan

hasil wawancara, dan lembar checklist dokumen serta dokumentasi.

2. Tahap Reduksi Data

Reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk

data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan yang yang akan dianalisis.103

Reduksi data berarti memilih hal-hal pokok dengan mencari pola dan temanya,

serta memusatkan pada hal penting dengan tujuan supaya peneliti mendapat

gambaran yang jelas untuk mempermudah dalam pengumpulan data

selanjutnya.104 Pada tahap reduksi data ini tujuan intinya adalah membuang hal-

hal yang tidak diperlukan, data yang direduksi adalah data yang tidak mendukung

penelitian. di samping itu untuk memilah-milah hasil pengumpulan data agar

peneliti lebih terarah dan mudah dalam menarik kesimpulan.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan reduksi data hasil dari pengambilan

data bersama narasumber yaitu guru dan siswa yang tidak sesuai dengan inti

permasalahan dari penelitian yang sedang dilakukan melalui hasil observasi,

wawancara, dan dokumen dan dokumentasi.

102 Ibid., hlm. 164. 103 Ibid., hlm. 165 104 Sugiyono., op.cit., hlm. 247.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

67

3. Tahap Penyajian Data

Tahap penyajian data kualitatif dapat dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Namun, yang paling

sering digunakan adalah teks naratif. Melalui penyajian tersebut, maka data dapat

terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga akan semakin mudah

dipahami. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan peneliti untuk

memahami sesuatu yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan

dengan apa yang telah dipahami tersebut.105 Dalam penelitian ini, peneliti

menyajikan data berupa teks naratif.

4. Tahap Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan

Tahap akhir dalam proses analisis data adalah melakukan verifikasi dan

penarikan kesimpulan. Pada tahap ini peneliti mengemukakan kesimpulan dari

data-data penelitian yang telah diperoleh. Tujuan dari kegiatan verifikasi adalah

untuk mencari makna terhadap data-data yang telah dikumpulkan dengan mencari

hubungan, persamaan, atau perbedaannya. Selama penelitian berlangsung

penarikan kesimpulan juga diverifikasi, makna-makna yang muncul dari data

harus diuji validitasnya.106

105 Ibid., hlm. 249. 106 Andi Prastowo, op.cit., hlm. 249.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

68

Berikut ini gambar alur analisis data menurut Miles dan Huberman yang

diterjemahkan oleh Tjejep Rohendi Rohidi107:

Gambar II. Model Analisis Data Menurut Miles dan Huberman

107 Matthew B. Miles, A. Michael Huberman (Penerjemah: Tjetjep Rohendi Rohidi), Analisis Data

Kualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1992, hlm. 18.

REDUKSI DATA

PENGUMPULAN

DATA

PENYAJIAN DATA

VERIFIKASI /

PENARIKAN

KESIMPULAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

69

I. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I. Pendahuluan

Berisi pokok bahasan utama yang menjadi latar belakang penelitian ini. Isi pada

bab ini mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat

penelitian.

BAB II. Kajian Pustaka

Berisi kajian teori yang di dalamnya mencakup deskripsi kajian teori Pendidikan

Abad 21, Kurikulum 2013, Higher Order Thinking Skill (HOTS), Pembelajaran

sejarah, Evaluasi pembelajaran sejarah dan Persepsi. Setelah itu terdapat

penelitian yang relevan, dan kerangka pikir.

BAB III. Metodologi Penelitian

Berisi tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, teknik cuplikan, teknik validitas

data, analisis data dan sistematika penulisan.

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berisi tentang deskripsi latar, deskripsi hasil penelitian, dan pembahasan dari hasil

penelitian.

BAB V. Kesimpulan dan Saran.

Berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran untuk peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

70

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah SMA Negeri 6 Yogyakarta

Pelaksanaan penelitian ini adalah di SMA Negeri 6 Yogyakarta. SMA

Negeri 6 Yogyakarta pada mulanya didirikan untuk menutupi kekurangan tenaga

pamong praja di Negara bagian Yogyakarta pada tahun 1950. Mengingat sejak

Jakarta ditetapkan menjadi Ibu Kota RIS pada tahun 1949, maka kegiatan

pemerintah pusat berangsur-angsur dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta,

bersama-sama dengan pegawai pamong prajanya.

Untuk mengatasi kekurangan atau bahkan kekosongan pegawai ini,

kemudian digelar pertemuan antar tokoh-tokoh Universitas Gadjah Mada (UGM)

dengan para pendidik yang ada, merumuskan upaya apa yang tepat dan apa yang

dapat dilaksanakan untuk mengisi kekosongan formasi pamong praja tersebut.

Dari hasil rapat itu, diputuskan untuk mendirikan sebuah sekolah.108

Pada awalnya sekolah baru ini diberi nama SMA Yuridis Ekonomi. Siswa-

siswanya diambil dari para pegawai yang berijazah SMP/SLTP dan ex-TP

(Tentara Pelajar). Karena pada saat itu jenis SMA yang ada adalah SMA/A dan

SMA/B maka akhirnya SMA Yuridis Ekonomi berubah nama menjadi SMA/C,

sesuai dengan SK Pendirian (Intillingen Besluit) yang diterbitkan oleh Menteri

Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan pada 1 Juli 1950. Pada saat itu, SMA

108 http://sman6-yogya.sch.id/, di akses pada 30 Mei 2019, pukul 09:30 WIB.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

71

Negeri C terbagi menjadi 2 sekolah yaitu SMA IC masuk siang dan SMA IIC

masuk pagi dalam satu lokasi yang sama.109

Setelah beberapa tahun kemudian, terdapat perubahan nama sesuai urutan

jumlah SMA Negeri yang berada di Kota Yogyakarta pada waktu itu, maka SMA

IC berubah menjadi SMA 5C dan SMA IIC menjadi SMA 6C. Seiring dengan

perkembangan waktu itu, SMA 5C memisahkan diri dari SMA 6C kemudian

menempati gedung baru di Jl. Nyi Pembayun Kota Gede sedangkan SMA 6C

tetap bertahan di Jl. Cornelis Simanjuntak 2 sampai saat ini. Karena kekhasan

nama SMA 6 dengan huruf “C”, maka hingga saat inipun masyarakat lebih sering

menyebut SMA N 6 Yogyakarta dengan sebutan “SMA Namche”.110

Kepala Sekolah yang pertama adalah alm. R.M. Poespokoesoemo. Akan

tetapi beliau hanya menjabat selama kurang lebih setahun saja (31 Maret 1950

hingga 1 Desember 1951). Lalu beliau digantikan oleh alm. R.A. Djoko Tirtono,

SH. (1 Desember 1951 – 1 Juni 1968). Kemudian saat ini dipimpin oleh Drs.

Miftakodin, MM.111

109 http://sman6-yogya.sch.id/, di akses pada 30 Mei 2019, pukul 09:30 WIB. 110 http://sman6-yogya.sch.id/, di akses pada 30 Mei 2019, pukul 09:30 WIB. 111 http://sman6-yogya.sch.id/, di akses pada 30 Mei 2019, pukul 09:30 WIB.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

72

2. Visi dan Misi SMA Negeri 6 Yogyakarta

a. Visi SMA Negeri 6 Yogyakarta112

Terwujudnya Insan Religius, Cerdas, Unggul, dan Berwawasan Lingkungan.

b. Misi SMA Negeri 6 Yogyakarta113

1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan yang aktif, inovatif, kreatif,

efektif, menyenangkan dan individual.

2) Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan cerdas, terampil,

beriman, bertaqwa, dan memiliki keunggulan kompetitif.

3) Mewujudkan jumlah siswa yang diterima di perguruan tinggi berkualitas

tingkat nasional maupun internasional yang semakin tinggi.

4) Mewujudkan lulusan yang cerdas dan kompetitif dengan penilaian otentik

dan pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan.

5) Mewujudkan kemampuan teknologi informasi dan komunikasi yang

tangguh dan kompetitif.

6) Mewujudkan kemampuan research yang cerdas dan kompetitif di tingkat

nasional maupun internasional.

7) Mewujudkan kemampuan berbahasa inggris yang tangguh dan kompetitif

di tingkat nasional maupun internasional.

8) Mewujudkan kemampuan olimpiade sains yang tangguh dan kompetitif.

9) Mewujudkan pendidik dan tenaga kependidikan yang berkualitas dan

profesional.

10) Mewujudkan sekolah sehat dan berwawasan lingkungan hidup.

11) Mewujudkan proses pembelajaran yang mengintegrasikan pendidikan

berwawasan lingkungan serta kurikulum etika berlalu lintas.

12) Mewujudkan kultur etika berlalu lintas.

13) Mewujudkan proses pembelajaran dengan perangkat kurikulum yang

lengkap, mutakhir, dan bewawasan kedepan.

14) Mewujudkan organisasi sekolah yang terus belajar(learning organization).

15) Mewujudkan lulusan tangguh yang mampu bersaing di kancah lokal

maupun global.

112 http://sman6-yogya.sch.id/, di akses pada 30 Mei 2019, pukul 09:30 WIB. 113 http://sman6-yogya.sch.id/, di akses pada 30 Mei 2019, pukul 09:30 WIB.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

73

3. Tujuan Pendidikan SMA Negeri 6 Yogyakarta

a. Tujuan Khusus Pendidikan Menengah Atas adalah:114

Mempersiapkan peserta didik melanjutkan kejenjang pendidikan lebih tinggi

dan mampu hidup dalam masyarakat.

b. Tujuan Umum Pendidikan SMA Negeri 6 Yogyakarta

Menghasilkan lulusan yang berkualitas agar mampu bersaing di tingkat lokal,

nasional, maupun global dengan cara:115

1) Meningkatkan rata-rata nilai ujian sekolah dan ujian nasional;

2) Meningkatkan jumlah siswa yang diterima di Perguruan Tinggi terkemuka;

3) Meningkatkan kemampuan di bidang penelitian, dan yang menunjukkan

karakter berbudaya peduli lingkungan;

4) Mempersiapkan lulusan yang religius, mandiri, kreatif, inovatif, berakhlak

mulia, dan berwawasan lingkungan;

5) Mempersiapkan lulusan yang religius mandiri, kreatif, inovatif, berakhlak

mulia, dan memiliki etika berlalu lintas;

6) Meraih prestasi akademik dan non akademik dalam berbagai kejuaraan di

tingkat lokal, nasional, dan internasional;

7) Meningkatkan fungsi “The Research School” dan pusat studi sekolah

berwawasan lingkungan, serta sebagai sekolah model pendidikan etika

berlalu lintas;

8) Mengembangkan budaya dan karakter bangsa Indonesia bagi seluruh

warga SMA Negeri 6 Yogyakarta;

9) Menjalin kerjasama dengan lembaga penelitian;

10) Menyelenggarakan pembelajaran yang berbasis Pembelajaran Aktif,

Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM).

SMA Negeri 6 Yogyakarta memiliki sembilan kelas disetiap

jenjangnya (jumlah kelas paralel). Sembilan kelas tersebut terdiri dari delapan

kelas MIPA dan satu kelas IPS. Peneliti berkesempatan untuk meneliti kelas

X MIPA 1 dan X MIPA 6. Kedua kelas tersebut masing-masing terdiri dari

30 siswa putra dan putri, sehingga jumlah siswa yang menjadi subyek

penelitian adalah 60 siswa.

114 http://sman6-yogya.sch.id/, di akses pada 30 Mei 2019, pukul 09:30 WIB. 115 http://sman6-yogya.sch.id/, di akses pada 30 Mei 2019, pukul 09:30 WIB.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

74

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, peneliti

berdasarkan data-data yang yang diperoleh, menjabarkan hasilnya dalam dua

bagian yaitu persepsi guru terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS

dan persepsi siswa terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS

1. Persepsi Guru Terhadap Evaluasi Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS

Persepsi guru terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS di

SMA Negeri 6 Yogyakarta adalah Positif. Hal tersebut dipaparkan pada deskripsi

hasil penelitian yang dibagi ke dalam beberapa kategori, yaitu kemampuan

berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif dan inovatif, kemampuan

memecahkan masalah dan mengambil keputusan, kemampuan mengaitkan materi

dengan pengetahuan baru, kemampuan mengkreasi produk, kemampuan

berefleksi serta mengaplikasikannya dalam keseharian. Indikator-indikator

tersebut sebagai berikut:

a. Kemampuan Berpikir Kritis

Berkaitan dengan gambaran umum mengenai evaluasi berbasis HOTS

maka guru yang mengampu mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 6 Yogyakarta

memiliki pendapat yang sejalan dalam menanggapi kemampuan berpikir kritis.

Guru merespon positif bahwa dengan evaluasi pembelajaran berbasis HOTS,

Soal-soal yang guru berikan kepada siswa misalnya pada materi tentang teori-teori

masuknya agama Hindu, Buddha dan Islam di Indonesia membuat siswa mampu

memahami serta menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan materi terkait.116 Hal

tersebut diperkuat dengan respon Ibu Ida bahwa evaluasi pembelajaran sejarah

116 CL 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

75

berbasis HOTS mampu mengarahkan siswa untuk berpikir lebih mendalam secara

mandiri, selain itu siswa dapat meningkat dalam berpikir logis dan kritis. Siswa

dituntut untuk lebih berpikir mendalam tanpa harus dijelaskan secara rinci oleh

guru. Siswa juga menjadi lebih proaktif ketika kegiatan pembelajaran

berlangsung. Hal tersebut ditunjukkan dengan tingginya antusiasme siswa-siswa

mengajukan pertanyaan yang sifatnya kritis dan tidak dangkal terkait materi yang

diajarkan.117

Guru meyakini pula bahwa evaluasi atau soal-soal baik ketika penilaian

harian, penilaian akhir semester maupun pada penilaian akhir tahun, yang guru

berikan telah memuat indikator yang menuntut siswa untuk berpikir kritis.118 Hal

tersebut dikuatkan dengan tanggapan dari Ibu Wati bahwa evaluasi pembelajaran

sejarah berbasis HOTS apabila dilakukan secara bertahap akan mampu

mendorong pemahaman siswa dengan optimal sehingga akan sangat bagus untuk

mengembangkan kemampuan siswa dalam mengkritisi suatu hal. Apabila

implementasi dan evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS dilaksanakan

secara keseluruhan dan langsung tentu akan membuat siswa kaget dan kesulitan

menerima dan memahami materi. Oleh sebab itu perlahan tapi pasti Ibu Wati

mengupayakan untuk membiasakan siswa mengerjakan soal sejarah berbasis

HOTS.119

Di samping itu, soal-soal yang guru berikan kepada siswa tidak selalu

terpaku pada buku teks (book oriented)120. Oleh sebab itu, menurut Ibu Wati pada

117 CL 4. 118 CL 2. 119 CL 5. 120 CL 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

76

evaluasi pembelajaran berbasis HOTS masa kini siswa tidak dituntut untuk

menghafal materi tapi lebih ke menganalisis agar siswa mampu berpikir

kompleks.121 Tataran tingkat kesulitan soal yang biasa Ibu Wati buat untuk

memunculkan HOTS biasanya mulai dari C3-C6 (Mengaplikasikan sampai

Mengevaluasi), sehingga soal tidak hanya bersifat untuk me-recall ingatan siswa

saja tapi sudah menuntut siswa untuk mengkritisi permasalahan.

Hal itu didukung pernyataan Ibu Ida ketika pembelajaran berlangsung,

pendapat dan pertanyaan siswa bisa diluar dugaan bahkan terkadang membuat Ibu

Ida harus mencari referensi tambahan agar dapat memberikan jawaban yang

optimal sehingga wawasan guru semakin bertambah agar lebih mampu mendidik

siswa. Semakin canggihnya teknologi semakin banyak akses tersedia untuk

mempelajari berbagai hal. Oleh sebab itu siswa menjadi lebih terbuka

wawasannya sebab ilmu yang diperoleh tidak hanya di dapat dari kelas tapi juga

dari lingkungan di luar sekolah.122

Menurut pernyataan Ibu Wati terdapat kendala dalam evaluasi

pembelajaran sejarah berbasis HOTS seperti penggunaan kosa kata ilmiah dalam

soal berbasis HOTS masih perlu perhatian ekstra agar siswa semakin terbiasa

ketika menjumpai kosa kata ilmiah dalam soal evaluasi. Oleh sebab itu strategi

yang Ibu Wati lakukan adalah menjelaskan arti kosa kata yang masih asing serta

terus mengulang ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung agar siswa paham

dan tidak merasa asing lagi ketika kosa kata tersebut termuat dalam kalimat soal

evaluasi. Pembiasaan tersebut akan berguna untuk memudahkan siswa dalam

121 CL 4. 122 CL 4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

77

memahami inti soal ketika menghadapi evaluasi pembelajaran sejarah berbasis

HOTS.123

b. Kemampuan Berpikir Kreatif dan Inovatif

Berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif dan inovatif, guru memberi

tanggapan bahwa untuk mempelajari materi sejarah misalnya perkembangan

kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya, pada masa Kerajaan Hindu,

Buddha, dan Islam guru terbiasa untuk mengarahkan siswa agar terlatih membuat

peta konsep menggunakan software aplikasi maupun manual.124 Hal tersebut

sesuai dengan pernyataan Ibu Ida bahwa jenis evaluasi yang paling sering guru

berikan pada siswa adalah membuat peta konsep secara berkelompok. Siswa-

siswa sudah terbiasa membuat peta konsep hal tersebut dapat dilihat dari isi peta

konsep mereka yang padat dan jelas. Pembiasaan membuat peta konsep

diharapkan mampu memudahkan siswa untuk memahami materi sejarah yang

cukup banyak dan beragam.125

Guru menyadari bahwa pembelajaran sejarah sekaligus evaluasi di

dalamnya harus disesuaikan dengan kurikulum 2013 revisi agar mampu

membangkitkan semangat dan motivasi siswa untuk memiliki kemampuan

berpikir kreatif dan inovatif untuk dijadikan bekal di masa depan.126 Hal tersebut

dikuatkan dengan adanya tanggapan dari Ibu Wati yang mengungkapkan bahwa

guru harus lebih kreatif dan memperluas wawasan karena misalnya saja dalam

pembuatan soal evaluasi sejarah berbasis HOTS, harus disertai paragraf literasi

123 CL 5. 124 CL 2. 125 CL 4. 126 CL 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

78

sejarah untuk menambah pengetahuan siswa sebelum menjawab soal. Dalam

evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, jenis soal tidak langsung pada inti

tapi harus di dahului dengan literasi yang bagus untuk memperkaya pengetahuan

pada siswa.127

Guru menyatakan bahwa apabila dalam diskusi siswa enggan menuliskan

hal-hal penting mengenai topik yang sedang dipresentasikan serta kurang mampu

mengajukan pertanyaan yang relevan maka siswa tersebut biasanya akan diberi

nasihat untuk lebih memperhatikan teman yang sedang presentasi agar mampu

memahami materi yang dipresentasikan teman lain.128 Hal tersebut dikuatkan oleh

pernyataan dari Ibu Wati yang mengungkapkan bahwa kesadaran siswa dalam

partisipasi di kelas dan keinginan belajar harus lebih ditingkatkan. Siswa yang

terlihat acuh tak acuh ketika teman lain sedang presentasi biasanya akan Ibu Wati

datangi dan memberi nasihat untuk lebih memperhatikan dan menghargai teman

lain. Terkadang Ibu Wati juga memberikan pertanyaan pada siswa yang terlihat

tidak fokus pada saat pembelajaran berlangsung. Dari situ dapat diketahui siswa

tersebut benar-benar mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik atau justru

sebaliknya asik dengan kegiatannya sendiri.129

Pada pembelajaran abad 21 guru dituntut untuk memanfaatkan teknologi

dalam proses pembelajaran salah satunya dengan cara memanfaatkan media

audio visual sebagai media pembelajaran bagi siswa.130 Hal itu dikuatkan dengan

adanya respon dari Ibu Wati bahwa terkadang guru juga memberi tugas siswa

127 CL 5. 128 CL 2. 129 CL 5. 130 CL 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

79

untuk membuat video sejarah secara berkelompok dengan topik materi yang

sudah dibagi sebelumnya. Siswa-siswa zaman sekarang rata-rata sudah melek

teknologi, dalam artian mereka mampu mampu mengetehui dan belajar yang

berkaitan dengan penguasaan teknologi dengan cepat. Hal tersebut dapat dilihat

dari hasil video kreasi siswa yang bagus dan kreatif. Terdapat kendala yaitu

terkadang guru merasa kesulitan dalam mempelajari cara mengoperasikan aplikasi

untuk menunjang pembelajaran. Oleh sebab itu guru memiliki strategi untuk

mengatasi kesulitan tersebut dengan senantiasa memperbaharui diri mengikuti

workshop multimedia serta belajar dari rekan kerja yang sudah ahli dalam

menggunakan aplikasi pembelajaran.131

c. Kemampuan Memecahkan Masalah dan Mengambil Keputusan

Berkaitan dengan kemampuan memecahkan masalah dan mengambil

keputusan dalam evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, guru menyatakan

bahwa guru merasa sudah cukup mahir dalam pembuatan soal-soal untuk siswa

bermuatan pemecahan masalah yang mengaitkan berbagai isu-isu aktual dengan

materi pembelajaran sejarah.132 Hal tersebut didukung dengan pernyataan Ibu

Wati bahwa evaluasi berbasis HOTS juga sangat baik untuk mengembangkan

kemampuan siswa dalam memecahkan permasalahan namun, dalam

implementasinya harus dilakukan secara bertahap supaya siswa tidak kaget serta

dapat memahami dengan optimal sehingga akan sangat bagus untuk

131 CL 5. 132 CL 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

80

mengembangkan kemampuan siswa dalam menganalisis dan memecahkan

permasalahan.133

Guru merasa puas apabila siswa dapat mengerjakan soal-soal pemecahan

masalah yang menuntut siswa mampu mengaitkan berbagai isu-isu aktual dengan

materi yang diajarkan.134 Itu artinya dalam kegiatan pembelajaran di kelas, siswa

mampu mengikuti dan memahami dengan baik materi yang disampaikan guru.

Hal tersebut didukung dengan pernyataan Ibu Ida bahwa dalam membuat soal

evaluasi lebih cenderung bersifat menganalisis, sehingga siswa tidak selalu

dituntut untuk menghafal tanggal, tempat kejadian atau nama tokoh sejarah. Akan

tetapi siswa lebih dituntut agar dapat mengkritisi suatu permasalahan untuk

kemudian dicari solusinya. Siswa tidak lagi dihadapkan pada persoalan seputar

nama pelaku sejarah beserta latar tempat dan waktunya tapi siswa harus mampu

menguaraikan analisisnya terkait permasalahan pada peristiwa masa itu sendiri.135

Guru berusaha untuk rutin memberikan penugasan berupa lembar diskusi

siswa yang memuat isu-isu aktual untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kompleks sehingga siswa dapat mengambil sikap dalam berbagai keadaan.136

Menurut Ibu Wati, dalam membuat soal evaluasi yang paling sering guru berikan

biasanya soal yang bersifat menuntut siswa untuk menganalisis, menelaah,

mencari solusi atau pemecahan masalah.137 Hal tersebut didukung oleh pernyataan

Ibu Ida dan Ibu Wati bahwa pentingnya evaluasi pelajaran sejarah berbasis HOTS

untuk mematahkan anggapan bahwa pelajaran sejarah itu tidak selalu hanya

133 CL 5. 134 CL 2. 135 CL 4. 136 CL 2. 137 CL 5.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

81

tentang hafalan tetapi harus dapat menganalisis dan menemukan solusi dari

permasalahan. Kemudian evaluasi HOTS juga berguna untuk mengetahui tingkat

pemahaman serta dapat mengarahkan siswa menjadi pribadi yang bijaksana dalam

kehidupan dan dapat menjadi bekal siswa untuk mempersiapkan masa depan.138

d. Kemampuan Mengaitkan Materi Dengan Pengetahuan Baru

Berkaitan dengan kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan

baru dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, guru

berpendapat bahwa banyak nilai-nilai kehidupan, warisan nenek moyang pada

zaman dulu sampai sekarang banyak yang masih diakui keberedaannya.139 Maka

dari itu perangkat pembelajaran yang telah guru siapkan bertujuan untuk

mendorong siswa agar mampu mengaitkan ilmu pengetahuan yang telah

dimilikinya dengan ilmu baru yang akan diperolehnya pada saat pembelajaran

berlangsung. Hal tersebut diperkuat dengan adanya pernyataan dari Ibu Wati

bahwa membiasakan siswa untuk berliterasi sejarah mampu mengembangkan

kemampuan siswa dalam mengaitkan materi dengan pengetahuan baru sehingga

siswa menjadi lebih kaya wawasan kesejarahannya.140

Sebagai tambahan Ibu Wati menuturkan bahwa, guru pernah memberi

tugas bersifat tidak terstruktur pada siswa dengan meminta mereka untuk berfoto

di depan museum untuk kemudian diunggah ke media sosial dengan ditambahkan

keterangan foto yang menjelaskan tentang obyek sejarah yang dikunjungi. Dari

situ siswa menjadi terlatih untuk merangkai kata dan mengaitkan materi pelajaran

138 CL 4, CL 5. 139 CL 2. 140 CL 5.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

82

yang telah didapatkan dari sekolah dengan informasi yang berisi pengetahuan

baru dari obyek sejarah yang mereka kunjungi.141

Di samping itu, menurut Ibu Ida dan Ibu Wati dalam hal mempersiapkan

segala macam perangkat pembelajaran termasuk perangkat evaluasi berbasis

HOTS dibanding dengan pembelajaran yang tidak memuat unsur HOTS sangat

berbeda dan cenderung lebih kompleks daripada non HOTS tapi guru tetap

mengupayakan untuk selalu menyusun perangkat pembelajaran dan evaluasi

HOTS secara komprehensif. Hal tersebut dibuktikan dengan kelengkapan

perangkat pembelajaran dan evaluasi berbasis HOTS yang disusun guru telah

meencakup rencana pelaksanaan pembelajaran, soal-soal serta kunci jawaban,

rubrik penilaian kognitif, rubrik penilaian afektif, rubrik penilaian psikomotorik,

daftar nilai.142

Guru selalu mempunyai ide atau gagasan untuk membuat siswa mampu

mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengetahuan yang baru

setelah membahas materi pelajaran.143 Di samping itu, guru berusaha mendorong

siswa untuk mengaitkan berbagai warisan nenek moyang misalnya kesenian pada

Kerajaan Islam yang eksistensinya masih diakui sampai saat ini. Hal tersebut

diperkuat dengan adanya pernyataan dari Ibu Ida bahwa pada implementasi

pembelajaran dan evaluasi berbasis HOTS, guru memberi soal yang bersifat lebih

kontekstual dengan mengaitkan materi dengan isu atau berita yang sedang hangat

jadi dapat mempermudah siswa memahami materi.144 Ketika guru memberikan

141 CL 5. 142 CL 14. 143 CL 2. 144 CL 4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

83

penjelasan kemudian ada siswa yang merasa belum jelas dan berani untuk

langsung bertanya, guru memberi jawaban pada siswa dengan memberikan

contoh dan mengkontekstualkan materi dengan isu atau berita yang sedang hangat

waktu itu.145

e. Kemampuan Mengkreasi Produk

Berkaitan dengan kemampuan mengkreasi produk dalam pelaksanaan

evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, guru menyatakan bahwa dalam

pendidikan abad 21 ini, guru terbiasa memberikan penugasan siswa untuk

membuat mengunggah foto atau video di media sosial yang berkaitan dengan

materi pelajaran.146 Hal itu didukung oleh pernyataan Ibu Ida yang

mengungkapkan bahwa siswa zaman sekarang rata-rata sudah mahir dalam

menggunakan gawai yang beteknologi mutakhir, oleh sebab itu sebagai guru tidak

boleh sampai ketinggalan atau kalah dengan siswa. Guru dituntut untuk terus

memperbaharui diri seiring waktu dan menciptakan pembelajaran yang optimal.147

Di samping itu, menurut penuturan Ibu Wati bahwa guru dalam

memberikan evaluasi berbasis HOTS berupa penugasan individu dapat beragam

tidak hanya menjawab latihan soal secara mandiri tapi juga siswa diminta untuk

membuat artikel sejarah yang berisi opini analisis mereka tentang suatu peristiwa

sejarah, membuat resensi buku novel sejarah dengan menggunakan kalimat

sendiri. Lalu untuk penugasan kelompok, misal tugas membuat makalah para

145 CL 1. 146 CL 2. 147 CL 4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

84

siswa harus mampu menjelaskan isi dari makalah yang mereka buat untuk

membuktikan orisinalitas karya mereka.148

Guru akan bertindak tegas dan akan menegur ketika siswa membuat karya

terkait penugasan dari hasil menjiplak karya orang lain di internet.149 Hal tersebut

bertujuan melatih mereka untuk menghindari plagiarisme serta menghargai hak

cipta atas karya orang lain. Oleh sebab itu guru selalu menekankan pada siswa

untuk jangan lupa menyertakan kredit sumber pada setiap mereka mengutip

tulisan orang lain meskipun telah mereka ubah dengan bahasa sendiri.

Dalam proses pembelajaran guru memberi arahan kepada siswa dalam

menggunakan berbagai aplikasi penunjang pembelajaran untuk mengasah

keahlian atau skill siswa. Hal itu didukung oleh pernyataan Ibu Ida yang

menyatakan bahwa evaluasi pembelajaran berbasis HOTS sangat penting untuk

mengukur tingkat pengetahuan siwa selama kegiatan belajar mengajar

berlangsung. Pada ranah psikomotorik, siswa menjadi lebih kreatif dan produktif

dalam membuat produk atau karya, misalnya : video, sejarah dari hasil kreasi

mereka sendiri.150

f. Kemampuan Berefleksi serta Mengaplikasikannya dalam Keseharian

Berkaitan dengan kemampuan berefleksi serta mengaplikasikannya dalam

keseharian dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, guru

memberikan tanggapan bahwa guru memaknai setiap nilai yang diperoleh dari

materi yang ajarkan maka guru berupaya mengajak siswa agar terbiasa

148 CL 5. 149 CL 2. 150 CL 4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

85

merefleksikan nilai dari pembelajaran untuk diterapkan dalam kehidupan.151 Ibu

Wati terkadang merasa masih sulit dalam membimbing siswa supaya mampu

merefleksikan nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran. Namun guru tetap

berupaya memotivasi dan mendorong siswa supaya dapat menganalisis suatu

kasus dengan kritis agar dapat menyelesaikan permasalahan untuk kemudian

dicari solusinya serta diambil nilai-nilai positifnya untuk direfleksikan.152

Ditambah menurut penuturan Ibu Wati, guru selalu menekankan pada

siswa untuk terbiasa berefleksi. Pembiasaan tersebut dilakukan oleh guru tidak

selalu pada saat akhir pelajaran tapi juga dapat di awal pelajaran, yang terpenting

setiap kegiatan pembelajaran siswa harus selalu diajak untuk mengambil nilai

positif dari materi yang sudah dipelajari bersama untuk diterapkan dalam

keseharian. Misal ada siswa yang pasif, guru berusaha untuk terus mendorong

siswa untuk merespon pertanyaan guru agar semua siswa dapat terbiasa

berpartisipasi dalam berefleksi.153

Sebagai contoh pada materi pertempuran di berbagai daerah untuk

mempertahankan kemerdekaan Indonesia dapat diambil nilai positifnya yaitu

sikap gigih, pantang menyerah dan kerjasama untuk dapat mempertahankan

segala sesuatu yang telah dicapai dalam hidup. Pada intinya di evaluasi

pembelajaran sejarah berbasis HOTS, siswa diajak untuk tidak hanya mempelajari

tentang “apa, siapa dan kapan” tapi juga lebih diarahkan untuk mampu memahami

“mengapa dan bagaimana” peristiwa sejarah itu terjadi.154

151 CL 2. 152 CL 5. 153 CL 5. 154 CL 5.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

86

Setelah proses pembelajaran guru lebih intens mengajak siswa untuk

merefleksikan nilai-nilai yang diperoleh pada pembelajaran agar dapat

diaplikasikan dalam keseharian. Hal tersebut menurut pernyataan guru bahwa

adanya evaluasi pembelajaran berbasis HOTS sangat penting, karena dengan

evaluasi berbasis HOTS mampu mengarahkan siswa untuk menjadi pribadi yang

mampu memposisikan diri di berbagai situasi serta mengambil hikmah untuk

dimaknai dalam hidup jika siswa terbiasa merefleksikan nilai-nilai yang didapat

dari masa lalu untuk bekal di masa depan.155

2. Persepsi Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS

Persepsi siswa terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS di

SMA Negeri 6 Yogyakarta Positif. Hal tersebut dipaparkan pada deskripsi hasil

penelitian yang dibagi ke dalam beberapa kategori yaitu kemampuan berpikir

kritis, kemampuan berpikir kreatif dan inovatif, kemampuan memecahkan

masalah dan mengambil keputusan, kemampuan mengaitkan materi dengan

pengetahuan baru, kemampuan mengkreasi produk, kemampuan berefleksi serta

mengaplikasikannya dalam keseharian. Indikator-indikator tersebut sebagai

berikut:

a. Kemampuan Berpikir Kritis

Mengenai kemampuan berpikir kritis dalam mengikuti pembelajaran

sejarah berbasis HOTS, sebagian besar siswa menuturkan bahwa mereka dalam

menyelesaikan tugas membuat kliping sejarah semakin tersadarkan akan

155 CL 5.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

87

pentingnya bertoleransi di dalam keberagaman.156 Ketika mengerjakan soal

evaluasi mengenai akulturasi kebudayaan kerajaan Hindu, Buddha serta Islam di

Indonesia, mayoritas siswa merasa semakin termotivasi untuk saling menghargai

adanya perbedaan. Hal tersebut didukung oleh pernyataan siswa bernama Rahil,

Arda, Naya dan Yasmina yang menyatakan bahwa mereka semakin memahami

adanya kemajemukan dalam kehidupan, dapat diambil contoh dari lingkungan

kelas sendiri sudah terdapat agama yang beragam namun mereka tetap saling

menghargai dan saling merangkul satu sama lain. Siswa mengatakan bahwa

mereka mengakui adanya perbedaan tetapi perbedaan tersebut bukan menjadi

penghalang dalam jalinan pertemanan di antara mereka.157

Dalam mengerjakan tugas untuk menguraikan contoh akulturasi Hindu,

Buddha dan Islam di Nusantara kebanyakan siswa merasa lebih senang mencari

tambahan referensi dari sumber media digital dan internet daripada harus

membaca media cetak.158 Hal ini dikuatkan dari hasil wawancara bersama seorang

siswa yaitu Martin yang mengatakan bahwa mencari tambahan sumber untuk

mengerjakan tugas dari guru yang benar-benar sesuai seringkali sulit ditemukan

dari media cetak seperti koran atau majalah. Akan tetapi Martin tetap mencari data

dari media cetak terlebih dahulu karena bagi Martin, sumber dari emdia cetak

dapat dipertanggungjawabkan keakuratannya kemudian untuk melengkapinya

menggunakan sumber dari internet.159

156 CL 3. 157 CL 6, CL 9, CL 10, CL 12. 158 CL 3. 159 CL 7.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

88

Di samping itu terdapat kendala yang dialami sebagian besar siswa

terlebih dalam memahami kalimat soal yang diberikan guru karena banyak

menggunakan kosa kata ilmiah. Hal tersebut sesuai dengan pengalaman beberapa

siswa yaitu Norman, Arda, Naya Satriya dan Fauzi yang mengatakan bahwa

dalam evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, materi yang dipelajari dirasa

terlalu banyak, rumit dan kosa kata yang sulit dipahami. Akan tetapi strategi yang

mereka gunakan adalah dengan cara mencatat penjelasan guru dan memahami inti

atau pokok materi terlebih dahulu, penjelasan selebihnya dapat dikembangkan

dengan bahasa siswa sendiri.160

b. Kemampuan Berpikir Kreatif dan Inovatif

Mengenai kemampuan berpikir kreaif dan inovatif pada proses evaluasi

pembelajaran sejarah berbasis HOTS, mayoritas siswa berpendapat bahwa

menjadi hal yang biasa saja bagi mereka ketika membuat tugas peta konsep

misalnya pada materi mengenai kesultanan Islam di Pulau Jawa karena dengan

mereka memahami kata kuncinya atau pokok materi, itu berarti sudah dapat

menjelaskan inti materi.161 Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapan beberapa

siswa yaitu Rahil, Norman, Arda, Satriya, Yasmina dan Fauzi bahwa dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran, beberapa siswa tersebut mengalami kendala

dalam memahami materi sejarah karena mereka merasa materi terlalu banyak dan

kompleks. Cara atau strategi yang siswa-siswa tersebut pilih adalah dengan

160 CL 8, CL 9, CL 11, CL 13. 161 CL 3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

89

membuat peta konsep dengan menggunakan rangkaian kalimat yang disusun

sendiri untuk memudahkan dalam memahami materi sejarah yang beragam. 162

Dikuatkan oleh pernyataan bahwa siswa merasakan tantangan lebih dengan

menggunakan penalaran dan kreatifitas sendiri daripada hanya sekadar

menghafalkan isi buku.163 Didukung pula dengan hasil observasi yang dilakukan

observer di kelas X MIPA 1 bahwa para siswa nampak sangat antusias

mendengarkan penjelasan dari guru dan banyak pula yang mencatat bagian-bagian

yang dianggap penting. Ada beberapa siswa yang berani untuk langsung bertanya

pada guru ketika mereka merasa kurang jelas dengan maksud penjelasan dari guru

lalu ada beberapa siswa yang berani menyampaikan pendapatnya setelah guru

membahas suatu kejadian.164

Dalam mempelajari materi menggunakan catatan yang diberikan guru atau

meringkas sendiri, sebagian siswa merasa senang menggaris bawahi bagian

penting materi karena isinya terlalu banyak sehingga memudahkan dalam

mengerjakan tugas dari guru. Hal itu menjadi kebiasaan yang rutin dilakukan oleh

beberapa siswa yaitu Martin dan Norman, mereka merasa terbantu dalam belajar

menjelang evaluasi jika catatan mereka sudah lengkap digaris bawahi pada

bagian-bagian penting sehingga, untuk memahami dan mengingat pokok materi

menjadi lebih mudah.165 Di sisi lain, untuk mendapatkan nilai tambah, Yasmina

162 CL 6, CL 8, CL 9, CL 11, CL 12, CL 13. 163 CL 6, CL 9. 164 CL 1. 165 CL 7, CL 8.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

90

berusaha mengumpulkan tugas lebih awal dari tempo waktu yang diberikan guru

namun dengan hasil pekerjaan yang dibuat dengan semaksimal mungkin.166

Ketika mendapat tugas presentasi, mayoritas siswa mempunyai inisiatif

untuk mencari video terkait materi yang akan dipresentasikan untuk ditayangkan,

mereka tidak khawatir meskipun akan mengundang banyak pertanyaan dari siswa

lain. Selain itu menurut Martin, ketika mendapat tugas yang jawabannya tidak ada

dalam buku catatan atau buku paket, siswa tersebut mempunyai inisiatif untuk

mencari informasi di internet nemun tetap dengan memperhatikan sumbernya.167

c. Kemampuan Memecahkan Masalah dan Mengambil Keputusan

Mengenai kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan

pada evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS terkhusus dalam

mengerjakan soal evaluasi, misalnya soal tentang terjadinya kepulauan Indonesia,

sebagian besar siswa menjadi tahu jika pelajaran sejarah berkaitan pula dengan

geografi.168 Hal itu karena kedua cabang ilmu tersebut merupakan rumpun ilmu

sosial. Meskipun siswa-siswa pada saat SMA tidak mendapat pelajaran geografi

karena memang jurusan MIPA, namun pada saat SMP mereka cukup mengerti

bahwa pelajaran sejarah ada kaitannya dengan geografi.

Di sisi lain, ketika mengerjakan soal penilaian harian tentang terbentuknya

kepulauan Indonesia, mayoritas siswa yakin dan percaya dengan jawaban sendiri

sehingga tidak ingin mencontek atau menggunakan jawaban teman yang dianggap

pintar. Rasa percaya diri pada Naya, Satriya dan Yasmina karena ia terbiasa

belajar dengan cara membaca lalu menulis ulang di catatan serta merangkum

166 CL 10. 167 CL 7. 168 CL 3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

91

dengan bahasa sendiri. Para siswa tersebut ingin melatih kejujuran mereka serta

untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka karena mereka lebih berorientasi

pada proses dan tidak begitu mempersoalkan tentang hasil yang akan mereka

dapat meski salah atau benar yang penting itu murni dari hasil pemikiran mereka

sendiri.169

Setelah mengerjakan tugas tentang sejarah yang berkaitan dengan

keberagaman bangsa, sebagian besar siswa merasa terpanggil untuk ikut menjaga

kekayaan alam Indonesia agar tidak diklaim bangsa lain.170 Hal tersebut didukung

dengan pernyataan Fauzi bahwa dengan tekun mempelajari pelajaran sejarah

Indonesia dapat menumbuhkan rasa nasionalismenya, terlebih menurutnya dengan

membaca hikayat, cerita sejarah tentang kerajaan-kerajaan besar Nusantara seperti

kerajaan Sriwijaya dan Majapahit membuat Fauzi merasa semakin takjub

sekaligus bangga memiliki warisan leluhur sehebat itu. Fauzi mengatakan bahwa

usaha untuk turut menjaga keutuhan negara, warisan budaya serta alam yang

dimiliki Indonesia dapat dengan mengikuti upacara dengan tertib, menonton

kesenian reog serta tidak membuang sampah sembarangan agar lingkungan tetap

nyaman.171

Di samping itu pula, ketika mendapat tugas membuat artikel sejarah,

mayoritas siswa memilih untuk membuat dengan hasil pemikiran mereka sendiri

dan tidak ingin menyalin artikel di internet meskipun dapat menghemat waktu.172

Hal tersebut didukung oleh pernyataan beberapa siswa yaitu Rahil, Norman,

169 CL 10, CL 11, CL 12. 170 CL 3. 171 CL 13. 172 CL 3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

92

Naya, Satriya dan Yasmina yang mengungkapkan bahwa mereka terbiasa

mengerjakan tugas jauh-jauh hari sebelum jatuh tempo waktu pengumpulan. Hal

tersebut mereka lakukan untuk mengantisipasi jika mereka merasa kesulitan

dalam mengerjakan tugas misal seperti membuat artikel tentang opini mereka

mengenai suatu materi sejarah, sehingga mereka tetap mengerjakan dengan baik

namun menggunakan hasil pemikiran sendiri.173

d. Kemampuan Mengaitkan Materi Dengan Pengetahuan Baru

Mengenai kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan baru dalam

setiap evaluasi yang dilakukan guru berbasis HOTS, sebagian besar siswa tidak

merasa kesulitan menjawab soal tentang bukti peninggalan Hindu dan Buddha di

Nusantara meskipun mereka ada yang belum pernah berkunjung ke candi

Prambanan dan Borobudur yang merupakan peninggalan kerajaan Hindu-

Buddha.174 Hal tersebut dikuatkan dengan penuturan dari beberapa siswa yaitu

Martin, dan Arda yang mengatakan bahwa belajar sejarah tidak selalu harus

dengan mengunjungi obyeknya akan tetapi dengan canggihnya teknologi zaman

sekarang semakin memudahkan mereka dalam mengakses informasi yang berguna

dalam menunjang pembelajaran khususnya sejarah. Dengan menonton video di

media youtube, mengakses situs wikipedia bagi mereka cukup membantu dalam

menambah wawasan sejarah misal peninggalan-peninggalan masa Hindu-

Buddha.175

Hal tersebut ditambahkan oleh pernyataan Rahil dan Yasmina bahwa

untuk menyiasati kesulitan dalam mengerjakan tugas berbasis HOTS, para siswa

173 CL 6, CL 8, CL 10, CL 11, CL 12. 174 CL 3. 175 CL 7, CL 9.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

93

tersebut berusaha untuk lebih rajin belajar dan membaca ulang materi yang masih

dianggap belum jelas, kalimat per kalimat mereka coba untuk pahami dengan

seksama bahkan jika ada kosa kata yang masih asing, mereka kemudian mencari

maksudnya melalui kamus besar bahasa Indonesia akan tetapi jika tidak bisa

menganalisis lebih lanjut, maka mereka menggunakan kreatifitas sendiri untuk

mensimulasikan soal dengan kehidupan di sekitar yang berkaitan.176

Selain itu pula ketika mendapat tugas untuk menuliskan karakteristik candi

Buddha dan Hindu, mayoritas siswa tidak keberatan apabila harus mengunjungi

langsung candi Sewu dan candi Prambanan agar hasil yang dikerjakan lebih

optimal.177 Kemudian untuk menghasilkan artikel ilmiah yang optimal tentang

bukti peninggalan masa Hindu dan Buddha di Nusantara, sebagian besar siswa

menyatakan kesanggupan mereka untuk melakukan penelitian dengan berkunjung

ke candi Prambanan dan candi Plaosan.178

e. Kemampuan Mengkreasi Produk

Mengenai kemampuan mengkreasi produk dalam evaluasi pembelajaran

sejarah berbasis HOTS, sebagian besar siswa merasa ketika mendapat tugas

untuk membuat video tentang materi kerajaan Hindu dan Buddha sangat penting

untuk menumbuhkan keterampilan mereka dalam menghadapi tantangan abad

21.179 Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Satriya dan Fauzi bahwa mereka

beberapa kali pernah mendapat penugasan kelompok untuk membuat video

sejarah.. Kendala yang siswa rasakan ketika awalnya siswa merasa terbebani dan

176 CL 6, CL 12. 177 CL 3. 178 CL 3. 179 CL 3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

94

kesulitan untuk dapat menghasilkan video konten sejarah yang baik agar hasil

video dapat optimal. Strategi atau cara yang siswa lakukan untuk dapat mengatasi

kendala tersebut adalah dengan berusaha belajar dari media sosial youtube tentang

cara merekam, mengambil gambar yang baik serta mengedit video dengan

aplikasi, antar siswa saling membantu agar video yang dihasilkan dapat maksimal.

Para siswa tersebut pergi ke beberapa museum dan keraton Yogyakarta untuk

mendokumentasikan video. Mereka saling bekerjasama untuk menghasilkan karya

yang optimal. Selama proses pengambilan video tersebut mereka merasa semakin

lebih mengerti tentang sejarah wilayah Yogyakarta yang mereka rasa masih

sedikit diajarkan di sekolah.180

Sebagian besar siswa merasa bangga ketika guru mengapresiasi kliping

yang siswa buat tentang peninggalan Hindu dan Buddha di Nusantara namun hal

tersebut tidak membuat mereka mudah berpuas diri dan merendahkan karya teman

lain. Di sisi lain, saat mendapat tugas untuk merangkum materi peninggalan

kerajaan Samudera Pasai, sebagian besar siswa berinisiatif untuk menyertakan

pula gambar yang mendukung penjelasan tersebut. Hal itu didukung oleh

pernyataan seorang siswa bahwa ketika mendapat tugas presentasi dan penugasan

dalam evaluasi berbasis HOTS, siswa tersebut merasa terdorong untuk

menjelaskan lebih dari materi serta memanfaatkan sarana teknologi untuk

menunjang presentasinya.181

180 CL 11, CL 13. 181 CL 11.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

95

f. Kemampuan Berefleksi serta Mengaplikasikannya dalam Keseharian

Mengenai kemampuan berefleksi serta mengaplikasikannya dalam

keseharian dalam evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, pada proses

menyelesaikan tugas peta konsep yang diberikan guru misal tentang akulturasi

budaya kesultanan Islam di Nusantara, sebagian besar siswa memperhatikan dan

tidak mengabaikan nilai moral yang termuat di dalam materi tersebut supaya dapat

diambil nilai positifnya.182 Hal itu didukung dengan pernyataan Martin, Arda dan

Naya yang mengungkapkan bahwa mereka telah terbiasa melakukan refleksi

belajar terhadap diri mereka sendiri, maka dari itu para siswa tersebut merasa

memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Siswa-siswa juga

menjadi mengerti cara belajar terbaik bagi dirinya sendiri serta memotivasi diri

untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Begitu pula bagi mereka belajar sejarah

penuh dengan nilai dan pesan moral yang baik untuk membuat mereka

berkembang dan mempelajari masa lalu untuk tidak mengulangi kesalahan atau

kegagalan yang sama di masa kini dan masa depan.183

Di tambah ketika mengerjakan soal evaluasi tentang akulturasi budaya

kesultanan Islam di Nusantara, mayoritas siswa menjadi lebih mengerti adanya

pluralisme dalam kehidupan sehari-hari namun mereka berupaya untuk tetap

saling menghargai meski dalam perbedaan.184 Di sisi lain, sebagian besar siswa

merasa semakin percaya diri ketika dapat menjawab pertanyaan lisan dari guru

dengan menggunakan rangkaian kalimat yang mereka susun sendiri.185 Hal

182 CL 3. 183 CL 7, CL 9, CL 10. 184 CL 3. 185 CL 3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

96

tersebut dikuatkan dengan pernyataan Naya bahwa ketika ia berani menajawab

pertanyaan dari guru secara spontan dan ternyata jawabannya benar, kemudian

ada perasaan senang dan ia menjadi termotivasi untuk lebih aktif dalam

berpartisipasi menjawab pertanyaan dari guru karena bagi dia terlepas dari benar

tidaknya jawaban yang ia berikan, Naya dapat berlatih untuk lebih percaya diri

berbicara di depan umum.186

C. Pembahasan

Penerapan evaluasi berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS),

memberikan pengalaman baru bagi guru dan tentu berbeda dengan hal yang sudah

didapatkan sebelumnya. Dari pengalaman yang diperoleh tersebut, guru dalam

pelaksanaan evaluasi pembelajaran kemudian memunculkan adanya persepsi.

Oleh karena pengalaman yang diperoleh setiap guru berbeda dengan pengalaman

guru yang lain maka persepsi yang didapatpun beragam dan tentu berbeda satu

dengan lain terkait dengan evaluasi pembelajaran berbasis HOTS.

Proses munculnya persepsi guru disebabkan objek yang diterima oleh

panca indera, diproses oleh syaraf sensorik dalam menyampaikan stimulus yang

ditangkap oleh panca indera tersebut. Selanjutnya stimulus tersebut pada akhirnya

akan membentuk persepsi. Pada penelitian ini, yang menajadi objek penelitian

adalah persepsi guru sejarah yang terbentuk dari pengalaman guru ketika

mengimplementasikan evaluasi pembelajaran berbasis HOTS.

Menurut Stephen P. Robbins, persepsi adalah suatu proses di mana

individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan sensori mereka untuk

186 CL 10.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

97

memberi arti pada lingkungan mereka.187 Proses evaluasi yang dilakukan oleh

guru sejarah dalam pembelajaran, misalnya dengan melakukan ujian lisan atau

kuis yang tentunya akan memberikan pengalaman dan pemahaman baru bagi

guru. Melalui pengalaman dan pemahaman kuis lisan yang dilakukan tersebut,

maka guru dapat membuat soal evaluasi yang sesuai dengan keadaan kelas dan

karakteristik siswa.

1. Persepsi Guru Terhadap Evaluasi Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS

a. Kemampuan Berpikir Kritis

Guru memberi tanggapan positif terkait evaluasi pembelajaran berbasis

HOTS, soal-soal yang dibuat guru dimaksudkan untuk membuat siswa mampu

memahami serta menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan materi serta mampu

mendorong siswa untuk berpikir lebih mendalam secara mandiri dan berpikir logis

dan kritis. Di samping itu, guru meyakini pula bahwa setiap evaluasi yang guru

berikan telah memuat indikator yang menuntut siswa untuk berpikir kritis. Akan

tetapi pada pelaksanaan evaluasi pembelajaran berbasis HOTS, harus dilakukan

secara bertahap supaya mampu meningkatkan pemahaman siswa dengan optimal.

Di sisi lain, dalam pembuatan soal, guru tidak selalu terpaku pada buku teks

(book oriented). Pada evaluasi pembelajaran berbasis HOTS, siswa tidak dituntut

untuk selalu menghafal materi tapi lebih ke menganalisis agar siswa mampu

berpikir kompleks, sehingga dapat mengeksplor penalarannya. Hal tersebut sesuai

dengan Frederico Mayor yang menyatakan perlunya perubahan atau transformasi

187 Jalaludin Rakhmat,op.cit., hlm. 50. 187 Stephen P Robbins,op.cit., hlm. 124.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

98

guna membangun segala aspek kehidupan yang lebih pada abad 21 yang memang

kewajiban dan pekerjaan rumah bagi setiap orang.188

Secara keseluruhan guru menyatakan bahwa implementasi evaluasi berbasis

HOTS sudah baik tapi tetap terdapat kendala yaitu penggunaan kosa kata ilmiah

dalam soal berbasis HOTS masih perlu perhatian ekstra agar siswa semakin

terbiasa ketika menjumpai kosa kata ilmiah dalam soal evaluasi. Oleh sebab itu

strategi yang lakukan adalah menjelaskan arti kosa kata yang masih asing serta

terus mengulang ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung agar siswa paham

dan tidak merasa asing lagi ketika kosa kata tersebut termuat dalam kalimat soal

evaluasi. Pembiasaan tersebut akan berguna untuk memudahkan siswa dalam

memahami inti soal ketika menghadapi evaluasi pembelajaran sejarah berbasis

HOTS

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Hatta Saputra bahwa di abad 21 ini,

untuk dapat bertahan dan unggul daripada yang lain harus dapat berdaya saing.

Oleh sebab itu, dalam hal ini peran pendidikan sangat berpengaruh guna

menghadapi tantangan abad 21 yang semakin nyata dirasakan masyarakat

global.189 Orang yang memiliki daya saing yang baik tentu sudah dibekali

pendidikan dan ilmu yang berkualitas pula. Orientasi pembelajaran kurikulum

2013 adalah untuk menghasilkan insan muda Indonesia yang unggul, kreatif,

inovatif dan produktif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), pengetahuan

(tahu apa) dan keterampilan (tahu bagaimana).

188 Hatta Saputra, op.cit., hlm. 25. 189 Ibid,. hlm. 58.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

99

b. Kemampuan Berpikir Kreatif dan Inovatif

Jenis evaluasi yang paling sering guru berikan pada siswa adalah membuat

peta konsep secara berkelompok. Oleh sebab itu, guru terbiasa untuk

mengarahkan siswa agar terlatih membuat peta konsep menggunakan software

aplikasi maupun manual supaya memudahkan siswa dalam memahami materi.

Hal di atas sejalan dengan pernyataan Petres, ketika seseorang sedang menerapkan

HOTS, ia perlu memeriksa asumsi dan nilai-nilai, mengevaluasi fakta dan menilai

kesimpulan.190

Guru menyadari bahwa evaluasi pembelajaran sejarah disesuaikan dengan

kurikulum 2013 agar mampu membangkitkan motivasi siswa untuk memiliki

kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Oleh sebab itu guru dituntut untuk lebih

kreatif dan memperluas wawasan. Guru memberi tugas siswa untuk membuat

video sejarah secara berkelompok karena pada pembelajaran abad 21 ini, guru

dituntut untuk mampu memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran salah

satunya dengan cara memanfaatkan media audio visual sebagai media

pembelajaran bagi siswa.

Terdapat kendala dalam evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS

yaitu terkAdang guru merasa kesulitan dalam mempelajari cara mengoperasikan

aplikasi sebagai media penunjang pembelajaran. Oleh sebab itu guru memiliki

strategi untuk mengatasi kesulitan tersebut dengan senantiasa memperbaharui diri

mengikuti workshop multimedia serta belajar dari rekan kerja yang sudah ahli

dalam menggunakan aplikasi pembelajaran.

190 Ridwan Abdullah Sani, op.cit., hlm. 3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

100

Hal tersebut sesuai dengan teori menurut Stufflebeam, evaluasi adalah

suatu usaha terencana dan terorganisir untuk mengumpulkan, menyusun dan

mengolah data yang memuat fakta dengan tujuan menarik garis besar mengenai

makna atau nilai guna serta prestasi suatu program dan kemudian dari hasil

tersebut dijadikan sarana penentuan pengambilan keputusan maupun perbaikan

kinerja suatu program.191

c. Kemampuan Memecahkan Masalah dan Mengambil Keputusan

Guru menyatakan bahwa guru merasa sudah terbiasa dalam pembuatan soal-

soal bermuatan pemecahan masalah yang mengaitkan berbagai isu-isu aktual

dengan materi pembelajaran sejarah. Guru beranggapan bahwa evaluasi berbasis

HOTS sangat baik untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan

permasalahan namun, dalam implementasinya harus dilakukan secara bertahap

agar dapat dipahami dengan optimal.

Di samping itu, guru merasa puas apabila siswa mampu mengerjakan soal-

soal pemecahan masalah serta cenderung bersifat menganalisis, sehingga siswa

tidak selalu dituntut untuk menghafal untuk kemudian dikritisi dan dicari

solusinya. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Hatta Saputra bahwa adanya

kesadaran bahwa perkembangan kehidupan dan IPTEK pada abad 21 mengalami

pergeseran aspek pokok dibanding dengan abad sebelumnya yang merupakan

abad otomasi, komputasi, informasi dan komunikasi.192

191 Aman, op.cit., hlm. 77. 192 Hatta Saputra, op.cit., hlm. 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

101

Pendidikan merupakan investasi penting untuk bekal hidup yang berguna

sampai kapanpun. Di samping itu, memiliki keterampilan dan berusaha

mengasahnya dapat menjadi pegangan yang berharga termasuk dalam menjalani

hidup di abad 21 ini. Di sisi lain, guru rutin memberikan penugasan berupa lembar

diskusi siswa yang memuat isu-isu aktual untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kompleks sehingga siswa dapat mengambil sikap dalam berbagai keadaan

serta dapat mengarahkan siswa menjadi pribadi yang bijaksana dalam kehidupan.

Upaya pembiasaan memberikan soal pemecahan masalah yang berorientasi

pada HOTS juga dapat meningkatkan tingkat keterampilan berpikir siswa jika

sebelumnya hanya sampai pada mengingat atau menghafal (remembering) dan

memahami (understanding) maka dengan pembiasaan evaluasi yang baru ini

diharapkan siswa mampu mencapai tahap mencipta (creating).

d. Kemampuan Mengaitkan Materi Dengan Pengetahuan Baru

Guru berpendapat bahwa banyak nilai-nilai kehidupan, warisan nenek

moyang pada zaman dulu sampai sekarang banyak yang masih diakui

keberedaannya. Maka dari itu perangkat pembelajaran yang telah guru siapkan

bertujuan untuk mendorong siswa agar mampu mengaitkan ilmu pengetahuan

yang telah dimilikinya dengan ilmu baru yang akan diperolehnya pada saat

pembelajaran berlangsung supaya dapat semakin menyadari pentingnya

melestarikan budaya leluhur. Pada implementasi pembelajaran dan evaluasi

berbasis HOTS, guru memberi soal yang bersifat lebih kontekstual dengan

mengaitkan materi dengan isu atau berita yang sedang hangat jadi dapat

mempermudah siswa memahami materi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

102

Hal tersebut diperkuat dengan teori menurut Tomei bahwa HOTS

sebenarnya mencakup transformasi informasi dan ide-ide. Transformasi ini terjadi

jika siswa mampu menganalisa, mensintesa (menggabungkan fakta dan ide),

menggeneralisasi kemudian menjelaskannya dan yang terakhir dapat membuat

kesimpulan atau menginterpretasikan informasi tersebut.193

e. Kemampuan Mengkreasi atau Mencipta Produk

Dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, guru

menyatakan bahwa dalam pendidikan abad 21 ini, guru terbiasa memberikan

penugasan siswa yang berkaitan dengan perkembangan teknologi seperti halnya

mengunggah foto atau video di media sosial yang berkaitan dengan materi

pelajaran. Secara tidak langsung penugasan tersebut juga dapat bermanfaat bagi

masyarakat yang melihat foto atau video terkait materi sejarah dari unggahan

siswa. Akan tetapi guru akan bertindak tegas dan menegur ketika siswa membuat

karya dari hasil menjiplak karya orang lain di internet tanpa mencantumkan

sumber, karena itu merupakan tindakan plagiarisme dan dilarang.

Di tambah guru juga mengarahkan siswa untuk terampil menggunakan

berbagai aplikasi penunjang pembelajaran untuk mengasah keahlian/skill siswa.

Hal itu akan berguna bagi siswa menghadapi revolusi industri 4.0 sekarang ini. Di

samping itu, penugasan untuk menghasilkan produk oleh siswa dikaji pada ranah

psikomotorik, siswa menjadi lebih kreatif dan produktif dalam membuat produk

atau karya, misalnya : video, sejarah dari hasil kreasi mereka sendiri.

193 Ridwan Abdullah Sani, op.cit., hlm. 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

103

Hal di atas didukung oleh teori Brookhart yang menyatakan bahwa indikator

untuk mengukur kemampuan analisis ialah fokus pada ide utama, menganalisis

argumen, serta membandingkan dan mengkontraskan. Indikator untuk mengukur

kemampuan evaluasi ialah kemampuan mengambil keputusan atau metode agar

sejalan dengan tujuan yang diinginkan. Indikator untuk mengukur kemampuan

kreasi ialah menyelesaikan soal dengan solusi lebih dari satu, merancang suatu

cara untuk menyelesaikan masalah, dan membuat sesuatu yang baru.194 Hal

tersebut karena guru memiliki peran sebagai fasilitator dalam peroses

pembelajaran dengan mengarahkan siswa untuk terus menggali potensi yang

dimiliki agar terus berkembang dan membimbing siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran.

f. Kemampuan Berefleksi serta Mengaplikasikannya dalam Keseharian

Guru memberikan tanggapan bahwa untuk memaknai setiap nilai yang diperoleh

dari materi yang diajarkan maka guru berupaya mengajak siswa agar terbiasa

merefleksikan nilai dari pembelajaran untuk diterapkan dalam kehidupan. Pada

kenyataannya terdapat kendala yang dirasakan guru dalam memotivasi siswa agar

terbiasa berefleksi, sebab banyak siswa belum sadar pentingnya refleksi. Maka

dari itu strategi yang dilakukan guru lakukan adalah mendorong siswa untuk rutin

menuliskan kesan dan pesan positif yang dapat diambil dari setiap kegiatan

pembelajaran melalui gambar, tulisan atau secara lisan.

Kebiasaan rutin berefleksi pada akhir pembelajaran atau evaluasi berbasis

HOTS mampu mengarahkan siswa untuk menjadi pribadi yang bijaksana dalam

194 Dian Kurniati, op.cit., hlm. 144.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

104

merefleksikan nilai-nilai yang didapat dari masa lalu untuk menjadi pijakan di

masa kini dan bekal di masa depan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

Refleksi menurut Tahir adalah suatu tindakan atau kegiatan untuk mengetahui

serta memahami apa yang terjadi sebelumnya, belum terjadi, dihasilkan apa yang

belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas dari suatu upaya atau tindakan yang

telah dilakukan.195

2. Persepsi Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS

a. Kemampuan Berpikir Kritis

Sebagian besar siswa menuturkan bahwa mereka dalam menyelesaikan

evaluasi baik penugasan maupun soal-soal penilaian, para siswa merasa semakin

sadar akan pentingnya bertoleransi di dalam keberagaman serta semakin

termotivasi untuk saling menghargai adanya perbedaan. Di samping itu, siswa-

siswa semakin menyadari pentingnya memilah informasi yang diterima dari media

cetak maupun media sosial agar tidak mudah terhasut dan termakan berita palsu.

Para siswa semakin memahami pentingnya kritik sumber dalam menerima suatu

berita.

Dalam mengerjakan tugas mayoritas siswa masa kini merasa lebih senang

mencari tambahan referensi dari sumber media digital dan internet daripada harus

membaca media cetak dengan alasan praktis dan lebih menghemat waktu. Akan

tetapi para siswa tetap membandingkan setiap berita yang diperoleh untuk

mengetahui kebenarannya. Terdapat kendala yang dialami sebagian besar siswa

terlebih dalam memahami kalimat soal yang diberikan guru karena banyak

195 Muhammad Tahir, op.cit., hlm. 93.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

105

menggunakan kosa kata ilmiah. Beberapa siswa merasa kesulitan dalam

mengikuti evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS karena materi yang

dipelajari dirasa terlalu banyak, rumit dan kosa kata yang sulit dipahami. Strategi

yang mereka gunakan adalah dengan cara mencatat penjelasan guru dan

memahami inti atau pokok materi terlebih dahulu, penjelasan selebihnya dapat

dikembangkan dengan bahasa siswa sendiri.

Hal tersebut dengan pendapat Hatta yang menyatakan bahwa Pendidikan

yang baik dapat membentuk masyarakat cerdas dalam mengolah informasi yang

ada, sehingga bisa menyerap yang baik dan yang tidak sesuai dengan khazanah

kultural kebangsaan akan disaring dan ditinggalkan.196 Seseorang yang terdidik

dan terbiasa berada di lingkungan yang mendukung pendidikannya dengan baik

akan memiliki perbedaan sudut pandang dan cara menjalani hidup berbeda dengan

mereka yang sebaliknya. Pendidikan merupakan investasi penting untuk bekal

hidup yang berguna sampai kapanpun. Di samping itu, memiliki keterampilan dan

berusaha mengasahnya dapat menjadi pegangan yang berharga termasuk dalam

menjalani hidup di abad 21 ini.

b. Kemampuan Berpikir Kreatif dan Inovatif

Mayoritas siswa berpendapat bahwa menjadi hal yang biasa saja bagi

mereka ketika membuat peta konsep mereka harus terlebih dahulu memahami

kata kuncinya, itu berarti sudah dapat menjelaskan inti materi supaya saaat

digunakan untuk bahan belajar menjadi lebih mudah dipahami. Pada saat

menghadapi evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, siswa merasa lebih

196 Hatta Saputra, op.cit., hlm. 23.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

106

tertantang untuk mengeksplor kemampuan berpikir dan kreatifitas sendiri

daripada hanya sekedar menghafalkan isi buku.

Ditambah pula saat mempelajari materi dari catatan yang diberikan guru

atau sebagian siswa merasa senang menggaris bawahi bagian penting materi

karena memudahkan dalam mengerjakan tugas dari guru. Di sisi lain, ketika

mendapat tugas presentasi secara berkelompok mayoritas siswa mempunyai

inisiatif untuk mencari video untuk ditampilkan terkait materi yang akan

dipresentasikan, mereka tidak khawatir meskipun akan mengundang banyak

pertanyaan dari siswa lain.

Dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, beberapa siswa tersebut

mengalami kendala dalam memahami materi sejarah karena mereka merasa materi

terlalu banyak dan kompleks. Cara atau strategi yang siswa-siswa tersebut pilih

adalah dengan membuat peta konsep dengan menggunakan rangkaian kalimat

yang disusun sendiri untuk memudahkan dalam memahami materi sejarah yang

banyak dan kompleks.

Hal dia atas sesuai dengan pendapat Elsa Bunga yang mengungkapkan

bahwa Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang harus dimiliki

siswa dalam belajar. Berpikir kreatif dapat mendorong siswa untuk menyebutkan

banyak ide dan contoh-contoh serta solusi penyelesaian yang berhubungan dengan

kehidupannya. Hal ini dikarenakan berpikir kreatif merupakan tahapan

bereksplorasi dan elemen penting dalam memecahkan masalah.197

197 Elsa Bunga, op.cit., hlm. 67.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

107

c. Kemampuan Memecahkan Masalah dan Mengambil Keputusan

Terkait kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan pada

evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS terkhusus dalam mengerjakan

soal evaluasi, sebagian besar siswa semakin mengetahui bahwa cabang ilmu sosial

itu ada bermacam-macam dan saling berkaitan. Di sisi lain, ketika mengerjakan

soal-soal evaluasi, mayoritas siswa percaya diri dengan jawaban sendiri sehingga

tidak ingin mencontek meskipun dengan teman yang dianggap lebih pintar.

Rasa percaya diri pada mayoritas siswa tumbuh karena siswa terbiasa

belajar dengan cara membaca lalu menulis ulang di catatan serta merangkum

dengan bahasa sendiri. Hal serupa juga berlaku ketika siswa mendapat tugas

membuat artikel sejarah, mayoritas siswa memilih untuk membuat dengan hasil

pemikiran mereka sendiri dan tidak ingin menyalin artikel di internet meskipun

dapat menghemat waktu. Di tambah setelah mengerjakan tugas tentang sejarah,

rasa nasionalisme siswa-siswa semakin tumbuh dan sadar pentingnya menjaga

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hal di atas sejalan dengan Penyempurnaan Kurikulum 2013 masih terus

dilaksanakan yang sejak tahun 2016 kemudian lebih dikenal dengan Kurikulum

Nasional. Pada Kurikulum Nasional, Standar Pendidikan diatur dalam Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 23 Tahun 2016. Pada

pelaksanaan Kurikulum Nasional, penilaian autentik memuat ruang lingkup yang

meliputi aspek sikap (afektif), aspek pengetahuan (kognitif), aspek keterampilan

(psikomotorik) dan disesuaikan jenis penilaian berdasarkan aspek yang dinilai.198

198 Ibid., hlm. 7.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

108

Tujuan evaluasi dalam pembelajaran untuk mengetahui keefektifan n

sistem pembelajaran melingkupi tujuan, materi, metode, sumber belajar, maupun

penilaian itu sendiri. Selain itu, betujuan untuk mengetahui pencapaian kegiatan

pembelajaran yang telah dilaksanakan berdasarkan informasi dan data yang

diperoleh, untuk selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam melaksanakan

kegiatan tindak lanjut atau melakukan pengambilan keputusan berikutnya.

d. Kemampuan Mengaitkan Materi Dengan Pengetahuan Baru

Dalam mengaitkan materi dengan pengetahuan baru, mayoritas siswa tidak

merasa kesulitan menjawab soal misal tentang materi bukti peninggalan Hindu

dan Buddha di Nusantara meskipun mereka belum pernah berkunjung ke candi

Prambanan dan Borobudur. Siswa memiliki cara untuk menyiasati kesulitan

dalam mengerjakan tugas berbasis HOTS, dengan berusaha untuk lebih rajin

belajar dan membaca, jika tidak bisa menganalisis lebih lanjut, maka siswa

tersebut menggunakan kreatifitas sendiri untuk mensimulasikan soal dengan

kehidupan di sekitar yang berkaitan.199

Selain itu pula ketika mendapat tugas untuk menuliskan karakteristik candi

Buddha dan Hindu, mayoritas siswa tidak keberatan apabila harus mengunjungi

langsung candi-candi peninggalannya agar lebih hasil yang dikerjakan lebih

optimal. Ditambah pula untuk menghasilkan artikel ilmiah yang optimal tentang

bukti peninggalan masa Hindu dan Buddha di Nusantara, sebagian besar siswa

bersedia dan sanggup untuk melakukan penelitian dengan berkunjung ke obyek

bersejarah terkait materi yang akan diteliti.

199 CL 3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

109

Hal di atas sesuai dengan pendapat Bela Wicasari yang menyatakan bahwa

pada dunia pendidikan, Corebina mengemukakan bahwa keterampilan berpikir

tingkat tinggi dapat diketahui dari kemampuan kognitif siswa pada tingkatan

analisis, sintesis, dan evaluasi.200 Saat ini siswa sangat dituntut untuk dapat

menganalisis, mensintesis, dan menyimpulkan informasi-informasi yang

didapatkan dengan kemampuan berpikir kritisnya, sehingga siswa mampu

membedakan antara informasi yang baik dan buruk, serta dapat mengambil

keputusan terhadap informasi yang didapatkannya melalui berpikir kritis.

e. Kemampuan Mengkreasi Produk

Terkait dengan kemampuan mengkreasi produk dalam evaluasi

pembelajaran sejarah berbasis HOTS, guru pernah beberapa kali memberikan

penugasan kelompok untuk membuat video sejarah. Oleh sebab itu sebagian besar

siswa merasa ketika mendapat tugas untuk membuat video tentang materi

kerajaan Hindu dan Buddha sangat penting untuk menumbuhkan keterampilan

mereka dalam menghadapi tantangan abad 21.

Sebagian besar siswa merasa bangga ketika guru mengapresiasi kliping

yang siswa buat namun hal tersebut tidak membuat mereka mudah berpuas diri

dan merendahkan karya teman lain. Di sisi lain, saat mendapat tugas untuk

merangkum misal materi peninggalan kerajaan Samudera Pasai, sebagian besar

siswa berinisiatif untuk menyertakan pula gambar untuk mendukung penjelasan

tersebut. Beberapa siswa terdorong untuk menjelaskan materi lebih mendetail

serta memanfaatkan sarana teknologi untuk menunjang presentasinya.

200 Bela Wicasari & Zeni Ernaningsih, op.cit., hlm. 250.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

110

Kendala yang siswa rasakan ketika awalnya siswa merasa terbebani dan

kesulitan untuk dapat menghasilkan video konten sejarah yang baik agar hasil

video dapat optimal. Strategi atau cara yang siswa lakukan untuk dapat mengatasi

kendala tersebut adalah dengan berusaha belajar dari media sosial youtube tentang

cara merekam, mengambil gambar yang baik serta mengedit video dengan

aplikasi, antar siswa saling membantu agar video yang dihasilkan dapat maksimal.

Hal diatas sejalan dengan teori Lewis dan Smith yang mengemukakan

bahwa, keterampilan berpikir tingkat tinggi akan terjadi jika seseorang memiliki

informasi yang disimpan dalam ingatan dan memperoleh informasi baru lalu

menghubungan dan mengembangkan informasi tersebut untuk mencapai tujuan

atau memperoleh solusi ketika dalam situasi yang rumit.201

f. Kemampuan Berefleksi serta Mengaplikasikannya dalam Keseharian

Terkait dengan kemampuan kemampuan berefleksi serta

mengaplikasikannya dalam keseharian dalam evaluasi pembelajaran sejarah

berbasis HOTS, pada proses menyelesaikan tugas peta konsep yang diberikan

guru misal tentang akulturasi budaya kesultanan Islam di Nusantara, sebagian

besar siswa memperhatikan dan tidak mengabaikan nilai moral yang termuat di

dalam materi tersebut supaya dapat diambil nilai positifnya.

Di tambah ketika mengerjakan soal evaluasi sejarah berbasis HOTS misal

tentang akulturasi budaya kesultanan Islam di Nusantara, mayoritas siswa

menjadi lebih mengerti adanya keberagaman dan sadar pentingnya bertoleransi.

Sebagian besar siswa merasa semakin percaya diri ketika dapat menjawab

201 Ridwan Abdullah Sani, op.cit., hlm. 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

111

pertanyaan lisan dari guru dengan menggunakan rangkaian kalimat yang mereka

susun sendiri. Siswa menjadi dapat berpikir dengan bijaksana karena terbiasa

merefleksikan nilai-nilai yang didapat dalam pembelajaran.

Hal di atas sesuai dengan pendapat Paul Suparno mengenai

kebermanfaatan refleksi yaitu melalui refleksi siswa dibantu untuk menggali

pengalaman sedalam-dalamnya dan mengambil makna bagi hidup pribadi, hidup

bersama, dan hidup kemasyarakatan. Pembiasaan refleksi juga membantu siswa

untuk melihat secara mendalam makna dan nilai dari bahan yang dipelajari

sehingga memunculkan aksi atau perbuatan serta membentuk suara hati sebagai

proses formatif untuk melihat hal baik dan buruk dalam menghadapi persoalan.202

202 Paul Suparno, op.cit., hlm. 5.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

113

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Dengan adanya perkembangan dalam pendidikan khususnya pada evaluasi

pembelajaran sejarah yang berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS), guru

memiliki persepsi positif. Hal tersebut diuraikan sebagai berikut.

a. Terkait kemampuan berpikir kritis, guru berperan sebagai fasilitator yang

mengarahkan siswa untuk dapat berpikir kritis, mandiri dan mendalam.

Terdapat kendala dalam evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS seperti

penggunaan kosa kata ilmiah dalam soal sejarah berbasis HOTS yang dianggap

sulit dan asing oleh siswa. Strategi yang dilakukan guru dengan menjelaskan

arti kosa kata ilmiah dan mengulangnya agar memudahkan siswa dalam

memahami inti soal ketika menghadapi evaluasi pembelajaran sejarah berbasis

HOTS.

b. Terkait kemampuan berpikir kreatif, supaya mampu membangkitkan motivasi

siswa, guru merasa semakin dituntut untuk selalu memperbaharui diri dalam

menciptakan pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa

untuk berani mengeksplor dan mencoba suatu hal positif yang baru. Terdapat

kendala yaitu terkadang guru merasa kesulitan dalam mempelajari cara

mengoperasikan aplikasi media penunjang pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

114

Strategi yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan tersebut dengan

senantiasa memperbaharui diri mengikuti workshop multimedia serta belajar

dari rekan kerja yang sudah ahli dalam menggunakan aplikasi pembelajaran.

c. Terkait kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan, pada

evaluasi berbasis HOTS guru berupaya menyusun soal evaluasi yang bertujuan

mengembangkan kemampuan siswa memecahkan permasalahan pembelajaran

untuk mengambil keputusan namun, dalam implementasinya harus dilakukan

secara bertahap agar dapat dipahami dengan optimal.

d. Terkait kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan baru pada

implementasi evaluasi pembelajaran berbasis HOTS, guru memberi soal yang

bersifat kontekstual dengan mengaitkan materi dengan berita yang sedang

terjadi di kehidupan nyata agar siswa dapat lebih mudah memahami materi.

e. Terkait kemampuan mengkreasi produk, penugasan yang menuntut siswa

untuk menghasilkan produk oleh siswa dikaji pada ranah psikomotorik, mampu

meningkatkan kreativitas dan produktivitas siswa dalam membuat produk atau

karya. Pada abad 21 ini, guru semakin dituntut untuk menciptakan

pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan skill siswa agar mampu

bersaing di era digital.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

115

f. Terkait kemampuan berefleksi untuk diaplikasikan dalam keseharian, refleksi

bermanfaat untuk membantu siswa memaknai pengalaman yang telah diperoleh

serta dapat menjadikan siswa berpikir lebih bijaksana dalam menyikapi suatu

permasalahan dalam hidup keseharian. Terdapat kendala yang dirasakan guru

dalam membiasakan siswa untuk berefleksi, sebab banyak siswa belum sadar

pentingnya refleksi. Maka dari itu strategi yang dilakukan guru lakukan adalah

mendorong siswa untuk rutin menuliskan kesan dan pesan positif yang dapat

diambil dari setiap kegiatan pembelajaran melalui gambar, tulisan atau secara

lisan.

2. Dalam mengikuti evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, siswa-siswa

memiliki persepsi positif, hasil tersebut ditunjukkan dari uraian sebagai

berikut.

a. Segi kemampuan berpikir kritis, siswa merasa jenis evaluasi yang diberikan

guru tidak selalu hanya bersifat hafalan sehingga dapat meningkatkan

pemahaman siswa dalam berpikir kritis Terdapat kendala yang dialami

sebagian besar siswa terlebih dalam memahami kalimat soal yang diberikan

guru karena banyak menggunakan kosa kata ilmiah. Beberapa siswa merasa

kesulitan dalam mengikuti evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS

karena materi yang dipelajari dirasa terlalu banyak, rumit dan kosa kata yang

sulit dipahami. Strategi yang mereka gunakan adalah dengan cara mencatat

penjelasan guru dan memahami inti atau pokok materi terlebih dahulu,

kemudian dikembangkan dengan bahasa siswa sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

116

b. Segi kemampuan berpikir kreatif, kreativitas dan kemampuan berinovasi siswa

meningkat sebab terbiasa mengerjakan soal yang bersifat menganalisis. Dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran, beberapa siswa tersebut mengalami kendala

dalam memahami materi sejarah karena mereka merasa materi terlalu banyak

dan kompleks. Cara atau strategi yang siswa-siswa tersebut pilih adalah dengan

membuat peta konsep dengan menggunakan rangkaian kalimat yang disusun

sendiri untuk memudahkan dalam memahami materi sejarah yang banyak dan

kompleks.

c. Segi kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan, dengan

terbiasa mengerjakan soal analisis dan berdiskusi kelompok, kemampuan

dalam memecahkan permasalahan pada siswa semakin terlatih, sehingga

membantu siswa untuk mengambil keputusan. Di samping itu, pada saat

mengerjakan soal-soal evaluasi, banyak siswa mengaku percaya diri dengan

jawaban sendiri sehingga tidak berminat untuk mencontek meskipun dengan

teman yang dianggap lebih pintar. Rasa percaya diri pada banyak siswa

tersebut tumbuh karena mereka terbiasa belajar mandiri dengan cara membaca

terlebih dahulu kemudian merangkumnya dengan bahasa sendiri

d. Segi kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan baru, dalam

menghadapi evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, siswa dituntut

untuk lebih rajin membaca dan memahami inti materi. Oleh sebab itu dengan

rajin membaca materi dari berbagai sumber dapat mengembangkan

kemampuan siswa dalam mengaitkan materi dengan pengetahuan baru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

117

e. Segi kemampuan mengkreasi produk, pada pendidikan abad 21, siswa dituntut

untuk memiliki keahlian atau skill agar dapat bersaing di era global. Kendala

yang siswa rasakan awalnya siswa merasa terbebani untuk dapat menghasilkan

video konten sejarah yang baik agar hasil video dapat optimal. Strategi yang

siswa lakukan untuk dapat mengatasi kendala tersebut adalah dengan berusaha

belajar dari media sosial youtube tentang cara merekam, mengambil gambar

yang baik serta mengedit video dengan aplikasi, antar siswa saling membantu

agar video yang dihasilkan dapat maksimal.

f. Segi kemampuan berefleksi untuk diaplikasikan dalam keseharian, pada

evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, siswa berusaha membiasakan

diri untuk merefleksikan nilai-nilai positif yang diperoleh pada setiap

pembelajaran secara lisan, tertulis maupun gambar. Refleksi dapat menjadikan

siswa lebih bijaksana menyikapi suatu hal. Siswa menyadari bahwa motivasi

dalam diri sendiri penting untuk mendorong siswa lebih giat dalam belajar agar

ketika menghadapi evaluasi pembelajaran berbasis HOTS dapat menghasilkan

hasil yang optimal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

118

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai

berikut:

1. Bagi Universitas Sanata Dharma khususnya program studi Pendidikan Sejarah

berkesempatan untuk mengadakan penyuluhan atau seminar mengenai

pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS).

2. Bagi sekolah diharapkan untuk menyelenggarakan pelatihan atau workshop

penyusunan soal berbasis HOTS untuk melengkapi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan yang bermuatan HOTS.

3. Bagi guru pelajaran sejarah diharapkan supaya senantiasa memperbaharui diri

dengan memperluas wawasan melalui rutin mengikuti pelatihan dan seminar

agar semakin meningkat pemahaman terkait evaluasi pembelajaran berbasis

HOTS.

4. Bagi Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lanjutan terkait evaluasi

pembelajaran sejarah berbasis HOTS yang belum pernah diteliti sebelumnya.

5. Bagi siswa diharapkan mampu meningkatkan keterampilan berpikir tingkat

tinggi dalam mengikuti evaluasi berbasis HOTS serta mampu merefleksikan

nilai-nilai positif yang didapat untuk diaplikasikan dalam keseharian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

119

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Abdul Majid dan Chaerul Saleh. 2014. Pendekatan Ilmiah dalam Implementasi

Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Afrizal. 2015. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo.

Aman. 2009. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Penerbit

Ombak.

Anderson, L.W dan Krathwohl, D.R. 2010. Kerangka Landasan untuk

Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan

Bloom). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Andi Prastowo. 2014. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan

Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Beni Ambarjaya. 2009. Model-Model Pembelajaran Kreatif. Bogor: Tim Kreatif

Regina.

Bimo Walgito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Chairul Anwar. 2017. Teori-Teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer.

Yogyakarta: IRCiSoD.

Daryanto dan Syaiful Karim, 2017. Pembelajaran Abad 21. Yogyakarta: Gava

Media.

Garvey, Brian dan Krug, Mary. 2015. Model-Model Pembelajaran Sejarah.

Yogyakarta: Ombak.

Hamid Darmadi. 2014. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial: Teori Konsep

Dasar dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.

Haris Herdiansyah. 2012. Metode Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.

Jakarta: Salemba Humanika.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

120

Hatta Saputra. 2016. Pengembangan Mutu Pendidikan Dalam Era Global.

Bandung:CV.Smile’s Indonesia Institute.

Hendra Kurniawan. 2018. Kajian Kurikulum dan Bahan Ajar Sejarah SMA

Menurut Kurikulum 2013. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.

Heri Susanto. 2014. Seputar Pembelajaran Sejarah (Isu, Gagasan dan Strategi

Pembelajaran). Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. 2008. Metodologi Penelitian Sosial

(Edisi Kedua). Jakarta: Bumi Aksara.

Ida Farida. 2017. Evaluasi Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum Nasional.

Bandung,: PT Remaja Rosdakarya

Imam Gunawan. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik. Jakarta: PT

Bumiaksara.

Jalaludin Rakhmat. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Kokom Komalasari. 2011. Pembelajaran kontekstual. Bandung: Refika Aditama.

Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Miles Matthew, Huberman Michael. 1992. (Penerjemah: Tjetjep Rohendi Rohidi).

Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Muhammad Tahir. 2011. Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan.

Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.

Oemar Hamalik. 2008. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2008

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 69 tahun

2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah

Atas/Madrasah Aliyah

Rahman Hamid dan Muhammad Saleh. 2011. Pengantar Ilmu Sejarah.

Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Ridwan Abdullah Sani. 2019. Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order

Thinking Skills). Tangerang: Tira Smart.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

121

Robbins, Stephen. 2002. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi (cetakan ke 5).

Jakarta: Erlangga.

Rulam Ahmadi. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media.

Septy Yustyan,et al. 2015. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan

Pembelajaran Berbasis Scientific Approach Siswa Kelas X SMA Panjura

Malang. Jurnal Biologi Indonesia Vol.1 No. 4.

Sugiyono. 2012. Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

_______. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

_______. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RnD. Bandung:

Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

_______. 2014. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukardi. 2012. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi

Aksara.

Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. 2006. Jakarta: Kencana Prenada Media.

_______. 2013. Penelitian Pendidikan (Jenis, Metode dan Prosedur). Jakarta:

Kencana Prenada Media Grup.

Winkel, 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Pembelajaran, Jakarta: PT

Gramedia.

Zainal Arifin. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

JURNAL:

Bela Wicasari & Zeni Ernaningsih. 2016. Analisis Kemampuan Berpikir Siswa

dalam Menyelesaikan Permasalahan Matematika yang Berorientasi pada

HOTS. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Reforming Pedagogy.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Dian Kurniati. 2016. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMP Di

Kabupaten Jember Dalam Menyelesaikan Soal Berstandar PISA. Jurnal

Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Vol. 20 No. 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

122

Elsa Bunga, et al. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dan

Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir

Kreatif Pada Materi Sistem Pencernaan Makanan Di SMA Negeri 1 Muara

Batu Kabupaten Aceh Utara. Jurnal Pendidikan.Vol. 5 No 4.

Suparno, Paul. 2017. Prinsip-Prinsip Pedagogi Ignatian dan Pengalaman

Implementasi, Visi, Misi, Nilai Dasar Dan PPI dalam Pembelajaran Jurnal

Repository USD dalam Lokakarya Pengembangan Model-Model

Pembelajaran Berbasis Pedagogi Ignatian, Yogyakarta:Universitas Sanata

Dharma.

SKRIPSI

Dyadara Eva Hermawati. 2018. Implementasi Model Pembelajaran Blended

Learning dalam Pembelajaran Matematika terhadap Higher Order

Thinking Skill (HOTS) dan Keaktifan Belajar Siswa Kelas VII B SMP

Negeri 2 Bangsri pada Materi Penyajian Data Tahun Pelajaran 2017/2018.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Skripsi tidak diterbitkan.

Fitria Ratna Sari. 2017. Penerapan Model Pembelajaraan Inkuiri Untuk

Meningkatkan Higher Order Thinking Skill Peserta Didik Di SMA

Muhammadiyah 2 Bandar Lampung. Lampung: Universitas Islam Negeri

Raden Intan. Skripsi tidak diterbitkan.

Nur Astuti Puspaningtyas. 2018. Peningkatan Higher Order Thinking Skill

(HOTS) Melalui Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir

(SPPKB) Pada Pembelajaran Ekonomi pada Kelas X SMK Muhammadiyah

1 Wates. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi tidak

diterbitkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

123

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

124

LAMPIRAN 1

CATATAN LAPANGAN 1

INSTRUMEN OBSERVASI

Sekolah : SMA Negeri 6 Yogyakarta

Kelas : X MIPA 1

Jam ke : 5-6

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia (Wajib)

Guru Mapel : Wahyu Ida Permata Sari, S.Pd.

Observer : Theresia Apri Lindawati

Hari, Tanggal : Kamis, 11 April 2019

A. AKTIVITAS GURU DI KELAS

PETUNJUK:

1. Amati aktivitas guru di kelas dalam melakukan interaksi belajar mengajar!

2. Berilah tanda √ yang sesuai dengan sesuai dengan keadaan yang Anda amati!

No ASPEK YANG DIAMTI YA TIDAK

A MEMBUKA PEMBELAJARAN

1. Melakukan kegiatan apersepsi

2. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai

dan rencana kegiatannya

B KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN

1. Mendorong siswa memproses materi

pembelajaran untuk menumbuhkan kempampuan

metakognitif

2. Menggunakan pendekatan atau strategi

pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang

akan dicapai

3. Mengakomodasi kemampuan tingkat tinggi siswa

4. Menggunakan media yang dapat merangsang

siswa untuk berpikir tingkat tinggi

5. Memfasilitasi tanya jawab interaktif secara kritis

dan logis

6. Melakukan penilaian yang berbasis HOTS

C PENUTUP

1. Melakukan refleksi pembelajaran dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

125

melibatkan siswa

2. Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa

3. Melakukan refleksi pembelajaran dengan

mengarahkan siswa untuk mengaitkan nilai-nilai

yang didapat untuk diaplikasi dalam keseharian

4. Memberikan arahan, kegiatan atau tugas sebagai

remidial

5. Memberikan arahan, kegiatan atau tugas sebagai

bagian pengayaan

B. AKTIVITAS KELAS DI KELAS

NO BUTIR-BUTIR SASARAN YA TIDAK

1 Siswa antusias mengikuti proses pembelajaran

sejarah

2 Siswa mengekspresikan kemampuan metakognitifnya

dalam pembelajaran

3 Siswa menanggapi pembelajaran dengan kritis dan

logis

4 Siswa terlibat dalam memanfaatkan media

pembelajaran untuk menumbuhkan kemampuan

berpikir tingkat tingginya

5 Siswa menandai/menulis hal-hal penting

6 Siswa terlibat dalam aktivitas tanya jawab secara

kritis dan logis

7 Siswa berpartisipasi secara aktif dalam diskusi

8 Siswa menunjukan kreativitas dalam memecahkan

masalah terkait dengan materi pembelajaran

9 Siswa antusias menanggapi tugas yang diberikan

oleh guru

10 Pada akhir pembelajaran siswa berefleksi

dengan mengaitkan nilai-nilai yang didapat untuk

diaplikasi dalam keseharian

C. ANEKDOT

Ketika observer masuk kelas X MIPA 1 untuk malakukan observasi pertama

kali, kegiatan pembelajaran yang berlangsung adalah presentasi yang dilakukan

siswa secara berkelompok. Kelompok yang presentasi terlihat sudah

mempersiapkan materi dengan baik dibuktikan dengan cara penyampaian

jawaban yang tidak terpakau pada PPT. Ketika sesi tanya jawab berlangsung,

kelas sangatr aktif serta siswa banyak yang berpartisipasi untuk bertanya dan

membantu kelompok yang presentasi ketika kesulitan menjawab pertanyaan dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

126

teman lain. Pertanyaan yang ditujukan pada kelompok rata-rata sudah

menggunakan bahasa baku yang tertata rapi sehingga mudah dipahami kelompok

yang presentasi. Penguasaan materi oleh kelompok yang presentasi terlihat sangat

baik dibuktikan dengan cepatnya mereka menjawab pertanyaan secara bergantian

secara jelas. Ketika presentasi selesai, guru kemudian memberi penguatan dan

melanjutan menyampaikan materi. Siswa nampak sangat antusias mendengarkan

penjelasan dari guru dan banyak pula yang mencatat. Ada beberapa siswa yang

berani untuk langsung bertanya pada guru ketika mereka merasa kurang jelas

dengan maksud penjelasan dari guru. Dalam memberi jawaban pada siswa, guru

memberikan contoh dan mengkontekstualkan materi dengan isu atau berita yang

sedang hangat waktu itu.

Pada saat pembelajaran, guru telah menerapkan model atau metode yang

telah ditetapkannya dalam RPP. Biasanya guru dominan menggunakan metode

ceramah. Bukan berarti guru tidak boleh ceramah, karena ceramah tidak dapat

dihindari dalam pembelajaran. Akan tetapi ketika observasi, observer mengamati

bahwa guru menggunakan model dan metode yang lebih variatif, mengarah

kepada pembelajaran yang, kreatif dan inovatif, membangun keterampilan

berpikir kritis, pemecahan masalah, mengarahkan kemampuan untuk

menghasilkan karya dan membiasakan untuk berefleksi. Hal tersebut ditunjukkan

dengan tingginya antuasiasme siswa dalam bertanya dan berpartipasi menjawab

pertanyaan dari guru dengan tata bahasa yang padat,jelas dan tidak menyimpang

dari materi.

Observer

Theresia Apri Lindawati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

127

LAMPIRAN 2

LEMBAR KUESIONER GURU

A. Data Responden

Mohon Bapak/Ibu bersedia mengisi data diri secara lengkap

Nama :

B. Pengantar

Dalam kuesioner ini peneliti memohon kesediaan Bapak/Ibu Guru selaku

pengampu mata pelajaran sejarah untuk dapat mengisi jawaban secara jujur.

Kuesioner ini merupakan bagian dari instrumen pengumpul data yang dibutuhkan

peneliti. Kesediaan Bapak/Ibu guru dalam mengisi kuesioner ini sangat berarti

bagi peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. Atas ketersediaan Bapak/Ibu

guru, peneliti mengucapkan terima kasih.

C. Petunjuk Pengisian

1. Mohon Bapak/Ibu guru untuk membaca seluruh pernyataan dan memilih salah

satu jawaban sesuai dengan penilaian Bapak/Ibu.

2. Mohon Bapak/Ibu untuk memberi tanda check list (√) pada butir-butir

pernyataan berikut ini sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

3. Sebelum Bapak/Ibu mengembalikan lembar kuesioner kepada peneliti, mohon

bapak/Ibu memeriksa kembali kuesioner, apakah semua pertanyaan telah

dijawab.

NO PERNYATAAN SS S TS STS

1 Soal-soal yang saya berikan kepada siswa

mengenai teori-teori masuknya agama Hindu,

Buddha dan Islam di Indonesia membuat

siswa mampu memahami serta menganalisis

hal-hal yang berkaitan dengan proses

masuknya agama Hindu Buddha

2 Evaluasi/soal-soal yang saya berikan sudah

memuat indikator yang menuntut siswa untuk

berpikir kritis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

128

3 Untuk mempelajari perkembangan kehidupan

masyarakat, pemerintahan, dan budaya, pada

masa Kerajaan Hindu, Buddha, dan Islam

saya mengarahkan siswa untuk membuat peta

konsep menggunakan software aplikasi

maupun manual

4 Saya sadar bahwa pembelajaran sejarah yang

sesuai dengan kurikulum 2013 revisi harus

mampu membangkitkan semangat siswa

untuk memiliki kemampuan berpikir kreatif

dan inovatif untuk dijadikan bekal di masa

depan

5 Saya kurang mendalami tentang penyajian

soal-soal untuk siswa bermuatan pemecahan

masalah yang mengaitkan berbagai isu-isu

aktual dengan materi pembelajaran sejarah

6 Dalam pendidikan abad 21 ini, saya terbiasa

memberikan penugasan siswa untuk membuat

mengunggah foto atau video di media sosial

yang berkaitan dengan materi pelajaran

7 Saya memaknai setiap nilai yang diperoleh

dari materi yang saya ajarkan karena itu saya

mengajak siswa agar terbiasa merefleksikan

nilai dari pembelajaran untuk diterapkan

dalam kehidupan

8 Kejayaan Mataram Islam masih dirasakan

sampai saat ini. Maka perangkat pembelajaran

yang saya siapkan mampu mendorong siswa

untuk mengaitkan ilmu pengetahuan yang

telah dimilikinya dengan ilmu baru yang akan

diperolehnya pada saat pembelajaran

berlangsung

9 Saya merasa ragu untuk memberikan soal-

soal penilaian harian yang menuntut siswa

berpikir kritis dan logis

10 Saya menganggap wajar apabila dalam

diskusi siswa enggan menuliskan hal-hal

penting mengenai topik yang sedang

dipresentasikan serta kurang mampu

mengajukan pertanyaan yang relevan

11 Saya merasa puas apabila siswa dapat

mengerjakan soal-soal pemecahan masalah

yang menuntut siswa mampu mengaitkan

berbagai isu-isu aktual dengan materi yang

diajarkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

129

12 Saya merasa kekurangan ide untuk membuat

siswa mampu mengaitkan pengetahuan yang

telah dimiliki dengan pengetahuan yang baru

setelah membahas materi pelajaran

13 Saya memaklumi ketika siswa membuat karya

dari hasil menjiplak karya orang lain di

internet

14 Saya masih kesulitan dalam membimbing

siswa supaya mampu merefleksikan nilai-nilai

yang terkandung dalam pembelajaran

15 Evaluasi/soal-soal yang akan saya berikan

kepada siswa selalu terpaku pada buku teks

(book oriented)

16 Pembelajaran abad 21 menuntut saya untuk

memanfaatkan teknologi dalam proses

pembelajaran salah satunya dengan cara

memanfaatkan media audiovisual sebagai

media pembelajaran bagi siswa

17 Saya akan memberikan penugasan berupa

lembar diskusi siswa yang memuat isu-isu

aktual untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kompleks sehingga siswa dapat

mengambil sikap dalam berbagai keadaan.

18 Saya akan mendorong siswa untuk

mengaitkan berbagai kesenian pada Kerajaan

Islam yang eksistensinya masih diakui sampai

saat ini

19 Dalam proses pembelajaran saya memberi

arahan kepada siswa dalam menggunakan

berbagai aplikasi penunjang pembelajaran

untuk menambah keahlian/skill siswa

20 Setelah proses pembelajaran saya akan lebih

intens mengajak siswa untuk merefleksikan

nilai-nilai yang diperoleh pada pembelajaran

agar dapat diaplikasikan dalam keseharian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

130

LAMPIRAN 3

LEMBAR KUESIONER SISWA

A. Data Responden

Tulislah data identitas Anda secara lengkap.

1. Nama :

2. Kelas :

3. No.HP :

B. Pengantar

Dalam kuesioner ini Anda diminta untuk dapat mengisi jawaban secara jujur.

Adapun jawaban Anda tidak akan berpengaruh terhadap nilai apapun dan

kerahasiaannya terjamin. Kuesioner ini merupakan bagian dari instrumen

pengumpul data yang dibutuhkan peneliti. Kesediaan Anda dalam mengisi

kuesioner ini sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Atas

ketersediaan Anda, penulis mengucapkan terima kasih.

C. Petunjuk Pengisian

1. Tulislah data identitas Anda secara lengkap.

2. Bacalah semua pernyataan dan pilih salah satu jawaban sesuai dengan penilaian

Anda sendiri.

3. Berilah tanda check list (√) pada butir-butir pernyataan berikut ini sesuai

dengan kriteria sebagai berikut:

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

4. Sebelum Anda kembalikan kepada peneliti, periksalah kembali kuesioner Anda

apakah semua pertanyaan telah dijawab.

5. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, jawaban yang jujur sangat

diharapkan

Contoh Pengerjaan:

NO PERNYATAAN SS S TS STS

1 Saya selalu antusias mengerjakan tugas √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

131

pelajaran sejarah yang diberikan guru

Butir-butir Pernyataan

NO PERNYATAAN SS S TS STS

1 Saya kesulitan ketika membuat tugas peta

konsep mengenai kesultanan Islam di Pulau

Jawa karena sama saja meringkas satu buku

yang belum sepenuhnya saya pahami

materinya

2 Ketika mengerjakan soal tentang terjadinya

kepulauan Indonesia, saya menjadi tahu jika

pelajaran sejarah berkaitan pula dengan

geografi

3 1. Saya kebingungan dan kurang mampu

memahami pentingnya mengenal budaya

bangsa sendiri meski telah menyelesaikan

tugas membuat kliping mengenai jenis-jenis

akulturasi dari masa Hindu dan Buddha serta

Islam di Nusantara

4 Saya senang menggaris bawahi bagian

penting tentang materi Kesultanan Islam di

Nusantara karena isinya terlalu banyak

sehingga memudahkan saya mengerjakan

tugas dari guru

5 Saat mengerjakan soal penilaian harian

tentang terbentuknya kepulauan Indonesia,

saya ragu dengan jawaban sendiri sehingga

saya menggunakan jawaban teman yang saya

anggap pintar

6 Saya merasa termotivasi untuk semakin

menghargai antar umat beragama setelah

mempelajari dan mengerjakan soal-soal

tentang contoh akulturasi kebudayaan Hindu

dan Buddha serta Islam di Nusantara

7 Setelah mengerjakan tugas tentang terjadinya

kepulauan Indonesia, saya merasa terpanggil

untuk ikut menjaga kekayaan alam Indonesia

agar tidak lagi diambil bangsa lain

8 Saya belum pernah berkunjung ke candi

Prambanan dan Borobudur maka dari itu saya

sulit menjawab soal tentang bukti peninggalan

Hindu dan Buddha di Nusantara

9 Ketika mendapat tugas presentasi, saya

enggan mencari video tentang kesultanan

Mataram Islam untuk ditayangkan karena

akan mengundang banyak pertanyaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

132

10 Ketika mendapat tugas membuat artikel

mengenai terbentuknya kepulauan Indonesia,

saya menyalin artikel di internet untuk

menghemat waktu

11 Ketika guru memberi tugas untuk

menguraikan contoh akulturasi Hindu,

Buddha dan Islam di Nusantara, saya

terdorong untuk mencari contoh dari artikel

koran agar lebih kontekstual

12 Pada proses menyelesaikan tugas peta konsep

mengenai akulturasi budaya kesultanan Islam

di Nusantara, saya mengabaikan nilai moral

yang termuat di dalamnya

13 Saat mendapat tugas menuliskan karakteristik

candi Buddha dan Hindu, saya sangat malas

untuk mengerjakannya karena harus

mendatangi candi Sewu dan candi Prambanan

14 Saya kesulitan dalam memahami kalimat soal

yang diberikan guru karena banyak

menggunakan kosa kata ilmiah

15 Ketika mengerjakan soal tentang akulturasi

budaya kesultanan Islam di Nusantara, saya

menjadi lebih mengerti adanya keberagaman

16 Tugas membuat video tentang materi kerajaan

Hindu dan Buddha sangat penting untuk

menumbuhkan keterampilan saya dalam

menghadapi tantangan abad 21

17 Saya merasa bangga ketika guru

mengapresiasi kliping yang saya buat tentang

peninggalan Hindu dan Buddha di Nusantara

kemudian saya pamerkan ke teman agar

mereka iri

18 Untuk menghasilkan artikel ilmiah yang

optimal tentang bukti peninggalan masa

Hindu dan Buddha di Nusantara, saya akan

melakukan penelitian dengan berkunjung ke

candi Prambanan dan candi Plaosan

19 Saat mendapat tugas untuk merangkum materi

peninggalan kerajaan Samudera Pasai, saya

akan menyertakan pula gambar yang

mendukung penjelasan tersebut

20 Saya menjadi percaya diri ketika dapat

menjawab pertanyaan lisan dari guru tentang

sistem kepercayaan manusia purba dengan

kalimat saya sendiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

133

LAMPIRAN 4

CATATAN LAPANGAN 2

HASIL REKAPITULASI KUESIONER GURU SEJARAH SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA

NO NAMA

ITEM PERNYATAAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 WIP S SS S S TS SS S S STS TS S TS STS TS TS S S S S S

2 TTW SS SS S SS TS SS SS S TS TS SS TS STS TS S SS SS SS SS S

JUMLAH MASING-MASING PERNYATAAN

Pernyataan

Nomor Urut Pernyataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

SS 1 2 0 1 0 2 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0

S 1 0 2 1 0 0 1 2 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 2

TS 0 0 0 0 2 0 0 0 1 2 0 2 0 2 1 0 0 0 0 0

STS 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0

Total 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

134

PERSENTASE MASING-MASING PERNYATAAN

Pernyataan Nomor Urut Pernyataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

SS 1,7 3,3 0 1,7 0 3,3 1,7 0 0 0 1,7 0,0 0,0 0,0 0 1,7 1,7 1,7 1,7 0

S 1,7 0,0 3,3 1,7 0 0 1,7 3,3 0,0 0 1,7 0,0 0 0 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 3,3

TS 0,0 0 0 0 3,3 0 0 0,0 1,7 3,3 0 3,3 0 3,3 1,7 0 0 0,0 0,0 0

STS 0,0 0 0,0 0 0 0 0 0 1,7 0 0 0 3,3 0,0 0 0 0 0 0 0

Total 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

135

LAMPIRAN 5

CATATAN LAPANGAN 3

HASIL REKAPITULASI KUESIONER SISWA KELAS X MIPA 1 & X MIPA 6 SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA

NO NAMA

ITEM PERNYATAAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 AH TS S S S TS SS S STS TS TS TS STS STS TS S TS TS S S S

2 AA TS S TS S S S TS TS TS TS TS TS S TS S TS TS S S S

3 BW TS S S S TS SS S TS TS TS TS STS STS TS S TS TS S S S

4 FA TS SS TS TS S TS SS STS TS TS STS TS SS S S SS TS S SS S

5 FN TS SS TS S S S SS TS TS TS TS STS TS S S SS TS S SS S

6 FNH S S S S S SS S STS TS TS TS TS TS S SS S STS S SS SS

7 GG S S S TS S TS S S TS S TS TS S S TS S TS S TS S

8 HA S S S TS TS SS S TS TS TS TS STS STS TS S TS TS S S S

9 NA TS S S S TS SS TS TS TS STS S STS STS TS S SS TS SS S SS

10 NN TS SS TS TS S SS S TS TS STS S TS TS S S S STS S S TS

11 OI TS S TS S S S S STS TS STS S TS TS TS S S S S SS S

12 PD TS S TS TS TS SS TS STS TS TS TS STS TS TS S SS TS S SS S

13 QP TS SS TS S S S S STS TS TS TS TS TS S S S TS S SS TS

14 RC TS S TS S TS S S STS STS STS S STS TS TS S SS STS S SS SS

15 RD TS S TS S S S SS TS STS TS S STS TS TS S S TS S SS S

16 RM S S TS TS TS TS S TS STS TS TS STS TS S S S TS S SS S

17 SB TS SS TS TS TS SS TS STS TS TS TS STS TS TS S SS TS S SS S

18 ST TS SS TS S TS SS S STS S STS TS TS TS TS S S STS SS SS S

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

136

19 SS TS S STS S TS S S STS TS STS TS STS S TS SS S TS S S SS

20 SN TS SS S S S SS S STS STS STS TS STS TS S S S TS S S TS

21 SW TS SS TS S TS S S TS STS TS TS TS TS S S TS TS S S SS

22 SR TS S S S TS TS S TS TS S S TS TS S TS S TS S S S

23 SK TS S TS TS S TS TS TS TS TS TS TS S S TS S TS TS S S

24 SRP TS SS TS STS TS S TS TS TS TS S TS TS TS S S TS S S S

25 TS TS S TS TS S S S TS S TS TS STS TS STS S TS STS S S SS

26 VS TS SS S TS S S S TS TS TS S TS TS S SS S TS S S S

27 VN TS SS S TS TS S TS TS TS TS TS TS TS TS S S TS S SS SS

28 WL TS SS S S TS TS S TS TS STS S TS TS TS S S TS S SS SS

29 YA TS SS TS S S SS SS TS S STS STS TS TS S S S TS SS SS SS

30 ZA TS S S TS TS SS S TS S TS TS S TS TS S TS TS S S S

31 AR TS SS TS S TS S SS STS STS TS S TS TS TS S S STS S S S

32 ACH S S S S TS SS S STS STS TS S STS TS S S S TS S SS SS

33 AVP S SS S S TS S S TS STS TS S TS TS S TS SS S S S S

34 BRD TS S TS S S SS S TS S S TS TS TS STS S S TS TS S TS

35 CAM TS S TS S TS S TS TS S STS TS TS TS TS S S TS S S TS

36 GNV TS S S S S SS TS TS STS TS S TS S S S S TS S S TS

37 HB TS SS TS S TS S S TS S TS TS TS TS S S S TS S S SS

38 LK TS S TS TS S S SS TS TS TS TS STS S S S SS TS S S S

39 MVR TS SS TS SS TS TS SS TS S STS TS STS TS TS S S STS S SS SS

40 MT TS SS STS SS S TS S STS STS TS TS STS TS SS S SS TS S SS SS

41 MTER TS S S S S SS TS TS TS TS S TS TS S S S S SS S S

42 NE TS S TS S TS SS S TS STS TS S TS TS S S S TS SS S S

43 OKB STS SS TS S TS TS S STS TS TS STS STS STS S S S STS S SS SS

44 RFRH STS SS S STS S TS SS STS TS TS TS STS STS TS TS TS S S S S

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

137

45 RSP S S S S S S TS STS TS TS S TS TS S S TS TS S S S

46 RAAR TS SS S TS STS SS S STS TS STS S TS TS STS S S STS SS SS SS

47 RN S S TS TS S S S TS TS TS STS TS TS TS TS TS TS S S S

48 RNA TS SS TS S TS SS S STS TS TS TS TS TS TS S S STS S SS SS

49 RSA TS S STS TS TS SS S TS STS TS S STS STS STS S S STS SS S S

50 RSRT TS SS TS S TS S S TS STS TS SS STS TS S S S TS S S S

51 SM STS SS TS TS TS SS SS STS TS TS S STS STS TS S SS STS SS SS S

52 SF TS SS TS TS S SS S TS TS TS TS TS TS TS S TS TS S S S

53 SG STS S TS SS S S S TS TS TS TS TS S S S SS TS SS SS SS

54 SSRM TS S TS S S S SS STS TS TS S STS TS TS S S TS SS S S

55 SAK TS SS TS S TS SS S STS STS TS TS S STS S S TS TS SS S SS

56 TJA TS S TS S S S S TS S TS TS TS TS S S S TS S S S

57 TSP TS SS S S S TS TS TS S TS S STS TS S S S S SS S S

58 VPS S S TS TS S SS S TS S TS S TS TS S S S S S SS S

59 YE TS SS STS STS TS TS SS STS TS SS STS SS STS S S S TS S S S

60 ZMN TS S TS S S SS SS STS TS TS S STS TS TS S S TS SS S S

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

138

JUMLAH MASING-MASING PERNYATAAN

Pernyataan

Nomor Urut Pernyataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

SS 0 28 0 3 0 25 12 0 0 1 1 1 1 1 3 11 0 13 23 18

S 9 32 20 35 29 23 36 1 11 3 23 2 7 29 51 37 6 45 36 36

TS 47 0 36 19 30 12 12 35 35 44 31 32 42 26 6 12 42 2 1 6

STS 4 0 4 3 1 0 0 24 14 12 5 25 10 4 0 0 12 0 0 0

Total 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

PERSENTASE MASING-MASING PERNYATAAN

Pernyataan

Nomor Urut Pernyataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

SS 0 46,7 0 5 0 42 20 0 0 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 5 18,3 0 22 38,3 30

S 15 53,3 33,3 58 48 38 60 1,67 18,3 5 38 3,3 12 48 85 61,7 10 75 60 60

TS 78,3 0 60 32 50 20 20 58,3 58,3 73 52 53 70 43 10 20 70 3,3 1,7 10

STS 6,7 0 6,7 5 1,7 0 0 40 23,3 20 8,3 42 17 6,7 0 0 20 0 0 0

Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

139

LAMPIRAN 6

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA GURU

1. Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai evaluasi pembelajaran sejarah berbasis

HOTS?

2. Menurut pendapat bapak/ibu seberapa penting penerapan evaluasi pembelajaran

sejarah berbasis HOTS?

3. Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan oleh bapak/ibu dalam menyusun

RPP?

4. Apakah sumber yang digunakan sebagai referensi baik yang disediakan

pemerintah maupun yang mencari sendiri di luar yang sudah disediakan

pemerintah sudah memadai untuk menjadi pedoman dalam melaksanakan evaluasi

pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?

5. Bagaimana penyusunan evaluasi termasuk dalam penyusunan soal-soal

pembelajaran sejarah yang bapak/ibu lakukan agar memuat indikator HOTS?

6. Apa saja jenis evaluasi atau penilaian yang digunakan oleh bapak/ibu?

7. Jenis evaluasi manakah yang sering bapak/ibu gunakan dalam melakukan evaluasi

pembelajaran sejarah berbasis HOTS?

8. Apa perbedaan mendasar antara evaluasi pembelajaran berbasis HOTS dengan

evaluasi yang pernah diterapkan sebelumnya yang dirasakan oleh bapak/ibu?

9. Menurut pendapat bapak/ibu, apa saja kelebihan dan kekurangan evaluasi

pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?

10. Adakah kendala atau kesulitan yang bapak/ibu dihadapi dalam melakukan

evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS? Kalau ada, seperti apa

kendala tersebut?

11. Bagaimana cara yang dilakukan bapak/ibu dalam mengatasi kendala atau

kesulitan yang dihadapi tersebut?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

140

LAMPIRAN 7

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA SISWA

1. Persiapan seperti apa yang anda lakukan untuk menghadapi evaluasi

pembelajaran sejarah berbasis HOTS?

2. Bagaimana kesan anda selama mengikuti evaluasi pembelajaran sejarah

berbasis HOTS?

3. Bagaimana pendapat anda mengenai evaluasi pembelajaran sejarah

berbasis HOTS?

4. Dalam evaluasi pembelajaran sejarah, apa saja jenis evaluasi yang

dilakukan guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?

5. Lalu menurut anda sudahkah mengarah pada proses berpikir tingkat

tinggi?

6. Bagaimana jenis evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS yang

dilakukan guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?

7. Apa saja kendala atau kesulitan yang Anda hadapi dalam setiap evaluasi

pembelajaran sejarah yang dilakukan guru dengan basis HOTS?

8. Bagaimana strategi atau cara yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala

atau kesulitan yang dihadapi?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

141

LAMPIRAN 8

DAFTAR NARASUMBER

Guru Mata Pelajaran Sejarah SMA Negeri 6 Yogyakarta

1. Ibu Wahyu Ida Permata Sari, S.Pd.

2. Ibu Tutik Trisnawati, S.Pd.

Siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta

3. Rahil Aufa Astagina Aufan

4. Martinus Tejakusuma

5. Norman Edra

6. Gerarda Novena Vinetri

7. Qinaya Putri Kusuma

8. Satriya Wira Devriyanta

9. Yasmina Aziza

10. Sefiansyah Rizqi Fauzi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

142

LAMPIRAN 9

CATATAN LAPANGAN 4

WAWANCARA GURU

Topik/Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran

Sejarah Berbasis HOTS di SMA Negeri 6 Yogyakarta

Peneliti : Theresia Apri Lindawati

Informan : Wahyu Ida Permata Sari, S.Pd.

Waktu : 22 April 2019

Keterangan P: Peneliti

I : Informan

P: Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai evaluasi pembelajaran sejarah

berbasis HOTS?

I: Menggiring siswa untuk berpikir lebih mendalam secara mandiri, selain itu

siswa dapat meningkat dalam berpikir logis dan kritis. Dalam

implementasinya, lebih kontekstual dengan mengaitkan materi dengan isu atau

berita yang sedang hangat jadi dapat mempermudah siswa memahami materi

P: Menurut pendapat bapak/ibu seberapa penting penerapan evaluasi

pembelajaran sejarah berbasis HOTS?

I: Sangat penting untuk mengukur tingkat pengetahuan siwa selama kegiatan

belajar mengajar berlangsung. Pada ranah psikomotorik, siswa menjadi lebih

kreatif dan produktif dalam membuat produk/ karya, misalnya : video, sejarah

dari hasil kreasi mereka sendiri

P: Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan oleh bapak/ibu dalam menyusun

RPP?

I: berpedoman dari buku kementerian pendidikan dan kebudayaan, dengan cara

mencocokan media pembelajaran dengan materi sejarah. Kemudian mensiasati

melesetnya rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang terpenting

adalah tujuan pembelajarannya tercapai. Di samping itu, media dan model

pembelajaran berbeda penerapannya setiap kelas yang diajar karena agar

bervariasi dan menyesuaikan dengan karakteristik siswa masing-masing kelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

143

P: Apakah sumber yang digunakan sebagai referensi baik yang disediakan

pemerintah maupun yang mencari sendiri di luar yang sudah disediakan

pemerintah sudah memadai untuk menjadi pedoman dalam melaksanakan

evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?

I: Belum memadai jika hanya berpedoman dari buku anjuran pemerintah , jadi

harus cari referensi lain di luar buku dari kementrian. Di sisi lain, saya jarang

membuat lembar kerja perserta didik (LKPD) sendiri karena memakai buku

LKPD yang sudah disediakan sekolah.

P: Bagaimana penyusunan evaluasi termasuk dalam penyusunan soal-soal

pembelajaran sejarah yang bapak/ibu lakukan agar memuat indikator HOTS?

I: Soal yang dibuat berdasarkan materi yang sudah diajarkan. Kemudian

menyamaratakan soal yang diberikan pada semua kelas yang diajar supaya

kompetensi dasar (KD)nya yang sama. Dengan presentase tingkat kesulitan

soal 50% berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS), 50% sisanya sedang

dan mudah. Dalam pembuatan soal HOTS, sering menggunakan kosa kata

ilmiah.

P: Apa saja jenis evaluasi atau penilaian yang digunakan oleh bapak/ibu?

I: analisis, mengkritisi permasalahan atau peristiwa sejarah dari artikel atau buku,

recall, ujian lisan

P: Jenis evaluasi manakah yang sering bapak/ibu gunakan dalam melakukan

evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS?

I: Tugas yang paling sering diberi mengkritisi suatu artikel/film/buku

Membuat peta konsep secara berkelompok

P: Apa perbedaan mendasar antara evaluasi pembelajaran berbasis HOTS dengan

evaluasi yang pernah diterapkan sebelumnya atau yang non HOTS yang

dirasakan oleh bapak/ibu?

I: Saya baru mengajar selama kurang lebih tiga tahun jadi belum begitu

merasakan perbedaan evaluasi non HOTS dengan yang HOTS karena ketika

begitu masuk dan menjadi guru sudah langsung menggunakan evaluasi

berbasis HOTS, biasanya yang tidak HOTS hanya sebatas hafalan atau recall

saja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

144

P: Menurut pendapat bapak/ibu, apa saja kelebihan dan kekurangan evaluasi

pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?

I: (-)Kalau yang Non HOTS terbatas recall

(+)Non HOTS > lebih cepat koreksi

(+)HOTS>bisa mengukur tingkat pemahaman siswa

(+)HOTS>pendapat dan pertanyaan siswa bisa diluar dugaan atau malah harus

mencari referensi tambahan agar guru dapat memberikan jawaban yang

optimal sehingga wawasan guru semakin bertambah

(-) HOTS> memakan waktu lama karena harus membuat kalimat literasi dalam

pembuatan soal jadi tidak langsung to the point

(-) HOTS> Upaya menyadarkan literasi sejarah pada siswa tidak hanya

membaca buku tapi siswa juga dapat mendengar pejelasan orang lain dari

luar sekolah misalnya saat mengunjungi objek sejarah akan tetapi

kendalanya ketika akan mengajak siswa mengunjungi objek sejarah guru

harus membuat surat tugas yang diajukan pada kepala sekolah jadi lumayan

memakan waktu untuk mengurus perizinannya.

P: Adakah kendala atau kesulitan yang bapak/ibu dihadapi dalam melakukan

evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS? Kalau ada, seperti apa

kendala tersebut?

I: Kendala : waktunya lama, minimal satu minggu karena harus membuat kisi kisi

dan kunci jawaban terlebih dahulu. Lalu lebih rumit karena musti meyakinkan

valid tidaknya soal yang akan diberikan pada siswa menggunakan Analisis

butir soal (Anbuso) untuk mempertimbangkan penyampaian materi agar

pencapaian kompetensi dasar di semua kelas yang diajar itu sama rata.

P: Bagaimana cara yang dilakukan bapak/ibu dalam mengatasi kendala atau

kesulitan yang dihadapi tersebut?

I: membuat banyak cadangan alternatif soal. Sudah mencicil membuat soal jauh

jauh hari sebelum hari H serta Sering mengikuti pelatihan membuat soal HOTS

dua bulan sekali bersama tim MGMP untuk membahas soal HOTS pada USBN

dan penilaian akhir tahun dan cukup membantu guru untuk lebih memahami

dan membuat soal berbasis HOTS.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

145

LAMPIRAN 10

CATATAN LAPANGAN 5

WAWANCARA GURU

Topik/Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi

Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS di SMA

Negeri 6 Yogyakarta

Peneliti : Theresia Apri Lindawati

Informan : Tutik Trisnawati, S.Pd.

Waktu : 24 April 2019

Keterangan P: Peneliti

I : Informan

P: Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai evaluasi pembelajaran sejarah

berbasis HOTS?

I: Kalau sepenuhnya langsung diberikan dalam satu waktu akan memberatkan

siswa dan membuat siswa merasa kesulitan dalam menerima dan

mengerjakannya jadi harus dilakukan secara bertahap supaya siswa tidak kaget

serta dapat memahami dengan optimal sehingga akan sangat bagus untuk

mengembangkan kemampuan siswa dalam mengkritisi suatu hal dan

memecahkan permasalahan.

P: Menurut pendapat bapak/ibu seberapa penting penerapan evaluasi

pembelajaran sejarah berbasis HOTS?

I: Penting sekali, karena dengan evaluasi berbasis HOTS mampu mengarahkan

siswa untuk menjadi pribadi yang bijaksana dalam merefleksikan nilai-nilai

yang didapat dari masa lalu untuk bekal di masa depan.

. P: Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan oleh bapak/ibu dalam menyusun

RPP?

I: Dengan melakukan pendekatan saintifik yang di dalamnya terdapat langkah-

langkah 5M serta kita terlebih dahulu mengambil indikator pembelajaran untuk

kemudian dapat melakukan evaluasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

146

P: Apakah sumber yang digunakan sebagai referensi baik yang disediakan

pemerintah maupun yang mencari sendiri di luar yang sudah disediakan

pemerintah sudah memadai untuk menjadi pedoman dalam melaksanakan

evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?

I: Saya menggunakan buku yang sudah disediakan sekolah dan juga memakai

buku referensi dari luar juga.

P: Bagaimana penyusunan evaluasi termasuk dalam penyusunan soal-soal

pembelajaran sejarah yang bapak/ibu lakukan agar memuat indikator HOTS?

I: Tidak keluar dari Indikator Pencapaian Akademik. Kemudian jenis soal tidak

selalu menganalisis tapi bisa juga siswa dituntut untuk dapat menelaah,

mencari solusi serta dalam membuat soal, saya tidak langsung to the point pada

inti pertanyaan namun, biasanya saya membuat literasi sebagai pengantar inti

soal dan supaya siswa mendapat informasi tambahan dalam menjawab soal.

P: Apa saja jenis evaluasi atau penilaian yang digunakan oleh bapak/ibu?

I: Dalam pembuatan soal evaluasi jenis soal yang menuntut siswa untuk

menganalisis, menelaah, mencari solusi atau pemecahan masalah. Soal

evaluasi yang dibuat berbentuk pilihan ganda untuk penilaian akhir semester

maupun akhir tahun. Kemudian ketika dalam memberi penugasan siswa lebih

sering yang bersifat diskusi kelompok lalu siswa mempresentasikannya

dengan sesi tanya jawab disertai pembuatan makalah. Selain itu, saya juga

pernah memberi tugas siswa untuk membuat video sejarah secara

berkelompok.

P: Jenis evaluasi manakah yang sering bapak/ibu gunakan dalam melakukan

evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS?

I: Pilihan Ganda yang memuat literasi sejarah. Lalu ketika ulangan terkadang

saya melaksanakannya dengan sistem mencongak jadi tidak melulu konsep

ulangan yang bersifat terstruktur.

P: Apa perbedaan mendasar antara evaluasi pembelajaran berbasis HOTS

dengan evaluasi yang pernah diterapkan sebelumnya yang dirasakan oleh

bapak/ibu?

I: Tentunya sangat berbeda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

147

Jika dahulu, soal evaluasi hanya sebatas untuk me-recall ingatan siswa

sehingga secara tidak langsung memaksa siswa untuk mengingat dan

menghafal materi dan cenderung siswa bisa stres karena terlalu berusaha

menghafal materi menjelang ulangan. Lalu bedanya dengan sistem zaman

sekarang, dalam membuat soal evaluasi lebih cenderung menganalisis jadi

siswa tidak terlalu dituntut untuk menghafal tanggal, tempat kejadian atau

nama tokoh sejarah. Siswa lebih dituntut agar dapat mengkritisi suatu

permasalahan untuk kemudian dicari solusinya. Di samping itu, meski masa

kini siswa tidak dituntut untuk menghafal materi tapi lebih ke menganalisis,

terdapat sisi minusnya pula seperti misalnya adanya keterbatasan waktu

sehingga siswa sering merasa kekurangan waktu dalam mengerjakan soal

berbasis HOTS karena di dalamnya memuat literasi sejarah pula serta siswa

sering terkecoh dalam memilih jawaban yang bersifat Pilihan Ganda karena

pilihan jawabannya dibuat sengaja hampir mirip satu sama lain sehingga

siswa harus lebih teliti dan memahami esensi soal yang ditanyakan.

P: Menurut pendapat bapak/ibu, apa saja kelebihan dan kekurangan evaluasi

pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?

I: (-)Kalau yang Non HOTS Kurang dapat mengukur tingkat pemahaman siswa

(-) Hanya sekadar recall ingatan siswa sehingga kurang mendalam

(+)Non HOTS > lebih cepat koreksi dan dapat langsung pada inti permasalahan

ketika membuat soal

(+) Non HOTS> waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan soal relatif lebih

singkat

(+)HOTS> dapat mengembangkan keterampilan siswa dalam memecahkan

permasalahan dan memacu siswa untuk berpikir kritis

(-) HOTS> harus lebih kreatif dan memperluas wawasan karena dalam

pembuatan soal harus disertai paragraf literasi sejarah untuk menambah

pengetahuan siswa sebelum menjawab soal

(-) HOTS> Waktu yang diperlukan untuk membuat soal HOTS dan untuk

koreksi pekerjaan siswa cenderung lebih lama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

148

P: Adakah kendala atau kesulitan yang bapak/ibu dihadapi dalam melakukan

evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS? Kalau ada, seperti apa

kendala tersebut?

I: Kendalanya ada dan cukup sulit, karena siswa harus dapat menganalisis suatu

kasus dengan kritis agar dapat menyelesaikan permasalahan untuk kemudian

dicari solusinya serta diambil nilai-nilai positifnya untuk direfleksikan. Di

samping itu dalam menyusun soal-soal evaluasi sejarah berbasis HOTS pun

juga tidaklah mudah bagi guru jadi siswa dalam mengerjakan maupun guru

dalam membuat soal pun sama-sama susah. Di samping itu penggunaan kosa

kata ilmiah dalam soal berbasis HOTS masih perlu perhatian lebih agar siswa

semakin biasa dan tidak asing lagi ketika menjumpai kosa kata ilmiah dalam

soal evaluasi.

P: Bagaimana cara yang dilakukan bapak/ibu dalam mengatasi kendala atau

kesulitan yang dihadapi tersebut?

I: Untuk solusi agar kendala tersebut dapat diatasi misalnya untuk kosa kata

yang masih asing akan terus diulang ketika kegiatan belajar mengajar

berlangsung agar siswa paham dan tidak merasa asing lagi ketika kosa kata

tersebut termuat dalam kalimat soal evaluasi. Di samping itu, rutin turut

terlibat dalam pelatihan guru dalam pembuatan soal berbasis HOTS agar

semakin mampu dan lancar ketika menyusun soal evaluasi berbasis HOTS.

Strategi yang terakhir agar dapat meminimalisir kendala dalam penyusunan

soal berbasis HOTS adalah dengan melakukan analisis butir soal atau anbuso

sebelum soal tersebut diujikan agar dapat mengetahui banyaknya soal yang

tidak layak uji dan gugur sehingga dapat segera dibuatkan soal yang baru

serta yang lolos dalam analisis butir soal agar dapat diujikan pada siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

149

LAMPIRAN 11

CATATAN LAPANGAN 6

WAWANCARA SISWA

Topik/Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi

Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS di SMA

Negeri 6 Yogyakarta

Peneliti : Theresia Apri Lindawati

Informan : Rahil Aufa Astagina Aufan

Waktu : 22 April 2019

Keterangan P: Peneliti

I : Informan

P: Persiapan seperti apa yang anda lakukan untuk menghadapi evaluasi

pembelajaran sejarah berbasis HOTS?

I: Banyak membaca buku dan catatan lalu meringkas dengan bahasa sendiri atau

kadang membuat peta konsep.

P: Bagaimana kesan anda selama mengikuti evaluasi pembelajaran sejarah

berbasis HOTS?

I: Ulangan belum tentu diberi soal soal tentang HOTS tapi tetap bisa mengikuti,

untuk materi pembelajaran secara tidak langsung juga ikut menganalisis soal

HOTS, ulangan pasti berasal dari materi yang sudah dijelaskan dan tidak

mungkin menyimpang dari materi yang sudah diajarkan

P: Bagaimana pendapat anda mengenai evaluasi pembelajaran sejarah berbasis

HOTS?

I: analisis soal selain analisis HOTS merupakan hafalan seperti silsilah raja raja,

selain ulangan juga diberikan kesempatan untuk presentasi

P: Dalam evaluasi pembelajaran sejarah, apa saja jenis evaluasi yang dilakukan

guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?

I: analisis 50% hafalan 50%,

P: Lalu menurut anda sudahkah mengarah pada proses berpikir tingkat tinggi?

I: belum 100% mengarah pada HOTS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

150

P: Bagaimana jenis evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS yang

dilakukan guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?

I: presentasi kelompok dan ada sesi tanya jawab, jika ada pertanyan yang tidak

dapat dijawab oleh siswa, guru akan menjelaskan secara benar dengan

memberikan gambaran /ilustrasi sehingga siswa diharapkan dapat lebh mudah

memahami materi.

P: Apa saja kendala atau kesulitan yang Anda hadapi dalam setiap evaluasi

pembelajaran sejarah yang dilakukan guru dengan basis HOTS?

I: karena kurangnya basic pengetahuan yang didapat ada beberapa bagian yang

susah dianalisis.

P: Bagaimana strategi atau cara yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala

atau kesulitan yang dihadapi?

I: lebih rajin belajar dan membaca, jika tidak bisa menganalisis lebih lanjut,

maka siswa menggunakan kreatifitas sendiri untuk mensimulasikan soal dengan

kehidupan di sekitar yang berkaitan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

151

LAMPIRAN 12

CATATAN LAPANGAN 7

WAWANCARA SISWA

Topik/Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi

Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS di SMA

Negeri 6 Yogyakarta

Peneliti : Theresia Apri Lindawati

Informan : Martinus Tejakusuma

Waktu : 23 April 2019

Keterangan P: Peneliti

I : Informan

P: Persiapan seperti apa yang anda lakukan untuk menghadapi evaluasi

pembelajaran sejarah berbasis HOTS?

I: meringkas dan belajar dari catatan yang diberikan guru ketika mengajar

karena materi yang diberikan cenderung lebih lengkap daripada buku paket.

P: Bagaimana kesan anda selama mengikuti evaluasi pembelajaran sejarah

berbasis HOTS?

I: seru, karena guru mengajar dengan memberi banyak catatan karena banyak

soal hafalan, jika ada pertanyaan dari siwapun dapat langsung dijawab dengan

baik

P: Bagaimana pendapat anda mengenai evaluasi pembelajaran sejarah berbasis

HOTS?

I: Baik, karena soal sesuai dengan materi, tetapi terkadang siswa malas belajar

karena materi terlalu banyak. Siswa lebih suka metode HOTS karena lebih santai

dengan banyaknya tanya jawab yang diberikan sampai siswa benar benar paham,

tetapi metode ini terbilang lebih lambat.

P: Dalam evaluasi pembelajaran sejarah, apa saja jenis evaluasi yang dilakukan

guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?

I: jenis soal dicampur dengan pengetahuan umum, tidak semua berbentuk HOTS

P: Lalu menurut anda sudahkah mengarah pada proses berpikir tingkat tinggi?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

152

I: sudah, karena mayoritas pertanyaan bersifat menguji pemiikiran mengapa

suatu hal bisa terjadi.

P: Bagaimana jenis evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS yang

dilakukan guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?

I: siswa menilai baik karena menganggap pengetahuan umum itu penting dan

perlu diketahui

P: Apa saja kendala atau kesulitan yang Anda hadapi dalam setiap evaluasi

pembelajaran sejarah yang dilakukan guru dengan basis HOTS?

I: terlalu banyak materi dan tokoh tokoh serta peristiwa sejarah yang beragam

P: Bagaimana strategi atau cara yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala

atau kesulitan yang dihadapi?

I: membaca LKS, catatan dan buku paket serta ada inisiatif untuk mencari

informasi di internet.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

153

LAMPIRAN 13

CATATAN LAPANGAN 8

WAWANCARA SISWA

Topik/Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi

Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS di SMA

Negeri 6 Yogyakarta

Peneliti : Theresia Apri Lindawati

Informan : Norman Edra

Waktu : 23 April 2019

Keterangan P: Peneliti

I : Informan

P: Persiapan seperti apa yang anda lakukan untuk menghadapi evaluasi

pembelajaran sejarah berbasis HOTS?

I: seperti menghadapi ulangan biasa, membaca dan merangkum di buku, diberi

highlight bagian yang penting

P: Bagaimana kesan anda selama mengikuti evaluasi pembelajaran sejarah

berbasis HOTS?

I: soal sulit, siswa tidak menduga soal akan banyak dan sesulit yang diberikan

P: Bagaimana pendapat anda mengenai evaluasi pembelajaran sejarah berbasis

HOTS?

I: baik karena membuat siswa berpikir lebih dalam, lebih menyenangkan karena

mempelajari materi tidak harus menghafal semua tulisan dalam buku , cukup

hanya dengan mengetahui kata kuncinya.

P: Dalam evaluasi pembelajaran sejarah, apa saja jenis evaluasi yang dilakukan

guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?

I: banyak soal menganalisis, dan banyak mengidentifikasi, membandingkan

keadaan sejarah dan keadaan sekarang

P: Lalu menurut anda sudahkah mengarah pada proses berpikir tingkat tinggi?

I: sudah, dengan menggunakan soal berbentuk cerita, mudah dipahami tetapi dan

diingat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

154

P: Bagaimana jenis evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS yang dilakukan

guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?

I: soal berbentuk analisis, dan banyak mengidentifikasi , membandingkan

keadaan sejarah dan keadaan sekarang penilaian dapat berupa tugas kelompok,

evaluasi atau tugas individu

P: Apa saja kendala atau kesulitan yang Anda hadapi dalam setiap evaluasi

pembelajaran sejarah yang dilakukan guru dengan basis HOTS?

I: materi terlalu banyak dan susah dipahami

P: Bagaimana strategi atau cara yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala atau

kesulitan yang dihadapi?

I: membuat mind map dari poin poin dari catatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

155

LAMPIRAN 14

CATATAN LAPANGAN 9

WAWANCARA SISWA

Topik/Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi

Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS di SMA

Negeri 6 Yogyakarta

Peneliti : Theresia Apri Lindawati

Informan : Gerarda Novena Vinetri

Waktu : 25 April 2019

Keterangan P: Peneliti

I : Informan

P: Persiapan seperti apa yang anda lakukan untuk menghadapi evaluasi

pembelajaran sejarah berbasis HOTS?

I: Menghafalkan materi dan berpikir lebih kenapa suatu hal dapat terjadi,

membuat ringkasan dan mind map

P: Bagaimana kesan anda selama mengikuti evaluasi pembelajaran sejarah

berbasis HOTS?

I: siswa merasakan tantangan lebih dengan menggunakan penalaran dan

kreatifitas sendiri daripada hanya sekedar menghafalkan isi buku

P: Bagaimana pendapat anda mengenai evaluasi pembelajaran sejarah berbasis

HOTS?

I: soal berbasis HOTS dinilai bagus untuk mengasah pikiran, sekaligus dinilai

sulit dan terlalu luas, sulit diprediksi jadi harus pintar menalar.

P: Dalam evaluasi pembelajaran sejarah, apa saja jenis evaluasi yang dilakukan

guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?

I: Menganalisis soal, membuat resensi buku, memberi ulasan artikel, membuat

video, kliping.

P: Lalu menurut anda sudahkah mengarah pada proses berpikir tingkat tinggi?

I: Sudah mengarah ke HOTS.

P: Bagaimana jenis evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS yang dilakukan

guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

156

I: soal yang keluar belum pernah diajarkan atau kurangnya pemahaman dari para

siswa.

P: Apa saja kendala atau kesulitan yang Anda hadapi dalam setiap evaluasi

pembelajaran sejarah yang dilakukan guru dengan basis HOTS?

I: soal sulit diprediksi karena materi terlalu luas, siswa juga kadang sulit untuk

merangkai kalimat meskipun tahu maksud dari suatu soal yang diberikan

P: Bagaimana strategi atau cara yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala atau

kesulitan yang dihadapi?

I: memperbanyak latihan soal dan membiasakan diri dengan banyaknya jenis soal

yang ada, membuat ringkasan materi yang diajarkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

157

LAMPIRAN 15

CATATAN LAPANGAN 10

WAWANCARA SISWA

Topik/Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi

Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS di SMA

Negeri 6 Yogyakarta

Peneliti : Theresia Apri Lindawati

Informan : Qinaya Putri Kusama

Waktu : 25 April 2019

Keterangan P: Peneliti

I : Informan

P: Persiapan seperti apa yang anda lakukan untuk menghadapi evaluasi

pembelajaran sejarah berbasis HOTS?

I: belajar membayangkan suatu kejadian karena biasanya ditanyai pendapat

mengenai suatu peristiwa tertentu

P: Bagaimana kesan anda selama mengikuti evaluasi pembelajaran sejarah

berbasis HOTS?

I: seru karena soal HOTS lebih mudah untuk dipelajari karena tidak terpaku pada

buku paket, siswa dapat mengeksplor kemampuan sendiri

P: Bagaimana pendapat anda mengenai evaluasi pembelajaran sejarah berbasis

HOTS?

I: lebih suka soal uraian karena tidak harus menghafal semua (hanya garis besar

dan kata kunci saja)

P: Dalam evaluasi pembelajaran sejarah, apa saja jenis evaluasi yang dilakukan

guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?

I: awal semester menggunakan model soal pilihan ganda, sedangkan semester

akhir menggunakan model soal uraian

P: Lalu menurut anda sudahkah mengarah pada proses berpikir tingkat tinggi?

I: sudah menggunakan dan mengarah pada HOTS.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

158

P: Bagaimana jenis evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS yang dilakukan

guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?

I: soal dinilai lebih susah untuk dikerjakan karena butuh berpikir lebih dalam

tidak seperti soal pilihan ganda

P: Apa saja kendala atau kesulitan yang Anda hadapi dalam setiap evaluasi

pembelajaran sejarah yang dilakukan guru dengan basis HOTS?

I: Sumber buku materi untuk tugas susah dicari,

pada saat ujian belum belajar topik yang tepat karena banyaknya meteri, sehingga

kurangnya manajemen waktu

P: Bagaimana strategi atau cara yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala atau

kesulitan yang dihadapi?

I: berusaha mengumpulkan tugas lebih awal sebaik mungkin untuk nilai tambah.

Lalu belajar dengan cara membaca lalu menulis ulang di catatan serta merangkum

dengan bahasa sendiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

159

LAMPIRAN 16

CATATAN LAPANGAN 11

WAWANCARA SISWA

Topik/Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi

Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS di SMA

Negeri 6 Yogyakarta

Peneliti : Theresia Apri Lindawati

Informan : Satriya Wira Devriyanta

Waktu : 25 April 2019

Keterangan P: Peneliti

I : Informan

P: Persiapan seperti apa yang anda lakukan untuk menghadapi evaluasi

pembelajaran sejarah berbasis HOTS?

I: lebih memahami inti inti materi sejarah yang akan disampaikan sehingga siswa

tahu alurnya dan dapat menarik kesimpulan dari materi tersebut

P: Bagaimana kesan anda selama mengikuti evaluasi pembelajaran sejarah

berbasis HOTS?

I: khawatir karena jawaban tidak pasti, siswa tidak tahu jawaban bagaimana yang

dianggap benar (sulit diprediksi)

P: Bagaimana pendapat anda mengenai evaluasi pembelajaran sejarah berbasis

HOTS?

I: baik, karena bisa melatih berpikir dengan tingkatan lebih tinggi dengan

memahami isi dari materi.

P: Dalam evaluasi pembelajaran sejarah, apa saja jenis evaluasi yang dilakukan

guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?

I: ujian berbentuk soal cerita dan jawaban sesuai dengan pemahaman siswa

(jawaban belum pasti ada di buku)

P: Lalu menurut anda sudahkah mengarah pada proses berpikir tingkat tinggi?

I: lebih dari 50% sudah mengarah pada HOTS dan memenuhi kriteria soal yang

membutuhkan pemahaman tingkat tinggi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

160

P: Bagaimana jenis evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS yang dilakukan

guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?

I: presentasi dan penjelasan sudah mengandung unsur HOTS, penugasan juga

menuntut siswa untuk menjelaskan lebih dari materi serta memanfaatkan sarana

IT.

P: Apa saja kendala atau kesulitan yang Anda hadapi dalam setiap evaluasi

pembelajaran sejarah yang dilakukan guru dengan basis HOTS?

I: sering lupa alur cerita karena banyak kejadian yang mirip, jawaban yang

diberikan siswa terlalu berbelit belit, sulit untuk merangkai kalimat, kurangnya

pemahaman dan literasi mengenai materi.

P: Bagaimana strategi atau cara yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala atau

kesulitan yang dihadapi?

I: membaca referensi dari buku sejarah, merangkum dan menghafalkan inti pokok

dari materi yang diajarkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

161

LAMPIRAN 17

CATATAN LAPANGAN 12

WAWANCARA SISWA

Topik/Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi

Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS di SMA

Negeri 6 Yogyakarta

Peneliti : Theresia Apri Lindawati

Informan : Yasmina Aziza

Waktu : 26 April 2019

Keterangan P: Peneliti

I : Informan

P: Persiapan seperti apa yang anda lakukan untuk menghadapi evaluasi

pembelajaran sejarah berbasis HOTS?

I: belajar dari kisi kisi dan inti dari materi yang diajarkan, membuat rangkuman

dan menghafalkan materi

P: Bagaimana kesan anda selama mengikuti evaluasi pembelajaran sejarah

berbasis HOTS?

I: Menyenagkan serta lebih baik dan tidak terlalu kaku dalam menjawab soal

selama memahami inti dari materi yang diajarkan

P: Bagaimana pendapat anda mengenai evaluasi pembelajaran sejarah berbasis

HOTS?

I: Lebih bisa mengembangkan kreatifitas, yang penting sudah memahami inti

pokok materi sehingga ketika menjawab soal analisis dapat mengembangkan inti

pokok materi dengan merangkai kalimat menggunakan bahasa sendiri.

P: Dalam evaluasi pembelajaran sejarah, apa saja jenis evaluasi yang dilakukan

guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?

I: jenis soal uraian HOTS dan soal lain sama banyaknya karena materi yang

diberikan juga terbilang cukup banyak

P: Lalu menurut anda sudahkah mengarah pada proses berpikir tingkat tinggi?

I: sudah mengarah dengan soal yang memerlukan analisis dalam menjawab.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

162

P: Bagaimana jenis evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS yang dilakukan

guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?

I: penugasan yang diberikan juga sudah mengarah pada HOTS.Tugas biasanya

berbentuk materi presentasi kelompok dengan mind mapping.

P: Apa saja kendala atau kesulitan yang Anda hadapi dalam setiap evaluasi

pembelajaran sejarah yang dilakukan guru dengan basis HOTS?

I: soal terlalu susah dan berbobot sehingga membutuhkan waktu lama untuk

berpikir

P: Bagaimana strategi atau cara yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala atau

kesulitan yang dihadapi?

I: membuat rangkuman dan peta konsep, mencicil belajar materi dari awal sedikit

demi sedikit, membuat catatan berdasarkan penjelasan guru, diskusi dengan

teman mengenai soal yang kurang jelas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

163

LAMPIRAN 18

CATATAN LAPANGAN 13

WAWANCARA SISWA

Topik/Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi

Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS di SMA

Negeri 6 Yogyakarta

Peneliti : Theresia Apri Lindawati

Informan : Sefiansyah Rizqi Fauzi

Waktu : 26 April 2019

Keterangan P: Peneliti

I : Informan

P: Persiapan seperti apa yang anda lakukan untuk menghadapi evaluasi

pembelajaran sejarah berbasis HOTS?

I: belajar, membaca ulang catatan (baik buku atau foto dan materi yang dibagikan

di grup kelas)

P: Bagaimana kesan anda selama mengikuti evaluasi pembelajaran sejarah

berbasis HOTS?

I: lebih mudah dan menyenangkan karena bersifat penalaran dan rata-rata

menganalisis

P: Bagaimana pendapat anda mengenai evaluasi pembelajaran sejarah berbasis

HOTS?

I: sumber daya (materi) tugas kadang terlalu susah dicari, terlalu banyak tugas

karena mata pelajaran sejarah cenderung lama untuk dikerjakan meskipun

deadline lama dan diberi langsung dalam jumlah banyak

P: Dalam evaluasi pembelajaran sejarah, apa saja jenis evaluasi yang dilakukan

guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?

I: mayoritas uraian yang menanyakan pendapat tentang suatu kejadian sejarah

P: Lalu menurut anda sudahkah mengarah pada proses berpikir tingkat tinggi?

I: sebagian soal sudah mengarah pada HOTS dan sebagian sisanya belum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

164

P: Bagaimana jenis evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS yang dilakukan

guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?

I: soal dinilai lebih susah untuk dikerjakan karena butuh berpikir lebih dalam

P: Apa saja kendala atau kesulitan yang Anda hadapi dalam setiap evaluasi

pembelajaran sejarah yang dilakukan guru dengan basis HOTS?

I: materi terlalu banyak dan sumber buku susah didapatkan untuk mengerjakan

tugas

P: Bagaimana strategi atau cara yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala atau

kesulitan yang dihadapi?

I: menegerjakan soal paling mudah terlebih dahulu, dan sisanya improvisasi

mengunakan penalaran serta mencari informasi di internet

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

165

LAMPIRAN 19

CATATAN LAPANGAN 14

Lembar Pengamatan Dokumen

Evaluasi Pembelajaran Sejarah yang Dilakukan Guru

Keterangan:

A : Ada

TA : Tidak Ada

L : Lengkap

TL : Tidak Lengkap

No

Dokumen

Ketersediaan Kelengkapan Keterangan

A TA L TL

1 RPP

2 Soal-soal

3 Kunci Jawaban

4 Rubrik Penilaian Kognitif

5 Rubrik Penilaian Afektif

6

Rubrik Penilaian

Psikomotorik

7 Daftar Nilai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

166

LAMPIRAN 20

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

TAHUN AJARAN 2018-2019

Nama Sekolah : SMAN 6 Yogyakarata

Mata pelajaran : Sejarah Indonesia (Wajib)

Kelas/Semester : X/1

Materi : Masuk dan berkembangnya Islam di

Indonesia (perkembangan kehidupan

masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada

masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia).

Alokasi Waktu :

2 X 45 menit

A. KOMPETENSI INTI:

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Mengembangkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong,

kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif

dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di

lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar,

bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan internasional.

3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis,

spesifik, detail, dan kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab

fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan pada bidang kajian

yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan

masalah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

167

4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara

efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan solutif dalam

ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah, serta mampu menggunakan metoda sesuai

dengan kaidah keilmuan.

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN

No Kompetensi Dasar No Kompetensi Dasar

3.8 Menganalisis perkembangan

kehidupan masyarakat,

pemerintahan, dan budaya

pada masa kerajaan-kerajaan

Islam di Indonesia serta

menunjukkan contoh-contoh

bukti-bukti yang masih berlaku

pada kehidupan masyarakat

Indonesia saat ini

4.8 Menyajikan hasil penalaran

dalam bentuk tulisan tentang

nilai-nilai dan unsur budaya

yang berkembang pada masa

kerajaan Islam dan masih

berkelanjutan dalam

kehidupan bangsa pada masa

kini

No Indikator Pencapaian

Kompetensi

No Indikator Pencapaian

Kompetensi

3.8.1 Menganalisis perkembangan

kehidupan masyarakat,

pemerintahan, dan budaya

pada masa kerajaan Samura

Pasai dan Aceh

4.8.1 Menganalisis tentang nilai-

nilia dan unsur budaya yang

berkembang pada masa

kerajaan islam dan masih

berkelanjutan dalam

kehidupan masyarakat Aceh.

3.8.2 Menganalisis perkembangan

kehidupan masyarakat,

pemerintahan, dan budaya

pada masa kerajaan Demak

dan Pajang

4.8.2 Menyajikan hasil penelaran

dalam bentuk tulisan tentang

nilai-nilai dan unsur budaya

yang berkembang pada masa

kerajaan Demak dan Pajang

dan masih berkelanjutan

dalam kehidupan bangsa

Indonesia masa kini.

3.8.3 Menganalisis perkembangan

kehidupan masyarakat,

pemerintahan, dan budaya

pada masa kerajaan Mataram

Islam & Banten.

4.8.2 Membuat peta konsep

perkembangan kerajaan

Mataram Islam dan Banten

serta menyajikan kehidupan

masyarakat, pemerintahan

dan budaya yang masih

berkembang di Indonesia

pada masa kini dalam bentuk

tulissan.

3.8.4 Menganalisis perkembangan

kehidupan masyarakat,

4.8.3 Menyajikan hasil penalaran

dalam bentuk tulisan dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

168

pemerintahan, dan budaya

pada masa kerajaan Goa Tallo

perkembangan kerajaan Goa

Tallo yang masih

berkembang hingga saat ini.

3.8.5 Menganalisis perkembangan

kehidupan masyarakat,

pemerintahan, dan budaya

pada masa kerajaan Ternate

dan Tidore

4.8.4 Menyajikan hasil telaah dari

perkembangan kehidupan

ekonomi masyarakat Ternate

dan Tidore dalam bentuk

gambar jalur perdagangan

rempah-rempah dan korelasi

dengan munculnya kota-kota

dagang di Indonesia.

C. Tujuan Pembelajaran

Melalaui kegiatan pembelajaran ini peserta didik kelas X SMAN 6 Yogyakarta

dapat memiliki pengetahuan tentang (KD-3) menganalisis perkembangan

kehidupan masyarakatm pemerintahan, dan budyaa pada masa kerajaan Islam di

Nusantara keterampialan dalam (KD-4) Menyajikan hasil telaah dari

perkembangan kehidupan masyarkaat, pemerintahan dan budaya pada masa

kerajaan Islam dalam bentuk tulisan. (KD-1) mampu menghayati dan

mengamalkan ajaran agama yang dianutnya serta (KD-2) Mengembangkan

perilaku jujur, disiplin santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),

bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif dalam berinteraksi secara efektif

sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat

dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan

internasional.

D. Materi Pembelajaran

1. Fakta

- Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara

- Sultan-Sultan yang memimpin kerajaan Islam di Nusantara

menggantikan konsep Raja pada masa Hindu Buddha

- Kemunduran Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara karena pengaruh

Asing.

2. Konsep

- Berbagai keadaan masyarakat kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara

- Berbagai keadaan sosial-politik kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

169

- Berbagai kebudayaan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara

3. Prosedur

- Kerajaan Samudera Pasai Aceh Darussalam Demak Pajang

Mataram Islam Banten Goa- Tallo Ternate dan Tidore.

E. Prosedur

1. Pendekatan : Scientific

2. Model : Discovery Learning

3. Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan

F. Alat/ Bahan, Media Pembelajaran, Sumber Belajar

1. Alat dan Bahan:

Laptop, LCD, Spidol, papan tulis dan penghapus.

2. Media Pembelajaran:

Gambar dan slide pembelajaran

3. Sumber Belajar :

Hapsari, R & Adil, M. 2014. Sejarah Indonesia untuk SMA Kelas X

Kelompok Wajib. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Poesponegoro & Notosusanto. 2009. Sejarah Nasional Indonesia Jilid III.

Jakarta: Balai Pustaka.

Soekmono. 1973. Sejarah Kebudayaan Indonesia 3. Yogyakarta:

Kanisius.

G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Pertemuan ke-2

NO. KEGIATAN DESKRIPSI ALOKASI

WAKTU

1. Pendahuluan 1. Guru memberi salam pembuka

kepada peserta didik.

2. Guru menginstruksikan ketua kelas

untuk memimpin doa sebelum

memulai pelajaran.

3. Guru mengabsen seluruh peserta

15 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

170

didik dan mengonfirmasi kesiapan

peserta didik untuk menerima

pelajaran.

4. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran.

5. Guru mengingatkan kembali

mengenai materi tentang proses dan

latar belakang munculnya kerajaan

Islam pertama di Indonesia.

6. Guru membagi kelas ke dalam

delapan kelompok, yaitu kelompok I,

II, III, IV, V, VI, VII dan VIII.

2. Inti Langkah pembelajaran scientific dengan

model DiscoveryLearning:

a. Mengamati

Peserta didik diinstruksikan untuk

membaca literasi/sumber belajar

tentang munculnya kerajaan Islam

pertama kali di Nusantara.

b. Menanya

1) Guru memotivasi peserta didik

untuk memberikan sebanyak

mungkin pertanyaan yang

relevan dengan bahan

pembelajaran.

2) Guru memilih satu atau lebih

pertanyaan yang berkaitan

dengan materi dan

membahasnya.

3) Guru memberikan penjelasan

tentang Kerajaan Samudra Pasai.

4) Peserta didik dihadapkan dengan

permasalahan bagaimana proses

perkembangan masyarakat,

pemerintahan, dan kebudayaan

kerajaan Islam selanjutnya.

c. Mengumpulkan informasi

1) Guru membagi peserta didik

dibagi menjadi 7 kelompok.

2) Peserta didik ditugaskan untuk

menggali informasi dengan

menggunakan buku atau internet,

dengan pembagian sebagai

berikut:

Kelompok 1Kerajaan Aceh

Darussalam

60 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

171

Kelompok 2 Kerajaan Demak

Kelompok 3 Kerajaan Pajang

Kelompok 4 Kerajaan Mataram

Islam

Kelompok 5 Kerajaan Banten

Kelompok 6 Kerajaan Goa dan

Tallo

Kelompok 7 Kerajaan Ternate dan

Tidore

d. Menalar

Setelah menggali informasi, peserta

didik diinstruksikan untuk

menuliskan informasi yang sudah

didapat di kertas secara menarik,

dalam bentuk peta konsep.

e. Mengkomunikasikan

1) Setiap kelompok menyajikan hasil

diskusinya dalam bentuk peta

konsep.

2) Setiap kelompok

mempresentasikan peta

konsepnya sesuai dengan

bahasan masing-masing

3. Penutup 1. Guru dan peserta didik bersama-sama

membuat simpulan atau refleksi

pembelajaran.

2. Guru menyampaikan rencana

pembelajaran pada pertemuan

berikutnya, yaitu presentasi dari

masing-masing kelompok.

3. Menutup pembelajaran dengan do’a.

15 menit

Total 90 menit

Pertemuan ke-3

NO. KEGIATAN DESKRIPSI ALOKASI

WAKTU

1. Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam.

2. Guru menginstruksikan ketua kelas

untuk memimpin do’a sebelum

memulai pelajaran.

3. Guru menanyakan kehadiran peserta

didik.

4. Guru mengonfirmasi kesiapan peserta

didik untuk menerima pelajaran.

5. Guru menjelaskan tujuan

10 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

172

pembelajaran.

6. Guru memberikan apersepsi untuk

membawa siswa keluar dari keadaan

pasif dengan menanyakan materi

minggu lalu.

2. Inti Langkah pembelajaran scientific dengan

model DiscoveryLearning:

a Mengamati

Peserta didik membaca sekilas

tentang perkembangan masyarakat,

pemerintahan, dan kebudayaan

kerajaan Aceh Darussalam selama 10

menit

b Menanya

Peserta didik diinstruksikan

menanyakan tentang materi yang

belum dimengerti pada pertemuan

sebelumnya.

c Mengkomunikasikan

1) Kelompok 1 mempresentasikan

tentang kerajaan Aceh Darussalam

(15 menit).

2) Pada saat kelompok tertentu

presentasi kelompok yang lain

memperhatikan dan

mendengarkan, bertanya, atau

menambahkan gagasan (15 menit)

1) Guru menambahkan apabila ada

materi yang kurang, dan

meluruskan apabila ada materi

yang belum benar (30 menit)

70 menit

3. Penutup 1. Guru memberi waktu untuk peserta

didik yang ingin mengajukan

pertanyaan terkait materi yang belum

dipahami dan menyalin peta konsep

kerajaan Aceh Darussalam di catatan

masing-masing.

2. Guru dan peserta didik bersama-sama

membuat simpulan atau refleksi

pembelajaran.

3. Guru menyampaikan rencana

pembelajaran pada pertemuan

berikutnya.

4. Menutup pembelajaran dengan do’a.

10 menit

Total 90 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

173

Pertemuan ke-5

NO. KEGIATAN DESKRIPSI ALOKASI

WAKTU

1. Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam.

2. Guru menginstruksikan ketua kelas

untuk memimpin do’a sebelum

memulai pelajaran.

3. Guru menanyakan kehadiran peserta

didik.

4. Guru mengonfirmasi kesiapan peserta

didik untuk menerima pelajaran.

5. Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran.

6. Guru memberikan apersepsi untuk

membawa siswa keluar dari keadaan

pasif dengan menanyakan materi

minggu lalu.

10 menit

2. Inti Langkah pembelajaran scientific dengan

model DiscoveryLearning:

a Mengamati

Peserta didik membaca sekilas

tentang perkembangan masyarakat,

pemerintahan, dan kebudayaan

kerajaan Demak dan Pajang selama

10 menit

b Menanya

Peserta didik diinstruksikan

menanyakan tentang materi yang

belum dimengerti pada pertemuan

sebelumnya.

c Mengkomunikasikan

1) Kelompok 2 dan 3

mempresentasikan tentang

kerajaan Demak dan Pajang (tiap

kelompok 10 menit).

2) Pada saat kelompok tertentu

presentasi kelompok yang lain

memperhatikan dan

mendengarkan, bertanya, atau

menambahkan gagasan (masing-

masing kelompok 10 menit)

3) Guru menambahkan apabila ada

materi yang kurang, dan

meluruskan apabila ada materi

yang belum benar (30 menit)

70 menit

3. Penutup 1. Guru memberi waktu untuk peserta 10 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

174

didik yang ingin mengajukan

pertanyaan terkait materi yang belum

dipahami dan menyalin peta konsep

kerajaan Demak dan Pajang di catatan

masing-masing.

2. Guru dan peserta didik bersama-sama

membuat simpulan atau refleksi

pembelajaran.

3. Guru menyampaikan rencana

pembelajaran pada pertemuan

berikutnya.

4. Menutup pembelajaran dengan do’a.

Total 90 menit

Pertemuan ke-6

NO. KEGIATAN DESKRIPSI ALOKASI

WAKTU

1. Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam.

2. Guru menginstruksikan ketua kelas

untuk memimpin do’a sebelum

memulai pelajaran.

3. Guru menanyakan kehadiran peserta

didik.

4. Guru mengonfirmasi kesiapan peserta

didik untuk menerima pelajaran.

5. Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran.

6. Guru memberikan apersepsi untuk

membawa siswa keluar dari keadaan

pasif dengan menanyakan materi

minggu lalu.

10 menit

2. Inti Langkah pembelajaran scientific dengan

model DiscoveryLearning:

a Mengamati

Peserta didik membaca sekilas

tentang perkembangan masyarakat,

pemerintahan, dan kebudayaan

kerajaan Mataram Islam selama 10

menit.

b Menanya

Peserta didik diinstruksikan

menanyakan tentang materi yang

belum dimengerti pada pertemuan

sebelumnya.

c Mengkomunikasikan

1) Kelompok 4 mempresentasikan

70 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

175

tentang kerajaan MataramIslam

(15 menit).

2) Pada saat kelompok tertentu

presentasi kelompok yang lain

memperhatikan dan

mendengarkan, bertanya, atau

menambahkan gagasan (masing-

masing kerajaan mendapat bagian

15 menit)

4) Guru menambahkan apabila ada

materi yang kurang, dan

meluruskan apabila ada materi

yang belum benar (30 menit)

3. Penutup 1. Guru memberi waktu untuk peserta

didik yang ingin mengajukan

pertanyaan terkait materi yang belum

dipahami dan menyalin peta konsep

kerajaan Mataram Islam di catatan

masing-masing.

2. Guru dan peserta didik bersama-sama

membuat simpulan atau refleksi

pembelajaran.

3. Guru menyampaikan rencana

pembelajaran pada pertemuan

berikutnya.

4. Menutup pembelajaran dengan do’a.

10 menit

Total 90 menit

Pertemuan ke-7

NO. KEGIATAN DESKRIPSI ALOKASI

WAKTU

1. Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam.

2. Guru menginstruksikan ketua kelas

untuk memimpin do’a sebelum

memulai pelajaran.

3. Guru menanyakan kehadiran peserta

didik.

4. Guru mengonfirmasi kesiapan peserta

didik untuk menerima pelajaran.

5. Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran.

6. Guru memberikan apersepsi untuk

membawa siswa keluar dari keadaan

pasif dengan menanyakan materi

minggu lalu.

10 menit

2. Inti Langkah pembelajaran scientific dengan 70 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

176

model DiscoveryLearning:

a Mengamati

Peserta didik membaca sekilas

tentang perkembangan masyarakat,

pemerintahan, dan kebudayaan

kerajaan Banten selama 10 menit.

b Menanya

Peserta didik diinstruksikan

menanyakan tentang materi yang

belum dimengerti pada pertemuan

sebelumnya.

c Mengkomunikasikan

1) Kelompok 5 mempresentasikan

tentang kerajaan Banten (15

menit).

2) Pada saat kelompok tertentu

presentasi kelompok yang lain

memperhatikan dan

mendengarkan, bertanya, atau

menambahkan gagasan (15

menit)

3) Guru menambahkan apabila ada

materi yang kurang, dan

meluruskan apabila ada materi

yang belum benar (masing-

masing 30 menit)

3. Penutup 1. mengajukan pertanyaan terkait materi

yang belum dipahami dan menyalin

peta konsep kerajaan Banten di

catatan masing-masing.

2. Guru dan peserta didik bersama-sama

membuat simpulan atau refleksi

pembelajaran.

3. Guru menyampaikan rencana

pembelajaran pada pertemuan

berikutnya.

4. Menutup pembelajaran dengan do’a.

10 menit

Total 90 menit

Pertemuan ke-8

NO. KEGIATAN DESKRIPSI ALOKASI

WAKTU

1. Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam.

2. Guru menginstruksikan ketua kelas

untuk memimpin do’a sebelum

memulai pelajaran.

10 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

177

3. Guru menanyakan kehadiran peserta

didik.

4. Guru mengonfirmasi kesiapan peserta

didik untuk menerima pelajaran.

5. Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran.

6. Guru memberikan apersepsi untuk

membawa siswa keluar dari keadaan

pasif dengan menanyakan materi

minggu lalu.

2. Inti Langkah pembelajaran scientific dengan

model DiscoveryLearning:

a Mengamati

Peserta didik membaca sekilas

tentang perkembangan masyarakat,

pemerintahan, dan kebudayaan

kerajaan Goa dan Tallo selama 10

menit.

b Menanya

Peserta didik diinstruksikan

menanyakan tentang materi yang

belum dimengerti pada pertemuan

sebelumnya.

c Mengkomunikasikan

1) Kelompok 6 mempresentasikan

tentang kerajaan Goa dan Tallo (15

menit).

2) Pada saat kelompok tertentu

presentasi kelompok yang lain

memperhatikan dan

mendengarkan, bertanya, atau

menambahkan gagasan (10 menit)

4) Guru menambahkan apabila ada

materi yang kurang, dan

meluruskan apabila ada materi

yang belum benar (masing-masing

35 menit)

70 menit

3. Penutup 1. Guru memberi waktu untuk peserta

didik yang ingin mengajukan

pertanyaan terkait materi yang belum

dipahami dan menyalin peta konsep

kerajaan Goa dan Tallo di catatan

masing-masing.

2. Guru dan peserta didik bersama-sama

membuat simpulan atau refleksi

pembelajaran.

10 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

178

3. Guru menyampaikan rencana

pembelajaran pada pertemuan

berikutnya.

4. Menutup pembelajaran dengan do’a.

Total 90 menit

Pertemuan ke-9

NO. KEGIATAN DESKRIPSI ALOKASI

WAKTU

1. Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam.

2. Guru menginstruksikan ketua kelas

untuk memimpin do’a sebelum

memulai pelajaran.

3. Guru menanyakan kehadiran peserta

didik.

4. Guru mengonfirmasi kesiapan peserta

didik untuk menerima pelajaran.

5. Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran.

6. Guru memberikan apersepsi untuk

membawa siswa keluar dari keadaan

pasif dengan menanyakan materi

minggu lalu.

10 menit

2. Inti Langkah pembelajaran scientific dengan

model DiscoveryLearning:

a Mengamati

Peserta didik membaca sekilas

tentang perkembangan masyarakat,

pemerintahan, dan kebudayaan

kerajaan Ternate dan Tidoreselama 15

menit.

b Menanya

Peserta didik diinstruksikan

menanyakan tentang materi yang

belum dimengerti pada pertemuan

sebelumnya.

c Mengkomunikasikan

3) Kelompok 7 mempresentasikan

tentang kerajaan Ternate dan

Tidore (15 menit).

4) Pada saat kelompok tertentu

presentasi kelompok yang lain

memperhatikan dan

mendengarkan, bertanya, atau

menambahkan gagasan (10 menit)

5) Guru menambahkan apabila ada

70 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

179

materi yang kurang, dan

meluruskan apabila ada materi

yang belum benar (masing-masing

35 menit)

3. Penutup 5. Guru memberi waktu untuk peserta

didik yang ingin mengajukan

pertanyaan terkait materi yang belum

dipahami dan menyalin peta konsep

kerajaan Ternate dan Tidore di

catatan masing-masing.

6. Guru dan peserta didik bersama-sama

membuat simpulan atau refleksi

pembelajaran.

7. Guru menyampaikan rencana

pembelajaran pada pertemuan

berikutnya.

8. Menutup pembelajaran dengan do’a.

10 menit

Total 90 menit

Pertemuan ke-10

NO. KEGIATAN DESKRIPSI ALOKASI

WAKTU

1. Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam.

2. Guru menginstruksikan ketua kelas

untuk memimpin do’a sebelum

memulai pelajaran.

3. Guru menanyakan kehadiran peserta

didik.

4. Guru mengonfirmasi kesiapan peserta

didik untuk menerima pelajaran.

5. Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran.

6. Guru memberikan apersepsi untuk

membawa siswa keluar dari keadaan

pasif dengan menanyakan materi

minggu lalu dan keterkaitannya

dengan materi pada pertemuan kali

ini.

10 menit

2. Inti Langkah pembelajaran scientific dengan

model DiscoveryLearning:

a Mengamati

Peserta didik diinstruksikan untuk

mengamati gambar bukti-bukti

pengaruh Islam dalam masyarakat

yang masih ada hingga kini

70 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

180

b Menanya

1) Guru memotivasi peserta didik

untuk bertanya.

2) Guru memilih satu atau lebih

pertanayaan yang berkaitan dengan

materi dan membahasnya.

c Mengumpulkan informasi

1) Guru menjelaskan materi bukti-

bukti pengaruh Islam dalam

masyarakat yang masih ada hingga

kini.

2) Peserta didik diinstruksikan

memperhatikan penjelasan dari

guru.

3) Peserta didik diinstruksikan untuk

mencatat penjelasan dari guru.

3. Penutup 1. Guru dan peserta didik bersama-sama

membuat simpulan atau refleksi

pembelajaran.

2. Guru menyampaikan rencana

pembelajaran pada pertemuan

berikutnya, yaitu presentasi dari

masing-masing kelompok.

3. Menutup pembelajaran dengan do’a.

10 menit

Total 90 menit

H. PENILAIAN HASIL BELAJAR

Pencapaian

Kompetensi

Teknik Penilaian Bentuk Instrumen

Sikap Observasi Lembar pengamatan dan rubrik

Pengetahuan Tes Tulis Uraian dan pedoman penilaian

Keterampilan Penilaian

Portofolio

Pedoman penskoran dan pedoman

penilaian

Mengetahui:

Kepala SMA Negeri 6 Yogyakarta

Drs. Munjid Nur Alamsyah, M.M.

NIP. 19611212 198703 1007

Yogyakarta, 25 Januari 2019

Guru Mata Pelajaran,

Wahyu Ida Permatasari, S.Pd.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

181

Lampiran 1. Materi Pembelajaran yang akan disampaikan

Fakta : Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara Sultan-sultan yang

memimpin kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara.

Kemunduran kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara

Konsep :Berbagai keadaan masyarakat kerajaan-kerajaan Islam di

Nusantara.

Berbagai keadaan sosial-politik kerajaan-kerajaan Islam di

Nusantara

Prosedural :Kerajaan Samudera Pasai Aceh Darussalam Demak Pajang

Mataram Islam Banten Goa Tallo Ternate dan Tidore

Metakognitif : Ringkasan Materi Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara

1. Kerajaan Samudra Pasai

Letak sebelah timut Lhokseumawe, Nangro Aceh

Tumbuh pertengahan abad ke-13 M (1270-1275 M)

Kondisi Sriwijaya yang lemah – karena perluasan kerajaan Singhasari dari

Jawa Sriwijaya kurang mampu melakukan kontrol sejak awal abad ke-13

M lambat laun muncul komunitas muslim tumbuhlah Kerajaan Samudra

Pasai

a. Keadaan Politik Samudra Pasai

Nama-nama sultan yang memerintah Samudra Pasai berdasarkan sumber

Sejarah Melayu dan Hikayat Raja-Raja Pasai

1) Sultan Malik as-Shalih sudah ada hubungan dengan Cina (berita dinasti

Yuan) – pada tahun 1282 M seorang utusan Cina meminta untuk agar

raja Samudra mengirimkan dutanya ke Cina yaitu Sulaeman dan Snams-

ad-Din.

2) Sultan Muhammad Malik az-Zahir (1297-1326)

3) Sultan Mahmud Malik az-Zahir (1346-1383) ada hubungan dengan

negeri-negeri Timur Tengah sekitar tahun 1346 M (berita Ibn Battutah) –

berkunjung ahli-ahli agama dari Persi (Iran) bernama Qadi Sharif Amir

Sayyid dari Shiraz, dan Taj-al-Din dari Isfahan.

4) Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir (1383-1405)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 198: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

182

5) Sultanah Nahrisyah (1405-1412)

6) Abu zaid Malik az-Zahir (1412-?)

7) Mahmud Malik az-Zahir (1513-1524)

Pada abad ke-16 M masa puncaknya Samudra Pasai (berita Tome Pires

(1512-1515)) mengalami kemajuan dalam bidang keagamaan,

perekonomian, dan perdagangan.

Mengadakan hubungan persahabatan dengan Malaka

Samudra Pasai mempunnyai peran penting dalam penyebaran agama Islam

di Asia Tenggara Malaka menjadi kerajaan bercorak Islam karena

hubungannya Samudra Pasai bahkan juga mengadakan hubungan

pernikahan antara putra-putra Pasai dan Malaka awal abad 15 M

tumbuh kerajaan Islam di Malka oleh Paramisora.

Pengislaman juga dilakukan pada raja PTANI yang bernama Paya Tu

Naqpa oleh Syaikh Sa’id karena berhasil menyembuhkan raja Patani dari

sakitnya.

b. Keadaan keagamaan, perekonomian, dan perdagangan

Para pedagang yang hadir di Pasai dari negeri Rumi, Turki, Arab,

Persia, Gujarat, Keling, Bengali, Malayu, Jawa, Bruas, Siam, Kedah, dan

Pegu.

Kerajaan menggunakan mata uang mata uang kecil disebut ceitis, yang

dari emas disebut dramas.

Komoditas perdagangan yang dihasilkan lada, sutra, kapur barus, dan

banyak lagi.

Pendapatan kerajaan juga diperoleh dari pungutan pajak barang yang

diekspor dan diimpor.

Bidang keagamaan banyak para ulama dari Persia, Syria, dan Isfahan

yang datang ke Samudra Pasai (berita Ibn Battutah) sultan taat dengan

agama Islam yang bermadzhab Syafi’i.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 199: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

183

c. Kemunduran Samudra Pasai

Sejak kedatangan Portugis di Malaka tahun 1511 M dan meluaskan

kekuasaannya, maka kerajaan Samudra Pasai mualai dikuasai pada tahun

1521 M. Akan tetapi Kerajaan Aceh Darussalam di bawah pimpinan Sultan

Ali Mughayat Syah lebih berhasil menguasai Samudra Pasai begitu pula

kerajaan Islam dipesisir seperti Aru, Pedir juga berada dibawah pengaruh

Kerajaan Aceh Darussalam.

2. Kerajaan Aceh Darussalam

Letak Aceh Darussalam

Pada tahun 1520 Kerajaan Aceh Darussalam di bawa pimpinan Sultan Ali

Mughayat Syah berhasil melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan Pedir.

Sekaligus pada tahun tersebut berhasil menundukkan kerajaa Daya, Pada

tahun 1524 Pedir dan Samudra Pasai pun ditaklukkan.

a. Keadaan politik

1) Sultan Ali Mughayat Syah

Di bawah kepemimpinannya, kerajaan Aceh mengadakan penyerangan

terhadap kapal Portugis di Bandar Aceh. Tahun 1529 persiapan

penyerangan terhadap Portugis di Malaka juga dilakukan, tetapi gagal

karena beliau wafat pada tahun 1530 M.

2) Sultan Alauddin Ri’ayat Syah al-Kahar

Usaha-usahanya:

Mengembangkan kekuatan angkatan perang.

Mengembangkan perdagangan.

Mengadakan hubungan internasional dengan negeri-negeri di Timur

tengah seperti Turki, Abysinia, dan mesir.

Tahun 1563 ia mengirim utusan ke Konstantinopel untuk meminta

bantuan usaha melawan Portugis 2 tahun kemudian datang bantuan

dari Turki berupa teknisi Sultan menyerang dan menakhlukkan

banyak kerajaan seperti Aru, Batak dan Barus. Johor juga diserang

pada tahun 1537,1547, dan 1568.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 200: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

184

3) Sultan Ali Ri’ayat Syah (1568-1588)

Tahun 1573 melakukan penyerangan ke Malaka, dan menyerang Perak

tahun 1575 (setelah Sultan Ahmad (perak) gugur, istri dan anaknya

(Mansur) dibawa ke Aceh dan dinikahkan putri Ali Ri’ayat Syah).

Mengadakan hubungan degan Ratu kalinyamat di Jepara

4) Sultan Alauddin Mansur Syah

Sangat baik, jujur, dan mencintai ulama (Hikayat Bustan as-Salatin).

5) Sultan Alauddin Ri’ayat Syah ibn Sultan Munawar Syah (1585-1588)

6) Sultan Alauddin Ri’ayat Syah ibn Firman Syah (1588-1604)

7) Sultan Iskandar Muda (1607-1636) puncak kejayaan kerajaan Aceh

Darussalam

Berhasil menundukkan daerah-daeraah di sepanjang pesisir Timur dan

Barat, Johor, Semenanjung Malasyia, kedudukan Portugis di Mlaka

juga terus menerus mengalami ancaman dan serangan.

Hubungan politik dengan negeri-negeri di Timur semakin ditingkatkan

Hubungan perdagangan juga ditingkatkan

Awal abad ke-19 kerajaan menagalami anacaman dari kolonialisme

Belanda yang terus meluaskan kekuasaannya Perang Aceh (1873-

1904) – serangan pasukan Aceh dipimpin oleh Panglima Polim, Habib

Abdurrahman, Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar dan Cut Nyak Din. –

Belanda melakukan politik dengan memisahkan antara kaum

bangsawan dengan kaum ulama Aceh (ide CH. Snouck Hurgrounje)

berhasil Sultan Muhammad Daud Syah menyerah dan

menandatangani perjanjian damai pada 10 Januari 1903.

8) Sultan Iskandar Thani (1636-1641)

9) Putri Iskandar Muda bergelar Taj Al-Alam Safiatuddin Syah (1641-

1675) daerah kekuasaan kerajaan mulai terbatas

10) Sri Sultanah Nur Al-Alam Naqiat Ad-Din Syah (1675-1688)

11) Sultanah Inayat Syah Zakiat ad-Din Syah (1688)

12) Sultanah Kamalat Syah (1688-1699)

13) Keturunan orang Arab dan ugis (1699-1735)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 201: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

185

Sejak awal ke-18 kerajaan mulai mengalami keruntuhan.

b. Keadaan sosial-ekonomi kerajaan Aceh Darussalam

Bidang ekonomi-perdagangan pada saat masa kejayaan kerajaan Aceh

Darussalam sangat berkembang. Komoditas yang diimpor antara lain yaitu

beras, guci, gula, sakar lumat, anggur, kurma, timah putih dan hitam, besi,

tekstil dari katun, kain batik mori, pinggan dan mangkuk, kipas, kertas, opium,

air mawar (sumber Kitab Adat Aceh). Sedangkan komoditas yang diekspor

yaitu kayu cendana, saapan, gandarukem, damar, getah perca, obat, parfum,

rasamala, kapur barus, bunga lawang, lada, gading, lilin, tali sabuk, sutra,

porselin, pakaian, minyak dan emas.

3. Kerajaan Demak

a. Latar Belakang

Sekitar tahun 1500 bupati Majapahit yang bernama Raden Patah

berkedudukan di Demak dan emmeluk Islam, ia memutuskan hubungan dengan

Majapahit yang sudah lemah. Kemudian ia mendirikan Kerajaan islam dengan

Demak sebagai pusatnya.

b. Politik

1) Raden Patah

2) Adipati Unus

Pada tahun 1513 ia berani memimpin suatu armada untuk menggempur

Malaka untuk mengusir Portugis, walaupun gagal, tetapi karena

keberaniannya itu ia

mendapat julukan Pangeran Sabrang Lor.

3) Sultan Trenggana

Meluaskan kekuasaannya ke Jawa bagian barat dan menyerang

Kerajaan Pajajaran (Sunda), ia mengirimkan pasukannya yang di

pimpin Fatahillah menyerang Pajajaran yang bersekutu dengan

Portugis (dengan jalan diplomasi melalui kerja sama perdagangan

dengan bangsa Portugis, terutama untuk produk lada, kemudian

Portugis diberikan hak untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 202: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

186

hal itu berarti ancaman invasi portugis di Jawa, jika hal itu terjadi

maka akan mengancam ambisi Sultan untuk mengislamkan seluruh

Jawa sebelum ke Sunda Kelapa, pasukan Demak singgah ke

Cirebon, atas dorongan dari mertuanya yaitu Sunan Gunung Jati,

maka berangkatlah ia dan pasukannya dibarengi dengan pasukan

gabungan dari Cirebon armada Portugis berhasil dikalahkan

pelabuhan Kalapa yang berhasil direbut diganti namanya menjadi

Jayakarta oleh Fatahillah.

Di bagian timur Sultan juga menundukkan kerajaan-kerajaan yang

masih bercorak Hindu seperti Kadiri (1527), Tuban, Wirasari (1528),

Gagelang di Madiun (1529), Lendangkungan (1530), Surabaya

(1531), Pasuruan (1535), Panurakan, Lamongan, Blitar, dan Wirasaba,

Gunung Penanggungan (1543), Mamenang Thanu (1544), Sengguruh

(1545), Balambangan (1546) tetapi Sultan Trenggana gugur sehingga

Balambangan belum Islam.

c. Runtuhnya Kerajaan Demak

Sepeninggal Sultan Trenggana, terjadi perebutan tahta antara anak dan

adik Trenggana. Adik Trenggana segera terbunuh (dijuluki Pangeran

Sekar Seda ing Lepen, karena terbunuh ditepi sungai) naiklah tahta

yaitu anak Trenggana yaitu Pangeran Prawoto (anak Sultan Trenggana

Pangeran Prawoto beserta keluarganya dibunuh oleh Arya Panangsang

(anak Pangeran Sekar Seda ing Lepen).

Arya Panangsang sangat kejam, sehingga banyak yang tidak senang

terhadapnya. Ia juga membuat marah Hadiwijaya (Jaka Tingkir) dan Ki

Gede Pamanahan juga Ki Penjawi Hadiwijaya (Joko Tingkir, ipar Sedo

ing Lepen) menantu Sultan Trenggana, ia berhasil membinasakan Arya

Panangsang dan naik tahta, kemudian memindahkan ibu kota Demak

dipindahkan olehnya ke Pajang. Sebagai tanda terimakasih, Hadiwijaya

menghadiahkan tanah perdikan yang disebut Mataram kepada Ki Ageng

Pemanahan, kemudian Ki Penjawi diberi jabatan sebagai adipati di Pati.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 203: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

187

Setelah Hadiwijaya wafat tahun 1587 penggantinya sebagai sultan

Pajang adalah Aria Pangiri putra Pangeran Prawoto, sedangkan putra

Hadiwijaya yang bernama Pangeran Benowo diangkat sebagai sultan di

Jipang karena kecewa Pangeran Benowo dengan bantuan

Sutawijaya/Panembahan Senopati (anak Ki Gede Pamanahan) merebut

tahta Pajang atas jasanya Sutawijaya diberikan kekuasaaan atas Jipang.

4. Kerajaan Mataram Islam

a. Latar Belakang

Ki Ageng Pemanahan mendirikan keraton tahun 1578

Pada awal pemerintahannya ia banyak mendapatkan tentangan dari

Surabaya (1586), Madiun, dan Ponorogo ditahun yang sama, pada tahun

1595 ia berhasil menundukkan Cirebon dan Galuh.

b. Kondisi Sosial-Politik

Sultan-sultan yang memerintah Mataram:

1) Ki Ageng Pemanahan (Ki Ageng Mataram) (1578-1587)

2) Senapati ing Alaga (1578-1601)

3) Mas Jolang (1601-1613) melakukan pembangunan kota, pembuatan

taman Danalaya, kolam (segaran), kompleks pemakaman Kota Gede

dijuluki Panembahan Seda Ing Krapyak karena meninggal di tempat

perburuan (krapyak).

4) Pangeran Maratapura sering sakit, sehingga segara digantikan

kakaknya.

5) R.M Jatmiko atau Pangeran Rangsang (bergelar Sultan Agung Senapati

ing Alaga)

melakukan penyerangan terhadap kerajaan yang melepaskan diri dari

kekuasaan Mataram (Surabaya (1625), Pati, Giri, Blambangan).

Mengadakan hubungan dengan VOC yang sudah dirintis sejak

pemerintahan Mas Jolang

Gelar pertama yang digunakan adalah Panembahan Hanyakrakusuma atau

"Prabu Pandita Hanyakrakusuma". Setelah Menaklukkan Madura dia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 204: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

188

menggunakan gelar "Susuhunan Hanyakrakusuma". Terakhir setelah

1640-an dia menggunakan gelar bergelar "Sultan Agung Senapati

Ingalaga Abdurrahman".

Sejak tahun 1624 hubungan dengan VOC meburuk, Sultan Agung merasa

bahwa VOC berusaha melakukan kolonialismenya yang mengancam

kekuasaan politik Mataram.

Pengepungan Batavia untuk mengusir VOC dimulai tahun 1628 dan gagal,

diulangi kembali tahun 1629 dan tetap gagal. Sultan Agung sakit dan

wafat pada tahun 1645.

6) Amangkurat I (bergelar Sultan Amangkurat Senapati ing Alaga Ngabdur

Rahman Sayidin Panatagama)

Ia memindahkan keraton dari Kota Gede ke Plered.

Ia memerintah dengan kejam.

Lebih dekat dengan VOC untuk mencari dukungan daripada dukungan

dari masyarakat kerajaannya sendiri kedekatan tersebut menyebabkan

banyaknya tindakan VOC mencampuri politik kerajaan.

Terjadi pemberontakan Trunajaya dari Madura Amangkurat I meminta

bantuan terhadap VOC, tetapi wafat ditengah perjalanan karena sakit pada

tahun 1677.

7) Amangkurat II (Adipati Anom)

Ia sangat patuh terhadap VOC.

Belanda mengausai hampur seluruh wilayah Mataram Amngkurat II

mengungsi ke pedesaan dan membangun ibu kota Mataram yang baru di

Wonokerto yang kemudian diberi nama Kartasura.

8) Amangkurat III

Tidak menyukai VOC VOC mengangkat Pakubuwana I (Puger) sebagai

Sultan dualisme pemerintahan

Amangkurat III memberontak dan tertangkap di Batavia dan dibuang ke

Sri Lanka.

9) Pakubuwana I

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 205: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

189

10) Amangkurat IV

11) Pakubuwana II

12) Pakubuwana III

Perjanjian Giyanti (Karanganyar, Jateng) pada 13 Februari 1755:

Pembagian Mataram menjadi dua wilayah yaitu Kasultanan

Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta (Solo).

Atas intervensi Belanda tahun 1575 berdasarkan Perjanjian Salatiga

Mataram dibagi kembali menjadi: Kesultanan Yogyakarta, Kasunanan

Surakarta, dan Mangkunegaran.

Pada tahun 1813 Kesultanan Yogyakarta dibagi menjadi dua :

Kesultanan Yogyakarta dan Pakualaman.

5. Kerajaan Banten

a. Latar Belakang

Babad/Sejarah Banten Banten direbut orang muslim di bawah pimpinan

Maulana Hasanuddin, putra Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)

sekitar tahun 1525-1526 M pusat kerajaan dipindahkan ke Surosowan.

Sejak pemerintahan Maulana Hasanuddin daerah Lampung sudah masuk

ke dalam kekuasaan Banten, juga dengan Jayakarta.

b. Kondisi Sosial-politik Kerajaan

Sultan-sultan yang memimpin Kerajaan Banten:

1) Maulana Hasanuddin

2) Maulana Yusuf Banten mengalami kemajuan dalam bidang

pembangunan kota, desa-desa, pembuatan persawahan, dan

perladangan (Babad/Sejarah Banten). Banten dibawah

kepemimpinannya juga dapat mengalahkan kerajaan Pajajaran.

3) Maulana Muhammad melakukan serangn terhadap Palembang dan

gugur dalam peperangan.

4) Abulmafakhir Mahmud Abdulkadir pada masanya , pemerintahan

mulai dirongrong oleh Belanda (VOC).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 206: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

190

5) Pangeran Surya (Sultan Ageng Tirtayasa) Banten mencapai

puncaknya dalam bidang politik, perekonomian, perdagangan,

keagamaan dan kebudayaan.

6) Sultan Haji Banten mengalami kemunduran, karena Sultan Haji

sangat dekat dengan VOC Sultan Ageng Titayasa sangat tidak suka

melihat hal tersebut Sultan Haji dibantu dengan VOC melawan

Sultan Ageng Tirtayasa Sultan Ageng menyingkir dari istana.

Akhirnya Sultan Haji terikat perjanjian dengan VOC mengganti

kerugian VOC sebesar 12.000 ringgit dan VOC berhak membangun

Benteng Speelwijk untuk seterusnya bidang ekonomi-perdagangan,

ikut campurnya politik VOC dalam setiap pergantian Sultan.

6. Kerajaan Goa-Tallo

a. Latar Belakang

Kerajaan Gowa-Tallo sering bermusuhan dengan kerajaan-kerajaan yang

ada di Sulawesi Selatan seperti Luwu, Bone, Soppeng, dan Wajo. Kerajaan Luwu

yang bersekutu dengan Wajo ditaklukkan oleh Gowa-Tallo Wajo menjadi

bawahan Gowa, hanya Bone yang bertahan karen secara diam-diam mendapat

bantuan dari Wajo.

Dalam sebuah penyerangan terhadap Gowa-Tallo, Karaeng Gowa

meninggal Bone, Wajo, dan Soppeng mengadakan persatuan. Gowa resmi

menjadi kerajaan Islam pada tahun 1605 dan mulai meluaskan politiknya ke

kerajaan-kerajaan lain agar masuk Islam diantaranya: Wajo (1610), dan Bone

(1611).

b. Kondisi politik dan sosial Kerajaan

Kerajaan Goa-Tallo sering disebut dengan Kerajaan Makassar

Setelah pemimpin memeluk Islam, Sultan Gowa yang bernama Daeng

Manrabia menjadi raja dan bergelar Sultan Alauddin, sedangakan raja Tallo

Karaeng Matoaya menjadi perdana menteri dengan gelar Sultan Abdullah.

Kejayaan Makassar terjadi pada masa kepemimpinan Sultan Muhammad Said

(1639-1653) dan Sultan Hasanuddin (1653-1669) membawa Makasar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 207: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

191

sebagai daerah dagang yang maju – wilayah kekuasaan meluas ke Flores dan

Pulau Solor.

Masa Sultan Hasanuddin berperang melawan VOC – Perang Makasar

(1666-1669) atas keberaniannya dengan pasukan Belanda di Maluku ia

mendapat julukan “Ayam Jantan dari Timur”.

Penyebab perang Makassar: cita-cita Hasanuddin menjadikan Makasar pusat

perdagangan di Nusantara bagian Timur berarti bagi Belanda kekuasaan

Gowa-Tallo mengancam lalu lintas perdagangan VOC dari Maluku ke

Batavia, kemudian mengancam eksistensi penguasaan ekonomi VOC di

Maluku.

Pelucutan armada Belanda oleh Hasanuddin di Maluku Belanda marah

mendapat bantuan dari Sultan Bone, Aru Palaka dengan syarat kemerdekaan

Bone akhirnya Belanda menyerang Hasanuddin Hasanuddin terpaksa

menandatangani perjanian Bongaya (1667).

Hasanuddin digantikan oleh Mapasomba putranya kekalahannya melawan

VOC membuat Makasar dikuasai VOC.

Makasar berkembang menjadi pelabuhan internasional banyak pedagang

asing berdagang di Makasar seperti Portugis, Inggris, dan Denmark.

Kehidupan sosial sehari-hari masyarakat Makasar terikat oleh norma adat

yang mereka anggap sakral yang diatur berdasarkan adat dan Islam

(Pangadakkang).

Masyarakatnya juga mengenal lapisan sosial

Sebagai negeri maritim, hasil kebudayaannya yang terkenal adalah perahu

pinisi.

7. Kerajaan Ternate dan Tidore

a. Latar Belakang Kerajaan Ternate

Cerita Tradisi Ternate bahwa Raja Ternate Molomatea (1350-1357)

bersahabat dengan orang-orang muslim Arab yang datang ke Maluku

untuk memberikan petunjuk pembuatan kapal. Kemudian diceritakan pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 208: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

192

masa pemerintahan Raja Maulana Marhum di Ternate, datang seorang

alim dari Jawa bernama Maulana Husein yang mengajarkan membaca Al-

qur’an dan menulis huruf Arab menarik keluarga serta masyarakatnya.

Cerita lain Raja Cico bersama Zainal Abidin pergi ke Jawa belajar

agama, Zainal Abidin yang mendapat ajaran Islam dari Sunan Giri,

sekembalinya dari Jawa membawa mubalig (Tuhubahalul).

b. Keadaan Sosial dan Politik Kerajaan Ternate

Tidak ada sumber yang secara pasti menjelaskan kapan Islam masuk ke

Maluku, yang pasti Ternate memeluk islam sekitar pertengahan abad ke 15

ketika Raja Marhum (1465-1486) masuk Islam yang diikuti seluruh

kerabat dan pejabat Kerajaan.

Sultan Zainal Abidin (1486-1500), putra Raja Marhum Islam

berkembang pesat

Sultan selanjutnya yaitu Sirullah (1500-1521), Khairun (1534-1570), dan

Baabullah (1570-1583).

Kesultanan Ternate membentuk persekutuan perdagangan yang disebut Uli

Lima (Bacan, Obi, Seram, Ambon, dan Ternate (pemimpinnya)).

Sultan Khairun berhasil mempersatukan daerah-daerah di Maluku Utara

terjadi perpecahan ketika Portugis datang ke Ternate dan Spanyol ke

Tidore dalam upaya monopoli perdagangan rempah-rempah.

Portugis memusatkan perhatiannya tergadap ternate, dan Spanyol terhadap

Tidore.

Kedatang Portugis di ternate dirasakan merugikan sering terjadi

pemberontakan terhadap kedudukan Portugis di Ternate (1565 Sultan

Khairun mengadakan penyerangan, pada akhirnya Sultan terbunuh karena

tipudaya portugis) perlawanan dilanjutkan pada masa pemerintahan

Sultan Baabullah

Wafatnya Sultan Baabullah memberikan kesempatan pada Spanyol untuk

menyerang Ternate (1606) pada masa kepemimpinan Sahid Barkat

Spanyol meminta benteng-benteng semua diserahkan kepada sekutu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 209: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

193

tawanan orang-orang Kristen dibebaskan, dan raja Ternate diasingkan ke

Manila.

Kekalahan Portugis di dengan Sultan Babullah menjadi pintu masuknya

Belanda (VOC).

c. Latar Belakang Kerajaan Tidore

Kesultanan berpusat di tidore, Maluku Utara (1322)

Raja pertama yang menggunakan gelar Sultan yaitu Caliati atau

Jamaluddin.

d. Keadaan Sosial politik Tidore

Kesultanan membentuk persekutuan dagang bernama Uli Siwa (Makyan,

Jailolo, Pulau raja Ampat, Kai, Papua, dan Tidore (pemimpinnya)).

Konflik dengan Ternate terjadi sejak 1512 kedatangan Portugis dan

Spanyol di Maluku.

Baik Ternate dan Tidore sama-sama ingin wilayah yang berada dalam

persekutuan kesultanan masing-masing.

Sultan Mansur (1521) menerima Spanyol

Masa Kejayaan Tidore masa Sultan Nuku (1738-1805)

Pada tahun 1580 portugis dan Spanyol bersatu mencoba menguasai

kembali ternate kekalahan- kekalahan Ternate menyebabkan

dimintanya bantuan dari VOC pada tahun 1603 Spanyol berhasil diusir

dari ternate Ternate menandatangani kontrak dengan VOC tentang

monopoli di Maluku yang berujung penguasan Belanda (VOC) secara

perlahan terhadap Ternate – VOC membangun benteng di Ternate

(benteng Oranje).

Lampiran 2. Penilaian Pengetahuan

Kisi-kisi Soal

NO Materi Indikator Soal Bentuk

Soal

Nomor

Soal

Ket

1 Kehidupan

masyarakat

(letak kerajaan,

Diberikan wacana

tentang persoalan

kemunduran

Uraian 1 C4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 210: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

194

politik,

ekonomi,

kebudayaan dan

sumber sejarah,

penyebab

kemunduran)

pada masa

Kerajaan

Samudera

Pasai?

keerajaan

Samudera Pasai.

2 Kehidupan

masyarakat

(letak kerajaan,

politik,

ekonomi,

kebudayaan dan

sumber sejarah,

penyebab

kemunduran)

pada masa

Kerajaan Aceh

Diberikan wacana

tentang sistem

politik

pemerintahan

kerajaan Aceh dan

korelasinya

dengan

Perpolitikan

Indonesia saat ini

Uraian 2 C4

3 Faktor

berkembangnya

kerajaan Demak

Peserta didik

dapat menjelaskan

dan menyebutkan

bagaimana faktor

berkembangnya

kerajaan Demak

Uraian 3 C3

4 Kehidupan

sosial budaya

kerajaan

Mataram Islam

Peserta didik

disajikan gambar

sekaten,

kemudaian persta

didik

menganalisis

bagaimana sistem

sosial budaya

kerajaan Mataram

Islam di bawah

Sultan Agung

Uraian 4 C5

5 Kemunduran

Kerajaan

Banten

Peserta didik

diberikan silsilah

raja kerajaan

Banten dan

Uraian 5 C4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 211: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

195

menjelaskan

bagaimana faktor

kemunduran

kerajaan Banten

karena pengaruh

asing

6 Sistem ekonomi

kerajaan Goa

Tallo

Peserta didik

disajikan peta

jalur

perekonomian

wilayah Indonesia

Timur kemudan

menganalisis

bagaimana sistem

ekonomi kerajaan

Goa Tallo setelah

dipengaruhi oleh

bangsa Eropa

Uraian 6 C4

7 Kemunduran

kerajaan

Ternate Tidore

Peserta didik

menganalisis

bagaimana

kemunduran

kerajaan Ternate

dan Tidore

Uraian 7 C4

8 Persebaran

Islam di Ternate

dan Tidore

Peserta didik

mampu

menjelaskan

bagaimana proses

persebaran agama

Islam di wilayah

Indonesia Timur

Uraian 8 C4

9 Dampak dari

pengaruh asing

di Indonesia

Peserta didik

diberikan artikel

tentang

banyaknya

perusahan-

perusahaan asing

yang ada di

Indonesia saat ini

dan dikorelasikan

dengan pengaruh

asing yang ada

Uraian 9 C5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 212: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

196

dimasa Islam dulu

10 Hikmah yang

dapat diambil

dari

mempelajari

kerajaan-

kerajaan Islam

di Nusantar

Peserta didik

menganalisis

hikmah atau nilai

yang dapat di

ambil setelah

mempelajari

kerajaan-kerajaan

Islam di

Nusantara

Uraian 10 C4

Soal!

1. Jelaskan faktor kemunduran dari kerajaan Samudera Pasai!

2. Korelasikan sistem politik pemerintahan kerajaan Aceh dengan keadaan

perpolitikan di Indonesia saat ini!

3. Jelaskan faktor perkebangan dari kerajaan Demak!

4. Bagaimana perekembangan budaya keajaan Mataram islam pada masa

pemerintahan Sultan Agung!

5. Jelaskan bagaimana faktor kemunduran kerajaan Banten karena pengaruh

asing!

6. Bagaimana sistem ekonomi kerajaan Goa Tallo setelah dipengaruhi oleh

bangsa Eropa!

7. Bagaimana kemunduran kerajaan Ternate dan Tidore?

8. Jenjelaskan bagaimana proses persebaran agama Islam di wilayah Indonesia

Timur!

9. Banyaknya perusahan-perusahaan asing yang ada di Indonesia saat ini dan

dikorelasikan dengan pengaruh asing yang ada dimasa Islam dulu!

10. hikmah atau nilai yang dapat di ambil setelah mempelajari kerajaan-

kerajaan Islam di Nusantara!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 213: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

197

1. LEMBAR PENGAMATAN SIKAP:

No

Nama

Peserta

Didik

Sikap

spiritual Sikapsosial

Jumlah

Skor

Mensyukuri

1-4

Jujur

1-4

Kerjasama

1-4

Hargadiri

1-4

1.

2.

Keterangan

SIKAP INDIKATOR

Mensyukuri Berdo’a sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran

Memberi salam pada saat awal dan akhir sesuai dengan agama yang

dianut

Saling menghormati dan toleransi

Memelihara hubungan baik dengan teman sekelas

Jujur Tidakberbohong

Mengembalikan kepada yang berhak bila menemukan sesuatu

Tidak menyontek

Terus terang

Kerjasama Peduli kepadas esama

Saling membantu dalam hal kebaikan

Saling menghargai/ toleran

Ramah dengan sesama

Harga diri Tidak suka dengan dominasi asing

Bersikap sopan untuk menegur bagi mereka yang mengejek

Cinta produk negeri sendiri

Menghargai dan menjaga karya-karya sekolah dan masyarakat

sendiri

Rubrik pemberian skor:

4 = jika peserta didik melakukan 4 kegiatan tersebut

3 = jika peserta didik melakukan 3 kegiatan tersebut

2 = jika peserta didik melakukan 2 kegiatantersebut

1 = jika peserta didik melakukan salah satu kegiatan tersebut.

Pedoman Penskoran:

4 : Baik Sekali A : 90-100 (Sangat Memuaskan)

3 : Baik B : 76-89 (Baik)

2 : Cukup C : 70-75(Cukup)

1 : Kurang D : <70 (Kurang)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 214: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

198

LEMBAR PENILAIAN HASIL DISKUSI

No NamaSiswa Relevansi

(1-4)

Kelengkapan

(1-4)

Kebahasaan

(1-4)

Jumlah

skor

1

2

3

Dst

Keterangan:

a. Relevansi merujuk pada ketepatan atau keterhubungan fakta yang diamati

dengan informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan kompetensi

dasar/tujuan pembelajaran.

b. Kelengkapan dalam arti semakin banyak komponen fakta yang terliput

atau semakin semakin sedikit sisa (residu) fakta yang tertinggal.

c. Kebahasaan menunjukkan bagaimana peserta didik Mendeskripsikan

fakta-fakta yang dikumpul kan dalam bahasa tulis yang efektif (tata kata

atau tata kalimat yang benar dan mudah dipahami).

Pedoman Penskoran

4 : Baik Sekali A : 90-100 (Sangat Memuaskan)

3 : Baik B : 76-89 (Baik)

2 : Cukup C : 70-75(Cukup)

1 : Kurang D : <70 (Kurang)

Pedoman Penilaian :

Nilai = x 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 215: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

199

LAMPIRAN 21

DOKUMEN DAFTAR NILAI

(Sumber: Dokumen Guru)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 216: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

200

LAMPIRAN 22

DOKUMENTASI PENGISIAN KUESIONER

Pengisian Kuesioner di Kelas X MIPA 1 pada 18 April 2019

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Peneliti Membagikan Lembar Kuesioner di Kelas X MIPA 1 Pada 18 April 2019

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 217: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

201

LAMPIRAN 23

DOKUMENTASI WAWANCARA

Wawancara dengan Ibu Wahyu Ida Permata Sari S.Pd pada 22 April 2019

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Wawancara dengan Ibu Tutik Trisnawati, S.Pd pada 24 April 2019

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 218: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

202

Wawancara dengan Martinus Tejakusuma pada 23 April 2019

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Wawancara dengan Qinaya Putri Kusuma pada 25 April 2019

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 219: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

203

Wawancara dengan Gerarda Novena Vinetri pada 25 April 2019

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Wawancara dengan Satriya Wira Devriyanta pada 25 April 2019

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 220: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

204

LAMPIRAN 24

SURAT IZIN MELAKSANAKAN PENELITIAN DARI UNIVERSITAS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 221: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

205

LAMPIRAN 25

SURAT IZIN MELAKSANAKAN PENELITIAN DARI DIKPORA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 222: PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI … · 7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA

206

LAMPIRAN 26

SURAT KETERANGAN TELAH MENYELESAIKAN PENELITIAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI