Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintaha

30
  Setelah membaca bab ini, diharapkan pembaca mampu untuk: 1. Menjelaskan pengertian dana umum dan ekuitas dana. 2. Menjelaskan fungsi ekuitas dana dalam akuntansi pemerintahan. 3. Menjelaskan pengertian elemen-elemen ekuitas dana. 4. Menjelaskan pengertian ekuitas dana lancar dan rumus penghitungannya. 5. Menjelaskan pengertian ekuitas dana investasi dan rumus penghitungannya. 6. Menjelaskan pengertian ekuitas dana cadangan dan rumus penghitungannya. 7. Menjelaskan persamaan akuntansi pemerintahan. 8. Membuat persamaan akuntansi pemerintahan. 9. Menerapkan persamaan akuntansi pemerintahan untuk menganalisis transaksi sederhana di pemerintahan. 10. Menjelaskan setiap akibat transaksi dalam akuntansi pemerintahan dan pengaruhnya terhadap persamaan akuntansi. 11. Menyusun neraca awal sederhana dari persamaan akuntansi pemerintahan. 12. Menjelaskan contoh penyesuaian dan pengaruhnya terhadap persamaan akuntansi dan neraca.

description

CASH TOWARD ACCRUAL

Transcript of Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintaha

  • Setelah membaca bab ini, diharapkan pembaca mampu untuk:

    1. Menjelaskan pengertian dana umum dan ekuitas dana.

    2. Menjelaskan fungsi ekuitas dana dalam akuntansi pemerintahan.

    3. Menjelaskan pengertian elemen-elemen ekuitas dana.

    4. Menjelaskan pengertian ekuitas dana lancar dan rumus

    penghitungannya.

    5. Menjelaskan pengertian ekuitas dana investasi dan rumus

    penghitungannya.

    6. Menjelaskan pengertian ekuitas dana cadangan dan rumus

    penghitungannya.

    7. Menjelaskan persamaan akuntansi pemerintahan.

    8. Membuat persamaan akuntansi pemerintahan.

    9. Menerapkan persamaan akuntansi pemerintahan untuk menganalisis

    transaksi sederhana di pemerintahan.

    10. Menjelaskan setiap akibat transaksi dalam akuntansi pemerintahan dan

    pengaruhnya terhadap persamaan akuntansi.

    11. Menyusun neraca awal sederhana dari persamaan akuntansi

    pemerintahan.

    12. Menjelaskan contoh penyesuaian dan pengaruhnya terhadap persamaan

    akuntansi dan neraca.

  • 2

    DANA UMUM DAN EKUITAS DANA Untuk memahami akuntansi pemerintahan menurut Standar Akuntansi

    Pemerintahan (SAP), maka kita perlu mengetahui mengenai mekanisme akuntansi

    dana umum yang dianut oleh SAP. Standar Akuntansi Pemerintahan Indonesia

    menganut konsep dana umum, sebagaimana dinyatakan secara implisit dalam

    Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan paragraf 15, sebagai berikut:

    Akuntansi dana dapat diterapkan untuk tujuan pengendalian masing-

    masing kelompok dana selain kelompok dana umum (the general fund)

    sehingga perlu dipertimbangkan dalam pengembangan pelaporan keuangan

    pemerintah.

    Pernyataan ini dapat diinterpretasikan bahwa akuntansi pemerintahan di

    Indonesia menganut konsep dana umum. Hanya saja, dalam standar selanjutnya

    tidak ditemukan penjelasan lebih lanjut mengenai dana umum ini. Dana umum ini

    dalam praktiknya terdapat pada sisi ekuitas di neraca pemerintah.

    Menurut Suwardjono (2005: 504), dana (fund) mempunyai dua pengertian yang

    saling dirancukan. Dana dapat diartikan sebagai kas (uang), aset likuid, atau

    sumber keuangan (financial resources) yang dapat digunakan untuk mendanai

    suatu kegiatan, program, atau proyek dalam rangka mencapai tujuan tertentu

    (spesifik). Dana juga dapat berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang dapat berupa

    kegiatan, program, atau proyek yang didanai dengan aset likuid tersebut.

    Pengertian dana menurut General Accounting Standard Board (GASB) Codification

    (Wilson and Katellus, 2004:34):

    A fund is formally defined as a fiscal and accounting entity with self balancing set of accounts recording cash and other financial resources, together with all related liabilities and residual equities or balances and changes there in, which are segregated for the purpose of carrying on spesific activities or attaining certain objectives in accordance with special regulations, restrictions, or limitations.

    Konsep dana sangat fundamental bagi akuntansi pemerintah. Sebagaimana

    dinyatakan di dalam definisi tersebut, suatu dana adalah merupakan entitas fiskal

    yang terpisah yang memiliki sumber daya sendiri dan melaporkan kewajibannya

    sendiri dan hasil operasi untuk periode fiskal. Lebih jauh, suatu dana secara

    konseptual memiliki catatan akuntansi tersendiri (misalnya jurnal, buku besar)

    dan dapat menyiapkan laporan keuangan sendiri secara terpisah. Dengan

  • 3

    demikian suatu dana merupakan entitas akuntansi tersendiri. Konsep ini

    memandang bahwa kegiatan, program, proyek atau unit kegiatan lainnya sebagai

    kesatuan atau entitas yang berdiri sendiri dan menjadi pusat pelaporan disebut

    dengan dana. Sumber keuangan yang dianggarkan dan diserahkan untuk

    pelaksanaan kegiatan dipertanggungjawabkan melalui kegiatan tersebut sebagai

    dana yang berdiri sendiri terpisah dengan dana yang lain. Dengan demikian

    diperlukan seperangkat sistem akuntansi yang dapat menghasilkan data akuntansi

    dan laporan keuangan untuk pertanggungjawaban kesatuan dana tersebut.

    Penjelasan mengenai pos ekuitas dalam neraca dapat ditemukan di dalam Buletin

    Teknis Nomor 03 tentang Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sesuai

    dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dengan Konversi, yang menyatakan:

    Pendekatan yang digunakan untuk menyajikan pos-pos ekuitas ke dalam

    format neraca berdasarkan SAP, dilakukan dengan pendekatan self

    balancing.

    Pendekatan self balancing di dalam neraca yang digunakan oleh SAP merupakan

    selisih antara saldo Aset dan Kewajiban. Dari penjelasan diatas, maka dapat

    disimpulkan bahwa ekuitas dana di dalam neraca merupakan:

    1. kelompok dana umum

    2. penyeimbang (self balancing) terhadap akun aset dan kewajiban

    Saldo dana dalam neraca dapat diinterpretasi sebagai dana likuid yang siap

    digunakan adalah ekuitas dana lancar Selisih Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)

    dan dana cadangan. Untuk menggunakan SiLPA dan dana cadangan perlu

    ketetapan hukum yang mengatur penggunaan dana SiLPA yang tersedia.

    PERSAMAAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN Standar Akuntansi Pemerintahan di Indonesia yang berlaku sejak tahun 2005 (PP

    No. 24 Tahun 2005 / PP No. 71 Tahun 2010 Lampiran 2) menganut basis kas

    menuju akrual. Menurut basis tersebut pendapatan dan belanja diakui pada saat

    kas masuk ke atau kas keluar dari Kas Negara, sementara aset, kewajiban dan

    ekuitas dana diakui berbasis akrual. Penerapan basis kas menuju akrual

    mengandung implikasi terhadap komponen laporan keuangan pemerintahan

    Indonesia, harus memiliki komponen aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan

    dan belanja.

    INSERT (KLASIFIKASI KOMPONEN LKP MENURUT PP 71 2010)

    ASET ( ASET LANCAR, INV. JP, ASET TETAP, ASET LAINNYA)

    KEWAJIBAN (JPD, JPJG)

  • 4

    EKUITAS

    Pemisahan antara eksekutif dan legislatif sebagai wakil dari rakyat dalam

    pemerintahan menimbulkan perlunya pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban

    pemerintah terhadap keuangan rakyat yang dikelolanya diwujudkan dalam

    bentuk pelaporan neraca yang mengharuskan bahwa aset pemerintah harus

    ditunjukkan asalnya, apakah dari kewajiban ataukah milik pemerintah sendiri

    (ekuitas dana). Dengan demikian, maka hubungan fungsional bahwa aset harus

    selalu sama dengan kewajiban dan ekuitas dana harus selalu dipertahankan.

    Hubungan fungsional antara aset, kewajiban dan ekuitas dana dalam akuntansi

    disebut dengan persamaan akuntansi.

    Persamaan akuntansi adalah hubungan fungsional antar akun (tempat mencatat

    transaksi) dalam suatu sistem akuntansi, akibat dimintanya pertanggungjawaban

    atas dasar konsep entitas pelaporan dan kemandirian entitas yang menghendaki

    agar kekayaan yang dikelola oleh pemerintah dapat ditunjukkan sumber atau

    asalnya. Secara sederhana, persamaan akuntansi pemerintah dapat digambarkan

    sebagai berikut:

    Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana

    Dengan menggunakan notasi, maka persamaan tersebut dapat ditulis:

    A = K + ED

    Di dalam sistem akuntansi pemerintahan yang berlaku di Indonesia berdasarkan

    Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), maka Ekuitas Dana pemerintah dibagi

    menjadi 3 kelompok, yaitu:

    1. Ekuitas Dana Lancar

    2. Ekuitas Dana Investasi

    3. Ekuitas Dana Cadangan

    Setiap kelompok dibagi menjadi akun-akun yang spesifik sesuai dengan dana yang

    dimaksudkan. Setiap kelompok dapat dijelaskan sebagai berikut:

    1. Ekuitas Dana Lancar

    Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dengan kewajiban jangka

    pendek. Dengan kata lain Ekuitas Dana Lancar sama dengan aset lancar

    dikurangi kewajiban jangka pendek.

    Pasangan Akun dalam Ekuitas Dana Lancar Akun Sub Ekuitas Dana Lancar Akun Lawan

    SiLPA/SiKPA (Selisih Lebih/Kurang Kas di Kas Daerah, Kas di Bendahara

  • 5

    Perhitungan Anggaran) Pengeluaran, dan Investasi Jangka Pendek

    Pendapatan yang Ditangguhkan Kas di Bendahara Penerimaan

    Cadangan Piutang Piutang

    Cadangan Persediaan Persediaan

    Dana yang Harus Disediakan untuk

    Pembayaran Hutang Jangka Pendek

    Hutang Jangka Pendek

    2. Ekuitas Dana Investasi

    Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam

    dalam aset non-lancar selain dana cadangan, dikurangi dengan kewajiban

    jangka panjang. Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan bersih

    pemerintah daerah yang tertanam dalam kekayaan berjangka panjang.

    Penyajian Ekuitas Dana Investasi di neraca dapat diperoleh dengan

    menjumlahkan:

    Investasi Jangka Panjang

    Aset Tetap

    Aset Lainnya

    Dikurangi:

    Jumlah Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Hutang Jangka

    Panjang

    Pasangan Akun dalam Ekuitas Dana Investasi Akun Sub Ekuitas Dana Investasi Akun Lawan

    Diinvestasikan dalam Investasi Jangka

    Panjang

    Investasi Jangka Panjang

    Diinvestasikan dalam Aset Tetap Aset Tetap

    Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Aset Lainnya

    Dana yang Harus Disediakan untuk

    Pembayaran Hutang Jangka Panjang

    Hutang Jangka Panjang

    3. Ekuitas Dana Cadangan

    Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang

    dicadangkan untuk tujuan yang telah ditentukan sebelumnya sesuai peraturan

    perundang-undangan. Dengan kata lain Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan

    kekayaan bersih pemerintah daerah yang tertanam dalam Dana Cadangan.

    Dengan demikian jumlah yang disajikan di neraca adalah sebesar jumlah Dana

    Cadangan. Dana cadangan ini tersimpan di dalam rekening di bank yang diatur

    dengan peraturan daerah.

    Pasangan Akun dalam Ekuitas Dana Cadangan Akun Sub Ekuitas Dana Cadangan Akun Lawan

    Diinvestasikan dalam Dana Cadangan Dana Cadangan

    Adanya 3 jenis Ekuitas Dana di dalam akuntansi pemerintahan Indonesia, akan

    mengubah struktur persamaan akuntansi, menjadi sebagai berikut:

  • 6

    A = K + EDL + EDI + EDC

    Dari persamaan diatas, A adalah Aset, K adalah Kewajiban, EDL adalah Ekuitas

    Dana Lancar, EDI adalah Ekuitas Dana Investasi, dan EDC adalah Ekuitas Dana

    Cadangan.

    Untuk mengecek ketepatan dalam penjumlahan angka-angka di dalam setiap

    kelompok ekuitas dana, dapat menggunakan rumus berikut ini:

    EDL = Aset Lancar - Kewajiban Jangka Pendek

    EDI = Investasi Jangka Panjang + Aset Tetap + Aset Lainnya

    Kewajiban Jangka Panjang

    EDC = Dana Cadangan

    Pemerintah melaksanakan operasional kegiatan pelayanannya kepada masyarakat

    dengan berdasarkan pada anggaran. Jika dilihat dari segi transaksi, terdapat 3

    tahap anggaran yaitu pada saat disahkan, diotorisasi, dan direalisasi. Anggaran

    pemerintah akan berpengaruh terhadap persamaan akuntansi pemerintah pada

    saat direalisasi atau saat terjadinya transaksi (dasar akrual) dan pada saat

    peneriman atau pengeluaran kas (dasar kas).

    Hubungan posisi keuangan awal dan posisi keuangan akhir setelah transaksi yang

    berdasarkan anggaran pemerintah, dapat digambarkan dalam notasi persamaan

    akuntansi sebagai berikut.

    Posisi keuangan awal:

    A = K + EDL + EDI + EDC

    Posisi keuangan akhir:

    A = K + EDL + EDI + EDC

    Tanda dalam persamaan di atas menunjukkan bahwa komposisi dan jumlah

    rupiah aset, kewajiban, dan ekuitas dana berubah setelah adanya transaksi tetapi

    jumlah rupiah aset total akan selalu sama dengan jumlah rupiah kewajiban dan

    ekuitas dana. Apabila elemen penyebab perubahan ekuitas dipisahkan, maka

    selama periode fiskal terjadinya transaksi, ekuitas awal tidak akan berubah dan

    sebagai gantinya timbul elemen-elemen Pendapatan (P) dan Belanja (B). Pada

    akhir periode, persamaan akuntansi pemerintah akan menjadi sebagai berikut:

    A = K + EDL + EDI + EDC + P - B

  • 7

    ILUSTRASI TRANSAKSI Untuk menggambarkan transaksi-transaksi yang terjadi dalam pemerintahan

    daerah yang disederhanakan, maka untuk memudahkan akan diilustrasikan

    sebagai berikut:

    Contoh 1

    Kabupaten Makmur, pada tahun 2005 baru pertama kali mengadakan

    inventarisasi dan dihasilkan data sebagai berikut (dalam jutaan rupiah):

    Kas di Kas Daerah Rp 5.000

    Persediaan 2.000

    Aset Tetap 3.000

    Dana Cadangan 1.000

    Hutang Jangka Pendek 1.500

    Hutang Jangka Panjang 2.500

    Buatlah persamaan akuntansi pemerintah atas inventarisasi yang dilakukan oleh

    Kabupaten Makmur!

    Dari soal contoh 1, kita dapat menyusun persamaan akuntansi sesuai dengan data

    hasil inventarisasi neraca awal Kabupaten Makmur sebagai berikut:

    (dalam jutaan rupiah)

    Kas di Kas

    Daerah

    Persedia-an

    Aset Tetap

    Dana Cadang-

    an

    Hutang Jangka Pendek

    Hutang Jangka

    Panjang

    Ekuitas Dana

    Lancar

    Ekuitas Dana

    Investasi

    Ekuitas Dana Cad.

    DEBET (Rp) KREDIT (Rp)

    5.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 5.500 500 1.000

    Neraca awal singkat atas transaksi pencatatan tersebut adalah sebagai berikut:

    Kabupaten Makmur Neraca Awal

    Per 31 Desember 2005 (dalam jutaan rupiah)

    Aset Kewajiban

    Aset Lancar Hutang Jangka Pendek Rp 1.500

    Kas di Kas Daerah Rp 5.000 Hutang Jangka Panjang 2.500

    Persediaan 2.000 Total Kewajiban 4.000

    Total Aset Lancar 7.000 Ekuitas Dana

    Aset Tetap dan Lainnya Ekuitas Dana Lancar 5.500

    Aset Tetap 3.000 Ekuitas Dana Investasi 500

    Dana Cadangan 1.000 Ekuitas Dana Cadangan 1.000

    Total Aset Tetap dan Lainnya 4.000 Total Ekuitas Dana 7.000

    Jumlah Aset Rp 11.000 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas

    Rp 11.000

  • 8

    Untuk menghitung ketepatan angka-angka dalam ekuitas dana, maka digunakan

    persamaan sebagai berikut (dalam jutaan rupiah):

    Ekuitas Dana Lancar (EDL) = Aset Lancar Kewajiban Jangka Pendek

    = Rp 7.000 Rp 1.500

    = Rp 5.500

    Ekuitas Dana Investasi (EDI) = Aset Tetap Kewajiban Jangka Panjang

    = Rp 3.000 Rp 2.500

    = Rp 500

    Ekuitas Dana Cadangan (EDC) = Dana Cadangan

    = Rp 1.000

    Berikut ini adalah neraca awal Kabupaten Makmur dengan rincian akun ekuitas

    dana.

    Kabupaten Makmur Neraca Awal

    Per 31 Desember 2005 (dalam jutaan rupiah)

    Aset Kewajiban

    Aset Lancar Hutang Jangka Pendek Rp 1.500

    Kas di Kas Daerah Rp 5.000 Hutang Jangka Panjang 2.500

    Persediaan 2.000 Total Kewajiban 4.000

    Total Aset Lancar 7.000 Ekuitas Dana

    Aset Tetap dan Lainnya Ekuitas Dana Lancar

    Aset Tetap 3.000 SiLPA 5.000

    Dana Cadangan 1.000 Cadangan Persediaan 2.000

    Total Aset Tetap dan Lainnya 4.000 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek

    (1.500)

    Ekuitas Dana Investasi

    Diinvestasikan dalam Aset Tetap

    3.000

    Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang

    (2.500)

    Ekuitas Dana Cadangan

    Diinvestasikan dalam Dana Cadangan

    1.000

    Total Ekuitas Dana 7.000

    Total Aset Rp 11.000 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas

    Rp 11.000

    Ket: YHD= Yang Harus Disediakan

  • 9

    Contoh 2

    Selama Tahun 2006, APBD Kabupaten Makmur ditetapkan dan direalisasikan

    sebagai berikut: (dalam jutaan rupiah)

    Pos APBD APBD Realisasi APBD

    Pendapatan Rp 29.000 Rp 30.000

    Belanja Operasi 16.000 15.000

    Belanja Modal /Aset Tetap 10.000 10.000

    Surplus/(Defisit) 3.000 5.000

    Penerimaan Pembiayaan_ dari Hutang Jangka Panjang 8.000 7.000

    Pengeluaran Pembiayaan_ Pembentukan Dana Cadangan (7.000) (5.000)

    Sisa Lebih/(Kurang Pembiayaan) 1.000 2.000

    SiLPA /(SiKPA) 4.000 7.000

    Secara deskriptif, transaksi akuntansi keuangan yang terjadi pada Kabupaten

    Makmur dalam tahun 2006 dapat diikhtisarkan sebagai berikut (dalam jutaan

    rupiah):

    A. Inventarisasi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 11.000

    B. Realisasi pendapatan asli Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 20.000

    C. Realisasi belanja operasi Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 15.000

    D. Realisasi belanja modal Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 10.000

    E. Korolari: pengakuan aset atas realisasi belanja modal Pemerintah Daerah

    Kabupaten Makmur Rp 10.000

    F. Realisasi penerimaan pembiayaan dari hutang jangka panjang Rp 7.000

    G. Korolari: pengakuan hutang jangka panjang Rp 7.000

    H. Pengeluaran pembiayaan berupa pembentukan dana cadangan pemerintah

    daerah untuk pembuatan bandara di Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur

    Rp 5.000

    I. Korolari: pengakuan atas penambahan dana cadangan Rp 5.000

    Bagaimanakah pengaruh dari realisasi APBD Kabupaten Makmur terhadap

    persamaan akuntansi pemerintah Kabupaten Makmur?

    Penjelasan Transaksi A

    Transaksi A adalah berupa pencatatan neraca awal, yang berasal dari inventarisasi

    aset dan kewajiban. Dalam transaksi ini dicatat aset yang bisa diidentifikasi serta

    kewajiban yang dimiliki oleh Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2005. Selisih

    antara total aset dan kewajiban, masing-masing akan diidentifikasi dan

    dikelompokkan ke dalam ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi dan ekuitas

    dana cadangan. Penjelasan atas transaksi pertama ini telah diuraikan di Contoh 1.

    Penjelasan Transaksi B

    Transaksi B adalah realisasi pendapatan pemerintah Kabupaten Makmur sesuai

    dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi pendapatan pemerintah Kabupaten

  • 10

    Makmur adalah Rp 30.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut

    akan menambah aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar

    Rp 30.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan menambah jumlah

    ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 30.000. Transaksi realisasi pendapatan

    pemerintah ini hanya akan menambah kas dan tidak mengubah komposisi aset

    lainnya.

    Penjelasan Transaksi C

    Transaksi C adalah realisasi belanja operasi pemerintah Kabupaten Makmur

    sesuai dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi belanja operasi pemerintah

    Kabupaten Makmur adalah Rp 15.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi

    anggaran tersebut akan mengurangi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur

    berupa kas sebesar Rp 15.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan

    mengurangi jumlah ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 15.000. Transaksi

    realisasi belanja operasi pemerintah ini hanya akan mengurangi kas, tidak

    mengubah komposisi aset lainnya. Sebagai lawannya, transaksi realisasi belanja

    operasi pemerintah akan mengurangi ekuitas dana lancar (SiLPA).

    Penjelasan Transaksi D

    Transaksi D adalah realisasi belanja modal pemerintah Kabupaten Makmur sesuai

    dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi belanja modal pemerintah Kabupaten

    Makmur adalah Rp 10.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut

    akan mengurangi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar

    Rp 10.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan mengurangi jumlah

    ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 10.000. Transaksi realisasi belanja operasi

    pemerintah ini bukan hanya akan mengurangi kas, tetapi juga akan mengubah

    komposisi aset lainnya, yaitu bertambahnya aset tetap sebagai akibat belanja

    modal. Sebagai lawannya, transaksi realisasi belanja modal pemerintah akan

    mengurangi ekuitas dana lancar (SiLPA) Rp 10.000.

  • Persamaan akuntansinya adalah sebagai berikut: (dalam jutaan rupiah)

    Tran-saksi

    Kas di Kas Daerah

    Persedia-an

    Aset

    Tetap

    Dana Cadangan

    Hutang Jangka Pendek

    Hutang Jangka

    Panjang

    Ekuitas Dana

    Lancar

    Ekuitas Dana

    Investasi

    Ekuitas Dana

    Cadangan

    Keterangan Transaksi

    DEBET (Rp) KREDIT (Rp)

    A 5.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 5.500 500 1.000 Neraca Awal

    B 30.000 30.000 Pendapatan

    35.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 35.500 500 1.000

    C (15.000) (15.000) Belanja Operasi

    20.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 20.500 500 1.000

    D (10.000) (10.000) Belanja Modal

    10.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 10.500 500 1.000

    E 10.000 10.000 Belanja Modal: Pengakuan Aset Tetap

    10.000 2.000 13.000 1.000 1.500 2.500 10.500 10.500 1.000

    F 7.000 7.000

    Penerimaan Pembiayaan dari Hutang Jangka Panjang

    17.000 2.000 13.000 1.000 1.500 2.500 17.500 10.500 1.000

    G 7.000 (7.000) Pengakuan Hutang Jangka Panjang

    17.000 2.000 13.000 1.000 1.500 9.500 17.500 3.500 1.000

    H (5.000) (5.000) Pengeluaran Pembiayaan

    12.000 2.000 13.000 1.000 1.500 9.500 12.500 3.500 1.000

    I 5.000 5.000 Pencatatan Penambahan Dana Cadangan

    12.000 2.000 13.000 6.000 1.500 9.500 12.500 3.500 6.000

  • Penjelasan Transaksi E

    Transaksi pengakuan aset tetap dan pengakuan hutang jangka panjang

    merupakan transaksi yang berbeda dengan transaksi yang terjadi di sektor

    swasta. Transaksi belanja modal sebesar Rp 10.000 akan mempengaruhi akun kas

    di sisi Debet, berupa pengurangan kas, dan ekuitas dana lancar berupa

    bertambahnya belanja modal sebesar Rp 10.000. Bertambahnya belanja secara

    langsung akan berpengaruh terhadap SiLPA di akhir periode. Pencatatan transaksi

    dengan metode ini hanya akan mempengaruhi aset berupa kas dan ekuitas dana

    berupa SiLPA. Sementara untuk pengakuan adanya aset terhadap transaksi ini

    memerlukan satu tahap pencatatan transaksi sebagai aset. Pengakuan atas aset

    sebagai penambahan aset tetap sebesar Rp 10.000, dan diimbangi dengan

    penambahan atas ekuitas dana investasi untuk pos Ekuitas Dana Investasi-

    Diinvestasikan Dalam Aset Tetap sebesar Rp 10.000. Oleh karena itu, untuk

    mencatat transaksi ini dilakukan 2 langkah, yaitu 1) mengakui penurunan kas dan

    penambahan belanja modal sebesar Rp 10.000, dan 2) mengakui penambahan aset

    tetap Rp 10.000 dan penambahan Ekuitas Dana Investasi-Diinvestasikan dalam

    Aset Tetap sebesar Rp 10.000. Langkah yang kedua di dalam akuntansi

    pemerintahan dikenal dengan jurnal korolari.

    Masalah lain yang muncul adalah pertanyaan, Mengapa pencatatan transaksi

    tidak langsung mengurangi kas dan menambah aset tetap sebesar Rp 10.000?

    Apabila pencatatan dalam persamaan akuntansi dilakukan dengan cara ini, maka

    akan mengakibatkan 1) tidak tercatatnya belanja modal, 2) tidak tercatatnya

    penambahan didalam Ekuitas dana Investasi-Diinvestasikan dalam Aset Tetap.

    Untuk mengatasi kelemahan karena pencatatan model sektor swasta, maka dalam

    persamaan akuntansi pemerintah pencatatan harus dilakukan dua tahap, yaitu

    tahap pertama mencatat pengeluaran kas dan penambahan belanja modal atau

    realisasi belanja modal, dan tahap kedua mengakui penambahan aset tetap dan

    penambahan Ekuitas Dana Investasi-Diinvestasikan dalam Aset Tetap.

    Penjelasan Transaksi F

    Transaksi F adalah realisasi penerimaan pembiayaan pemerintah Kabupaten

    Makmur sesuai dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi penerimaan

    pembiayaan pemerintah Kabupaten Makmur adalah Rp 7.000 yang berasal dari

    hutang jangka panjang. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut

    akan menambah aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar

    Rp 7.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan menambah jumlah

    ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 7.000. Transaksi realisasi belanja operasi

    pemerintah ini bukan hanya akan menambah ekuitas dana lancar (SiLPA), tetapi

    juga akan mengubah komposisi kewajiban jangka panjang, yaitu bertambahnya

  • 12

    kewajiban jangka panjang sebagai akibat dari penerimaan pembiayaan, yang perlu

    dibayar di masa yang akan datang.

    Penjelasan Transaksi G

    Transaksi ini adalah kasus penerimaan kas dari penerimaan pembiayaan atau

    realisasi pendapatan pembiayaan. Transaksi penerimaan pembiayaan sebesar Rp

    7.000 berasal dari hutang jangka panjang akan mempengaruhi akun kas di sisi

    Debet, berupa penambahan kas, dan ekuitas dana lancar berupa bertambahnya

    penerimaan pembiayaan sebesar Rp 7.000. Bertambahnya penerimaan

    pembiayaan secara langsung akan berpengaruh terhadap SiLPA pada akhir

    periode. Pencatatan transaksi dengan metode ini hanya akan mempengaruhi aset

    berupa kas dan ekuitas dana berupa SiLPA. Sementara untuk pengakuan adanya

    hutang jangka panjang terhadap transaksi ini memerlukan satu tahap pencatatan

    transaksi sebagai hutang jangka panjang. Pengakuan atas transaksi pembiayaan

    sebagai penambahan hutang jangka panjang sebesar Rp 7.000, dan diimbangi

    dengan penambahan atas Ekuitas Dana Investasi-Dana yang Harus Disediakan

    untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang sebesar Rp 7.000.

    Muncul pertanyaan, Mengapa pencatatan transaksi tersebut tidak langsung

    menambah kas dan hutang jangka panjang masing-masing sebesar Rp 7.000,

    seperti halnya di persamaan akuntansi sektor swasta? Apabila pencatatan dalam

    persamaan akuntansi dilakukan dengan cara ini, maka akan mengakibatkan 1)

    tidak tercatatnya penerimaan pembiayaan, 2) tidak tercatatnya penambahan

    didalam Ekuitas Dana Investasi-Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran

    Hutang Jangka Panjang. Untuk mengatasi kelemahan karena pencatatan model

    sektor swasta tersebut, maka dalam persamaan akuntansi pemerintah pencatatan

    harus dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama mencatat penerimaan kas dan

    penambahan penerimaan pembiayaan atau realisasi penerimaan pembiyaan dari

    hutang jangka panjang, dan tahap kedua adalah mengakui penambahan kewajiban

    jangka panjang dan penambahan Ekuitas Dana Investasi-Dana yang Harus

    Disediakan untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang.

    Penjelasan Transaksi H

    Transaksi H adalah realisasi pengeluaran pembiayaan pemerintah Kabupaten

    Makmur sesuai dengan APBD untuk membentuk dana cadangan. Untuk tahun

    2006, realisasi pengeluaran pembiayaan pemerintah Kabupaten Makmur adalah

    Rp 5.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut akan mengurangi

    aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar Rp 5.000 di

    sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan mengurangi jumlah ekuitas dana

    lancar (SiLPA) sebesar Rp 5.000. Transaksi realisasi belanja pembiayaan

    pemerintah ini bukan hanya akan mengurangi kas, tetapi akan mengubah

    komposisi aset lainnya berupa perubahan pada dana cadangan. Sebagai lawannya,

  • 13

    transaksi realisasi belanja operasi pemerintah akan mengurangi ekuitas dana

    lancar (SiLPA) sebesar Rp 5.000.

    Penjelasan Transaksi I

    Transaksi pengakuan dana cadangan dan pengakuan penambahan atas ekuitas

    dana cadangan merupakan transaksi yang berbeda dengan transaksi yang terjadi

    di sektor swasta. Transaksi belanja pembiayaan sebesar Rp 5.000 akan

    mempengaruhi akun kas di sisi Debet, berupa pengurangan kas, dan ekuitas dana

    lancar berupa bertambahnya ekuitas dana cadangan sebesar Rp 5.000.

    Bertambahnya belanja pembiayaan secara langsung akan berpengaruh terhadap

    SiLPA di akhir periode. Pencatatan transaksi dengan metode ini hanya akan

    mempengaruhi aset berupa kas dan ekuitas dana cadangan. Sementara untuk

    pengakuan adanya aset berupa dana cadangan terhadap transaksi ini memerlukan

    satu tahap pencatatan transaksi lagi. Pengakuan atas dana cadangan sebesar Rp

    5.000, perlu diimbangi dengan penambahan atas ekuitas dana cadangan Rp 5.000.

    Oleh karena itu langkah untuk mencatat transaksi ini dilakukan sebanyak 2

    langkah, yaitu 1) mengakui penurunan kas dan penambahan belanja pembiayaan

    sebesar Rp 5.000, dan 2) mengakui penambahan dana cadangan Rp 10.000 dan

    penambahan ekuitas dana cadangan sebesar Rp 10.000.

    Masalah lain yang muncul adalah pertanyaan, Mengapa pencatatan transaksi

    tidak langsung mengurangi kas dan menambah dana cadangan sebesar Rp 5.000?

    Apabila pencatatan dalam persamaan akuntansi dilakukan dengan cara ini, maka

    akan mengakibatkan 1) tidak tercatatnya belanja pembiayaan, 2) tidak tercatatnya

    penambahan didalam ekuitas dana cadangan. Untuk mengatasi kelemahan karena

    pencatatan model sektor swasta, maka dalam persamaan akuntansi pemerintah

    pencatatan harus dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama mencatat pengeluaran

    kas dan penambahan belanja pembiayaan atau realisasi belanja pembiayaan, dan

    tahap kedua mengakui penambahan dana cadangan dan penambahan ekuitas

    dana cadangan.

    CONTOH PENYESUAIAN DALAM PERSAMAAN AKUNTANSI Setiap akhir tahun, di dalam akuntansi pemerintahan perlu diperhatikan pos-pos

    yang memerlukan penyesuaian. Penyesuaian diperlukan karena tidak setiap akun

    dalam neraca menunjukkan kondisi yang sebenarnya. Sebagai misal, adalah akun

    Persediaan di dalam neraca Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006 adalah

    sama dengan jumlah persediaan pada awal tahun 2006 (neraca awal). Untuk

    memastikan bahwa akun tersebut angkanya telah tepat, maka diperlukan

    pengecekan nilai jumlah persediaan (stock opname). Kasus lainnya misalnya,

  • 14

    pemerintah Kabupaten Makmur menyusutkan asetnya untuk mendapatkan nilai

    wajar dalam aset tetap di neraca.

    Adanya transaksi yang belum tercatat, atau akun pada akhir tahun belum

    menunjukkan angka yang tepat menunjukkan bahwa di dalam akuntansi

    pemerintahan perlu dilakukan penyesuaian (judgement) terhadap akun-akun yang

    muncul. Hasil dari penilaian tersebut adalah munculnya jurnal penyesuaian, untuk

    memperbaiki laporan sehingga mencerminkan keadaan yang wajar.

    Contoh 3

    Dalam kasus Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006, untuk memastikan

    keadaan yang sebenarnya, dilakukan stock opname terhadap persediaan dan

    ternyata nilai wajar dari persediaan Kabupaten Makmur jumlahnya adalah Rp

    3.000 juta. Disamping itu, pada awal tahun anggaran DPRD Kabupaten Makmur

    memberi mandat agar menyusutkan aset tetap di Kabupaten Makmur sebesar Rp

    500 juta per tahun.

    Bagaimana pengaruh adanya penyesuaian ini terhadap persamaan akuntansi dan

    neraca?

    Pengaruh terhadap persamaan akuntansi Kabupaten Makmur sampai dengan

    penyesuaian dapat digambarkan dalam tabel berikut (dalam jutaan rupiah):

  • Tran-saksi

    Kas di Kas Daerah

    Persediaan

    Aset

    Tetap

    Dana Cadangan

    Hutang Jangka Pendek

    Hutang Jangka

    Panjang

    Ekuitas Dana Lancar

    Ekuitas Dana Investasi

    Ekuitas Dana Cadangan

    Keterangan Transaksi

    DEBET (Rp) KREDIT (Rp)

    A 5.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 5.500 500 1.000 Neraca Awal

    B 30.000 30.000 Pendapatan

    35.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 35.500 500 1.000

    C (15.000) (15.000) Belanja Operasi

    20.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 20.500 500 1.000

    D (10.000) (10.000) Belanja Modal

    10.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 10.500 500 1.000

    E 10.000 10.000 Belanja Modal: Pengakuan Aset Tetap

    10.000 2.000 13.000 1.000 1.500 2.500 10.500 10.500 1.000

    F 7.000 7.000 Penerimaan Pembiayaan dari Hutang Jk. Panjang

    17.000 2.000 13.000 1.000 1.500 2.500 17.500 10.500 1.000

    G 7.000 (7.000) Pengakuan Hutang Jangka Panjang

    17.000 2.000 13.000 1.000 1.500 9.500 17.500 3.500 1.000

    H (5.000) (5.000) Pengeluaran Pembiayaan

    12.000 2.000 13.000 1.000 1.500 9.500 12.500 3.500 1.000

    I 5.000 5.000 Pencatatan Penambahan Dana Cadangan

    12.000 2.000 13.000 6.000 1.500 9.500 12.500 3.500 6.000 *

    J 1.000 1.000 Penyesuaian nilai

    persediaan menjadi

    Rp3.000

    12.000 3.000 13.000 6.000 1.500 9.500 13.500 3.500 6.000

    K (500) (500) Penystn. Aset Tetap

    (Terbentuk Pos

    Akumulasi Penystn.)

    12.000 3.000 12.500 6.000 1.500 9.500 13.500 3.000 6.000 **

    Ket: * Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian

    ** Neraca Saldo Setelah Penyesuaian

  • 16

    Penjelasan Transaksi J

    Transaksi J adalah pengakuan terhadap hasil stock opname yang menunjukkan

    persediaan pemerintah Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006. Jumlah

    persediaan hasil stock opname pada akhir tahun 2006 di pemerintah Kabupaten

    Makmur adalah Rp 3.000. Hal ini menunjukkan perbedaan dengan nilai

    persediaan pada awal tahun sejumlah Rp 2.000. Perbedaan sebesar Rp 1.000 perlu

    diperbaiki dengan cara menambahkan masing-masing Rp 1.000 pada akun

    persediaan (sebagai tambahan aset lancar) dan pada akun Cadangan Persediaan

    (ekuitas dana lancar).

    Penjelasan Transaksi K

    Transaksi K adalah penyusutan aset tetap pada akhir tahun. Seiring dengan

    semakin lamanya digunakan, aset tetap (selain tanah) akan mengalami penurunan

    manfaat karena aus atau rusak akibat pemakaian. Dalam rangka penyajian nilai

    wajar terhadap aset-aset tersebut dilakukan penyusutan. Selain itu, aset tetap juga

    dapat direvaluasi, dihentikan penggunaannya, atau dilepaskan (dijual).

    Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas

    dan manfaat dari suatu aset. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan,

    seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset

    tersebut. Penyusutan ini bukan untuk alokasi biaya sebagaimana penyusutan di

    sektor komersial, tetapi untuk menyesuaikan nilai sehingga dapat disajikan secara

    wajar. Pengertian ini berdampak pada transaksi yang harus dibuat pada saat

    mengakui penyusutan, dimana tidak ada pengakuan beban penyusutan melainkan

    hanya penurunan nilai aset.

    Nilai penyusutan untuk masing-masing periode dicatat dengan cara mengurangi

    nilai tercatat aset tetap dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap. Jumlah

    penyusutan pada tahun 2006 di pemerintah Kabupaten Makmur adalah Rp 500.

    Penyusutan ini akan mengurangi aset tetap sebesar Rp 500 (dengan terbentuknya

    akun/pos baru berupa Akumulasi Penyusutan yang merupakan akun lawan dari

    aset tetap) dan mengurangi Ekuitas Dana InvestasiDiinvestasikan pada Aset

    Tetap. Atau dengan kata lain Akumulasi Penyusutan bertambah (kredit) dan

    Ekuitas Dana InvestasiDiinvestasikan pada Aset Tetap berkurang (Debet).

    Teknik lain yang dapat digunakan adalah mengurangi penyusutan langsung

    terhadap aset tetap dan Ekuitas Dana InvestasiDiinvestasikan pada Aset Tetap

    sesuai dengan nilai wajarnya.

    Dengan adanya penyesuaian tersebut, maka neraca setelah dilakukannya

    penyesuaian adalah sebagai berikut:

  • 17

    Kabupaten Makmur Neraca

    Per 31 Desember 2006 (dalam jutaan rupiah)

    Aset Kewajiban

    Aset Lancar Hutang Jangka Pendek Rp 1.500

    Kas di Kas Daerah Rp 12.000 Hutang Jangka Panjang 9.500

    Persediaan 3.000 Total Kewajiban 11.000

    Total Aset Lancar 15.000 Ekuitas Dana

    Ekuitas Dana Lancar

    SiLPA 12.000

    Aset Tetap dan Lainnya Cadangan Persediaan 3.000

    Aset Tetap

    Akumulasi Penyusutan

    13.000

    (500) Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek

    (1.500)

    Nilai Buku Aset Tetap 12.500 Ekuitas Dana Investasi

    Dana Cadangan 6.000 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 12.500

    Total Aset Tetap dan Lainnya

    18.500 Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang

    (9.500)

    Ekuitas Dana Cadangan

    Diinvestasikan dalam Dana Cadangan

    6.000

    Total Ekuitas Dana 22.500

    Jumlah Aset Rp 33.500 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana

    Rp 33.500

    Ket: YHD=Yang Harus Disediakan

    Basis kas menuju akrual, memberikan kebebasan kepada Pemerintah Indonesia

    untuk memilih membuat Laporan Kinerja Keuangan dan Laporan Perubahan

    Ekuitas, atau tidak membuatnya. Laporan tersebut sifatnya voluntary.

    Laporan Kinerja Keuangan merupakan laporan yang membandingkan antara

    pendapatan dan belanja yang disertai dengan pendapatan dan belanja secara

    akrual. Dalam kasus ini, perhitungan akrual hanyalah penyusutan dengan jumlah

    Rp500. Jika Laporan Kinerja Keuangan dibuat dari transaksi di atas, maka akan

    didapat laporan sebagai berikut:

    Kabupaten Makmur Laporan Kinerja Keuangan

    Per 31 Desember 2006 (dalam jutaan rupiah)

    Pendapatan

    Pendapatan Rp 30.000

    Belanja

    Belanja Operasi 15.000

    Penyusutan 500

    Surplus (Defisit) Kinerja Keuangan 14.500

  • 18

    Laporan perubahan ekuitas dana menjelaskan perubahan ekuitas dana awal

    menjadi ekuitas dana akhir. Ekuitas dana berubah karena adanya perubahan

    dalam surplus / defisit kinerja keuangan atau ada penyesuaian dalam akun-akun

    neraca. Jika dalam kasus Kabupaten Makmur dibuat Laporan Perubahan Ekuitas

    Dana awal, maka akan berbentuk sebagai berikut:

    Kabupaten Makmur Laporan Perubahan Ekuitas Dana - Horizontal

    Per 31 Desember 2006 (dalam jutaan rupiah)

    Ekuitas Dana Awal Perubahan Akhir

    Ekuitas Dana Lancar

    SiLPA 5.000 7.000 12.000

    Cadangan Persediaan 2.000 1.000 3.000

    Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek

    (1.500) 0 (1.500)

    Ekuitas Dana

    Investasi

    Diinvestasikan dalam

    Aset Tetap 3.000 9.500 12.500

    Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang

    (2.500) (7.000) (9.500)

    Ekuitas Dana

    Cadangan

    Diinvestasikan dalam Dana Cadangan

    1.000

    5.000

    6.000

    Total Ekuitas Dana

    Jumlah Ekuitas Dana 7.000 Rp 15.500 Rp 22.500

    Kabupaten Makmur Laporan Perubahan Ekuitas Dana - Vertikal

    Per 31 Desember 2006 (dalam jutaan rupiah)

    Ekuitas Dana Awal 7.000

    Surplus/Defisit Kinerja Keuangan Rp 14.500

    Penyesuaian Nilai Persediaan 1.000

    Ekuitas Dana Akhir 22.500

    Laporan Arus Kas merupakan laporan yang menjelaskan perubahan kas awal

    menjadi kas akhir. Secara teoretis, laporan arus kas dapat disusun dengan

    menggunakan metode langsung dan tidak langsung. Standar Akuntansi

    Pemerintahan di Indonesia, sebagaimana standar akuntansi lainnya yang berlaku

    di Indonesia, mensyaratkan penggunaan Laporan arus kas dengan metode

    langsung. Secara umum, laporan arus kas dibagi menjadi 3 aktivitas penting, yaitu

  • 19

    aktivitas operasi, investasi dan pembiayaan. Standar Akuntansi pemerintahan di

    Indonesia mengklasifikasi laporan arus kas menjadi 4 aktivitas utama yaitu

    aktivitas operasi, investasi, pembiayaan dan non anggaran. Urutan penyajian arus

    kas dimulai dengan aktivitas operasi, investasi, pembiayaan dan non anggaran

    secara berurutan dan akan menghasilkan perubahan dalam arus kas. Setelah

    ditemukan adanya perubahan (+/-) ditambahkan dengan saldo awal untuk

    mendapatkan saldo kas akhir.

    Jika dalam kasus Kabupaten Makmur dibuat Laporan Arus Kas dengan metode

    langsung, maka akan berbentuk sebagai berikut:

    Kabupaten Makmur Laporan Arus Kas Metode Langsung

    Per 31 Desember 2006 (dalam jutaan rupiah)

    A.K. dari aktivitas operasi

    Pendapatan Rp 30.000

    Belanja Operasi 15.000

    A.K. dari aktivitas operasi 15.000

    A.K. dari aktivitas investasi

    Belanja Modal /Aset Tetap (10.000)

    A.K. dari aktivitas investasi (10.000)

    A.K. dari aktivitas pembiayaan

    Penerimaan Pembiayaan_ dari Hutang

    Jangka Panjang

    7.000

    Pengeluaran Pembiayaan_ Pembentukan

    Dana Cadangan

    (5.000)

    A.K. dari aktivitas pembiayaan 2.000

    Total Penambahan Kas 7.000

    Kas, awal 5.000

    Kas, akhir 12.000

    Laporan Arus Kas metode tidak langsung bertujuan untuk merekonsiliasi Surplus

    Defisit Kinerja Keuangan menjadi arus kas. Perbedaan penyusunannya terletak

    pada informasi yang disajikan dalam arus kas dari aktivitas operasi. Pada metode

    tidak langsung, Surplus Defisit Kinerja Keuangan disesuaikan dengan belanja non

    tunai, sebagai contoh beban penyusutan. Selanjutnya sama seperti metode

    langsung.

    Jika dalam kasus Kabupaten Makmur dibuat Laporan Arus Kas dengan metode

    langsung, maka akan berbentuk sebagai berikut:

  • 20

    Kabupaten Makmur Laporan Arus Kas Metode Tidak Langsung

    Per 31 Desember 2006 (dalam jutaan rupiah)

    A.K. dari aktivitas operasi

    Surplus Defisit Kinerja Keuangan Rp 14.500

    Penyesuaian: Penyusutan 500

    A.K. dari aktivitas operasi 15.000

    A.K. dari aktivitas investasi

    Belanja Modal /Aset Tetap (10.000)

    A.K. dari aktivitas investasi (10.000)

    A.K. dari aktivitas pembiayaan

    Penerimaan Pembiayaan_ dari Hutang

    Jangka Panjang

    7.000

    Pengeluaran Pembiayaan_ Pembentukan

    Dana Cadangan

    (5.000)

    A.K. dari aktivitas pembiayaan 2.000

    Total Penambahan Kas 7.000

    Kas, awal 5.000

    Kas, akhir 12.000

    KOROLARI DALAM PERSAMAAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN Penjelasan konsep jurnal korolari

    Contoh:

    Alternatif teknik jurnal korolari

    Contoh:

    Menurut Sinaga (2005) Neraca disajikan dengan basis akrual dan Laporan

    Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas disajikan dengan basis kas.

    Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran merupakan laporan-laporan yang saling

    berhubungan. Pendapatan yang merupakan isi Laporan Realisasi Anggaran

    didefinisikan sebagai semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah

    yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang

    bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh

    pemerintah. Selanjutnya belanja yang juga menjadi isi Laporan Realisasi

    Anggaran didefinisikan sebagai semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum

    Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun

    anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh

    pemerintah.

  • 21

    Ekuitas dana lancar merupakan unsur neraca sehingga pendapatan dan belanja

    seharusnya langsung mempengaruhi ekuitas dana lancar dalam neraca. Akan

    tetapi penerimaan pendapatan dan pengeluaran belanja berdasarkan basis kas

    hanya mempengaruhi jumlah kas tetapi tidak secara langsung mempengaruhi

    ekuitas dana lancar. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa akun-akun

    pendapatan dan belanja merupakan akun pembantu ekuitas dana lancar.

    Penerimaan pendapatan dicatat terlebih dahulu dalam akun pendapatan dan

    pengeluaran belanja dicatat dalam akun belanja kemudian pada akhir tahun

    ditutup ke akun ekuitas dana lancar (bandingkan dengan pengertian pendapatan

    dan biaya sebagai akun pembantu modal dalam akuntansi komersial). Seluruh

    penerimaan dan pengeluaran pemerintah harus ada dalam anggaran, artinya

    harus melalui atau tercantum dalam Laporan Realisasi Anggaran. Pendapatan,

    belanja, dan pembiayaan yang merupakan unsur Laporan Realisasi Anggaran akan

    diakui atau dicatat pada saat kas diterima atau dikeluarkan. Pendapatan, belanja,

    dan pembiayaan hanya mempengaruhi kas dan tidak mempengaruhi komponen

    lainnya dalam pos neraca pada saat penerimaan dan pengeluaran kas. Akibat

    perlakuan seperti ini, neraca hanya terdiri dari kas pada sisi debet dan ekuitas

    pada sisi kredit. Ekuitas pun hanya muncul pada akhir periode pada saat

    pendapatan dan biaya ditutup ke ekuitas dana lancar.

    Perlakuan-perlakuan penerimaan dan pengeluaran dalam penerapan basis kas

    menuju akrual ini dapat diuraikan sebagai berikut:

    Pada saat penerimaan pendapatan dicatat dalam persamaan:

    Kas = Ekuitas Dana Lancar Pendapatan

    Kas merupakan unsur atau akun neraca yang disebut juga dengan akun riil (real

    account) sedangkan pendapatan adalah unsur Laporan Realisasi Anggaran yang

    disebut juga akun nominal (nominal account).

    Pada saat pengeluaran kas untuk belanja dicatat dalam persamaan: (Kas) = (Ekuitas Dana Lancar) Belanja

    Belanja merupakan nominal account.

    Pada saat pengeluaran belanja untuk perolehan aset tetap berupa gedung

    misalnya akan dijurnal: (Kas) = (Ekuitas Dana Lancar) Belanja Modal

    Pertanyaannya, Mengapa tidak langsung dijurnal ke aset tetap yang

    bersangkutan? Seharusnya, seperti halnya di akuntansi komersial, pengeluaran

    untuk perolehan aset tetap (belanja modal untuk pembangunan gedung) dapat

    dicatat dalam persamaan akuntansi pemerintah sebagai berikut:

  • 22

    (Kas) = Gedung & Bangunan Belanja Modal

    Akun gedung dan bangunan dan akun kas merupakan akun riil (real account). Jika

    dilakukan penjurnalan seperti di atas maka pengeluaran tersebut tidak akan

    mempengaruhi belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran. Perlakuan seperti ini

    hanya mempengaruhi akun-akun neraca. Oleh karena seluruh transaksi kas

    pemerintahan harus melalui Laporan Realisasi Anggaran maka pengeluaran untuk

    belanja modal tidak dapat dijurnal langsung ke aset yang bersangkutan, tetapi

    harus melalui Laporan Realisasi Anggaran terlebih dahulu.

    Contoh lain, misalnya pengeluaran untuk pembayaran pokok hutang. Pembayaran

    pokok hutang akan dicatat dalam persamaan akuntansi pemerintah sebagai

    berikut: (Kas) = Pengeluaran Pembiayaan Pokok Hutang Bayar pokok hutang

    Pengeluaran uang kas untuk pembayaran hutang tidak dikredit secara langsung

    pada kewajiban di Neraca, melainkan dijurnal ke unsur Laporan Realisasi

    Anggaran yaitu Pengeluaran Pembiayaan untuk Pembayaran Pokok Hutang.

    Dari uraian di atas terlihat bahwa setiap pengeluaran pemerintah atau

    penerimaan pemerintah harus melalui Laporan Realisasi Anggaran. Oleh

    karena itu, penerimaan dan pengeluaran mempengaruhi unsur-unsur dalam

    Laporan Realisasi Anggaran dan kas di Neraca sekaligus. Jadi yang terpengaruh di

    Neraca hanya akun kas. Akan tetapi penerimaan dan pengeluaran uang tidak

    hanya mempengaruhi kas di Neraca.

    Pengeluaran uang untuk membayar pengadaan aset tetap yang merupakan belanja

    modal selain mempengaruhi kas juga mempengaruhi aset tetap yang

    bersangkutan dan akun pasangannya dalam kelompok ekuitas. Contohnya

    pengadaan aset tetap berupa bangunan tersebut. Contoh lainnya, penerimaan

    uang dari pinjaman akan menambah kas tetapi sekaligus juga menambah

    kewajiban yang harus muncul di Neraca. Untuk itu harus ada mekanisme agar

    pengeluaran kas tidak hanya mempengaruhi kas tetapi juga unsur neraca lainnya

    yang terkait sekaligus juga masuk dalam Laporan Realisasi Anggaran. Demikian

    juga halnya dengan penerimaan pinjaman yang masuk dalam Laporan Realisasi

    Anggaran tetapi juga harus masuk dalam kewajiban di Neraca. Mekanisme ini yang

    disebut dengan jurnal korolari.

    Melalui mekanisme jurnal korolari, pengeluaran belanja untuk pembelian aset

    tetap seperti pembelian gedung dicatat sebagai pengeluaran belanja modal.

    Selanjutnya, agar perolehan aset tersebut muncul dalam Neraca maka perlu dibuat

    jurnal pendamping (jurnal korolari). Jurnal korolari dibuat dengan mendebet aset

  • 23

    yang bersangkutan dan mengkredit akun Ekuitas Dana Diinvestasikan dalam

    kelompok Ekuitas. Misalkan dikeluarkan belanja modal sebesar Rp 100 miliar

    untuk pembelian gedung, maka agar dapat masuk dalam Neraca dan Laporan

    Realisasi Anggaran harus dibuat persamaan akuntansi sebagai berikut:

    (Kas) = EDL - SiLPA Belanja Modal

    (100) = (100)

    Persamaan ini akan mempengaruhi belanja modal dalam Laporan Realisasi

    Anggaran. Pencatatan tersebut belum masuk dalam akun aset tetap berupa

    gedung dan akun ekuitasnya. Untuk itu dibuatkan persamaan korolari:

    Gedung dan Bangunan = Diinvestasikan dalam Aset Tetap Korolari Belanja Modal 100 = 100

    Dengan penjurnalan di atas, Pengeluaran Kas akan dicatat dalam Neraca dan

    Laporan Realisasi Anggaran. Bukan hanya itu, akun Gedung dan Bangunan dalam

    kelompok aset tetap dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap pada kelompok

    Ekuitas juga dicatat sebesar jumlah yang sama. Dari uraian di atas terlihat bahwa

    jurnal korolari digunakan agar transaksi yang mempengaruhi akun Neraca

    (selain kas) dan Laporan Realisasi Anggaran dapat dicatat pada waktu yang

    sama.

    Pertanyaannya adalah Apakah tidak ada mekanisme lain yang dapat

    memungkinkan dapat disajikannya unsur neraca selain kas? Jawabnya adalah

    Ada. Akun-akun yang dimaksud bisa saja dicatat pada akhir tahun dengan

    menggunakan jurnal penyesuaian. Seluruh buku besar untuk akun-akun terkait

    dibuka pada saat penyusunan neraca lajur. Akan tetapi dapat dibayangkan begitu

    rumitnya menghimpun semua bukti transaksi untuk dilakukan penyesuaian pada

    akhir tahun dengan mekanisme ini.

    PERTANYAAN 1. Konsep dana apakah yang dianut oleh akuntansi pemerintah di Indonesia?

    Jelaskan!

    2. Tuliskan Persamaan Akuntansi Pemerintah!

    3. Apakah perbedaan antara persamaan akuntansi pemerintah dengan

    persamaan akuntansi bisnis?

    4. Apakah perbedaan antara pos ekuitas (modal) di laporan keuangan swasta

    dengan pos ekuitas dana di dalam akuntansi pemerintahan?

    5. Apakah yang dimaksud dengan ekuitas dana lancar? Tuliskan rumusnya!

    6. Apakah yang dimaksud dengan ekuitas dana investasi? Tuliskan rumusnya!

    7. Apakah yang dimaksud dengan ekuitas dana cadangan? Tuliskan rumusnya!

  • 24

    8. Berikan beberapa contoh sub akun yang terdapat dalam ekuitas dana lancar!

    9. Berikan beberapa contoh sub akun yang terdapat dalam ekuitas dana

    investasi!

    10. Berikan beberapa contoh sub akun yang terdapat dalam ekuitas dana

    cadangan!

    11. Jika pemerintah daerah menerima pendapatan pajak, akun apakah yang

    terpengaruh dalam persamaan akuntansi pemerintahan?

    12. Jika pemerintah daerah membeli aset tetap dengan anggarannya, akun apakah

    yang terpengaruh dalam persamaan akuntansi pemerintahan?

    13. Apakah perlu ada penyesuaian dalam akuntansi pemerintahan? Jelaskan dan

    berikan contohnya!

    14. Dalam ekuitas dana pemerintahan, terdapat kemungkinan masing-masing

    ekuitas dana bernilai negatif atau positif. Jelaskan dan analisa kondisi negatif

    atau positif masing-masing ekuitas dana tersebut, dan hubungkan dengan

    kondisi keuangan dari suatu pemerintah daerah!

    15. Apakah arti pencatatan korolari dalam akuntansi pemerintahan?

    16. Apakah selain pencatatan korolari ada teknik akuntansi yang lain yang dapat

    digunakan? Jelaskan teknik tersebut.

    17. Transaksi apa sajakah yang memerlukan pencatatan korolari dalam akuntansi

    pemerintahan?

    SOAL-SOAL

    18. Berikut ini adalah kasus untuk penganggaran pemerintah daerah dan

    pencatatan persamaan akuntansi. Sebagai ilustrasi, di Pemda Gemah Ripah

    proses anggaran untuk tahun 2004 dimulai pada bulan Maret 2003. Dengan

    menggunakan anggaran kinerja dan partisipasi dari masyarakat, anggaran

    disetujui akhir Desember 2003 dan segera dilaksanakan mulai 1 Januari 2004.

    Pelaksanaan berlangsung mulai tanggal 1 Januari 2004 hingga 31 Desember

    2004. Kapankah transaksi yang mempengaruhi persamaan akuntansi

    berlangsung? Apakah persamaan akuntansi terpengaruh dalam penyusunan

    anggaran?

    19. Data yang dikutip dari laporan Pemda Balda tahun anggaran 2000

    dianggarkan Rp 95.000 untuk pendapatan dan Rp 100.000 untuk belanja.

    Sedangkan pada tahap realisasi, Pendapatan Rp 90.000 dan Belanja Rp

    75.000. Diasumsikan bahwa belanja hanya satu jenis dan pendapatan hanya

    pendapatan pajak. Saldo awal kas yang seluruhnya berasal dari saldo tahun

  • 25

    lalu adalah sebesar Rp 20.000. Sumber penerimaan pembiayaan Pemda hanya

    berasal dari saldo tahun lalu tetapi masih menganggarkan penyertaan pada

    PDAM sebesar Rp 15.000 dan terealisasi sebesar Rp 12.000. Seluruh

    pembiayaan diotorisasi dengan jumlah yang sama dengan anggarannya. Aset

    Pemda di samping kas hanya aktiva tetap senilai Rp 2.000.000 dan selama

    tahun 2000 belanja untuk penambahan aktiva tetap tidak ada. Buatlah

    persamaan akuntansinya dan susunlah neraca dari persamaan tersebut!

    20. Pada Neraca Pemda B per 31 Desember 2005 diketahui bahwa:

    Kas Daerah Rp 50 juta

    Persediaan 45 juta

    Piutang Pajak 60 juta

    Investasi Jangka Panjang 100 juta

    Aset Tetap 200 juta

    Aset Lainnya 85 juta

    Dana Cadangan 300 juta

    Hutang Jangka Pendek 30 juta (termasuk Perhitungan

    Fihak Ketiga/PFK Rp 5 juta)

    Hutang Jangka Panjang 150 juta

    Berapakah Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan Ekuitas Dana

    Cadangan yang disajikan dalam neraca Pemda B per 31 Desember 2005?

    21. Dari data pembukuan Pemda A ditemukan Saldo Kas di Kas Daerah per 31

    Desember 2005 adalah Rp 1.000 juta. Setelah ditelusuri ternyata terdapat kas

    sebesar Rp 45 juta yang belum disetor oleh Bendahara Penerimaan ke Kas

    Daerah sampai dengan 31 Desember 2005. Jumlah kas sebesar Rp 45 juta

    tersebut diketahui baru disetor ke Kas Daerah pada tanggal 6 Januari 2006.

    Selain itu dari laporan bendahara pengeluaran status SKPD ditemukan adanya

    sisa uang persediaan sebesar Rp 50 juta yang belum disetor ke Kas Daerah

    sampai dengan 31 Desember 2005. Jumlah tersebut baru disetor pada tanggal

    5 Januari 2006. Laporan Keuangan Pemda A untuk Tahun Anggaran (TA) 2005

    baru diselesaikan dan diterbitkan pada tanggal 31 Maret 2006. Bagaimana

    penyajian kas Pemda A di neraca per 31 Desember 2005?

    Soal 1

    Pemerintah Kabupaten A akan dimekarkan menjadi Kabupaten B dan C mulai

    Januari tahun 2004. Untuk pemekaran tersebut, maka diidentifikasi aset-aset

    Kabupaten A semuanya menjadi milik dari Kabupaten B. Kabupaten C tidak

    mendapat aset apapun dari proses pemekaran itu. Untuk menunjang pelayanan

    masyarakat di Kabupaten C, maka pada tahun tersebut Kabupaten C mendapat

    dana transfer dari pemerintah berupa Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp 400

    miliar. Anggaran pertama ditetapkan oleh pemerintah pusat. Berikut ini adalah

    APBD dan realisasi APBD Kabupaten C untuk tahun 2004: (dalam milyaran rupiah)

  • 26

    Pos APBD APBD Realisasi APBD

    Pendapatan

    Pajak Daerah

    Retribusi Daerah

    PAD lainnya

    DAU

    Total Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    Rp 10

    5

    2

    400

    Rp 10

    5

    5

    400

    417 420

    Belanja

    Belanja Operasi

    Belanja Pemilihan Umum

    Belanja Bupati dan Wakil Bupati

    Belanja DPRD

    Belanja Pelayanan Umum

    Total Belanja Operasi

    Belanja Modal /Aset Tetap

    Belanja Gedung

    Belanja Kendaraan

    Belanja Tanah

    Total Belanja Aktiva Tetap

    10

    15

    10

    200

    235

    100

    50

    35

    185

    10

    15

    10

    190

    225

    100

    50

    35

    185

    Total Belanja 420 410

    Surplus/(Defisit) (3) 10

    Pembiayaan

    Penerimaan Pembiayaan_Dari Hutang Jk Panjang

    Pengeluaran Pembiayaan_Membuat Dana Cadangan

    15

    10

    15

    10

    Total Pembiayaan 5 5

    Sisa Lebih/(Kurang) Pembiayaan Rp 2 Rp 15

    Diminta:

    1. Adakah neraca awal pemerintah kabupaten C?

    2. Berdasarkan transaksi Kabupaten C, buatlah:

    a. persamaan akuntansi atas realisasi anggaran tersebut

    b. laporan neraca

    3. Dengan kondisi di bawah ini, buatlah persamaan akuntansi untuk

    penyesuaian:

    a. jumlah persediaan pada akhir tahun adalah Rp 5 miliar

    b. penyusutan aktiva tetap per tahun adalah 5%

    4. Setelah disesuaikan, buatlah laporan keuangan neraca!

    Soal 2

    a. APBD Pemkab ABC tahun 2001 mencantumkan informasi sebagai berikut. Pos APBD APBD Realisasi APBD

    Pendapatan

    Penerimaan cicilan penjualan rumah dinas

    Penerimaan pajak hiburan

    Penggunaan SiLPA

    Penerimaan Pengembalian Pinjaman PDAM

    Rp 62.500

    162.500

    400.000

    250.000

    Rp 62.500

    175.000

    250.000

  • 27

    Belanja

    Pembayaran bunga pinjaman

    Pembelian Persediaan

    Pembayaran pokok pinjaman Luar Negeri

    Pembayaran pokok pinjaman Pemerintah Pusat

    75.000

    50.000

    250.000

    500.000

    75.000

    40.000

    250.000

    500.000

    Realisasi pembayaran hutang dan biaya bunga tahun 2001 adalah sebagai

    berikut : Jenis Hutang Pokok Pinjaman Biaya Bunga

    Hutang kepada Luar Negeri Rp 250.000 Rp 25.000

    Hutang kepada Pemerintah Pusat 500.000 50.000

    Hutang jangka panjang dan biaya bunga yang akan jatuh tempo tahun 2002

    adalah sebagai berikut : Jenis Hutang Pokok Pinjaman Biaya Bunga

    Hutang kepada Luar Negeri Rp 250.000 Rp 20.000

    Hutang kepada Pemerintah Pusat 500.000 40.000

    Tagihan penjualan angsuran yang akan diterima tahun 2002 adalah sebesar

    Rp 62.500.

    Hasil perhitungan fisik persediaan Alat Tulis Kantor (ATK) per 31 Desember

    2001 adalah sebesar Rp 10.000.

    b. Pos-pos Neraca akhir tahun 2000 adalah sebagai berikut : Aset

    Aset Lancar

    Kas Rp 400.000

    Persediaan 100.000

    Piutang Pajak 155.000

    Bagian Lancar Penjualan Angsuran 62.500

    Aset Tetap 3.000.000

    Tagihan Penjualan Angsuran 187.500

    Dana Cadangan 5.000

    Total Aset Rp 3.910.000

    Hutang

    Hutang Jangka Pendek

    Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang Rp 750.000

    Hutang Biaya Pinjaman 75.000

    Total Hutang Jangka Pendek 825.000

    Hutang Jangka Panjang

    Hutang Luar Negeri 1.000.000

    Hutang kepada Pemerintah Pusat 2.000.000

    Total Hutang Jangka Panjang 3.000.000

    Ekuitas

    Ekuitas Dana Lancar

    Akumulasi SiLPA 400.000

    Cadangan untuk persediaan 100.000

  • 28

    Cadangan untuk piutang 217.500

    Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek (825.000)

    Total Ekuitas Dana Lancar (107.500)

    Ekuitas Dana Diinvestasikan

    Diinvestasikan dalam aset tetap 3.000.000

    Diinvestasikan dalam aset lainnya 187.500

    Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang (3.000.000)

    Total Ekuitas Dana Diinvestasikan 187.500

    Ekuitas Dana Cadangan 5.000

    Total Hutang dan Ekuitas Rp 3.910.000

    Diminta:

    1. Buatlah persamaan akuntansi, dengan transaksi penyesuaiannya! Kolom

    Ekuitas Dana cukup dibuat 3 kolom saja.

    2. Buatlah laporan keuangan neraca pemerintah daerah yang terdiri dari

    tahun 2001!

    Soal 3

    Data yang dikutip dari laporan Pemda Bagus Tahun Anggaran 2001 adalah sebagai

    berikut:

    Tahap/jenis Pendapatan Belanja Penerimaan

    Pembiayaan

    Pengesahan Rp 10.000 Rp 13.000 Rp 1.500

    Realisasi 9.000 10.000 1.500

    Diasumsikan bahwa pendapatan hanya diperoleh dari pendapatan yang berasal

    dari pajak-pajak daerah. Saldo awal kas yang seluruhnya berasal dari saldo tahun

    lalu adalah Rp 1.500. Sedangkan sumber penerimaan pembiayaan Pemda selain

    berasal dari saldo tahun lalu juga berasal dari Pinjaman Pemerintah Pusat sebesar

    Rp 1.500. Tidak dilakukan pengeluaran pembiayaan untuk tahun 2001. Belanja

    dilakukan hanya untuk belanja pegawai Rp 10.000 dan pembangunan gedung

    sekolah senilai Rp 3.000 dan realisasinya belanja pegawai Rp 7.500, belanja

    pembangunan gedung Rp 2.500. Sedangkan data yang diambil dari neraca per 31

    Desember 2000 adalah sebagai berikut: Kas Rp 1.500

    Aset Tetap 3.000

    Dana Cadangan 500

    Total Aset Rp 5.000

    Ekuitas

    Ekuitas Dana Lancar

    Akumulasi SiLPA Rp 1.500

    Ekuitas Dana Diinvestasikan

    Diinvestasikan dalam aset tetap 3.000

    Ekuitas Dana Cadangan

    Diinvestasikan dalam Dana cadangan 500

    Total Ekuitas Rp 5.000

  • 29

    Diminta:

    1. Buatlah persamaan akuntansi pemerintahannya!

    2. Buatlah laporan keuangan neraca pemerintah akhir tahun 2001!

    TUGAS Dapatkan salah satu laporan keuangan neraca pemerintah pusat atau daerah.

    Pastikan bahwa laporan yang saudara dapatkan berbeda dengan laporan

    keuangan temannya. Pastikan laporan keuangan neraca yang ditampilkan dalam

    laporan keuangan pemerintah tersebut telah lengkap. Lakukanlah hal berikut ini:

    1. Gunakan persamaan akuntansi pemerintahan untuk menguji ketepatan

    penyajian ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi dan ekuitas dana

    cadangan!

    2. Buatkan Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Kinerja Keuangan untuk

    laporan tersebut.

    3. Jika saudara tidak bisa membuat tugas nomor 2, berikan alasan yang jelas

    dengan argumentatif.