Persalinan Lama

5
PERSALINAN LAMA LANDASAN TEORI A. Definisi (Menurut Prof. Dr. dr. Gulardi Hanifa Winkjosastro, SPOG, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal) Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks dikanan garis waspada persalinan fase aktif. B. Penilaian Klinis (Menurut Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, SPOG, MPH, 2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal) 1. His tidak efisien (adekuat) 2. Faktor janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar) 3. Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor0 Faktor-faktor ini sering saling berhubungan. C. Diagnosis Persalinan Lama (Menurut Prof. Dr. dr. Gulardi Hanifa Winkjosastro, SPOG, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal) Tanda dan Gejala Klinis Diagnosis Pembukaan serviks tidak didapatkan kontraksi uterus Belum inpartu Pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam inpartu dengan his yang teratur Fase laten memanjang Pembukaan servik melewati garis waspada partograf Fase aktif memanjang PONED BEJI 2014

description

obstetri

Transcript of Persalinan Lama

Page 1: Persalinan Lama

PERSALINAN LAMA

LANDASAN TEORI

A. Definisi (Menurut Prof. Dr. dr. Gulardi Hanifa Winkjosastro, SPOG, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks dikanan garis waspada persalinan fase aktif.

B. Penilaian Klinis (Menurut Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, SPOG, MPH, 2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)

1. His tidak efisien (adekuat)2. Faktor janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar) 3. Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor0

Faktor-faktor ini sering saling berhubungan.

C. Diagnosis Persalinan Lama (Menurut Prof. Dr. dr. Gulardi Hanifa Winkjosastro, SPOG, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)

Tanda dan Gejala Klinis Diagnosis

Pembukaan serviks tidak didapatkan kontraksi uterus Belum inpartu

Pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam inpartu dengan his yang teratur Fase laten memanjang

Pembukaan servik melewati garis waspada partograf Fase aktif memanjang

- Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari 3 kontraksi per 10 menit dan kurang dari 40 detik Inersia uteri

- Pembukaan servik dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju, sedangkan his baik Disproporsi sefalopelvik

- Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju dengan caput, terdapat moulase hebat, edema serviks, tanda rupture uteri imminens, fetal dan maternal distress Obstruksi kepala

- Kelainan presentasi (selain serviks dengan oksiput anterior) Malpresentasi atau malposisi

PONED BEJI 2014

Page 2: Persalinan Lama

Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi tak ada kemajuan penurunan Kala II lama

D. Penanganan Umum (Menurut Prof. Dr. dr. Gulardi Hanifa Winkjosastro, SPOG, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)

1. Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk tanda vital dan tingkat hidrasinya)

2. Kaji kembali partograf, tentukan apakah pasien berada dalam persalinan (nilai frekuensi dan lamanya his

3. Perbaiki keadaan umum dengan :a. Dukungan emosi, perubahan posisi (sesuai dengan penanganan persalinan normal)b. Periksa keton dalam urin dan berikan cairan, baik oral maupun parentral dan

upayakan buang air kecil (katerisasi hanya kalau perlu)4. Berikan analgesia : tramadol atau petidin 25 mg IM (maksimum 1 mg/kg BB) atau morfin

10 mg IM, jika pasien merasakan nyeri yang sangat.

E. Penanganan Khusus (Menurut Prof. Dr. dr. Gulardi Hanifa Winkjosastro, SPOG, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)

1. Persalinan palsu/belum inpartu (false labor)

Periksa apakah ada infeksi saluran kencing, ketuban pecah. Jika didapatkan adanya infeksi, obati secara adekuat. Jika tidak ada, pasien boleh rawat jalan

2. Fase laten memanjang (Prolonged latent phase)Diagnosis fase laten yang memanjang dibuat secara retropekfektif. Jika his berhenti disebut belum inpartu atau persalinan palsu. Jika his makin teratur dan pembukaan makin bertambah lebih dari 4 cm. pasien kita sebut masuk fase laten. Jika fase laten lebih dari lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan, lakukan penilaian ulang terhadap serviks :a. Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks dan tidak ada

gawat janin. Mungkin pasien belum in partu b. Jika ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks, lakukan amniotomi

dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostagladin.1) Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam 2) Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin selama

8 jam, lakukan seksio caesareac. Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau):

1) Lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin 2) Berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan:

PONED BEJI 2014

Page 3: Persalinan Lama

a) Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam b) Ditambah gentamisin 5 mg/kg BB IV setiap 24 jam c) Jika terjadi persalinan pervaginam stop antibiotika pasca persalinan d) Jika dilakukan seksio caesarea, lanjutkan antibiotika ditambah metronidazol

500 mg IV setiap 8 jam sampai ibu bebas demam selama 48 jam

3. Fase Aktif Memanjanga. Jika tidak ada tanda-tanda disproporsi sefalopelvik atau obstruksi dan ketuban masih

utuh, pecahkan ketuban ]b. Nilai his :

1) Jika his tidak adekuat (kurang dari 3 his dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik) pertimbangkan adanya inersia ueri.

2) Jika his adekuat (3 kali dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik) pertimbangkan adanya disproporsi, obstruksi, malposisi atau malpresentasi.

c. Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki his dan mempercepat kemajuan persalinan

4. Disproporsi Sefalopelvik Disproporsi sefalopelvik terjadi karena janin terlalu besar atau panggul ibu kecil, sehingga persalinan macet. Penilaian ukuran panggul yang baik adalah dengan melakukan partus percobaan (trial of labor). Kegunaan pelvimetri klinis terbatas.a. Jika diagnosa disproporsi, lakukan seksiao sesareab. Jika bayi mati :

1) Lakukan kroniotomi atau embriotomi 2) Bila tidak mungkin melakukan kraniotomi lakukan seksio caesarea

5. Obstruksi (Partus Macet)a. Jika bayi hidup dan pembukaan serviks sudah lengkap dan penurunan kepala 1/5.

lakukan ekstraksi vakum b. Jika bayi hidup dengan pembukaan belum lengkap atau kepala bayi masih terlalu

tinggi untuk ekstraksi vakuk, lakukan seksio caesarea c. Jika bayi mati lahirkan dengan kraniotomi/embriotomi

6. His Tidak Adekuat (Inersia Uteri) Jika his tidak adekuat sedangkan disproporsi dan obstruksi dapat disingkirkan, kemungkinan penyebab persalinan lama adalah inersia uteri.a. Pecahkan ketuban dan lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin

PONED BEJI 2014

Page 4: Persalinan Lama

b. Evaluasi kemajuan persalinan dengan pemeriksaan vaginal 2 jam setelah his adekuat:1) Jika tidak ada kemajuan, lakukan seksio caesarea2) Jika ada kemajuan, lanjutkan infus oksitosin dan evaluasi setiap 2 jam

7. Kala II memanjang (prolonged expulsive phase) Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah oksigen ke plasenta. Dianjurkan mengedan secara spontan (mengedan dan menahan nafas terlalu lama, tidak dianjurkan)a. Jika malpresentasi dan tanda-tanda obstruksi bisa disingkirkan, berikan infus

oksitosinb. Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala :

1) Jika kepala tidak lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang kepala di stasion (O), lakukan ekstraksi vakum atau cunam

2) Jika kepala diantara 1/5-3/5 di atas simfisis pubis, atau bagian tulang kepala di antara stasion (O)-(-2), lakukan ekstraksi vakum

3) Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang kepala di atas stasion (-2) lakukan seksio caesarea.

PONED BEJI 2014