PERPEM No. 7 2011 Yan Darah

37
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 92 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pelayanan Darah; Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAYANAN DARAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan dan tidak untuk tujuan komersial. 2. Pelayanan transfusi darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang meliputi perencanaan, pengerahan dan pelestarian pendonor darah, penyediaan darah, pendistribusian darah, dan tindakan

description

yt

Transcript of PERPEM No. 7 2011 Yan Darah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 7 TAHUN 2011TENTANGPELAYANAN DARAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 92Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintahtentang Pelayanan Darah;

Mengingat:

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

2.Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 144, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5063);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAYANANDARAH

BAB IKETENTUAN UMUMPasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Pelayanan darah adalah upaya pelayanan kesehatanyang memanfaatkan darah manusia sebagai bahandasar dengan tujuan kemanusiaan dan tidak untuktujuan komersial.

2. Pelayanan transfusi darah adalah upaya pelayanankesehatan yang meliputi perencanaan, pengerahandan pelestarian pendonor darah, penyediaan darah,pendistribusian darah, dan tindakan medispemberian darah kepada pasien untuk tujuanpenyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

3. Penyediaan darah adalah rangkaian kegiatanpengambilan dan pelabelan darah pendonor,pencegahan penularan penyakit, pengolahan darah,dan penyimpanan darah pendonor.

4. Fraksionasi Plasma adalah pemilahan derivat plasmamenjadi produk plasma dengan menerapkanteknologi dalam pengolahan darah.

5. Pelayanan Apheresis adalah penerapan teknologimedis berupa proses pengambilan salah satukomponen darah dari pendonor atau pasien melaluisuatu alat dan mengembalikan selebihnya ke dalamsirkulasi darah pendonor.

6. Pendonor Darah adalah orang yang menyumbangkandarah atau komponennya kepada pasien untuktujuan penyembuhan penyakit dan pemulihankesehatan.

7. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alatdan/atau tempat yang digunakan untukmenyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baikpromotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yangdilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerahdan/atau masyarakat.

8. Unit Transfusi Darah yang selanjutnya disingkatUTD, adalah fasilitas pelayanan kesehatan yangmenyelenggarakan donor darah, penyediaan darah,dan pendistribusian darah.

9.Bank Darah Rumah Sakit yang selanjutnya disingkatBDRS, adalah suatu unit pelayanan di rumah sakityang bertanggung jawab atas tersedianya darahuntuk transfusi yang aman, berkualitas, dan dalamjumlah yang cukup untuk mendukung pelayanankesehatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanankesehatan lainnya.

10. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebutPemerintah, adalah Presiden Republik Indonesiayang memegang kekuasaan pemerintahan negaraRepublik Indonesia sebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945.

11. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atauwalikota, dan perangkat daerah sebagai unsurpenyelenggara pemerintahan daerah.

12.Menteri adalah menteri yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang kesehatan.

Pasal 2

Pengaturan pelayanan darah bertujuan:

a. memenuhi ketersediaan darah yang aman untukkebutuhan pelayanan kesehatan;

b. memelihara dan meningkatkan mutu pelayanandarah;

c. memudahkan akses memperoleh darah untukpenyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan;dan

d. memudahkan akses memperoleh informasi tentangketersediaan darah.

BAB IITANGGUNG JAWABPEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAHPasal 3

Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawabuntuk mengatur, membina, dan mengawasi pelayanandarah dalam rangka melindungi masyarakat.

Pasal 4

Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawabterhadap pelayanan darah yang aman, mudah diakses,dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Pasal 5

Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawabmendorong penelitian dan pengembangan kegiatanpelayanan darah untuk kepentingan pelayanankesehatan.

Pasal 6

Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawabterhadap pendanaan pelayanan darah dalam rangkajaminan ketersediaan darah untuk kepentinganpelayanan kesehatan.

BAB IIIPELAYANAN TRANSFUSI DARAHBagian KesatuPerencanaanPasal 7

(1) Setiap UTD dan BDRS harus menyusun rencanakebutuhan darah untuk kepentingan pelayanandarah.

(2) Berdasarkan rencana kebutuhan darahsebagaimana dimaksud pada ayat (1), disusunrencana tahunan kebutuhan darah secara nasionaloleh Menteri.

Bagian KeduaPengerahan dan PelestarianPendonor DarahPasal 8

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah mengaturpengerahan dan pelestarian pendonor darah untukmenjamin ketersediaan darah.

(2) Pengerahan dan pelestarian pendonor darahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakanoleh Pemerintah, pemerintah daerah, organisasisosial yang tugas pokok dan fungsinya di bidangkepalangmerahan dan/atau UTD denganmengikutsertakan masyarakat.

Bagian KetigaPenyediaan DarahParagraf KesatuPengambilan dan PelabelanPasal 9

(1) Tindakan medis pengambilan darah hanyadilakukan di UTD dan/atau tempat tertentu yangmemenuhi persyaratan kesehatan dan harusdilaksanakan oleh tenaga kesehatan yangberwenang sesuai dengan standar.

(2) Setiap pengambilan darah harus didahului denganpemeriksaan kesehatan pendonor darah danmendapat persetujuan dari pendonor darah yangbersangkutan.

(3) Pendonor darah harus diberi informasi terlebihdahulu mengenai risiko pengambilan darah danhasil pemeriksaan darahnya.

(4) Dalam hal hasil pemeriksaan darah sebagaimanadimaksud pada ayat (3) reaktif, maka UTD harusmenganjurkan kepada yang bersangkutan untuksementara tidak mendonorkan darah dan segeramelakukan pemeriksaan konfirmasi untukmendapatkan penanganan lebih lanjut.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standarpengambilan darah sebagaimana dimaksud padaayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 10

(1) Tenaga kesehatan wajib memberikan label padasetiap kantong darah pendonor sesuai denganstandar.

(2) Label pada setiap kantong darah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) paling sedikit harusmemuat keterangan mengenai identitas pendonordarah, jenis dan golongan darah, nomor kantongdarah, hasil pemeriksaan uji saring, waktupengambilan, tanggal kedaluwarsa, jenisantikoagulan dan nama UTD.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelabelansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)diatur dengan Peraturan Menteri.

Paragraf KeduaPencegahan Penularan PenyakitPasal 11

(1) Tenaga kesehatan wajib melakukan uji saring darahuntuk mencegah penularan penyakit.

(2) Uji saring darah sebagaimana dimaksud padaayat (1) paling sedikit meliputi pencegahanpenularan penyakit HIV-AIDS, Hepatitis B,Hepatitis C, dan Sifilis.

(3) Pemeriksaan uji saring darah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harusdilakukan sesuai dengan standar.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar uji saringdarah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diaturdengan Peraturan Menteri.

Paragraf KetigaPengolahan DarahPasal 12

(1) Tenaga kesehatan wajib melakukan pengolahandarah untuk memenuhi kebutuhan komponendarah tertentu dalam pelayanan transfusi darah.

(2) Pengolahan darah yang dilakukan oleh tenagakesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan di UTD dan harus sesuai denganstandar.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai standarpengolahan darah sebagaimana dimaksud padaayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Paragraf KeempatPenyimpanan dan PemusnahanPasal 13

(1) UTD atau BDRS wajib menyimpan darah padafasilitas penyimpanan darah yang memenuhistandar dan persyaratan teknis penyimpanan.

(2) Penyimpanan darah sebagaimana dimaksud padaayat (1) harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.

(3) Persyaratan teknis penyimpanan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) meliputi wadah atautempat, suhu penyimpanan, lama penyimpanandan/atau persyaratan lainnya yang menjamin mutudarah.

(4) Darah yang tidak memenuhi persyaratan danstandar untuk digunakan dalam transfusi darahwajib dimusnahkan sesuai dengan standar olehUTD.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar danpersyaratan teknis penyimpanan darah danpemusnahan darah sebagaimana dimaksud padaayat (1) sampai dengan ayat (4) diatur denganPeraturan Menteri.

Bagian KeempatPendistribusian DarahParagraf KesatuUmumPasal 14

(1) Darah hanya didistribusikan untuk kepentinganpelayanan kesehatan.

(2) Distribusi darah sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan dengan menggunakan sistemtertutup dan metode rantai dingin.

(3) Distribusi darah sebagaimana dimaksud padaayat (2) harus dilakukan oleh tenaga kesehatanatau petugas UTD atau petugas BDRS denganmemperhatikan keamanan dan mutu darah.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendistribusiandarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampaidengan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.

Paragraf KeduaPenyaluran dan PenyerahanPasal 15

(1) Darah transfusi harus disalurkan dan diserahkanoleh UTD kepada UTD lain, UTD kepada BDRS, UTDatau BDRS kepada fasilitas pelayanan kesehatanlain sesuai kebutuhan.

(2) Setiap penyerahan darah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) harus disertai dengan berita acarapenyerahan darah.

(3) Dalam hal terjadi keadaan gawat darurat danbencana, fasilitas pelayanan kesehatan lain di luarrumah sakit dapat menerima penyaluran danpenyerahan darah dengan permintaan tertulis daridokter yang merawat pasien.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyaluran danpenyerahan darah sebagaimana dimaksud padaayat (1) sampai dengan ayat (3) diatur denganPeraturan Menteri.

Bagian KelimaTindakan Medis Pemberian DarahPasal 16

(1) Tindakan medis pemberian darah dan/ataukomponennya kepada pasien dilaksanakan sesuaikebutuhan medis secara rasional.

(2) Tindakan medis pemberian darah dan/ataukomponennya kepada pasien sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harus dilakukan uji silangserasi sebelum diberikan kepada pasien.

(3) Tindakan medis pemberian darah dan/ataukomponennya kepada pasien sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harus dilaksanakan olehdokter yang memiliki kompetensi dan kewenangandi fasilitas pelayanan kesehatan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 17

Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanantransfusi darah harus membuat rekam medis pasien.

Bagian KeenamPengenaan Sanksi PenyelenggaraanPelayanan Transfusi DarahPasal 18

Tenaga kesehatan yang:

a. tidak melaksanakan ketentuan mengenaipengambilan darah sebagaimana dimaksud dalamPasal 9 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3);

b. tidak melaksanakan ketentuan mengenai pelabelansebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1);

c. tidak melaksanakan ketentuan mengenai upayapencegahan penularan penyakit sebagaimanadimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dan ayat (3);

d. tidak melaksanakan ketentuan mengenaipengolahan darah sebagaimana dimaksud dalamPasal 12 ayat (1) dan ayat (2);

e. tidak membuat rekam medis pasien sebagaimanadimaksud dalam Pasal 17;dikenakan sanksi administratif oleh pejabat yangberwenang berupa teguran lisan, teguran tertulis,dan/atau pencabutan izin praktik atau izin kerja.

Pasal 19

UTD atau BDRS yang:

a. tidak melaksanakan ketentuan mengenaipenyimpanan darah sebagaimana dimaksud dalamPasal 13 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4);

b. tidak melaksanakan ketentuan mengenaipendistribusian darah sebagaimana dimaksud dalamPasal 14 ayat (3);dikenakan sanksi administratif oleh pejabat yangberwenang berupa teguran lisan, teguran tertulis,penghentian kegiatan sementara dan/atau pencabutanizin operasional.

BAB IVPELAYANAN APHERESISPasal 20

(1) Pelayanan apheresis ditujukan untuk:a. kebutuhan penyediaan komponen darah; danb. pengobatan penyakit tertentu.

(2) Pelayanan apheresis untuk kebutuhan penyediaankomponen darah sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf a harus dilaksanakan di UTD sesuaidengan standar.

(3) Pelayanan apheresis untuk pengobatan penyakittertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf b harus dilaksanakan di fasilitas pelayanankesehatan berupa rumah sakit sesuai denganstandar.

(4) Standar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) danayat (3) meliputi ketenagaan, sarana, prasarana,dan peralatan.

Pasal 21

(1) UTD yang tidak melaksanakan ketentuan mengenaipelayanan apheresis sebagaimana dimaksud dalamPasal 20 ayat (2) dikenakan sanksi administratifoleh pejabat yang berwenang berupa:a. teguran lisan;b. teguran tertulis;c. penghentian kegiatan sementara; dan/ataud.pencabutan izin operasional.

(2) Rumah sakit yang tidak melaksanakan ketentuanmengenai pelayanan apheresis sebagaimanadimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) dikenakansanksi sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Pasal 22

Setiap pelayanan apheresis harus mendapatpersetujuan tindakan secara tertulis dari pendonordarah atau pasien sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Pasal 23

(1) Pelayanan apheresis sebagaimana dimaksud dalamPasal 20 harus dilakukan oleh dokter yang memilikikompetensi dan kewenangan.

(2) Pelayanan apheresis sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilaksanakan sesuai standar profesi,standar pelayanan, dan standar operasionalprosedur pada UTD dan rumah sakit.

Pasal 24

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pelayananapheresis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20,Pasal 22, dan Pasal 23 diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB VFRAKSIONASI PLASMAPasal 25

(1) Plasma yang diperlukan untuk penyelenggaraanfraksionasi plasma harus berasal dari UTD.

(2) Fraksionasi plasma sebagaimana dimaksud padaayat (1) harus dilakukan di fasilitas fraksionasiplasma yang memenuhi standar.

(3) Fasilitas fraksionasi plasma sebagaimana dimaksudpada ayat (1) berbentuk badan usaha yangberbadan hukum sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

(4) Fasilitas fraksionasi plasma sebagaimana dimaksudpada ayat (2) harus mendapat izin produksi dariMenteri.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar danperizinan fasilitas fraksionasi plasma sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) diatur denganPeraturan Menteri.

Pasal 26

(1) Fraksionasi plasma sebagaimana dimaksud dalamPasal 25 ayat (1) menghasilkan produk plasma.

(2) Produk plasma sebagaimana dimaksud padaayat (1) harus memenuhi standar mutu,keamanan, dan kemanfaatan.

(3) Produk plasma harus memperoleh izin edar dariMenteri sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

(4) Apabila produk plasma sebagaimana dimaksudpada ayat (2) tidak memenuhi standar mutu,keamanan, dan kemanfaatan, maka fasilitasfraksionasi plasma dikenakan sanksi administratifberupa pencabutan izin oleh pejabat yangberwenang.

Pasal 27

(1) Pemerintah mengendalikan harga produk plasma.

(2) Pengendalian harga sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilaksanakan dengan mempertimbangkanbiaya produksi.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengendalianharga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diaturdengan Peraturan Menteri.

BAB VIPENDONOR DARAHPasal 28

(1) Setiap orang dapat menjadi pendonor darah.

(2) Pendonoran darah dilakukan secara sukarela.

(3) Pendonor darah sebagaimana dimaksud padaayat (1) harus memenuhi persyaratan kesehatan.

(4) Pendonor darah harus memberikan informasi yangbenar perihal kesehatan dan perilaku hidupnya.

(5) Pendonor darah yang memberikan informasimenyesatkan berkaitan dengan status kesehatandan perilaku hidupnya dikenakan sanksi sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 29

(1) Setiap UTD harus melakukan pendataan pendonordarah melalui sistem informasi.

(2) Pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan untuk pelestarian pendonor darah secaranasional.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendataansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 30

(1) Setiap pendonor darah harus dilakukan pencatatanoleh tenaga kesehatan atau tenaga lainnya.

(2) Catatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),harus dijaga kerahasiaannya oleh UTD, tenagakesehatan, dan/atau tenaga lainnya.

Pasal 31

(1) UTD yang tidak menjaga kerahasiaan catatan datapendonor darah sebagaimana dimaksud dalamPasal 30 ayat (2) dikenakan sanksi administratifoleh pejabat yang berwenang berupa:a. teguran lisan;b. teguran tertulis;c. penghentian kegiatan sementara; dan/ataud.pencabutan izin operasional.

(2) Tenaga kesehatan dan tenaga lainnya yang tidakmenjaga kerahasiaan catatan data pendonor darahsebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2)dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Pasal 32

(1) Darah pendonor dapat diolah menjadi produkplasma.(2) Plasma darah pendonor dapat dimanfaatkansebagai bahan baku obat.

Pasal 33

Pendonor darah dapat diberikan tanda penghargaaandari Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atauorganisasi sosial yang tugas pokok dan fungsinya dibidang kepalangmerahan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

BAB VIIUTD, BDRS, DAN JEJARINGBagian KesatuUTDPasal 34

(1) UTD dapat diselenggarakan oleh Pemerintah,pemerintah daerah, atau organisasi sosial yangtugas pokok dan fungsinya di bidangkepalangmerahan.

(2) UTD yang diselenggarakan oleh Pemerintahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatberbentuk Unit Pelaksana Teknis.

(3) UTD yang diselenggarakan oleh pemerintah daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatberbentuk Lembaga Teknis Daerah atau UnitPelaksana Teknis Daerah.

(4) Penyelenggaraan UTD oleh organisasi sosial yangtugas pokok dan fungsinya di bidangkepalangmerahan sebagaimana dimaksud padaayat (1) merupakan penugasan Pemerintahberdasarkan Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 35

(1) UTD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 terdiridari:a. UTD tingkat nasional;b. UTD tingkat provinsi; danc. UTD tingkat kabupaten/kota.

(2) UTD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mempunyai tugas:a. menyusun perencanaan;b. melakukan pengerahan dan pelestarianpendonor darah;c. melakukan penyediaan darah;d. melakukan pendistribusian darah;e. melakukan pelacakan penyebab reaksi transfusiatau kejadian ikutan akibat transfusi darah; danf. melakukan pemusnahan darah yang tidak layakpakai.

Pasal 36

(1) Selain tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35ayat (2), UTD tingkat nasional mempunyai tugaspembinaan teknis dan pemantauan kualitas,pendidikan dan pelatihan, rujukan, penelitian danpengembangan, koordinator sistem jejaringpenyediaan darah, penyediaan logistik, danpenyediaan darah pendonor secara nasional.

(2) Selain tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35ayat (2), UTD tingkat provinsi mempunyai tugaspenyediaan darah pendonor, pembinaan teknis,pemantauan kualitas, pendidikan dan pelatihan,rujukan, penelitian dan pengembangan, sertakoordinator sistem jejaring penyediaan darah diwilayahnya.

Pasal 37

Ketentuan lebih lanjut mengenai UTD tingkat nasional,UTD tingkat provinsi, UTD tingkat kabupaten/kotasebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dan Pasal 36diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 38

(1) Setiap UTD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35ayat (1) harus memiliki izin.(2) Izin UTD tingkat nasional diberikan oleh Menteri.(3) Izin UTD tingkat provinsi diberikan oleh pemerintahdaerah provinsi.(4) Izin UTD tingkat kabupaten/kota diberikan olehpemerintah daerah kabupaten/kota.

Pasal 39

(1) Persyaratan untuk memperoleh izin sebagaimanadimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) meliputipersyaratan sarana dan prasarana, peralatan,sumber daya manusia, administrasi danmanajemen.

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikanuntuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapatdiperpanjang kembali selama memenuhipersyaratan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dantata cara pengajuan dan pemberian izinsebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur denganPeraturan Menteri.

Pasal40

(1) Setiap UTD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35ayat (1) wajib dilakukan audit.

(2) Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan secara berkala paling sedikit 1 (satu) kalidalam setahun.

(3) Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatdilakukan melalui audit internal dan auditeksternal.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai audit sebagaimanadimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3)diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian KeduaBDRSPasal 41

(1) BDRS dapat didirikan di rumah sakit sebagaibagian dari unit pelayanan rumah sakit.

(2) BDRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mempunyai tugas:a. menerima darah yang sudah diuji saring dariUTD;b. menyimpan darah dan memantau persediaandarah;c. melakukan uji silang serasi darah pendonor dandarah pasien;d. melakukan rujukan bila ada kesulitan hasil ujisilang serasi dan golongan darah ABO/rhesus keUTD secara berjenjang;e. menyerahkan darah yang cocok bagi pasien dirumah sakit;f. melacak penyebab reaksi transfusi atau kejadianikutan akibat transfusi darah yang dilaporkandokter rumah sakit; dang. mengembalikan darah yang tidak layak pakai keUTD untuk dimusnahkan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai BDRSsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian KetigaJejaringPasal 42

(1) Jejaring pelayanan transfusi darah dibentuk untukmenjamin ketersediaan darah, mutu, keamanan,sistem informasi pendonor darah, akses, rujukandan efisiensi pelayanan darah.

(2) Jejaring pelayanan transfusi darah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) meliputi semua institusiterkait dengan pelayanan transfusi darah.

(3) Jejaring pelayanan transfusi darah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) berjenjang dari tingkatnasional, provinsi dan kabupaten/kota.

(4) Pembentukan jejaring sebagaimana dimaksud padaayat (1) didukung oleh sistem informasi sesuaidengan perkembangan teknologi.

(5) Bimbingan teknis pelayanan transfusi darahdilakukan secara berjenjang dalam jejaringtransfusi darah.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai jejaringsebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampaidengan ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB VIIIPENDIDIKAN, PELATIHAN,PENELITIAN, DAN PENGEMBANGANPasal 43

(1) Pemerintah, pemerintah daerah, dan organisasisosial yang tugas pokok dan fungsinya di bidangkepalangmerahan, dapat menyelenggarakanpendidikan dan pelatihan bagi tenaga pelaksanapelayanan transfusi darah untuk peningkatan mutupenyelenggaraan transfusi darah.(2) Penyelenggara pendidikan dan pelatihan untuktenaga pelaksana transfusi darah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harus diakreditasi olehMenteri.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendidikan danpelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 44

(1) UTD tingkat kabupaten/kota yang kompeten dapatmelakukan kegiatan penelitian dan pengembangan dalam pelayanan darah untuk kepentinganpengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(2) Kegiatan penelitian dan pengembangan dalampelayanan darah dilaksanakan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB IXPENGIRIMAN DAN PENERIMAAN DARAHDARI DAN KE LUAR INDONESIAPasal 45

(1) Pengiriman atau penerimaan darah dan/ataukomponennya dari dan ke luar Indonesia harusditujukan untuk:a. penelitian dan pengembangan di bidang ilmudan teknologi pelayanan darah;b. pemenuhan kebutuhan darah langka;c. kerja sama nonkomersial untuk menanggulangimusibah massal seperti perang, bencana alamdan bencana sosial;d. pemeriksaan spesimen darah yang belum bisadilakukan di Indonesia; dane. pemenuhan kebutuhan fraksionasi plasma.

(2) Pengiriman atau penerimaan darah dan/ataukomponennya dari dan ke luar Indonesiasebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusdilakukan oleh badan dan/atau lembaga penelitian,institusi pendidikan kesehatan, UTD dan fasilitaspelayanan kesehatan.

(3) Pengiriman atau penerimaan darah dan/ataukomponennya dari dan ke luar Indonesiasebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus sesuaistandar, disertai dengan perjanjian alih materialdan harus memperoleh izin dari Menteri.

(4) Dalam hal teknologi fraksionasi plasma belum dapatdilaksanakan di dalam negeri, untuk memenuhikebutuhan fraksionasi plasma sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf e, dapat dilakukanpengiriman darah ke luar Indonesia.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata carapengiriman atau penerimaan darah dan/ataukomponennya dari dan ke luar Indonesiasebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur denganPeraturan Menteri.

BAB XPENDANAANPasal 46

Pendanaan penyelenggaraan pelayanan darah dapatbersumber dari Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atausumber lain yang sah sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

BAB XIPENCATATAN DAN PELAPORANPasal 47

(1) UTD dan BDRS wajib melakukan pencatatan danpelaporan penyelenggaraan pelayanan transfusidarah sesuai dengan standar.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata carapencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB XIIPEMBINAAN DAN PENGAWASANPasal 48

(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap semuakegiatan yang berhubungan dengan pelayanandarah dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintahdaerah.

(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk:a. menyediakan darah yang aman untukmemenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan;b. memelihara dan meningkatkan mutu pelayanandarah;c. memudahkan akses memperoleh informasiketersediaan darah untuk kepentinganpelayanan kesehatan; dand. meningkatkan kerjasama antara UTD danBDRS.

(3) Pemerintah dan pemerintah daerah dapatmelibatkan organisasi sosial yang tugas pokok danfungsinya di bidang kepalangmerahan danorganisasi profesi terkait untuk melakukanpembinaan dan pengawasan pelayanan darah.

(4) Organisasi sosial yang tugas pokok dan fungsinya dibidang kepalangmerahan sebagaimana dimaksudpada ayat (3) melakukan pembinaan danpengawasan terhadap UTD binaannya.

BAB XIIIKETENTUAN PERALIHANPasal 49

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,setiap UTD atau BDRS yang telah ada harusmenyesuaikan dengan ketentuan sebagaimana diaturdalam Peraturan Pemerintah ini dalam jangka waktupaling lama 2 (dua) tahun.

Pasal 50

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,semua peraturan perundang-undangan yangmerupakan peraturan pelaksanaan dari PeraturanPemerintah Nomor 18 Tahun 1980 tentang TransfusiDarah dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidakbertentangan dan/atau belum diganti berdasarkanketentuan Peraturan Pemerintah ini.

BAB XIVKETENTUAN PENUTUP

Pasal 51

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1980 tentangTransfusi Darah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1980 Nomor 27, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3165), dicabut dandinyatakan tidak berlaku.

Pasal 52

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Pemerintah ini denganpenempatannya dalam Lembaran Negara RepublikIndonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 4 Februari 2011PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONODiundangkan di Jakartapada tanggal 4 Februari 2011MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,ttd.PATRIALIS AKBARLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 18Salinan sesuai dengan aslinyaSEKRETARIAT NEGARA RIKepala Biro Peraturan Perundang-UndanganBidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat,Wisnu Setiawan

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH

I. UMUMDalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yangsetinggi-tingginya perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan yangdilaksanakan melalui kegiatan pencegahan penyakit, peningkatankesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan.Pelayanan darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yangmemanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuankemanusiaan dan tidak untuk tujuan komersial. Darah dilarangdiperjualbelikan dengan dalih apapun. Darah sebagai anugerah TuhanYang Maha Pemurah kepada setiap insan tidaklah sepantasnyadijadikan objek jual beli untuk mencari keuntungan, biarpun dengandalih untuk menyambung hidup.Pelayanan darah sebagai salah satu upaya kesehatan dalam rangkapenyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan sangatmembutuhkan ketersediaan darah atau komponen darah yang cukup,aman, bermanfaat, mudah diakses dan terjangkau oleh masyarakat.Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan pelayanan darah yangaman, bermanfaat, mudah diakses, dan sesuai dengan kebutuhanmasyarakat.Upaya memenuhi ketersediaan darah untuk kebutuhan pelayanankesehatan selama ini telah dilakukan oleh Palang Merah Indonesiamelalui Unit Transfusi Darah (UTD) yang tersebar di seluruh Indonesiaberdasarkan penugasan oleh Pemerintah sebagaimana telah diaturdalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1980 tentang TransfusiDarah. Peraturan Pemerintah ini harus disesuaikan denganperkembangan kebijakan, sumber daya, ilmu pengetahuan danteknologi pelayanan kesehatan.Keberhasilan pengelolaan pelayanan darah sangat tergantung padaketersediaan pendonor darah, sarana, prasarana, tenaga, pendanaan,dan metode. Oleh karena itu pengelolaannya harus dilakukan secaraterstandar, terpadu dan berkesinambungan serta dilaksanakan secaraterkoordinasi antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan partisipasiaktif masyarakat termasuk organisasi sosial yang tugas pokok danfungsinya di bidang kepalangmerahan sebagai mitra Pemerintah.Organisasi sosial yang tugas pokok dan fungsinya di bidangkepalangmerahan, khususnya di bidang pelayanan transfusi darahadalah Palang Merah Indonesia, yang ditetapkan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.Perubahan kebijakan Pemerintah dari sentralisasi kepada desentralisasiyang telah menempatkan masalah kesehatan sebagai urusan wajibpemerintah daerah, perlu diimplementasikan secara nyata tanpamengurangi tanggung jawab Pemerintah. Pengelolaan pelayanan darahsebagai bagian yang esensial dan integral dari upaya kesehatan secaranasional haruslah menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintahdan pemerintah daerah dengan tetap mengacu pada kepentinganmasyarakat luas.Pelayanan darah dalam arti luas mencakup kepentingan publik yangmendasar dan menjangkau kebutuhan jutaan manusia. Oleh karena itukebijakan pengaturan dalam Peraturan Pemerintah ini harusdilaksanakan dengan tetap berlandaskan pada asas perikemanusiaan,keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak dankewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif serta norma agama.Yang dimaksud dengan asas perikemanusiaan berarti bahwa pelayanandarah harus dilandasi atas perikemanusiaan yang berdasarkan padaKetuhanan Yang Maha Esa dengan tidak membedakan golongan agamadan bangsa; asas keseimbangan berarti bahwa pelayanan darah harusdilaksanakan antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisikdan mental, serta antara material dan spiritual; asas manfaat berartibahwa pelayanan darah harus memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi kemanusiaan; asas pelindungan berarti bahwa pelayanandarah harus dapat memberikan pelindungan dan kepastian hukumkepada pemberi dan penerima pelayanan darah; asas penghormatanterhadap hak dan kewajiban berarti bahwa pelayanan darahdilaksanakan dengan menghormati hak dan kewajiban pasien,pendonor darah, tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan;asas keadilan berarti bahwa pelayanan darah harus dapat memberikanpelayanan yang adil dan merata kepada semua lapisan masyarakatdengan pembiayaan yang terjangkau; asas gender dan nondiskriminatifberarti bahwa pelayanan darah tidak membedakan perlakuan terhadapperempuan dan laki-laki; serta asas norma agama berarti pelayanandarah harus memperhatikan dan menghormati serta tidak membedakanagama yang dianut pendonor darah, pemberi pelayanan transfusi darahdan penerima pelayanan transfusi darah.Darah diperoleh dari pendonor darah sukarela yang sehat danmemenuhi kriteria seleksi pendonor darah dengan mengutamakankesehatan pendonor darah. Darah yang diperoleh dari pendonor darahsukarela sebelum digunakan untuk pelayanan darah harus dilakukan pemeriksaan laboratorium guna mencegah penularan penyakit.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokterankhususnya dalam teknologi pelayanan darah, pengelolaan komponendarah dan pemanfaatannya dalam pelayanan kesehatan harusmempunyai landasan hukum sebagai konsekuensi asas negaraberlandaskan hukum. Oleh karena itu dalam rangka memberikanpelindungan kepada masyarakat, pelayanan darah hanya dilakukanoleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan, danhanya dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhipersyaratan. Hal ini diperlukan untuk mencegah timbulnya berbagairisiko, terjadinya penularan penyakit baik bagi penerima pelayanandarah maupun bagi tenaga kesehatan sebagai pemberi pelayanankesehatan.Oleh karena itu pengamanan pelayanan darah harus dilaksanakan padasetiap tahapan kegiatan mulai dari pengerahan dan pelestarianpendonor darah, pengambilan dan pelabelan darah pendonor,pencegahan penularan penyakit, pengolahan darah, penyimpanandarah dan pemusnahan darah, pendistribusian darah, penyaluran danpenyerahan darah, serta tindakan medis pemberian darah kepadapasien. Pengamanan pelayanan darah juga dilakukan pada pelayananapheresis dan fraksionasi plasma.Dalam rangka memberikan landasan hukum, kepastian hukum,pelindungan hukum, peningkatan mutu, keamanan, dan kemanfaatanpelayanan darah, perlu mengatur kembali penyelenggaraan pelayanandarah dengan Peraturan Pemerintah.Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur:1. Tujuan pengaturan pelayanan darah;2. Tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah daerah dalampelayanan darah;3. Pelayanan transfusi darah;4. Pelayanan apheresis;5. Fraksionasi plasma;6. Pendonor darah;7. UTD, BDRS, dan Jejaring;8. Pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan;9. Pengiriman dan penerimaan darah dari dan ke luar Indonesia;10. Pendanaan;11. Pencatatan dan pelaporan;12. Pembinaan dan pengawasan;13. Ketentuan peralihan; dan14. Ketentuan penutup.II. PASAL DEMI PASALPasal 1Cukup jelas.Pasal 2Cukup jelas.Pasal 3Cukup jelas.Pasal 4Yang dimaksud dengan pelayanan darah yang aman adalahpelayanan darah yang memenuhi prinsip darah berasal daripendonor darah sukarela, berbadan dan berperilaku sehat danmemenuhi kriteria sebagai pendonor darah risiko rendah(low risk donor) terhadap infeksi yang dapat ditularkan melaluitransfusi darah. Seluruh proses pelayanan transfusi darah harussesuai standar dan sesuai dengan perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi.Pasal 5Cukup jelas.Pasal 6Cukup jelas.Pasal 7Ayat (1)Yang dimaksud dengan rencana kebutuhan darah adalahperencanaan kebutuhan dan penyediaan darah yang disusundengan mempertimbangkan jumlah persediaan darah, jumlahpendonor darah, serta kebutuhan dan penggunaan darahsebelumnya.Ayat (2)Cukup jelas.Pasal 8Ayat (1)Yang dimaksud dengan pengerahan adalah kegiatanmemotivasi, mengumpulkan dan mengerahkan orang-orangdari kelompok risiko rendah agar bersedia menjadi pendonordarah sukarela.Yang dimaksud dengan pelestarian pendonor darah sukarelaadalah upaya yang dilakukan untuk mempertahankanpendonor darah sukarela untuk dapat melakukan donor darahsecara berkesinambungan dan teratur dalam hidupnya.Ayat (2)Cukup jelas.Pasal 9Ayat (1)Yang dimaksud dengan tempat tertentu adalah tempat diluar fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhipersyaratan kesehatan untuk dapat dilakukannyapengambilan darah, contohnya Unit Donor Darah ataukegiatan Mobile Unit di tempat-tempat umum.Ayat (2)Pemeriksaan kesehatan pendonor darah dimaksudkan untuktetap menjaga kesehatan pendonor darah dan untukmencegah terjadinya kemungkinan penularan penyakit kepadapasien yang menerima darah. Pemeriksaan kesehatan berupaanamnesis, pemeriksaan kesehatan tanda vital dan tanda lainyang diperlukan, dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatanyang memiliki kewenangan. Persetujuan dari pendonor darahmerupakan persetujuan tertulis setelah pendonor darahmendapat penjelasan tentang persyaratan, proses, risiko yangmungkin ditimbulkan oleh tindakan pengambilan darah,pengolahan darah pendonor menjadi produk plasma danpemberitahuan hasil pemeriksaan kesehatan.Ayat (3)Hasil pemeriksaan darah donor yang reaktif akandiberitahukan kepada pendonor darah melalui surat 1 (satu)minggu setelah donor.Ayat (4)Yang dimaksud dengan reaktif adalah jika darah daripendonor darah diduga terinfeksi berdasarkan 1 (satu) kalipemeriksaan uji saring darah (Initial Reactive), makadiperlukan pemeriksaan konfirmasi.Ayat (5)Cukup jelas.Pasal 10Ayat (1)Cukup jelas.Ayat (2)Keterangan mengenai identitas pendonor darah ditulis dalambentuk kode bukan nama.Ayat (3)Cukup jelas.Pasal 11Ayat (1)Uji saring darah dimaksudkan untuk mencegah penularaninfeksi yang ditularkan lewat darah dari pendonor darahkepada pasien.Ayat (2)Untuk daerah tertentu uji saring darah dapat dilakukanterhadap penyakit tertentu seperti malaria dan lainsebagainya.Ayat (3)Cukup jelas.Ayat (4)Cukup jelas.Pasal 12Ayat (1)Yang dimaksud dengan pengolahan darah adalah carapemisahan darah lengkap (WB=whole blood) menjadikomponen darah seperti Darah Merah Pekat(PRC=packed red cell), Buffy coat, Trombosit(TC=thrombocyte concentrate), Plasma Cair dan Plasma SegarBeku (FFP= fresh frozen plasma). Pengolahan darah menjadikomponen darah dapat dilakukan secara manual,konvensional, bottom top system dan apheresis.Ayat (2)Cukup jelas.Ayat (3)Cukup jelas.Pasal 13Ayat (1)Penyimpanan darah terdiri dari penyimpanan darah karantinadan penyimpanan darah siap pakai. Penyimpanan darahkarantina dilakukan untuk menyimpan darah yang belumdiketahui hasil konfirmasi uji golongan darah dan hasilpemeriksaan uji saring terhadap infeksi menular lewattransfusi darah.Penyimpanan darah siap pakai untuk menyimpan darah yangsudah ada hasil pemeriksaan konfirmasi golongan darah danuji saring darahnya. Tempat, suhu optimal dan waktupenyimpanan darah disesuaikan dengan jenis komponendarah masing-masing.Ayat (2)Cukup jelas.Ayat (3)Cukup jelas.Ayat (4)Cukup jelas.Ayat (5)Cukup jelas.Pasal 14Ayat (1)Cukup jelas.Ayat (2)Yang dimaksud dengan sistem tertutup adalah suatumekanisme pendistribusian darah yang mengikuti standaroperasional prosedur pelayanan di rumah sakit tanpamelibatkan pihak lain seperti keluarga pasien.Yang dimaksud dengan metode rantai dingin adalah suatusistem pemeliharaan suhu darah dan komponen darah darimulai pengambilan sampai dengan pemberian darah kepadapasien. Yang terpenting adalah petugas yang bertanggungjawab mengatur, melaksanakan proses penyimpanan danpemindahan darah dan plasma serta menjaga peralatan untukmenyimpan dan memindahkan darah dan plasma secaraaman.Ayat (3)Cukup jelas.Ayat (4)Cukup jelas.Pasal 15Ayat (1)Yang dimaksud dengan darah yang disalurkan dandiserahkan adalah darah yang aman, telah menjalani prosesskrining/uji saring terhadap Infeksi Menular Lewat TransfusiDarah (IMLTD) dan uji konfirmasi golongan darah.Yang dimaksud dengan fasilitas pelayanan kesehatan lainadalah rumah sakit yang tidak memiliki BDRS.Penyaluran darah dari UTD atau BDRS kepada fasilitaspelayanan kesehatan lain hanya dilakukan terhadap fasilitaspelayanan kesehatan yang jumlah kebutuhan darahnya tidakefisien untuk didirikannya BDRS di fasilitas pelayanankesehatan lain tersebut.Ayat (2)Cukup jelas.Ayat (3)Yang dimaksud dengan fasilitas pelayanan kesehatan lain diluar rumah sakit antara lain puskesmas dan rumah sakitlapangan.Ayat (4)Cukup jelas.Pasal 16Ayat (1)Yang dimaksud dengan kebutuhan medis secara rasionaladalah tindakan medis pemberian darah dan/ataukomponennya yang dilaksanakan dengan mempertimbangkanvolume darah transfusi ataupun jenis komponen yangditransfusikan sesuai dengan kebutuhan medis.Ayat (2)Yang dimaksud dengan uji silang serasi adalah tindakanpengujian terhadap kesesuaian antara sel darah merahpendonor dengan sel darah merah pasien sebelum tindakantransfusi dilakukan. Uji silang dilakukan untuk memastikanbahwa tidak ada antibodi-antibodi pada darah pasien yangakan bereaksi dengan darah pendonor bila ditransfusikanatau sebaliknya. Uji silang serasi dilakukan di UTD atau BDRSyang mendapat permintaan darah dari fasilitas pelayanankesehatan lain.Ayat (3)Cukup jelas.Pasal 17Yang dimaksud dengan rekam medis adalah berkas yangberisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telahdiberikan kepada pasien sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.Pasal 18Cukup jelas.Pasal 19Cukup jelas.Pasal 20Cukup jelas.Pasal 21Cukup jelas.Pasal 22Cukup jelas.Pasal 23Cukup jelas.Pasal 24Cukup jelas.Pasal 25Cukup jelas.Pasal 26Ayat (1)Cukup jelas.Ayat (2)Yang dimaksud dengan produk plasma antara lain berupafaktor VIII, faktor IX, fibrinogen, globulin, dan albumin. UTDtingkat nasional berfungsi sebagai koordinator pengumpulanplasma tingkat nasional, melakukan pemeriksaan uji saringdengan Nucleic Acid Test (NAT), menjaga mutu, danmelakukan penyimpanan serta pengemasan untukdidistribusikan ke tempat fraksionasi yang telah memiliki izin.Ayat (3)Cukup jelas.Ayat (4)Cukup jelas.Pasal 27Ayat (1)Pemerintah mengendalikan harga produk plasma agar hargaproduk fraksionasi plasma ditetapkan secara rasional yangdiperhitungkan dari biaya produksi dan tidak diutamakanuntuk tujuan komersial.Ayat (2)Cukup jelas.Ayat (3)Cukup jelas.Pasal 28Ayat (1)Cukup jelas.Ayat (2)Yang dimaksud dengan sukarela adalah pendonoran darahyang dilakukan tanpa menerima bayaran dalam bentuk tunaiatau bentuk lainnya termasuk bebas dari tugas/pekerjaan diluar waktu dan perjalanan yang diperlukan untuk melakukanpendonoran darah. Penyelenggara pendonoran darah dapatmemberikan cinderamata, minuman dan makanan kecil, ataupenggantian biaya transportasi untuk pendonor darah, hal inimasih sesuai dengan kaidah pendonoran darah sukarela.Ayat (3)Yang dimaksud dengan persyaratan kesehatan antara lainkeadaan umum calon pendonor darah tidak tampak sakit,tidak dalam pengaruh obat-obatan, memenuhi ketentuanumur, berat badan, suhu tubuh, nadi, tekanan darah,hemoglobin, ketentuan setelah haid, kehamilan dan menyusui,jarak penyumbangan darah dan persyaratan lainnya meliputikeadaan kulit, riwayat transfusi darah, penyakit infeksi,riwayat imunisasi dan vaksinasi, riwayat operasi, riwayatpengobatan, obat-obat narkotika dan alkohol serta ketentuantato, tindik, dan tusuk jarum.Ayat (4)Yang dimaksud dengan perilaku hidupnya adalah kebiasaanyang berdampak buruk bagi kesehatan sepertipenyalahgunaan obat dengan jarum suntik, seks bebastermasuk homoseksualitas, biseksualitas, melakukanpelukaan kulit, tato, dan upacara dengan darah (melukai).Ayat (5)Yang dimaksud dengan informasi menyesatkan adalahinformasi yang tidak benar atas status kesehatan dan perilakuhidup pendonor darah yang sebenarnya telah didiagnosisberhubungan dengan penyakit infeksi menular lewat transfusidarah, sehingga darahnya membahayakan pasien.Pasal 29Ayat (1)Pendataan melalui sistem informasi dilakukan dalam rangkapelestarian pendonor menjadi pendonor darah teratur,memudahkan pemanggilan kembali pendonor darah danpenilaian untuk pemberian penghargaan. Disamping itu dalampendataan juga perlu dibuat catatan dalam bentuk kartupeserta/kegiatan donor, catatan berkaitan rincian pribadipendonor darah, catatan medis pendonor darah dan catatanhasil penilaian berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatanpada donasi sebelumnya. Melalui sistem kartu dapat disusunpendonor darah berdasarkan tanggal kapan yangbersangkutan harus kembali untuk mendonasikan diri lagi,disusun menurut abjad atau disusun berdasarkan golongandarah. Melalui sistem informasi dapat diketahui datapendonor darah secara lengkap, meliputi alamat, jenisgolongan darah, terutama donor darah langka (O Bombay,Rhesus Negative, Lewis A dan B), dan jumlah pendonor darahdi suatu tempat tertentu.Ayat (2)Cukup jelas.Ayat (3)Cukup jelas.Pasal 30Ayat (1)Catatan pendonor darah memuat informasi antara lainidentitas, pernyataan persetujuan, riwayat kesehatan, hasilpemeriksaan kesehatan pendonor darah termasuk hasil teslaboratorium darah pendonor dan keputusan tentangpenundaan pendonoran darah baik sementara atauseterusnya.Ayat (2)Yang dimaksud dengan kerahasiaan adalah informasi terkaitdata pendonor darah yang wajib dijaga kerahasiaannya olehtenaga kesehatan dan tenaga lainnya yang memberikanpelayanan. Informasi data pendonor darah dapat dibukadalam hal:a. untuk kepentingan kesehatan pendonor darah;b. memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalamrangka penegakan hukum atas perintah pengadilan;c. permintaan pendonor darah sendiri;d. permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuanperaturan perundang-undangan; dane. untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medissepanjang tidak menyebutkan identitas pendonor darah.Pasal 31Cukup jelas.Pasal 32Ayat (1)Cukup jelas.Ayat (2)Yang dimaksud dengan bahan baku obat yang terdapat dalamplasma darah pendonor adalah protein plasma. Pembuatanproduk plasma sebagai obat harus sesuai dengan Farmakope,Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB), dan carapengemasan obat yang sesuai standar yang berlaku.Pasal 33Yang dimaksud dengan tanda penghargaan adalah berbentukpiagam penghargaan, pin, badge, medali dan bentuk lainnyasesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Pasal 34Cukup jelas.Pasal 35Ayat (1)UTD tingkat nasional dan UTD tingkat provinsi dapatditetapkan dari UTD yang telah terbentuk berdasarkanpertimbangan kemampuan sarana, prasarana, peralatan,ketenagaan, dan pelayanan darah.Ayat (2)Cukup jelas.Pasal 36Cukup jelas.Pasal 37Cukup jelas.Pasal 38Cukup jelas.Pasal 39Cukup jelas.Pasal 40Ayat (1)Yang dimaksud dengan audit adalah audit teknis pelayanan.Ayat (2)Cukup jelas.Ayat (3)Cukup jelas.Ayat (4)Cukup jelas.Pasal 41Ayat (1)Pendirian BDRS di rumah sakit dimaksudkan untukmemenuhi kebutuhan dan ketersediaan darah di rumah sakit.Ayat (2)Cukup jelas.Ayat (3)Cukup jelas.Pasal 42Ayat (1)Jejaring pelayanan transfusi darah merupakan wadah dansarana komunikasi aktif antar unsur-unsur terkait yaitu UTD,rumah sakit, dan dinas kesehatan dalam pelayanan transfusidarah sehingga permasalahan yang dapat menyebabkan tidakterwujudnya pelayanan yang berkualitas dapatdihindari/ditanggulangi. Dalam upayanya perlu didukung olehPemerintah, pemerintah daerah, organisasi sosial yang tugaspokok dan fungsinya di bidang kepalangmerahan, organisasiprofesi, dan masyarakat sehingga dapat tersedia darah yangaman, jumlah cukup, tepat waktu, mudah diakses, danpemakaian rasional.Ayat (2)Cukup jelas.Ayat (3)Cukup jelas.Ayat (4)Cukup jelas.Ayat (5)Cukup jelas.Ayat (6)Cukup jelas.Pasal 43Ayat (1)Yang dimaksud dengan pendidikan dan pelatihan adalahpendidikan dan pelatihan berkelanjutan dalam rangkameningkatkan keterampilan.Yang dimaksud dengan tenaga pelaksana pelayanan transfusidarah antara lain tenaga kesehatan, tenaga administrasi, danmotivator donor.Ayat (2)Cukup jelas.Ayat (3)Cukup jelas.Pasal 44Ayat (1)Penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh UTDtingkat kabupaten/kota yang kompeten terbatas padaoperational research yaitu penelitian dan pengembangan yangditujukan hanya untuk meningkatkan dan mengembangkanpelayanan darah sesuai dengan kebutuhan UTD setempat.Ayat (2)Cukup jelas.Pasal 45Ayat (1)Huruf aCukup jelas.Huruf bCukup jelas.Huruf cCukup jelas.Huruf dYang dimaksud dengan spesimen darah adalah bahanyang berasal dan/atau diambil dari tubuh manusiauntuk tujuan diagnostik, penelitian, pengembangan,pendidikan, dan/atau analisis lainnya. Pengirimanspesimen darah harus dilengkapi dengan Perjanjian AlihMaterial sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.Huruf eCukup jelas.Ayat (2)Cukup jelas.Ayat (3)Cukup jelas.Ayat (4)Cukup jelas.Ayat (5)Cukup jelas.Pasal 46Cukup jelas.Pasal 47Cukup jelas.Pasal 48Ayat (1)Cukup jelas.Ayat (2)Cukup jelas.Ayat (3)Yang dimaksud dengan organisasi profesi terkait antara lainPerhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia(PHTDI) dan Perhimpunan Dokter Transfusi Darah Indonesia(PDTDI).Ayat (4)Cukup jelas.Pasal 49Cukup jelas.Pasal 50Cukup jelas.Pasal 51Cukup jelas.Pasal 52Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5197