PERPADUAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF …

14
Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017 |199 PERPADUAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF KONVENSIONAL (CERAMAH) DENGAN COOPERATIF (MAKE – A MATCH) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN IBRAHIM Kepala SDN 11 Jangkang Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis [email protected] ABSTRAK Penerapan model pembelajaran modern baik kontektual maupun kooperatif di sekolah yang berada diwilayah pedesaan tidak semudah jika dibandingkan dengan sekolah yang berada diwilayak kota. Pemahaman dan pengetahuan serta pengalaman belajar sangat jauh berbeda, termasuk faktor lingkungan masyarakat, sekolah serta ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pendidikan. Metode konvensional tidak mudah begitu saja ditinggalkan, maka dari itu penelitian ini dilakukan dengan kolaborasi antara model konvensional dengan model kooperatif. Hail penelitian menujukkan bahwa nilai rata-rata mengalami kenaikan sebesar dari 66,04 menjadi 72,32 atau naik sebesar 9,52% pada siklus pertama. Sedangkan pada siklus kedua yaitu sebesar 66,54 menjadi 75,75 atau naik sebesar 13,85%. Jadi kolaborasi model pembelajaran konvensional-ceramah dengan model kooperatif- Make – A Match mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Kata kunci : Konvensional, Make – A Match, Kewarganegaraan. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru merupakan garda terdepan dalam dunia pendidikan lebih-lebih pada pendidikan tingkat dasar. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 dijelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya dalam pasal 3 dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

Transcript of PERPADUAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF …

Page 1: PERPADUAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF …

Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017 |199

PERPADUAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF KONVENSIONAL(CERAMAH) DENGAN COOPERATIF (MAKE – A MATCH)

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJARPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

IBRAHIM

Kepala SDN 11 Jangkang Kecamatan Bantan Kabupaten [email protected]

ABSTRAK

Penerapan model pembelajaran modern baik kontektual maupun kooperatifdi sekolah yang berada diwilayah pedesaan tidak semudah jikadibandingkan dengan sekolah yang berada diwilayak kota. Pemahaman danpengetahuan serta pengalaman belajar sangat jauh berbeda, termasuk faktorlingkungan masyarakat, sekolah serta ketersediaan sarana dan prasaranapenunjang pendidikan. Metode konvensional tidak mudah begitu sajaditinggalkan, maka dari itu penelitian ini dilakukan dengan kolaborasi antaramodel konvensional dengan model kooperatif. Hail penelitian menujukkanbahwa nilai rata-rata mengalami kenaikan sebesar dari 66,04 menjadi 72,32atau naik sebesar 9,52% pada siklus pertama. Sedangkan pada siklus keduayaitu sebesar 66,54 menjadi 75,75 atau naik sebesar 13,85%. Jadi kolaborasimodel pembelajaran konvensional-ceramah dengan model kooperatif- Make– A Match mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata kunci : Konvensional, Make – A Match, Kewarganegaraan.

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangGuru merupakan garda terdepan

dalam dunia pendidikan lebih-lebihpada pendidikan tingkat dasar. Sesuaidengan Undang-Undang Nomor 20Tahun 2003 Tentang Sistem PendidikanNasional pasal 1 dijelaskan bahwaPendidikan adalah usaha sadar danterencana untuk mewujudkan suasanabelajar dan proses pembelajaran agarpeserta didik secara aktifmengembangkan potensi dirinya untukmemiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara.Selanjutnya dalam pasal 3 dinyatakanbahwa pendidikan nasional berfungsimengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradabanbangsa yang bermartabat dalam rangkamencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensipeserta didik agar menjadi manusiayang beriman dan bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

Page 2: PERPADUAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF …

Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

200| Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017

mandiri, dan menjadi warga negarayang demokratis serta bertanggungjawab.

Guru yang profesioanal memilikiperan yang besar dalam mewujudkanpendidikan yang mampu menghasilkangenerasi bangsa yang agamis, kreatif,inovatif, berdaya saing dan berkarakter.Guru yang profesional adalah guru yangmengerti dan memahami kemampuansiswanya dan berupaya untukmemberikan dan menerapkan metodepembelajaran yang sesuai dengankemampuan siswanya dan kondisilingkunganya.

Keterbatasan sumber bacaan,buku referensi, dan kondisi lingkunganbaik sekolah maupun masyarakatmenjadi kendala bagi guru untukmenerapkan sepenuhnya modelpembelajaran modern yang cenderungterpusat pada siswa. Materi PKnmembutuhkan pemahaman yang cukuptinggi, siswa diharapkan tidak hanyacukup menyebutkan makna dan arti darisebuah istilah atau kata, namun lebihdari itu harus mampu mengetahui danmemahami arti dari kata tersebut dalamkehidupan sehari-hari. Hal ini perlupenjelasan rinci dan detail dari gurusehingga siswa tidak salah paham dalammemahami dan menerapkanya. Untukitu penjelasan melalui metode ceramahmemungkinkan guru akan lebih baikdan mudah untuk memberikan materi-materi tertentu kepada siswanya.Kemudian dalam hal pendalaman materisupaya isi dari materi ajar tersebutmudah diingat maka perlu dilakukanterobosan dan teknik supaya siswasekolah dasar lebih mudah, senang,aktif, inovatif dan efektif dalammenyerap materi ajar. Metode yangdemikian tentunya adalah salah satumetode pembelajaran yang termasukdalam meodel pembelajaran kooperatif,dimana metode tersebut adalah metodeyang sesuai dengan situasi siswa

sekolah dasar yang masih kental dengandunia permainan.

Pembelajaran PKn di SDN 11Jangkang Kecamatan Bantan KabupatenBengkalis juga memiliki permasalahanyang sama. Kondisi nyata dilapanganbahwa semua siswa dan orang tuaberharap bahwa buku tek, referensi sertabuku penunjang lainya adalahsepenuhnya tanggung jawab pihaksekolah sehingga mereka hanya datangke sekolah dengan modal buku tulissaja. Sehingga sangat sulit untukmenerapkan sepenuhnya modelpembelajaran yang modern. Dilihat darisisi hasil belajar siswa pada semesterganjil 2015/2016 siswa kelas IV denganjumlah 27 orang memiliki rata-rata nilaisebesar 69,23 dengan batas kriteriaketuntasan minimum sebesar 68 hanyaterpaut 1,23 dari KKM. Ada 7 orangsiswa yang harus remedial karenanilainya tidak sampai pada KKM, masihada siswa yang tidak serius danmengantuk dalam belajar, masih adasiswa yang bermain-main dalam belajar,dan masih banyak siswa yangmenganggap bahwa tes atau evaluasiadalah sesuatu yang menakutkan karenakurang menguasai atau memahamimateri yang telah disampaikan.

Berpijak pada kondisi nyata diataspenulis mencoba melakukan penelitiantindakan kelas dengan caramengkolaborasikan antara modelpembelajaran konvensional denganmodel pembelajaran modern(kooperatif) dengan harapan membawadampak pada hasil belajar siswa.Metode pembelajaran yang diterapkanadalah metode ceramah kemudiandipadukan dengan metode Make – AMatch. Semua materi disampaikandengan metode ceramah kemudianuntuk mendalami materi tersebutdilakukan dengan metode Make – AMatch.

Page 3: PERPADUAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF …

Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017 |201

B. Rumusan MasalahYang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimanahasil belajar siswa kelas IV SDN 11Jangkang Kecamatan Bantan Kabupaten

Bengkalis sebelum dan sesudahdilakukan tindakan dengan kolaborasiantara metode ceramah dengan metodeMake – A Match.

LANDASAN TEORIA. Model Pembelajaran

Menurut Agus Suprijono (2011:45), model diartikan sebagai bentukrepresentasi akurat sebagai prosesaktual yang memungkinkan seseorangatau sekelompok orang mencobabertindak berdasarkan model itu. Lebihlanjut Agus Suprijono (2011: 46)menyatakan bahwa modelpembelajaran ialah pola yangdigunakan sebagai pedoman dalammerencanakan pembelajaran di kelasmaupun tutorial.

Amri (2013: 4) menyatakanbahwa model pembelajaran adalahsebagai suatu desain yangmenggambarkan proses rincian danpenciptaan situasi lingkungan yangmemungkinkan siswa berinteraksisehingga terjadi perubahan atauperkembangan pada diri siswa. Prosesmodel pembelajaran lahir danberkembang dari pakar psikologidengan pendekatan dalam settingeksperimen yang dilakukan. Konsepmodel pembelajaran pertama kalinyadikembangkan oleh Bruce dankoleganya.

Kemudian Syaiful Sagala (2005:175) mengemukakan bahwa modelpembelajaran adalah kerangkakonseptual yang melukiskan proseduryang sistematis dalammengorganisasikan pengalamanbelajar peserta didik untuk mencapaitujuan belajar tertentu dan berfungsisebagai pedoman bagi perancangpembelajaran dan guru dalammerencanakan dan melaksanakanaktivitas belajar mengajar.

Pendapat diatas senanda denganUdin dalam Endang Mulyatiningsih(2010:1) yang menyatakan bahwamodel pembelajaran adalah kerangkakonseptual yang melukiskan proseduryang sistematis dalammengorganisasikan pengalaman belajaruntuk mencapai tujuan tertentu. Modelberfungsi sebagai pedoman bagi gurudalam merencanakan danmelaksanakan kegiatan belajarmengajar. Dengan demikian, satu modelpembelajaran dapat menggunakanbeberapa metode, teknik dan taktikpembelajaran sekaligus.

Endang Mulyatiningsih (2010:1)mengatakan bahwa model pembelajaranmerupakan istilah yang digunakanuntuk menggambarkan penyelenggaraanproses belajar mengajar dari awalsampai akhir. Dalam modelpembelajaran sudah mencerminkanpenerapan suatu pendekatan, metode,teknik atau taktik pembelajaransekaligus.

Kesimpulanya bahwa modelpembelajaran merupakan desainkerangka konseptual yang tersusunsecara sistematis dalammengorganisasikan pengalaman belajar,mencerminkan penerapan suatupendekatan, metode dan teknikpembelajaran sekaligus dan berfungsisebagai pedoman bagi guru dalammerencanakan dan melaksanakankegiatan belajar mengajar.

B. Pembelajaran KonvensionalModel pembelajaran konvensional

merupakan model pembelajaran yanghingga saat ini masih digunakan dalam

Page 4: PERPADUAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF …

Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

202| Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017

proses pembelajaran, hanya saja modelpembelajaran konvensional saat inisudah mengalami berbagai perubahan-perubahan karena tuntutan zaman.Meskipun demikian tidak meninggalkankeaslianya.

Menurut Wina Sanjaya(2006:259) menyatakan bahwa padapembelajaran konvensional siswaditempatkan sebagai obyek belajar yangberperan sebagai penerima informasisecara pasif. Jadi pada umumnyapenyampaian pelajaran menggunakanmetode ceramah, tanya jawab danpenugasan.

Kemudian Djafar (2001:86)pembelajaran konvensional dilakukandengan satu arah. Dalampembelajaran ini peserta didiksekaligus mengerjakan dua kegiatanyaitu mendengarkan dan mencatat.Ruseffendi (2005: 17) pembelajarankonvensional pada umumnya memilikikekhasan tertentu, misalnya lebihmengutamakan hafalan daripadapengertian, menekankan padaketerampilan berhitung,mengutamakan hasil daripada proses,dan pengajaran berpusat pada guru.Metode pembelajaran konvensionalmemiliki ciri-ciri tertentu.

Dismpulkan bahwa modelpembelajaran konvensional merupakanpembelajaran yang terpusat pada guru,mengutamakan hasil bukan proses,siswa ditempatkan sebagai objek danbukan subjek pembelajaran sehinggasiswa sulit untuk menyampaikanpendapatnya. Selain itu metode yangdigunakan tidak terlepas dari ceramah,pembagian tugas dan latihan sebagaibentuk pengulangan dan pendalamanmateri ajar.

C. Pembelajaran KooperatifRobert E. Slavin (2011: 4)

menyatakan bahwa Pembelajarankooperatif merujuk pada berbagai

macam metode pengajaran dimana parasiswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantusatu sama lainya dalam mempelajarimateri pembelajaran. Sugiyanto (2010:37) Pembelajaran kooperatif adalahmodel pembelajaran yang berfokuspada penggunaan kelompok kecil siswauntuk bekerja sama dalammemaksimalkan kondisi belajar untukmencapai tujuan belajar.

Kemudian Etin Solihatin danRaharjo (2009: 5) menyatakan bahwamodel pembelajaran CooperativeLearning merupakan suatu modelpembelajaran membantu siswa dalammengembangkan pemahaman dansikapnya sesuai dengan kehidupannyata di masyarakat, sehingga denganbekerja secara bersama-sama diantarasesama anggota kelompok akanmeningkatkan motivasi produktivitasdan perolehan belajar.

Menurut Johnson dalam AnitaLie (2007: 30) ad 5 unsur dalamcooperatif learning yaitu salingketergantungan positif, tanggung jawabperseorangan, tatap muka, komunikasiantar anggota, dan evaluasi proseskelompok. Arif Rohman (2009:186)yang menyatakan bahwa pembelajarankooperatif (Cooperative learning)adalah model pembelajaran yangmenekankan pada salingketergantungan positif antar individusiswa, adanya tanggung jawabperseorangan, tatap muka,komunikasi intensif antar siswa, danevaluasi proses kelompok.

Dari beberapa pendapat diatasjelas bahwa model pembelajarankooperatif merupakan modelpembelajaran yang terpusat pada siswa,dimana siswa lebih banyak melakukanaktivitas pembelajaran dan sebagaisubjek pembelajaran. Siswa bekerja danbelajar secara berkelompok untukmenyelesaikan berbagai pokok

Page 5: PERPADUAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF …

Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017 |203

permasalahan yang dihadapi dalampembelajaran.

D. Pembelajaran Kooperatif TypeMake – A Match

Menurut Sugiyanto (2010: 44-48)Metode pembelajaran kooperatifdibedakan menjadi empat, antara lainmetode STAD (Student TeamsAchivement Divisions), metode Jigsaw,metode G (Group Investigasion) danmetode struktural. Berdasarkanbeberapa metode di atas Make a Matchmerupakan bagian dari metodestruktural yang menekankan padastruktur-struktur khusus yang dirancanguntuk mempengaruhi pola-polainteraksi siswa. Struktur-strukturtersebut memiliki tujuan umumdiantaranya untuk meningkatkanpenguasaan isi akademik danmengajarkan keterampilan sosial.

Endang Mulyatiningsih (2010:25)mengatakan bahwa metodepembelajaran make a match merupakanmetode pembelajaran kelompok yangmemiliki dua orang anggota. Masing-masing anggota kelompok tidakdiketahui sebelumnya tetapi dicariberdasarkan kesamaan pasanganmisalnya pasangan soal dan jawaban.Guru membuat dua kotak undian, kotakpertama berisi soal dan kotak keduaberisi jawaban. Peserta didik yangmendapat soal mencari peserta didikyang mendapat jawaban yang cocok,demikian pula sebaliknya. Metode inidapat digunakan untuk membangkitkanaktivitas peserta didik belajar dan cocokdigunakan dalam bentuk permainan.

Kemudian Lorna Curran dalamMiftahul Huda (2011: 113) menyatakanbahwat eknik Make a Match adalahteknik mencari pasangan, siswa digabung suruh mencari pasangan darikartu yang mereka pegang. Keunggulantekhnik ini adalah siswa mencaripasangan sambil belajar mengenai suatu

konsep atau topik dalam suasana yangmenyenangkan. Teknik ini dapatdigunakan dalam semua matapelajaran dan untuk semua tingkatanusia anak didik.

Simpulanya adalah bahwa modelpembelajaran kooperatif dengan typeMake – A Match merupakan salah satucara atau teknik pembelajaran yangmudah dan menyenangkan dengankonsep permaianan untuk mencapaitujuan pembelajaran yang telahditentukan sebelumnya.

Pola permainanya denganmembuat dua jenis kartu (pertanyaandan jawaban) terkait materi atau pokokbahasan yang akan disampaikankemudian pemegang kartu jawaban danpertanyaan akan menjadi pasangandalam mendiskusikan materi yangditentukan oleh guru.

E. Pengertian Hasil BelajarMenurut pemikiran Gagne

dalam Suprijono (2009: 6) belajaradalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,pengertian, sikap-sikap, apresiasi danketrampilan. Hasil belajar berupa:1. Informasi verbal, yaitu kapitalitas

mengungkapkan pengetahuandalam bentuk bahasa, baik lisanmaupun tulisan.

2. Ketrampilan intelektual, yaitukemampuan mempersentasikankonsep dan lambang.

3. Strategi kognitif, yaitu kecakapanmengarahkan aktivitas kognitifnyasendiri

4. Ketrampilan motorik, merupakankemampuan melakukan aktivitasjasmani dalam urusan koordinasi,sehingga terwujud otomatismegerak jasmani.

5. Sikap merupakan kemampuanmenerima dan menolak objekberdasarkan penilaian terhadapobjek tersebut.

Page 6: PERPADUAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF …

Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

204| Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017

Kemudian Djamarah (2006: 119)menyatakan hasil belajar adalahkemampuan yang diperoleh siswasetelah melalui kegiatan belajar.Sedangkan Kunandar (2013: 62) bahwahasil belajar adalah kompetensi ataukemampuan tertentu, baik kognitif,afektif maupun psikomotor yangdicapai atau dikuasai peserta didiksetelah mengikuti proses belajarmengajar.

Soedijarto dalam Purwanto(2011: 46) menyatakan hasil belajaradalah tingkat penguasaan yangdicapai oleh peserta didik dalammengikuti proses belajar mengajarsesuai dengan tujuan pendidikan yangtelah ditetapkan. Agus Suprijono(2012: 5) menyatakan hasil belajaradalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,pengertian-pengertian, sikap-sikap,apresiasi dan ketrampilan. NanaSudjana (2009: 3) mendefinisikan hasilbelajar siswa pada hakikatnya adalahperubahan tingkah laku sebagai hasilbelajar dalam pengertian yang lebihluas mencakup bidang kognitif, afektif,dan psikomotorik. Dimyati danMudjiono (2006: 3-4) jugamenyebutkan hasil belajar merupakanhasil dari suatu interaksi tindak belajardan tindak mengajar. Dari sisi guru,tindak mengajar diakhiri dengan prosesevaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa,hasil belajar merupakan berakhirnyapengajaran dari puncak proses belajar.

Pendapat lain Bloom dalam Anni,dkk (2007: 7) menyatakan bahwa hasilbelajar sebagai perubahan tingkah lakuyang mengusulkan tiga taksonomi yangdisebut dengan ranah belajar, yaituranah kognitif, afektif, dan psikomotor.Ranah kognitif mencakup ranahpengetahuan dan pemahaman siswa,ranah afektif mencakup ranah sikapsiswa, dan ranah psikomotor mencakupranah keterampilan/skill yang dimiliki

oleh siswa. Ketiga ranah belajar tersebutsangat berkaitan dengan hasil belajar.

Kemendikbud (2013: 33)tentang Kompetensi Inti (KI) di SDmengemukan bahwa:a. Ranah kognitif yaitu memahami

faktual dengan cara mengamatidan bertanya berdasarkan rasa ingintahu tentang dirinya, makhlukciptaan Tuhan dan kegiatannya, danbenda- benda yang dijumpai dirumah, di sekolah dan tempatbermain.

b. Ranah afektif yaitu memilikiperilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, peduli, dan percayadiri dalam berinteraksi dengankeluarga, teman, guru dantetangganya.

c. Ranah psikomotor siswamenyajikan pengetahuan faktualdalam bahasa yang jelas, sistematisdan logis, dalam karya yang estetis,dalam gerakan yang mencerminkananak sehat, dan dalam tindakanmencerminkan perilaku anakberiman dan berakhlak mulia.

Benjamin S. Bloom dalamDimyati dan Mudjiono ( 2006:26-27)menyebutkan enam jenis perilaku ranahkognitif, sebagai berikut:1. Pengetahuan, mencapai kemampuan

ingatan tentang hal yang telahdipelajari dan tersimpan dalamingatan. Pengetahuan itu berkenaandengan fakta, peristiwa, pengertiankaidah, teori, prinsip, atau metode.

2. Pemahaman, yaitu kemampuanmenangkap arti dan makna tentanghal yang dipelajari.

3. Penerapan, mencakup kemampuanmenerapkan metode dan kaidahuntuk menghadapi masalah yangnyata dan baru. Misalnya,menggunakan prinsip.

4. Analisis, mencakup kemampuanmerinci suatu kesatuan ke dalambagian-bagian sehingga struktur

Page 7: PERPADUAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF …

Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017 |205

keseluruhan dapat dipahamidengan baik. Misalnya mengurangimasalah menjadi bagian yang telahkecil.

5. Sintesis, mencakup kemampuanmembentuk suatu pola baru.Misalnya kemampuan menyusunsuatu program.

6. Evaluasi,mencakup kemampuanmembentuk pendapat tentangbeberapa hal berdasarkan kriteriatertentu. misalnya, kemampuanmenilai hasil ulangan.

Dari beberapa pengertian diatasdapat disimpulkan bahwa hasil belajaradalah penguasaan yang dicapai darisuatu proses pembelajaran dalam wujudperubahan-perubahan dalam diriseorang individu yang dilihat daritaksonomi kognitif, afektif danpsikomotorik. Hasil belajar secaraumum di Indonesia dalam bentuk nilai-nilai yang tertera dalam laporan hasilbelajar (Rapor). Jadi hasil belajar dalampenelitian ini adalah nilai dari semuasiswa dari hasil evaluasi sebelumdilakukan tindakan dan sesudahnyaserta nilai-nilai diskusi kelompoksesama siswa.

F. Pembelajaran PKnKemudian Depdiknas (2006:49),

mendefinisikan pendidikankewarganegaraan adalah mata pelajaranyang mefokuskan pada pembentukanwarga negara yang memahami danmampu melaksanakan hak-hak dankewajiban untuk menjadi warga negaraIndonesia yang cerdas, terampil,

berkarakter yang diamanatkan olehPancasila dan UUD 1945.

Dari pendapat diatas jelas bahwapelajaran kewarganegaraan fokus padabagaimana membentuk pribadi seorangindividu agar menjadi warga negarayang mengerti dengan hak dankewajibanya sesuai denganPancasiladan UUD 945.

Pendapat lain disampaikan M.Numan Somantri (2001: 154)menyatakan bahwa PKn merupakanusaha untuk membekali peserta didikdengan pengetahuan dan kemampuandasar yang berkenaan dengan hubunganantar warga negara dengan negara sertapendidikan pendahuluan bela negaramenjadi warga negara agar dapatdiandalkan oleh bangsa dannegara.Menurut Sudjatmiko, (2008:12)pendidikan kewarganegaraan adalahmata pelajaran yang secara umumbertujuan untuk mengembangkanpotensi individu warga negaraIndonesia, sehingga memiliki wawasan,sikap, & keterampilan kewarganegaraanyang memadai dan memungkinkanuntuk berpartisipasi secara cerdas danbertanggung jawab dalam berbagaikehidupan bermasyarakat, berbangsadan bernegara.

Dengan demikian pendidikankewarganegaraan merupakan upayamembentuk individu sebagai warganegara agar menjadi seorang pribadiyang cerdas, berkarakter,agamis sertamemiliki rasa tanggung jawab terhadapdiri dan negaranya.

METODE PENELITIAN

A. Jenis PenelitianPenelitian ini merupakan

penelitian tindakan kelas dengan tujuanmencari model, metode dan teknikpembelajaran yang sesuai dengankondisi lingkungan sekolah dan

kemampuan siswa dan digunakan untukmelaksanakan proses pembelajarandengan harapan dapat meningkatkanhasil belajar yang maksimal. Dalampenelitian ini peneliti adalah guru matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraankelas IV yang dalam keseharianya

Page 8: PERPADUAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF …

Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

206| Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017

sebagai guru tetap dan kepala sekolahpada SD yang bersangkutan.

B. Subjek dan Objek PenelitianYang menjadi subjek dalam

penelitian ini adalah siswa kelas IVSDN 11 Jangkang Kecamatan BantanKabupaten Bengkalis Tahun Pelajaran2015/2016 pada semester genap, denganjumlah 28 orang siswa. Dan objekpenelitian ini adalah hasil belajar matapelajaran pendidikan kewarganegaraandengan pokok bahasan lembaga-lembaga negara.

C. Desain penelitianPenelitian menggunakan model

penelitian tindakan kelas yangdikembangkan oleh Kemmis dan McTagart yang dikutip Suharsimi Arikunto(2006: 98) terdiri atas empat tahap,yaitu :1. Rancangan Tindakan (Planning)2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)3. Pengamatan (Observing)4. Refleksi (Reflecting)

Gambar 1. Desain Penelitian

D. Sumber DataSumber data dalam penelitian ini

adalah hasil evaluasi penilaian siswauntukmata pelajaran PendidikanKewarganegaraan (PKn) pokok bahasanlembaga-lembaga negara di kelas IVSDN 11 Jangkang Kecamatan BantanKabupaten Bengkalis. Nilai evaluasimerupakan nilai sebelum dan sesudahtindakan siklus I dan nilai sebelum dansesudah siklus II untuk pokok bahasantersebut.

E. Teknik Pengambilan DataTeknik pengambilan data

dilakukan dengan memberikan testertulis kepada siswa kemudian diukurdengan standar penilaian yang bakuyang digunakan oleh sekolah yangbersangkutan. Hasil penilaiandibandingkan dengan kriteriaketuntasan minimal (KKM).

F. Teknik Analisis DataTeknik analisis data

menggunakan nilai pencapaian skor.Rumus pencapaian skor yang digunakanadalah:

Page 9: PERPADUAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF …

Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017 |207

%100Pencapaian mumSkor Maksi

Skor

Penentuan tingkat pencapaian tes secarakualitatif digunakan kriteria SuharsimiArikunto (2005:245) sebagai berikut :90 % – 100% Sangat Baik80 % – 89 % Baik65 % – 79 % Cukup55 % – 64% Kurang Baik0 % – 54% Tidak Baik

Hasil penilaian diambil nilai rata-ratanya. Perhitungan nilai rata-ratamengacu pada rumus Sugiyono (2010:49) yakni:

Me =Keterangan :

Me = mean (rata-rata)∑ fx = jumlah tiap data x

n = jumlah siswa

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsep pendidikan adalahberkelanjutan secara terus menerusbahkan Rosullullah SAWmengamanahkan kepada kita umatmuslim untuk menuntut ilmu daribuaian hingga liang lahat. Jikadicermati maka guru sebagai unsurterpenting dalam pendidikan tidakhanya berhenti sebatas memperolehgelar seorang guru saja, tetapibagaimana selalu berupaya untukberpikir, berencana dan berbuat untukkemajuan pendidikan umat.

Berbagai upaya penyesuaianantara lingkungan sekolah, kemampuansiswa,letak geografis dengan model

pembelajaran yang akan diterapkansemata-mata bertujuan untukmeningkatkan hasil belajar siswa.Model pembelajaran konvensionalceramah yang dipadukan dengan modelpembelajaran kooperatif tipe Make – AMatch yang telah dilakukan ternyataberdampak positif pada hasil dansemangat belajar siswa.

Dilihat dari aspek ketercapaiannilai terhadap kriteria ketuntasanminimum yang telah ditetapkan SDN 11Jangkang Kecamatan Bantan KabupatenBengkalis menunjukkan hasil yangcukup baik. Hasil tersebut dapat dilihatpada gambar berikut ini.

Sumber : Data Olahan 2016

Gambar 2. Pencapaian Nilai KKM Siswa Sebelum dan Sesudah Tindakan

Page 10: PERPADUAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF …

Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

208| Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017

Dari grafik diatas jelas bahwadengan adanya tindakan kelas pada 2siklus yang telah dilakukan terlihatbahwa jumlah siswa yang nilainyamencapai KKM sebelum tindakanpertama sebesar 32,14% dan setelahdilakukan tindakan menjadi 92,86%artinya ada kenaikan sebesar 60,72%.Dan pada siklus kedua sebelumtindakan yang nilainya mencapai KKMsebanyak 39,29% dan stelah dilakukantindakan berubah menjadi 92,86% ataunaik sebesar 53,57%.

Kenyataan ini menggambarkanbahwa pola pembelajaran yangdigunakan untuk menyampaikan materi

lembaga-lembaga negara membawadampak yang cukup baik terhadappencapaian hasil belajar siswa kelas IVSDN 11 Jangkang Kecamatan BantanKabupaten Bengkalis. Dengan jumlahsiswa kelas IV sebanyak 28 orangsetelah ditelusuri yang memiliki nilairendah adalah siswa yang sama dengankemampuan akademikyang relatifrendah pada semua mata pelajaran.

Ditinjau dari aspek pencapaiannilai rata-rata secara menyeluruh dari 2(dua) siklus yang dilakukan jugamengalami kenaikan. Nilai rata-rata darimasing-masing siklus dapat dilihat padagambar berikut.

Sumber : Data Olahan 2016

Gambar 3. Nilai Rata-rata Siswa Sebelum dan Sesudah Tindakan

Dari gambar diatas pada sikluspertama terjadi kenaikan nilai rata-ratasebesar 6,29 dari sebelum tindakan kesetelah tindakan. Sementara pada sikluskedua mengalami kenaikan sebesar9,21. Ini juga menggambarkan bahwamodel pembelajaran yang diterapkanmampu mempengaruhi perolehan nilaisaat dilakukan evaluasi.Selain itutingkat pencapaian nilai rata-rata setelah

siklus pertama sebesar 72,32% beradapada kategori cukup dan setelah sikluskedua sebesar 75,75% atau dalamkategori baik.

Dilihat dari hasil observasidengan model penskoran 1 hingga 4diperoleh dengan nilai maksimum 80karena butir pernytaanya sebanyak 20diperoleh angka sebagai berikut.

Page 11: PERPADUAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF …

Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017 |209

Tabel 1. Hasil Observasi Penelitian Tindakan Kelas IV SDN 11Jangkang Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis

Sumber : Data Olahan 2016

Dari tabel diatas diketahui bahwanilai pencapaian skor dari hasilobservasi menunjukkan angka yangcukup baik pada siklus dan angkasangat baik pada siklus kedua. Ini

mengindikasikan bahwa modelpembelajaran yang diterapkan mampumemberikan motiasi dan semangatbelajar pada siswa.

KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan1. Hasil belajar sebelum dilakukan

tindakan kolaborasi antara modelpembelajaran konvensional metodeceramah dengan modelpembelajaran metode Make – AMatch diperoleh nilai rata-rata padasiklus pertama sebesar 66,04 dan

untuk siklus kedua sebesar 66,54dari 28 siswa kelas IV SDN 11jangkang Kecamatan BantanKabupaten Bengkalis.

2. Hasil belajar setelah dilakukantindakan kolaborasi antara modelpembelajaran konvensional metodeceramah dengan model

Page 12: PERPADUAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF …

Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

210| Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017

pembelajaran metode Make – AMatch diperoleh nilai rata-rata padasiklus pertama sebesar 72,32 danuntuk siklus kedua sebesar 75,75dari 28 siswa kelas IV SDN 11Jangkang Kecamatan BantanKabupaten Bengkalis.

3. Tindakan kolaborasi antara metodeceramah dengan metode Make – AMatch mampu mempengaruhi hasilbelajar siswa kelas IV SDN 11Jangkang Kecamatan BantanKabupaten Bengkalis sebesar 6,29poin atau 9,53% pada sikluspertama dan 9,21 poin atau 13,85%pada siklus kedua.

4. Beberapa kelemahan yang ditemuiantara lain; siswa yang memilikikemampuan akademik yang rendahcenderung lambat untukmenemukan kelompoknya, padasaat ceramah siswa cenderung pasif,saat diskusi kelompok lebihdidominasi oleh siswa yangmemiliki kemampuan akademikyang lebih baik. Keunggulan yang

diperoleh antara lain kekompakanbisa terbangun saat diskusi,semangat belajar tinggi karenasambil bermain, pencapaian materisecara umum lebih mudah dansuasana kelas lebih hidup.

B. Saran-saran1. Hampir semua siswa terkendala

masalah referensi dan sumberbacaan, untuk itu perlu adanyasolusi yang menyangkut masalahpenambahan jumlah referensiterkini dari semua mata pelajaranyang ada di sekolah.

2. Siswa belum sangat familiardengan metode pembelajarankooperatif, kontekstual dan lainyapada umumnya mereka lebihmengerti dengan metodekonvensional, maka dari itu perluperlahan-lahan dilakukanpenerapan metode ini sehinggasiswa terbiasa aktif, inovatif, danbelajar dengan rasa senang sertatidak mudah bosan.

DAFTAR PUSTAKAAgus Suprijono (2011), Model-Model

Pembelajaran, Jakarta: GramediaPustaka Jaya.

Anita Lie (2007), Kooperatif Learning(Mempraktikkan CooperativeLearning di. Ruang-ruang Kelas),Jakarta: Grasindo.

Arif Rohman. (2009). MemahamiPendidikan dan Ilmu Pendidikan.Yogyakarta: LaksBangMediatama.

B. Maftuh dan Sapriya (2005),Pembelajaran PendidikanKewarganegaraan. MelaluiPemetaan Konsep, Jurnal Civicus1, (5), 319-321.

Depdiknas (2006), Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan, Jakarta: Depdiknas.

Desi Anwar, 2002. Kamus BesarBahasa Indonesia, Surabaya:Amelia.

Dimyati & Mudjiono (2006), Belajardan Pembelajaran, Jakarta:Rhineka Cipta.

Djamarah & Zain (2006), StrategiBelajar Mengajar, Jakarta:Rineka Cipta.

Endang Mulyatiningsih (2010),Pembelajaran Aktif, Kreatif,Inovatif, Efektif DanMenyenangkan (Paikem),Direktorat Jendral PeningkatanMutu Pendidik Dan TenagaKependidikan.

Etin Solihatin dan Raharjo (2009),Cooperative Learning Analisis

Page 13: PERPADUAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF …

Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017 |211

Model Pembelajaran IPS, Jakarta:Bumi Aksara.

Hamzah B. Uno (2007), ModelPembelajaran MenciptakanProses Belajar. Mengajar yangKreatif dan Efektif, Jakarta: BumiAksara.

Iif Khoiri Ahmadi Sofyan Amri (2010),Proses Pembelajaran Kreatif danInovatif Dalam Kelas: Metode,Landasan Teoritis-Praktis danPenerapannya, Jakarta: PT.Prestasi Pustakaraya.

Johnson. David & Roger Johnson(1994), Leading The CooperativeSchool, Eldina, MN: IntractionBook Company.

Kemendikbud (2013), PermendikbudNomor 64 Tentang Standar IsiPendidikan Dasar dan Menengah,Jakarta; Kementerian Pendidikandan Kebudayaan.

Kunandar (2013), Penilaian Authentik(Penilaian Hasil Belajar PesertaDidik Berdasarkan Kurikulum2013), Jakarta: Rajawali Pers.

Miftahul Huda (2011), CooperativeLearning, Yogyakarta: PustakaBelajar.

Numan Soemantri (2001), MenggagasPembelajaran Pendidikan,Bandung: Remaja Rosda Karya.

Purwanto ( 2010), Evaluasi Hasilbelajar, Yogyakarta: PustakaPelajar.

Robert E. Slavin (2011), PsikologiPendidikan teori dan Praktik,Jakarta: Indeks.

Ruseffendi (2005), Dasar-dasarPenelitian Pendidikan & BidangNon-Eksata Lainnya, Bandung:Tarsito.

Sofan Amri (2013) Pengembangan &Model Pembelajaran dalamKurikulum 2013, Jakarta: PTPrestasi Pustakarya.

Sudjatmiko (2008), Hakekat pendidikankewarganegaraan,http://www.sekolahdasa.net/2011/hakekat-pendidikan-kewarganegaraan-pkn-html,diunduh 1 Januari 2015 11.20wibb.

Sugiyanto (2010), Model-modelPembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma. Pustaka.

Suharsimi Arikunto (2006), ProsedurPenelitian Suatu PendekatanPraktik. Jakarta: PT. RinekaCipta.

Suharsimi Arikunto dkk (2010),Penelitian Tindakan Kelas,Jakarta: Bumi. Aksara.

Syaiful Sagala (2005), Konsep danMakna Pembelajaran, Bandung:CV. Alvabeta.

Tengku Djafar (2001), KontribusiStrategiPembelajaran,Yogyakarta: Andi.

Tri Anni Catharina (2007), PsikologiBelajar, Semarang: UPT Unnespress.

Trianto (2010), Mendesain ModelPembelajaran Inovatif-Progresif,Jakarta : PT. Kencana.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003Tentang Sistem PendidikanNasional.

Wina Sanjaya, (2006), StrategiPembelajaran, Jakarta: KencanaPrenada Media Group.

Page 14: PERPADUAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF …

Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

212| Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017