PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AKTIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/PDF Mida ...pdf1 PENGARUH...

15
1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AKTIF INDEX CARD MATCH (ICM) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI H. WUKIRSARI. Oleh: Mida Lasmi 1 , Yunita Wardianti, M.Pd.Si. 2 , Destien Atmi Arisandy, M.Pd. 3 . 1 Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau 2 dan 3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau ABSTRAK Penelitian ini berjudul ”Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match (ICM) terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP Negeri H. Wukirsari Tahun Pelajaran 2016/2017”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran aktif tipe Index Card Match (ICM) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas VIII SMP Negeri H. Wukirsari Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan metode penelitian kuantitatif dan rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah true experimental design dengan desain pretest-posttest control group design. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri H.Wukirsari. Sampel diambil secara acak, sehingga didapatkan kelas VIII.B sebagai kelas eksperimen dan VIII.A sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes. Data nilai tes siswa dianalisis dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil analisis data post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan taraf kepercayaan 5% atau 0,05 didapat t hitung = 3,81 dan t tabel = 1,671, karena t hitung > t tabel , berarti rata-rata nilai kelas eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh model pembelajaran aktif tipe Index Card Match (ICM) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas VIII SMP Negeri H.Wukirsari Tahun Pelajaran 2016/2017. Kata Kunci : Pembelajaran Aktif Index Card Match (ICM), Hasil Belajar A. PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Sanjaya, 2006:2) Pendidikan merupakan proses yang dicapai melalui penciptaan

Transcript of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AKTIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/PDF Mida ...pdf1 PENGARUH...

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AKTIF INDEX CARD MATCH (ICM)

TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI H.

WUKIRSARI.

Oleh: Mida Lasmi

1, Yunita Wardianti, M.Pd.Si.

2, Destien Atmi Arisandy, M.Pd.

3.

1 Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau

2 dan 3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul ”Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Tipe Index Card

Match (ICM) terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP Negeri H.

Wukirsari Tahun Pelajaran 2016/2017”. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh model pembelajaran aktif tipe Index Card Match (ICM)

terhadap hasil belajar IPA siswa kelas VIII SMP Negeri H. Wukirsari Tahun

Pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan

metode penelitian kuantitatif dan rancangan penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah true experimental design dengan desain pretest-posttest

control group design. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII

SMP Negeri H.Wukirsari. Sampel diambil secara acak, sehingga didapatkan

kelas VIII.B sebagai kelas eksperimen dan VIII.A sebagai kelas kontrol. Teknik

pengumpulan data menggunakan teknik tes. Data nilai tes siswa dianalisis

dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil analisis data post-test kelas

eksperimen dan kelas kontrol dengan taraf kepercayaan 5% atau 0,05 didapat

thitung = 3,81 dan ttabel = 1,671, karena t hitung > t tabel, berarti rata-rata nilai kelas

eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan ada

pengaruh model pembelajaran aktif tipe Index Card Match (ICM) terhadap hasil

belajar IPA siswa kelas VIII SMP Negeri H.Wukirsari Tahun Pelajaran

2016/2017.

Kata Kunci : Pembelajaran Aktif Index Card Match (ICM), Hasil Belajar

A. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan

spritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan akhlak

mulia serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan negara (Sanjaya, 2006:2)

Pendidikan merupakan proses

yang dicapai melalui penciptaan

2

suasana belajar dan proses

pembelajaran suasana yang mestinya

tercipta dalam proses pembelajaran

adalah siswa terlibat aktif dalam

belajar. Kebanyakan dalam proses

pembelajaran saat ini siswa berpusat

pada guru sebagai sumber belajar.

Cara mendesain pembelajaran yang

mampu membuat siswa aktif

sepenuhnya dalam proses

pembelajaran yaitu dengan membuat

perubahan pembelajaran yang

berpusat pada guru beralih berpusat

pada siswa. Karena yang harus

mencapai tujuan dari belajar adalah

siswa, maka dari itu siswa yang

terlibat aktif dalam proses

pembelajaran (Rusman 2012:10).

Proses pembelajaran yang aktif

yaitu kegiatan pembelajaran yang

melibatkan siswa untuk berpikir,

berinteraksi berbuat untuk mencoba,

menemukan konsep baru atau

menghasilkan suatu karya (Uno dan

Muhammad 2011:77). Sebaliknya

siswa tidak diharapkan pasif atau

hanya menerima materi dari guru

saja. Melainkan siswa dilibatkan

dalam proses pembelajaran yang

menekankan keaktifan siswa secara

fisik, mental, intelektual dan

emosional. Keaktifan siswa adalah

kegiatan belajar di dalam kelas

dimana siswa dituntut untuk selalu

aktif memproses dan mengolah

perolehan belajarnya serta terlibat

langsung dalam proses pembelajaran

(Dimyati dan Mudjiono 2013:51).

Pada kenyataan yang terjadi saat

ini, dalam proses pembelajaran masih

belum menerapkan model

pembelajaran aktif, pada proses

pembelajaran kurangnya interaksi

antara guru dan siswa, tidak

melibatkan siswa secara aktif dalam

setiap kegiatan pembelajaran

menyebabkan hasil belajar IPA yang

dicapai kurang optimal. Hal tersebut

menyebabkan kegiatan pembelajaran

menjadi monoton dan kurang

bervariasi sehingga siswa kurang aktif

dalam belajar yang mengakibatkan

hasil belajar siswa rendah. Kondisi

pembelajaran yang seperti itu tidak

efektif bagi pembelajaran IPA yang

harus mampu mengikutsertakan siswa

secara aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara di

sekolah SMP Negeri H. Wukirsari,

pembelajaran IPA hanya lebih

ditekankan pada penghapalan untuk

3

mengerjakan soal-soal latihan yang

terdapat di dalam buku paket dan

LKS yang peserta didik miliki atau

yang digunakan sebagai pedoman

belajar mereka, dalam hal ini posisi

siswa sebagai objek yang pasif yang

hanya menghapal dan mengerjakan

soal-soal latihan saja, sehingga

berdampak negatif terhadap keaktifan

siswa menjadikan hasil belajar IPA

siswa sangat rendah. Hal ini

dibuktikan dari nilai rata-rata siswa

kelas VII SMP Negeri H. Wukirsari

jauh di bawah KKM. Nilai KKM

yang telah ditetapkan oleh kepala

sekolah SMP Negeri H. Wukirsari

pada mata pelajaran IPA kelas VII

adalah 72. Siswa yang belum tuntas

mencapai nilai KKM sekitar 60%.

pada tahun ajaran 2015 siswa yang

telah tuntas mencapai nilai KKM

40%.

Model dalam proses

pembelajaran sangat diperlukan untuk

mempengaruhi keaktifan siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran

sehingga tercipta suasana belajar yang

kondusif dan hasil belajar siswa dapat

tercapai dengan baik. Model yang

bisa diharapkan mempengaruhi

keaktifan dan hasil belajar siswa

adalah menggunakan model

pembelajaran aktif terdapat tipe-tipe

yaitu yang disesuaikan dengan materi

yang diajarkan kepada siswa. Untuk

mengatasi masalah yang ada agar

proses pembelajaran IPA dapat

membuat siswa menjadi aktif dalam

belajar salah satu model pembelajaran

yang dapat digunakan adalah model

pembelajaran aktif tipe Index Card

Match (ICM). Dengan adanya model

pembelajaran aktif Index card Match

menyebabkan siswa dapat mengulang

kembali materi yang telah dipelajari

dengan kondisi berpasangan serta

mengharapkan interaksi dan kerja

sama yang baik dengan teman

sekelas.

Model Index Card Match adalah

model yang cukup menyenangkan

yang digunakan untuk mengulang

materi yang telah diberikan

sebelumnya. Namun demikian, materi

baru pun tetap bisa diajarkan dengan

model ini dengan catatan, peserta

didik diberi tugas mempelajari topik

yang akan terlebih dahulu, sehingga

ketika masuk kelas mereka sudah

memiliki bekal pengetahuan.

Kelebihan dari Model Pembelajaran

Aktif Tipe Index Card Match adalah

4

menumbuhkan kegembiraan dalam

kegiatan belajar mengajar, materi

pembelajaran yang disampaikan lebih

menarik perhatian siswa, mampu

menciptakan suasana belajar yang

aktif dan menyenangkan, dan mampu

meningkatkan hasil belajar siswa

mencapai taraf ketuntasan belajar.

Sedangkan kelemahannya yaitu

Membutuhkan waktu yang lama bagi

siswa untuk menyelesaikan tugas dan

prestasi, guru harus meluangkan

waktu yang lebih, lama untuk

membuat persiapan, guru harus

memiliki jiwa demokratis dan

keterampilan yang memadai dalam

hal pengelolaan kelas (Zaini

2008:67).

Berdasarkan latar belakang yang

telah diuraikan, maka peneliti

melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Aktif

Tipe Index Card Match (ICM)

Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa

Kelas VIII SMP Negeri H.

Wukirsari”.

B. KAJIAN TEORETIK

Pengertian Pengaruh

Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2001:849), menyatakan

bahwa pengertian pengaruh adalah

daya yang ada atau timbul dari suatu

(rang, benda) yang ikut membentuk

watak, kepercayaan, atau perbuatan

seseorang. Pengaruh dalam hal ini

yang dimaksud adalah suatu akibat

atau sesuatu yang terjadi terhadap

hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPA, siswa kelas VIII SMP

Negeri H. Wukirsari setelah

diberikannya perlakuan dengan

menggunakan model Index Card

Match.

Dari pendapat di atas maka dapat

disimpulkan, bahwa pengaruh

merupakan daya yang timbul dari

sesuatu baik dari benda maupun orang

yang dapat mengakibatkan perubahan

dari diri sendiri sehingga membentuk

watak, kepercayaan, atau perbuatan

seseorang.

Model Pembelajaran Index Card

Match (ICM)

Zaini (2008:67) Model Index

Card Match (ICM) adalah model

yang cukup menyenangkan yang

digunakan untuk mengulang materi

yang telah diberikan sebelumnya.

Namun demikian, materi baru pun

5

tetap bisa diajarkan dengan strategi

ini dengan catatan, peserta didik

diberi tugas mempelajari topik yang

akan terlebih dahulu, sehingga ketika

masuk kelas mereka sudah memiliki

bekal pengetahuan.

Silberman (2007:240) Model

Index Card Match adalah cara

menyenangkan lagi aktif untuk

meninjau ulang materi pelajaran. Ia

membolehkan peserta didik untuk

berpasangan dan memainkan kuis

dengan kawan sekelas.

Maka dari beberapa pendapat

dapat disimpulkan bahwa Model

Index Card Match merupakan

pembelajaran yang menyenangkan

lagi aktif untuk mengulangi materi

pembelajaran yang telah diberikan

sebelumnya dengan berpasangan dan

memainkan kuis dengan kawan.

Kelebihan dan kelemahan dari

model pembelajaran aktif tipe Index

Card Match adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan

1) Menumbuhkan kegembiraan

dalam kegiatan belajar

mengajar

2) Materi pembelajaran yang

disampaikan lebih menarik

perhatian siswa

3) Mampu menciptakan suasana

belajar yang aktif dan

menyenangkan

4) Mampu meningkatkan hasil

belajar siswa mencapai taraf

ketuntasan belajar

b. Kelemahan

1) Membutuhkan waktu yang lama

bagi siswa untuk menyelesaikan

tugas dan prestasi

2) Guru harus meluangkan waktu

yang lebih

3) Lama untuk membuat persiapan

4) Guru harus memiliki jiwa

demokratis dan keterampilan

yang memadai dalam hal

pengelolaan kelas

5) Menuntut sifat tertentu dari

siswa atau kecenderungan untuk

bekerja menyelesaikan masalah

6) Suasana kelas menjadi gaduh

sehingga dapat mengganggu

kelas lain

Zaini (2008:67) Langkah –

langkah model pembelajaran Index

Card Match sebagai berikut:

a. Buatlah potongan-potongan

kertas sejumlah peserta didik

yang ada di kelas

b. Bagi jumlah kertas-kertas

tersebut menjadi dua bagian

yang sama

6

c. Tulis pertanyaan tentang

materi yang telah diberikan

sebelumnya pada setengah

bagian kertas yang telah

disiapkan. Setiap kertas berisi

satu pertanyaan.

d. Pada separo kertas yang lain,

tulis jawaban dari pertanyaan-

pertanyaan yang tadi dibuat.

e. Kocoklah semua kertas

sehingga akan tercampur

antara soal dan jawaban

f. Beri setiap peserta didik satu

kertas. Jelaskan bahwa ini

adalah aktivitas yang

dilakukan berpasangan.

Separo peserta didik akan

mendapatkan soal dan separoh

yang lain akan mendapatkan

jawaban.

g. Minta peserta didik untuk

menemukan pasangan mereka.

Jika ada yang sudah

menemukan pasangan, minta

mereka untuk duduk

berdekatan. Terangkan juga

agar mereka tidak memberi

tahu materi yang mereka

dapatkan kepada teman yang

lain

h. Setelah semua peserta didik

menemukan pasangan dan

duduk berdekatan, minta

setiap pasangan secara

bergantian untuk membacakan

soal yang diperoleh dengan

keras kepada temen-temen

yang lain. Selanjutnya soal

tersebut dijawab oleh

pasangan-pasangan yang lain.

i. Akhiri proses ini dengan

membuat klarifikasi dan

kesimpulan.

Belajar

Gagne (dalam Suprijono 2009:2)

menyatakan bahwa Belajar adalah

perubahan disposisi atau kemampuan

yang dicapai seseorang melalui

aktivitas. Perubahan disposisi tersebut

bukan diperoleh langsung dari proses

pertumbuhan seseorang secara

alamiah. Belajar merupakan suatu

proses yang dialami secara langsung

berupa pengetahuan intelektual, sikap

atau keterampilan. Hasil yang

diperoleh melalui proses belajar di

sekolah ditentukan oleh individu

sebagai subjek dengan berbagai latar

belakang sosial budaya yang

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Menurut Slameto (2010:54)

faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar banyak jenisnya, tetapi dapat

digolongkan menjadi dua golongan

saja yaitu faktor intern dan faktor

ekstern. faktor intern adalah faktor

yang ada dalam diri individu

sedangkan faktor ekstern adalah

faktor yang ada di luar individu

sebagai berikut:

a. Faktor ekstern meliputi lingkungan

seperti faktor keluarga, faktor

sekolah, dan faktor masyarakat.

7

b. Faktor intern meliputi faktor

jasmani, faktor psikologis, dan

faktor kelelahan.

Dari pendapat di atas dapat

diambil kesimpulan bahwa faktor

yang dapat mempengaruhi hasil

belajar itu ada dua macam, yaitu

faktor luar dan faktor dalam. Faktor

luar menyangkut pula materi

pelajaran yang disampaikan itu sudah

sesuai atau belum, dan juga guru

sebagai penyampai pesan, serta

penggunaan media pendidikan.

Faktor-faktor tersebut sangat

berpengaruh terhadap hasil belajar

atau prestasi belajar siswa.

Hasil Belajar

Suprijono (2009:5) mengatakan

“hasil belajar merupakan pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian, sikap, apresiasi dan

keterampilan”. Perubahan prilaku

secara keseluruhan bukan hanya salah

satu aspek potensi kemanusiaan saja.

Sedangkan menurut Dimyati dan

Mijiono (2013:3) menyatakan hasil

belajar merupakan hasil dari suatu

interaksi tindak belajar dan tindak

mengajar. Artinya tindak mengajar

dari sisi guru diakhiri dengan proses

evaluasi hasil belajar, sedangkan dari

sisi siswa hasil belajar merupakan

berakhirnya penggal dan puncak

proses belajar.

Menurut Rusman (2012:123)

Hasil belajar adalah sejumlah

pengalaman yang diperoleh siswa

yang mencakup ranah kognitif, afektif

dan psikomotorik. Belajar tidak hanya

penguasaan konsep teori mata

pelajaran saja, tetapi juga penguasaan

kebiasaan, persepsi, kesenangan,

minat-bakat, penyesuaian sosial,

macam-macam keterampilan, cita-

cita, keinginan dan harapan.

Berdasarkan pengertian di atas

dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah perubahan tingkah laku secara

keseluruhan bukan hanya satu aspek

potensi saja, tetapi semua aspek hasil

belajar.

C. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

true experimental design. Menurut

Arikunto (2010:125) true

experimental design yaitu jenis-jenis

eksperimen yang dianggap sudah baik

karena sudah memenuhi persyaratan.

Persyaratan yang dimaksud dalam

8

eksperimen adalah adanya kelompok

lain yang tidak dikenal eksperimen

dan ikut mendapatkan pengamatan.

Desain penelitian yang digunakan

berbentuk Pre-test - Post-test Control

Group Desain yang dapat di

gambr digambarkan sebagai berikut :

Adapun populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas VIII SMP Negeri H. Wukirsari

tahun pelajaran 2015/2016. Sampel

dalam penelitian ini adalah kelas

VIII.B sebagai kelas eksperimen

diberikan perlakuan menggunakan

model Index Card Match (ICM) dan

kelas VIII.A sebagai kelas kontrol

diberikan perlakuan menggunakan

model konvensional. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian

ini adalah teknik tes. Teknik tes

digunakan untuk mengumpulkan data

tentang hasil belajar IPA siswa. Tes

dilakukan sebanyak dua kali yaitu tes

awal dan tes akhir pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Tes

yang digunakan dalam penelitian ini

berbentuk pilihan ganda (pilgan)

sebanyak dua puluh lima soal dengan

materi sistem gerak pada manusia.

Hasil uji coba instrumen, dari tiga

puluh lima butir soal, ada dua puluh

lima soal yang valid dan diperoleh

koefisien reliabilitas sebesar 0,69. Hal

ini berarti soal tes tersebut memiliki

derajat reliabilitas sedang, sehingga

dapat dijadikan alat ukur. Serta untuk

menguji hipotesis menggunakan

uji pada taraf kepercayaan =

0,05.

Rumus yang digunakan untuk

menentukan validitas perangkat tes

dilakukan menggunakan uji validitas

menggunakan rumus korelasi point

biseral sebagai berikut:

q

p

SD

MMr

t

tp

pbis

(Arikunto, 2014:326)

Dimana pM adalah Mean skor

dari subjek yang menjawab betul butir

soal yang dicari, tM

adalah Mean

total, tSD adalah Standar Deviasi skor

total, P adalah Proporsi responden yang

menjawab benar butir soal yang dicari,

R

R

01

03

X

-

02

04

(Sugiyono,2010:112

)

9

q adalah Proporsi responden yang

menjawab salah butir soal yang dicari.

reliabilitas instrumen tes bentuk

pilihan ganda digunakan rumus Kuder-

Richardson (K-R.20).

(

) (

)

(Sugiyono, 2013:359)

Dimana K adalah Jumlah item

dalam instrumen, P adalah Proporsi

jumlah responden (dalam persen)

yang menjawab tiap butir dengan

benar, q adalah Proporsi jumlah

responden (dalam persen) yang gagal

menjawab tiap butir instrumen,

adalah Varians Total, ∑ adalah

Jumlah perkalian p dan q untuk

semua butir. Taraf kesukaran (TK)

adalah bilangan yang menunjukkan

sukar atau mudahnya suatu alat tes,

dihitung dengan menggunakan

rumus:

TK =

(Jihad, dkk, 2012:181)

Dimana SA dan SB adalah

jumlah skor kelompok atas dan bawah

sedangkan nmaks adalah jumlah

seluruh siswa peserta tes. Daya

pembeda soal tes (DP) adalah

kemampuan soal untuk membedakan

antara siswa yang berkemampuan

tinggi dengan siswa yang

berkemampuan rendah, dihitung

dengan menggunakan persamaan:

(Jihad, dkk, 2012:181)

dimana SA adalah banyaknya

peserta kelompok atas, SB adalah

banyaknya peserta kelompok bawah,

IA adalah jumlah skor ideal kelompok

atas.

D. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Berdasarkan data hasil pre-test

diperoleh bahwa rata-rata nilai hasil

belajar IPA siswa kelas eksperimen

sebesar 36,43 dan kelas kontrol

sebesar 36,14. Secara deskriptif dapat

disimpulkan bahwa nilai rata-rata pre-

test kelas eksperimen lebih besar dari

kelas kontrol tetapi tidak jauh berbeda

atau hampir sama. Begitupun dengan

analisis uji data hasil pre-test

diperoleh . Nlai

pada taraf signifikan α = 0,05 dan dk

= 54 adalah hal ini

10

berarti diterima. Dengan demikian

tidak terdapat perbedaan rata-rata

nilai pre-test hasil belajar IPA siswa

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Berdasarkan data hasil post-test

diperoleh bahwa rata-rata nilai hasil

belajar IPA siswa kelas eksperimen

sebesar 84,14 dan kelas kontrol

sebesar 76,86. Secara deskriptif dapat

disimpulkan bahwa nilai post-test

siswa pada kelas eksperimen lebih

tinggi dari pada kelas kontrol.

Berdasarkan analisis data hasil post-

test menunjukkan nilai

, sehingga

dapat disimpulkan ditolak dan

diterima. Dengan demikian, hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini

dapat diterima kebenarannya,

sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh model

pembelajaran aktif tipe Index Card

Match (ICM) terhadap hasil belajar

IPA siswa kelas VIII SMP Negeri

H.Wukirsari.

Pembahasan

Penelitian ini dilakukan selama

kurang lebih empat minggu, peneliti

mengajar pada kelas VIII.B sebagai

kelas eksperimen dengan

menggunakan Model Pembelajaran

Aktif Index Card Match (ICM) yang

berjumlah 28 siswa, sedangkan pada

kelas VIII.A sebagai kelas kontrol

dengan menggunakan pembelajaran

konvensional yang berjumlah 28

siswa.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa nilai rata-rata kemampuan

awal (pre-test) siswa kedua kelas

yaitu kelas eksperimen dan kelas

kontrol sebelum diberikan perlakuan

yang berbeda relatif sama. Hal ini

ditunjukkan dari nilai rata-rata pre-

test siswa kelas eksperimen sebesar

36,43 dan pada kelas kontrol sebesar

36,14. Tidak adanya perbedaan

kemampuan awal (pre-test) siswa ,

kedua kelas tersebut dibuktikan dari

hasil uji kesamaan dua rata-rata yang

mana nilai thitung =-0,11 < ttabel =

2,000.

Pada saat dilaksanakan tes awal

(pre-test), masih terdapat kesalahan

pada jawaban siswa baik di kelas

eksperimen maupun di kelas kontrol

sehingga hasil belajar siswa masih

sangat rendah. Hal ini diakibatkan

karena siswa masih sedikit

mengetahui dan memahami mengenai

materi sistem gerak pada manusia.

11

Setelah pemberian tes awal (pre-test),

kemudian siswa diberikan perlakuan

dengan menggunakan Model

Pembelajaran Aktif Index Card

Match (ICM) pada kelas eksperimen,

sedangkan pada kelas kontrol dengan

menggunakan pembelajaran

konvensional.

Pelaksanaan pembelajaran

dengan Model Pembelajaran Aktif

Index Card Match (ICM) yaitu

terlebih dahulu peneliti

mensosialisasikan model

pembelajaran aktif Index Card Match

(ICM) selanjutnya peneliti

menjelaskan materi pelajaran secara

singkat, kemudian guru membagikan

kartu pertayaan dan kartu jawaban

yang telah dikocok terlebih dahulu

oleh peneliti kepada siswa secara

acak, kemudian siswa mencari

jawaban atau pertayaan dari kartu

yang telah mereka pegang, siswa

yang terlebih dahulu mendapatkan

pasangan duduk berdekatan setelah

semua pasangan sudah duduk

berdekatan peneliti menunjuk salah

satu pasangan untuk maju secara

bergiliran untuk

mempresentasikannya. Siswa A mulai

bertanya dan akan dijawab oleh siswa

B dan begitu seterusnya. Selama

berlangsungnya tanya jawab guru

bertanya kepada pasangan yang lain

apakah jawaban atau pertayaan dari

yang mereka sampaikan benar, jika

jawabannya salah maka pasangan

tersebut mendapatkan sanksi.

Pertemuan pertama dilakukan

pada tanggal 03 Agustus 2016,

peneliti menjelaskan bentuk dari

proses pembelajaran dengan

menggunakan Model Pembelajaran

Aktif Index Card Match (ICM),

peneliti juga menyampaikan tujuan

pembelajaran, dan materi sistem

gerak pada manusia dengan indikator

yang harus dicapai siswa yaitu

membandingkan macam organ

penyusun sistem gerak pada manusia,

membedakan fungsi tulang rawan,

tulang keras, otot, dan sendi sebagai

penyusun rangka tubuh,menyebutkan

jenis-jenis jaringan otot. Saat siswa

mencari pasangan kartu jawaban atau

pertayaan siswa mengalami kesulitan.

Adapun kesulitan yang dialami siswa

yaitu tidak semua siswa dapat

menemukan pasangannya, ada 5

pasangan yang tidak berhasil dalam

pembelajaran Index Card Match

(ICM), ini disebakan karena siswa

12

belum menguasai materi, karena

siswa terbiasa menerima materi

pelajaran yang diberikan oleh guru,

dan siswa juga tidak rajin dalam

membaca. Hal ini sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh Zaini, dkk

(2008) yang mengatakan bahwa

literatur yang terbatas dapat

menghambat pembelajaran, dan jika

siswa tidak rajin dalam mencari

informasi maka pembelajaran Index

Card Match (ICM) ini menjadi

kurang efektif. Untuk mengatasi hal

tersebut, peneliti memberikan arahan

kepada siswa yang tidak dapat

menemukan pasangannya dengan cara

peneliti terlebih dahulu bertanya

kepada siswa yang berpasangan

kemudian siswa tersebut yang akan

menjawabnya, peneliti juga

menyarankan kepada siswa untuk

membaca materi pelajaran melalui

buku dan internet supaya

pembelajaran Index Card Match

(ICM) dapat berjalan dengan efektif.

Pertemuan kedua dilakukan pada

tanggal 08 Agustus 2016, dengan

materi yang sama yaitu sistem gerak

pada manusia dengan indikator yang

harus dicapai siswa yaitu

mengidentifikasi macam sendi dan

fungsinya, menjelaskan gangguan

sistem gerak pada manusia. Pada

pertemuan kedua siswa sudah mampu

belajar dengan menggunakan model

pembelajaran Aktif Index Card Match

(ICM). Setelah pembagian kartu

pertayaan dan kartu jawaban siswa

langsung cepat mencari pasangan dan

materi yang akan dipelajari sudah

dibaca terlebih dahulu sehingga siswa

sudah menguasai materi yang akan

dipelajari sehingga mereka mudah

untuk menemukan pasangannya. Pada

pertemuan kedua ini ada 3 pasang

siswa yang tidak berhasil dalam

pembelajaran Index Card Match

(ICM).

Saat proses pembelajaran dengan

menggunakan model Index Card

Match (ICM) di kelas eksperimen,

siswa terlihat senang dan aktif dalam

proses pembelajaran. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Zaini (2008:67)

yang menyatakan bahwa model Index

Card Match (ICM) adalah model

yang cukup menyenangkan yang

digunakan untuk mengulang materi

yang telah diberikan sebelumnya.

Namun demikian, materi baru pun

tetap bisa diajarkan dengan model ini

dengan catatan, peserta didik diberi

13

tugas mempelajari topik yang akan

terlebih dahulu, sehingga ketika

masuk kelas mereka sudah memiliki

bekal pengetahuan. Hal ini dapat

dilihat pada saat siswa mencari

pasangan, dalam bertanya dan

menjawab pertanyaan, mereka

berikap responsif yang artinya mereka

saling merespon dari pertanyaan dan

jawaban yang diajukan oleh

temannya, kemudian proaktif dan

toleransi yang mana meraka aktif

dalam pembelajaran, serta siswa juga

mampu bekerja sama pada saat

mencari pasangan.

Setelah diberikan perlakuan

dengan Model Pembelajaran Aktif

Index Card Match (ICM) pada kelas

eksperimen dan pada kelas kontrol

diberikan perlakuan pembelajaran

konvensional, selanjutnya kedua kelas

diberikan tes akhir (post-test) sebagai

tolak ukur untuk mengetahui

pengaruh model pembelajaran aktif

Index Card Match terhadap

peningkatan hasil belajar IPA siswa.

Setelah dilaksanakannya post-test

didapat data bahwa siswa dikelas

eksperimen dalam menjawab soal

post-test yang diberikan banyak yang

menjawab dengan benar. Walaupun

masih ada beberapa siswa yang belum

dapat menjawab soal tersebut dengan

benar, tetapi secara umum siswa kelas

eksperimen sudah bisa meningkatkan

keaktifan dalam proses pembelajaran

sehingga siswa dapat menjawab soal

yang telah diberikan dengan benar.

Pada jawaban post-test kelas kontrol,

peneliti masih menemukan banyak

siswa yang belum bisa menjawab soal

yang diberikan dengan benar dan ada

beberapa siswa yang mengulangi

kesalahan saat mengerjakan pre-test.

Tetapi ada sebagian siswa yang telah

menjawab soal yang diberikan dengan

benar walaupun belum sepenuhnya

mencapai nilai maksimum.

Berdasarkan hasil analisis data

diketahui peningkatan nilai rata-rata

hasil belajar IPA siswa kelas

eksperimen sebesar 0,75 sedangkan

pada kelas kontrol mengalami

peningkatan nilai rata-rata hasil

belajar IPA siswa sebesar 0,64. Hal

tersebut berarti peningkatan nilai rata-

rata hasil belajar IPA siswa kelas

eksperimen lebih tinggi dibandingkan

kelas kontrol. Setelah dilakukan uji

normalitas dan uji homogenitas

didapatkan kedua data berdistribusi

normal dan homogen, maka dilakukan

14

perhitungan menggunakan uji-t, dan

diperoleh kesimpulan yaitu Ho

ditolak dan Ha diterima, karena thitung

> ttabel, dimana thitung sebesar 3,81 dan

ttabel sebesar 1,671 sehingga hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini

terbukti. Jadi kesimpulan dalam

penelitian ini adalah “ada pengaruh

Model Pembelajaran Aktif Index

Card Match (ICM) terhadap hasil

belajar IPA siswa kelas VIII SMP

Negeri H. Wukirsari”.

E. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan, dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh Model

Pembelajaran Aktif Index Card

Match (ICM) terhadap Hasil Belajar

IPA Siswa Kelas VIII SMP Negeri H.

Wukirsari Tahun Pelajaran

2016/2017. Nilai rata-rata kelas

eksperimen lebih besar dari pada nilai

rata-rata kelas kontrol. Hal ini

ditunjukkan dari hasil uji t dengan

taraf kesalahan sebesar α = 0,05 dan

derajat kebebasan (dk) = 54,

kemudian diperoleh nilai thitung = 3,81

dan ttabel = 1,671 sehingga thitung >

ttabel, maka H0 ditolak dan Ha

diterima.

Berdasarkan kesimpulan di atas,

maka disarankan agar hasil belajar

IPA siswa meningkat, dapat

dilaksanakan dengan menggunakan

model Index Card Match (ICM). Hal

ini dikarenakan model Index Card

Match (ICM) memberikan

kesempatan kepada siswa untuk dapat

menjadi aktif dalam kegiatan belajar

mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2014. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mujdiono. 2013. Belajar

dan Pembelajaran. Jakarta:

Rineka Cipta.

Rusman. 2012. Belajar dan

Pembelajaran Berbasis

Komputer. Bandung: Alfabeta.

Rama. T. K. 2001. Kamus Lengkap

Bahasa Indonesia. Surabaya:

Karya Agung.

Suprijono, A. 2009. Cooverative

Learning Teori dan Aplikasi

Paikem. Yogyakarta: Pustaka

Belajar.

Sugiyono. 2010.Metode Penelitian

Pendidikan Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

_______. 2013. Statiska untuk

Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. 2006. Strategi

Pembelajaran Berorientasi

Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Prenada Media group

15

Siberman, M. L. 2014. Active

Learning. Bandung: Nuansa

Cendekia.

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-

faktor yang Mempengaruhinya.

Jakarta: Rineka Cipta.

Uno,H. B., dan Muhammad, N. 2012.

Belajar dengan Pendekatan

PAILKEM. Jakarta: Bumi

Aksara.

Zaini, H., dkk. 2008. Strategi

Pembelajaran Aktif.

Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani.