PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya...

45
PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA SELAMA PEMBERIAN EKSTRAK KULIT BATANG MAHONI (Swietenia macrophylla) DONNA FUJIE RAHADITHA UTAMI DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Transcript of PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya...

Page 1: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA

SELAMA PEMBERIAN EKSTRAK KULIT BATANG

MAHONI (Swietenia macrophylla)

DONNA FUJIE RAHADITHA UTAMI

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 2: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

ABSTRAK

DONNA FUJIE RAHADITHA UTAMI. Peroksidasi Lipid pada Tikus

Hiperkolesterolemia selama Pemberian Ekstrak Kulit Batang Mahoni (Swietenia

macrophylla). Dibimbing oleh SULISTIYANI dan SYAMSUL FALAH.

Kulit batang mahoni merupakan limbah industri kayu yang mengandung metabolit

sekunder potensial. Walaupun demikian, penelitian mengenai potensi antioksidasi

kulit batang mahoni, terutama pada tikus yang diberi perlakuan hiperkolesterolemia,

belum dilakukan. Penelitian ini bertujuan menentukan pengaruh penambahan ekstrak

air kulit batang mahoni terhadap konsentrasi lipid peroksida darah tikus yang

hiperkolesterolemia. Sebanyak 35 ekor tikus jantan dibagi menjadi 5 kelompok (n=7),

yaitu kelompok normal diberi pakan standar, kelompok hiperkolesterolemia (HK)

diberi pakan kolesterol (1,5%) dan PTU (0,5 mg/KgBB), kelompok lovastatin

(HK+lovastatin 0,2875 mg/KgBB), kelompok E1 (HK+ekstrak mahoni 4,2

mg/KgBB), serta kelompok E2 (HK+ekstrak mahoni 21 mg/KgBB). Masa percobaan

berlangsung selama 8 minggu. Konsentrasi lipid peroksida darah minggu ke-0, 2, 4,

6, dan 8 dianalisis dengan metode asam tiobarbiturat menggunakan spektrofotometer.

Pakan kolesterol (0,86%) dan PTU meningkatkan konsentrasi lipid peroksida

kelompok HK sebesar 20.92% lebih tinggi dari normal (p=0.239) (3.380±0.436

nmol/mL). Konsentrasi lipid peroksida E1 dan E2 tidak meningkat dan relatif sama

dengan normal, yaitu masing-masing pada konsentrasi 2.353±0.196 nmol/mL,

2.786±0.256 nmol/mL, dan 2.673±0.279 nmol/mL. Walaupun tidak signifikan

(α=0.05), dosis kedua ekstrak cenderung mencegah peroksidasi lipid pada darah

tikus.

Page 3: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

ABSTRACT

DONNA FUJIE RAHADITHA UTAMI. Lipid Peroxidation in Hypercholesterolemic

Rats during Consumption of Mahogany’s Stem Bark Extract (Swietenia

macrophylla). Under the direction of SULISTIYANI and SYAMSUL FALAH.

Mahogany’s bark is known as wood industrial waste that contains potential

secondary metabolites. However, its potency as an antioxidant, especially in rats

which are subjected to hypercholesterolemic treatment, has not been carried out. The

aim of this study was to test the effect of mahogany’s water extract consumption on

the concentration of lipid peroxides in hypercholesterolemic rats. Thirty five male

rats were divided into 5 groups (n=7) namely normal group fed with standard rat

chow, hypercholesterolemic group (HK) fed with cholesterol chow (1,5%) and PTU

(0,5 mg/KgBW), lovastatin group (HK+lovastatin 0,2857 mg/KgBW), E1 group

(HK+ mahogany’s extract 4,2 mg/KgBW), and E2 group (HK+mahogany’s extract

21 mg/KgBW). Experiments were carried out for 8 consecutive weeks. The

concentration of lipid peroxides in blood were measured with thiobarbituric acid

assay at week 0, 2, 4, 6, and 8 using spectrophotometer. Cholesterol chow (0.86%)

and PTU increased the lipid peroxides concentration of HK group by 20.92%

compared to the normal group (3.380±0.436 nmol/mL). However, it is not

statistically significant (p=0.239). The lipid peroxides concentration in E1 and E2

weren’t increased and relatively similar to normal group at concentration of

2.353±0.196 nmol/mL, 2.786±0.256 nmol/mL, and 2.673±0.279 nmol/mL,

respectively. Although it is not statistically significant, both doses of extracts tend to

prevent the lipid peroxidation in the rat’s blood.

Page 4: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA

SELAMA PEMBERIAN EKSTRAK KULIT BATANG

MAHONI (Swietenia macrophylla)

DONNA FUJIE RAHADITHA UTAMI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 5: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

Disetujui

Komisi Pembimbing

drh. Sulistiyani, M.Sc, Ph.D Dr. Syamsul Falah, S.Hut, M.Si

Ketua Anggota

Diketahui

Dr. Ir. I Made Artika, M.App.Sc

Ketua Departemen Biokimia

Tanggal lulus:

Judul : Peroksidasi Lipid pada Tikus Hiperkolesterolemia selama Pemberian

Ekstrak Kulit Batang Mahoni (Swietenia macrophylla)

Nama : Donna Fujie Rahaditha Utami

NIM : G84060089

Page 6: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai salah

satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana sains di Departemen Biokimia.

Karya ilmiah ini berjudul Peroksidasi Lipid pada Tikus Hiperkolesterolemia selama

Pemberian Ekstrak Kulit Batang Mahoni (Swietenia macrophylla) yang sebagian

penelitiannya didanai oleh program penelitian strategis unggulan IPB atas nama Dr.

Syamsul Falah, S.Hut, M.Si dkk. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga

Juni 2010 di Laboratorium Biokimia, Departemen Biokimia Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada drh. Sulistiyani, M.Sc, Ph.D selaku

ketua komisi pembimbing dan Dr. Syamsul Falah, S.Hut, M.Si selaku anggota komisi

pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahannya kepada penulis

selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga penulis

sampaikan kepada orangtua dan saudara-saudara tercinta atas segala doa, dukungan,

serta semangatnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ratna Mustika,

Marsudi Siburian, Renna Yulia V, Putra Hidayat N, Feni Tri Asmoro, Fatma Hastuti,

serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. Semoga karya tulis

ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Desember 2010

Donna Fujie R.U.

Page 7: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 15 Oktober 1988 dari ayah Eman

Suparman Alm. dan ibu Iis Reni Nuraeni, sebagai anak pertama dari empat

bersaudara. Tahun 2006, penulis lulus dari Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Kota

Cirebon dan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui Undangan Seleksi Masuk

IPB (USMI). Penulis diterima di Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Mayor dan Departemen Manajemen, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen sebagai Minor.

Penulis pernah aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan. Tahun 2006-2007

penulis aktif di Ikatan Keluarga Cirebon (IKC). Tahun 2007-2008, penulis menjadi

pengurus Badan Kerohanian Kromosom Biokimia 43 dan anggota Divisi

Metabolisme Himpunan Profesi Community of Research and Education in

Biochemistry (Creb’s). Tahun 2008-2009, penulis aktif menjadi staf Divisi Sains dan

Teknologi, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam.

Selama perkuliahan, penulis pernah melaksanakan praktik lapangan di bagian

Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan menulis laporan

ilmiah yang berjudul Evaluasi Surfaktan Laut sebagai Pengawet Sayur. Tahun 2009

dan 2010, penulis juga menjadi kandidat mahasiswa berprestasi tingkat Departemen

Biokimia.

Page 8: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................

PENDAHULUAN.....................................................................................................

TINJAUAN PUSTAKA

Hiperkolesterolemia dan Radikal Bebas.............................................................

Peroksidasi Lipid dan Kajian Hewan Modelnya................................................

Antioksidan Endogen dan Eksogen....................................................................

Mahoni sebagai Bahan Obat Alami....................................................................

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan....................................................................................................

Metode................................................................................................................

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peroksidasi Lipid pada Pemberian Pakan Kolesterol.........................................

Konsentrasi Lipid Peroksida Darah Tikus pada Pemberian Ekstrak

Mahoni................................................................................................................

Korelasi antara Kolesterol Darah dan Lipid Peroksida Darah............................

Korelasi antara Kolesterol Darah dan Lipid Peroksida Darah pada

Pemberian Antioksidan.......................................................................................

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan.............................................................................................................

Saran...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

LAMPIRAN..............................................................................................................

vi

vi

1

2

4

6

8

9

9

11

13

15

16

18

18

18

22

Page 9: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Tahapan sintesis kolesterol di dalam tubuh..................................................

Mekanisme peroksidasi lipid.........................................................................

Tikus putih galur Sprague Dawley................................................................

Pohon mahoni berdaun lebar (Swietenia macrophylla King).......................

Konsentrasi lipid peroksida kelompok normal dan HK................................

Perbandingan rata-rata konsentrasi lipid peroksida kelompok normal

dan hiperkolesterolemia................................................................................

Siklus hidroksilasi sitokrom P-450...............................................................

Konsentrasi lipid peroksida tikus kelompok normal, hiperkolesterolemia,

lovastatin, E1, dan E2....................................................................................

Rata-rata konsentrasi lipid peroksida seluruh kelompok..............................

Korelasi antara kolesterol darah dan lipid peroksida darah kelompok

nonekstrak.....................................................................................................

Korelasi kolesterol darah dengan lipid peroksida darah kelompok

lovastatin, E1, dan E2....................................................................................

3

5

6

9

12

12

13

14

14

16

17

Page 10: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Tahapan penelitian.........................................................................................

Ekstraksi serbuk kulit kayu mahoni dengan air.............................................

Penentuan kurva standar lipid peroksida........................................................

Analisis lipid peroksida serum tikus..............................................................

Kurva standar selama pengukuran lipid peroksida serum darah....................

Persentase kenaikan konsentrasi kolesterol darah selama

masa perlakuan...............................................................................................

Data konsentrasi lipid peroksida serum tikus minggu ke-0...........................

Data konsentrasi lipid peroksida serum tikus minggu ke-2...........................

Data konsentrasi lipid peroksida serum tikus minggu ke-4...........................

Data konsentrasi lipid peroksida serum tikus minggu ke-6...........................

Data konsentrasi lipid peroksida serum tikus minggu ke-8...........................

Hasil analisis statistik rancangan acak lengkap..............................................

Analisis statistik korelasi antara kolesterol darah dengan lipid peroksida

darah...............................................................................................................

23

24

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

35

Page 11: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

PENDAHULUAN

Dewasa ini, kerusakan sel/jaringan pada

manusia sangat sering terjadi akibat

keberadaan radikal bebas. Dalam kurun

waktu 15 tahun terakhir, banyak studi

dilakukan untuk mengetahui peran radikal

bebas dalam menimbulkan kerusakan sel dan

terjadinya bermacam kelainan tubuh

(Gitawati 1995). Radikal bebas, terutama

radikal bebas oksigen (Reactive Oxygen

Species, ROS) dan derivatnya, mampu

mengoksidasi membran sel yang

mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(Polyunsaturated Fatty Acid, PUFA). Proses

oksidasi ini dikenal dengan peroksidasi lipid

(Hasanah 2008).

Peroksidasi lipid dalam jumlah yang tidak

terkendali berefek langsung terhadap

kerusakan membran sel dan mengawali

berbagai penyakit, seperti jantung koroner,

stroke, diabetes melitus, penuaan, dan lain-

lain (Emami et al. 2007). Selain itu, produk

akhir peroksidasi lipid, malondialdehida, juga

dilaporkan sangat toksik terhadap membran

sel karena dianggap sebagai inisiator suatu

reaksi, karsinogen, dan mutagen (Gitawati

1995).

Saat ini manusia sangat mudah terpapar

radikal bebas, sehingga berpotensi

meningkatkan peroksidasi lipid di dalam

tubuh. Radikal bebas dapat timbul akibat

berbagai proses kimia kompleks dalam tubuh

atau ketika tubuh terpapar polusi lingkungan,

seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok,

bahan pencemar, dan radiasi matahari. Diet

tinggi kolesterol yang memicu kondisi

hiperkolesterolemia juga berpotensi

meninggalkan racun dalam tubuh karena

kandungan lemak serta sumber radikal

bebasnya (Indrayana 2008).

Penelitian-penelitian sebelumnya

melaporkan bahwa kondisi

hiperkolesterolemia cenderung meningkatkan

konsentrasi lipid peroksida pada hewan

percobaan. Tombilangi (2004) melaporkan

bahwa diet hiperkolesterolemia 0.25%

meningkatkan konsentrasi lipid peroksida

darah kelinci sebesar 86.36%. Alviani (2007)

melaporkan bahwa diet kolesterol 1.25%

meningkatkan konsentrasi lipid peroksida

hati tikus lima kali lebih besar dibandingkan

normalnya.

Pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh

lipid peroksida menjadi dasar penemuan

antioksidan potensial yang berasal dari alam.

Salah satu bahan alam yang berpotensi

sebagai antioksidan adalah kulit batang

mahoni. Kulit batang mahoni diketahui

mengandung metabolit sekunder seperti

alkaloid, terpenoid, flavonoid, dan saponin

yang bersifat toksik terhadap Arthemia salina

Leach. dengan nilai LC50 466.659 µg/ml

(Suhesti et al. 2007). Metabolit sekunder

tersebut menurut Emami et al. (2007)

merupakan antioksidan. Falah et al. (2008)

melaporkan kulit kayu mahoni juga

mengandung katekin, epikatekin, dan

swietemakrofilanin yang memiliki aktivitas

menangkap radikal bebas yang tinggi, dengan

aktivitas tertinggi ditunjukkan oleh

swietemakrofilanin (50% inhibitory

concentration/IC50 56 μg mL-1

). Selain itu,

tanin merupakan senyawa fitokimia utama di

dalam kulit kayu yang berpotensi sebagai

antioksidan (Heldt 2005).

Pemanfaatan kulit batang mahoni sebagai

antioksidan alami juga didukung oleh

jumlahnya yang melimpah sebagai limbah

industri pengolahan kayu. Saat ini, pohon

mahoni banyak dimanfaatkan sebagai bahan

baku industri mebel, furnitur, barang-barang

ukiran, bangunan, perkakas, dan kerajinan

tangan (Perum Perhutani 2007). Industri

pengolahan kayu tersebut menghasilkan

limbah kulit kayu yang melimpah namun

belum dimanfaatkan secara maksimal.

Penelitian sebelumnya mengenai khasiat

kulit batang mahoni sebagai antioksidan

dilaporkan oleh Mardisadora (2010) yang

menyatakan bahwa flavonoid kuersetin dalam

kulit batang mahoni berkhasiat sebagai

antioksidan. Selain itu, Lavenia (2010)

melaporkan bahwa ekstrak air kulit batang

mahoni pada dosis pengobatan hiperurisemia

menurunkan konsentrasi lipid peroksida

darah tikus sebesar 26.86%.

Potensi ekstrak air kulit batang mahoni

dalam mencegah hiperkolesterolemia pada

tikus telah diteliti oleh Mustika (2010).

Berkaitan dengan penelitian tersebut,

penelitian ini bertujuan menentukan pengaruh

penambahan ekstrak air kulit batang mahoni

terhadap konsentrasi lipid peroksida darah

pada tikus hiperkolesterolemia. Hipotesis

penelitian ini adalah ekstrak air kulit

batang mahoni akan menghambat

pembentukan lipid peroksida darah pada tikus

hiperkolesterolemia. Penelitian ini

diharapkan dapat memberikan informasi

lebih lanjut mengenai potensi ekstrak air kulit

batang mahoni sebagai antioksidan,

khususnya dalam mencegah pembentukan

lipid peroksida pada tikus.

Page 12: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

TINJAUAN PUSTAKA

Hiperkolesterolemia dan Radikal Bebas

Hiperkolesterolemia adalah kondisi ketika

kolesterol yang beredar di dalam darah

melebihi normalnya (Kasim et al. 2006).

Seseorang dikatakan mengalami

hiperkolesterolemia apabila memiliki total

kolesterol plasma (TPC) di atas 240 mg/dL.

Sementara itu, TPC normal manusia adalah

kurang dari 200 mg/dL. Tingginya level

kolesterol di dalam darah pada manusia dapat

mengakibatkan kondisi hiperkolesterolemia

sedang (TPC antara 240-289 mg/dL) dan

hiperkolesterolemia berat (TPC>290 mg/dL)

(Grundy 1991).

Terdapat beberapa hal yang menyebabkan

terjadinya hiperkolesterolemia. Beberapa di

antaranya adalah asupan kolesterol dan lemak

jenuh yang melebihi kebutuhan, bobot badan,

usia, kurang olahraga, stres emosional,

gangguan metabolisme, dan kelainan genetik.

Asupan kolesterol dan lemak jenuh yang

tinggi mampu menekan pembentukan

reseptor Low Density Lipoprotein (LDL).

Reseptor LDL adalah protein mosaik yang

berfungsi dalam proses endositosis LDL yang

kaya kolesterol. Reseptor LDL terdapat di

seluruh permukaan sel bernukleus, terutama

di sel hati yang menyingkirkan hampir 70%

LDL dari sirkulasi darah. Dengan

menurunnya pembentukan reseptor LDL,

maka jumlah kolesterol yang beredar di

dalam darah akan melebihi normalnya

(Kasim et al. 2006).

Kondisi hiperkolesterolemia pada hewan

percobaan dapat dibuat dengan cara

memberikan konsumsi pakan kaya kolesterol,

atau dikenal sebagai induksi endogen.

Beberapa penelitian sebelumnya telah

melaporkan terjadinya kenaikan kolesterol

darah akibat konsumsi pakan kaya kolesterol.

Santillo et al. (1999) melaporkan bahwa tikus

galur Wistar mengalami kenaikan kolesterol

darah sebesar 225% setelah diberi pakan

kolesterol 1.5% selama 2 bulan. Selain itu,

Nofendri (2004) juga melaporkan bahwa

terjadi kenaikan kolesterol 181.40% pada

tikus setelah diberi pakan kolesterol 12.5%

selama 7 hari.

Hiperkolesterolemia juga dapat dibuat

dengan cara induksi eksogen melalui

pemberian propiltiourasil (PTU). Rahayu

melaporkan bahwa komposisi pakan

kolesterol 1.05% dan PTU 0.5 mg/KgBB

menaikkan level kolesterol darah sebesar

65.68%. Propiltiourasil adalah suatu zat

antitiroid yang dapat merusak kelenjar tiroid,

sehingga menghambat pembentukan hormon

tiroid. Hormon tiroid ini dapat menurunkan

kadar kolesterol dalam darah dengan cara

meningkatkan pembentukan reseptor LDL di

hati (Kasim et al. 2006). Dosis maksimum

pemberian PTU dalam sehari adalah 600 mg,

dengan dosis maksimum untuk sekali makan

sebesar 250 mg (Giri 2008).

Terdapat obat yang dapat menurunkan

kolesterol di dalam tubuh. Salah satu contoh

obat tersebut adalah lovastatin. Lovastatin

dapat berkompetisi dengan HMG-KoA untuk

berikatan dengan enzim HMG-KoA

reduktase. Bila jumlah lovastatin cukup besar

untuk berikatan dengan HMG-KoA

reduktase, maka asam mevalonat yang

merupakan senyawa dalam sintesis kolesterol

tidak akan terbentuk sehingga pembentukan

kolesterol menjadi terhambat. Pemberian

lovastatin secara rutin kepada penderita

hiperkolesterolemia dapat menurunkan kadar

kolesterol darah hingga 30% (Kasim et al.

2006).

Dilihat dari biosintesisnya, kolesterol

disintesis di banyak jaringan dari asetil KoA

dan prekursor lain berupa steroid, seperti

kortikosteroid, hormon seks, asam empedu,

dan vitamin D. Tubuh dapat mensintesis lebih

dari setengah kebutuhan kolesterol (sekitar

700 mg/dL), sisanya dicukupi dari asupan

makanan. Hati dan usus masing-masing

terhitung mensintesis 10% kolesterol. Asupan

kolesterol dari makanan berasal dari hewan,

misalnya kuning telur, daging, hati, jeroan,

dan otak. Jaringan-jaringan lain yang

mengandung sel bernukleus juga melakukan

sintesis kolesterol, sintesisnya terjadi di

retikulum endoplasma dan sitosol (Murray et

al. 2003).

Biosintesis kolesterol (Gambar 1) dapat

dibagi ke dalam empat tahap, antara lain: 1)

sintesis mevalonat dari asetil-KoA, 2)

pembentukan unit-unit isoprenoid dari

mevalonat disertai dengan kehilangan CO2,

3) kondensasi enam unit isoprenoid

membentuk skualena, 4) siklikasi skualena

untuk membentuk lanosterol, dan

pembentukan kolesterol dari lanosterol.

Tahap pertama sintesis kolesterol melibatkan

kondensasi dua molekul asetil-KoA menjadi

asetoasetil-KoA dan dikatalisis oleh tiolase.

Selanjutnya asetoasetil-KoA kembali

mengalami kondensasi dengan asetil-KoA

yang lain dan membentuk 3-hidroksi-3-

metilglutaril-KoA (HMG-KoA), dikatalisis

oleh HMG-KoA sintase. HMG-KoA yang

terbentuk kemudian direduksi oleh NADPH

menjadi mevalonat, dikatalisis oleh HMG-

Page 13: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

KoA reduktase. Tahap ini adalah tahap

regulasi dari sintesis kolesterol dan

merupakan tahap yang dihambat oleh

kebanyakan obat penurun kolesterol (Murray

et al. 2003).

Mevalonat yang terbentuk pada tahap

pertama difosforilasi oleh ATP dan dikatalisis

oleh tiga kinase, dan setelah dekarboksilasi,

terbentuklah unit aktif isoprenoid yaitu

isopentenil difosfat. Selanjutnya isopentenil

difosfat berisomerisasi membentuk dimetilalil

difosfat, lalu berkondensasi dengan unit

isopentenil difosfat lainnya membentuk

geranil difosfat. Kondensasi selanjutnya

dengan isopentenil difosfat membentuk

farnesil difosfat. Dua molekul farnesil

difosfat berkondensasi membentuk skualena

(Murray et al. 2003).

Skualena akan mengalami perubahan

konformasi dan membentuk lanosterol,

dikatalisis oleh lanosterol siklase.

Pembentukan kolesterol dari lanosterol

terjadi di membran retikulum endoplasma

dan melibatkan perubahan pada inti steroid

dan sisi rantainya. Gugus metil pada C14 dan

C4 dihilangkan, lalu ikatan ganda pada C8-C9

dipindahkan ke C3-C6 dalam dua tahap,

membentuk demosterol. Akhirnya, ikatan

ganda pada sisi rantai direduksi sehingga

menghasilkan kolesterol (Murray et al. 2003).

Dilihat dari jenis molekulnya, kolesterol

merupakan lipid amfipatik dan termasuk

komponen penting penyusun membran dan

lapisan luar lipoprotein. Kolesterol berada

dalam bentuk bebas dan ester dengan asam

lemak. Kolesterol terdapat di dalam jaringan

dan plasma. Kolesterol bebas dan kolesterol

ester yang ada di dalam plasma diangkut ke

dalam lipoprotein. Low Density Lipoprotein

(LDL) plasma adalah kendaraan untuk

mengangkut kolesterol ke berbagai jaringan,

sedangkan High Density Lipoprotein (HDL)

mengangkut kolesterol bebas dari jaringan ke

hati untuk disingkirkan dari tubuh atau

diubah menjadi asam empedu melalui

mekanisme yang dikenal sebagai transpor

balik kolesterol (Murray et al. 2003).

Hubungan antara kolesterol dengan

radikal bebas besar kemungkinan terkait

dengan proses sintesis asam empedu.

Kolesterol dieliminasi dari tubuh setelah

terlebih dahulu diubah menjadi asam

empedu. Asam empedu primer, yakni asam

kolat dan asam kenodeoksikolat, disintesis

dari prekursor yang berasal dari kolesterol.

Reaksi 7α-hidroksilasi merupakan tahap

pertama yang wajib pada biosintesis asam

empedu, sekaligus membatasi laju reaksi

tersebut. Reaksi tersebut dikatalisis oleh 7α-

hidroksilase, suatu enzim mikrosomal. Reaksi

7α-hidroksilasi ini memerlukan oksigen,

NADPH, serta sitokrom P-450 oksidase

(Mayes 1996).

Di dalam reaksi hidroksilasi kolesterol ini,

oksigen mudah tereduksi menjadi radikal

bebas anion superoksida (O2∙ ˉ). Efek kimiawi

O2∙ˉ dalam jaringan diperkuat oleh sifatnya

yang menimbulkan reaksi rantai radikal

bebas. Dikemukakan bahwa O2∙ˉ yang terikat

pada sitokrom P-450 merupakan intermediet

dalam pengaktifan oksigen pada berbagai

reaksi hidroksilasi (Mayes 1996). Dengan

demikian, peningkatan aktivitas sitokrom

P450 dalam memperantarai reaksi

hidroksilasi membuat radikal bebas yang

terbentuk semakin banyak.

Gambar 1 Tahapan sintesis kolesterol di

dalam tubuh (Lehninger 2004).

Asetat

Mevalonat

Skualena

Kolesterol

isoprena

Isoprena aktif

3

Page 14: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

Pada dasarnya, radikal bebas adalah suatu

atom, gugus atom, atau molekul yang

memiliki satu atau lebih elektron yang tidak

berpasangan pada orbital paling luar,

termasuk di antaranya adalah atom hidrogen,

logam-logam transisi, dan molekul oksigen.

Secara umum, radikal bebas dapat terbentuk

melalui satu di antara tiga cara sebagai

berikut: (i) melalui absorpsi radiasi (ionisasi,

ultraviolet (UV), sinar tampak, panas), (ii)

melalui reaksi redoks, dengan mekanisme

reaksi fisi ikatan homolitik, atau (iii) melalui

pemindahan elektron (Slater 1984, diacu

dalam Gitawati 1995).

Berbagai proses metabolisme normal

dalam tubuh juga dapat menghasilkan radikal

bebas dalam jumlah kecil sebagai produk

antara. Di dalam sel hidup, radikal bebas

terbentuk pada membran plasma dan organel-

organel (mitokondria, peroksisom, retikulum

endoplasmik, sitosol) melalui reaksi-reaksi

enzimatik fisiologik yang berlangsung dalam

proses metabolisme. Proses fagositosis oleh

sel-sel fagositik termasuk netrofil, monosit,

makrofag, dan eosinofil, juga menghasilkan

radikal bebas, yaitu superoksida (O2∙ˉ)

(Halliwell & Gutteridge 1984, diacu dalam

Gitawati 1995).

Radikal bebas bersifat sangat reaktif,

karena mempunyai elektron yang tidak

berpasangan. Kereaktifan tersebut dapat

menimbulkan perubahan kimiawi dan

merusak berbagai komponen sel hidup.

Radikal bebas menyebabkan reaksi

peroksidasi pada lipid yang akan

mencetuskan proses otokatalitik yang akan

menjalar sampai jauh dari tempat asal reaksi

semula (Gitawati 1995). Radikal bebas juga

dapat menyerang gugus-gugus lain, seperti

protein, gugus tiol enzim, karbohidrat, dan

nukleotida (Suyatna 1989, diacu dalam

Gitawati 1995).

Pengaruh radikal bebas terhadap protein

dapat menyebabkan fragmentasi dan cross-

linking, sehingga mempercepat terjadinya

proteolisis. Pengaruh radikal bebas pada

gugus tiol enzim akan menyebabkan

perubahan dalam aktifitas enzim tersebut.

Radikal bebas juga menyebabkan terjadinya

perubahan struktur (DNA atau RNA) pada

nukleotida yang menyebabkan terjadinya

mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995).

Peroksidasi Lipid dan Kajian Hewan

Modelnya

Peroksidasi lipid merupakan penyatuan

molekul oksigen ke dalam PUFA pada

membran biologis. Oksidasi PUFA oleh

radikal bebas terjadi pada atom H yang

bersifat labil, terutama yang terikat oleh atom

C dekat dengan ikatan rangkap, sehingga

terbentuk radikal bebas yang baru yang

sangat peka terhadap oksigen (radikal bebas

peroksi) (Hasanah 2008). Peroksidasi lipid

merupakan proses yang sangat erat

hubungannya dengan radikal bebas. Radikal

bebas yang dapat terlibat di antaranya adalah

ROO•, RO•, dan OH• yang diproduksi

selama pembentukan peroksida dari PUFA.

Perusakan sel oleh radikal bebas reaktif

didahului oleh kerusakan membran sel,

terjadi melalui rangkaian proses sebagai

berikut: (i) terjadi ikatan kovalen antara

radikal bebas dengan komponen-komponen

membran (enzim-enzim membran, komponen

karbohidrat membran plasma) sehingga

terjadi perubahan struktur dari fungsi

reseptor; (ii) oksidasi gugus tiol pada

komponen membran oleh radikal bebas yang

menyebabkan proses transpor lintas membran

terganggu; (iii) reaksi peroksidasi lipid dan

kolesterol membran yang mengandung PUFA

(Halliwell & Gutteridge 1999).

Umumnya peroksidasi lipid terjadi melalui

tiga tahap reaksi, yaitu inisiasi, propagasi,

dan terminasi. Reaksi inisiasi berupa

pemisahan sebuah atom hidogen oleh radikal

bebas dari suatu grup metilen (-CH2-) dari

PUFA. Radikal karbon ini dapat distabilkan

melalui suatu pengaturan ulang ikatan

rangkap yang menghasilkan diena

terkonjugasi. Bila diena terkonjugasi bereaksi

dengan O2, maka akan terbentuk radikal

peroksida lipid (ROO•).

Radikal peroksi lipid mampu

mengoksidasi molekul lipid lainnya yang

berdekatan sehingga terbentuk lipid

hidroperoksida dan juga membentuk radikal

karbon lainnya. Apabila radikal karbon

tersebut bereaksi dengan oksigen, maka

reaksi peroksidasi lipid akan terus berlanjut.

Pembentukan endoperoksida lipid pada

PUFA yang mengandung sedikitnya tiga

ikatan rangkap akan mendorong

pembentukan malondialdehida sebagai

produk akhir dari reaksi peroksida tersebut

(Murray et al. 2003). Proses peroksidasi lipid

terdapat pada Gambar 2. Peroksidasi lipid

pada membran berefek langsung terhadap

kerusakan membran sel, antara lain melalui

pengubahan fluiditas, cross-linking, struktur

dan fungsi membran. Malonaldehida (MDA),

sebagai produk akhir peroksidasi lipid,

dilaporkan sangat toksik terhadap membran

sel, karena dianggap sebagai inisiator suatu

reaksi, karsinogen, maupun sebagai mutagen.

4

Page 15: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

Selain itu, tingginya kadar MDA plasma

juga membuktikan kerentanan komponen

membran sel terhadap reaksi oksidasi.

Akibatnya, sel terutama membran sel akan

mengalami kerusakan dan berakibat

timbulnya berbagai penyakit, seperti kanker,

peradangan, dan lain-lain. Dalam keadaan

yang lebih ekstrim, peroksidasi lipid

membran akhirnya akan menyebabkan

kematian sel (Gitawati 1995).

Konsentrasi lipid peroksida dapat diukur

dengan menggunakan metode asam

tiobarbiturat (TBA). Metode ini mengukur

MDA sebagai produk reaksi peroksidasi

lipid. Asam tiobarbiturat akan bereaksi

dengan gugus karbonil dari MDA, yaitu satu

molekul MDA akan berikatan dengan dua

molekul TBA. Pada manusia, konsentrasi

lipid peroksida akan meningkat seiring

dengan bertambahnya usia, tetapi jumlahnya

tidak boleh melebihi konsentrasi normalnya,

yaitu 4 nmol/mL (Yagi 1994).

Percobaan yang melibatkan pengukuran

lipid peroksida secara in vivo membutuhkan

hewan sebagai modelnya. Hewan model

adalah hewan yang memiliki respon alami

ataupun respon buatan dan memiliki sifat

atau karakteristik yang mirip (sebagian atau

keseluruhan) dengan yang terjadi pada

manusia (Giri 2008). Hewan model

mempunyai peranan yang penting dalam

penelitian yang berhubungan dengan

manusia. Hasil penelitian tersebut kemudian

diekstrapolasi kepada manusia dan diterima

sebagai asas untuk menerangkan fenomena

pada manusia (Aswan 2008).

Pada dasarnya hewan model secara luas

digunakan dalam berbagai disiplin ilmu.

Beberapa pemeriksaan yang menggunakan

hewan model diantaranya adalah: 1)

pemeriksaan toksisitas atau safety bahan

biologis, 2) pemeriksaan potensi suatu

produk biologis, dan 3) pemeriksaan atau

percobaan untuk menentukan substansi

pirogen di dalam bahan biologis (Sulaksono

1987).

Hewan model yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tikus jantan Sprague

Dawley. Tikus banyak digunakan karena

telah diketahui sifat-sifatnya dengan

sempurna, mudah dipelihara, merupakan

hewan yang relatif sehat dan cocok untuk

berbagai macam penelitian. Terdapat lima

macam “basic stock” tikus putih (Albino

Normay rat, Rattus norvegicus) yang biasa

digunakan sebagai hewan percobaan di

laboratorium, yaitu Long Evans, Osborne

Mendel, Sherman, Sprague Dawley, dan

Wistar (Muchtadi 1989, diacu dalam Aswan

2008).

Tikus Sprague Dawley (Gambar 3)

pertama kali diproduksi di peternakan

Sprague Dawley di Madison, Wisconsin, dan

merupakan pengembangan dari tikus Wistar.

Sprague Dawley memiliki ciri-ciri berwarna

albino putih, berkepala kecil, dan ekornya

lebih panjang daripada badannya. Tikus

dewasa memiliki bobot badan mencapai

250-300 g untuk betina dan 450-520 g untuk

jantan. Usia hidup tikus ini sekitar 2.5-3.5

tahun (Harlan 2007). Tikus Sprague Dawley

adalah tikus yang mempunyai anatomi yang

hampir sama dengan manusia. Tikus ini juga

dapat bertahan hidup dengan baik dalam

kondisi laboratorium. Selain itu, tikus ini juga

memiliki karakteristik imunologis yang mirip

dengan manusia. Tikus Sprague Dawley

memiliki ukuran yang lebih besar dari tikus

mencit dan Wistar sehingga mudah untuk

digunakan dalam penelitian.

Gambar 2 Mekanisme peroksidasi lipid (Murray 2003).

Hidroperoksida

ROOH

Endoperoksida Malondialdehida

5

Page 16: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

Gambar 3 Tikus putih galur Sprague

Dawley.

Galur tikus lainnya, Wistar, memiliki ciri-

ciri berupa kepala yang lebar, telinga yang

panjang, dan ekor yang lebih pendek dari

panjang badannya. Tikus Wistar biasanya

lebih aktif daripada Sprague Dawley (Haris

2009). Sementara itu, galur Long Evans lebih

kecil ukuran badannya daripada Sprague

Dawley dan memiliki warna yang gelap pada

bagian atas kepala dan bagian depan tubuh.

Tikus tergolong sebagai hewan yang

makan pada malam hari (noctural) dan tidur

pada siang hari kecuali bila ada gangguan,

misalnya selama percobaan berlangsung.

Karakteristik lain dari tikus adalah : (1) tidak

mempunyai kantung empedu (gall blader),

(2) tidak dapat memuntahkan kembali isi

perutnya, (3) tidak pernah berhenti tumbuh,

namun kecepatan pertumbuhannya akan

menurun setelah berumur 100 hari (Muchtadi

1993, diacu dalam Aswan 2008).

Zat-zat gizi yang diperlukan untuk

pertumbuhan tikus hampir sama dengan

manusia yaitu: (1) karbohidrat, terdiri dari

pati, gula, dan selulosa, (2) minyak/lemak,

asam lemak esensial (terutama linoleat dan

linolenat), bila kekurangan asam lemak

esensial kulitnya bersisik, pertumbuhannya

terhambat, dan dapat menimbulkan kematian,

(3) protein, asam-asam amino esensial bagi

tikus ada 10 macam, yaitu : lisin, triptofan,

histidin, fenilalanin, leusin, isoleusin, treonin,

metionin, valin, dan arginin, (4) mineral atau

elemen anorganik terdiri dari makro elemen:

Ca, P, Mg, K, Na, Cl, S, serta mikro elemen:

Fe, Sn, Co, Mn, Se, I, Zn, Mo, (5) vitamin-

vitamin, terdiri dari vitamin larut lemak (A,

D, E, dan K), serta vitamin larut air

(tiamin/B1, riboflavin, niasin/asam nikotinat,

piridoksin/B6, asam pantotenat, asam folat,

sianokobalamin/B12, kolin, dan biotin)

(Muchtadi 1989, diacu dalam Aswan 2008).

Antioksidan Endogen dan Eksogen

Antioksidan adalah senyawa organik

spesifik yang aktif mencegah reaksi oksidasi.

Reaksi oksidasi dalam tubuh secara umum

melibatkan molekul dengan reaktifitas tinggi

yang disebut radikal bebas. Radikal bebas

utamanya menetap di dalam mitokondria.

Ketika radikal bebas tersebut keluar dari

mitokondria dan sistem perlindungan biologis

sel dalam keadaan terbatas, maka radikal

bebas mampu membahayakan beberapa

struktur seluler, seperti asam nukleat dan

komponen membran sel (lipid, protein, dan

karbohidrat) (Cross et al. 1994).

Terganggunya struktur seluler mendorong

terganggunya fungsi seluler dan memberi

syarat terhadap inisiasi proses penyakit.

Keadaan stres oksidatif yang serius dapat

mengakibatkan kematian sel. Antioksidan

bereaksi dengan radikal bebas sebelum

mereka mampu bereaksi dengan molekul

lain, sehingga menyediakan perlindungan

dari reaksi oksidasi (Cross et al. 1994).

Antioksidan bereaksi dengan elektron yang

berada di sekitar radikal bebas dan membuat

radikal bebas menjadi kurang reaktif (Ahmad

et al. 2006).

Komponen antioksidan dapat menunda

atau menghambat inisiasi atau propagasi dari

rantai reaksi oksidasi atau melalui

penangkapan radikal bebas (Sunil & Dinesh

2009). Antioksidasi adalah mekanisme

terpenting dalam mencegah atau menunda

onset penyakit degeneratif utama. Spesies

oksigen reaktif (radikal hidroksil, radikal

peroksi, dan oksigen tunggal) bersifat sangat

toksik dan merupakan satu dari sekian agen

yang menyebabkan banyak penyakit,

termasuk kanker, penyakit hati, katarak, dan

kelainan kognitif (Ahmad et al. 2006).

Berdasarkan sumbernya, antioksidan dapat

dibagi ke dalam dua jenis, yaitu antioksidan

endogen dan eksogen. Antioksidan endogen

adalah antioksidan yang berasal dari dalam

tubuh. Glutation peroksidase, superoksida

dismutase, dan katalase adalah beberapa

enzim dalam tubuh yang memperlihatkan

kemampuan sebagai antioksidan. Glutation

peroksidase menghancurkan asam lemak

peroksida dan mengubahnya menjadi

substansi yang tidak berbahaya. Aktivitas

glutation peroksidase tersebut berfungsi

melindung sel karena asam lemak peroksida

cenderung berubah menjadi radikal bebas.

Aktivitas ini tergantung pada selenium yang

merupakan bagian fungsional enzim yang

membuat enzim memiliki aktivitas

antioksidan. Superoksida dismutase dan

katalase bereaksi secara langsung dengan

radikal bebas, menurunkan kemampuannya

untuk mengoksidasi molekul dan

menyebabkan kerusakan seluler.

6

Page 17: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

Tugas antioksidan endogen dibantu oleh

antioksidan eksogen, yaitu antioksidan yang

berasal dari luar tubuh. Antioksidan eksogen

ini dapat berasal dari makanan. Beberapa

contoh dari antioksidan eksogen adalah

vitamin E, vitamin C, beta-karoten, zinc, dan

selenium. Contoh dari hubungan sinergis

antara antioksidan endogen dan eksogen

adalah hubungan antara vitamin E, vitamin C,

dan glutation peroksidase. Vitamin E

memberikan elektron dari kulit terluarnya

kepada radikal bebas. Vitamin C memberikan

elektronnya kepada vitamin E, sehingga

menjaga kemampuan vitamin E dalam

memberikan elektronnya kepada radikal

bebas. Sementara itu, vitamin C dapat terus

memberikan elektronnya ke vitamin E karena

vitamin C memperoleh elektron dari glutation

peroksidase (Ahmad et al. 2006).

Vitamin E (d-alfa tokoferol) adalah

antioksidan larut lemak yang tersimpan

dalam lemak tubuh dan bekerja di dalam

bagian lemak pada membran sel. Vitamin E

menyediakan pengikatan alternatif bagi

radikal bebas sehingga oksidasi PUFA dapat

dicegah. Vitamin E adalah keluarga dari

delapan senyawa yang disintesis tumbuhan,

yaitu empat tokoferol (alfa, beta, gama, delta)

dan empat tokotrienol (alfa, beta, gama,

delta). Alfa-tokoferol memiliki bioaktivitas

yang paling tinggi daripada jenis lainnya.

Vitamin E dapat disimpan di dalam hati,

jaringan adiposa, dan otot rangka.

Pengeluaran vitamin E dapat melalui urin,

feses, dan empedu (Wardlaw & Kessel 2002).

Vitamin C adalah antioksidan larut air.

Vitamin C berinteraksi dengan radikal bebas

di kompartemen fluida di dalam tubuh.

Penyerapan vitamin C terjadi di usus kecil

dan penyerapan ini akan menurun apabila

asupan vitamin C meningkat. Setelah diserap,

vitamin C dialirkan ke peredaran darah dalam

bentuk tereduksi, yaitu asam askorbat atau

askorbat. Konsentrasi vitamin C bervariasi di

setiap jaringan tubuh, konsentrasi tinggi

ditemukan di dalam hati, jantung, ginjal,

paru-paru, pankreas, dan sel darah putih,

sedangkan konsentrasi rendah ditemukan di

otot dan sel darah merah (Olson & Hodges

1987). Selain itu, vitamin C juga memiliki

properti prooksidan, sehingga mampu

berpartisipasi dalam mengoksidasi molekul

lain seperti besi dalam aliran darah (Alhadeff

et al. 1984).

Beta-karoten adalah prekursor vitamin A

(retinol). Beta-karoten dikenal sebagai bagian

dari kelompok karotenoid, suatu pigmen

warna (kuning, orange, merah) dari beberapa

buah-buahan dan sayuran. Beta-karoten

melindungi lambung dari asap rokok atau

polutan lainnya. Menurut Alam & Alam

(1963), beta-karoten mampu mencegah

kanker dengan cara menghancurkan lipid

peroksida apabila bekerja sama dengan

provitamin A. Beta-karoten efisien dalam

mematikan singlet oksigen yang dihasilkan

selama fotosintesis tumbuhan. Lutein dan

likopen, yang merupakan bagian kelompok

karotenoid lainnya, juga termasuk

antioksidan. Likopen yang terkonsentrasi

dalam kelenjar prostat, dipercaya melindungi

prostat dari kanker. Lutein melindungi

degenerasi makular sehingga dapat mencegah

kebutaan.

Selenium terdapat dalam makanan seperti

bawang putih, beras merah, beras putih, dan

udang. Enzim selenium bekerja menetralkan

peroksida lain, seperti lipid peroksida yang

menjadi faktor negatif bagi tubuh karena

menimbulkan penyakit degeneratif. Zinc

sebagai antioksidan berperan dalam struktur

dan fungsi enzim dalam tubuh. Makanan

yang kaya akan zinc adalah kepiting, hati

sapi, daging sapi, sereal, dan sebagainya.

Senyawa ekstrak tumbuhan berupa

metabolit sekunder juga memiliki aktivitas

antioksidan. Senyawa tersebut dapat menjadi

antioksidan eksogen bagi tubuh. Senyawa

tersebut merupakan senyawa fenolik atau

polifenolik yang dapat berupa golongan

alkaloid, flavonoid, turunan asam sinamat,

kumarin, tokoferol, dan asam-asam organik

fungsional. Kelompok fenolik merupakan

kandidat kuat sebagai antioksidan karena

potensial redoks yang dimilikinya dan

stabilitas relatif dari radikal ariloksi

(Hagerman 1998).

Selain itu, Emami et al. (2007)

menambahkan bahwa beberapa senyawa

fenolik (katekin, flavon, flavonol, dan

isoflavon), tanin (asam elagat, asam galat,

proantosianin), fenil isopropanoid (asam

kafein, asam koumarin, dan asam ferulat),

lignan, catchol, dan banyak lainnya

merupakan antioksidan. Senyawa-senyawa

tersebut dapat berfungsi sebagai pereduksi,

penangkap radikal bebas, pengkelat logam,

dan peredam terbentuknya singlet oksigen

(Kumalaningsih 2007, diacu dalam Marpaung

2008).

Golongan isoflavon seperti genistein,

daidzein, dan prunektin mampu mencegah

produksi radikal bebas. Aktivitas isoflavon

sebagai antioksidan memainkan peran

penting dalam pencegahan penuaan dan

kanker yang secara primer berhubungan

7

Page 18: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

dengan aktivitas biologis estrogen dalam

tubuh manusia. Senyawa yang tergolong

polifenol (epikatekin, epikatekin-3-galat,

epigalokatekin, dan epigalokatekin-3-galat)

yang terkandung di dalam teh hijau juga

memperlihatkan properti antioksidan.

Penelitian lain memperlihatkan bahwa

polifenol mampu melindungi sel darah merah

dari kerusakan selama penyerangan oleh

radikal bebas (Shils et al. 1999). Polifenol

yang terdapat di anggur merah juga

melindungi oksidasi LDL dan HDL, yang

merupakan faktor penting dalam pencegahan

dari pembentukan aterosklerosis atau

penyakit jantung koroner (Ivanov et al.

2001).

Mahoni sebagai Bahan Obat Alami

Mahoni adalah tumbuhan yang tergolong

ke dalam famili Meliaceae. Terdapat tiga

spesies dari pohon mahoni, yaitu Swietenia

macrophylla King, Swietenia mahogany Jacq,

dan Swietenia humilis Zucc (Mayhew &

Newton 1998). Penelitian ini menggunakan

kulit batang mahoni berdaun lebar (Swietenia

macrophylla King). Tinggi pohon mahoni

berdaun lebar ini mencapai 35-40 m dengan

diameter mencapai 125 cm.

Pohon mahoni selalu hijau, kulit berwarna

abu-abu dan halus ketika masih muda,

berubah menjadi coklat tua, menggelembung

dan mengelupas setelah tua. Daun bertandan

dan menyirip yang panjangnya berkisar 35-50

cm, tersusun bergantian, halus berpasangan,

4-6 pasang tiap-daun, dan panjangnya

berkisar 9-18 cm. Bunga kecil berwarna

putih, panjang 10-20 cm, malai bercabang

(Jøker & Schmidt 2000).

Tajuk pohon mahoni berbentuk kubah,

rapat, dan menggugurkan daunnya. Setelah

daun gugur, akan muncul tunas-tunas muda

berwarna hijau muda. Kedudukan daun

bersilangan pada ranting dengan ukuran daun

lebih besar daripada Swietenia mahogany

(Balai Perbenihan Tanaman Hutan 2000).

Mahoni adalah jenis tumbuhan yang tumbuh

pada zona lembab, namun jenis ini mampu

tumbuh di daerah kering. Mahoni dapat

tumbuh dengan baik pada tanah yang sarang

dengan ketinggian 0-1.500 m dpl, temperatur

tahunan 11-36 oC, dan curah hujan tahunan

1.524-5.085 mm (Balai Produksi dan

Pengujian Benih 1986).

Mahoni berbuah pada umur 10-15 tahun,

buah masak pada periode April-Juli. Buahnya

cukup keras dengan panjang 5-15 cm,

diameter 3-6 cm, umumnya memiliki 5 ruang

berbentuk kapsul dan merekah pada saat

masak. Buah merekah mulai dari pangkal

buah dan terdapat 5 kolom lancip memanjang

hingga ujungnya, dimana pada bagian ini

sayap dan benih saling menempel (Ahira

2008).

Jenis pohon mahoni yang asli terdapat di

Meksiko (Yucatan), bagian tengah dan utara

Amerika selatan (wilayah Amazona).

Penanaman secara luas terutama di Asia

bagian selatan dan Pasifik, juga diintroduksi

di Afrika Barat (Jøker & Schmidt 2000). Di

Indonesia sendiri, mahoni mulai ditanam

sejak zaman penjajahan Belanda, yaitu di

sepanjang jalan Daendels (Merak sampai

Banyuwangi) sebagai pohon peneduh (Ahira

2008).

Sejak 20 tahun terakhir, mahoni mulai

dibudidayakan karena kayunya mempunyai

nilai ekonomis yang cukup tinggi. Selain itu,

mahoni ditanam dalam skala besar untuk

meningkatkan potensinya, terutama di daerah

kering yang akan menghasilkan kayu dengan

kualitas yang baik (Ahira 2008). Saat ini,

pohon mahoni banyak ditanam di Pulau Jawa,

yaitu sebesar 40 juta batang. Sementara itu, di

luar Pulau Jawa, jumlahnya hanya 5.3 juta

batang (Sukadaryati 2006).

Kayu mahoni memiliki kelas kuat II dan

kelas awet II-III. Kualitas kayunya berada

sedikit di bawah kayu jati sehingga potensial

untuk dimanfaatkan. Kualitas kayu mahoni

bersifat keras dan sangat baik untuk mebel,

furnitur, barang-barang ukiran, dan kerajinan

tangan. Kayu mahoni sering juga dibuat

menjadi penggaris karena sifatnya yang tidak

mudah berubah dan dapat juga digunakan

untuk kayu perkakas dan bahan bangunan

(Ahira 2008). Penampakan pohon mahoni

berdaun lebar terdapat pada Gambar 4.

Mahoni juga berpotensi sebagai bahan

obat alami. Sejak zaman dahulu, mahoni

telah dipercaya memiliki berbagai khasiat.

Sebagai contoh, biji mahoni telah digunakan

oleh masyarakat Amazonian Bolivia sebagai

obat leismania dan obat aborsi (Bourdy et al.

2000). Selain itu, menurut masyarakat

Indonesia, biji mahoni diketahui dapat

mengobati berbagai penyakit, seperti tekanan

darah tinggi, mengurangi kadar kolesterol,

encok, eksim, malaria, demam, anemia, diare,

disentri, dan masuk angin (Haque et al.

2009). Karena khasiatnya yang melimpah,

penelitian mengenai kandungan senyawa

kimia biji mahoni sering dilakukan.

Saat ini, biji mahoni diketahui

mengandung senyawa antiinflamasi,

antimutagen, dan antitumor seperti swietenin

swietenolida, swietemahonin kayasin,

8

Page 19: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

andirobin, augustineolida, 7-deaseto-7-

oksogenudin, 6-deoksi swietenin

proseranolida, 6-hidroksi swietenina, dan 6-

O-asetil swietenolida (Maiti et al. 2007).

Ekstrak biji mahoni Swietenia mahagony

telah diketahui memiliki LC50 sebesar 13.75

µg/mL (Haque et al. 2009).

Di samping biji, bagian lain dari pohon

mahoni yang potensial sebagai bahan obat

adalah kulit batang mahoni. Saat ini, kulit

batang mahoni menjadi limbah dari industri-

industri yang memanfaatkan kayu mahoni.

Nial LC50 dari ekstrak etil asetat kulit kayu

mahoni Swietenia mahagony adalah 11.64

µg/mL (Haque et al. 2009). Kulit batang

mahoni menjadi limbah yang potensial untuk

bahan obat alami karena didukung oleh

senyawa-senyawa aktif yang terkandung di

dalamnya. Kulit batang mahoni Swietenia

macrophylla diketahui memiliki senyawa

aktif seperti triterpenoid, limonoid, flavonoid,

tanin, saponin, katekin, epikatekin, dan

swietemakrofilanin yang terkandung di

dalamnya (Suhesti et al. 2007; Heldt 2005;

Falah et al. 2008).

Gambar 4 Pohon mahoni berdaun lebar

(Swietenia macrophylla King).

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Hewan coba yang digunakan adalah 35

ekor tikus putih jantan galur Sprague Dawley

yang diperoleh dari Badan POM saat

berumur 2 bulan dengan bobot badan 100-

150 g. Hewan coba tersebut adalah bagian

dari penelitian Mustika (2010) yang didanai

oleh penelitian Program Unggulan IPB (PUI)

atas nama Dr. Syamsul Falah S.Hut., M.Si.

pada tahun 2009. Bahan-bahan yang dipakai

untuk pakan tikus adalah pakan tikus standar

(komposisi protein 18%, lemak 4-6%, dan

abu 7-9%), dan pakan kaya lipid (pakan

standar, kuning telur, minyak curah, dan

lemak kambing dengan kandungan total

kolesterol 1.5%). Kulit batang mahoni yang

digunakan berasal dari pohon mahoni

berdaun lebar (S. macrophylla King) berumur

15 tahun. Selain itu, bahan-bahan lain yang

digunakan adalah propiltiourasil, sekam,

lovastatin, metanol, kloroform, NaOH 5%,

gum arab, dietil eter, alkohol 70%, xylocaine,

stok pereaksi 1,1,3,3-tetrametoksi propana

(TMP) 6 M, reagen asam tiobarbiturat

(TBA), akuades, n-butanol, piridin, H2SO4

pekat, HCl pekat, asam fosfotungstat 10%,

dan asam asetat glasial.

Peralatan yang digunakan antara lain

oven, mikropipet, neraca analitik, microfuge

Beckman, pengaduk magnetik, sonde oral,

alat suntik plastik, kandang tikus, alat-alat

gelas, hot plate, peralatan ekstraksi, penangas

air, pipet mikro, pipet kapiler, vorteks,

sentrifus klinis, spektrofotometer UV-Vis.

Metode

Rancangan Percobaan

Sampel serum yang digunakan berasal

dari 35 ekor tikus Sprague Dawley dari

penelitian yang dilakukan oleh Mustika

(2010). Penelitian ini adalah bagian dari

payung penelitian yang berjudul “Aplikasi

Ekstrak Kulit Mahoni sebagai Makanan

Suplemen yang Mengandung Antioksidan”

atas nama Dr. Syamsul Falah S.Hut., M.Si.

yang didanai oleh PUI tahun 2009.

Tikus-tikus dibagi ke dalam lima

kelompok secara acak, masing-masing

kelompok terdiri atas tujuh ekor. Kelompok I

adalah kontrol normal yang hanya diberi

pakan standar dan dicekok akuades selama

percobaan. Kelompok II hingga V adalah

kelompok hiperkolesterolemia yang diberi

pakan kolesterol 1.5% dan dicekok PTU 0.5

mg/KgBB. Kelompok III adalah kelompok

lovastatin yang diberi tambahan cekok

lovastatin 0.2857 mg/KgBB. Kelompok IV

diberi tambahan cekok ekstrak kulit batang

mahoni dosis 1 sebesar 4.2 mg/KgBB,

sedangkan kelompok V diberi dosis 2

sebesar 21 mg/KgBB.

Dosis ekstrak kulit batang mahoni yang

diberikan didasarkan atas dosis tradisional

penggunaan serbuk biji mahoni yang

digunakan masyarakat, yaitu 5 gram (2-3 kali

seduhan per hari) (Wijayakusuma dan

Dalimartha 2005). Dengan asumsi rataan

bobot badan manusia sebesar 70 kg dan

perolehan kembali senyawa hasil ekstraksi

sebesar 6%, maka diperoleh dosis ekstrak 1

Page 20: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

yang setara dengan 4.2 mg/KgBB per hari.

Dosis ekstrak 2 adalah lima kali dosis E1,

yaitu sebesar 21 mg/KgBB. Ekstrak kulit

batang mahoni ini diberikan dari awal hingga

akhir perlakuan.

Sebelum diberi perlakuan, tikus

diadaptasikan selama 10 minggu untuk

menyeragamkan cara hidup dan makanannya.

Makanan selama masa adaptasi adalah pakan

standar, sedangkan air minum diberikan ad

libitum. Selama percobaan, pengambilan

darah dilakukan pada minggu ke-0, 2, 4, 6,

dan 8. Selanjutnya, tiga hari setelah

pengambilan darah terakhir dilakukan

nekropsi.

Ekstraksi Kulit Batang Mahoni dengan

Pelarut Air

Ekstrak air kulit batang mahoni pada

penelitian ini adalah ekstrak hasil penelitian

Mardisadora (2010). Berikut adalah cara

ekstraksi yang digunakan. Serbuk kulit kayu

ditimbang dan ditambah dengan air

(perbandingan 1 g:10 mL air), lalu

dipanaskan pada suhu 100oC selama kurang

lebih 4 jam. Ekstrak yang diperoleh disaring

dan filtratnya diuapkan dengan rotavapor

pada suhu 60oC (Harjadi 1993, diacu dalam

Mardisadora 2010).

Penyiapan Pakan Kolesterol (Momuat et

al. 2001 dengan modifikasi) Penyiapan pakan kolesterol telah

dilakukan oleh Mustika (2010). Pakan kaya

lipid dibuat dengan komposisi kolesterol

1.5%, lemak kambing 5%, minyak goreng

curah 6%, dan pakan standar sampai 100%.

Kolesterol pada pakan diperoleh dari tepung

kuning telur ayam negeri yang diperoleh

dengan metode Momuat et al. (2001) yang

dimodifikasi. Telur ayam direbus lalu

dipisahkan dari putih telurnya, kemudian

dihaluskan dan dikeringkan. Kuning telur

yang sudah dikeringkan dihaluskan dengan

blender. Konsentrasi kolesterol tepung

kuning telur ditentukan dengan metode

Liebermann-Buchard. Selanjutnya tepung

dicampur dengan bahan yang lainnya (lemak

kambing dan minyak curah) dan dijadikan ke

dalam bentuk pelet (Mustika 2010).

Pengukuran Konsentrasi Lipid Peroksida

(Yagi 1994) Pembuatan Kurva Standar. Kurva

standar dibuat dengan menggunakan larutan

stok pereaksi 1,1,3,3-tetrametoksi propana

(TMP) 6M yang diencerkan dengan akuades

menjadi 0.9, 1.8, 2.7, 3.6, 4.5, dan 6 µM.

Masing-masing larutan dipipet sebanyak 2

mL ke dalam tabung reaksi. Lalu masing-

masing tabung ditambah 0.5 mL TBA 1.0%

dalam pelarut asam asetat glasial 50%.

Tabung dipanaskan dalam penangas air pada

suhu 95oC selama 60 menit, kemudian

didinginkan pada suhu kamar. Selanjutnya

pada masing-masing tabung ditambahkan 0.5

mL akuades dan 2.5 mL n-butanol:piridin

(15:1 v/v), diaduk dengan vorteks, lalu

disentrifus pada kecepatan 3000 rpm selama

15 menit. Lapisan atas yang terbentuk pada

larutan diambil, lalu serapannya diukur pada

panjang gelombang 532 nm dengan

spektrofotometer.

Analisis Lipid Peroksida Serum

(modifikasi Yagi 1994). Sampel darah yang

diperoleh disimpan selama 24 jam pada suhu

4oC lalu disentrifus pada kecepatan 1600 g

(3000 rpm) selama 10 menit. Serum darah

yang diperoleh kemudian disimpan pada suhu

-4oC. Serum yang digunakan telah disimpan

selama 28 minggu. Sebanyak 0.3 mL serum

ditambah dengan 1.2 mL H2SO4 0.083 N

kemudian didiamkan selama 10 menit, lalu

ditambah 0.15 mL asam fosfotungstat 10%

dan didiamkan selama 5 menit pada suhu

ruang. Larutan disentrifugasi pada kecepatan

1600 g (3000 rpm) selama 20 menit. Bagian

supernatan dibuang dan bagian pelet

dicampurkan dengan 1.2 mL H2SO4 0.083 N

kemudian didiamkan 10 menit, lalu

ditambahkan 0.15 mL asam fosfotungstat

10% dan didiamkan selama 5 menit pada

suhu ruang. Setelah itu larutan disentrifugasi

kembali dengan kecepatan 1600 g (3000 rpm)

selama 15 menit.

Pelet yang diperoleh kemudian ditambah

dengan internal standar berupa standar TMP

dengan konsentrasi 2.7 µM sebanyak 2 mL.

Selanjutnya campuran ditambah 0.5 mL

akuades dan 0.5 mL reagen asam

tiobarbiturat (TBA) (campuran dari larutan

TBA 0.67% dan asam asetat glasial, dengan

perbandingan volume 1:1) kemudian larutan

diinkubasi pada suhu 95oC selama 60 menit

di dalam penangas air. Setelah didinginkan

dengan air mengalir, ditambah 0.5 mL

akuades dan disesuaikan pHnya dengan HCl

hingga 1.6-1.7. Kemudian ditambah 2.5 mL

n-butanol:piridin dan divorteks. Setelah itu,

campuran disentrifugasi dengan kecepatan

1600 g (3000 rpm) selama 15 menit. Fraksi n-

butanol pada bagian paling atas diambil

untuk diukur serapannya dengan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang

gelombang 532 nm.

10

Page 21: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

Analisis Statistik (Matjik & Sumertajaya

2000)

Rancangan yang digunakan adalah

rancangan acak lengkap (RAL). Analisis data

dilakukan dengan metode Analysis of

Variance (ANOVA) pada tingkat

kepercayaan 95% (α=0.05). Jika terdapat

perbedaan dalam perlakuan, maka dilakukan

uji Duncan. Model RAL yang digunakan

adalah sebagai berikut (Matjik &

Sumertajaya 2000):

Yij = µ + τi + εij

Keterangan:

i =

j =

Yij =

µ =

τi =

εij =

1, 2, ..., t

1, 2, ..., r

pengamatan perlakuan ke-i dan

ulangan ke-j

pengaruh rataan umum

pengaruh rataan ke-i, i = 1, 2, 3, 4, 5

pengaruh galat perlakuan ke-i dan

ulangan ke-j, j = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7

Penentuan Korelasi antara Kolesterol

Darah dan Lipid Peroksida Darah

Dalam penelitian ini dilakukan penentuan

korelasi antara kolesterol darah dan lipid

peroksida darah untuk kelompok nonekstrak

(hiperkolesterolemia dan normal). Hal

tersebut juga dilakukan pada kelompok

ekstrak dan lovastatin guna melihat efek

antioksidan terhadap korelasi antara

kolesterol darah dan lipid peroksida darah.

Seluruh data konsentrasi kolesterol darah

tikus yang merupakan hasil penelitian

Mustika 2010 dan konsentrasi lipid peroksida

darah tikus yang diperoleh dari penelitian ini

untuk masing-masing kelompok diplot ke

dalam grafik scatter. Nilai x adalah

konsentrasi kolesterol darah (mg/dL),

sedangkan nilai y adalah konsentrasi lipid

peroksida darah (nmol/mL). Analisis statistik

untuk korelasi tersebut menggunakan korelasi

Pearson pada α=0.05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peroksidasi Lipid pada Pemberian Pakan

Kolesterol

Penelitian ini menganalisis konsentrasi

lipid peroksida yang terdapat di dalam serum

darah tikus sebagai gambaran pengaruh

pakan kolesterol terhadap peroksidasi lipid.

Serum darah diperoleh dari tikus yang

dipuasakan terlebih dahulu selama ±16 jam.

Seluruh serum darah yang diperoleh tidak

mengalami hemolisis. Rataan konsentrasi

lipid peroksida serum darah seluruh tikus saat

sebelum perlakuan adalah 1.530±0.813

nmol/mL. Analisis statistik menunjukkan

bahwa rataan konsentrasi lipid peroksida

darah tersebut cukup seragam (p=0.914).

Nilai konsentrasi tersebut relatif lebih tinggi

dari beberapa penelitian yang dilaporkan

sebelumnya. Penelitian Lavenia (2010) dan

Rustandi (2006) melaporkan bahwa

konsentrasi lipid peroksida darah tikus tanpa

perlakuan berturut-turut sebesar 0.586±0.177

nmol/mL dan 1.067 nmol/mL (0.320±0.053

µM).

Nilai konsentrasi lipid peroksida darah

tikus yang bervariasi ini kemungkinan

dipengaruhi oleh umur tikus dan faktor

lingkungan, seperti kondisi kandang, dan

panas ruangan. Tikus yang digunakan dalam

penelitian ini ternyata lebih tua dibandingkan

dengan tikus dalam penelitian Lavenia (2010)

dan Rustandi (2006). Dalam penelitian ini,

umur tikus saat sebelum perlakuan adalah 18

minggu, sedangkan umur tikus pada

penelitian Lavenia (2010) dan Rustandi

(2006) berturut-turut adalah 8 minggu dan 12

minggu. Menurut Prasetyastuti et al. (2007)

semakin bertambah usia, maka konsentrasi

lipid peroksida cenderung meningkat. Usia

hidup yang lebih lama memungkinkan tikus

terpapar oleh lebih banyak radikal bebas, baik

endogen maupun eksogen, selain juga

disebabkan oleh melemahnya fungsi hati.

Variasi konsentrasi lipid peroksida

kemungkinan juga dipengaruhi oleh jenis

hewan yang digunakan. Sebagai contoh,

konsentrasi lipid peroksida darah kelinci

tanpa perlakuan yang berumur 16 minggu

adalah 0.920±0.380 nmol/mL (Nurkriswanto

2009).

Di dalam penelitian ini, rataan konsentrasi

lipid peroksida darah kelompok normal pada

minggu ke-2 sedikit meningkat menjadi

1.853±0.957 nmol/mL (Gambar 5).

Selanjutnya selama sisa masa perlakuan

konsentrasi tersebut berfluktuasi namun

cenderung menurun, di akhir perlakuan

konsentrasinya menjadi 0.983±0.258

nmol/mL. Penurunan ini bukan disebabkan

oleh konsentrasi lipid peroksida darah seluruh

tikus yang menurun, melainkan hanya terjadi

pada beberapa ekor tikus saja. Beberapa tikus

tersebut memiliki konsentrasi lipid peroksida

yang sangat rendah. Karena hal tersebut,

penurunan konsentrasi lipid peroksida darah

kelompok normal dari awal hingga akhir

perlakuan menjadi bermakna (p=0.044).

Kelompok hiperkolesterolemia (HK)

sama-sama mengalami sedikit peningkatan di

minggu ke-2. Di minggu ke-2 tersebut,

kelompok HK mencapai konsentrasi

Page 22: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

maksimum (1.845±0.830 nmol/mL), namun

konsentrasi tersebut kemudian cenderung

menurun (p=0.898) dan mencapai nilai

1.285±0.749 nmol/mL di minggu ke-8.

Berdasarkan analisis statistik, konsentrasi

lipid peroksida darah HK pada minggu ke-8

tidak berbeda dengan sebelum perlakuan

(p=0.898) maupun dengan kelompok normal

pada minggu yang sama (p=0.338).

Konsentrasi lipid peroksida kelompok

normal berfluktuasi. Oleh karena itu,

dilakukan perhitungan luas area di bawah

kurva untuk kelompok normal dan HK.

Gambar 6 menunjukkan rata-rata konsentrasi

lipid peroksida darah sebagai hasil dari

perhitungan luas area tersebut. Kelompok

normal memiliki rata-rata konsentrasi lipid

peroksida darah sebesar 2.673±0.279

nmol/mL, sedangkan kelompok HK memiliki

nilai 20.92% lebih tinggi dari kelompok

normal (3.380±0.436 nmol/mL). Hal ini

menunjukkan pengaruh pakan kolesterol dan

PTU terhadap naiknya konsentrasi lipid

peroksida darah. Meskipun demikian, analisis

statistik menunjukkan peningkatan tersebut

tidak signifikan (p=0.239). Hal tersebut

mungkin disebabkan oleh jumlah ulangan

tikus yang terlalu sedikit sehingga

menimbulkan keragaman yang cukup tinggi.

Keragaman yang cukup tinggi terlihat dari

besarnya perbedaan konsentrasi lipid

peroksida darah pada masing-masing tikus

dalam tiap kelompok.

Kelompok HK telah dilaporkan oleh

Mustika (2010) mengalami kenaikan

kolesterol darah sebesar 52.57%, sehingga

bila dibandingkan dengan awal perlakuan

maka kelompok HK telah mengalami

hiperkolesterolemia di akhir perlakuan.

Kenaikan konsentrasi lipid peroksida darah

kelompok HK yang mengalami

hiperkolesterolemia tersebut konsisten

dengan yang dilaporkan oleh Tombilangi

(2004) dan Alviani (2007) yang menyatakan

bahwa keadaan hiperkolesterolemia

cenderung meningkatkan konsentrasi lipid

peroksida darah maupun hati. Hanya saja

peningkatan konsentrasi lipid peroksidanya

tidak terlalu besar. Hal tersebut terjadi karena

konsentrasi kolesterol darah HK masih dalam

rentang normal di akhir perlakuan (rata-rata

95.34±15.24 mg/dL) (Mustika 2010).

Fluktuasi konsentrasi lipid peroksida

darah pada kelompok normal besar

kemungkinan disebabkan oleh faktor selain

pakan kolesterol, karena kelompok normal

hanya mengkonsumsi pakan standar. Stres

akibat kondisi perlakuan, seperti pencekokan

dengan akuades dan pengambilan darah,

dapat meningkatkan konsentrasi lipid

peroksida. Menurut Singhal et al. (1997) stres

merupakan faktor pemicu radikal bebas

secara berlebih. Peningkatan lipid peroksida

dapat pula bertambah sebagai hasil dari

meningkatnya pelepasan trigliserida dari

jaringan adiposa untuk membentuk

kortikosteroid sebagai respon terhadap stres.

Kerja antioksidan dalam tubuh tikus juga

mempengaruhi fluktuasi lipid peroksida

kelompok normal.

Berbeda halnya dengan peningkatan

konsentrasi lipid peroksida darah yang terjadi

pada kelompok HK. Kelompok HK diberi

pakan kolesterol 1.5% dan propiltiourasil

(PTU) 0.5 mg/KgBB, sehingga besar

kemungkinan peningkatan konsentrasi lipid

peroksida darah yang terjadi pada minggu ke-

2 lebih disebabkan oleh perlakuan tersebut.

Pakan kaya kolesterol akan meningkatkan

kolesterol darah tikus. Penggunaan lemak

kambing dan minyak goreng curah juga

memicu peningkatan kolesterol darah karena

banyak mengandung lemak jenuh (Grundy

1991). Asam lemak jenuh menyebabkan

pembentukan partikel VLDL yang lebih kecil

serta mengandung kolesterol lebih banyak.

Gambar 5 Konsentrasi lipid peroksida darah

kelompok normal ( ) dan

hiperkolesterolemia/HK ( ).

Gambar 6 Perbandingan rata-rata konsentrasi

lipid peroksida kelompok normal

(N) dan hiperkolesterolemia (HK).

0

0.5

1

1.5

2

0 2 4 6 8

lip

id p

erok

sid

a n

mol/

ml

minggu ke-

2.673

3,380

0

1

2

3

4

N HK

rata

-rat

a ko

nse

ntr

asi

lip

id p

ero

ksi

da

dar

ah

(nm

ol/

mL

)

12

Page 23: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

Hubungan antara kolesterol dengan lipid

peroksida besar kemungkinan terkait dengan

proses sintesis asam empedu. Kolesterol

dieliminasi dari tubuh setelah terlebih dahulu

diubah menjadi asam empedu. Asam empedu

primer, yakni asam kolat dan asam

kenodeoksikolat, disintesis dari kolesterol.

Reaksi 7α-hidroksilasi merupakan tahap

pertama yang wajib pada biosintesis asam

empedu, sekaligus membatasi laju reaksi

tersebut. Reaksi tersebut dikatalisis oleh 7α-

hidroksilase, suatu enzim mikrosomal. Reaksi

7α-hidroksilasi ini memerlukan oksigen,

NADPH, serta sitokrom P-450 (Gambar 7).

Dikemukakan bahwa di dalam reaksi

hidroksilasi kolesterol ini, oksigen mudah

tereduksi menjadi radikal bebas anion

superoksida (O2∙ˉ).

Efek kimiawi O2∙ˉ dalam jaringan

diperkuat oleh sifatnya yang menimbulkan

reaksi rantai radikal bebas. Dikemukakan

pula bahwa O2∙ˉ yang terikat pada sitokrom

P-450 merupakan intermediet dalam

pengaktifan oksigen pada berbagai reaksi

hidroksilasi (Mayes & Botham 1996). Jadi,

meningkatnya aktivitas sitokrom P-450

dalam memperantarai reaksi hidroksilasi ini,

maka akan membuat radikal bebas yang

terbentuk semakin banyak. Radikal bebas

tersebut kemudian mampu mengoksidasi

komponen membran sel dan terjadilah proses

peroksidasi lipid. Selanjutnya akan terbentuk

lipid peroksida sebagai produk dari proses

tersebut.

Di samping pakan kolesterol, PTU yang

merupakan zat antitiroid juga mampu

meningkatkan kolesterol di dalam tubuh.

Cara ini dikenal sebagai induksi eksogen.

Kemampuan PTU adalah menghambat

pembentukan hormon tiroid. Hormon tiroid

berperan dalam lipolisis, sehingga

penghambatan hormon tersebut akan

meningkatkan konsentrasi kolesterol darah

melalui peningkatan biosintesis kolesterol

endogen (Murray 2003). Sementara itu,

turunnya konsentrasi lipid peroksida darah

kelompok HK setelah minggu ke-2 hingga

akhir perlakuan dapat disebabkan oleh kerja

antioksidan endogen dan sistem imun yang

ikut bekerja dalam menurunkan lipid

peroksida. Menurut Kartikawati (1999) dalam

Rustandi (2006) interleukin-2 (IL-2) dan

enzim superoksida dismutase mampu

mengubah senyawa radikal menjadi senyawa

yang stabil.

Konsentrasi Lipid Peroksida Darah Tikus

pada Pemberian Ekstrak Mahoni

Pengaruh ekstrak air kulit batang mahoni

dalam mencegah kenaikan konsentrasi lipid

peroksida darah dianalisis dengan cara

mengukur konsentrasi lipid peroksida darah

kelompok ekstrak 1 (E1=4.2 mg/KgBB) dan

ekstrak 2 (E2=21 mg/KgBB) selama masa

perlakuan. Konsentrasi lipid peroksida darah

kelompok E1 sedikit meningkat pada minggu

ke-2 menjadi 1.705±0.755 nmol/mL (Gambar

8).

Gambar 7 Siklus hidroksilasi sitokrom P-450 (Mayes 1996).

Substrate A-H

P450-A-H

Fe3+

P450-A-H

Fe2+

P450-A-H

Fe2+

O2

P450-A-H

Fe2+

O2-˙

P450

Fe3+

13

Page 24: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

Peningkatan tersebut besar kemungkinan

disebabkan oleh kondisi perlakuan, seperti

pakan kolesterol, PTU, dan stres akibat

pencekokan serta pengambilan darah. Selain

itu, diperkirakan ekstrak kulit batang mahoni

belum bekerja secara optimal dalam

mencegah kenaikan konsentrasi lipid

peroksida. Selanjutnya konsentrasi menurun

hingga minggu ke-8 menjadi 0.316±0.281

nmol/mL. Konsentrasi di minggu ke-8 ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan

kelompok HK dan kelompok normal pada

minggu yang sama (p=0.005). Persentase

penurunan konsentrasi lipid peroksida E1

dari awal hingga akhir perlakuan sebesar

75.6% dan bermakna menurut statistik

(p=0.01). Hal tersebut menunjukkan bahwa

dosis E1 memberi pengaruh yang nyata

dalam menurunkan konsentrasi lipid

peroksida bila dibandingkan dengan sebelum

perlakuan maupun dengan kelompok HK.

Konsentrasi lipid peroksida darah

kelompok E2 cenderung stabil hingga

minggu ke-6, kemudian menurun pada

minggu ke-8 menjadi 0.587±0.303 nmol/mL

(Gambar 8). Konsentrasi di minggu ke-8 ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan

kelompok HK dan kelompok normal pada

minggu yang sama (p=0.005). Penurunan

yang terjadi dari awal hingga akhir perlakuan

sebesar 61.40%, namun tidak bermakna

menurut statistik (p=0.07). Walaupun

demikian, dosis E2 telah memperlihatkan

kecenderungannya dalam menurunkan

konsentrasi lipid peroksida bila dibandingkan

dengan sebelum perlakuan maupun dengan

kelompok HK.

Dalam penelitian ini dilakukan

perhitungan luas area di bawah kurva selama

masa perlakuan untuk kelompok E1, E2, dan

lovastatin. Gambar 9 menunjukkan rata-rata

konsentrasi lipid peroksida seluruh kelompok

berdasarkan luas area tersebut. Rata-rata

konsentrasi lipid peroksida darah kelompok

E1 berdasarkan luas area di bawah kurva

sebesar 2.353±0.196 nmol/mL atau lebih

rendah 30.38% dari kelompok HK

(3.380±0.436 nmol/mL) (Gambar 9). E1 juga

masih lebih rendah bila dibandingkan dengan

kelompok normal. Sementara itu, kelompok

E2 memiliki rata-rata konsentrasi lipid

peroksida darah sebesar 2.786±0.256

nmol/mL, atau lebih rendah 17.57% dari

kelompok HK. Konsentrasi E2 sedikit lebih

tinggi bila dibanding normal. Walaupun

menurut statistik belum berbeda nyata dengan

HK (p=0.239), dosis E1 dan E2 cenderung

mencegah kenaikan konsentrasi lipid

peroksida darah.

Penurunan konsentrasi lipid peroksida

darah yang terjadi pada E1 lebih besar

daripada yang terjadi pada E2. Padahal

konsentrasi E2 yang beredar di dalam tubuh

tikus lebih tinggi daripada E1, yaitu berkisar

antara 295-375 ppm (apabila diasumsikan

volume darah tikus sebesar 5.6-7.1 mL/100 g

BB). Sementara itu, dosis E1 yang beredar di

dalam tubuh tikus berkisar antara 58-75 ppm.

Penelitian mengenai aktivitas antioksidasi

ekstrak air kulit batang mahoni secara in vitro

yang dilakukan oleh Mardisadora (2010)

menyatakan bahwa ekstrak air kulit batang

mahoni dengan konsentrasi 200 ppm

memiliki aktivitas menghambat

malondialdehida yang lebih tinggi dari

konsentrasi 50 ppm (54.60% berbanding

43.09%). Hal ini ternyata berbeda dengan

hasil in vivo dalam penelitian ini. Dosis E1

yang memiliki konsentrasi ppm lebih rendah

dari E2 menunjukkan rata-rata penurunan

konsentrasi lipid peroksida darah yang lebih

tinggi dari E2.

Gambar 8 Konsentrasi lipid peroksida tikus

kelompok normal ( ), hiperkoles-

terolemia ( ), lovastatin ( ),

E1 ( ), dan E2 ( ).

Gambar 9 Rata-rata konsentrasi lipid

peroksida darah seluruh kelompok.

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

2

0 2 4 6 8

lip

id p

ero

ksi

da

dar

ah (

nm

ol/

ml)

minggu ke-

2.673

3,380

2.669

2.353

2.786

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

N HK L E1 E2

rata

-rat

a k

on

sen

tras

i li

pid

per

ok

sid

a d

arah

(n

mol/

mL

)

14

Page 25: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

Berubahnya antioksidan yang terkandung

di dalam dosis E2 menjadi prooksidan

kemungkinan menjadi penyebab rendahnya

aktivitas antioksidasi dosis E2.

Kecenderungan E2 dalam mencegah

kenaikan kolesterol membuat konsentrasi

kolesterol darah E2 hanya meningkat 33.75%

seperti yang dilaporkan oleh Mustika (2010)

(Lampiran 6). Hal tersebut membuat

pengaruh kolesterol darah terhadap lipid

peroksida darah menjadi rendah, sehingga

jumlah antioksidan dalam dosis E2 menjadi

berlebih dan berubah menjadi prooksidan.

Kulit batang mahoni telah diketahui

mengandung senyawa fenolik, seperti

flavonoid, tanin, katekin, dan epikatekin serta

beberapa senyawa lainnya seperti

triterpenoid, alkaloid, dan saponin. Metabolit

sekunder seperti senyawa fenolik telah

dilaporkan memiliki aktivitas prooksidan

(Simić et al. 2007). Aktivitas

antioksidan/prooksidan senyawa fenolik telah

diketahui dipengaruhi oleh konsentrasi, pH,

dan kehadiran ion logam seperti Cu2+

dan

Fe3+

(Rødtjer et al. 2006; Mochizuki et al.

2001; Sakihama et al. 2002).

Senyawa fenolik mampu mengeluarkan

efek prooksidannya melalui autooksidasi,

yang merupakan tahap awal pembentukan

radikal superoksida dan semikuinon

(Mochizuki et al. 2001). Kedua radikal

tersebut mampu meningkatkan autooksidasi

dan membangkitkan H2O2 selama prosesnya.

Epikatekin juga dilaporkan oleh Rødtjer et al.

(2006) memiliki efek sebagai antioksidan

pada konsentrasi rendah dan efek prooksidan

pada konsentrasi tinggi.

Kelompok lovastatin awalnya digunakan

sebagai kontrol positif dalam mencegah

hiperkolesterolemia pada penelitian Mustika

(2010). Karena lovastatin adalah bagian dari

kelompok statin yang merupakan salah satu

contoh obat penurun kolesterol. Di dalam

penelitian ini, kelompok lovastatin juga

menjadi pembanding dalam mencegah

kenaikan lipid peroksida, karena beberapa

acuan menyatakan bahwa lovastatin juga

dapat menurunkan konsentrasi lipid

peroksida. Konsentrasi lipid peroksida darah

kelompok lovastatin mengalami penurunan

pada minggu ke-2 dan ke-4 (Gambar 8).

Konsentrasi di minggu ke-4 ini adalah

konsentrasi terendah yang dicapai kelompok

lovastatin (0.657±0.257 nmol/mL). Namun

terjadi kenaikan di minggu ke-6 dan turun

kembali di minggu ke-8 (0.871±0.253

nmol/mL). Perubahan yang terjadi selama

perlakuan ini tidak bermakna secara statistik

(p=0.192). Sementara itu, rata-rata

konsentrasi lipid peroksida kelompok

lovastatin berdasarkan luas area di bawah

kurva adalah 2.669±0.337 nmol/mL (Gambar

9), atau hampir sama dengan kelompok

normal (2.673±0.279 nmol/mL). Bila

dibandingkan dengan HK, kelompok

lovastatin lebih rendah sekitar 21.03%

(p=0.239).

Beberapa acuan yang menyatakan bahwa

lovastatin memiliki kemampuan sebagai

antioksidan diantaranya sebagai berikut.

Penelitian Jorge (2005) menyatakan bahwa

obat golongan statin mampu menurunkan

lipid peroksida dari LDL teroksidasi maupun

normal. Penelitian yang dilakukan oleh

Muliasari (2009) melaporkan bahwa

pemberian lovastatin mampu menurunkan

lipid peroksida hati kelinci sebesar 49.06%

jika dibandingkan dengan kelompok

hiperlipidemia. Penelitian yang dilakukan

Lovric et al. (2008) melaporkan bahwa jenis

statin lainnya, yaitu simvastatin, fluvastatin,

dan cerivastatin, mampu menurunkan

sirkulasi malondialdehida dengan baik.

Korelasi antara Kolesterol Darah dan

Lipid Peroksida Darah

Dalam penelitian ini dilakukan analisis

korelasi antara konsentrasi kolesterol darah

dan konsentrasi lipid peroksida darah

kelompok nonekstrak (kontrok normal dan

hiperkolesterolemia). Data konsentrasi

kolesterol darah adalah data sekunder yang

merupakan hasil penelitian Mustika (2010).

Gambar 10 menunjukkan hubungan antara

kolesterol darah dan lipid peroksida darah

kelompok nonekstrak. Nilai koefisien

korelasi (KK) kelompok nonekstrak adalah

0.058 (Tabel 1). Nilai KK tidak

menggambarkan hubungan sebab akibat

antara kedua peubah, tetapi hanya

menggambarkan keterkaitan antara kedua

peubah. Berdasarkan nilai KK tersebut,

terdapat hubungan yang sangat lemah antara

konsentrasi kolesterol darah dan konsentrasi

lipid peroksida darah kelompok nonekstrak,

meskipun nilainya positif.

Besarnya pengaruh konsentrasi kolesterol

darah terhadap konsentrasi lipid peroksida

darah dapat dilihat berdasarkan nilai

koefisien penentuannya (R2). Nilai R

2

kelompok nonekstrak adalah 0.3% yang

berarti bahwa pengaruh konsentrasi

kolesterol darah terhadap konsentrasi lipid

peroksida darah hanya sebesar 0.3%. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa tidak ada

korelasi antara kolesterol darah dan lipid

15

Page 26: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

peroksida darah pada kelompok nonekstrak.

Walaupun demikian, hal tersebut menurut

statistik tidak signifikan (p>0.05).

Hasil tersebut tidak konsisten dengan

penelitian yang dilaporkan oleh Andriani

(2007) yang menyatakan bahwa secara nyata

peningkatan konsentrasi kolesterol darah

sangat berpengaruh terhadap konsentrasi lipid

peroksida darah pada tikus (p<0.05). Sesuai

dengan data yang diperoleh oleh Mustika

(2010) bahwa keempat kelompok perlakuan

yang diberi pakan kaya kolesterol 1.5%

hanya mengkonsumsi pakan kolesterol

sebesar 11.39 gram dari rancangan 20

gram/ekor/hari (hampir setengahnya dari

rancangan). Konsumsi pakan kolesterol yang

rendah otomatis menyebabkan asupan

kolesterol 1.5% yang direncanakan juga

hanya setengahnya atau sebanding dengan

0.86% asupan kolesterol. Rendahnya

konsumsi pakan kolesterol (asupan

kolesterol) ini menyebabkan rendahnya

pengaruh konsentrasi kolesterol darah

(R2=0.3%) terhadap konsentrasi lipid

peroksida darah.

Tabel 1 Korelasi antara kolesterol darah

dan lipid peroksida darah kelompok

nonekstrak

Kelompok (KK) (R2) p

Nonekstrak 0.058 0.003 0.648tn

KK = Koefisien korelasi

R2 = Koefisien penentuan

p>α = α0.05 maka tn

berarti tidak signifikan

Korelasi antara Kolesterol Darah dan

Lipid Peroksida Darah pada Pemberian

Antioksidan

Dalam penelitian ini dilakukan analisis

korelasi antara kolesterol darah dan lipid

peroksida darah pada kelompok ekstrak dan

lovastatin untuk melihat pengaruh aktivitas

antioksidasi ekstrak kulit batang mahoni.

Gambar 11 menunjukkan korelasi tersebut.

Nilai koefisien korelasi (KK) kelompok

lovastatin, E1, dan E2 berturut-turut

adalah -0.154, -0.521, dan -0.039 (Tabel 2).

Apabila dilihat dari garis regresinya, terdapat

korelasi negatif antara kolesterol darah dan

lipid peroksida darah kelompok lovastatin

dan E1. Artinya apabila konsentrasi

kolesterol darah meningkat, maka konsentrasi

lipid peroksida darahnya menurun. Namun

pengaruh antara kedua peubah tidak erat

karena nilai R2

yang rendah. Analisis statistik

menunjukkan bahwa hanya kelompok E1 saja

yang berbeda nyata (p=0.003). Sementara itu,

apabila dilihat dari garis regresinya yang

datar dan nilai R2 kelompok E2 yang sangat

kecil (0.1%), dapat dikatakan bahwa tidak

ada korelasi antara kolesterol darah dan lipid

peroksida darah. Walaupun demikian, hal

tersebut menurut statistik tidak signifikan

(p>0.05).

Korelasi negatif antara konsentrasi

kolesterol darah dan lipid peroksida darah

pada kelompok E1 kemungkinan disebabkan

oleh rendahnya potensi E1 dalam

menurunkan kolesterol darah dan

kecenderungannya dalam mencegah kenaikan

lipid peroksida darah. Penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Mustika (2010) yang

menganalisis kolesterol darah tikus yang

sama dengan penelitian ini menyatakan

bahwa tidak ditemukan kecenderungan dosis

E1 dalam menurunkan kolesterol darah. Di

dalam penelitian ini, dosis E1 menunjukkan

kecenderungan mencegah kenaikan lipid

peroksida yang paling tinggi (30.38%).

Berdasarkan hasil tersebut, dosis E1

cenderung menunjukkan kemampuannya

dalam mencegah kenaikan konsentrasi

Gambar 10 Korelasi antara konsentrasi kolesterol darah dan konsentrasi lipid peroksida

darah kelompok nonekstrak.

0

1

2

3

4

5

6

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

ko

nse

ntr

asi

lip

id p

ero

ksi

da

dar

ah (

nm

ol/

mL

)

konsentrasi kolesterol darah (mg/dL)

16

Page 27: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

lipid peroksida darah dan tidak menunjukkan

kemampuannya dalam mencegah konsentrasi

kolesterol darah. Hal tersebut kemungkinan

membuat korelasi antara kolesterol darah dan

lipid peroksida darah E1 menjadi negatif.

Sementara itu, korelasi antara kolesterol

darah dan lipid peroksida darah yang lemah

pada kelompok E2 sesuai dengan penelitian

yang dilaporkan oleh Alviani (2007) yang

menyatakan bahwa kelompok yang diberi

perlakuan ekstrak dengan komposisi yang

bervariasi menunjukkan korelasi yang sangat

lemah.

Pada dasarnya terdapat banyak senyawa

metabolit sekunder yang terkandung di dalam

ekstrak kulit batang mahoni. Penelitian yang

dilakukan oleh Ningsih (2009) melaporkan

bahwa di dalam ekstrak air kulit batang

mahoni mengandung flavonoid, alkaloid,

tanin, triterpenoid, dan saponin. Penelitian

yang dilakukan Falah et al. (2008)

menyatakan bahwa terdapat katekin,

epikatekin, dan swietemakrofilanin di dalam

kulit batang mahoni yang memiliki aktivitas

menangkap radikal bebas yang tinggi.

Flavonoid merupakan senyawa yang

termasuk golongan polifenol dapat

mengeluarkan efek antioksidannya dengan

cara menghambat aktivitas enzim (termasuk

lipooksigenase dan siklooksigenase),

mengkelat ion logam, dan yang paling

penting adalah menangkap radikal bebas.

Secara umum, polifenol adalah penangkap

radikal bebas yang potensial karena

gugus fenoliknya merupakan nukleofili yang

sangat baik (Alturfan et al. 2009). Flavonoid

dan saponin bersifat substitutif sebagai

Tabel 2 Korelasi antara kolesterol darah

dan lipid peroksida darah kelompok

ekstrak dan lovastatin.

Kelompok KK R2 p

Lovastatin

Ekstrak 1

Ekstrak 2

-0.154

-0.521

-0.039

0.023

0.271

0.001

0.462tn

0.003bn

0.839tn

KK = Koefisien korelasi

R2 = Koefisien penentuan

p>α = α0.05 maka tn

berarti tidak signifikan,

bn

berarti signifikan

hepatoprotektor berdasarkan kemampuannya

menghambat peningkatan lipid peroksida,

aktivitas alanin aminotransferase dan aspartat

aminotransferase.

Penelitian yang telah dilakukan

Mardisadora (2010) menyebutkan bahwa

terdapat senyawa kuersetin sebagai suatu

jenis flavonoid yang terdapat di dalam kulit

kayu mahoni. Kuersetin adalah salah satu

flavonoid yang diketahui memiliki nilai

Radical Scavenging Activity (RSA) lebih dari

50%, sehingga dapat dikatakan mampu

menangkap radikal bebas dengan baik.

Flavonoid dalam bentuk kuersetin juga

diketahui mampu mencegah peroksidasi non-

enzimatik yang diinduksi oleh asam askorbat

atau ferosulfat dalam otak tikus (Tombilangi

2004).

Tanin dan golongan alkaloid juga

berperan sebagai antioksidan. Aktivitas ini

dilakukan dengan cara donasi elektron atau

transfer dari atom hidrogen dari ikatan

hidroksil ke radikal bebas. Menurut Hussein

et al. (2006) tanin yang merupakan polifenol

larut air yang bertindak sebagai antioksidan

Gambar 11 Korelasi antara konsentrasi kolesterol darah dan konsentrasi lipid peroksida darah

kelompok lovastatin ( ), E1 ( ), E2 ( ), garis linier perlakuan lovastatin ( ),

garis linier perlakuan E1 ( ), dan garis linier perlakuan E2 ( ).

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

0 20 40 60 80 100 120 140

ko

nse

ntr

asi

lip

id p

ero

ksi

da

dar

ah

(nm

ol/

mL

)

konsentrasi kolesterol darah (mg/mL)

17

Page 28: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

superior. Oksidasi tanin mengawali

oligomerisasi dan produksi sejumlah situs

reaktif. Selain itu, tanin mampu bertindak

sebagai antioksidan dengan cara menangkap

tembaga. Tanin juga melindungi protein dari

oksidasi dan glikasi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian ekstrak air kulit batang mahoni

dosis antikolesterol (E1 dan E2) berpengaruh

terhadap peroksidasi lipid. Dosis E1 (4.2

mg/KgBB) menurunkan konsentrasi lipid

peroksida sebesar 30.38% lebih rendah dari

kelompok HK. Sementara itu dosis E2 (21

mg/KgBB) menurunkan konsentrasi lipid

peroksida sebesar 17.57% lebih rendah dari

kelompok HK. Walaupun demikian,

pengaruh dosis tersebut tidak terbukti secara

statistik.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk

menguji potensi ekstrak kulit mahoni sebagai

pencegah kenaikan lipid peroksida. Saran

yang diajukan diantaranya adalah menambah

waktu perlakuan, meningkatkan besarnya

kolesterol di dalam pakan, menambah jumlah

ulangan tikus, dan menentukan dosis

optimum ekstrak air kulit batang mahoni.

DAFTAR PUSTAKA

Ahira A. 2008 Mengenal mahoni. [terhubung

berkala]. http://anneahira.com/

kayu/mahoni.html. [29 Jan 2010].

Ahmad I, Aqil F, Owais M. 2006. Modern

Phytomedicine: Turning Medical Plants

into Drugs. Weinheim: Wiley & Co.

Alam SQ, Alam BS. 1963. Lipid

peroxide,alpha-tocoferol, and retinoic

levels in plasma and liver of rats fed

diets containing beta-carotene and 13-

cis-retinoic acid. J Nutr 1: 2608-2613.

Alhadeff L, Gualtieri C, Lipton M. 1984.

Toxic effect of water-soluble vitamins.

Am J Clin Nutr 42: 33-40.

Alturfan AA, Alturfan EE, Uslu E. 2009.

Consumption of pistachio nuts

beneficially affected blood lipids and

total antioxidant activity in rats fed a

high-cholesterol diet. Folia Biologica

55: 132-136.

Alviani. 2007. Khasiat ramuan ekstrak daun

jati belanda terhadap peroksidasi lipid

hati tikus hiperlipidemia. [skripsi].

Bogor: Departemen Biokimia FMIPA

IPB.

Andriani Y. Uji aktivitas antioksidan ekstrak

betaglukan dari Saccharomyces

cerevisiae. J Gradien 3: 226-230.

Aswan BS. 2008. Daya hipokolesterolemik

tepung umbi garut (Marantha

arundinaceae) secara in vivo. [skripsi].

Bogor: Fakultas Ilmu dan Teknologi

Pangan IPB.

Balai Perbenihan Tanaman Hutan. 2000.

Deskripsi Jenis Tanaman Hutan

Sumatera. Palembang: Departemen

Kehutanan dan Perkebunan.

Balai Produksi dan Pengujian Benih. 1986.

Petunjuk Teknis dan Pengujian Mutu

Benih Mahoni (Swietenia macrophylla

King). Palembang: Direktorat Jenderal

Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan.

Bourdy G, Walt SJD, Michel LR, Roca A,

Deharo E. 2000. Medicinal plant uses of

the Tacana an Amazonian bolivian

ethnic group. J Ethnopharmacol 70: 87-

109.

Cross CE, Vliet AV, O’Neil C. 1994.

Reactive oxygen species and the lung.

Lancet 344: 930-933.

Dalimartha S. 2005. 36 Resep Tumbuhan

Obat untuk Menurunkan kolesterol.

Surabaya: Penebar Swadaya.

Emami SA, Asili J, Mohaghegli Z,

Hassanzadeh MK. 2007. Antioxidant

activity of leaves and fruits of Iranian

conifers. eCAM 3: 313-319.

Falah S, T. Suzuki, T. Katayama. 2008.

Chemical constituents from Swietenia

macrophylla bark and their antioxidant

activity. Pakistan J Biol Sci 11: 2007-

2012.

Gitawati R. 1995. Radikal bebas-sifat dan

peranan dalam menimbulkan

kerusakan/kematian sel. Cermin Dunia

Kedokteran 102: 19-20.

Giri LN. 2008. Potensi antioksidan daun

salam: Kajian in vivo pada

tikushiperkolesterolemia dan

hiperglikemia. [skripsi]. Bogor:

Departemen Biokimia FMIPA IPB.

Grundy SM. 1991. Multifactorial ethiology of

hypercholesterolemia: implication for

Page 29: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

prevention of coronary heart disease.

Atheros Thromb 11:1619-1635.

Hagerman AE. 1998. Tannin handbook.

[terhubung berkala].

http://miaVX1.muohio.edu. [2 Nov

2009].

Halliwell B, Gutteridge JMC. 1999. Free

Radicals in Biology and Medicine.

London: Oxford Univ.

Haris RA. 2009. Efektivitas Penggunaan

iodine 10%, iodine 70%, iodine 80%,

dan NaCl dalam percepatan proses

penyembuhan luka pada pungung tikus

jantan Sprague Dawley. [skripsi].

Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Harlan. 2007. Harlan Sprague Dawley.

[terhubung berkala].

http://www.harlan.com/models/sprague

dawley. asp. [29 Jan 2010].

Haque M, Ullah MO, Nabar K. 2009. In vitro

antibacterial and cytotoxic of different

parts of plants Swietenia mahogany.

Pakistan J BioSci 7: 599-602.

Hasanah SNR. 2008. Aktivitas ekstrak etil

asetat daun dewandaru (Eugenia

uniflora L) sebagai agen pengkelat

logam Fe dan penangkap malonaldehid

(MDA). [skripsi]. Surakarta: Fakultas

Farmasi Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Heldt HW. 2005. Plant Biochemistry Third

Edition. California: Elsevier Pr.

Hussein HM, El-Sayed EM, Said AA. 2006.

Antihyperglycemic, antihyperlipidemic,

and antioxidant effects of Zizyphus

spina christi and Zizyphus jujuba in

alloxan diabetic. Int J Pharm 5: 563-

570.

Indrayana R. 2008. Efek antioksidan ekstrak

etanol 70% daun salam (Syzygium

polyanthum [Wight.] Walp.) pada serum

darah tikus putih jantan galur wistar

yang diinduksi CCl4. [skripsi].

Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Ivanov V, Carr AC, Frei B. 2001. Red wine

antioxidants bind to human lipoproteins

and protect them from metal ion-

dependent and -independent oxidation. J

Agric Food Chem 9: 4442–4449.

Jøker D, Schmidt L. 2000. Seed leaflet:

Swietenia macrophylla King.

[terhubung berkala].

http://www.sl.kvl.dk/upload/swietenia_

macrophylla_int.pdf. [17 Nov 2009].

Jorge PAR, Almeida EA, Ozaki MR, Jorge

M, Carneiro A. 2005. Effects of

atorvastatin, fluvastatin, pravastatin, and

simvastatin on endothelial function,

lipid peroxidation, and aortic

atherosclerosis in hypercholesterolemic

rabbits. J Cardiology 84:4.

Kasim E, Kurniawati Y, Nurhidayat N. 2006.

Pemanfaatan isolat lokal Monascus

purpureus untuk menurunkan kolesterol

darah pada tikus putih galur Sprague

Dawley. Biodiversitas 7: 123-126.

Lavenia A. 2010. Potensi ekstrak kulit batang

mahoni sebagai antioksidan pada tikus

hiperurisemia. [skripsi]. Bogor:

Departemen Biokimia FMIPA IPB.

Lehninger AL, Nelson DL, Cox MM. 2004.

Principles of Biochemistry. New York:

Worth Pr.

Lovric et al. 2008. Measurement of

malondialdehide (MDA) level in rat

plasma after simvastatin treatment using

two different analytical methods.

Periodicum Biologorum 110: 63-67.

Maiti A, Dewanjee S, Mandal SC. 2007. In

vivo evaluation of antidiarrheal activity

of the seed of Swietenia macrophylla

King (Meliaceae). J Pharm Res 6: 711-

716.

Mardisadora O. 2010. Identifikasi dan potensi

antioksidan flavonoid kulit kayu mahoni

(Swietenia macrophylla King). [skripsi].

Bogor: Departemen Biokimia FMIPA

IPB.

Marpaung IMS. 2008. Potensi aktivitas

antioksidan pada kulit kayu dan daun

tanaman akway (Drymis sp.). [skripsi].

Bogor: Departemen Biokimia FMIPA

IPB.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002.

Perancangan Percobaan Jilid I Edisi

ke-2 dengan Aplikasi SAS dan

MINITAB. Bogor: IPB Pr.

Mayhew JE, Newton AC. 1998. The

Silviculture of Mahogany. New York:

CABI Publishing.

Mayes PA, Botham KM. 1996. Biologic

Oxidation. Di dalam: Murray RK,

19

Page 30: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW.

Harper’s Illustrated Biochemistry

Twenty-Sixth Edition. New York:

McGraw-Hill. hlm 11: 86-91.

Mayes PA, Botham PA. 1996. Cholesterol

Synthesis, Transport, and Excretion. Di

dalam: Murray RK, Granner DK, Mayes

PA, Rodwell VW. Harper’s Illustrated

Biochemistry Twenty-Sixth Edition.

New York: McGraw-Hill. hlm 26: 219-

230.

Mochizuki M, Yamazaki S, Kano K, Ikeda T.

2001. Kinetic analysis and mechanistic

aspects of autoxidation of chatechins.

BBA 1569: 35-44.

Muliasari A. 2009. Konsentrasi lipid

peroksida hati kelinci hiperlipidemia

yang diberi senyawa hipolipidemik.

[skripsi]. Bogor: Departemen Biokimia

FMIPA IPB.

Murray RK, Granner DK, Mayes PA,

Rodwell VW. 2003. Harper’s

Illustrated Biochemistry Twenty-Sixth

Edition. New York: McGraw-Hill.

Mustika R. 2010. Khasiat ekstrak kulit kayu

mahoni (Swietenia macrophylla King)

sebagai pencegah hiperkolesterolemia.

[abstrak]. Bogor: Departemen Biokimia

FMIPA IPB.

Ningsih F. 2010. Kandungan flavonoid kulit

kayu mahoni (Swietenia macrophylla

King) dan toksisitas akutnya terhadap

mencit. [skripsi]. Bogor: Departemen

Biokimia FMIPA IPB.

Nofendri. 2004. Pengaruh pemberian beta

glukan dari Saccharomyces cereviseae

terhadap kadar LDL dan HDL darah

tikus putih [skripsi]. Bogor: Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam IPB.

Nurkriswanto W. 2009. Proses peroksidasi

lipid kelinci hiperlipidemia pada

pemberian senyawa penurun kolesterol.

[skripsi]. Bogor: Departemen Biokimia

FMIPA IPB.

Olson A, Hodges R. 1987. Recommended

dietary intakes (RDI) of vitamin A in

humans. Am J Clinical Nutr 45: 693–

703.

Prasetyastuti, Sunarti, Retnaningtyas DA,

Lestari IP. 2007. Relation between

vitamin C and vitamin E levels with

malondyaldehyle in elderly. Berkala

Ilmu Kedokteran 39: 129-132.

Perum Perhutani. 2007. Manfaat tumbuhan

mahoni. [terhubung berkala].

http://www.kphjember.com/index.php?p

ilih=lihat2&id=88. [1 Mar 2010].

Rødtjer A, Skibsted LH, Andersen ML. 2006.

Antioxidative and prooxidative effects

of extracts made from cherry liqueur

pomace. Food Chem 99: 6-14.

Rustandi MI. 2006. Potensi antioksidasi

ekstrak daun sangitan (Sambucus

javanica Reinw ex Blume) sebagai

hepatoprotektor pada tikus. [skripsi].

Bogor: Departemen Biokimia FMIPA

IPB.

Sakihama Y, Cohen MF, Grace SC,

Yamasaki H. 2002. Plant phenolic

antioxidant and prooxidant activities:

phenolics-induced oxidative damage

mediated by metals in plants.

Toxicology 177: 67-80.

Santillo M et al. 1999. Dietary and

hypothyroid hypercholesterolemia

induces hepatic apolipoprotein E

expression in the rat: direct role

cholesterol. Fed of Eur Biochem Soc

463:83-86.

Shils ME, Olson JA, Shike M, Ross AC.

1999. Modern Nutrition in Health and

Disease. Baltimore: Williams &

Wilkins.

Simić A, Manojlović D, Šegan D, Todorović

M. 2007. Electrochemical behavior and

antioxidant and prooxidant activity of

natural phenolics. Molecules 12: 2327-

2340.

Singhal S, Agarwal DK, Srivastava U. 1997.

Effect of immobilisation stress on lipid

profile. Indian J Physiol and Allied Sci

51:138-143.

Suhesti TS, Dhadhang WK, Nuryanti. 2007.

Penjaringan senyawa antikanker pada

kulit batang kayu mahoni (Swietenia

mahogani Jacg) dan uji aktivitasnya

terhadap larva udang Arthemia salina

Leach. J Ilmiah Keperawatan 3: 155-

162.

Sukadaryati. 2006. Potensi hutan Rakyat di

Indonesia dan Permasalahannya. Di

dalam: Sudirman, Editor. Prosiding

Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan;

20

Page 31: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

Bogor, 1 Agt 2006. Bogor: Pusat

Penelitian dan Pengembangan Hasil

Hutan. hlm. 49-57.

Sulaksono ME. 1987. Dilema pada hewan

percobaan untuk pemeriksaan produk

biologis. Cermin Dunia Kedokteran 44:

50-52.

Sunil K, Dinesh K. 2009. Antioxidant dan

free radical scavenging activities of

edible weeds. Afjand Online 9: 1-17.

Tombilangi AK. 2004. Khasiat ekstrak daun

jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk)

terhadap kadar lipid peroksida darah

kelinci yang hiperlipidemia. [skripsi].

Bogor: Jurusan Kimia FMIPA IPB.

Wardlaw GM, Kessel M. 2002. Perspectives

in Nutrition. Boston: McGraw-Hill.

Wijayakusuma H, Dalimartha S. 2005.

Ramuan Tradisional untuk Pengobatan

Darah Tinggi. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Wresdiyati T, Astawan M, Hastanti LY.

2006. Profil imunohistokimia

superoksida dismutase (SOD) pada

jaringan hati tikus dengan kondisi

hiperkolesterolemia. Hayati 13: 85-89.

Yagi K. 1994. Lipid peroxides in hepatic,

gastrointestinal, and pancreatic diseases,

hlm 165-169. Di dalam: Free Radicals

In Diagnostic Medicine. Amstrong D,

penyunting. New York: Plenum Pr.

21

Page 32: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

LAMPIRAN

Page 33: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

Lampiran 1 Tahapan penelitian

35 ekor tikus

Kontrol

Normal (I)

Kontrol

Hiperkolesterolemia

(II)

Kontrol

Lovastatin

(III)

Ekstrak kulit

mahoni 1

(IV)

Ekstrak kulit

mahoni 2 (V)

Analisis konsentrasi lipid peroksida

darah minggu 0, 2, 4,6, dan 8

Adaptasi hewan uji

Induksi hiperkolesterolemia pada kelompok II, II, IV, dan V dengan pakan

kolesterol 1.5% dan PTU 0.5 mg/KgBB

10 minggu

Perlakuan: Kelompok I diberi pakan standar

Kelompok II diberi pakan kolesterol dan dicekok PTU

Kelompok III diberi pakan kolesterol, dicekok PTU dan lovastatin 0.2857mg/KgBB

Kelompok IV diberi pakan kolesterol, dicekok PTU, dan ekstrak kulit kayu mahoni

dosis 1 (4.2 mg/KgBB)

Kelompok V diberi pakan kolesterol, dicekok PTU, dan ekstrak kulit kayu mahoni

dosis 2 (21 mg/KgBB)

35 ekor tikus

Analisis statistik

23

Page 34: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

Lampiran 2 Ekstraksi serbuk kulit kayu mahoni dengan air

Lampiran 3 Penentuan kurva standar lipid peroksida (Yagi 1968)

Ambil masing-masing 4 mL

1µL

Pengenceran serial

Serbuk kulit kayu mahoni + air

panas (1 g serbuk:10mLair)

Filtrat

Panaskan pada suhu

100oC selama 4 jam

Diuapkan dengan

rotavapor suhu 60oC

Ekstrak air kulit kayu

mahoni

Residu

Stok tetrametoksi propana (TMP) 6 M

TMP 60 µM

TMP dengan konsentrasi 0.9, 1.8, 2.7, 3.6, 4.5,

dan 6 µM

+ 5 mL n-butanol:piridin (15:1);

vorteks

Dipanaskan 60 menit pada penangas

air 95oC

+ 1 mL TBA 1% dalam pelarut asam asetat

glasial 50%

Dinginkan pada suhu ruang

Sentrifugasi 15 menit kecepatan

3000 rpm

Lapisan paling atas diukur dengan

spektrofotometer UV-Vis 532 nm

24

Page 35: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

Lampiran 4 Analisis lipid peroksida serum tikus

Serum 0.3 mL

+0.5mL akuades

Penyesuaian pH 1.6-1.7 dengan HCl

+ 2.5 mL n-butanol:piridin , vorteks

+ 0.5 mL reagen TBA dalam pelarut asam

asetat glasial 50%

+ 2 mL internal standar TMP 2.7 µM

+1.2mL H2SO4 0.083N, t=10 min

+Asam fosfotungstat 10% 0.15 mL, t=5 min

Sentrifugasi 3000

rpm,20min

+1.2mL H2SO4 0.083N, t=10 min

+Asam fosfotungstat 10% 0.15 mL, t=5 min

Pelet

Sentrifugasi 3000

rpm,20min

Pelet

Waterbath 95oC, 60 min

Sentrifugasi

3000 rpm, 15 min

Lapisan atas berwarna merah

muda (fraksi n-butanol)

diukur pada spektrofofometer

532 nm.

25

Page 36: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

Lampiran 5 Kurva standar selama pengukuran lipid peroksida serum darah

Jumat, 7 Mei 2010 [TMP]

(µM)

Absorbansi Rerata stdev

A1 A2

0

0.9

1.8

2.7

3.6

4.5

6

blanko

0

0.099

0.188

0.279

0.378

0.458

0.633

0.044

0

0.099

0.190

0.275

0.381

0.465

0.635

0

0.099

0.189

0.277

0.379

0.461

0.634

0

0

0.001414

0.002828

0.002121

0.004949

0.001414

Minggu, 9 Mei 2010 [TMP]

(µM)

Absorbansi Rerata stdev

A1 A2

0

0.9

1.8

2.7

3.6

4.5

6

blanko

0

0.089

0.183

0.276

0.379

0.460

0.633

0.047

0

0.092

0.182

0.279

0.374

0.452

0.610

0

0.091

0.183

0.277

0.376

0.456

0.622

0

0.002121

0.000707

0.002121

0.000353

0.005656

0.01626

Sabtu, 15 Mei 2010 [TMP]

(µM)

Absorbansi Rerata stdev

A1 A2

0

0.9

1.8

2.7

3.6

4.5

6

blanko

0

0.095

0.188

0.286

0.333

0.468

0.654

0.086

0

0.095

0.192

0.278

0.381

0.467

0.622

0

0.095

0.190

0.282

0.357

0.467

0.638

0

0

0.002828

0.005656

0.033941

0.000707

0.022627

Selasa, 19 Mei 2010 [TMP]

(µM)

Absorbansi Rerata stdev

A1 A2

0

0.9

1.8

2.7

3.6

4.5

6

blanko

0

0.097

0.189

0.270

0.357

0.450

0.616

0.043

0

0.096

0.190

0.282

0.364

0.461

0.617

0

0.096

0.189

0.276

0.360

0.455

0.616

0

0.000707

0.000707

0.000848

0.004949

0.007778

0.000707

y = 0,1045x + 2.7819.10-4

R² = 0,999

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0 2 4 6 8

Ab

sorb

an

si

konsentrasi TMP (µM)

y = 0,1034x - 1.6434.10-3

R² = 0,999

-0.1

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0 2 4 6 8

Ab

sorb

an

si

konsentrasi TMP (µM)

y = 0,1049x - 2.3848.10-3

R² = 0,998

-0.2

0

0.2

0.4

0.6

0.8

0 2 4 6 8

Ab

sorb

an

si

konsentrasi TMP (µM)

y = 0,1016x + 2.0306.1O-3

R² = 0,999

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0 2 4 6 8

Ab

sorb

an

si

konsentrasi TMP (µM)

26

Page 37: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

Lanjutan lampiran 5 Kurva standar selama pengukuran lipid peroksida

serum darah

Senin, 24 Mei 2010 [TMP]

(µM)

Absorbansi Rerata stdev

A1 A2

0

0.9

1.8

2.7

3.6

4.5

6

blanko

0

0.094

0.180

0.286

0.369

0.443

0.598

0.043

0

0.093

0.186

0.273

0.359

0.439

0.608

0

0.093

0.183

0.279

0.364

0.441

0.603

0

0.000707

0.004243

0.009192

0.007071

0.002828

0.007071

Lampiran 6 Persentase kenaikan konsentrasi kolesterol darah selama

masa perlakuan (Mustika 2010)

Kelompok

Kenaikan kolesterol

(%)

HK 52,57

Lovastatin 34,81

E1 65,24

E2 33,75

y = 0,0995x + 3,37.10-3

R² = 0,999

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0 2 4 6 8

Ab

sorb

an

si

konsentrasi TMP (µM)

27

Page 38: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

Lampiran 7 Data konsentrasi lipid peroksida serum tikus minggu ke-0

Kelompok Nomor

tikus

A sampel+

internal

standar

[lipid

peroksida]

(µM)

Vserum

(mL)

[lipid peroksida]

(nmol/mL)

Normal 2

4

14

19

20

25

36

0.317

0.296

0.323

0.309

0.298

0.337

0.341

0.049

0.028

0.055

0.041

0.015

0.054

0.058

0.49

0.29

0.55

0.41

0.16

0.54

0.58

0.3

0.15

0.3

0.3

0.3

0.3

0.3

1.633

1.911

1.826

1.374

0.536

1.794

1.923

Rata-rata 1.571 ± 0.495

HK 11

15

17

26

28

33

35

0.278

0.358

0.296

0.378

0.278

0.327

0.288

0.010

0.090

0.013

0.095

0.010

0.044

0.020

0.11

0.89

0.14

0.93

0.11

0.44

0.21

0.3

0.3

0.3

0.3

0.3

0.3

0.3

0.375

2.954

0.472

3.115

0.375

1.471

0.698

Rata-rata 1.498 ± 1.257

Lovastatin

6

10

23

24

30

31

32

0.292

0.280

0.386

0.334

0.318

0.321

0.315

0.024

0.012

0.118

0.051

0.050

0.053

0.032

0.25

0.13

1.16

0.51

0.50

0.53

0.32

0.3

0.3

0.3

0.3

0.27

0.3

0.3

0.827

0.440

3.857

1.697

1.850

1.761

1.084

Rata-rata 1.798 ± 1.284

Ekstrak 1 5

9

29

12

13

16

18

0.333

0.306

0.342

0.311

0.303

0.335

0.292

0.065

0.038

0.074

0.028

0.020

0.052

0.024

0.64

0.38

0.73

0.29

0.21

0.52

0.25

0.3

0.3

0.3

0.26

0.3

0.3

0.3

2.148

1.278

2.438

1.103

0.698

1.729

0.827

Rata-rata 1.297 ± 0.553

Ekstrak 2 1

7

8

21

27

22

34

0.314

0.322

0.413

0.319

0.292

0.348

0.328

0.046

0.054

0.145

0.036

0.024

0.065

0.045

0.46

0.54

1.41

8

0.40

0.25

0.64

0.45

0.3

0.3

0.2

6

0.27

0.3

0.3

0.3

1.521

1.794

5.455

1.333

0.827

2.148

1.504

Rata-rata 1.521 ± 0.444

Contoh perhitungan: Sampel kelompok Normal nomor 2

A sampel= (A sampel+internal standar)–A internal standar = 0.317–0.268=0.049

Persamaan kurva standar: y=0.1034x -1.6434.10-3

Maka: 0.049=0.1034x -1.6434.10-3

x=0.49 µM

Volume sampel serum yang digunakan: 0.3 mL

Konsentrasi lipid peroksida dalam nmol/mL serum= C(µM) x

= 0.49 µM x

= 1.633 nmol/mL

eliminasi

eliminasi

eliminasi

eliminasi

eliminasi

28

Page 39: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

Lampiran 8 Data konsentrasi lipid peroksida serum tikus minggu ke-2

Kelompok Nomor

tikus

A sampel +

internal

standar

[lipid

peroksida]

(µM)

Vserum

(mL)

[lipid

peroksida]

(nmol/mL)

Normal 2

4

14

19

20

25

36

0.353

0.215

0.324

0.199

0.251

0.225

0.222

0.094

0.034

0.065

0.018

0.070

0.044

0.041

0.90

0.32

0.62

0.17

0.67

0.42

0.39

0.3

0.3

0.2

0.3

0.3

0.3

0.24

2.989

1.076

3.097

0.565

2.223

1.395

1.624

Rata-rata 1.853 ± 0.957

HK 11

15

17

26

28

33

35

0.338

0.351

0.300

0.213

0.253

0.221

0.208

0.079

0.092

0.041

0.032

0.072

0.040

0.027

0.75

0.88

0.39

0.30

0.69

0.38

0.256

0.3

0.3

0.25

0.3

0.3

0.3

0.24

2.511

2.926

1.559

1.012

2.288

1.267

1.065

Rata-rata 1.845 ± 0.83

Lovastatin

6

10

23

24

30

31

32

0.333

0.322

0.334

0.208

0.213

0.212

0.228

0.074

0.063

0.075

0.027

0.032

0.031

0.047

0.71

0.60

0.71

0.25

0.30

0.29

0.45

0.3

0.3

0.3

0.3

0.3

0.3

0.3

2.351

2.0

2.383

0.852

1.012

0.980

1.49

Rata-rata 1.573 ± 0.615

Ekstrak 1 5

9

29

12

13

16

18

0.322

0.309

0.306

0.218

0.255

0.212

0.214

0.063

0.050

0.047

0.037

0.074

0.031

0.033

0.60

0.47

0.45

0.35

0.70

0.29

0.31

0.3

0.3

0.23

0.3

0.23

0.3

0.22

2.0

1.586

1.944

1.171

3.067

0.980

1.423

Rata-rata 1.705 ± 0.755

Ekstrak 2 1

7

8

21

27

22

34

0.358

0.310

0.306

0.199

0.225

0.214

0.220

0.099

0.051

0.065

0.018

0.044

0.033

0.039

0.94

0.48

0.62

0.17

0.42

0.31

0.37

0.3

0.25

0.3

0.3

0.3

0.23

0.3

3.149

1.941

2.064

0.565

1.395

1.361

1.235

Rata-rata 1.608 ± 0.874

Ket: Kurva standar yang digunakan = y= 0.1045x + 2.7819.10-4

eliminasi

eliminasi

eliminasi

eliminasi

eliminasi

29

Page 40: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

Lampiran 9 Data konsentrasi lipid peroksida serum tikus minggu ke-4

Kelompok Nomor

tikus

A sampel +

internal

standar

[lipid

peroksida]

(µM)

Vserum

(mL)

[lipid peroksida

(nmol/mL)

Normal 2

4

14

19

20

25

36

0.308

0.278

0.307

0.306

0.315

0.300

0.286

0.036

0.006

0.035

0.034

0.043

0.020

0.006

0.36

0.08

0.36

0.35

0.43

0.21

0.08

0.3

0.3

0.3

0.3

0.3

0.3

0.3

1.220

0.266

1.188

1.156

1.442

0.711

0.266

Rata-rata 0.893 ± 0.48

HK 11

15

17

26

28

33

35

0.281

0.313

0.323

0.392

0.316

0.313

0.311

0.009

0.041

0.051

0.120

0.036

0.041

0.031

0.11

0.41

0.51

0.167

0.36

0.41

0.32

0.2

0.3

0.3

0.24

0.3

0.3

0.22

0.543

1.379

1.696

4.861

1.220

1.379

1.447

Rata-rata 1.805 ± 1.534

Lovastatin

6

10

23

24

30

31

32

0.298

0.286

0.292

0.432

0.287

0.298

0.294

0.026

0.014

0.020

0.160

0.007

0.018

0.014

0.27

0.16

0.21

1.55

0.09

0.19

0.16

0.3

0.3

0.3

0.26

0.3

0.2

0.2

0.902

0.521

0.711

5.954

0.298

0.972

0.781

Rata-rata 0.657 ± 0.257

Ekstrak 1 5

9

29

12

13

16

18

0.300

0.277

0.302

0.334

0.296

0.297

0.321

0.028

0.005

0.030

0.054

0.024

0.017

0.041

0.29

0.07

0.31

0.54

0.25

0.18

0.41

0.3

0.3

0.3

0.28

0.3

0.3

0.17

0.965

0.235

1.029

1.92

0.838

0.616

2.433

Rata-rata 1.168 ± 0.836

Ekstrak 2 1

7

8

21

27

22

34

0.295

0.285

0.349

0.325

0.306

0.322

0.367

0.023

0.013

0.077

0.053

0.026

0.042

0.087

0.24

0.15

0.76

0.53

0.27

0.42

0.85

0.3

0.3

0.24

0.3

0.3

0.3

0.3

0.807

0.489

3.153

1.760

0.902

1.409

2.84

Rata-rata 1.409 ± 0.86

Ket: Kurva standar yang digunakan = y = 0.1049x - 2.3848.10-3

eliminasi

eliminasi

eliminasi

eliminasi

eliminasi

30

Page 41: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

Lampiran 10 Data konsentrasi lipid peroksida serum tikus minggu ke-6

Kelompok Nomor

tikus

A sampel

+ internal

standar

[lipid

peroksida]

(µM)

Vserum

(mL)

[lipid peroksida]

nmol/mL

Normal 2

4

14

19

20

25

36

0.260

0.250

0.308

0.304

0.290

0.303

0.294

0.015

0.005

0.063

0.059

0.045

0.045

0.036

0.13

0.03

0.60

0.56

0.42

0.42

0.33

0.2

0.25

0.3

0.3

0.3

0.2

0.3

0.638

0.117

2.000

1.869

1.410

2.115

1.114

Rata-rata 1.323 ± 0.748

HK 11

15

17

26

28

33

35

0.306

0.269

0.272

0.273

0.290

0.285

0.273

0.061

0.024

0.027

0.028

0.045

0.027

0.015

0.58

0.22

0.24

0.25

0.42

0.24

0.13

0.3

0.2

0.2

0.16

0.24

0.07

0.3

1.935

1.081

1.229

1.597

1.762

3.511

0.425

Rata-rata 1.719 ± 1.035

Lovastatin

6

10

23

24

30

31

32

0.278

0.281

0.265

0.283

0.285

0.276

0.304

0.033

0.036

0.020

0.038

0.027

0.018

0.046

0.30

0.33

0.18

0.35

0.24

0.16

0.43

0.24

0.08

0.25

0.2

0.2

0.2

0.22

1.27

4.179

0.707

1.77

1.229

0.786

1.967

Rata-rata 1.774 ± 1.435

Ekstrak 1 5

9

29

12

13

16

18

0.259

0.282

0.284

0.295

0.295

0.281

0.297

0.014

0.037

0.039

0.050

0.037

0.023

0.039

0.12

0.34

0.36

0.47

0.34

0.21

0.36

0.3

0.3

0.3

0.3

0.3

0.3

0.3

0.393

1.147

1.213

1.573

1.147

0.688

1.213

Rata-rata 1.027 ± 0.419

Ekstrak 2 1

7

8

21

27

22

34

0.294

0.271

0.299

0.300

0.287

0.294

0.318

0.049

0.026

0.054

0.055

0.029

0.036

0.060

0.46

0.23

0.51

0.52

0.26

0.33

0.57

0.2

0.3

0.2

0.3

0.23

0.3

0.3

2.311

0.786

2.557

1.738

1.154

1.114

1.902

Rata-rata 1.501 ± 0.575

Ket: Kurva standar yang digunakan = y = 0.1016x + 2.0306.10-3

eliminasi

eliminasi

eliminasi

eliminasi

eliminasi

31

Page 42: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

Lampiran 11 Data konsentrasi lipid peroksida serum tikus minggu ke-8

Kelompok Nomor

tikus

A sampel

+ internal

standar

[lipid

peroksida]

(µM)

Vserum

(mL)

[lipid peroksida]

nmol/mL

Normal 2

4

14

19

20

25

36

0.275

0.280

0.274

0.309

0.298

0.301

0.313

0.017

0.022

0.016

0.037

0.026

0.029

0.041

0.14

0.19

0.13

0.34

0.23

0.26

0.38

0.3

0.2

0.13

0.3

0.2

0.26

0.3

0.457

0.936

0.976

1.127

1.137

0.991

1.261

Rata-rata 0.983 ± 0.258

HK 11

15

17

26

28

33

35

0.309

0.334

0.259

0.292

0.287

0.306

0.292

0.051

0.076

0.001

0.020

0.015

0.034

0.020

0.48

0.73

0.006

0.17

0.12

0.31

0.17

0.3

0.3

0.2

0.14

0.3

0.2

0.3

1.596

2.433

0.008

1.194

0.390

1.539

0.557

Rata-rata 1.285 ± 0.749

Lovastatin

6

10

23

24

30

31

32

0.443

0.276

0.297

0.293

0.296

0.292

0.308

0.185

0.018

0.039

0.021

0.024

0.020

0.036

1.825

0.15

0.36

0.18

0.21

0.17

0.33

0.3

0.2

0.3

0.24

0.3

0.26

0.3

6.084

0.735

1.194

0.738

0.691

0.643

1.093

Rata-rata 0.871 ± 0.253

Ekstrak 1 5

9

29

12

13

16

18

0.264

0.263

0.260

0.287

0.288

0.298

0.277

0.006

0.005

0.002

0.015

0.016

0.026

0.005

0.03

0.02

0.003

0.12

0.13

0.23

0.02

0.2

0.3

0.27

0.25

0.3

0.3

0.26

0.132

0.054

0.007

0.467

0.423

0.758

0.063

Rata-rata 0.316 ± 0.281

Ekstrak 2 1

7

8

21

27

22

34

0.264

0.276

0.289

0.293

0.306

0.289

0.298

0.006

0.018

0.017

0.021

0.034

0.017

0.026

0.03

0.15

0.14

0.18

0.31

0.14

0.23

0.2

0.3

0.27

0.27

0.3

0.3

0.3

0.132

0.490

0.507

0.656

1.026

0.457

0.758

Rata-rata 0.585 ± 0.303

Ket: kurva standar yang digunakan = y = 0,0995x + 3,37.10-3

eliminasi

eliminasi

eliminasi

eliminasi

eliminasi

32

Page 43: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

Lampiran 12 Hasil analisis statistik rancangan acak lengkap

Hasil analisis statistik konsentrasi lipid peroksida seluruh kelompok minggu ke-0

ANOVA

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups ,704 4 ,176 ,238 ,914

Within Groups 18,477 25 ,739

Total 19,181 29

Hasil analisis statistik konsentrasi lipid peroksida seluruh kelompok minggu ke-2

ANOVA

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups ,401 4 ,100 ,146 ,963

Within Groups 17,122 25 ,685

Total 17,523 29

Hasil analisis statistik konsentrasi lipid peroksida seluruh kelompok minggu ke-4

ANOVA

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 4,600 4 1,150 1,396 ,264

Within Groups 20,604 25 ,824

Total 25,204 29

Hasil analisis statistik konsentrasi lipid peroksida seluruh kelompok minggu ke-6

ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2,158 4 ,540 ,692 ,604

Within Groups 19,481 25 ,779

Total 21,639 29

Hasil analisis statistik konsentrasi lipid peroksida seluruh kelompok minggu ke-8

ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 3,345 4 ,836 4,826 ,005

Within Groups 4,332 25 ,173

Total 7,677 29

Duncan

perlakuan N Subset for alpha = .05

1 2 3 1

E1 6 ,31617

E2 6 ,58650 ,58650

Lovas 5 ,87120 ,87120

normal 7 ,98357 ,98357

HK 6 1,28483

Sig. ,274 ,132 ,117

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,932.

b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are

not guaranteed.

33

Page 44: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

Lanjutan Lampiran 12 Hasil analisis statistik rancangan acak lengkap

Hasil analisis statistik konsentrasi lipid peroksida awal dengan akhir perlakuan pada masing-

masing kelompok

Kelompok N

ANOVA

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 4,497 4 1,124 2,785 ,044

Within Groups 12,111 30 ,404

Total 16,608 34

Duncan

minggu N Subset for alpha = .05

1 2 1

4 7 ,89271

8 7 ,98357

6 7 1,32329 1,32329

0 7 1,57100 1,57100

2 7 1,85271

Sig. ,076 ,151

Kelompok HK

ANOVA

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1,327 4 ,332 ,265 ,898

Within Groups 31,282 25 1,252

Total 32,609 29

Kelompok E1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 6,172 4 1,543 4,22 ,010

Within Groups 9,141 25 ,366

Total 15,312 29

Duncan

minggu N Subset for alpha = .05

1 2 1

8 6 ,31617

6 6 1,02683 1,02683

4 6 1,16783

0 6 1,29717

2 6 1,70450

Sig. ,053 ,086

Kelompok E2

ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 4,211 4 1,053 2,479 ,070

Within Groups 10,617 25 ,425

Total 14,828 29

Means for groups in homogeneous subsets

are displayed. A Uses Harmonic Mean

Sample Size = 7,000.

Means for groups in homogeneous subsets

are displayed. A Uses Harmonic Mean

Sample Size = 6,000.

34

Page 45: PEROKSIDASI LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA … · serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penelitian ini. ... sebagai anak pertama dari empat bersaudara. ... Alat dan

Lanjutan Lampiran 12 Hasil analisis statistik rancangan acak lengkap

Kelompok Lovastatin

ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 5,695 4 1,424 1,689 ,192

Within Groups 16,864 20 ,843

Total 22,559 24

Hasil analisis statistik konsentrasi lipid peroksida rata-rata seluruh kelompok berdasarkan luas

area

ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between

Groups 54,2887635 4 13,572191 1,47777 0,2388

Within Groups 229,605912 25 9,1842365

Total 283,894675 29

Lampiran 13 Analisis statistik korelasi antara kolesterol darah dengan

lipid peroksida darah

Kelompok Nonekstrak kolesterol lipidperoksida

kolesterol nonekstrak Pearson Correlation 1 ,058

Sig. (2-tailed) ,648

N 65 65

lipidperoksida nonekstrak

Pearson Correlation ,058 1

Sig. (2-tailed) ,648

N 65 65

Kelompok E1 kolesterol E1 lipid peroksida E1

kolesterol E1 Pearson Correlation 1 -,521(**)

Sig. (2-tailed) ,003

N 30 30

lipid peroksida E1 Pearson Correlation -,521(**) 1

Sig. (2-tailed) ,003

N 30 30

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)

Kelompok E2 kolesterol E2 lipid peroksida E2

kolesterol E2 Pearson Correlation 1 -,039

Sig. (2-tailed) ,839

N 30 30

lipidperoksida E2 Pearson Correlation -,039 1

Sig. (2-tailed) ,839

N 30 30

Kelompok Lovastatin kolesterol lipid peroksida

kolesterol lovastatin Pearson Correlation 1 -,154

Sig. (2-tailed) ,462

N 25 25

lipid peroksida

lovastatin

Pearson Correlation -,154 1

Sig. (2-tailed) ,462

N 25 25

35