Pernyataan Pers Menlu RI Tahunan (2007)

16

Click here to load reader

Transcript of Pernyataan Pers Menlu RI Tahunan (2007)

Page 1: Pernyataan Pers Menlu RI Tahunan (2007)

PERNYATAAN PERS TAHUNAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

DR. N. HASSAN WIRAJUDA “REFLEKSI 2006 DAN PROYEKSI 2007”

8 JANUARI 2007

DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN 2

1.1. Konteks Domestik 2

1.2. Konteks Internasional 3

II RAIHAN DAN REFLEKSI 2006 4

2.1. Kiprah Diplomasi 4

2.2. ASEAN dan Asia Timur 6

2.3. Global Issues 7

2.3.1. HAM 7

2.3.2. Palestina 7

2.3.3. Irak 8

2.3.4. Isu Nuklir 8

2.3.5. Terorisme 8

2.3.6. Interfaith Dialogues 9

2.3.7. Glogal Inter-Media Dialogue 10

2.4. Border Diplomacy 10

2.5. Human Security 11

2.5.1. Diplomasi Kemanusiaan 11

2.5.2. Avian Influenza 12

2.5.3. Perlindungan TKI 12

2.5.4. Haze 12

2.6. Kerjasama Teknik dan Diplomasi Publik 12

2.7. Benah Diri 13

III PROYEKSI 2007 13

IV PENUTUP 16

Page 2: Pernyataan Pers Menlu RI Tahunan (2007)

__________________________________________________________________ PERNYATAAN PERS TAHUNAN

2

PERNYATAAN PERS TAHUNAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

DR. N. HASSAN WIRAJUDA “REFLEKSI 2006 DAN PROYEKSI 2007”

8 JANUARI 2007

I. PENDAHULUAN

Pada tahun 2006, diplomasi Indonesia telah mencapai berbagai raihan penting. Kiprah politik luar negeri yang bebas dan aktif tidak pernah sekondusif sekarang ini. Indonesia tidak hanya telah aktif membangun persahabatan dengan negara lain ke segala penjuru tetapi juga aktif memprakarsai dan membangun berbagai kerjasama dan kemitraan internasional baru. Raihan-raihan itu telah menambah keyakinan kita akan relevansi politik luar negeri bebas aktif.

Politik dan hubungan luar negeri itu kita jalankan dalam konteks lingkungan domestik dan internasional yang sangat dinamis.

1.1. Konteks Domestik

Stabilitas relatif di bidang politik, sosial, ekonomi dan keamanan dalam negeri pasca krisis telah memberikan ruang gerak yang lebih besar bagi pelaksanaan diplomasi Indonesia. Di era reformasi ini, hubungan kita dengan negara-negara lain tidak lagi dibebani oleh berbagai kondisionalitas yang dialami oleh pemerintahan Orde Baru. Sistem pemerintahan yang dianggap tidak demokratis dan pelanggaran HAM kerap dijadikan alasan oleh negara lain untuk mengenakan sanksi dan intervensi.

Kini, kita justru mendapatkan apresiasi dan uluran kerjasama dari negara-negara lain---tanpa ada lagi kondisionalitas. Tantangan kita sekarang justru bagaimana menarik manfaat dari hubungan baik dan saling menguntungkan yang berhasil kita bangun itu.

Pada tahun 2006, pemulihan perdamaian di Aceh, penguatan institusi-institusidemokrasi termasuk pelaksanaan pilkada langsung di berbagai propinsi dan kabupaten, dan upaya pemberantasan korupsi merupakan kemajuan yang dicapai di dalam negeri yang mendukung pelaksanaan diplomasi.

Khusus mengenai korupsi, prioritas kebijakan pemberantasan korupsi di dalam negeri tidak hanya memungkinkan kita menjadi negara pihak pada Konvensi PBB Menentang Korupsi tetapi juga membuka peluang bagi kiprah aktif diplomasi kita dalam diskursus regional dan internasional mengenai anti korupsi. Sejak KTT APEC 2004 di Santiago, Chile, isu anti korupsi telah menjadi bahasan pokok. Apabila pada waktu itu Indonesia yang merasa tertinggal, maka pada dua tahun terakhir ini kita aktif menyuarakan kerjasama anti-korupsi yang semakin menguat antar anggota APEC, ke arah pembentukan “APEC corruption free zone”. Perlu dicatat, Indonesia juga dipercaya untuk

Page 3: Pernyataan Pers Menlu RI Tahunan (2007)

__________________________________________________________________ PERNYATAAN PERS TAHUNAN

3

menjadi tuan rumah konperensi negara-negara pihak Konvensi PBB Menentang Korupsi (pada 16 Desember 2006, tercatat 90 negara telah menjadi pihak) yang akan diselenggarakan pada bulan November 2007. Kita juga akan terus mengupayakan persetujuan ekstradisi dan mutal legal assistance dengan negara-negara lain.

Sementara itu, Islam moderat dalam tatanan demokrasi menjadi aset politik luar negeri kita yang semakin penting dalam lima tahun terakhir ketika pada tataran internasional terdapat kecenderungan terjadinya mispersepsi atau salah pengertian tentang kebudayaan, agama dan peradaban lain. Sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, kita mempunyai tanggung jawab dan kepentingan untuk menampilkan wajah Islam yang rahmatan lil alamin.

Di samping itu, dialog yang merupakan sistem nilai dalam keseharian kita sebagai masyarakat yang majemuk ternyata juga merupakan sistem nilai yang semakin dianggap penting. Karena itu, konsep-konsep kita tentang dialog lintas-agama di kawasan Asia Pasifik, antar kawasan Asia-Eropa (forum ASEM) dan juga inter-media kini semakin melembaga.

Di bidang ekonomi, geliat kita keluar dari situasi krisis mulai terasa. Pertumbuhan ekonomi tahun 2006 mencapai 5,5% (proyeksi 2007, 6,3%), tingkat inflasi 6%, nilai tukar Rupiah relatif stabil, nilai ekspor yang meningkat 20%, cadangan devisa mencapai US$ 40 miliar, dan debt to GDP Ratiomencapai 42% (diharapkan akan turun menjadi 35% pada tahun 2009). Krisis minyak dunia dan berbagai bencana alam yang dialami pada tahun 2006 masih memungkinkan kita mencapai pertumbuhan ekonomi 5,5%, sedikit di atas rata-rata pertumbuhan ASEAN.

Memang, kondisi ekonomi makro yang positif belum mencukupi untuk mendorong sektor riil. Terdapat keperluan untuk meningkatkan foreign direct investment. Adalah tugas kita bersama untuk menerjemahkan kedekatan hubungan politik dan kerjasama dengan berbagai negara untuk menjadi peluang-peluang kerjasama ekonomi, perdagangan, investasi, turisme, tenaga kerja dan lain-lain.

1.2. Konteks Internasional

Pada tingkat global kita baru saja melalui tahun yang penuh goncangan di bidang politik dan keamanan, yang diwarnai dengan krisis yang memuncak terutama di Palestina dan Lebanon Selatan. Sementara situasi di Irak dan Afganistan cenderung memburuk. Di penghujung tahun 2006, isu nuklir Korea Utara dan Iran belum berhasil diselesaikan melalui forum damai (Six Party Talks dan forum P5+1+Iran) dan sebaliknya telah menjadi agenda dan obyek resolusi Dewan Keamanan. Asia menghadapi ancaman proliferasi senjata nuklir, suatu hal yang baru, sementara di kawasan lain menyusut.

Multilateralisme yang mulai menguat sejak berakhirnya Perang Dingin, telah ter-erosi oleh unilateralisme yang berkembang pasca tragedi 11 Septemer 2001.

Page 4: Pernyataan Pers Menlu RI Tahunan (2007)

__________________________________________________________________ PERNYATAAN PERS TAHUNAN

4

Namun dalam waktu lima tahun terakhir mulai disadari berbagai keterbatasan unilateralisme. Dengan kata lain, terdapat prospek multilateralisme kembali menguat. Menjadi kepentingan Indonesia untuk mendukung dan mendorongnya. Dialog merupakan kata kuncinya.

Di sisi ekonomi, dunia menikmati pertumbuhan yang cukup tinggi pada tahun 2006 yaitu 5,3%. Kekuatan-kekuatan ekonomi terbesar telah mendorong pertumbuhan itu: Amerika Serikat tumbuh dengan 2,2%, Uni Eropa 2,1%, serta Jepang yang mulai keluar dari resesi ekonomi dan tumbuh dengan 2,1%, angka yang cukup tinggi untuk negara-negara maju.

Sementara itu, China yang kini merupakan negara ekonomi terbesar keempat tumbuh 9,8%, dengan cadangan devisa yang mencapai angka US$ 1,2 Triliun dan GDP US$ 3 Triliun. Bersama India yang tumbuh 8,5%, China dan India telah menjadi lokomotif pertumbuhan dunia. Semakin kuat tanda-tanda bahwa abad ke-21 merupakan abad Asia Pasifik.

Dalam lingkungan yang dinamis itu, ASEAN juga telah tumbuh 5,4%, dengan Vietnam yang mencapai angka pertumbuhan tertinggi yaitu 8,2% disusul Singapura 7,7% dan Malaysia 5,7%. Proses integrasi kawasan menguat. Berbagai FTAs (free trade areas) yang dimotori ASEAN menjadi agenda utama. Indonesia melihat berbagai kawasan perdagangan bebas itu sebagai peluang yang menuntut kita untuk meningkatkan daya saing kita. Putaran perundingan Doha Development Agenda (WTO) pada tahun lalu mengalami kebuntuan. Hal ini telah menguatkan kecenderungan liberalisasi perdagangan pada tingkat kawasan melalui berbagai Free Trade Areas (FTAs). Negosiasi FTAs yang dimotori ASEAN menjamur. Dengan kebuntuan DohaDevelopment Agenda tersebut, mulai muncul pemikiran untuk menggulirkan FTAs kawasan Asia Timur dan APEC.

Dalam konteks dinamika seperti itu, maka transformasi ASEAN dari asosiasi menjadi satu komunitas menjadi sangat penting agar ASEAN mampu bertahan dan tetap relevan.

II. RAIHAN DAN REFLEKSI 2006

Dalam pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai penting pendekatan konstruktif dalam pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif. Pendekatan itu mengandung pengertian bahwa kita perlu menerapkan sikap dan pola pikir yang tidak didasarkan pada kecurigaan berlebihan, ketakutan atau defensif; melainkan sikap percaya diri dan semangat kemitraan dalam hubungan yang saling menguntungkan dengan negara-negara lain.

2.1. Kiprah Diplomasi

Summit Diplomacy merupakan elemen penting dalam diplomasi masa kini. Pada tahun 2006, Presiden melakukan 11 kunjungan bilateral dan 4 kunjungan kerja menghadiri KTT di luar negeri, sementara menjadi tuan rumah dari 2

Page 5: Pernyataan Pers Menlu RI Tahunan (2007)

__________________________________________________________________ PERNYATAAN PERS TAHUNAN

5

KTT (Pacific Leaders’ UN-ESCAP Special Session dan D-8). Sementara itu, Wakil Presiden melakukan 9 kunjungan kerja bilateral. Tahun lalu juga ditandai oleh 16 kunjungan pemimpin-pemimpin negara lain ke Indonesia.

Kita berupaya memajukan diplomasi Indonesia secara seimbang antara diplomasi bilateral, regional, dan multilateral-global. Kita juga berupaya menjangkau semua negara secara seimbang dalam melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif.

Melalui kegiatan diplomasi bilateral telah dikembangkan bangunan-bangunan strategic partnerships atau comprehensive partnerships; yang berarti kesepakatan untuk saling memperluas dan memperdalam aspek-aspek hubungan bilateral utamanya dengan pemain-pemain kunci dunia. Kita mulai membangun hubungan kemitraan dengan Australia, India, China, Rusia, Jepang, Korea Selatan, Belanda, dan Amerika Serikat. Dengan bangunan hubungan kemitraan itu, berarti ada penilaian penting oleh negara-negara tersebut terhadap Indonesia.

Indonesia dan Australia telah menandatangani Security Framework Agreementpada tanggal 16 November 2006 di Lombok, sebagai upaya memajukan kerjasama keamanan di berbagai bidang dan memperkuat stabilitas hubungan antara kedua negara bertetangga dekat.

Kita terus berupaya untuk mengisi New Asia Africa Strategic Partnership,sesuai kesepakatan dan rencana kerja yang dicapai pada KTT Asia Afrika bulan April 2005.

Hubungan Indonesia ke segala penjuru juga ditandai dengan penyelenggaraan konsultasi / komisi bersama untuk kerjasama bilateral baik tingkat menteri (5 kali) maupun pejabat senior (35 kali). Sementara kunjungan bilateral pada tingkat Menteri Luar Negeri pada tahun 2006 dilakukan sebanyak 10 kali; dan kunjungan Menteri Luar Negeri negara lain ke Indonesia sebanyak 16 kali.

Gerak dinamis diplomasi Indonesia tercermin pula dengan terpilihnya Indonesia pada 9 organ penting berbagai organisasi internasional, utamanya PBB; keseluruhannya dengan perolehan suara yang meyakinkan. Keberhasilan tersebut dapat diraih berkat kombinasi antara apresiasi negara lain terhadap “Indonesia baru” dan, tentunya, kerja keras diplomasi kita.

Beberapa pengamat menyebutnya sebagai “new activism” diplomasi Indonesia. Saya serahkan kepada masyarakat untuk menilainya. Yang jelas, diplomasi Indonesia yang konsisten dalam menjalankan amanat konstitusi untuk ikut serta melaksanakan ketertiban dunia dan memajukan kepentingan nasional kita. Activism bukanlah kosa kata baru dalam kamus diplomasi kita.

Indonesia memiliki pengalaman luas dalam penyelesaian konflik. Mulai dari penyelesaian konflik Kamboja, Filipina Selatan dan konflik internal kita sendiri di Aceh.

Page 6: Pernyataan Pers Menlu RI Tahunan (2007)

__________________________________________________________________ PERNYATAAN PERS TAHUNAN

6

Proses pelaksanaan Nota Kesepahaman tentang Perdamaian Aceh telah melahirkan pengalaman dan praktek baru dalam kerjasama dengan partisipasi elemen-elemen Uni Eropa dan ASEAN contributing countries dalam satu misi pemantauan perdamaian Aceh (AMM). Aceh Monitoring Mission telah berhasil menjalankan mandatnya sejak 15 Agustus 2005 hingga berakhir 15 Desember 2006. Ini merupakan suatu keberhasilan kerjasama antar-kawasan. Bagi ASEAN pengalaman itu dapat merupakan cikal bakal dari misi perdamaian ASEAN di masa depan, seperti yang dibayangkan dalam konsepsi Komunitas Keamanan ASEAN.

Pada hari ini 50 tahun yang lalu, 8 Januari 1957, main group kontingen Garuda I berangkat menuju Mesir untuk bergabung dengan operasi pemeliharaan perdamaian PBB yang disebut United Nations Emergency Force (UNEF) untuk krisis Terusan Suez. Disusul pengiriman kontingen Garuda II ke Congo pada tahun 1960, selanjutnya hingga kini kita aktif dalam pengiriman kontingen Garuda ke misi-misi perdamaian PBB dan organisasi lainnya.

Pada akhir tahun lalu kita ikut mendorong Dewan Keamanan PBB untuk menangani krisis di Lebanon Selatan, sekaligus menawarkan partisipasi kita dalam operasi pemeliharaan perdamaian PBB untuk Lebanon Selatan. Kontingen Garuda XXIII-A telah bergabung dengan UNIFIL-II. Tiga kontingen Garuda yang baru berakhir mandat tugasnya pada tahun 2006 lalu adalah di Georgia (UNOMIG), Liberia (UNMIL), dan Congo (MONUC).

Dari Terusan Suez ke Lebanon, dalam kurun 50 tahun kita telah berpartisipasi pada 33 misi perdamaian PBB dan organisasi lain. Ini merupakan bukti komitmen dan konsistensi Indonesia dalam pemeliharaan perdamaian dan keamanan dunia.

2.2. ASEAN dan Asia Timur

Pada tahun 2007, ASEAN akan berusia 40 tahun. Guliran proses dalam transformasi ASEAN dari satu asosiasi ke arah Komunitas ASEAN, yang dipelopori Indonesia sejak KTT Bali 2003, semakin intensif. Dinamika internal ASEAN dan juga tuntutan dari guliran proses integrasi kawasan Asia Timur menuntut percepatan pembentukan Komunitas ASEAN dari tahun 2020 menjadi 2015, yang akan diputuskan pada KTT ASEAN di Filipina minggu depan. Transformasi ASEAN sangat menentukan bagi kelanjutan peran utama dan sentralitas ASEAN dalam guliran proses integrasi kawasan Asia Timur.

Karena itulah, pada KTT ASEAN ke-12 di Filipina, Eminent Persons Groupakan menyampaikan laporan dan rekomendasinya yang akan menjadi dasar bagi penyusunan ASEAN Charter, yang diharapkan dapat disahkan pada KTT ASEAN ke-13 di Singapura pada tahun 2007.

Kita juga memberi perhatian serius terhadap perkembangan dan proses integrasi kawasan Asia Timur yang sangat dinamis. Pada bulan Desember 2005, untuk pertama kali diadakan KTT Asia Timur yang terdiri dari 16 negara “Asia Timur” dalam satu konsep baru yang lebih inklusif. Indonesia telah

Page 7: Pernyataan Pers Menlu RI Tahunan (2007)

__________________________________________________________________ PERNYATAAN PERS TAHUNAN

7

memainkan peranan yang penting ke arah penerimaan konsep Asia Timur yang lebih inklusif tadi. Dalam konsep baru itu, ASEAN tidak hanya secara geografis berada di tengah tetapi juga secara politis membuka peluang ASEAN terus memainkan peranan yang sentral.

2.3. Global Issues

Peran aktif diplomasi juga telah kita tunjukkan dalam berbagai isu global dewasa ini.

2.3.1. HAM Pemajuan dan perlindungan HAM merupakan agenda penting reformasi. Ratifikasi dua Kovenan utama yaitu Kovenan tentang Hak-hak Sipil dan Politik dan Kovenan tentang Ekonomi, Sosial dan Budaya pada tahun 2006 merupakan tonggak penting dalam upaya pemajuan dan perlindungan HAM, sekaligus menjadikan Indonesia bagian dari arus utama masyarakat internasional.

Indonesia terus mendorong dialog dan kerja sama dalam peningkatan HAM dengan berbagai negara, antara lain Kanada, Norwegia, Jepang, Rusia, dan dalam waktu dekat dengan Belanda, Swedia dan Swiss.

Terpilihnya Indonesia sebagai Ketua Sidang Komisi HAM PBB pada tahun 2005 dan di tahun 2006 sebagai anggota Dewan HAM PBB di awal pembentukannya di tahun 2006 merupakan bukti nyata kepercayaan masyarakat internasional terhadap komitmen Pemerintah dan apresiasi atas perkembangan pemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia.

Indonesia akan terus memberikan kontribusi agar Dewan HAM PBB segera merampungkan agenda dan metoda kerjanya. Indonesia juga telah mendapatkan dukungan penuh di Kelompok Asia untuk menjabat kembali sebagai anggota Dewan HAM periode 2007-2008.

2.3.2. Palestina Indonesia sangat prihatin atas perkembangan situasi di Palestina. Proses perdamaian dalam kerangka roadmap to peace belum menunjukkan tanda-tanda bagi lapangnya jalan menuju negara Palestina merdeka di wilayahnya sendiri, hidup berdampingan secara damai dengan Israel. Sementara Pemerintahan Persatuan Palestina gagal terbentuk pada paruh ke dua tahun 2006, kita menyaksikan pula bentrokan fisik dari waktu ke waktu antar-kelompok di Palestina---yang pasti hanya akan melemahkan posisi Palestina vis-à-vis Israel.

Kita juga prihatin tentang implikasi lebih luas dari rasa ketidakadilan yang terbangun dari tidak terselesaikannya masalah Palestina dalam berbagai krisis politik global belakangan ini, termasuk krisis Lebanon, Irak, Iran, dan perang melawan terorisme.

Page 8: Pernyataan Pers Menlu RI Tahunan (2007)

__________________________________________________________________ PERNYATAAN PERS TAHUNAN

8

2.3.3. Irak Memasuki tahun ke-4 perang Irak, Indonesia berpandangan bahwa peran masyarakat internasional mutlak diperlukan dalam upaya penyelesaiannya. Penyelenggaraan pemilu di Irak pada Desember 2005 dan pembentukan pemerintahan Irak belum membawa perbaikan bagi rakyat Irak. Sebaliknya kita menyaksikan jatuhnya korban yang semakin besar pada pihak tentara Amerika Serikat dan pada pihak rakyat Irak sendiri---ironisnya lebih banyak karena pertempuran antar-kelompok sektarian Irak sendiri.

Indonesia telah menawarkan kerangka solusi politik penyelesaian masalah Irak, sebagaimana telah didiskusikan dalam pertemuan Presiden Indonesia dan Presiden Amerika Serikat di Bogor tanggal 20 November 2006. Pada intinya, kerangka solusi politik itu terdiri dari rekonsiliasi nasional menuju pada konperensi internasional, pembentukan pasukan penyangga/perdamaian yang melibatkan negara-negara Islam, dan rehabilitasi dan rekonstruksi ekonomi Irak.

2.3.4. Isu Nuklir Indonesia mengikuti dengan prihatin perkembangan masalah nuklir Korea Utara dan Iran. Ketegangan dan instabilitas di Semenanjung Korea dapat berdampak negatif terhadap keamanan di Asia Pasifik. Indonesia mendukung upaya penyelesaian damai isu nuklir Korea Utara melalui Six Party Talks.Proses penyelesaian cara damai yang tidak menentu telah mendorong Dewan Keamanan untuk mensahkan Resolusi 1718 yang menjatuhkan sanksi terbatas terhadap Korea Utara.

Keprihatinan Indonesia terhadap isu nuklir Iran telah disampaikan langsung dalam kunjungan Menlu RI ke Teheran pada bulan Januari tahun lalu. Sebagai negara pihak dari NPT (Nuclear Non-Proliferation Treaty), Indonesia mendukung hak negara pihak, termasuk Iran, untuk mengembangkan teknologi untuk tujuan damai. Indonesia melihat inti permasalahan nuklir Iran adalah tidak adanya trust dari negara-negara maju terhadap Iran. Sementara dialog perlu terus didorong, terdapat pula keperluan bagi Iran agar lebih transparan dalam aktivitas nuklirnya, melalui kerjasama dengan IAEA (InternationalAtomic Energy Agency). Dewan Keamanan PBB baru saja mengesahkan Resolusi 1737 yang pada intinya menjatuhkan sanksi terbatas dan reversibleterhadap Iran.

Sementara perundingan melalui forum P5+1+Iran yang mengalami kebuntuan perlu dihidupkan kembali, seperti halnya pada kasus nuklir Korea Utara, dapat dipertanyakan apakah kombinasi antara perundingan dan sanksi akan efektif dalam upaya mencari solusi damai.

2.3.5. Terorisme Walaupun serangan teror pada tahun 2006 menurun, tetapi terorisme masih menjadi ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional. Kita meyakini dalam penanganan masalah terorisme perlu dijaga keseimbangan antara keamanan di satu pihak terhadap proses demokrasi, rule of law, dan HAM. Dalam hal ini, Indonesia terus mendorong dan mengambil inisiatif kerjasama

Page 9: Pernyataan Pers Menlu RI Tahunan (2007)

__________________________________________________________________ PERNYATAAN PERS TAHUNAN

9

bilateral, regional dan multilateral untuk memperkuat kapasitas negara melawan terorisme. Sementara itu, untuk jangka panjang, keberhasilan melawan terorisme akan sangat tergantung dari keberhasilan kita memberdayakan kelompok moderat di masyarakat dan antar-negara.

2.3.6. Interfaith DialoguesUntuk memberdayakan kaum moderat dan membangun saling pengertian antar agama dan budaya, Indonesia memprakarsai penguatan dialog lintas-agama yang kini telah menjadi bagian dari arus utama diplomasi. Dialog lintas agama Asia-Pasifik yang kita luncurkan di Jogjakarta, Desember 2004, kini menjadi kegiatan tahunan yang menjadi ajang diskusi para pemimpin dan tokoh agama di kawasan. Dialog kedua telah dilangsungkan di Cebu, Filipina, bulan Maret 2006; dan berikutnya akan diselenggarakan di Waitangi, Selandia Baru, pada bulan Mei 2007.

Demikian pula dengan dialog lintas agama antar kawasan Asia dan Eropa yang kita luncurkan di Bali pada bulan Maret 2005, pertemuan kedua telah dilakukan di Cyprus pada bulan Juni 2006 dan selanjutnya di China tahun 2007 dan di Belanda tahun 2008. Kita juga mengambil inisiatif dengan meluncurkan dialog lintas-agama dan lintas-budaya di forum APEC.

Proses dialog lintas-agama telah masuk dalam agenda PBB. Dalam pertemuan tingkat tinggi Sidang Majelis Umum PBB, September 2006, Indonesia yang diwakili oleh Ketua Umum PBNU telah menjelaskan pentingnya mencapai keseimbangan antara toleransi dan keyakinan. Sementara itu, dalam Pokja Tingkat Tinggi PBB Alliance of Civilizations, Bapak Ali Alatas duduk sebagai salah satu wakil dari kawasan Asia-Pasifik.

Pada Februari 2006 kita telah melakukan dialog lintas-agama bilateral dengan Belanda. Pada waktu kunjungan PM Inggris ke Jakarta, Maret 2006, disepakati pembentukan Islamic Advisory Group yang terdiri dari 14 tokoh agama Islam dari Indonesia dan Inggris untuk menyusun rekomendasi tentang upaya perbaikan hubungan Islam dan Barat kepada kedua pemerintah. Menlu RI dan Menlu Inggris akan meresmikan Indonesia Indonesia-UK Islamic Advisory Group yang akan dilakukan pada 30 Januari 2007 di London.

Selain senantiasa melibatkan para tokoh dan pemimpin kelompok-kelompok agama dalam interfaith dialogues, Departemen Luar Negeri aktif membangun kemitraan dengan civil society termasuk dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan bersama. Proses International Conference of Islamic Scholars (ICIS)yang terus bergulir sebagai forum cendekiawan Islam dunia mempromosikan Islam sebagai rahmatan lil alamin, merupakan hasil kemitraan Departemen Luar Negeri dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Sementara kemitraan dengan Pengurus Pusat Muhammadiyah telah menghasilkan guliran proses interfaith dialogue di kawasan Asia Pasifik dan World Peace Forum.Kemitraan dengan organisasi-organisasi lain juga terus dibangun, seperti misalnya dengan International Center for Islam and Pluralism (ICIP).

Page 10: Pernyataan Pers Menlu RI Tahunan (2007)

__________________________________________________________________ PERNYATAAN PERS TAHUNAN

10

2.3.7. Global Inter-Media Dialogue Dalam upaya meningkatkan saling pengertian antar agama, antar budaya dan antar peradaban, media massa mempunyai peranan penting sebagai messenger.Ada harapan yang besar di masyarakat agar media massa berperan aktif dalam ikut membangun saling pengertian dan toleransi, dan sebaliknya bukan menjadi penyebar kebencian dan ketakutan.

Menyadari peran penting media massa itulah Indonesia mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan Global Inter-Media Dialogue (GIMD) di Bali, 2 September 2006. Ketika krisis akibat penerbitan kartun Nabi Muhammad menyeruak pada awal 2006, kita melihat peluang untuk mengambil inisiatif guna meningkatkan saling pengertian dan keseimbangan antara kebebasan berpendapat dan sensitifitas lintas-budaya.

Ada keperluan untuk para praktisi media bertukar pikiran tentang kebebasan berekspresi dan peranan media di era globalisasi yang bercirikan multikulturalisme. Semakin disadari perlunya proses saling belajar dan tukar pengalaman di antara praktisi media dan, karena itu, proses GIMD telah disambut dengan sangat baik. Kita tidak mempertanyakan kebebasan pers dan hak berpendapat, tetapi bagaimana hak itu digunakan ke arah mendorong saling pengertian tadi. Karena itu konsep dasar GIMD adalah suatu forum reguler yang disediakan pemerintah untuk para praktisi media massa lintas-negara.

Ke depan, proses GIMD manjadi fitur tetap yang diselenggarakan secara bergantian oleh Indonesia dan Norwegia sebagai negara ko-sponsor. Pertemuan ke-2 GIMD akan dilakukan di Norwegia, pada Juni 2007. Sebelum itu, beberapa praktisi media Indonesia dan Norwegia yang tergabung dalam kelompok pengarah akan mengadakan pertemuan persiapan di Yogyakarta awal Februari 2007. Sementara itu, beberapa kerjasama antar-media dan pertukaran jurnalis sudah akan dimulai pada awal tahun 2007.

Dalam kaitan ini, secara khusus saya ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada para tokoh media massa nasional atas kontribusi dan partisipasinya dalam proses Global Inter-Media Dialogue. Kerja sama dalam memprakarsai dialog lintas-media merupakan sinergi yang sangat baik dalam kemitraan antara diplomasi dan media.

2.4. Border Diplomacy

Pada dimensi kewilayahan, kejelasan batas wilayah darat dan laut merupakan elemen yang penting dalam upaya memelihara keutuhan dan kesatuan NKRI. Indonesia berbatasan dengan 10 negara tetangga dan sebagian dari perbatasan-perbatasan itu belum disepakati. Karena itu border diplomacy merupakan agenda penting diplomasi.

Perundingan batas darat dengan Timor Leste telah berhasil menyelesaikan 97% dari batas darat. Tiga segmen yang belum terselesaikan adalah Dilumil/Memo, Bijael Sunan-Oben dan Noel Besi/Citrana.

Page 11: Pernyataan Pers Menlu RI Tahunan (2007)

__________________________________________________________________ PERNYATAAN PERS TAHUNAN

11

Perundingan batas maritim dengan Malaysia secara intensif telah dilaksanakan sepanjang tahun 2006 setiap dua bulan sekali secara bergantian di Indonesia dan Malaysia. Dalam pertemuan Tim Teknis yang ke-9 di Palembang bulan November 2006, telah dibahas opsi-opsi informal penyelesaian batas laut wilayah di Laut Sulawesi.

Wilayah perbatasan maritim di Laut Sulawesi telah pula dibahas dengan Filipina. Pada beberapa kali perundingan, Indonesia telah menyampaikan usulan konkrit tentang penetapan garis batas maritim di Laut Sulawesi. Filipina masih meminta waktu untuk mempelajarinya. Perundingan batas laut wilayah Indonesia-Singapura juga terus berlangsung. Pada pertemuan Tim Teknis ke-2 di Jakarta, Januari 2006, telah dibentuk Joint Technical Working Group. Tim Teknis juga berhasil membahas aspek-aspek teknis penetapan batas laut wilayah di Selat Singapura bagian barat.

Mengenai Selat Malaka, sebagai negara pantai Indonesia memprakarsai pertemuan tiga Menteri Luar Negeri (Indonesia, Singapura dan Malaysia) guna membahas masalah keamanan, keselamatan pelayaran, dan perlindungan lingkungan laut di Selat Malaka dan Selat Singapura pada 1 Agustus 2005 di Batam. Bersamaan dengan itu diadakan pertemuan di Kuala Lumpur yang dihadiri oleh Panglima Angkatan Bersenjata Malaysia, Indonesia, Singapura, dan Thailand, yang menyepakati tentang patroli terkoordinasi dengan dukungan pengintaian udara. Bekerjasama dengan International Maritime Organization, telah diadakan Jakarta Meeting on the Straits of Malacca and Singapore pada bulan September 2005, yang dilanjutkan dengan pertemuan kedua di Kuala Lumpur pada September 2006.

Kerjasama yang erat antara negara pantai telah berhasil mengatasi masalah keamanan di Selat Malaka dan Singapura. Sebagai hasilnya, kegiatan perompakan di laut pada tahun 2006 telah menyusut. Bertolak dari hasil pertemuan di Batam itulah terus dimajukan kerjasama antara negara pantai, negara pengguna dan para pemangku kepentingan lainnya, terutama dalam membangun kapasitas negara-negara pantai untuk memelihara keamanan, keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan laut.

2.5. Human Security

2.5.1. Diplomasi Kemanusiaan Sejak bencana tsunami yang terjadi di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004, diplomasi kemanusiaan menjadi perhatian kita. Melalui diplomasi, kita kanalisasi uluran bantuan kemanusiaan dari negara-negara sahabat dan kita kembangkan bentuk-bentuk kerjasama untuk early warning system dan peningkatan kapasitas untuk menangani bencana.

Berbagai bencana yang kita alami di tahun 2006, seperti gempa bumi, banjir, dan kebakaran hutan kembali mengingatkan kita akan pentingnya kerja sama internasional dalam penanganan bencana. Dalam konteks ASEAN, kita telah menyepakati Agreement on Disaster Management and Emergency Response

Page 12: Pernyataan Pers Menlu RI Tahunan (2007)

__________________________________________________________________ PERNYATAAN PERS TAHUNAN

12

pada Juli 2006 yang pada intinya mengkonsolidasikan sumber-sumber daya semua negara ASEAN untuk penanganan bencana di kawasan ASEAN. Pada tahun 2006 Indonesia juga menyampaikan bantuan darurat untuk mengatasi bencana di Filipina dan situasi kemanusiaan di Timor Leste. Di bawah perjanjian ASEAN ini, antara lain dimandatkan pembentukan ASEAN Standby Arrangement dan ASEAN Humanitarian Assistance Center.

2.5.2. Avian InfluenzaMengenai avian influenza, Indonesia menyambut baik bantuan dan kerja sama dari berbagai negara sahabat guna mendukung langkah-langkah yang diambil pemerintah. Dalam kaitan ini, Uni Eropa akan membantu dengan program dukungan pelayanan kesehatan dasar. Demikian pula, Indonesia mendorong pelaksanaan bantuan Jepang kepada negara-negara ASEAN berupa jaringan penyediaan Tamiflu dan peralatan perlindungan.

2.5.3. Perlindungan TKI Dalam hal perlindungan TKI, sesuai dengan kepentingan nasional dalam perlindungan pekerja migran, Departemen Luar Negeri telah meletakkan perlindungan WNI di luar negeri sebagai prioritas dengan pendekatan “kepedulian dan keberpihakan”. Indonesia telah menandatangani Memorandum Kesepakatan dengan Korea Selatan mengenai EmploymentPermit System. Selain itu, Indonesia juga telah membentuk kerja sama mengenai perlindungan pekerja migran dengan Pemerintah Malaysia dan Yordania. Dalam konteks ASEAN, Indonesia telah memimpin pembahasan mengenai pembentukan Declaration on the Protection of the Rights of Migrant Workers.

2.5.4. Haze Indonesia menyelenggarakan Pertemuan Menteri Lingkungan Hidup ASEAN di Pekan Baru, Oktober 2006, untuk membahas masalah kabut asap lintas batas. Pertemuan dilanjutkan di Manila, bulan Nopember 2006, yang menyepakati rencana aksi Indonesia mengatasi masalah kabut asap lintas batas. Beberapa negara ASEAN menyampaikan kesediaan untuk memberikan bantuan dalam kerangka pembentukan ASEAN Environmental Fund.

2.6. Kerjasama Teknik dan Diplomasi Publik

Kerjasama teknik merupakan instrumen diplomasi yang penting dan memperkuat diplomasi publik. Kita terus mengembangkan bentuk-bentuk kerjasama dan bantuan teknik untuk sesama negara berkembang. Pusat Kerjasama Teknik Selatan-Selatan Gerakan Non Blok (PKTS-GNB), yang berkantor di Kemayoran, terus diperkuat untuk menyediakan berbagai bentuk pelatihan bagi sesama negara-negara anggota GNB.

Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia untuk negara-negara di kawasan Asia dan Pasifik telah berjalan empat tahun dan diikuti oleh 120 pemuda dan pemudi dari 22 negara, termasuk negara-negara kepulauan di Pasifik. Para peserta program ini dapat dikatakan telah menjadi sahabat-sahabat Indonesia di negaranya masing-masing.

Page 13: Pernyataan Pers Menlu RI Tahunan (2007)

__________________________________________________________________ PERNYATAAN PERS TAHUNAN

13

Program Pelatihan Bahasa Indonesia untuk para diplomat negara-negara ASEAN dan ASEAN+3 juga terus dikembangkan sejak tahun 2005.

Berbagai program kerjasama teknik juga terus dikembangkan di departemen dan instansi pemerintah lain, seperti program Dharmasiswa dan Beasiswa KTNB yang dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional.

Ke depan, kegiatan-kegiatan kerjasama teknik dan diplomasi publik akan terus ditingkatkan baik dari segi jumlah maupun kualitasnya sebagai bagian dari upaya mengedapankan softpower Indonesia dalam hubungan dengan masyarakat internasional.

2.7. Benah Diri

Kinerja diplomasi yang maksimal menuntut mesin diplomasi yang dapat merespon perubahan secara cepat, efektif dan efisien. Upaya memantapkan mesin diplomasi dilakukan melalui proses “benah diri” sejak akhir tahun 2001 dengan penekanan pada tertib waktu, tertib administrasi (termasuk administrasi keuangan), dan tertib fisik.

Pemantapan kinerja juga dilakukan melalui pembenahan profesi agar dapat mendorong peningkatan profesionalisme dan kinerja para diplomat. Pembenahan profesi diplomat dimulai dari proses rekrutmen, pelatihan dan pengembangan karir, dan post-career planning. Dengan bangga saya bisa katakan bahwa proses rekrutmen Departemen Luar Negeri sejak tahun 2002 dilakukan secara terbuka, kompetitif, dan bebas KKN. Pada akhir 2006, Deplu telah menerima lamaran dari sejumlah 14.600 orang sarjana untuk mengisi 100 lowongan calon diplomat muda.

III. PROYEKSI 2007

Isu-isu perdamaian dan keamanan akan tetap menonjol. Konflik-konflik besar dan sudah menahun, serta konflik-konflik yang baru termasuk isu nuklir, yang belum ada tanda-tanda penyelesaiannya, masih akan mewarnai tahun 2007.

Dinamika internasional yang masih penuh dengan gejolak memerlukan ketepatan assessment dan artikulasi kebijakan agar Indonesia dapat terus berperan aktif dalam mencari solusi. Posisi Indonesia di berbagai organ dunia menjadi pijakan kuat untuk menggalang negara-negara sehaluan dalam mendorong multilateralisme.

Sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB periode 2007-2008, Indonesia akan memberikan prioritas pada masalah perdamaian di Timur Tengah khususnya Palestina. Indonesia akan berperan dalam ikut mencari penyelesaian konflik Israel-Palestina, termasuk dalam membantu proses rekonsiliasi pihak-pihak di Palestina, khususnya faksi Hamas dan Fatah, dalam membangun pemerintah persatuan di Palestina.

Page 14: Pernyataan Pers Menlu RI Tahunan (2007)

__________________________________________________________________ PERNYATAAN PERS TAHUNAN

14

Di kawasan Asia, isu nuklir Korea Utara yang baru menjadi agenda Dewan Keamanan PBB dan telah ada resolusinya, belum dapat dibayangkan apakah solusi damai dapat dicapai di akhir 2007. Kalau tidak, isu nuklir ini dapat berpotensi mendorong penyebarluasan kepemilikan senjata nuklir dan alat luncurnya oleh negara-negara lain pada tahun-tahun mendatang.

Kita juga akan terus mendorong upaya reformasi PBB agar organisasi dunia itu dapat benar-benar merepresentasikan kepentingan dari semua negara anggotanya. Dalam kaitan ini perlu kita ingat bahwa peran aktif Indonesia dalam melaksanakan “ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial” merupakan amanat konstitusi yang secara konsisten kita jalankan. Bisa dikatakan bahwa Indonesia memang sudah sejak lahirnya menjadi negara yang aktif.

ASEAN tetap akan mampu memelihara perdamaian dan keamanan di kawasan Asia Tenggara. Berhasilnya penyelesaian damai atas masalah Aceh menunjukkan langkah maju. Tetapi masih terdapat konflik internal yang belum terselesaikan di Filipina Selatan, Thailand Selatan dan Myanmar. Ketika ASEAN memasuki usia 40 tahun, transformasi ke arah pembentukan Komunitas ASEAN masih harus menghadapi setback dalam pemajuan demokrasi dan HAM yang semakin rumit dengan masuknya masalah Myanmar dalam agenda Dewan Keamanan PBB. Selain itu, seperti dijanjikan, kita harapkan pada tahun 2007 demokrasi akan dipulihkan di Thailand.

Ke depan, prospek pertumbuhan ekonomi dunia masih cukup cerah. Meroketnya harga minyak bumi yang menjadi hambatan ekonomi dunia pada dua tahun lalu, diharapkan tidak lagi jadi hambatan pada tahun ini dengan telah terjadinya penurunan harga minyak bumi menjadi US$ 56 per barrel, terendah dalam 18 bulan, di tengah musim dingin di Amerika dan Eropa yang biasanya mengkonsumsi banyak minyak. Dengan prospek ekonomi kita tahun ini yang juga membaik (dengan perkiraan pertumbuhan 6,3% hingga 6,5%), cukup terbuka peluang bagi peningkatan kinerja ekonomi nasional kita yang akan menjadi daya tarik tersendiri bagi investasi asing dan mendorong perdagangan internasional; dengan syarat kita mampu memperkuat koneksitas dan daya saing dalam ekonomi kawasan Asia Timur dan global.

Kita juga akan terus berupaya mengejar pencapaian target-target MilleniumDevelopment Goals, yang kita yakini sejalan dengan agenda dan prioritas kita sendiri. Upaya mengatasi kemiskinan, peningkatan pendidikan dan pelayanan kesehatan, kesiapan menghadapi bencana, pemberdayaan perempuan, pemberantasan korupsi dan mewujudkan tata pemerintahan yang baik merupakan tema-tema pokok yang jelas sangat relevan dengan kehidupan rakyat kita.

Kita akan terus membangun dan mengisi kemitraan dengan negara-negara di segala penjuru. Tantangannya adalah bagaimana menerjemahkan kedekatan politis yang sudah diraih menjadi interaksi ekonomi yang produktif dan saling menguntungkan. Tahun 2007 kita proyeksikan sebagai tahun peluang bagi upaya membuka dan meluaskan pasar bagi produk-produk Indonesia,

Page 15: Pernyataan Pers Menlu RI Tahunan (2007)

__________________________________________________________________ PERNYATAAN PERS TAHUNAN

15

meningkatkan arus masuk investasi asing, mempromosikan pariwisata dan memperluas kesempatan kerja. Dalam hal ini akan kita jalankan langkah-langkah terobosan agar berbagai peluang yang akan dan telah diciptakan oleh diplomasi dapat dimanfaatkan untuk pembangunan ekonomi secara nyata.

Selanjutnya dapat saya tegaskan bahwa keutuhan wilayah dan kedaulatan nasional tetap menjadi fokus politik luar negeri kita, terutama dalam proses penuntasan penentuan batas laut wilayah, zona ekonomi eksklusif, dan landas kontinen dengan negara-negara tetangga.

Kita juga akan terus meningkatkan dan mengembangkan upaya-upaya diplomasi publik secara inovatif dan kreatif. Kita perlu komunikasikan kepada publik dunia tentang Indonesia yang demokratis dengan masyarakat yang pluralistik, Islam yang moderat, dan upaya pembangunan ekonomi yang progresif. Kita juga perlu mengkomunikasikan peran aktif Indonesia dalam memelihara perdamaian dan keamanan dunia serta membangun kawasan Asia Tenggara yang aman, damai dan berkemakmuran.

Selain itu, perlu terus dibangun komunikasi dengan publik kita sendiri untuk menjelaskan arah, kebijakan dan operasionalisasi politik luar negeri Indonesia. Sekaligus dijaring berbagai masukan bagi rumusan atau penyempurnaan kebijakan dan politik dan hubungan luar negeri Indonesia. Dengan demikian, diharapkan dapat dibangun konstituen diplomasi yakni khalayak luas yang memahami, dan syukur apabila mendukung, kebijakan tersebut.

Komunikasi dengan publik di dalam negeri terus kita kembangkan melalui berbagai sarana dan cara. Juru Bicara Departemen Luar Negeri dan pressbriefing mingguan kini telah menjadi medium yang penting dalam membangun dan memelihara kemitraan dengan media massa. Foreign Policy Breakfastyang merupakan forum diskusi antara pimpinan Departemen Luar Negeri dengan para tokoh masyarakat terus memberikan kontribusi yang penting dalam kesinambungan komunikasi publik. Situs internet “deplu.go.id” terus kita sempurnakan sehingga dapat menjadi sumber informasi yang cepat, akurat, dan updated. Bahkan tadi kita saksikan bersama peluncuran situs internet “deplujunior”, yang dimaksudkan sebagai sarana informasi yang aman, edukatif, dan menyenangkan bagi anak-anak dan remaja.

Departemen Luar Negeri juga semakin aktif menerbitkan berbagai buku, majalah dan jurnal berkala sebagai sumber informasi bagi berbagai kalangan masyarakat. Majalah “Akses” dan “Info Pasar” yang terbit tiga bulan sekali, misalnya, menyampaikan informasi mengenai peluang-peluang pasar di luar negeri kepada kalangan pengusaha khususnya UKM. Penerbitan “Jurnal Luar Negeri” dan “Pejambon 6” bertujuan untuk mendorong diskusi tentang berbagai isu politik luar negeri di kalangan akademisi. Lalu ada pula “Buletin WTO” yang secara berkala menyampaikan perkembangan isu-isu perdagangan multilateral dan “IDEAS” mengenai ASEAN. Beberapa dari terbitan tersebut juga dapat diakses melalui situs internet “deplu.go.id”.

Page 16: Pernyataan Pers Menlu RI Tahunan (2007)

__________________________________________________________________ PERNYATAAN PERS TAHUNAN

16

Pada kesempatan ini, dengan bangga saya meluncurkan buku dan CD-ROM “Panduan Umum Tata Cara Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah” hasil revisi tahun 2006. Buku ini pertama kali dicetak tahun 2003 dan hampir setiap tahun kita revisi sesuai dengan perkembangan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk revisi tahun 2006 ini, selain dibuat pula dalam bentuk CD-ROM, isi buku dapat pula diakses melalui situs internet “deplu.go.id”.

IV. PENUTUP

Akhirnya, izinkan saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada kalangan media massa yang secara terus-menerus memberi dukungan kepada Departemen Luar Negeri dalam menyebarluaskan informasi kepada masyarakat luas. Dalam kesempatan ini pula Departemen Luar Negeri dengan rendah hati ingin menyampaikan penghargaan kepada rekan-rekan media yang akan menerima Penghargaan Adam Malik 2007. Selamat atas keberhasilannya.

Jakarta, 8 Januari 2007