PERLINDUNGAN TENAGA MEDIS DALAM KONFLIK BERSENJATA...

30
PERLINDUNGAN TENAGA MEDIS DALAM KONFLIK BERSENJATA ANTARA PALESTINA DAN ISRAEL DITINJAU DARI HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Bagian Studi Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Oleh: FAJRIN BAINA UTAMI 02011181520152 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDERALAYA 2019

Transcript of PERLINDUNGAN TENAGA MEDIS DALAM KONFLIK BERSENJATA...

PERLINDUNGAN TENAGA MEDIS DALAM KONFLIK BERSENJATA ANTARA PALESTINA DAN ISRAEL DITINJAU DARI HUKUM HUMANITER

INTERNASIONAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum pada Bagian Studi Hukum Internasional

Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

Oleh:

FAJRIN BAINA UTAMI

02011181520152

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDERALAYA

2019

PERLINDUNGAN TENAGA MEDIS DALAM KONFLIK BERSENJATA ANTARA PALESTINA DAN ISRAEL DITINJAU DARI HUKUM HUMANITER

INTERNASIONAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum pada Bagian Studi Hukum Internasional

Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

Oleh:

FAJRIN BAINA UTAMI

02011181520152

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDERALAYA

2019

ii

iii

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

“Keberanian bukan berarti tidak takut, keberanian berarti menaklukan ketakutan”

- Drs. Mohammad Hatta

Skripsiinidipersembahkankepada:

Keluarga Sahabat, teman serta kerabat FakultasHukumUniversitasSriwijaya

v

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala Puji dan syukur kepada Tuhan Yang MahaEsa yang telah memberikan

rahmatnya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

yang berjudul “Perlindungan Tenaga Medis dalam Konflik Bersenjata antara

Palestina dan Israel Ditinjau dari Hukum Humaniter Internasional”. Tujuan dari

penulisan skripsi ini ialah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Hukum pada Program Kekhususan Hukum Internasional di Fakultas Hukum

Universitas Sriwijaya.

Penulis menyadari bahwa begitu banyak pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian skripsi ini. Melalui kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati,

penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Keluarga, Oma & Opa, Mama & Papa, serta adik-adikku. Terima kasih ata

sdoa, dukungan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Febrian, S.H., MS, sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sriwijaya.

3. Bapak Dr. Firman Muntaqo, S.H.,M.Hum, sebagai Wakil Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sriwijaya.

4. Bapak Dr. Ridwan S.H., M.Hum. sebagai Wakil Dekan II Fakultas Hukum

Universitas Sriwijaya.

5. Bapak Prof. Dr. H. Abdullah Ghofar, S.H., M.H. sebagai Wakil Dekan III

Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

6. Bapak Prof. Dr. H. Achmad Romsan, S.H, M.H, LL.M. sebagai Dosen

Pembimbing Utama yang telah membantu, mengarahkan, membimbing, dan

memotivasi penulis dalam menyelesaikan penelitian.

7. Bapak Akhmad Idris, S.H., M.H. sebagai Dosen Pembimbing Pembantu yang

turut membantu, mengarahkan, membimbing, dan memotivasi penulis dalam

menyelesaikan penelitian.

vii

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN PENULIS .................................................................. iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................ iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................. v

UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................................... vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii

ABSTRAK .................................................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian............................................................................................. 6

E. Ruang Lingkup .................................................................................................. 7

F. Kerangka Konseptual ........................................................................................ 7

G. Metode Penelitian .............................................................................................. 9

ix

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA

MEDIS DALAM KONFLIK BERSENJATA ANTARA PALESTINA DAN

ISRAEL DITINJAU DARI HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

A. Keberlakuan Hukum Humaniter Internasional dalam Konflik Bersenjata

antara Palestina dan Israel ................................................................................ 13

1. Sejarah dan Perkembangan Hukum Humaniter Internasional ..................... 14

2. Konflik Bersenjata dan Keberlakuan Hukum Humaniter Internasional ....... 18

B. Perlindungan terhadap Tenaga Medis di Daerah Konflik ................................. 23

C. Mekanisme Penegakan Hukum Humaniter Internasional ................................. 26

1. Kualifikasi Kejahatan Perang .................................................................... 27

2. Mekanisme Penegakan Hukum Humaniter Internasional melalui

Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court) ............... 36

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PERLINDUNGAN DAN STANDAR

MINIMUM YANG BERLAKU UNTUK TENAGA MEDIS DALAM KONFLIK

BERSENJATA ANTARA PALESTINA DAN ISRAEL

A. Perlindungan dan Standar Minimum yang Berlaku untuk Tenaga Medis dalam

Konflik Bersenjata antara Palestina dan Israel Ditinjau dari Aspek Hukum

Humaniter Internasional .................................................................................. 47

x

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 67

B. Saran ............................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 70

LAMPIRAN

xi

xii

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum Humaniter Internasional memberikan perlindungan kepada korban

perang atau mereka yang terlibat dalam pertempuran. Secara garis besar dapat

dikategorikan kedalam:

1. Perlindungan yang diberikan kepada orang yang karena

pekerjaannya harus dihormati dan tidak boleh dijadikan sasaran

serangan1

2. Perlindungan yang diberikan kepada kombatan (combatant), yaitu

mereka yang terlibat aktif dalam pertempuran2 dan

3. Perlindungan yang diberikan kepada penduduk sipil (civilian

population)3

Sehubungan dengan perlindungan terhadap orang yang karena

pekerjaannya harus dihormati dan tidak boleh dijadikan sasaran serangan, yaitu

tenaga medis dan rohaniwan diatur dalam Pasal 11, Pasal 24-27, Pasal 36-37

Konvensi Jenewa 1949.

1 Levina Yustitianingtyas, Perlindungan Orang Sipil dalam Hukum Humaniter Internasional, Jurnal Komunikasi Hukum Vol. 2 No. 1 Februari 2016, hlm. 71. Lihat Juga Konvensi Jenewa I tentang Perbaikan Keadaan Anggota Angkatan Bersenjata yang Terluka dan Sakit di Medan Pertempuran Darat. 2 Diatur dalam Konvensi Jenewa III tentang Perlakuan Tawanan Perang. 3 Diatur dalam Konvensi Jenewa IV tentang Perlindungan Orang Sipil di Masa Perang.

2

Secara lebih jelas, hukum humaniter internasional memberikan

perlindungan terhadap objek-objek dan orang-orang tertentu. Objek-objek yang

dilindungi oleh hukum humaniter internasional meliputi korban perang dan

properti milik masyarakat sipil, unit pelayanan medis, benda budaya, civil

defence, serta organisasi kemanusiaan. Orang-orang yang dilindungi adalah

seseorang yang berdasarkan Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan 1977

memiliki kedudukan yang dilindungi secara khusus. Konvensi Jenewa 1949

menggolongkan orang-orang yang dilindungi ini menjadi beberapa kategori yaitu

anggota angkatan bersenjata dan penduduk sipil yang terluka, sakit dan korban

kapal karam, tawanan perang, penduduk sipil yang diinternir, penduduk sipil di

wilayah musuh, dan penduduk sipil di wilayah pendudukan. Namun,

penggolongan ini perlu dilengkapi dengan perlindungan bagi para personel yang

sedang menjalankan tugas khusus selama berlangsungnya konflik bersenjata

seperti petugas medis, rohaniwan, anggota pertahanan sipil, dan lain-lain. Dengan

demikian, secara garis besar penggolongan terhadap orang-orang yang dilindungi

ini meliputi perlindungan terhadap tawanan perang, perlindungan terhadap

penduduk sipil, dan perlindungan terhadap anggota angkatan bersenjata dan

penduduk sipil yang sedang menjalankan tugas khusus. Pengaturan mengenai

perlindungan orang-orang yang menjadi korban perang secara spesifik juga diatur

dalam Konvensi Jenewa 1949.4

Kesatuan-kesatuan kesehatan dilindungi dari segala bentuk penyerangan

dan tanda-tanda yang dipergunakan sebagai lambang perlindungan yang diakui

4 Yustina Trihoni Nalesti Dewi, Kejahatan Perang dalam Hukum Internasional dan Hukum Nasional, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 124.

3

secara internasional adalah tanda Palang Merah atau Bulan Sabit Merah. Jika

mereka jatuh ke tangan musuh maka mereka harus diperbolehkan untuk terus

melanjutkan fungsi medisnya hingga penguasa mengambil alih tanggung jawab

tersebut. Kesatuan-kesatuan kesehatan akan kehilangan perlindungannya apabila

mereka ambil bagian dalam permusuhan.5

Namun menurut Pasal 1 The Hague Regulations (Konvensi Den Haag)

yang merupakan lampiran dari Konvensi IV Den Haag 1907, hukum, hak dan

kewajiban perang tidak hanya berlaku terhadap tentara (army) saja, tetapi juga

bagi milisi dan korps sukarela (volunteer corps).

Dimana pengertian tenaga medis masuk ke dalam pengertian korps

sukarela (volunteer corps) dengan syarat sebagai berikut: 6

1. Dipimpin oleh seorang yang bertanggung jawab atas bawahannya;

2. Mempunyai tanda pengenal yang melekat, yang dapat dilihat dari jauh;

3. Membawa senjata secara terbuka;

4. Melakukan operasinya sesuai dengan hukum dan kebiasaan perang.

Dengan demikian, berdasarkan pasal 11, pasal 24-27 dan pasal 36-37

Konvensi Jenewa I dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa yang dimaksud

dengan tenaga medis adalah sebagai berikut:

a. Seseorang yang ditugaskan, baik permanen maupun sementara, semata-

mata untuk pekerjaan medis (mencari, mengumpulkan, mengangkut,

membuat diagnosa dan merawat orang yang cedera, sakit, korban kapal

5 Ibid, hlm. 124-125. 6 Haryomataram, Pengantar Hukum Humaniter, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 66.

4

karam dan untuk mencegah penyakit). Mereka itu adalah dokter, perawat,

juru rawat, pembawa usungan.

b. Seseorang yang ditugaskan, baik permanen maupun sementara, semata-

mata untuk mengelola atau menyelenggarakan kesatuan medis atau

pengangkutan medis. Mereka itu adalah administrator, pengemudi, juru

masak, dan lain-lain.7

Hukum humaniter internasional dapat dinyatakan berlaku hanya pada saat

terjadi perang/konflik bersenjata internasional atau disebut dengan istilah

“Declared War” (perang itu harus dinyatakan). Sehingga keterlibatan tenaga

medis itu hanya dapat dilakukan pada waktu terjadinya konflik bersenjata

internasional saja. Misalnya konflik bersenjata antara Palestina dengan Israel di

Jalur Gaza pada Juni 2018 lalu. Dimana angkatan bersenjata milik Israel telah

menggunakan kekuatan bersenjata yang mengakibatkan kematian dari seorang

tenaga medis Palestina, yang bernama Razan al-Najjar.8 Perbuatan yang dilakukan

oleh angkatan bersenjata Israel ini jelas melanggar Konvensi Jenewa I9,

7 Ibid.

8 Perlu diketahui terbunuhnya tenaga medis Palestina diatas terjadi pada saat gerakan Great March Return yang dilaksanakan selama enam minggu berturut-turut oleh warga Palestina. Gerakan ini dilakukan untuk menyuarakan tuntutan mereka, yakni: 1) agar warga Palestina diperbolehkan untuk kembali ke tanah asal mereka yang kini diduduki oleh Israel; 2) memprotes blokade jalur Gaza yang dilakukan oleh Israel; 3) memprotes pemindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem. Namun aksi protes ini mendapat tentangan keras dari pihak Israel sehingga memutuskan untuk menyerang para demonstran dan semua yang terlibat dalam aksi Great March Return, tanpa terkecuali Razan al-Najjar, seorang petugas medis sukarela yang pada hari itu, Jumat, 1 Juni 2018 sedang bertugas di Khan Yunis, Jalur Gaza Selatan. Ketika serangan tersebut terjadi, ia sedang membantu seorang demonstran yang terkena lemparan gas air mata oleh militer Israel. Lihat juga Anonim, Gaza-Israel Border Protests Turn Deadly, http://www.bbc.com/news/av/world-middle-east-43600394/gaza-israel-border-protests-turn-deadly, diakses pada 18 Agustus 2018, pukul 22:15 WIB. 9 Lihat catatan kaki 1.

5

khususnya pasal 11, pasal 24-27, dan pasal 36-37 yang pada dasarnya menyatakan

bahwa tenaga medis harus dihormati dan dilindungi dalam segala keadaan.

Bersamaan dengan tuduhan-tuduhan yang mengarah kepadanya,

pemerintah Israel mengeluarkan sebuah argumentasi bahwa tertembaknya Razan

al-Najjar terjadi secara tidak sengaja. Selain itu, Pemerintah Israel merilis sebuah

video berisi rekaman Razan al-Najjar yang memberikan pernyataan bahwa ia

melakukan kegiatan sukarela itu atas nama sebuah kelompok bersenjata di

Palestina, yaitu Hamas atau Harakat al-Muqawamah al ‘Islamiyyah. Namun

kebenaran dari video itu sendiri masih dipertanyakan.10

Selain Razan al-Najjar, masih banyak tenaga medis tetap maupun

sukarelawan yang menjadi korban atas kelalaian angkatan bersenjata Israel. Yang

menjadikan perlindungan bagi tenaga medis dalam konflik bersenjata antara

Palestina dan Israel menjadi perlu untuk dikaji ulang, baik oleh akademisi maupun

oleh pihak-pihak yang berwenang. Sebab hal ini sejalan dengan tujuan awal

diciptakannya hukum humaniter internasional, yaitu untuk mengurangi dampak

buruk daripada perang atau konflik bersenjata. Dan untuk mewujudkannya, sudah

menjadi tugas semua pihak baik yang terlibat langsung dalam perang atau konflik

bersenjata, misalnya angkatan bersenjata dari pihak-pihak yang bersengketa,

maupun yang tidak terlibat langsung, misalnya perhimpunan-perhimpunan yang

bertugas memberikan perlindungan dan membawa misi kemanusiaan.

10 Anonim, Israel: Penembakan Perawat Palestina, Razan Najjar Tak Disengaja, https://www.voaindonesia.com/a/israel-penembakan-perawat-palestina-razan-najjar-tak-disengaja/4426423.html, diakses pada 18 Desember 2018 pukul 00:24 WIB.

6

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perlindungan dan standar minimum yang berlaku untuk

tenaga medis dalam konflik bersenjata antara Palestina dan Israel

ditinjau dari aspek hukum humaniter internasional?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perlindungan dan standar minimum yang berlaku

untuk tenaga medis dalam konflik bersenjata antara Palestina dan

Israel ditinjau dari aspek hukum humaniter internasional.

2. Untuk mengetahui tanggung jawab Israel terhadap penembakan tenaga

medis yang terjadi dalam konflik bersenjata antara Palestina dan Israel

ditinjau dari aspek hukum humaniter internasional.

D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan

sumbangan bagi ilmu pengetahuan terutama Hukum Humaniter

Internasional, khususnya dalam kaitannya dengan perlindungan

terhadap tenaga medis dalam konflik bersenjata.

2. Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan

pengetahuan bagi semua pihak termasuk aparat penegak hukum di

ranah nasional maupun internasional, para akademisi serta masyarakat

7

tentang pelaksanaan ketentuan Hukum Humaniter Internasional

mengenai perlindungan tenaga medis dalam konflik bersenjata.

3. Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian-penelitian

berikutnya.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian merupakan bingkai penelitian, yang

menggambarkan batas penelitian, mempersempit permasalahan dan membatasi

area penelitian.11

Hukum humaniter internasional (International Humanitarian Law)

memiliki ruang lingkup yang luas meliputi hukum perang dan hak asasi manusia.

Melalui skripsi ini, penulis akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan

perlindungan tenaga medis dalam konflik bersenjata antara Palestina dan Israel

ditinjau dari hukum humaniter internasional.

F. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah penggambaran antara konsep-konsep khusus yang

merupakan kumpulan dan arti yang berkaitan dengan istilah yang akan diteliti

dan/atau diuraikan dalam karya ilmiah.12

1) Perlindungan

Yang dimaksud dengan perlindungan adalah segala bentuk perlindungan

terhadap tenaga medis yang diberikan oleh Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 dan

11 Bambang Sunggoni, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2011, hlm. 11. 12 Ibid.

8

protokol tambahannya dan/atau terhadap korps sukarela (volunteer Corps) yang

diberikan oleh Konvensi-Konvensi den Haag 1907 serta Hague Regulations.

2) Tenaga Medis/korps sukarela (volunteer Corps)

Sebagaimana diatur dalam Pasal 11, Pasal 24-27, Pasal 36-37 Konvensi

Jenewa 1949, maka tenaga medis harus dihormati dan dilindungi dalam segala

keadaan, diantaranya mencakup:

c. Seseorang yang ditugaskan, baik permanen maupun sementara,

semata-mata untuk pekerjaan medis (mencari, mengumpulkan,

mengangkut, membuat diagnosa dan merawat orang yang cedera,

sakit, korban kapal karam dan untuk mencegah penyakit). Mereka

itu adalah dokter, perawat, juru rawat, pembawa usungan.

d. Seseorang yang ditugaskan, baik permanen maupun sementara,

semata-mata untuk mengelola atau menyelenggarakan kesatuan

medis atau pengangkutan medis. Mereka itu adalah administrator,

pengemudi, juru masak, dan lain-lain.

Menurut Pasal 1 Hague Regulations yang merupakan annex atau lampiran

pada Konvensi IV den Haag 1907, hukum, hak dan kewajiban perang tidak hanya

berlaku bagi tentara (armies) saja, tetapi juga bagi milisi dan korps sukarela

(volunteer Corps) yang memenuhi syarat berikut: 13

5. Dipimpin oleh seorang yang bertanggung jawab atas bawahannya;

6. Mempunyai tanda pengenal yang melekat, yang dapat dilihat dari jauh;

13 Haryomataram, Pengantar Hukum Humaniter, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 66.

9

7. Membawa senjata secara terbuka;

8. Melakukan operasinya sesuai dengan hukum dan kebiasaan perang.

3) Konflik Bersenjata

Yang dimaksud dengan konflik bersenjata dalam penelitian ini adalah

konflik bersenjata antara Palestina dengan Israel yang terjadi di Khan Yunis, jalur

Gaza Selatan tahun 2018.

4) Hukum Humaniter

Hukum humaniter menurut Panitia Tetap (Pantap) Hukum Humaniter,

Departemen Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia merumuskan

sebagai berikut: “Hukum humaniter sebagai keseluruhan asas, kaidah dan

ketentuan internasional baik tertulis maupun tidak tertulis yang mencakup hukum

perang dan hak asasi manusia, bertujuan untuk menjamin penghormatan terhadap

harkat dan martabat seseorang.”14

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

hukum normatif. Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum

doktrinal. Pada penelitian hukum jenis ini, seringkali hukum dikonsepkan sebagai

apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books), atau

14 Erika Dwi Agustina, Hukum Humaniter, https://www.academia.edu/20099779/Hukum_Humaniter, diakses pada 28 Agustus 2018, pukul 17:43 WIB.

10

hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan

berperilaku manusia yang dianggap pantas.15

2. Pendekatan Permasalahan

Dalam melakukan pendekatan permasalahan, penulis menggunakan

pendekatan perundang-undangan (statute approach), yaitu pendekatan yang

dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut

paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.16 Pendekatan perundang-undangan

dalam penelitian hukum normatif memiliki kegunaan baik secara praktis maupun

akademis.

Bagi penelitian untuk kegiatan praktis, pendekatan perundang-undangan ini

akan membuka kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adakah konsistensi

dan kesesuaian antara suatu undang-undang dengan undang-undang lainnya atau

antara undang-undang dengan Undang-Undang Dasar atau regulasi dan undang-

undang. Hasil dari telaah tersebut merupakan suatu argumen untuk memecahkan

isu yang dihadapi.17

Bagi penelitian untuk kegiatan akademis, peneliti perlu mencari ratio legis dan

dasar ontologis lahirnya undang-undang tersebut. Dengan mempelajari ratio legis

dan dasar ontologis, peneliti sebenarnya mampu mengungkap kandungan filosofis

yang ada di belakang undang-undang itu. Memahami kandungan filosofis yang

ada di belakang undang-undang itu, peneliti tersebut akan dapat menyimpulkan

15 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 118. 16 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Edisi Revisi), Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2011, hlm. 93. 17 Ibid., hlm. 93-94.

11

mengenai ada tidaknya benturan filosofis antara undang-undang dengan isu yang

dihadapi.18

3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

sebagai sumber data utama, yang terdiri dari:

a. Bahan hukum primer berupa konvensi-konvensi Jenewa 1949 beserta

Protokol Tambahan 1977, Statuta Roma 1998, Hukum Humaniter

Internasional kebiasaan dan prinsip-prinsip Hukum Humaniter

Internasional.

b. Bahan hukum sekunder berupa pendapat hukum yang diperoleh dari

buku-buku, artikel-artikel, jurnal-jurnal ilmiah dan sumber-sumber lain

yang membahas tentang hukum humaniter internasional.

c. Bahan hukum tersier berupa kamus bahasa inggris.

4. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif. Maka metode

pengumpulan data adalah studi kepustakaan dengan menggunakan data sekunder

berupa literatur-literatur dan artikel-artikel yang berkaitan dengan obyek

penelitian dan bahan hukum primer berupa peraturan-peraturan hukum.19

5. Metode Analisis Data

18 Ibid. 19 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 118-120.

12

Metode analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif, yaitu dengan

memahami dan menganalisa data yang telah diperoleh yang disusun secara

sistematis kemudian ditarik kesimpulan.

6. Metode Penarikan Kesimpulan

Metode penarikan kesimpulan yang digunakan adalah dengan menggunakan

metode berpikir deduktif, yaitu berawal dari preposisi umum yang kebenarannya

sudah diakui dan berakhir pada suatu kesimpulan yang bersifat khusus.

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Ambarwati, Denny Ramdhany dan Rina Rusman, Hukum Humaniter

Internasional, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2004.

Andrey Sujatmoko, Hukum HAM dan Hukum Humaniter, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2016.

Bambang Sunggoni, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2011.

Denny Ramdhany, Heribertus Jaka Triyana Sefriani dan Yustina Trihoni Nalesti

Dewi, Konteks dan Perspektif Politik Terkait Hukum Humaniter Internasional

Kontemporer, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015.

Haryomataram, Hukum Humaniter, Jakarta: CV Rajawali, 1984.

Haryomataram, Pengantar Hukum Humaniter, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2005.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Edisi Revisi), Jakarta: Kharisma

Putra Utama, 2011.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan

Singkat, Jakarta: Rajawali Pers, 2006.

Yustina Trihoni Nalesti Dewi, Kejahatan Perang dalam Hukum Internasional

dan Hukum Nasional, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.

B. SKRIPSI DAN ARTIKEL ILMIAH

Adinda Putri Ratna Devi, Perlindungan Hukum Petugas Medis dalam Sengketa

Bersenjata Non Internasional di Suriah Menurut Konvensi Jenewa 1949 dan

Protokol Tambahan II 1977 (online), Malang: Fakultas Hukum Universitas

Brawijaya, 2014.

Mohamad Rizki Romy Perkasa, Pengaturan dan Perlindungan Hukum terhadap

Wartawan Perang dalam Perspektif Hukum Humaniter Internasional,

Palembang: Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, 2014.

Rony Chaniago, Perlindungan terhadap Petugas Medis berdasarkan Hukum

Humaniter Internasional dalam Konflik di Afganistan (online), Pontianak:

Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura, 2013.

C. PERJANJIAN DAN KONVENSI

Konvensi Jenewa I tentang Perbaikan Keadaan Anggota Angkatan Bersenjata

yang Terluka dan Sakit di Medan Pertempuran Darat (Geneva Convention for

The Amelioration of The Condition of The Wounded and Sick in Armed

Forces in The Field of 12 August 1949).

Konvensi Jenewa II tentang Perbaikan Keadaan Anggota Angkatan Bersenjata

yang Terluka dan Sakit dan Anggota Angkatan Bersenjata yang mengalami

Kapal Karam (Geneva Convention for The Amelioration of The Condition of

The Wounded and Sick and Shipwrecked Members of Armed Forces at Sea of 12

August 1949).

Protokol Tambahan I 1977 Tentang Protokol Tambahan Pada Konvensi-Konvensi

Jenewa 12 Agustus 1949 dan yang Berhubungan Dengan Perlingdungan

Korban-Korban Pertikaian-Pertikaian Bersenjata Internasional (Protocol

Additional to the Geneva Conventions of 12 August 1949 relating to the

Protection of Victims of International Armed Conflict).

Protokol Tambahan II 1977 Tentang Protokol Tambahan Pada Konvensi-

Konvensi Jenewa 12 Agustus 1949 dan yang Berhubungan Dengan

Perlingdungan Korban-Korban Pertikaian-Pertikaian Bersenjata Non

Internasional (Protocol Additional to the Geneva Conventions of 12 August

1949 relating to the Protection of Victims of Non International Armed

Conflict).

Stauta Roma 1998 (Rome Statute of The International Criminal Court 1998).

D. JURNAL DAN MAKALAH

Adwani. 2012. Perlindungan Terhadap Orang-orang dalam Konflik Bersenjata

Menurut Hukum Humaniter Internasional, Aceh: Jurnal Dinamika Hukum

Vol. 12 No. 1.

ICRC. 2002. The Law of Armed Conflict: Teaching File, Jenewa: ICRC

Resources Center.

Isplancius Ismail, Konsekuensi Negara Indonesia menjadi Anggota ICC (Studi

tentang Mekanisme Penegakan Hukum Humaniter Internasional, Aceh: Jurnal

Dinamika Hukum Vol. 14 No.2.

Levina Yustitianingtyas. 2016. Perlindungan Orang Sipil dalam Hukum

Humaniter Internasional, Bali: Jurnal Komunikasi Hukum Vol. 2 No. 1.

E. INTERNET

Anonim, Israel: Penembakan Perawat Palestina, Razan Najjar Tak Disengaja ,

https://www.voaindonesia.com, diakses pada 18 Desember 2018

Anonim, Gaza-Israel Border Protests Turn Deadly, http://www.bbc.com, diakses

pada 18 Agustus 2018

Anonim, Medics in Gaza are again injured by Israeli forces,

https://www.map.org.uk, diakses pada 27 Februari 2019.

Anonim, Gaza’s Health Workers in the Firing Line, https://www.map.org.uk,

diakses pada 27 Februari 2019

Erika Dwi Agustina, Hukum Humaniter, https://www.academia.edu, diakses pada

28 Agustus 2018.

Faunce TA, Will international human rights subsume medical ethics?

Intersections in the UNESCO Universal Bioethics Declaration,

https://www.ncbi.nlm.nih.gov, diakses pada 03 Maret 2019.

ICRC Jenewa, Weapons, http://www.icrc.org, diakses pada 27 Desember 2018.

Lalu Rahadian, Cerita Relawan Medis Indonesia Bertaruh Nyawa di Jalur Gaza,

https://tirto.id, diakses pada 27 Februari 2019.

M. Goniewicz dan K. Goniewicz, Protection of Medical Personnel in Armed

Conflicts – Case Study: Afghanistan, https://www.ncbi.nlm.nih.gov, diakses

pada 03 Maret 2019.