PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH...

74
PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PADA PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA TIMUR Skrpsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh : SHOFA FATHIYAH NIM : 1110043200028 KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1436 H / 2015 M

Transcript of PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH...

Page 1: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PADA PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA

JAKARTA TIMUR

Skrpsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

SHOFA FATHIYAH

NIM : 1110043200028

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1436 H / 2015 M

Page 2: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan
Page 3: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan
Page 4: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

iii

LEMBARAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana

Strata satu (S1) di Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Syariah

dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya

atau merupakan hasil plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2 Juli 2015

Shofa Fathiyah

Page 5: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

iv

ABSTRAK

Tatanan sistem peradilan agama mempunyai tujuan utama yaitu

sebuah keadilan. Demi mencapai tujuan tersebut, negara membentuk sistem

hukum yang meliputi substansi hukum, struktur hukum dan budaya hukum.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bentuk perlindungan dan

pemenuhan hak korban kekerasan dalam rumah tangga di Pengadilan Agama.

Metode yang digunakan penulis adalah jenis penelitian kualitatif

dengan pendekatan hukum normatif. Penulis menggunakan dua jenis data

yaitu data Primer dan data Sekunder. Primer yang digunakan adalah

perpustakaan, arsip dan putusan pengadilan agama Jakarta Timur, sedangkan

sumber sekunder berupa undang-undang yang diterapkan di Indonesia yang

terkait kitab fikih, buku-buku dan Kompilasi Hukum Islam.

Teori yang digunakan dalam penulisan adalah teori keadilan,

penegakan hukum, pemenuhan hak dan perlindungan korban kekerasan dalam

rumah tangga. Dari analisis maka dapat diperoleh hasil bahwa hakim

pengadilan agama Jakarta Timur belum memberikan pemenuhan hak dan

perlindungan kepada korban kekerasan dalam rumah tangga sesuai dengan

undang-undang yang telah di atur.

Shofa Fathiyah, 1110043200028. Perlindungan korban kekerasan

dalam rumah tangga pada perkara perceraian di Pengadilan Agama Jakarta

Timur. Perbandingan Hukum, Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Dengan kata kunci : perlindungan korban kekerasan di Pengadilan

Agama.

Di bawah bimbingan : H. Kamarusdiana, S.Ag, MH. selaku dosen

Hukum Acara Peradilan Agama.

Daftar pustaka : Tahun 1983 s.d Tahun 2014

Page 6: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

v

KATA PENGANTAR

حيم حمن الر الر بسم للاه

Assalamu’alaikum Wr Wb

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT yang

senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya yang senantiasa memberikan

rahmat yang berlimpah kepada penulis, sehingga penulis diberikan

kemampuan, kekuatan serta ketabahan hati dalam menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta

keluarga dan para sahabatnya. Kemudahan serta pertolongan Allah yang

selalu diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM

RUMAH TANGGA PADA PERKARA PERCERAIAN DI

PENGADILAN AGAMA JAKARTA TIMUR.”

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak kekurangan di

dalamnya dan masih jauh dari kesempurnaan dalam hal ini tidak terlepas dari

sifat manusia yang penuh salah dan lupa. Selanjutnya karya ini tidaklah dapat

terselesaikan tanpa adanya dukungan dari kawan-kawan serta pihak-pihak

yang terkait dalam memberikan dukungan dan memberikan sumbangsih ide

Page 7: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

vi

serta waktu untuk berdiskusi dengan penulis. Oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag, M.Si selaku Ketua Prodi

Perbandingan Mazhab dan Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Hj. Siti Hanna, S.Ag., MA, selaku Sekretaris Prodi Perbandingan Mazhab

dan Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

4. Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, selaku Pembimbing Akademik,

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. H. Kamarusdiana, S.Ag. MH, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah berkenan meluangkan waktu dan mencurahkan segala perhatiannya

untuk memberikan pencerahan serta pengarahan yang begitu baik bagi

penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima Kasih yang

sebesar-besarnya.

6. Pimpinan serta karyawan Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan Pimpinan serta karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas

Page 8: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

vii

untuk mengadakan studi kepustakaan berupa buku-buku ataupun lainnya,

sehingga penulis memperoleh informasi yang dibutuhkan.

7. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah banyak mencurahkan ilmu pengetahuan kepada penulis

selama menjalani masa pendidikan berlangsung.

8. Ayahanda tercinta Syaiful Bahry, MH dan ibunda tercinta Iik Mastariah,

Mpd yang selalu mendukung dan memberikan segalanya kepada ananda,

agar ananda dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Adik-adik tersayang, Mutia Nurhanani dan Muhammad Imam Rafy.

10. Teman berkeluh kesah Apriyanto Fitri Wibowo dan Tania S.Kom yang

selalu memberikan semangat dan dukungannya kepada penulis agar

menyelesaikan Skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan yang tidak bisa disebutkan satu per satu

Perbandingan Hukum angkatan 2010 yang selalu memberikan motivasi

dan kenangan dalam menjalani pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah.

Jakarta, 2 Juli 2015

Shofa Fathiyah

Page 9: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ii

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................iii

ABSTRAK ..................................................................................................iv

KATA PENGANTAR ...............................................................................v

DAFTAR ISI ............................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………........1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………........8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian…………….……………......9

D. Kajian (Review) Studi Terdahulu….....……………………….9

E. Metode Penelitian……………………………………………10

F. Sistematika Penulisan ………………………………….……13

BAB II KAJIAN TENTANG TEORI PENEGAKAN HUKUM DAN

KEADILAN DI INDONESIA

A. Teori Penegakan Hukum.........................................................15

B. Teori Keadilan.........................................................................19

Page 10: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

ix

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN DAN

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

A. Perceraian Menurut Hukum di Indonesia...............................29

B. Proses dan Akibat Perceraian..................................................36

C. Bentuk dan Faktor Kekerasan Dalam Rumah Tangga………45

D. Perlindungan Korban Menurut Undang-Undang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga ..........................................52

E. Perlindungan Korban Menurut Undang-Undang Perlindungan

Anak........................................................................................55

BAB IV PERLINDUNGAN HAK KORBAN KEKERASAN DALAM

RUMAH TANGGA DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA

TIMUR

A. Tinjauan Terhadap Kasus Perceraian di Pengadilan Agama

Jakarta Timur...........................................................................57

B. Bentuk Perlindungan Hukum Korban Kekerasan Dalam Rumah

Tangga…........…………………………………………........ 59

C. Implementasi Perlindungan Hak Isteri dan Anak Korban

Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Pengadilan Agama Jakarta

Timur........................................................................................62

BAB V PENUTUP

Page 11: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

x

A. Kesimpulan………………………......……………........….....70

B. Saran……………………………………………………….....71

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

1. Permohonan Melakukan Wawancara di Pengadilan

2. Keterangan Telah Melakukan Wawancara di Pengadilan Agama Jakarta Timur

3. Salinan Putusan Perkara No: 2546.Pdt.G/2011/PAJT.

Page 12: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Warga Negara Indonesia adalah salahsatu unsur pembentuk Negara

Kesatuan Republik Indonesia dan merupakan bagian penting dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.1 Dengan demikian menjadi relevan

apabila tujuan didirikannya Negara diarahkan kepada perwujudan masyarakat

yang sejahtera, berdaulat, adil dan makmur sebagaimana tertuang dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

mengatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum.2

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

mengamanatkan bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum

(rechtstaat), bukan berdasarkan kekuasaan belaka (machtstaat) dan Pemerintahan

berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat absolutisme

(kekuasaan yang tidak terbatas). Amanat tersebut tentu didasarkan pada tujuan

untuk mewujudkan tata kehidupan bangsa yang sejahtera, aman, tenteram dan

tertib serta menjamin persamaan kedudukan warga negara dalam hukum.3

1 Supriatnoko, Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: Penaku, 2008), Cet ke-2, Hal.7.

2 Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam

UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap (Jakarta: Sinar

Grafika, 2002), Pertama 1999-Keempat 2002, Hal.4.

3 Wildan Suyuthi Mustofa, Pemecahan Permasalahan Acara Perdata Peradilan Agama,

(Jakarta: Tatanusa, 2002), Hal.1.

Page 13: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

2

Demi mencapai tujuan tersebut, Negara membentuk sistem hukum yang

meliputi substansi hukum, struktur hukum dan budaya hukum. Kehadiran sistem

hukum tersebut merupakan bentuk konkret pertanggungjawaban negara atas

kewajibannya untuk mewujudkan keadilan yang dinantikan oleh Warga Negara.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Amandemen

Kedua memandatkan pelaksanaan hak asasi manusia dalam semua kebijakan

Negara. Pelaksanaan hak asasi manusia di Indonesia berdasarkan falsafah dan

ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan ketentuan Perundang-

undangan yang berlaku. Pasal 27 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 pada hakekatnya menyatakan bahwa negara mewujudkan dan

memastikan setiap Warga Negara memiliki kesetaraan hukum dan keadilan serta

berhak untuk menikmati hak atas kesejahteraan. Dengan demikian upaya

mempromosikan, melindungi dan memenuhi hak warga negara harus terlaksana

sesuai dengan derajat dan martabat kemanusiaannya.

Secara faktual saat ini kondisi ideal seperti dimandatkan dalam konstitusi

Republik Indonesia, belum dapat berjalan dengan optimal. Indikatornya terlihat

dari tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak. Bukan saja

angkanya yang terus meningkat, namun masih banyak kasus yang tidak

terlaporkan karena ketakutan korban terhadap stigma masyarakat serta layanan

yang masih belum optimal memberikan rasa keadilan bagi perempuan dan anak

korban kekerasan. Dalam konstruksi pemenuhan hak asasi manusia maka hal

tersebut merupakan bagian dari negara terhadap pemenuhan hak korban atas

kebenaran, keadilan dan pemulihan. Ketiga hak itulah yang sudah seharusnya

Page 14: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

3

dipenuhi oleh negara. Hak atas kebenaran mewajibkan pemenuhan hak korban

untuk mengetahui posisi pengungkapan kasus yang sedang dihadapi melalui

berbagai sistem Peradilan yang disediakan oleh Negara. Hak atas keadilan

memberikan kewajiban kepada negara agar sistem dan mekanisme yang di bangun

oleh negara dapat memberikan rasa adil, termasuk memberi efek jera dan

pendidikan pada pelaku. Hak atas pemulihan mengharuskan negara membangun

sistem dan mekanisme perlindungan dan pemulihan korban sehingga korban dapat

pulih seperti semula.

Peradilan Agama sebagai suatu sistem dalam menemukan keadilan

menjadi bagian penting terhadap pemenuhan hak-hak perempuan dan anak korban

kekerasan. Pasal 2 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama menyebutkan

bahwa: “Peradilan Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi

rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu

sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini”.

Pengadilan Agama didedikasikan untuk menjadi lembaga yang menerima,

memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama secara adil

bagi warga negara beragama Islam.4 Mengingat mayoritas warga negara Indonesia

beragama Islam maka tidak dapat di pungkiri bahwa keberadaan Pengadilan

Agama menjadi salah satu tumpuan para pencari keadilan yang melaksanakan

kekuasaan kehakiman dalam lingkungan Peradilan Agama dilakukan oleh

Pengadilan Agama yang bertindak sebagai peradilan tingkat pertama, bertempat

4 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama,

(Jakarta: Yayasan Al-Hikmah, 2000), Hal.10.

Page 15: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

4

kedudukan di Kotamadya atau Ibukota Kabupaten. Peradilan tingkat banding

dilakukan oleh Pengadilan Tinggi yang bertempat kedudukan di Ibukota

Provinsi.5

Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita kehidupan

umat Manusia, dengan adanya perkawinan rumah tangga dapat ditegakan dan

dibina sesuai dengan norma agama dan tata kehidupan masyarakat, dalam rumah

tangga berkumpul dua insan yang berlainan jenis (suami istri) mereka saling

berhubungan agar mendapatkan keturunan sebagai penerus generasi yang berada

dalam rumah tangga disebut “keluarga”. Keluarga yang dicita-citakan dalam

ikatan perkawinan yang sah adalah keluarga sejahtera dan bahagia yang selalu

mendapat ridha dari Allah SWT.6 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1

Tahun 1974 seperti yang termuat dalam pasal 1 ayat 2 perkawinan didefinisikan

sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai

suami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan

kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa.

Pencantuman berdasarkan ketuhanan yang maha esa adalah karena Negara

Indonesia berdasarkan kepada Pancasila yang sila pertamanya adalah ketuhanan

yang maha esa bahwa perkawinan mempunyai hubungan yang erat sekali dengan

agama, kerohanian sehingga perkawinan mempunyai unsur lahir atau jasmani

5 Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan Dan Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2007), Hal.100.

6 Abdul Manan, Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2008),

Hal.1.

Page 16: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

5

tetapi juga memiliki unsur batin atau rohani.7 Kuat lemahnya perkawinan yang

ditegakan dan dibina oleh suami istri tersebut sangat tergantung pada kehendak

dan niat suami istri yang melaksanakan perkawinan tersebut. Perkawinan yang di

bangun dengan cinta yang semu (tanpa lahir batin), maka perkawinan yang

demikian itu biasanya tidak berumur lama dan berakhir dengan suatu perceraian.8

Perspektif Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia,

masalah perceraian terdapat dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan. Perceraian merupakan salah satu penyebab dari putusnya

perkawinan, sebagaimana diatur dalam pasal 38 bahwa perkawinan dapat putus

karena : a. kematian, b. perceraian c. atas keputusan Pengadilan.9

Dalam perkara putusan perceraian di Pengadilan khususnya hakim harus

memenuhi asas prinsip dasar sesuai dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004

pasal 28 ayat 1 yaitu yang berkaitan dengan hakim dan kewajibannya yaitu:

Hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa

keadilan yang hidup dalam masyarakat. Hakim dapat memberikan putusan yang

sesuai dengan hukum dan rasa keadilan bagi Masyarakat. Kita bisa menyimpulkan

bahwa segala perkara yang diajukan ke pengadilan maka dalam memberikan

putusannya hakim harus sesuai dengan kewenangan kekuasaannya.10

7 Amiur Nuruddin, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Study Kritis Perkembangan Hukum

Islam dari Fikih. UU No.1/1974 Sampai KHI, (Jakarta: Prenada Group, 2004), cet-3, Hal. 43.

8 Abdul Manan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), Hal. 1.

9 Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (PT Prenadya Paramita,1999), Hal. 549.

10 M Fauzan, Pokok Pokok Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah

Syari’ah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), cet-1, Hal.7.

Page 17: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

6

Penggunaan hak cerai dengan sewenang-wenang dengan dalih bahwa

perceraian itu hak suami harus segera dihilangkan. Pemikiran yang keliru ini

harus segera diperbaiki dan dihilangkan dalam Masyarakat. Hak cerai tidak

dipegang oleh suami saja, tetapi istri pun dapat menggugat suaminya untuk

meminta cerai apabila ada hal-hal yang menurut keyakinannya rumah tangga yang

dibina itu tidak mungkin diteruskan.11

Pelaksanaan perceraian menurut pasal 39

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 hanya dapat dilakukan di depan Sidang

Pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil

mendamaikan kedua belah pihak, bahwa antara suami isteri itu tidak akan dapat

hidup rukun sebagai suami isteri. Tingginya perkara perceraian yang diajukan ke

Pengadilan Agama dengan alasan adanya kekerasan dalam rumah tangga. Kondisi

tersebut menunjukkan adanya harapan besar dari korban kekerasan dalam rumah

tangga untuk terbebas dari kekerasan yang dialaminya dengan mencari keadilan di

Pengadilan Agama.

Kekosongan hukum tersebut dalam konstruksi pemenuhan hak asasi

manusia adalah bagian dari pengabaian Negara terhadap pemenuhan hak korban

atas kebenaran, keadilan dan pemulihan yang seharusnya sudah di penuhi oleh

negara. Sementara itu pasca dimasukannya Undang-Undang Penghapusan

Kekerasan dalam Rumah Tangga dan Undang-Undang Perlindungan Anak

sebagai landasan hukum formil dan materil di dalam Buku II Pedoman

Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama, belum banyak hakim yang

merujuk kepada Undang-undang ini dalam pertimbangan hukum.

11

Abdul Manan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Hal. 9.

Page 18: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

7

Gambaran di atas menunjukkan bahwa kekosongan hukum dalam

pencegahan kekerasan dalam rumah tangga melalui Pengadilan Agama dan

sekaligus pemenuhan hak perempuan dan anak korban kekerasan dalam rumah

tangga yang menempuh proses hukum di Pengadilan Agama perlu ditangani

segera sebagai wujud konkret komitmen Negara untuk menciptakan terwujudnya

masyarakat yang adil. Kekosongan hukum tersebut selanjutnya diharapkan dapat

di isi melalui kebijakan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung sebagai

lembaga pemegang kekuasaan tertinggi bidang Yudikatif, sekaligus sebagai

lembaga yang menaungi keberadaan Peradilan Agama. Hadirnya Undang-undang

nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga

adalah upaya untuk pencegahan sekaligus peniadaan tindak kekerasan dalam

rumah tangga dalam hal ini melindungi khususnya perempuan sebagai isteri

dalam rumah tangga.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk menggali lebih

dalam sejauh mana hukum memberikan perlindungan kepada korban akibat

kekerasan dalam rumah tangga yang kerap terjadi. Perlindungan hak-hak korban

yang ada di dalam aspek perdata di Pengadilan Agama Jakarta Timur yang di atur

dalam Undang-undang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga dan

Undang-undang Perlindungan Anak. Sering kita jumpai terjadinya kekerasan

dalam rumah tangga yang mengakibatkan persoalan hak dan kewajiban mantan

suami dan isteri. Penulis ingin meneliti bagaimana ketentuan hukum memberikan

perlindungan bagi isteri yang mengajukan perceraian di Pengadilan Agama

Jakarta Timur dengan alasan kekerasan dalam rumah tangga mendapatkan hak-

Page 19: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

8

haknya yang di atur dalam Undang-undang Penghapusan Kekerasan dalam

Rumah Tangga Nomor 23 Tahun 2004 dan Undang-undang Perlindungan Anak

Nomor 35 Tahun 2014 dengan judul PERLINDUNGAN KORBAN

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PADA PERKARA

PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA TIMUR.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Beranjak dari fakta yuridis dan kenyataan hukum di atas agar

penelitian terfokus pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan

permasalahan, maka permasalahan dari penelitian ini dapat diidentifikasi

bahwa Pengadilan Agama yang dimaksud adalah Pengadilan Agama

Jakarta Timur dan penelitian terarah kepada pokok yang menjadi obyek

penelitian mengenai perlindungan kepada hak istri dan anak dalam proses

perceraian.

2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang menjadi objek penelitian dapat dirumuskan

sebagai berikut:

a. Bagaimana bentuk perlindungan korban kekerasan dalam rumah

tangga pada proses perkara perceraian di Pengadilan Agama?

b. Bagaimana implementasi pemenuhan hak isteri dan anak korban

kekerasan dalam rumah tangga pada proses perkara di Pengadilan

Agama Jakarta Timur?

Page 20: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah sebagaimana tersebut di atas, maka

tujuan penelitian yaitu:

1. Mengetahui bentuk perlindungan korban kekerasan dalam rumah tangga

pada proses perkara perceraian di Pengadilan Agama.

2. Mengetahui Implementasi pemenuhan hak istri dan anak korban kekerasan

dalam rumah tangga pada proses perkara di Pengadilan Agama Jakarta

Timur.

Adapun kegunaan dari penelitian skripsi ini adalah:

1. Bagi praktisi hukum khususnya lembaga peradilan dalam lingkungan

Peradilan Agama untuk bahan masukan dalam penyusunan dan

pembentukan Surat Edaran Mahkamah Agung yang mengatur tentang

pencegahan kekerasan dalam rumah tangga dan pemenuhan hak

perempuan dan anak korban kekerasan dalam rumah tangga di Pengadilan

Agama.

2. Bagi Masyarakat untuk mengetahui bahwa mereka mempunyai hak-hak

agar memastikan tidak teraniaya oleh pihak-pihak tertentu yang tidak

bertanggung jawab.

D. Kajian Studi Terdahulu

Dalam penyusunan penelitian ini terdapat beberapa karya ilmiah yang

serupa namun memiliki fokus permasalahan yang berbeda. Penelitian sebelumnya

banyak sekali yang membahas permasalahan perceraian di Pengadilan Agama,

Page 21: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

10

baik berupa skripsi maupun berupa tulisan-tulisan. Dari beberapa hasil penelitian

yang telah Penulis baca maka ada beberapa yang penulis anggap bisa dijadikan

review (kajian) antara lain:

No Nama Judul

Skripsi

Kesimpulan Perbedaan

1

2

Yuli

Halimah

Tuksa’diah

Lina

Ervina

Perceraian

Akibat

Kekerasan

Dalam Rumah

Tangga

Perlindungan

Hukum Anak

Korban

Tindak

Kekerasan

Dalam Rumah

Tangga

(Analisis

Komparatif

antara Hukum

Islam dengan

Hukum

Positif)

Pertimbangan

Hakim dalam

memutus perkara

perceraian akibat

kekerasan dalam

rumah tangga dan

faktor-faktor apa

saja yang

mempengaruhi

Putusan Hakim

dalam perkara

perceraian akibat

kekerasan dalam

rumah tangga di

Jakarta Selatan.

Bentuk

perlindungan

hukum menurut

hukum Islam dan

hukum positif

terhadap anak

korban tindak

kekerasan dalam

rumah tangga.

Penulis membahas

Implementasi

proses dan

pertimbangan

majelis hakim

dalam memberikan

putusan

perlindungan dan

pemenuhan hak

isteri dan anak

sebagai korban

kekerasan dalam

rumah tangga di

Pengadilan Agama

Jakarta Timur.

Penulis membahas

bentuk

perlindungan isteri

dan anak korban

kekerasan dalam

rumah tangga

dalam proses

perceraian di

Pengadilan Agama

Jakarta Timur.

E. Metode Penelitian

Untuk mengumpulkan data dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan

metode sebagai berikut:

Page 22: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

11

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian

kualitatif yang bersifat pendekatan hukum normatif yang memiliki

persamaan dengan penelitian hukum doktrinal yaitu penelitian hukum

yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder.

2. Sumber Data dan Proses Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer yang didapat untuk penulisan ini berasal dari studi

dokumentasi yaitu penelitian yang dilakukan di perpustakaan, arsip

dan lain-lain.12

Penulis menjadikan “putusan” Pengadilan Agama

Jakarta Timur sebagai data primer untuk kemudian penulis melakukan

analisis hukum terhadap pertimbangan hakim tentang putusan.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data pendukung yang menjelaskan tentang

bahan hukum primer, seperti literature-literatur dan dokumen-dokumen

antara lain: Perundang-undangan yaitu Undang-undang Perkawinan

nomor 1 tahun 1974, Undang-undang nomor 23 tahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, Undang-undang

nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, Kompilasi Hukum

Islam, buku-buku fiqih dan umum yaitu pendapat-pendapat para ahli

hukum yang disusun dalam bentuk buku, internet dan bahan informasi

12

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002),

Hal.50.

Page 23: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

12

lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang di teliti juga hasil-

hasil penilitian hasil karya dari kalangan hukum.

3. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan

data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewe) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu.13

Dalam pelaksanaan

penelitian, interview bukan alat yang terpisah atau khusus, melainkan

merupakan suplemen bagi metode dan teknik lainnya. Interview

adalah percakapan dengan cara bertatap muka yang tujuannya

memperoleh informasi factual dengan cara mengajukan pertanyaan

dan penjelasan kepada hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur.

b. Studi Kepustakaan yaitu setelah data penulis peroleh dari studi

kepustakaan kemudian di analisis dengan cara menggunakan analisis

isi dan analisis kualitatif. Analisis kualitatif dalam penelitian ini

dilakukan dengan melihat, memahami dan menghubungkan data yaitu

keputusan hakim yang di dapat dalam peraturan dengan literatur yang

berhubungan dengan topik penelitian.

13

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2007), Hal. 186.

Page 24: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

13

4. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

menggunakan deskriptif analisis dengan pendekatan konten analisis yaitu

penganalisis isi (conten analysis) dengan menggunakan uraian-uraian

untuk memberi gambaran, sehingga menjadi sistematis dan menjawab

permasalahan yang telah dirumuskan. Data yang ada dianalisis sehingga

dapat membantu sebagai dasar aturan dan pertimbangan hukum yang

berguna dalam pengambilan putusan perceraian dengan alasan kekerasan

dalam rumah tangga.

5. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini disesuaikan dengan ketentuan yang

berlaaku di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian akan disajikan dalam pembahasan dengan sistematika

penulisan sebagai berikut:

Bab. I : Pendahuluan. Bab ini memuat dan membahas mengenai: Latar

Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan

dan Kegunaan Penelitian, Kajian Studi Terdahulu, Metode

Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Page 25: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

14

Bab. II : Kajian tentang Teori Penegakan Hukum dan Keadilan di Indonesia.

Bab ini memuat dan membahas mengenai: Teori Penegakan

Hukum dan Teori Keadilan.

Bab. III : Tinjauan Umum Tentang Perceraian dan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga. Bab ini memuat dan membahas mengenai: Perceraian

Menurut Hukum di Indonesia, Proses dan Akibat Perceraian,

Bentuk dan Faktor-Faktor Kekerasan Dalam Rumah Tangga,

Perlindungan Korban Menurut Undang-Undang Penghapusan

Kekerasan dalam Rumah Tangga Dan Perlindungan Korban

Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak

Bab. IV : Perlindungan Hak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di

Pengadilan Agama Jakarta Timur. Bab ini memuat dan membahas

mengenai: Tinjauan Terhadap Kasus Perceraian di Pengadilan

Agama Jakarta Timur, Bentuk Perlindungan Hukum Korban

Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Pengadilan Agama dan

Implementasi Perlindungan Hak Isteri Dan Anak Korban

Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Pengadilan Agama Jakarta

Timur.

Bab. V : Penutup. Bab ini memuat mengenai Kesimpulan dan Saran.

Page 26: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

29

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG

PERCERAIAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

A. Perceraian Menurut Hukum di Indonesia

1. Perceraian Menurut Hukum Islam dan Kompilasi Hukum Islam

Perceraian dibolehkan dalam Islam karena pernikahan dianggap

sebagai sebuah kontrak yang dapat diputuskan karena kehendak

keduannya atau karena kehendak salah satu pihaknya. Bertentangan

dengan kepercayaan umum, Islam juga memperbolehkan perempuan dapat

membatalkan pernikahannya dalam bentuk perceraian yang dikenal

khulu.1 Talak walaupun dihalalkan, tetapi hal yang tidak disukai Allah

SAW.Dalam agama Islam perceraian pada prinsipnya dilarang. Hal ini

dapat kita lihat dari Sabda Rasulullah SAW :2

به عبد انحمص حدثىا محمد به خاند عه معرف به واصم حدثىا كثر

عه محارب به دثار عه ابه عمر عه انىب صهى هللا عهه وسهم قال :

ابغض انحالل انى هللا تعانى انطالق

Artinya: “Katsir bin Ubaid al Himshi menceritakan kepada kami (Abu

Dawud) ia berkata Muhammad bin Khalid menceritakan

kepadanya dan ia dari Mu’arrif bin Washil dan ia dari Muharib

bin Ditsar dari ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Perkara halal yang paling dibenci oleh Allah Ta’ala adalah

Thalaq.3

1 Siti Ruhaini Dzuhayatin, dkk, Menuju Hukum Keluarga; Progresif, Responsif Gender,

dan Akomodatif Anak, (Suka-Pres, 2013), Hal.255.

2 M.Ali Hasan, Berumah Tangga Dalam Islam (Jakarta: Prenada Media, 2003), Hal.16

3 Sunan Abu Dawud, Nu’jam Al-Mufahrash Li Alfadz An-Nabawiy, Juz II, Bab Karahatut

Thalaq, Hal.934. diterjemahkan oleh M. Fuad Abdul Baqi. HR. Ahmad Ibn Yunus.

Page 27: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

30

Perceraian menurut Kompilasi Hukum Islam (Instruksi Presiden

Nomor 1 tahun 1991) telah dijumpai dalam pasal 117 talak ikrar suami

dihadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab

putusnya perkawinan dengan cara sebagaimana yang dimaksud dalam

pasal 129, 130, 131.4

Kompilasi Hukum Islam mengenai perceraian telah diatur dalam

pasal 113 sampai dengan pasal 148 dengan melihat isi pasal-pasal tersebut

dapat diketahui bahwa prosedur bercerai tidak mudah, karena harus

memiliki alasan-alasan yang kuat dan alasan-alasan tersebut harus benar-

benar menurut hukum. Hal ini ditegaskan sesuai dengan Kompilasi

Hukum Islam pada pasal 115 yang isinya perceraian hanya dapat

dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah Pengadilan Agama

tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.5

Sesuai dengan tersebut yang dimaksud dengan perceraian perspektif

Kompilasi Hukum Islam adalah proses pengucapan ikrar talak yang harus

dilakukan di depan persidangan dan disaksikan oleh para hakim

Pengadilan Agama. Apabila pengucapan ikrar talak itu dilakukan diluar

persidangan maka talak tersebut merupakan talak liar yang dianggap tidak

sah dan tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat.

Kompilasi Hukum Islam mensyaratkan bahwa ikrar suami untuk

bercerai (talak) harus disampaikan di hadapan sidang Pengadilan.

4 Abdul Ghani Abdullah, Pengantar Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata Hukum

Indonesia, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), Hal. 112.

5 Kompilasi Hukum Islam (KHI), Bab XVI Pasal 115, Hal. 21.

Page 28: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

31

Tampaknya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama juga menjelaskan hal yang sama seperti terdapat pada pasal 66 ayat

1 yang berbunyi: seseorang suami yang beragama Islam yang akan

menceraikan istrinya mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk

mengadakan sidang guna penyaksian ikrar talak.6

Perceraian adalah pelepasan tali perkawinan, baik menurut fikih

Islam maupun menurut ketentuan sebagaimana tertuang dalam Kompilasi

Hukum Islam, perceraian dapat dibagi ke dalam beberapa macam yaitu:

a. Thalak

Thalak adalah ikrar suami dihadapan sidang Pengadilan Agama

sesuai dengan pasal 117 Kompilasi Hukum Islam. Rukun-rukun thalak

tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Pengertian bahwa thalak adalah melepaskan ikatan perkawinan,

maka tentu thalak itu terjadi pada pasangan suami istri yang telah

terikat dalam perkawinan yang sah tanpa ikatan perkawinan tentu

tidak ada thalak.

2) Sighot talak dilihat dari sisi kalimatnya dapat berupa kalimat yang

jelas (sharih) dan dapat pula berupa kalimat sindiran (kinayah).

Sighot talak yang jelas merupakan kalimat jelas bahwa suami

menyatakan thalak kepada istrinya, sementara kalimat sindiran

yaitu kalimat yang diucapkan hanya merupakan kalimat yang

mengandung pengertian thalak di dalamnya, talak dengan tahrim

(pengharaman) seperti kalimat: “kamu haram bagiku”.7

6 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta:

Kencana, 2004), Cet. 1, Hal. 221.

7 Abu Bakar Jabir Al-Jazair, Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim,Hal. 603.

Page 29: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

32

3) Suami yang hendak menceraikan istrinya harus benar-benar dalam

kondisi yang sadar atau waras akal atau keinginan yang penuh

sehingga jika suami dalam kondisi gila, tidur atau dalam kondisi

emosional, maka ucapan thalaknya tidak dianggap sebagai thalak.

4) Perbuatan hukum yang disebut thalak merupakan perbuatan yang

tidak hanya berakibat hukum kepada pasangan suami istri yang

bercerai namun juga jelas menimbulkan pengaruh kepada pihak

lain dan karenanya tindakan hukum thalak tidak dibenarkan hanya

dilakukan secara rahasia tetapi harus disaksikan minimal oleh dua

orang saksi yang adil. Hal itu sebagaimana Firman Allah SWT

dalam Surat At-Thalak (65) ayat 2:

وأشهدوا ذوي عدل مىكم وأقمىا انش هادة لل

Artinya: “Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di

antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu

karena Allah”.

b. Khulu

Khulu‟ artinya tebusan. Khulu ialah menebus dirinya dari

suaminya yang tidak disukainya dengan sejumlah uang yang ia

serahkan kepada suaminya sehingga dengan demikian ia terlepas

darinya.8 Perceraian dengan jalan khulu menimbulkan akibat yaitu

perkawinan putus dengan talak khul‟i, berkurangnya jumlah talak dan

tidak dapat dirujuk sesuai dengan pasal 161 Kompilasi Hukum Islam

dan bekas suami bebas dari kewajiban untuk membayar nafkah iddah

terhadap bekas istri sesuai dengan pasal 155 Kompilasi Hukum Islam.9

8 Abu Bakar Jabir Al-Jazair, Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim, Hal. 605.

9 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Hal. 235.

Page 30: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

33

c. Fasakh.

Perceraian karena fasakh lebih dikatakan sebagai pembatalan

nikah karena adanya suatu sebab. Nabi membubarkan perkawinannya

dengan seorang perempuan dari Bani Ghifar karena perempuan

tersebut memiliki suatu penyakit lain yang menghalangi keharmonisan

hubungan suami istri seperti penyakit kegilaan, kusta, penyakit

menular dan lain sebagainya. Selain karena adanya penyakit tertentu,

perceraian karena fasakh juga dapat terjadi karena salah seorang dari

pasangan suami istri murtad atau karena ternyata pasangan suami istri

tersebut memiliki hubungan yang dilarang melakukan perkawinan.10

d. Li‟an

Li‟an berasal dari kata “La‟n” yang berarti laknat. Perceraian

karena li‟an merupakan akibat dari tuduhan seorang suami kepada

istrinya bahwa istrinya tersebut telah melakukan zina, “aku melihatmu

berzina” kemudian kasusnya dibawa ke hadapan hakim. Di depan

hakim, suami diminta mendatangkan bukti-bukti yaitu empat orang

saksi yang bersaksi melihat istrinya berzina. Jika suami tidak bisa

mendatangkan bukti-bukti tersebut, maka Hakim menerapkan li‟an

(saling melaknat) kepada keduanya.11

Perceraian akibat li‟an maka

suami istri tersebut putus perkawinannya untuk selama-lamanya sesuai

dengan pasal 125 Kompilasi Hukum Islam dan tidak sahnya

10

Umar Mansyur, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama Menurut Teori dan Praktek,

Hal. 98.

11 Abu Bakar Jabir Al-Jazair, Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim, Hal. 609.

Page 31: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

34

perkawinan (batal demi hukum) perkawinan antara bekas suami istri

tersebut sesuai dengan pasal 70 huruf b Kompilasi Hukum Islam.12

e. Dzihar

Dzihar artinya punggung. Namun menurut istilah fikih dzihar

adalah ucapan suami kepada istrinya dengan kata lain: “Engkau

dengan aku seperti punggung ibuku”. Dzihar diharamkan karena Allah

Ta‟ala menamakannya kemungkaran dan kedustaan melakukan dzihar.

f. Talak Ta‟lik

Thalak pada umumnya berlaku seketika, namun adakalanya

ucapan thalak digantungkan pada suatu syarat dengan dikaitkan pada

waktu tertentu yang akan datang. Suami dalam menjatuhkan thalaknya

digantungkan kepada suatu syarat, seperti ucapan: “jika saya tidak

memberikan nafkah kepada engkau tiga bulan berturut-turut, maka

jatuhlah thalak saya satu kepadamu”.

2. Perceraian menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan

Pasal 38 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 yang dimaksud

dengan perceraian adalah putusnya perkawinan. Adapun yang dimaksud

dengan perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki

dengan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Perceraian adalah putusnya ikatan lahir batin antara suami dan istri yang

12

Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama. Hal. 233.

Page 32: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

35

mengakibatkan berakhirnya hubungan keluarga antara suami dan istri

tersebut.

Pengertian perceraian dapat dijelaskan dari beberapa perspektif

hukum berikut:

a. Perceraian menurut hukum Islam yang dipositifkan dalam pasal 38 dan

pasal 39 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 yang telah dijabarkan

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 mencakup sebagai

berikut:

1) Perceraian dalam pengertian cerai talak yaitu perceraian yang

diajukan permohonan cerainya oleh dan atas inisiatif suami kepada

Pengadilan Agama yang dianggap terjadi dan berlaku beserta

segala akibat hukumnya sejak saat perceraian itu dinyatakan di

depan sidang Pengadilan Agama sesuai pasal 14 sampai pasal 18

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975.

2) Perceraian dalam pengertian cerai gugat yaitu perceraian yang

diajukan gugatan cerainya oleh dan atas inisiatif istri kepada

Pengadilan Agama yang dianggap terjadi dan berlaku beserta

segala akibat hukumnya sejak jatuhnya putusan Pengadilan Agama

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap sesuai pasal 20

sampai pasal 36.

b. Perceraian menurut hukum agama selain hukum Islam, yang telah pula

dipositifkan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan

dijabarkan dalam PP Nomor 9 Tahun 1975 yaitu perceraian yang

gugatan cerainya yang diajukan oleh dan atas inisiatif suami atau istri

kepada Pengadilan Negeri yang dianggap terjadi beserta segala akibat

hukumnya terhitung sejak saat pendaftarannya pada daftar pencatatan

oleh Pegawai Pencatat di Kantor Catatan Sipil sesuai pasal 20 dan

pasal 34 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975.

Page 33: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

36

Perceraian menurut Subekti adalah penghapusan perkawinan

dengan putusan hakim atau tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan

itu.13

Namun, Subekti tidak menyatakan pengertian perceraian sebagai

penghapusan perkawinan itu dengan kematian atau yang disebut dengan

istilah “cerai mati”. Jadi, pengertian perceraian menurut Subekti lebih

sempit daripada pengertian menurut pasal 38 Undang-undang Nomor 1

Tahun 1974 sebagaimana telah diuraikan di atas. Maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa perceraian itu walaupun diperbolehkan oleh agama,

tetapi pelaksanaannya harus berdasarkan suatu alasan yang kuat dan

merupakan jalan terakhir yang ditempuh suami istri, apabila cara-cara lain

yang telah diusahakan sebelumnya tetap tidak dapat mengembalikan

keutuhan kehidupan rumah tangga suami istri tersebut.

B. Proses dan Akibat Perceraian

1. Proses Perceraian

Pasal 73 ayat 1 telah menetapkan secara permanen bahwa dalam

perkara cerai gugat yang bertindak dan berkedudukan sebagai penggugat

adalah “istri”. Pada pihak lain “suami” ditempatkan sebagai pihak

tergugat. Dengan demikian masing-masing telah mempunyai jalur tertentu

dalam upaya menuntut perceraian. Jalur suami melalui upaya cerai talak

dan jalur istri melalui upaya cerai gugat.14

13

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Internusa, 1985), hal. 42.

14 M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Hal. 234.

Page 34: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

37

Gugatan cerai (cerai gugat) diatur dalam pasal 40 Undang-undang

Nomor 1 Tahun 1974, pasal 20 sampai pasal 36 Peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 1975, pasal 113 sampai pasal 148 Kompilasi Hukum

Islam. Tata cara penyelesaian cerai gugat diatur sebagai berikut:

a. Cerai gugat diajukan oleh istri yang melakukan perkawinan menurut

agama Islam sesuai penjelasan pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 9

Tahun 1975.

b. Gugatan perceraian diajukan kepada Pengadilan Agama sesuai pasal

40 ayat 1 Jo. pasal 94 ayat 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974.

c. Surat gugatan cerai memuat nama, umur dan tempat kediaman

penggugat yaitu istri dan tergugat yaitu suami, alasan-alasan yang

menjadi dasar perceraian, petitum perceraian.

d. Gugatan cerai dapat diajukan berdasarkan alasan atau alasan-alasan

yang diatur dalam penjelasan pasal 39 ayat 2 Undang-undang Nomor 1

Tahun 1997, pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975,

pasal 51 dan pasal 116 Kompilasi Hukum Islam.15

e. Gugatan cerai prosesnya di Kepaniteraan Gugatan dan dicatat dalam

Register Induk Perkara Gugatan.

f. Pemanggilan pihak-pihak yaitu pemanggilan pihak-pihak dalam

perkara cerai gugat dilakukan sama dengan panggilan dalam perkara

cerai talak, panggilan terhadap para pihak yang tempat kediamannya

berada di wilayah pengadilan lain dan dilakukan melalui Pengadilan

Agama di tempat kediaman pihak yang dipanggil.

g. Pemeriksaan gugatan perceraian dilakukan oleh Majelis Hakim

selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah berkas atau surat

gugatan perceraian didaftarkan di Kepaniteraan dan dilakukan dalam

sidang tertutup, demikian pula pemeriksaan terhadap saksi-saksi sesuai

pasal 80 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989, pasal 33 Peraturan

15

M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Hal. 237.

Page 35: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

38

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975. Adapun mengenai asas-asas yang

menjadi pedoman pemeriksaan perkara cerai gugat sama dengan asas

umum yang berlaku dalam pemeriksaan perkara cerai talak.16

h. Tenggang waktu antara pendaftar perkara dengan pemeriksaan sama

dengan dalam perkara cerai talak.

i. Kumulasi gugat atau samenvoeging van vordering adalah

penggabungan dari lebih satu tuntutan hukum ke dalam satu gugatan

atau beberapa gugatan digabungkan menjadi satu.17

Penggabungan

gugat hanya diperkenankan dalam batas-batas tertentu, yaitu apabila

penggugat atau para penggugat dan tergugat itu-itu juga orangnya.

Tujuan diterapkannya kumulasi gugat adalah untuk menyederhanakan

proses dan menghindarkan yang saling bertentangan.18

Gugatan soal

penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri dan harta bersama suami

istri dapat diajukan bersama-sama dengan gugatan perceraian ataupun

sesudah putusan perceraian memperoleh kekuatan hukum tetap dan

tata cara pemeriksaan kumulasi perkara ini sama dengan dalam perkara

cerai talak.

j. Upaya perdamaian dalam perkara gugatan cerai dilakukan sama seperti

dalam perkara cerai talak.

k. Gugat provisionil selama berlangsungnya gugatan perceraian, atas

permohonan penggugat, ketentuan pasal 78 Undang-undang

Pengadilan Agama dan tujuannya berupa tindakan sementara atau

interim measure dari pengadilan selama proses pemeriksaan perkara

berlangsung ditetapkan lebih dulu kepastian yang menjamin nafkah

yang ditanggung oleh suami, menentukan hal-hal yang perlu untuk

menjamin pemeliharaan dan pendidikan anak dan menentukan hal-hal

yang perlu menjamin terpeliharanya barang-barang yang menjadi hak

16

M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Hal. 238.

17

M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata (Jakarta: Sinar Grafika,2001), Hal. 102.

18

Mahkamah Agung, Pedoman Pelaksanaan Tugas Administrasi Pengadilan, (Jakarta:

2002) Buku II, Hal. 118.

Page 36: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

39

bersama suami istri atau barang-barang yang menjadi hak suami atau

barang-barang yang menjadi hak istri.19

l. Pembuktian tentang alasan-alasan cerai gugat dilakukan sama seperti

dalam perkara cerai talak, kecuali dalam hal cerai dengan alasan zina,

pelanggaran ta‟lik talak dan pelanggaran terhadap perjanjian

perkawinan.

m. Putusan Pengadilan Agama setelah memeriksa gugatan cerai dan

berkesimpulan bahwa istri punya alasan yang cukup untuk bercerai,

alasan-alasan cerai tersebut telah terbukti dan kedua belah pihak tidak

mungkin lagi didamaikan, maka Pengadilan Agama memutuskan

bahwa gugatan cerai dikabulkan dengan suatu “putusan”. Putusan

tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum sesuai pasal 81

Undang-undang Pengadilan Agama.

n. Terhadap “putusan” tersebut para pihak dapat mengajukan banding.20

o. Gugat Balik dalam bidang perceraian pada umumnya menyangkut hal-

hal yang merupakan asesor dari gugat pokok perceraian seperti hak

perawatan dan biaya nafkah anak, hak pembagian harta bersama dan

lain sebagainya. Gugat balik tidak dapat diajukan dalam tingkat

banding bila dalam tingkat pertama tidak diajukan.

2. Akibat Perceraian

a. Hak Bekas Suami Istri Menurut Hukum Islam

Seorang istri yang telah diceraikan oleh suaminya dan seorang

suami yang telah menceraikan istrinya atau suami istri yang telah

diputuskan perkawinannya selain fasakh, lian atau dzihar mempunyai

hak yang tidak dapat diambil begitu saja. Hak tersebut dikaitkan

19

M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Hal. 259.

20 Mukti Atho, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Juli 2007),

cet ke-5, Hal. 224-227.

Page 37: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

40

dengan keinginannya salah satu pihak untuk kembali berumah tangga

terbagi kepada dua kelompok besar, yaitu:

1) Hak Rujuk

Rujuk adalah sikap dari suami yang telah menceraikan

istrinya dan bermaksud kembali membina rumah tangga dengan

istrinya yang telah diceraikannya tersebut. Hak rujuk ini hanya

berlaku pada perceraian dalam bentuk thalak raj‟i dan istri yang

diceraikannya tersebut masih dalam masa iddah yaitu masa tunggu

selama tiga kali suci bagi istri yang diceraikannya dalam keadaan

suci dan sampai istrinya tersebut melahirkan jika istri yang

diceraikan dalam keadaan hamil. Ketentuan hukum Islam sejalan

dengan bunyi pasal 165 Kompilasi Hukum Islam bahwa: rujuk

yang dilakukan tanpa persetujuan bekas istri, dapat dinyatakan

tidak sah dengan putusan Pengadilan Agama.

2) Hak Menikah Dengan Istri Yang Telah Diceraikan

Khusus dalam perceraian dalam bentuk thalak raj‟i ternyata

istri yang telah diceraikan telah habis masa iddahnya, maka jika

suami berkeinginan untuk membina rumah tangga kembali maka ia

dapat melakukannya dengan cara pernikahan baru. Begitu juga

dalam perceraian dalam bentuk thalak ba‟in sugro sementara jika

perceraian yang dijatuhkan dalam bentuk thalak ba‟in kubro maka

pasangan suami istri tersebut tidak lagi dapat melakukan

pernikahan ulang sebelum istri yang diceraikan menikah dengan

Page 38: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

41

laki-laki lain dan mereka telah melakukan hubungan sebagaimana

layaknya hubungan suami istri.

3) Hak Melakukan Pernikahan Dengan Pasangan Baru

Pasangan suami istri yang telah bercerai jika tidak

dimungkinkan untuk melakukan rujuk atau menikah kembali

dengan istri yang telah diceraikannya tersebut maka masing-

masing pihak suami atau istri mempunyai kebebasan untuk

menikah lagi dengan pasangan barunya.

b. Kesimpulan-Kesimpulan Syara‟ tentang Talak

Ketika laki-laki menjatuhkan talak kepada istrinya secara

berurutan, ia memiliki memiliki berbagai kewajiban dan hak yaitu

sebagai berikut:

1) Istri yang telah diceraikan menjadi perempuan lain yang tidak

boleh untuk bersama-sama dengan mantan suaminya. Ia tidak

boleh menampakkan perhiasan baginya.

2) Sebagian hal-hal yang mencegah pernikahan menjadi penghalang

yang terjadi dalam pernikahannya tetap berlaku, maka sebagai

contoh tidak boleh bekas suami tersebut yang telah bercerai

menikahi ibu bekas isterinya.

3) Jika terjadi talak pada perempuan setelah berhubungan maka wajib

bagi istri untuk „iddah selama tiga kali quru‟ sebelum kembali

dalam kebebasannya dan bisa menikah untuk kedua kali, jika ia

dalam keadaan hamil maka iddahnya sampai ia melahirkan.

4) Wajib bagi laki-laki untuk memberikan nafkah pada masa iddah,

memberikan nafkah anak jika mereka memiliki anak.

5) Jika salah satunya meninggal sebelum habis masa iddahnya, maka

yang hidup mewarisi dari yang meninggal. Selama talak yang

Page 39: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

42

terjadi bukan talak ba‟in qubra (untuk ketiga kali atau setelah

saling melaknat) atau pada talak ba‟in sugra (bagian kecil) dari ila‟

atau dzihar karena hak mewarisi menjadi batal sejak terjadinya

talak.

6) Secara syara perempuan yang telah berkumpul memiliki hak atas

semua mahar yang ditunda secara langsung kecuali jika disebutkan

dalam akad bahwa ia memberikan secara lebih adil.21

c. Harta bersama

Pembagian harta bersama hanya berlaku bagi negara yang

secara adat (urf) menyatukan harta suami dan harta istri bertujuan

mewujudkan kebersamaan dalam membina rumah tangga. Dengan

demikian harta yang diperoleh setelah terjadinya akad nikah dianggap

harta bersama suami istri tesebut tanpa mempersoalkan jerih payah

siapa yang lebih banyak dalam memperoleh harta.

Permasalahan pembagian harta bersama telah di atur dalam

pasal 35 ayat 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 untuk menjamin

keutuhan dan terpeliharanya harta bersama, bisa dilakukan dengan

jalan meletakkan sita merital yang penjagaannya diserahkan kepada

istri. Demikian kira-kira tujuan yang terkandung dalam pasal 78

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. pasal 24 ayat 2 Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975.

d. Pemeliharaan Anak (Hadhanah)

Hadhanah wajib diberikan kepada anak-anak yang masih kecil

untuk menjaga badan mereka, akal mereka dan agama mereka.

21

Ali Yusuf As-Subki, Fiqh Keluarga: Pedoman Berkeluarga Dalam Islam, Hal. 344.

Page 40: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

43

Hadhanah bila terjadi perceraian, maka ibu lebih berhak terhadap anak

untuk selanjutnya melakukan hadhanah karena ibu dianggap lebih

mengerti dengan kebutuhan anak dalam masa umur tersebut dan lebih

bisa memperhatikan kasih sayangnya.

Hak atas pemeliharaan anak tersebut berlaku sampai anak

mencapai mummayyiz yang dipekirakan berumur tujuh atau delapan

tahun. Pada masa mummayiz seorang anak secara sederhana telah

mampu membedakan antara yang bermanfaat dan tidak bermanfaat

serta yang sekiranya membahayakan dirinya, telah mampu makan dan

berpakaian sendiri. Oleh karena itu, dia telah dianggap mampu untuk

menjatuhkan pilihannya sendiri.

e. Nafkah Setelah Perceraian

Nafkah ialah makanan, pakaian dan tempat tinggal yang

diberikan pada orang yang wajib diberi itu semua. Perbedaan pendapat

yang ada hanya terletak pada banyak tidaknya dan baik buruknya,

karena itu semua tergantung kepada kaya tidaknya pemberi nafkah dan

status penerima nafkah. Oleh karena itu, lebih baik hal ini diserahkan

kepada hakim.22

Hakim seharusnya memberikan penjelasan yang rinci

tentang akibat hukum yang akan diberikan kepada siapapun yang

tersangkut masalah hukum tersebut. Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat

241 dan al-Azhab ayat 49 menegaskan suami yang menceraikan

istrinya juga berkewajiban memberikan mut‟ah dan ma‟ruf. Surat At-

22

Abu Bakar Jabir Al-Jazair, Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim,Hal. 619.

Page 41: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

44

Talaq ayat 6 menegaskan kewajiban suami yang menceraikan istrinya

tidak terbatas hanya dengan pemberiah mut‟ah, akan tetapi juga

kewajiban untuk menyediakan tempat tinggal dan nafkah selama masa

iddah.

Berdasarkan putusan Mahkamah Agung Nomor:

328/K/Ag/2008 tanggal 17 September 2008 dengan menjatuhkan

pertimbangan hukum sebagai berikut: “Bahwa sesuai ketentuan Pasal

41 huruf (c) Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 jo. Pasal 149

Kompilasi Hukum Islam, meskipun gugatan diajukan oleh istri, akan

tetapi tidak terbukti istri telah berbuat nusyuz, maka Mahkamah Agung

berpendapat Tergugat harus dihukum untuk memberikan nafkah,

maskan dan kiswah selama masa iddah kepada Penggugat dengan

alasan istri menjalankan masa iddah dan tujuan iddah itu antara lain

untuk istibra, dimana istibra tersebut menyangkut kepentingan suami.”

Putusan Mahkamah Agung Nomor: 381/K/Ag/2006 tanggal 14

Febuari 2007, Pertimbangan hukum sebagai berikut: “Bahwa oleh

karena itu jumlah nilai mut’ah, nafkah, kiswah, dan maskan selama

masa iddah tersebut, sebagaimana akan ditetapkan dalam putusan ini:

Bahwa seorang ayah wajib menanggung nafkah dan hadhanah untuk

anaknya yang belum mencapai umur 21 tahun, maka berdasarkan pasal

80 ayat (4) Jo. pasal 149 huruf (d) Kompilasi Hukum Islam, Pemohon

selaku seorang ayah dihukum untuk membayar nafkah 3 (tiga) orang

anak kepada termohon sejak thalak dijatuhkan sampai ketiga orang

Page 42: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

45

anak tersebut berumur 21 tahun (dewasa) yang jumlahnya akan

ditetapkan dalam amar putusan ini.23

Selain itu di Al-Qur‟an ayat 66

menegaskan bahwa kewajiban orang tua untuk menjaga dirinya dan

keluarganya dari api neraka. Wanita yang ditalak dengan talak ba‟in

sejak masa iddah-nya dan orang yang wajib memberinya nafkah ialah

suami yang mentalaknya itu dengan syarat wanita tersebut hamil

karena Allah Ta’ala berfirman:

وإن كه أوالت حمم فأوفقىا عههه حت ى ضعه حمههه

Artinya: “Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang

hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga

mereka bersalin.” (Ath-Thalaq: 6).24

C. Bentuk Dan Faktor Kekerasan dalam Rumah Tangga

Kekerasan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau

sejumlah orang yang berposisi kuat (merasa kuat) kepada seseorang atau sejumlah

orang yang berposisi lemah (dipandang lemah atau dilemahkan) yang dengan

sarana kekuatannya, baik secara fisik atau pun non fisik untuk menimbulkan

penderitaan kepada obyek kekerasan.25

Secara etimologi kekerasan berasal dari

kata “keras” yang berarti padat dan tidak mudah berubah bentuknya atau tidak

mudah pecah. Sedangkan kata kekerasan itu sendiri adalah perihal yang bersifat,

berinci keras, perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan

23

Siti Ruhaini Dzuhayatin, dkk, Menuju Hukum Keluraga Progresif, Responsif Gender dan

Akomodatif Hak Anak, Hal. 261-263.

24 Abu Bakar Jabir Al-Jazair, Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim, Hal. 618.

25 Mufidah, Psikolog Keluarga Islam Berwawasan Gender, (Malang: UIN Malang: 2008),

cet ke-1, Hal. 267.

Page 43: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

46

cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik barang orang

lain.26

Soerdjono Soekanto mendefinisikan bahwa kejahatan kekerasan dengan

suatu istilah yang dipergunakan bagi terjadinya cidera mental dan fisik. Kejahatan

kekerasan sebenarnya merupakan bagian dari proses kekerasan yang kadang-

kadang diperbolehkan sehingga jarang disebut sebagai kekerasan. Masyarakat

biasanya membuat kategori-kategori tertentu mengenai tingkah laku yang

dianggap keras atau tidak. Semakin sedikit terjadinya kekerasan dalam suatu

masyarakat, semakin besar kekhawatiran yang ada bila itu terjadi.27

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan

dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama

perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan dan penderitaan secara fisik,

seksual, psikologis dan atau penelantaraan rumah tangga termasuk ancaman untuk

melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan

hukum dalam lingkungan rumah tangga Undang-undang tersebut tidak hanya

ditunjukan kepada perempuan, namun realitas menunjukan bahwa korban

terbanyak dari kekerasan dalam rumah tangga adalah perempuan dan anak.

Minimnya kesadaran keadilan cara pandang terhadap perempuan, menyebabkan

banyak orang dengan mudah melakukan kekerasan terhadap perempuan.

Kehidupan rumah tangga yang diasumsikan dibangun untuk menumbuhkan

26

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1996) edisi ke-2 cet VII, Hal. 484-485.

27 Soerjono Soekanto dan Puoji Santoso, Kamus Kriminologi, (Jakarta: Ghalia Indonesia,

1985), Hal. 104.

Page 44: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

47

keamanan dan kedamaian, justru berbalik bagi perempuan menjadi tempat yang

paling rentan terhadap segala bentuk kekerasan.28

Kasus kekerasan dalam rumah tangga seringkali tidak terungkap ke

permukaan karena dianggap sebagai aib yang akan mempermalukan keluarga.

Begitu juga ketika dipertanyakan tentang alasan perceraian, terkadang kekerasan

dalam rumah tangga tidak diungkap karena korban mendapat ancaman dari pelaku

apabila hal tersebut di buka pada Persidangan. Padahal jika hal tersebut di buka

pada persidangan maka implikasi hukum pidana bagi pelaku akan ada pasca

terjadinya perceraian.29

1. Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Kekerasan yang terjadi dalam lingkup rumah tangga amatlah

beragam bentuknya. Tindak kekerasan dapat dibedakan dengan beberapa

aspek yaitu:

a. Kekerasan fisik

Kekerasan fisik bisa muncul dalam berbagai bentuk dan rupa,

mulai dari menampar, menempeleng, memukul, membanting

menendang, membenturkan ke benda lain sampai bisa jadi menusuk

dengan pisau bahkan membakar. Berbagai kasus kekerasan dalam

rumah tangga yang terjadi, kekerasan fisik yang dialami perempuan

banyak yang mengakibatkan cidera berat, cacat permanen, bahkan

28

Faqihuddin Abdul Kodir, Referensi Bagi Hakim Peradilan Agama Tentang Kekerasan

Dalam Rumah Tangga, Hal. 55.

29 Siti Ruhaini Dzuhayatin, dkk, Menuju Hukum Keluarga: Progresif, Responsif, dan

Akomodatif Hak Anak, (Suka-Press 2013), Hal.265.

Page 45: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

48

kehilangan nyawa. Bisa jadi kekerasan fisik itu tidak memiiiliki

dampak atau hilang bekas fisiknya, tetapi hampir selalu memiliki

implikasi psikologis dan sosial pada korbannya.

b. Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf

c Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 pemaksaan hubungan seksual

yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah

tangga tersebut dan pemaksaan hubungan seksual terhadap salah

seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk

tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu. Kekerasan yang mengarah

kepada serangan terhadap seksualitas seseorang, bisa berupa

pemaksaan hubungan seksual, pemukulan dan bentuk-bentuk

kekerasan lain yang menyertai hubungan intim, bisa sebelum atau

sesudah hubungan intim, pemaksaan sebagai posisi dan kondisi

hubungan seksual ataupun pemaksaan pada istri untuk terus menerus

hamil atau menggugurkan kehamilan.

Kekerasan tidak saja berdampak pada organ seks atau

reproduksi secara fisik, namun juga berdampak pada kondisi psikis

atau mental perempuan dan anak-anak dalam rumah tangga. Kekerasan

seksual tidak lagi didefinisikan sebagai kejahatan kesusilaan, namun

Page 46: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

49

lebih dimaknai sebagai kekerasan yang mengancam integritas tubuh

seseorang.30

c. Kekerasan Psikologi

Kekerasan psikis yaitu perbuatan yang mengakibatkan

ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk

bertindak, rasa tidak berdaya dan penderitaan psikis berat pada

seseorang. Kekerasan non-fisik atau kekerasan mental yakni kekerasan

yang mengarah pada serangan terhadap metal atau psikis seseorang,

merupakan yang paling banyak terjadi dalam kasus-kasus yang

dilaporkan lembaga-lembaga pendamping. Bisa berbentuk ucapan-

ucapan menyakitkan, kata-kata kotor, bentakan, penghinaan, ancaman.

Perempuan dijadikan sasaran pelampiasan bisa jadi karena faktor-

faktor yang ada diluar rumah tangga.

d. Kekerasan Ekonomi (Penelantaran Rumah Tangga)

Penelantaran rumah tangga yaitu setiap orang yang

menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya padahal menurut

hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia

wajib memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada

orang tersebut. Termasuk dalam pengertian penelantaran adalah setiap

orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara

membatasi atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di

luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut.

30

Faqiihuddin Abdul Kodir, Komnas Perempuan: Referensi bagi Hakim Peradilan Agama

tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga, Hal. 115.

Page 47: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

50

Konstruksi masyarakat di Indonesia, laki-laki ditempatkan sebagai

kepala rumah tangga yang berkewajiban untuk mencari dan memberi

nafkah kepada istri, tetapi tidak sedikit dari mereka yang

menelantarkan istri dan anak-anaknya secara ekonomi. Melarang istri

bekerja tetapi juga tidak memberikan uang atau pendapatan yang

cukup untuk keluarga.31

2. Faktor-faktor Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Ada banyak faktor sosial yang melestarikan adanya kekerasan

dalam rumah tangga dan menyulitkan korban memperoleh dukungan dan

pendampingan dari masyarakat. Pertama, adanya ketimpangan relasi

antara laki-laki dan perempuan, baik di rumah tangga maupun dalam

kehidupan publik. Ketimpangan ini yang memaksa perempuan dan laki-

laki untuk mengambil peran-peran gender tertentuyang pada akhirnya

berujung pada perilaku kekerasan. Posisi keluarga misalnya, kebanyakan

masyarakat percaya bahwa suami adalah pemimpin bahkan penguasa

keluarga. Istri diposisikan seperti milik penuh suami yang berada pada

kontrol dan pengawasannya. Kedua, ketergantungan istri terhadap suami

secara penuh, terutama masalah ekonomi yang membuat istri benar-benar

berada di bawah kekuasaan suami. Posisi rentan ini sering menjadi

pelampiasan bagi suami, ketika dia menghadapi persoalan-persoalan yang

sebenarnya berada di luar rumah tangga. Banyak penelitian yang

menunjukan beberapa suami yang mengalami kekerasan atau pelecehan di

31

Faqiihuddin Abdul Kodir, Komnas Perempuan: Referensi bagi Hakim Peradilan Agama

tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga, Hal. 59.

Page 48: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

51

tempat kerja, dia lalu melampiaskannya di rumah kepada istri atau anak-

anak. Suami akan menggunakan ketergantungan ekonomi istri untuk

mengancamnya jika tidak mengikuti apa yang diinginkan dan memenuhi

apa yang dibutuhkan. Ketiga, sikap kebanyakan masyarakat terhadap

kekerasan dalam rumah tangga yang cenderung abai. Keempat, keyakinan

yang berkembang di masyarakat termasuk yang mungkin bersumber dari

tafsir agama bahwa perempuan harus mengalah, bersabar atas segala

persoalan keluarga, harus pandai menjaga rahasia keluarga, keyakinan

tentang pentingnya keluarga ideal yang penuh dan lengkap, tentang istri

shalihah juga kekhawatiran terhadap proses perceraian dan akibat dari

perceraian.32

Pada referensi lain dikemukakan bahwa faktor yang sangat

dominan sebagai penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga

adalah sebagai berikut:

a. Budaya patriarkhi adalah budaya masyarakat yang meletakkan laki-

laki sebagai mahluk istimewa, memiliki nilai lebih unggul diutamakan

dan meletakkan perempuan sebagai mahluk yang memiliki

kekurangan, lemah, berperan hanya sebatas kasur, dapur dan sumur.

b. Sistem sosial kita (keluarga) mendorong perempuan untuk tergantung

kepada suami khususnya secara ekonomi, ini membuat perempuan

berada di bawah kuasa suami. Akibatnya, relasi antara suami dan istri

tidak setaraatau relasi kuasa yang timpang.

c. Perilaku hasil meniru (role modeling), dimana anak laki-laki yang

tumbuh dalam lingkungan yang ayahnya suka memukul ibunya

32

Faqiihuddin Abdul Kodir, Komnas Perempuan: Referensi bagi Hakim Peradilan Agama

tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga, Hal. 64-65.

Page 49: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

52

cenderung akan meniru pola yang sama ketika ia sudah memiliki

pasangan (istri). Itulah mengapa banyak kasus kekerasan terhadap istri

dalam rumah tangga dilakukan oleh mereka yang berasal dari keluarga

yang ayahnya keras.33

Banyak faktor yang menyebabkan korban kekerasan dalam rumah

tangga tidak melaporkan penderitaan yang menimpanya, antara lain:

Pertama, si pelaku dengan si korban memiliki hubungan keluarga atau

hubungan karena perkawinannya. Kedua, keengganan korban mengadukan

kekerasan yang telah menimpanya dapat juga disebabkan masih

dipertahankannya pola pikir bahwa apa yang terjadi di dalam keluarga,

sekalipun itu perbuatan-perbuatan kekerasan, sepenuhnya merupakan

permasalahan rumah tangga pribadi dengan melaporkan dianggap

membuka aib keluarga. Ketiga, kurang percayanya masyarakat kepada

sistem hukum Indonesia sehingga mereka tidak memiliki kepastian bahwa

mereka akan berhasil keluar dari cengkraman si pelaku.34

D. Perlindungan Korban Menurut Undang-Undang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Korban kekerasan dalam rumah tangga akan mengalami penderitaan atau

kerugian yang sangat beragam seperti materil, fisik maupun psikis sehingga

perlindungan yang diberikan kepada korbanpun harus beragam pula. Tidak sedikit

33

Siti Musdah Mulia, dkk, Meretas Jalan Awal Kehidupan Manusia: Modul Pelatihan

Hak-hak Reproduksi dalam Perspektif Pluralisme, (Jakarta: LKAJ, 2003), Hal. 55.

34 Ali Yusuf As-Subki, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan, (Jakarta: Sinar Grafika,

2010), Hal.135.

Page 50: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

53

korban kekerasan dalam rumah tangga mengalami penderitaan secara beruntun

pada waktu bersamaan. Oleh karena itu, guna mengurangi beban penderitaan yang

dialami oleh korban kekerasan dalam rumah tangga, Undang-undang memberikan

hak korban kekerasan dalam rumah tangga untuk mendapatkan perlindungan dari

pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, advokat, lembaga sosial, atau

pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan perintah

perlindungan dari Pengadilan, pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan

medis, penanganan secara khusus berkait dengan kerahasiaan korban,

pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap tingkat proses

pemeriksaan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan dan

pelayanan bimbingan rohani.

Kekerasan dalam rumah tangga juga telah merampas kebebasan korban,

mereduksi kemampuan korban dan mengambil akses-akses ekonomi korban.

Dampak yang sangat kompleks dan luas ini coba diakomodasi Undang-undang

penghapusan kekerasan dalam rumah tangga sebagaimana disebutkan dalam pasal

39,40,41,42.35

Korban kekerasan dalam rumah tangga memperoleh perlindungan

dalam bentuk pelayanan kesehatan, berdasarkan pasal 21 Undang-undang Nomor

23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga.36

Pasal 40

mengatur tenaga kesehatan wajib memeriksa korban sesuai dengan standar

profesinya dan dalam hal korban memerlukan perawatan, tenaga kesehatan wajib

35

Faqiihuddin Abdul Kodir, Komnas Perempuan: Referensi bagi Hakim Peradilan Agama

tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga, Hal.116-117.

36 Ali Yusuf As-Subki, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan, (Jakarta: Grafika

Offset,2010), Hal. 135.

Page 51: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

54

memulihkan dan merehabilitasi kesehatan korban dan sesuai dengan pasal 22

pekerja sosial yang akan memberikan pelayanan kepada korban diharuskan untuk

melalakukan konseling untuk menguatkan dan memberikan rasa aman bagi

korban, memberikan informasi mengenai hak-hak korban untuk mendapatkan

perlindungan dari kepolisian dan penetapan perintah perlindungan dari

Pengadilan, mengantarkan korban ke rumah yang aman atau tempat tinggal

alternative dan melakukan koordinasi yang terpadu dalam memberikan layanan

kepada korban dengan pihak kepolisian, dinas sosial, lembaga sosial yang

dibutuhkan korban.

Pengungkapan kebenaran adanya kekerasan dalam rumah tangga yang

kemudian menjadi penyebab terjadinya perceraian semakin terkuak, kemampuan

para hakim Pengadilan Agama yang secara arif, bijaksana dan cerdas mengungkap

fakta hukum terjadinya tindak kekerasan dalam rumah tangga. Secara responsif,

para hakim mengintegrasikan keberlakuan delik pidana yang tercantum dalam

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam

Rumah Tangga dalam perkara perceraian yang ditanganinya. Meskipun akhirnya

dalam putusan, para hakim Pengadilan Agama tidak secara langsung dan serta

merta menghukum pelaku dengan hukuman badan sebagaimana yang berlaku

dalam sistem peradilan pidana di Peradilan Umum, tetapi mengintegrasikan rasa

keadilan korban melalui antara lain nafkah hadhanah, Iddah, perlindungan dan

nafkah hidup paska perceraian dan pemenuhan hak-hak korban kekerasaan.

Page 52: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

55

E. Perlindungan Korban Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak

Ratifikasi Konvensi Internasional tentang Hak Anak (KHA) oleh

pemerintah Indonesia pada tahun 1990, melalui Keputusan Presiden Republik

Indonesia Nomor 36 tahun 1990, merupakan salah satu langkah terpenting yang

paling menjanjikan dalam upaya peningkatan kebijakan perlindungan anak di

Indonesia. Keputusan Presiden tentang konvensi anak inilah yang kemudian

berproses menjadi cikal bakal lahirnya Undang-undang Nomor 35 tahun 2014

tentang Perlindungan Anak, yang dimaksud dengan Anak menurut Undang-

undang tersebut adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

termasuk anak yang masih dalam kandungan.37

Sedangkan yang dimaksud dengan

Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin, melindungi anak dan

hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara

optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.38

Perlindungan Anak di Indonesia sendiri setidaknya ada dua mazhab besar

yang mewakili dua perspektif besar yang saling bersebrangan satu dengan lainnya,

yakni mengacu pada konsep hak anak sebagai bentuk sebagai hak atas

perlindungan (child protection) dan pemberian kebebasan kepada anak (child

liberation). Dalam hal ini negara berpretensi menjamin hak dan memberikan

perlindungan penuh kepada anak-anak. Dalam kasus-kasus kekerasan dan

eksploitasi anak dalam keluarga, misalnya kebanyakan di latar belakangi oleh

37

Siti Ruhaini Dzuhayatin, dkk, Menuju Hukum Keluarga: Progresif, Responsif, dan

Akomodatif Hak Anak, Hal. 349.

38 Aziz Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), Hal. 107.

Page 53: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

56

pandangan bahwa anak adalah aset bagi orang tua dan kelurganya cenderung

membuat anak-anak sangat rentan pada berbagai bentuk kekerasan dan ekspoitasi

dalam rumah tangga.39

Selain Undang-undang penghapusan kekerasan dalam

rumah tangga yang secara khusus mengatur penghapusan kekerasan dalam rumah

tangga, pengaturan tentang kekerasan dalam rumah tangga juga diatur dalam

Undang-undang Pelindungan Anak. Undang-undang tersebut secara tegas

mengatur perihal kekerasan dalam rumah tanggarangga mewujudkan kepentingan

terbaik untuk anak, the best interest of child.

Undang-undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga dan Undang-

undang perlindungan anak juga menegaskan bahwa anggota keluarga yang

kedudukannya di rumah tangga sebagai anak-anak ini mempunyai hak yang harus

dilindungi dari segala bentuk kekerasan dan penelantaran.40

Berkaitan dengan hak

anak, pasal 105 Kompilasi Hukum Islam mengatur tentang hak asuh anak di

bawah usia 12 tahun maka diasuh oleh ibunya. Sedangkan di atas 12 tahun anak

akan memilih ikut ayah atau ibunya, ketentuan ini seharusnya dilengkapi dengan

kewajiban bagi orangtua untuk memastikan perkembangan psikologi anak tetap

tumbuh dan berkembang secara wajar ketika berada di bawah pengasuhan

salahsatu orang tuanya. Untuk itu penerapan ketentuan ini perlu dilengkapi

dengan kewajiban menghadirkan psikolog dalam rangka memantau

perkembangan mental anak selama proses pengasuhan pasca perceraian.

39

Siti Ruhaini Dzuhayatin, dkk, Menuju Hukum Keluarga: Progresif, Responsif, dan

Akomodatif Hak Anak, Hal. 352.

40 Faqiihuddin Abdul Kodir, Komnas Perempuan: Referensi bagi Hakim Peradilan Agama

tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga, Hal. 125.

Page 54: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

57

BAB IV

PERLINDUNGAN HAK KORBAN`KEKERASAN DALAM RUMAH

TANGGA DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA TIMUR

A. Tinjauan Terhadap Kasus Perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Timur

Kasus perceraian yang terjadi di lingkungan Pengadilan Agama Jakarta

Timur pada tahun 2013 cukup tinggi, yakni mencapai angka 3351. Jumlah tersebut

terdiri dari kasus cerai talak yang berjumlah 1030 kasus dan cerai gugat 2321 kasus.

Sisa Perkara Tahun 2013 di Pengadilan Agama Timur, yakni mencapai angka 1016

terdiri dari cerai talak yang berjumlah 35 kasus dan cerai gugat 981 kasus.

Faktor penyebab kasus perceraian yang sering terjadi cukup variatif,

berdasarkan data Pengadilan Agama Jakarta Timur terdiri dari beberapa alasan:

1. Cemburu dengan jumlah 246 perkara (9%). Kecemburuan ini biasanya ada

sifat curiga antara pihak suami atau istri yang menyebabkan timbulnya

konflik yang tidak selesai sehingga salah satu pihak menjadikan perceraian

sebagai jalan keluar.

2. Poligami tidak sehat sebanyak 213 perkara (7,8%).

3. Ekonomi dengan jumlah 549 perkara (20%). Faktor ini merupakan persoalan

yang cukup fundamental dalam mempertahankan keutuhan rumah tangga.

Kemudian hal ini menjadi salah satu faktor perceraian karena pihak suami

tidak ada usaha keras untuk mencari nafkah guna memberikan penghidupan

kepada keluarga.

4. Tidak ada tanggung jawab dengan jumlah 510 perkara (18,6%). Suami tidak

memberikan nafkah yang layak sebagaimana kewajibannya.

Page 55: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

58

5. Penganiayaan dengan jumlah 294 perkara (10,7%). Kekerasan dalam rumah

tangga yaitu tindakan represif yang biasanya dilakukan oleh pihak suami

kepada istri sehingga menimbulkan penganiayaan berupa fisik maupun psikis.

6. Gangguan pihak ketiga dengan jumlah 336 perkara (12,3%). Kasus seperti ini

biasanya sering kita dengar dengan selingkuh yang menimbulkan kemarahan

besar antara salah satu pihak yang berada pada posisi setia. Adanya pihak

ketiga dijadikan alasan penggugat untuk mengajukan perceraian.

7. Tidak ada keharmonisan dengan jumlah 585 perkara (21,4%). Faktor cerai

yang terakhir ini ada berbagai macam sebab diantaranya di mulai dari

permasalahan ekonomi sampai pada perasaan.1

Data diatas terkait masalah cerai dengan alasan kekerasan dalam rumah

tangga yakni mencapai 1938 perkara (70,7%) mengenai kekerasan fisik,

psikologi dan ekonomi. Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa faktor tidak

harmonis menempati posisi tertinggi sebesar (21,4%) sebagai penyebab

perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Timur tahun 2013. Menyusul faktor

1 Laporan Tahunan Pengadilan Agama Jakarta Timur 2013 diakses pada 20 Desember 2014

dari http://www.pa-jakartatimur.go.id/Laporan%20Tahunan/Laporan%20Tahunan%202013.pdf.

24%

13%

12% 20%

22% 9%

Faktor Penyebab Perceraian Tahun 2013 Tidak ada Keharmonisan

Gangguan Pihak Ketiga

kekerasan fisik

Tidak ada Taggung Jawab

ekonomi

Poligami Tidak Sehat

Page 56: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

59

ekonomi di tempat kedua (20%) dan tidak tanggung jawab menjadi faktor ketiga

terbanyak (18,6%).

B. Bentuk Perlindungan Hukum Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga di

Pengadilan Agama

Pasal 22 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang penghapusan

kekerasan dalam rumah tangga menjelaskan bahwa tugas dari seorang konseling

kepada korban kekerasan adalah melakukan konseling untuk menguatkan dan

memberikan rasa aman bagi korban serta memberikan informasi mengenai hak-hak

korban untuk mendapatkan perlindungan dan penetapan perintah perlindungan dari

Pengadilan. Pelayanan yang sifatnya rohani berdasarkan Undang-undang tersebut

khusus untuk upaya pemulihan korban seorang tenaga kesehatan, pekerja sosial dan

relawan pendamping dapat melakukan kerjasama sesuai seperti yang diatur dalam

pasal 42. Ketentuan pentingnya peran pendampingan dalam proses hukum untuk

kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga sebagaimana yang diatur dalam Undang-

undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga didasarkan pada berbagai

pertimbangan yaitu kehadiran pendamping diharapkan dapat menguatkan korban

yang masih dalam keadaan terpuruk sehingga sulit menyampaikan keinginannya

karena keterbatasan jumlah Advokat maka kehadiran pendamping yang pada

awalnya berperan memberikan pendampingan tidak jarang juga memainkan

perannya sebagai “paralegal” karena pendamping juga berperan untuk menjelaskan

Page 57: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

60

hak-hak hukum korban dan akibat-akibat yang harus dijalani pada saat proses dan

pasca putusan Pengadilan.2

Undang-undang perlindungan anak menyatakan bahwa anak berhak

mendapat perlindungan dari diskriminasi, eksploitasi ekonomi, penelantaran,

perlakuan seksual, kekejaman, kekerasan, penganiayaan, ketidakadilan dan perlakuan

salah lainnya. Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban kekerasan harus

mendapatkan upaya rehabilitasi sesuai dengan Undang-undang yang sudah diatur,

baik dalam lembaga maupun di luar lembaga. Kebijakan perlindungan istri dan anak

korban kekerasan mempunyai tujuan untuk memberikan jaminan keamanan berupa

perlindungan terhadap istri dan anak korban kekerasan dalam rumah tangga dalam

proses persidangan di Pengadilan dan menyediakan fasilitas sarana dan prasarana

bagi perempuan dan Anak di ruang Pengadilan dalam rangka memberikan

perlindungan dan menciptakan situasi yang kondusif bagi perempuan dan anak di

Pengadilan Agama (ruang konseling, ruang laktasi, ruang ramah anak, ruang tunggu

yang didampingi petugas keamanan di Pengadilan).

Rumusan kebijakan mendasarkan kepada ketentuan Undang-undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan, Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1999 tentang

Kompilasi Hukum Islam, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Undang-Undang Nomor 50

Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989

2 Faqiihuddin Abdul Kodir, Komnas Perempuan: Referensi bagi Hakim Peradilan Agama

tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga, Hal. 121.

Page 58: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

61

tentang Peradilan Agama, maka dengan ini diharapkan hal-hal yaitu selama proses

pemeriksaan cerai sebelum sidang pembuktian, istri dapat mengajukan hak asuh

anak, nafkah anak, nafkah madhiyah, nafkah iddah, mut‟ah dan harta bersama. Istri

dalam gugatan dapat mengajukan permohonan istri sebagai korban kekerasan dalam

rumah tangga untuk didampingi oleh seorang pendamping, permohonan penetapan

perintah perlindungan sesuai dengan pasal 30 Undang-undang Nomor 24 tahun 2004,

permohonan penetapan agar suami meninggalkan rumah kediaman bersama sampai

ada putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, permohonan agar suami

tetap memberikan biaya nafkah selama proses pemeriksaan perkara kepada istri dan

anak-anak sesuai dengan pasal 41 huruf c undang-undang nomor 1 tahun 1974 jo

pasal 149 Kompilasi Hukum Islam dan penetapan agar suami membayar biaya

pemulihan istri dan anak perawatan fisik dan psikis korban tindakan kekerasan dalam

rumah tangga sesuai dengan pasal 39 Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 tentang

penghapusan kekerasan dalam rumah tangga dan Undang-Undang Perlindungan

Anak. Penetapan besarnya Mut‟ah bagi korban kekerasan dalam rumah tangga harus

mempertimbangkan rasa keadilan dan kebutuhan pemulihan psikologi dan fisik

korban kekerasan dalam rumah tangga. Dalam rangka untuk memberikan

perlindungan hukum kepada korban maka hakim secara ex-officio berwenang

mengeluarkan penetapan berupa tidakan konseling untuk kepentingan pemulihan

korban sesuai dengan pasal 39 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang

penghapusan kekerasan dalam rumah tangga dan penetapan kepada pelaku untuk

biaya pemulihan fisik maupun psikis korban.

Page 59: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

62

C. Implementasi Perlindungan Hak Istri dan Anak Korban Kekerasan Dalam

Rumah Tangga Di Pengadilan Agama Jakarta Timur

Perkara perceraian dengan alasan adanya kekerasan dalam rumah tangga

berupa kekerasan fisik, psikologi, ekonomi sesuai data sebanyak 1.838 kasus

(70,7%) dan perkara berdasarkan adanya kekerasan dalam rumah tangga di antaranya

perkara No.2546.Pdt.G/2011/PAJT, 3220.Pdt.G/2013/PAJT, 257.Pdt.G/2014/PAJT

dalam analisis ini bahwa berdasarkan amar putusan yang sudah ada di Pengadilan

Agama Jakarta Timur tidak ada perintah Hakim untuk memberikan penetapan

perlindungan kepada korban kekerasan, biaya pemulihan baik fisik maupun psikis

korban kekerasan dan tidak adanya pemenuhan hak-hak yang telah diatur dalam

Undang-undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. Putusan yang ada

hanya di putus berdasarkan posita dari pihak penggugat, dalam perkara perceraian

yang di putus hanya perceraiannya saja tidak ditambahkan dari sisi pemenuhan hak-

hak korban kekerasan dalam rumah tangga.

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, Orba Susilawati selaku

Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur mengatakan bahwa Hakim Pengadilan

Agama Jakarta Timur sudah mengetahui adanya hak-hak korban kekerasan dalam

rumah tangga yang mengalami kekerasan fisik maupun trauma psikis dan seharusnya

hal ini sudah terpenuhi di Pengadilan Agama dan Hakim mengakui bahwa ini sebuah

tuntutan terutama di kota-kota besar seperti Jakarta bahwa hakim seharusnya

memberikan tim advokasi kepada korban yang mengalami trauma akan tetapi dalam

pelaksanaannya Pengadilan Agama Jakarta Timur selama ini belum memberikan

Page 60: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

63

perlindungan terhadap korban yang mengalami kekerasan. Namun demikian, hakim

beralasan tidak bisa menjalankan ketentuan dalam Undang-undang penghapusan

kekerasan dalam rumah tangga ini dikarenakan hakim tidak berani memberikan

putusan sebab hakim terikat dengan asas ultra petita dan dalam mengeluarkan

penetapan konseling guna pemulihan psikis korban, hakim membutuhkan sekian

departemen, instansi untuk bekerjasama. Kerjasama ini berupa gangguan psikis yang

membutuhkan kerjasama dari dokter ataupun psikiater dan berupa konseling yang

dapat didatangkan secara pribadi korban yaitu dokter psikiater atau dari Departemen

Agama ataupun Departemen Sosial tidak hanya sebatas Undang-undang saja namun

hakim membutuhkan MoU atau kerja sama dengan istansi lainnya.3

Berpandangan bahwa hakim seharusnya menerapkan Undang-undang

penghapusan kekerasan dalam rumah tangga meskipun tidak diminta oleh para pihak

demi tercapainya rasa keadilan, sehingga hakim harus melakukan ijtihad dan

melaksanakan Undang-undang sesuai dengan peraturan, maka sudah menjadi tugas

hakim untuk memberikan hak yang seharusnya di dapat para pencari keadilan, sesuai

dengan amanat Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan

Kehakiman pasal 5 ayat (2), yang menyatakan pengadilan membantu para pencari

keadilan dan berusaha sekeras-kerasnya mengatasi segala hambatan dan rintangan

untuk tercapainya keadilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan quot. Terkait

dengan hal itu, seorang hakim mempunyai hak yang melekat karena jabatannya

3Wawancara Pribadi dengan Orba Susilawati, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur. 07

November 2014.

Page 61: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

64

dimana dalam memutus suatu perkara seorang hakim dapat keluar dari aturan baku

selama ada argumen logis dan sesuai aturan Undang-undang.

Hakim dapat memutus lebih dari apa yang diminta karena jabatannya, secara

eksplisit Pasal 41 huruf c Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,

mengatakan bahwa “Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk

memberi nafkah dan/atau menentukan suatu kewajiban bagi bekas istrinya”, sangat

dilematis jika hal ini dikaitkan dengan pernyataan bunyi pasal 178 ayat 3 HIR dan

pasal 189 RBg ayat 3, yang menyatakan hakim tidak dapat menjatuhkan putusan atas

perkara yang tidak digugat atau memberi daripada selain apa yang di gugat. Dengan

kata lain peran aktif dari hakim seakan-akan bertentangan dengan asas Ultra Petitum

Partium, bahwa dalam proses memeriksa dan mengadili perkara Hakim dilarang

memberi hal-hal yang tidak diminta. Selain itu jika kita melihat beberapa

Yurisprudensi yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung dalam beberapa putusannya

berpendapat bahwa mengabulkan lebih dari yang dituntut, memutuskan sebagian saja

dari semua yang diajukan atau memutus hal-hal yang tidak dituntut sepanjang ada

hubungannya serta tidak melanggar pasal 178 ayat 3 HIR, sehingga pasal tersebut

tidak berlaku mutlak oleh karena itu hakim dapat menggunakan ex-officionya dalam

memberikan perlindungan kepada korban dan pemenuhan hak-hak korban dalam

mencapai keadilan.

Undang-undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga memberikan

hak kepada korban untuk mendapatkan perlindungan dari pihak keluarga,

pengadilan, advokat, lembaga sosial atau pihak lainnya baik sementara maupun

Page 62: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

65

berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan, mendapatkan

pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis dan psikis korban. Pengadilan

Agama Jakarta Timur dalam perkara perceraian akibat kekerasan dalam rumah

tangga korban kekerasan mengenai penetapan perlindungan sesuai dengan Undang-

undang yang mengatur di atas, belum ada Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur

yang memberikan penetapan perlindungan kepada korban kekerasan dalam rumah

tangga walaupun Hakim sudah melihat kedua Undang-undang ini sebagai dasar

hukum perceraian dengan alasan kekerasan dalam rumah tangga, namun hakim

selama ini masih belum memberikan perlindungan pada proses perkara persidangan

perceraian maupun dalam bentuk putusannya dan Pengadilan Agama Jakarta Timur

belum memberikan petugas keamanan terhadap perempuan dan anak korban

kekerasan dalam rumah tangga.

Lebih lanjut Orba Susilawati, mengemukakan bahwa selama ini korban yang

mengalami kekerasan fisik ataupun trauma psikis tidak mendapatkan pendampingan

dari Pengadilan Agama Jakarta Timur yang sudah ada hanya sebatas mendampingi

dari paralegal namun hanya sebatas mendampingi saja mereka sendiri belum

mengerti fungsi untuk apa mereka duduk di sana, hanya sekedar mendampingi dan

mau apa setelah itu mereka tidak tahu, misalnya setelah ini pendamping minta

perlindungan kepada Departemen Sosial agar tidak terulang lagi dan adanya trauma

si korban pendamping mengejar lagi pelaku untuk membayar segala biaya selama ini

peran Pendamping pun tidak sampai kesitu, tugasnya tidak tuntas. Orba Susilawati

mengatakan bahwa sejauh ini korban kekerasan dalam rumah tangga tidak

Page 63: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

66

mendapatkan informasi apapun mengenai hak-hak korban yang dilindungi hukum

dari pekerja sosial maupun dari Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur yang

mengakibatkan kekurangtahuan korban adanya hak-hak yang dilindungi hukum.

Hakim sejauh ini hanya memberikan sebuah himbauan berupa nasihat saja agar hal

ini tidak terulang lagi. Hakim tidak sampai mengarahkan korban untuk ke Komisi

Nasional Hak Asasi Manusia disebabkan Hakim Pengadilan Agama beralasan bahwa

hakim membutuhkan payung hukum untuk melakukannya.4 Hak-hak tersebut kadang

tidak diketahui oleh si korban sehingga koban enggan untuk melaporkan perilaku

kekerasan yang menimpa dirinya. Oleh karena itu, meski Hakim Pengadilan Agama

hanya bertugas pada perkara-perkara perdata, namun Hakim dapat memberikan

informasi ini jika ternyata ada indikasi perilaku kekerasan dalam kasus yang sedang

ditangani. Pencantuman hak-hak ini, dalam penanganan kekerasan dalam rumah

tangga tidak saja mengedepankan unsur hukumnya saja tetapi juga

mempertimbangkan aspek lain yang berkaitan dengan yang di alami korban, oleh

karena itu mendengar „suara‟ korban adalah bagian penting dalam proses pengakuan

dan pemenuhan hak-hak korban. Bahwa untuk mendapatkan hak-hak istri dan anak

yang menjadi koban kekerasan dalam rumah tangga sebagaimana tersebut di atas

membutuhkan biaya yang tidak selamanya dapat dipikul oleh koban kekerasan dalam

rumah tangga.

4Wawancara Pribadi dengan Orba Susilawati, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur. 07

November 2014.

Page 64: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

67

Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban yang di atur dalam

Undang-undang perlindungan anak bahwa anak yang menjadi korban kekerasan

dalam rumah tangga yang mengalami trauma psikis maupun kekerasan fisik tidak

mendapatkan rehabilitasi sesuai dengan Undang-undang yang mengatur.

Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan dan mempertimbangkan bahwa banyak

kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terungkap dalam pemeriksaan perkara

perceraian, sering terjadi perebutan hak asuh anak, sulitnya pelaksanaan eksekusi

putusan terkait soal hak pengasuhan dan nafkah anak agar anak terhindar dari

penelantaran. Anak yang ditelantarkan akibat perceraian, berhak memperoleh

perlindungan sesuai dengan pasal 13 huruf c. Berdasarkan ketentuan tersebut,

terdapat kekosongan hukum untuk pemenuhan hak-hak anak khususnya berupa hak

nafkah anak terbebas dari kondisi penelantaran anak. Pasal 41 huruf c Kompilasi

Hukum Islam mengatur bahwa biaya kehidupan anak ditanggung oleh ayah atau

bapaknya. Oleh karena itu, diperlukan Surat Edaran Mahkamah Agung yang

mengatur pemenuhan hak nafkah anak agar terhindar dari kondisi penelantaran.

Penetapan agar suami membayar biaya pemulihan istri dan anak perawatan

fisik dan mental korban karena tindakan kekerasan dalam rumah tangga dan

penetapan besarnya mut‟ah bagi korban kekerasan dalam rumah tangga harus

mempertimbangkan rasa keadilan dan kebutuhan pemulihan psikologi maupun fisik

korban kekerasan dalam rumah tangga. Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur

menjawab bahwa saat ini hakim sudah melihat Undang-undang kekerasan dalam

rumah tangga sebagai dasar hukum perceraian dengan alasan kekerasan dalam rumah

Page 65: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

68

tangga akan tetapi hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur belum menggunakan ex

officio nya dalam memutus perkara tersebut melihat kepada hak-hak korban,

memberikan perlindungan kepada korban dan memberikan putusan untuk

mengembalikan korban seperti semula dengan menghukum pelaku untuk

bertanggung jawab dalam pemulihan fisik maupun psikis koban kekerasan.5

Sistem hukum tidak hanya mengacu pada aturan (codes of rules) dan

pengaturan (regulations), namun mencakup bidang yang luas meliputi struktur,

lembaga dan proses (procedure) yang mengisinya serta terkait dengan hukum yang

hidup dalam masyarakat (living law) dan budaya hukum (legal structure). Menurut

Lawrence Friedman unsur-unsur sistem hukum itu terdiri dari struktur hukum (legal

structure) meliputi badan eksekutif, legislatif dan yudikatif serta lembaga-lembaga

terkait, seperti Kejaksaan, Kepolisian, Pengadilan dan Kehakiman. Substansi hukum

(legal substance) adalah norma, peraturan maupun Undang-undang dan budaya

hukum (legal culture) adalah kebiasaan maupun prilaku dari masyarakat mengenai

pemikiran sosial tentang bagaimana hukum itu diaplikasikan, dilanggar atau

dilaksanakan.6 Ketiadaan perlindungan terhadap korban kekerasan dalam rumah

tangga juga mengindikasikan bahwa keadilan yang diinginkan oleh istri dan anak di

Pengadilan Agama Jakarta Timur belum terpenuhi karena Undang-undang kekerasan

dalam rumah tangga tidak diterapkan oleh hakim Pengadilan Agama disebabkan

5 Wawancara Pribadi dengan Orba Susilawati, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur. 07

November 2014.

6 Kalo, Syafrudin. "Penegak Hukum yang Menjamin Kepastian Hukum dan Rasa Keadilan

Masyarakat”. Artikel diakses pada 20 Desember 2014 dari

http://www.bibliopedant.com/Oo4nfjc0YgsskUsG9MM6.

Page 66: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

69

faktor masyarakatnya tidak tahu hak-hak yang dilindungi hukum (budaya hukum)

dan hakim sebagai unsur penegak hukum tidak mau menerapkan Undang-undang

yang sudah mengatur berarti ada kelemahan penerapan hukum. Hakim beralasan

bahwa hakim tidak mau bertentangan dengan asas ultra petitum partium namun

apabila merujuk kepada pasal 178 ayat 2 HIR menjelaskan tentang sifat hakim yang

harus aktif dan berusaha memberikan putusan yang benar-benar menyelesaikan

perkara. Terwujudnya penegakan hukum yang adil dan menjamin kepastian hukum

merupakan harapan seluruh warga masyarakat yang memiliki rasa keadilan, sudah

ada Undang-undang yang mengatur tetapi tidak bisa ditegakan karena struktur dan

budaya hukumnya mengakibatkan substansi hukum yaitu Undang-undangnya tidak

dilaksanakan seperti yang sudah diatur. Undang-undang penghapusan kekerasan

dalam rumah tangga seharusnya diterapkan dengan menggunakan ex-officio hakim

dikarenakan substansi hukumnya sudah ada.

Hakim mengatakan yang sudah ada sekarang dalam pertimbangan hakim

mencamtumkan pasal atau Undang-undang yang mendukung terhadap terjadinya

gugatan perceraian tersebut yaitu Undang-undang Perlindungan Anak, Undang-

undang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, Kompilasi Hukum Islam dan

Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 dan Peraturan pelaksanaannya Undang-undang

Nomor 9 Tahun 1975 akan tetapi dalam pemenuhan hak-hak yang menjadi korban

kekerasan dalam rumah tangga dan perlindungan kepada korban dalam rumah tangga

tidak ada putusan di Pengadilan Agama Jakarta Timur dari Hakim dalam

memberikan pemenuhan hak dan perlindungan korban kekerasan tersebut.

Page 67: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

70

Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga juga harus ditopang oleh teks-teks

keagamaan yang lebih memahami situasi dan kondisi diskriminatif gender pada

perempuan. Penafsiran kembali atas teks-teks keagamaan adalah keniscayaan, karena

fakta menunjukan terhadap pemahaman keagamaan yang justru kontradiktif dengan

misi penghapusan kekerasan terhadap perempuan menuju keadilan bagi perempuan,

sebagaimana ditegaskan oleh KH Husein Muhammad bahwa kita perlu membangun

kembali makna kedilan substantif dan nyata.

Pemaknaan keadilan bagi perempuan dalam konteks ini, harus didasarkan

pada pengalaman-pengalaman perempuan sebagai korban ketimpangan relasi gender

karena pemenuhan keadilan secara mendasar harus dengan menunjukan

pemihakannya kepada korban. Hal ini yang lebih mendasar, pemaknaan keadilan

harus didasarkan pada paradigma hak asasi manusia, melalui paradigma ini

perempuan didudukan secara sejajar dengan seluruh potensi kemanusiaan yang

dimiliki sebagaimana laki-laki. Konstruksi sosial yang menjamin keadilan gender

diharapkan lahir menjadi basis pendefisian kembali tatanan hukum, aturan budaya,

regulasi dan kebijakan, tidak terkecuali pemahaman-pemahaman keagamaan yang

disebut dengan fikih.7

7 Faqihuddin Abdul Kodir, Referensi Bagi Hakim Peradilan Agama Tentang Kekerasan

Dalam Rumah Tangga, Hal. 8.

Page 68: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

70

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Bentuk perlindungan korban kekerasan dalam rumah tangga pada proses

perceraian di Pengadilan Agama adalah:

a. Istri dapat mengajukan hak asuh anak, nafkah anak, nafkah madhiyah,

nafkah iddah, mut‟ah, harta bersama

b. Korban kekerasan dalam rumah tangga didampingi oleh seorang

pendamping dan mendapatkan perlindungan dari petugas Pengadilan

Agama pada proses persidangan.

c. Penetapan suami memberikan biaya nafkah selama proses pemeriksaan

dan membayar biaya pemulihan istri dan anak serta perawatan fisik dan

mental korban karena tindakan kekerasan dalam rumah tangga.

d. Penetapan besarnya Mut‟ah harus mempertimbangkan rasa keadilan

korban kekerasan dalam rumah tangga. Maka hakim secara ex officio

berwenang mengeluarkan penetapan berupa tidakan konseling bagi para

pihak.

2. Implementasi bentuk perlindungan korban kekerasan dalam rumah tangga di

Pengadilan Agama Jakarta Timur adalah

a. Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur dalam memutus perceraian

dengan alasan kekerasan dalam rumah tangga sudah menjadikan Undang-

Page 69: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

71

undang Perlindungan Anak, Undang-undang Penghapusan Kekerasan

dalam Rumah Tangga, Kompilasi Hukum Islam dan Undang-undang

Nomor 1 tahun 1974 dan Peraturan pelaksanaannya Undang-undang

nomor 9 tahun 1975 dalam pertimbangan hukum memutus perkara,

namun dalam proses persidangan dan amar putusannya tidak

mencerminkan perlindungan, pemulihan dan pemenuhan hak-hak korban

sehingga dirasa kurang berpihak pada adil gender.

b. Hakim di Pengadilan Agama Jakarta Timur tidak berani memutus karena

terikat dengan asas ultra petita, amar putusan hanya terbatas pada apa

yang telah diminta atau dituntut sebagaimana termuat dalam petitum

penggugat,

c. Seharusnya hakim dapat menggunakan ex officio yang memiliki dasar

hukum yang kuat dalam memberikan perlindungan, pemulihan dan

pemenuhan hak-hak korban kekerasan.

B. SARAN

1. Majelis Hakim harus memberikan perlindungan dan pemenuhan hak-hak

korban dengan meggunakan ex-officio dalam memutus putusan perceraian

dengan alasan kekerasan dalam rumah tangga

2. Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur seharusnya menggunakan ex officio

dalam memberikan perlindungan dan pemenuhan hak melihat kepada

Page 70: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

72

Undang-undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga dan Undang-

undang Perlindungan Anak.

3. Dibutuhkan berupa Surat Edaran Mahkamah Agung dalam memberikan MoU

Pengadilan Agama dengan instansi yang terkait dalam pemulihan korban

kekerasan.

4. Masyarakat seharusnya mengetahui dan memahami adanya hak-hak yang

sudah diatur dalam Undang-undang Perlindungan Kekerasan dalam Rumah

Tangga.

Page 71: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Terjemahannya, Departemen Agama RI

A. Buku

Abdul Kodir, Faqiihuddin. Referensi bagi Hakim Peradilan Agama tentang

Kekerasan dalam Rumah Tangga, Jakarta: Komnas Perempuan, 2013.

Ali, Achmad. Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan, Jakarta: Kencana,

2010.

Ali Hasan, M. Berumah Tangga dalam Islam, Jakarta: Prenada Media, 2003.

Atho, Mukti. Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, cet.V.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Juli 2007.

Atmasasmita, Romli. Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Bandung: Eresco,

2003.

As-Subki, Yusuf. Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan, Jakarta: Grafika

Offset, 2010.

Bakar Jabir Al-Jazair, Abu. Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim, cet.IV.

Jakarta: Darul Falah, 2002.

Ghani Abdullah, Abdul. Pengantar Kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum

Indonesia, Jakarta: Gema Insani Press.

Fauzan, M. Pokok Pokok Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan

Mahkamah Syari’ah di Indonesia, cet.I. Jakarta: Kencana, 2005.

J. Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007.

Kelsen, Hans. Dasar-Dasar Hukum Normatif, Prinsip-Prinsip untuk

Mewujudkan Keadilan dalam Hukum dan Politik, Penerjemah Nurulita

Yusron, Bandung: Nusa Media.

M Manullang, Fernando. Menggapai Hukum Berkeadilan, Jakarta: Kompas,

2007.

Page 72: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

Mahkamah Agung, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan

Agama, Buku II. Jakarta: 2002.

Manan, Abdul. Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana,

2008.

----------Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama.

Jakarta: Yayasan Al-Hikmah, 2000.

----------Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2006.

Manan, Abdul dan Fauzan, M. Pokok-Pokok Hukum Perdata Wewenang

Peradilan Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.

Mansyur Syah, Umar. Hukum Acara Perdata Peradilan Agama Menurut Teori

dan Prakter, Garut: Al-Umaro,1997.

Mufidah. Psikolog Keluarga Islam Berwawasan Gender, cet.I. Malang: UIN

Malang, 2008.

Musdah Mulia, Siti, dkk. Meretas Jalan Awal Kehidupan Manusia: Modul

Pelatihan Hak-hak Reproduksi dalam Perspektif Pluralisme, Jakarta:

LKAJ, 2003.

Nuruddin, Aminur dan Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di

Indonesia, cet.I. Jakarta: Kencana, 2004.

Ruhaini Dzuhayatin, Siti, dkk. Menuju Hukum Keluarga; Progresif, Responsif

Gender dan Akomodatif Anak, Suka-Pres, 2013.

Saraswati, Rika. PerempuandanPenyelesaianKekerasandalamRumahTangga,

Bandung: PT. Citra AdityaBakti, 2006.

Soekanto, Soerjono. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,

Jakarta: Rajawali, 1983.

----------Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, cet.V. Jakarta:

Raja Grafindo, 2004.

Soekanto, Soerjono dan Santoso, Puoji. Kamus Kriminologi, Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1985.

Page 73: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

Soemodihardjo, R. Dyatmiko Kapita Selekta Penegakan Hukum di Indonesia,

Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006.

Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, PT Prenadya Paramita,1999.

----------Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT. Internusa, 1985.

Supriatnoko. Pendidikan Kewarganegaraan, cet II. Jakarta: Penaku, 2008.

Suyuthi Mustofa, Wildan. Pemecahan Permasalahan Acara Perdata Peradilan

Agama, Jakarta: Tatanusa, 2002.

Syamsuddin, Aziz. Tindak Pidana Khusus, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus

Besar,edisi ke-2 cet VII. Jakarta: Balai Pustaka, 1996.

Tim Redaksi Fokus media, “Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang

Kompilasi Hukum Islam”.

Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika,

2002.

Yahya Harahap, M. Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2001.

----------Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Jakarta: Sinar

Grafika, 2007.

Yusuf As-Subki, Ali. Fiqh Keluarga: Pedoman Berkeluarga Dalam Islam,

Jakarta: Amzah 2010.

----------Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan, Jakarta: Grafika Offset, 2010.

Zaenal Fanani, Ahmad. Berfilsafat dalam Putusan Hakim Teori dan Praktik,

Bandung: Mandar Maju, 2014.

B. Peraturan Perundang-undangan

KompilasiHukum Islam (KHI)

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945, dalam UUD1945

Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945.

Page 74: PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30498/1/SHOFA... · teori keadilan, penegakan hukum, pemenuhan hak. dan . perlindungan

Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.

Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam

Rumah Tangga.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

C. Internet

Anwar, Yesmil dan Adang. “Pengantar Sosiologi Hukum”. Artikel diakses pada

1 april 2015 dari https://books.google.co.id/books.

Artikel diakses pada 1 april 2015 dari

https://masalahukum.wordpress.com/2013/10/05/teori-penegakan-

hukum/.

Laporan Tahunan Pengadilan Agama Jakarta Timur 2013. diakses pada 20

Desember 2014 dari http://www.pa-

jakartatimur.go.id/Laporan%20Tahunan/Laporan%20Tahunan%202013.p

df.

Syafrudin, Kalo. "Penegak Hukum yang Menjamin Kepastian Hukum dan Rasa

Keadilan Masyarakat”. Artikel diakses pada 20 Desember 2014 dari

http://www.bibliopedant.com/Oo4nfjc0YgsskUsG9MM6.

Zaenal Fanani, Ahmad. Teori Keadilan dalam Perspektif Hukum Islam”. Artikel

diakses pada 25 Desember 2014 dari www.badilag.net.