PERLINDUNGAN HUKUM INDONESIA TERHADAP BARANG … · Menengah untuk Menghindari Adanya Passing Off...

22
PERLINDUNGAN HUKUM INDONESIA TERHADAP BARANG ATAU PRODUK INDIKASI GEOGRAFIS PADA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH UNTUK MENGHINDARI ADANYA PASSING OFF SEBAGAI BENTUK PRAKTEK PERSAINGAN TIDAK SEHAT TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Hukum Minat Utama : Hukum Bisnis Disusun oleh : ANNISYA DWI SORAYA NIM : S321508001 PROGAM MAGISTER HUKUM (S2) FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017

Transcript of PERLINDUNGAN HUKUM INDONESIA TERHADAP BARANG … · Menengah untuk Menghindari Adanya Passing Off...

PERLINDUNGAN HUKUM INDONESIA TERHADAP BARANG ATAU

PRODUK INDIKASI GEOGRAFIS PADA USAHA MIKRO, KECIL DAN

MENENGAH UNTUK MENGHINDARI ADANYA PASSING OFF SEBAGAI

BENTUK PRAKTEK PERSAINGAN TIDAK SEHAT

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program

Studi Ilmu Hukum

Minat Utama : Hukum Bisnis

Disusun oleh :

ANNISYA DWI SORAYA

NIM : S321508001

PROGAM MAGISTER HUKUM (S2)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2017

PERNYATAAN

Nama : Annisya Dwi Soraya

NIM : S321508001

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul: “PERLINDUNGAN

HUKUM INDONESIA TERHADAP BARANG ATAU PRODUK INDIKASI

GEOGRAFIS PADA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH UNTUK

MENGHINDARI ADANYA PASSING OFF SEBAGAI BENTUK PRAKTEK

PERSAINGAN TIDAK SEHAT” adalah benar-benar karya sendiri. Hal-hal yang

bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberikan tanda citasi dan

ditunjukan dalam daftar pustaka.

Apabila kemudian terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari

tesis tersebut. selanjutnya untuk membuktikan keasliannya tesis saya, dengan ini saya

bersedia di-upload ataudi publikasi website Progam Magister Ilmu Hukum Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret.

Surakarta, September 2017

Yang membuat pernyataan

ANNISYA DWI SORAYA

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah mlimpahkan

begitu banyak nikmat-Nya sehingga tesis yang berjudul, ”PERLINDUNGAN

HUKUM INDONESIA TERHADAP BARANG ATAU PRODUK INDIKASI

GEOGRAFIS PADA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH UNTUK

MENGHINDARI ADANYA PASSING OFF SEBAGAI BENTUK PRAKTEK

PERSAINGAN TIDAK SEHAT” ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya

guna memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu

Hukum Universitas Sebelas Maret.

Tesis ini membahas tentang kesesuaian dan keidealam hukum mengenai

perlindungan Indikasi Geografis lokal maupun Internasional untuk mencegah adanya

passing off sebagai bentuk praktek persaingan tidak sehat. Dalam kesempatan ini,

penulis juga bermaksud menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang

membantu penulis baik secara materiil maupun moril sehingga penulisan tesis ini dapat

terselesaikan dengan baik dan lancar terutama kepada :

1. Dengan mengucapkan syukur, Penulis mempersembahkan karya ini teruntuk:

Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahNya kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan hukum ini;

2. Rasullulah Muhammad SAW sebagai suritauladan sehingga penulis dapat

melanjutkan semua ajaran yang diajarkan dan mengikuti semua petunjuk-

petunjuk-Nya;

3. Bapak Prof. Dr. Raviq Kasidi, MS, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta

4. Bapak Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak Prof. Dr. Supanto, SH.,M.Hum, Selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Bapak Dr. Hari Purwadi, SH, M.Hum, selaku Ketua Program Magister Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta

7. Bapak Prof. Adi Sulistyono,SH.,MH selaku pembimbing pertama.dan bapak

Dr.Pujiyono,SH.,MH selaku pembimbing

8. Kedua Orangtua yang tersayang dan terkasih Bapak Suroyo,S.Pd dan Ibu

Hartini Sri Windansih, S.Pd yang mendidik, memberikan kasih sayang, doa,

dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini;

9. Kakak tersayang Tisia Bernanti Windansari, S.Psi yang selama ini telah

memberikan doa serta dukungannya;

10. Suami tercinta Arliesta Bram Erlangga yang senantiasa memberikan kasih

sayang, menemani, memberikan masukan, memberikan dukungan serta doa di

setiap hari atas keberlangsungan penulisan hukum ini;

11. Keluarga besar angkatan MIH 2015, yang telah menjadi bagian keluarga,

terimakasih atas pengertian, kebersamaan dan dukungannya;

12. Semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya penulisan hukum ini

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga segala kebaikan Bapak,

Ibu, rekan-rekan menjadi amalan dan mendapat balasan kebaikan dari Allah

SWT.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS iii

PERNYATAAN iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

ABSTRAK INDONESIA ix

ABSTRAK INGGRIS x

BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................................... 11

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 11

1. Tujuan Subjektif .............................................................................. 11

2. Tujuan Objektif ............................................................................... 11

D. Manfaat penelitian .................................................................................. 12

1. Manfaat Teoritis ............................................................................... 12

2. Manfaat Praktis ............................................................................... 12

BAB II. LANDASAN TEORI..................................................................................13

A. Teori Keadilan ......................................................................................... 13

B. Teori Perlindungan Hukum ................................................................... 18

C. Teori Negara Hukum .............................................................................. 22

D. Tinjauan HKI .......................................................................................... 25

1. Pengertian HKI ................................................................................ 25

2. Macam-Macam HKI ........................................................................ 26

E. Tinjauan Indikasi Geografis (IG) .......................................................... 27

1. Pengertian IG ................................................................................... 27

2. Pendaftaran ...................................................................................... 29

3. Bentuk Perlindungan dan Gugatan ............................................... 31

F. Tinjauan UMKM .................................................................................... 32

1. Pengertian ......................................................................................... 32

2. Karakteristik UMKM ...................................................................... 34

3. Asas dan Tujuan UMKM ................................................................ 36

G. Doktrin Passing Off ................................................................................. 42

H. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 48

I. Kerangka Berfikir ................................................................................... 50

BAB III. METODE PENELITIAN..........................................................................51

A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 51

B. Sifat dan Bentuk Penelitian .................................................................... 51

C. Jenis Bahan Hukum ................................................................................ 52

D. Sumber Bahan Hukum ........................................................................... 52

E. Teknik Analisis Data ............................................................................... 53

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................................54

A. Kesuaian hukum Indonesia dalam hal memberi perlindungan IG pada

UMKM untuk menghindari adanya praktek persaingan tidak

sehat.............................................................................................................54

B. Model perlindungan hukum Indonesia guna melindungi IG pada

UMKM ketika di ekspor ke negara lain sehingga terhindar dari adanya

Passing Off sebagai bentuk praktek persaingan tidak

sehat.............................................................................................................88

BAB V. PENUTUP................................................................................................120

A. Simpulan...................................................................................................120

B. Implikasi...................................................................................................121

C. Saran ........................................................................................................121

DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK

Annisya Dwi Soraya, NIM S321508001, 2017, Perlindungan Hukum Indonesia

terhadap Barang atau Jasa produk Indikasi Geografis Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah untuk Menghindari Adanya Passing Off sebagai Bentuk Praktek Unfair

Competition.

Tesis : Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini mengkaji tentang kesesuaian hukum Indonesia dalam hal memberi

perlindungan produk indiaksi geografis Usaha Mikro,Kecil dan Menengah (UMKM) serta

untuk mengetahui model perlindungan hukum yang ideal guna melindungi produk Indikasi

Geografis UMKM tersebut ketika diekspor ke negara lain sehingga terhindar dari adanya

passing off untuk melindungi dari praktek persaingan tidak seha. Penelitian ini merupakan

penelitian normatif atau doktrinal yang sifat penelitian deskriptif dan bentuk penelitian

preskriptif. Pendekatan yang digunakan adalah perundang-undangan dan pendekatan

perbandingan dengan sumber data primer dan sekunder. Tehnik pengumpulan

datadilakukan dengan tehnik riset perpustakaan dan analisa logika deduksi.

Berdasarkan penelitian ini diperolah hasil bahwa perlindungan indikasi geografis

dengan diberlakukannya Undang-Undang baru yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis sudah memberikan perlindungan terhadap

kepentingan masyarakat UMKM yang mempunyai produk indikasi geografis, namun dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis perlu segera

dilakukan perubahan karena sudah tidak sesuai dengan Undang-Undang baru. Selain itu,

akses registrasi internasional Indonesia belum mengakomodasi melalui hukum Indonesia.

Implikasi penelitian dari penelitian ini adalah bahwa perlu dilakukannya perubahan

Peraturan Pemerintah mengenai indikasi geografis sehinga aturan hukum menjadi jelas dan

sesuai dengan undang-undang baru, Pemberian motivasi dan sosialisasi akan pentingnya

suatu pendaftaran sebagai syarat multlak diberikannya perlindungan berupa hak eksklusif

dan kemudahan akses registrasi pendaftaran indikasi geografis agar mampu bersaing di

pasar internasional. Serta perluasan kerjasama Hak Kekayaan Intelektual (HKI) melalui

perjanjian bilateral maupun multilateral dengan negara-negara didunia yang berpotensi

menguntungkan untuk pasar ekspor Indonesia.

Kata kunci : Indikasi Geografis, Pendaftaran, Persaingan tidak Sehat

ABSTRACT

Annisya Dwi Soraya, NIM S321508001, 2017, Indonesia Law Protection towards

Geographical Indication Goods and Services of Micro, Small, Medium Enterprises

to Avoid Passing Off as an Unfair Competition Practice.

Thesis: Master Degree of Law of Sebelas Maret University Surakarta

This study is conducted to investigate the applicability of law in Indonesia in

protecting geographical indication products ofmicro, small, medium enterprises

(Usaha Mikro Kecil dan Menengah – UMKM) as well as to know the ideal law model

in protecting geographical indication products of UMKM in terms of avoiding

passing off and unfair competition while being exported to the overseas. This study is

a normative/doctrinal perspective descriptive study. The approach focuses on the

Indonesian Laws as well as the comparison between primary and secondary data

sources Library research and logical deduction analysis are used as the data

collection techniques.

The result of the study shows that based on the implementation of Act No. 20

Year 2016 about Brand and Geographical Indication has granted protection towards

the people with geographical indication products. However, in Government

Regulation No. 51 Year 2007 about Geographical Indication is in dire of change due

to its incompatibilityto the new Act. Besides, the international registration access of

Indonesia is not yet regulated by the Indonesian law itself.

It is implied that the change of Government Regulation about geographical

indication is needed to make the regulation clearer and in line with the new Act.

Socialization about the importance of registration as an obligation to get protection

in terms of exclusive rights and easiness of geographical indication registration in

order to competitively involve in international market has to be held. Finally,

extending both bilateral and multilateral agreement about intellectual property,

which is beneficial to exporting market in Indonesia, is also needed.

Keywords: Geographical indication, registration, unfair competition

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Di era modern saat ini, dituntut untuk lebih meningkatkan pembangunan nasional

yang bertitik berat pada segala bidang, terutama bidang ekonomi. Pertumbuhan

ekonomi suatu negara merupakan salah satu indikasi yang dapat digunakan untuk

mengukur keberhasilan pembangunan negara tersebut. Salah satu cara untuk

meningkatkan perekonomian negara adalah dengan meningkatkan hasil produk-produk

dalam negeri yang nantinya tidak hanya dipasarkan kedalam negeri saja, namun juga

keluar negeri.

Perdagangan Internasional berjalan sangat cepat dan cenderung mengarah pada

liberalisasi perdagangan, yang menjadikan semua negara harus membuka pasarnya

masing-masing. Globalisasi perdagangan internasional yang ditandai dengan semakin

tidak jelasnya batas-batas antara negara telah meningkatkan transaksi dagang, maka

dengan terbukanya pasar dalam negeri dan luar negeri sebagai salah satu akibat

globalisasi atau liberlaisasi perdagangan sehingga menyebabkan tingkat produksi dan

permintaan konsumen atas produk HKI yang meningkat tinggi.

Kerjasama internasional adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem HKI

Indonesia. Standar HKI Internasional telah menjadi sebuah sumber yang penting bagi

hukum HKI Indonesia, dan sistem administrasi internasional memberikan sumbangan

kepada sistem administrasi HKI di Indonesia. Pengaturan internasional HKI adalah

bagian yang tidak dapat terpisahkan dari sistem pengaturan HKI Indonesia. Standar

HKI internasional telah menjadi sebuah sumber yang penting bagi hukum HKI

Indonesia dan sistem administrasi Internasional memberikan sumbangan kepada

administrasi HKI di Indonesia. Indonesia juga telah menjadi peserta aktif dalam

banyak perkembangan HKI Internasional saat ini,khususnya melalui keikutsertaanya

sebagai negara peserta dalam Organisasi Perdaganagan Dunia atau World Trade

Organization (WTO) dan Organisasi HKI Dunia yaitu World Intellectual Property

Organization (WIPO).

Pemerintah Indonesia tentunya dapat lebih tegas mengamankan aset-aset seni dan

budaya milik Bangsa Indonesia itu sendiri, karena Indonesia merupakan salah satu

negara yang telah meratifikasi pembentukan WTO)\ melalui Undang-Undang No. 7

tahun 1994. Konsekuensinya adalah Indonesia harus melaksanakan kewajiban untuk

menyesuaikan peraturan perundang-undangan nasionalnya dengan ketentuan WTO,

termasuk yang berkaitan dengan Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual

Property Rights (TRIPs-WTO). 1

Pemasaran produk lokal ke luar negeri dapat lebih meningkatkan pendapatan

perekonomian negara Indonesia. Kerjasama antar negara membuat alur perdagangan

menjadi lebih mudah dan menguntungkan. WTO merupakan satu-satunya organisasi

internasional yang mengatur perdagangan internasional. Terbentuk sejak tahun 1995,

WTO berjalan berdasarkan serangkaian perjanjian yang dinegosiasikan dan disepakati

oleh sejumlah besar negara di dunia dan diratifikasi melalui parlemen. Tujuan dari

perjanjian-perjanjian WTO adalah untuk membantu produsen barang dan jasa,

eksportir dan importir dalam melakukan kegiatannya. Pendirian WTO berawal dari

negosiasi yang dikenal dengan "Uruguay Round" (1986 - 1994) serta perundingan

sebelumnya di bawah "General Agreement on Tariffs and Trade" (GATT). WTO saat

ini terdiri dari 154 negara anggota, di mana 117 di antaranya merupakan negara

berkembang atau wilayah kepabeanan terpisah. Saat ini, WTO menjadi wadah

negosiasi sejumlah perjanjian baru di bawah "Doha Development Agenda" (DDA)

yang dimulai tahun 2001. Pengambilan keputusan di WTO umumnya dilakukan

1 Afrillyanna Purba, dkk, TRIPs-WTO dan Hukum HKI Indonesia, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hal

1

berdasarkan konsensus oleh seluruh negara anggota. Badan tertinggi di WTO adalah

Konferensi Tingkat Menteri (KTM) yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Di

antara KT, kegiatan-kegiatan pengambilan keputusan WTO dilakukan oleh General

Council. Di bawahnya terdapat badan-badan subsider yang meliputi dewan, komite,

dan sub-komite yang bertugas untuk melaksanakan dan mengawasi penerapan

perjanjian-perjanjian WTO oleh negara anggota. Prinsip pembentukan dan dasar WTO

adalah untuk mengupayakan keterbukaan batas wilayah, memberikan jaminan atas

"Most-Favored-Nation principle" (MFN) dan perlakuan non-diskriminasi oleh dan di

antara negara anggota, serta komitmen terhadap transparansi dalam semua

kegiatannya. Terbukanya pasar nasional terhadap perdagangan internasional dengan

pengecualian yang patut atau fleksibilitas yang memadai, dipandang akan mendorong

dan membantu pembangunan yang berkesinambungan, meningkatkan kesejahteraan,

mengurangi kemiskinan, dan membangun perdamaian dan stabilitas. Pada saat yang

bersamaan, keterbukaan pasar harus disertai dengan kebijakan nasional dan

internasional yang sesuai dan yang dapat memberikan kontribusi terhadap

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi setiap

negara anggota.2

Ada beberapa cara untuk meningkatkan perekonomian Indonesia melalui

perdagangan Internasional. Salah satu caranya adalah meningkatkan daya saing

produk-produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). UMKM harus siap

saling bersaing dalam perdagangan Internasional. Hal ini bertujuan untuk

meningkatkan stabilitas perekonomian Indonesia. UMKM merupakan pelaku

ekonomi nasional yang mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan

perekonomian. Karena kegiatan usahanya mampu memperluas lapangan kerja dan

memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat Selain itu adanya

komitmen dari pemerintah terkait cinta produk lokal dimulai dengan memberi

2 http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/kerjasama-multilateral/Pages/World-Trade-Organization-

(WTO).aspx diakses pada tanggal 13 Nopember 2016, pukul 22.30 WIB

dukungan demi kemajuan produk lokal. Sehingga masyarakat akan menggemari

dengan menggunakan produk lokal tentu dengan mutu dan kualitas yang mampu

bersaing.

UMKM merupakan sektor yang resist terhadap krisis dan sudah terbukti saat terjadi

krisis ekonomi di tahun 1998 yang lalu dimana banyak usaha besar yang gulung tikar

UMKM justru bertahan dan tetap hidup. Di samping itu usaha kecil mampu menyerap

tenaga kerja lebih besar karena cenderung bersifat padat karya dengan teknologi yang

sederhana. 3 Sebanyak 600.000 UMKM di Indonesia sudah memasuki perdagangan

ekspor. Jumlah tersebut masih sangat minim atau sebesar 17% dari jumlah total

UMKM sebanyak 55 juta. 4 Kontribusi sektor UMKM terhadap produk domestik bruto

meningkat dari 57,84 persen menjadi 60,34 persen dalam lima tahun terakhir. Serapan

tenaga kerja pada sektor ini juga meningkat, dari 96,99 persen menjadi 97,22 persen

pada periode yang sama. Meskipun indikator kontribusi terhadap pembentukan produk

domestik bruto (PDB) dan serapan tenaga kerja naik, akses sektor UMKM ke rantai

pasok produksi global sangat minim. Kontribusi UMKM di Indonesia terhadap rantai

pasok global hanya 0,8 persen. 5

UMKM sangat berkaitan dengan Indikasi Geografis (IG) dan merek. IG merupakan

salah satu rezim HKI yang telah diakui di dunia internasional seiring dengan

disepakatinya WTO. Dan salah satu lampiran persetujuan WTO adalan perjanjian T

rade Related Aspect of Intellectual Property Rights (TRIPs) dan dalam perjanjian

internasional tersebut, pada section 3-nya diatur tentang Geographical Indication.

Hukum Indonesia juga mengatur mengenai IG. Sebelum disahkannya UU baru tentang

Merek, IG diatur ke dalam bidang Hak Merek yakni dalam UU Nomor 15 tahun 2001

tentang Merek. Kemudian oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akhirnya

3 Jatengprov, http://www.jatengprov.go.id/id/berita-skpd/peran-umkm-hadapi-mea-2015 diakses

tanggal 12 Oktober 2016, pukul 12.00 WIB 4 Solopos, http:// http://solopos.com/17-umkm-masuki-pasar-ekspor-398498 www.solopos.com/,

diakses tanggal 2 Oktober 2016, pukul 11.00 WIB 5 Kementerian perindustrian, http://www.kemenperin.go.id/artikel/14200/Kontribusi-UMKM-Naik ,

diakses tanggal 2 Oktober 2016, pukul 08.00 WIB

mengesahkan Rancangan Undang-Undang tentang Merek dan Indikasi Geografis pada

tanggal 25 November 2016 menjadi UU Nomor 20 tahun 2016 tentang Merek dan IG

(UU Merek dan IG).6 Secara pokok, UU Merek dan IG bertujuan untuk menjamin

persaingan usaha yang sehat, untuk melindungi konsumen maupun UMKM sekaligus

memfasilitasi sektor industri, perdagangan dan investasi.

Istilah IG atau Geographical Indications telah banyak digunakan dalam beberapa

kali negosiasi antar negara-negara peserta WTO, sehingga pada akhirnya disepakati

dimasukkan dalam persetujuan TRIPs. Di Amerika Serikat dan Inggris, asal geografis

(geographical origin) dilindungi oleh merek kolektif (collective marks) dan

certification marks. Sedangkan di negara-negara Civil Law, istilah yang digunakan

adalah the appellation of origin. Geographical indications dimasukkan di dalam

peresetujuan TRIPs diperuntukkan sebagai solusi atas berbagai hambatan dan kesulitan

yang dialami dalam melindungi nama-nama produk (barang) dengan nama tempat dan

atau istilah.7 Tuntutan adanya perlindungan terhadap IG dalam sistem hukum hak

kekayaan intelektual adalah suatu upaya untuk melindungi produk-produk masyarakat

lokal dalam negeri. Suatu merek yang dipakai oleh pelaku bisnis untuk

memperkenalkan produk, biasanya menggunakan nama tempat atau lokasi geografis

yang menjelaskan dari mana barang tersebut berasal.

Pengertian IG pada Pasal 1 butir (6) UU Merek dan IG, sebagai berikut:

Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu

barang dan/atau produk yang karena faktor lingkungan geografis termasuk

faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut

memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang dan/atau

produk yang dihasilkan

6 http://www.kemenkumham.go.id/berita/993-undang-undang-merek-dan-indikasi-geografis-

disahkan-pelaku-ekonomi-terlindungi, diakses pada tangga l 5 Jnauari 2017 pukul 19,00 WIB 7 I Gde Agus Kurniawan, Pengaturan Penghentian Pengaturan Indikasi Geografis pada Merek

Terdaftar oleh pihak lain yang tidak berhak, Universitas Udayana , 2013 , hal 7

Sedangkan dalam pasal 22 ayat (2) perjanjian TRIPs mendefinisikan IG sebagai

berikut:

Yang dimaksud dengan Indikasi Geografis berdasarkan perjanjian ini adalah

tanda yang mengidentifikasikan suatu wilayah negara anggota, atau kawasan

atau daerah di dalam wilayah tersebut sebagai asal barang, di mana reputasi,

kualitas dan karakteristik barang yang bersangkutan sangat ditentukan oleh

faktor geografis tersebut.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan produk potensi IG nya seperti Ubi

Cilembu, Kopi Gayo, Bika Ambon, Kopi Kintamani Bali, Lada Hitam Lampung, Lada

Putih Muntok, Kopi Toraja, Carica Dieng, Apel Batu Malang, Keramik Dinoyo,

Gerabah Kasongan dan lain-lain. Potensi alam yang dikelola UMKM tersebut menjadi

anugerah bagi bangsa Indonesia untuk pertumbuhan ekonomi, jika potensi tersebut

dapat dimanfaatkan dan digunakan sebagai aset perdagangan. Dalam konteks ini,

apabila potensi tersebut masuk ke dalam kategori aset bisnis atau perdagangan, maka

aturan hukum harus dapat menjamin agar hak-hak pihak yang memanfaatkan potensi

tersebut dapat terlindungi. Apalagi jika potensi tersebut sudah diperdagangkan ke

dunia internasional.

Serupa dengan perlindungan Merek di Indonesia, perlindungan IG juga

mensyaratkan adanya suatu proses permohonan pendaftaran. Hanya saja pendaftaran

IG dilakukan oleh lembaga yang mewakili masyarakat di kawasan geografis tertentu

yang mengusahakan suatu barang dan/atau produk dan oleh pemerintah provinsi atau

kabupatenkota. Berbeda dengan perlindungan merek, IG dilindungi selama terjaganya

reputasi, kualitas, dan karakteristik yang menjadi dasar diberikannya pelindungan IG

pada suatu barang.

IG menganut prinsip teritorial, hal ini berlaku juga pada hak merek. Yang berarti

perlindungannya hanya berlaku di negara di mana permohonan diajukan dan diberikan

untuk memperoleh perlindungan hukum di wilayah hukum Indonesia. Pendaftaran HKI

ini dilakukkan di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (DJHKI). Karena

berlaku teritorial, maka rawan akan terjadinya pelanggaran HKI dalam lingkup

Internasional ketika barang ini di ekspor. Pelanggaran-pelanggaran atas HKI tentu

sangat merugikan pelaku usaha, terutama bagi mereka yang sudah membangun image

produk mereka dari awal hingga akhirnya dikenal masyarakat.

Persaingan selalu ada dalam dunia bisnis. Secara terminologi, kata persaingan dapat

diartikan bahwa ketika ada dua pihak atau lebih yang terlibat dalam upaya saling

mengungguli dan ada kehendak di antara mereka untuk mencapai tujuan yang sama. 8

Itu artinya, persaingan dilakukan oleh beberapa pelaku usaha yang sama - sama

bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari setiap usahanya. Dengan adanya

persaingan di antara beberapa pelaku usaha, sering mengakibatkan adanya suatu pelaku

usaha yang melakukan kecurangan - kecurangan atau melakukan tindakan yang tidak

fair untuk mengungguli pelaku usaha lainnya dalam memperoleh keuntungan.

Akibatnya, akan ada pelaku usaha yang dirugikan. Persaingan di antara para pelaku

usaha seperti yang disebutkan diatas merpakan persaingan usaha curang (unfair

competition) yang tidak hanya dapat mengakibatkan kerugian bagi konsumen, tetapi

juga dapat merugikan negara.

Salah satu contoh perbuatan praktek persaingan tidak sehat adalah adanya action for

passing off, yaitu suatu praktik peniruan/penjiplakan. Pengertian passing off menurut

Black’s Law Dictionary yaitu:

“The act or an instance of falsely representing one’s own product as that of another

in an attempt to deceive potential buyers. Passing off is actionable in tort under the

law of unfair competition. It may also be actionable as trademark infringement” 9

Pelanggaran terhadap Merek dilakukan dengan memasang Merek, logo, dan bahan

persis dengan yang asli, sekarang penggunaan Merek yang mirip dengan Merek lain

8 Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, hal 13

9 Bryan A. Garner, 2004, yang dikutip dalam jurnal oleh Ashibly, Passing Off dalam Undang-Undang

Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek Sebagai Upaya Perlindungan terhadap Pemegang Terek terkenal yang

Tidak Terdaftar di Indonesia, 2016, hal 5

yang sudah terdaftar serta penggunaan Merek yang sama dan atau mirip dengan Merek

lain sehingga menimbulkan kesalahan persepsi di benak masyarakat sudah mulai

marak.10

Merek yang dimaksud dalam penulisan ini adalah merek yang mengandung

unsur IG.

Merek terkenal merupakan obyek dari passing off khususnya yang tidak terdaftar

karena adanya reputasi atau nama baik atau goodwill di dalam suatu Merek terkenal

tersebut dan reputasi pasti memiliki nilai ekonomis. Sebelum merek didaftarkan, maka

produk IG harus didaftarkan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar diberikan

perlindungan hukum dari perbuatan produsen lain yang tidak jujur, curang dengan

membonceng reputasi. Hal tersebut merupakan praktek persaingan tidak sehat. Selama

ini banyak terjadi peniruan terhadap merek yang mengandung unsur IG, yang

mengakibatkan produsen pertama mengalami kerugian. Peniruan tersebut merupakan

suatu perbuatan melanggar hukum yang mengakibatkan persaingan usaha curang dan

tidak sehat. Untuk mencegah persaingan curang tersebut maka produk HKI tersebut

khususnya IG perlu dilindungi. Karena Persaingan curang itu bisa menyesatkan

konsumen, dan akan menimbulkan kerugian akibat menurunnya reputasi suatu produk

terkenal.

Sebagai contoh merek produk asli Indonesia yang mengandung unsur IG yang

pernah di klaim oleh pihak luar negeri adalah, kopi Gayo yang berasal dari Sumatra

Utara. Sadarsah sebagai pemilik CV Arvis Sanada. CV Arvis Sanada adalah salah

satu perusahaan eksportir kopi arabika asal Gayo Aceh dilarang mengeksport kopi ke

daratan Eropa dengan menggunakan kata gayo dalam kemasannya, padahal biji kopi

tersebut memang berasal dari Gayo Aceh. Namun kopi tersebut diklaim merupakan

merek asli dari Belanda. Pengusaha dari Belanda diketahui mengirim surat protes

kepada pengusaha asal Gayo, Nanggroe Aceh Darussalam ketika tahun 2008.

Pendaftaran “Gayo Mountain Coffee” CTM No.001242965 sebagai merek dagang di

10

ibid

Eropah. Mereka selalu menghambat dan mempermasalahkan penggunaan kata Gayo

dari nama merek Arabica Sumatra Gayo pada produk kopi yang diekspor, oleh CV

Arvis Sanada, ke pasar Belanda. 11

Selain itu juga ada kopi Toraja pada tahun 2005, Kopi Toraja yang merupakan

budaya asli Indonesia, khususnya berasal dari Sulawesi Selatan. Key Coffee Inc.

Corporation dari Jepang mendaftarkan Merek “Toarco Toraja” dengan nomor

pendaftaran 75884722. Merek tersebut selain menampilkan kata “Toraja” juga rumah

adat Toraja sebagai latar merek. Merek tersebut selain menampilkan kata “Toraja” juga

rumah adat Toraja sebagai latar merek. Hal ini berakibat pada merek kopi Toraja asli

Indonesia apabila tetap ingin menjual Kopi Toraja di Jepang, maka tidak boleh

menggunakan nama yang mengandung kata “Toraja”. 12

Kasus diatas mengingatkan bahwa masih banyak harta kekayaan milik Indonesia

khususnya yang berkaitan dengan IG yang patut dilindungi. Dalam penelitian ini

dikhususkan pada pendaftaran IG di tempat negara penerima ekspor. Tujuan utama

pendaftaran merupakan sebagai dasar pemikiran atau alasan dibuatnya sistem registrasi

Internasional. Sebagaimana diketahui bahwa perlindungan terhadap indikasi geografis

di beberapa negara menjadi sesuatu yang complicated dikarenakan terdapat beberapa

perbedaan konsep hukum yang sudah ada di berbagai negara (termasuk perbedaan

tradisi hukum nasional) di dalam sebuah framework baik secara historis maupun

kondisi ekonomi negara tersebut. Sehingga kesulitan dialami pendaftaran IG agar

diakui di negara penerima ekspor, terlebih tidak ada aturan hukum di Indonesia yang

mengatur tentang tata cara mendaftarkan IG ke negara lain sehingga diharapkan dapat

menciptakan kepastian hukum terutama di bidang HKI yang menyangkut tentang Hak

IG. Oleh karena permasalahan yang peneliti tulis diatas, maka peneliti akan meneliti

11

http://www.pemkomedan.go.id/artikel-15429-sadarsah-membawa-kopi-gayo-mendunia.html diakses

tanggal 8 November 2016, pukul 22.23 WIB 12

http://www.kompasiana.com/imamhariyanto/lindungi-kopi-indonesia-dari-klaim-negara-

lain_54f8498da33311d25d8b497b diakses tanggal 8 November 2016, pukul 22.30 WIB

dalam penelitian tesis ini dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM INDONESIA

TERHADAP BARANG ATAU PRODUK INDIKASI GEOGRAFIS PADA

USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH UNTUK MENGHINDARI

ADANYA PASSING OFF SEBAGAI BENTUK PRAKTEK PERSAINGAN

TIDAK SEHAT”

B. PERUMUSAN MASALAH

1. Apakah hukum di Indonesia sudah memberi perlindungan terhadap barang atau

produk IG pada UMKM untuk menghindari adanya praktek Persaingan tidak sehat?

2. Bagaimanakah model perlindungan hukum Indonesia guna melindungi IG pada

UMKM ketika diekspor ke negara lain untuk menghindari adanya Passing Off

praktek Persaingan tidak sehat?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini adalah kegiatan ilmiah yang mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang

hendak dicapai oleh penulis yang tidak terlepas dari perumusan masalah yang telah

ditentukan.Tujuan penelitian ini sendiri merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai

jawaban atas permasalahan yang dihadapi (tujuan obyektif) dan juga untuk memenuhi

kebutuhan perorangan (tujuan subyektif). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Tujuan Subjektif

a) Untuk mengetahui kesesuaian hukum Indonesia dalam hal memberi

perlindungan IG pada UMKM untuk menghindari adanya praktek Persaingan

tidak sehat.

b) Untuk mengetahui model perlindungan hukum Indonesia guna melindungi IG

pada UMKM ketika diekspor ke negara lain sehingga terhindar dari adanya

Passing Off sebagai bentuk praktek Persaingan tidak sehat.

2. Tujuan Objektif

a) Untuk memperdalam pengetahuan penulis mengenai perlindungan IG

khususnya pada UMKM di Indonesia dan Luar Negara Indonesia.

b) Untuk menambah dan memperdalam wawasan serta pengetahuan penulis

khususnya dalam bidang Perlindungan IG Indonesia

D. MANFAAT PENELITIAN

Salah satu aspek dalam kegiatan penelitian yang tidak dapat diabaikan adalah

mengenai manfaat penelitian. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan

manfaat bagi banyak pihak yang terkait dengan penulisan hukum ini, yaitu bagi penulis,

maupun bagi pembaca dan pihak-pihak lain. Karena nilai dari sebuah penelitian

ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diambil dari adanya penelitian tersebut.

Ada pun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya

dan IG pada khususnya;

b. Mengetahui dan memahami keidealan hukum indonesia terutama pada IG

yang harus didaftarkan ke negara importir.

2. Manfaat Praktis

a. Guna mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis, sekaligus

untuk mengembangkan kemampuan penulis dalam mengkritisi persoalan-

persoalan hukum terutama tentang hukum merek;

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberi masukan serta

tambahan pengetahuan bagi para pihak yang terkait dengan masalah yang

diteliti, dan berguna bagi pihak yang berminat bagi masalah yang sama.