Perkembangan Jiwa Agama Pada Anak

14
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keluarga merupakan pendidikan hanyalah sebagai pelanjut demi pendidikan rumah tangga. Dalam kaitan dengan kkepentingan ini pula terlihat pesan strategis dan peran sentral keluarga dalam meletakkan dasar-dasar keberagaman bagi anak-anak. Namun keberagaman tersebut memerlukan tuntunan dan bimbingan sejalan dengan tahap perkembanganyang mereka alami. Tokoh yang paling menentukan daalam menumbuhkan rasa keberagaman itu adalah kedua orang tuanya. 1.2 RUMUSAN MASALAH Dengan melihat latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah antara lain: 1.2.1Bagaimanakah Agama pada masa kanak-kanak? 1.2.2 Bagaimanakah tahap perkembangan beragama pada anaak-anak? 1.2.3 Bagaimanakah sifat agama pada anak? 1.3 TUJUAN PEMBAHASAN

description

pengembangan

Transcript of Perkembangan Jiwa Agama Pada Anak

BAB I

PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANG

Keluarga merupakan pendidikan hanyalah sebagai pelanjut demi pendidikan rumah tangga. Dalam kaitan dengan kkepentingan ini pula terlihat pesan strategis dan peran sentral keluarga dalam meletakkan dasar-dasar keberagaman bagi anak-anak. Namun keberagaman tersebut memerlukan tuntunan dan bimbingan sejalan dengan tahap perkembanganyang mereka alami. Tokoh yang paling menentukan daalam menumbuhkan rasa keberagaman itu adalah kedua orang tuanya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dengan melihat latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah antara lain:

1.2.1Bagaimanakah Agama pada masa kanak-kanak?

1.2.2 Bagaimanakah tahap perkembangan beragama pada anaak-anak?

1.2.3 Bagaimanakah sifat agama pada anak?

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat diambil sebuah kesimpulan sebagai berikut:

1.3.1 Untuk mengetahui agama pada masa anak-anak.

1.3.2 Untuk mengetahui tahap perkembangan beragama paada anak-anak.

1.3.3 Untuk mengetahui sifat agama pada anak.

BAB II

PEMBAHASANPERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA ANAK-ANAK2.1 Perkembangan Jiwa Beragama pada Masa Anak-anakAgama Pada Masa Anak- AnakSebagaimana dijelaskan diatas, yang dimaksud dengan masa anak- anak adalah sebelum berumur 12 tahun. Jika mengikuti periodesasi yang dirumuskan Elizabeth B. Hurlock, dalam masa ini terdiri dari tiga tahapan:

1. 0 2 tahun (masa vital)2. 2 6 tahun (masa kanak- kanak)3. 6 12 tahun (masa sekolah)

Dalam mengawali penjelasan tentang perkembangan jiwa beragama pada masa anak-anak, Clark mengajukan dua pertanyaan, pertama, darimanakah timbulnya agama pada diri anak, dan kedua, bagaimanakah bentuk dan sifat agama yang ada pada anak-anak?

Menurut beberapa ahli, anak dilahirkan bukan sebagai makhluk yang relijius, ia tak ubahnya seperti makhluk lainnya. Selain itu juga terdapat pendapat para ahli yang mengatakan bahwa anak di lahirkan telah membawa fitrah keagamaan, dan baru berfungsi kemudian setelah melalui bimbingan dan latihan sesuai dengan tahap perkembangan jiwanya. Pendapat pertama lebih memandang manusia sebagai bentuk, bukan seccaara kejiwaan. Jika demikian, apakah sebenarnya yang merupakan faktor esensial mempengaruhi perkembangan jiwa beragama tersebut.

Jawaban atas permasalahan ini telah banyak dii bahas dalam teori tentang sumber jiwa beragama, seperti teori forwwishes yang dikemukakan oleh tomas, bahwa manusia dilahirkan ke dunia ini memiliki empat keinginan, yaitu :

1. keinginan untuk selamat

2. keinginan untuk mendapatkan pengalaman baru

3. keinginan untuk mendapatkkan tanggapan baru dan

4. keinginan untuk dikenal

Berdasarkan pada kenyataan dan gabungan dari ke empat keinginan tersebut, maka sejak dilahirkan manusia hidup dalam ketergantungan.melalui pengalaman-pengalaman yang diterima dari lingkungan itu kemudian terbentuklah rasa keagamaan pada diri anak.sementara woodwort berpendapat bahwa bayi dilahirkan telah memiliki bebepara insthink, diantarany adalah insthing keagamaan.belum terlihaatnya tindak keagamaan pada diri anak karena beberapa fungdsi kejiwaan yang menopang kematangan berfungsinya insthink itu belum sempurna

Pendapat ini mendapaat sanggahan dari beberapa ahli dengan mengemukakan argumentasi sebagi berikut : jika anak telah memiliki insthink keagamaan, mengapa orang tisdak terhayati secara otomatis, ketika mendengan lonceng gereja atau panggilan adzan. Di samping itu, mengapa terdapat perbedaan agam di dunia ini, bukankah cara berenang itik dan cara bergama membuat seseorang yang didasarkan pada tingkah laku insthingtif akan sama caraanya di setiap penjuru dunia?

Menurut penulis, jawaban atas permasalahan tersebut adalah dengan mengajukan hadist Rosulullah Saw.

Fitrah dalam hadist tersebut tidak diartikan dengan insthing, tapi lebih diartikan sebagai potensi. Permasalahannya berikut yang ingin dijawab adalah bagaimanakah pengembangan dari potensi tersebut? Dengan kata lain, persoalan bagaimanakah timbulnya kepercayaan pada anak dan apakah factor-faktor yang mempengaruhinya. Sebab, jika anak dibiarkan saja tanpa didikan agama dan hidup dalam tidak beraagama, ia akhirnya akan menjadi dewasa tanpa agama.

Anak mengenal Tuhan pertama kali melalui bahasa dari kata- kata orang yang ada dalam lingkungannya, yang pada awalnya diterima secara acuh. Tuhan bagi anak pada permulaan merupakan nama sesuatu yang asing dan tidak dikenalnya serta diragukan kebaikan niatnya. Tidak adanya perhatian terhadap tuhan pada tahap pertama ini dikarenakan ia belum mempunyai pengalaman yang akan membawanya kesana, baik pengalaman yang menyenangkan maupun yang menyusahkan. Namun, setelah ia menyaksikan reaksi orang- orang disekelilingnya yang disertai oleh emosi atau perasaan tertentu yang makin lama makin meluas, maka mulailah perhatiannya terhadap kata tuhan itu tumbuh,

Perasaan si anak terhadap orang tuanya sebenarnya sangat kompleks. Ia merupakan campuran dari bermacam- macam emosi dan dorongan yang saling bertentangan. Menjelang usia 3 tahun yaitu umur dimana hubungan dengan ibunya tidak lagi terbatas pada kebutuhan akan bantuan fisik, akan tetapi meningkat lagi pada hubungan emosi dimana ibu menjadi objek yang dicintai dan butuh akan kasih sayangnya, bahkan mengandung rasa permusuhan bercampur bangga, butuh, takut dan cinta padanya sekaligus.

Menurut Zakiah Daradjat, sebelum usia 7 tahun perasaan anak terhadap tuhan pada dasarnya negative. Ia berusaha menerima pemikiran tentang kebesaran dan kemuliaan tuhan. Sedang gambaran mereka tentang Tuhan sesuai dengan emosinya. Kepercayaan yang terus menerus tentang Tuhan, tempat dan bentuknya bukanlah karena rasa ingin tahunya, tapi didorong oleh perasaan takut dan ingin rasa aman, kecuali jika orang tua anak mendidik anak supaya mengenal sifat Tuhan yang menyenangkan. Namun pada pada masa kedua (27 tahun keatas) perasaan si anak terhadap Tuhan berganti positif (cinta dan hormat) dan hubungannya dipenuhi oleh rasa percaya dan merasa aman.2.2 TAHAP PERKEMBANGAN BERAGAMA PADA ANAK Sejalan dengan kecerdasannya, perkembangan jiwa beragama pada anak dapat dibagi menjadi tiga bagian:

1. The Fairly Tale Stage (Tingkat Dongeng)

Pada tahap ini anak yang berumur 3 6 tahun, konsep mengeanai Tuhan banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi, sehingga dalam menanggapi agama anak masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi oelh dongeng- dongeng yang kurang ,masuk akal. Cerita akan Nabi akan dikhayalkan seperti yang ada dalam dongeng- dongeng. Pada usia ini, perhatian anak lebih tertuju pada para pemuka agama daripada isi ajarannya dan cerita akan lebih menarik jika berhubungan dengan masa anak-anak karena sesuai dengan jiwa kekanak- kanakannya. Dengan caranya sendiri anak mengungkapkan pandangan teologisnya, pernyataan dan ungkapannya tentang Tuhan lebih bernada individual, emosional dan spontan tapi penuh arti teologis.

2. The Realistic Stage (Tingkat Kepercayaan)

Pada tingkat ini pemikiran anak tentang Tuhan sebagai bapak beralih pada Tuhan sebagai pencipta. Hubungan dengan Tuhan yang pada awalnya terbatas pada emosi berubah pada hubungan dengan menggunakan pikiran atau logika.

Pada tahap ini teradapat satu hal yang perlu digaris bawahi bahwa anak pada usia 7 tahun dipandang sebagai permulaan pertumbuhan logis, sehingga wajarlah bila anak harus diberi pelajaran dan dibiasakan melakukan shalat pada usia dini dan dipukul bila melanggarnya,

sebagai mana hadis nabi:

3. The Individual Stage (Tingkat Individu)

Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang tinggi, sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep keagamaan yang diindividualistik ini terbagi menjadi tiga golongan:

1.Konsep ketuhanan yang konvensional dan konservatif dengan dipengaruhi sebagian kecil fantasi.

2.Konsep ketuhanan yang lebih murni, dinyatakan dengan pandangan yang bersifat personal (perorangan).

3.Konsep ketuhanan yang bersifat humanistik, yaitu agama telah menjadi etos humanis dalam diri mereka dalam menghayati ajaran agama.

Berkaitan dengan masalah ini, imam bawani membagi fase perkembangan agama pada masa anak menjadi empat bagian, yaitu:

a. Fase dalam kandungan

Untuk memahami perkembangan agama pada masa ini sangatlah sulit, apalagi yang berhubungan dengan psikis ruhani. Meski demikian perlu dicatat bahwa perkembangan agama bermula sejak Allah meniupkan ruh pada bayi, tepatnya ketika terjadinya perjanjian manusia atas tuhannya,sebagai mana firman Allah:

b. Fase bayi

Pada fase kedua ini juga belum banyak diketahui perkembangan agama pada seorang anak. Namun isyarat pengenalan ajaran agama banyak ditemukan dalam hadis, seperti memperdengarkan adzan dan iqamah saat kelahiran anak.

c. Fase kanak- kanak

Masa ketiga tersebut merupakan saat yang tepat untuk menanamkan nilai keagamaan. Pada fase ini anak sudah mulai bergaul dengan dunia luar. Banyak hal yang ia saksikan ketika berhubungan dengan orang-orang orang disekelilingnya. Dalam pergaulan inilah ia mengenal Tuhan melalui ucapan- ucapan orang disekelilingnya. Ia melihat perilaku orang yang mengungkapkan rasa kagumnya pada Tuhan. Anak pada usia kanak- kanak belum mempunyai pemahaman dalam melaksanakan ajaran Islam, akan tetapi disinilah peran orang tua dalam memperkenalkan dan membiasakan anak dalam melakukan tindakan- tindakan agama sekalipun sifatnya hanya meniru.

d. Masa anak sekolah

Seiring dengan perkembangan aspek- aspek jiwa lainnya, perkembangan agama juga menunjukkan perkembangan yang semakin realistis. Hal ini berkaitan dengan perkembangan intelektualitasnya yang semakin berkembang.

2.3 SIFAT AGAMA PADA ANAK Agama pada anak membawa ciri tersendiri,Pada Usia anak-anak adalah masa dimana segala sesuatu dengan mudah dibentuk dan akan sangat menentukan bagaimana selanjutnya dimasa yang akan datang. Hal itulah yang mendasari betapa pentingnya penelaahan dan penelitian dilakukan sehingga kita tidak akan melakukan kesalahan-kesalahan dalam membentuk karakter pada anak,maka kita perlu membekali dengan segala persiapan sedini mungkin terhadap anak,serta Dapat dikatakan bahwa sikap atau kepribadian seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman, dan latihan-latihan yang dilalui pada masa kanak-kanak. Seseorang yang pada masa kecilnya mendapatkan pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan terhadap hal-hal yang religius, santun dan ringan tangan (suka membantu) terhadap sesama, empatik terhadap kesusahan dan segala masalah persoalan sosial di lingkungan sekitarnya, maka akan muncul pada dirinya yaitu merasakan pentingnya nilai-nilai agama baik didalam hidupnya dan kepribadian Pendidikan agama haruslah ditanam sejak dini. Karena pendidikan agama sangat penting untuk tumbuh kembang jiwa anak Dengan agama yang berlandaskan akidah dan akhlaq dapat mengarahkan perilaku anak ke perilaku yang baik.

Sifat keagamaan pada anak dapat dibagi menjadi 6 bagian:

a. Unreflective (kurang mendalam/ tanpa kritik)

Kebenaran yang mereka terima tidak begitu mendalam, cukup sekedarnya saja. Dan mereka merasa puas dengan keterangan yang kadang- kadang kurang masuk akal. Menurut penelitian, pikiran kritis baru muncul pada anak berusia 12 tahun, sejalan dengan perkembangan moral.

b. Egosentris

Sifat egosentris ini berdasarkan hasil ppenelitian Piaget tentang bahasa pada anak berusia 3 7 tahun. Dalam hal ini, berbicara bagi anak-anak tidak mempunyai arti seperti orang dewasa. Pada usia 7 9 tahun, doa secara khusus dihubungkan dengan kegiatan atau gerak- gerik tertentu, tetapi amat konkret dan pribadi. Pada usia 9 12 tahun ide tentang doa sebagai komunikasi antara anak dengan ilahi mulai tampak. Setelah itu barulah isi doa beralih dari keinginan egosentris menuju masalah yang tertuju pada orang lain yang bersifat etis.

c. Anthromorphis

Konsep anak mengenai ketuhanan pada umumnya berasal dari pengalamannya. Dikala ia berhubungan dengan orang lain, pertanyaan anak mengenai (bagaimana) dan (mengapa) biasanya mencerminkan usaha mereka untuk menghubungkan penjelasan religius yang abstrak dengan dunia pengalaman mereka yang bersifat subjektif dan konkret (jelas).

d. Verbalis dan Ritualis

Kehidupan agama pada anak sebagian besar tumbuh dari sebab ucapan (verbal). Mereka menghafal kalimat- kalimat keagamaan dan mengerjakan amaliah yang mereka laksanakan berdasarkan pengalaman mereka menurut tuntunan yang diajarkan pada mereka. Shalat dan doa yang menarik bagi mereka adalah yang mengandung gerak dan biasa dilakukan suatu hal yang (tidak asing baginya).

e. Imitatif

Tindak keagamaan yang dilakukan oleh anak pada dasarnya diperoleh dengan meniru serta Dalam hal ini orang tua memegang peranan penting. Pendidikan sikap religius anak pada dasarnya tidak berbentuk pengajaran, akan tetapi berupa teladan atau perangai yang baik.

f. Rasa heran

Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan pada anak, rasa heran pada anak belum kritis dan kreatif. Mereka hanya kagum pada keindahan lahiriah saja. Untuk itu perlu diberi pengertian dan penjelasan pada mereka sesuai dengan tingkat perkembangan pemikirannya. Dalam hal ini orang tua dan guru agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam peranan kehidupan sehari-hari.

PENUTUP

KESIMPULAN

Masa kanak-kanak adalah masa dimana serang individu mulai dapat berinteraksi dengan individu yang lainya, pada masa inilah sebenarnya masa emas dimana seseorang di perkenalkan dengan agama, karena di masa ini anak yang secara pikiran belum terlalu kritis dalam arti setiap apa yang di berikan oleh orang tuanya akan di terimanya.Serta perkembangan agama pada anak.melalui proses atau tahapan pemahaman yang di awali denagan konsep tuhan yang sangat sederhana,dan kemudian akan berlanjut ke pada pemahaman yang lebih mendalam tentu saja hal ini sejalan dengan pertumbuhan fisik dan kejiwaanya.

Dalam proses awal dimana perkembengan agama pada anak mulai terjadi disinilah faktor yang sangat membentuk jiwa ke agamaan pada anak yaitu faktor dari internal dan external seperti yang sudah di ulas di depan.dari pada itu saat perkembangan ini sangat di butuhkan tindakan yang tepat dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Jalaludin.H, Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003

Daradjat Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta. PT. Bulan Bintang. 2003