Perkembangan Intelektual Dan Bakat Khusus

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan intelek sering juga dikenal di dunia psikologi maupun pendidikan dengan istilah perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif manusia merupakan proses psikologis yang didalamnya melibatkan proses memperoleh, menyusun dan menggunakan pengetahuan serta kegiatan mental seperti berfikir, menimbang, mengamati, mengingat, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan memecahkan persolan yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan. Kecerdasan (intelegensi) individu berkembang sejalan dengan interaksi antara aspek perkembangan yang satu dengan aspek perkembangan yang lainnya dan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya begitu juga dengan alamnya. Maka dengan itu individu mempunyai kemampuan untuk belajar dan meningkatkan potensi kecerdasan dasar yang dimiliki. Kreativitas, menurut Guilford (1956), dapat dinilai dari ciri-ciri aptitude seperti kelancaran, fleksibilitas dan orisinalitas, maupun ciri-ciri non- aptitude, antara lain temperamen, motivasi, serta komitmen menyelesaikan tugas dengan baik dan cermat. Dalam hal ini bakat merupakan interseksi dari faktor bawaan dan pengaruh lingkungan. Jadi, apabila seseorang 1

Transcript of Perkembangan Intelektual Dan Bakat Khusus

Page 1: Perkembangan Intelektual Dan Bakat Khusus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan intelek sering juga dikenal di dunia psikologi maupun

pendidikan dengan istilah perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif

manusia merupakan proses psikologis yang didalamnya melibatkan proses

memperoleh, menyusun dan menggunakan pengetahuan serta kegiatan mental

seperti berfikir, menimbang, mengamati, mengingat, menganalisis, mensintesis,

mengevaluasi dan memecahkan persolan yang berlangsung melalui interaksi

dengan lingkungan.

Kecerdasan (intelegensi) individu berkembang sejalan dengan interaksi

antara aspek perkembangan yang satu dengan aspek perkembangan yang lainnya

dan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya begitu juga dengan

alamnya. Maka dengan itu individu mempunyai kemampuan untuk belajar dan

meningkatkan potensi kecerdasan dasar yang dimiliki.

Kreativitas, menurut Guilford (1956), dapat dinilai dari ciri-ciri aptitude

seperti kelancaran, fleksibilitas dan orisinalitas, maupun ciri-ciri non-aptitude,

antara lain temperamen, motivasi, serta komitmen menyelesaikan tugas dengan

baik dan cermat. Dalam hal ini bakat merupakan interseksi dari faktor bawaan dan

pengaruh lingkungan. Jadi, apabila seseorang terlahir dengan suatu bakat khusus,

jika dididik dan dilatih, bakat tersebut dapat berkembang dan dimanfaatkan secara

optimal. Sebaliknya jika dibiarkan saja tanpa pengarahan dan penguatan, bakat itu

akan mati dan tak berguna. Bakat adalah penggalian terus- menerus dan

pemanfaatan seluruh kapasitas otak secara bertanggung jawab untuk

mewujudnyatakan berbagai hal yang tidak itu-itu saja, atau sesuatu yang sudah

telanjur dicap sebagai bakat yang terbatas dan tidak mau berusaha.

1

Page 2: Perkembangan Intelektual Dan Bakat Khusus

1.2 Tujuan Penulisan

1. Memahami makna intelek, hubungan intelek dan tingkah laku.

2. Mengetahui karakteristik perkembangan intelek remaja dan faktor-

faktor yang mempengaruhi.

3. Mengetahui perbedaan individu dalam kemampuan dan perkembangan

intelek.

4. Memahami makna dan jenis-jenis bakas khusus.

5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat

khusus.

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan intelek?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi intelek?

3. Bagaimana perbedaan individu dalam kemampuan dan perkembangan

intelek?

4. Apa yang dimaksud bakat khusus dan apa saja jenis-jenis bakat

khusus?

5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat

khusus?

1.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan makalah ini, kami menggunakan metode berupa

metode kepustakaan sebagai metode utama. Yang meliputi pencarian data

melalui buku pembelajaran dan browsing melalui internet.

2

Page 3: Perkembangan Intelektual Dan Bakat Khusus

BAB II

PERKEMBANGAN INTELEKTUAL DAN BAKAT KHUSUS

2.1 Perkembangan Intelek

2.1.1Pengertian Intelek dan Inteligensi

Menurut English & English dalam bukunya “A Comprehensive

Dictionary of Psychological and Psychoanalitical Terms”, istilah intellect berarti

antara lain:

(1) kekuatan mental dimana manusia dapat berpikir;

(2) suatu rumpun nama untuk proses kognitif, terutama untuk aktivitas yang

berkenaan dengan berpikir (misalnya menghubungkan, menimbang, dan

memahami); dan

(3) kecakapan, terutama kecakapan yang tinggi untuk berpikir; (Intelligence =

intellect).

Istilah inteligensi telah banyak digunakan, terutama di dalam bidang

psikologi dan pendidikan, namun secara definitif istilah itu tidak mudah

dirumuskan. Banyak rumusan tentang inteligensi, seperti yang dikemukakan oleh

Singgih Gunarsa dalam bukunya Psikologi Remaja (1991), ia mengajukan

beberapa rumus inteligensi sebagai berikut:

1) Inteligensi merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang yang

memungkinkan memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkan ilmu

tersebut dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah yang

timbul.

2) Inteligensi adalah suatu bentuk tingkah laku tertentu yang tampil dalam

kelancaran tingkah laku.

3) Inteligensi meliputi pengalaman-pengalaman dan kemampuan

bertambahnya pengertian dan tingkah laku dengan pola-pola baru dan

menggunakannya secara efektif.

3

Page 4: Perkembangan Intelektual Dan Bakat Khusus

4) William Stern mengemukakan bahwa inteligensi merupakan suatu

kemampuan untuk menyesuaikan diri pada tuntutan baru dibantu dengan

pengguanaan fungsi berpikir.

5) Binet berpendapat bahwa inteligensi merupakan kemampuan yang diperoleh

melalui keturunan, kemampuan yang diwarisi dan dimiliki sejak lahir dan

tidak terlalu banyak dipegaruhi oleh lingkungan. Dalam batas-batas tertentu

lingkungan turut berperan dalam pembentukan kemampuan inteligensi.

Rumusan-rumusan tersebut mengungkapkan bahwa makna inteligensi

mengandung unsur-unsur yang sama dengan yang dimaksudkan dalam istilah

intelek, yang menggambarkan kemampuan seseorang dalam berpikir dan

bertindak. Berhubungan dengan masalah kemampuan itu, para ahli psikologi telah

mengembangkan berbagai alat ukur (tes inteligensi) untuk menyatakan tingkat

kemampuan berpikir atau inteligensi seseorang. Salah satu tes inteligensi yang

terkenal adalah tes yang dikembangkan oleh Alferd Binet (1857-1911). Tes Binet

ini disempurnakan oleh Theodore Simon, sehingga tes tersebut terkenal dengan

sebutan “Tes Binet Simon”. Hasil tes inteligensi dinyatakan dalam angka, yang

menggambarkan perbandingan antara umur kemampuan mental atau kecerdasan

(mental age disingkat MA) dan umur kalender (chronological age disingkat CA).

Pengukuran tingkat inteligensi dalam bentuk perbandingan ini diajukan oleh

William Stern (1871-1938), seorang ahli ilmu jiwa berkebangsaan Jerman, dengan

sebutan Intelligence Quotient yang disingkat IQ artinya perbandingan kecerdasan.

Rumus perhitungan yang diajukan adalah:

IQ=MACA

x 100

Apabila tes tersebut diberikan kepada anak umur tertentu dan ia dapat

menjawab dengan betul seluruhnya, berarti umur kecerdasannya (MA) sama

dengan umur kalender (CA), maka nilai IQ yang didapat anak itu sama dengan

100. Nilai ini menggambarkan kemampuan seorang anak yang normal. Anak yang

berumur, misalnya 6 tahun hanya dapat menjawab tes untuk anak umur S tahun ,

akan didapati nilai IQ di bawah 100 dan ia dinyatakan sebagai anak

berkemampuan di bawah normal; sebaliknya bagi anak umur S tahun tetapi telah

4

Page 5: Perkembangan Intelektual Dan Bakat Khusus

dapat menjawab dengan benar tes yang diperuntukkan bagi anak umur 6 tahun,

maka nilai IQ anak itu di atas 100, dan ia dikatakan sebagai anak yang cerdas.

2.2.2 Hubungan antara Intelek dan Tingkah Laku

Bagi remaja, corak perilaku pribadinya di hari depan dan corak tingkah

lakunya sekarang akan berbeda. Kemampuan abstraksi akan berperan dalam

perkembangan kepribadiannya.

Mereka dapat memikirkan perihal diri sendiri. Pemikiran itu terwujud

dalam refleksi diri, yang sering mengarah ke penilaian diri dan kritik diri. Dengan

refleksi diri, hubungan dengan situasi yang akan datang nyata dalam pikirannya,

perihal keadaan diri yang tercermin sebagai suatu kemungkinan bentuk kelak di

kemudian hari.

Di samping itu pengaruh egosentris masih terlihat pada pikirannya.

1) Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitikberatkan pikiran sendiri

tanpa memikirkan akibat lebih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan

praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan

persoalan.

2) Kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat

orang lain dalam penilaiannya. Masih sulit membedakan pokok perhatian

orang lain daripada tujuan perhatian diri sendiri. Pandangan dan penilaian

diri sendiri dianggap sama dengan pandangan orang lain mengenai dirinya.

Egosentrisme inilah yang menyebabkan “kekakuan” para remaja dalam

cara berpikir maupun bertingkah laku.Egosentrisme dapat menimbulkan reaksi

lain dimana remaja justru melebih-lebihkan diri dalam penilaian diri sendiri.

Mereka merasa dirinya “ampuh” atau “hebat” sehingga berani menantang

malapetaka dan menceburkan diri dalam aktivitas yang sering kurang

dipersiapkan dan justru berbahaya.

Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam

menghadapi pendapat orang lain, maka egosentrisme makin berkurang. Pada

5

Page 6: Perkembangan Intelektual Dan Bakat Khusus

akhirnya, pengaruh egosentrisme pada remaja sudah sedemikian kecilnya,

sehingga berarti remaja sudah dapat berpikir abstrak dengan mengikutsertakan

pendapat dan pandangan orang lain.

2.2.3 Karakteristik Perkembangan Intelek Remaja

Inteligensi pada masa remaja tidak mudah diukur karena tidak mudah

terlihat perubahan kecepatan perkembangan kemampuan tersebut. Pada

umumnya 3-4 tahun pertama menunjukkan perkembangan kemampuan yang

hebat, selanjutnya akan terjadi perkembangan yang teratur. Pada awal masa

remaja kira-kira pada umur 12 tahun, anak berada pada masa yang disebut “masa

operasi formal” (berpikir abstrak). Pada masa ini, remaja telah berpikir dengan

mempertimbangkan hal yang “mungkin” di samping hal yang nyata (real)

(Gleitman, 1986: 475-476). Pada usia remaja ini, anak sudah dapat berpikir

abstrak dan hipotek. Dalam berpikir operasional formal setidak-tidaknya

mempunyai dua sifat yang penting, yaitu:

a. Sifat Deduktif Hipotesis

Dalam menyelesaikan suatu masalah, seorang remaja akan mengawalinya

dengan pemikiran teoritik. Ia menganalisis masalah dan mengajukan cara-cara

penyelesaian hipotesis yang mungkin. Pada dasarnya pengajuan hipotesis itu

menggunakan cara berpikir induktif di samping deduktif, oleh sebab itu dari sifat

analisis yang ia lakukan, ia dapat membuat suatu strategi penyelesaian. Analisis

teoritik ini dapat dilakukan secara verbal. Anak lalu mengajukan pendapat-

pendapat atau prediksi tertentu, yang juga disebut proporsi-proporsi, kemudian

mencari hubungan antara proporsi yang berbeda-beda tadi. Berhubungan dengan

itu, maka berpikir operasional juga disebut proposisional.

b. Berpikir Operasional juga Berpikir Kombinatoris

Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan

dengan cara bagaimana melakukan analisis. Dengan berpikir operasional formal

memungkinkan orang untuk mempunyai tingkah laku problem solving yang betul-

betul ilmiah, serta memungkinkan untuk mengadakan pengujian hipotesis dengan

6

Page 7: Perkembangan Intelektual Dan Bakat Khusus

variabel-variabel tergantung yang mungkin ada. Berpikir abstrak atau formal

operation ini merupakan cara berpikir yang bertalian dengan hal-hal yang tidak

dilihat dan kejadian-kejadian yang tidak langsung dihayati.

Cara berpikir terlepas dari tempat dan waktu, dengan cara hipotesis,

deduktif yang sistematis, tidak selalu dicapai oleh semua remaja. Tercapai atau

tidak tercapainya cara berpikir ini tergantung juga pada tingkat inteligensi dan

kebudayaan sekitarnya. Seorang remaja yang dengan kemampuan inteligensi

terletak di bawah normal atau nilai IQ kurang dari 90%, tidak akan mencapai taraf

berpikir yang abstrak.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Intelek

Pandangan pertama yang mengakui bahwa inteligensi itu adalah faktor

bakat, dinamakan aliran Nativisme, sedangkan pandangan kedua yang

menyatakan bahwa inteligensi itu dapat dipengaruhi oleh lingkungan dinamakan

aliran Empirisme.

Menurut Andi Mappiare (1982: 80), hal-hal yang mempengaruhi

perkembangan intelek itu antara lain:

1) Bertambahnya informasi yang disimpan (dalam otak) seseorang sehingga

mampu berpikir reflektif.

2) Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga

seseorang dapat berpikir proporsional.

3) Adanya kebebasan berpikir, menimbulkan keberanian seseorang dalam

menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, kebebasan menjajaki masalah

secara keseluruhan dan menunjang keberanian anak memecahkan masalah dan

menarik kesimpulan yang baru dan benar.

Wechsler berpendapat bahwa keseluruhan inteligensi seseorang tidak

dapat diukur. IQ adalah suatu nilai yang hanya dapat ditentukan secara kira-kira

karena selalu dapat terjadi perubahan-perubahan berdasarkan faktor-faktor

individual dan situasional.

a. Peranan Pengalaman dari Sekolah terhadap Inteligensi

7

Page 8: Perkembangan Intelektual Dan Bakat Khusus

Penelitian tentang pengaruh taman indria terhadap IQ telah dilaporkan

oleh Wellman (1945) berdasarkan 50 kasus studi. Rata-rata tingat IQ asal mereka

adalah 110. Mereka yang mengalami prasekolah sebelum sekolah dasar,

menunjukkan perbedaan kemajuan atau “gained”. Rata-rata IQ mereka lebih besar

daripada mereka yang tidak mengalami prasekolah.

b. pengaruh Lingkungan terhadap Perkembangan Inteligensi

Pengaruh belajar dalam arti lingkungan terhadap perkembangan inteligensi

cucup besar, seperti telah dibuktikan berbagai korelasi.

Semakin tinggi kualitas lingkungan rumah, cenderung semakin tinggi juga

IQ anak. Tiga unsur penting dalam keluarga yang amat berpengaruh, yaitu:

a. Jumlah buku, majalah, dan materi belajar lainnya yang terdapat dalam

lingkungan keluarga.

b. Jumlah ganjaran dan pengakuan yang diterima anak dari orang tua atas

prestasi akademiknya,

c. Harapan orang tua akan prestasi akademik anaknya.

2.1.5 Perbedaan Individu dalam Kemampuan dan Perkembangan Intelek

Secara hereditas, individu memiliki potensi yang dapat menyebabkan

perbedaan dalam perkembangan berpikir mereka. Berkembang atau tidaknya

potensi tersebut tergantung pada lingkungan. Ini berarti bahwa apakah anak akan

mempunyai kemampuan berpikir normal, di atas normal atau di bawah normal

sangat tergantung pada lingkungan.

Perbedaan individu dalam perkembangan intelek menunjuk kepada

perbedaan dalam kemampuan dan kecepatan belajar. Perbedaan-perbedaan

individual peserta didik akan tercermin pada sifat-sifat atau ciri-ciri mereka dalam

kemampuan, keterampilan, sikap dan kebiasaan belajar, serta kualitas proses dan

hasil belajar baik dari segi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

8

Page 9: Perkembangan Intelektual Dan Bakat Khusus

Sebaran nilai IQ ( hasil pengukuran intelegensi ) menunjukkan adanya

perbedaan individual tentang kemampuan berpikir. Berdasarkan nilai IQ atau

kecerdasannya, manusia dapat dikatagorikan menjadi 6 kelompok, yaitu :

1) Di bawah 70, anak mengalami kelainan mental atau keterbelakangan

Di antara keterbelakangan ada yang disebut dengan:

a.       Idiot IQ : 0-29 : keterbelakangan yang sangat rendah sekali. Tidak dapat

berbicara hanya dapat mengucapkan beberapa kata saja, tidak dapat mengurus

dirinya seperti ; mandi, makan dan rata-rata kemampuan ini berada di tempat

tidur, kemapuannya seperti anak bayi. Kemapuan ini tidak tahan terhadap

penyakit.

b.      Imbecile IQ : 30-40 lebih meningkat dari idiot, jika dilatih dalam

berbahasa ia mampu, tetapi sangat sukar sekali, dalam berbahasa kadang dapat

dimengerti dan kadang idak dapat. Dapat mengurus dirinya dengan latihan dan

pengawasan yang benar. Biasanya anak yang umur 7 tahun kemampuan

kecerdasannya sama dengan anak yang berumur 3 tahun.

2) 71 – 85, anak di bawah normal (bodoh)

3) 86 – 115, anak yang normal

4) 116 – 130, anak di atas normal (pandai)

5) 131 – 145, anak yang superior (cerdas)

6) 145 ke atas anak genius ( istimewa )

Sebagai kesimpulan dari berbagai pendekatan/teori psikologi yang ada,

menunjukkan bahwa intelegensi itu bersifat individual, artinya antara satu dan

lainnya tidak sama persis kualitas IQnya.

2.1.6 Usaha-Usaha dalam Membantu Mengembangkan Intelek

Remaja dalam Proses Pembelajaran

Ikhtiar pendidikan, khususnya melalui proses pembelajaran, guru

mengembangkan kemampuan intelektual peserta didik adalah kesadaran pendidik

terhadap kemampuan intelektual setiap peserta didik harus dipupuk dan

dikembangkan agar potensi yang dimiliki setiap individu terwujud sesuai dengan

9

Page 10: Perkembangan Intelektual Dan Bakat Khusus

perbedaan masing-masing. Menurut Conny Semiawan (1984), penciptaan kondisi

lingkungan yang kondusif bagi pengembangan kemampuan intelektual anak yang

di dalamnya menyangkut keamanan psikologis dan kebebasan psikologis

merupakan faktor yang sangat penting.

Kondisi psikologis yang perlu diciptakan agar peserta didik merasa aman

secara psikologis sehingga mampu mengembangkan kemampuan intelektualnya

adalah sebagai berikut :

1) Pendidik menerima peserta didik secara positif sebagaimana adanya tanpa

syarat (unconditional positive regard). Artinya, apapun keberadaan peserta

didik dengan segala kekuatan dan kelemahannya harus diterima dengan baik,

serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya setiap peserta didik

memiliki kemampuan intelektual yang dikembangkan secara maksimal.

2) Pendidik menciptakan suasana dimana peserta didik tidak merasa terlalu

dinilai oleh orang lain. Memberi penilaian terhadap peserta didik dengan

berlebihan dapat dirasakan sebagai ancaman sehingga menimbulkan

kebutuhan pertahanan diri. Memang kenyataannya, pemberian penilaian tidak

dapat dihindarkan dalam situasi sekolah, tetapi paling tidak harus diupayakan

agar penilaian tidak mencemaskan peserta didik, melainkan menjadi sarana

yang dapat mengembangkan sikap kompetitif secara sehat.

3) Pendidik memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran,

perasaan dan perilaku peserta didik, dapat menempatkan diri dalam situasi

peserta didik, serta melihat sesuatu dari sudut pandang mereka (empathy).

Dalam suasana seperti ini, peserta didik akan merasa aman untuk

mengembangkan dan mengemukakan pemikiran atau ide-idenya.

4) Menerima remaja secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat

(unconditional positive regard). Artinya, apapun adanya remaja itu dengan

segala kekuatan dan kelemahannya harus diterima dengan baik, serta memberi

kepercayaan bahwa pada dasarnya setiap remaja memiliki kemampuan

intelektual yang dapat dikembangkan secara maksimal.

5) Memahami pemikiran, perasaan dan perilaku remaja, menempatkan diri dalam

situasi remaja, serta melihat sesuatu dari sudut pandang mereka (empathy).

10

Page 11: Perkembangan Intelektual Dan Bakat Khusus

Dalam suasana seperti ini remaja akan merasa aman untuk mengembangkan

dan mengemukakan pemikiran atau ide-idenya.

6) Memberikan suasanan psikologis yang aman bagi remaja untuk

mengemukakan pikiran-pikirannya sehingga terbiasa berani mengembangkan

pemikirannya sendiri.

Teori Piaget mengenai pertumbuhan kognitif sangat erat dan penting

hubungannya dengan umur serta perkembangan moral. Konsep tersebut

menunjukkan bahwa aktivitas adalah sebagai unsur pokok dalam pertumbuhan

kognitif. Pengalaman belajar yang aktif cenderung untuk memajukan

pertumbuhan kognitif, sedangkan pengalaman belajar yang pasif dan hanya

menikmati pengalaman orang lain saja akan mempunyai konsekuensi yang

minimal terhadap pertumbuhan kognitif termasuk perkembangan intelektual.

Penting bagi pendidik untuk mengetahui isi dan ciri-ciri dari setiap tahap

perkembangan kognitif peserta didiknya sehingga dapat mengambil keputusan

tindak edukatif yang tepat. Dengan demikian, dapat dihasilkan peserta didik yang

memahami pengalaman belajar yang diterimanya. Menyesuaikan sistem

pengajaran dengan kebutuhan peserta didik merupakan jalan untuk meninggalkan

prinsip lama, yaitu guru tinggal menunggu sampai peserta didik siap sendiri,

kemudian baru diberi pelajaran. Sekarang tidak demikian keadaannya.

2.2 Bakat Khusus

Merupakan kenyataan yang berlaku dimana-mana bahwa manusia berbeda

satusama lain dalam berbagai hal, antara lain dalam inteligensi, bakat, minat,

kepribadian, keadaan jasmani dan perilaku sosial. Adakalanya seseorang lebih

cekatan dalam atu bidang kegiatan dibandingkan dengan orang lain. Dalam bidang

tertentu ia mungkin menunjukkan keunggulannya dibandingkan dengan orang

lain.

11

Page 12: Perkembangan Intelektual Dan Bakat Khusus

2.2.1 Pengertian Bakat Khusus

Bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang

merupakan potensi( potential ability) yang mas ih pe r lu pengembangan

dan l a t ihan l eb ih l an ju t . Karena sifatnya yang masih potensial atau

masih laten, bakat memerlukan ikhtiar pengembangan dan pelatihan

secara serius dan sistematis agar dapat terwujud ( Utami Munandar

1992 ).

Bakat khusus (talent) adalah kemampuan bawaan berupa potensi

khusus dan jika mempero leh kesempatan be rkembang dengan ba ik ,

akan muncu l sebaga i kemampuan khusus dalam bidang tertentu sesuai

potensinya.

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus

yang secara garis besar dikelompokkan menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor

eksternal.

Factor internal adalah factor yang berasal dari dalam diri individu, antara lain :

1. Minat

2. Motif berprestasi

3. Keberanian mengambil rresiko

4. Keuletan dalam menghadapi tantangan

5. Kegigihan atau daya juang dalam mengatasi kesulitan

Adapun faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari lingkungan

individu tumbuh dan berkembang, antara lain :

1. Kesempatan maksimal untuk mengembangkan diri

2. Sarana dan prasarana

3. Dukungan dan dorongan dari orang tua atau keluarga

4. Lingkungan tempat tinggal

5. Pola asuh orang tua

Guilford ( Sumadi S, 1991 : 169 ) mengemukakan bahwa bakat itu

mencakup 3 dimensi psikologis, yaitu :

12

Page 13: Perkembangan Intelektual Dan Bakat Khusus

a. Dimensi Perseptual

Dimensi perceptual meliputi kemampuan dalam mengadakan persepsi, dan

hal ini meliputi factor-faktor antara lain :

- Kepekaan indra

- Perhatian

- Orientasi waktu

- Luasnya daerah persepsi

- Kecepatan persepsi

b. Dimensi Psikomotor

Dimensi psikomotor ini mencakup 6 faktor, yaitu :

- Kekuatan

- Impuls

- Kecepatan rangsang

- Ketelitain yang terdiri atas 2 macam, yaitu :

Factor kkecepatan statis, yang menitikberatkan pada posisi

Factor ketepatan dinamis, yang menitikberatkan pada gerakan

- Koordinasi

- Keluwesan ( flexibility )

c. Dimensi Intelektual

Dimensi inilah yang umumnya mendapat sorotan luas, karena memang

dimensi inilah yang mempunyai implikasi sangat lua. Dimensi ini meliputi 5

faktor, yaitu :

a. Faktor ingatan

Substansi

Relasi

Sistem

b. Faktor ingatan mengenai pengalaman terhadap :

Keseluruhan informasi

Golongan (kelas)

Hubungan-hubungan

Bentuk atau struktur

Kesimpulan

13

Page 14: Perkembangan Intelektual Dan Bakat Khusus

c. Faktor Evaluatif, yang meliputi evaluasi mengenai :

Identitas

Relasi-relasi

Sistem

Penting tidaknya problem (kepekaan terhadap problem yang

dihadapi)

d. Faktor berpikir konvergen, yang meliputi factor untuk menghasilkan:

Nama-nama

Hubungan-hubungan

Istem-sistem

Transformasi

Implikasi-implikai yang unik

e. Faktor berfikir divergen, yang mliputi factor :

Untuk menghasilkan unut-unit, seperti : word fluency, ideationsl

fluency

untuk pengalihan kelas-kelas secara spontan

Kelancaran dalam menghasilkan hubungsn-hubungan

Untuk menghasilkan sistem, seperti : expressional fluency

Untuk transformasi divergen

Untuk menyusun bagian-bagian menjadi garis besar atau kerangka.

Kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari

pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan dapat

dilaksanakan sekarang, sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar

suatu tindakan dapat dilakukan di masa yang akan datang. Insting umumnya

terdapat pada hewan, di mana dengan insting itu hewan dapat melakukan sesuatu

tanpa latihan sebelumnya.

Bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau

keterampilan yang relatif bersifat umum (misalnya bakat intelektual umum) atau

khusus (bakat akademis khusus). Bakat khusus disebut juga talent. (Conry

Semiawan, dkk., 1987: 2).

14

Page 15: Perkembangan Intelektual Dan Bakat Khusus

2.2.2 Jenis-Jenis Bakat Khusus

Setiap orang mempunyai bakat-bakat tertentu, masing-masing dalam bidang

dan derajat yang berbeda-beda.

Pemberian nama terhadap jenis-jenis bakat biasanya dilakukan berdasar atas

bidang apa bakat tersebut berfungsi. Macam bakat akan sangat tergantung pada

konteks kebudayaan di mana seseorang individu hidup dan dibesarkan. Mungkin

penamaan itu bersangkutan dengan bidang studi, mungkin pula dalam bidang

kerja.

2.2.3 Kaitan antara Bakat dan Prestasi

Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang

tertentu, akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman, dan dorongan

atau motivasi agar bakat itu dapat terwujud.

Keunggulan dalam salah satu bidang apakah bidang sastra, matematika atau

seni, merupakan hasil interaksi dari bakat yang dibawa sejak lahir dan faktor

lingkungan yang menunjang, termasuk minat dan dorongan pribadi.

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat

Khusus

Sebab atau faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus

atau seseorang tidak dapat mewujudkan bakat-bakatnya secara optimal, dengan

kata lain prestasinya di bawah potensinya dapat terletak pada anak itu sendiri dan

lingkungan.

a. Anak itu sendiri. Misalnya anak itu tidak atau kurang berminat untuk

mengembangkan bakat-bakat yang ia miliki, atau kurang termotivasi untuk

mencapai prestasi yang tinggi, atau mungkin pula mempunyai kesulitan atau

masalah pribadi sehingga ia mengalami hambatan dalam pengembangan diri

dan berprestasi sesuai dengan bakatnya.

b. Lingkungan anak. Misalnya orang tuanya kurang mampu untuk menyediakan

kesempatan dan sarana pendidikan yang ia butuhkan, atau ekonominua cukup

tinggi tetapi kurang memberi perhatian terhadap pendidikan anak.

15

Page 16: Perkembangan Intelektual Dan Bakat Khusus

2.2.5 Perbedaan Individu dalam Bakat Khusus

Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat-bakat tertentu. Anak berbakat

ialah mereka yang mempunyai bakat-bakat dalam derajat tinggi dan bakat-bakat

yang unggul. Ada anak yang berbakat intelektual umum, bakat akademis khusus,

kemampuan berpikir kreatif-produktif, bakat dalam bidang olahraga, atau dalam

salah satu bidang seni seperti melukis atau musik, bakat dalam keterampilan

teknik, dan ada juga bakat dalam bidang psikososial.

Masalah bakat dapat meliputi macam-macam bidang, termasuk misalnya

bakat musik atau melukis dan lain-lain yang sifatnya non-intelektual.

2.2.6 Upaya Pengembangan Bakat Khusus Remaja dan Implikasi-

Implikasi dalam Penyelenggaraan Pendidikan

Sampai sekarang boleh dikatakan belum ada tes bakat yang cukup luas

daerah pemakaiannya. Hal ini disebabkan tes bakat sangat terikat kepada konteks

kebudayaan di mana tes itu disusun, sedang macam-macam bakat juga terikat

kepada konteks kebudayaan di mana klasifikasi bakat itu dibuat.

Yang harus diukur oleh alat identifikasi adalah baik potensi (bakat

pembawaan) maupun bakat yang sudah terwujud dalam prestasi yang tinggi. Alat

ukur atau tes apa yang dipakai tentu saja tergantung pada macam bakat yang

dicari.

Adapun kondisi-kondisi lingkungan yang bersifat memupuk bakat anak

adalah keamanan psikologis dan kebebasan psikologis.

Anak akan merasa aman secara psikologis apabila:

a. Pendidik dapat menerimanya sebagaimana adanya, tanpa syarat dengan

segala kekuatan dan kelemahannya, serta memberikan kepercayaan padanya

bahwa pada dasarnya ia baik dan mampu.

b. Pendidik mengusahakan suasan di mana anak tidak merasa dinilai oleh orang

lain. Memberi penilaian terhadap seseorang dapat dirasakan sebagai ancaman,

sehingga menimbulkan kebutuhan akan pertahanan diri.

c. Pendidikan memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran,

perasaan, dan perilaku anak, dapat menempatkan diri dalam situasi anak dan

16

Page 17: Perkembangan Intelektual Dan Bakat Khusus

melihat dari sudut pandang anak. Dalam suasana ini anak merasa aman untuk

mengungkapkan bakatnya.

Anak akan merasakan kebebasan psikologis apabila orang tua dan guru

memberi kesempatan padanya untuk mengungkapkan pikiran-pikiran dan

perasaan-perasaannya. Kecuali itu pendidikan hendaknya berfungsi

mengembangkan bakat anak, jangan semata-mata menyajikan kumpulan

pengetahuan yang bersifat skolastik.

Pada akhir masa remaja anak sudah banyak memikirkan tentang apa yang

ingin ia lakukan dan apa yang ia mampu lakukan. Dengan pengenalan bakat yang

dimilikinya dan upaya pengembangannya dapat membantu remaja untuk dapat

menentukan pilihan yang tepat dan menyiapkan dirinya untuk dapat mencapai

tujuan-tujuannya.

17

Page 18: Perkembangan Intelektual Dan Bakat Khusus

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1) Makna intelegensi mengandung unsur-unsur yang sama dengan yang

dimaksudkan dalam istilah intelek, yang menggambarkan kemampuan

seseorang dalam berpikir dan/atau bertindak.

2) Pandangan pertama yang mengakui bahwa intelegensi itu adalah faktor

bakat, dinamakan aliran Nativisme, sedangkan pandangan kedua yang

menyatakan bahwa inteligensi itu dapat dipengaruhi oleh lingkungan

dinamakan aliran Empirisme.

3) Ikhtiar pendidikan, khususnya melalui proses pembelajaran, guna

mengembangkan kemampuan intelektual setiap peserta didik harus di

pupuk dan dikembangkan agar potensi yang dimiliki setiap individu

terwujud sesuai dengan perbedaan masing-masing.

4) Bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan dan

keterampilan, baik yang bersifat umum maupun khusus. Disebut bakat

khusus apabila kemampuan yang berupa potensi tersebut bersifat khusus,

misalnya bakat akademik, social, seni, kinestetik, dan sebagainya. Bakat

khusus disebut talent, sedang bakat umum (intelektual) disebut gifted.

5) Sebab atau faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus

atau seseorang tidak dapat mewujudkan bakat-bakatnya secara optimal,

dengan kata lain prestasinya di bawah potensinya dapat terletak pada anak

itu sendiri dan lingkungan.

3.2 SARAN

Sebaiknya, untuk mengetahui tingkat perkembangan intelek seseorang

harus dilakukan berdasarkan tahap-tahapnya, sesuai dengan perkembangan umur

mereka. Walaupun intelegensi tersebut merupakan bawaan sejak lahir atau yang

dikenal dengan faktor hereditas, namun faktor lingkungan juga sangat

berpengaruh dalam perkembangan intelek seseorang. Untuk itu, agar

18

Page 19: Perkembangan Intelektual Dan Bakat Khusus

perkembangan intelek berkembang dengan baik maka harus diperhatikan faktor-

faktor tersebut.

Diharapkan orang tua jeli dalam melihat bakat khusus yang dimiliki oleh

anak mereka, serta mereka mendukung secara optimal pengembangan bakat

khusus tersebut, dengan memberikan sarana dan prasarana yang memadai untuk

mengembangkan bakat khusus tersebut secara optimal. Diharapkan lingkungan

sosial juga memberikan dukungan yang positif kepada anak yang berbakat dengan

memberikan pelatihan-pelatihan khusus sesuai dengan bakat nya tersebut, dan

juga lingkungan memberikan apresiasi kepada anak yang berbakat dengan

mengadakan lomba-lomba bagi mereka yang berbakat dan diberikan penghargaan

bagi mereka yang berprestasi.

19