perkembangan filsafat di masa dulu, sekarang dan akan datang

24
PERKEMBANGAN FILSAFAT DI MASA DAHULU,SEKARANG,DAN DI MASA YANG AKAN DATANG LATAR BELAKANG Makin ilmu pengetahuan menggali dan menekuni hal-hal yang khusus dari kenyataan (realitas), makin nyatalah tuntutan untuk mencari tahu tentang seluruh kenyataan (realitas). Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang kita sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lain sebagainya, umat manusia lebih dulu memfikirkan dengan bertanya tentang berbagai hakikat apa yang mereka lihat. Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah jawaban filsafati. Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia . Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran (801 - 873 M). Metode filsafat adalah metode bertanya. Objek formal filsafat adalah ratio yang bertanya. Obyek materinya semua yang ada. Maka menjadi tugas filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang ada sampai akhirnya menemukan

description

perkembangan filsafat di masa dulu, sekarang dan akan datang

Transcript of perkembangan filsafat di masa dulu, sekarang dan akan datang

Page 1: perkembangan filsafat di masa dulu, sekarang dan akan datang

PERKEMBANGAN FILSAFAT DI MASA DAHULU,SEKARANG,DAN DI MASA YANG

AKAN DATANG

LATAR BELAKANG

Makin ilmu pengetahuan menggali dan menekuni hal-hal yang khusus dari

kenyataan (realitas), makin nyatalah tuntutan untuk mencari tahu tentang seluruh

kenyataan (realitas).

Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang kita sebut

sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran,

fisika, matematika, dan lain sebagainya, umat manusia lebih dulu memfikirkan

dengan bertanya tentang berbagai hakikat apa yang mereka lihat. Dan jawaban

mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah jawaban filsafati.

Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang

merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin

bagi manusia . Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu

pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran (801 -

873 M).

Metode filsafat adalah metode bertanya. Objek formal filsafat adalah ratio

yang bertanya. Obyek materinya semua yang ada. Maka menjadi tugas filsafat

mempersoalkan segala sesuatu yang ada sampai akhirnya menemukan kebijaksanaan

universal.Ilmu filsafat sering diartikan sebagai ilmu tentag bertanya atau berpikir

tentang segala sesuatu (apa saja dan bahkan tentang pemikiran itu sendiri) dari segala

sudut pandang. Thinking about thinking.

Meski bagaimanapun banyaknya gambaran yang kita dapatkan tentang

filsafat, sebenarnya masih sulit untuk mendefinisikan secara konkret apa itu filsafat

dan apa kriteria suatu pemikiran hingga kita bisa memvonisnya, karena filsafat

bukanlah sebuah disiplin ilmu. Sebagaimana definisinya, sejarah dan perkembangan

filsafat pun takkan pernah habis untuk dikupas. Tapi justru karena itulah mengapa

fisafat begitu layak untuk dikaji demi mencari serta memaknai segala esensi

kehidupan.

Page 2: perkembangan filsafat di masa dulu, sekarang dan akan datang

PEMBAHASAN

Kajian Filsafat

Definisi kata filsafat bisa dikatakan sebagai sebuah problem falsafi pula.

Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa "filsafat" adalah studi yang mempelajari

seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan mendasar

(radikal).Kerapkali ilmu filsafat dipandang sebagai ilmu yang abstrak dan berada di

awang-awang (tidak mendarat) saja, padahal ilmu filsafat itu dekat dan berada dalam

kehidupan kita sehari-hari. Benar, filsafat bersifat tidak konkrit (atau lebih bisa

dikatakan tidak tunggal), karena menggunakan metode berpikir sebagai cara

pergulatannya dengan realitas hidup kita.

Ini didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-

percobaan, tetapi dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk

itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir

dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektik. Dialektik ini

secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk dialog. Untuk studi falsafi,

mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa .

Banyak pengertian-pengertian atau definisi-definisi tentang filsafat yang telah

dikemukakan oleh para filsuf. Menurut Merriam-Webster (dalam Soeparmo, 1984),

filsafat merupakan pengetahuan tentang kenyataan-kenyataan yang paling umum dan

kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya seperti:

logika, etika, estetika dan teori pengetahuan.

Beberapa filsuf mengajukan beberapa definitif pokok filsafat seperti: Upaya

spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh

realitas. Upaya untuk melukiskan hakekat realitas akhir dan dasar serta nyata, Upaya

untuk menentukan batas-batas jangkauan pengetahuan: sumbernya, hakekatnya,

keabsahannya, dan nilainya. Penyelidikan kritis dan radikal atas pengandaian-

pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang

pengetahuan. Sesuatu yang berupaya untuk membantu kita melihat apa yang kita

katakan dan untuk mengatakan apa yang kita lihat.

Page 3: perkembangan filsafat di masa dulu, sekarang dan akan datang

Kalau menurut tradisi filsafati yang diambil dari zaman Yunani Kuno, orang

yang pertama memakai istilah philosophia dan philosophos ialah Pytagoras (592-497

S.M.) , setelah dia membaca tulisan Herakleides Pontikos (penganut ajaran

Aristoteles) yang memakai kata sophia. Pytagoras menganggap dirinya “philosophos”

(pencinta kearifan). Baginya kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-

mata oleh Tuhan.

Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari

bahasa Arab yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia.Dalam bahasa ini,

kata tersebut merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia =

persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya

adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”. Kata filosofi yang dipungut

dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan

aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut

"filsuf".

Dalam istilah Inggris, philosophy, yang berarti filsafat, juga berasal dari kata

Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan ke dalam bahasa tersebut sebagai

cinta kearifan. Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu,

filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia yang semula itu

ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan

meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual,

pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam

memutuskan soal-soal praktis (The Liang Gie, 1999).

Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti semesta dalam hal

makna (hakikat) dan nilai-nilainya (esensi) yang tidak cukup dijangkau hanya dengan

panca indera manusia sekalipun.Bidang filsafat sangatlah luas dan mencakup secara

keseluruhan sejauh dapat dijangkau oleh pikiran. Filsafat berusaha untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia

hidup serta apa yang merupakan tujuan hidupnya. Filsafat menggunakan bahan-bahan

dasar deskriptif yang disajikan bidang-bidang studi khusus dan melampaui deskripsi

tersebut dengan menyelidiki atau menanyakan sifat dasarnya, nila-nilainya dan

kemungkinannya.Tujuannya adalah pemahaman dan kebijaksanaan. Karena itulah

filsafat merupakan pendekatan yang menyeluruh terhadap kehidupan dan dunia. Suatu

bidang yang berhubungan erat dengan bidang-bidang pokok pengalaman manusia.

Page 4: perkembangan filsafat di masa dulu, sekarang dan akan datang

Munculnya Filsafat

Akibat dari berkembangnya kesusasteraan Yunani dan masuknya ilmu

pengetahuan serta semakin hilangnya kepercayaan akan kebenaran yang diberikan

oleh pemikiran keagamaan, peran mitologi yang sebelumnya mengikat segala aspek

pemikiran kemudian secara perlahan-lahan digantikan oleh logos (rasio/ ilmu).

Pada saat inilah, para filsofof kemudian mencoba memandang dunia dengan cara yang

lain yang belum pernah dipraktekkan sebelumnya, yaitu berpikir secara ilmiah. Dalam

mencari keterangan tentang alam semesta, mereka melepaskan diri dari hal-hal mistis

yang secara turun-temurun diwariskan oleh tradisi. Dan selanjutnya mereka mulai

berpikir sendiri. Di balik aneka kejadian yang diamati secara umum, mereka mulai

mencari suatu keterangan yang memungkinkan mereka mampu mengerti kejadian-

kejadian itu. Dalam artian inilah, mulai ada kesadaran untuk mendekati problem dan

kejadian alam semesta secara logis dan rasional.

Sebab hanya dengan cara semacam ini, terbukalah kemungkinan bagi pertanyaan-

pertanyaan lain dan penilaian serta kritik dalam memahami alam semesta. Semangat

inilah yang memunculkan filosof-filosof pada jaman Yunani. Filsafat dan ilmu

menjadi satu.

Filsafat, terutama Filsafat Barat, muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke

7 S.M.. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berfikir-fikir dan berdiskusi akan

keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan

diri kepada agama pada saat itu yang dianggap sebagai “tirai besi keilmuan” lagi

untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.

Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah

yang berberadaban lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir.

Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta

pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.

Page 5: perkembangan filsafat di masa dulu, sekarang dan akan datang

Sejarah Perkembangan Awal Filsafat Dunia di Masa Yang Lalu,Masa

Kini dan Masa Yang Akan Datang

Meski istilah philosophia pertama kali dimunculkan oleh Pythagoras, namun

orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales (640-546 S.M.) dari

Mileta (sekarang di pesisir barat Turki). Ia merupakan seorang Filsuf yang mendirikan

aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran

filsafat kosmos, filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk

mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya (The Liang Gie,

1999).

Dalam buku History and Philosophy of Science karangan L.W.H. Hull (1950),

menulis setidaknya sejarah filsafat dan ilmu dapat dibagi dalam beberapa periode,

termasuk di dalamnya tokoh-tokoh yang terkenal pada periode itu.

a. Periode pertama, filsafat Yunani abad 6 SM

Pada masa ini ahli filsafatnya adalah Thales, Anaximandros, dan Anaximenes yang

dianggap sebagai bapak-bapak fisafat dari Mileta. Thales berpendapat bahwa sumber

kehidupan adalah air. Makhluk yang pertama kali hidup adalah ikan dan menusia

yang pertama kali terlahir dari perut ikan. Thales juga berpendapat bahwa bumi

terletak di atas air. Tentang bumi, Anaximandros mengatakan bahwa bumi persis

berada di pusat jagat raya dengan jarak yang sama terhadap semua badan yang lain.

Sementara Anaximenes dapat dikatakan sebagai pemikir pertama yang

mengemukakan persamaan antara tubuh manusia dan jagat raya. Udara di alam

semesta ibarat jiwa yang dipupuk dengan pernapasan di dalam tubuh manusia.

Setelah mereka bertiga, Yunani kemudian memiliki pemikir-pemikir terkenal yang

lebih berpengaruh lagi terhadap perkembangan fisafat, seperti Socrates, Plato,

Aristoteles, Phythagoras, Hypocrates, dan lain sebagainya.

b. Periode Kedua, Periode setelah kelahiran Al Masih (Abad 0-6 M)

Pada masa ini pertentangan antara gereja yang diwakili oleh para pastur dan para raja

yang pro kepada gereja, dengan para ulama filsafat. Sehingga pada masa ini filsafat

Page 6: perkembangan filsafat di masa dulu, sekarang dan akan datang

mengalami kemunduran. Para raja membatasi kebebasan berfikir sehingga filsafat

seolah-olah telah mati suri. Ilmu menjadi beku, kebenaran hanya menjadi otoritas

gereja, gereja dan para raja yang berhak mengatakan dan menjadi sumber kebenaran.

c. Periode Ketiga, Periode kejayaan Islam (Abad 6-13 M)

Pada masa ini dunia Kristen Eropa mengalami abad kegelapan, ada juga yang

menyatakan periode ini sebagai periode pertengahan. Masa keemasan atau

kebangkitan Islam ditandai dengan banyaknya ilmuan-ilmuan Islam yang ahli

dibidang masing-masing, berbagai buku inilah diterbitkan dan ditulis. Di antara

tokoh-tokoh tersebut adalah Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali yang ahli dalam

hokum Islam, Al-farabi ahli astronomi dan matematika, Ibnu Sina ahli kedokteran

dengan buku terkenalnya yaitu The Canon of Medicine. Al-kindi ahli filsafat, Al-

ghazali intelek yang meramu berbagai ilmu sehingga menjadi kesatuan dan

kesinambungan dan mensintesis antara agama, filsafat, mistik dan sufisme . Ibnu

Khaldun ahali sosiologi, filsafat sejarah, politik, ekonomi, social dan kenegaraan.

Anzahel ahli dan penemu teori peredaran planet. Tetapi setelah perang salib terjadi

umat Islam mengalami kemundurran, umat Islam dalam keadaan porak-poranda oleh

berbagai peperangan.

Terdapat 2 pendapat mengenai sumbangan peradaban Islam terhadap filsafat

dan ilmu pengetahuan, yang terus berkembang hingga saat ini. Pendapat pertama

mengatakan bahwa orang Eropa belajar filsafat dari filosof Yunani seperti Aristoteles,

melalui kitab-kitab yang disalin oleh St. Agustine (354 – 430 M), yang kemudian

diteruskan oleh Anicius Manlius Boethius (480 – 524 M) dan John Scotus. Pendapat

kedua menyatakan bahwa orang Eropah belajar filsafat orang-orang Yunani dari

buku-buku filasafat Yunani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh

filosof Islam seperti Al-Kindi dan Al-Farabi. Terhadap pendapat pertama Hoesin

(1961) dengan tegas menolaknya, karena menurutnya salinan buku filsafat Aristoteles

seperti Isagoge, Categories dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi

bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang dianggap telah

menyebarkan ajaran yang dilarang oleh negara. Selanjutnya dikatakan bahwa

seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius menjadi sumber perkembangan filsafat

dan ilmu pengetahuan di Eropa, maka John Salisbury, seorang guru besar filsafat di

Universitas Paris, tidak akan menyalin kembali buku Organon karangan Aristoteles

dari terjemahan-terjemahan berbahasa Arab, yang telah dikerjakan oleh filosof Islam.

Page 7: perkembangan filsafat di masa dulu, sekarang dan akan datang

Sebagaimana telah diketahui, orang yang pertama kali belajar dan mengajarkan

filsafat dari orang-orang sophia atau sophists (500 – 400 SM) adalah Socrates (469 –

399 SM), kemudian diteruskan oleh Plato (427 – 457 SM). Setelah itu diteruskan oleh

muridnya yang bernama Aristoteles (384 – 322 SM). Setelah zaman Aristoteles,

sejarah tidak mencatat lagi generasi penerus hingga munculnya Al-Kindi pada tahun

801 M. Al-Kindi banyak belajar dari kitab-kitab filsafat karangan Plato dan

Aristoteles. Oleh Raja Al-Makmun dan Raja Harun Al-Rasyid pada Zaman

Abbasiyah, Al-Kindi diperintahkan untuk menyalin karya Plato dan Aristoteles

tersebut ke dalam Bahasa Arab.

Sepeninggal Al-Kindi, muncul filosof-filosof Islam kenamaan yang terus

mengembangkan filsafat. Filosof-filosof itu diantaranya adalah : Al-Farabi, Ibnu Sina,

Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhamad Iqbal, dan

Ibnu Rushd.

Berbeda dengan filosof-filosof Islam pendahulunya yang lahir dan besar di Timur,

Ibnu Rushd dilahirkan di Barat (Spanyol). Filosof Islam lainnya yang lahir di barat

adalah Ibnu Baja (Avempace) dan Ibnu Tufail (Abubacer).

Ibnu baja dan Ibnu Tufail merupakan pendukung rasionalisme Aris-toteles. Akhirnya

kedua orang ini bisa menjadi sahabat.

Sedangkan Ibnu Rushd yang lahir dan dibesarkan di Cordova, Spanyol meskipun

seorang dokter dan telah mengarang Buku Ilmu Kedokteran berjudul Colliget, yang

dianggap setara dengan kitab Canon karangan Ibnu Sina, lebih dikenal sebagai

seorang filosof.

Pandangan Ibnu Rushd yang menyatakan bahwa jalan filsafat merupakan jalan terbaik

untuk mencapai kebenaran sejati dibanding jalan yang ditempuh oleh ahli agama,

telah memancing kemarahan pemuka-pemuka agama, sehingga mereka meminta

kepada khalifah yang memerintah di Spanyol untuk menyatakan Ibnu Rushd sebagai

atheis. Sebenarnya apa yang dikemukakan oleh Ibnu Rushd sudah dikemukakan pula

oleh Al-Kindi dalam bukunya Falsafah El-Ula (First Philosophy). Al-Kindi

menyatakan bahwa kaum fakih tidak dapat menjelaskan kebenaran dengan sempurna,

oleh karena pengetahuan mereka yang tipis dan kurang bernilai.

Pertentangan antara filosof yang diwakili oleh Ibnu Rushd dan kaum ulama yang

diwakili oleh Al-Ghazali semakin memanas dengan terbitnya karangan Al-Ghazali

yang berjudul Tahafut-El-Falasifah, yang kemudian digunakan pula oleh pihak gereja

untuk menghambat berkembangnya pikiran bebas di Eropah pada Zaman Renaisance.

Page 8: perkembangan filsafat di masa dulu, sekarang dan akan datang

Al-Ghazali berpendapat bahwa mempelajari filsafat dapat menyebabkan seseorang

menjadi atheis. Untuk mencapai kebenaran sejati menurut Al-Ghazali hanya ada satu

cara yaitu melalui tasawuf (mistisisme). Buku karangan Al-Ghazali ini kemudian

ditanggapi oleh Ibnu Rushd dalam karyanya Tahafut-et-Tahafut (The Incohenrence of

the Incoherence).

Kemenangan pandangan Al-Ghazali atas pandangan Ibnu Rushd telah menyebabkan

dilarangnya pengajaran ilmu filsafat di berbagai perguruan-perguruan Islam. Hoesin

(1961) menyatakan bahwa pelarangan penyebaran filsafat Ibnu Rushd merupakan titik

awal keruntuhan peradaban Islam yang didukung oleh maraknya perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Hal ini sejalan dengan pendapat Suriasumantri (2002)

yang menyatakan bahwa perkembangan ilmu dalam peradaban Islam bermula dengan

berkembangnya filsafat dan mengalami kemunduran dengan kematian filsafat.

Pada pertengahan abad 12 kalangan gereja melakukan sensor terhadap karangan Ibnu

Rushd, sehingga saat itu berkembang 2 paham yaitu paham pembela Ibnu Rushd

(Averroisme) dan paham yang menentangnya. Kalangan yang menentang ajaran

filsafat Ibnu Rushd ini antara lain pendeta Thomas Aquinas, Ernest Renan dan Roger

Bacon. Mereka yang menentang Averroisme umumnya banyak menggunakan

argumentasi yang dikemukakan oleh Al-Ghazali dalam kitabnya Tahafut-el-Falasifah.

Dari hal ini dapat dikatakan bahwa apa yang diperdebatkan oleh kalangan filosof di

Eropah Barat pada abad 12 dan 13, tidak lain adalah masalah yang diperdebatkan oleh

filosof Islam.

d. Periode Keempat, Periode kebangkitan Eropa (Abad 12-17)

Bersamaannya dengan mundurnya kebudayaan Islam, Eropah mengalami

kebangkitan. Pada masa ini, buku-buku filsafat dan ilmu pengetahuan karangan dan

terjemahan filosof Islam seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rushd

diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Pada zaman itu Bahasa Latin menjadi bahasa

kebudayaan bangsa-bangsa Eropah. Penterjemahan karya-karya kaum muslimin

antara lain dilakukan di Toledo, ketika Raymund menjadi uskup Besar Kristen di

Toledo pada Tahun 1130 – 1150 M. Hasil terjemahan dari Toledo ini menyebar

sampai ke Italia. Dante menulis Divina Comedia setelah terinspirasi oleh hikayat Isra

dan Mikraj Nabi Muhammad SAW. Universitas Paris menggunakan buku teks

Organon karya Aristoteles yang disalin dari Bahasa Arab ke dalam Bahasa Latin oleh

Page 9: perkembangan filsafat di masa dulu, sekarang dan akan datang

John Salisbury pada tahun 1182.

Seperti halnya yang dilakukan oleh pemuka agama Islam, berkembangnya filsafat

ajaran Ibnu Rushd dianggap dapat membahayakan iman kristiani oleh para pemuka

agama Kristen, sehingga sinode gereja mengeluarkan dekrit pada Tahun 1209, lalu

disusul dengan putusan Papal Legate pada tahun 1215 yang melarang pengajaran dan

penyebaran filsafat ajaran Ibnu Rushd.

Pada Tahun 1215 saat Frederick II menjadi Kaisar Sicilia, ajaran filsafat Islam mulai

berkembang lagi. Pada Tahun 1214, Frederick mendirikan Universitas Naples, yang

kemudian memiliki akademi yang bertugas menterjemahkan kitab-kitab berbahasa

Arab ke dalam Bahasa latin. Pada tahun 1217 Frederick II mengutus Michael Scot ke

Toledo untuk mengumpulkan terjemahan-terjemahan filsafat berbahasa latin karangan

kaum muslimin. Berkembangnya ajaran filsafat Ibnu Rushd di Eropah Barat tidak

lepas dari hasil terjemahan Michael Scot. Banyak orientalis menyatakan bahwa

Michael Scot telah berhasil menterjemahkan Komentar Ibnu Rushd dengan judul de

coelo et de mundo dan bagian pertama dari Kitab Anima.

Pekerjaan yang dilakukan oleh Kaisar Frederick II untuk menterje-mahkan karya-

karya filsafat Islam ke dalam Bahasa Latin, guna mendorong pengembangan ilmu

pengetahuan di Eropah Barat, serupa dengan pekerjaan yang pernah dilakukan oleh

Raja Al-Makmun dan Harun Al-Rashid dari Dinasti Abbasiyah, untuk mendorong

pengembangan ilmu pengetahuan di Jazirah Arab.

Setelah Kaisar Frederick II wafat, usahanya untuk mengembangkan pengetahuan

diteruskan oleh putranya. Untuk tujuan ini putranya mengutus orang Jerman bernama

Hermann untuk kembali ke Toledo pada tahun 1256. Hermann kemudian

menterjemahkan Ichtisar Manthiq karangan Al-Farabi dan Ichtisar Syair karangan

Ibnu Rushd. Pada pertengahan abad 13 hampir seluruh karya Ibnu Rushd telah

diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin, termasuk kitab tahafut-et-tahafut, yang

diterjemahkan oleh Colonymus pada Tahun 1328.

e. Periode Filsafat Modern (Abad 17-20 M)

Dikenal Juga sebagai abad Äufklarung. Pada masa ini Kristen yang berkuasa dan

menjadi sumber otoritas kebenaran mengalami kehancuran, dan juga awal abad

kemunduran bagi umat Islam. Berbagai pemikiran Yunani muncul, alur pemikiran

yang mereka anut adalah rasionalitas, empirisrme, dan Kritisme. Peradaban Eropa

Page 10: perkembangan filsafat di masa dulu, sekarang dan akan datang

bangkit melampaui dunia islam. Masa ini juga memunculkan intelektual Gerard Van

Cromona yang menyalin buku Ibnu Sina, ”The canon of medicine”, Fransiscan Roger

Bacon, yang menganut aliran pemikiran empirisme dan realisme berusaha menentang

berbagai kebijakan gereja dan penguasa pada waktu itu. Dalam hal ini Galileo dan

Copernicus juga mengalami penindasan dari penguasa. Masa ini juga menyebabkan

perpecahan dalam agama Kristen, yaitu Kristen Katolik dan Protestan. Perlawanan

terhadap gereja dan raja yang menindas terus berlangsung Revolusi ilmu pengetahuan

makin gencar dan meningkat. Pada masa ini banyak muncul para ilmuwan seperti

Newton dengan teori gravitasinya, John Locke yang menghembuskan perlawanan

kepada pihak gereja dengan mengemukakan bahwa manusia bebas untuk berbicara,

bebas mengeluarkan pendapat, hak untuk hidup, hak untuk merdeka, serta hak

berfikir. Hal serupa juga dilakuklan ole J.J .Rousseau mengecam penguasa dalam

bukunya yang berjudul Social Contak.

Hal berbeda terjadi didunai Islam, pada masa ini umat Islam tertatih untuk

bangkit dari keterpurukan spiritual. Intelektual Islam yang gigih menyeru umat Islam

untuk kembali pada ajaran al-Quran dan Hadis. Pada masa krisis moral dan peradaban

muncul ilmuwan lainnya yaitu Muhammad Abduh. Muhammad Abduh berusaha

membangkitkan umat Islam untuk menggunakan akalnya. Ia berusaha mengikis habis

taklid. Hal tersebut dilakukan oleh Muhammad Abduh agara umat Islam menemukan

ilmu yang berasal dari al-Quran dan hadis.

Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari

kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia

sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran

rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti

berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme, sebaliknya, meyakini pengalamanlah

sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran

kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.

Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M). Dalam

buku Discourse de la Methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya ada metode yang

jitu sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan

segalanya, secara metodis. Kalau suatu kebenaran tahan terhadap ujian kesangsian

yang radikal ini, maka kebenaran itu 100% pasti dan menjadi landasan bagi seluruh

pengetahuan.

Page 11: perkembangan filsafat di masa dulu, sekarang dan akan datang

Descartes adalah pelopor kaum rasionalis, yaitu mereka yang percaya bahwa

dasar semua pengetahuan ada dalam pikiran.

Aliran empririsme nyata dalam pemikiran David Hume (1711-1776), yang memilih

pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan. Pengalaman itu dapat yang bersifat

lahirilah (yang menyangkut dunia), maupun yang batiniah (yang menyangkut pribadi

manusia). Oleh karena itu pengenalan inderawi merupakan bentuk pengenalan yang

paling jelas dan sempurna.

Hume merupakan pelopor para empirisis, yang percaya bahwa seluruh

pengetahuan tentang dunia berasal dari indera. Menurut Hume ada batasan-batasan

yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui persepsi indera kita.

PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU

Semenjak tahun 1960 filsafat ilmu mengalami perkembangan yang sangat

pesat, terutama sejalan dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi yang

ditopang penuh oleh positivisme-empirik, melalui penelaahan dan pengukuran

kuantitatif sebagai andalan utamanya. Berbagai penemuan teori dan penggalian ilmu

berlangsung secara mengesankan

Pada periode ini berbagai kejadian dan peristiwa yang sebelumnya mungkin

dianggap sesuatu yang mustahil, namun berkat kemajuan ilmu dan teknologi dapat

berubah menjadi suatu kenyataan. Bagaimana pada waktu itu orang dibuat tercengang

dan terkagum-kagum, ketika Neil Amstrong benar-benar menjadi manusia pertama

yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan. Begitu juga ketika manusia berhasil

mengembangkan teori rekayasa genetika dengan melakukan percobaan cloning pada

kambing, atau mengembangkan cyber technology, yang memungkinkan manusia

untuk menjelajah dunia melalui internet. Belum lagi keberhasilan manusia dalam

mencetak berbagai produk nano technology , dalam bentuk mesin-mesin micro-chip

yang serba mini namun memiliki daya guna sangat luar biasa.

Semua keberhasilan ini kiranya semakin memperkokoh keyakinan manusia

terhadap kebesaran ilmu dan teknologi. Memang, tidak dipungkiri lagi bahwa

positivisme-empirik yang serba matematik, fisikal, reduktif dan free of value telah

Page 12: perkembangan filsafat di masa dulu, sekarang dan akan datang

membuktikan kehebatan dan memperoleh kejayaannya, serta memberikan kontribusi

yang besar dalam membangun peradaban manusia seperti sekarang ini.

Namun, dibalik keberhasilan itu, ternyata telah memunculkan persoalan-

persoalan baru yang tidak sederhana, dalam bentuk kekacauan, krisis dan chaos yang

hampir terjadi di setiap belahan dunia ini. Alam menjadi marah dan tidak ramah lagi

terhadap manusia, karena manusia telah memperlakukan dan mengexploitasinya tanpa

memperhatikan keseimbangan dan kelestariannya. Berbagai gejolak sosial hampir

terjadi di mana-mana sebagai akibat dari benturan budaya yang tak terkendali.

Kesuksesan manusia dalam menciptakan teknologi-teknologi raksasa ternyata

telah menjadi boomerang bagi kehidupan manusia itu sendiri. Raksasa-raksasa

teknologi yang diciptakan manusia itu seakan-akan berbalik untuk menghantam dan

menerkam si penciptanya sendiri, yaitu manusia.

Berbagai persoalan baru sebagai dampak dari kemajuan ilmu dan teknologi

yang dikembangkan oleh kaum positivisme-empirik, telah memunculkan berbagi

kritik di kalangan ilmuwan tertentu. Kritik yang sangat tajam muncul dari kalangan

penganut “Teori Kritik Masyarakat”, sebagaimana diungkap oleh Ridwan Al

Makasary (2000:3). Kritik terhadap positivisme, kurang lebih bertali temali dengan

kritik terhadap determinisme ekonomi, karena sebagian atau keseluruhan bangunan

determinisme ekonomi dipancangkan dari teori pengetahuan positivistik. Positivisme

juga diserang oleh aliran kritik dari berbagai latar belakang dan didakwa

berkecenderungan mereifikasi dunia sosial. Selain itu Positivisme dipandang

menghilangkan pandangan aktor, yang direduksi sebatas entitas pasif yang sudah

ditentukan oleh “kekuatan-kekuatan natural”. Pandangan teoritikus kritik dengan

kekhususan aktor, di mana mereka menolak ide bahwa aturan aturan umum ilmu

dapat diterapkan tanpa mempertanyakan tindakan manusia. Akhirnya “ Teori Kritik

Masyarakat” menganggap bahwa positivisme dengan sendirinya konservatif, yang

tidak kuasa menantang sistem yang eksis.

Senada dengan pemikiran di atas, Nasution (1996:4) mengemukan pula tentang kritik

post-positivime terhadap pandangan positivisme yang bercirikan free of value, fisikal,

reduktif dan matematika.

Page 13: perkembangan filsafat di masa dulu, sekarang dan akan datang

Usaha untuk menghasilkan ilmu sosial yang bebas nilai makin ditinggalkan

karena tak mungkin tercapai dan karena itu bersifat “self deceptive” atau penipuan diri

dan digantikan oleh ilmu sosial yang berdasarkan ideologi tertentu. Hesse (1980)

mengemukakan bahwa kenetralan dalam penelitian sosial selalu merupakan problema

dan hanya merupakan suatu ilusi. Dalam penelitian sosial tidak ada apayang disebut

“obyektivitas”. “ Knowledge is a’socially contitued’, historically embeded, and

valuationally. Namun ini tidak berarti bahwa hasil penelitian bersifat subyektif

semata-mata, oleh sebab penelitian harus selalu dapat dipertanggungjawabkan secara

empirik, sehingga dapat dipercaya dan diandalkan. Macam-macam cara yang dapat

dilakukan untuk mencapai tingkat kepercayaan hasil penelitian

Jelasnya, apabila kita mengacu kepada pemikiran Thomas Kuhn dalam

bukunya The Structure of Scientific Revolutions (1962) bahwa perkembangan filsafat

ilmu, terutama sejak tahun 1960 hingga sekarang ini sedang dan telah mengalami

pergeseran dari paradigma positivisme-empirik,–yang dianggap telah mengalami titik

jenuh dan banyak mengandung kelemahan–, menuju paradigma baru ke arah post-

positivisme yang lebih etik.

Terjadinya perubahan paradigma ini dijelaskan oleh John M.W. Venhaar bahwa

perubahan kultural yang sedang terwujud akhir-akhir ini, –perubahan yang sering

disebut purna-modern, meliputi persoalan-persoalan :

(1) antihumanisme

(2) dekonstruksi

(3) fragmentasi identitas. Ketiga unsur ini memuat tentang berbagai problem yang

berhubungan dengan fungsi sosial cendekiawan dan pentingnya paradigma kultural,–

terutama dalam karya intelektual untuk memahami identitas manusia.

Page 14: perkembangan filsafat di masa dulu, sekarang dan akan datang

PENUTUP

Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang kita

sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran,

fisika, matematika, dan lain sebagainya, umat manusia lebih dulu memfikirkan

dengan bertanya tentang berbagai hakikat apa yang mereka lihat. Dan jawaban

mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah jawaban filsafati. Kalau ilmu

diibiratkan sebagai sebuah pohon yang memiliki berbagai cabang pemikiran, ranting

pemahaman, serta buah solusi, maka filsafat adalah tanah dasar tempat pohon tersebut

berpijak dan tumbuh.

Metode filsafat adalah metode bertanya. Objek formal filsafat adalah ratio

yang bertanya. Sedang objek materinya ialah semua yang ada yang bagi manusia

perlu dipertanyakan hakikatnya. Maka menjadi tugas filsafat mempersoalkan segala

sesuatu yang ada sampai akhirnya menemukan kebijaksanaan universal.

Page 15: perkembangan filsafat di masa dulu, sekarang dan akan datang

TUGAS FILSAFAT

” Perkembangan Filsafat di masa lalu,masa kini,dan masa depan”

Di susun oleh :

Tjia Nova Ruliana Kp C/3062880

Page 16: perkembangan filsafat di masa dulu, sekarang dan akan datang

Fakultas ekonomiUniversitas Surabaya

2008