TINJAUAN YURIDIS ASURANSI HASIL PERTANIAN MENURUT …eprints.unram.ac.id/950/1/SKRIPSI.pdf ·...
Transcript of TINJAUAN YURIDIS ASURANSI HASIL PERTANIAN MENURUT …eprints.unram.ac.id/950/1/SKRIPSI.pdf ·...
i
TINJAUAN YURIDIS ASURANSI HASIL PERTANIAN MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG
PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PERTANIAN
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Untuk Mencapai Derajat Strata I (S-1) Pada
Program Studi Ilmu Hukum
Oleh :
ANISA RAMLA
D1A013031
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2017
ii
HALAMAN PENGESAHAN
TINJAUAN YURIDIS ASURANSI HASIL PERTANIAN MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG
PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PERTANIAN
Program Studi Ilmu Hukum
Oleh :
ANISA RAMLA
D1A013031
Menyetujui,
Pembimbing Pertama, Pembimbing Kedua,
Dr.Hj. Sumiati Ismail, SH.,MM,MH Dr.Eduardus Bayo Sili,SH.,M.Hum
NIP.195404081988032001 NIP. 196902101999031002
iii
SKRIPSI INI TELAH DIUJI DAN DISEMINARKAN
PADA TANGGAL :…………………………
Ketua,
Dr. Hj. Sumiati Ismail, SH., MM., MH. (………………..)
NIP. 19540408 198803 2 001
Anggota I
Dr. Eduardus Bayo Sili, SH., M.Hum (………………..)
NIP. 19690210 199903 1 002
Anggota II
Dr. H. Muhaimin, SH., M.Hum (………………..)
NIP. 19761001 200112 1 001
Mengetahui,
Bagian Hukum Bisnis
Ketua,
Budi Sutrisno, SH., M.Hum.
NIP. 19590122 198903 1 0
iv
SKRIPSI INI TELAH DITERIMA DAN DISAHKAN OLEH FAKULTAS
HUKUM UNIVERSITAS MATARAM
PADA TANGGAL : …………………………
Dekan,
Prof. Dr. H. Lalu Husni, SH., M.Hum.
NIP. 19621231 198803 1 010
v
MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan
suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri
mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki kehancuran suatu
kaum, maka tidak ada yang sanggup mencegahnya, dan tidak ada
perlindungan mereka selain dari Allah”.
(Q.S. Ar –Ra’d : 11)
Skripsi Ini Ku Persembahkan Untuk
Orang Tua Tercinta, Kakak dan Adek Saya
Abdullah, Rahmatiah,
Akmalul Mukminin, Sohwatul Muslimah
vi
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah
SWT. yang telah melimpahkan karunia-Nya dan pertolongan-Nya kepada
penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “
Tinjauan Yuridis Asuransi Hasil Pertanian Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian” yang
merupakan persyaratan untuk mencapai derajat S-1 pada Program Studi Ilmu
Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Mataram.
Shalawat serta salam tidak lupa penyusun sampaikan kepada junjungan alam
Nabi Besar Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari alam yang gelap
gulita menuju alam yang terang benderang pada saat sekarang ini.
Selesainya penyusunan ini tidak terlepas dari budi baik berbagai pihak. Untuk
itu, penyusun ingin menyampaikan banyak-banyak terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Hukum Universitas Mataram, Bapak Prof. Dr .H. Lalu
Husni,SH.,M.Hum. yang telah memudahkan penyusun untuk menyelesaikan
skripsi ini melalui kelengkapan yang di miliki oleh Fakultas Hukum
Universitas Mataram.
2. Bapak Budi Sutrisno, SH., M.Hum. selaku Ketua Bagian Hukum Bisnis yang
telah meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukan yang begitu banyak
vii
untuk memberikan saran terkait dengan skripsi yang sedang penyusun
selesaikan,
3. Ibu Dr. Hj. Sumiati Ismail, SH.,MM., MH. selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktunya kepada penyusun untuk konsultasi serta
memberikan arahan yang sangat baik guna penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Dr. Eduardus Bayo Sili, SH., M.Hum. selaku dosen pembimbing juga
yang telah meluangkan waktunya kepada penyusun untuk konsultasi
serta memberikan arahan yang sangat baik guna penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Dr.H. Muhaimin, SH., M.Hum. yang telah memberikan saran-saran
dan arahan-arahan terkait kekurangan-kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini sehingga dapat penyusun perbaikan dan lengkapi.
6. Orang Tua tercinta dan tersayang, Abdullah dan Rahmatiah yang tiada
henti-hentinya memanjatkan do’a dan memberikan dukungan dari dulu
sampai sekarang.
7. Kakek dan nenek tercinta, Temmaukke Daeng Manasse dan Salma, terimah
kasih untuk nasehat, do’a dan dukungan yang diberikan dari dulu sampai
sekarang.
8. Kakak dan adik ku tercinta, Akmalul Mukminin dan Sohwatul Muslimah
yang selalu memberikan dukungan dari dulu sampai sekarang
9. Semua keluarga yang tidak mampu penyusun sebutkan satu per satu
yang selalu mengingatkan penyusun jika lupa dan salah.
viii
10. sama dalam suka maupun duka serta selalu memberikan semangat, motivasi,
dan bantuannya.
11. Teman-teman Semua teman-teman yang ada di Kampus Merah angkatan
2013 yang selalu bersama KKN TEMATIK di Desa Ubung Lombok
Tengah yang terus bersama saling bahu-membahu untuk penyelesaian
skripsi ini.
12. Semua pihak yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu, terima kasih
atas segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada penyusun.
Semoga atas budi baik yang telah diberikan kepada penyusun
dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan yang lebih dari setimpal
oleh Allah SWT. Penyusunan skripsi ini tentu masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapakan kepada berbagai
pihak untuk memberikan kritik dan sarannya guna mencapai perbaikan
yang semestinya.
Mataram, 20 Maret 2017
Penyusun,
Anisa Ramla
D1A013031
ix
RINGKASAN
TINJAUAN YURIDIS ASURANSI HASIL PERTANIAN MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN
DAN PEMBERDAYAAN PERTANIAN
Anisa Ramla
Dr. Hj. Sumiati Ismail, SH., MM., MH.
Dr. Eduardus Bayo Sili, SH., M.Hum
Sektor pertanian saat ini merupakan sektor yang identik dengan
ketidakpastian (uncertainty) kerena bergantung pada musim yang berpengaruh
negatif terhadap hasil pertanian bahkan para petani berisiko untuk gagal panen dan
juga rusaknya prasarana pertanian. Kekhawatiran ketidakpastian ini, menimbulkan
kebutuhan akan perlindungan asuransi. Berdasarkan uraian di atas, maka sudah
selayaknya usaha pertanian seharusnya mendapat perhatian khusus untuk
memperkecil risiko dalam bentuk asuransi, yang disebut dengan asuransi pertanian.
Dasar hukum untuk melaksanakan asuransi pertanian muncul dengan terbitnya
Undang - Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Petani. Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 merupakan peraturan hukum baru
yang mengatur asuransi pertanian, perlu kiranya masyarakat mengetahui lebih jelas
bagaimana pengaturan perjanjian asuransi pertanian dan bagaimana penerapannya
dalam masyarakat serta mekanisme dalam mengikuti asuransi, serta kebijakan
Pemerintah untuk melindungi petani dalam melakukan usahatani dalam bentuk
asuransi pertanian.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimana
Pengaturan Perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Menurut Undang –
Undang Nomor 19 Tahun 2013, serta Bagaimana Penetapan Pembayaran Premi Dan
Penggantian Kerugian Dalam Perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Menurut
Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2013, tujuan dari penelitian ini untuk
menjelaskan bagaimana pengaturan perjanjian Asuransi Usha Tani Padi (AUTP)
menurut Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013, serta untuk menjelaskan bagaimana
penetapan pembayaran premi dan penggantian kerugian dalam perjanjian Asuransi
Usaha Tani Padi (AUTP menurut Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013, manfaat
yang diharapkan adalah manfaat akademis, manfaat teoritis, manfaat praktis.
Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif, yaitu
penelitian yang meneliti peraturan perundang-undangan, teori hukum beserta
berbagai gejalanya di masyarakat untuk dapat menjawab isu hukum yang sedang
diteliti. Pendekatan yang digunakan adalah : Pertama, Pendekatan Perundang-
Undangan, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah semua
undangundang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang
x
ditangani. Kedua, Pendekatan Konseptual, yaitu Pendekatan yang beranjak dari
pandanganpandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang didalam ilmu hukum.
Hasil penelitian menyatakan : Pertama, pengaturan perjanjian Asuransi Usaha
Tani Padi (AUTP) berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian, sebelumnya telah diatur dalam KUHD
dari pasal 299 sampai 301, meskipun tidak secara rinci, Undang-Undang Nomor 19
tahun 2013 yang mengatur asuransi pertanian sebagai bentuk perlindungan pertanian
yang mengancam hasil pertanian, ketentuan lebih lanjut diatur dengan Peraturan
Menteri Pertanian Nomor: 40/permentan/SR.230/7/2015 tentang Fasilitasi Asuransi
Pertanian, serta Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 02/KPTS/ SR.220/B/01/2016
tentang Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usaha Tani Padi yang mengatur asuransi
usahatani padi. Obyek pertanggungan dalam asuransi ini adalah sesuai dengan
keputusan menteri pertanian yaitu padi, penanggung yaitu PT.Jasindo sebagai
pelaksana tunggal asuransi pertanian kemudian bekerjasama dengan perusahaan
BUMN dibidang pertanian dalam memberikan subsidi bantuan pembayaran premi,
tertanggung yaitu kelompok tani, jangka waktu pertanggungan Polis asuransi
diterbitkan untuk satu musim tanam dengan jangka waktu pertanggungan dimulai
pada tanggal perkiraan tanam dan berakhir pada tanggal perkiraan panen.
Kemudian polis ikhtisar polis asuransi diberikan kepada masing-masing petani
peserta asuransi didalam kelompoknya, dimana didalam polis terdapat hak serta
kewajiban masing-masing pihak, Terdapat dua prinsip utama dalam asuransi
yaitu prinsip indemnity dan prinsip parametric. Kedua, penetapan pembayaran
premi, pola pembayaran premi asuransi dibedakan dengan pola swadaya dan pola
bantuan premi pemerintah, sumber pembiayaan premi asuransi oleh petani dapat
diperoleh dari salah satu atau kombinasi dari sumber sebagai berikut: (a)
pemerintah (APBN atau APBD), (b) Kemitraan (BUMN dan Perusahaan Swasta), (c)
Perbankan, jika petani mendapatkan pembiayaan dari perbankan atau lembaga
keuangan lainnya, dan (d) swadaya (oleh petani sendiri), Dimana petani membayar
premi sebanyak 20% yaitu Rp.36.000,-ha. Sedangkan dari pemerintah sebanyak 80%
yaitu Rp.144.000,-/ha. Penggantian kerugian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP)
yaitu ganti rugi diberikan kepada peserta Asuransi Usahatani Padi (AUTP) apabila
terjadi banjir, kekeringan dan atau serangan OPT yang mengakibatkan kerusakan
tanaman padi yang dipertanggungkan dengan kondisi persyaratan yang telah
ditentukan harga pertanggungan ditetapkan sebesar Rp. 6.000.000,- per hektar per
musim tanam dihitung secara proporsional. Harga pertanggungan menjadi dasar
perhitungan premi dan batas maksimum ganti rugi.
Undang-Undang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani belum jelas
mengatur mengenai teknis pelaksanaan asuransi pertanian, khususnya asuransi
tanaman perkebunan dan hortikultura, jadi pemerintah harus lebih aktif dalam
melaksanakan dan menindaklanjuti asuransi pertanian ini sesuai dengan amanat
undang-undang perlindungan dan pemberdayan pertanian, agar setiap petani baik
xi
petani tanaman pangan, petani hortikultura maupun pekebun dapat terlindungi hasil
pertaniannya dengan asuransi pertanian, sehingga dapat terlaksana amanat dari
Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan
pertanian.
xii
ABSTRAK
TINJAUAN YURIDIS ASURANSI HASIL PERTANIAN MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN
DAN PEMBERDAYAAN PERTANIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan Pengaturan Perjanjian
Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 tahun
2013 dan menjelaskan bagaimana penetapan pembayaran premi dan penggantian
kerugian dalam perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) menurut Undang-
Undang Nomor 19 tahun 2013, manfaat yang diharapkan adalah manfaat akademis,
manfaat teoritis, manfaat praktis. Jenis penelitian ini adalah penelitian normatif. Hasil
penelitian menunjukan bahwa: pengaturan perjanjian asuransi pertanian menurut
Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 yaitu bahwa tertanggung adalah PT.Jasindo
sebagai pelaksana tunggal yang bekerjasama dengan perusahaan BUMN dalam
memberikan subsidi premi, tertanggung yaitu kelompok tani, obyek yang
diasuransikan yaitu padi sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian, jangka waktu
pertanggungan Polis asuransi diterbitkan untuk satu musim tanam dengan jangka
waktu pertanggungan dimulai pada tanggal perkiraan tanam dan berakhir pada
tanggal perkiraan panen. Kemudian polis ikhtisar polis asuransi diberikan kepada
masing-masing petani peserta asuransi didalam kelompoknya, Terdapat dua prinsip
utama dalam asuransi yaitu prinsip indemnity dan prinsip parametric. Serta
penetapan pembayaran premi yaitu dari subsidi bantuan premi oleh pemerintah
sebanyak 80% serta petani menanggung sebanyak 20%, Penggantian kerugian
asuransi hasil pertanian yaitu ganti rugi diberikan kepada peserta Asuransi
Usahatani Padi (AUTP) apabila terjadi banjir, kekeringan dan atau serangan
organism pengganggu tumbuhan . harga pertanggungan ditetapkan sebesar Rp.
6.000.000,- per hektar per musim tanam. Harga pertanggungan menjadi dasar
perhitungan premi dan batas maksimum ganti rugi, penggantian kerugian dihitung
secara proporsional.
Kata kunci : Asuransi, hasil pertanian, perlindungan, pemberdayaan
xiii
REVIEW OF JURIDIS INSURANCE OF AGRICULTURAL PRODUCTS BY
LAW NUMBER 19 YEAR 2013 REGARDING PROTECTION AND
EMPOWERMENTOF AGRICULTURE
ABSTRACT
The purpose of this study is to explain the regulation of rice farmers insurance
agreement (AUTP) based on law No. 19 of 2013 and explain how the determination
of premium payment and compensation in the rice farming insurance agreement
(AUTP) pursuant to law No. 19 of 2013, expected benefits are academic benefist,
theoretical bebefist, practical benefist. This type of research is normative research.
The results showed that : the arrangement of agricultural insurance agreement
according to law No. 19 of 2013 that the insured PT.Jasindo as a sole implementer in
cooperation with the state-owned companies in providing premium subsidies, the
insured is the farmer group, the insured object is rice in accordance with the decision
minister of agriculture, coverage period an insurance policy is assued for one growing
season with a term of coverage commencing on the dateof planting estimate and
ending on the estimated date of harvest. Then the insurance policy overview policy is
given to each participant farmer in the group, there are two main principles in
insurance that is indemnity principle and parametric principle. As well as the
stipulation of premium payment that is from the subsidy of premium contribution by
the government as much as 80% and thefarmers bear as much as 20%, replacement af
agricultural insurance losses that compensation is given to participants of rice farm
insurance (AUTP) in case of floods, drought and or attack of plant pest organisms.
The insurance coverage is set at 6.000.000 per hectare per planting season. The price
of coverage is the basis for calculating the premium and maximum limit of
indemnity, compensation is calculatedproportionally.
Keywords: insurance, agricultural products, protection, empowerment.
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI
DAN KETUA BAGIAN ....................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN DEKAN .............................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
RINGKASAN ....................................................................................................... ix
ABSTRAK ............................................................................................................ xii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ............................................................... 5
1. Tujuan penelitian ................................................................................. 5
2. Manfaat penelitian .............................................................................. 5
D. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 7
1. Pengertian Asuransi ................................................................................... 7
2. Unsur-Unsur Asuransi ................................................................................ 8
3. Prinsip-Prinsip Asuransi ............................................................................ 13
xv
4. Pengertian Asuransi Pertanian ................................................................... 16
5. Unsur-Unsur Asuransi Pertanian................................................................ 17
6. Tinjauan tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian ................... 20
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 21
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 21
B. Pendekatan Penelitian ........................................................................... 21
C. Sumber dan Bahan Hukum ................................................................... 22
D. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ................................................... 23
E. Analisis Bahan Hukum ......................................................................... 23
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 25
A. Pengaturan Perjanjian Asuransi Pertanian Menurut Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindugan dan Pemberdayaan
Pertanian ............................................................................................... 25
1. Landasan Operasional ....................................................................... 25
2. Para Pihak dalam Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) ...................... 29
3. Obyek Asuransi Pertanian ................................................................. 36
4. Polis Asuransi Pertanian Sebagai Perjanjian..................................... 37
5. Jangka Waktu Pertanggungan .......................................................... .44
6. Hak Dan Kewajiban Penanggung dan Tertanggung ......................... 45
7. Prinsip Asuransi Pertanian ................................................................ 48
B. Penetapan Pembayaran Premi dan Penggantian Kerugian dalam Perjanjian
Asuransi Hasil Pertanian Menurut Undang - Undang
xvi
Nomor 19 Tahun 2013 ......................................................................... 51
1. Penetapan Pembayaran Premi ........................................................ 51
a. Pembayaran premi oleh petani (Tertanggung) ............................ 52
b. Pembagian Beban Pembayaran Premi Asuransi Pemerintah
Pusat Dan Daerah ..................................................................... 53
c. Mekanisme Penyaluran Bantuan Premi ........................................ 55
2. Penggantian Kerugian Dalam Asuransi Hasil Pertanian Menurut
Undang - Undang Nomor 19 Tahun 2013 ....................................... 57
a. Risiko dalam asuransi pertanian .............................................. 57
b. Pembayaran klaim .................................................................... 58
1) Prosedur Penyelesaian Klaim. ............................................... 59
2) Persetujuan Klaim ................................................................. 61
3) Pembayaran Ganti Rugi ........................................................ 61
4) Harga Pertanggungan ............................................................ 61
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 63
A. Kesimpulan ................................................................................... 63
B. Saran ............................................................................................. .64
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 65
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengamanatkan negara mempunyai tanggung jawab untuk melindung segenap
bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyak Indonesia, bahwa
untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur serta untuk memenuhi hak dan
kebutuhan dasar warga negara, negara menyelenggarakan perlindungan dan
pemberdayaan masyarakat, khususnya petani secara terencana, terarah, dan
berkelanjutan.1
Indonesia sebagai negara agraris sedang menghadapi suatu tantangan.
Pertanian sebagai penunjang kehidupan berjuta juta masyarakat, Indonesia
memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan pesat. Sektor ini juga merupakan
salah satu komponen utama dalam program dan strategi pemerintah untuk
mengentaskan kemiskinan.2 Penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya disektor
pertania tercatat lebih dari 50% (lima puluh persen) bukan hanya menyediakan bahan
pangan saja tetapi sektor pertanian menyediakan lapangan kerja yang cukup besar,
selain itu, sektor pertanian menyediakan bahan baku industri serta penyedia bahan
1Lembaran pertama Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Pertanain.
2
baku ekspor baik mentah maupun olahan.3 Sektor pertanian saat ini merupakan sektor
yang identik dengan ketidakpastian (uncertainty) kerena bergantung pada musim
yang berpengaruh negatif terhadap hasil pertanian bahkan para petani berisiko untuk
gagal panen dan juga rusaknya prasarana pertanian. Kekhawatiran ketidakpastian ini,
menimbulkan kebutuhan akan perlindungan asuransi.4
Berdasarkan uraian di atas, maka sudah selayaknya usaha pertanian
seharusnya mendapat perhatian khusus untuk memperkecil risiko dalam bentuk
asuransi, yang disebut dengan asuransi pertanian.5Oleh karena itu, diterbitkannya
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Pertanian yang mengatur mengenai asuransi pertanian.
Dalam Pasal 37 ayat (1) dijelaskan :
“Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban
melindungi usaha tani yang dilakukan oleh petani sebagaimana dalam bentuk
asuransi pertanian.”
Tujuan dari diterbitkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 untuk
melindungi petani dalam melakukan usahataninya dalam bentuk asuransi pertanian.
Dasar hukum pengaturan asuransi pertanian berdasarkan peraturan perundang-
undangan di Indonesia diatur dalam KUHD. Pengaturan asuransi pertanian dalam
KUHD tidak diatur secara rinci, sehingga pemerintah mengesahkan Undang-Undang
3http://www.penyuluhanpertanian.com/peluang-pengembangan-asuransi-pertanian, di akses
pada 15 oktober 2016 pukul 16.00 4 Junaidy Ganie, Hukum Asuransi Indonesia, Sinar Grafika,Jakarta,2011, hlm.47
5http://penyuluhpertanian.com/peluang-pengembangan-asuransi-pertanian, di akses pada 29 oktober
2016 pukul 17.00
3
Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian yang
mengatur lebih lanjut asuransi pertanian.
Kemudian ditindak lanjuti dengan adanya Peraturan Menteri Pertanian Nomor
40/Permentan/SR.230/7/2015 tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian yang mengatur
mengenai fasilitasi asuransi pertanian. Yang diundangkan pada tanggal 15 juli 2015,
yaitu untuk memberikan kemudahan dalam meringankan perjanjian antara petani
dengan pihak perusahaan asuransi untuk mengikatkan diri dalam pertanggungan
risiko usaha tani.
Kemudian ditindak lanjuti dengan adanya Keputusan Menteri Pertanian
Republik Indonesia Nomor: 02/Kpts/Sr.220/B/01/2016 tentang Pedoman Bantuan
Premi Asuransi Usaha Tani Padi, yang mengatur teknis pelaksanaan Asuransi Usaha
Tani Padi (AUTP). Dalam pelaksanaannya Otoritas Jasa Keuangan menunjuk
PT.Jasindo sebagai perusahaan pelaksana asuransi tanaman padi dan sebagai
penjamin asuransi tunggal bagi petani yang mengalami gagal penen akibat kejadian
luar biasa seperti bencana alam atau rusaknya infrastruktur pertanian. Dalam Undang-
Undang Nomor 19 tahun 2013 Pasal 39 pemerintah mengamanatkan kepada BUMN
dibidang pertanian (BUMN Pupuk) untuk memberikan bantuan subsidi premi
Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) kepada petani peserta AUTP. Dalam
perjanjiannya BUMN Pupuk membayar premi sebesar 80% yaitu Rp.144.000,- / Ha
dan petani membayar Premi sebesar 20% yaitu Rp.36.000,-/Ha. Premi asuransi
dibayar dimuka sebelum polis diterbitkan.
4
Ketentuan perjanjian asuransi pertanian dalam Undang-Undang Nomor 19
tahun 2013 sebagaimana dijelaskan diatas, menentukan tertanggung yang
berkewajiban membayar premi adalah petani dan BUMN Pupuk, sedangkan dalam
hal apabila terjadi peristiwa tidak pasti (evenemen) penanggung PT Asuransi Jasa
Indonesia (JASINDO) akan membayar penggantian kerugian hanya kepada petani
sementara BUMN Pupuk tidak menerima penggantian kerugian. Hal ini menenjukan
adanya kekaburan norma, karna dalam ketentuan hukum asuransi umumnya yang
berhak mendapat penggantian kerugian adalah tertanggung yang berkewajiban
membayara premi yaitu petani dan BUMN Pupuk.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul TINJAUAN YURIDIS ASURANSI HASIL PERTANIAN MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN
DAN PEMBERDAYAAN PERTANIAN.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti dapat merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana Pengaturan Perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Menurut
Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Pertanian?
5
2. Bagaimana Penetapan Pembayaran Premi dan Penggantian Kerugian dalam
Perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Menurut Undang – Undang Nomor
19 tahun 2013 ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menjelaskan pengaturan perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP)
menurut Undang - Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan pertanian.
b. Untuk menjelaskan penetapan pembayaran premi dan penggantian kerugian
dalam perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) menurut Undang - Undang
Nomor 19 tahun 2013.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Dapat memberikan sumbangsih bagi pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang hukum asuransi mengenai asuransi hasil pertanian
sebagai bentuk perlindungan dan pemberdayaan pertanian.
b. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang ingin menambah pengetahuan tentang perkembangan ilmu hukum pada
umumnya, khususnya hukum asuransi.
6
c. Manfaat Praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pemerintah untuk
lebih memperhatikan persoalan mengenai asuransi pertanian terhadap petani
sebagai bentuk perlindungan dan pemberdayaan pertanian. Selain itu,
mensosialisasikan kepada petani mengenai asuransi tersebut agar petani
mengerti dan memahami manfaat asuransi pertanian bagi usahataninya.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Di dalam penelitian ini, agar tidak meluas dan menyimpang maka perlu
kiranya dibatasi ruang lingkup penelitian yaitu mengkaji tentang bagaimana
pengaturan perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) menurut Undang – Undang
Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian dan
bagaimana penetapan pembayaran premi dan penggantian kerugian dalam perjanjian
Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) menurut Undang – Undang Nomor 19 tahun
2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Asuransi
Di Indonesia, selain istilah asuransi digunakan juga istilah pertanggungan.
Pemakaian kedua istilah itu tampaknya mengikuti istilah dalam Bahasa Belanda,
yaitu assurantie (asuransi) dan verzekering (pertanggungan). Memang asuransi di
Indonesia bermula dari negeri Belanda. Di Inggris digunakan istilah insurance dan
assurance yang mempunyai pengertian yang sama. Istilah insurance digunakan
untuk asuransi jiwa.6
Pengertian asuransi menurut Pasal 246 KUHD, dijelaskan sebagai berikut:
“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian, di mana penanggung mengikat
diri terhadap tertanggung dengan memperoleh premi, untuk memberikan
kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan, atau tidak mendapat
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dapat diderita karena suatu
peristiwa yang tidak pasti.”
Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 tentang
perasuransian, pengertian asuransi dijelaskan sebagai berikut :
“Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan
pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan
asuransi sebagai imbalan untuk:
a) Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak
pasti.
6Radiks Purba, Memahami Asuransi Di Indonesia, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta,1995,
hlm. 40
8
b) Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung
atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat
yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan
dana”.
2. Unsur-Unsur Asuransi
a. Kesepakatan Para Pihak
Syarat-syarat perjanjian didalam Pasal 1320 KUHPerdata ialah:
1) Kesepakatan para pihak
Kesepakatan tersebut pada pokoknya meliputi :
(a) Benda yang menjadi obyek
(b) Pengalihan risiko dan pembayaran premi
(c) Evenemen dan anti kerugian
(d) Syarat-syarat kuhusus asuransi
(e) Dibuat secara tertulis yang disebut polis.
Kesepakatan dalam melakukan perjanjian asuransi harus dibuat secara
bebas, tidak berada dibawah pengaruh tekanan, atau paksaan dari pihak
tertentu.
2) Kecakapan untuk membuat perjanjian
Kecakapan untuk membuat perjanjian dibagi menjadi dua sifat:
(a) Subyektif
9
Kewenangan bersifat subyektif artinya kedua pihak sudah
dewasa, sehat ingatan, tidak berada dibawah perwalian
(trusteeship), atau pemegang kuasa yang sah
(b) Obyektif7
Kewenangan yang bersifat obyektif artinya tertanggung
mempunyai hubungan kebendaan dengan benda obyek asuransi
karena benda tersebut kekayaan miliknya sendiri.
3) Suatu hal tertentu
Obyek yang diperjanjikan dalam asuransi harus mempunyai
hubungan langsung maupun tidak langsung. Hubungan langsung
artinya tertanggung memiliki sendiri harta kekayaan, jiwa atau raga
yang menjadi obyek asuransi. Dikatakan ada hubungan tidak
langsung apabila tertanggung hanya mempunyai kepentingan atas
obyek asuransi. Tertanggung harus dapat membuktikan bahwa dia
adalah benar sebagai pemilik atau mempunyai kepentingan atas
obyek asuransi.
4) Suatu sebab yang halal
Kausa yang halal maksudnya adalah isi perjanjian asuransi itu
tidak dilarang undang-undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan.
Tujuan yang hendak dicapai oleh tertanggung dan penanggung adalah
7Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006,
hlm.120
10
beralihnya risisko atas obyek asuransi yang diimbangi dengan
pembayaran premi.
Kewajiban penanggung dan tertanggung timbul pada saat
ditutupnya asuransi walaupun polis belum diterbitkan, artinya suatu
perjanjian asuransi sudah terjadi sejak adanya kesepakatan antara
penanggung dan tertanggung. Polis hanyalah sebagai alat bukti
terjadinya pertanggungan.
Penutupan asuransi dalam praktiknya dibuktikan dengan
disetujuinya aplikasi atau ditandatanganinya kontrak sementara
(cover note) dan dibayarnya premi. Selanjutnya sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku, penanggung atau perusahaan
asuransi wajib menerbitkan polis asuransi.8
b. Premi Asuransi
Pengertian premi menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014
dalam Pasal 1 ayat (29), yaitu :
“Premi adalah sejumlah uang yang ditetapkan oleh Perusahaan Asuransi atau
perusahaan reasuransi dan disetujui oleh Pemegang Polis untuk dibayarkan
berdasarkan perjanjian Asuransi atau perjanjian reasuransi, atau sejumlah uang
yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mendasari program asuransi wajib untuk memperoleh manfaat.”
8Zainal Asikin, Hukum Dagang, Rajawali Pers, Jakarta, 2013, hlm. 280
11
Berdasarkan rumusan tersebut, dapat diketahui bahwa premi adalah
salah satu unsur penting dalam asuransi karena merupakan kewajiban utama
yang wajib dipenuhi tertanggung kepada penanggung. Dalam hubungan
asuransi, penanggung menerima pengalihan risiko dari tertanggung dan
tertanggung membayar sejumlah premi sebagai imbalannya. Apabila premi
tidak dibayar, asuransi dapat dibatalkan atau setidak-tidaknya asuransi tidak
berjalan. Premi harus dibayar lebih dahulu oleh tertanggung karena
tertanggunglah pihak yang berkepentingan.
Kriteria premi asuransi adalah sebagai berikut :
1) Dalam bentuk sejumlah uang
2) Dibayar lebih dahulu oleh tertanggung
3) Sebagai imbalan pengalihan risiko
4) Dihitung berdasarkan presentase terhadap nilai risiko yang dialihkan
Penetapan tingkat premi asuransi harus didasarkan pada perhitungan
analisis risiko yang sehat. Besarnya jumlah premi yang harus dibayar oleh
tertanggung ditentukan berdasarkan penilaian risiko yang dipikul oleh
penanggung. Dalam praktiknya penetapan besarnya jumlah premi itu
diperjanjikan oleh tertanggung dan penanggung secara layak dan dicantumkan
dalam polis. Besarnya jumlah premi dihitung sedemikian rupa sehingga dengan
penerimaan premi dari beberapa tertanggung. Penanggung berkemampuan
12
membayar klaim ganti kerugian kepada tertanggung yang terkena peristiwa
yang menimbulkan kerugian.
c. Kerugian
Kerugian adalah menurunnya atau hilangnya nilai ekonomi yang telah
diharapkan, akibat terjadinya suatu peristiwa baik atas diri sendiri, keluarga,
ataupun hak miliknya. Kerugian ini merupakan kerugian yang tidak diharapkan
atau tidak dapat diduga, seperti misalnya penyusutan, tidaklah termasuk dalam
pengertian kerugian.
Menurut Sonni Dwi Harsono kerugian dapat dibagi kedalam empat
kelompok, yaitu:9
1) Kerugian atas hak milik, termasuk biaya perbaikan atau penggantian,
misalnya untuk kendaraan bermotor, rumah, mesin, dan sebagainya akibat
peristiwa yang tidak dapat diduga, yang datangnya dari luar dan tidak di
sengaja.
2) Kerugian atas pendapatan atau penghasilan orang lain, yaitu kerugian yang
dapat disebabkan oleh sakit, kecelakaan, ketidakmampuan bekerja, atau
kematian, atau dapat pula disebabkan oleh kerusakan pada bangunan atau
mesin-mesin yang memberikan atau menunjang penghasilan. Kerugian ini
mempunyai akibat lebih serius dibandingkan kerugian atas hak milik, sebab
9Sonni Dwi Harsono, ,Ekonomi Asuransi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Jakarta,1996, hlm. 13
13
kemampuan untuk bekerja atau memberikan penghasilan merupakan nilai
yang tinggi.
3) Kerugian yang timbul akibat tuntutan dari pihak ketiga, dimana setiap
kerugian yang kita lakukan kemungkinan dapat memberikan tuntutan dari
pihak ketiga yang menderita, baik diri maupun harta bendanya.
4) Kerugian yang timbul karena adanya pengeluaran yang tidak terduga,
misalnya biaya pengobatan atau perawatan dokter dan lain-lain yang
kadang-kadang cukup memberatkan kita.
d. Peristiwa Tidak Pasti.
Salah satu unsur penting dari asuransi adalah adanya peristiwa yang
akan terjadi. Peristiwa (evenemen) itu belum diketahui akan terjadi atau kapan
apa penyebabnya akan terjadi.
Satu syarat mutlak dalam suatu perjanjian pertanggungan kerugian
adalah akibat dari suatu peristiwa tak tentu.Peristiwa (tidak tentu itu) harus
berhubungan dengan kerugian itu.10
3. Prinsip – Prinsip Asuransi
a. Iktikad Baik
Kedua belah pihak yang melakukan kontrak asuransi, baik penanggung
maupun tertanggung harus menerapkan prinsip iktikad baik yang presentasikan
dengan keterbukaan atas semua informasi mengenai pertanggungan.11
10
Zaenal Asikin, Op.Cit, hlm. 279
14
Maksudnya adalah iktikad baik atas dasar saling saling mempercayai
antara pihak penanggung dengan pihak tertanggung dalam melaksanakan
kontrak penutupan asuaransi, yaitu :
1) Pihak penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan jelas segala
sesuatu tentang luas syarat atau kondisi dari asuransi yang bersangkutan
dan menyelesaikan tuntutan ganti rugi sesuai dengan syarat dan kondisi
pertanggungan.
2) Sebaliknya, pihak tertanggung juga harus memberikan keterangan yang
jelas dan dan benar atas obyek atau kepentingan yang dipertanggungkan .
keterangan yang benar tentang sebab musabab terjadinya kerugian.12
b. Prinsip Kepentingan
Menurut ketentuan Pasal 268 KUHD, asuransi dapat mengenai segala
macam kepentingan yang dapat dinilai dengan uang, diancam oleh bahaya, dan
tidak dikecualikan oleh Undang – Undang, oleh karena itu, dalam hukum
asuransi, ditentukan bahwa apabila seseorang menutup perjanjian asuransi,
yang bersangkutan harus mempunyai kepentingan terhadap obyek yang
diasuransikan .
Mengenai hal tersebut di atas, diatur dalam Pasal 250 KUHD yang
berbunyai :
11
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Live and General) Konsep dan Sistem
Operasional, Gema Insani Press, Jakarta, 2004, hlm. 238 12
Seisno Djojosoedarso, Prinsip-Prinsip Manajemen Resiko dan Asuransi, Salemba Empat,
Jakarta, 1999, hlm. 109
15
“Apabila seseorang yang telah mengadakan suatu perjanjian asuransi
untuk diri sendiri, atau apabila seseorang yang untuknya telah telah diadakan
suatu asuransi, pada saat diadakan asuransi tersebut tidak mempunyai
kepentingan terhadap barang yang diasuransikan tersebut, maka penanggung
tidak diwajibkan memberikan ganti kerugian.”
c. Prinsip Keseimbangan
Prinsip keseimbangan maksudnya adalah keseimbangan antara
besarnya ganti rugi yang diterima oleh tertanggung dengan kerugian yang
dideritanya. Untuk mengadakan keseimbangan antara kerugian yang diderita
tertanggung dengan ganti rugi yang diberikan oleh penanggung, harus
diketahui berapa nilai harga dari obyek yang diasuransikan. Pedoman
perhitungan yaitu perbandingan antara jumlah risiko yang dipertanggungkan
dengan nilai penuhnya dikalikan dengan jumlah kerugian yang diderita13
.
Sehubungan dengan hal tersebut, prinsip keseimbangan hanya berlaku bagi
asuransi yang kepentingannya dapat dinilai dengan uang, yaitu asuransi
kerugian. Oleh karena itu, mekanisme penanggung untuk mengkompensasi
risiko yang menimpa tertanggung dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
pembayaran tunai, penggantian, perbaikan, dan pembangunan kembali.14
d. Prinsip Subrogasi
Subrogasi diatur dalam Pasal 284 KUHD adalah :
“Penanggung yang telah membayar kerugian barang yang dipertanggungkan,
memperoleh semua hak yang sekiranya dimiliki oleh tertanggung terhadap
pihak ketiga berkenaan dengan kerugian itu; dan tertanggung
13
Hasyami Ali, Pengantar Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta,1995, hlm. 131 14
Seisno Djojosoedarso, Op.Cit, hlm. 107
16
bertanggurgjawab untuk setiap perbuatan yang mungkin merugikan hak
penanggung terhadap pihak ketiga itu”.
Dalam hukum asuransi, apabila tertanggung telah mendapatkan hak
ganti kerugian dari penanggung, dia tidak boleh lagi mendapatkan hak dari
pihak ketiga yang telah menimbulkan kerugian itu. Hak terhadap pihak ketiga
itu beralih kepada penanggung yang telah memenuhi ganti kerugian kepada
tertanggung.
e. Prinsip Sebab Akibat15
Dengan ditutupnya perjanjian asuransi, maka menimbulkan kewajiban
kepada penanggung untuk memberikan ganti kerugian karena tertanggung
menderita kerugian. Kemungkinan yang akan terjadi, kerugian yang timbul
disebabkan oleh serangkaian peristiwa yang menjadi penyebab kerugian berada
dalam tanggungan penanggung. Dengan kata lain, harus ditelaah kaitan antara
peristiwa-peristiwa tersebut dengan kerugian yang terjadi.
Dalam prinsip sebab akibat, dikehendaki bahwa akibat kerugian yang
terjadi memang oleh suatu sebab yang merupakan tanggungan penanggung.
Apabila tidak, penanggung dibebaskan dari kewajibannya.
4. Pengertian Asuransi Pertanian
Dalam Pasal 1 butir (16) Undang-Undang nomor 19 tahun 2013 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, pengertian asuransi pertanian adalah
15
Man Suparman Sastrawidjaja, Hukum Asuransi, Alumni, Bandung, 2004, hlm. 77
17
perjanjian antara petani dan pihak perusahaan asuransi untuk mengikatkan diri
dalam pertanggungan risiko usaha tani.
Usahatani adalah kegiatan dalam bidang pertanian, mulai dari sarana
produksi, produksi/budi daya, penanganan pasca panen, pengolahan, pemasaran
hasil, dan/atau jasa penunjang.
5. Unsur-Unsur Asuransi Pertanian
a. Kesepakatan Para Pihak
Hak dan kewajiban penanggung dan tertanggung timbul pada saat
ditutupnya asuransi walaupun polis belum diterbitkan, artinya suatu perjanjian
asuransi sudah terjadi sejak adanya kesepakatan antara penanggung dan
tertanggung. Polis hanyalah sebagai alat bukti terjadinya pertanggungan.
Hubungan hukum yang terjadi antara penanggung dan tertanggung
adalah keterikatan yang timbul karena persetujuan atau kesepakatan bebas.
Keterikatan tersebut berupa kesediaan secara sukarela dari penanggung dan
tertanggung untuk memenuhi kewajiban dan hak masing-masing terhadap satu
sama lain (secara timbal balik). Artinya sejak tercapai kesepakatan asuransi,
tertanggung terikat dan wajib membayar premi kepada penanggung, dan sejak
itu pula penanggung menerima pengalihan risiko.
Perjanjian asuransi dapat menjadi batal apabila tertanggung melalaikan
kewajiban melakukan pemberitahuan kepada penanggung mengenai keadaan
benda (obyek) yang diasuransikan, setiap pemberitahuan yang keliru atau
18
penyembunyian hal-hal yang diketahui oleh tertanggung walaupun dengan
iktikad baik mengakibatkan asuransi tersebut batal.
Dalam asuransi hasil pertanian, hal-hal yang wajib diberitahukan
tertanggung kepada penanggung diatur dalam dalam Pasal 299 KUHD, yaitu :
1) Letak dan pembatasan lahan yang penghasilannya telah diasuransikan
2) Pemakaian lahan.
b. Premi Asuransi Pertanian
Penetapan pembayaran premi, pola pembayaran premi asuransi
dibedakan dengan pola swadaya dan pola bantuan premi pemerintah, Sumber
pembiayaan premi asuransi oleh petani dapat diperoleh dari salah satu atau
kombinasi dari sumber sebagai berikut: (a) pemerintah (APBN atau APBD),
(b) Kemitraan (BUMN dan Perusahaan Swasta), (c) Perbankan, jika petani
mendapatkan pembiayaan dari perbankan atau lembaga keuangan lainnya, dan
(d) Swadaya (oleh petani sendiri). Dimana petani membayar premi sebanyak
20% yaitu Rp.36.000,-ha. Sedangkan dari pemerintah sebanyak 80% yaitu
Rp.144.000,-/ha.
c. Kerugian dalam Asuransi Pertanian
Ganti rugi diberikan kepada peserta asuransi pertanian padi
sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 yaitu :
apabila terjadi banjir, kekeringan dan atau serangan OPT yang mengakibatkan
kerusakan tanaman padi yang dipertanggungkan dengan kondisi persyaratan:
a) Umur padi sudah melewati 10 hari (10 hari setelah tanam/HST).
19
b) Umur padi sudah melewati 30 hari (teknologi tabela).
c) Intensitas kerusakan mencapai ≥75% dan luas kerusakan mencapai
≥75% pada setiap luas petak alami.
Dalam asuransi pertanian, hasil pertanian yang mengalami kerusakan
yang disebabkan oleh kejadian luar biasa akan diganti dengan nilai
pertanggungan sebesar Rp.6.000.000,- /Ha.
d. Peristiwa Tidak Pasti (Kejadian Luar Biasa)
Asuransi pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 dilakukan untuk melindungi Petani
dari kerugian gagal panen akibat:
a. bencana alam;
b. serangan organisme pengganggu tumbuhan;
c. wabah penyakit hewan menular;
d. dampak perubahan iklim; dan/atau
e. jenis risiko-risiko lain diatur dengan Peraturan Menteri.
Kerusakan hasil pertanian yang disebabkan oleh kejadian luar biasa
diatas, sehingga menimbulkan kerugain, maka berhak mendapatkan
penggantian sesuai yang diperjanjikan.
20
6. Tinjauan tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian
Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 yang
dimaksud dengan perlindungan petani adalah :
“Perlindungan petani adalah segala upaya untuk membantu petani dalam
menghadapi permasalahan kesulitan memperoleh prasarana dan sarana produksi,
kepastian usaha, risiko harga, kegagalan panen, praktik ekonomi biaya tinggi, dan
perubahan iklim.”
Sedangkan dalam Pasal 1 ayat (2) disebutkan pengertian pemberdayaan
pertanian, adalah :
”Pemberdayaan petani adalah segala upaya untuk meningkatkan kemampuan
petani untuk melaksanakan usahatani yang lebih baik melalui pendidikan dan
pelatihan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana
pemasaran hasil pertanian, konsolidasi dan jaminan luasan lahan pertanian,
kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, serta penguatan
kelembagaan petani”,
Perlindungan terhadap petani berupa asuransi pertanina serta
pemberdayaan petani berupa pembinaan dari lembaga pertanian agar petani
melaksanakan usahataninya dengan baik.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang meneliti peraturan perundang-
undangan, teori hukum beserta berbagai gejalanya di masyarakat untuk
dapat menjawab permasalahan atau isu hukum yang sedang diteliti.16
B. Metode Pendekatan
Dalam penelitian hukum ini digunakan berbagai pendekatan, dengan
tujuan untuk mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu yang
diteliti. Pendekatan yang digunakan adalah :
a. Pendekatan Pertauran Perundang-Undangan (Statute Approach)
Pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah semua Undang-
Undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang
sedang ditangani.17
Pendekatan perundang-undangan ini misalnya
dilakukan dengan memperlajari konsistensi atau kesesuaian anatara
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dengan
Undang-Undang atau dengan Undang-Undang yang satu dengan Undang-
Undang yang lain.
16
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cet. I, Kencana, Jakarta, 2006, hlm. 29 17
Ibid
22
b. Pendekatan Konseptual (Conseptual Approach)
beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang
berkembang didalam perundang-undangan dan ilmu hukum.
C. Sumber dan Bahan Hukum
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder yang bersumber
dari beberapa bahan hukum, meliputi :
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya memiliki otoritas. Bahan-bahan hukum primer dalam penelitian ini
terdiri dari peraturan perundang-undangan, yang meliputi :
1) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
2) Polis Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP)
3) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
4) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan
Pmberdayaan Pertanian
5) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 tentang Perasuransian
6) Peraturan Menteri Pertanian No. 40/Permentan/SR.230/7/2015 tentang
Fasilitasi Asuransi Pertanian
7) Keputusan Menteri Pertanian Nomor 02/Kpts/Sr.220/B/01/2016
tentang Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usahatani Padi.
23
b. Bahan Hukum Sekunder
Yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan
hukum primer, seperti :
1) Buku yang berkaiatan dengan pembahasan yang diteliti
2) Pendapat-pendapat para ahli
3) Karya tulis yang ada kaitannya dengan pembahasan yang
diteliti.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberi petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, baik
itu berupa rancangan undang-undang, kamus hukum, maupun
ensiklopedia.
D. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Dalam penelitian ini teknik yang diperoleh dengan cara studi dokumen,
ini merupakan bahan hukum kepustakaan yang dikumpulkan dengan cara
mengumpulkan peraturan perundang-undangan, buku-buku, laporan-laporan,
arsip-arsip, literature atau karya tulis ilmiah lainnya yang berhubungan dengan
permasalahan.
E. Analisis Bahan Hukum
Untuk menganalisis bahan hukum yang telah diperoleh maka peneliti
menggunakan metode analisa interpretasi dan deskriptif, yang menjelaskan
keseluruhan data yang diperoleh dihubungkan dengan peraturan perundang-
24
undangan yang berkaitan dengan aspek yang diteliti dan dilakukan pembahasan
secara mendalam lalu disimpulkan guna menjawab pokok masalah mengenai
tinjauan yuridis asuransi hasil pertanian menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2013 tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Pertanian.
25
BAB IV
PEMBAHASAN
C. Pengaturan Perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Menurut
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindugan dan
Pemberdayaan Pertanian
1. Landasan Operasional
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)
mengamanatkan negara mempunyai tanggung jawab untuk melindungi
segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Berdasarkan uraian diatas, maka pemerintah wajib ikut andil dalam
perlindungan pertanian guna menciptakan usaha pertanian yang maju. Salah
satu perlindungan yang diberikan pemerintah yaitu dengan asuransi pertanian.
Dasar hukum pengaturan asuransi pertanian berdasarkan peraturan
Perundang-Undangan di Indonesia diatur dalam KUHD yakni, di dalam bab
X bagian kedua Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) tepatnya
di dalam Pasal 299, Pasal 300, dan Pasal 301.
Dalam Pasal 299 KUHD dijelaskan :
Selain syarat-syarat yang tercantum dalam Pasal 256, polis itu harus
menyatakan:
a) Letak dan batas-batas tanah yang hasilnya dipertanggungkan;
b) Penggunaannya
26
Pasal 300 KUHD, dijelaskan:
”Pertanggungannya dapat diadakan untuk satu tahun atau lebih.
Bila tidak ada penentuan waktu, dianggap bahwa pertanggungan itu
diadakan untuk satu tahun”
Pasal 301, menjelaskan:
“Pada penyusunan penghitungan kerugian, dihitung berapa nilai hasil pada
waktu dipanen atau dinikmati tanpa terjadinya bencana, dan nilainya
setelah bencana itu .Penanggung membayar selisihnya sebagai ganti rugi”
Pemerintah Indonesia juga telah mengesahkan Undang-Undang
Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian.
Peraturan asuransi pertanian yang mengatur secara umum asuransi
pertanian. Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013, Pasal 37 ayat (1)
dijelaskan :
“Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya
berkewajiban melindungi usaha tani yang dilakukan oleh petani dalam
bentuk asuransi pertanian”.
Dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 ada 2 (dua) jenis
asuransi yang diatur yaitu asuransi tanaman meliputi asuransi tanamana
pangan, perkebunan, hortikultura dan asuransi ternak18
. Untuk
pelaksanaannya diatur dalam peraturan menteri pertanian dan keputusan
menteri pertanian.
18
Lihat Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Pertanian.
27
Kemudian diperkuat dengan adanya Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 40/Permentan/SR.230/7/2015 tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian,
yaitu untuk memberikan kemudahan dalam meringankan perjanjian antara
petani dengan pihak perusahaan asuransi untuk mengikatkan diri dalam
pertanggungan risiko usaha tani, meliputi:
1) Kemudahan dalam pendaftaran menjadi peserta asuransi;
Kemudahan pendaftaran dilakukan melalui pendataan/inventarisasi
Petani calon peserta asuransi oleh perusahaan asuransi yang diketahui
oleh Dinas kabupaten/kota.
2) Kemudahan akses terhadap perusahaan asuransi;
Kemudahan akses terhadap perusahaan asuransi dilakukan melalui
pertemuan Petani dengan perusahaan asuransi dengan melibatkan
Dinas kabupaten/kota.
3) Sosialisasi program asuransi terhadap petani dan perusahaan asuransi;
Sosialisasi program asuransi terhadap Petani dan perusahaan
asuransi dilakukan oleh perusahaan asuransi dengan melibatkan
Direktorat Jenderal, Dinas provinsi, dan/atau Dinas kabupaten/kota.
Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) antara lain tahap
pelaksanaan asuransi pertanian:
a) permohonan menjadi calon peserta asuransi pertanian;
b) penentuan dan pemilihan risiko asuransi pertanian;
28
c) pendaftaran menjadi peserta dengan mengisi formulir
pendaftaran dan membayar premi;
d) penerbitan Polis asuransi dilakukan setelah pendaftaran dan
premi diterima dari Petani; dan
e) pengajuan Klaim dilakukan setelah Petani melaporkan kerusakan
atau kerugian sesuai hasil pemeriksaan dan mendapatkan
persetujuan dari perusahaan asuransi.
4) Bantuan pembayaran premi.
Bantuan pembayaran Premi berasal dari APBN diatur lebih lanjut oleh
Direktur Jenderal atas nama Menteri.19
Kemudian Kementrian Pertanian mengeluarkan keputusan yaitu
Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:
02/Kpts/Sr.220/B/01/2016 tentang Pedoman Bantuan Premi Asuransi
Usaha Tani Padi, yang mengatur tentang asuransi tanaman pangan padi.
Adapun peraturan yang mengatur tentang asuransi pertanian, yaitu:
a) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
c) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian
d) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan pertanian
19
Lihat Pasal 11 Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:
40/Permentan/SR.230/2015 tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian (Permentan FAP).
29
e) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.
f) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5068 );
g) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 132,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5170);
h) Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
40/Permentan/SR.230/7/2015 tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian
i) Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:
02/Kpts/Sr.220/B/01/2016 tentang Pedoman Bantuan Premi
Asuransi Usahatani Padi.
2. Para Pihak dalam Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP)
a) Perusahaan Asuransi Pertanian (Penanggung)
Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Pasal 8 ayat (1),
dijelaskan:
“Setiap Pihak yang melakukan Usaha Perasuransian wajib terlebih
dahulu mendapat izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan”.
30
Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013, Pasal 38 menyatakan:
“Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya
menugaskan Badan Usaha Milik Negara dan/atau Badan Usaha Milik
Daerah di bidang asuransi untuk melaksanakan asuransi pertanian.”
Dengan demikian, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi menunjuk
BUMN Asuransi, PT Jasindo (Persero), sebagai penjamin asuransi tunggal
bagi petani yang mengalami gagal panen. PT. Jasindo berperan sebagai
perusahaan asuransi dalam hal apabila terjadi gagal panen akibat kejadian
luar biasa seperti area endemik, bencana alam, atau rusaknya infrastruktur
pertanian, maka pemerintah diamanatkan untuk memberikan ganti rugi
kepada para petani yang menjadi korban.
Mengenai asuransi dengan pola bantuan premi dijelaskan disini
bahwa bersumber dari APBN, pelaksana asuransi Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) berdasarkan
Penugasan Sesuai Dengan Peraturan Perundang-Undangan Sedangkan
terhadap pelaksanaan asuransi ini, perlu dibentuk tim yang terdiri dari tim
pusat, provinsi dan kabupaten/kota.20
20
Lihat Pasal 23-27 Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:
40/Permentan/SR.230/2015 tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian (Permentan FAP).
31
Adapun mekanisme pelaksanaan AUTP :21
Penjelasan pelaksanaan AUTP:
a) Kelompok tani (tertanggung) dapat didampingi oleh petugas
pertanian dalam mengisi formulir pendaftaran sesuai dengan
formulir yang telah disediakan
b) Premi swadaya dibayarkan ke rekening asuransi pelaksana dan
menyerahkan bukti pembayaran kepada asuransi pelaksana
(penanggung)
c) Asuransi pelaksana memberikan bukti asli yang terdiri dari: (a)
pembayaran premi swadaya (20%) dan (b) polis/sertifikat
asuransi kepada kelompok tani.
21
Keputusan Menteri Pertanian Republic Indonesia Nomor: 02/Kpts/Sr.220/B/01/2016
Tentang Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usaha Tani Padi.
(6) DINAS PERTANIAN
PROVINSI
(3) KEMENTAN
DITJEN PSP
(5) DINAS
PERTANIAN
KAB/KOTA
(4) UPTD KECAMAT
AN DAN
PPL
(1) PETANI
/KELOMPO
K TANI (TERTANGG
UNG)
(2) ASURANSI PELAKSANA
(PENANGGUN
G)
32
d) Asuransi pelaksana melakukan penagihan bantuan premi kepada
KEMENTAN DITJEN PSP, kemudian KEMENTAN mencairkan
dana bantuan premi.
e) UPTD (MANTRI TANI/KCD) membuat rekapitulasi peserta
asuransi (Form AUTP-3) berikut kelengkapannya (asli Form
AUTP-1 dan Form AUTP-2) dan disampaikan ke Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota untuk menjadi dasar keputusan
penetapan Peserta Definitif (Form AUTP-3)
f) Dinas Pertanian Kabupaten/Kota membuat Daftar Peserta
Definitif (DPD) AUTP dengan memeriksa bukti pembayaran (asli)
dari asuransi pelaksana. Selanjutnya, Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota menyampaikan DPD dan fotokopi Form AUTP-1
dan Form AUTP-2 ke Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian
dengan tembusan kepada Dinas Pertanian Provinsi
g) Dinas Pertanian Provinsi merekapitulasi DPD dari masing-
masing Kabupaten/Kota dan menyampaikannya ke Ditjen
Prasarana dan Sarana Pertanian (Form AUTP-4)
b) BUMN Pupuk
Uji coba asuransi pertanian melibatkan beberapa pihak yaitu
BUMN pupuk, petani/gapoktan, perusahaan asuransi (PT Jasindo),
dan Kementerian Pertanian. BUMN pupuk yang terlibat yaitu PT
Pupuk Indonesia selaku holding company yang menugaskan kepada
33
PT Petro Kimia Gresik, PT Pupuk Kujang, dan PT Pupuk
Sriwijaya pemberi subsidi pembayaran premi.22
Sebagaimana dijelaskan Pasal 22 Peraturan Menteri Pertanian
Republik Indonesia Nomor: 40/Permentan/SR.230/7/2015 tentang
Fasilitasi Asuransi Pertanian,menjelasakan :
“Asuransi pola bantuan premi yang bersumber dari APBN pelaksana
perusahaan asuransi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berdasarkan
penugasan sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan”.
Selain pemberi subsidi bantuan premi BUMN juga membina
serta mendidik petani dalam melakukan usahataninya dengan baik.
Sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 Pasal 19
ayat (4) dijelaskan bahwa :
“Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya
membina petani, kelompok tani, dan gabungan kelompok tani dalam
menghasilkan sarana produksi pertanian yang berkualitas”
Serta memberikan sarana yang dibutuhkan oleh kelompok tani.
Sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang nomor 19 tahun
2013 Pasal 19, yaitu:
“Sarana produksi pertanian paling sedikit meliputi:
(1) Benih, bibit, bakalan ternak, pupuk, pestisida, pakan, dan obat
hewan sesuai dengan standar mutu; dan
22
Imam Wahyudi, Skim Uji coba Asuransi Usahatani Padi Dan Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Denganpartisipasi Petani Dalam Program Autp, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor, Bogor,2015, hlm.23
34
(2) Alat dan mesin Pertanian sesuai standar mutu dan kondisi
spesifik lokasi.
(3) Penyediaan sarana produksi Pertanian diutamakan berasal dari
produksi dalam negeri.”
c) Kelompok Tani (Tertanggung)
Tertanggung dalam Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) yaitu
kelompok tani. Kriteria dan prasyarat petani-petani mana saja yang
dijadikan calon peserta Asuransi Usahatani Padi (AUTP). Adapun
kriteria yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:23
1) Petani padi sawah yang bergabung dalam kelompok tani aktif dan
mempunyai pengurus lengkap;
2) Petani bersedia mengikuti anjuran teknis sesuai rekomendasi
pengelolaan usaha tani setempat;
3) Petani bersedia mengikuti aturan asuransi pertanian, termasuk
4) membayar premi sebesar 20%;dan
5) Daftar calon peserta asuransi usaha tani padi diketahui oleh Dinas
Pertanian setempat.
Kemudian kriterian petani calon peserta AUTP adalah24
:
a) Yang memiliki lahan sawah dan melakukan usaha budidaya
tanaman padi pada lahan paling luas 2 (dua) hektar.
23
Cometta S. Guritno,“Sosialisasi Asuransi Petanian di Jawa Timur sebagai Pilot Project”,
www.greenclimateproject.org/home/id/berita/21-berita-sub-project-2/64-socialization-of-agriculture-
insurance-in-east-java-as-pilot-project, diakses pada 18 maret 2017 24
Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 02/Kpts/Sr.220/B/01/2016
tentang Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usahatani Padi
35
b) Petani penggarap yang tidak memiliki lahan usahatani dan
menggarap lahan sawah paling luas 2 (dua) hektar.
Dalam uji coba asuransi usahatani padi pada kelompok tani
Ngudi Mulyo di Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik,
Propinsi Jawa Timur. Petani sasaran dalam program ujicoba Asuransi
Usahatani Padi (AUTP) ini adalah para petani padi, khususnya
yang tergabung dalam kelompok tani dan diproyeksikan untuk
berpartisipasi dalam program AUTP dengan membangun komunikasi,
baik secara internal (di dalam kelompok) maupun secara eksternal
(dengan pihak-pihak terkait, terutama pemerintah setempat). Aktivitas
kelompok tani yang mengkomunikasikan rencana program AUTP
terhadap anggotanya akan memudahkan penyelenggaraan skim
program AUTP yang diuji cobakan. Dalam penelitian ini petani
sasaran program AUTP merupakan petani yang tergabung dalam
kelompok tani Ngudi Mulyo di Desa Pinggir, Kecamatan
Balongpanggang, Kabupaten Gresik. petani di kelompok tani
Ngudi Mulyo ini dibawah pembinaan PT. Petrokimia Gresik. Sejalan
dengan Instruksi presiden Nomor 5 tahun 2011, BUMN ikut
berperan aktif dalam menjaga ketahanan pangan, oleh karena itu
dicanangkanlah perusahaan BUMN yaitu PT. Petrokomia Gresik
sebagai salah satu usaha pemerintah untuk membantu mewujudkan
pencapaian surplus pangan nasional tersebut. Keberadaan PT.
36
petrokomia Gresik di lokasi penelitian memiliki peranan penting
dalam rangka mendorong produktivitas padi petani melalui
penyediaan teknologi, modal, sarana produksi pertanian yang sesuai
dengan kalender tanam, jaminan harga serta jaminan hasil.25
3. Obyek Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP)
Dalam hal ini yang menjadi obyek asuransi adalah tanaman pangan
padi sesuai dengan keputusan menteri pertanian Nomor
02/Kpts/SR.220/B/01/2016 tentang Pedoman Bantuan Premi Asuransi
Usahatani Padi. Yang mengatur tentang Asuransi Usahatani Padi (AUTP)
Tanaman padi dapat disebut sebagai obyek asuransi berdasarkan
Pasal 268 KUHD, karena :
1) Dapat dinilai dengan uang
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras, beras
merupakan komoditas strategi bagi banyak Negara, khususnya
dikawasan asia, karena sebagian besar penduduknya menjadikan beras
sebagai makanan pokok. Sampai saat ini sampai beberapa tahun
kemudian beras/padi masih dijadikan makanan pokok oleh penduduk
asia, termasuk Indonesia, sehingga ketergantungan penduduk asia
terhadap komoditas ini masih sangat besar dalam memenuhi
kebutuhannya.
25
Imam Wahyudi, Op.Cit, hlm. 25
37
2) Dapat ditakluk oleh macam-macam bahaya26
Usaha tani padi termasuk salah satu jenis usaha yang risiko dan
ketidakpastian tinggi. Sumber risiko dan ketidakpastian yang sifatnya
eksternal (tidak dapat dikendalikan oleh petani) berasal dari lingkungan
alam terutama iklim, bencana alam, ataupun eksplosi organism
pengganggu tumbuhan. Pada umumnya, petani menghadapi risiko dalam
hal kegagalan panen yang disebabkan oleh bencana alam atau serangan
organism perusak tanaman.
3) Tidak dikecualikan oleh undang-undang
Artinya tanaman yang legal, contoh tanaman yang dikecualikan oleh
undang-undang misalnya tanaman ganja dsb.
4. Polis Asuransi Pertanian Sebagai Perjanjian
Pengertian asuransi pertanian menurut Undang-Undang Nomor 19
tahun 2013 Pasal 1 angka (16), ialah :
”Asuransi pertanian adalah perjanjian antara petani dan pihak perusahaan
asuransi untuk mengikatkan diri dalam pertanggungan risiko usaha tani”.
Pengertian polis, ialah :27
“
Polis asuransi pertanian adalah dokumen perikatan asuransi pertanian,
memuat antara lain hak dan kewajiban masing-masing pihak sebagai bukti
tertulis terjadinya perjanjian asuransi dan ditandatangani oleh penanggung”.
26
Sumaryanto dan A. R. Nurmanaf, “Simpul-Simpul Strategis Perkembangan Asuransi
Pertanian Untuk Usaha tani Padi Di Indonesia” Dalam Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 25 (2) :
hlm. 89-90 27
Lihat Pasal 1 angka (6) Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:
40/Permentan/SR.230/2015 tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian (Permentan FAP).
38
Pengaturan asuransi dalam KUHD mengutamakan segi keperdataan
yang didasarkan pada perjanjian antara tertanggung dan penanggung.
Perjanjian tersebut menimbulkan kewajiban dan hak tertanggung dan
penanggung secara bertimbal balik. Sebagai perjanjian khusus, asuransi dibuat
secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis asuransi.28
Undang-Undang menentukan bahwa setiap polis harus memenuhi
syarat minimal sebagaimana diatur dalam Pasal 256 KUHD sebagai syarta-
syarat umum. Disamping syarat umum setiap jenis polis sesuai dengan jenis
asuransi masih harus ditambah dengan syarat-syarat khusus. Pasal 256 KUHD
menyebutkan bahwa kecuali yang mengenai pertanggungan jiwa maka harus
menyatakan :
a) Hari ditutupnya pertanggungan, yaitu merupakan suatu saat atau moment
yang penting saat tercapainya kata sepakat diantara kedua belah pihak yang
mengadakan perjanjian asuransi, secara sah merupakan syarat sah
perjanjian.
b) Nama orang yang menutup perjanjian asuransi atas tanggungan sendiri atau
terhadap tanggungan orang ketiga.
c) Suatu uraian yang cukup jelas mengenai barang yang dipertanggungkan.
d) Jumlah uang untuk pertanggungan
e) Bahaya-bahaya yang ditanggung oleh sipenanggung
28
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hlm. 18
39
f) Saat mana pertanggungan atas bahaya tersebut mulai berlaku dan kapan
saat berakhirnya
g) Premi atas pertanggungan tersebut
h) Pada umumnya semua kejadian yang kiranya dianggap penting bagi si
penanggung untuk diketahuinya dan segala syarat yang diperjanjikan oleh
kedua belah pihak.
Pada asuransi pertanian, selain syarat-syarat khusus yang telah
dikemukakan tadi, dalam polisnya harus dimuat juga ketentuan tambahan,
yaitu ketentuan Pasal 299 KUHD tentang asuransi hasil pertanian :
(a) Letak dan perbatasan tanah-tanah yang hasilnya diasuransikan dan
(b) Pemakaiannya
Penjelasan pada Pasal 299 ayat (1) ialah pentingnya untuk menetapkan
sampai dimana tanggung jawab atas kerugian yang kemungkinan besar yang
akan menimpah hasil pertanian pihak tertanggung. Seandainya areal pertanian
tersebut dekat dengan sungai yang airnya sering meluap sampai dipermukaan
tanah. Sehingga banjir, maka mengakibatkan tanaman atau hasil pertanian
yang ada didekat sungai tersebut akan lenyap terbawa arus air, kerusakan ini
40
sangat besar dibanding dengan areal pertanian yang jauh dari sungai
tersebut.29
Dalam Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP), menurut Undang-Undang
Nomor 19 tahun 2013, di dalam polis mengenai pencantuman kejadian luar
biasa yang menimpa hasil pertanian harus memuat :
1) Terhadap rincian tentang banjir dan kekeringan, akan dicantumkan didalam
polis asuransi usaha tani padi dan berdasarkan kesepakatan bersama.
2) Kemudian terkait hama dan penyakit dibatasi pada hama atau penyakit
utama yang selama ini dipantau oleh Kementerian Pertanian atau yang
dijelaskan didalam polis asuransi usaha tani padi, tetapi juga hama dan
penyakit setempat yang menyerang tanaman padi dan dicatat serta
dilaporkan oleh pengendali organisme pengganggu tumbuhan dan
pengamat hama dan penyakit.
3) Serta dalam ikhtisar polis (policy schedule) yaitu lembar lampiran pada
polis berisi informasi tentang tertanggung, pokok-pokok pertanggungan,
harga pertanggungan dan perhitungan premi.
29
http://www. Ejournal –s1.undip.ac.id/index.php/dlr. Di akses 29 maret 2017, pukul 19.30
WITA.
41
Mekanisme pendaftaran calon peserta asuransi pertanian30
:
a) Tanaman padi yang dapat didaftarkan menjadi peserta asuransi harus
tanaman padi maksimal berumur 30 hari, penilaian kelayakan menjadi
peserta asuransi dilakukan oleh perusahaan asuransi pelaksana.
b) Kelompok tani dapat didampingi oleh petugas pertanian dalam mengisi
formulir pendaftaran sesuai dengan formulir yang telah
disediakan(Form AUTP-2).
c) Premi swadaya dibayarkan ke rekening asuransi pelaksana
(penanggung) dan menyerahkan bukti pembayaran kepada asuransi
pelaksana.
d) Asuransi pelaksana memberikan bukti asli yang terdiri dari: (a)
pembayaran premi swadaya (20%) dan (b) polis/sertifikat asuransi
kepada kelompok tani.
e) UPTD (MANTRI TANI/KCD) membuat rekapitulasi peserta asuransi
(Form AUTP-3) berikut kelengkapannya (asli Form AUTP-1 dan
Form AUTP-2) dan disampaikan ke Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
untuk menjadi dasar keputusan penetapan Peserta Definitif (Form AUTP
f) Dinas Pertanian Kabupaten/Kota membuat Daftar Peserta Definitif
(DPD) AUTP dengan memeriksa bukti pembayaran (asli) dari asuransi
pelaksana. Selanjutnya, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
30
Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 02/Kpts/Sr.220/01/2016 tentang
Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usaha Tani Padi.
42
menyampaikan DPD dan fotokopi Form AUTP-1 dan Form AUTP-2 ke
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian dengan tembusan kepada Dinas
Pertanian Provinsi ;
g) Dinas Pertanian Provinsi merekapitulasi DPD dari masing-masing
Kabupaten/Kota dan menyampaikannya ke Ditjen Prasarana dan
Sarana Pertanian (Form AUTP-4).
Adapun tahapan penerbitan polis Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP),
yaitu :
a) Agen asuransi bersama-sama Mantri Tani, dan atau PP, POPT-PHP
melakukan pendaftaran calon peserta melalui Kelompok Tani dengan
Formulir Pendaftaran Asuransi Usahatani Padi (FP-AUTP), dilengkapi
dengan bukti pembayaran premi asuransi.
b) FP-AUTP ditandatangani oleh petani/kelompok tani dan diketahui oleh
Mantri Tani, dan atau PP, POPT-PHP setempat. Berdasarkan dokumen
tersebut Agen Asuransi membuat Rekapitulasi Peserta Asuransi
Usahatani Padi (RP-AUTP) untuk diserahkan kepada perusahaan
asuransi.
c) Berdasarkan RP-AUTP, perusahaan asuransi menerbitkan Polis Asuransi
Usahatani Padi untuk setiap kelompok tani dan menyerahkannya
melalui Agen Asuransi di setiap Kabupaten/Kota dan kecamatan
setempat.
43
d) Polis asuransi usahatani padi diterima Kelompok Tani, sementara ikhtisar
polis asuransi untuk dibagikan kepada masing-masing petani peserta
asuransi dalam kelompoknya.
Berdasarkan ujicoba Asuransi Usahatani Padi (AUTP) pada kelompok
tani Ngudi Mulyo di Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik,
Propinsi Jawa Timur diatur mengenai prosedur penerbitan Polis dalam uji
coba asuransi pertanian, yaitu : 31
a) PT.Petrokimia Gresik menandatangani perjanjian kerjasama asuransi
usaha tani padi. Kemudian, agen asuransi bersama-sama dengan POPT-
PHP menyiapkan formulir pendaftaran asuransi usaha tani padi dan
melakukan pendaftaran calon peserta melalui kelompok-kelompok tani.
b) Formulir ditandatangani dan agen asuransi membuat rekapitulasi peserta
asuransi usaha tani padi untuk diserahkan kepada perusahaan asuransi.
c) Pihak penanggung akan menilai kelayakan obyek yang
dipertanggungkan melalui survei langsung kepada obyek yang akan
dipertanggungkan dalam hal ini obyek yang akan dipertanggungkan
adalah tanaman padi. Setelah dilakukan penilaian risiko dari obyek yang
dipertanggungkan dan jika obyek yang dipertanggungkan telah
memenuhi syarat, maka setelah itu,
31
Imam Wahyudi, Op.Cit, hlm. 66
44
d) Agen asuransi melakukan perhitungan premi yang menjadi bagian `yang
harus dibayarkan oleh setiap petani dan melakukan penagihan premi
secara tunai kepada petani saat pendaftaran. Premi yang telah disetor
kemudian dihitung dan disetorkan seluruh sisa premi yang menjadi hak
perusahaan asuransi ke rekening perusahaan asuransi di bank pemerintah
setempat.
e) Perusahaan asuransi menerbitkan polis Asuransi Usaha tani Padi
(AUTP) untuk setiap kelompok tani dan menyerahkannya melalui Agen
Asuransi di setiap Kabupaten/Kota dan kecamatan setempat namun
ikhtisar polis asuransi diberikan kepada masing-masing petani peserta
asuransi didalam kelompoknya. Perusahaan asuransi juga melakukan
penagihan kepada PT Petrokimia Gresik sebesar 80% dengan
melampirkan daftar peserta asuransi usaha tani padi, tembusan asli polis
dan kuitansi yang kemudian dibayarkan selambat lambatnya 15 hari
setelah tagihan diterima.
5. Jangka Waktu Pertanggungan
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia
Nomor:02/Kpts/Sr.220/B/01/2016 tentang Pedoman Bantuan Premi Asuransi
Usaha Tani Padi, bahwa polis asuransi diterbitkan untuk satu musim tanam
dengan jangka waktu pertanggungan dimulai pada tanggal perkiraan tanam
dan berakhir pada tanggal perkiraan panen. Maksimal pertanggungan selama 1
45
tahun. Selama waktu pertanggungan penanggung serta tertanggung harus
tunduk pada isi perjanjian polis yang telah disepakati.
6. Hak Dan Kewajiban Penanggung dan Tertanggung
a. Hak dan kewajiban tertanggung
Adapun hak tertanggung menurut KUHD, yaitu :
1) Menuntut agar polis ditandatangani oleh penanggung (Pasal 259 KUHD)
2) Menuntut agar polis segera diserahkan oleh penanggung (Pasal 260
KUHD)
3) Meminta ganti kerugian kepada penanggung karena penanggung lalai
menandatangani dan menyerahkan polis sehingga menimbulkan kerugian
kepada tertanggung (Pasal 261 KUHD)
4) Melalui pengadilan, tertanggung dapat membebaskan penanggung dari
segala kewajibannya pada waktu yang akan datang. Untuk selanjutnya,
tertanggung dapat mengasuransikan kepentingannya kepada penanggung
yang lain untuk waktu dan bahaya yang sama dengan asuransi pertama
(Pasal 272 KUHD)
5) Mengadakan solvabiliteit verzekering, karena tertanggung ragu-ragu akan
kemampuan tertanggungnya (Pasal 280 KUHD).
6) Menuntut pengembalian premi baik seluruhnya maupun sebagian, apabila
perjanjian asuransi batal atau gugur. Hak tertanggung mengenai hal ini
dilakukan apabila tertanggung mengenai hal ini dilakukan apabila
46
tertanggung beriktikad baik, sedangkan penanggung bersangkutan belum
menanggung risiko (Pasal 281 KUHD)
7) Menuntut ganti kerugian kepada penanggung apabila peristiwa yang
diperjanjikan dalam polis terjadi.
Adapun kewajiban tertanggung menurut KUHD ialah :
1) Membayar premi kepada penanggung (Pasal 246 KUHD)
2) Memberikan keterangan yang benar kepada penanggung mengenai obyek
yang diasuransikan (Pasal 251 KUHD)
3) Mengusahakan atau mencegah agar peristiwa yang dapat menimbulkan
kerugian terhadap obyek yang diasuransikan tidak terjadi atau dapat
dihindari. Apabila dapat dibuktikan oleh penanggung, bahwa tertanggung
tidak berusaha untuk mencegah terjadinya peristiwa tersebut, dapat
menjadi salah satu alas an bagi penanggung untuk menolak memberikan
ganti kerugian, bahkan sebaliknya menuntut ganti kerugian kepada
tertanggung (Pasal 283 KUHD)
4) Memberitahukan kepada penanggung bahwa telah terjadi peristiwa yang
menimpa obyek yang diasuransikan, berikut usaha-usaha pencegahannya
b. Hak dan kewajiban penanggung
Hak penangung sama halnya dengan perusahaan asuransi lainnya,
yaitu :
47
1) Menuntut pembayaran premi kepada tertanggung sesuai dengan
perjanjian
2) Meminta keterangan yang benar dan lengkap kepada tertanggung
yang berkaitan dengan obyek yang diasuransikan kepadanya
3) Memiliki premi dan bahkan menuntutnya dalam hal peristiwa yang
diperjanjikan terjadi tetapi disebabkan oleh kesalahan tertanggung
sendiri (Pasal 276 KUHD)
4) Memiliki premi yang sudah diterima dalam hal asuransi batal atau
gugur yang disebabkan oleh perbuatan curang dari tertanggung
(Pasal 282 KUHD)
5) Melakukan asuransi kembali (reinsurance hervezekering) kepada
penanggung yang lain, dengan maksud untuk membagi risiko yang
dihadapinya (Pasal 271 KUHD)
Kewajiban penanggung ialah :
1) Menuntut pembayaran premi kepada tertanggung sesuai dengan
perjanjian
2) Meminta keterangan yang benar dan lengkap kepada tertanggung
yang berkaitan dengan obyek yang diasuransikan kepadanya
3) Mengembalikan premi kepada tertanggung jika asuransi batal atau
gugur, dengan syarat tertanggung belum menanggung risiko
sebagian atau seluruhnya
48
4) Menagih kepada BUMN mengenai bantuan subsidi pembayaran
premi.
Tanggung Jawab Para Pihak Yang Terlibat Dalam Asuransi
Usaha Tani Padi (AUTP), yaitu:
Para Pihak Keterangan
BUMN Pupuk, Menyediakan dana untuk pembayaran
80% premi asuransi atau sebesar Rp.
144.000,- / hektar atas nama petani
(tertanggung)
Petani / Poktan
(tertanggung)
Menerapkan rekomendasi teknis
Melaksanakan ketentuan Polis
Membayar premi asuransi 20% atau
sebesar Rp36 ribu/ hektar
Perusahaan
Asuransi
Menerbitkan polis dan menagihkan
premi ke petani dan BUMN
Membayar klaim sebesar Rp.
6.000.000,- rupiah
Kementan Fasilitasi pelaksanaan program
Rekomendasi teknis
7. Prinsip Asuransi Pertanian
Terdapat dua prinsip utama dalam asuransi pertanian ini yaitu
prinsip indemnity dan prinsip parametric. Prinsip indemnity berarti suatu
mekanisme di mana si penanggung memberikan ganti rugi dalam suatu
49
upaya menempatkan si tertanggung pada posisi keuangan yang dimiliki
pada saat sesaat sebelum kerugian itu terjadi. Hal ini berarti bahwa
penanggung akan memberikan ganti rugi sesuai dengan kerugian yang
benar-benar diderita tertanggung, tanpa ditambah atau dipengaruhi
unsur-unsur mencari keuntungan atau profit. Sedangkan prinsip
parametric berarti suatu mekanisme di mana si penanggung akan
memberikan ganti rugi kepada si tertanggung apabila terjadi peristiwa
pemicu (triggering event) yang telah disepakati bersama, yang mana
dalam peristiwa tersebut, si tertanggung mengalami kerugian32
.
Berdasarkan prinsip asuransi pertanian yang berbasis Indemnity
dan Parametric, jenis asuransi pertanian yang diterapkan di beberapa
negara dapat dikelompokan sebagai berikut (Swiss Re 2013):
1. Asuransi tanaman berbasis ganti rugi (Indemnity Based Crop
Insurance) Jenis asuransi ini terdiri dari asuransi dengan satu jenis
risiko atau risiko bernama (named peril insurance) dan asuransi
asuransi tanaman dengan beberapa jenis risiko (multi peril crop
insurance). Asuransi dengan satu jenis risiko hanya menanggung
kerugian yang disebabkan oleh satu jenis risiko misalnya asuransi
hujan, asuransi kebakaran, badai atau es mencair. Dimana uang
pertanggungan dihitung berdasarkan atas nilai input pertanian
seperti benih dan pupuk. Sedangkan multi peril crop insurance
32
Imam Wahyudi, Op.Cit, hlm.4
50
merupakan jenis asuransi yang menanggung kerugian yang
disebabkan oleh beberapa jenis risiko seperti banjir, kekeringan
dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
2. Asuransi tanaman berbasis indeks (index based crop insurance) Jenis
asuransi tanaman yang berbasis indeks terdiri dari asuransi
berdasarkan hasil dalam suatu wilayah (area yield insurance) dan
asuransi berdasarkan iklim (weather insurance). Dalam asuransi yang
berdasarkan hasil dalam suatu wilayah, asuransi akan membayar
ketika hasil panen suatu daerah nilainya di bawah indeks. Yang
dimaksud daerah disini adalah kelompok desa atau kabupaten
yang memiliki produksi dan hasil pertanian secara homogen.
Besaran indeks ditentukan berdasarkan hasil rata-rata historis daerah
tersebut dan secara normal berada di kisaran 50% sampai 90% dari
hasil yang diharapkan. Sedangkan dalam asuransi berdasarkan
iklim (weather insurance) digunakan indeks parameter seperti curah
hujan atau temperatur. Dalam menyusun indeks membutuhkan data
cuaca atau iklim pada masa lalu yang berasal dari stasiun cuaca
dan statistik produksi pertanian. Nilai pertanggungan akan dibayar
ketika terpenuhi kondisi cuaca atau indeks iklim yang tidak
diharapkan tanpa perlu bukti kegagalan panen.
51
Berdasarkan hasil analisa dan pengamatan di lokasi
penelitian, skim ujicoba program AUTP di kelompok tani Ngudo
Mulyo adalah berdasarkan prinsip indemnity, yaitu jika petani
mengalami kerugian gagal panen yang disebabkan oleh banjir,
kekeringan dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT),
perusahaan asuransi akan mengganti kerugian tersebut dengan cara
mengembalikan posisi keuangan petani sama pada saat sebelum
terjadinya kerugian. Posisi keuangan petani dalam hal ini adalah
sama dengan nilai pertanggungan yang dipertanggungkan dalam
AUTP. Nilai pertanggungan dalam AUTP didasarkan pada nilai input
produksi atau biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani untuk
usahataninya seperti, biaya pupuk, benih dan upah tenaga kerja33
D. Penetapan Pembayaran Premi dan Penggantian Kerugian dalam Perjanjian
Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Menurut Undang - Undang Nomor 19
Tahun 2013.
1. Penetapan Pembayaran Premi
Pola pembayaran premi asuransi dibedakan dengan pola swadaya dan
pola bantuan premi pemerintah.34
Maksud dari pada pola asuransi swadaya
meliputi setidaknya 3 (tiga) hal, yaitu35
33
Ibid 34
Lihat Pasal 7 Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:
40/Permentan/SR.230/2015 tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian (Permentan FAP)
52
(a) Swadaya atau mandiri;
(b) Kemitraan atau kerjasama; dan
(c) Perbankan.
a. Pembayaran Premi oleh Petani
Sumber pembiayaan premi asuransi oleh petani dapat
diperoleh dari salah satu atau kombinasi dari sumber sebagai
berikut: (a) Pemerintah (APBN atau APBD), (b) Kemitraan (BUMN
dan Perusahaan Swasta), (c) Perbankan, jika petani mendapatkan
pembiayaan dari perbankan atau lembaga keuangan lainnya, dan (d)
Swadaya (oleh petani sendiri).
Ketentuan pembayaran premi pada asuransi pertanian yaitu
penanggung berkewajiban membayar ganti kerugian dari hasil
usahatani yang gagal panen yang disebabkan oleh kejadian luar biasa
sesuai yang tertuang dalam polis asuransi. Di mana petani membayar
premi sebanyak 20% yaitu Rp.36.000,-ha.
Premi asuransi adalah sejumlah uang yang dibayar sebagai
biaya untuk mendapatkan perlindungan asuransi. Total premi
asuransi sebesar Rp.180.000,- /ha/MT. Besaran bantuan premi dari
pemerintah Rp.144.000,-/ha dan sisanya swadaya petani Rp.36.000,-
35
Lihat Pasal 10 Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:
40/Permentan/SR.230/2015 tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian (Permentan FAP)
53
/ha. Jika luas lahan yang diasuransikan kurang atau lebih dari 1
(satu) ha, maka besarnya premi (dan ganti rugi) dihitung secara
proporsional. Misalkan, apabila petani mengasuransikan lahannya
seluas 0,5 hektar maka premi yang dibayar sebanyak Rp.18.000, dan
apabila lahannya seluas 0,25 hektar maka premi yang dibayar
Rp.9.000,- /Ha
b. Pembagian Beban Pembayaran Premi Asuransi Pemerintah Pusat
dan Daerah .
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah bekerja sama dalam
berbagi beban pembayaran premi asuransi. Misalnya dengan rasio:
50% bagian untuk pemerintah pusat dan 30% bagian untuk pemerintah
daerah serta 20% bagian kewajiban petani. Besaran presentase
pembayaran premi tersebut setiap tahun dapat ditinjau ulang
disesuaikan dengan kesiapan dan kemampuan fiskal pemerintah
daerah. Pembiayaan untuk pembayaran premi asuransi pertanian dapat
berasal dari APBN maupun APBD.
Pembagian beban pembayaran premi merupakan bentuk
pembagian risiko antara pemerintah pusat maupun daerah. Besar
kecilnya pembagian tergantung dari kemampuan keuangan
pemerintah. Untuk tahap awal pengembangan asuransi pertanian
saat ini, pemerintah pusatlah yang menanggung bagian yang lebih
54
besar daripada pemerintah daerah. Sebagaimana disebutkan
sebelumnya, bahwa presentase besarnya bagian premi yang mesti
dibayar dapat dirumuskan kembali pada tahun-tahun mendatang.
Mekanisme dan besaran-besaran premi asuransi pertanian
tersebut harus ditetapkan dengan peraturan Perundang-Undangan
yang berlaku. Baik dalam bentuk perpres, inpres, Peraturan Menteri
maupun Peraturan Kepala Daerah atau Peraturan Daerah. Bahkan
dimungkinkan bagi daerah menyediakan ruang fiskal di APBD untuk
membayar premi tersebut atau dimasukkan dalam mata anggaran
tersendiri. Namun, sekali lagi harus melihat kemampuan dan
kapasitas fiskal daerah yang bersangkutan. Semakin besar kapasitas
fiskal yang dimiliki daerah, semakin ringan beban untuk membayar
premi tersebut dan sebaliknya. Bagi daerah kemampuan
menanggung beban premi asuransi sangat tergantung dari
kemampuan APBD yang dimilikinya. Sebagaimana lazimnya kondisi
fiskal daerah yang terjadi saat ini, bahwa sebagian besar
kemampuan keuangan daerah sangat ditopang oleh besaran
transfer dari pusat baik dalam bentuk dana alokasi umum (DAU)
maupun dana alokasi khusus (DAK). Oleh karena itu, perlu bagi
pusat untuk mengetahui kondisi fiskal masing-masing daerah.
Pengambilan sampel sebagai pilot project penerapan asuransi
pertanian di daerah bisa menjadi langkah awal untuk
55
pengembangannya lebih lanjut di masa yang akan datang. Partisipasi
BUMN Pertanian dalam bantuan pembayaran premi dengan pola
kemitraan. BUMN memfasilitasi pembiayaan premi asuransi sebesar
80 persen, sedangkan 20 persen sisanya menjadi tanggungan petani.
Sebagai contoh awal, premi asuransi ditetapkan sebesar Rp.180.000
per hektar dimana sekitar Rp.144.000 ditanggung BUMN pupuk dan
sisanya sebesar Rp.36.000 menjadi tanggungan petani. Dengan premi
sebesar itu apabila petani gagal panen (puso), maka dia akan
mendapatkan santunan sebesar Rp.6.000.000 per hektar. Keberhasilan
proyek percontohan ini akan mampu menjelaskan bahwa asuransi
pertanian bisa diberlakukan dalam skala yang lebih luas dan pada
tahun-tahun berikutnya sehingga program asuransi pertanian yang
menguntungkan bagi petani dapat menyebabkan mereka bisa
membayar premi sendiri tanpa subsidi pemerintah.36
c. Mekanisme Penyaluran Bantuan Premi
Adapun mekanisme penyaluran bantuan premi oleh
pemerintah :
1) Penyaluran bantuan premi untuk dan atas nama petani melalui
perusahaan asuransi pelaksana, dilaksanakan berdasarkan bukti-
bukti yang sah meliputi :
36
Data Kementerian Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal
Tahun 2014 dalam kajian persiapan implementasi asuransi pertanian secara nasional
56
a) Surat penagihan
b) Surat penugasan pelaksana
c) Perjanjian kerjasama
d) Pakta integritas
e) Surat Pernyataan Tanggung jawab Mutlak (SPTJM)
f) Kuitansi
g) Berita acara serah terima uang
h) Rekapitulasi peserta definitif AUTP
i) Asli polis
j) Rekening bank
2) Direktur Pembiayaan Pertanian, Ditjen Prasarana dan Sarana
Pertanian selaku Pejabat Pembuat Komitmen melakukan seleksi
dan menetapkan Daftar Peserta AUTP (Form AUTP-6) dan
disahkan oleh Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian
selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), berdasarkan hasil
sinkronisasi DPD dari Kabupaten/Kota dan rekapitulasi peserta
asuransi dari asuransi pelaksana.
3) Direktur Pembiayaan Pertanian, Ditjen Prasarana dan Sarana
Pertanian selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) melalui
KPPN mencairkan dana bantuan premi asuransi kepada
perusahaan asuransi pelaksana untuk dan atas nama kelompok tani.
57
2. Penggantian Kerugian dalam Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP)
Menurut Undang - Undang Nomor 19 tahun 2013.
a. Risiko dalam Asuransi Pertanian
Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:
02/Kpts/Sr.220/B/01/2016 tentang Pedoman Bantuan Premi Asuransi
Usahatani Padi.AUTP memberikan jaminan atas kerusakan pada
tanaman yang diasuransikan yang diakibatkan oleh banjir, kekeringan,
dan serangan OPT dengan batasan-batasan sebagai berikut:
1) Banjir adalah tergenangnya lahan pertanian selama periode
pertumbuhan tanaman dengan kedalaman dan jangka waktu
tertentu, sehingga menurunkan tingkat produksi tanaman.
2) Kekeringan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan air tanaman
selama periode pertumbuhan tanaman yang mengakibatkan
pertumbuhan tanaman tidak optimal, sehingga menurunkan tingkat
produksi tanaman.
3) Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah organisme yang
dapat mengganggu dan merusak kehidupan tanaman atau
menyebabkan kematian pada tanaman pangan, termasuk di
dalamnya:
a) Hama Tanaman: Penggerek batang, Wereng batang coklat,
Walan sangit, Tikus, dan Ulat grayak dan Keong mas.
58
b) Penyakit Tanaman: Blast, Bercak coklat, Tungro, Busuk
batang,Kerdil hampa, Kerdil Rumput/Kerdil Kuning dan Kresek.
Sedangkan Ganti rugi diberikan kepada peserta AUTP apabila
terjadi banjir, kekeringan dan atau serangan OPT yang mengakibatkan
kerusakan tanaman padi yang dipertanggungkan dengan kondisi
persyaratan:
a) Umur padi sudah melewati 10 hari (10 hari setelah tanam/HST).
b) Umur padi sudah melewati 30 hari (teknologi tabela).
c) Intensitas kerusakan mencapai ≥75% dan luas kerusakan
mencapai ≥75% pada setiap luas petak alami.
b. Pembayaran Klaim
Adanya perjanjian asuransi adalah bertujuan mengalihkan risiko
dari tertanggung kepada penanggung dengan imbalan bahwa penanggung
menerima sejumlah uang sebagai premi dari tertanggung, sebagaimana
dalam Pasal 246 KUHD. Hal ini berarti bahwa apabila dalam jangka
waktu perjanjian asuransi terjadi suatu peristiwa sehingga menimbulkan
kerugian, maka penanggung akan membayar ganti rugi atau memberikan
sejumlah uang kepada tertanggung sesuai dengan isi dari pada perjanjian
asuransi37
.
37
Wahyono Prodjodkoro, Hukum Asuransi Di Indonesia, Internusa, Jakarta,1981, hlm. 4
59
Perjanjian pertanggungan yang bertujuan untuk mengalihkan
risiko dari tertanggung kepada penanggung kemudian diikuti dengan
pembayaran premi kepada penanggung dan unsur kepentingan yang
harus mutlak ada pada pertanggungan serta dapat dituntut didepan
pengadilan dapat sebagai dasar bahwa perjanjian pertanggungan bukan
termasuk perjanjian untung-untungan38
seperti yang disebutkan dalam
Pasal 1774 KUHPerdata. Penghitungan penggantian kerugian diatur
dalam Pasal 301 KUHD, yaitu :
“Pada penyusunan penghitungan kerugian, dihitung berapa nilai hasil
pada waktu dipanen atau dinikmati tanpa terjadinya bencana, dan
nilainya setelah bencana itu.Penanggung membayar selisihnya sebagai
ganti rugi”.
1) Prosedur Penyelesaian Klaim
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Republik
Indonesia Nomor: 02/Kpts/Sr.220/B/01/2016 tentang Pedoman
Bantuan Premi Asuransi Usaha Tani Padi, prosedur penyelesaian
klaim, yaitu:
Ketentuan klaim, Jika terjadi risiko terhadap tanaman
yang diasuransikan, kerusakan tanaman atau gagal panen dapat
diklaim. Klaim AUTP akan diproses jika memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
38
Subekti, Aneka Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm. 132
60
a) Tertanggung menyampaikan secara tertulis pemberitahuan
kejadian kerusakan (Form AUTP-7) kepada PPL/POPT-PHP
dan Petugas Asuransi tentang indikasi terjadinya kerusakan
(banjir, kekeringan dan OPT pada tanaman padi yang
diasuransikan selambat lambatnya 7 (tujuh) hari kalender
setelah diketahui terjadinya kerusakan.
b) Tertanggung tidak diperkenankan menghilangkan bukti
kerusakan tanaman sebelum petugas asuransi dan penilai
kerugian melakukan pemeriksaan.
c) Saran pengendalian diberikan oleh PPL/POPT-PHP dan
asuransi pelaksana dalam upaya menghindari kerusakan yang
lebih luas.
d) Tertanggung mengambil langkah-langkah pengendalian yang
dianggap perlu bersama-sama dengan petugas dinas
pertanian setempat untuk menghindari kerusakan tanaman yang
lebih luas.
e) Jika kerusakan tanaman tidak dapat dikendalikan lagi,
PPL/POPTPHP bersama petugas penilai kerugian (loss adjuster)
yang ditunjuk oleh perusahaan asuransi pelaksana,
melakukan pemeriksaan dan perhitungan kerusakan.
f) Berita acara hasil pemeriksaan kerusakan (Form AUTP-8) diisi
oleh Tertanggung dengan melampirkan bukti kerusakan
61
(foto-foto kerusakan) ditandatangani oleh tertanggung,
POPT, dan petugas dari asuransi pelaksana, serta diketahui
oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. aza
2) Persetujuan Klaim
a) Berita acara hasil pemeriksaan kerusakan merupakan
persetujuan klaim oleh asuransi pelaksana kepada
tertanggung.
b) Jika dalam waktu 30 hari kalender sejak pemberitahuan
kejadian kerusakan, belum terbit berita acara hasil
pemeriksaan kerusakan, maka asuransi pelaksana
dinyatakan setuju terhadap klaim yang diajukan.
3) Pembayaran Ganti Rugi
(1) Pembayaran atas klaim yang diajukan akibat gagal panen
diukur sesuai dengan tingkat kerusakan yang terjadi.
(2) Pembayaran Ganti Rugi atas klaim dilaksanakan paling
lambat 14 (empat belas) hari kalender sejak Berita Acara
Hasil Pemeriksaan Kerusakan.
(3) Pembayaran Ganti Rugi dilaksanakan melalui
pemindahbukuan ke rekening Tertanggung .
4) Harga Pertanggungan
Dalam AUTP, harga pertanggungan ditetapkan
sebesar Rp. 6.000.000,- per hektar per musim tanam. Harga
62
pertanggungan menjadi dasar perhitungan premi dan batas
maksimum ganti rugi. Penggantian kerugian dihitung secara
proporsional.
63
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengaturan perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) berdasarkan Undang-
Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Pertanian, sebelumnya telah diatur dalam KUHD, Undang-Undang Nomor 19
tahun 2013 yang mengatur asuransi pertanian sebagai bentuk perlindungan
pertanian yang mengancam hasil pertanian, ketentuan lebih lanjut diatur dengan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 40/permentan/SR.230/7/2015 tentang
Fasilitasi Asuransi Pertanian, serta Keputusan Menteri Pertanian Nomor:
02/KPTS/ SR.220/B/01/2016 tentang Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usaha
Tani Padi yang mengatur Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Polis Asuransi
Usaha Tani Padi diberikan kepada kelompok AUTP dan ikhtisar polis asuransi
diberikan kepada masing-masing petani peserta asuransi didalam kelompoknya.
Obyek pertanggungan yaitu padi, para pihak dalam asuransi ini PT.Jasindo,
BUMN pupuk, kelompok tani. Terdapat dua prinsip utama dalam asuransi
yaitu prinsip indemnity dan prinsip parametric.
2. Penetapan pembayaran premi, pola pembayaran premi asuransi dibedakan
dengan pola swadaya dan pola bantuan premi pemerintah. Penggantian
kerugian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) yaitu ganti rugi diberikan kepada
peserta Asuransi Usahatani Padi (AUTP) apabila terjadi banjir, kekeringan
dan atau serangan OPT yang mengakibatkan kerusakan tanaman padi yang
dipertanggungkan dengan kondisi persyaratan yang telah ditentukan harga
pertanggungan ditetapkan sebesar Rp. 6.000.000,- per hektar per musim
tanam dihitung secara proporsional. Harga pertanggungan menjadi dasar
perhitungan premi dan batas maksimum ganti rugi
64
B. SARAN
Undang-Undang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani belum jelas
mengatur mengenai teknis pelaksanaan asuransi pertanian, khususnya asuransi
tanaman perkebunan dan hortikultura, jadi pemerintah harus lebih aktif dalam
melaksanakan dan menindaklanjuti asuransi pertanian ini sesuai dengan amanat
undang-undang perlindungan dan pemberdayan pertanian, agar setiap petani baik
petani tanaman pangan, petani hortikultura maupun pekebun dapat terlindungi
hasil pertaniannya dengan asuransi pertanian, sehingga dapat terlaksana amanat
dari Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang perlindungan dan
pemberdayaan pertanian.
65
DAFTAR PUSTAKA
Buku, Skripsi, dan Artikel
Ali, Hasyami, Pengantar Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta, 1995.
Asikin, Zainal, Hukum Dagang, Rajawali Pers, Jakarta, 2013.
Djojosoedarso, Seisno, Prinsip-Prinsip Manajemen Resiko dan Asuransi, Salemba Empat,
Jakarta, 1999.
Harsono, Sonni Dwi, Ekonomi Asuransi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Jakarta, 1996.
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Cet. I, Kencana, Jakarta, 2006.
Muhammad, Abdulkadir, Hukum Asuransi Di Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2006.
Prodjodkoro, Wahyono, Hukum Asuransi Di Indonesia, Internusa, Jakarta, 1981.
Sastrawidjaja, Man Suparman, Hukum Asuransi, Alumni, Bandung, 2004.
Subekti, Aneka Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995.
Sula, Muhammad Syakir, Asuransi Syariah (Live and General) Konsep dan Sistem
Operasional, Gema Insani Press, Jakarta, 2004.
Sumaryanto dan A. R. Nurmanaf, “Simpul-Simpul Strategis Perkembangan Asuransi
Pertanian Untuk Usahatani Padi Di Indonesia” Dalam Forum Penelitian Agro
Ekonomi, Vol. 25.
Sahat M. Pasaribu, Penerapan Asuransi Usahatani Di Indonesia: Alternatif Skenario
Melindungi Petani dan Usaha Tani, Laporan Penelitian, Pusat Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian Melalui Badan Litbang Pertanian, Jakarta.
Wahyudi, Imam, Skim Ujicoba Asuransi Usahatani Padi dan Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Program AUTP, (Bogor: Tesis,
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, 2015)
66
Data Kementerian Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal Pusat Pengelolaan Risiko
Fiskal Tahun 2014 dalam kajian persiapan implementasi asuransi pertanian
secara nasional.
Peraturan
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW)
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Pertanian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 131, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5433)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Peransurasian, (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 337, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5618);
Peraturan Menteri Pertanian Republik IndonesiaNomor 40/Permentan/Sr.230/7/2015
TentangFasilitasi Asuransi Pertanian (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 1063)
Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 02/Kpts/Sr.220/B/01/2016
tentangPedoman Bantuan Premi Asuransi Usahatani Padi.
Internet
http://www. Ejournal –s1.undip.ac.id/index.php/dlr. Di akses 29 maret 2017, pukul
19.30 WITA.
http://www.penyuluhanpertanian.com/peluang-pengembangan-asuransi-pertanian, di
akses pada 15 oktober 2016 pukul 16.00
http://penyuluhpertanian.com/peluang-pengembangan-asuransi-pertanian, Di akses
pada 29 oktober 2016 pukul 17.00
Cometta S. Guritno,“Sosialisasi Asuransi Petanian di Jawa Timur sebagai Pilot
Project”,www.greenclimateproject.org/home/id/berita/21-berita-sub-project-2/64-
67
socialization-of-agriculture-insurance-in-east-java-as-pilot-project, diakses pada 18
maret 2017.