PERKEMBANGAN EKONOMI · 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI (oleh Alfian I t I....

22
, 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI ( oleh Alfian I t I . LEKNAS Lembaga Ekonomi dan Kemasiarakatan Nasionaa Djakarta, 1970

Transcript of PERKEMBANGAN EKONOMI · 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI (oleh Alfian I t I....

Page 1: PERKEMBANGAN EKONOMI · 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI (oleh Alfian I t I. LEKNAS Lembaga Ekonomi dan Kemasiarakatan Nasionaa Djakarta, 1970

,

73-9L11906

AGAMA dan MA'SALAH

PERKEMBANGAN EKONOMI

(

oleh

AlfianI t I

. LEKNASLembaga Ekonomi dan Kemasiarakatan Nasionaa

Djakarta, 1970

Page 2: PERKEMBANGAN EKONOMI · 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI (oleh Alfian I t I. LEKNAS Lembaga Ekonomi dan Kemasiarakatan Nasionaa Djakarta, 1970

PENG,ANTAR

Dalam sedjaxah pexkembangan ilmu pengetahuan kemasjaxakatan

mo dezn terlihat adan.ia suatu gedjala dimana pada suatu waktu masa-­

lah2 tertentu menondjol mendjadi pokok perhatian paxa abli dalam

'llmu pengetahuan ini.

, Kini jang mendjadi pokok pexhatian pa.ra ahli - di negara2

jang sedang bexkembang maupUL di negara2 jang sudah madju adalah

pe rmaaakahan perkembangar, masjarakat g pexkembangan ekonomi , pexkem­

bangan sosial-budaja dan pexkembal1gan politik.

Negaxa2 jang sedar,g bexkembangbexusaha sekuat-kuatnja UlDtuk menge­

djax ketextu1ggalan dalam perkembangan ~sjaxakat ini, texutama da­

lam perkembangan ekonomi, maka konsentrasi pexhatian texhadap pexma­

~alah~~texsebut tidak menghexankan, bahkan amat wadjar, karena pada

hakekatnja apa jang mendjadi pokok pexhatian paxa ahli ilmu kemasja­

rakatan mentjerminkan perhatian dan kebutuban. j~~g terdapat dalam

masjarakat pada umumnja,

DaLam xangka pezkembangan ekonomi salah satu pez-soa.Lan jar,g

liledjak lama merupakan tar,tar,gan bagi para ahli adaLah bubungan aga- /

rna dengan peri-kelakuro1 ekonomis. Pertanjaan2 pokok jang diadjuk~~

61.dc1,l8,ht apakah peranan agama da.lam pe rkembangan ekonomi? Apakah

"terdapat hubungan jang Langsung antaraagama dan pexi-kelalcuan ekono­

mis, a taukah lebih tepat un tuk menganggap faktor agama sebagai "iiiter­

''I1'0ning variable", faktor jang memperkuat sistim nilai-budaja jang

berlaku, dar1 bukan sebagai faktoxpenjebab pexi-kelakv.an ekonomis

itu? Atau dengan lain pexkataan, apakah da.Lam agama texdapat unsurz

(laja pengubah j~1g dapat mengubah nilai2 jang berlaku dalam masjara-

ka"c keazah pemikiran setjaxa ekcnomi.s ? \

PeloFox pemikiran2 mengenai permasala~1 ini adalah Max Weber,

ahli sosiologi kebangsaanDjexman jang texutama terkenal dengan kax­

~c\nja jang bexdjudul Die Protestantische Ethik u~1d der Geist des

1~1~italismus (1904 - 1905) (Ethika Protestan fuLD Sem~1gat Kapital­

i~me). Tiap oxang jang menaxuh perhatian terhadap permasalah&~ ini

Page 3: PERKEMBANGAN EKONOMI · 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI (oleh Alfian I t I. LEKNAS Lembaga Ekonomi dan Kemasiarakatan Nasionaa Djakarta, 1970

- 2 -

tak dapa t menghi.nda'rkan untuk mempe'Lad.ja.rd, pemi.lciranzn ja , tak peduli

apakah ia se.tud.iu atau tidak dcngan teori2 jar,g df.berrtangkann.ja i tv..

Pe rhatian terhadaJ? J?ersoalan ini di negara2 jang aedang 'bezkembang

mula2 te:rlihat pada sa:rdj~1a2 Barat, sepe:rti misalnja Rooe:rt Bellah

(1okugawa Religion, 1957) mengenai keadaan di Djepang, Cltfford Geertz

(a.l. Peddle:rs and Prinoes 1963) dan L~1oe Castles (Religion, Politios

~1d Eoonomio Behavior in Javag The Kudus Cigarette Industry, 1967)

mengenai keadaan di Indonesia.

Pa:ra ahli setempat (dinegara2 jang sedang oe:rkembang itu sen~

diri) sebenarn.ia ba:ru aohi:r2 Ln.i mempez'LLha'tkan perhatiart kcarah tex­

sebut, o~n teI'V.tama Indonesia sangat te:rtingga1 dalam hal ini.

Karar,gan SdI'. 'Alfian ini merupakan sua tv. langkah pe r tama kea-«

rah membangkitkan pG0hatiar, seI'ta mengisi kekosongan te:rsebut. Kedja­

di~12 dalam se~jarah perkembangan masja:rakat Indonesia menundjukkan

betapa pentin~lja per~lan agama da1am penghidv.pan masjarakat. Disam­

pillg i tu sudah n jaba pula bahtra pemb8JlgLJ.nan nasional, d.l mana kini

p:rioritas diberikan kepada pembangunan ekonomi, mel~pak~l sjaratmut­

1ak bagi tertjapainja suatu masjarakat dimana tiap anggotanja mendapat

kesempatex untuk menikmati penghidup~l jang wadjaI' bagi manusia. Maka

suda1'1 se1ajaknja kalau kita mempe1adjaI'i hubilllgan antara kedua ~enja­

taen da1am mas jarakat ki ta Lrri ,

Mudah-mudahar" kaz-angan Lni dapat membangki, tkan pe.rha t'Lan para

ahl.L di bid.c.qng Ll.mu kemas jaxakatan terhadap permasalahan jang amab

lIen ting di Indonesia dewasa ini.

"­Djaka:rta, 7 Djuli, 1970

Me1y G. '1hn.

Kepala Pusat Penelitian Kemasjarakatan

LEKlJAS

Page 4: PERKEMBANGAN EKONOMI · 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI (oleh Alfian I t I. LEKNAS Lembaga Ekonomi dan Kemasiarakatan Nasionaa Djakarta, 1970

AG1.MA. DA}T 1/f.lI.S.AIAE. }'ERKEJVrBA:NO.il.N" EKO NONI

OJ.6h I Altian"*)

I.

Salah sa.tu segi dard proses per-kembangan perekonondan sesua'tu

'bangsa a tau masjaz-aka t a teu goLongan rnungkin dapa t; dilihat mala-lui

pengaruh unsur2 non-ekonomis jang ada terhadap tir~kab laku ekonomi

·c;-.ug-sa, me.sjarakat, atau golongan terse-but. Sala.h satu dari unsur2

non-eZoT4..::mis i tu ialah "agama", Dalam hubungan ini persoalannja mung­

kin dapat dimulai dengen sebuab pertanj9.an sElperti : Apakah mungkin

a.ga.ma mempunjai pengaruh langsung terhadap tingkah laku ek~nomi pe­

l1leluk2nje.? Djawa.annja. mungkin '''ja", dan mungkin Ilula "tidak. II

Kal8,u "ja" dia mempunjai due. ar td , jai tu (1) pangaruh agama mung-kin

merul:·a.k2,n .fenghd~ng a tau penghambat terhadap proses perkembangan

ekorlcd; (2) sebaliknja mungkin pula. merupakan pe'rangsang ata.upen­

riorong d~...!'i proses tersebut. Kalau "iPida.k It i til berarti .abwa kehadi­

ran a.tau ketidak hadiran e.g-arna tidak mempunjai pe ngarub 801'13.2 terhadap

tingkah laku manusie. dalam proses pez-kembangan E:konominja.

1UliSf.ln ird terlalu sempi t dan sedez-hana urrtuk mempunjai tju­

kuo kemampuan mengemukakan sesuatu pandangan tjermat mangensd ma-salah

jang dimaksud. Sungguhpun demikian beberapa tjatatan mengenai hasil

karja dan auah pikiran beberapa 1hli jang ditjoba dik~mpulkan dan di­

2.ua.li sa kel':ibali di si ni da'l am berrtuk jangsangat urnum serta kurang

sempurna, paling sedikit ~Can dapat mengadjak pembatja untuk meneliti

let;ih landjut dan memperdalam penget~buarmja rae ngenaf masalah ini.

II

Enam puluh lima tahun jang lalu, ditahun 1905, seorang abli

s08iol.81 Djerman jang tarsohor namanja sampai hart ini, Max Weber,

telah barhasil menerbitkan sebuah tulisan berdjudul Dle Protestantiscbe

tthik ynd. d.e:r Gei.at,qa Ka.pitaJJ SJIl,Ui (Etik Protestan dan Semangat Ka­

pi ta.lisme). Dua :puluh lima tahun kemudian, 1930,' Talc~tt Parsons

*) Anggota Stat Peneliti Lembaga Ekonomi dan Kemasja.rakatanNasicnal (LEKNAS) .;,. LIPI.

\

Page 5: PERKEMBANGAN EKONOMI · 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI (oleh Alfian I t I. LEKNAS Lembaga Ekonomi dan Kemasiarakatan Nasionaa Djakarta, 1970

2

menterdjemahkannja kedalam bahasa Inggeris. Sedjak iv~ tulisan'ini

bukan sadja telah menambah populer nama Max ~eber, tetapi djuga te­

lah menempatkan dia sebagai salah seorang jang pertama kali berbasil

mempeladjari setjara ilmiah hubungan antara agama (Prot~stan) ·dengan

perkembangan ekonomi (kapitalisma).

Tama pokok karja Max '!'Teber i tu ialah bahwa per tumbuhan atau

eosialisasi masing2 anggauta masjarakat jang berbeda-beda sesuai de­

ngan pe ngaruh lingkungan mereka sendiri2 menimbulkan sikap mental

dan spiritual jang berlainan. Mereka jang dibesarkan dalam keluarga

dan lingkungan Protestan akan mempunjai sikap mental dan spiritual

jang tidak sarna dengan mereka jang tumbuh dan berk@mbang dalsm kelu­

arga dan Li ngkungan Katholik. Keberlainan ini akan banjak menentukan

pemilihan Lapang pekerdjaan dan karir jang diingini dan dfhar-apkan­

Dengan lain perkataan, tingkah laku ekonomi mereka mendjadi berleda­

beda.

III.

Sebagai titik tolak dari analisanja Max Weber memakai hasil

penelitian Martin Gffenbacher (diterbitkan tahun 1901) me~genai pe~­

bedaan tingkah 1aku ekonomi masjarakat Katholik dan Protestan ti

Baden (Djerman). Menurut studi ini djelas kelihatan bahwa kaum Pro­

testan lebih banjak mengiTim anak2 mereka ke-sekolah2 menengah umum

jang tidak mempunjai ikatan agama, daripada kaum Katholik. Disamping

itu diketahui pula Jahwa lebih banjak murid2 jang beragama Protestan

daripada Katholik mempeladjari matapeladjaran2 jang tjotjok luat men­

djadikan mereka teknisi2 dan entrepreneur2 masa depan.

Max Weber melandjutkan peneli tian Offenbacher ini dengan dja­

lan mempeladjari pengaruh agama jang berlainan itu dibeberapa negara

bagian Djerman. Hasilnja, dia bukan sadja menjokong analisa 'ffen­

i~cher diatas tetapi djuga memperkuatnja dengan mengemukakan bahwa

orang2 Protestanlah jang bergerak keluar dari tradisi mendjadi pe­

kerdja2 tangan sedangkan orang2 Katholik tetap berada didalam tradisi

lama mereka sebagai pekerdja2 tangan jang radjin. "Demikianlah" , kata

Max Weber, "pendjelasan pokok dari ke:bs,"dJ.anJd.ni harus di tjari didalam

Page 6: PERKEMBANGAN EKONOMI · 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI (oleh Alfian I t I. LEKNAS Lembaga Ekonomi dan Kemasiarakatan Nasionaa Djakarta, 1970

., ....

3

intisari dari kepertjajaan2 mereka jang berbeda-bedasetjara perma-­

nen, bukan hanja didalam situasi sedjarah perkembangan politik jang

terliha t dari Luar' dan semerrtaz-a! .. (~ikut:i:P dari buku Kurt Samuelson

tersebut dibawah).

IV

Keluarnja kaum Protestan sebagai pengusaha2 dan industrialis2

besar merupakan faktor terpenting aalam proses perkembangan ekonomi

Eropa. Barat dan Amerika sebelah Utara. Salah satu t~iri terpenting

dari proses terl3eb'at ialah lahir dan berkembangnja kapi talisme.

Menurut Max Weber kelahiran dan perkembangan kapf talisme i tu tela.h

dimungkinkan karens. adanja unsur2 didalam kepertjajaan agama Pr~t~8­

tan, terutama aliran puritanisme ala Calvin, jang telah dapatmerang­

sang dan mendorong pemeluk2nja kearah itu.

Salah satu dari unsur i tu ialah adanja konsep "panggilan"

(~the calli ng" a tau "del' Beruf lf ) , jai'1u suatu adjaran jang membenar­

kan bahwa setiap usaha manusia mengandung arti aabagad suatu missi

sutji dari agama. Pemenuhan tugas sehari-hari adalah suet1l hal jang

menjenangkan fuhan. ltebersihan didalam suatu uaaha marupakan suatu

perbuata.n jang terpudji disisi ~ia.

Adanja konsal? ini talah mendorong para penganut agama Pr4testan, ter­

utarna penganut Calvinisrne, untuk bekerdja giat, kez-as , dan radjin.

Ini adalah sal ah sa tu hal jang posi tif terhadap pertumbuhg.n ekonomi ,

Unsur ke dua adalah "hema t". Unsur ini tela.h rnemungkinkan tum­

buhnja keinginan ~an usaha untuk menabung dikalangan kaum Protestan

jang sangat diperlukan untuk menumpuk tjuknp kapital guna keperluan

peningkatan produksd ,

..',' :1,'

Kadua unsur diatas dikai tkan dengan unsur ketiga, "rasional-

i mse ", rnandjadikan semuanja tiga pra-kondi si pokok jang di lmtuhkan

buat k~lahiran dan perkembangan semangat kapitalisme jang dianggap

telah berdjasabesar dalam memadjukan industrialisasi dan karenanja

perkembangan ekonomi didunia Bar-at , Unsur2 inilah jangdisimpulkan

dan terkenal sebagai "Etik Pno te s tarr'", Sedjalan dengan i tu "Etik

Protestan" ini dihubungkan langsung dengan perkembangan indus-triali­

easi dizaman duIu , Dalam ungkapan lain, "Etik Protestan" ini dianggap,

Page 7: PERKEMBANGAN EKONOMI · 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI (oleh Alfian I t I. LEKNAS Lembaga Ekonomi dan Kemasiarakatan Nasionaa Djakarta, 1970

4oleh Max Weber, mempunjai 1\:ore1asi 1angsung de ngan perkembangan per­

ekonomian Eropa Ba~a~ dan Amerika Utara.

v

Pengaruh teori dan analisa Max Weber diatas dapat dikatakan

sangat besar dida1am i1rnu sosi~logi, 19~utama dalamtjabang sesi~logi

agama ohususnja. Ke1antjaran Je~anja dan ke~adjaman uraiannja te1ah

banja~ mempengaruhi ahli2 lain. Setidak-tidaknja ~anjak dari mereka

merasa perlu mernpeladjari Max Weber ~etjara sungguh2 dan te1i ti.

Walaupun banjak dari pernbaija Max Weber sering menemui kesu­

karen untuk dapat rnenerima teori tan analisanja setjara keseluruhan,

dan oleh karena itu mendjadi pengeritik2 jang tadjarn terhadap dia, S&P

bahagian besar dari mereka masih dapat membenarken dan menerima bebe­

rapa hal jang ditulis ahli tersebut.

Salah se,rang pengeritik Max Weber jang membitjaraken karja­

nja setjara pandjang lebar dan mendalam adalah Felix Rachfahl. Di­

dalal'll sebuah tulisan jang berdjudul "Kapi talisme dan Calvinisme"

(Kapitalismas und Ka1vinismus) dia antara lain mongsritik gagasan

Weber tentang motiva~i etik agarna (Etik Protestan) didalam proses

perabangunan ekonomi sebagaa sesuaea hal jang "dubious", jai~ samar2

dan tidak dapat dl~uktikan dengan pasti. Sungguhpun demikian, dalam

bahasa jang lain tapi dalam nada jang sarna sebenarnja Rachfahl sedi­

kit banjaknja sepe ndapat dengan Weber. Ea1 ini dj.elas kelihatan da­

lam urai.'annj a bahwa di sampi ng adanja kelemahan2 tartentu ,rJpanja

Protestantismemasih mempunjai pengaruh jangmemberi kegairahan

didalam tingkah 1aku ekonomi para renganutnja. Ini berlainan dengan

agama Katholik jang dianggapnja mempunjai ,engaruh sebaliknja.

Banjak dari pembatja2 Max We.er lainnja jang djuga mendjadi

pengeritik2 dia seperti H.E. Barnes, Lujo Brentano, dan R.E. Tawney.

Tetapi, sebagaimana dikemukakan o1eh Kurt Samuelson, merekapun sedikit

banjaknja masih dapat menerimasebahagian dari teori dan analisa Max

Weber dengan dja1an memberikan beberapa tjata~an terten1u sehingga

menimbulkan variasi2 \aru abae teo:.i dan analisa i tu sendiri. Pa,liner~"h.

kurang mereka dapa t menerima Lahwa Max Weber telah me ngemukakan se-

Page 8: PERKEMBANGAN EKONOMI · 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI (oleh Alfian I t I. LEKNAS Lembaga Ekonomi dan Kemasiarakatan Nasionaa Djakarta, 1970

'.:

. : ~:..

5suatu jang IIpl ausi bl e " , jaitu sesuatu jang ddanggap mempunjai unsur2

kebenaran walaupun tidak samasekali benar, I'fD.lngkinrnenurut pandangan

para pengeritik tersebut Webef se~ing mengemukakan t.~brinja melalui

generalisasi2 jang setjara ilrniah sukaruntuk di~ertahggung djawabkan/I

dibuktikan, tetapi intisari dari gagasan2nja mereka anggap masib da-

pat dipertahankan.

VI

~isamping terdapatnja pengeritik2 jang rnasih dapat menerima

sebahagian dari teori dan a.nalisa Max Weber, ada pula beberapa ahli

(dalam djumlah jang mungkin Lebf h ketji1) jang sarnasekali menolaknja.

Salah seorang diantaranja adalah ahli sedjarah ekonomi Swedia jang

telah kita s~but diatas, Kurt Samuels~n, dari hasil karja siapa tuli­

san singkat 1ni banjak beladjar. Menurut dia, didalam bukunja

Religion and Economic Action: A Critique of Max Weber (terdjemahan

dari 'bahaaa Swedia, 1961), pada dasarnja. baik Pr-o te s'tan ma.Pun Katho­

1ik. bilamana berhubungan dengan masalah2 perekonomian, keduanja. so­

benarnja. iertudjuan tidak lain tidak bukan adalah membawahi dunia

usaha dan perdagangan dengan norma moral Kristen jang keras dan ketat

jang de ngan sendirinja lebih memungkinkan untuk menghalangi atau meng­

hambat dunia uaaha dan pez-dagangan tez-sebu t , Da.Lam hal 1m, baS.k

Calvin, Saint Paul, Saint Aguatinus roaupun Saint Thomas (Atuinas) ti~

dak mungkin per-nah ~erbeda pendapa t ,

~engan lain perkataan Kurt Samuelson berpendapat bahwa Etik

Protestan atau unsur agama boleh dikatakan tidak mempunjai hu••ngan

apa2 de ngan proses pez-kembangan ekonomi dh:mQ..1Barat dari dulu sampei

sekarang. Perkembangan tersebut di1ihatnja sabagai a.ki~at langsung

dari "Mercantilisme", "the .Enlightenment", .llJ)arwinisma", dan "Liiera­

lisma Ekonomi lJ jang semuanja bukanlah barang pindjaman dar! ProtestaD­

ieme maupun dari Puritanisme, melainkan elemen2 tersendiri jang ter­

pisah dari kepertjajaan agama•

VIr

ICala.u ki ta tjoba menghubungkan teori Max 'vreber diatas dengan

Page 9: PERKEMBANGAN EKONOMI · 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI (oleh Alfian I t I. LEKNAS Lembaga Ekonomi dan Kemasiarakatan Nasionaa Djakarta, 1970

6

kenjataan tingkah laku akonomi kaum Protestan di Indonesia, kita sen-.dilfipnm mung~in mempunj ai beberapa pertanjaan atas kebenaran teori

tersebut. Kalau ki ta perhatikan tingkah Laku ekonomi suku Batak jang. .

beragama Protestan mungkin sedikit banjaknja kita akan menarik kesim:..

pulan bahwa rupanja me mang ada unsurz kebenaran dari .analisa Max Weber

, i tu. Tetapj. ~ kalatt kita lajahgkan perhatian ki ta kepada suku2 Ambon

dan Menado jang dj~ga beragama Protestah maka kita akan mengalami ke­

sukaran untuk dapat mentjari hal2 jang iapat menjokong pendapatnjai,

Berbeda dengan orang2 Bat~~ Protestan, erang2 Menado dan Ambon Pr.-

testan kelihatannja djauh kurang berhasil dalam dunia usaha danda­

gang, terutama dalam berkompetisidengan suka2 atau g~longan ras lain

seperti Minangkabau, Bugis, T.ionghoa dan Arab.

Kenjataan ini menimbulkan pertanjaan apakah tidak mungkin ke­

berlainan tingkah laku ekonomi antara pem~luk2 agama Protestan dari

berbagai suku tersebut disebabkan oleh faktor2 lain seperti pengaruh

adat istiadat masing2 daerah, pengaruh alam jang b~rlainan, perbedaan

dalamtj,orak struktur kekuaaaan s&tempat, hadir atau tidak hadirnja

saingan2 ),erat dari Sotk.u2 atau golongan ras lainnja? Ataukah mungkin

pula disebabkan oleh adanjaperbedaan jang djelas dalam ketaatan ang­

gauta masing2 auku terhadap agama mereka - apakah orang2 Batak mungkin

lebih taat dari orang2 Ambon dan Menado -mtaukah sebaliknja? Ataukah

memang agama Protestan tidak mempunjai pengaruh apa2 samasekali ter­

hadap tingkah laku ekonomi penganutnja? Sejogjanjalah kalau perta­

njaa,n2 im ki ta sediakan) buat para ahli SOGiologi agama untuk meneli­

tinja lebih landjut.

VIII

Ditindjau dari segi lain, teari Max Weber sering pula dikritik

orang karena dibeberapa tempat dimana agama Protestan tidak ada atau

tidak berkembang masjarakat2nja toh masih bisa madju. ]emikianlah

umpamanja kenjataan jang dialami oleh Djepang dalam proses perkembangan

eko noaf nja baik sebelum maupun se sudah Perang Duma II. Menurut pen­

dapat beberapa ahli unsur2 "kerdja keras" dan "hemab" jang sering di;'"

kai tkan tengan Etik Protestan i tu djuga me:rupakan sifat2 jang dihajati

Page 10: PERKEMBANGAN EKONOMI · 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI (oleh Alfian I t I. LEKNAS Lembaga Ekonomi dan Kemasiarakatan Nasionaa Djakarta, 1970

7oleh bangsa Djepang. Kalau memang demikian halnja, apa jang diselut

unsur2 ~tik Pr.testan tidak hanja terbatas didalam agama itu sadja.

Mereka mungkin sadja bisa di teJI!Ui, seperti di Djepang, didalam agama2

atau kebudajaan2 lain didunia im. Sedjalan de ngan im suatu peneli­

tian jang sungguh2 dan tjermat mengenai pengaru~agama lain seperti

Hindu-Budha dan Islam terhadap tingkah laku ekonomi pev5anut2nja

mungkin bisa mendapat tempat jang lajak dari ahli2 sosiol.gi agama.

Sedjauh ~engetahuan kita studi jang sungguh2 dan teliti menge­

nai pengaruh Islam atas tingkah laku ekcnomi pemeluk2nja masih dja­

rang sekal.d , kalaulah ada. Lni mungkin ada hubungannja dengan kenja-

taan. bahwa urnumnja masjarakat2 jang ber-agama Islam

belum pernah'.engalami proses perkembangan ekonomi sebaik dan sepesat

beberapa masjarakat jang beragama lain. Lbeberapa

Kenjataan im rupanja telah me njukar-kan para ahli jang berminat untuk

mempeladjari h.bungan antara agama ini dengan proses perkembangan

perekonomian, terutama karena apa jang mungkin mereka temukan sebagai

unsur2 Etik Islam jang setjar~ ideal dan harfiah terkandung didalam

adjaran agama tersebut, didalam kenjataan kehidupan masjarakat sehari­

hari tidak terlihat samasekali -atau sedikit sekali dibajati. Ataukah

memang mereka tidak menemukannja samasekali - baikse-tjara ideal,

harfiah maupun dalam kenjataan hf.dup maaj ar-aka s Islam i tu~endiri ­

tetapi mereka segan untuk mengemukakannja?

IX

Sungguhpun demikian halnja tidaklah aeberapa mengohawatirkan.

Beberapa ahli ilmu sosial jang mempeladjari masjarakat2 Islam atau

negara~ jang mempunjai sedjumlah be san penduduk beragama ini paling

kurang men~joba setjara garis besarnja menundjukkan bal2 tertentu dart

pengaruh kepertjajaan bawaan Nabi Mahammad Lni, terhadap tingkah laku

ekonomi pengan~t2nja. Dari tuliaan2 jang tidak konklusif seperti itu

kita sedikit banjak akan rlapat beladjar.

Beberapa bulan jang lalu saorang ahli sosiologi dari Harvard

Univerait.Y, Hanna Papanek, didalam sabuab seminar jang diselengearakan

oleh Lembaga Ekonomi dan Kemasjarakatan Nasional (LEKNAS) mengemukakan

Page 11: PERKEMBANGAN EKONOMI · 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI (oleh Alfian I t I. LEKNAS Lembaga Ekonomi dan Kemasiarakatan Nasionaa Djakarta, 1970

8bebarapa hal jang menarik mengenai djalahnja proses perkembangan eko­

nomi Pakistan. Menurut dia proses pezkembangan ekonomi negara i t'a

ditahun lima puluhan dan sebahagian dari .tahun enam puluhan antara

. lain sangat di tandai oLeh kehadiran sedjurnlah ketjil pengueahaz ,

bankir2, dan industrialis2 kaliber besat. Menurut seb~ah perkiraan,

6~~ dari seluruh modal perindustrian berada ditangan 20 kaluarga.

Disamping itu, djumlah keluarga jang sangat ketjil ini meng~asai pula

80% dari perusahaan2 Bank, 97% dari perusahaan2 asuransi; dan se­

bahagian dad mer-eka terlihat pula sebaga~ "partner" dari beberapa

perl:lsahaan asa ng, rolenuru t Hanna Papanek segeli ntir "entrepreneurs"

kaliber gElde inikebahjakah data.ng d~:ri dua. suku bangsa jang djumlah

keturunannja terbatas sekali di Pakistan. Dua suku bangsa jang aa~

nga t minori tas •

Pengalaman Pakistan diatas menarik perhatian ki ta karena Islam

merupakan agame, kebanjakan anggau ta mas j araka t disana. Dari penga­

laman tel'sebut djelas kelihatan pez-badaan tingkah Laku ekonomi, a.ntara

dua sukubangsa rninoritas jang berbasil mendjadi pengusaha2 dan indua­

trialis2 besar dengan 6ukubangsa2 janglain walaupun agama jang mereka

peluk adalah sarna, jaitu Islam. ~alam hal ini sematjam kesedjaijaranr

mungkin terlihat antara pengalaman ~emeluk agama Islam di Pakistan

tersebut dengan pe~alaman penganut agama Protestan di Indonesia (per­

bedaan antara auk-a. Batak disatu pibak, dengan suku2 Menado dan Ambon

dilain pihak) sebagaimana telab ki·ta kemukakan diatas.

Kalau tidak salah, Hanna Papanek psrnah mengemukakan bahwa ke­

giatan ekonomi ke dua sukubangsa jang berhasil di Pakistan i tu sukar

dihubungkan setjara langsung dengan ada atau tidaknja pengaruh unsur2

agama. Paling banjak, katanja, ~gama sering dipakai guna membenarkan

apa jang telah mereka tjapai setjara ekonomi, karena mereka tidak mau

dianggap berbuat sesuatu jang bertentangan dengan adjaran2 I~lam.

Djelasnja, agama rupanja lebih kurang dipakai sebagai faktor pendorong,

kalaulah ada, untnk berbuat sesnatu (bekerdja keras dan berhemat), te­tapi lebih banjak diperguncl<an untuk membenarkan (menghalalkan) S6suatu

jang telah diperbuat.

Page 12: PERKEMBANGAN EKONOMI · 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI (oleh Alfian I t I. LEKNAS Lembaga Ekonomi dan Kemasiarakatan Nasionaa Djakarta, 1970

9x

Di Indonesia, Islam sering pula dihubungkan dengan kaum pedagang

dan penguaaha , Kedatangan dan proses perkembangan agama im disini

diperkirakan banjak tergantung pada kegiatan pedagang2 Islam. Mula­

nja mereka menguasai kota2 pantad dan dae~ah pesisir dari NUsantara

ini dari mana mereka menjusup kedalam untuk berusaba meng-Islam-kan

mereka. jang tingga.l dipedalaman. Proses im tiaa.k selalu berdjalan

denga.n ~entram dan damai, disana sini sering pula membawa perkelahian

dan pertumJ'ahan daz-ah, Disamping itu, proses tersebut boleh dikatak8ll1

barbasil dalam meng-'Islamkan keban.jakan pe ndaduk gugusan pulau2 ini

setjara nominal dan statistik, tetapi setjal'a "intrinsic" nilei ke­

pertjaja.an mereka terhadap Islam berbeda-beda sesuai dengan teba.l ti­

pianja warna pengarah norma2 kebudajaan serta adat istiadat mereka.

Menurut Clifford Geertz dalam masjarakat Djawa perbedaan nilai

kepertjajaen ini banjak mempengarubi tingkah laku kebidupan sosial

mereka. jang lambat la... nmendjurus kepada tiga pola tertentu, jait.

santri, a.bangan, dan,prijaji. Menurut Geertz pula, pol~2 jang sama

walaupun dalam be ntak dan peri·mbangan jang· agak berlai nan te1'Ul.l'Jl~

pula di-masjarakat2 jang bersuku lain di Indonesia. Disana-sir,d pen­

dapat ahli anthropologi Amerika ini mempunjai kelemahan2, dan oleh

karena i tu sering mendjadi sasaran empuk bagi pengeri-iik2nj§,. Buat

keperluan kita dalam tulisan ini jang penting bukanlab mentjari benar

atau salahnja Geertz,' tetapi hanja sekedar mengemukakan bahwa pengaru.

agama Islam terhadap tingkah laku sO$ial dan ekonomi pemeluk2nja di

Lndone sd a , sebagaimana djuga berlaku dinegara-negara lain, ber-beda2.

Dalambentuk lain pendapat im sebenarnja s-Adah dikemukakan djauh se­

bclum Gee~tz oleh ahli2 Belandaseperti Sno~ck Hurgron~e dan jang lain.

Bahkan istilah2'santri, abangan, dan prijaji dalam arti jang lebih ~

rang sarna dengan maksud pemakaian Geertz sudah pernah dikemukakan dan

ditulis beberapa ahli Belanda tersebut puluhan tahun jang lalu.

Bust keperluan kita pembatacan jang oleh sebahagian ahli masih

dianggap samar2 (dubious) itu mungkin akan lebih memudahkan tulisan

ini dalam mendekati permasalahan jang kendak kita peladjari. ~ngan

lain perkataan, setjara garis besarnja jangkita maksud dengan golongan

Page 13: PERKEMBANGAN EKONOMI · 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI (oleh Alfian I t I. LEKNAS Lembaga Ekonomi dan Kemasiarakatan Nasionaa Djakarta, 1970

\.

. ~"

10

atau kaum Islam diaini lebih kurang ialah mereka jang dapat dianggap

dalam istilah dia taa sebagai golongan santri,· jai tu mer-oka jang l'61a­

tif lebih banjak terpengaruh oleh adjaran2 agama mereka dalam ~ingkah

1 aku Inereka sahari-hari. Sungguhpun demikian, walaupun mereka semua

sudah dikelompokkan kedalam aatu golongan tertentu (santri) kita mak­

lumi bahwa sebenarnja merekapun masih mempunjai perbedaan2 pula. An~

tara lain perbedaan itu terlihat dalam tingkat ketaatan mereka., dalam

aliran agama (moderen atauka.h tradisionll) jang mereka ikuti~ dalam

suku asal keturunan mereka dan sebagainja.

XI

Dalam literatur jang kita batja dapat kita peladjari beberapa

hal mengenai kaum santri ini. Salah satu daripadanja ialah gagasan

bahwa mereka berhasil mendjadi pemilik2 tanah dan sawah jang relatif

luas dipedesaan, dan oleh karena i tu menurut ukuran setempat sebaha­

gian dari mereka termasuk orang2 jang relatif borada atau kaja.

Idlain pihak, mereka jang tergolong kedalam kaum abangan banjak jang\

tidak mempunjai tanah atau sawah, dan karena itu kehidupan mereka \a-

njak tergantung pada pemilik2 tanah/sawah jang luas sebagai apa jang

lazim disebut "buruh tani ". Kontras sosial-ekonomi jang djelas im

sering mendjurus kepada tingkah laku politik jang radikal jang meng­

akibatkan pertentangan tadjam antara santri dan abangan.

r.a:ondjelang peristhra 30 September 1965 hal ini aanga t djelas terlihat

dipulau Djawa.

Ditempai-tempat lain diluar pulau Djawa kontras sosial-ekonomi

jang sedemikian njata boleh dikatakan kurang, antara lain kerena hak\

milik tanah djauh lebih merata dikalangan anggauta masjarakat. Demi-

kianlah umpamanja kita temui kesukaran untuk benar2 dapat membagi ma­

sjarakat Minangkabau kedalam pola santri-abangan sepcrti di Djawa.

Kesukaran jang sarna djtiga terlihat didalam masjarakat Atjeh. Salak

satu kesedjadjaran jang mungkin bisa ditarik antara ma~jarakat Dja~a

dankedua masjarakat Sumatera tersebut ialah perbcdaan antara santri

(kijai) dan pr~jaji di Djawa dengan ulama dan pemuka adatdi Minang-

kabau dan Atjeh.

Page 14: PERKEMBANGAN EKONOMI · 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI (oleh Alfian I t I. LEKNAS Lembaga Ekonomi dan Kemasiarakatan Nasionaa Djakarta, 1970

11

Disamping tjata~an2 diatas dan beberapa h~. lain, gagasan lahwa

sebahagian dari golongan santri dipedesaan telah berbasil mendjadi pe­

milik2 tanah!sawah jang relatif luas rupanja mempunjai unsur2 keb~na­

ran. Sungguhpun demikian, kenjataan bahwa teknik pertanian mereka

boleh dikatakan tidak berubah-ubah sebingga produktivitas sebidang

tanab jang digarap tidak mcngafami, penambahari/perd ngka tan hasil me­

nempatkan ki ta pada sua tu kc sukaran untuk be-v.l12 dapa t menilai daja

kreativitas santri2 patani tersebut. Walaupun mungkin terdjadi per­

geseran atau pemindahan dalam 'pemilikan tanah!sawah, kenjataan bahwa

tanah2!sawah2 tersebut umumnja masih tetap menghasilkan panen dalam

djumlah jang lebih kurang sarna tidaklah menundjukkan suatu proses per­

kembangan ekonomi dalam axti kata jang sebenarnja. Geredja Ka"holik

d.i zaman pertengahan Eropa, ''Medieval Europe~' antara lain terkenal dengan

hak.;milik tanahnja jang luas.Tetapi sebagaimana ki ta ke tahuf i ...-.1

bukanlah suatu pertanda kemadjuan ekonomi zaman i tu , mal.ahan sering

dipakai orang untuk mendjelaskan hal jang sebaliknja. Proses kema­

djuan ekonomi Eropa, sebagaimana telab kita batja pada permulaan tu­

lisan ~ni, sering dihubungkan dengan keberhasilan sedjumlah orang me­

ninggalkan tradisi mereka sebagai pekerdja2 tangan atau sebagai petaDi,

dengan djalan berpindah kebidang lain terutama perindustrian.

Di sampi ng i t-.l, sungguhpun mungki n be tul bahwa sebahagi an san­

tri2 patani di Indonesia berusaha berhemat dan mcngumpulkan uang, se­

ring hal sematjam i tu dilakukan karena keinginan dan hasrat untuk me­

nunaikan rukun Islam kelima, naikhaddi ke Mekah, bukanlah buat meng­

umpul.kan kapf tal guna me.ngembangkan bidang usaha mereka , Babkan ada

beberapa kasus jar,tg menundjukkan bahwa untuk keperluan pergi saik

hadji tersebut be bez-apa orang dari mer-eke aampaf beranimendjua.l se­

bahagian besar harta benda mer-oka - termasuk tanah dan sawah - tanpa

me ngd nga t kepentingan perekonomian mereka jang mungkin akan sangat

Bukar sekembali dari tanah sutji nanti.

Pengetahuan kita jang terbatas in! rtil'anja lebih tjenderung me­

nundjukk~n bahwa kalaulah memang ada unsur2 agama (Etik Islam atau Etik

Santri) jang mendorong para santri petani dipedesaaan untuk berhemat

dan bekerdja keras, kelihatannja hal itu Iebih banjak dise_abkan oleh

Page 15: PERKEMBANGAN EKONOMI · 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI (oleh Alfian I t I. LEKNAS Lembaga Ekonomi dan Kemasiarakatan Nasionaa Djakarta, 1970

c:

12

keinginan untuk mernenuhi kewadjiban agama terutama pe~gi naik hadji

ke Mekah, daripada oleh keinginan untuk meningkatkanatau rnengernbang­

ken bidang usahakedjurusan lain jang mungkin djauh lebih rnenguntung­

kan. Dalam hal inidan ditindjau dari segi ilmu ekonorni semata, mung~

ki n kiranja dapa t dimengerti kalau ada sedjumlah ahl i, jang' mengeri tik

bahwa sering pada prakteknja tingkah laku ekonomi sebahagian santri

petani kelihatan kuran sionil. Sebegalmana kita'ketahui rasiona1k

iame merupakan salah satu unsur penting dalarn prosespembangunan ekc­

nomi , '

XII

Berandjak dari santri2 petani dipedeaaan perhatian kite dialih­

kan kepada aantri2 pengusaha atau "entrepreneur" dikota-kota d.i ''urban

areas".' Didalarn autobiografinja, Kenang2an (1936), Aohrna,i Djajadi­

ningrat sampai merasa perlu menulis sebuah episode sampingan mengenai

suatu keluarga santri (hadji) jang Derhasil mendjadi' keluargapengusaha

jang l~majan. Antara lain jang rupanja amat menarik perhatian bakas

Regent BataTia itu ia1ah keradjinan dan ketekunan bekerdj~ keluarga

sarttri pengusaha i tu ,

Beberapa waktu sebelum Perang Dunia II, seorang wartawan ke­

namaan dizamannja, Parada Harahap, berkesempatan mempeladjari santri2

pengusaha rokok kretek di Kudus. Didalam bukunja Indonesia Sekarang

(1952) dia antara lain me nj ampaikan hasil penindjauannja disana dalam

nada bahasa jang sangat optimist Begitu terpesona dia oleh tingkat

keberhasilan perusahaan2 rokok kretek kepunjaan para santri itu 6e­

hingga dia sampai pada kesimpulan bahwa bangsa Indonesia as1ipun mem­

punjai kemampuan untuk bergerak dibidang perusahaan2 besar - mendjadi

pengusaha2 gede. Menurut Lance Caatles didalam bukunja mengenai per­

usahaan rokok kretek di Kudus, P~rada Harah1p telah menemukan beberap&

tjiri "purd bam sme " (dalam artikata tjiri2 jang sematjam dengan unwr2

jang terkandung didalam Etik Protestan) jang djuga hidup dikalangan

santri2 pengusaha kretek disa.na. Antara lain dia mentjatat tingkah­

laku hidup mereka jang sangat ekonomis, jaitu hemat dalam memakai uang

dan penuh kesederhanaan dalam ber-pakai an, J)ibalik "facade" jang dja.uh

Page 16: PERKEMBANGAN EKONOMI · 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI (oleh Alfian I t I. LEKNAS Lembaga Ekonomi dan Kemasiarakatan Nasionaa Djakarta, 1970

13dari kemewahan itu rupanja tersembunji suatu potertsi dan kemampuan be­

sar jang memungki nkanmer-elca urrtuk berbuat 1ebih banjak dan lebih djauh.

Inilah antara lain jang telah rnenjebabkan mereka mendjadi "entrepre­

neurs" jang boleh dikatakan relatif bs.r-hasdL, Ape jang kiranja berlar

ku bagi santri2 pen~saha rokok kretek sedikit banj~{nja .erlaku pula

bagi mereka jang bergerak dibidang usaha lain seperti batik dan per­

dagangan.

, Kalau Aohmad Djajadiriingrat dan Parada Harahap kelihatan meraaa

sangat optimis dengan tjerita keberhasilan santri2 pengusaha jang me­

reka ketahui dan peladjari, kedjadian2 lain mengadjak kita untuk tidak

menerima ortimisme jang demikian setjara begitu sadja.

Kedjadian2 itu kalau1ah tidak menjangsikan optimisme dimaksud, paling

sediki t menundjukkan adanja kelemahana jang sungguh2 daripadanja •

. XIII

Salah satu kedjadian jang perlu di tjatatdan dipeladjari adalah

kelahirnn Sarekat Dagang Islam jang kemudian djadi Sarekat Islam di­

tahun 1911. Kelahiran organisasi ini sering dihubungkan dengan pez-a­

saan chawatir pengusaha2 dan pedagang2 Islam jang merasa saingan go­

longan T.ionghoa (Tjina) mendjadi semakin berat dari hari kehari.

Walaupun aohirnja unsur kechawatiran ini hanjalah merupakan salah

satu faktor dari perkembangan Sarekat Islam jang begitu ~esat ditahun­

tahun \erikutnja, namun dia tetap mewarnai tingkah-laku sedjum1ah

penting para anggautanja setjara menondjol. Demikianlah, antara lain,

ditahun 1918 warna iui sedemikian menondjolnja ~ikota Kudus sehingga

menimbu1kan suatu huruhara anti 'I'ionghoa jang mengardkan , Huruhara.{ .

tersebut katanja memakan korban 8 orang Tionghoa mati terbunuh dan

kira2 50 buah rumah/toko mereka hantjur dimakan api, s8dangkan dipihak

jang di'iuduh mentjetuskannja (kaum Sarekat Islam) 15 orang di tangkap

dari djum1ah mana 61 orang didjatuhihukuman dari 9 bulan sampai 15'1ahun.

Salah satu sebab dari huruhara tersebut jang mungki n sukar un­

tuk dipungkiri ia1ah perasaan ohawatir jang rupanja sudah mentjapai

Page 17: PERKEMBANGAN EKONOMI · 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI (oleh Alfian I t I. LEKNAS Lembaga Ekonomi dan Kemasiarakatan Nasionaa Djakarta, 1970

14atau mendekati titik keputus-asaan atas saingan pongusaha2 dan peda­

gang2 T:i:onghoa jang dirasakan semakin sangat me nde sak , Menurut se­

orang 8,hli, The SiallI'vr Giap1 huruhara Kudus ter-sebub aebahagi an mung­

kin d.apat didjelaskan oleh kenjataan bahwa organisasi perdagangan

go'Lo ngan 'I'ionghoa' jang ,ljauh lebih teratur, dan karenanja berkwali tas

lebih tinggi, setjara berangsur-angsur menjusupi dunia perdagangan dan

uaaha dikota itu dengan litjin dan lantjarnja ae hi ngga satu per-sa tu

dari bidang gerak - terutama perusahaan rokok kretek ~ kaum santri

pengu~aha djatuh ketangan merek~ atau terpaksa gulung tikar karena

tidak mampu bersaing.

Ketidak marnpuan kaum santri pengusaha dan pedagang .ersaing de­

ngan golongan T.ionghoa telahmengadjak mereka untuk memakai tjara po­

Ii tik, dan bahkan tjara kekerasan, seperti diatas guna sekedar me nahan

arus penjusupan pedagang2 jang mempunjai warna kulit, agama, dan ke­

budajaan jang sangat berlainan. Terlepas dari setud~u atau tidak de­

ngan tjara dan maksud tersebut, kenjataan jang tidak dapat dielakkan/

ialah bahwa kaum santri pengusaha masih berada dibelakang pengusaha2

Tionghoa. ~ngkah laku ekonomi mereka rupanja masih belum bisa me­

'nandingi jang dipunja.i oleh golongan Tionghoa~

Salah satu tjiri jang kita lihat dari santri2 pengusaha ialah

ketjenderungan dimana mereka umumnja tidak mempunjai kemampuan untuk

ke1uar dari perusahaan atau perdagangan ketjil dan menengah mendjadi

~engusaha2 kaliber besar. Seorang ahli Belanda konamaan, Wertheim,f •

tidak melihat kemungkinan kaum santri pengusaha itu ~ntuk mendjadi le-

bib besar d.ardpada pengusaha2 ketjil - "petty traders". Berdasarkan

ini dia berpendapat bahwa proses pembangunan ekonomi Indonesia tidak

mungki n dapa t diandalkan pada kaum santri tersebut. Sebagai a1 terna~.

tif Wertheim melihat kepada kaum "prijaji" jang dihararkan akan dapat

diarahkan untuk mendjadi klas administrator jang cfisien untuk mengatur

djalan proses pembangunan ekonomi. (Antara lain lihat bukunja~

West Parallels, 1964).

)alam sebua.h seminar mengenai "Agama dan Entrepreneurshipll jang

diselenggarakan 01eh LEKNAS pada tanggal 29 Maret 1970 jang lalu,

Lance Castles antara lain mengemukakan hasil studinja mengenai santri2

Page 18: PERKEMBANGAN EKONOMI · 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI (oleh Alfian I t I. LEKNAS Lembaga Ekonomi dan Kemasiarakatan Nasionaa Djakarta, 1970

15

pengusaha rokok kretek di Kudus. Sebagaimana Wertheim dia djuga me­

J.ihat bahwa dari dulu sampad sekarang santri2 pc ngus aha rupanja me ...

mang tidak mempunjai k0mampuan un~k keluar dari lingkungan mereka

sebagai pengusaha2 ketjil dan men""ngah.

Menurut .dia hal itu terutama ltisebabkan oleh karena para santri ter­

sebut terlalu individualistis sehingga tidak memungkinkan mereka ber­

kembang lebih landjut mendjadi pengusaha2 besar. Antara lain hal ituI

disebabkan oleh karena para santri tidak mempunjai keberanian untuk,

roelebarkan perusahaan mereka roelebihi apa jang dapat mereka kontrol

setjara l~ngsung. nengan perk~tAan lain rnereka kurang mernpunjai sifat

spekulasi untuk rnelebarkan sajap mereka kedalarn bentuk perusahaan jang

me makaf tataiijarR. dan organisasi moderen - type "modern oor-por-atd ons ",

Berdasarkan ini Lance Castles berpendapat bahwa kalaulah ada unsur2

Etik Santri jang merangsang mereka untuk mendjadi pengusaha dan peda­

gang, unsur2 tersebut rupanja hanja merangsang dan mendorong mereka

tid~k terlalu djauh, hanja sampai mendjadi pengusaha/pedagang ketjil

dan menengah.

nilain pihak, Lanoe Castles berbeda pendapat dengan Wertheim

mengenai kemungkinan peranan kaum "pri jaji".. Berdasarkan peneli tian­

nja Lance Castles mengeroukakan bahwa Relipatannja agak sukar bagi ke­

budadaan prijaji untuk dapa t menimbulkan sematjam etik birokrasi jang

dapat merangsang proses p0rban~~n~n ekonomi sebag2~mana dibajangkan

01eb Wertheim. Eaik kaum santri maupun kaum prijaji rupanja mempunjai

kesukaran2 tcrsendiri urrtuk mendjadirnotor pe ndor-ong proses pernbangunan ,

Dari keduanj a , Lance Castles me.ngemukakan bahwa kalaulah ada etik biro-

krasi kaum prijaji mungkin akan menimbulkan akibat jang djauh lebih

parah terhadap pembangunan ekonomi.

XIV

Sampai dicini mungkin kita sudah melihat ketjenderungan jang a.da

didalam santri petani dipedesaan dan santri pengnsaha didaerah kota.

Kedua type santri ini bolen dikatakan relatif lobih berhasil dalam bi­

dang usaha mereka djika dibandingkan dengan golongan a~li lain didalam

masjarakat. Tetapi keberhasilan mereka i tu sangat terbatas , sehingga

Page 19: PERKEMBANGAN EKONOMI · 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI (oleh Alfian I t I. LEKNAS Lembaga Ekonomi dan Kemasiarakatan Nasionaa Djakarta, 1970

16

sedikit sekalilah artinja, kalaulah ada, terhadap proses pembangunan!

ekonorni dalam arti katajang sebenarnja. Keterbatasan itu antara +ain

disinjalir disebabkan olen karena tjiri Etik Santri jang mereka punjai

sangat bersifat individualistis. Disamping i tu ada pula jang melihat

bahwa keterbatasan itu mungkin disebabkan oleh kurang hidupnja sifat

"rasionalisme", terutarna dikalangan santri pe/tani. Adjaran2 agama

jang membatasi ruang gerak atau tingkah-laku ekonomi para santri se­

perti persoalan masalah "r-Lba" atau pembungaan uang diperkirakan tu­

rut mempengaruhi pula. Selandjutnja, sebagaimana telah kita lihat di-,

kalangan pemeluk agama Protestan di Indonesia, tingkah-laku ekonomi

Muslim 1finangkabau kalinatan berbeda dengan Muslim Sunda, Madura,

.Lampung, atau Bangkulu, sebagaimana dapat dilihat dari berhasil atau

tidaknja mez-eka didunia uaaha dan dagang . Dalam hal ini pertanjaan

jang sarna dapat kita adjukan~ jaitu apakah perbedaan ketaatan, penga­

ruh alam jang berbeda, keberlainan dalam struktur dan kebidjaksanaan

penguasa setempat, perbedaan tingkat pendidikan dan sebagainja - sistem

nilai2 jang berlaku - ielah menimbtilkan perbedaan2 sematjam itu ?

Dengan lain perkataan, agama dengan etiknja mungkin bukanlah suatu

faktor penentu, tetapi merupakan faktor jang memperkuat sistem nilai2

tersebut, sehingga lebih tepat dianggap sebagai "intervening variable".

Menurut seorang ahli sosiologi·Indonesia, Dr Mely Tan, dalarn menanggapi

pendapa t Lance Castles daf.am seminar "Agama dan Entrepreneurship" jang

disebut diatas, memang demikianlah kiranja hal jang sebenarnja dari

peranan agama dalam proses pembangunan ekonorni •

.A€ak berlainan, tetapi sedjalan dengan pe ndapaf i tu ialah buah

pikiran Arthur Lewis (lihat bukunja ~Theory of Economic Growth, 1955)jang mengemukakan bahwa agama bisa mendjadi penghalang atau sebaliknja

pendorong perkembangan ekonomi, tergantung pada pengaruhnja terhadap

ha12 ekonomi seperti penekanan pada nilai materil, kerdja, kehematan,

penanaman modal setjara menguntungkan dan sebagainja. Dalam suasana

pembangunan seperti sekarang ini buah pikiran sematjam i tu rupanja

perlu diteruskan kepada ahli2 dan pemuka2 agama, baik Islam, PIDtestan,

Katholik, maupun jang lain agar supaja mereka dapat menentukan pilihan

mereka dan dengan itu membimbing massa mereka masing2.

Djakarta, 28 Mei 1970.

rems.-

Page 20: PERKEMBANGAN EKONOMI · 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI (oleh Alfian I t I. LEKNAS Lembaga Ekonomi dan Kemasiarakatan Nasionaa Djakarta, 1970

1. Alfian.

Mili ter dan P,?J.j. til~ (Pengakaman Bebezapa Negara).

Djakarta, LE~JAS, 1969.

2. Alfiar,.

Perkemban~&1 Po~iJ}k DaJ.am Pemb&1~~lN?sional.

Djakarta, LE~JAS, 1970.

3• .Alfian.

Agama~ Masa}.f1'A ;Perkembangan Ekonom:i:..

Djakarta, LEKNAS, 1970.

4. Ufian."

Masalah Mental, Aliran Politik, ~~~lisroe Dalam

Masjarakat Indonep~."

Djakarta, LE~US, 1970.

5. Djiwandono, Josep Soed.:radjad.

Masalab. Eko110mi .... fu3uangan ~ Pembaneu;tJ.an.

Djakarta, LEElU~S, 1969.

6. LE~rAS.

Memperkenalkan Penerbitan2 Ekonomi Baru. No. \1.

Djakar~a, LEKNAS, 1969.

7. Perpustakaan LE~JAS.

Dokumentasi LElaTAS 1 Agustus 1969 (Berisi Karang&1 Staf

LERlJAS - LIPI baik jang sudah maupun tidak diterbi tkan) ,

Karangan Mer:.genai Masalah Penduduk,

Djakarta, LEElJAS, 1969.

Page 21: PERKEMBANGAN EKONOMI · 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI (oleh Alfian I t I. LEKNAS Lembaga Ekonomi dan Kemasiarakatan Nasionaa Djakarta, 1970

--_......---_......_.......__........_------------------_._._------

2

/8. Por-pustakaan LEKNAS.

Dokumentasi LEKNAS 2 Maret 1970 (Berisi Karangan2 Staf

LEKNAS - LIPI baik jang sudah maupun tidak di terbi 'tkan.) ,

Karangan Mengenai Masalah Ekonomi Intornasiona1/Perda­

gangan Internasiona1.

Djakarta, LEKNAS, 1970.

9. Perpustakaan LEKNAS.

Dokumentasi LEICNAS? No. 3 April 1970. (""erisi Karangan2 Staf

LEKNAS - LIPI baik jang sudah maupun .jang tidak d.i terbi tkan)?

Naskah Mengenai Pendidikan.

Djakarta, LEKNAS? 1970.

10. Redmana, Han R~

Beborapa Persoa1an Penduduk di Indonesia o

Djakarta,LEK1;rAS? 1970.

11. Redmana, Han R.

Kebidjaksanaan jang Aktif Tentang 'I'oriaga Kordja dan Kobidjak­

sanaan Tontang Ko1obihan Tenaga Kordja (Activo Manpower and

Rodund.ancy Policies).

Djakarta, LEKNAS? 1970.

12. Siahaan, Luckman.

Export Problems of Indonesia.

Djakarta, LEKNAS? 1969.

Page 22: PERKEMBANGAN EKONOMI · 73-9L11906 AGAMA dan MA'SALAH PERKEMBANGAN EKONOMI (oleh Alfian I t I. LEKNAS Lembaga Ekonomi dan Kemasiarakatan Nasionaa Djakarta, 1970

13. Siahaan, Luckman.

Chock - Price Sobagai Alat Pondorong Export ~ Moninggikan

Mutu Barang2 Export.

Djakarta, LEKNAS, 1969.

14. Sirogar, Muchtarudin.

Boborapa Aspok Pombangw1an Pengangkutan.

Djakarta, LEK1LI\.S, 1969.

15. Sirogar, Muchtarudin.

Kumpu1an Karangan2 Pengangkutan. Vol. I.

Djakarta, LEKNAS, 1970.

16. Suharso.

k1gkatan Kerdja Sardjana di Sulawesi Selatan.

Djakarta, LEKNAS, 1969.

3