RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

23
RIS serta Perkembangan Politik dan Ekonomi pada Masa Demokrasi Liberal (1950- 1959) Disusun Oleh : ~ Asriadi Awaluddin ~ ~ ~ ~ ~

Transcript of RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

Page 1: RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

RIS serta Perkembangan Politik dan Ekonomi

pada Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)Disusun Oleh :~ Asriadi Awaluddin

~ ~ ~ ~ ~

Page 2: RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

Republik Indonesia Serikat (RIS)A. Latar belakang terbentuknya RIS

Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945 Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu Negara bekas jajahan masih dibawah kekuasaan Kerajaan Belanda , dengan alasan– Ketentuan Hukum InternasionalMenurut Hukum Internasional suatu wilayah yang diduduki sebelum statusnya tidak berubah, ini berarti bahwa Hindia-Belanda yang diduduki oleh Bala Tentara Jepang masih merupakan bagian dari Kerajaan Belanda, oleh karena itu setelah Jepang menyerah, maka kekuasaan di Hindia-Belanda adalah Kerajaan Belanda sebagai pemilik/penguasa semula.– Perjanjian PostdanYaitu pernjajian diadakan menjelang berakhirnya Perang Dunia II yang diadakan oleh Negara Sekutu dengan phak Jepang, Italia dan Jerman, perjanjian ini menetapkan bahwa setelah Perang Dunia II selesai, maka wilayah yang diduduki oleh ketiga Negara ini akan dikembalikan kepada penguasa semula.

Page 3: RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

Atas dasar perjanjian di atas, maka Belanda merasa memiliki kedaulatan atas Hindia-Belanda secara De Jure.Akibat adanya pandangan ini yang kemudian menimbulkan konflik senjata antara Tentara Rakyat Indonesia (TRI) dengan NICA pada tanggal 10 Nopember 1946 di Surabaya. Untuk mengakhiri konflik ini, maka diadakan perundingan antara Indonesia dengan Belanda pada tangga 25 Maret 1947 di Linggarjati (Perundingan Linggajati) yang antara lain menetapkan :

•Belanda mengakui RI berkuasa secara de facto atas Jawa, Madura dan Sumatra, di wilayah-wilayah lain yang berkuasa adalah Belanda.

•Belanda dan Indonesia akan bekerja sama membentuk RIS.

•Belanda dan Indonesia akan membentuk Uni Indonesia Belanda.

Republik Indonesia Serikat (RIS)

Page 4: RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

Republik Indonesia Serikat (RIS)Hasil perundingan ini sesungguhnya merugikan bangsa

Indonesia karena kedaulatan wilayah Indonesia semakin sempit. Selain itu, timbul penafsiran yang berbeda antara Belanda Indonesa mengenai soal Kedaulatan Indonesia-Belanda, yaitu :•Sebelum RIS terbentuk yang berdaulat menurut Belanda adalah Belanda, sehingga hubungan luar negeri/ Internasional hanya boleh dilakukan oleh Belanda.•Menurut Indonesia sebelum RIS terbentuk yang berdaulat adalah Indonesia, terutama Pulau Jawa, Madura dan Sumatra sehingga hubungan luar negeri juga boleh dilakukan oleh Indonesia.•Belanda meminta dibuat Polisi bersama, tetapi Indonesia menola

Dalam diktat Bewa Ragawino, akibat adanya penafsiran ini terjadi Agresi Militer I pada tanggal 21 Juli 1947 dan Agresi Militer II tanggal 19 Desember 1948.Menurut Indonesia, Belanda menyerbu dan melanggar wilayah Negara Republik Indonesia yang telah diakuinya sendiri sehingga hal tersebut diistilahkan dengan agresi.Sedangkan menurut Belanda terjadinya agresi militer Belanda adalah dalam rangka penertiban wilayah Kedaulatan Belanda.

Page 5: RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

Bentrok senjata Indonesia-Belanda ini kemudian dilerai oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan melakukan genjatan senjata serta dibuat suatu perundingan baru di atas Kapal Renville tahun 1948 (Perjanjian Renville) yang menetapkan :

•Belanda dianggap berdaulat penuh di seluruh Indonesia sampai terbentuk RIS.

•RIS mempunyai kedudukan sejajar dengan Belanda.

•RI hanya merupakan bagian RIS

Tindak lanjut dari Perjanjian Renville ini, maka pihak PBB merencanakan pengadaan Konferensi antara Negara Republik Indonesia dan Belanda guna membahas mengenai Republik Indonesia Serikat.Konferensi ini dinamakan Konferensi Meja Bundar (KMB) yang mana diadakan mulai tanggal 23 Agustus 1949 di S’Gravenhage (Den Haag).

Republik Indonesia Serikat (RIS)

Page 6: RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

Republik Indonesia Serikat (RIS) Terdapat tiga pihak yang terlibat dalam konferensi

ini, yaitu: Negara Republik Indonesia, BFO (Byeenkomst voor Federal Overleg) dan Belanda, serta sebuah komisi PBB untuk Indonesia. Pada tanggal 2 Nopember 1949, KMB menghasilkan beberapa kesepakatan, yaitu meliputi:

•Didirikannya Negara Republik Indonesia Serikat

•Penyerahan kedaulatan oleh Pemerintah Kerajaan Belanda kepada Pemerintah Negara RIS yang terdiri dari tiga persetujuan induk, yaitu:

•Piagam Pengakuan Kedaulatan oleh Pemerintah Kerajaan Belanda kepada Pemerintah Negara RIS

•Statut UNI

•Persetujuan Perpindahan

•Didirikannya UNI antara Negara RIS dengan kerajaan Belanda.

Page 7: RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

B. Keadaan RIS Dari tahun 1949 – 1950

•Republik Indonesia Serikat (RIS) yang merdeka dan berdaulat adalah Negara hukum demokratis yang berbentuk federal. RIS dlakukan oleh pemerintah federal bersama parlemen dan senat. Wilayahnya meliputi seluruh daerah Indonesia yang terdiri atas:

– Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Sumatera Timur dan Negara Sumatera Selatan.

•Kesatuan poltik yang berkebangsaan yaitu Jawa Tengah Bangka, Belitung, Riau, Kalimantan Barat, Dayak Besar, Banjar, Kalimantan Tenggara dan Kalimantan Timur.

•Daerah-daerah lain yang bukan daerah bagian.

Republik Indonesia Serikat (RIS)

Page 8: RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

Republik Indonesia Serikat (RIS)Gerakan pertama adalah aksi pengacauan oleh

Westerling di daerah Sumatera Utara, Sulawesi Selatan dan Bandung.Di Makasar terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Andi Azis yang semula menolak peleburan anggota-anggota KNIL ke dalam APRIS. Di Maluku Selatan, timbul pemberontakan pimpinan Dr. Soumokil, bekas jaksa agung NIT.

Persoalan lain yang dihadapi Pemerintah RIS adalah adanya desakan dari rakyat di beberapa Negara bagian untuk segera dapat bergabung dengan RIS dan mengubah bentuk Negara. Kebijaksanaan pemerintah dalam hal ini didasarkan pada konstitusi sementara yang terbentuk sebagai hasil persetujuan bersama, di mana pemerintah telah berjanji untuk menjalankan dan memelihara peraturan yang tercantum dalam konstitusi RIS.RIS juga dihadapkan pada persoalan keuangan Negara.

Page 9: RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

Sesuai dengan hasil keputusan KMB bahwa Repulik harus menanggung semua hutang, baik hutang dalam negeri maupun hutang luar negeri yang merupakan warisan dari pemerintah Hindia-Belanda. Untuk mengatasi kesulitan di bidang keuangan, RIS mengambil jalan:

•Mengadakan rasionalisasi dalam susunan Negara dan dalam badan-badan serta alat-alat pemerintahan.

•Menyelidiki secara lebih baik dan teliti mengenai anggaran Negara-negara bagian.

•Mengintensiveer pemungutan berbagai iuran dan cukai.

•Mengadakan pajak baru.

•Mengadakan pinjaman nasional.

Republik Indonesia Serikat (RIS)

Page 10: RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

Republik Indonesia Serikat (RIS)C. Akhir pemerintahan RIS

Negara RIS buatan Belanda tidak dapat bertahan lama karena muncul tuntutan-tuntutan untuk kembali ke dalam bentuk NKRI sebagai perwujudan dari cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.Gerakan menuju pembentukan NKRI mendapat dukungan yang kuat dari seluruh rakyat.Banyak Negara-negara bagian satu per satu menggabungkan diri dengan Negara bagian Republik Indonesia.Sehingga akhirnyapada akhir Maret 1950, hanya tersisa empat Negara bagian dalam RIS, yaitu Kalimantan Barat, Sumatera Barat, Negara Indonesia Timur, dan Republik Indonesia.Pada akhir April 1950, maka hanya Republik Indonesia yang tersisa dalam RIS.

Page 11: RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

Penggabungan Negara-negara bagian ke dalam RI menimbulkan persoalan baru khususnya dalam hubungan luar negeri.Hal ini karena RI hanya Negara bagian RIS, hubungan luar negeri yang berlangsung selama ini dilakukan oleh RIS.Sehingga peleburan Negara RIS ke dalam RI harus dihindari untuk menjamin kedaulatan negara.Solusinya adalah RIS harus menjelma menjadi RI, maka didakanlah rapat antara pemerintah RIS dan RI mengenai Negara kesatuan. Setelah rapat mengenai Pembagian daerah yang akan merupakan wilayah NKRI, maka pada tanggal 15 Agustus 1950 diadakan rapat gabungan yang terakhir dari DPR dan Senat RIS di mana dalam rapat ini akan dibicarakan “piagam pernyataan” terbentuknya NKRI oleh Presiden Soekarno. Setelah pembacaan piagam pernyataan terbentuknya NKRI, maka dengan demikian secara resmi Negara Kesatuan RI terbentuk kembali pada tanggal 17 Agustus 1950.

Republik Indonesia Serikat (RIS)

Page 12: RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

Perkembangan Politik dan Ekonomi Pada Masa Demokrasi LiberalA. Peristiwa politik

a) Ketidakstabilan politik

Pada masa pemerintahan demokrasi liberal, di tanah air muncul banyak partai.Partai-partai tersebut antara lain PNI, Masyumi, NU, PKI, PSI, Murba, PSII, Partindo, Parkindo, dan Partai Katolik. Dalam perkembangan selanjutnya, demokrasi liberal yang ditandai dengan banyak partai ternyata  tidak menguntungkan bangsa Indonesia. Sistem multi partai tersebut menimbulkan persaingan antargolongan.Persaingan itu menjurus ke arah pertentangan golongan.Akibatnya, kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menjadi terganggu.Masing-masing partai hanya mau mencari kemenangan dan popularitas partai dan pendukungnnya.Oleh karena itu, sistem multi partai pada waktu itu justru mengakibatkan ketidakstabilan politik Indonesia.Ketidakstabilan politik juga diwarnai jatuh bangunnya kabinet karena antara masing-masing partai tidak ada sikap saling percaya.

Page 13: RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

Sebagai bukti dapat dilihat serentetan pergantian kabinet dalam waktu yang relatif singkat berikut ini.

– Kabinet Natsir (September 1950 – Maret 1951).– Kabinet Sukiman (April 1951 – Februari 1952).– Kabinet Wilopo (April 1952 – Juni 1953).– Kabinet Ali Sastroamijoyo I (Juli 1953 – Agustus 1955).– Kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955 – Maret

1956)– Kabinet Ali Sastroamijoyo II (Maret 1956 – Maret

1957).– Kabinet Juanda (Maret 1957 – Juli 1959).

Silih bergantinya kabinet dalam waktu yang relatif singkat menyebabkan ketidakpuasan pemerintahan daerah.Karena pemerintahan pusat sibuk dengan pergantian kabinet, daerah kurang mendapat perhatian.Tuntutan-tuntutan dari daerah ke pusat sering tidak dikabulkan.Situasi semacam ini menyebabkan kekecewaan dan ketidakpuasan daerah terhadap pusat.Situasi ini menyebabkan munculnya gejala provinsialisme atau sifat kedaerahan.

Perkembangan Politik dan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Liberal

Page 14: RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

Perkembangan Politik dan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Liberal

b) Pemilu I

Pemilihan Umum (Pemilu) sudah direncanakan oleh pemerintah, tetapi program ini tidak segera terwujud. Karena usia kabinet pada waktu itu relatif singkat, persiapan-persiapan secara intensif untuk program tersebut tidak dapat dilaksanakan. Pemilu I di Indonesia dilaksanakan pada masa kabinet Burhanudin Harahap. Pemilu I yang diselenggarakan pada tahun 1955 dilaksanakan dua kali, yaitu:

•tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat atau Parlemen,

•tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota Dewan Konstituante (Dewan Pembentuk Undang-Undang Dasar).

Secara serentak dan tertib seluruh warga negara yang mempunyai hak memilih mendatangi tempat pemungutan suara untuk menentukan pilihannya.Pemilu berjalan lancar dan tertib. Empat partai yang muncul sebagai pemenang dalam Pemilu pertama adalah: Partai Nasional Indonesia (PNI), Masyumi, Nahdatul Ulama (NU), dan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Page 15: RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

Kabinet yang terbentuk setelah Pemilu I adalah Kabinet Ali Sastroamijoyo II (Maret 1956).Kabinet baru ini mendapat tantangan dari berbagai pihak, misalnya dari PKI dan PSI.Kabinet Ali ini mendapat kepercayaan penuh dari Presiden Soekarno. Hal ini sangat kentara dari pidatonya di depan Parlemen pada tanggal 26 Maret 1956, yang menyebut cabinet ini sebagai titik tolak dari periode planning dan investement. Kabinet Ali Sastroamijoyo II ini pun tidak lama, kemudian jatuh.Beberapa kesulitan yang dihadapi, misalnya berkobarnya semangat anti Cina dan adanya kekacauan di daerah-daerah.Pengganti Kabinet Ali adalah Kabinet Juanda atau Kabinet Karya.Kabinet Juanda pun tidak mampu meredakan ‘suhu’ politik pada masa itu yang semakin memanas. Suhu politik yang terus memanas tersebut antara lain disebabkan oleh perselisihan antarpartai dan gejolak-gejolak yang terjadi di berbagai daerah.

Perkembangan Politik dan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Liberal

Page 16: RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

Perkembangan Politik dan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Liberal

Situasi politik semakin tidak stabil setelah Konstituante tidak mampu atau gagal menunaikan tugas yang diembannya.Konstituante gagal merumuskan Undang-Undang Dasar baru. Menurut Presiden Soekarno, ketidakstabilan politik dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi negara pada waktu itu disebabkan oleh adanya banyak partai. Ketidakberhasilan Konstituante dalam menjalankan tugasnya mendorong pemerintah untuk segera bertindak agar kekacauan politik dapat segera diatasi. Presiden Soekarno berpidato di depan konstituante pada tanggal 22 April 1959 yang isinya menganjurkan untuk kembali kepada Undang- Undang Dasar 1945. Anjuran ini rupanya merupakan pemenuhan kehendak rakyat, yang telah disampaikan kepada pemerintah.Anjuran ini kemudian diwujudkan dalam Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959.

Page 17: RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

c) Berbagai gangguan keamanan dalam negeri pada masa

1950–1959

Menjelang bergabungnya RIS dan RI menjadi negara kesatuan, terjadi beberapa pemberontakan di berbagai daerah.Latar belakang pemberontakan adalah ketidakpuasan terhadap pembentukan RIS, reaksi terhadap pembubaran RIS, dan ketegangan antara pemerintah pusat dan daerah.Pemberontakan tersebut didalangi oleh Belanda dibantu oleh orang-orang Indonesia yang menjadi kaki tangan Belanda dan gerombolan tertentu.Mereka ingin merongrong persatuan dan kesatuan Indonesia. Gangguan keamanan tersebut terwujud dalam berbagai macam bentuk aksi atau pemberontakan, antara lain:

•Pemberontakan APRA

•Pemberontakan Andi Aziz

•Pemberontakan RMS

•Pemberontakan PRRI

•Pemberontakan Permesta

Perkembangan Politik dan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Liberal

Page 18: RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

Perkembangan Politik dan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Liberal

d) Kemacetan konstituante

Pemilu I ini mengantar terbentuknya Dewan Konstituante.Selama kurun waktu 1956-1959 Dewan Konstituante belum berhasil merumuskan Undang-Undang Dasar yang baru.Situasi politik Indonesia dalam rentang waktu tersebut semakin tidak menentu.Partai-partai pemenang pemilu tahun 1955 tidak mampu menyelesaikan persoalan-persoalan politik dalam negeri yang semakin memanas.Kehidupan politik semakin memburuk dengan munculnya gejala separatisme.Di daerah-daerah muncul sistem pemerintahan sendiri yang tidak mengakui pemerintah pusat, misalnya PRRI dan Permesta.

Ketidakberhasilan Konstituante menyusun undang- undang dasar baru dan kehidupan politik yang tidak stabil menimbulkan ‘frustrasi’ bagi masyarakat Indonesia. Dalam situasi semacam ini, rakyat berharap pemerintah meninjau kembali cara kerja Dewan Konstituante. Rakyat menginginkan adanya keputusan yang bijaksana dan tepat, sehingga kemacetan dalam sidang dapat teratasi.

Page 19: RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

e) Dekrit Presiden 5 Juli 1959Soekarno dan TNI tampil untuk mengatasi krisis yang

sedang melanda Indonesia dengan mengeluarkan Dekrit Presiden untuk kembali ke UUD 1945.Pertimbangan dikeluarkannya dekrit Presiden adalah sebagai berikut.•Anjuran untuk kembali kepada UUD 1945 tidak memperoleh keputusan dari Konstituante.•Konstituante tidak mungkin lagi menyelesaikan tugasnya karena sebagian besar anggotanya telah menolak menghadiri sidang.•Kemelut dalam Konstituante membahayakan persatuan, mengancam keselamatan negara, dan merintangi pembangunan nasional.

Oleh karena itu, Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959 mengeluarkan keputusan (dekrit). Keputusan itu dikenal dengan nama “Dekrit Presiden 5 Juli 1959”. Isi dekrit ini adalah sebagai berikut.•Pembubaran Konstituante.•Berlakunya UUD 1945.•Akan dibentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS).

Perkembangan Politik dan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Liberal

Page 20: RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

Pada masa Kabinet Natsir (September 1950 – April 1951) gagasan Sumitro tersebut dilaksanakan.Program itu terkenal dengan sebutan Program Benteng.Selama tiga tahun (1950 – 1953) kurang lebih 700 perusahaan bangsa Indonesia mendapat kredit bantuan dari Program Benteng.Program ini pada dasarnya ditujukan untuk melindungi usaha-usaha pribumi.Namun, tujuan dalam program ini tidak tercapai.Para pengusaha Indonesia lamban menjadi dewasa, bahkan ada yang menyalahgunakan bantuan pemerintah.Selain itu, pemerintah juga melaksanakan program industrialisasi.Program ini dikenal sebagai “Rencana Sumitro”.Sasaran rencana Sumitro ditekankan terutama pada pembangunan industri dasar.Misalnya, pendirian pabrik semen, pemintalan, karung, percetakan, dan lain-lain.Kebijakan ini diikuti dengan usaha peningkatan produksi pangan, perbaikan prasarana, dan penanaman modal asing.

Pada masa Kabinet Sukiman (April 1951 – Februari 1952), pemerintah berusaha membatasi krisis moneter.

Perkembangan Politik dan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Liberal

Page 21: RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

Perkembangan Politik dan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Liberal

Krisis moneter yang dihadapi adalah defisit anggaran belanja tahun 1952 sebanyak 3 milyar rupiah ditambah sisa defisit anggaran tahun sebelumnya. Kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi yang dilakukan antara lain:

•menasionalisasi De Javasche Bank,

•menurunkan biaya ekspor dan melakukan penghematan, dan

•melanjutkan program Benteng dengan memberikan bantuan pinjaman kepada para pengusaha nasional golongan ekonomi lemah.

•Pada masa Kabinet Ali Sastroamidjojo I (Juli 1953–Agustus 1955), ada beberapa kebijakan yang diusahakan dalam bidang ekonomi.Mr Iskak Tjokrohadisurjo (menteri perekonomian) melaksanakan kebijakan Indonesianisasi.Pemerintah berusaha mendorong tumbuh dan berkembangnya pengusaha-pengusaha swasta nasional pribumi untuk merombak ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.

Page 22: RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

Adapun Langkah langkah yang diambil antara lain:

•mewajibkan perusahaan-perusahaan asing memberikan pelatihan dan tanggung jawab kepada tenaga-tenaga bangsa Indonesia untuk menduduki jabatan-jabatan staf,

•mendirikan perusahaan-perusahaan negara,

•menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha- usaha swasta nasional, dan

•memberikan perlindungan bagi pengusaha swasta nasional agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing yang ada.

Membentuk Biro Perancang Negara.Biro ini bertugas merancang pembangunan jangka panjang.Biro ini dipimpin oleh Ir. Djuanda yang kemudian diangkat sebagai Menteri Perancang Nasional.Pada bulan Mei 1956, Biro Perancang Negara menghasilkan Rancangan Pembangunan Lima Tahun (1956–1961).Rencana Undang-Undang tentang Rencana Pembangunan ini disetujui DPR.Karena situasi politik dan ekonomi, Rencana Pembangunan Lima Tahun ini tidak dapat dilaksanakan.

Perkembangan Politik dan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Liberal

Page 23: RIS serta perkembangan politik dan ekonomi

Perkembangan Politik dan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Liberal

Faktor-faktor yang memberatkan pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima Tahun antara lain:

•Rendahnya pendapatan negara karena merosotnya harga ekspor bahan mentah.

•Perjuangan pembebasan Irian Jaya yang mendorong pemerintah untuk melaksanakan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia.

•Ketegangan yang terjadi antara pusat dan daerah.

•Dewan-dewan yang terbentuk di beberapa daerah di luar Jawa mengambil kebijakan sendiri dalam hal ekonomi dengan melakukan perdagangan barter langsung ke luar negeri.

•Banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk membiayai operasi penumpasan pemberontakan- pemberontakan di berbagai daerah.