Perkembangan Desa Diindonesia

13
PERKEMBANGAN DESA DI INDONESIA

description

perdes dn kelurahan

Transcript of Perkembangan Desa Diindonesia

Page 1: Perkembangan Desa Diindonesia

PERKEMBANGAN DESA DI INDONESIA

Page 2: Perkembangan Desa Diindonesia

2.1 Pengertian Desa

“Desa” di Indonesia pertama kali ditemukan oleh

Mr. Herman Warner muntinghe seorang Belanda anggota Raad Van Indie pada masa penjajahan kolonial Inggris, yang merupakan pembantu Gubernur Jenderal Inggris yang berkuasa pada tahun 1811 di Indonesia. Kata “Desa” sendiri berasal dari bahasa India yakni “swadesi” yang berarti tempat asal, tempat tinggal, negeri asal, atau tanah leluhur yang merujuk pada satu kesatuan hidup, dengan satu norma, serta memiliki batas yang jelas.

Bintarto (1983) yang memandang desa dari segi geografi, mendefinisikan desa sebagai:

“Suatu hasil dari perwujudan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu ialah suatu ujud atau penampakan di muka bumi yan ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial ekonomis, politis dan kultural yang saling berinteraksi antar unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah lain.”

Page 3: Perkembangan Desa Diindonesia

Departemen dalam Negeri sebagaimana termaktub dalam pola dasar dan gerak operasioanal pembangunan masyarakat desa (1969) meninjau pengertian desa dari segi hubungan dengan penempatannya didalam sususnan tertib pemerintahan, sebagai berikut:

‘Desa atau dengan nama aslinya yang setingkat yang merupakan kesatun masyarakat hukum berdasarkan susunan asli adalah suatu “badan hukum” dan adalah pula “badan pemerintahan” yang merupakan bagian wilayah kecamatan atau wilayah yang melingkunginya.

Masih banyak lagi sebutan yang bercorak ragam menurut istilah-istilah daerah setempat yang sebenarnya mempunyai pengertian yang sama.

Susunan desa-desa membentuk persekutuan masyarakat hukum dikategorikan atas 3 (tiga) tipe yaitu

1. Tipe kesatuan masyarakat hukum berdasarkan kepada teritorial/ wilayah tempat bersama sebagai dasar hukum

2. Tipe kesatuan masyarakat umum berdasarkan persamaan keturunan/genetik (suku,warga atau calon) sebagai dasar utama untuk dapat bertempat tinggal dalam suatu wilayah tersebut

3. Tipe kesatuan hukum berdasarkan atas campuran (teritorial dan keturunan)

Page 4: Perkembangan Desa Diindonesia

Demikian pula yang dikemukakan Soetardjo (1984), bahwa bentuk desa didasarkan atas 3 (tiga) sifat, yaitu

1. Berdasarkan geneologis / keturunan

2. Berdasarkan teritorial / wilayah

3. Campuran antara geneologis dan teritorial

Tentang pengertian desa tersebut, lebih lanjut unang Sunarjo menjelaskan bahwa :

“Desa adalah suat kesatuan masyarakat hukum berdasarkan adat dan hukum adat yang menetap dalam suatu wilayah tertentu batas-batasnya; memiliki ikatan lahit dan bathin yang sangat kuat, baik karena seketurunan maupun karena sama-sama memiliki kepentingan politik, ekonomi, sosial dan keamanan; memiliki susunan pengurus yang dipilih bersama; memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.”

Page 5: Perkembangan Desa Diindonesia

Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang unsur-unsur desa. Menurut Bintarto (1983:13) unsur-unsur yang harus ada dalam suatu desa adalah:

a. Daerah, dalam arti tanah-tanah yanh produktif dan yang tidak produktif beserta penggunaannya, termasuk juga unsur lokasi. Luas dan batas yang merupakan lingkungan geografis setempat.

b. Penduduk, adalah hal yang meliputi jumlah, pertambangan, kepadatan, persebaran dan mata pencaharian desa setempat

c. Tata kehidupan, dalam hal ini pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan warga desa. Jadi menyangkut seluk beluk kehidupan masyarakat desa (rural society)

Page 6: Perkembangan Desa Diindonesia

2.1.1 Desa Dilihat Dari Sudut Pandang Ekonomi

Ditinjau dari sudut pandang bidang ekonomi, desa berfungsi sebagai lumbung bahan mentah (raw material) dan tenaga kerja (man power) yang tidak kecil artinya. Desa-desa dijawa banyak berfungsi sebagai desa agraris yang menunjukkan perkembangan baru yaitu timbulnya industri-industri kecil di daerah pedesaaan yang merupakan “rural industries”

Menurut Suhartono (2000:12) desa mengandung arti sebagai tempat orang hidup dalam ikatan keluarga dalam suatu kelompok sosial ekonomi. Desa biasanya terdiri dari rumah tangga petani dengan kegiatan produksi, konsumsi dan investasi sebagai hasil keputusan keluarga secara bersama.

Page 7: Perkembangan Desa Diindonesia

2.1.2 Desa Dilihat Dari Sudut Pandang SosiologisDesa digambarkan sebagai suatu bentuk kesatuan masyarakat atau komunitas penduduk yang bertempat tinggaldalam suatu lingkungan dimana mereka saling mengenal. Corak kehidupan mereka relatif homogen serta banyak bergantung kepada alam, mempunyai sifat yang sederhana dengan ikatan sosial, adat, dan tradisi yang kuat.

Selanjutnya Boeke mengemukakan bahwa persekutuan hukum pribumi terkecil dapat diartikan bahwa didalamnya tercakup pengertian:

a. Persekutuan hukum adat yang tumbuh dengan sendirinya didalam masyarakat pribumi dan mempunyai dasar tradisional

b. Persekutuan hukum, dimana hanya penduduk pribumi atau setidak-tidaknya sebagian besar dari pada penduduk pribumi yang menjadi anggota-anggotanya

Page 8: Perkembangan Desa Diindonesia

2.1.3 Desa Dilihat Dari Sudut Pandang Politik Dan Administrasi Pemerintahan

Pandangan ini lebih menekankan kepada tata aturan yang menjadi dasar dalam kehidupan masyarakat, adanya wewenang atau kekuasaan untuk menjalankan pemerintah desa. Pengertian ini menekankan adanya otonomi untuk membangun tata kehidupan desa bagi kepentingan penduduk. Dalam pengertian ini terdapat kesan yang kuat, bahwa kepentingan dan kebutuhan masyarakat desa, hanya dapat diketahui dan disediakan oleh masyarakat desa dan bukan pihak luar.

Dapat dikatakan bahwa yang termuat dalm undang-undang secara jelas menempatkan desa sebagai suatu organisasi pemerintahan atau organisasi kekuasaan, yang secara politis memiliki wewenang tertentu untuk mengatur warga atau anggota komunitasnya. Baik secara akibat posisi politisnya yang merupakan bagian dari negara atau hak asal usul dan adat istiadat yang dimilikinya. Namun demikian dalm pengertian ini masih belum tergambarkan secara jelas mengenai kualitas otoritas yang dimiliki desa, terutama berkaitan dengan kekuatan politik di atasnya, yakni negara.

Page 9: Perkembangan Desa Diindonesia

2.2 Perkembangan Desa dari Aspek Peraturan Perundang-undangan

Berdasarkan aspek yuridis formal, maka perkembangan Desa di Indonesia dapat ditelusuri melalui implementasi berbagai produk perundang-undangan yang mengatur tentang Desa, mulai dari pemerintahan kolonial Belanda sebelum masa kemrdekaan hingga produk hukum dan pemerintahan Republik Indonesia setelah masa kemerdekaan.

2.2 Pemerintahan kolonial Belanda

Ketentuan yang mengatur khusus tentang Desa pertama kali terdapat dalam Regeringsreglement (RR) tahun 1854 yaitu pasal 71 yang mengatur tentang kepala desa dan pemerintahan desa. Sebagai pelaksanaan dari ketentuan tersebut, kemudian pemerintah kolonial mengeluarkan peraturan Inlandse Gemeente Ordonantie (IGO) pada tahun 1906, yaitu peraturan dasar mengenai Desa khususdi Jawa dan Madura.

Page 10: Perkembangan Desa Diindonesia

2.2.2 Pendudukan Militer Jepang

Berdasar pada undang-undang No. 1 tahun 1942 yang dikeluarkan oleh penguasa Militer Jepang pada waktu lalu, mengamanatkan tidak adanya perubahan yang berarti terhadap peraturan yang ada sebelumnya mengenai Desa sepanjang tidak bertentangan dengan aturan pemerintahan militer jepang.

2.2.3.1 UUD Tahun 1945

Sejak awal kemerdekaan pemerintah Indonesia telah memberikan pengakuan terhadap kedudukan dan keberadaan Desa. Pengakuan UUD 1945 tersebut kemudian dipertegas lagi melalui Amandemen II pasal 18B yang berbunyi:

(3) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang

(4) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara kesatuan republik indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

Page 11: Perkembangan Desa Diindonesia

2.2.3.2 UU Nomor 22 Tahun 1948

UU Nomor 22 Tahun 1948 sebenarnya telah mengarahkan Desa (dan kota kecil) negeri, marga dan sebagainya, menjadi daerah otonom tingkat III. Hal ini termaktub dalam pasal 1 undang-Undang tersebut:

“Negara Indonesia disusun dalam 3 tingkatan yaitu propinsi, kabupaten (kota besar) dan Desa (kota kecil) negeri, marga dan sebagainya yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.”

2.2.3.3 UU Nomor 1 tahun 1957

Meskipun Undang-Undang yang mengatur tentang pokok pokok pemerintahan di daerah ini disebutkan tentang kemungkinan dibentuknya daerah otonom III, namun tidak ada rincian yang jelas yang mengatur tentang hal tersebut. Sedangkan menyangkut hal yang berkaitan dengan desa, tidak diatur sama sekali

Page 12: Perkembangan Desa Diindonesia

2.2.3.4 UU Nomor 19 Tahun 1965

Undang Undang Nomor 19 tahun 1965 tentang Desapraja dikeluarkan bersamaan dengan dikeluarkannya Undang Undang Nomor 18 tahun 1965 tentang pemerinyahan daerah.Hal-hal yang diatur tentang desa dalam UU ini adalah antara lain : Bab I memuat ketentuan umum, Bab II memuat bentuk, susunan dan alat kelengkapan Desapraja, Bab III tentang tugas dan kewenangan desapraja, Bab IV tentang harta benda, keuangan dan bimbingan atas desapraja, Bab V tentang pengawasan dan bimbingan atas desapraja, Bab VI tentang peningkatan Desaprajamenjadi daerah tingkat III, Bab VII memuat peraturan peralihan, Bab VIII aturan tambahan, dan bab IX Ketentuan penutup

Page 13: Perkembangan Desa Diindonesia

2.2.3.5 UU Nomor 5 Tahun 1979UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan Desa

merupakan produk hukum pemerintah Orde Baru ysng dipandang sangat condong menopang Orde Baru dengan politik stabilitas dan sentralisasinya, sehingga menghambat demokratisasi masyarakat desa. Namun upaya penyeragaman pengaturan masyarakat desa justru menghambat tumbuhnya kreativitas dan partisipasi masyarakat dalam memenuhi kehidupan dan penghidupannya secara mandiri, sehingga akhirnya hanya membuatnya tertinggal dibanding masyarajat lainnya.

2.2.3.6 UU Nomor 22 Tahun 1999

Dalam pasal 1 huruf (o) Undang Undang tersebut disebutkan bahwa ;

“Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada didaerah kabupaten.”