Perkawinan Dihibrid & Rasio Fenotip Filialnya

download Perkawinan Dihibrid & Rasio Fenotip Filialnya

of 14

Transcript of Perkawinan Dihibrid & Rasio Fenotip Filialnya

  • 8/10/2019 Perkawinan Dihibrid & Rasio Fenotip Filialnya

    1/14

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Tujuan

    1. Menunjukkan rasio fenotip dari perkawinan monohibrid, baik dengan

    dominansi penuh maupun tidak penuh.

    2 Menunjukkan rasio fenotip dari perkawinan dihibrid, baik dengan

    dominansi penuh maupun tidak penuh.

    1.2 Latar Belakang

    Dalam suatu individu banyak sekali sifat-sifat yang muncul dan terlihat,

    misalnya bentuk rambut, warna bola mata, warna kulit serta sifat-sifat yang

    lainnya. Pada persilangan kacang ercis yang dilakukan oleh Mendel, didapatkan

    sifat biji ercis yang berbeda yakni berwarna hijau dan kuning, selain itu sifat lain

    biji ercis yang tampak yakni bentuk bulat dan keriput.

    Dalam percobaan ini, praktikan menggunakan dasar percobaan yang telah

    dilakukan oleh Mendel dan berdasar pada hukum Mendel kedua yang berisi

    tentang gen/sifat yang dapat berpasangan secara bebas. Persilangan yang

    dilakukan oleh Mendel melibatkan dua sifat beda. Kedua sifat ini menyatu dan

    bersilangan dengan kombinasi dua sifat beda lainnya yang kemudian

    menghasilkan individu-individu dengan sifat yang baru. Persilangan seperti ini

    disebut dengan persilangan dihibrid.

  • 8/10/2019 Perkawinan Dihibrid & Rasio Fenotip Filialnya

    2/14

    2

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Individu monohibrid adalah persilangan (hasil hibrid) antara 2 induk

    homozigot dengan satu pasang alel berbeda (missal AA dengan aa, BB dengan bb).

    Keturunan hasil persilangan ini pada F1 (tingkatan anak) berfenotip seragam yang

    merupakan ekspresi gen dominan, bisa seperti induk jantan, seperti induk betina,

    atau mana yang bergenotip homozigot dominan (untuk gen dominan dengan

    dominansi penuh, dimana sifat/gen resesif tertutup ekspresinya oleh gen dominan).

    Jadi pada dasarnya, keturunan pertama (F1) dari perkawinan hibrid ini bergenotif

    heterozigot (mengandung sepasang gen dominan-resesif) dan, untuk gen dengan

    dominansi penuh, berfenotip, teretentu sesuai peran gen dominannya (Paidi,

    2012 : 31).

    Pada persilangan berikutnya, ialah antar keturunan F1 akan menghasilkan

    keturunan dengan 2 macam fenotip, seperti macam fenotip induk-induk awalnya.

    Dengan kajian statistik (banyaknya pasangan gen yang mungkin dari hasil

    perkawinan F1 tersebut) dan prinsip dominansi penuh tersebut, peluang

    perbandingan atau proporsi kedua macam (pada keturunan F2 ini) terpola.

    Misalnya untuk perkawinan Bb dengan Bb (B gen sifat tinggi, b untuk sifat

    pendek, B dominan terhadap b), keturunannya mempunyai peluang genotip

    berikut: BB, Bb, bB, dan bb, fenotip-fenotip dari keturunan perkawinan ini yang

    mungkin adalah 3 tinggi, 1 pendek, atau 3:1) (Paidi, 2012 : 31).

    Banyak sifat pada tanaman, binatang, dan mikrobia yang diatur oleh suatu

    gen. Gen-gen dalam individu diploid berupa pasangan-pasangan alel dan masing-

    masing orang tua mewariskan satu alel dari pasangan gen tadi kepada

    keturunannya. Pewarisan sifat yang dapat dikenal dari orang tua kepada

    keturunannya secara genetik disebut hereditas. Hukum pewarisan sifat ini

    mengikuti poal yang teratur dan terulang dari generasi ke generasi. Dengan

    mempelajari cara pewarisan gen tunggal akan dimengerti mekanisme pewarisan

    suatu sifat dan bagaimana suatu sifat tetap ada dalam populasi. Demikian juga

    akan dimengerti bagaimana pewarisan dua sifat atau lebih (Crowder, 1986: 27).

  • 8/10/2019 Perkawinan Dihibrid & Rasio Fenotip Filialnya

    3/14

    3

    Hukum I Mendel

    Hukum I Mendel (disebut juga hukum segregasi) adalah mengenai kaidah

    pemisahan alel pada waktu pembentukan gamet. Hukum segregasi menyatakan

    bahwa pada waktu pembentukan gamet terjadi segregasi atau pemisahan alel-alel

    secara bebas, dari diploid menjadi haploid. Hukum I Mendel dapat dipelajari dari

    persilangan monohibrid. Pada saat pembentukan gamet, pasangan alel akan

    memisah secara bebas. Misalnya genotip suatu tanaman Aa, maka gamet yang

    dibentuk akan membawa gen A dan gen a (Diah Aryulina, dkk, 2007 : 129).

    Alel memisah (segregasi) satu dari yang lain selama pembentukan gamet dan

    diwariskan secara rambang ke dalam gamet-gamet yang sama jumlahnya. Sebagai

    dasar segregasi satu pasang alel terletak pada lokus yang sama dari kromosom

    homolog. Kromosom ini homolog ini memisah secara bebas pada anaphase I dari

    meiosis dan tersebar ke dalam gamet-gamet yang berbeda (Crowder, 1986 : 33).

    Galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan (alel AA) maupun sifat-

    sifat resesif (alel aa) dari suatu karakter tertentu. Bila disilangkan, F1 akan

    mempunyai kedua macam alel (Aa) tetapi menampakkan sifat dominan (apabila

    dominansi lengkap). Individu heterozigot (F1) menghasilkan gamet setengahnya

    mempunyai alel dominan A dan setengahnya lagi mempunyai alel resesif a

    (Crowder, 1986: 33).

    Hukum II Mendel

    Dinamakan juga hukum penggabungan bebas (the Mendelian law of

    independent assortment) mengenai ketentuan penggabungan bebas yang harus

    menyertai terbentuknya gamet pada perkawinan dihibrid. Hukum II Mendel dapat

    dipelajari melalui persilangan dihibrid. Pada perkawinan dihibrid, misalnya suatuindividu memiliki genotip AaBb maka A dan a serta B dan b akan memisah

    kemudian kedua pasangan tersebut akan bergabung secara bebas sehingga

    kemungkinan gamet yang terbentuk akan memiliki sifat AB, Ab, aB, dan ab (Diah

    Aryulina, dkk, 2007 : 131).

    Ini adalah kelanjutan dari prinsip pewarisan satu pasang alel (segregasi) ke

    prinsip dua pasang alel atau lebih (independent assortment). Keda konsep tersebut

  • 8/10/2019 Perkawinan Dihibrid & Rasio Fenotip Filialnya

    4/14

    4

    berhubungan dengan dengan penentuan jenis kelamin, gen bertaut (lingkage) dan

    sifat-sifat kuantitatif (Crowder, 1986: 34).

    Pada peristiwa tak gayut (independent), kemungkinan terjadinya satu kejadian

    atau lebih dalam satu individu adalah hasil kali nilai kemungkinan masing-masing

    sifat. Contohnya dalam pemisahan bebas gen-gen yang mengatur dua sifat, nisbah

    F2 9 : 3 : 3 : 1 adalah hasil kali nisbah darimasing-masing monohibrid (Crowder,

    1986: 50).

  • 8/10/2019 Perkawinan Dihibrid & Rasio Fenotip Filialnya

    5/14

    5

    BAB III

    MATERI DAN METODE

    3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan

    Kegiatan ini dilaksanakan di Kebun Biologi milik Jurdik Biologi di

    wilayah kampus Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (depan

    kompleks laboratorium FMIPA) pada hari Rabu, 2 Oktober 2013 dimulai

    pukul 09.30 hingga pukul 10.30 WIB.

    3.2 Jenis Kegiatan

    Kegiatan ini termasuk jenis eksperimen pengamatan. Sebab dalam

    memperoleh data penelitian, kami melakukan eksperimen dengan

    menggunakan kancing genetik untuk menemukan fenotip dari percobaan

    perkawinan monohibrid dan dihibird.

    Kami memutuskan untuk menggunakan kegiatan eksperimen karena

    cocok untuk memecahkan masalah yang dihadapi sehingga nantinya dapat

    memperoleh kesimpulan yang benar dan tidak menyimpang dari teori. Untuk

    menentukan fenotip dari pasangan alel-alel.

    3.3 Sasaran Kegiatan

    Menentukan rasio fenotip dari perkawinan monohibrid dan dihibrid yang

    ditentukan melalui eksperimen yang dilakukan dengan perumpamaan kancing

    dengan warna yang berbeda-beda sebagai alel-alel yang dipasangkan.

    3.4 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

    Dalam pengamatan ini digunakan teknik yang mendukung tujuan

    pengamatan dengan mempertimbangkan faktor waktu. Teknik pengumpulan

    data yang digunakan adalah study pustaka, eksperimen, dan dokumentasi.

    Sedangkan teknik analisanya dengan menggunakan referensi dari berbagai

    sumber, baik dari buku-buku yang relevan maupun data yang diperoleh dari

    hasil penelitian tersebut.

  • 8/10/2019 Perkawinan Dihibrid & Rasio Fenotip Filialnya

    6/14

    6

    3.5 Alat dan Bahan

    1. Manik-manik (kancing) berwarna

    2.

    Kantong plastik gelap (kotak genetika)

    3.6 Prosedur Kinerja

    A.

    Perkawinan Monohibrid

    B. Perkawinan Dihibrid

    Menyiapkan 2 macam warna kancing masing-masing 50 keping kancing

    merah dan 50 keping kancing putih

    Menyediakan 2 kantong genetika dan menandai kotak I dan II

    Membagi masing-masing warna kancing menjadi 2 dan

    memasukkan ke dalam kantong I dan kantong II

    Mengocok kantong sampai kancing benar-benar bercampur

    Mengambil satu kancing dari masing-masingkantong secara

    bersamaan

    Mencatat pasangan kancing yang terambil dan mengulangi

    pengambilan sampai seluruh kancing teraambil

    Menyiapkan 4 macam warna kancing masing-masing 24 keping kancing

    merah, 24 keping kancing putih, 24 keping kancing kuning, 24 keping

    kancing

    Membuat gabungan dari dua warna kancing yang menggambarkan sifat-sifat yang mungkin ada

  • 8/10/2019 Perkawinan Dihibrid & Rasio Fenotip Filialnya

    7/14

    7

    Menyediakan 2 kantong genetika dan menandai kotak I dan II

    Membagi masing-masing warna kancing menjadi 2 dan

    memasukkan ke dalam kantong I dan kantong II

    Mengocok kantong sampai kancing benar-benar bercampur

    Mengambil satu kancing dari masing-masingkantong secara

    bersamaan

    Mencatat pasangan kancing yang terambil dan mengulangi

    pengambilan sampai seluruh kancing teraambil

  • 8/10/2019 Perkawinan Dihibrid & Rasio Fenotip Filialnya

    8/14

    8

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Tabulasi Data

    A. Perkawinan Monohibrid

    Macam GametGametJantan

    GametBetina

    Alel M

    (Merah)25 25

    Alel m

    (Putih)

    25 25

    GenotipPersilangan

    1

    Persilangan

    2 Rasio

    MM 16 14 30 1

    2,333333Mm 9 11 201,333333

    mM 9 11 20

    mm 16 14 30 1 1

    Total 50 50 100

    B. Perkawinan Dihibrid

    Macam GametGamet

    JantanGamet

    Betina

    MB 12 12

    Mb 12 12

    mB 12 12

    mb 12 12

    Keterangan : M : Merah, bulat m : Putih, keriput

    B : Hitam, kuning b : Kuning, hijau

  • 8/10/2019 Perkawinan Dihibrid & Rasio Fenotip Filialnya

    9/14

    9

    GenotipPersilangan

    1Persilangan

    2 Rasio

    MMBB 2 4 6

    8,833333MMBb 7 5 12

    MmBB 8 5 13

    MmBb 9 13 22

    MMbb 4 4 63,166667

    Mmbb 7 6 13

    mmBB 2 3 53

    mmBb 7 6 13

    mmbb 3 3 6 1

    Total 50 50 100

    4.2 Diskusi

    Penulis telah melakukan eksperimen menentukan fenotip-fenotip yang

    mungkin dari pasangan-pasangan gamet melalui perkawinan monohibrid dan

    perkawinan dihibrid. Dalam eksperimen ini kami menggunakan kancingdengan warna yang berbeda-beda yang digunakan sebagai pengganti alel-alel

    yang ada.

    Dari hasil yang kami peroleh, baik perkawinan monohibrid maupun

    perkawinan dihibrid, didapat hasil yang mana alel dominan yang lebih banyak

    muncul dibandingkan dengan alel resesif. Hasil ini terlihat dari banyaknya

    warna yang sama yang muncul saat pengambilan. Dalam hal ini, dominan

    diwujudkan dengan kancing berwarna merah.

    4.3 Pembahasan

    1. Persilangan Monohibrid

    Eksperimen yang kami buat untuk menentukan rasio fenotip dari

    perkawinan monohibrid adalah bentuk simulasi dengan menggunakan

    kancing berwarna yang diibaratkan sebagai alel. Kancing berwarna merah

    sebagai dominannya, dan kancing putih sebagai resesifnya.

  • 8/10/2019 Perkawinan Dihibrid & Rasio Fenotip Filialnya

    10/14

    10

    Dari pengambilan acak yang kami dapatkan, ternyata jumlah rasio

    yang kami dapatkan tidak sesuai dengan dasar teori yang menggunakan

    perbandingan 3 : 1 (Paidi, 2012 : 31), tetapi kami mendapatkan hasil

    perbandingan 2,3 : 1. Hal itu kemungkinan disebabkan adanya sedikit

    melenceng karena kurangnya ketepatan dalam persilangan monohibrid

    yang mana ada dua sifat alel (Mm dan mM) yang dalam pengambilannya

    memiliki jumlah yang sama pada setiap percobaan. Hal yang seperti ini

    merupakan sebagian kecil yang tidak selalu diperoleh dari semua jenis

    percobaan persilangan monohibrid (Stern and Sherwood, 1996).

    Kemungkinan kedua adalah adanya penyimpangan semu hukum

    mendel yang menghasilkan perbandingan 1 : 2 : 1 yang tidak jauh berbeda

    dengan hasil yang penulis dapatkan.

    2. Persilangan Dihibrid

    Eksperimen yang kami buat untuk menentukan rasio fenotip dari

    perkawinan dihibrid adalah bentuk simulasi dengan menggunakan kancing

    berwarna yang diibaratkan sebagai alel. Kancing berwarna merah dengan

    sifat bulat dan kancing hitam dengan warna kuning yang merupakan dua

    sifat dominan, dan kancing putih dengan sifat keriput beserta kancing

    kuning dengan warna hijau sebagai dua sifat resesifnya.

    Dari tabel pengamatan di atas, didapat hasil yang cukup akurat dimana

    kami mendapatkan rasio fenotip yang tepat yaitu 8,83 : 3,17 : 3 : 1 atau

    jika dibulatkan menjadi 9 : 3 : 3 : 1. Hal itu sudah sesuai dengan bunyi

    Hukum II Mendel (Crowder, 1986: 50).

    Rasio dari persilangan dihibrid berangkat dari rasio persilanganmonohibrid yang terjadi pada F2, dengan dua sifat beda yaitu diibaratkan

    warna bijinya kuning : hijau dan bentuk bijinya bulat : keriput.

    Kemungkinan kedua dari peristiwa itu terjadi bersama-sama, sama

    dengan perkalian kemungkinan terjadinya masing-masing peristiwa itu.

    jadi kemungkinan untuk mendapat 4 macam kelas fenotip sebagai berikut :

    Kuning, bulat MB = x = 9/16

    Kuning, keriput Mbb = x = 3/16

  • 8/10/2019 Perkawinan Dihibrid & Rasio Fenotip Filialnya

    11/14

  • 8/10/2019 Perkawinan Dihibrid & Rasio Fenotip Filialnya

    12/14

    12

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Simpulan

    Dari eksperimen dan perhitungan yang berdasarkan dengan dasar teori

    yang telah dibahas di depan, didapat hasil berupa rasio fenotip dari

    perkawinan monohibrid, yaitu 2 : 1. Yang didominasi oleh alel dominan,

    yaitu merah yang dinotasikan dengan M. Sedangkan alel resesifnya yaitu

    putih yang dinotasikan dengan m.

    Begitu pula hasil rasio fenotip dari perkawinan dihibrid yaitu

    perbandingan antara MB : Mbb : mmB : mmbb yaitu 9 : 3 : 3 : 1. Yang

    didominasi pula oleh alel dominan yang dinotasikan dengan M dan B. Dan

    memunculkan dua sifat beda pada fenotip individunya. Seperti pada pasangan

    Mbb dan mmB, yang merupakan pasangan gabungan dominan dan resesif.

    5.2 Saran

    Dalam pengamatan yang telah kami lakukan, kami sadar pastinya masih

    banyak cela dan kekurangan. Agar praktikan dapat memperoleh hasil

    pengamatan yang lebih baik lagi, ada beberapa saran yang kami anjurkan

    antara lain:

    1.

    Praktikan lebih jeli dalam melakukan eksperimen persilangan dengan

    menggunakan kancing.

    2. Praktikan lebih teliti dalam menentukan rasio fenotip pada perkawinan

    monohibrid dan dihibrid.

    3.

    Praktikan lebih cermat dan teliti selama proses pengamatan (penelitian),

    serta lebih rajin dalam mencari kajian pustaka mengenai cara-cara dan

    prinsip dasar dalam penentuan rasio fenotip perkawinan monohibrid dan

    dihibrid.

  • 8/10/2019 Perkawinan Dihibrid & Rasio Fenotip Filialnya

    13/14

    13

    DAFTAR PUSTAKA

    Aryulina, Dyah, dkk. 2007.Biologi 3. Jakarta : Erlangga.

    Crowder, L. V. 1986. Genetika Tumbuhan(terjemahan). Yogyakarta : Gadjah

    Mada University Press.

    Paidi. 2012.Petunjuk Praktikum Biologi Umum. Yogyakarta : UNY Press.

  • 8/10/2019 Perkawinan Dihibrid & Rasio Fenotip Filialnya

    14/14

    14

    LAMPIRAN

    Foto-foto

    Simulasi persilangan monohibrid