Perjanjian ekstradisi indonesia
Click here to load reader
-
Upload
yasril-syaf -
Category
Documents
-
view
518 -
download
1
Transcript of Perjanjian ekstradisi indonesia
PERJANJIAN EKSTRADISI INDONESIA-SINGAPURA
Oleh: Yasril Sjaf, 0706166056
Judul: “Perjanjian Ekstradisi Indonesia-Singapura Masih Perlu Ratifikasi“
“Perjanjian Ekstradisi Molor”
Data Publikasi: http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0205/16/0105.htm
http://hukumonline.com/detail.asp?id=16607&cl=Berita
(9 November 2007)
Permasalahan perjanjian ekstradisi antara Indonesia dan Singapura merupakan masalah
yang pelik bagi Indonesia. Bagaimana tidak? Perjanjian antara kedua belah pihak telah
berlangsung selama 12 tahun dan belum menghasilkan keputusan yang menguntungkan
bagi Indonesia. Lamanya pencapaian kesepakatan Ekstradisi yang dikhususkan untuk
tesangka korupsi yang lari ke Singapura ini menggambarkan lemahnya wibawa
pemerintah kita di mata pemerintah Singapura. Akhirnya pada tanggal 27 April 2007,
Istana Kepresidenan Tampaksiring, Bali menjadi saksi Perjanjian Ekstradisi disertai
Perjanjian Kerjasama Pertahanan. Akan tetapi, perjanjian ini masih membutuhkan
ratifikasi dari DPR dan pemerintah. Terlepas dari permasalahan ratifikasi,
penandatanganan perjanjian ekstradisi telah membantu proses pemberantasan korupsi di
Indonesia.
Wakil Jaksa Agung Muchtar Arifin menyatakan bahwa penandatanganan di Bali
hanyalah langkah awal yang artinya tidak serta-merta langsung dapat diberlakukan.
Berdasarkan mekanisme yang berlaku dalam UU No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
Internasional, maka pengesahan perjanjian ekstradisi harus dilakukan dengan undang-
undang yang artinya melibatkankan DPR. Dalam Pasal 10 dijelaskan bahwa pengesahan
perjanjian internasional dilakukan dengan undang-undang apabila berkenaan dengan
masalah politik, perdamaian, pertahanan, dan keamanan negara. Kesepahaman antara
kedua belah pihak mengenai hukum dan definisi korupsi sangat penting agar tidak
menghambat pelaksanaan perjanjian tersebut.
Sementara itu, pakar hukum pidana Romli Atmasasmita berharap Perjanjian Ekstradisi
Indonesia-Singapura tidak hanya memuat aturan tentang pemindahan orang semata,
melainkan juga disertai pemindahan aset yang turut dibawa oleh koruptor. Advokat
senior Adnan Buyung Nasution menambahkan bahwa aset atau harta kekayaan hasil
korupsi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari diri pelaku. Artinya, apabila
Indonesia berkeyakinan pelaku tidak pidana korupsi yang dimintakan ekstradisi
memiliki aset di Singapura maka Indonesia dapat meminta Singapura membantu
pengembalian aset tersebut jika telah terbukti bahwa aset tersebut milik Indonesia yang
dibawa oleh koruptor.
Penandatanganan perjanjian ekstradisi Indonesia-Sigapura membuka pintu yang lebih
lebar terhadap proses pemberantasan korupsi di Indonesia. Ratifikasi, penyanderaan
asset, dan pengembalian buronan akan menjadi topik utama dalam menguji keseriusan
pemerintah Indonesia dan Singapura dalm melaksanakan perjanjian ini. Pemerintah
Indonesia harus lebih cermat dalam menghadapi masalah ini khususnya tentang sikap
pemerintah Singapura yang tidak peduli atau mungkin memanfaatkan secara negatif
perjanjian ini dikemudian hari.