peristiwa rengasdengklok
-
Upload
ramadhani-ika-rahayu -
Category
Documents
-
view
506 -
download
168
description
Transcript of peristiwa rengasdengklok
PERISTIWARENGASDENGKLOK
Disusun oleh :
Ika Rahayu RamadhaniNurul ZakiahSiti Nurbaeti
Puji syukur bagi Allah SWT yang selalu melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kami sehingga materi dengan judul “Peristiwa Rengasdengklok” ini dapat
diselesaikan. Materi ini disusun untuk melengkapi sebagian nilai yang kosong dari mata pelajaran Sejarah.
Selesainya materi ini berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. H. Ikhwan Kamil. M. Pd sebagai guru pembimbing mata pelajaran Sejarah yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam materi ini, dan tak lupa pula siswa siswi Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) Mauk Tangerang yang telah memberikan bimbingan dan arahan pula dalam pembuatan materi ini.
Kami menyadari materi ini masih banyak kekurangan, untuk itu kami menerima kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan materi ini. Mudah-mudahan materi ini
bermanfaat bagi semua lapisan.Amin ya rabbal’ alamin
LATAR BELAKANG TERJADINYAPERISTIWA RENGASDENGKLOKLATAR BELAKANG TERJADINYAPERISTIWA RENGASDENGKLOK
Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945. Pernyataan ini membuat Jepang menyerahkan daerah kekuasaannya kepada Sekutu. Masa
penyerahan kekuasaan ini menjadi babak baru bagi pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia. Mendengar berita kekalahan Jepang kepada Sekutu, para pejuang kemerdekaan Indonesia
terutama kaum muda melancarkan gerakan bawah tanah. Mereka berupaya untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Untuk melaksanakan usahanya, para pemuda mendesak para tokoh senior untuk segera memerdekakan
negara Indonesia. Seorang tokoh yang pertama kali mendengar berita melalui radio mengenai kekalahan Jepang dari Sekutu
yaitu Sultan Syahrir.
Syahrir yang pada saat itu segera menemui Moh. Hatta di kediamannya. Baru kemudian Syahrir bertemu dengan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta untuk segera
melaksanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ajakan ini di tolak oleh Moh. Hatta dan Ir. Soekarno. Hal ini di karenakan belum jelasnya kebenaran berita
tentang kekalahan tentara Jepang dan akan melakukan pengecekan kepada Admiral Mayeda. Tetapi semangat para pemuda untuk memerdekakan Indonesia di masa
itu sangat menggebu-gebu. Sehingga pada masa ini pula terjadi peristiwa-peristiwa penting sebelum pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Adapun peristiwa yang dimaksud salah satunya adalah
Peristiwa Rengasdengklok
PERISTIWA RENGASDENGKLOKPERISTIWA RENGASDENGKLOK
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan
kesabaran dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945 bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka menculik Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan
Hatta, dan membawa mereka ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai Peristiwa Rengasdengklok.
Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang,
apapun resikonya.
Di Jakarta, golongan muda, Wikana dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di
Jakarta. Maka di utuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo
berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu-buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka langsung menuju ke rumah Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol
No. 1 (sekarang gedung perpustakaan Nasional-Depdiknas) yang di perkirakan aman dari Jepang. Sekitar 15 pemuda menuntut
Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan melalui radio, di susul pengambilalihan kekuasaan. Mereka juga menolak rencana
PPKI untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 16 Agustus.
Agar permasalahan ini cepat selesai maka Ahmad Soebardjo langsung datang ke Rengasdengklok untuk bernegoisasi dengan golongan pemuda
agar menyerahkan kembali dua tokoh tersebut. Tetapi para pemuda bersikeras untuk
merahasiakan keberadaan dua tokoh tersebut. Akhirnya Ahmad Soebardjo memberikan jaminan kepada para pemuda bahwa proklamasi akan di
lakukan paling lambat esok hari agar mereka mau melepaskan kedua tokoh dari golongan tua ini.
Dengan cara ini akhirnya kedua tokoh ini di lepaskan oleh para pemuda. Setelah di lepaskan
oleh para pemuda, pada malam itu juga Soekarno dan Hatta sudah berada di rumah Maeda di Jakarta untuk merumuskan kemerdekaan
Indonesia. Peristiwa ini menjadi suatu media penyatuan pendapat antara golongan tua dan
golongan muda dalam melaksanakan proklamasi kemerdekaan. Pada akhir peristiwa inilah akhirnya
golongan tua mengikuti permintaan golongan pemuda untuk melaksanakan kemerdekaan Indonesia sendiri tanpa campur tangan dari
negara asing.
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, bertemu dengan Jenderal Moichiro Yamamoto dan
bermalam di kediaman Laksamana Muda Maeda Tadashi. Dari komunikasi antara Hatta dan tangan kanan
komandan Jepang di Jawa ini, Soekarno dan Hatta menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada
Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan. Mengetahui bahwa
proklamasi tanpa pertumpahan darah telah tidak mungkin lagi, Soekarno, Hatta dan anggota PPKI lainnya malam itu juga rapat dan menyiapkan teks Proklamasi yang kemudian di bacakan pada pagi hari tanggal 17
Agustus 1945.