Perilaku wirausaha

8
BAB 4 : Berorientasi pada Tindakan Ciri-Ciri Pengusaha: Pikirannya yang lebih berorientasi pada tindakan (action) daripada sekedar mimpi, berkata-kata dan berpikir; Seorang pengusaha selalu menghadapi resiko, ketidakpastian dan kketerbatasan ; PDCA (plan, do, check, action) Yang Harus mengindari NATO (talk), NADO (dream), NACO (concept) NATO hanya akan menghasilkan gossip, NADO hanya menghasilkan Visi tanpa tindakan, dan NACO menghasilkan teori dan falsafah, umumnya yang berpikiran NACO adalah seorang akademisi yang berpikir menggunakan logika formal. Cara berpikir NACO adalah sebagai berikut : Seorang konseptor bekerja dengan data dan jarang berada di lapangan, karena bekerja dengan data maka supaya valid dan ilmiah seorang konseptor harus terbiasa menguji data2nya , membangun

Transcript of Perilaku wirausaha

Page 1: Perilaku wirausaha

BAB 4 : Berorientasi pada Tindakan

Ciri-Ciri Pengusaha:

Pikirannya yang lebih berorientasi pada tindakan (action) daripada sekedar mimpi, berkata-

kata dan berpikir;

Seorang pengusaha selalu menghadapi resiko, ketidakpastian dan kketerbatasan ;

PDCA (plan, do, check, action)

Yang Harus mengindari NATO (talk), NADO (dream), NACO (concept)

NATO hanya akan menghasilkan gossip, NADO hanya menghasilkan Visi tanpa tindakan, dan

NACO menghasilkan teori dan falsafah, umumnya yang berpikiran NACO adalah seorang

akademisi yang berpikir menggunakan logika formal.

Cara berpikir NACO adalah sebagai berikut :

Seorang konseptor bekerja dengan data dan jarang berada di lapangan, karena bekerja dengan

data maka supaya valid dan ilmiah seorang konseptor harus terbiasa menguji data2nya ,

membangun model dan melakukan validasi, masalahnya seorang konseptor tidak menguasai

keadaan dan informasi di lapangan sehingga dia bisa menjadi ragu akan pengambilan keputusan

sehingga cenderung mengulangi lagi siklus diatas , yaitu mengumpulkan data lagi , akibatnya dia

bisa berputar putar dan lebih berorientasi pada pikiran daripada tindakan.

Sebaliknya seorang wirausaha menghabiskan 90% waktunya di lapangan, seseorang yang

berorientasi pada tindakan dan dia adalah orang yang memiliki tingkat efektivitas yang tinggi

Page 2: Perilaku wirausaha

8 Habits of Highly Effective People

1. Proaktif Lebih memusatkan perhatian pada hal-hal yang bisa kita perbaiki dengan cara

mengambil mengambil inisiatif untuk bertindak, bukan menunggu atau berwacana.

2. Bermula dari ujung pemikiran (Goal Oriented) Mampu menggambarkan hasil akhir

yang ingin dicapai secara jelas yang di temukan melalui serangkaian tindakan atau kejadian-

kejadian pahit sehingga membentuk kebajikan dan filosofi hidup.

3. Dahulukan hal yang utama Kita tidak akan bisa menyelesaikan semua hal yang

hinggap di tangan kita, sehingga kebiasaan ini fokus dan mengedepankan prioritas, serta bisa

membedakan antara Urgent dan Penting

URGENT : Situasi yang mendesak PENTING : Membutuhkan perhatian yang besar

4. Berfikir dan bertindak WIN/WIN Berwirausaha pada dasarnya adalah berupaya

memenangkan kehidupan, yakni maksud dari Win-Win artinya selalu mengutamakan kerja

sama, sifat kooperatif, dan menguntungkan keduabelahpihak.

5. Memahami untuk di pahami seorang wirausaha haruslah memiliki keterbukaan (open

mind) untuk mendengarkan, dan tidak cepat cepat menolak, berargumentasi, atau melawan

atas apa yang di dengar dari pihak lain.

6. Sinergi Menggabungkan kekuatan kita dengan kekuatan orang lain untuk berkarya,

bukan untuk bersaing atau menjatuhkan. Carilah rekan usaha yang saling melengkapi, yang

berorientasi pada sinergi agar anda dapat berorientasi pada tindakan.

7. Menajamkan ketahanan, fleksibilitas dan kekuatan Selalu memelihara dan

memperbaharui aset terbesar yang kita miliki, yaitu “diri sendiri” dari segi fisik, emosional,

mental, dan spiritual.

8. Menemukan keunikan dan membantu orang lain menemukan nya dari perilku efektif

menjadi luar biasa, mulailah dengan menemukan dan mengenali keunikan diri sendiri

Potensi diri pada empat elemen utama: Pikiran (mind) ; tubuh (body) ; hati (heart) ; Jiwa

(soul)

Page 3: Perilaku wirausaha

BAB 5 : Pengambilan Resiko

1. Definisi Resiko

Resiko Dampak dari adanya ketidakpastian (uncertainly) yang memunculkan

konsekuensi yang dapat merugikan pelaku usaha.

2. Motivasi Mengambil Resiko

Keinginan untuk mendapat tingkat keuntungan yang sepadan dengan pengorbanan

yang telah dikeluarkan, didasarkan pd kemampuan mengkalkulasi besarnya resiko.

Factor kepepet seseorang terpaksa mengambil resiko karena kondisi yang

menyertainya, biasanya tidak terlalu menghiraukan resiko yang dihadapi.

3. Jenis Resiko

a) Resiko Murni resiko yang muncul sebagai akibat dari sebuah situasi atau keputusan

yang konsekuensinya adalah kerugian. Beberapa bentuk resiko murni:

Resiko hilang/rusaknya aset yg dimiliki akibat kebakaran, pencurian, penggelapan.

Kecelakaan kerja pada proses produksi

Resiko akibat tuntutan hukum pihak lain (Ex. Keracunan akan produk kita)

Resiko operasional lainnya (Ex. UMR naik)

Bencana alam (force majeure), seperti banjir, gempa , angin topan, dsb

b) Resiko Spekulatif resiko yang muncul akibat situasi/keputusan yang konsekuensinya

bisa berupa keuntungan / kerugian. Beberapa bentuk resiko spekulaitf:

Resiko perubahan harga harga pasar suatu produk atau komoditi dapat berubah

ubah, dapat naik maupun turun. Contoh: jika harga input naik, maka perusahaan

dapat mengalami kerugian penurunan Margin keuntungan

Resiko kredit resiko yang muncul dari transaksi kredit, seperti utang dagang, jika

pihak yang kita berikan kredit mengalami gagal bayar, maka kita akan mengalami

kerugian.

Page 4: Perilaku wirausaha

4. Bentuk Kerugian akibat resiko

a. Kerugian langsung Jumlah niminal yg harus ditanggung akibat dari dampak langsung

dari resiko yang dapat terjadi seperti kebakaran, pencurian dsb. Sehingga pelaku usaha

harus mengganti nilai kerusakan/ kehilangan dari usaha tsb.

a. Kerugian tidak langsung Nominal yg harus ditanggung akibat dampak tidak langsung

dari resiko yg terjadi seperti keuntungan yang gagal diterima akibat terjadinya resiko

yang munculnya dari biaya operasional tambahan, kesempatan investasi yang hilang, dll

5. Cara Pengelolaan Resiko

1. Kalkulasikan resiko yang dapat terjadi dengan menentukan:

Seberapa sering suatu resiko terjadi (frekuensi atau probability nya)

Dampak yang ditimbulkan dari resiko yang terjadi (dampak)

Hitung kemungkinan prediksi kerugian dengan formula: Frekuensi x Dampak

2. Menggunakan alat pengelolaan Resiko dengan konsep PARETO yaitu dengan

membuat urutan resiko yang potensial terjadi berdasarkan prediksi kerugian yang paling

tinggi sampai yang paling rendah,

3. Memilih prioritas pengelolaan resiko yang memiliki prediksi kerugian yang paling

besar terhadap bisni dengan 4 pilihan strategi pengelolaan resiko :

Dikontrol (risk control) : upaya dilakukan agar probabilitas terjadinya resiko yg kita

identifikasi menjadi berkurang

Ditransfer kepada pihak lain (risk transfer): upaya sadar yg dilakukan dg

memindahkan resiko yg dihadapi thd pihak lain: penggunaan asuransi,

outsourching, penggunaan supplier.

Dibiayai sendiri (risk retention): upaya mendanai dampak yg ditimbulkan resiko:

cadangan khusus, dengan tanpa membuat cadangan.

Dihindari (risk avoidance): secara sadar menghindari resiko yg dihadapi.

Added Note: Copy Left: jika suatu produk sudah dicopy/ dipublish maka sudah menjadi hak

masyarakat umum (AS) tidak ada copyright mutlak.