PERILAKU PEMUSTAKA TERHADAP LAYANAN LIBRARY 2.0...
Transcript of PERILAKU PEMUSTAKA TERHADAP LAYANAN LIBRARY 2.0...
PERILAKU PEMUSTAKA TERHADAP LAYANAN LIBRARY 2.0
DI PERPUSTAKAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN (KEMENDIKBUD)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
OKTA RENI AZRINA RA
1112025100002
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1437 H/2016 M
PERILAKU PEMUSTAKA TERHADAP LAYANAI\ ZIBXI-I(T 2.'DI PERPUSTAKAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
(KEMENDIKBUD)
SkripsiDiajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna
Mernperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
Okta Rcni Azrina RANrM. 1112025100002
Dibawah Bimbingan
qt&Dr. Ida Earida. MLIS
NIP. 19700407 200003 2003
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 HI2OI6:jr{
\
l!.
LEMBARPERNYATAAN
Dengajl ini saya menyatakan bahwa
1. Skripsi ini hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu
r persyaratan memperoleh gela"r strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya
cantumkan sesuai dengan
Hidayatullah Jakarta.
gunakan dalam penulisan ini telah saya
ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwakarya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta 30 Maret2016
!
Saya yatrg bertanda
Nama
NIM
Judul Skripsi
Ujian Skipsi
1. Ketua Sidang
2. Sekretaris Sidang
3. Pembimbing
4. Penguji I
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
tangan dibawah ini:
Okta Reni Azrina RA
1 I12025100002
Perilaku Pemustaka terhadap Layanan Library 2-0 di PerpustakaanKementerian dan Kebudayaan (Kemendikbud)
l3 April 2016
Skripsi tersebut telah diperbaiki sesuai saran dan komentar Tim Penguji sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Strata (S1) pada Program Studi Ilmu Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 April 2016
TandaTangan
Ulr-
{
tul
Tanggal
uf o4--ut(
Pungki Purnomo. MLIS19641215 199903 1 005
Mukmin Supralzogi. M.Si19620301 199903 1 001
Dr. Ida Farida. MLISt964t2ts 199903 1 00s
Ade Abdul Hak" M.Hum19710103 200003 1 002
Muhammad Azwar, M.Hum
, ,,lo+1.,[
vu
5. Penguji IIt?/t ?tb
i
ABSTRAK
Okta Reni Azrina RA. Perilaku Pemustaka terhadap Layanan Library 2.0 di
Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Skripsi. Dibawah
bimbingan Dr. Ida Farida, M.LIS. Jakarta: Program Studi Ilmu Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016.
Penelitian ini membahas tentang perilaku pemustaka terhadap layanan library 2.0
di perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui bagaimana perilaku pemustaka
terhadap layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud yang meliputi
whatsapp, blackberry messenger (BBM), Fanpage facebook, twitter, dan
instagram, (2) untuk mengidentifikasi perilaku pemustaka mengatasi kendala
yang dihadapi saat menggunakan layanan library 2.0 di perpustakaan
Kemendikbud. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian ini adalah anggota perpustakaan
Kemendikbud tahun 2015 sebanyak 840 orang x 10% yaitu 84 orang, sedangkan
teknik pengambilan sampel adalah teknik random atau secara acak. Berdasarkan
penelitian ini, disimpulkan bahwa (1) Perilaku pemustaka terhadap layanan
library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud belum maksimal. Mereka menggunakan
layanan library 2.0 berupa fanpage facebook, twitter, dan instagram sebatas
melihat informasi kegiatan perpustakaan, sebagai followers, dan following,
Sedangkan perilaku mereka di whatsapp dan BBM adalah melihat broadcast jatuh
tempo, chatting dengan pustakawan mengenai jam buka dan tutup layanan dan
perpanjangan koleksi. Pemustaka belum aktif berinteraksi dan berkolaborasi
dengan pustakawan dalam memberikan komentar ataupun memberikan partisipasi
penciptaan konten di perpustakaan Kemendikbud. (2) Perilaku pemustaka dalam
mengatasi kendala ketika menggunakan layanan library 2.0 adalah dengan
menghubungi pihak perpustakaan Kemendikbud melalui telepon, mengirim pesan
singkat (SMS), dan datang langsung ke perpustakaan. Oleh sebab itu,
perpustakaan Kemendikbud perlu meningkatkan respon, mensosialisasikan
layanan library 2.0 melalui bimbingan pemustaka dan secara online,
mengembangkan layanan library 2.0 lainnya, serta menampilkan koleksi terbaru
perpustakaan di layanan library 2.0 guna menarik minat dan partisipasi
pemustakanya.
Kata Kunci: Library 2.0, perilaku pemustaka, perpustakaan khusus
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan segala nikmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW, semoga syafaatnya dapat diperoleh diakhirat kelak. Aamiin.
Skripsi ini berjudul “PERILAKU PEMUSTAKA TERHADAP
LAYANAN LIBRARY 2.0 DI PERPUSTAKAAN KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (KEMENDIKBUD)”. Penulis
mengetahui benar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna
karena masih banyak kekurangan, baik dalam proses penulisan maupun referensi
yang digunakan. Bantuan dan partisipasi telah diberikan oleh berbagai pihak
dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Pungki Purnomo MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu
perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang tegas tapi tetap bersahaja.
3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
iii
Jakarta yang telah memberikan ilmu, kesempatan, dan motivasi kepada
penulis.
4. Ibu Dr. Ida Farida, MLIS, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah meluangkan waktu, memberikan pengarahan, dan ilmu, serta
kesabaran selama proses penulisan skripsi ini.
5. Bapak Ade Abdul Hak, M.Hum, dan Bapak Muhammad Azwar,
M.Hum, selaku Dosen Penguji Skripsi yang banyak memberi masukan
pada skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah memberikan
ilmu pengetahuan yang bermanfaat baik dibidang akademis, sosial, dan
keagamaan.
7. Bapak Chaidir Amir selaku kepala perpustakaan Kemendikbud yang
telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di perpustakaan
Kemendikbud.
8. Bapak M. Rasyid Ridho sebagai pustakawan yang telah banyak
membantu selama penulis melaksanakan penelitian di perpustakaan
Kemendikbud.
9. Ayahanda dan ibunda tercinta yang telah mencurahkan segala kasih
sayang dan pengorbanan untuk putri tercinta. Kesabaran, untaian do’a,
nasehat, perhatian, dan semangat yang mereka berikan mendorong
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
10. Abangku tercinta Nurul Roaz Al-Rasyid, terimakasih telah
memberikan dukungan penuh dan membuat penulis menjadi lebih
iv
dewasa dalam berperilaku. Adik-adik kecilku terkasih, Peni Gustina
RA, dan Anggun Nurjannah RA, dua mutiara yang sangat penulis
cintai mereka memberikan kekuatan dan ketegaran. Ibung Yanti
beserta keluarga sebagai keluarga ke-2 bagi penulis, terimakasih atas
do’a dan dukungannya
11. Braja, Ipah, Yusfa, Ries, Meysa, Leli, Ii, Ayi, Shinta, Icha, Titin, Inda,
Fina, Yani, Diva, Astrid, Izi, Bejo,Ecta, Lala, kak Yusra, kak Novi dan
teman-teman angkatan 2012 khususnya Ip A yang telah bersama-sama
penulis berjuang menyelesaikan kuliah S1. Tante Ivon dan keluarga
yang telah memberikan pengalaman berharga. Anggi Nugraha yang
telah berbagi pengalaman dan memberikan semangat agar penulis
menyelesaikan skripsi ini.
12. Sahabat dan keluarga Senat Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora
Tahun 2015, Faqih, Fina, Dhorifah, Rere, Muhaymin, Danang, Kiki,
dan Suci. DEMA FAH Tahun 2013 dan HMJ Tahun 2013 sebagai
wadah penulis mengembangkan pengalaman organisasi dan sosial.
13. Himpunan Mahasiswa Lampung (HML) yang memberikan
kesempatan berbagi ilmu dibidang kesenian dan kedaerahan.
14. Keluarga besar XI IPA1 (SEPATU) dan XII IPA2 MAN Kedondong
tetap erat menjalin persaudaraan dengan penulis.
15. Keluarga besar Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang menjadi tempat penulis belajar selama 4 tahun.
v
16. Teman-teman KKN Simpati 2015 Nia, Eva, Fitri, Ifah, Isti, Weni, Kak
Ramdhan, Kak Yaqob, Kak Agus, Ilham, Taufik, Dwiki, Rezky, dan
Daus. Seluruh warga dan pemuda/i Desa Leuweung Kolot Kec.
Cibungbulang Kab. Bogor yang telah menerima dengan baik, serta
adik-adik kecil Cipakel, Melsa, Gita, Anis, Silvi, Kiki, Mia, Kaspi,
Dani, dan semuanya tetap semangat belajar walau serba kekurangan.
17. Almas dan Ifah sebagai patner di tempat PKL di perpustakaan KAPD
Kab. Bogor. Untuk Pak Ade Sa’ban, Pak Andri Wijayanto, Bu Nurma,
Bu Iin, Bu Rini, Kak Bimbi, dan staf perpustakaan KAPD Bogor
terimakasih telah memberikan kesempatan mengabdi dan bekerjasama
selama sebulan penuh.
Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, hanya do’a dan ucapan
terimaksasih yang dapat penulis sampaikan. Semoga Allah SWT membalas segala
amal kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi
ini, Aamiin.
Jakarta, 30 Maret 2016
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan ............................................ 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 7
D. Definisi Istilah ................................................................ 8
E. Sistematika Penulisan ..................................................... 9
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Perilaku ........................................................................... 12
B. Pemustaka ....................................................................... 14
C. Perpustakaan Khusus ...................................................... 16
1. Pengertian Perpustakaan Khusus ............................... 16
2. Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Khusus .................. 16
3. Koleksi Perpustakaan Khusus .................................... 17
4. Layanan Perpustakaan Khusus................................... 17
5. SDM di Perpustakaan Khusus.................................... 18
D. Library 2.0
1. Pengertian Library 2.0 ............................................... 19
2. Unsur-Unsur Library 2.0 ............................................ 26
3. Pustakawan 2.0........................................................... 28
4. Implementasi Web 2.0 ............................................... 31
5. Manfaat Library 2.0 ................................................... 41
E. Penelitian Terdahulu ....................................................... 42
vii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ..................................... 44
B. Sumber Data
1. Data Primer .............................................................. 45
2. Data Sekunder .......................................................... 45
C. Populasi dan Sampel ....................................................... 46
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 46
E. Teknik Pengolahan Data
1. Tahap Pemeriksaan .................................................. 48
2. Tabulasi.................................................................... 48
F. Teknik Analisis Data ...................................................... 49
G. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Perpustakaan Kemendikbud
1. Visi dan Misi .......................................................... 53
2. Tugas........................................................................ 54
3. Koleksi ..................................................................... 55
4. Layanan.................................................................... 56
5. Sarana ...................................................................... 59
6. Prasarana .................................................................. 61
7. Komunitas ................................................................ 62
8. library 2.0 di Per Perpustakaan Kemendikbud ........ 65
B. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Responden .................................. 71
2. Analisis Data..........................…...... ........................ 72
3. Analisis Identitas Responden ................................... 72
4. Analisis Hasil Penelitian.......... ................................ 75
C. Pembahasan
1. Perilaku saat menggunakan Layanan Library 2.0 ... 97
2. Perilaku mengatasi kendala saat menggunakan
viii
Layanan Library 2.0 ................................................ 99
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................... 101
B. Saran untuk Perpustakaan kemendikbud… .................. 102
C. Penelitian berikutnya .................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian......................................................................... 50
Tabel 4.1 Koleksi Perpustakaan Kemedikbud ............................................ 55
Tabel 4.2 Ketentuan peminjaman Koleksi .................................................. 57
Tabel 4.3 Jenis Kelamin Responden………………..… ............................. 73
Tabel 4.4 Usia Responden........................................................................... 73
Tabel 4.5 Pekerjaan Responden .................................................................. 74
Tabel 4.6 Kepemilikan Perangkat TIK ....................................................... 75
Tabel 4.7 Penggunaan Aplikasi di Perangkat TIK ...................................... 76
Tabel 4.8 Pemanfaatan Aplikasi di Perangkat TIK ..................................... 78
Tabel 4.9 Pengetahuan tentang Library 2.0 ................................................ 78
Tabel 4.10 Library 2.0 di Perpustakaan Kemendikbud .............................. 79
Tabel 4.11 Alamat dan Username Layanan Library 2.0 ............................ 80
Tabel 4.12 Responden yang bergabung dengan Layanan Library 2.0 ........ 81
Tabel 4.13 Alasan Tertarik menggunakan Layanan Library 2.0 ................ 82
Tabel 4.14 Kenyamanan Berinteraksi kepada Pustakawan ......................... 83
Tabel 4.15 Penggunaan Layanan Library 2.0 perpustakaan ....................... 84
Tabel 4.16 Perilaku Responden terhadap Page on facebook ..................... 85
Tabel 4.17 Perilaku terhadap Twitter .......................................................... 87
Tabel 4.18 Perilaku terhadap Instagram .................................................... 88
Tabel 4.19 Layanan library 2.0 yang paling sering digunakan................... 88
Tabel 4.20 Informasi yang didapatkan dan digunakan .............................. 89
Tabel 4.21 Perilaku Pemustaka terhadap layanan library 2.0 ..................... 90
Tabel 4.22 Kendala yang dihadapi .............................................................. 92
Tabel 4.23 Kendala saat menggunakan Layanan Library 2.0 ..................... 93
Tabel 4.24 Cara mengatasi Kendala yang dihadapi .................................... 94
x
Tabel 4.25 Saran-Saran dari Responden terkait Layanan Library 2.0 ........ 95
Tabel 4.26 Perilaku Pemustaka dalam menghadapi Kendala ..................... 96
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. 1 Aksara Institute ...................................................................... 63
Gambar 4. 2 Britzone .................................................................................. 63
Gambar 4. 3 Youth for Diffable ................................................................... 64
Gambar 4. 4 Ayo Dongeng Indonesia ......................................................... 65
Gambar 4. 5 Layanan Library 2.0 Perpustakaan Kemendikbud ................. 66
Gambar 4. 6 Fanpage Facebook ................................................................. 68
Gambar 4. 7 Twitter .................................................................................... 69
Gambar 4. 8 Instagram .............................................................................. 70
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pengajuan Proposal Skripsi
Lampiran 2 Lembar Dosen Pembimbing
Lampiran 3 Lembar Pergantian Judul Skripsi
Lampiran 4 Lembar Izin Penelitian
Lampiran 5 Kuisioner Penelitian
Lampiran 6 Statistik Anggota Perpustakaan
Lampiran 7 Statistik Pengunjung Perpustakaan
Lampiran 8 Statistik Koleksi Perpustakaan
Lampiran 9 Struktur Organisasi Perpustakaan Kemendikbud
Lampiran 10 Lembar Bimbingan Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perpustakaan adalah institusi pengoleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau
karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi
kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para
pemustaka.1 Perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, teknologi, dan manusia
mendorong perubahan di dunia perpustakaan. Hal ini dikarenakan perpustakaan
merupakan organisasi yang dinamis dan dapat berubah sesuai dengan
perkembangan zaman yang ada. Perpustakaan terus tumbuh mengembangkan
koleksinya yang berubah dari masa ke masa. koleksi mulai dari kulit binatang,
papyrus, kertas, VCD, CD, DVD, mikrofis, mikrofilm, sampai koleksi digital di
kelola oleh perpustakaan. Hal tersebut berguna untuk memenuhi kebutuhan
informasi pemustakanya yang berbeda pula dari masa ke masa.
Kebutuhan informasi pemustaka dari masa ke masa dipengaruhi oleh
teknologi. Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi melahirkan
perubahan pada diri pemustaka. Sebagian besar pemustaka saat ini merupakan
pemustaka yang menjadikan perangkat teknologi informasi dan komunikasi
sebagai alat utama mendukung kegiatan mereka sehari-hari. Alhasil, perubahan ini
mendorong perpustakaan untuk mengadaptasi teknologi informasi dan
komunikasi untuk memberikan pelayanan yang efisien dan efektif.
1Graha Ilmu, Undang-Undang Perpustakaan No. 43 Tahun 2007. (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2010), h.3.
2
Islampun mengajarkan bila ingin memberikan hasil usaha baik berupa
barang maupun jasa (pelayanan), hendaknya memberikan yang berkualitas baik
kepada orang lain. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 267
berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan
dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. Maksudnya, ayat ini menjelaskan bahwa
barang/jasa yang dinafkahkan haruslah yang baik dan disenanginya. Allah tidak
memerlukan sedekah dari barang/jasa yang buruk apabila kita hendak
memperoleh ridha-Nya dan berbuat kebaikan. Perpustakaan sebagai pusat layanan
jasa non profit juga berupaya memberikan layanan yang baik kepada
pemustakanya. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi adalah salah
satu upaya perpustakaan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas baik
kepada pemustakanya.
Di Indonesia, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi diatur
dalam undang-undang perpustakaan yang berisi bagaimana standar nasional
3
layanan perpustakaan. Dalam bab V pasal 14 ayat 3 disebutkan bahwa “Setiap
perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan sesuai dengan kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi”.2 Pada ayat 7 juga disebutkan bahwa
layanan perpustakaan dilaksanakan melalui jaringan telematika.3 Undang-undang
tersebut kemudian dijadikan sebagai pedoman bagi perpustakaan dalam
melakukan perubahan. Berdasarkan undang-undang tersebut, maka perpustakaan
memperbaharui layanannya dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
telekomunikasi terbaru.
Salah satu teknologi informasi dan komunikasi yang kemudian diadopsi di
dunia perpustakaan adalah web 2.0. Web 2.0 adalah generasi web yang
mempunyai karakteristik kerjasama, interaktif, dinamis, dan batas tidak tegas
antara pembuatan dan pemakaian konten web.4 Kemudian di perpustakaan
muncullah istilah library 2.0. Library 2.0 adalah perpustakaan yang menggunakan
konsep web 2.0 dalam pengelolaan di perpustakaan, guna meningkatkan tugas dan
fungsi perpustakaan secara maksimal. Library 2.0 memiliki elemen penting yaitu
terpusat kepada pemustaka, menyediakan sebuah layanan multimedia, kaya akan
sosial, dan inovatif secara bersama-sama.5 Dengan elemen-elemen tersebut
menuntut perpustakaan memaksimalkan pelayanan kepada pemustaka dimanapun
dan kapanpun.
2Graha Ilmu, Undang-Undang Perpustakaan No. 43 Tahun 2007, h.11.
3Graha Ilmu, Undang-Undang Perpustakaan No. 43 Tahun 2007, h.11.
4Heri Abu Burachman Hakim, “Perpustakaan Hibrida Berbasis Web 2.0: Format
Perpustakaan di Era Millenium,” Visi Pustaka, no.1 (April 2010): h.6. 5Hakim, “Perpustakaan Hibrida Berbasis Web 2.0,” h.7.
4
Saat ini, di Indonesia web 2.0 telah diterapkan di beberapa perpustakaan
baik perpustakaan umum, khusus, maupun perguruan tinggi. Namun, dalam
pelaksanaannya masih jauh dari berhasil. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai
faktor, baik faktor internal kurangnya pemahaman dan keseriusan perpustakaan
dalam mengembangkan layanan web 2.0 kepada pemustaka ataupu eksternal yaitu
kurangnya dukungan dari pihak-pihak terkait dan pengetahuan pemustaka. Di satu
sisi, library 2.0 merupakan layanan perpustakaan yang selalu melakukan
perubahan yang berpusat kepada pemustaka dengan cara mengajak pemustaka
berpartisipasi dalam penciptaan layanan yang mereka inginkan baik secara fisik
maupun virtual yang kemudian didukung dengan evaluasi yang konsisten. Di sisi
lain, dibutuhkan kemampuan pemustaka dalam memanfaatkan library 2.0 dalam
memenuhi kebutuhan informasinya.
Salah satu library 2.0 yang berkembang di Indonesia adalah perpustakaan
Kementerian pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia (Kemendibud RI).
Perpustakaan Kemendikbud merupakan perpustakaan khusus yang memiliki peran
dan fungsi dalam mendukung kegiatan-kegiatan dalam bidang pendidikan dan
kebudayaan di Indonesia. Perpustakaan ini mengelola bahan pustaka tercetak di
bidang pendidikan dan kebudayaan dan menyediakan koleksi digital berupa
koleksi internal kementerian pendidikan dan kebudayaan seperti peraturan dan
kebijakan lainnya, serta jurnal online. Bahan pustaka tersebut kemudian
dilayankan kepada pemustaka secara maksimal dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi sesuai dengan kebutuhan secara efektif dan efisien.
5
Layanan library 2.0 tersebut dapat terlihat di website perpustakaan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Website http://www.perpustakaan.kemdikbud.go.id merupakan web yang
dapat diakses secara online melalui internet kapanpun dan dimanapun.
Didalamnya terdiri dari berbagai fitur untuk memenuhi kebutuhan informasi
pemustaka. Layanan library 2.0 berupa berbagai jenis media sosial seperti
wshatsapp, BBM, instagram, twitter, dan fanpage facebook, yang digunakan
untuk chat kepada pustakawan bila menginginkan informasi koleksi tertentu, jam
layanan perpustakaan, perpanjangan bahan pustaka yang dipinjam, dan lain-lain.
Hal ini tentu sangat membantu pemustaka dalam memenuhi kebutuhan informasi
secara efisien dan efektif.
Sebagai perpustakaan khusus, perpustakaan Kemendikbud memiliki
anggota perpustakaan yang menjadi pemustaka potensial dan menjadi target
utama yaitu pemustaka di lingkungan Kemendikbud. Namun, dalam
perkembangannya perpustakaan Kemendikbud juga memiliki pemustaka potensial
yang berasal dari luar lingkungan Kemendikbud. Mereka adalah pemustaka yang
terdiri dari berbagai kalangan seperti mahasiswa, dosen, peneliti, jurnalis,
karyawan non Kemendikbud, pelajar, dan lain-lain. Pemustaka ini memanfaatkan
perpustakaan Kemendikbud untuk memenuhi kebutuhan informasinya.
Layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud bertujuan agar dapat
dimanfaatkan oleh pemustakanya. Tetapi dalam kenyataannya masih banyak
pemustaka yang menghubungi pihak perpustakaan Kemendikbud melalui telepon,
email, dan SMS. Sedangkan adanya layanan library 2.0 di perpustakaan
6
Kemendikbud adalah untuk mempermudah berkomunikasi dengan pustakawan
dan pihak perpustakaan Kemendikbud sesuai dengan kebutuhan pemustakanya
secara online. Oleh sebab itu, diperlukan analisis terhadap perilaku pemustaka
untuk menelaah lebih jauh bagaimana layanan library 2.0 di perpustakaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kemudian digunakan atau tidak oleh
pemustakanya.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan
pembahasan lebih lanjut mengenai bagimana perilaku pemustaka terhadap
layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud dengan menganalisis perilaku
pemustaka yang terdiri dari berbagai kalangan. Dengan demikian peneliti
memberi judul penelitian ini dengan judul “Perilaku Pemustaka terhadap
Layanan Library 2.0 di Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan mudah, terarah, dan
mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan, maka perlu adanya
batasan dan rumusan masalah.
1. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti hanya akan membatasi masalah perilaku pada
pengetahuan dan tindakan penggunaan oleh pemustaka yang terdaftar sebagai
anggota perpustakaan Kemendikbud terhadap layanan library 2.0 di perpustakaan
Kemendikbud.
7
a. Perilaku pemustaka terhadap layanan library 2.0 yang disediakan oleh
perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
b. Perilaku pemustaka dalam mengatasi kendala ketika memanfaatkan
layanan library 2.0 di perpustakaan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud).
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka penulis merumuskan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Bagaimana perilaku pemustaka terhadap layanan library 2.0 yang
disediakan oleh perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud)?
b. Bagaimana perilaku pemustaka dalam mengatasi kendala ketika
memanfaatkan layanan library 2.0 di perpustakaan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Untuk memperjelas sasaran yang akan dicapai melalui penelitian ini
sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perilaku pemustaka terhadap layanan library 2.0 yang
disediakan oleh perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud).
8
2. Untuk mengidentifikasi perilaku pemustaka dalam mengatasi kendala-
kendala ketika memanfaatkan layanan library 2.0 di perpustakaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain :
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi
atau perbandingan dalam usaha pengembangan keilmuan yang sesuai dengan
bidangnya. penelitian ini juga diharapkan menambah jumlah studi
pembahasan mengenai penerapan teknologi web yang digunakan
perpustakaan, terutama penerapan library 2.0 di berbagai jenis perpustakaan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
pengalaman baru untuk memperoleh gambaran penerapan library 2.0 di
perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Penelitian ini juga
diharapkan menjadi bahan pertimbangan menentukan kebijakan perpustakaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan agar dapat mempromosikan
mengembangkan library 2.0 secara maksimal guna meningkatkan
penggunaan perpustakaan oleh pemustakanya yang beragam.
D. Definisi Istilah
Definisi istilah sangat penting untuk dicantumkan, guna menghindari
perbedaan pengertian makna yang ditimbulkan agar tidak terjadi kesalahpahaman
9
maksud judul sesuai dengan harapan penulis. maka penulis perlu menjelaskan
istilah-istilah sebagai berikut:
1. Perilaku merupakan setiap tindakan yang digunakan sebagai alat atau
cara agar dapat mencapai suatu tujuan, sehingga kebutuhan terpenuhi
atau suatu kehendak terpuaskan.6 Perilaku yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah pengetahuan dan tindakan penggunaan yang
dilakukan pemustaka terhadap layanan library 2.0 di perpustakaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
2. Pemustaka adalah pengguna perpustakaan, yaitu perorangan, sekelompok
orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan layanan
perpustakaan.7 Pemustaka yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
anggota perpustakaan di perpustakaan Kemendikbud.
3. Library 2.0 adalah implementasi Web 2.0 dalam lingkup perpustakaan,
tidak hanya terkait teknis dengan TI, tetapi juga aspek lain terutama dalam
layanan perpustakaan.8
4. Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang berada pada suatu instansi
atau lembaga tertentu, baik lembaga pemerintahan maupun lembaga
swasta yang sekaligus lembaga tersebut sebagai pengelola dan penanggung
6Yasir Riyadi, “Perilaku Pencarian Informasi Mahasiswa Program Doktoral dalam
menyusun Disertasi”, Visi Pustaka, vol. 15 No.2 (Agustus 2013): h.108. 7Perpustakaan Nasional, Standar Nasional Perpustakaan Perguruan Tinggi (Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 2012), h.2. 8Hendro Wicaksono, “Library 2.0 dan Dampaknya dalam Pengembangan Aplikasi dan
Layanan Perpustakaan,” Vol. 31 no. 01, (Agustus 2010): h. 16.
10
jawabnya.9 Perpustakaan khusus yang dimaksud adalah Perpustakaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
E. Sistematika Penulisan
Dalam melakukan penyusunan proposal penelitian ini, peneliti membagi
sisitematika penelitian ke dalam 5 (lima) bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian dari penulis dengan menguraikan hal-hal
seputar penelitian seperti: latar belakang, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah,
dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
Bab ini penulis akan memberikan gambaran mengenai perilaku,
pemustaka, pengertian perpustakaan khusus, tujuan dan fungsi
perpustakaan khusus, koleksi perpustakaan khusus, layanan
perpustakaan khusus, sumber daya manusia di perpustakaan
khusus, pengertian library 2.0, unsur-unsur library 2.0, pustakawan
2.0, pengguna library 2.0, implementasi library 2.0, manfaat
library 2.0, dan penelitian terdahulu.
9Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Samitra
Media Utama, 2004), h. 30-31.
11
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini diterangkan tentang jenis dan pendekatan
penelitian, sumber data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan,
pengolahan data, teknik analisis data dan jadwal penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini merupakan bab mengenai sejarah singkat dan
perkembangannya, visi dan misinya, tugas, koleksi perpustakaan,
layanan, sarana, prasarana, produk hukum Kemendikbud,
komunitas, dan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud.
Dalam bab ini juga menerangkan tentang hasil penelitian dan
pembahasan.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir penulis mengemukakan suatu
kesimpulan dari pembahasan penelitian ini. Selain itu dalam bab ini
penulis akan mengungkapkan beberapa saran berdasarkan hasil
analisis dari penelitian ini yang diharapkan menjadi bahan masukan
dan sumbangan pemikiran penulis yang bermanfaat bagi pihak-
pihak yang terkait.
12
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)
yang bersangkutan.10
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku diartikan
sebagai tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan dan lingkungan.11
J.B. Watson adalah pendiri behaviorisme di Amerika Serikat. Ia berbendapat
bahwa perilaku terbagi atas perilaku yang menampak (overt behaviour) dan
perilaku yang tidak nampak dari luar, tidak nyata, seperti berpikir dan beremosi.
Perilaku yang tidak nyata ini disebut perilaku yang tidak menampak (covert
behaviour). Perilaku tidak menutup kemungkinan untuk mempelajari perilaku
yang tidak menampak ini, selama dapat diterangkan dalam gerakan-gerakan
implisit (implicite movement).12
Sedangkan menurut B.F. Skinner (1904-1990) menyatakan bahwa perilaku
sepenuhnya ditentukan oleh stimulus saja, tidak ada faktor lainnya. Jadi rumus
Skinner untuk perilaku adalah B= f (s). Suatu perilaku atau respons (R) tertentu
akan timbul sebagai reaksi terhadap suatu stimulus tertentu (S). teori ini dikenal
dengan nama teori S–R dari Skinner.13
Basis penelitian Skinner adalah studi
tentang perlaku operant. Berbeda dengan perilaku responden, dimana respon-
10
“Perilaku,” artikel diakses pada 22 Februari 2016 dari http://www.digilib.unimus.ac.id.
h.11 11
“Perilaku menurut KBBI,” artikel diakses pada 22 Februari 2016 dari http://www.
kbbi.go.id. 12
Sarlito W. Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi
(Jakarta: Bulan Bintang, 2002), h. 114. 13
Sarlito W. Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-Aliran, h.117.
13
respon yang ditimbulkan oleh stimuli spesifik, perilaku operant terjadi tanpa
adanya stimulus yang nyata.14
Skinner mengadakan sebuah percobaan yang disebut proses kondisioning
operant. Proses kondisioning operant (operant conditioning) terdapat juga
stimulus tak berkondisi dan respons tak berkondisi (disebut perilaku responden)
serta stimulus berkondisi dan respons berkondisi. Respons berkondisi dalam
percobaan Skinner disebut sebagai respons operant atau perilaku operant (operant
behaviour), sedangkan stimulus berkondisinya disebut stimulus operant. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita mendapati banyak sekkali perilaku operant.15
Menurut Notoatmodjo (2007), dilihat dari bentuk stimulus ini maka
perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Perilaku tertutup (convert behaviour)
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behaviour)
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau praktik yang
dengan mudah diamati atau dilihat orang lain.16
Sementara itu, William McDougall mengemukakan bahwa perilaku
mempunyai tujuh ciri, yaitu:
a. Spontanitas gerakan.
14
James F. Brennan, Sejarah dan Sistem Psikologi (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h.377. 15
Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-Aliran, h. 119. 16
“Perilaku,” artikel diakses pada 22 Februari 2016 dari http://www.digilib.unimus.ac.id.
h.12
14
b. Ketetapan (persistance) dari aktivitas yang tidak tergantung pada
situasi-situasi sebelum atau sesudahnya.
c. Gerakan-gerakan yang berketetapan itu bervariasi dalam tujuannya
(variation of direction).
d. Gerakan akan berhenti begitu tercapai perubahan tertentu dalam
situasi.
e. Akan terjadi persiapan untuk menghadapi situasi baru sebagai akibat
dari aktivitas baru yang berlalu.
f. Jika perilaku diulangi beberapa kali dalam situasi yang sama, akan
terjadi peningkatan efektivitas.
g. Reaksi organism merupakan suatu totalitas.
Jadi dapat disimpulkan bahwa gerakan-gerakan yang memenuhi kriteria-
kriteria tersebut merupakan gerakan yang bertujuan dan dinamakan perilaku,
sedangkan gerakan lain yang tidak memenuhi kriteria-kriteria tersebut tidaklah
dapat digolongkan sebagai perilaku.17
B. Pemustaka
Pemustaka adalah istilah yang merujuk pada perorangan, kelompok, atau
lembaga yang menggunakan pelayanan dan fasilitas perpustakaan.18
Menurut
undang-undang perpustakaan no.43 tahun 2007 Bab 1 Pasal 1 ayat 9 disebutkan
bahwa pemustaka adalah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok
17
Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-Aliran, h.112. 18
Rosa Widyawan, Pelayanan Referensi: Berawal dari Senyuman (Bandung: CV. Bahtera
Ilmu, 2010), h. 21.
15
orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan
perpustakaan.19
Pemustaka 2.0 didefinisikan sebagai orang yang memanfaatkan
koleksi dan layanan library 2.0. Karakteristik pemustaka 2.0 antara lain:
a. Kecanduan informasi, bersemangat untuk akses cepat saat ini dan dalam
informasi elektronik pribadi.
b. Semakin mandiri, navigasi sumber daya dan membuat pilihan tanpa
panduan ahli.
c. Semakin puas dengan kualitas informasi yang dia temukan di web.
d. Menyukai sumber daya online dan sumber cetak perpustakaan.
e. Format agnostik.
f. Konten dan konteks menambah nilai intelektual konten.
g. Terobsesi dengan email, instant messaging, blog, wiki, game, dan belanja
online.
h. Sepenuhnya kabel (laptop, smartphone, MP3 player).
i. Tuntutan dan mengharapkan akses 24/7 akses ke perpustakaan fisik dan
virtual.
j. Melakukan secara baik akademis didunia yang tampaknya menjadi mulus
(batas-batas antara bekerja, belajar, dan bermain) dan norma
multitasking.20
19
Graha Ilmu, Undang-Undang Perpustakaan No. 43 Tahun 2007, h.4.
16
C. Perpustakaan Khusus
1. Pengertian perpustakaan khusus
Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang berada pada suatu instansi
atau lembaga tertentu, baik lembaga pemerintahan maupun lembaga swasta yang
sekaligus lembaga tersebut sebagai pengelola dan penanggung jawabnya. Istilah
khusus yaitu bertugas melayani lembaga dan mereka yang bekerja pada instansi
yang bersangkutan.21
Sedangkan menurut Soekarman K., dkk, (2002) menyebutkan bahwa
perpustakaan khusus adalah salah satu jenis perpustakaan yang dibentuk oleh
lembaga (pemerintah/swasta), atau perusahaan, atau asosiasi yang menangani atau
mempunyai misi bidang tertentu dengan tujuan pengembangan untuk memenuhi
kebutuhan bahan pustaka/informasi di lingkungannya dalam rangka mendukung
pengembangan dan peningkatan lembaga maupun kemampuan sumber daya
manusia.22
2. Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Khusus
Tujuan perpustakaan khusus adalah untuk melayani pengguna dalam
lingkungan lembaga, dokumen yang ada perpustakaan juga tidak hanya disimpan
dan dikeluarkan apabila dibutuhkan tetapi perpustakaan harus proaktif
memberikan segala informasi yang terkait dengan bidang lembaga induk, serta
memanfaatkan segala fasilitas untuk kelancaran pelayanan.
20
Cheryl Peltier-Davis, “Web 2.0, Library 2.0, Library User 2.0, Librarian 2.0:
Innovative Services for Sustainable Libraries,” Proquest, Vol. 29 No. 10 (2009): h. 18-19. 21
Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Samitra
Media Utama, 2004), h. 30-31. 22
Soekarman K, dkk., Standar Perpustakaan Khusus (Jakarta: Proyek Pembinaan dan
Pengembangan Perpustakaan Nasional RI, 2002), h. 3.
17
Fungsi perpustakaan khusus adalah menyediakan dan mendukung
kelancaran pelaksanaan kegiatan organisasi yang menangui perpustakaan tersebut,
selanjutnya keberadaan dan berjalan atau tidaknya sebuah perpustakaan khusus
tersebut juuga bergantung kepada lembaga yang bersangkutan.23
3. Koleksi Perpustakaan Khusus
Koleksi perpustakaan khusus adalah bahan pustaka baik dalam bentuk
buku, film, majalah, dan sejenisnya yang dikumpulkan dan diproses berdasarkan
aturan tertentu untuk disajikan dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi
penggun, mencakup informasi koleksi umum, koleksi referensi, dan koleksi inti.24
4. Layanan Perpustakaan Khusus
a. Layanan perpustakaan
1) Layanan ruang baca
Layanan ini sangat diperlukan oleh pengguna maupun pustakawan
dalam menyemarakkan kegiatan layanan perpustakaan. Layanan ruang
baca ini dirasakan sangat penting karena ada interaksi antara pengguna dan
pustakawan secara langsung.25
2) Layanan sirkulasi
Layanan sirkulasi adalah kegiatan peredaran koleksi perpustakaan
ke luar peprustakaan. Pelayanan ini ditujukan agar pengguna dapat
23
Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, h. 39. 24
Soekarman K, dkk., Standar Perpustakaan Khusus, h.2. 25
Supriyono, “Upaya Peningkatan Jasa Layanan Perpustakaan dengan Teknologi
Informasi”, Media Informasi, Vol. XIII No.8 (2001): h.14.
18
meminjam dan membaca bahan pustaka lebih leluasa sesuai kesempatan
yang ada.26
3) Layanan rujukan
Layanan rujukan diberikan untuk membantu pengguna
perpustakaan atau masyarakat yang ingin menemukan informasi secara
tepat dan cepat dari koleksi yang ada di perpustakaan.
b. Layanan Sekunder
Layanan tersebut prinsipnya untuk mendayagunakan informasi yang
terkandung dalam koleksi perpustakaan.berbagai penerbitan kemasan bahan
pustaka seperti jasa daftar koleksi peprustakaan, daftar isi majalah, sari
karangan dan indeks, paket informasi, bulletin perpustakaan, bibliografi, dan
lembar data dapat dilaksanakan di peprustakaan khusus agar pustakawan
lebih dinamis dan proaktif.27
c. Layanan Khusus
Mencakup terjemahan bahan pustaka, jasa silang layan/pengadaan
bahan pustaka, dan layanan penelusuran literatur.
5. Sumber Daya Manusia di Perpustakaan Khusus
Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting untuk
menjalankan program dalam mencapai sasaran, terutama bagi pustakawan.
peningkatan kemampuan dan keahlian staf harus diperhatikan dan diselaraskan
26
Soekarman dan Rachmat Natadjumena, Pedoman Umum Penyelenggaraan
Perpustakaan Khusus (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2004), h.33. 27
Soekarman dan Natadjumena, Pedoman Umum, h.37.
19
dengan kemajuan zaman, sehingga perubahan perkembangan teknologi tidak akan
mengejutkan pustakawan dan non pustakawan.28
D. Library 2.0
1. Pengertian Library 2.0
Sebelum membahas library 2.0, perlu kita ketahui bahwa istilah ini
berawal dari konsep web 2.0 yang merupakan generasi ke 2 dari WWW. Web 2.0
atau parcipatory web yang menggambarkan bagaimana teknologi WWW
dimanfaatkan oleh aplikasi-aplikasi yang berkembang saat ini untuk
berkokaborasi dengan para penggunanya dari seluruh penjuru dunia.29
Web 2.0 adalah sebuah frase yang diciptakan O’Reilly Media pada tahun
2004, mengacu apa yang dirasakan generasi kedua layanan berbasis web seperti
situs jejaring sosial, wiki, alat komunikasi, folksinomi yang menekankan pada
kolaborasi online dan berbagi antar pengguna. Web 2.0 adalah membaca/menulis
web, dimana pengguna baik konsumen maupun produsen konten online, web
interaktif dua arah, tempat dimana orang sehari-hari dengan akses internet dapat
membuat dan mengedit suatu hal.30
Menurut Paul Graham, nama 2.0 muncul dari sebuah brainstorming untuk
memberi nama konferensi tentang Web yang baru. Mereka berpendapat bahwa
sesuatu yang baru akan muncul. Dan yang baru itulah disebut Web 2.0 meski
masih memiliki banyak ragam interpretasi. Dalam suatu sesi pertemuan yang
28
Agus Dwi Waluyo, “Membangun Citra pustakawan sebagai Sumber Daya Manusia,”
Buletin Perpustakaan, no.16 (1995): h.12. 29
Sri Ati Suwanto, “Layanan Perpustakaan Elektronik dengan Konsep Library 2.0,”
artikel di akses pada 14 Oktober 2015 dari htt:// www.eprints.undip.ac.id. h.4. 30
Peltier-Davis, “Web 2.0,” h. 16.
20
dipimpin Tim O’Reilly pada tahun berikutnya (2005) dicoba mendefinisikan
ulang Web 2.0. Batasan yang muncul adalah sederet kriteria berikut :
a. web 2.0 menggunakan jaringan terkoneksi sebagai landasan kerja yang
menjangkau semua peralatan;
b. penerapan web 2.0 memanfaatkan keunggulan intrinsik landasan kerja
tersebut;
c. menyediakan peranti lunak yang secara kontinyu diperbaiki karena semakin
banyak pengguna yang berpartisipasi dalam upaya tersebut;
d. memakai dan memadukan data dari beragam sumber termasuk dari setiap
individu pemakai;
e. menyediakan data dan jasa dalam format yang memungkinkan dipadukan
oleh pihak lain;
f. menciptakan keunggulan jaringan dengan memakai arsitektur yang cocok
untuk partisipasi banyak pihak;
g. melebihi kemampuan Web 1.0 karena diperkaya oleh pengalaman para
pengguna.31
Web 2.0 adalah istilah yang sering digunakan untuk transisi
berkelanjutan yang dirasakan. Web 2.0 adalah layanan world wide web dari
koleksi website untuk platform komputasi secara penuh melayani aplikasi web
untuk pengguna yang diharapkan dapat menggantikan aplikasi komputasi desktop
31
Blasius Sudarsono, “Menerapkan Konsep Perpustakaan 2.0”. Disampaikan pada:
Workshop Library 2.0: Chalenge and Opportunities to Library Management, (Semarang:
Universitas Diponegoro, 11 Agustus 2009), h.4.
21
guna berbagai tujuan.32
Web 2.0 adalah istilah pemersatu untuk jenis-jenis
teknologi baru yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dan personaliasi
situs web, termasuk jerjaring sosial, blog, dan wiki. Web 2.0 adalah tentang
banyak hal yang berbeda pada saat yang sama: ide, teknologi, pola perilaku, cita-
cita, tujuan, dan budaya.33
Web 2.0 menyajikan model baru tentang berinteraksi dengan orang lain.
Model lama tetap berjalan, tetapi dimunculkan alternatif model komunikasi
baru. Model komunikasi baru yang sangat intensif ini menghasilkan outputyang
luar biasa, yaitu pengetahuan. Model komunikasi Web 2.0 mendorong orang
untuk aktif belajar (dalam arti luas) dan berbagi pengetahuan baru yang didapat.
Inilah yang ingin diterapkan dalam konteks perpustakaan karena pada
dasarnya perpustakaan adalah sebuah lingkungan pembelajaran.34
Web 2.0 adalah halaman situs lebih baru seperti MySpace, facebook,
Delicious, Flikr, dan Youtube yang memungkinkan pengguna untuk berkontribusi
terhadap konten web dan berinteraksi dengan pengguna situs lain. Teknologi
kunci dan perangkat lunak sosial yang berfungsi sebagi dasar dari web 2.0:
a. Blog.
b. Wiki.
c. RSS feed.
d. Pengguna menambahkan ulasan, penilaian, dan ringkasan.
e. Instant messaging.
32
Stephen Abram, “Web 2.0-Huh?! Library 2.0, Librarian 2.0”, Proquest, Vol. 9 No.12
(2005): h. 44. 33
Holmberg, “What is Library 2.0,” Proquest, vol. 65 no. 4 (2009): h. 668. 34
Wicaksono, “Library 2.0,” h. 17.
22
f. Podcast dan Vodcasts.
g. Folksonomies, tag dan tagging.
h. Sosial bookmark.
i. Situs jaringan sosial.
j. Streaming audio dan video.
k. Jasa komunitas foto atau berbagi foto.
l. Layanan buku (penerbitan).
Para penulis lain seperti Aharoni (2009), Dongmei (2009), Chen (2009),
Alton dan Dion (2010), serta Click dan Petit (2010) mengolongkan aplikasi
Web 2.0 di perpustakaan ke dalam empat pekerjaan. Pertama, Blog dan
Wikis, dapat digunakan untuk kepentingan pengadaan informasi dalam arti
mengumpulkan sumber informasi dari luar perpustakaan. Kedua, RSS (really
simple syndication) adalah salah satu format umpan web yang digunakan untuk
menerbitkan karya-karya yang sering diperbarui – misalnya entri blog, berita,
audio, dan video – dalam format standar (Wikipedia). RSS dimanfaatkan untuk
penyebaran informasi dari pihak perpustakaan ke pemustaka. Ketiga,
pelayanan penandaan sosial (social tagging) dimanfaatkan untuk mengelola
informasi dengan memanfaatkan kata kunci atau representasi kandungan
informasi untuk memudahkan temu ulang selanjutnya. Keempat, pesan singkat
(instant massaging) dan jaringan sosial (social networking) seperti twitter dan
23
facebook dimanfaatkan untuk arus informasi bilateral antara perpustakaan dan
pemustaka dalam berbagi informasi.35
Menurut Rosa Widyawan dalam artikelnya tahun 2010, mengungkapkan
bahwa Web 2.0 mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1) Web sebagai platform. Artinya, aplikasi yang dikembangkan
berbasis web. Hal lain seperti pertukaran data dan layanan juga
dilakukan berbasis pelayanan web. Konsep ini juga dinamakan
Web Service. Format data yang populer untuk Web Service,antara
lain basis XML, JSON, dan YAML.
2) Web sebagai pengumpul kecerdasan kolektif. Dari sisi
komunikasi, Web 2.0 mendorong interaksi web dengan pengguna.
Web juga menjadi tempat dikumpulkannya pengetahuan bersama
yang di-shareoleh pengguna melalui beragam fitur di dalam aplikasi
web. Ini yang disebut wisdom of crowds. Walaupun kontribusi
masing-masing pengguna hanya sedikit, tetapi karena jumlah
pengguna banyak, hasilnya menjadi luar biasa. Informasi yang
terkumpul dapat digunakan untuk meningkatkan pengalaman
pemakai.
3) Software as a service, yaitu sebuah layanan web yang tidak harus
berdiri sendiri, tetapi menjadi layanan yang digunakan untuk
mendukung pelayanan web lain secara langsung atau tidak langsung.
35
Rosa Widyawan, “Library 2.0 tidak terasa ada disekitar Kita”, Baca, Vol. 31 no.1
(Agustus 2010): h. 65-66.
24
Untuk login ke suatu aplikasi, pengguna dapat menggunakan
username dan password dari akun yang didaftarkan pada Facebook,
Yahoo, Google, OpenID, dan lain-lain tanpa harus melakukan
registrasi di aplikasi tersebut.36
P. Miller (2005) menyimpulkan bahwa web 2.0 adalah partisipasif, bahwa
partisipasi tampak pada pemustaka sebagai blogger. Bagi perpustakaan dan
lembaga terkait terdapat ruang lingkup partisipasi yang sederajat. Dalam hal ini,
Miller menganjurkan agar perpustakaan bekerja bersama-sama dengan penyedia
sistem, penerbit, lembaga standar, pemerintah, dan lembaga terkait lainnya.37
Jargon web 2.0 kemudian diadopsi di dunia perpustakaan. Istilah library
2.0 diperkenalkan oleh Michael Casey pada tahun 2005 dalam blognya bernama
Library Crunch.38
Library 2.0 adalah perpustakaan yang dimodelkan pada
teknologi web 2.0, berpusat pada penekanan perubahan pengguna dan partisipasi
dalam penciptaan konten dan layanan berbasis masyarakat.39
Library 2.0 juga mencoba memanfaatkan keterampilan pengguna
perpustakaan dalam desain dan implementasi layanan perpustakaan inovatif
dengan mendorong umpan balik dan partisipasi. Casey dan Savastinuk (2007)
sebagaimana dikutip oleh Kim Holmberg dkk. tahun 2008, menyatakan bahwa
36
Wicaksono, “Library 2.0,” h. 16. 37
Widyawan, Pelayanan Referensi, h. 28. 38
Sudarsono, “Menerapkan Konsep Perpustakaan 2.0,” h.4. 39
Peltier-Davis, “Web 2.0,” h.17.
25
layanan pasrtisipatif dan perubahan adalah jantung dari library 2.0 dan teknologi
adalah alat yang dapat membantu kita sampai disana.40
Library 2.0 adalah implementasi Web 2.0 dalam lingkup perpustakaan,
tidak hanya terkait teknis dengan TI, tetapi juga aspek lain terutama dalam
layanan perpustakaan.41
Library 2.0 juga berupaya mencari pemakai baru dan
melayani pemakai yang sudah ada dengan lebih baik (Casey, M.E. dan Savastunik
L.C.,2006).42
Menyediakan layanan perpustakaan yang banyak memanfaatkan
teknologi Web 2.0 untuk membangun perpustakaan sebagai bagian dari
knowledge management, dimana pengguna perpustakaan termotivasi untuk
belajar dan berbagi pengetahuan, inilah yang disebut Library 2.0.43
Sementara itu, Maness (2006) mendefinisikan bahwa library 2.0 adalah
penerapan teknologi yang didasarkan pada web multimedia yang interaktif,
kolaboratif, pada layanan perpustakaan dan koleksi yang berdasarkan web, dan
menganjurkan diadaptasi oleh komunitas ilmu perpustakaan. Maness membatasi
definisi pada layanan yang berdasarkan web, tidak layanan perpustakaan secara
umum, untuk menghindari kebingungan yang cukup potensial dan membolehkan
istilah tersebut untuk diteliti, diteorikan lebih lanjut, dan memberikan wacana
professional yang lebih bermanfaat.44
40
Kim Holmberg, “What is Library 2.0,” h. 671. 41
Wicaksono, “Library 2.0,” h. 16. 42
Suwanto, “Layanan Perpustakaan Elektronik,” h.9. 43
Wicaksono, “Library 2.0,” h. 17. 44
Suwanto, “Layanan Perpustakaan.” h.10.
26
Dengan adanya library 2.0, yang mengutamakan interaksi, komunikasi
akan lebih efektif. Istilah ini mencerminkan transisi pelayanan modern di dunia
perpustakaan. fokusnya adalah pelayanan berubah pada penekanan pemustaka dan
partisipasi mereka dalam penciptaan konten dan komunitas. Dengan library 2.0,
pelayanan perpustakaan selalu diperbaharui dan dievaluasi untuk menyediakan
pelayanan.
2. Unsur-Unsur Library 2.0
Unsur-unsur library 2.0 menerapkan teknologi dan layanan berarti
membawa interaktif, kolaboratif, dan berpusat pada pengguna teknologi berbasis
web untuk layanan perpustakaan koleksi. Termasuk:
a. Memberikan pesan sinkron (melalui platform instant messaging, skype, dll)
yang memungkinkan pengguna chatting dengan staf perpustakaan.
b. Menggunakan blog, wiki, dan pengguna berpusat pada platform terkait untuk
mendorong komunikasi dan interaksi antara staf perpustakaan dan pengguna.
c. Memungkinkan pengguna untuk membuat judul subjek pribadi untuk bahan
pustaka melalui penandaan sosial bentuk plat.
d. Menyediakan kemampuan pengguna untuk mengevaluasi dan mengomentari
item tertentu dalam koleksi perpustakaan melalui sistem rating, diskusi, atau
komentar lainnya.
e. Menggunakan platform jejaring sosial seperti facebook atau linked in untuk
membuat koleksi online untuk pengguna, memungkinkan komunikasi dan
pengiriman online.
27
f. Menciptakan sistem rekomendasi yang dinamis dan personal.45
Menurut Michael Zimmer (2013), menyatakan bahwa sebuah teori untuk
library 2.0 dapat diketahui memiliki 4 elemen penting berikut:
a. Terpusat pada pengguna. Pengguna berpartisipasi dalam pembuatan konten
dan layanan yang terlihat dalam tampilan web perpustakaan, OPAC, dll.
Pemakaian dan pembuatan konten web yang dinamis sehingga peran
pustakawan dan pengguna tidak selalu jelas.
b. Menyediakan sebuah layanan multi media. Koleksi dan layanan library 2.0
menyediakan komponen video dan audio. Walaupun hal ini jarang sekali
dicetuskan sebagai fungsi library 2.0 di sini disarankan agar seharusnya
begitu.
c. Kaya secara sosial. Tampilan web perpustakaan berisi tampilan pengguna.
Ada dua cara yaitu sinkronisasi (contohnya IM) dan asinkronisasi (contohnya
wiki) untuk komunikasi pengguna dengan pengguna lain dan dengan
pustakawan.
d. Inovatif secara bersama-sama. Mungkin hal ini adalah aspek tunggal utama
dari library 2.0 yaitu bertumpu pada asas perpustakaan sebagai layanan
masyarakat, namun sadar bahwa ketika masyarakat berubah perpustakaan
tidak saja ikut berubah tetapi juga membiarkan pemustaka untuk merubahnya.
Perpustakaan siap untuk merubah pelayanannya, mencari cara baru untuk
45
Michael Zimmer, “Assesing the Treatment of Patron Privacy in Library 2.0 Literature,”
Proquest, vol. 32 no.2 (2013): h.31.
28
memberi kesempatan masyarakat, bukan saja perorangan, untuk mencari,
menemukan, dan menggunakan informasi.46
Library 2.0 berisi tujuh blok bangunan yaitu interaktivitas, pengguna,
pastisipasi, perpustakaan dan layanan perpustakaan, web dan web 2.0, aspek
sosial dan teknologi, dan alat-alat.47
3. Pustakawan 2.0
Pustakawan 2.0 mampu mengintegrasikan teknologi web 2.0 ke layanan
perpustakaan melalui portal web perpustakaan.48
pustakawan 2.0 adalah guru dari
era informasi.49
Guna memaksimalkan kemampuan tersebut diperlukan
kompetensi baik secara profesional maupun pribadi. Kompetensi Pustakawan 2.0
yaitu:
a. Memahami kekuatan dan peluang web 2.0.
b. mempelajari alat utama web 2.0 dan library 2.0.
c. Memadukan sumber lektronik dan format cetak.
d. Jadilah perangkat independen yang menggunakan dan memberikan segala
sesuatu dari laptop ke PDA untuk ipod.
46
Jack M. Maness, Teori Library 2.0: Web 2.0 dan Dampaknya terhadap Perpustakaan.
Penerjemah Blasius Sudarsono (Visi Pustaka, 2008), h.31. 47
Holmberg, “What is Library 2.0,” h. 669. 48
Peltier-Davis, “Web 2.0,” h. 19. 49
Abram, “Web 2.0-Huh?! Library 2.0,” h. 46.
29
e. Mengembangkan sasaran pencarian federasi dan mengadopsi standar open
URL.
f. Hubungkan orang dalam konteks teknologi dan informasi.
g. Tidak menghindar dari katalog nontradisional dan klasifikasi serta memiliki
tagging, folksonomy, dan deskripsi konten pengguna yang sesuai.
h. Merangkul informasi nontekstual dan kekuatan gambar, gambar bergerak,
penglihatan, dan suara.
i. Memahami dan memanfaatkan kekuatan konten lama dan baru.
j. Melihat potensi dalam menggunakan sumber-sumber konten seperti Aliansi
Open Content, Google print, dan open Worldcat.
k. Koneksi pengguna hingga diskusi pakar, percakapan, dan praktek masyarakat
dan pastisipasi disana.
l. Menggunakan dan mengembangkan jaringan sosial canggih untuk
keuntungan peprustakaan.
m. Terhubung dengan semua orang menggunakan mode komunikasi pilihan
mereka seperti telepon, skype, instant messaging, SMS, referensi virtual, dan
lain-lain.
n. Mendorong metadata user-driven dan konten yang dibuat pengguna
dikembangkan dan komentar.
30
o. Memahami kebijaksanaan orang banyak dan peran nyata dan dampak dari
blog, web dan wiki.50
Kompetensi profesional dan pribadi untuk menjadi seorang pustakawan 2.0:
a. Memiliki kapasitas untuk belajar terus-menerus dan cepat.
b. Memantau cara-cara baru pengorganisasian dan mengakses sumber.
c. Memantau tren dalam teknologi.
d. Memiliki kemampuan untuk bekerja secara independen dan bekerja bersama
tim.
e. Memiliki kecenderungan untuk mengambil resiko dan bekerja dibawah
tekanan.
f. Layanan berorientasi kepada pengguna.
g. Jadilah terampil untuk memungkinkan dan mendorong perubahan.
h. Memiliki rasa humor.
i. Berkomitmen untuk melanjutkan pendidikan formal dan informal.
j. Melakukan penelitian dan mempublikasikan hasil.
k. Baca literatur professional, terutama diluar bidang anda.
l. Menjadi aktif dan dalam bebarapa kasus berani terlibat dalam desain ILS dan
studi kegunaan.
50
Abram, “Web 2.0-Huh?! Library 2.0,” h. 46.
31
m. Lanjutkan kerjasama dan kolaborasi diantara komunitas global perpustakaan.
n. Menjadi advokat untuk profesi dengan memasarkan nilai web 2.0, library 2.0,
dan pustakawan 2.0 untuk mengambil keputusan.51
4. Implementasi Web 2.0
a. Mashup dan Web Service
Seperti sudah disebut pada bagian pendahuluan, awalnya setiap
layanan web merupakan layanan tunggal, dalam arti semua fitur termasuk
data disimpan oleh penyedia layanan. Sekarang media web sudah menjelma
menjadi framework, artinya sebuah layanan juga menyediakan akses bagi
layanan lain untuk menggunakan fitur atau datanya. Misalnya, jika kita ingin
menjadi konsultan matematika, tetapi karena keterbatasan sumber daya kita
tidak sanggup membeli kalkulator maka kalkulatornya dapat meminjam dari
tetangga. Layanan pinjam-meminjam kalkulator itu disebut Web Service.
Mashup merupakan aplikasi hibrida yang fungsi analitas dan
konten/datanya merupakan kombinasi dari si pembuat layanan dan pihak
ketiga. Fungsionalitas layanan pihak ketiga itu disebut Web Service. Interface
bagi pihak lain dalam memanfaatkan fungsionalitas dari suatu web disebut
dengan application programming interface (API). Ada beragam format
pertukaran data yang digunakan seperti eXtensible Markup Language (XML),
JavaScript Object Notation (JSON), dan Yet Another Markup Language (YAML).
51
Peltier-Davis, “Web 2.0,” h. 19.
32
Dengan Asynchronus Javascript and XML (AJAX) pertukaran data dapat
dilakukan secara asinkronus tanpa harus me-reloadseluruh halaman web.
Banyak layanan web gratis di internet yang dapat dimanfaatkan dengan
dihibrid(mashup-ed) untuk kepentingan aplikasi perpustakaan, misalnya
disqus.com yang menyediakan web serviceuntuk membuat sistem komentar
dan diskusi yang bisa di-hibrid ke aplikasi perpustakaan. Pada OPAC
Senayan, untuk cantuman detail per koleksi di-hibrid fitur komentar dari
disqus sehingga pengunjung dapat memberi tanda pada koleksi tersebut,
memberi komentar, dan juga dibalas oleh pengguna lain berdasarkan thread.
Memberikan komentar dilakukan secara anonim atau dibuat harus login dulu.
Login yang digunakan dapat memakai login ID yang dimiliki dari layanan lain,
seperti Yahoo, OpenID, Facebook, Twitter, dan Disqus.52
b. Online Social Networking (OSN)
Web 2.0 tidak hanya berkutat sekitar pemanfaatan teknis fitur dan data,
tetapi memudahkan orang membentuk jaringan sosial dan komunitas berbasis
kesamaan minat, demografis, psikografis, dan lain-lain. OSN memudahkan
orang “mengumpulkan” keluarga, teman, rekan kerja, bahkan mengumpulkan
teman dari teman, dan teman baru sesuai dengan kesamaan minat. Beberapa OSN
yang populer, antara lain Facebook, Plurk, Twitter, Linkedin, dan
MySpace.Tentu ada sisi buruk dan baiknya. Sisi buruknya, OSN saat ini
menjadi salah satu sasaran dalam penyebaran virus dan spyware, pencurian
52
Wicaksono, “Library 2.0,” h. 19-20.
33
dan penyamaran identitas, cyber-bullying, penyalahgunaan privasi, dan lain-lain,
tetapi sisi baiknya lebih banyak.53
Untuk pengelola perpustakaan, OSN dapat dimanfaatkan untuk:
1) Speak Their Language. Menarik pengguna perpustakaan berusia muda
untuk lebih akrab dengan perpustakaan. Ini tantangan tersendiri.
Dahulu koleksi perpustakaan terkesan formal sehingga tidak atraktif
untuk pengguna usia muda. Namun, perpustakaan sekarang mempunyai
jenis koleksi baru yang potensial untuk menarik minat pengguna
berusia muda, seperti koleksi film populer, musik, dan permainan. OSN
dapat dimanfaatkan untuk mengemas ulang promosi dan transparansi
layanan di perpustakaan.
2) Show Them the Library. OSN juga dapat dimanfaatkan untuk
mengkomunikasikan ragam aktivitas yang telah dan sedang dilakukan di
perpustakaan. Apalagi pada dasarnya orang senang mengetahui apa
yang sedang dilakukan oleh orang lain. Tampilkan foto, video, direktori,
peta per pustakaan, bahkan libatkan pengguna untuk ikut berkontribusi,
misalnya dengan men-submitfoto/video mereka di perpustakaan.
3) Beberapa OSN menyediakan fasilitas untuk membuat semacam survei
atau forum diskusi. Pengelola perpustakaan dapat memanfaatkannya
untuk melihat bagaimana pengguna memandang perpustakaan. Akan
banyak sekali masukan yang dapat digunakan untuk
53
Wicaksono, “Library 2.0,” h. 22
34
mengembangkanperpustakaan. Dengan berbagai ragam model
komunikasi yang dapat dilakukan di OSN, beberapa hal yang juga
bisa dilakukan, seperti kemas ulang informasi, chattingdengan
pustakawan referensi, penyebaran informasi ter seleksi, pr omosi
kegiatan di perpustakaan, dan pendidikan pemakai.54
c. Taksonomi berbasis Pengguna
Cara konvensional dalam memberikan kata kunci dalam pengolahan
koleksi adalah dengan menggunakan tesaurus atau tajuk subjek. Semua dilakukan
oleh pustakawan tanpa intervensi pengguna. Saat ini salah satu tren yang
berkembang adalah kontribusi pengguna dalam menentukan kata kunci, yang
disebut dengan tagging. Tagging membuat proses memberikan kata kunci menjadi
lebih demokratis.Kumpulan kata kunci hasil tagging, sering disebut dengan tag
clouds. Tag clouds ditampilkan dengan beragam model yang bisa
menunjukkan kata kunci yang tersedia dan mana yang paling populer.
Beberapa tag clouds yang saling berhubungan membentuk semacam kesatuan
disebut dengan folksonomy. Gabungan antara folks ( teman-teman) dan
taxsonomy (taksonomi). Artinya, taksonomi dibentuk oleh kontribusi dari
banyak teman/orang.55
54
Wicaksono, “Library 2.0,” h. 24-25 55
Wicaksono, “Library 2.0,” h. 25
35
Pemanfaatan tools web 2.0 di perpustakaan diantaranya:
1) Blog Dan Wiki
Weblog atau blog adalah laman web pribadi yang disusun secara
kronologis, mengarsipkan sendiri berdasarkan waktu, selalu diperbarui,
dilengkapi taut (hyperlink), dan setiap posting dilengkapi RSS untuk
mengorganisasikan isi. Perangkat lunak blog dapat diperoleh secara gratis dan
memberikan medium yang luwes baik untuk penggunaan profesional maupun
pribadi dan komunikasi internal maupun eksternal. Dapat dikatakan bahwa
blog memungkinkan kita untuk menerbitkan karya tulis secara cepat, dan
yang paling penting adalah lebih interaktif jika dibanding halaman web
yang statis. Lagi pula, blog memberikan kemudahan untuk minta bantuan,
dan juga belajar- mengajar. Blog dapat menjadi ajang untuk memperkuat
hubungan dengan anggota organisasi, yaitu dengan adanya ruang sosialisasi
yang merangsang gagasan inovatif dalam dunia bisnis.
Dalam dunia akademis, blog dimanfaatkan untuk mem-posting
berita, ulasan buku, atau mempromosikan sumber informasi yang ada di
perpustakaan. Misalnya, Perpustakaan Stanford University memasang blog
tentang robotika dan juga blog seorang staf pengajaryang terkait dengan
topik ini. Berbagi pengetahuan dalam bidang ini bermanfaat bagi mereka
yang mencermati masalah robotika, bahkan mungkin mempunyai masalah
terkait, sehingga informasi yang disajikan dalam blog lebih bermanfaat.
36
Wiki telah lama digunakan sebagai sarana berbagi pengetahuan
yang diprakarsai oleh individu atau organisasi dan pada umumnya
pengguna berhak mengedit atau menghapus informasi. Hal ini merupakan
bentuk kerja sama maya untuk berbagi pengetahuan dalam masyarakat
keilmuan. Sebenarnya, wiki memberikan kemudahan dalam pembelajaran
dan membantu orang mendapatkan pengetahuan, serta berfungsi sebagai
memori publik yang mudah diakses karena pengguna dengan sukarela
menyumbangkan keahliannya. Wiki juga dikenal sebagai sistem berbasis
pengetahuan sejawat atau berbasis repositori sebagai lawan dari berbasis
ahli. Kemudian, isi wiki sering dipandang sebagai aset masyarakat yang
tidak memiliki kekayaan intelektual.
2) Rich Site Summary Atau Really Simple Syndication (RSS)
Umpan RSS adalah sumber informasi ringkas yang diakses melalui
uniform resources locator (URL). RSS memungkinkan pengguna
mendaftar pada situs web tertentu untuk menerima informasi secara
reguler tanpa mengunjungi situs web. Dengan memanfaatkan fungsi ini,
berbagai sumber informasi dapat diringkas dalam satu halaman sehingga
pengguna dapat memilih artikel yang diminati secara rinci. Setiap unsur
dari masing-masing umpan diperbarui terus- menerus, walaupun URL umpan
tetap sama. Fungsi ini berguna untuk transfer pengetahuan dengan
menyediakan informasi terbaru bagi pengguna.
37
3) Social Tagging (Penandaan Sosial)
Menandai atau memberikan kategori merupakan salah satu
fasilitas yang mer informasi, misalnya pemustaka menciptakan label untuk
sebuah artikel yang berkaitan dengan pelayanan informasi, atau perilaku
pemustaka dan menyimpan artikel terseleksi itu ke dalam kategori yang
dipilih. Pemustaka dapat juga memberi catatan untuk mengingatkan isi artikel
agar dapat ditelusur dengan mudah.
Dalam dunia perpustakaan, mereka menyumpangkan kata kunci
yang menengarai sumber yang mereka tandai. Penandaan dapat terkait
pada subjek sumber atau pendapat mereka pada buku tertentu, atau kata
kunci untuk membantu mereka mengingat. Penandaan juga
memungkinkan seseorang yang bukan ahli untuk berbagi pandangan.
Dalam komunitas keilmuan yang beragam, penandaan dapat dibuat oleh
mahasiswa, dosen atau yang lain yang terkait dengan universitas, dan
juga pengunjung OPAC.
4) Social Networking: Twitter dan Facebook
Facebook dan twitter merupakan situs jaringan sosial yang paling
digemari. Little (2010) mencatat bahwa lebih dari 400 juta orang secara
aktif menggunakan facebook. Jaringan ini populer di kalangan remaja,
namun sekarang 50% penggunanya berumur lebih dari 35 tahun.
Sementara itu, twitter mengaku 106 juta orang telah mendaftar di situs
ini. Twitter menjadi terkenal di perpustakaan ketika mencari hubungan dan
38
memperluas pemustaka. Dengan twitter, pemustaka berbagi gagasan dengan
mereka yang tergabung dalam jaringan ini, selama tidak melebihi 140
karakter. Batasan jumlah kata ini memaksa penulis untuk meringkas
gagasannya. Bagi pembaca, informasi singkat dapat dimengerti dengan
cepat sehingga topik yang rumit dapat ditularkan secara efektif.
Bahkan Kroski (2008) mencatat bahwa twitter merupakan sarana
integral bagi beberapa lembaga untuk memperbarui status pada laman
perpustakaan. Sementara itu, individu dan organisasi menggunakan twitter
untuk mempromosikan kegiatan, blog, berbagi taut, melaporkan kegiatan
secara langsung, menerbitkan dan melacak berita, serta yang paling
penting untuk membangun citra.
Di facebook, seseorang menampilkan profil dengan informasi
pribadi yang rinci, dari ulang tahun dan agama sampai status hubungan dan
anggota keluarga. Pengguna facebook kemudian berteman dengan para
pengguna facebook lainnya, dan jaringan sosial mereka dimulai. Lembaga
mulai mempunyai kekuatan besar, para pengguna facebook dapat memilih
majalah favorit, tayangan televisi, pengarang, organisasi nirlaba, dan
sebagainya. Perusahaan pun mulai menggunakan facebook untuk
mempromosikan produk dan merek.
Chua dan Goh (2010) menyatakan bahwa secara khusus,
perpustakaan mungkin ingin mengeksplorasi penggunaan Web 2 .0 untuk
mendukung organisasi dan berbagi informasi. Menghubungkan dengan
39
pengguna melalui facebook, memungkinkan pengguna untuk chatting
dengan pustakawan, atau mendukung penggunaan alat penandaan sosial,
misalnya dapat membantu meningkatkan kualitas dari situs perpustakaan.
5) Video Sharing
Hampir semua pengguna internet mengenal You Tube. Video
streaming ini telah membuat beberapa video menjadi terkenal. Pada
umumnya orang menggunakannya untuk menonton televisi, iklan, dan
video amatir, atau mengunggah video mereka, tetapi banyak pula yang
mengunggah ke web tanpa membuat account. You Tube didirikan bulan
Februari 2005, merupakan perintis video onlinedengan tujuan utama untuk
dilihat dan dibagi ke seluruh dunia. You Tube memungkinkan orang dengan
mudah mengunggah dan berbagi video klip. Beberapa perpustakaan
menggunakan YouTube untuk mempromosikan pelayanan mereka.
6) Instant Messaging (Pesan Langsung)
Pesan langsung atau instant messaging dan SMS sangat bermanfaat
dalam pelayanan referensi di perpustakaan. Memang, dalam hal ini ada
kesimpangsiuran terminologi antara instant message dan instant chat
reference service, namun kedua terminologi tersebut mengandung
pengertian yang sama.56
Mohd. Hafiz Zakaria, Jason Watson dan Sylvia L. Edwards dalam artikel
“Investigating the use of Web 2.0” tahun 2010 melakukan penelitian mengenai
56
Widyawan, “Library 2.0 tidak terasa ada,” h. 67-72.
40
penggunaan teknologi web 2.0 terhadap mahasiswa Malaysia. Dalam penelitian
dengan menggunakan survei kepada mahasiswa malaysia berjumlah 250 orang.57
Beberapa hal yang diidentifikasi adalah sebagai berikut:
a. Kepemilikan dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Pertanyaan seputar kepemilikan teknologi seperti laptop, telepon genggam
dan seluler, komputer, dan media player portabel. Kemudian pertanyaan
berlanjut kepada penggunaan aplikasi web 2.0 di TIK tersebut.58
b. Keterampilan dan pengalaman terhadap teknologi informasi dan
komunikasi (TIK), mengidentifikasi hubungan antara keterampilan dan
pengalaman dengan kemampuan untuk berkomunikasi dalam konten.
Selain itu, mencakup pertanyaan keterlibatan dengan web 2.0 selama
waktu luang atau kegiatan belajar. Pertanyaan tersebut menunjukkan
reaksi penggunaan web 2.0 sebagai alat dan layanan. Selain itu, juga
menentukan keaktifan atau kepasifan saat menggunakan web 2.0 untuk
tujuan kolaborasi.59
c. Reaksi dan ekspektasi. Reaksi dilihat dengan menganalisis jawaban
terhadap respon, diukur berdasarkan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan
tersebut diadopsi dan berasal dari kegiatan keterlibatan penggunaan secara
online. Sedangkan ekspektasi diukur berdasarkan penilaian tentang apa
yang dipercaya akan menjadi pilihan terbaik dalam kondisi tertentu.
57
Mohd. Hafiz Zakaria, Jason Watson dan Sylvia L. Edwards, “Investigating the use of
Web 2.0”, Emerald, vol.4 no.1 (2010): h.17. 58
Zakaria,“Investigating the use,” h. 120. 59
Zakaria,“Investigating the use,” h. 22.
41
Ekspektasi dalam belajar menggunakan TIK, keterlibatan, dan umpan
balik konstan.60
d. Akses ke teknologi mencakup akses untuk aplikasi web 2.0 dan literasi
web. Digunakan untuk mengukur kenyaman dalam memanfaatkan web
2.0.61
e. Tren penggunaan terhadap TIK dan web 2.0 untuk berbagi informasi dan
berkolaborasi.62
5. Manfaat Library 2.0
a. Layanan proaktif: pengguna perpustakaan sudah menggunakan alat-alat
blog, wiki, RSS feed, podcast, video di Youtube, berbagi foto di Flickr, dan
instant messaging melalui Meebo dan twitter. Perpustakaan harus proaktif
dan mempelajari lebih banyak tentang menyediakan dan menggunakan
layanan ini.
b. Peningkatan komunikasi (internal dan eksternal): alat jaringan sosial tidak
hanya meningkatkan komunikasi perpustakaan (eksternal) dengan
pengguna, tetapi juga meningkatkan komunikasi internal dan berbagi
pengetahuan.
c. Pelaksanaan segera: konten di web tidak lagi hak ekslusif ahli dengan
pengetahuan HTML dan bahasa pemrograman web. Dengan perangkat
60
Zakaria,“Investigating the use,” h. 24 61
Zakaria, “Investigating the use,” h. 25 62
Zakaria, “Investigating the use,” h. 26
42
lunak sosial yang tersedia untuk membuat blog, wiki, podcast, dan situs
jaringan sosial siapapun dapat menambahkan konten online.
d. Kelangsungan hidup: pustakawan harus mendapatkan di web 2.0 layanan
informasi virtual untuk melakukan pekerjaan tersebut.63
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian pertama dilakukan oleh Ridwan Nur Arifin mahasiswa UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2014 yang berjudul “Evaluasi Penerapan
Library 2.0 di Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta”. Tujuan dari
pnelitian ini adalah untuk mengevaluasi sejauh mana penerapan library 2.0 telah
diterapkan oleh perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Dari hasil
penelitian library 2.0 belum diterapkan secara optimal oleh perpustakaan UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Penelitian kedua dilakukan oleh Dapit Setiahadi mahasiswa Univeritas
Pembangunan Nasional “Veteran” pada tahun 2010 yang berjudul “Sistem
Perpustakaan Online Berbasis Web dengan Teknologi Ajax pada SD
Muhammadiyah 15 Surabaya”, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pembuatan aplikasi perpustakaan online berbasis web dapat mengatur
penempatan buku yang ada di Perpustakaan SD Muhammadiyah 15 Surabaya
dengan salah satu konsep web 2.0. Metode yang digunakan pada penelitian adalah
Library research dan analisa dan perancangan sistem.
63
Peltier-Davis, “Web 2.0,” h. 19.
43
Penelitian ketiga dilakukan oleh Norma Juwita Novianti mahasiswi
jurusan ilmu perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tahun 2014 yang berjudul “Pemanfaatan Facebool sebagai Sarana
Promosi di Perpustakaan Kementerian Keuangan”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui fitur-fitur facebook yang dimanfaatkan untuk promosi perpustakaan,
konten-konten yang dipromosikan, serta hambatan dan kendala dalam mengelola
facebook. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan
kualitatif.
Perbedaan dari ketiga penelitian diatas adalah cakupan pembahasan,
lokasi, fokus penelitian, dan metode penelitian yang digunakan, dimana peneliti
membahas secara lebih rinci mengenai bagaimana penerapan sebuah konsep web
2.0 di terapkan dan dikembangkan oleh sebuah perpustakaan mempengaruhi
perilaku pemustaka dalam memanfaatkan layanan library 2.0.
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif,
yaitu penelitian tentang fenomena sosial tertentu dengan menganalisa dan
menginterpretasikan data yang ada dan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan
atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya.64
Penelitian deskriptif, yaitu
metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil
penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas65
.
Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada.66
Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan
kuantitatif, ini adalah salah satu model menemukan kebenaran konsep, hubungan
konsep-konsep melalui wilayah-wilayah yang luas dengan populasi tanpa atau
menggunakan sampai dalam jumlah besar. Pendekatan kuantitatif ini suatu
pendekatan penelitian secara primer menggunakan paradigma postpositivist dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan (seperti pemikiran tentang sebab akibat,
reduksi kepada variabel, hipotesis, dan pertanyaan spesifik, menggunakan
64
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan
Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula (Jakarta: STIA-LAN, 1999), h.60. 65
Taliziduhu Ndraha, Desain Riset dan Teknik Penyusunan Karya Ilmiah (Jakarta : Bina
Aksara, 1987), h. 39. 66
Mardalis, Metode Penelitian (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), h. 26.
45
pengukuran dan observasi, serta pengujian teori), menggunakan strategi penelitian
seperti eksperimen dan survei yang memerlukan data statistik.67
B. Sumber Data
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh orang yang
berkepentingan atau yang memakai data tersebut.68
Dalam penelitian ini, data
primer ini bersumber dari responden langsung yang ditemui di lapangan (lokasi
penelitian) dengan menyebarkan kuisioner kepada anggota perpustakaan
Kemendikbud sebagai responden dalam penelitian ini.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari
sumbernya.69
Data sekunder biasanya diambil dari dokumen (laporan, karya tulis
orang lain, koran, majalah), atau seseorang mendapat informasi dari “orang lain”.
orang lain inilah yang mendapatkan data primer.70
Data diperoleh dari beberapa
tinjauan literatur untuk mendapatkan informasi yang relevan terkait dengan
penelitian ini.
67
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan : Kualitatif dan Kuantitatif (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2008), h. 28. 68
Boediono, Teori Dan Aplikasi Statistika Dan Probabilitas (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2008), hal. 7. 69
Haris Herdiansyah, Metodologi penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu- Ilmu sosial (Jakarta:
Salemba Humanika, 2012), h.87. 70
Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, h.86.
46
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan unit pengamatan atau tentang informasi yang
diinginkan.71
Kasus-kasus tersebut dapat berupa orang, barang, binatang, hal atau
peristiwa. Populasi dalam penelitian ini adalah pemustaka yang menjadi anggota
di perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) selama
tahun 2015. Pemustaka selama kurun waktu tahun 2015 tersebut berjumlah 840
orang, maka populasi dalam penelitian ini adalah 840 orang.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.72
Pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random. Apabila sampel
subyeknya kurang dari 100 maka sampel diambil semua sehingga penelitian
merupakan penelitian populasi. Sedangkan jika tingkat populasi besar atau lebih
besar dari 100 orang, maka dapat diambil sampel sebanyak 10-25 % atau 20-25
%.73
Dengan melihat data yang ada, maka peneliti akan mengambil 10 % sampel
dari 840 orang sehingga hasilnya 84 orang. Mereka adalah pemustaka yang
menjadi anggota di perpustakaan Kemendikbud yang ditemui oleh peneliti.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis untuk
mendapatkan informasi atau data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu:
71
Sugiyanto, Analisis Statistika Sosial, (Malang : Bayumedia Publishing (2004), h. 14. 72
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h. 174 73
Arikanto, Prosedur Penelitian, h. 120.
47
1. Studi Pustaka (Library Research), dalam studi pustaka ini penulis
melakukan dengan mempelajari buku-buku, dokumentasi dan artikel yang
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
2. Penelitian Lapangan (Field Research), penelitian ini dilakukan untuk
memperoleh data secara langsung kelapangan melalui :
a. Observasi (Pengamatan)
Observasi yaitu pengamatan dalam rangka mengumpulkan data dalam
suatu penelitian secara langsung kelapangan kerja pelayanan perpustakaan.
Observasi dilakukan untuk menganalisis perilaku pemustaka terhadap
layanan library 2.0 di peprustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud).
b. Kuesioner atau Angket
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya.74
Pertanyaan yang akan diberikan pada kuesioner ini adalah pertanyaan
menyangkut fakta dan pendapat responden. Sedangkan jenis pertanyaan yang
digunakan pada penelitian ini adalah pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup,
yakni dimana responden diminta menjawab pertanyaan dan menjawab dengan
memilih dari sejumlah alternatif.
74
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2009), h. 142.
48
E. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh berdasarkan pada kuesioner yang telah disebarkan
dan dijawab oleh pemustaka di linkungan perpustakaan Kemendikbud yang
menjadi responden penelitian. Langkah dalam pengolahan data yang dilakukan
sebagai berikut:
1. Tahap Pemeriksaan
Kuesioner atau angket yang terkumpul kemudian diperiksa kelengkapan
data dan jawaban angket untuk menghindari adanya kemungkinan kesalahan
dalam pengisian angket. Lalu dari jawaban tersebut dikelompokkan antara
pertanyaan yang bersangkutan dengan perilaku pemustaka terhadap layanan
library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud oleh pemustaka.
2. Tabulasi
Tabulasi data adalah penyajian data dalam bentuk tabel atau daftar untuk
memudahkan pengamatan dan evaluasi.75
Tabulasi adalah menyusun data
kedalam tabel dengan cara menyajikan hasil perolehan dari jawaban-jawaban
responden untuk masing-masing kategori jawaban-jawaban. Pentabulasian
digunakan untuk mempermudah perhitungan distribusi frekuensi bagi data umum
mengenai jawaban responden. Melalui tabulasi ini maka akan dengan mudah
didapatkan informasi mengenai presentase.
75
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud, “Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) Online,” diakses pada 12 Januari 2016 dari http://kbbi.web.id/tabulasi.
49
P =
Keterangan:
P = Persentase
F = Frekuensi (jawaban terpilih)
N = Sampel yang diperoleh (jumlah responden)76
Adapun parameter yang digunakan untuk menafsirkan data pemanfaatan
ini adalah sebagai berikut:
0% = tidak satupun
1 – 25% = sebagian kecil
26 – 49% = hampir setengahnya
50% = setengahnya
51 – 75% = sebagian besar
76 – 99% = hampir seluruhnya
100% = seluruhnya77
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data dan penyajian data
dengan mengelompokkannya dalam suatu bentuk yang mudah dibaca dan
interpretasi. Apabila data berguna untuk mereduksikan data menjadi wujud yang
dapat dipahami dan ditafsir dengan cara tertentu hingga relasi masalah penelitian
76
Anas Sudjiono, Pengantar Statistika Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997),
h.46. 77
Herman Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian: Buku Panduan Mahasiswa
(Jakarta:Gramedia, 1992), h.10
50
dapat ditelaah serta diuji.78
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif persentase.
G. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di perpustakaan Kemendikbud. Tempat
penelitian beralamat di Jl. Jenderal Sudirman Gedung A Lantai 1, Senayan,
Jakarta Indonesia,10270.
2. Waktu Penelitian
Penelitian di perpustakaan Kemendikbud ini dilakukan sejak tanggal 5
Februari 2016 – 19 Maret 2016. Adapun tahap penyusunan proposal skripsi
hingga finishing akan dijelaskan dengan tabel berikut ini:
Tabel 3. 1
Jadwal Penelitian
78
Uber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), h. 332
Kegiatan
Waktu
November Desember Januari Februari Maret April
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
proposal
skripsi
Pengajuan
proposal
skripsi
Mendapatkan
dosen
pembimbing
skripsi
51
Bimbingan
skripsi
Penelitian
Penyusunan
skripsi
Pendaftaran
sidang skripsi
Sidang skripsi
Revisi skripsi
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Perpustakaan Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 20 Juli 2004,
melalui Memorandum Saling Pengertian antara British Council untuk Indonesia
dengan Kemdikbud, menerima hibah koleksi buku dan sistem manajemen dari
British Council. Kerja sama hibah koleksi perpustakaan ini tentunya melengkapi
koleksi perpustakaan yang sudah ada di lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Perpustakaan hasil kerja sama tersebut akhirnya dikenal dengan
nama Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional yang diresmikan pada
tanggal 29 November 2004 oleh Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia.
Perpustakaan Kementerian Pendidikan Nasional, sesuai dengan
Permendiknas 23 Tahun 2005, menjadi bagian dari Pusat Informasi dan Humas
yang memiliki tugas fungsi melakukan pengelolaan perpustakaan kementerian.
Selanjutnya sesuai dengan Permendiknas Nomor 36 Tahun 2010 berubah menjadi
Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang kemudian pada
tahun 2011. Kemudian, Perpustakaan Kemendikbud sesuai dengan Permendikbud
Nomor 11 Tahun 2015 merupakan subbagian dari Biro Komunikasi dan
Layanan Masyarakat, Sekretariat Jenderal, Kemendikbud yang memiliki tugas
melakukan pengelolaan perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
53
Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
merupakan perpustakaan utama di lingkungan Kemendikbud. Sebagai
perpustakaan utama, Perpustakaan Kemendikbud diharapkan menjadi referensi
dalam bidang pendidikan dan kebudayaan dengan menyediakan akses informasi
yang lengkap dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, baik dalam bentuk
koleksi tercetak maupun dalam bentuk koleksi digital/elektronik.
Perpustakaan Kemendikbud dikelola secara profesional dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam menunjang layanan
kepada pemustaka. Perpustakaan Kemendikbud terus berupaya meningkatkan
kualitas layanan dengan selalu memperbaharui koleksi dan layanan sesuai dengan
kebutuhan pemustaka dan arah kebijakan Kemendikbud.
1. Visi dan Misi
Visi
“Menjadi Perpustakaan Referensi Pendidikan dan Kebudayaan yang
Berorientasi kepada Pemustaka serta Menunjang Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan dalam Mewujudkan Insan Indonesia Cerdas Komprehensif”.
Misi
a. Menjadikan Perpustakaan Kementerian pendidikan dan kebudayaan
sebagai model acuan bagi pengembangan perpustakaan pendidikan.
54
b. Mewujudkan sistem manajemen perpustakaan yang efisien, efektif, dan
profesional
c. Menyediakan layanan perpustakaan yang berorientasi pada pelanggan
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kualitas
layanan perpustakaan yang lebih baik dan beragam
2. Tugas
Rincian Tugas Subbagian Perpustakaan meliputi:
a. Melakukan penyusunan program kerja Subbagian dan konsep program
kerja bagian;
b. Melakukan penyusunan rencana kebutuhan dan pengembangan bahan
koleksi;
c. Melakukan pengadaan bahan koleksi perpustakaan;
d. Melakukan pengolahan koleksi perpustakaan;
e. Melakukan pengembangan koleksi perpustakaan;
f. Melakukan penyimpanan bahan koleksi pustaka;
g. Melakukan pemeliharaan, perawatan, dan pengamanan koleksi
perpustakaan;
h. Melakukan pemberian layanan pemustaka;
i. Melakukan penyusunan bahan fasilitasi pengelolaan perpustakaan dan
pustakawan di lingkungan kementerian;
j. Melakukan penyusunan bahan kerja sama dan promosi perpustakaan;
55
k. Melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Subbagian;
l. Melakukan penyusunan laporan Subbagian.
3. Koleksi
Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan selalu
memperbaharui koleksinya secara berkala. Adapun jumlah koleksi Perpustakaan
Kemedikbud tahun 2015 (Data Desember 2015) berjumlah 27,881 Judul;
33,687 Eksemplar/Copy dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 4. 1
Koleksi Perpustakaan Kemedikbud
Pada tahun 2015, Perpustakaan Kemendikbud melanggan e-journal
internasional yang dapat diunduh secara full-text oleh pemustaka. Adapun e-
journal yang dilanggan adalah sebagai berikut:
a. Educational Management Administration & Leadership.
b. IFLA Journal.
c. Journal of Communication Inquiry.
d. Journal of Librarianship and Information Science.
e. Journal of Management Education.
Jenis Koleksi Judul Eks
Buku 23.150 27.150
Audiovisual (CD, DVD, VHS,
BluRay) 4.695 6.501
Terbitan Berkala (Koran, Majalah,
Jurnal) 36 36
Koleksi Digital
Total 27,881 33,687
56
f. Journal of Teacher Education.
g. RELC Journal.
h. SAGE Open.
4. Layanan
a. Jadwal dan Sistem Layanan
Perpustakaan Kemendikbud membuka berbagai jenis pelayanan di
perpustakaan pada hari dan jam berikut
Senin s.d Jumat : 09.00 s.d 17.00 WIB
Sabtu : 09.00 s.d 14.00 WIB
Minggu/Libur Nasional : Tutup
Perpustakaan Kemendikbud memberikan layanan dengan model sistem
terbuka (open access), yang memungkinkan pemustaka dapat mengakses
langsung ke koleksi yang diinginkan.
b. Keanggotaan
Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan(Kemendikbud)
merupakan perpustakaan khusus yang memiliki tujuan utama untuk
memenuhi materi perpustakaan/informasi di lingkungan Kemendikbud dalam
rangka mendukung pencapaian misi Kemendikbud. Keanggotaan
Perpustakaan terbuka bagi pegawai di lingkungan Kemendikbud.
Keanggotaan Perpustakaan juga terbuka bagi masyarakat umum dengan
persyaratan khusus.
57
Persyaratan Keanggotaan:
1) Kartu pegawai (bagi pegawai Kemendikbud)/kartu identitas
(KTP/SIM/kartu mahasiswa/kartu identitas lainnya–bagi masyarakat
umum);
2) Mengisi formulir keanggotaan bermaterai (calon anggota menyediakan
materai sendiri);
3) Bagi masyarakat umum, peminjaman koleksi wajib meninggalkan kartu
identitas (KTP/SIM/Paspor/NPWP/kartu kahasiswa/kartu identitas
Lainnya) yang masih berlaku;
4) Ketentuan peminjaman koleksi
Tabel 4. 2
Ketentuan peminjaman Koleksi
Jenis
Keanggotaan
Jumlah
Koleksi Yang
Bisa Dipinjam
Lama
Peminjaman Perpanjangan*
Pegawai
Kemendikbud
3 Buku dan 2
Audiovisual 14 hari 1 kali
Umum
3 Buku dan 2
Audiovisual 14 hari 1 kali
* koleksi yang telah dipesan oleh anggota lain tidak dapat diperpanjang
5) Anggota wajib mengembalikan dan/atau memperpanjang peminjaman
koleksi tepat waktu. Anggota yang terlambat mengembalikan koleksi
lebih dari 30 hari, identitasnya akan dipublikasikan di media
pengumuman perpustakaan.
58
c. Sirkulasi
Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan
layanan sirkulasiperpustakaan yang meliputi: peminjaman koleksi dan
kenggotaan.
d. Referensi
Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyediakan
layanan referensi bagi para pemustaka perpustakaan yang memerlukan
informasi.
e. Bimbingan Perpustakaan
Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga
memberikan layanan bimbingan bagi para pelajar, mahasiswa, dan masyarakat
yang ingin belajar tentang layanan perpustakaan.
f. E-Journal
Layanan E-Journal di Perpustakaan Kemdikbud dapat diakses secara
full-text oleh anggota dan masyarakat umum melalui jaringan internet. Bagi
anda yang memerlukan Username dan Password e-journal tersebut, silahkan
hubungi Bagian Sirkulasi Perpustakaan Kemdikbud, Gedung A Lantai 1
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jl. Jend. Sudirman Senayan
Jakarta. Atau anda dapat mengirimkan e-mail ke
[email protected] dengan mengisi subyek e-mail “Username
59
dan Password E-Journal”, serta mengisi biodata sebagai berupa nama
lengkap, pekerjaan, dan nama institusi/lembaga/universitas.
g. Layanan Produk Hukum Kemdikbud
Layanan Produk Kemdikbud adalah layanan yang diberikan oleh Biro
Hukum dan Organisasi Kemdikbud dalam rangka menyebarluaskan produk
hukum yang diterbitkan oleh Kemdikbud. Layanan Produk Hukum ini terdiri
dari peraturan, keputusan, instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayan,
keputusan bersama, serta surat edaran yang dikeluarkan oleh Kemdikbud.
5. Sarana
a. Ruang Baca Buku
Untuk menikmati koleksi buku, pemustaka dapat menggunakan ruang
baca yang nyaman yang disediakan oleh Perpustakaan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
b. Ruang Kelas
Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga
menyediakan fasilitas ruang diskusi yang dapat digunakan pemustaka untuk
diskusi dan belajar bersama.
60
c. Ruang Diskusi
Ruang diskusi merupakan fasilitas yang dapat digunakan oleh
pemustaka untuk kegiatan diskusi dan pameran secara terbuka.
d. Ruang Koleksi Anak
Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga
menyediakan fasilitas ruang koleksi anak yang dapat digunakan aktifitas
bersama anak-anak.
e. Ruang Audiovisual
Untuk menikmati koleksi audiovisual, pemustaka dapat menggunakan
ruang audiovisual yang nyaman yang dilengkapi dengan alat pemutar untuk
media kaset, vhs, cd, vcd, dvd, dan blu-ray.
f. Theater/Studio Mini
Perpustakaan Kemendikbud menyediakan fasilitas studio mini yang
dapat digunakan untuk berdiskusi dan menonton film pendidikan dan
kebudayaan. Ruangan ini berkapasitas 25 orang.
g. Kafe
Untuk memenuhi kebutuhan pemustaka, Perpustakaan Kemendikbud
juga memiliki kafe untuk tempat bersantai sambil makan dan minum ringan.
61
6. Prasarana
a. Sistem Otomasi Perpustakaan SLiMS (Senayan Library Management
System)
Sistem otomasi perpustakaan merupakan fasilitas berupa program
aplikasi komputer yang digunakan untuk membantu proses peminjaman dan
pengembalian koleksi serta keanggotaan di Perpustakaan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Program tersebut dikenal dengan sebutan
SLiMS yang dikembang oleh Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yang saat ini terus dikembangkan oleh komunitas
pengembangan software SLiMS.
b. Katalog Online, Website, dan Aplikasi PlayStore
Pemustaka dapat dengan mudah mencari koleksi yang diinginkan
dengan menggunakan komputer katalog yang disiapkan di Perpustakaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu pemustaka juga dapat
melihat katalog secara online melalui jaringan internet di alamat:
http://perpustakaan.kemendikbud.go.id. Sedangkan pada telepon seluler
berbasis android, layanan perpustakaan Kemendikbud dapat diunduh melalui
aplikasi playstore.
62
c. Fasilitas Internet dan Hotspot (Wi-Fi)
Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Menyediakan
fasilitas hotspots bagi pemustaka yang ingin mengakses internet dengan
menggunakan komputernya sendiri.
d. Fotokopi
Pemustaka dapat memfotokopi koleksi buku yang ada di perpustakaan
sesuai dengan ketentuan perpustakaan.
e. Penitipan Tas
Pemustaka dapat menitipkan tas atau barang bawaannya sebelum
memasuki perpustakaan.
7. Komunitas
Perpustakaan Kemendikbud bekerjasama dan melibatkan berbagai macam
komunitas dalam setiap aktivitas pembelajaran di perpustakaan. Berikut adalah
profil dan program komunitas-komunitas yang aktif menyelenggarakan
event/program diskusi dan workshop di Perpustakaan Kemendikbud:
a. Aksara Institute
Aksara Institute berdiri pada 10 Mei 2014. Nama Aksara juga
merupakan akronim dari “anti kekerasan dan SARA”, sebuah sikap
63
dan tindakan yang melatarbelakangi pendirian lembaga dan komunitas ini,
dan yang akan menjadi pijakan bagi Aksara dalam menjalankan seluruh
program kegiatan. Para pendiri Aksara merupakan praktisi di bidang
jurnalisme dan media, humas dan relasi media, serta penulis kreatif.
Keberadaan Aksara diarahkan untuk menjadi cikal bakal lembaga pendidikan
nonformal bidang jurnalisme dan media, humas dan relasi media, serta
penulisan kreatif.
Program The Writer’s Workshop Angkatan II, setiap hari Sabtu pukul
10.00-12.00 WIB di Ruang Teater Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Program Bulan Diskusi Aksara, setiap awal bulan, dua bulan
sekali pada hari Sabtu pukul 10.00-12.00 WIB di Ruang Diskusi
Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Gambar 4. 1
Aksara Institute
b. Britzone
Kelas bahasa Inggris, belajar bahasa inggris dengan baik. Dilakukan
di ruang diskusi perpustakaan Kemendikbud.
Gambar 4. 2
Britzone
64
c. Youth for Diffable
Youth For Diffable (YFD) adalah komunitas non profit dibidang isu
disabilitas yang terinisiasi menjadikan pemuda sebagai garda terdepan dalam
kontribusi di dunia disabilitas. YFD berdiri pada tanggal 09 Juli tahun
2014.Kami bergerak serta bekerjasama dengan berbagai pihak dari
masyarakat disabilitas untuk menjalankan berbagai program pendidikan dan
advokasi untuk membawa perubahan sosial. YFD memiliki berbagai
program, mulai dari program Advokasi, program Gerakan Mari
BerbagiMustofa, dan Program rutin. Program rutin YFD ada 2, yaitu Program
Berbagi Cahaya-mengajar anak-anak berkebutuhan khusus dan Program kelas
bahasa Isyarat atau yang kami sebut: Clubbing BahasaIsyarat Indonesia
(BISINDO).
Gambar 4. 3
Youth for Diffable
d. Ayo Dongeng Indonesia
Ayo Dongeng Indonesia (AyoDI) adalah sebuah gerakan yang
berkomitmen pada kampanye kegiatan mendongeng untuk anak Indonesia,
untuk menebarkan keceriaan dan inspirasi, serta memotivasi dan membantu
anak mengembangkan imajinasi. Dibentuk atas kecintaan pada cerita dan
kekuatan penceritaan, komunitas Ayo Dongeng Indonesia berbasis
65
kerelawanan, terbuka, dan tidak berafiliasi dengan golongan, agama, atau
partai politik apapun.
Gambar 4. 4
Ayo Dongeng Indonesia
e. Academic Arisan
Academic Arisan adalah komunitas guru bahasa Inggris yang misinya
adalah menjadi tempat pembinaan pengajar dan pendidik bahasa Inggris yang
mampu melaksanakan pembelajaran yang kreatif, komunikatif, inovatif dan
menyenangkan.Semangat yang ada pada Academic Arisan adalah semangat
untuk terus meningkatkan kualitas diri dan kualitas mengajar para anggotanya
dengan cara belajar dari sesama (take and give).
8. Library 2.0 di Perpustakaan Kemendikbud
Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan awalnya
membangun sistem otomasi perpustakaan yaitu Senayan Library Management
System (SLiMs). Software ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan perpustakaan
Kemendikbud. Dengan software ini kemudian dikembangkan layanan
perpustakaan yang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi dan perubahan pemustaka. Perpustakaan Kemendikbud kemudian
66
menyediakan website perpustakaan di portal web http://www.
perpustakaan.kemdikbud.go.id. Didalam website tersebut terdapat fitur-fitur yang
dapat dimanfaatkan oleh pemustaka.79
Gambar 4. 5
Layanan Library 2.0 Perpustakaan Kemendikbud
Dalam perkembangannya kemudian perpustakaan Kemendikbud
mengadopsi library 2.0. Library 2.0 awalnya digunakan untuk layanan kunjungan
ke perpustakaan Kemendikbud.80
Tetapi dengan adanya kebutuhan informasi yang
terus bertambah oleh pemustaka dari berbagai kalangan yang berasal dari dalam
maupun luar lingkungan Kemendikbud, maka library 2.0 diperluas tidak hanya
layanan berkunjung tetapi juga layanan perpanjangan bahan pustaka, promosi,
broadcast, chat pustakawan, dan lain-lain.
79
“Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan” diakses pada Kamis 11
Februari 2016 di http://www.perpustakaan.kemdikbud.go.id 80
“Konsep Web 2.0 di perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan” diakses
pada Jum’at, 12 Februari 2016 di http://www.perpustakaan.kemdikbud.go.id
67
Layanan library 2.0 yang disediakan di perpustakaan Kementerian
pendidikan dan kebudayaan antara lain:
a. Whatsapp
Whatsapp adalah adalah aplikasi pesan seluler lintas platform yang
memungkinkan Anda untuk bertukar pesan tanpa harus membayar SMS.
Selain fitur dasar berkirim pesan, pengguna WhatsApp dapat membuat grup,
saling berkirim gambar, pesan video dan audio dalam jumlah tidak terbatas.81
Whatsapp yang disediakan oleh perpustakaan Kemendikbud untuk
menyebarkan broadcast jatuh tempo peminjaman koleksi perpustakaan,
melakukan perpanjangan koleksi, dan chatting dengan pustakawan untuk
bertanya hari libur, jam buka/tutup layanan perpustakaan dan informasi
lainnya.
b. BlackBerry Messenger (BBM)
BBM adalah salah satu aplikasi pengirim pesan instan yang
disediakan untuk para pengguna perangkat Blackberry, Android, iPhone dan
Windows Phone. BBM yang disediakan oleh perpustakaan Kemendikbud
untuk menyebarkan broadcast jatuh tempo peminjaman koleksi perpustakaan,
melakukan perpanjangan koleksi, dan chatting dengan pustakawan untuk
bertanya hari libur, jam buka/tutup layanan perpustakaan dan informasi
lainnya.
81
“Pengertian whatsapp,” diakses pada14 Arpil 2016 di https://www.whatsapp.com/?l=id
68
c. Fanpage facebook
Fanpage facebook adalah sebuah halaman khusus layaknya blog yang
menyediakan informasi yang beragam sesuai dengan keinginan pemiliknya,
mulai dari perusahaan, pendidikan, layanan, produk fisik, artis, komunitas
dan masih banyak lainnya.82
Fitur-fitur yang disediakan di fanpage facebook
perpustakaan Kemendikbud adalah memberikan like, mengikuti halaman
tersebut, mengirimkan pesan, memberikan komentar pada informasi yang
tercantum di halaman, membagikan (sharing) informasi dari halaman tersebut
kepada teman facebook anda, dan mengundang teman menyukai halaman
tersebut.
Gambar 4. 6
Fanpage Facebook
82
“definisi fanpage facebook,” diakses pada 14 April 2016 di https://web.facebook.com/
69
d. Twitter
Twitter adalah layanan microblogging yang gratis, dan juga
sebagai jejaring sosial yang sudah banyak digunakan oleh personal dan
berbagai macam perusahaan sebagai media yang dapat secara langsung
memberikan dan menerima informasi secara langsung melalui media online
internet. Akun twitter perpustakaan Kemendikbud adalah @perpusdikbud,
didalamnya berisi informasi tentang kegiatan perpustakaan tersebut. fitur-fitur
yang tersedia meliputi following, followers, tweet, retweet, replay, dan
favorite. Anda juga dapat melihat foto, video, dan timeline.
Gambar 4. 7
70
e. Instagram
Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan
pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke
berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik instagram sendiri. Instagram
perpustakaan Kemendikbud dapat dilihat dengan username
perpustakaandikbud. Anda dapat melihat kiriman foto, menjadi followers,
following, hastage, like, tage, komentar, repost, dan view.
Gambar 4. 8
B. Hasil Penelitian
Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumya, bahwa penulis menentukan
sampel sebanyak 84 orang. Penentuan tersebut merujuk pada hasil observasi
sebelumnya melalui data anggota perpustakaan Kementerian pendidikan dan
kebudayaan selama kurun waktu 2015. Kemudian dibagi 10 % sehingga
71
menghasilkan 84 orang anggota perpustakaan. untuk perhitungan tersebut penulis
membutuhkan waktu selama 2 hari untuk menyelesaikannya. Pada penelitian ini,
data nilai N berubah-ubah secara extream mengikuti atribut (kuisioner) yang
disebar kepada responden.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pretest terhadap 8 orang
pemustaka di lingkungan perpustakaan Kemendikbud untuk memvalidasi
pertanyaan terkait dengan penelitian. Hasilnya, ada satu pertanyaan yang yang
kemudian membingungkan bagi pemustaka, akhirnya peneliti memperbaharui
maksud pertanyaan tersebut. Selanjtnya peneliti kemudian membagikan kuisioner
pertanyaan kepada 5 orang pemustaka. Hasilnya, pemustaka tersebut mengerti
semua pertanyaan yang diajukan tanpa bertanya kepada peneliti. Kuisioner
tersebut selanjutnya dibagikan kepada 84 orang anggota peprustakaan
Kemendikbud sebagai responden dalam penelitian ini.
Pada hari pertama, tepatnya pada tanggal 14 Maret 2016 penulis mendapat
18 orang anggota perpustakaan untuk dijadikan responden. Kemudian hari kedua,
tanggal 15 Maret 2016 menyebarkan kuisioner pada 9 orang responden. Hari
ketiga, 16 Maret 2016 penulis menyebarkan 38 kuisioner. Hari keempat, tanggal
18 Maret 2016 penulis menyebarkan 11 kuisioner dan pada tanggal 19 Maret 2016
penulis menyebarkan 8 kuisioner. Jumlah keseluruhan adalah 84 kuisioner.
1. Gambaran Umum Responden
Analisis data penelitian dilakukan dengan data yang terhimpun melalui
anggota perpustakaan yang berkunjung ke perpustakaan Kementerian pendidikan
72
dan kebudayaan Republik Indonesia yang bersamaan dengan berlangsungnya
penelitian di lokasi penelitian. Para anggota perpustakaan tersebut cukup
kooperatif dalam memberikan bantuan kepada penulis, yaitu dengan mereka
bersedia untuk mengisi kuisioner penelitian yang telah penulis berikan kepada
mereka.
2. Analisis Data
Pada analisis data ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah
dilaksanakan. Kemudian data tersebut dianalisa dan selanjutnya akan disajikan
dalam bentuk tabel yang disertai dengan uraian pada masing-masing tabel.
Analisis data terdiri dari tiga bagian yaitu analisis data responden, analisis hasil
penelitian dan saran-saran responden terkait objek yang penulis teliti. Ada
penelitian ini data nilai N berubah-ubah secara extream mengikuti atribut
(kuisioner) yang disebar kepada responden.
3. Analisis Identitas Responden
Identitas responden yang akan penulis analisa meliputi jenis kelamin, usia
dan pekerjaan responden.
a. Jenis Kelamin Responden
Tabel di bawah ini akan menunjukkan jenis kelamin responden yang
telah membantu penulis dalam mengisi kuisioner yang telah disediakan
penulis.
73
Tabel 4. 3
Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin F %
Laki-laki 39 46,43
Perempuan 45 53,57
Jumlah 84 100
Dari tabel di atas, diketahui bahwa hampir setengah dari responden
adalah responden laki-laki sebanyak 39 orang dengan presentase sekitar 46,43
%. Hamir seluruhnya resoponden adalah perempuan sebanyak 45 orang yaitu
sekitar 53,47 %. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa yang membantu
pengisian kuisioner dominan berjenis kelamin perempuan.
b. Usia Responden
Tabel di bawah ini menunjukkan usia responden yang telah membantu
penulis dalam mengisi kuisioner di lokasi penelitian.
Tabel 4. 4
Usia Responden
Usia Responden
(Tahun)
F %
15-20 26 30,95
21-25 32 38,11
26-30 4 4,76
31-35 5 5,95
36-40 8 9,52
41-45 5 5,95
46-50 3 3,57
51-55 1 1,19
Jumlah 84 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hampir setengah responden
yang berusia 15-20 tahun sebanyak 26 orang (30,95%). Perolehan data yang
sama pada responden yang berusia antara 21-25 tahun sebanyak 32 orang
74
(38,11%). Sebagian kecil adalah responden dengan kategori usia antara 26-30
tahun sebanyak 4 orang (4,76%). Perolehan lainnya adalah sebagian kecil
usia antara 31-35 tahun sebanyak 5 orang (5,95%), usia 36-40 tahun sebanyak
8 orang (9,52%), usia 41-45 tahun sebanyak 5 orang (5,95%), usia 46-50
sebanyak 3 orang (3,57%), dan usia 51-55 tahun sebanyak 1 orang (1,19%).
Artinya mayoritas pemustaka yang menjadi responden berusia 15-25 tahun.
c. Pekerjaan Responden
Tabel di bawah ini menunjukkan usia responden yang telah membantu
penulis dalam mengisi kuisioner dilokasi penelitian.
Tabel 4. 5
Pekerjaan Responden
Pekerjaan Responden F %
Karyawan Kemendikbud 4 4,76
Karyawan Non Kemendikbud 12 14,30
Mahasiswa 50 59,52
Pelajar 5 5,95
Lainnya
Peneliti 4 4,76
Jurnalis 2 2,38
Free
Lance
2 2,38
Konsultan 1 1,19
Dosen 2 2,38
Umum 2 2,38
Jumlah 84 100
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil responden
merupakan karyawan Kemendikbud yaitu sebanyak 4 orang (4,76%).
Sebagian kecil lagi merupakan karyawan non Kemendikbud sebanyak 12
orang (14,30%) dan pelajar sebanyak 5 orang (5,95%) . Sedangkan sebagian
75
besar responden merupakan mahasiswa yaitu sebanyak 50 orang (59,52%).
Sebagian kecil responden yang lainnya merupakan responden yang bekerja
sebagai peneliti sebanyak 4 orang (4,76%), jurnalis 2 orang (2,38%), free
lance 2 orang (2,38%), konsultan 1 orang (1,19%), dosen 2 orang (2,38%),
dan umum 2 orang (2,38%). Artinya, para pemustaka Kemendikbud adalah
mahasiswa.
4. Analisis Hasil Penelitian
a. Perilaku Pemustaka terhadap Layanan Library 2.0
1) Kepemilikan Perangkat Teknologi Informasi dan Telekomunikasi
(TIK)
Tabel di bawah ini menunjukkan seberapa banyak responden yang
berkunjung ke perpustakaan dan merupakan anggota perpustakaan
Kemendikbud memiliki perangkat teknologi informasi dan komunikasi
(TIK).
Tabel 4. 6
Kepemilikan Perangkat TIK
Pilihan Jawaban F %
Laptop 80 43,48
Ipad 15 8,15
Komputer 7 3,80
Handhpone 82 44,57
Jumlah 184 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
merupakan anggota perpustakaan hampir seluruhnya memiliki perangkat
76
teknologi informasi dan komunikasi berupa laptop sebanyak 80 orang
sekitar 43,48%. Perolehan data yang sama mengenai kepemilikan TIK
berupa handphone sebanyak 82 orang sekitar 44,57%. Hanya sebagian
kecil yang memiliki perangkat TIK berupa Ipad sebanyak 15 orang
(8,15%) dan komputer sebanyak 7 orang (3,80%). Artinya, para
pemustaka telah memiliki perangkat TIK berupa laptop dan handphone.
2) Penggunaan aplikasi di perangkat TIK
Pada tabel di bawah ini dapat diketahui seberapa banyak responden
yang menggunakan aplikasi di perangkat teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) yang mereka miliki dengan memberikan alternatif
jawaban yang dapat mereka pilih lebih dari satu jawaban.
Tabel 4. 7
Penggunaan Aplikasi di Perangkat TIK
Pilihan Jawaban F %
WhatsApp 82 97,62
Tidak menggunakan 2 2,38
Jumlah 84 100
Facebook 75 89,29
Tidak menggunakan 9 10,71
Jumlah 84 100
Twitter 64 76,19
Tidak menggunakan 20 23,81
Jumlah 84 100
Instagram 54 64,29
Tidak menggunakan 30 35,71
Jumlah 84 100
Blackberry Messenger (BBM) 68 80,95
77
Tidak menggunakan 16 19,05
Jumlah 84 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya
responden sebanyak 82 orang (97,62%) menggunakan aplikasi whatsapp.
Perolehan data yang sama dapat dilihat dari hampir seluruhnya responden
menggunakan facebook sebanyak 75 orang (89,29%), twitter sebanyak 64
orang (76,19%), dan BBM sebanyak 68 orang (80,95%). Sedangkan
sebagian besar responden menggunakan instagram sebanyak 54 orang
(64,29%). Sebagian kecil responden tidak menggunakan whatsapp
sebanyak 2 orang (2,38%), facebook sebanyak 9 orang (10,71%), twitter
sebanyak 20 orang (23,81%), dan BBM sebanyak 16 orang (19,05%).
Sedangkan hampir setengah dari responden sebanyak 30 orang (35,71%)
tidak menggunakan istagram di perangkat teknologi informasi dan
komunikasi yang dimilikinya. Artinya, para pemustaka telah
menggunakan aplikasi whatsapp, BBM, facebook, twitter, dan instagram
di perangkat TIK milik mereka.
3) Pemanfaatan aplikasi
Pada tabel di bawah ini menunjukkan bagaimana aplikasi yang
digunakan di perangkat teknologi informasi dan komunikasi telah
dimanfaatkan.
78
Tabel 4. 8
Pemanfaatan Aplikasi di Perangkat TIK
Pilihan Jawaban F %
Setiap hari 79 94,05
2 hari sekali 2 2,38
Seminggu 3 kali 0 0
Seminggu sekali 0 0
Tidak diketahui 3 3,57
Jumlah 84 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya
responden sebanyak 79 orang (94,05%) telah menggunakan aplikasi yang
mereka pilih setia hari. Sebanyak 2 orang (2,38%) responden
menggunakannya selama 2 hari sekali. Tak ada satupun responden yang
menggunakan aplikasi yang mereka pilih selama seminggu 3 kali ataupun
seminggu sekali. Sedangkan sebagian kecil responden sebanyak 3 orang
(3,57%) tidak menjawab. Artinya, setiap hari para pemustaka
memanfaatkan aplikasi yang mereka miliki.
4) Pengetahuan tentang Library 2.0
Tabel di bawah ini untuk melihat apakah responden mengetahui
library 2.0 sebelumnya.
Tabel 4. 9
Pengetahuan tentang Library 2.0
Pilihan Jawaban F %
Iya 19 22,62
Tidak 64 76,19
Tidak diketahui 1 1,19
Jumlah 84 100
79
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hanya sebagian kecil
responden yang mengetahui library 2.0 sebelumnya sebanyak 19 orang
atau sekitar 22,62%. Sedangkan hampir seluruh responden tidak
mengetahui library 2.0 yaitu sebanyak 64 orang atau sekitar 76,19%.
Adapun sebagian kecil responden sebanyak 1 orang sekitar 1,19% tidak
menjawab pertanyaan ini. Artinya, para pemustaka tidak mengetahui
tentang library 2.0 sebelumnya.
5) Library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud
Tabel di bawah ini untuk melihat apakah responden mengetahui
bahwa perpustakaan Kemendikbud menerapkan layanan library 2.0.
Tabel 4. 10
Library 2.0 di Perpustakaan Kemendikbud
Pilihan Jawaban F %
Iya 52 61,90
Tidak 32 38,10
Jumlah 84 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
telah mengetahui bahwa perpustakaan Kemendikbud menerakan layanan
library 2.0 yaitu sebanyak 52 orang atau sekitar 61,90%. Adapun hampir
setengah dari responden yang tidak mengetahui bahwa perpustakaan
Kemendikbud menerapkan layanan library 2.0 yaitu sebanyak 32 orang
atau sekitar 38,10%. Artinya, para pemustaka telah mengetahui layanan
library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud.
80
Dari hasil jawaban responden yang menjawab iya, mereka
diarahkan untuk menjawab darimana mereka mengetahui alamat dan
username layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud. Pada
pertanyaan ini responden dapat memilih jawaban atau memberikan
jawaban lain.
Tabel 4. 11
Alamat dan Username Layanan Library 2.0
Pilihan Jawaban F %
Website perpustakaan 15 28,84
Pustakawan 12 23,08
Mencari sendiri 0 0
Lainnya Perpustakaan 25 48,08
Jumlah 52 100
Dari tabel dan grafik diatas, dapat diketahui bahwa dari 52 orang
responden (61,90%) yang mengetahui bahwa perpustakaan Kemendikbud
menerapkan layanan library 2.0, sebagian kecil responden mengetahui
alamat dan username layanan library 2.0 perpustakaan Kemendikbud dari
website perpustakaan sebanyak 15 orang (17,86%) dan dari pustakawan
sebanyak 12 orang (14,28%). Sedangkan hampir setengah dari responden
sebanyak 25 orang (48,08%) mengetahui alamat dan username layanan
library 2.0 perpustakaan Kemendikbud langsung dari perpustakaan.
Artinya, para pemustaka mengetahui alamat dan username layanan library
2.0 dari perpustakaan Kemendikbud.
81
6) Responden bergabung dengan Layanan Library 2.0 di
Perpustakaan Kemendikbud
Tabel di bawah ini untuk melihat responden yang bergabung
dengan layanan library 2.0 di perpustakaan Kementerian pendidikan dan
kebudayaan (Kemendikbud).
Tabel 4. 12
Responden yang bergabung dengan Layanan Library 2.0
Pilihan Jawaban F %
Iya 31 36,90
Tidak 53 63,10
Jumlah 84 100
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa hampir setengah dari
responden bergabung dengan layanan library 2.0 di perpustakaan
Kemendikbud yaitu sebanyak 31 orang sekitar 36,90%. Sedangkan
sebagian besar responden sebanyak 53 orang atau sekitar 63,10% tidak
bergabung dengan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud.
Artinya, para pemustaka tidak bergabung dengan layanan library 2.0 di
pepustakaan Kemendikbud. Artinya, para pemustaka masih belum
bergabung dengan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud.
82
7) Alasan Tertarik menggunakan Layanan Library 2.0 di
perpustakaan kemendikbud
Tabel di bawah ini untuk mengetahui alasan responden
menggunakan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud.
Tabel 4. 13
Alasan Tertarik menggunakan Layanan Library 2.0
Pilihan Jawaban F %
Sesuai dengan usia anda 11 24,45
Promosi dari pihak perpustakaan 4 8,89
Atas permintaan pustakawan 1 2,22
Lebih mudah digunakan 21 46,67
Lainnya
Kebutuhan 1 2,22
Ingin tahu 6 13,33
Lebih cepat mendapatkan
informasi
1
2,22
Jumlah 45 100
Dari tabel dan grafik diatas, dapat diketahui bahwa dari 31
responden yang menggunakan layanan library 2.0 di perpustakaan
Kemendikbud memiliki berbagai alasan. Sebanyak 21 orang (46,67%) atau
hampir setengah dari responden menggunakan layanan library 2.0 di
perpustakaan Kemendikbud karena lebih mudah digunakan. Sebagian
kecil responden sebanyak 11 orang (24,45%) dengan alasan sesuai dengan
usia mereka, sebanyak 4 orang (8,89%) karena promosi dari perpustakaan,
dan sebanyak 1 orang (2,22%) karena permintaan pustakawan. Sedangkan
alasan lainnya adalah sebagian kecil karena kebutuhan sebanyak 1 orang
(2,22%), ingin tahu sebanyak 6 orang (13,33%), dan lebih cepat
83
mendapatkan informasi sebanyak 1 orang (2,22%). Artinya, para
pemustaka tertarik menggunakan layanan library 2.0 karena lebih mudah
digunakan.
8) Kenyamanan Berinteraksi dengan Pustakawan dengan Library
2.0
Tabel di bawah ini menunjukkan apakah responden merasa nyaman
berinteraksi dengan pustakawan menggunakan layanan library 2.0 di
perpustakaan Kemendikbud.
Tabel 4. 14
Kenyamanan Berinteraksi dengan Pustakawan
Pilihan Jawaban F %
Iya 31 100
Tidak 0 0
Jumlah 31 100
Dari tabel di atas, dari 31 orang (36,90%) responden yang
tergabung dengan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud
seluruhnya merasa nyaman berinteraksi dengan menggunakan layanan
library 2.0 sebanyak 31 orang (100%). Artinya, para pemustaka merasa
nyaman berinteraksi dengan pustakawan melalui layanan library 2.0.
9) Penggunaan Layanan Library 2.0 perpustakaan Kemendikbud
Dari hasil jawaban responden yang menjawab iya, mereka
diarahkan untuk menjawab layanan library 2.0 apa saja yang digunakan di
84
perpustakaan Kemendikbud. Pada pertanyaan ini, responden dapat
memilih lebih dari satu jawaban.
Tabel 4. 15
Penggunaan Layanan Library 2.0 perpustakaan Kemendikbud
Pilihan Jawaban F %
WhatsApp 24 77,42
Tidak menggunakan 7 22,58
Jumlah 31 100
Facebook 30 96,77
Tidak menggunakan 1 3,23
Jumlah 31 100
Twitter 24 77,42
Tidak menggunakan 7 22,58
Jumlah 31 100
Instagram 7 22,58
Tidak menggunakan 24 96,77
Jumlah 31 100
Blackberry Messenger (BBM) 9 29,03
Tidak menggunakan 22 70,97
Jumlah 31 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menggunakan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud
berjumlah 31 orang. Dari jumlah tersebut, responden memilih layanan
library 2.0 yang mereka gunakan. Hasilnya, hampir seluruhnya responden
menggunakan whatsapp sebanyak 24 orang (77,42%), fanpage facebook
sebanyak 30 orang (96,77%), dan twitter sebanyak 24 orang (77,24%).
Hampir setengah dari responden menggunakan blackberry messenger
85
(BBM) yaitu sebanyak 9 orang (29,03). Sedangkan sebagian kecil
responden sebanyak 7 orang (22,58) menggunakan instagram di layanan
library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud. Artinya, para pemustaka yang
telah bergabung menggunakan layanan library 2.0 berupa whatsapp,
fanpage facebook, dan twitter.
Hasilnya, jumlah responden adalah 31 orang. Selanjutnya,
responden yang menggunakan layanan library 2.0 di perpustakaan
Kemendikbud dan telah memilih layanan apa saja yang mereka gunakan,
mereka diarahkan untuk menjawab beberapa pertanyaan dan memilih
alternatif jawaban boleh lebih dari satu.
a) Perilaku terhadap fanpage facebook
Pada tabel di bawah ini dapat diketahui apa yang dilakukan
responden terhadap fanpage facebook perpustakaan Kemendikbud.
Tabel 4. 16
Perilaku Responden terhadap Fanpage facebook
Pilihan Jawaban F %
Melihat informasi 30 78,95
Sharing informasi 5 13,16
Memberi like pada setiap informasi 3 7,89
Memberikan komentar 0 0
Menjadi teman di facebook anda 0 0
Lainnya 0 0
Jumlah 38 100
Dari tabel di atas, hampir seluruhnya responden dari 31 orang,
30 orang atau sekitar 78,95% melakukan dengan melihat informasi di
fanpage facebook perpustakaan. sebagian kecil responden melakukan
86
sharing informasi yakni sebanyak 5 orang atau sekitar 13,16% dan
memberi like pada setiap informasi yang disajikan oleh fanpage
facebook sebanyak 3 orang atau sekitar 7,89%. Sedangkan tidak
satupun atau sekitar 0% responden tidak melakukan tindakan
memberikan komentar, menjadi teman di facebook atau lainnya di
fanpage facebook. Artinya, para pemustaka menggunakan fanpage
facebook hanya untuk melihat informasi.
b) Perilaku terhadap Twitter
Tabel di bawah ini untuk mengetahui apa yang dilakukan
responden terhadap twitter perpustakaan Kemendikbud.
Tabel 4. 17
Perilaku terhadap Twitter
Pilihan Jawaban F %
Followers 6 24
Following 12 48
Retweet 7 28
Memberikan replay 0 0
Tweet 0 0
Favorite 0 0
Jumlah 25 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 24 orang responden
(77,42%) yang melakukan kegiatan di twitter, yaitu sebagian kecil
responden sebanyak 6 orang atau sekitar 24% menjadi followers. Hampir
setengah dari responden yaitu sebanyak 12 orang atau sekitar 48%
sebagai following dan melakukan retweet yaitu sebanyak 7 orang atau
sekitar 28%. Sedangkan tidak satupun atau 0% responden yang
87
memberikan replay, tweet, dan favorite. Artinya, perilaku para
pemustaka hanya sebagai following di twitter perpustakaan
Kemendikbud.
c) Perilaku terhadap Instagram
Tabel di bawah ini untuk mengetahui tindakan responden
terhadap instagram perpustakaan kemendikbud.
Tabel 4. 18
Perilaku terhadap Instagram
Pilihan Jawaban F %
Followers 3 30
Following 5 50
Repost 0 0
Hastage 0 0
Take 0 0
View 0 0
Like 1 10
Komentar 1 10
Jumlah 10 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 7 orang responden
yang menggunakan instagram, hampir setengah yaitu sebanyak 3 orang
responden atau sekitar 30% menjadi followers. Setengah dari responden
yaitu sebanyak 5 orang atau sekitar 50% menjadi following. Sebagian
kecil responden sebanyak 1 orang atau sekitar 10% memberikan like
dan 1 orang atau sekitar 10% memberikan komentar. Sedangkan tidak
satupun atau 0% responden melakukan repost, hastage, take, dan view
di instagram. Artinya, perilaku para pemustaka hanya sebagai following
di instagram perpustakaan Kemendikbud.
88
7) Layanan Library 2.0 yang paling sering digunakan
Tabel di bawah ini menunjukkan layanan library 2.0 yang sering
digunakan oleh responden di perpustkaan Kemendikbud.
Tabel 4. 19
Layanan Library 2.0 yang paling sering digunakan
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 31 orang (36,90%)
responden yang tergabung, hampir setengahnya yaitu sebanyak 17 orang
(27,42%) sering menggunakan whatsapp, 21 orang (33,87%) responden
sering menggunakan fanpage facebook, dan 17 orang (27,42%) responden
sering menggunakan twitter. Hanya sebagian kecil responden yaitu
sebanyak 3 orang (4,84%) yang sering menggunakan instagram, dan
sebanyak 4 orang (6,45%) sering menggunakan BBM di perpustakaan
Kemendikbud. Artinya, para pemustaka lebih sering menggunakan
whatsapp, fanpage facebook, dan twitter perpustakaan Kemendikbud.
Pilihan Jawaban F %
WhatsApp 17 27,42
Fanpage facebook 21 33,87
Twitter 17 27,42
Instagram 3 4,84
Blackberry Messenger (BBM) 4 6,45
Jumlah 62 100
89
10) Informasi yang didapatkan dan digunakan melalui Layanan
Library 2.0
Pada tabel di bawah ini dapat diketahui informasi yang digunakan
dan didapatkan oleh responden dari layanan library 2.0 di perpustakaan
Kemendikbud dengan memberikan alternatif jawaban yang dapat dipilih
lebih dari satu jawaban.
Tabel 4. 20
Informasi yang didapatkan dan digunakan
Pilihan Jawaban F %
Broadcast jatuh tempo 2 2,94
Chatting dengan pustakawan 13 19,12
Promosi kegiatan perpustakaan 29 42,65
Jam buka dan tutup perpustakaan 6 8,82
Hari libur 0 0
Perpanjangan koleksi 18 26,47
Jumlah 68 100
Dari tabel di atas, dapat terlihat dari 31 orang (36,90%) responden
yang tergabung dalam layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud,
sebagian kecil sebanyak 2 orang (2,94%) mendapatkan broadcast jatuh
tempo, menggunakan untuk chatting dengan pustakawan sebanyak 13
orang (19,12%), dan 6 orang (8,82%) mendapatkan informasi jam buka
dan tutup perpustakaan. Sedangkan hampir setengah dari responden
sebanyak 29 orang (42,65%) mendapatkan informasi promosi kegiatan
perpustakaan dan sebanyak 18 orang (26,47%) menggunakan layanan
library 2.0 untuk perpanjangan koleksi. Artinya, para pemustaka
menggunakan layanan library 2.0 untuk perpanjangan koleksi dan chatting
90
dengan pustakawan. Selain itu¸ para pemustaka mendapatkan informasi
promosi kegiatan perpustakaan Kemendikbud dari layanan library 2.0.
Perilaku pemustaka terhadap layanan library 2.0 di perpustakaan
Kemendikbud akan dijelaskan dengan table akumulasi berikut ini:
Tabel 4. 21
Perilaku Pemustaka terhadap layanan library 2.0
di perpustakaan Kemendikbud
No. Indikator Hasil Penelitian F %
1. Perangkat TIK a. Para pemustaka telah memiliki pernangkat TIK berupa laptop dan handphone
80-82 43-45%
b. Para pemustaka telah menggunakan aplikasi whatsapp, BBM, facebook, twitter, dan instagram.
54-82 64-98%
c. Para pemustaka memanfaatkan aplikasi di perangkat TIK dalam kegatan sehari-hari.
79 94%
2. Pengetahuan
tentang library
2.0
a. Para pemustaka tidak mengetahui tentang library 2.0 sebelumnya
64 76%
b. Para pemustaka telah mengetahui layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud.
52 70%
c. Para pemustaka mengetahui layanan library 2.0 perpustakaan Kemendikbud dari perpustakaan tersebut.
25 48%
d. Para pemustaka belum bergabung dengan layann library 2.0 perpustakaan Kemendikbud
53 63%
3. Penggunaan
layanan library
a. Para pemustaka menggunakan layanan library 2.0 karena lebih
21 46%
91
2.0 di
perpustakaan
Kemendikbud
mudah digunakan.
b. Para pemustaka merasa nyaman berinteraksi dengan pustakawan di perpustakaan Kemendikbud melalui layanan library 2.0.
31 100%
c. Para pemustaka yang bergabung menggunakan layanan library 2.0 berupa whatsapp, fanpage facebook, dan twitter.
24-30 77-97%
4. Perilaku
pemustaka
terhadap
layanan library
2.0
a. Para pemustaka menggunakan fanpage facebook hanya untuk melihat informasi.
30 79%
b. Para pemustaka sebatas sebagi following di twitter perpustakaan Kemendikbud.
12 48%
c. Para pemustaka hanya aktif sebagai following di instagram perpustakaan Kemendikbud.
5 50%
d. Para pemustaka leih sering menggunakan whatsapp, fanpage facebook, dan twitter perpustakaan Kemendikbud.
17-21 27-34%
e. Para pemustaka pemustaka menggunakan layanan library 2.0 untuk perpanjangan koleksi dan chatting dengan pustakawan serta mendapatkan informasi promosi kegiatan perpustakaan Kemendikbud.
13-29 19-43%
92
b. Perilaku Pemustaka dalam mengatasi Kendala ketika menggunakan
Layanan Library 2.0
1) Kendala yang dihadapi saat menggunakan Layanan Library 2.0
Tabel di bawah ini mengetahui apakah responden menemui kendala
saat menggunakan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud.
Tabel 4. 22
Kendala yang dihadapi
Pilihan Jawaban F %
Iya 19 61,29
Tidak 12 38,71
Jumlah 31 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
sebanyak 19 orang atau sekitar 61,29% menemui kendala saat
menggunakan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud.
Sedangkan hampir setengahnya yaitu sebanyak 12 orang atau sekitar
38,71% tidak menemui kendala saat menggunakan layanan library 2.0 di
perpustakaan Kemendikbud. Artinya, para pemustaka menghadapi kendala
ketika menggunakan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud.
Selanjutnya, dari hasil jawaban responden yang menjawab iya,
mereka diarahkan untuk menjawab kendala apa saja yang mereka temui
saat menggunakan layanan library 2.0 di perpustakaan tersebut. pada
pertanyaan ini, responden dapat memilih lebih dari satu jawaban.
93
Tabel 4. 23
Kendala saat menggunakan Layanan Library 2.0
Pilihan Jawaban F %
Pustakawan tidak menjawab pertanyaan
anda
0 0
Lamanya respon pustakawan 18 66,67
Masalah jaringan 9 33,33
Lainnya 0 0
Jumlah 27 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 19 orang (61,29%)
responden yang menemui kendala saat menggunakan layanan library 2.0,
tidak satupun (0%) responden yang menemui kendala pustakawan tidak
menjawab pertanyaan dan lainnya. Hanya saja sebagian besar responden
sebanyak 18 orang (66,67%) menemui kendala dikarenakan lamanya
respon pustakawan. Sedangkan hampir setengah dari responden yaitu
sebanyak 9 orang (33,33%) menemui kendala dengan masalah jaringan.
Artinya, kendala yang dihadapi para pemustaka adalah lamanya respon
pustakawan ketika mereka menggunakan layanan library 2.0 di
perpustakaan Kemendikbud.
2) Cara mengatasi Kendala yang dihadapi terhadap Layanan Library
2.0
Tabel di bawah ini menunjukkan bagaimana cara mereka
mengatasi kendala yang mereka temui saat menggunakan layanan library
2.0 di perpustakaan Kemendikbud.
94
Tabel 4. 24
Cara mengatasi Kendala yang dihadapi
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian kecil responden
yaitu sebanyak 5 orang (17,24%) menelepon ke perpustakaan
Kemendikbud dan sebanyak 2 orang (6,90%) responden mengirim SMS ke
perpustakaan Kemendikbud. Tetapi hampir setengah dari responden
sebanyak 10 orang (34,48%) mengirim email ke perpustakaan
Kemendikbud dan sebanyak 12 orang (41,38%) dari responden memilih
datang langsung ke perpustakaan Kemendikbud. Artinya, ketika
menghadapi kendala saat menggunakan layanan library 2.0, para
pemustaka memilih datang langsung dan mengirim email ke perpustakaan
Kemendikbud.
3) Saran-Saran dari Responden terkait Layanan Library 2.0
Berikut adalah saran-saran dari responden untuk perpustakaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terkait dengan
layanan library 2.0 di perpustakaan tersebut. saran-saran tersebut
dirangkum oleh penulis dalam bentuk tabel dibawah ini.
Pilihan Jawaban F %
Menelepon ke perpustakaan Kemendikbud 5 17,24
Mengirim SMS ke perpustakaan Kemendikbud 2 6,90
Mengirim email ke perpustakaan Kemendikbud 10 34,48
Lainnya Datang langsung ke perpustakaan 12 41,38
Jumlah 29 100
95
Tabel 4. 25
Saran-Saran dari Responden terkait Layanan Library 2.0
Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa dari total responden 84
orang, yang memberikan saran berjumlah 54 orang (69,05%). Setengah dari
responden memberikan saran untuk melakukan sosialisasi layanan library 2.0
di perpustakaan Kemendikbud melalui bimbingan pemustaka dan via media
sosial itu sendiri yaitu sebanyak 29 orang (50%). Sedangkan sebagian kecil
yaitu sebanyak 7 orang (12,07%) responden memberikan saran agar
pustakawan dapat meningkatkan respon saat interaksi dan berkolaborasi,
sebanyak 3 orang (5,17%) agar meningkatkan promosi kegiatan perpustakaan
di time line, dan sebanyak 11 orang (18,97%) agar perpustakaan
mengembangkan layanan library 2.0 lainnya, dan sebanyak 8 orang (13,79%)
memberikan saran agar perpustakaan menampilkan koleksi terbaru di layanan
library 2.0.
Jadi, para pemustaka menyarankan perpustakaan Kemendikbud
melakukan sosialisasi dan bimbingan pemustaka mengenai layanan library
Pilihan Jawaban F %
Sosialisasi tentang layanan library 2.0 dengan
bimbingan pemustaka dan via media sosial
perpustakaan Kemendikbud
29 50
Meningkatkan respon pustakawan saat interaksi dan
kolaborasi
7 12,07
Meningkatkan promosi kegiatan perpustakaan di
time line
3 5,17
Mengembangkan layanan library 2.0 lainnya 11 18,97
Menampilkan koleksi terbaru di library 2.0
perpustakaan
8 13,79
Jumlah 58 100
96
2.0 baik via media sosial itu sendiri atapun di lingkungan perpustakaan
Kemendikbud. Selain itu, perpustakaan Kemendikbud mampu
mengembangkan layanan library 2.0 lainnya dan meningkatkan respon yang
baik kepada pemustakanya.
Adapun perilaku pemustaka dalam mengatasi kendala yang dihadapi
saat menggunakan layanan library 2.0 di peprustakaan Kemendikbud akan
dijelaskan dengan tabel akumulasi berikut ini:
Tabel 4. 26
Perilaku Pemustaka dalam mengatasi Kendala ketika menggunakan
Layanan Library 2.0
No. Indikator Hasil Penelitian F %
1. Kendala yang
dihadapi
dalam
layanan
library 2.0
a. Para pemustaka menghadapi kendala saat menggunakan lanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud
19 61%
b. Para pemustaka menghadapi kendala karena lamanya respon pustakawan dan masalah jaringan.
9-18 33-67%
2. Cara
mengatasi
kendala
terhadap
layanan
library 2.0
Para pemustaka memilih mengirim email dan dating langsung ke perpustakaan Kemendikbud.
10-12 34-42%
3. Saran
pemustaka
terhadap
layanan
library 2.0
Para pemustaka menyarankan agar perpustakaan Kemendikbud melakukan sosialisasi dan bimbingan pemusaka mengenai layanan library 2.0 baik melalui media sosial ataupun di lingkungan Kemendikbud, serta mengembangkan layanan lirary 2.0 lainnya.
11-29 18-50%
97
C. Pembahasan
1. Perilaku pemustaka saat menggunakan Layanan Library 2.0
Library 2.0 adalah perpustakaan yang dimodelkan pada teknologi web 2.0,
berpusat pada penekanan perubahan pengguna dan partisipasi dalam penciptaan
konten dan layanan berbasis masyarakat.83
Dengan demikian layanan library 2.0
membutuhkan keterampilan dan tindakan pemustaka. Casey dan Savastinuk
(2007) sebagaimana dikutip oleh Kim Holmberg dkk. tahun 2008, menyatakan
bahwa layanan pasrtisipatif dan perubahan adalah jantung dari library 2.0 dan
teknologi adalah alat yang dapat membantu kita sampai disana.84
Merujuk pada
teori tersebut, sebagai pemustaka di perpustakaan Kemendikbud yang telah
menerapkan layanan library 2.0 memerlukan perangkat teknologi informasi dan
komunikasi agar dapat menggunakan layanan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 84 orang responden yang menjadi
sampel, diperoleh hasil bahwa para pemustaka telah memiliki perangkat teknologi
informasi dan komunikasi yang baik berupa laptop dan handphone. Para
pemustaka juga telah memanfaatkan aplikasi berupa whatsapp, BBM, facebook,
twitter, dan instagram dalam kegiatan sehari-hari mereka. Dengan demikian, para
pemustaka di perpustakaan Kemendikbud merupakan pemustaka 2.0. Hal tersebut
sesuai dengan karakteristik pemustaka 2.0 yaitu memiliki perangkat sepenuhnya
kabel (laptop, smartphone, MP3 player) dan akses 24/7 jam.85
83
Peltier-Davis, “Web 2.0,” h.17. 84
Holmberg, “What is Library 2.0,” h. 671. 85
Peltier-Davis, “Web 2.0”, h. 18-19
98
Sedangkan berkaitan dengan pengetahuan mereka tentang library 2.0 dan
layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud. Hasilnya adalah para
pemustaka tidak mengetaui istilah library 2.0 sebelumnya, tetapi mereka
mengetahui bahwa perpustakaan Kemendikbud menyediakan layanan library 2.0
langsung dari perpustakaan tersebut. Meskipun para pemustaka telah mengetahui
layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud, tetapi tidak semua pemustaka
bergabung dengan layanan library 2.0 di perpustakaan tersebut.
Adapun pemustaka yang bergabung dengan layanan library 2.0 di
perpustakaan Kemendikbud merasa nyaman berinteraksi didalamnya karena lebih
mudah digunakan. Pemustaka melakukan tindakan penggunaan yang beragam.
Layanan library 2.0 yang mereka gunakan adalah whatsapp, BBM, fanpage
facebook, twitter, dan instagram. Informasi yang didapatkan pemustaka di
whatsapp dan BBM adalah broadcast jatuh tempo, dan mereka menggunakan
kedua layanan tersebut untuk chatting dengan pustakawan guna perpanjangan
koleksi dan menanyakan jam buka dan tutup layanan perpustakaan.
Pada fanpage facebook, secara umum perilaku pemustaka hanya sebatas
melihat informasi yang berisi tentang kegiatan perpustakaan. Di twitter, para
pemustaka hanya menjadi following. Sedangkan di instagram, para pemustaka
aktif sebagai following. Secara umum, di layanan library 2.0 tersebut para
pemustaka belum berinteraksi secara maksimal dengan pustakawan di
perpustakaan Kemendikbud. Padahal, salah satu elemen penting dari library 2.0
99
adalah inovatif secara bersama-sama.86
Juga disebutkan bahwa Library 2.0 adalah
perpustakaan yang dimodelkan pada teknologi web 2.0, berpusat pada penekanan
perubahan pengguna dan partisipasi dalam penciptaan konten dan layanan
berbasis masyarakat.87
Library 2.0 juga mencoba memanfaatkan keterampilan
pengguna perpustakaan dalam desain dan implementasi layanan perpustakaan
inovatif dengan mendorong umpan balik dan partisipasi.88
Untuk itu, dibutuhkan
perilaku pemustaka perpustakaan Kemendikbud yang lebih aktif dan partisipatif
dalam layanan library 2.0.
Dengan demikian, pemustaka dapat melakukan tindakan yang lebih
komplek dalam layanan library 2.0 seperti membuat judul subjek pribadi untuk
bahan pustaka melalui penandaan sosial, mengevaluasi dan mengomentari item
tertentu dalam koleksi perpustakaan melalui sistem rating, diskusi, atau komentar
lainnya, menggunakan platform jejaring sosial seperti facebook atau linked in
untuk membuat koleksi online untuk pengguna, memungkinkan komunikasi dan
pengiriman online, dan menciptakan sistem rekomendasi yang dinamis dan
personal.89
2. Perilaku pemustaka mengatasi kendala saat menggunakan Layanan
Library 2.0
Berdasarkan penelitian mengenai kendala yang dihadapi oleh pemustaka
meliputi lamanya respon pustakawan dan masalah jaringan. Untuk mengatasi
86
Hakim, “Perpustakaan Hibrida”, h.6. 87
Cheryl Peltier-Davis, “Web 2.0”, h.17. 88
Kim Holmberg, “What is Library 2.0”, h. 671. 89
Zimmer. “Assesing the Treatment”, h.31.
100
kendala tersebut, pemustaka memilih datang langsung ke perpustakaan
Kemendikbud, menghubungi via telepon, dan mengirim pesan singkat (SMS).
Oleh karena itu, dibutuhkan peran aktif pustakawan untuk mengatasi kendala ini
dengan memberikan akses yang cepat dan tepat kepada pemustakanya. Sebab,
library 2.0 diharuskan memiliki akses yang lebih mudah dan cepat. Pustakawan di
perpustakaan Kemendikbud juga perlu mendorong pemustaka untuk ikut dalam
mengembangkan konten dan memberikan komentar, sehingga terciptalah layanan
library 2.0 yang berkualitas.
101
BAB V
PENUTUP
Dalam bab terakhir ini, akan dikemukakan mengenai kesimpulan hasil
penelitian yang telah diperoleh dari analisis data. Selain kesimpulan, dalam
bab ini juga akan diutarakan saran dari peneliti kepada pihak terkait dalam
penelitian sebagai bahan masukan.
A. Kesimpulan
1. Perilaku pemustaka terhadap layanan library 2.0 di perpustakaan
Kemendikbud belum maksimal. Mereka menggunakan layanan library
2.0 berupa fanpage facebook, twitter, dan instagram sebatas melihat
informasi kegiatan perpustakaan, sebagai followers, dan following,
Sedangkan perilaku mereka di whatsapp dan BBM adalah melihat
broadcast jatuh tempo, chatting dengan pustakwan mengenai jam buka
dan tutup layanan dan perpanjangan koleksi. Pemustaka belum aktif
berinteraksi dan berkolaborasi dengan pustakawan dalam memberikan
komentar ataupun memberikan partisipasi penciptaan konten di
perpustakaan Kemendikbud.
2. Perilaku pemustaka dalam mengatasi kendala ketika menggunakan
layanan library 2.0 adalah dengan menghubungi pihak perpustakaan
Kemendikbud melalui telepon, mengirim pesan singkat (SMS), dan
datang langsung ke perpustakaan.
102
B. Saran untuk Perpustakaan
1. Untuk meningkatkan tingkat penggunaan layanan library 2.0 di
perpustakaan Kementerian pendidikan dan kebudayaan, hendaknya
perpustakaan tersebut mempromosikan library 2.0 secara menyeluruh
dengan bimbingan pemustaka, melalui website perpustakaan
kemendikbud, website Kemendikbud, serta di media sosial
perpustakaan Kemendikbud dan media sosial Kemendikbud. Promosi
tersebut dilakukan untuk memperkenalkan pengertian, fungsi, tujuan,
dan manfaat layanan library 2.0 bagi pemustaka. Sehingga pemustaka
dapat memahami dan menggunakan dengan baik layanan library 2.0 di
perpustakaan tersebut.
2. Sebaiknya, perpustakaan Kemendikbud menampilkan koleksi-koleksi
terbaru perpustakaan Kemendikbud di layanan library 2.0 untuk
menarik minat pemustaka sehingga pemustaka dapat melakukan
sharing koleksi kepada pemustaka lainnya menggunakan teknologi
web 2.0 miliknya.
3. Pustakawan juga harus meningkatkan respon terhadap pemustaka,
sehingga interaksi dan kolaborasi dapat terjalin dengan baik. Dengan
demikian pemustaka tidak perlu mengirimkan pesan singkat ataupun
datang langsung untuk perpanjangan koleksi dan lainnya.
4. Perpustakaan Kemendikbud perlu mengembangkan layanan library
2.0 lainnya seperti wikis, blog, dan video sharing dan bekerjasama
dengan Biro Kemendikbud lainnya untuk memenuhi kebutuhan
103
pemustaka berkaitan dengan bidang pendidikan dan kebudayaan.
Sehingga terjalin interaksi dan kolaborasi baik secara internal maupun
eksternal. Dengan demikian pemustaka ikut serta dalam penciptaan
konten perpustakaan.
C. Penelitian berikutnya
Untuk penelitian berikutnya yang ingin mengulas masalah library 2.0,
sebaiknya berfokus pada penelitian mengenai bagaimana persepsi pemustaka
terhadap library 2.0 dengan menggunakan technology acceptance models
(TAM).
DAFTAR PUSTAKA
Abram, Stephen. “ Web 2.0-Huh?! Library 2.0, Librarian 2.0”. Proquest 9, no.12
(2005): h. 44-46.
Agus Dwi Waluyo. “Membangun Citra pustakawan sebagai Sumber Daya
Manusia” Buletin Perpustakaan, no.16 (1995).
Anas Sudjiono. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1997.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud. “Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) Online”, diakses pada 12 Januari 2016 dari
http://kbbi.web.id/tabulasi
B. Cohen, Laura. Library 2.0 initiatives in academic libraries. Chicago:
Association of College and Research Libraries, ALA, 2007.
Biro Akademik dan Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pedoman
Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012/ 2013. Jakarta : UIN
Jakarta Press, 2012.
Blasius Sudarsono. “Menerapkan Konsep Perpustakaan 2.0”. Disampaikan pada:
Workshop Library 2.0: Chalenge and Opportunities to Library
Management, Artikel diakses pada 16 November 2014 dari
http://www.elib.unikom.ac.id.
Bowman, John. “Communities of Practice: Web 2.0 Principles for Service in Art
Libraries.” Amerika: University of Chicago, 2008. h. 4-12.
Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan : Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2008.
Feiler, Jesse. How to Do Everything with Web 2.0 Mashups. Amerika Serikat: Mc.
Graw-Hill, 2008.
Gorys Keraf. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa
Indah, 1994.
Graha Ilmu. Undang – undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Haris Herdiansyah. Metodologi penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu- Ilmu sosial.
Jakarta: Salemba Humanika, 2012.
Hendro Wicaksono. “Library 2.0 dan Dampaknya dalam Pengembangan Aplikasi
dan Layanan Perpustakaan”. Baca 31, no.1 (Agustus 2010): h.15-26.
Heri Abi Burachman Hakim. “Perpustakaan Hibrida Berbasis Web 2.0: Format
Perpustakaan di Era Millenium”. Visi Pustaka, no.1, April 2010.
Herman Wasito. Pengantar Metodologi Penelitian: Buku Panduan Mahasiswa.
Jakarta:Gramedia, 1992.
Kim Holmberg, dkk. “What is Library 2.0.” proquest 65, no. 4 (2009): 668-681.
M. Maness, Jack “Teori Library 2.0: Web 2.0 dan Dampaknya terhadap
Perpustakaan.” Penerjemah Blasius Sudarsono. Visi Pustaka 10, no.2
(Agustus 2008).
M.Maness, Jack. “Library 2.0 Theory: Web 2.0 and Its Implications for
Libraries”. Artikel diakses pada 23 November 2014 dari
http://www.webology.org.
Mardalis. Metode Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara, 1995.
Mon, Lorri dan Randeree, Ebrahim. “On the Boundaries of Reference Services:
Questioning and Library 2.0”. Association for Library and Information
Science Education (ALISE), 2009.
Noerhayati S. Pengelolaan Perpustakaan. Bandung : Percetakan Offest Alumni,
1987.
Peltier-Davis, Cheryl. “Web 2.0, Library 2.0, Library User 2.0, Librarian 2.0:
Innovative Services for Sustainable Libraries”. Proquest 29, (2009): h.16-
21.
Perpustakaan Nasional. Standar Nasional Perpustakaan Perguruan Tinggi.
Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2012.
Prasetya Irawan. Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Praktis
Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula. Jakarta: STIA-
LAN, 2004.
Rosa Widyawan. “Library 2.0 tidak Terasa Ada di Sekitar Kita”. Artikel diakses
pada 16 November 2014 dari http://www.lipi.go.id.
------. Pelayanan Referensi: Berawal dari Senyuman. Bandung: Bahtera Ilmu,
2012.
Samouelian, Mary. “Embracing Web 2.0: Archives and the Newest Generation of
Web Applications”. Amerika: Society of American Archivists, 2009: h. 42-
71.
Sarlito W. Sarwono. Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh
Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang, 2002.
Soekarman dan Rachmat Natadjumena. Pedoman Umum Penyelenggaraan
Perpustakaan Khusus. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2004.
Soekarman K., dkk. Standar Perpustakaan Khusus. Jakarta: Proyek Pembinaan
dan Pengembangan Perpustakaan Nasional RI, 2002.
Sri Ati Suwanto.“Layanan Perpustakaan Elektronik dengan Konsep Library 2.0”
Artikel diakses pada 14 Oktober 2015 dari http://www.eprints.undip.ac.id.
Sugiyanto. Analisis Statistika Sosial. Malang : Bayumedia Publishing, 2004.
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1994.
Supriyono. “Upaya Peningkatan Jasa Layanan Perpustakaan dengan Teknologi
Informasi”. Media Informasi XIII, no.8 (2001).
Sutarno NS. Manajmen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Samitra Media Utama, 2004.
Syihabuddin Qalyubi. Dasar – Dasar Ilmu perpustakaan dan Informasi.
Jogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, UIN Sunan Kalijaga,
2007.
Taliziduhu Ndraha. Desain Riset dan Teknik Penyusunan Karya Ilmiah. Jakarta :
Bina Aksara, 1987.
Uber Silalahi. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama, 2009.
Wahyu Suprianto dan Ahmad Muhsin. Teknologi Informasi
Perpustakaan.Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2008.
Yasir Riyadi. “Perilaku Pencarian Informasi Mahasiswa Program Doktoral dalam
menyusun Disertasi”. Visi Pustaka 15, no.2 (Agustus 2013): h.108-125.
Zakaria, Mohd. Hafiz, Watson, Jason dan Edwards, Sylvia L. “Investigating the
use of Web 2.0”, Emerald 4, no.1 (2010).
Zimmer, Michael. “Assesing the Treatment of Patron Privacy in Library 2.0
Literature”. Proquest 32, no.2 (2013): h.29-41.
Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
Jl. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 lndonesia
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NECEIiI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTAFAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
letp. : (62-2'tl7 443329. Fax.7492907
Lr*x a
Nomor : UN.0 I /F21PP 009'21 t5t1 120 I 6
[-anrp. :
Hal : Tugas Menjadi Pembimbing
.lakalta. 20 Januari l0l6
Kepada Y th.
Bpk/lbu/Sdr.: Dr. lda Farida, MLISdi
.lakana.
Assalanru'alaikum Wr. Wh.
Dengau lrorrrrat karni bcritalrukrtn hahrra Bpk,'lhLr/Sdr. clitlltrhrrn nlcrriadi
pernbimbing skriPsi. a(as nama:
Saudara/i : Okta Reni Azrina RA
NIM : lll2025 100002
.lur./Fak. : llmu Perpustakaan / Fakultas Adab dan I-lttntantora
Semester : Vll (tuj uh )
['-rnail : rrrara hr ttnioong ri r ahott.cotl'l
No. llP. : 081.1- lll5-'1{l{t7
"Perilaku Pemustaka terhadap lmplementasi Library 2'0 di
Perpustakaan Pusat Dokumentasi lnformasi llmiah Lembaga
Ilmu Pengeta h uan lndonesia (PDI I-LIPI)"
clllarrr ranukr rnctrrclcsaikan slLtdi nlencal.rai ltlat '\uriutrLr '\truru l'
Atas kesediaan Bapak/lbLr/Sdr. untuk nrelaksanakan tugas tersebut kall'li
meny.,ampaikatr petrghargaan dan terirna kasih'
Catatan:i. Pcrnhinrhirrg trtctrriliLi rrcrrctrittrg rtttrnpt'rhaili redaLsi .iuclLrl dan rtttrlittt'
l. [)crLrbahan lirdul slripsi harall dibcritlthtrlatl ttlch tltahasisua ke ittrus trr
Bersama ini saya
Jakarta, 9 Februari 201 6
Kepada Yth
Ketua Program Studi Ilmu PerpustakaanFakultas.,Adab dan HumanioraUIN SyarifHidayatullah Jakarta
Assalamu'alaikum Wr.'v\ib.
Nama Pembimbing : Dr. Ida Fari<ia, MLIS
Nama N{ahasiswa : Okta P.eni Azrina RA
NIM :1112025100002
Dengan ini mernberitahukan ientang perubahan judui skipsi mahasiswa
bersangkutan.
Judul Arval : Perilaku Pemustaka terhadap Implemetasi L;brary 2.0 diPerpustakaan Pusat Dokumentasi Informasi IlmiahLembaga Ilmu Pengetahuan indonesia (PDII-LIPI)
Judul Baru : Perilaku Pemustaka terhadap Layanan* Library 2.0 diPerpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan(Ken.rendikbuc.l)
Demikian pemberitahuan ini saya sampaikan. Atas perhatiannya di ucapkan
terimakasih.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
Dosen Pembirnbing Skripsi
Dr. Ida Farida, MLIS
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI(UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTAFAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
Telp. {021) 7443329, Fax. (0?1) 7493364Jl. lr. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412, Jakarta. lndonesia
Nomor: Un.oUFUPP.oo.9l 241 12076 Jakarta, 05 Februari 2016
Lamp. :-Hal :lzin Penelitian
Kepada Yth.Kepala PerPustakaan Kemdikbud
Jl. Jenderal Sudirman Gedung A Lantai 1, Senayan
Jakarta
Assolomu'oloikum Wt. Wb,
Dengan hormat kami sampaikan bahwa :
N ama
NIMF a ku !tas
Program Studi
SemesterTahun Akademiir
Alamat
No. HandPhone
OKTA RENI AZRINA RA
1112025io0002Adab dan Humaniora
llmu Perpustakaan
Vll (Tujuh)
zAts I 2a76
Jl. Limun No.57 RT 003/08 Kel. Pisangan
Kec. Ciputat - Tangerang Selatan
a823722s4887
Dekan,
adalah mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
,ro*o, Studi llmu Perpustakaan, yang sedang menyusun skripsi berjudul "Perilaku
Pemustaka terhadap Layanan fibrdry Z'O di Perpustakaan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemdikbud)". Mahasiswa tersebut memeriukan data untuk
Penulisan Skripsi. Untuk tut.nc,ian proses penulisan tersebut kanri mohon Bapak'/lbu
dapat memberi izin melakukan penelitian di lembaga yang Bapak/lbu pirnpin'
Demikian atas bantuan dan kerjasama Bapak/lbu, kami ucapkan terima kasih'
Wossolamu' alaikum Wr. Wb'
KEMENTERIANAGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI(UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTAFAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
Jl. lr. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412,lakarta, lndonesia
Nomor : Un.01/Fz/PP.oo.9 / AlLamp. :-Hal : lzin Observasi dan Wawancara
Nama
N ll,r'l
Fa ku lta s
Program Stud i
SemesterTahun AkademikAlamat
No. Handphone
Telp. l127l1443329, tax. (021) 7493354
Jakarta, 05 Februari 2016
Kepada Yth.
Kepala Perpustakaan Kemdikbud
Jl. Jenderal Sudirman Gedung A Lantai 1, Senayan
Jakarta
Assalamu'alaikum Wr, Wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa :
OKTA RENI AZRINA RA
1112025100002Adab dan Humaniora
llmu PeipustakaanVll (Tujuh)
2AE /201.6Jl. Limun No.57 RT 003/08 Kel. Pisangan
Kec. Ciputat - Tangerang Selatan
a82312254887
adalah mahasiswa Fakultas A.dab dan Humaniora ulN Syarif Hidavatullah iakarta
Program Studi llmu Pe;pustakaan, sedang ntenyusun skripsi dengan juclul "Perilaku
Pemustaka terhadap Layanan Lihrary 2'0 di Pilrpustakaan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan {Kemdikbud)". Untuk kelancaran proses kegiatan tersebut kami
mohon Bapak/lbu dapat menlberi izin melakukan observasi tlan wawancara kePad"a
pustakawan di lembaga yang Bapak/lbu pimpin'
Demikian atas bantuan dan kerjasama Bapak/lbu, kami ucapkan terima kasih'
Wassal omu'aloiku m Wn Wb.
Dekan, "
BIODATA PENULIS
Okta Reni Azrina RA dilahirkan di Lampung, 22 Oktober
1994, anak kedua (puteri pertama) dari 4 bersaudara.
Ayahanda penulis bernama Azhari, S. Pd., M.M dan ibunda
bernama Rosida, S, Pd., M.M. Penulis dibesarkan dari
keluarga yang sederhana dan mempunyai disiplin yang tinggi.
Penulis memiliki saudara laki-laki bernama Nurul Roaz Al-
Rasyid dan dua adik perempuan Tina serta Anggun. Mereka
adalah bagian terpenting dalam kehidupan penulis.
Riwayat pendidikan dimulai dari SDN 2 Padang Cermin (2000-2006), MTs N
Kedondong (2006-2009), dan MAN Kedondong (2009-2012) di daerah
Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Selanjutnya penulis memutuskan kuliah
diluar Lampung dan mendaftar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui jalur
PMDK tahu 2012. Penulis menyukai bidang ilmu Matematika, Bahasa Indonesia,
Hukum dan Sosial. Namun, memilih jurusan Ilmu Perpustakaan karena
permintaan Ibunda menjadi pegangan penulis untuk menyelesaikan kuliah di
jurusan tersebut. Tiada penyesalan selama menempuh pendidikan di jurusan ilmu
perpustakaan, penulis justru merasa beruntung dan bersyukur.
Pengalaman penulis selama kuliah begitu menyenangkan. Selain aktif di
Himpunan Mahasiswa Jurusan, penulis juga aktif bagian tari tradisional DEMA
FAH tahun 2013-2014 dan bendahara SEMA FAH tahun 2015. Disanalah penulis
dapat mengembangkan kemampuan dibidang organisasi dan sosial
kemasyarakatan, menjadi bekal setelah lulus. Penulis juga memperkenalkan tari
daerah Lampung yaitu tari Sigeh Pengunten dan Bedana kelingkungan kampus
dan mempelajari tari daerah lainnya bersama teman-teman tari tradisional fakultas
dan himpunan. Penulis juga bergabung di Himpunan Mahasiswa Lampung
sebagai daerah asal penulis.
Pengalaman di bidang ilmu perpustakaan diterapkan ketika penulis magang di
MAN Kedondong selama liburan semester 3. Selain itu, bersama teman-teman
KKN Simpati 2015, penulis memperbaharui koleksi dan manajemen perpustakaan
SDN 05 Leuweung Kolot dan LPK Tepi Sawah Kecamatan Cibungbulang
kabupaten Bogor agar dapat dimanfaatkan dengan baik. Hal tersebut semata-mata
sebagai bakti dan bukti penulis mempelajari bidang ilmu perpustakaan.