PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam...

116
i PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WANPRESTASI KLAIM PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : JUWITA DANINGTYAS NIM : 1112048000006 K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1437H/2016M

Transcript of PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam...

Page 1: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

i

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WANPRESTASI KLAIM

PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

JUWITA DANINGTYAS

NIM : 1112048000006

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1437H/2016M

Page 2: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi
Page 3: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi
Page 4: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi
Page 5: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

v

ABSTRAK

Juwita Daningtyas. NIM 1112048000006. PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP WANPRESTASI KLAIM PERFORMANCE BOND DALAM

PROYEK KONSTRUKSI. Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum

Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 1437 H/2016 M. Isi: x + 70 halaman + 36 halaman lampiran.

Skripsi ini membahas tentang masalah wanprestasi terhadap klaim performance

bond, dimana titik utama permasalahan terletak pada pihak surety company yang

tidak mencairkan klaim dari pihak obligee sehingga obligee menggugat surety

company dengan gugatan wanprestasi. Selain pembahasan contoh kasus dalam

perkara wanprestasi klaim performance bond, skripsi ini juga menjelaskan

mengenai performance bond dalam surety bond, serta penjelasan mengenai

wanprestasi yang terjadi dalam perjanjian performance bond.

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah studi kepustakaan

(library research) yang bersifat yuridis normatif yakni mengacu pada norma-

norma hukum yang ada dalam peraturan perundang-undangan, literature hukum,

pendapat ahli hukum, serta karya ilmiah di bidang hukum.

Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa tindakan yang dilakukan oleh

surety company merupakan pelanggaran dan juga dapat digugat sebagai tindakan

wanpretasi, karena kewajiban pembayaran klaim performance bond harus

dilaksanakan oleh surety company berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 73

Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian dan juga Peraturan

Menteri Keuanga No. 124/PMK.010/2008 tentang Penyelenggaraan Lini Usaha

Asuransi Kredit dan Suretyship, selain itu kewajiban pembayaran klaim

performance bond didasarkan pada sifat unconditional yang dimiliki oleh

perjanjian tersebut, yaitu pencairan klaim dilakukan tanpa syarat tertentu.

Kata Kunci : Jaminan, Performance Bond, Surety Bond, Wanprestasi,

Klaim.

Pembimbing : 1. Dra. Hafni Muchtar, SH., MH., MM.

2. Dewi Sukarti, MA.

Daftar pustaka : Tahun 1979 s.d. Tahun 2013

Page 6: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

vi

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT

karena atas berkat nikmat dan kesempatanNya, penulis mampu menyelesaikan

skripsi ini dengan berbagai jalan yang yang diberikan olehNya. Shalawat serta

salam penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberi

syafaat kepada umatnya dari setiap lafadz shalawat yang terucap.

Penulis sadar bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak luput dari

dukungan dan bantuan banyak pihak, dengan segala kerendahan hati dan rasa

syukur penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Asep Saepuddin Jahar, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum beserta

jajaran dan staf Fakultas Syariah dan Hukum.

2. Ketua Program Studi Ilmu Hukum Drs. Asep Syarifuddin Hidayat, SH., MH.,

dan Sekretaris Program Studi Drs. Abu Tamrin, SH., M.Hum, serta Dr.

Djawahir Hejazziey selaku Dosen Pembimbing Akademik

3. Dra. Hafni Muchtar, SH., MH., MM. dan Dewi Sukarti, MA., selaku dosen

pembimbing yang telah bersedia menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya

untuk memberikan saran-saran yang hebat, arahan dalam menulis, dan selalu

membimbing penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

Page 7: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

vii

4. Staf Perpustakaan Universitas Islam Negeri Jakarta, Fakultas Syariah dan

Hukum, dan Universitas Indonesia untuk sumber referensi dalam penulisan

skripsi ini.

5. Papa dan Mama, Darun dan Yuni Supriati, orang tua hebat yang telah

memberikan segalanya untuk penulis. Terima kasih, semoga ini menjadi salah

satu hadiah yang dapat membahagiakan Mama dan Papa. Tak lupa untuk

Mbah tersayang Sri Suharti yang selalu memberikan kasih sayangnya.

6. Iwan Dani Sugiharto, Feni Arista Daniati, Ardi Darmawan, dan Sonia Garda,

kakak-kakak penulis yang selama ini selalu memberikan dukungan, semangat,

bantuan dan kasih sayang untuk penulis.

7. Tiara Agustavia, Sahar Afra Fauziyyah, Tiffany Ratna Suri, sahabat-sahabat

super yang selalu mendukung dan memberikan semangat di titik terendah

dalam kehidupan penulis. Terima kasih atas bantuan, saran, kenangan indah,

dan segalanya. Semoga persahabatan kita selalu utuh. Amelia Indah Sari,

sahabat SMA yang selalu menjadi tempat yang tepat untuk menuangkan

segala cerita dan perasaan penulis. Yuri Nadia, sahabat SMP sampai sekarang

yang membantu penulis dalam mencari referensi untuk skripsi, terima kasih

atas bantuan dan waktunya.

8. Kawan-kawan Ilmu Hukum Angakatan 2012, serta semua pihak yang

memberikan dukungan semangat, saran serta bantuannya dalam proses

penulisan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan maaf kepada para pembaca

apabila dalam membaca skripsi ini dirasakan ada kekurangan. Penulis berharap

Page 8: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

viii

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis dan juga semua

pembacanya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 21 September 2016

Penulis

Page 9: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

ix

DAFTAR ISI

Judul Skripsi………………………………………………………………….……i

Lembar Persetujuan Pembimbing….……………………………………………...ii

Lembar Pengesahan……………………….……………………………………...iii

Lembar Pernyataan………………………………..………………………………iv

Abstrak………………………………………….…………………………………v

Kata Pengantar…………………………………….……………………………...vi

Daftar Isi………………………………………………..…………………………ix

BAB I PENDAHULUAN…………………………………….…………………...1

A. Latar Belakang Masalah………………………………………….……1

B. Identifikasi Masalah…………………………………………………...6

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah…………………………………...6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………………..7

E. Kerangka Konseptual………………………………………………….8

F. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu………………………………...11

G. Metode Penelitian………………………………………………….…12

H. Sistematika Penulisan……………………………………………...…16

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN DAN SURETY

BOND………………………………………………………………………………………17

A. Tinjauan Umum Mengenai Hukum Jaminan………………………...17

1. Pengertian Jaminan………………………………………………17

2. Jenis-Jenis Jaminan………………………………………………18

3. Penanggungan Utang (Borgtocht)………………………………..21

B. Tinjauan Umum Mengenai Surety Bond……………………………...…24

1. Pengertian Surety Bond……………………………………………..25

2. Sejarah dan Dasar Hukum Surety Bond……………………………..27

3. Sifat-Sifat Surety Bond………………………………………………...29

4. Jenis-Jenis Surety Bond………………………………………………..31

BAB III POLA WANPRESTASI DALAM PERFORMANCE BOND…………...35

A. Performance Bond dalam Surety Bond di Indonesia………………...35

1. Pengertian Performance Bond………………………………………..36

2. Hubungan Hukum Antara Para Pihak……………………………36

3. Hal-Hal yang Berkaitan dengan Performance Bond……………..38

4. Berakhirnya Performance Bond…………………………………...…40

B. Pola Wanprestasi dalam Performance Bond…………………………….41

BAB IV WANPRESTASI TERHADAP KLAIM PERFORMANCE BOND

DALAM BENTUK SURETY BOND DI

INDONESIA………………………………………………………………………….…..46

A. Wanprestasi Terhadap Klaim Performance Bond…………………....46

B. Perlindungan Hukum Bagi Pihak yang Dirugikan…………………...48

1. Perlindungan Hukum Berdasarkan Peraturan

Page 10: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

x

Perundang-Undangan…………………………………………….48

2. Perlindungan Hukum Berdasarkan Perjanjian Performance

Bond……………………………………………………………………...53

BAB V PENUTUP……………………………………………………………….64

A. Kesimpulan…………………………………………………………...64

B. Saran……………………………………………………………….…65

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………67

LAMPIRAN……………………………………………………………………...70

Page 11: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan di Indonesia terus berkembang seiring meningkatnya

perekonomian Indonesia. Pembangunan pun sudah beraneka ragam, dari

pembangunan skala kecil hingga skala besar.

Demikian pula dengan dunia konstruksi, seiring perkembangan

pembangunan, dunia konstruksi berkembang cepat dan selalu berubah bentuk

melakukan penyesuaian-penyesuaian yang sesuai dengan tingkat kompleksitas

sasaran, tingkat pengamanan mencapai sasaran waktu dan kualitas, dan tingkat

efektifitas dalam konteks komersil, ekonomis, dan cost effectiveness.1

Dengan banyaknya pembangunan yang ada, baik dalam skala kecil dan

besar. Begitu juga dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam suatu proyek

konstruksi memerlukan adanya pengaturan baik dari segi yuridis dan juga

pengaturan secara teknisnya.

Peraturan-peraturan tersebut dapat digolongkan dalam dua bagian.

Bagian pertama mengenai peraturan-peraturan yang bersifat hukum publik

yang bertalian dengan prosedur pelelangan (aanvestedingsprosedure), yaitu

ketentuan-ketentuan yang berlaku sebelum terjadinya kontrak

(precontractuele fase). Ketentuan-ketentuan ini di Indonesia ditetapkan oleh

pemerintah dan berlaku bagi perjanjian pemborongan pekerjaan yang

dilaksanakan oleh instansi pemerintah maupun swasta yang terjadi melalui

1 Hamid Shahab, Aspek Hukum dalam Sengketa Bidang Konstruksi, (Jakarta: Djambatan,

1996), h. 1.

Page 12: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

2

pelelangan. Bagian yang kedua dari peraturan tersebut menyangkut peraturan-

peraturan yang bersifat keperdataan.2

Sebuah proyek pembangunan yang membutuhkan dana besar pasti

diikuti pula dengan resiko yang besar pula. Pemilik proyek tidak akan

menginvestasikan dananya untuk melakukan proyek pembangunan jika

merasa kontraktor tersebut tidak dapat melakukan kewajibannya dengan baik.

Hal inilah yang menimbulkan suatu kebutuhan bagi pemilik proyek untuk

mendapatkan suatu bentuk jaminan bagi dirinya agar ia mendapatkan

kepercayaan untuk memberikan kesempatan bagi kontraktor untuk

melaksanakan kegiatan konstruksi.

Bentuk jaminan yang diperlukan dalam kegiatan pekerjaan konstruksi

berupa bank garansi dan surety bond. Bank garansi adalah jaminan yang

diberikan oleh bank, maksudnya bank menyatakan suatu pengakuan tertulis

yang isinya menyetujui mengikat diri kepada penerima jaminan dalam jangka

waktu dan syarat-syarat tertentu, apabila dikemudian hari ternyata terjamin

tidak memenuhi kewajibannya kepada penerima jaminan.3 Surety bond mulai

diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1980 dengan dikeluarkannya

Keputusan Presiden No. 14A/80/1980 Tentang Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dan

Bantuan Luar Negeri pada tanggal 18 April 1980. Surety bond itu sendiri

memiliki arti sebagai suatu bentuk perjanjian antara dua pihak yaitu antara

2 Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Hukum Bangunan Perjanjian Pemborongan

Bangunan, cet 1, (Yogyakarta: Liberty, 1982), h. 3. 3 Thomas Suyatno, et al, Kelembagaan Perbankan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 1993), h. 59.

Page 13: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

3

pemberi jaminan (surety) yaitu perusahaan asuransi yang memberikan jaminan

untuk pihak kontraktor atau pelaksana proyek (principal) untuk kepentingan

pemilik proyek (obligee). Bahwa apabila pihak yang dijamin yaitu principal

yang oleh suatu sebab lalai atau gagal melaksanakan kewajibannya dalam

menyelesaikan pekerjaan yang diperjanjikan kepada obligee, maka pihak

surety sebagai penjamin akan menggantikan kedudukan hukum pihak

principal untuk membayar ganti rugi kepada obligee maksimum sampai

jumlah yang diberikan surety.4

Surety bond dan bank garansi memiliki karakteristik yang berbeda.

Pada bank garansi, principal harus memberikan agunan senilai 100% dari nilai

bank garansi yang dikeluarkan oleh bank. Sedangkan dalam surety bond pihak

asuransi tidak selalu mengharuskan pihak yang mengajukan permohonan

jaminan untuk memberikan agunan (collateral), jika perusahaan asuransi

berpendapat bahwa proyek yang dijalankan prospektif serta principal yang

mengajukan permohonan dianggap mempunyai modal, kemampuan dan

kapasitas untuk melaksanakan proyek tersebut. Dengan adanya dua alternatif

pilihan jaminan dalam proyek konstruksi. Perusahan kontraktor yang belum

memiliki modal besar pun dapat ikut serta dalam memajukan pembangunan di

sektor pemerintahan ataupun swasta. Sehingga menciptakan iklim persaingan

usaha yang sehat di dunia bisnis konstruksi.

Dalam dunia bisnis, tidak mungkin tidak ditemukan permasalahan.

Maka dari itu hukum hadir sebagai suatu bentuk penyelesaian konflik.

4 J. Tinggi Sianipar dan Jan Pinontoan, Surety Bond Sebagai Alternatif Dari Bank

Garansi, (Jakarta: CV. Dharmaputera, 2003), h. 11.

Page 14: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

4

Performance bond sebagai suatu bentuk perjanjian/kontrak, masalah yang

muncul umumnya berawal dari principal yang melakukan wanprestasi,

sehingga menimbulkan kewajiban bagi pihak surety untuk membayarkan

klaim sesuai dengan perjanjian. Sebagai salah satu contoh riil yaitu kasus

antara PT. Indominco Mandiri melawan PT. Asuransi Andika Raharja Putera

dan PT. Trans Tek Engineering-Shandong Machinery & Equipment, penulis

menemukan hal-hal yang menarik untuk ditinjau lebih dalam.

Pada awalnya terjadi kontrak bisnis proyek pembangunan antara PT.

Indomnico Mandiri dan PT. Trans Tek Engineering-Shandong Machinery &

Equipment, PT. Indomnico Mandiri selaku bouwheer (pemilik proyek)

mensyaratkan performance bond sebagai jaminan dalam pelaksanaan proyek.

Proyek berjalan normal sampai pada akhir masa kontrak kontraktor yaitu PT.

Trans Tek Engineering-Shandong Machinery & Equipment tidak dapat

menyelesaikan kewajibannya, yang mana hal ini menimbulkan kewajiban bagi

pihak surety yaitu PT. Asuransi Andika Raharja Putera untuk mengganti

kerugian sesuai apa yang diperjanjikan dalam perjanjian performance bond

kepada PT. Indomnico Mandiri.

Lalu permasalahan utama yang juga menjadi pokok pembahasan dalam

skripsi ini adalah PT. Indominco Mandiri menuntut tergugat, yaitu PT.

Asuransi Andika Raharja Putera untuk membayar ganti rugi atas tindakan

wanprestasi yang dilakukan oleh PT. Asuransi Andika Raharja Putera karena

tergugat tidak kunjung mencairkan performance bond atas proyek yang gagal

dilaksanakan oleh turut tergugat, yaitu PT. Trans Tek Engineering-Shandong

Page 15: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

5

Machinery & Equipment. Akan tetapi, PT. Asuransi Andika Raharja Putera

merasa gugatan tersebut tidak tepat karena seharusnya yang menjadi tergugat

adalah PT. Trans Tek Engineering-Shandong Machinery & Equipment. Dalam

kasus ini seolah-olah Perusahaan Surety ingin melepaskan tanggung jawab

untuk melunasi kewajibannya dan meletakkan tanggung jawab kepada

Kontraktor, yang mana seharusnya sebagai pihak surety perusahaan asuransi

harus menanggung tanggung jawab dengan membayarkan kerugian sejumlah

besarnya jaminan performance bond, karena esensi dari adanya jaminan

pelaksanaan (performance bond) adalah adanya jaminan pertanggungan oleh

pihak surety yang mana disini adalah PT Asuransi Andika Raharja Putera

bilamana terjadi wanprestasi dari pihak principal.

Dengan adanya permasalahan itu maka penulis mengangkat penelitian

yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Wanprestasi Klaim

Performance Bond dalam Proyek Konstruksi”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah

dari penelitian ini adalah:

a. Bagaimana pengaturan mengenai surety bond di Indonesia khususnya

mengenai performance bond?

b. Bagaimanakah aspek hukum dalam perjanjian performance bond dalam

bidang konstruksi?

c. Apa hubungan hukum antara para pihak dalam performance bond?

Page 16: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

6

d. Manfaat apa yang didapatkan oleh para pihak dengan adanya performance

bond?

e. Apa saja perbedaan antara performance bond dalam bank garansi dan

surety bond?

f. Masalah apa yang sering timbul dalam perjanjian performance bond?

g. Bagaimana perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

dalam perjanjian performance bond dalam proyek konstruksi?

h. Pengadilan mana yang berwenang untuk memutuskan perkara menyangkut

perkara performance bond?

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Sesuai latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka skripsi ini hanya membahas tentang hukum jaminan dan pengaturan

tentang surety bond khususnya performance bond dalam bidang konstruksi

di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian

performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi

wanprestasi dalam perjanjian performance bond.

2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan

beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana pola wanprestasi dalam performance bond?

b. Bagaimana perlindungan hukum bagi pihak yang dirugikan atas

wanprestasi terhadap klaim pencairan performance Bond?

Page 17: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian dalam skripsi ini dibagi menjadi dua bagian,

yaitu tujuan penelitian secara umum dan tujuan penelitian secara khusus.

Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengetahui perjanjian

jaminan performance bond dalam bidang proyek konstruksi di Indonesia.

Sedangkan tujuan penelitian khusus adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui pola-pola wanprestasi dalam performance bond.

b. Mengetahui perlindungan hukum bagi pihak yang dirugikan atas

wanprestasi terhadap klaim pencairan performance bond

2. Manfaat Penelitian

Tiap Penelitian harus mempunyai kegunaan bagi pemecahan

masalah yang diteliti. Kegunaan penelitian ini dapat ditinjau dari dua segi

yang saling berkaitan yakni dari segi teoritis dan segi praktis. Dengan

adanya penelitian ini penulis sangat berharap akan dapat memberikan

manfaat:

a. Manfaat Akademis

1) Untuk memperkaya referensi dalam penelitian mengenai

performance bond dalam surety bond di Indonesia.

2) Untuk mengetahui secara mendalam mengenai jaminan

performance bond di Indonesia dalam bidang konstruksi.

3) Menambah literatur atau bahan-bahan informasi ilmiah yang dapat

digunakan untuk melakukan kajian dan penelitian selanjutnya.

Page 18: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

8

b. Manfaat Praktis

1) Memberikan sumbangan pemikiran di bidang hukum pada

umumnya dan pada khususnya tentang perjanjian performance

bond di Indonesia.

2) Memberikan masukan dan informasi bagi pelaku usaha konstruksi,

perusahaan asuransi, dan juga pemilik proyek konstruksi tentang

jaminan dalam proyek konstruksi.

E. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah penggambaran antara konsep-konsep

khusus yang merupakan kumpulan dalam arti yang berkaitan, dengan istilah

yang akan diteliti dan/atau diuraikan dalam karya ilmiah.5 Dengan demikian

kerangka konseptual merupakan pedoman agar tidak terjadi perbedaan dalam

mengartikan kata-kata dalam skripsi ini. Berikut adalah uraian definisi:

1. Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang

lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu

hal.6

2. Perikatan merupakan suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua

pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari

pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban memenuhi tuntutan itu.7

3. Jaminan adalah suatu tanggungan yang diberikan oleh seorang debitur dan

atau pihak ketiga kepada kreditur untuk menjamin kewajibannya dalam

suatu perikatan.8

5 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), h.132.

6 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 2005), h. 1.

7 Subekti, Hukum, h. 1.

Page 19: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

9

4. Surety bond adalah suatu perjanjian dua pihak yaitu antara surety dan

principal, dimana pihak pertama (surety) memberikan jaminan untuk

pihak kedua (principal) bagi kepentingan pihak ketiga (obligee) bahwa

apabila principal oleh sebab sesuatu hal lalai atau gagal melaksanakan

kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan dengan obligee, maka

surety akan bertanggung jawab terhadap obligee untuk menyelesaikan

kewajiban-kewajiban principal tersebut.9

5. Performance bond atau Jaminan Pelaksanaan adalah bentuk penangungan

yang diberikan oleh Bank atau perusahaan asuransi untuk menanggung

pelaksanaan pekerjaan yang harus dilakukan oleh pemborong

(Kontraktor/obligee).

6. Principal yaitu pihak yang berkewajiban memberikan prestasi serta

merupakan pihak yang dijamin dengan jaminan surety bond, yang mana

adalah rekanan/kontraktor/penyalur/supplier barang/dsb.

7. Obligee yaitu pihak yang berhak atas prestasi serta merupakan pihak

dilindungi dengan jaminan surety bond terhadap suatu kerugian, yang

mana adalah instansi pemberi pekerjaan/pemilik proyek/owner/bouwheer.

8. Surety yaitu pihak yang memberikan jaminan dalam bentuk surety bond,

yang mana adalah perusahaan asuransi.

8 Marium Darus Badrulzaman, Permasalah Hukum Hak Jaminan, Hukum Bisnis

(Volume 11, 2000), h. 12. 9 Dody Dalimunthe, Surety Bond, (Jakarta: Jakarta Insurance Institue, 2009), h. 1.

Page 20: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

10

9. Wanprestasi adalah tidak terlaksananya perjanjian karena kelalaian salah

satu pihak.10

10. Perlindungan Hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap

subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif

maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.

Dengan kata lain, perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi

hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan,

ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.11

F. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Pada penulisan skripsi ini, penulis banyak menggunakan sumber

kepustakaan yang berkaitan dengan skripsi penulis. Dari kajian dibawah ini

lah, penulisan mendapatkan berbagai informasi baru dan juga dapat

mengamati pemikiran para penulisnya. Kajian tersebut ialah:

1. Tesis yang berjudul Surety Bond Sebagai Alternatif Jaminan dalam

Pembangunan Infrastruktur di Indonesia karya Uyung Adhitia, mahasiswa

Universitas Indonesia Fakultas Hukum Program Studi Hukum Ekonomi

pada tahun 2011. Dalam tesisnya, Uyung Adhitia memfokuskan

pembahasan pada perbandingan surety bond dan bank garansi,

menjelaskan mengenai infrasturuktur termasuk di dalamnya terdiri dari

aspek hukum dan arah kebijakan pembangunan, pembiayaan

pembangunan dan juga kendala dalam pembangunan infrastruktur.

10

R. Djokomartono, dkk, Hukum Kontrak Konstruksi dan Non Konstruksi, (Jakarta:

Kerukunan Pensiunan Departemen Keuangan Pusat, 2007), h. 52. 11

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manuasia, Pengkajian Hukum Tentang

Perlindungan Hukum Bagi Upaya Menjamin Kerukunan Umat Beragama, (Jakarta: BPHN, 2011),

h. 44-45.

Page 21: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

11

Sehingga karyanya berbeda dengan skripsi ini dari segi materi yang

dianalisis karena penulis memfokuskan wanprestasi terhadap klaim

performance bond, sedangkan tesis Uyung Adhitia memfokuskan analisis

surety bond sebagai alternatif jaminan dalam pembangunan infrastruktur.

2. Tesis yang berjudul Tinjauan Hukum Tentang Surety Bond Sebagai

Jaminan dalam Perjanjian Pemborongan karya Helsi Yasin, mahasiswa

Universitas Hukum Fakultas Hukum Program Magister Kenotariatan pada

tahun 2002. Dalam tesisnya Helsi Yasin memfokuskan pembahasan

mengenai perjanjian pemborongan, penjaminan, bank garansi serta surety

bond. Disamping itu Helsi Yasin juga membahas tentang praktek

pelaksanaan surety bond pada PT Jasaraharja Putera. Perbedaan dengan

skripsi penulis terletak pada materi analisis, Helsi Yasin memfokuskan

pembahasan tentang praktek pelaksanaan surety bond pada PT Jasaraharja

Putera sedangkan penulis memfokuskan analisis mengenai permasalahan

yang terjadi dalam performance bond serta perlindungan hukum dalam

wanprestasi yang dilakukan surety company terhadap pihak obligee.

G. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini

menggunakan metode pendekatan yuridis normatif (law in book).

Penelitian yuridis normatif adalah penelitian yang dilakukan mengacu

pada norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan dan

Page 22: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

12

keputusan pengadilan serta norma-norma yang berlaku di masyarakat atau

juga yang menyangkut kebiasaan yang berlaku di masyarakat.12

2. Pendekatan Masalah

Berhubungan tipe penelitian tersebut menggunakan penelitian

yuridis normatif, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

perundang-undangan (statutory approach), pendekatan kasus (case

approach), dan pendekatan konsep (conseptual aproach).

Pendekatan perundang-undangan digunakan untuk mengkaji semua

peraturan yang berkaitan dengan performance bond dalam surety bond

serta perlindungan hukum dalam kasus wanprestasi atas pencairan klaim

performance bond.

Pendekatan kasus digunakan sebagai referensi saat menganalisis

masalah wanprestasi atas pencairan klaim performance bond yang telah

diputuskan oleh hakim untuk memahami konsep wanprestasi dalam

performance bond, sehingga tidak menimbulkan kesalahan dan penulis

juga mempunyai dasar yang kuat dalam mengutarakan pendapat.

Pendekatan konsep digunakan penulis sebagai dasar teori yang

mendasari pendapat-pendapat penulis dalam skripsi ini. Agar apa yang

dijelaskan dalam pembahasan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya.

3. Sumber Data

12

Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Peranan dan Penggunaan Kepustakaan di

dalam Penelitian Hukum, (Jakarta:Pusat Dokumen Universitas Indonesia, 1979), h.18

Page 23: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

13

Untuk menyelesaikan isu mengenai masalah hukum dan sekaligus

memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogianya, peneliti

memerlukan sumber-sumber penelitian yang disebut bahan hukum, baik

bahan hukum primer maupun sekunder.13

a. Bahan Primer

Bahan primer adalah bahan hukum yang mempunyai otoritas.14

Bahan hukum tersebut terdiri atas peraturan perundang-undangan,

catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan suatu peraturan

perundang-undangan, putusan hakim. Dalam skripsi ini bahan hukum

primer yang digunakan adalah peraturan perundang-undangan yang

terkait dengan jaminan yang membahas tentang surety bond dan usaha

perasuransian. Berikut peraturan perundang-undangan yang terkait:

a) Putusan Nomor 3053k/Pdt/2011.

b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1313-1456, 1820-

1850.

c) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.

d) Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan

Usaha Perasuransian.

e) Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 tentang Perubahan

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang

Penyelengaraan Usaha Perasuransian.

13

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2007), h.141. 14

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.47.

Page 24: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

14

f) Peraturan Menteri Keuangan No. 124/PMK.010/2008 tentang

Penyelenggaraan Lini Usaha Asuransi Kredit dan Suretyship yang

merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan sebelumnya yaitu

Keputusan Menteri Keuangan No. 422/KMK.6/2003 tentang

Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

b. Bahan sekunder

Bahan sekunder yaitu bahan hukum yang erat kaitannya dengan

bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa, memahami,

dan menjelaskan bahan hukum primer. Bahan hukum yang paling

banyak digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku hukum,

skripsi, tesis, jurnal hukum, serta artikel-artikel internet.

c. Bahan tersier

Bahan tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan atau bahan hukum primer dan sekunder, misalnya

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dan Black’s Law Dictionary.

4. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

a. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan

data secara library research (studi kepustakaan) dalam hal ini penulis

menggunakan Putusan Mahkamah Agung yang diunduh (download)

lewat web online Mahkamah Agung serta buku-buku yang berkaitan

dengan Performance Bond dalam Surety Bond.

b. Pengolahan dan Analisa Data

Page 25: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

15

Dari bahan yang telah terkumpul tersebut baik bahan primer,

bahan sekunder, maupun bahan tersier diklasifikasikan sesuai dengan

masalah yang dibahas. Setelah itu dengan menggunakan metode

analisis data bahan tersebut diuraikan dan dianalisa sehingga dapat

membantu dalam menjawab rumusan masalah dan sebagai dasar teori

dalam analisa kasus pada skripsi ini.

5. Teknik Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengacu kepada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum” yang

diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.

H. Sistematika Penulisan

Untuk menjaga kesistematisan dalam skripsi ini, maka penulis

membagi skripsi ini kedalam lima bab yang masing-masing bab terdiri dari

beberapa sub bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut:

BAB I Berisikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian, kerangka konseptual, studi terdahulu dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan umum mengenai hukum jaminan dan surety bond.

pada sub bab tinjauan umum mengenai hukum jaminan akan dijabarkan

mengenai pengertian jaminan, jenis jaminan, dan penanggungan utang

(borgtocht). Pada sub bab tinjauan umum mengenai surety bond akan

Page 26: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

16

dijabarkan mengenai pengertian surety bond, sejarah dan dasar hukum surety

bond, sifat-sifat surety bond, serta jenis-jenis surety bond.

BAB III Pola wanprestasi dalam performance bond. dalam bab ini

pembahasan akan dibagi menjadi dua yaitu pertama mengenai performance

bond dalam surety bond di Indonesia yang berisikan mengenai pengertian

performance bond, hubungan hukum antara para pihak, hal-hal yang berkaitan

dengan performance bond, serta berakhirnya performance bond. Sub bab

kedua akan menjelaskan mengenai pola wanprestasi dalam performance bond.

BAB IV Bab ini membahas mengenai wanprestasi terhadap klaim

performance bond dalam bentuk surety bond di Indonesia. Sub bab akan

dibagi menjadi dua yaitu penjelasan mengenai wanprestasi terhadap klaim

performance bond dan perlindungan hukum bagi pihak yang dirugikan.

BAB V Penutup dan kesimpulan

Page 27: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

17

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN DAN SURETY

BOND

A. Tinjauan Umum Mengenai Hukum Jaminan

1. Pengertian Jaminan

Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling

atau dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan security of law. Hukum

jaminan adalah peraturan hukum yang mengatur tentang jaminan-jaminan

piutang seorang kreditur terhadap seorang debitur.1 Marium Darius

Badrulzaman memberikan pengertian jaminan sebagai suatu tanggungan

yang diberikan oleh seorang debitur dan atau pihak ketiga kepada kreditur

untuk menjamin kewajibannya dalam suatu perikatan.2

Black’s Law Dictionary memberikan pengertian jaminan (security)

sebagai:

The term is usualy applied to an obligation, pledge, mortgage,

deposit, lien, etc. Given by a debtor in order to make sure the

payment or performance of his debt, by furnishing the creditor with

a resource to be used in case of failure in the principal obligation.

The name is also sometimes given to one who becomes surety or

guarantor for another.3

1 J. Satrio, Hukum Jaminan. Hak-Hak Jaminan Kebendaan, (Bandung: PT Citra Aditya

Bakti, 1991), h. 3. 2 Marium Darus Badrulzaman, Permasalah Hukum Hak Jaminan, Hukum Bisnis

(Volume 11, 2000), h. 12. 3 Bryan A.Garner, Black’s Law Dictionary, Eighth Edition, (USA: West Publishing Co,

2004), h.1314-1315.

Page 28: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

18

2. Jenis-Jenis Jaminan

Menurut sifatnya jaminan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu

jaminan umum dan khusus. Jaminan umum merupakan jaminan yang

diberikan bagi kepentingan semua kreditor dan menyangkut semua harta

debitor sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1131 KUH Perdata.4

Jaminan umum adalah jaminan dari pihak debitor yang terjadi by

the operation of law dan merupakan mandatory rule: setiap barang

bergerak ataupun tidak bergerak milik debitur menjadi tanggungan

utangnya kepada kreditur. Dengan demikian, apabila seorang debitur

dalam keadaan wanprestasi, maka lewat kewajiban jaminan umum ini

kreditur dapat minta pengadilan untuk menyita dan melelang seluruh harta

debitur, kecuali jika atas harta tersebut ada hak-hak lain yang bersifat

preferensial.5

Jaminan khusus timbul karena adanya perjanjian yang khusus

diadakan antara kreditur dan debitur yang dapat berupa jaminan yang

bersifat kebendaan ataupun jaminan yang bersifat perorangan.6

a. Jaminan Kebendaan

Jaminan yang bersifat kebendaan yaitu adanya benda tertentu

yang dipakai sebagai jaminan. Jaminan kebendaan selalu mengikuti

4 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2003), h. 11. 5 Munir Fuady, Hukum Jaminan Utang, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 8.

6 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum

Jaminan dan Jaminan Perorangan, (Yogyakarta: Liberty Offset Yogyakarta, 2001), h. 46.

Page 29: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

19

bendanya, kemanapun benda tersebut beralih atau dialihkan, serta

dapat dialihkan kepada dan dapat dipertahankan terhadap siapapun.7

Jaminan kebendaan dilakukan dengan atau tanpa penyerahan

kekuasaan dan hak menikmati hasil dari barang objek jaminan

tersebut, yang umumnya memberikan hak untuk dibayarkan utang

terlebih dahulu kepada kreditur dengan beberapa pengecualian, di

mana pembayaran utangnya diambil dari hasil penjualan barang-

barang jaminan utang tersebut. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal

1131 KUH Perdata, semua benda milik kreditur yang mana bergerak

atau tidak bergerak, sudah ada atapun akan ada menjadi tanggungan

atas utang yang dibuatnya. Jaminan kebendaan yang berlaku saat ini,

antara lain hipotek, hak tanggungan, gadai, gadai tanah, fidusia. 8

b. Jaminan Perorangan

Jaminan yang bersifat perorangan merupakan jaminan yang

menimbulkan hubungan hukum antara kreditur langsung dengan orang

yang menjamin, dalam arti bahwa kreditur mempunyai hak menuntut

pemenuhan piutangnya selain kepada debitur utama juga kepada

penjamin jika debitur utama tidak memenuhi kewajibannya.9 Jaminan

yang bersifat perorangan yaitu adanya orang tertentu yang sanggup

7 Munir Fuady, Hukum, h. 10.

8 Munir Fuadi, Hukum, h. 10.

9 Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Seri Hukum Dagang: Bentuk Jaminan (Surety-Bond,

Fidelity-Bond) dan Pertanggungan Kejahatan (Crime Insurance), (Yogyakarta: Liberty Offset

Yogyakarta, 1986) h. 2.

Page 30: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

20

membayar atau memenuhi prestasi jika debitur wanprestasi.10

Jaminan

perorangan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga golongan, yaitu:

1) Garansi pribadi (personal guarantee)

2) Jaminan perusahaan (corporate guarantee)

3) Garansi bank (bank guarantee)

Perbedaan diantara ketiga jenis jaminan peorangan di atas

adalah tentang siapa yang menjadi subjek pemberi garansi. Subjek

pemberi jaminan garansi pribadi adalah orang secara pribadi, garansi

perusahaan dikeluarkan oleh pihak perusahaan yang berbentuk badan

hukum contohnya surety bond yaitu jaminan yang diterbitkan oleh

Perusahaan asuransi atau jaminan perusahaan lainnya11

, sementara

jaminan dalam bank garansi diberikan oleh suatu bank, yang biasanya

tidak dimaksudkan sebagai jaminan kredit tetapi hanya jaminan atas

pembayaran sejumlah uang tertentu (performance guarantee). Dalam

praktiknya, garansi bank kadang-kadang dikenal juga dalam bentuk

standby letter of credit.12

Subekti mengartikan jaminan perorangan sebagai suatu

perjanjian antara seorang berpiutang (kreditur) dengan seorang ketiga,

yang menjamin dipenuhinya kewajiban si berhutang (debitur). Ia

bahkan dapat diadakan diluar (tanpa) si berhutang tersebut.13

10

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan, h. 80. 11

Indrawati Soewarso, Aspek Hukum Jaminan Kredit, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia,

2002), h. 16. 12

Munir Fuady, Hukum, h. 11. 13

Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2004), h. 217-218.

Page 31: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

21

Subekti mengkaji jaminan perorangan dari dimensi kontraktual

antara kreditur dengan pihak ketiga. Selanjutnya ia mengemukakan,

bahwa maksud adanya jaminan ini adalah untuk pemenuhan kewajiban

si berhutang, yang dijamin pemenuhannya seluruhnya atau sampai

suatu bagian tertentu, harta benda si penanggung (penjamin) dapat

disita dan dilelang menurut ketentuan perihal pelaksanaan eksekusi

putusan pengadilan.14

3. Penanggungan Utang (Borgtocht)

Pada dasarnya pemenuhan terhadap suatu kewajiban dilakukan

oleh debitur sendiri, akan tetapi dapat pula diberikan atau dijamin untuk

dipenuhi oleh pihak ketiga orang pribadi atau badan hukum. Jaminan yang

dapat diberikan oleh debitur kebanyakan berupa jaminan kebendaan,

sedangkan jaminan yang dapat diberikan oleh pihak ketiga dapat berupa

jaminan perorangan, yaitu borgtocht akan tetapi dapat pula berupa jaminan

kebendaan. Borgtocht atau penanggungan utang dalam praktek di lapangan

lebih dikenal dengan istilah personal guarantee atau corporate

guarantee.15

Berdasarkan Pasal 1820 KUH Perdata, penanggungan adalah suatu

persetujuan dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan kreditur,

mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya debitur manakala orang

14

Salim HS, Perkembangan, h. 218. 15

Indrawati Soewarso, Aspek, h. 17.

Page 32: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

22

ini sendiri tidak memenuhinya. Dari rumusan tersebut dapat diketahui

bahwa suatu penanggungan utang meliputi beberapa unsur, yaitu:16

a. Penanggungan utang adalah suatu bentuk perjanjian, berarti sahnya

penanggungan utang tidak terlepas dari sahnya perjanjian yang diatur

dalam Pasal 1320 KUH Perdata;

b. Penanggungan utang melibatkan keberadaan suatu utang yang telah

ada. Hal ini berarti tanpa keberadaan utang yang ditanggung tersebut,

maka penanggungan utang tidak pernah ada;

c. Penanggungan utang dibuat semata-mata untuk kepentingan kreditur,

dan bukan untuk kepentingan debitur;

d. Penanggungan utang hanya mewajibkan penanggung memenuhi

kewajibannya kepada kreditur manakala debitur telah terbukti tidak

memenuhi kewajiban atau prestasinya.

Adanya perjanjian penanggungan ini didasari oleh karena si

penanggung mempunyai persamaan kepentingan ekonomi dalam usaha

dari peminjam (ada hubungan kepentingan antara penjamin dan

peminjam).17

Sifat perjanjian penanggungan utang adalah bersifat assesoir

(tambahan), sedangkan perjanjian pokoknya adalah perjanjian kredit atau

perjanjian pinjam uang antara debitur dengan kreditur.18

16

Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi, Seri Hukum Perikatan: Penanggungan Utang

dan Perikatan Tanggung Menanggung, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), h. 13-14. 17

Salim HS, Perkembangan, h. 219. 18

Salim HS, Perkembangan, h. 219.

Page 33: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

23

Pada prinsipnya, penanggung utang tidak wajib membayar utang

debitur kepada kreditur, kecuali jika debitur lalai membayar utangnya.

Untuk membayar utang debitur tersebut, maka barang kepunyaan debitur

harus disita dan dijual terlebih dahulu untuk melunasi utangnya. Namun

penanggung tidak dapat menuntut supaya barang milik debitur lebih

dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya, jika:19

a. Ia (penanggung utang) telah melepaskan hak istimewanya untuk

menuntut barang-barang debitur lebih dahulu disita dan dijual;

b. Ia telah mengikatkan dirinya bersama-sama dengan debitur utama

secara tanggung menanggung; dalam hal itu akibat-akibat perikatannya

diatur menurut asas-asas utang tanggung menanggung;

c. Debitur dapat mengajukan suatu eksepsi yang hanya mengenai dirinya

sendiri secara pribadi;

d. Debitur dalam keadaan pailit;

e. Dalam hal penanggungan yang diperintahkan hakim.

Hubungan hukum antara penanggung dengan debitur adalah erat

kaitannya dengan telah dilakukannya pembayaran hutang debitur kepada

kreditur. Untuk itu, pihak penanggung memenuntut kepada kreditur

supaya membayar apa yang telah dilakukan oleh penanggung kepada

kreditur. Disamping itu penanggung utang juga berhak untuk menuntut:

a. Pokok dan bunga;

b. Penggantian biaya, kerugian, dan bunga

19

Salim HS, Perkembangan, h. 220.

Page 34: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

24

B. Tinjauan Umum Mengenai Surety Bond

Surety bond merupakan garansi yang diterbitkan perusahaan asuransi

mengandung konsep yang sama dengan penanggungan utang atau garansi

yang diterbitkan oleh bank. Jenis ini mulai dikenal luas di Indonesia sejak

Pemerintah menetapkan suatu kebijakan untuk mempergunakan garansi bank

atau surety bond dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara. Jadi surety bond merupakan bentuk alternatif yang diterbitkan oleh

perusahaan asuransi kerugian. Disamping garansi bank, produk ini cukup

dikenal dikalangan para kontraktor, semula hanya diterbitkan oleh perusahaan

asuransi tertentu saja yaitu Jasa Raharja, namun saat ini sudah meluas dan

memperkenankan hampir semua perusahaan asuransi kerugian

menyelenggarakan usaha surety bond. Sama halnya dengan penanggungan

utang pada umumnya suretyship juga terjadi apabila suatu pihak berjanji untuk

memberikan jaminan kepada pihak lain bagi kepentingan pihak ketiga, dalam

hal pihak yang dijamin lalai atau tidak dapat melaksanakan kewajiban yang

diperjanjikan dengan pihak ketiga. Dalam hal demikian penanggung utang

perusahaan asuransi yang menerbitkan surety bond bertanggung jawab kepada

pihak ketiga yang berkepentingan. Penerbitan surety bond ini, sama halnya

dengan bank garansi merupakan perjanjian yang bersifat assesoir.20

1. Pengertian Surety Bond

Surety bond adalah suatu bentuk perjanjian antara dua pihak

dimana pihak yang ialah pemberi jaminan (surety) yang memberikan

20

Indrawati Soewarso, Aspek, h. 36-37.

Page 35: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

25

jaminan terhadap pihak kedua yaitu principal (kontraktor) untuk

kepentingan obligee (pemilik proyek). Bahwa apabila pihak yang dijamin

yaitu principal (kontraktor) yang oleh karena suatu sebab lalai atau gagal

melaksanakan kewajibannya menyelesaikan pekerjaan yang

diperjanjikannya kepada obligee (pemilik proyek), maka pihak surety

sebagai penjamin akan menggantikan kedudukan pihak yang dijamin

untuk membayar ganti rugi maksimum sampai dengan batas jumlah

jaminan yang diberikan surety.21

The Lexicon Webster Dictionary memberikan pengertian surety

bond sebagai a written statement guaranteeing execution of a contraction

or agreement, yaitu merupakan suatu pernyataan tertulis dari seorang yang

menjamin pelaksanaan atau pemenuhan suatu perjanjian.22

Surety bond merupakan perikatan tambahan dan bersifat assesoir

terhadap perikatan pokok, begitu pula dengan sifat bank garansi.23

Dalam

surety bond dikenal tiga pihak, yaitu:

a. Obligee yaitu pihak yang berhak atas prestasi serta merupakan pihak

dilindungi dengan jaminan surety bond terhadap suatu kerugian, yang

mana adalah instansi pemberi pekerjaan/pemilik

proyek/owner/bouwheer.

21

J. Tinggi Sianipar dan Jan Pinontoan, Surety Bonds Sebagai Alternatif Dari Bank

Garansi, (Jakarta: CV. Dharmaputera, 2003), h. 9. 22

Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Seri Hukum, h. 7. 23

Fx. Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995), h. 40.

Page 36: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

26

b. Principal yaitu pihak yang berkewajiban memberikan prestasi serta

merupakan pihak yang dijamin dengan jaminan surety bond, yang

mana adalah rekanan/kontraktor/penyalur/supplier barang/dsb.

c. Surety yaitu pihak yang memberikan jaminan dalam bentuk surety

bond, yang mana adalah perusahaan asuransi.

Hubungan tiga pihak tersebut dapat digambarkan dalam skema

sebagai berikut:24

Surety bond sebagai suatu perjanjian harus tunduk pada peraturan-

peraturan yang mengatur tentang perjanjian, yaitu buku ke tiga KUH

Perdata. Hal ini sesuai dengan ketentuan pada Pasal 1319 KUH Perdata

yang menyatakan:

“Semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun

yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada

peraturan-peraturan umum yang termuat dalam bab ini dan bab

yang lalu.”

24

J. Tinggi Sianipar dan Jan Pinontoan, Surety, h. 13.

Page 37: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

27

Sebagai suatu perjanjian surety bond juga harus memenuhi Pasal

1320 KUH Perdata tentang syarat sahnya perjanjian, yaitu:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

b. Cakap untuk membuat suatu perjanjian

c. Mengenai hal atau objek tertentu

d. Suatu sebab yang halal

2. Sejarah dan Dasar Hukum Surety Bond

Dasar pelaksanaan surety bond di Indonesia berawal dari

dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 14A/80/1980 pada tanggal 18

April 1980 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja

Negara/Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dan Bantuan Luar Negeri.

Dalam Pasal 18 ditentukan bahwa uang muka bagi para kontraktor sebesar

20% dari nilai kontrak proyek hanya boleh diberikan apabila ada jaminan

dari lembaga keuangan bank atau lembaga keuangan non bank yang

ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Lalu lahirlah Keputusan Menteri Keuangan No.

271/KMK.011/1980 pada tanggal 7 Mei 1980 tentang penunjukkan 53

lembaga keuangan bank yang dapat memberikan jaminan berupa bank

garansi dan satu lembaga keuangan non bank yaitu Asuransi Jasa Raharja

yang dapat memberikan jaminan berupa surety bond.25

Namun peraturan

tersebut diubah lewat Keputusan Menteri Keuangan No.

25

J. Tinggi Sianipar dan Jan Pinontoan, Surety, h. 9.

Page 38: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

28

233/MK.011/1984 yang mengubah jumlah bank yang dapat mengeluarkan

bank garansi dari 53 menjadi 87 bank.

Dalam hukum perasuransian, surety bond diatur dalam Peraturan

Menteri Keuangan No. 124/PMK.010/2008 tentang Penyelenggaraan Lini

Usaha Asuransi Kredit dan Suretyship yang merupakan pengaturan lebih

lanjut dari peraturan sebelumnya yaitu Keputusan Menteri Keuangan No.

422/KMK.6/2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan

Perusahaan Reasuransi.

Surety bond juga masuk ke dalam salah satu bentuk jaminan yang

tertuang dalam Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah Pasal 1 angka 35 yang menyebutkan bahwa surat

jaminan yang selanjutnya disebut jaminan, adalah jaminan tertulis bersifat

mudah dicairkan dan tidak bersyarat (unconditional) baik dikeluarkan oleh

bank umum, perusahaan penjaminan, perusahaan asuransi yang diserahkan

oleh penyedia barang/jasa untuk menjamin terpenuhinya kewajiban

penyedia barang/jasa.

Lalu Pasal 67 ayat 2 Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010

tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah menjelaskan jenis-jenis

jaminan untuk pengadaan barang/jasa, yaitu Jaminan penawaran, Jaminan

pelaksanaan, Jaminan uang muka, Jaminan pemeliharaan, Jaminan

sanggahan banding.

Selanjutnya surety bond juga diatur dalam Pasal 67 ayat 3

Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Page 39: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

29

Pemerintah yang menyebutkan bahwa jaminan dapat dicairkan tanpa

syarat (unconditional) sebesar nilai Jaminan dalam waktu paling lambat 14

(empat belas) hari kerja, setelah surat pernyataan wanprestasi dari Pejabat

Pembuat Komitmen diterima oleh Penerbit Jaminan.

3. Sifat-Sifat Surety Bond

Surety bond merupakan suatu perjanjian pemberian jaminan yang

dalam sistem hukum dikenal sebagai perjanjian penanggungan

(borghtochten), maka dasar hukum surety bond diatur dalam Pasal 1820-

1850 KUH Perdata.26

Perjanjian penanggungan mempunyai sifat sebagai

berikut:27

a. Bersifat assesoir

Perjanjian penanggungan bersifat sebagai perjanjian assesoir

yaitu perjanjian yang adanya tergantung pada adanya perjanjian pokok.

Oleh karena itu perjanjian penanggungan tidak mungkin dapat timbul

tanpa adanya perjanjian pokok, dan sebaliknya kalau perjanjian pokok

itu hapus, hapus pula perjanjian penanggungan itu.28

b. Perjanjian penanggungan merupakan jaminan yang bersifat perorangan

Pemenuhan prestasi hanya dapat dipertahankan terhadap orang-

orang tertentu yaitu debitur atau penjaminnya.

c. Tidak memberikan hak preferen

26

J. Tinggi Sianipar dan Jan Pinontoan, Surety, h. 13. 27

Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, (Bandung: Alfabeta, 2001), h.

144-149. 28

Hartono Hadisoeprapto, Seri Hukum Perdata: Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan

Hukum Jaminan, (Yogyakarta: Liberty, 1984), h. 54.

Page 40: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

30

Apabila penjamin tidak bisa/gagal melunasi hutang debitur

yang dijaminnya maka harta kekayaan penjamin itu yang harus

dieksekusi. Akan tetapi bukan untuk semata-mata untuk menjamin

hutang debitur kepada kreditur saja tapi atas semua hutang penjamin

kepada kreditur.

d. Besarnya penjaminan tidak boleh melebihi atau lebih berat dari

perikatan pokok

Pasal 1822 KUH Perdata menentukan bahwa penjamin tidak

boleh mengikatkan dirinya dengan syarat yang lebih berat dari

perikatan si berutang. Penjamin boleh mengikatkan diri untuk

menjamin sebagian hutang.

e. Penjamin memiliki hak istimewa dan hak tangkisan

Undang-undang memberikan hak istimewa kepada penjamin

sebagaimana tercantum dalan Pasal 1832 KUH Perdata, yaitu untuk

menuntut agar harta kekayaan debitur disita dan dieksekusi terlebih

dahulu untuk melunasi hutangnya, baru kemudian harta kekayaan

penjamin yang dieksekusi. Penjamin mempunyai hak untuk

mengajukan tangkisan. Hak mengajukan tangkisan merupakan hak

penjamin yang lahir dari perjanjian penanggungan yang tercantum

dalam Pasal 1847 KUH Perdata.

f. Kewajiban penjamin bersifat subside

Dari sudut pemnuhan kewajiban penjamin bersifat subside

artinya bahwa pejamin memenuhi hutang debitur manakala debitur

Page 41: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

31

tidak dapat memenuhi hutangnya. Bila debitur dapat memenuhi

kewajiban hutangnya maka penjamin tidak perlu memenuhi

kewajibannya. Hal ini tertuang dalam Pasal 1820 KUH Perdata.

g. Perjanjian penanggungan bersifat tegas dan tidak dipersangkakan

Penjamin harus menyatakan secara tegas untuk menjamin

hutang seorang debitur.

h. Penjaminan beralih kepada ahli waris

Kewajiban seorang penjamin akan beralih kepada ahli warisnya

manakala penjamin tersebut meninggal dunia.

4. Jenis-Jenis Surety Bond

Jenis-jenis surety bond dibedakan menjadi lima, yaitu Construction

Contract Bonds (Jaminan Kontrak Konstruksi), Bonds Involved in

Construction Contract (Jaminan yang terkait pada kontrak konstruksi),

Custom Bonds (Jaminan Pembayaran Bea Masuk), License and Permit

Bonds (Jaminan lisensi dan perizinan), dan Court Bonds (Jaminan perkara

di Pengadilan). 29

Maka dalam pembahasan ini hanya akan dijelaskan

mengenai jaminan yang terkait dalam bidang konstruksi, yaitu

Construction Contract Bonds dan Bonds Involved in Construction

Contract.

a. Construction Contract Bonds (Jaminan Kontrak Konstruksi)

1) Bid or Tender Bond (Jaminan Penawaran)

29

J. Tinggi Sianipar dan Jan Pinontoan, Surety, h. 28.

Page 42: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

32

Jaminan penawaran adalah jaminan yang berperan sebagai

langkah pertama yang dipersyaratkan oleh obligee kepada para

kontraktor yang ingin mengikuti pelelangan pekerjaan sesuai

dengan desain, spesifikasi, dan sebagainya mengenai proyek yang

akan direncanakan untuk dibangun/dikerjakan. Fungsi jaminan

penawaran adalah untuk menjamin itikad baik dari penawar yaitu,

jika penawar memenangkan lelang maka dalam waktu yang

ditentukan ia akan menandatangani kontrak pelaksanaan dengan

melengkapi persyaratan dari obligee untuk menyediakan jaminan

pelaksanaan (performance bond) dari pemberi jaminan.

2) Performance Bond (Jaminan Pelaksanaan)

Jaminan ini diterbitkan oleh pemberi jaminan (surety)

kepada kontraktor sebagai kelanjutan dari ditunjuknya yang

bersangkutan sebagai pemenang lelang/tender. Dengan jaminan ini

berarti mereka sanggup melaksanakan pekerjaan dengan baik

sampai selesai sesuai dengan yang diperjanjikan.

3) Advance Payment Bond (Jaminan Pembayaran Uang Muka)

Dibuatnya kesempatan memberi uang muka pada

kontraktor dalam Keputusan Presiden No. 14 A Tahun 1980

dimaksudkan untuk membantu pengusaha yang secara teknis

bagus tetapi finansial masih lemah agar bisa ikut melaksanakan

pembangunan yang bersifat kontruksi. Jaminan uang muka diberi

oleh pemberi jaminan (surety) apabila dalam kontrak kerja ada

Page 43: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

33

pengaturan ketentuan tentang pemberian uang muka dari obligee

kepada kontraktor. Pemberi jaminan (surety) menjamin kontraktor

akan mengembalikan uang muka yang diterimanya sesuai dengan

yang diperjanjikan dalam kontrak kerja.

4) Maintenance Bond (Jaminan Pemeliharaan)

Setelah pekerjaan selesai biasanya obligee menahan 5%

dari pembayaran kontrak, jumlah mana disebut sebagai uang

retensi dan cadangan untuk biaya perbaikan apabila ada kerusakan

yang timbul sesudah serah terima yang pertama. Jaminan ini

diterbitkan oleh pemberi jaminan (surety) untuk menjamin obligee

bahwa kontraktor akan memperbaiki kerusakan-kerusakan

pekerjaan yang terjadi setelah pelaksanaan pekerjaan selesai sesuai

kontrak. Jangka waktu pemeliharaan dimulai pada saat pekerjaan

telah selesai dilaksanakan oleh kontraktor dan telah

diserahterimakan pada obligee. Periode lamanya jangka waktu

pemeliharaan tergantung ketentuan tersebut dalam kontrak yang

lazimnya antara 3 bulan sampai dengan 12 bulan.

b. Bonds Involved in Construction Contract (Jaminan yang terkait pada

kontrak konstrukci)

Jaminan ini merupakan jaminan yang berkaitan dengan kontrak

konstruksi, tergantung dari keperluan dan kesepakatan para pihak yang

terkait apakah jaminan ini akan dimasukkan dalam kontrak konstruksi

atau tidak. Jaminan tersebut ialah:

Page 44: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

34

1) Supply bonds (Jaminan pengadaan)

Jaminan yang diterbitkan oleh surety dalam hal pengadaan

material/bahan-bahan untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan oleh

kontraktor.

2) Labour and material payment bond (Jaminan pembayaran upah

pekerja dan material)

Jaminan ini diterbitkan untuk menjamin bahwa kontraktor

atau pihak lainnya akan membayar upah pekerja dan material yang

diperjanjikan digunakan dalam melaksanakan pekerjaan.

3) Instalment sales bond (Jaminan penjualan dengan pembayaran

angsuran)

Jaminan ini diterbitkan oleh surety atas perjajian

pembayaran angsuran atas pengadaan bahan-bahan konstruksi yang

dipakai dalam penyelesaian pekerjaan. Apabila pembayaran

angsuran dan bahan-bahan yang dibeli tidak dipenuhi maka surety

akan membayar ganti rugi maksmimum sampai batas jumlah

jaminan.

Page 45: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

35

BAB III

POLA WANPRESTASI DALAM PERFORMANCE BOND

A. Performance Bond dalam Surety Bond di Indonesia

1. Pengertian Performance Bond

Performance Bond merupakan bagian yang umum ada pada

perdagangan international dan kontrak konstruksi.1 Di Indonesia

performance bond dikeluarkan oleh bank dalam bentuk bank garansi dan

juga dikeluarkan oleh perusahaan asuransi yang sudah memenuhi

persyaratan dan disebutkan dalam peraturan resmi dalam bentuk surety

bond.

Jaminan Pelaksanaan adalah bentuk penangungan yang diberikan

oleh Bank atau Perusahaan Asuransi untuk menanggung pelaksanaan

pekerjaan yang harus dilakukan oleh pemborong (Kontraktor/principal).

Dalam pemborongan bangunan (konstruksi), jaminan pelaksanaan hanya

diberikan kepada kontraktor yang telah diluluskan dalam pelelangan

pekerjaan setelah kontraktor menyetorkan sejumlah persentase tertentu

dari nilai pemborongan.2

Untuk menjamin pelaksanaan ditentukan bahwa penal sum/nilai

jaminan minimum adalah 5% dari nilai kontrak dan nilai maksimum

1 Peter S. O’Driscoll, “Performance Bonds, Bankers’ Guarantees, and the Mareva

Injunction”, Northwestern Journal of International Law and Business vol. 7 Issue 2, (Fall 1985), h.

380. 2 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum

Jaminan dan Jaminan Peorangan, (Yogyakarta: Liberty Offset, 2001), h. 109.

Page 46: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

36

jaminan adalah 20% dari nilai kontrak.3 Jangka waktu jaminan ini dimulai

sejak tanggal penandatanganan Surat Perintah Kerja (SPK) atau Surat

Penunjukan Pemenang Pelelangan dan Berakhir pada tanggal saat

principal selesai melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan kontrak.4

Fungsi jaminan pelaksanaan adalah apabila principal mengalami

kegagalan di dalam memenuhi kewajibannya dalam melaksanakan

pekerjaan sesuai perjanjian. Bila kegagalan principal tersebut dinyatakan

oleh obligee dalam suatu Berita Acara atau Surat Pemutusan Hubungan

Kerja, maka surety berkewajiban membayar ganti rugi kepada obligee.

Dalam hal principal tidak memenuhi kewajibannya, maka surety company

sebagai penjamin akan mengganti kerugian yang diderita oleh obligee

maksimum sebesar nilai jaminan.5

2. Hubungan Hukum Antara Para Pihak

Pada perjanjian surety bond, surety company bersama-sama dengan

principal berjanji dan mengikatkan dirinya kepada obligee untuk

membayar atau memenuhi suatu prestasi tertentu terhadap obligee apabila

principal wanprestasi artinya pihak ketiga berjanji akan membayar atau

memenuhi suatu prestasi kepada obligee jika principal tidak melaksanakan

prestasinya seusai isi kontraknya dengan obligee. Jelas antara principal

3 Fx. Djumialdji, Perjanjian, h. 47.

4 Helsi Yasin, “Tinjauan Hukum Tentang Surety Bond Sebagai Jaminan Dalam

Perjanjian Pemborongan”, (Tesis S2 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 2002), h. 36. 5 Helsi Yasin, Tinjauan Hukum, h. 35-36.

Page 47: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

37

dan obligee terikat perjanjian dan untuk menjamin pemenuhan prestasi dan

perjanjian ini pihak ketiga muncul sebagai penanggung.6

Karena surety bond termasuk dalam perjanjian penanggungan,

maka timbullah hak dan kewajiban dari perikatan tersebut, yaitu:

a. Surety Company7

Kewajiban surety company muncul dari kegagalan principal

melaksanakan perjanjian pokok dengan obligee. Jika benar ada

wanprestasi yang dilakukan oleh principal, maka surety berkewajiban

untuk membayar kerugian sampai batas penalty sum, meminta

principal untuk melanjutkan pekerjaannya dengan biaya dari pihak

perusahaan surety sejumlah maksimum penalty sum, meminta pada

obligee agar melanjutkan pekerjaan itu kepada kontraktor baru. Disini

pun pihak perusahaan surety hanya berkewajiban membiayai sejumlah

maksimum penalty sum.8 Sedangkan surety company memiliki hak

atas pembayaran premi (service charge) segera setelah surat jaminan

surety bond ditandatangani oleh principal dan surety company,

menentukan persyaratan dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh

principal, yang diperlukan bagi penerbitan surat jaminan, memeriksa

dan meneliti dokumen-dokumen dan segala sesuatu yang berhubungan

dengan pelaksanaan kewajiban atau perjanjian/kontrak yang dijamin

serta meminta penjelasan yang diperlukan mengenai dokumen-

dokumen tersebut baik kepada principal ataupun kepada obligee,

6 Helsi Yasin, Tinjauan Hukum, h. 67-68.

7 Fx. Djumialdji, Perjanjian, h. 52.

8 Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Seri Hukum, h. 63.

Page 48: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

38

menerima pemberitahuan dari obligee bahwa principal melakukan

wanprestasi, dan memiliki hak subrogasi

b. Principal

Principal berkewajiban untuk melaksanakan perjanjian pokok

yang dibuat oleh principal dan obligee, memenuhi persyaratan yang

dibutuhkan untuk mendapatkan surety bond, melakukan pembayaran

kembali kepada pihak surety atas ganti rugi yang telah dibayarkan oleh

pihak surety, membayar service charge pada surety company.

Sedangkan hak yang dimiliki oleh principal adalah mendapat jaminan

dari surety company berupa surety bond yang menjamin bahwa

principal dapat melaksanakan isi dari perjanjian pokok yang dibuat

anatara principal dan obligee.

c. Obligee

Obligee berkewajiban untuk memberitahukan kepada surety

company apabila principal melakukan wanprestasi. Sedangkan hak

yang dimiliki oleh obligee adalah mendapatkan ganti rugi dari surety

company berupa pencairan klaim apabila principal melakukan

wanprestasi, mendapatkan jaminan dari surety bahwa principal dapat

melaksanakan pekerjaan dengan baik.

3. Hal-Hal yang Berkaitan dengan Performance Bond

a. Penalty Sum

Page 49: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

39

Penalty sum atau banyak yang menyebutnya dengan penal sum

adalah jumlah maksimum yang menjadi tanggung jawab surety dalam

hal terjadi kerugian yang disebabkan kegagalan principal. 9

b. Service Charge

Merupakan balas jasa dalam bentuk yang harus dibayar

sekaligus oleh principal kepada perusahaan surety sebagai akibat

pemberian surety bond. service charge dapat dikatakan sebagai biaya

pelayanan, dan besaran service charge untuk performance bond adalah

0,5% dari nilai jaminan.

c. Indemnity Agreement

Suatu perjanjian yang diadakan antara principal dan surety

dimana dalam perjanjian ini pihak surety mensyaratkan adanya

indemnitor (penjamin tambahan) dari principal.

Kesanggupan indemnitor untuk menjadi penjamin tambahan

dituangkan dalam Agreement of Indemnity yang ditandangani oleh

indemnitor dan principal. Hal ini untuk memperkuat kesanggupan

principal untuk mengganti biaya yang telah dikeluarkan oleh surety

jika principal melakukan wanprestasi.10

d. Subrogasi

Subrogasi merupakan penggantian kedudukan seseorang

sebagai orang yang berhak oleh orang lain yang telah memenuhi hak-

hak tersebut kepada orang yang berhak. Jika seorang penanggung telah

9 Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Seri Hukum, h. 24.

10 Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Seri Hukum, h. 44.

Page 50: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

40

memenuhi kewajibannya berdasarkan perjanjian penanggungan kepada

tertanggung yang menderita kerugian akibat perbuatan orang ketiga

maka menurut Pasal 284 KUH Dagang si penanggung mendapat

semua hak yang ada pada si tertanggung terhadap orang ketiga

mengenai kerugian itu. Luasnya hak yang diperoleh penanggung itu

adalah seluas tanggung jawab yang telah dipenuhinya terhadap

tertanggung berdasarkan perjanjian pertanggungan.11

4. Berakhirnya Performance Bond

Surety bond akan berakhir dalam hal-hal sebagai berikut:12

a. Principal telah menyelesaikan atau memenuhi kewajibannya sesuai

dengan isi perjanjian pokok. Hal ini sesuai dengan sifat lembaga

jaminan yaitu bersifat assesoir terhadap perjanjian pokok. Jika

perjanjian pokok sudah dipenuhi atau hapus maka hapus pula perikatan

jaminan.

b. Pihak surety telah memenuhi klaim ganti rugi kepada pihak obligee.

Menurut pasal 1845 KUH Perdata yang sifatnya sebagai

ketentuan umum bagi lembaga penjaminan pada umumnya, perikatan

yang diterbitkan dari penjaminan hapus karena sebab yang sama

sebagaimana yang menyebabkan berakhirnya perikatan-perikatan

lainnya. Dengan demikian ketentuan Pasal 1381 KUH Perdata yang

mengatur tentang hapusnya perikatan adalah juga berlaku atas

penjaminan dan oleh karena surety bond adalah salah satu bentuk

11

Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Seri Hukum, h. 34. 12

Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Bentuk Jaminan, h. 64.

Page 51: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

41

khusus dari lembaga penjaminan maka Pasal 1381 juga berlaku atas

surety bond, terutama mengenai hapusnya perikatan karena

pembayaran. Pada surety bond, kedua hal yang disebutkan di atas

sebagai sebab berakhirnya tanggung jawab surety company adalah

sesuai dengan yang dimaksud dalam Pasal 1381 yaitu hapusnya

perikatan jaminan karena pembayaran.13

B. Pola Wanprestasi dalam Performance Bond

Perikatan melahirkan kewajiban yang disebut sebagai prestasi yang

dimaksudkan sebagai suatu pelaksanaan hal-hal yang tertulis dalam suatu

perjanjian oleh pihak yang telah mengikatkan diri untuk itu, pelaksanaan yang

mana sesuai dengan term dan condition sebagaimana disebutkan dalam

perjanjian tersebut. Sesuai Pasal 1234 KUH Perdata prestasi dapat berbentuk:

1. Memberikan sesuatu,

2. Melakukan suatu perbuatan tertentu,

3. Tidak melakukan suatu tindakan tertentu.

Apabila salah satu pihak dalam perjanjian tidak melakukan apa yang

dijanjikannya atau tidak melakukan kewajibannya maka dikatakan ia

melakukan wanpretasi (default atau non fulfilment atau breach of contract).

Wanprestasi atau kelalaian seorang debitur dapat berupa:

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya,

2. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana yang

dijanjikan,

13

Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Bentuk Jaminan, h. 65.

Page 52: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

42

3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat,

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.14

Berdasarkan ketentuan Pasal 1267 KUH Perdata, akibat hukum dari

wanprestasi, kreditur dapat menuntut kepada debitur sebagai pihak yang wajib

memenuhi prestasi, untuk melaksanakan:

1. Pemenuhan prestasi

2. Pemenuhan prestasi dan ganti rugi

3. Ganti rugi

4. Pembatalan perjanjian

5. Pembatalan perjanjian dengan ganti rugi

Dalam hal performance bond, perjanjian mengikat pihak surety dan

principal, yang mana pihak surety akan memberikan suatu jaminan kepada

pihak ketiga (obligee) ketika principal melakukan wanprestasi terhadap

perjanjian pokoknya dengan obligee. Wanprestasi dalam perjanjian

performance bond dapat terjadi karena beberapa alasan.

Wanprestasi atau kegagalan yang terjadi dalam proyek konstruksi

menimbulkan kewajiban bagi surety untuk mencairkan klaim. Kegagalan

tersebut adalah pekerjaan tidak selesai pada waktunya, pekerjaan sama sekali

tidak sesuai dengan yang diperjanjikan, pemberian atau pemakaian bahan-

bahan yang tidak seperti diperjanjikan, perusahaan principal jatuh pailit.15

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa subyek-subyek

dalam suatu perjanjian performance bond terdiri dari principal, obligee dan

14

Subekti, Hukum, h. 45. 15

Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Bentuk Jaminan, h. 62.

Page 53: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

43

surety company. Pihak obligee merupakan pihak yang berhak atas pemenuhan

prestasi, sedangkan principal adalah pihak yang berkewajiban untuk

memenuhi tuntutan prestasi dari pihak obligee. Oleh karena itulah maka pihak

obligee merupakan pihak yang sangat menghendaki agar perikatan itu dapat

dipenuhi secara sempurna dengan sukarela sesuai dari isi kontrak yang

disetujui oleh para pihak.

Namun harapan itu tidaklah dapat berjalan sebagaimana yang

dikehendaki, sebab kemungkinan dapat terjadi cidera janji yang dilakukan

oleh principal untuk memenuhi kewajibannya itu. Alasan mengapa seorang

principal tidak dapat memenuhi kewajibannya dapat disebabkan oleh dua hal,

yaitu:

1. Adanya kesalahan dari principal

Dalam keadaan seperti ini, principal tidak dapat memenuhi

kewajiban untuk berprestasi karena memang ada kesalahan. Keadaan

dimana seorang principal tidak dapat memenuhi prestasi kepada kreditur

karena kesalahan principal disebut wanprestasi.

Akibat dari adanya wanprestasi ada tiga hal, yaitu jika perikatan

timbul dari perjanjian yang timbal-balik maka kreditur dapat menuntut

pemecahan perjanjian itu, benda yang dijadikan obyek dalam perikatan

sejak saat kelalaiannya menjadi tanggungan debitur, dan kreditur dapat

minta pengganti kerugian.16

2. Adanya overmacht

16

Hartono Hadisoeprapto, Seri Hukum Perdata: Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan

Hukum Jaminan, (Yogyakarta: Liberty, 1984), h. 44.

Page 54: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

44

Overmacht atau disebut juga force majeur atau keadaan memaksa

yaitu suatu keadaan yang dapat menyebabkan seorang debitur/principal

tidak dapat memenuhi prestasi kepada kreditur/obligee, dimana keadaan

tersebut merupakan keadaan yang tidak dapat diketahui oleh debitur pada

waktu membuat perjanjian atau dengan kata lain bahwa keadaan itu terjadi

diluar kekuasaan principal.

Pola tindakan wanprestasi terhadap pencairan klaim dapat berupa dua

hal, yaitu memperlambat pembayaran klaim hingga itikad tidak baik yang

dimiliki oleh surety company untuk berusaha lepas dari tanggung jawabnya

untuk melakukan pembayaran klaim. Penundaan pembayaran dapat dikatakan

sebagai wanprestasi karena salah satu bentuk wanprestasi adalah melakukan

sesuatu tetapi terlambat.

Mengacu pada Pasal 25 Keputusan Menteri Keuangan No.

422/KMK.06/2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan

Perusahaan Reasuransi dan juga penjelasan Pasal 31 ayat 4 Undang-Undang

No. 40 Tahun 2010 tentang Perasuransian maka tindakan yang dapat

dikategorikan sebagai memperlambat penyelesaian pembayaran klaim adalah

sebagai berikut:

1. Memperpanjang proses penyelesaian klaim dengan meminta penyerahan

dokumen tertentu, yang kemudian diikuti dengan meminta penyerahan

dokumen lain yang pada dasarnya berisi hal yang sama;

2. Menunda penyelesaian dan pembayaran klaim dengan mengaitkannya

pada penyelesaian dana tau pembayaran klaim reasuransinya;

Page 55: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

45

3. Tidak melakukan penyelesaian klaim yang merupakan bagian dari

penutupan asuransi dengan mengaitkannya pada penyelesaian klaim yang

merupakan bagian lain dari penutupan asuransi dalam satu polis yang

sama;

4. Memperlambat penunjukan Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi, apabila

jasa Penilai Kerugian Asuransi dibutuhkan dalam proses penyelesaian

klaim; atau

5. Menerapkan prosedur penyelesaian klaim yang tidak sesuai dengan

praktek usaha asuransi yang berlaku umum.

Peraturan Menteri Keuangan No. 124/PMK.010/2008 Pasal 8 ayat (2)

tentang Penyelenggaraan Lini Usaha Asuransi Kredit dan Suretyship juga

memberikan penjelasan bahwa Perusahaan Asuransi Umum dilarang menunda

dan/atau tidak memenuhi kewajiban pembayaran jaminan dengan alasan

apapun termasuk alasan:

1. Pembayaran klaim bagian reasuransi belum diterima dari reasuradur

2. Sedang dilakukan upaya oleh Perusahaan Asuransi Umum agar pihak

debitur atau principal dapat memenuhi kewajibannya, tanpa adanya

persetujuan dari kreditur atau obligee

3. Pembayaran imbal jasa belum dipenuhi oleh debitur atau principal.

Page 56: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

46

BAB IV

WANPRESTASI TERHADAP KLAIM PERFORMANCE BOND DALAM

BENTUK SURETY BOND DI INDONESIA

A. Wanprestasi Terhadap Klaim Performance Bond

Pengajuan klaim berdasar dari terbuktinya wanpretasi yang dilakukan

oleh principal sehingga menimbulkan kerugian bagi obligee. Namun ada

kerugian yang tidak dijamin dengan surety bond, yaitu kerugian yang

diakibatkan oleh force majeur dan juga kerugian yang terjadi setelah adanya

perubahan kontrak yang sebelumnya tidak diberitahukan kepada perusahaan

surety.1 Pengajuan klaim atas performance bond dapat terjadi apabila:

2

1. Principal mengundurkan diri dari pekerjaan

2. Principal tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai ketentuan kontrak,

seperti:

a. Pekerjaan tidak sesuai dengan spesifikasi dalam kontrak atau Surat

Perintah Kerja.

b. Pekerjaan disub-kan kepada kontraktor lain.

c. Pekerjaan tidak dapat diselesaikan sesuai waktu yang ditentukan dalam

kontrak.

Pembayaran klaim performance bond dapat dilakukan apabila telah

memenuhi prosedur sebagai berikut:

1 Atty Hermiati, Surety Bond dan Prinsip-Prinsip Underwriting, (Jakarta: PT (Persero)

Asuransi Kerugian Jasa Raharja, 1992), h. 4. 2 Haerun Inayah, “Pelaksanaan Penyelesaian Klaim dan Subrogasi Atas Klaim Yang

Telah Dibayarkan Oleh Perusahaan Surety Dalam Perjanjian Surety Bond di PT Jasaraharja

Putera Cabang Mataram”, (Tesis S2 Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro 2006), h. 64.

Page 57: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

47

1. Klaim harus diajukan secara tertulis dengan menyebutkan alasan/sebab-

sebabnya serta dilengkapi dengan dokumen-dokumen sebagai berikut:

a. Surat pengunduran diri dari principal

b. Surat Pemutusan Hubungan Kerja

c. Berita Acara Pengakuan prestasi principal pada saat terjadi pemutusan

hubungan kerja yang telah ditandatangani oleh obligee dan principal.

d. Perhitungan besarnya hak dan kewajiban obligee dan principal

berkenaan dengan Pemutusan Hubungan Kerja

e. Copy kontrak baru dan/atau perhitungan obligee (yang nilainya dapat

dipertanggungjawabkan) untuk menyelesaikan sisa/bagian yang tidak

terselesaikan

f. Pengembalian asli performance bond

2. Klaim harus diajukan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung sejak

tanggal berakhirnya masa berlaku performance bond

Besarnya pembayaran klaim ntuk proyek yang pelaksanaannya

mengikuti ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam Keppres No. 80 Tahun

2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, maka

jumlah klaim yang dibayarkan adalah sebesar kerugian yang diderita oleh

obligee dengan maksimum sebesar penal sum. Sedangkan proyek-proyek yang

pelaksanaannya tidak mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam Keppres

No. 80 Tahun 2003, klaim yang dibayarkan adalah sebesar kerugian yang

diderita oleh obligee dengan maksimum sebesar penal sum tetapi

pelaksanaannya sesuai dengan petunjuk dari obligee. Karena setiap

Page 58: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

48

pembayaran klaim yang dilakukan oleh perusahaan surety harus ditagih

kembali dari principal/indemnitor, maka apabila masih ada tagihan principal

pada obligee atas prestasi pekerjaannya supaya meminta persetujuan obligee

dan principal untuk menahannya dan menyerahkannya kepada perusahaan

surety maksimum sebasar klaim yang telah dibayar oleh perusahaan surety. 3

Hal yang telah dijelaskan diatas menjadi hak yang dimiliki oleh

obligee. Namun jika hal diatas tidak berjalan seperti seharusnya, yang mana

dalam hal ini pembahasan difokuskan terhadap adanya wanprestasi terhadap

klaim pencairan performance bond yang dilakukan oleh pihak surety,

mengakibatkan obligee tidak dapat mendapatkan haknya sebagai pihak yang

seharusnya menerima benefit dari adanya performance bond.

B. Perlindungan Hukum Bagi Pihak yang Dirugikan

1. Perlindungan Hukum Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan

Menurut Satjipto Rahardjo, perlindungan hukum adalah memberikan

pengayoman terhadap hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan

perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua

hak-hak yang diberikan oleh hukum.4 Perlindungan hukum berfungsi sebagai

jaminan pemenuhan hak-hak dari pihak yang merasa haknya telah dilanggar

oleh pihak lain.

Secara teoritis, bentuk perlindungan hukum dibagi menjadi dua

bentuk, yaitu perlindungan yang bersifat preventif dan represif. Perlindungan

hukum preventif merupakan perlindungan hukum yang sifat pencegahan.

3 Haerun Inayah, Pelaksanaan Penyelesaian, h. 64-65.

4 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000), h. 54.

Page 59: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

49

Perlindungan hukum ini bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa dan

sangat besar artinya bagi tindak pemerintah yang didasarkan pada kebebasan

bertindak. Lalu perlindungan hukum represif berfungsi untuk menyelesaikan

apabila terjadi sengketa. Di Indonesia terdapat berbagai badan yang secara

parsial menangani perlindungan hukum bagi rakyat, yang dikelompokkan

menjadi dua badan, yaitu Pengadilan dalam lingkup Peradilan Umum, dan

Instansi Pemerintah yang merupakan lembaga banding administrasi.5

Dalam kaitannya dengan perlindungan hukum bagi pihak yang

dirugikan atas terjadinya tindakan wanprestasi yang dilakukan oleh surety

company atas tidak dibayarkannya klaim pencairan performance bond, maka

pihak yang haknya perlu dilindungi dan harus dipenuhi disini tentu saja adalah

pihak obligee. Obligee adalah pihak penerima manfaat atas adanya

performance bond yang diserahkan oleh principal kepada obligee sebagai

syarat pelaksanaan pekerjaan konstruksi, yang mana dapat dicairkan jika

principal melakukan wanprestasi terhadap perjanjian pokok yaitu perjanjian

pelaksanaan konstruksi.

Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi dilarang melakukan

tindakan yang dapat memperlambat penyelesaian atau pembayaran klaim, atau

tidak melakukan tindakan, yang seharusnya dilakukan yang dapat

mengakibatkan kelambatan penyelesaian atau pembayaran klaim. Hal tersebut

diatur dalam Pasal 31 ayat (4) Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang

5 Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: PT Bina

Ilmu, 1987), h. 2.

Page 60: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

50

Perasuransian, 23 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1992 tentang

Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.

Kewajiban untuk menyelesaikan pembayaran klaim kembali

ditegaskan dalam Pasal 8 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan No.

124/PMK.010/2008 tentang Penyelenggaraan Lini Usaha Asuransi Kredit dan

Suretyship yang menyatakan bahwa:

“Perusahaan Asuransi Umum wajib melakukan pembayaran ganti rugi

kepada kreditur atau obligee akibat ketidakmampuan atau kegagalan atau tidak

terpenuhinya kewajiban debitur atau principal sesuai dengan perjanjian

pokok.”

Performance Bond dalam surety bond dan bank garansi memiliki

perbedaan yang salah satunya mengenai tentang sifat dari jaminan tersebut.

Dalam bank garansi sifat jaminannya adalah unconditional (tanpa syarat),

sedangkan dalam surety bond sifatnya conditional yang artinya penyelesaian

klaim pada prinsipnya perlu pembuktian atas kerugian yang terjadi atau

terdapat lost situation serta telah dilakukan pemutusan hubungan kerja secara

resmi.6

Namun dalam prakteknya, perjanjian performance bond dalam surety

bond dapat bersifat unconditional dan berlaku sah bila ditegaskan dalam

klausula perjanjian performance bond yang disepakati para pihak. hal tersebut

menimbulkan konsekuensi hukum yaitu klaim dapat dicairkan tanpa syarat

dan surety company dilarang menunda dan/atau tidak memenuhi kewajiban

6 J. Tinggi Sianipar dan Jan Pinontoan, Surety Bond Sebagai Alternatif Dari Bank

Garansi, (Jakarta: CV. Dharmaputera, 2003), h. 19.

Page 61: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

51

untuk melakukan pembayaran ganti rugi dengan cara mencairkan klaim

performance bond dengan alasan apapun termasuk alasan sebagai berikut yang

ditegaskan dalam Pasal 8 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan No.

124/PMK.010/2008 tentang Penyelenggaraan Lini Usaha Asurasi Kredit dan

Suretyship:

a. Pembayaran klaim bagian reasuransi belum diterima dari reasuradur;

b. Sedang dilakukan upaya oleh Perusahaan Asuransi Umum agar pihak

debitur atau principal dapat memenuhi kewajibannya, tanpa adanya

persetujuan dari kreditur atau obligee; dan/atau

c. Pembayaran imbal jasa belum dipenuhi oleh debitur atau principal.

Alasan penundaan pembayaran juga disebutkan dalam penjelasan Pasal

31 ayat 4 Undang-Undang No. 40 Tahun 2010 tentang Perasuransian.

Tindakan yang dapat dikategorikan sebagai memperlambat penyelesaian

pembayaran klaim adalah sebagai berikut:

1. Memperpanjang proses penyelesaian klaim dengan meminta penyerahan

dokumen tertentu, yang kemudian diikuti dengan meminta penyerahan

dokumen lain yang pada dasarnya berisi hal yang sama;

2. Menunda penyelesaian dan pembayaran klaim dengan mengaitkannya

pada penyelesaian dana tau pembayaran klaim reasuransinya;

3. Tidak melakukan penyelesaian klaim yang merupakan bagian dari

penutupan asuransi dengan mengaitkannya pada penyelesaian klaim yang

merupakan bagian lain dari penutupan asuransi dalam satu polis yang

sama;

Page 62: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

52

4. Memperlambat penunjukan Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi, apabila

jasa Penilai Kerugian Asuransi dibutuhkan dalam proses penyelesaian

klaim; atau

5. Menerapkan prosedur penyelesaian klaim yang tidak sesuai dengan

praktek usaha asuransi yang berlaku umum.

Adanya kewajiban yang dibebankan peraturan perundang-undangan

terhadap surety company, membawa sanksi jika kewajiban tersebut tidak

dipatuhi oleh surety company, sanksi yang pada awalnya disebutkan dalam

Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha

Perasuransian ada tiga yaitu sanksi peringatan yang diberikan sebanyak tiga

kali berturut-turut dengan jangka waktu satu bulan, setelah 30 hari dari

terbitnya peringatan terakhir yang tidak dipatuhi dengan melaksanakan

kewajibannya, perusahaan asuransi dapat diberi sanksi pembatasan izin usaha,

yang berlaku selama 12 bulan, jika dengan pembatasan izin usaha perusahaan

asuransi tetap tidak melaksanakan kewajibannya dalam rentang waktu 12

bulan tersebut maka perusahaan asuransi dapat dicabut izin usahanya oleh

Menteri Keuangan.

Lalu setelah terbitnya Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang

Perasuransian yang mengalihkan pengawasan kepada Otoritas Jasa Keuangan,

maka sanksi administratif tersebut diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Berdasarkan Pasal 71 ayat (2) sanksi tersebut berupa:

1. Peringatan tertulis

2. Pembatasan kegiatan usaha, untuk sebagian atau seluruh kegiatan usaha

Page 63: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

53

3. Larangan untuk memasarkan produk asuransi atau produk asuransi

syaraiah untuk lini usaha tertentu

4. Pencabutan izin usaha

5. Pembatalan pernyataan pendaftaran bagi konsultan aktuaria, akuntan

publik, penilai, atau pihak lain yang memberikan jasa bagi Perusahaan

Perasuransian

6. Pembatalan persetujuan bagi lembaga mediasi atau asosiasi

7. Denda administratif

Penjelasan diatas sifatnya hanya sebagai sanksi administratif atas tidak

terpenuhinya kewajiban oleh surety company, yang berakibat pada

perusahaannya. Lalu bagi obligee sebagai pihak yang dirugikan atas

terlambatnya atau tidak terlaksananya penyelesaian pembayaran klaim, dapat

mengajukan gugatannya ke Pengadilan Negeri dengan gugatan wanprestasi.

Karena diantara obligee dan surety company timbul hubungan hukum saat

terjadi kegagalan pemenuhan prestasi oleh principal dalam perjanjian

pokoknya.

2. Perlindungan Hukum Berdasarkan Perjanjian Performance Bond

Mengingat sifat dari perjanjian performance bond adalah perjanjian

assesoir yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa perjanjian pokoknya, dan juga

sengketa dalam masalah ini dalam ranah perdata, maka obligee dapat

mengajukan gugatan wanprestasi terhadap surety company dengan tujuan

untuk mendapatkan ganti rugi atas tindakan surety company yang

Page 64: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

54

menimbulkan kerugian bagi obligee, dan mendapatkan haknya sebagaimana

disebutkan dalam perjanjian performance bond.

Untuk memudahkan pemahaman maka penulis memakai kasus riil

yang juga menjadi latar belakang penulisan skripsi ini, yaitu kasus antara PT

Indominco Mandiri sebagai obligee (Penggugat), PT Trans Tek Engineering-

Shandong Machinery & Equipment I/E Group Corporation Joint Operation

sebagai principal (Turut Tergugat), dan PT Asuransi Andika Raharja Putera

sebagai surety company (Tergugat).

PT. Indomnico Mandiri adalah sebuah perusahaan pertambangan

batubara yang ingin membangun pembangkit tenaga listrik (power plant)

untuk meningkatkan efisiensi dan produksi kegiatan penambangan. Dengan

itu PT. Indomnico Mandiri selaku obligee menunjuk kontraktor yaitu PT.

Transtek Engineering-Shandong Manchinery & Equipment I/E Group

Corporation Joint Operation (TTE-SDMECO Joint Operation) dan

menandatangani kontrak pada 31 Januari 2007 yang terdiri dari:

a. Condition of Contract for EPC/Turnkey Project General Conditions, 1st

Edition 1999 ISBN 2-88432-021-0 yang diterbitkan oleh Federation

Internationale Des Ingenieurs-Conseils (FIDIC) (selanjutnya disebut

sebagai “FIDIC EPC/Turnkey General Conditions”);

b. Volume 1 (Conditions of Contract);

c. Volume 2 (Employer’s Requirements); dan

d. Volume 3 (Schedule)

Page 65: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

55

Berdasarkan kontrak PT. Transtek Engineering-Shandong Manchinery

& Equipment I/E Group Corporation Joint Operation (TTE-SDMECO Joint

Operation) selaku principal wajib menyerahkan performance security,

sehingga principal memberikan jaminan berupa performance bond pada 16

Februari 2007 dengan jumlah sampai dengan USD 1,400,000 (satu juta empat

ratus ribu Dollar Amerika Serikat) yang diterbitkan oleh PT. Asuransi Andika

Raharja Putera selaku surety.

Seiring waktu berjalan, principal tidak dapat melaksanakan

kewajibannya sesuai kontrak, walau demikian obligee beritikad baik

memberikan perpanjangan waktu penyelesaian (Time for Completion) proyek

hingga tanggal 1 Agustus 2008 dan disetujui oleh principal. Dengan

diperpanjangnya masa penyelesaian, maka principal wajib memperpanjang

jangka waktu performance bond sampai selesainya seluruh pembanguan

proyek dan semua kekurangan atau kerusakan yang terjadi juga telah

dilengkapi dan diperbaiki, dan principal pun menyerahkan performance bond

baru yang diterbitkan oleh PT. Asuransi Andika Raharja Putera masih dengan

jumlah yang sama dengan masa berlaku sampai dengan 16 Agustus 2008 dan

masa pengajuan klaim tiga puluh hari sejak akhir masa berlaku performance

bond.

Meski sudah diberikan masa perpanjangan waktu penyelesaian,

principal tetap tidak dapat menyelesaikan proyek hingga batas waktu yang

ditentukan yaitu 1 Agustus 2008. Dan principal pun tidak memperpanjang

performance bond yang masa berlakunya habis pada 16 Agustus 2008.

Page 66: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

56

PT. Indominco Mandiri tetap beritikad baik dengan memanggil

principal untuk mendiskusikan tentang perpanjangan waktu penyelesaian

proyek, dengan syarat principal wajib memberikan atau memperpanjang

performance bond sebagai jaminan atas pelaksanaannya atas kewajibannya.

Hasil dari pertemuan tersebut adalah principal menyanggupi untuk

memperpanjang masa berlaku performance bond hingga 30 September 2008

sambil menunggu principal menyiapkan rencana konkrit yang jelas untuk

disampaikan kepada obligee, apabila masa berlaku performance bond tidak

juga diperpanjang maka obligee akan mencairkan performance bond pada

tanggal 15 September.

Pada 12 September 2008 obligee telah mengingatkan kembali

principal lewat surat untuk memperpanjang masa berlaku performance bond,

namun principal tidak pernah memperpanjang masa berlakunya performance

bond. Hal ini mengakibatkan obligee dapat mencairkan klaim performance

bond dengan jumlah maksimum sesuai dengan isi kontrak tanpa perlu

membuktikan terlebih dahulu kepada surety mengenai perihal wanprestasinya

principal karena ditegaskan dalam kontrak bahwa perjanjian tersebut bersifat

unconditional dan surety setuju dengan tanpa syarat untuk melakukan

pembayaran jika principal melakukan wanprestasi.

Pengajuan klaim dapat dilakukan dalam jangka waktu 30 hari setelah

lewatnya jangka waktu performance bond, karena masa berlaku performance

bond sampai tanggal 16 Agustus 2008 maka pengajuan klaim dapat dilakukan

paling lambat tanggal 15 September 2008. Obligee pun mengajukan klaim

Page 67: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

57

pencairan dana pada tanggal 15 September 2008. Namun surety dan principal

tidak memberikan kepastian kapan akan mencairkan dana tersebut. Sehingga

obligee mengirimkan somasi. Barulah surety menanggapi dan menjamin akan

melakukan pembayaran dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal 17

Desember 2008.

Lalu surety company melakukan survey mengenai jalannya proyek

tersebut dan menunjuk PT. Bahtera Arung Persada untuk menilai proyek

tersebut. Namun tiba-tiba surety menyatakan tidak dapat melakukan

pembayaran dengan alasan proyek masih berjalan dan kontrak antara principal

dan obligee telah berakhir pada tanggal 1 Agustus 2008. Sedangkan pada 1

Agustus 2008, principal dan obligee telah sepakat untuk memperpanjang

waktu penyelesaian proyek. Sampai pada permohonan kasasi diajukan surety

belum melaksanakan kewajibannya yaitu mencairkan klaim performance

bond, sehingga dapat dikatakan bahwa surety melakukan wanprestasi.

Dengan dibuatnya perjanjian performance bond dalam suatu kontrak,

maka berlakulah asas kebebasan berkontrak sesuai dengan pasal 1338 KUH

Perdata yang menyatakan bahwa setiap perjanjian yang telah dibuat dengan

sah dan telah disepakati oleh para pihak berlaku sebagai undang-undang bagi

para pembuatnya. Maka analisis dapat difokuskan dengan isi kontrak tersebut.

Ada beberapa hal yang dapat dianalisis dari adanya kasus ini, yaitu

pertama mengenai perjanjian pokok yang dianggap telah daluwarsa oleh

Tergugat PT Asuransi Andika Raharja Putera (selanjutnya disebut “PT

Asuransi ARP”), kedua mengenai wanprestasi yang dilakukan PT. Transtek

Page 68: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

58

Engineering-Shandong Manchinery & Equipment I/E Group Corporation Joint

Operation (TTE-SDMECO Joint Operation) (selanjutnya disebut “PT Trans

Tek”) terhadap pelaksanaannya proyek konstruksi, ketiga mengenai

pembuktian apakah benar-benar terjadi wanprestasi seperti yang dituduhkan

oleh Penggugat PT Indominco Mandiri kepada PT Asuransi ARP, dan

keempat mengenai akibat hukum dan juga upaya hukum yang dapat dilakukan

dalam kasus wanprestasi atas tidak dicairkannya klaim performance bond ini.

Pertama, mengenai perjanjian pokok yang dianggap telah daluwarsa

oleh Tergugat. Suatu perjanjian disebut dengan perjanjian pokok, jika

perjanjian tersebut merupakan suatu perjanjian yang berdiri sendiri, dan tidak

memiliki ketergantungan, baik dalam bentuk pelaksanaannya, maupun

keabsahannya dengan perjanjian lain.7 Perjanjian pokok dalam kasus ini

adalah perjanjian pembangunan power plant antara PT Indominco Mandiri

dan PT Trans Tek. Dalam perjanjian yang menggunakan model kontrak FIDIC

dijelaskan bahwa principal harus menyerahkan performance bond sebagai

persyaratan kontrak. Dengan demikian munculah perjanjian assesoir berupa

perjanjian performance bond. Sebuah perjanjian assesoir tidak dapat berdiri

sendiri, dan Perjanjian assesoir tidak dapat dan tidak mungkin berdiri sendiri.

Demikian pula batalnya suatu perjanjian pokok secara hukum akan

membatalkan perjanjian assesoir yang mengikuti perjanjian pokok tersebut.

Mengenai apakah perjanjian pokok dalam kasus ini daluwarsa atau

tidak, menurut penulis perjanjian pokok masih berlaku sampai saat dimana

7 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan, h. 51.

Page 69: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

59

pemutusan hubungan kontrak dilakukan yaitu pada tanggal 6 Oktober 2008.

Hal itu dibuktikan dengan adanya perjanjian perpanjangan waktu penyelesaian

yang dapat diartikan sebagai suatu addendum (perjanjian tambahan).

Bahwasanya PT Indominco Mandiri dapat mengajukan pencairan klaim

performance bond saat pertama kali PT Trans Tek gagal menyelesaikan

proyek sesuai waktu yang telah ditentukan. Namun PT Indominco beritikad

baik dengan memberikan perpanjangan waktu penyelesaiaan dengan maksud

PT Trans Tek selaku kontraktor/principal dapat menyelesaikan kewajibannya

sehingga menghindarkan dari sengketa lebih lanjut. Tetapi dengan adanya

perpanjangan waktu penyelesaian pun sebenarnya tidak menghambat jika

obligee ingin mencairkan klaim performance bond karena hal itu tertuang

dalam klausul angka 4 Performance Bond nomor 91PB00169/0805020/B yang

berbunyi:

“If the Principal grants a time extension to the Contractor for its

performance or allows the Contractor to deviate from any terms and

conditions of the Agreement without knowledge of the Surety, such

time extension or deviation of the therms and conditions of the

Agreement shall not in any way effect the unconditional obligation of

the Surety to make this immediate payment under this performance

bond”

Terjemahan bebasnya adalah Jika principal memberikan perpanjangan

waktu pelaksanaan kepada kontraktor atau mengijinkan Kontraktor untuk

menyimpang dari ketentuan dan syarat-syarat dalam Kontrak tanpa

memberitahukan hal tersebut kepada Penjamin, maka adanya perpanjangan

waktu atau penyimpangan ketentuan dan syarat-syarat dalam kontrak tersebut

tidak akan dalam hal apapun, memberikan pengaruh atas kewajiban tanpa

Page 70: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

60

syarat dari Penjamin untuk segera melakukan pembayaran berdasarkan

performance bond ini.

Kedua, mengenai wanprestasi yang dilakukan oleh PT Trans Tek.

Wanprestasi adalah tidak terlaksananya perjanjian karena kelalaian salah satu

pihak.8 Wanprestasi atau kegagalan yang terjadi dalam proyek konstruksi

menimbulkan kewajiban bagi surety untuk mencairkan klaim. Kegagalan

tersebut adalah pekerjaan tidak selesai pada waktunya, pekerjaan sama sekali

tidak sesuai dengan yang diperjanjikan, pemberian atau pemakaian bahan-

bahan yang tidak seperti diperjanjikan, perusahaan principal jatuh pailit.9

Dengan tidak selesainya proyek sesuai waktu yang telah ditentukan dalam

kontrak maka dengan ini PT Trans Tek benar telah terbukti melakukan

wanprestasi. Dimana hal ini menimbulkan akibat pihak surety wajib

mencairkan klaim performance bond kepada obligee seperti yang sudah

ditegaskan dalam kontrak FIDIC. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1243 KUH

Perdata yang berbunyi:

“Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu

perikatan mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan

lalai, tetap lalai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang

harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan atau

dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu yang telah

ditentukan.”

Ketiga, mengenai pembuktian apakah benar-benar terjadi wanprestasi

seperti yang dituduhkan oleh Penggugat PT Indominco Mandiri kepada PT

Asuransi ARP. Menurut penulis, PT Asuransi ARP benar telah melakukan

8 Usman Samad, dkk, Hukum Kontrak Konstruksi, h. 52.

9 Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Bentuk Jaminan, h. 62.

Page 71: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

61

wanprestasi karena tidak mencairkan klaim performance bond sebagai

kewajibannya selaku surety yang memberikan jaminan atas pelaksanaan

proyek ini. Dengan dalil-dalil yang disampaikan dalam jawabannya sebagai

tergugat di Pengadilan, menunjukkan bahwa PT Asuransi ARP tidak beritikad

baik karena melarikan diri dari tanggung jawabnya dan melemparkan

tanggung jawabnya kepada PT Trans Tek. Bahwa PT Asuransi ARP berdalih

bahwa pihak yang melakukan wanprestasi adalah PT Trans Tek adalah salah,

karena gugatan yang diajukan oleh PT Indominco Mandiri adalah atas tidak

dicairkannya klaim performance bond, yang mana ini adalah suatu kewajiban

karena PT Asuransi ARP bertindak sebagai penjamin jika PT Trans Tek tidak

dapat memenuhi kewajibannya dalam proyek ini.

Pembuktian mengenai PT Asuransi ARP melakukan wanprestasi

diperkuat dengan adanya perjanjian perdamaian (akta van dading) pada

tanggal 1 April 2010 yang berisikan bahwa PT Asuransi ARP bersedia

melaksanakan 60% dari besarnya klaim yang dikabulkan oleh Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan. Hal ini membuktikkan bahwa PT Asuransi mengakui

bahwa ia telah melakukan wanprestasi karena tidak mencairkan klaim

performance bond namun sampai proses kasasi PT Asuransi ARP tidak

kunjung memenuhi kewajibannya.

Keempat, mengenai akibat hukum dan juga upaya hukum atas

wanprestasi yang dilakukan oleh PT Asuransi ARP. Dengan adanya pengajuan

klaim performance bond oleh PT Indominco Mandiri, berdasarkan

Performance Bond Nomor 91PB00169/0805020/B tanggal 16 April 2008 PT

Page 72: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

62

Asuransi ARP wajib untuk mencairkan klaim tanpa syarat tertentu, yang

ditegaskan oleh klausul mengenai maksud diterbitkanya performance bond ini

yang berbunyi:

“Now, therefor, by this performance bond, the Surety hereby provide

an irrevocable and unconditional commitment and guarantee in favor

of the Principal that:…”

Terjemahan bebasnya adalah Saat ini, karena itu, dengan performance

bond ini, penjamin dengan ini memberikan komiten dan jaminan yang tidak

dapat dicabut kembali dan tanpa syarat. Lalu dijelaskan kembali dalam angka

2 yaitu:

“if the Contractor fails to satisfy any of its obligations under the

Agreement, the Surety hereby agrees unconditionally to make a prompt

payment up to the amount stated in Clause 1 above to the Principal

after receipt of the written demand from the Principal without

necessity or requirement for the Principal to make any proof of the

legitimacy of the claim made to the Surety or to the Contractor, or to

make any prior demand or claim to the Contractor for payment of the

same, notwithstanding whatsoever rights of objection on the part of the

Contractor; The Surety shall deem the written demand from the

Principal as a conclusive evidence of the claim against the Surety for

the payment under this Performance Bond”

Terjemahan bebasnya adalah apabila Kontraktor gagal memenuhi salah

satu dari kewajiban-kewajibannya berdasarkan kontrak, Penjamin dengan ini

setuju tanpa syarat untuk melakukan pembayaran dengan segera sampai

sejumlah nilai yang tercantum dalam Pasal 1 tersebut di atas kepada principal

setelah menerima permintaan tertulis dari principal tanpa diperlukannya atau

disyaratkannya principal untuk memberikan bukti keabsahan klaim/tuntutan

kepada Penjamin atau kepada Kontraktor, atau untuk menyampaikan

permintaan atau klaim sebelumnya kepada Kontraktor atas pembayaran untuk

Page 73: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

63

hal yang sama, terlepas adanya hak-hak penolakan dalam bentuk apapun dari

sisi Kontraktor; Penjamin akan mempertimbangkan permintaan tertulis dari

Principal sebagai bukti utuh atas tuntutan/klaim kepada Penjamin untuk

pembayaran sesuai dengan performance bond.

Maka, PT Asuransi ARP tidak dapat berdalih untuk menghindari

kewajibannya mencairkan klaim karena perjanjian Performance Bond Nomor

91PB00169/0805020/B mengikat PT Asuransi ARP dan juga PT Trans Tek,

dan juga kewajiban menyelesaikan pembayaran klaim telah ditegaskan dan

menjadi larangan bagi surety company untuk tidak mematuhinya.

Mengenai upaya hukum yang dapat dilakukan oleh PT Indominco

Mandiri adalah dengan menggugat PT Asuransi ARP untuk membuktikan di

depan hukum bahwa PT Indominco Mandiri melakukan wanprestasi dan

meminta penetapan hakim untuk menghukum PT Asuransi ARP mencairkan

performance bond. Hal ini sudah diputuskan lewat Putusan Nomor

29/Pdt.G/2009/PN.Jak.Sel, namun telah dilakukan Perjanjian Perdamaian pada

tanggal 1 April 2010 yang menghasilkan keputusan bahwa PT Asuransi ARP

menyatakan bahwa akan melaksanakan kewajibannya sebesar 60% dari total

klaim dan juga keputusan ini kembali dikuatkan oleh Hakim pada perkara No.

3053k/Pdt/2011. Menurut penulis hal tersebut adalah suatu solusi yang bijak

untuk masalah ini karena hal tersebut sama-sama meringankan beban PT

Asuransi ARP dan juga suatu hal yang baik bagi PT Indominco Mandiri

bahwa PT Asuransi ARP sudah mengakui wanprestasinya dan bersedia

memberikan klaim.

Page 74: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari analisis hukum yang dibahas dan diuraikan pada bab-

bab sebelumnya, maka penulis memberikan kesimpulan dari penelitian skripsi

ini adalah sebagai berikut:

1. Jaminan Pelaksanaan (Performance Bond) adalah bentuk penanggungan

yang diberikan oleh Bank atau Perusahaan Asuransi untuk menanggung

pelaksanaan pekerjaan kepada obligee bahwa principal akan dapat

menyelesaikan pekerjaan yang diperjanjikan dengan obligee sesuai dengan

persyaratan perjanjian, dan bilamana principal gagal memenuhi

kewajibannya Bank atau Perusahaan Asuransi sebagai surety company

wajib mengganti rugi kepada obligee sebesar jumlah klaim yang tercantum

dalam perjanjian performance bond. Performance bond sebagai suatu

perjanjian pun tak luput dari kegagalan, munculnya wanprestasi dalam

performance bond dapat dikarenakan pihak surety yang memperlambat

dan juga bahkan tidak melaksanakan pembayaran.

2. Pihak yang dirugikan dalam kasus wanprestasi terhadap klaim pencairan

performance bond adalah obligee, karena obligee adalah pihak yang

seharusnya menerima manfaat dari performance bond. Sebagai

perlindungan hukum jika terjadi wanprestasi terhadap klaim performance

bond, obligee dapat mengajukan gugatan wanprestasi ke Pengadilan

Negeri karena tidak dibayarkannya klaim performance bond melanggar

Page 75: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

65

perjanjian yang telah disepakati oleh principal dan surety company yang

mana memenuhi unsur wanprestasi. Selain itu, Perusahaan Asuransi yang

melakukan wanprestasi pun dapat dikenakan sanksi administratif yang

diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan berupa peringatan tertulis,

pembatasan kegiatan usaha untuk sebagaian atau seluruh kegiatan usaha,

larangan untuk memasarkan produk asuransi atau produk asuransi syariah

untuk lini usaha tertentu, pencabutan izin usaha, pembatalan pernyataan

pendaftaran bagi konsultan aktuaria, akuntan publik, penilai, atau pihak

lain yang memberikan jasa bagi Perusahaan Perasuransian, pembatalan

persetujuan bagi lembaga mediasi atau asosiasi dan/atau denda

administratif.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian penulis bermaksud memberikan saran

terkait mengenai permasalahan dan kasus yang menjadi pokok pembahasan

dalam skripsi ini:

1. Ditambahkannya pasal dalam peraturan perundang-undangan mengenai

tata cara pelaporan Perusahaan Asuransi yang memperlambat dan juga

tidak menjalankan kewajiban penyelesaian pembayaran klaim, agar

penerapan sanksi dapat lebih cepat dan tepat, sehingga menciptakan iklim

bisnis yang sehat.

2. Menghimbau Perusahaan Asuransi untuk lebih meningkatkan pengawasan

mengenai pihak yang sedang atau akan melakukan perjanjian surety bond,

dengan cara melakukan background check dan juga memastikan apakah

Page 76: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

66

kontraktor yang akan dijamin memiliki prospek yang bagus, untuk

mengurangi tingkat terjadinya wanprestasi. Untuk mengurangi loss cost,

Perusahaan Asuransi dapat saling membagi risiko dengan satu atau

Perusahaan Reasuransi, sehingga jika ada klaim performance bond yang

nilainya cukup besar Perusahaan Asuransi tidak mengalami collapsed.

Page 77: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

67

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku:

Ali, Zainuddin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2013

Badrulzaman, Marium Darus. Surety Bond. Jakarta: Jakarta Insurance Institute,

2009

Djokomartono, R. et al. Hukum Kontrak Konstruksi dan Non Konstruksi. Jakarta:

Kerukunan Pensiunan Departemen Keuangan Pusat, 2007

Djumialdji, FX.. Perjanjian Pemborongan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995

Fuady, Munir. Hukum Jaminan Utang. Jakarta: Erlangga, 2013

Garner, Bryan A. Black’s Law Dictionary. Eighth Edition. USA: West Publishing

Co, 2004

Hadisoeprapto, Hartono Seri Hukum Perdata: Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan

Hukum Jaminan. Yogyakarta: Liberty, 1984

Hadjon, Philipus M.. Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia. Surabaya: PT

Bina Ilmu, 1987

Hermiati, Atty. Surety Bond dan Prinsip-Prinsip Underwriting. Jakarta: PT

(Persero) Asuransi Kerugian Jasa Raharja, 1992

HS, Salim. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2004

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Pengkajian Hukum Tentang

Perlindungan Hukum Bagi Upaya Menjamin Kerukunan Umat Beragama.

Jakarta: BPHN, 2011

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana, 2007

Rahardjo, Satjipto. Ilmu Hukum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000

Samad, Usman. Dkk. Hukum Kontrak Konstruksi dan Non Konstruksi. Jakarta:

Kerukunan Pensiunan Departemen Keuangan Pusat Bekerja sama dengan

Badan Kajian dan Pengembangan Pengadaan Jasa Konstruksi/Tanah,

Page 78: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

68

Pengadaan Barang, Jsa Pelelangan serta Sistem Pengelolaan Keuangan dan

Investasi.

Satrio, J.. Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan. Bandung: PT Citra

Aditya Bakti, 1991

Shahab, Hamid. Aspek Hukum dalam Sengketa Bidang Konstruksi. Jakarta:

Djambatan, 1996

Sianipar, J. Tinggi dan Jan Pinontoan. Surety Bond Sebagai Alternatif Dari Bank

Garansi. Jakarta: CV. Dharmaputera, 2003

Simanjuntak, Emmy Pangaribuan. Seri Hukum Dagang: Bentuk Jaminan (Surety-

Bond, Fidelity Bond) dan Pertanggungan Kejahatan (Crime Insurance).

Yogyakarta: Liberty Offset Yogyakarta, 1986

Soekanto, Soerjono dan Sri Mahmudji. Peranan dan Penggunaan Kepustakaan di

dalam Penelitian Hukum. Jakarta: Pusat Dokumen Universitas Indonesia,

1979

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, 1986

Soewarso, Indrawati. Aspek Hukum Jaminan Kredit. Jakarta: Institut Bankir

Indonesia, 2002

Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen. Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok

Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan. Yogyakarta: Liberty Offset

Yogyakarta, 2001

______. Hukum Bangunan Perjanjian Pemborongan Bangunan. Yogyakarta:

Liberty, 1982

Subekti. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa, 2005

Sutarno. Aspek-Aspek Hukum Pekreditan Pada Bank. Bandung: Alfabeta, 2001

Suyatno, Thomas. Et al. Kelembagaan Perbankan/ Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 1993

Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani. Jaminan Fidusia. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2003

Widjaja, Gunawan dan Kartini Muljadi. Seri Hukum Perikatan: Penanggungan

Utang dan Perikatan Tanggung Menanggung. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2003

Page 79: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

69

B. Karya Ilmiah:

Badrulzaman, Marium Darus. “Permasalahan Hukum Hak Jaminan”. Volume 11.

Hukum Bisnis. 2000

Inayah, Haerun. “Pelaksanaan Penyelesaian Klaim dan Subrogasi Atas Klaim

Yang Telah Dibayarkan Oleh Perusahaan Surety Dalam Perjanjian Surety

Bond di PT Jasaraharja Putera Cabang Mataram”, Tesis S2 Fakultas

Hukum, Universitas Diponegoro 2006

O’Driscoll, Peter S.. “Performance Bonds, Bankers’ Guarantees, and the Mareva

Injuction”. Vol. 7 Issue 2. Fall, 1985

Yasin, Helsi. “Tinjauan Hukum Tentang Surety Bond Sebagai Jaminan dalam

Perjanjian Pemborongan”. Tesis S2 Fakultas Hukum, Universitas

Indonesia, 2002

C. Peraturan Perundang-Undangan:

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.

Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha

Perasuransian.

Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Usaha

Perasuransian.

Peraturan Menteri Keuanga No. 124/PMK.010/2008 tentang Penyelenggaraan

Lini Usaha Asuransi Kredit dan Suretyship.

Keputusan Menteri Keuangan No. 422/KMK.6/2003 tentang Penyelenggaraan

Usaha Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

D. Internet:

http://putusan.mahkamahagung.go.id/

Page 80: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

70

LAMPIRAN

1. Putusan Nomor 3053k/Pdt/2011.

Page 81: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

P U T U S A NNomor 3053 K/Pdt/2011

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M A H K A M A H A G U N G

memeriksa perkara perdata dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai

berikut dalam perkara :

PT. INDOMINCO MANDIRI, suatu Perseroan Terbatas yang

didirikan berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia,

berkedudukan di Ventura Building, 8th Floor, Jalan R.A. Kartini

Nomor 26, Cilandak, Jakarta, dalam hal ini memberi kuasa

kepada MARSELINUS K. RAJASA, S.H., LL.M., IGNATIUS

SUPRIYADI, S.H., HARTANTO, S.H., HERTANTO, S.H.,

ELSIANA INDA PUTRI MAHARANI, S.H., para Advokat,

berkantor di Gedung Setiabudi Atrium Lantai 2, Suite 206 B,

Jalan H.R. Rasuna Said Kav. 62, Jakarta ;

Pemohon Kasasi dahulu Penggugat/Terbanding ;

M e l a w a n :

1. PT. ASURANSI ANDIKA RAHARJA PUTERA,

berkedudukan di Jalan Raya Pasar Minggu Nomor 5, Jakarta

Selatan ;

Termohon Kasasi I dahulu Tergugat/Pembanding I ;

2. PT. TRANS TEK ENGINEERING-SHANDONG

MACHINERY & EQUIPMENT I/E GROUP CORPORATION

JOINT OPERATION (TTE-SDMECO Joint Operation),

berkedudukan di Ventura Building, 5th Floor, Jalan R.A. Kartini

Nomor 26 Cilandak, Jakarta ;

Termohon Kasasi II dahulu Turut Tergugat/Pembanding II ;

Mahkamah Agung tersebut ;

Membaca surat-surat yang bersangkutan ;

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang

Pemohon Kasasi dahulu sebagai Penggugat telah menggugat sekarang para

Termohon Kasasi dahulu sebagai Tergugat dan Turut Tergugat dimuka

persidangan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada pokoknya atas dalil-dalil:

Hal. 1 dari 36 hal. Put. No.3053 K/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 82: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bahwa Penggugat adalah perusahaan yang bergerak di bidang

pertambangan batu-bara berdasarkan Perjanjian Kerjasama Pengusahaan

Pertambangan Batubara (PKP2B) yang berkantor pusat di Jakarta dan

mempunyai lokasi penambangan batu bara di Bontang, Kalimantan Timur ;

Bahwa untuk meningkatkan efisiensi dan produksi, Penggugat berencana

untuk membangun pembangkit tenaga listrik (power plant) untuk keperluan

kegiatan penambangan Penggugat. Untuk mewujudkan rencana tersebut

Penggugat menunjuk kontraktor yaitu Turut Tergugat berdasarkan Joint

Operation Agreement tanggal 13 Desember 2006 sebagai Kontraktor untuk

proyek tersebut. Proyek ini bernama Bontang Coal Fired Power Station

(selanjutnya disebut “Proyek”) ;

Bahwa antara Penggugat dan Turut Tergugat saling sepakat dan

mengikatkan diri untuk melaksanakan proyek tersebut dengan menandatangani

Kontrak tertanggal 25 Januari 2007 dan ditandatangani pada tanggal 31 Januari

2007 yang terdiri dari :

i) Condition of Contract for EPC/Turnkey Project General Conditions, 1st

Edition 1999 ISBN 2-88432-021-0 yang diterbitkan oleh Federation

Internationale Des Ingenieurs-Conseils (FIDIC) (selanjutnya disebut

sebagai “FIDIC EPC/Turnkey General Conditions”) ;

ii) Volume 1 (Conditions of Contract) ;

iii) Volume 2 (Employer’s Requirements) ; dan

iv) Volume 3 (Schedules) ;

(secara keseluruhan selanjutnya disebut “Kontrak”) dimana Penggugat

berkedudukan sebagai Employer/Prinsipal ;

Bahwa sebagai jaminan pelaksanaan pekerjaan yang akan dilakukannya,

berdasarkan Pasal 4.2. paragraf 1 dan paragraf 2 FIDIC EPC/Turnkey General

Conditions, Turut Tergugat wajib menyerahkan Performance Security, sehingga

Turut Tergugat memberikan jaminan berupa Performance Bond Nomor

91PB00342/0702035/BE02 tanggal 16 Pebruari 2007 dengan jumlah sampai

dengan USD 1,400.000.00 (satu juta empat ratus ribu Dollar Amerika Serikat)

selanjutnya disebut : “Performance Bond awal”) yang diterbitkan oleh Tergugat ;

Bahwa seiring dengan berjalannya waktu ternyata Turut Tergugat tidak

dapat melaksanakan kewajibannya sesuai Kontrak, walau demikian Penggugat

selaku Employer/Prinsipal dengan itikad baik memberikan perpanjangan waktu

2

2

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 83: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

penyelesaian (Time for Completion) Proyek hingga tanggal 1 Agustus 2008

melalui surat Penggugat kepada Turut Tergugat Nomor 1152/LIMM/BD/4/2008

tertanggal 16 April 2008 dan perpanjangan ini telah disetujui pula oleh Turut

Tergugat ;

Bahwa sesuai dengan Pasal 4.2 paragraf 3 FIDIC EPC/Turnkey General

Conditions Turut Tergugat wajib memperpanjang jangka waktu Performance

Bond sampai selesainya seluruh pembangunan Proyek dan semua kekurangan

atau kerusakan yang terjadi juga telah dilengkapi dan diperbaiki ;

Bahwa sehubungan dengan perpanjangan waktu penyelesaian hingga

1 Agustus 2008, Turut Tergugat selanjutnya menyerahkan Performance Security

berupa Performance Bond yang diterbitkan oleh Tergugat Nomor

91PB00169/0805020/B tanggal 16 April 2008 untuk menggantikan Performance

Bond Awal dengan jumlah jaminan yang sama yaitu sampai dengan USD

1.400.000,00 (satu juta empat ratus ribu Dollar Amerika Serikat) (selanjutnya

disebut “Performance Bond”) dengan masa berlaku hingga tanggal 16 Agustus

2008 dan masa pengajuan klaim tiga puluh hari sejak akhir masa berlaku

Performance Bond ;

Bahwa faktanya walaupun Penggugat telah memberikan perpanjangan

waktu penyelesaian Proyek ternyata Turut Tergugat tetap tidak dapat

menyelesaikan Proyek hingga batas waktu yang ditentukan yaitu 1 Agustus

2008 ;

Bahwa oleh karena Turut Tergugat masih tetap terikat untuk

menyelesaikan proyek , maka Turut Tergugat wajib memperpanjang jaminannya

(Performance Bond) sesuai ketentuan Pasal 4.2 paragraf 3 FIDIC EPC/Turnkey

General Conditions, hingga selesainya Proyek dan semua kekurangan/

kerusakan telah dilengkapi/diperbaiki. Namun sampai tanggal 16 Agustus 2008

yang merupakan batas akhir berlakunya Performance Bond, Penggugat belum

mendapatkan pengganti dari Performance Bond tersebut ;

Bahwa Penggugat dengan itikad baik masih memberikan waktu kepada

Turut Tergugat untuk melaksanakan kewajibannya dengan memanggil Turut

Tergugat pada tanggal 11 September 2008 untuk mendiskusikan perpanjangan

waktu penyelesaian Proyek, dengan syarat Turut Tergugat wajib memberikan

atau memperpanjang Performance Bond sebagai jaminan atas pelaksanaan

kewajibannya ;

3

Hal. 3 dari 36 hal. Put. No.3053 K/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 84: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bahwa pertemuan antara Turut Tergugat dengan Penggugat pada

tanggal 11 September 2008 di kantor Penggugat, diperoleh kesepakatan

sebagai berikut :

i) Turut Tergugat menyanggupi untuk memperpanjang masa keberlakuan

Performance Bond hingga tanggal 30 September 2008 sambil

menunggu Turut Tergugat menyiapkan rencana konkrit yang jelas untuk

disampaikan kepada Penggugat ; dan

ii) Apabila masa berlakunya Performance Bond tersebut tidak juga

diperpanjang maka Penggugat akan mencairkan Performance Bond

yang ada pada tanggal 15 September 2008 ;

Bahwa pada tanggal 12 September 2008 Penggugat melalui surat

kembali mengingatkan Turut Tergugat untuk memperpanjang masa berlakunya

Performance Bond hingga 30 September 2008. Namun Turut Tergugat tidak

pernah memperpanjang masa berlakunya Performance Bond tersebut ;

Bahwa kegagalan Turut Tergugat tersebut untuk memperpanjang

Performance Bond ini memberikan hak kepada Penggugat untuk mengajukan

klaim secara penuh (full amount) atas jaminan yang termuat di dalam

Performance Bond. Hal ini telah diatur dalam Pasal 4.2 paragraf 4 FIDIC EPC/

Turnkey General Conditions yang menyatakan :

“failure by the Contractor to extend the validity of the Performance Security

as describe in the preceding paragraph in which event the Employer may

claim the full amount of the Performance Security” ;

Terjemahan bebas :

“apabila Kontraktor gagal untuk memperpanjang keberlakuan Performance

Security sebagaimana dideskripsikan dalam paragraf sebelumnya, maka

Employer dapat menuntut pencairan Performance Security dengan jumlah

maksimum yang terdapat didalamnya” ;

Bahwa lebih lanjut di dalam Performance Bond, Tergugat sendiri telah

menyatakan bahwa Penggugat selaku Prinsipal berhak untuk mengajukan klaim

pencairan tanpa perlu membuktikan terlebih dahulu kepada Tergugat mengenai

perihal wanpresatasinya Turut Tergugat (at sight claim) sebagaimana

ditegaskan dalam butir 2 yang menyatakan bahwa:

“If the Contractor fails to satisfy any of its obligations under the Agreement,

the Surety hereby agrees unconditionally to make a prompt payment up to

4

4

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 85: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

the amount stated in clause 1 above to the Principal after receipt of the

written demand from the Principal without necessity or requirement for the

Principal to make any proof of the legitimacy of the claim made to the Surety

or to the Contractor, or to make any prior demand or claim to the Contractor

for payment of the same, notwithstanding whatsoever rights of objection on

the part of the Contractor ;

The Surety shall deem the written demand from the Principal as a

conclusive evidence of the claim against the Surety the payment under this

Performance Bond” ;

Terjemahan bebas :

“Apabila Kontraktor gagal memenuhi salah satu dari kewajiban-

kewajibannya berdasarkan Kontrak, Penjamin dengan ini setuju dengan

tanpa syarat untuk melakukan pembayaran dengan segera hingga sejumlah

nilai yang tercantum dalam Pasal 1 di atas kepada Prinsipal setelah

menerima permintaan tertulis dari Prinsipal tanpa diperlukannya atau

disyaratkannya Prinsipal memberikan bukti legitimasi klaim kepada

Penjamin atau kepada Kontraktor, atau untuk menyampaikan permintaan

atau klaim sebelumnya kepada Kontraktor atas pembayaran untuk hal yang

sama, terlepas adanya hak-hak penolakan dalam bentuk apapun dari sisi

Kontraktor ;

Bahwa pengajuan klaim dapat dilakukan dalam jangka waktu 30 hari

setelah lewatnya jangka waktu Performance Bond. Dengan demikian oleh

karena Performance Bond berlaku sampai tanggal 16 Agustus 2008 maka

pengajuan klaim dapat dilakukan paling lambat tanggal 15 September 2008 ;

Bahwa Penggugat telah mengajukan klaim pencairan pada tanggal 15

September 2008 sesuai jangka waktu terakhir yang ditentukan dalam

Performance Bond, yang dilakukan secara resmi melalui surat dan diterima

langsung oleh Technical Manager Tergugat yang bernama Yosua Yudi Pan ;

Bahwa oleh karena Penggugat tidak menerima dana pencairan

Performance Bond dan Tergugat juga tidak memberikan kepastian mengenai

kapan akan dilakukan pembayaran, akhirnya Penggugat mengirimkan surat

teguran (somasi) kepada Tergugat pada tanggal 10 Oktober 2008, 14 Oktober

2008 dan 5 Desember 2008 untuk segera mencairkan klaim Penggugat sebesar

USD 1,400.000.00 (satu juta empat ratus ribu Dollar Amerika Serikat) dengan

5

Hal. 5 dari 36 hal. Put. No.3053 K/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 86: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

cara melakukan transfer langsung ke rekening Penggugat, namun hingga

gugatan ini diajukan Tergugat belum juga mencairkan Performance Bond

dimaksud ;

Bahwa somasi kepada Tergugat akhirnya ditanggapi dengan pertemuan

tanggal 17 Desember 2008 di Kantor Tergugat dimana saat itu Tergugat juga

menjamin akan melakukan pembayaran dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari

sejak tanggal pertemuan berdasarkan suratnya Nomor P/274/ARP/XII/2008

tertanggal 17 Desember 2008 ;

Bahwa sebagai tindak lanjut pertemuan tersebut, Tergugat berinisiatif

untuk melihat sendiri kondisi Proyek dengan mengirimkan surat permohonan ijin

Nomor P/282/ARP/XII/2008 tertanggal 22 Desember 2008 untuk masuk area

Proyek. Tergugat juga menunjuk PT. Bahtera Arung Persada untuk melakukan

penilaian terhadap Proyek yang sudah dikerjakan ;

Bahwa pada tanggal 24 Desember 2008 PT. Bahtera Arung Persada

telah selesai melakukan survey atas Proyek yang telah dikerjakan dengan

membuat Minuta Rapat yang ditandatangani oleh Penggugat dan PT. Bahtera

Arung Persada ;

Bahwa tiba-tiba Tergugat menyatakan tidak dapat melakukan

pembayaran sebagaimana dinyatakan dalam suratnya tanggal 22 Desember

2008 Nomor P/006/ARP/I/2009 dengan alasan Proyek masih berjalan dan

Kontrak antara Penggugat dan Turut Tergugat telah berakhir pada tanggal 1

Agustus 2008 ;

Bahwa alasan Tergugat untuk tidak melakukan pembayaran tersebut

sangat mengada-ada dan tidak masuk akal karena tanggal 1 Agustus 2008

tersebut hanya merupakan tanggal perpanjangan waktu penyelesaian (time for

completion) Proyek yang diberikan oleh Penggugat kepada Turut Tergugat.

Oleh karena Turut Tergugat tetap tidak melakukan kewajibannya walaupun telah

diberikan perpanjangan waktu akhirnya Penggugat terpaksa memutuskan

hubungan Kontrak pada tanggal 6 Oktober 2008, yang berlaku efektif tanggal 20

Oktober 2008 ;

Bahwa dengan demikian Tergugat telah dengan nyata mencoba

menyesatkan dan membelokkan permasalahan dengan mencampur adukkan

pengertian masa berlakunya Kontrak dengan perpanjangan waktu penyelesaian

(time for completion) ;

6

6

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 87: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bahwa Tergugat selalu mengulur-ulur waktu dan mempermainkan

Penggugat padahal Penggugat telah beberapa kali memberi kesempatan yang

cukup kepada Tergugat untuk melakukan pencairan Performance Bond,

termasuk menunggu realisasi dari janji yang diberikan Tergugat untuk

melakukan pembayaran dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana

suratnya tanggal 17 Desember 2008 ;

Tergugat melakukan wanprestasi dengan tidak mencairkan Performance Bond;

Bahwa Penggugat telah beritikad baik untuk memberikan jangka waktu

dan dokumentasi-dokumentasi yang diperlukan supaya Tergugat dapat segera

mencairkan Performance Bond, walaupun hal tersebut tidak diwajibkan, namun

sampai dengan gugatan ini didaftarkan Tergugat belum juga melakukan

kewajibannya bahkan menolak untuk melakukan pencairan Performance Bond ;

Bahwa Tergugat telah terbukti melakukan wanprestasi karena tidak

mencairkan Performance Bond sesuai permintaan Penggugat karena pencairan

Performance Bond merupakan kewajiban bagi Tergugat berdasarkan

Performance Bond apabila Turut Tergugat tidak melaksanakan kewajibannya

berdasarkan Kontrak. Apalagi berdasarkan Performance Bond juga telah

dinyatakan secara tegas bahwa Penggugat tidak perlu membuktikan terlebih

dulu wanprestasi nya Turut Tergugat baik kepada Tergugat maupun Turut

Tergugat dan tidak ada kewajiban Penggugat untuk meminta persetujuan atau

pemberitahuan terlebih dulu kepada Turut Tergugat ;

Tindakan Tergugat telah menyebabkan kerugian bagi Penggugat ;

Bahwa oleh karena Tergugat hingga gugatan ini diajukan belum juga

mencairkan Performance Bon dimaksud telah menyebabkan kerugian baik

secara materiil maupun immaterial kepada Penggugat dengan uraian sebagai

berikut :

• Kerugian Materiil :

1. Berupa USD 1,400.000.00 (satu juta empat ratus Dollar Amerika Serikat)

sesuai dengan nilai Performance Bond yang tidak dicairkan oleh

Tergugat ;

2. Penggugat berhak menerima pencairan sejak berakhirnya jangka waktu

klaim yaitu tanggal 16 September 2008, namun hingga gugatan ini

diajukan (tanggal 16 Januari 2009), Tergugat belum menerima pencairan

7

Hal. 7 dari 36 hal. Put. No.3053 K/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 88: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dimaksud, dengan demikian Penggugat telah menderita kerugian karena

dana tersebut dapat diinvestasikan oleh Penggugat atau setidak-tidaknya

dimasukkan ke deposito bank dengan bunga sebesar 1 % setiap

bulannya yang dihitung sejak tanggal 16 September 2008 sampai adanya

putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap ;

• Kerugian immateriil :

Bahwa selain dari kerugian materiil, Penggugat juga menderita kerugian

immateriil mengingat Penggugat harus mengorbankan waktu, tenaga dan

pikiran untuk mengurus dan melakukan mediasi dan upaya hukum terhadap

Tergugat, yang apabila dinilai dengan uang adalah sebesar Rp

10.000.000.000,00 (sepuluh milyar Rupiah) ;

Bahwa dengan tidak dicairkannya Performance Bond tersebut telah

menyebabkan kerugian bagi Penggugat, dengan demikian Penggugat berhak

menuntut ganti rugi, denda dan bunga kepada Tergugat sesuai ketentuan Pasal

1243 KUHPerdata yang menyatakan sebagai berikut :

“Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu

perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan

lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang

seharusnya diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat

dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya” ;

Bahwa selain tuntutan kerugian materiil dan immateriil juga telah sesuai

dengan ketentuan Pasal 1246 KUHPerdata, yang menyatakan sebagai berikut :

“Biaya, rugi dan bunga yang oleh si berpiutang boleh dituntut akan

penggantiannya, terdirilah pada umumnya atas rugi yang telah dideritanya

dan untung yang sedianya harus dapat dinikmatinya…” ;

Bahwa untuk melindungi kepentingan Penggugat sehubungan dengan

gugatan ini serta demi menghindari adanya upaya-upaya Tergugat untuk

mengalihkan aset-aset miliknya, sehingga gugatan ini menjadi sia-sia (illusionir)

dan menjamin pelaksanaan ganti rugi yang harus dilakukan Tergugat, maka

sangat beralasan hukum apabila Yang Terhormat Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan meletakkan sita jaminan/persamaan atas aset milik

Tergugat yang jumlah dan letaknya akan Penggugat uraikan dalam Surat

Permohonan Sita Jaminan/Persamaan tersendiri ;

8

8

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 89: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bahwa, oleh karena gugatan Penggugat didasarkan kepada bukti-bukti

yang akurat, dengan berpedoman kepada Ketentuan Pasal 180 (1) HIR maka

Penggugat mohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menyatakan

putusan dalam perkara ini dapat dijalankan terlebih dahulu walaupun ada verzet,

banding, kasasi (uitvoerbaar bij voorraad) ;

Bahwa itikad buruk Tergugat untuk menunda-nunda pembayaran klaim

yang diajukan Penggugat maka mohon kepada Majelis Hakim yang terhormat

menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom) sebesar

Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta Rupiah) untuk setiap hari lalai melaksanakan

putusan dalam perkara ini ;

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Penggugat mohon kepada

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan agar terlebih dahulu meletakkan sita jaminan

atas aset milik Tergugat dan selanjutnya menuntut kepada Pengadilan Negeri

tersebut supaya agar memberikan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu

sebagai berikut :

Primair :

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;

2. Menyatakan Tergugat telah melakukan wanprestasi ;

3. Menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi kepada Penggugat

sebesar USD 1,400.000.00 (satu juta empat ratus ribu Dollar Amerika

Serikat) ;

4. Menghukum Tergugat untuk membayar ganti kerugian immateriil kepada

Penggugat sebesar Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar Rupiah) ;

5. Menghukum Tergugat untuk membayar bunga sebesar 1% setiap bulan dari

total kerugian yang diderita Penggugat dihitung sejak tanggal 16 September

2008 sampai dengan adanya putusan yang mempunyai kekuatan hukum

tetap (inkracht van gewijsde) ;

6. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan terhadap aset milik Tergugat ;

7. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun ada

bantahan, banding atau kasasi dan upaya hukum lainnya (uitvoerbaar bij

voorraad) ;

8. Menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom) sebesar

Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta Rupiah) untuk setiap hari kelalaian dalam

melaksanakan putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap ;

9

Hal. 9 dari 36 hal. Put. No.3053 K/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 90: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

9. Menghukum Turut Tergugat untuk mematuhi seluruh isi putusan ;

10.Menghukum Tergugat untuk membayar seluruh biaya perkara ;

Atau :

Apabila Pengadilan Negeri Jakarta Selatan berpendapat lain, mohon putusan

yang seadil-adilnya (ex aequo et bono) ;

Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat mengajukan

eksepsi yang pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut :

Bahwa Tergugat menyangkal dan menolak semua dalil-dalil yang

dikemukakan Penggugat, kecuali apa yang secara tegas diakuinya ;

Bahwa gugatan Penggugat adalah error in persona, yaitu tidak tepat

karena gugatan seharusnya ditujukan langsung kepada PT. Trans Tek

Engineering-Shandong Machinery & Equipment I/E Group Corporation Joint

Operation (TTE-SDMECO Joint Operation) (selanjutnya disebut sebagai “PT.

Trans Tek”), karena jelas sekali terlihat dalam dalil-dalil gugatan tersebut bahwa

Penggugat telah banyak menyatakan PT. Trans Tek (Turut Tergugat) telah

melakukan wanprestasi terhadap Kontrak/Perjanjian yang dibuat antara

Penggugat dengan Turut Tergugat, sehingga Tergugat tidaklah dalam posisi

dapat menanggapi dalil-dalil gugatan Penggugat tersebut, sehingga sudah

selayaknya kalau PT. Trans Tek yang merupakan Tergugat bukan hanya

sebagai Turut Tergugat ;

Bahwa gugatan Penggugat juga adalah kabur (obscuur libel) atau tidak

jelas karena dalam dalil-dalil gugatannya, Penggugat jelas-jelas menyatakan

PT. Trans Tek (Turut Tergugat) tidak dapat melaksanakan kewajibannya sesuai

Kontrak, sehingga PT. Trans Tek (Turut Tergugat) telah melakukan wanprestasi

akan tetapi selanjutnya Penggugat juga menyatakan kalau Tergugat juga telah

melakukan wanprestasi kepada Penggugat, padahal dalam gugatannya,

Penggugat jelas sekali menempatkan PT. Trans Tek hanya sebagai Turut

Tergugat walaupun dalam dalil-dalil gugatannya, Penggugat secara jelas

menyatakan PT. Trans Tek telah melakukan wanprestasi terhadap Kontrak

diantara mereka, sehingga sudah selayaknya demi hukum gugatan yang kabur

dan tidak jelas tersebut seharusnya ditolak ;

Berdasarkan alasan tersebut di atas, Tergugat mohon agar Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menyatakan menolak gugatan Penggugat

untuk seluruhnya atau menyatakan gugatan ini tidak dapat diterima ;

10

10

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 91: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

telah mengambil putusan, yaitu putusan Nomor 29/Pdt.G/2009/PN.JKT.Sel

tanggal 18 Agustus 2009 yang amarnya sebagai berikut :

A. Dalam Eksepsi:

• Menolak eksepsi dari Tergugat untuk seluruhnya ;

B. Dalam Pokok Perkara:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian ;

2. Menyatakan Tergugat telah melakukan wanprestasi terhadap

Penggugat ;

3. Menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi kepada Penggugat

sebesar USD 1,400.000.00 (satu juta empat ratus ribu Dollar Amerika

Serikat) ;

4. Menghukum Turut Tergugat untuk mematuhi seluruh isi putusan ;

5. Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya ;

6. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya yang timbul dalam

perkara ini sebesar Rp 401.000,00 (empat ratus satu ribu Rupiah) ;

Menimbang, bahwa dalam tingkat banding atas permohonan Tergugat

dan Turut Tergugat putusan Pengadilan Negeri tersebut telah dibatalkan oleh

Pengadilan Tinggi Jakarta dengan putusan Nomor 494/PDT/2010/PT.DKI

tanggal 21 Maret 2011 yang amarnya sebagai berikut :

• Menerima permohonan banding dari Pembanding II semula Turut

Tergugat tersebut ;

• Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 29/

Pdt.G/ 2009/PN.Jkt.Sel tanggal 18 Agustus 2009, yang dimohonkan

banding ;

MENGADILI SENDIRI :

Dalam Eksepsi :

• Menerima Eksepsi Pembanding II semula Turut Tergugat ;

Dalam Pokok Perkara :

• Menyatakan menerima pencabutan banding tertanggal 6 April 2010

Nomor 032/LO-WS/IV/2010 antara Pembanding I semula Tergugat dan

Terbanding semula Penggugat ;

11

Hal. 11 dari 36 hal. Put. No.3053 K/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 92: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Menyatakan gugatan Terbanding semula Penggugat tidak dapat

diterima ;

• Menghukum Terbanding semula Penggugat untuk membayar biaya

perkara pada kedua tingkat pengadilan, yang dalam tingkat banding

sebesar Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu Rupiah) ;

Menimbang, bahwa sesudah putusan terakhir ini diberitahukan kepada

Penggugat/Terbanding pada tanggal 14 Juli 2011 kemudian terhadapnya oleh

Penggugat/Terbanding (dengan perantaraan kuasanya, berdasarkan surat

kuasa khusus tanggal 20 Juli 2011) diajukan permohonan kasasi secara lisan

pada tanggal 26 Juli 2011 sebagaimana ternyata dari akte permohonan kasasi

Nomor 29/Pdt.G/2009/PN.JKT.Sel yang dibuat oleh Wakil Panitera Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan permohonan tersebut diikuti oleh memori kasasi yang

memuat alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri

tersebut pada tanggal 8 Agustus 2011 ;

Bahwa setelah itu oleh Turut Tergugat/ Pembanding II yang pada tanggal

20 September 2011 telah diberitahu tentang memori kasasi dari Penggugat/

Terbanding diajukan jawaban memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tanggal 4 Oktober 2011;

Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya

telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama, diajukan dalam

tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka

oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima ;

Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/

Penggugat dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya ialah :

A. Judex Facti Tingkat Banding telah salah menerapkan atau melanggar

Hukum yang berlaku ;

A.1. Judex Facti Tingkat Banding telah salah menerapkan atau melanggar

ketentuan Pasal 118 HIR dan Pasal 9 ayat (1) jo Pasal 1 angka 1 dan

angka 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa (“Undang-Undang Arbitrase”) dalam

memberikan pertimbangan hukum terkait lembaga yang berwenang

menyelesaikan perkara a quo ;

1. Bahwa dengan hanya mempertimbangkan Memori Banding/

Permohonan Banding dari Termohon Kasasi II (dh. Pembanding II/

12

12

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 93: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Turut Tergugat) tanpa mempertimbangkan pokok perselisihan/

sengketa secara keseluruhan dalam perkara a quo, akibatnya

Judex Facti Tingkat Banding dalam Putusan Pengadilan Tinggi DKI

Jakarta halaman 5-6 telah memberikan pertimbangan hukum yang

salah serta melanggar hukum terkait dengan ketentuan yang

mengatur mengenai lembaga yang berwenang mengadili perkara a

quo sebagaimana ditentukan dalam Pasal 118 HIR dan Pasal 9

ayat (1) jo Pasal 1 angka 1 dan angka 3 Undang-Undang Arbitrase,

dimana pertimbangan hukum dalam Putusan Pengadilan Tinggi

DKI Jakarta dimaksud, dapat dikutip secara lengkap sebagai

berikut:

“Dalam Eksepsi:

Menimbang, bahwa Pembanding II semula Turut Tergugat

dalam eksepsinya mengemukakan bahwa berdasarkan Kontrak,

khususnya Pasal 20.4 FIDIC Conditions (bukti P-1a), apabila

terjadi perselisihan antara para pihak yang terkait dengan kontrak,

maka para pihak telah sepakat akan membawa perselisihan

tersebut kepada DAB (Dispute Adjudication’s Board) dan pada

intinya apabila para pihak tetap tidak puas dengan putusan DAB,

maka berdasarkan Pasal 20.6 FIDIC Conditions akan diselesaikan

melalui Arbitrase (dalam hal ini, Badan Arbitrase Nasional

Indonesia/BANI) ;

Menimbang, bahwa eksepsi Pembanding II semula Turut

Tergugat tersebut beralasan dan berdasar hukum, maka Majelis

Hakim Tingkat Banding berpendapat bahwa yang berwenang

mengadili perkara a quo adalah Badan Arbitrase Nasional

Indonesia oleh karenanya keberatan yang diajukan oleh

Pembanding II semula Turut Tergugat baik dalam eksepsi maupun

dalam Memori Banding dinyatakan dapat diterima ;

“Dalam Pokok Perkara:

Menimbang, bahwa eksepsi Pembanding II semula Turut

Tergugat dapat diterima, oleh karenanya gugatan Terbanding

semula Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima untuk

Pembanding II semula Turut Tergugat ;

13

Hal. 13 dari 36 hal. Put. No.3053 K/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 94: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut,

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor: 29/Pdt.G/

2009/PN.Jkt.Sel. tanggal 18 Agustus 2009, yang dimohonkan

banding tersebut harus dibatalkan dan Majelis Hakim Tingkat

Banding akan mengadili sendiri yang amar selengkapnya

sebagaimana tercantum dalam putusan di bawah ini ;

2. Bahwa dari pertimbangan hukum sebagaimana dikutip di atas,

pada intinya Judex Facti Tingkat Banding menyatakan bahwa yang

berwenang untuk mengadili perkara ini adalah Dispute Ajudication’s

Board (DAB) dan/atau Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20.6 FIDIC EPC/Turnkey

General Conditions (Kontrak) ;

3. Bahwa pertimbangan hukum dari Judex Facti Tingkat Banding

tersebut adalah nyata-nyata salah dan keliru akibat tidak

mempertimbangkan secara lengkap keseluruhan pokok sengketa

dalam perkara a quo, dimana pokok perselisihan/sengketa dalam

perkara a quo adalah hanya mengenai perselisihan tentang

pelaksanaan Performance Bond Nomor 91PB00169/0805020/B

tanggal 16 April 2008 antara Pemohon Kasasi (dh. Terbanding/

Penggugat) dengan Termohon Kasasi I (dh. Pembanding I/

Tergugat) dimana Performance Bond tersebut merupakan jaminan

pelaksanaan kerja Proyek dalam Kontrak antara Pemohon Kasasi

(dh. Terbanding/ Penggugat) dengan Termohon Kasasi II (dh.

Pembanding II/Turut Tergugat). Dengan demikian, pokok sengketa

dalam perkara a quo bukan perselisihan langsung terkait

pelaksanaan Kontrak antara Pemohon Kasasi (dh. Terbanding/

Penggugat) dengan Termohon Kasasi II (dh. Pembanding II/Turut

Tergugat) ;

Dengan kata lain Pemohon Kasasi (dh. Terbanding/Penggugat)

hanya meminta Pengadilan untuk menyatakan Termohon Kasasi I

(dh. Pembanding I/Tergugat) terbukti melakukan perbuatan

wanprestasi karena tidak memenuhi janjinya untuk mencairkan

Performance Bond Nomor 91PB00169/0805020/B tanggal 16 April

2008 setelah adanya permintaan tertulis dari Pemohon Kasasi (dh.

14

14

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 95: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Terbanding/Penggugat) dalam hal Termohon Kasasi II (dh.

Pembanding II/Turut Tergugat) tidak memenuhi kewajibannya

sesuai Kontrak. Pemohon Kasasi (dh. Terbanding/Penggugat)

sama sekali tidak meminta Pengadilan dalam perkara a quo untuk

menyatakan Termohon Kasasi II (dh. Pembanding II/Turut

Tergugat) dinyatakan melakukan wanprestasi terhadap

Performance Bond tersebut, dan/atau untuk menyatakan para

Termohon Kasasi (dh. Pembanding I/Tergugat dan Pembanding II/

Turut Tergugat) telah melakukan wanprestasi terhadap Kontrak

yang bukan menjadi dasar hukum gugatan wanprestasi dari

Pemohon Kasasi (dh. Terbanding/ Pembanding) ;

4. Bahwa apabila Judex Facti Tingkat Banding benar-benar

mempertimbangkan dan memperhatikan inti pokok sengketa

perkara a quo, hal-hal tersebut di atas sebenarnya telah terlihat

jelas khususnya dalam surat gugatan dan isi dari Performance

Bond yang menjadi dasar gugatan tersebut, yaitu sebagai berikut:

• Bahwa dalam gugatan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi

(dh. Terbanding/Penggugat) di pengadilan tingkat pertama,

hanya menuntut agar Termohon Kasasi I (dh. Pembanding I/

Tergugat) dinyatakan wanprestasi karena tidak bersedia

melaksanakan kewajibannya untuk mencairkan Performance

Bond Nomor 91PB00169/0805020/B tanggal 16 April 2008

dengan jumlah nilai jaminan sebesar USD 1,400.000.00 (satu

juta empat ratus ribu Dollar Amerika Serikat) padahal

Performance Bond dimaksud diterbitkan dengan sifat

“irrevocable”/tidak dapat dicabut kembali dan “unconditional”/

tanpa syarat, dalam arti “untuk pencairannya tidak diperlukan

adanya syarat-syarat tertentu, misalnya harus terlebih dahulu

didahului dengan tuntutan/pernyataan wanprestasi terhadap

Termohon Kasasi II (dh. Pembanding II/Turut Tergugat),

melainkan cukup dengan adanya permintaan pencairan dari

Pemohon Kasasi (dh. Terbanding/Penggugat)”, serta menuntut

Termohon Kasasi I (dh. Pembanding I/Tergugat) agar

membayar nilai jaminan yang tertuang dalam Performance

15

Hal. 15 dari 36 hal. Put. No.3053 K/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Tyas
Highlight
Page 96: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bond Nomor 91PB00169/0805020/B tanggal 16 April 2008

yaitu sebesar USD 1,400.000.00 (satu juta empat ratus ribu

Dollar Amerika Serikat) ;

Dalam Performance Bond tersebut ditegaskan bahwa:

“Now, therefore, by this Performance Bond, the Surety

hereby provide an irrevocable and unconditional

commitment and guarantee in favor of the Principal that:

…” ;

Terjemahan bebasnya:

“Saat ini, karena itu, dengan Performance Bond ini,

Penjamin (dalam hal ini Termohon Kasasi I (dh.

Pembanding I/Tergugat)) dengan ini memberikan

komitmen dan jaminan yang tidak dapat dicabut kembali

dan tanpa syarat bahwa: …” ;

Selanjutnya dalam Performance Bond tersebut ditegaskan

kembali makna unconditional/tanpa syarat tersebut

sebagaimana dimaksud dalam angka 2 Performance Bond

Nomor 91PB00169/ 0805020/B tanggal 16 April 2008, yaitu

sebagai berikut:

“2. If the Contractor fails to satisfy any of its obligations

under the Agreement, the Surety hereby agrees

unconditionally to make a prompt payment up to the

amount stated in clause 1 above to the Principal after

receipt of the written demand from the Principal without

necessity or requirement for the Principal to make any

proof of the legitimacy of the claim made to the Surety or to

the Contractor, or to make any prior demand or claim to

the Contractor for payment of the same, notwithstanding

whatsoever rights of objection on the part of the Contractor

;

The Surety shall deem the written demand from the

Principal as a conclusive evidence of the claim against the

Surety for the payment under this Performance Bond.” ;

Terjemahan bebas:

16

16

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 97: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

“2. Apabila Kontraktor (dalam hal ini Termohon Kasasi II

(dh. Pembanding II/Turut Tergugat) gagal memenuhi salah

satu dari kewajiban-kewajibannya berdasarkan Kontrak,

Penjamin dengan ini setuju tanpa syarat untuk melakukan

pembayaran dengan segera sampai sejumlah nilai yang

tercantum dalam Pasal 1 tersebut di atas kepada Principal

(dalam hal ini Pemohon Kasasi (dh. Terbanding/

Penggugat)) setelah menerima permintaan tertulis dari

Prinsipal tanpa diperlukannya atau disyaratkannya

Prinsipal untuk memberikan bukti keabsahan klaim/

tuntutan kepada Penjamin atau kepada Kontraktor, atau

untuk menyampaikan permintaan atau klaim sebelumnya

kepada Kontraktor atas pembayaran untuk hal yang sama,

terlepas adanya hak-hak penolakan dalam bentuk apapun

dari sisi Kontraktor ;

Penjamin akan mempertimbangkan permintaan tertulis dari

Prinsipal sebagai bukti utuh atas tuntutan/klaim kepada

Penjamin untuk pembayaran sesuai dengan Performance

Bond.” ;

Berdasarkan isi angka 2 Performance Bond Nomor

91PB00169/0805020/B tanggal 16 April 2008 ini, Termohon

Kasasi I (dh Pembanding I/Tergugat) memiliki kewajiban tanpa

syarat (unconditional) untuk melakukan pembayaran kepada

Pemohon Kasasi (dh. Terbanding/Penggugat) sebagaimana

nilainya tercantum dalam Performance Bond setelah menerima

permintaan tertulis dari Pemohon Kasasi (dh. Terbanding/

Penggugat) dalam kedudukannya sebagai Prinsipal. Dengan

demikian, Termohon Kasasi I (dh. Pembanding I/Tergugat) -

apalagi Termohon Kasasi II (dh. Pembanding II/Turut

Tergugat) - tidak dapat berdalih dengan dalil apapun untuk

mencegah pembayaran tersebut kepada Pemohon Kasasi,

termasuk dengan menyatakan tuntutan pembayaran belum

sah karena masih ada sengketa/perselisihan yang harus

17

Hal. 17 dari 36 hal. Put. No.3053 K/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 98: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

diselesaikan di Dispute Ajudication’s Board (DAB) dan/atau

BANI berdasarkan isi Kontrak ;

Lebih lanjut dalam angka 4 Performance Bond Nomor

91PB00169/0805020/B tanggal 16 April 2008 ditentukan

bahwa:

“4. If the Principal grants a time extension to the

Contractor for its performance or allows the Contractor to

deviate from any terms and conditions of the Agreement

without knowledge of the Surety, such time extention or

deviation of the terms and conditions of the Agreement

shall not in any way affect the unconditional obligation of

the Surety to make this immediate payment under this

Performance Bond.” ;

Terjemahan bebas:

“4. Jika Prinsipal memberikan perpanjangan waktu

pelaksanaan kepada Kontraktor atau mengijinkan

Kontraktor untuk menyimpang dari ketentuan dan syarat-

syarat dalam Kontrak tanpa memberitahukan hal tersebut

kepada Penjamin, maka adanya perpanjangan waktu atau

penyimpangan ketentuan dan syarat-syarat dalam Kontrak

tersebut tidak akan, dalam hal apapun, memberikan

pengaruh atas kewajiban tanpa syarat dari Penjamin untuk

segera melakukan pembayaran berdasarkan Performance

Bond ini.” ;

Termohon Kasasi I (dh. Pembanding I/Tergugat) juga dalam

Performance Bond tersebut telah melepaskan hak istimewa-

nya selaku Penjamin, yaitu melepaskan haknya untuk meminta

terlebih dahulu ditagih dan disitanya harta benda Kontraktor

[dalam hal ini Termohon Kasasi II (dh. Pembanding II/Turut

Tergugat)] sesuai dengan Pasal 1831 KUHPerdata, sehingga

jelas-jelas Performance Bond diterbitkan tanpa syarat dan

mewajibkan kepada Termohon Kasasi I (dh. Pembanding I/

Tergugat) untuk segera melakukan pembayaran begitu

18

18

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Tyas
Highlight
Page 99: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

menerima klaim/permintaan tertulis dari Pemohon Kasasi (dh.

Terbanding/Penggugat) ;

Angka 6 Performance Bond Nomor 91PB00169/0805020/B

tanggal 16 April 2008, menyebutkan:

“6. With reference to Article 1832 of Indonesia Civil

Code (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata), we agree to

waive and relinquish the special rights of claim on assets

belonging to the Contractor and/or the seizure and sale of

such assets for the discharge of his debts as require in

Article 1831 of the Indonesia Civil Code.” ;

Terjemahan Bebas:

“6. Merujuk pada Pasal 1832 KUHPerdata, kami

(Penjamin) setuju untuk melepaskan dan meniadakan hak-

hak istimewa untuk menuntut asset milik Kontraktor dan/

atau penyitaan dan penjualan atas asset tersebut untuk

pelepasan/pembebasan hutangnya sesuai dengan yang

diatur dalam Pasal 1831 KUHPerdata.” ;

5. Bahwa karena perselisihan dalam perkara a quo bukan perselisihan

langsung antara Pemohon Kasasi (dh. Terbanding/ Penggugat)

dengan Termohon Kasasi II (dh. Pembanding II/Turut Tergugat)

terkait Kontrak pembangunan Proyek, akan tetapi perselisihan

terkait tidak dicairkannya Performance Bond oleh Termohon Kasasi

I (dh. Pembanding I/Tergugat), maka proses penyelesaian

sengketanya bukan melalui Dispute Ajudication’s Board (DAB) dan/

atau BANI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20.6 FIDIC EPC/

Turnkey General Conditions, melainkan melalui Peradilan Umum

mengingat dalam Performance Bond tidak ditentukan adanya

pilihan forum yang akan ditempuh dalam hal terjadi sengketa/

perselisihan terkait dengan Performance Bond Nomor

91PB00169/0805020/B tanggal 16 April 2008 tersebut ;

6. Bahwa Performance Bond tidak mengatur secara khusus mengenai

lembaga penyelesaian sengketa mana yang dapat menyelesaikan

sengketa jika Performance Bond dimaksud tidak dicairkan oleh

Termohon Kasasi I (dh. Pembanding I/Tergugat), maka secara

19

Hal. 19 dari 36 hal. Put. No.3053 K/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 100: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

hukum penyelesaian sengketanya harus melalui gugatan perdata

biasa di Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi tempat

kedudukan Termohon Kasasi I (dh. Pembanding I/Tergugat)

sebagaimana diatur dalam Pasal 118 HIR yaitu dalam hal ini adalah

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, dimana Pasal 118 ayat (1) HIR

dengan jelas menyebutkan bahwa “Gugatan perdata, yang pada

tingkat pertama masuk kekuasaan Pengadilan Negeri, harus

dimasukkan dengan surat permintaan yang ditandatangani oleh

Penggugat atau oleh wakilnya menurut Pasal 123, kepada Ketua

Pengadilan Negeri di daerah hukum siapa Tergugat bertempat

diam atau jika tidak diketahui tempat diamnya, tempat tinggal

sebetulnya” ;

7. Bahwa pengajuan gugatan melalui forum lain selain pengadilan,

misalnya BANI, hanya dapat dilakukan apabila ada perjanjian yang

mendasari-nya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (4)

HIR, yang menyebutkan: “Bila dengan surat syah dipilih dan

ditentukan suatu tempat berkedudukan, maka Penggugat, jika ia

suka, dapat memasukkan surat gugat itu kepada Ketua Pengadilan

Negeri dalam daerah hukum siapa terletak tempat kedudukan yang

dipilih itu”. Selain itu, untuk dapat mengajukan gugatan melalui

Arbitrase (BANI), harus dipenuhi syarat adanya perjanjian tertulis

sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (1) Jo Pasal 1 angka 1 dan

angka 3 UU Arbitrase, dimana bunyi dari pasal Undang-Undang

Arbitrase tersebut adalah sebagai berikut:

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Arbitrase:

“Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di

luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase

yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa” ;

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Arbitrase:

“Perjanjian arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa

klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian

tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa atau

suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak

setelah timbul sengketa” ;

20

20

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 101: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Arbitrase:

“Dalam hal para pihak memilih penyelesaian sengketa melalui

arbitrase setelah sengketa terjadi, persetujuan mengenai hal

tersebut haruslah dibuat dalam suatu perjanjian tertulis yang

ditandatangani oleh para pihak.” ;

8. Bahwa berdasarkan uraian di atas, telah jelas dan tegas bahwa

tidak ada perjanjian tertulis (baik sebelum maupun setelah

sengketa timbul) tentang penunjukan BANI sebagai lembaga untuk

menyelesaikan sengketa yang timbul antara Pemohon Kasasi (dh.

Terbanding/Penggugat) dengan Termohon Kasasi I (dh.

Pembanding I/Tergugat) terkait dengan pencairan Performance

Bond Nomor 91PB00169/0805020/B tanggal 16 April 2008.

Sengketa yang timbul terkait dengan Performance Bond tersebut

tidak dapat dan tidak boleh menurut hukum dikaitkan

penyelesaiannya melalui BANI sebagaimana diatur dalam Kontrak

antara Pemohon Kasasi (dh. Terbanding/Penggugat) dengan

Termohon Kasasi II (dh. Pembanding II/Turut Tergugat), karena (i)

sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (1) jo Pasal 1 angka 1 dan

angka 3 Undang-Undang Arbitrase untuk dapat diajukannya suatu

sengketa melalui lembaga arbitrase haruslah dipenuhi syarat

berupa adanya perjanjian tertulis mengenai hal tersebut, dan (ii)

penyelesaian sengketa dalam Performance Bond tidak tunduk pada

ketentuan penyelesaian sengketa yang diatur dalam Kontrak ;

9. Bahwa dengan demikian, Judex Facti Tingkat Banding di dalam

Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta telah salah menerapkan

atau melanggar hukum yang berlaku, dalam hal ini khususnya

Pasal 118 HIR dan Pasal 9 ayat (1) jo. Pasal 1 angka 1 dan angka

3 Undang-Undang Arbitrase, sebagaimana dimaksud dalam Pasal

30 huruf (b) Undang-Undang Mahkamah Agung, sehingga sudah

seharusnya Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta dibatalkan ;

A.2. Judex Facti Tingkat Banding Telah melanggar ketentuan Pasal 1340

jis. 1338 dan Pasal 1320 KUHPerdata terkait dengan Kontrak antara

Pemohon Kasasi (dh. Terbanding/Penggugat) dan Termohon Kasasi (dh.

Pembanding II/Turut Tergugat) ;

21

Hal. 21 dari 36 hal. Put. No.3053 K/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Page 102: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

10.Bahwa sebagaimana telah disinggung dalam uraian tersebut di

atas, Kontrak hanya ditandatangani oleh dan di antara Pemohon

Kasasi (dh. Terbanding/Penggugat) dan Termohon Kasasi II (dh.

Pembanding II/Tergugat II), oleh karenanya segala ketentuan yang

ada dalam Kontrak mengikat untuk kedua belah pihak tersebut ;

11.Bahwa perkara aquo merupakan sengketa yang timbul sebagai

akibat tidak dicairkannya Performance Bond oleh Termohon Kasasi

I (dh. Pembanding I/Tergugat), bukan sebagai akibat dari

pelaksanaan Kontrak, oleh karenanya tidak tunduk pada ketentuan

Pasal 20.6 FIDIC EPC/Turnkey General Conditions (bagian dari

Kontrak) yang menentukan penyelesaian sengketa yang timbul

terkait pelaksanaan Kontrak melalui DAB yang kemudian

dilanjutkan kepada BANI apabila melalui DAB tidak dapat

diselesaikan ;

12.Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 1340 jis. Pasal 1338 dan

Pasal 1320 KUHPerdata, maka ketentuan Pasal 20.6 FIDIC EPC/

Turnkey General Conditions hanya mengikat dan berlaku terhadap

Pemohon Kasasi (dh. Terbanding/Penggugat) dan Termohon

Kasasi II (dh. Pembanding II/Turut Tergugat) sebagai pihak yang

membuat dan menandatangani Kontrak, akan tetapi ketentuan

Pasal 20.6 FIDIC EPC/Turnkey General Conditions tersebut sama

sekali tidak berlaku atau mengikat Termohon Kasasi I (dh.

Pembanding I/Tergugat) dan Pemohon Kasasi (dh. Terbanding/

Penggugat) terkait dengan penerbitan dan pencairan Performance

Bond ;

13.Bahwa ketentuan Pasal 20.6 FIDIC EPC/Turnkey General

Conditions akan berlaku dan digunakan dalam hal Pemohon Kasasi

(dh. Terbanding/Penggugat) mengajukan tuntutan wanprestasi

terhadap Termohon Kasasi II (dh. Pembanding II/Turut Tergugat)

terkait dengan pelaksanaan Kontrak. Misalnya keterlambatan

dalam penyelesaian Proyek yang menyebabkan kerugian bagi

Pemohon Kasasi (dh. Terbanding/Penggugat) sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8.7 sehingga Pemohon Kasasi (dh.

Terbanding/Penggugat) dapat menuntut ganti kerugian sampai

22

22

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Page 103: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dengan maksimal 20% (dua puluh persen) dari Nilai Kontrak final

kepada Termohon Kasasi II (dh. Pembanding II/Turut Tergugat) jika

yang bersangkutan tidak bersedia membayar ganti rugi sesuai

dengan yang disepakati dalam Kontrak. Tuntutan terkait dengan hal

ini tentu harus diajukan melalui DAB kemudian ke BANI jika melalui

DAB tidak dicapai penyelesaian. Jadi, ketentuan Pasal tersebut

hanya berlaku terhadap sengketa yang timbul sebagai akibat

pelaksanaan Kontrak antara Pemohon Kasasi (dh. Terbanding/

Penggugat) dengan Termohon Kasasi II (dh. Pembanding II/Turut

Tergugat) ;

14.Bahwa dengan menentukan forum untuk menyelesaikan gugatan/

perkara a quo (terkait penerbitan dan pencairan Performance Bond

Nomor 91PB00169/0805020/B tanggal 16 April 2008) berdasarkan

ketentuan Pasal 20.6 FIDIC EPC/Turnkey General Conditions,

maka Judex Facti Tingkat Banding telah melanggar hukum,

khususnya Pasal 1340 jis. 1338 dan Pasal 1320 KUHPerdata dan

oleh karenanya Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta menurut

hukum haruslah dibatalkan ;

A.3. Judex Facti Tingkat Banding telah salah menerapkan hukum terkait

dengan Posisi/Status Termohon Kasasi (dh. Pembanding II/Turut

Tergugat) yang hanya sebagai Turut Tergugat dalam Perkara Aquo ;

15.Bahwa Termohon Kasasi II (dh. Pembanding II/Turut Tergugat)

diikutsertakan dalam perkara a quo hanyalah sebagai Turut

Tergugat, sehingga keberadaan Termohon Kasasi II (dh.

Pembanding II/Turut Tergugat) tidak memiliki pengaruh atau

peranan dalam perkara a quo, dimana sebagai Turut Tergugat,

keberadaan Termohon Kasasi II (dh. Pembanding II/Turut

Tergugat) dimaksudkan untuk memenuhi formalitas gugatan dan

oleh karenanya hanya dituntut untuk tunduk dan taat pada putusan

hakim semata-mata, tidak untuk dihukum melakukan atau tidak

melakukan sesuatu ;

16.Bahwa oleh karena status/posisinya hanya sebagai Turut Tergugat,

maka keberadaan Termohon Kasasi II (dh. Pembanding II/Turut

Tergugat) tidak dapat menyebabkan atau mengakibatkan atau

23

Hal. 23 dari 36 hal. Put. No.3053 K/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

Page 104: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

mempengaruhi pokok sengketa yang timbul antara Pemohon

Kasasi (dh.Terbanding/Penggugat) dengan Termohon Kasasi I (dh.

Pembanding I/Tergugat), karena pokok sengketa dalam perkara a

quo sesungguhnya hanya sengketa yang timbul antara Pemohon

Kasasi (dh. Terbanding/Penggugat) dengan Termohon Kasasi I

(dh. Pembanding I/Tergugat). Oleh karena itu, pokok sengketa

tersebut hanya dapat diselesaikan di antara keduanya ;

17.Bahwa Pemohon Kasasi (dh. Terbanding/Penggugat) dengan

Termohon Kasasi I (dh. Pembanding I/Tergugat) telah sepakat

untuk menyelesaikan pokok sengketa yang timbul terkait dengan

pencairan Performance Bond Nomor 91PB00169/0805020/B

tanggal 16 April 2008 sebagaimana tertuang dalam Perjanjian

Perdamaian tanggal 1 April 2010, yang telah disampaikan kepada

Judex Facti Tingkat Banding dan dijadikan alasan bagi Termohon

Kasasi I (dh. Pembanding I/Tergugat) untuk mencabut pernyataan/

permohonan banding dalam perkara a quo, dimana atas

pencabutan tersebut Judex Facti Tingkat Banding telah

menerimanya sebagaimana tertuang dalam pertimbangan Judex

Facti Tingkat Banding pada halaman 5 Putusan Pengadilan Tinggi

DKI Jakarta, namun dengan begitu saja Judex Facti Tingkat

Banding mengesampingkan Perjanjian Perdamaian dimaksud

dengan tetap memeriksa dan mempertimbangkan permohonan

banding dari Termohon Kasasi II (dh. Pembanding II/Turut

Tergugat), tanpa mempertimbangkan lebih jauh status atau posisi

dari Termohon Kasasi II (dh. Pembanding II/Turut Tergugat) yang

hanya sebagai Turut Tergugat dan dimohon hanya mematuhi/taat

pada putusan. Apalagi pertimbangan Judex Facti Tingkat Banding

terkait dengan permohonan banding dari Termohon Kasasi II (dh.

Pembanding II/Tergugat II) tersebut adalah salah dan melanggar

hukum sebagaimana telah diuraikan di atas ;

18.Bahwa apabila Judex Facti Tingkat Banding berpandangan bahwa

dengan tidak diikutsertakannya Termohon Kasasi II (dh.

Pembanding II/Turut Tergugat) dalam Perjanjian Perdamaian

perkara a quo, maka proses pemeriksaan di tingkat banding tetap

24

24

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

Page 105: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

harus diperiksa dan diputus, maka seharusnya Judex Facti Tingkat

Banding memperhatikan dengan seksama dan cermat adanya

Perjanjian Perdamaian yang menyelesaikan pokok sengketa yang

timbul dan selanjutnya mendudukkan posisi/status Termohon

Kasasi II (dh. Pembanding II/Turut Tergugat) pada posisinya

sebagai Turut Tergugat sehingga Judex Facti Tingkat Banding

seharusnya mengabulkan gugatan Pemohon Kasasi (dh.

Terbanding/Penggugat) karena pokok sengketa telah diakui dan

diterima sebagai kebenaran oleh Termohon Kasasi I (dh.

Pembanding I/Tergugat) yang memang menjadi pihak yang

bersengketa secara langsung dengan Pemohon Kasasi (dh.

Terbanding/Penggugat) terkait dengan pencairan Performance

Bond Nomor 91PB00169/0805020/B tanggal 16 April 2008 ;

19.Bahwa terkait dengan keberadaan Termohon Kasasi II (dh.

Pembanding II/Turut Tergugat) sebagai Turut Tergugat,

sebenarnya tidak akan mempengaruhi apapun dalam perkara a quo

karena status/posisinya tersebut hanya dimaksudkan untuk

kelengkapan/ formalitas gugatan, sesuai dengan kaidah hukum

yang diberikan dalam beberapa Yurisprudensi Mahkamah Agung RI

dan Doktrin, sebagai berikut:

a. Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 663K/Sip/1971 tanggal

6 Agustus 1971 jo. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 1038K/

Sip/1972 tanggal 1 Agustus 1973, yang pada intinya menyatakan

“Turut Tergugat adalah seseorang yang tidak menguasai sesuatu

barang akan tetapi demi formalitas gugatan harus dilibatkan guna

dalam petitum sebagai pihak yang tunduk dan taat pada putusan

hakim perdata” ;

b. Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 201K/Sip/1974,

tanggal 28 Januari 1976, yang pada intinya menyatakan “Dalam

hukum Acara Perdata tidak dikenal pengertian Turut Penggugat,

yang dikenal adalah sebutan Turut Tergugat, yaitu orang-orang,

bukan Penggugat dan bukan pula Tergugat, akan tetapi demi

lengkapnya pihak-pihak harus diikutsertakan sekedar untuk tunduk

dan taat terhadap putusan Pengadilan”;

25

Hal. 25 dari 36 hal. Put. No.3053 K/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25

Page 106: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

c. Doktrin, yaitu pendapat dari Retnowulan Sutantio, S.H., yang

menyatakan bahwa “Dalam Praktek istilah turut Tergugat

dipergunakan bagi orang-orang yang tidak menguasai barang

sengketa atau tidak berkewajiban untuk melakukan sesuatu,

namun hanya demi lengkapnya suatu gugatan maka harus

diikutsertakan” [vide halaman 2, Hukum Acara Perdata Dalam

Teori dan Praktek, Ny. Retnowulan Sutantio, S.H. dan Iskandar

Oeripkartawinata, S.H., Cetakan Ke-9, Penerbit: CV. Mandar

Maju, Bandung Januari 2002] ;

20.Bahwa dengan demikian, telah ternyata Judex Facti Tingkat

Banding telah salah menerapkan hukum terkait dengan status/

posisi Termohon Kasasi II (dh. Pembanding II/Turut Tergugat), oleh

karenanya menurut hukum Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta

haruslah dibatalkan ;

B. Judex Facti Tingkat Banding dalam Putusan Pengadilan Tinggi DKI

Jakarta telah lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh

Peraturan Perundang-Undangan yang mengancam kelalaian itu dengan

batalnya Putusan yang bersangkutan sebagaimana diatur dalam Pasal

30 Huruf (C) Undang-Undang Mahkamah Agung ;

B.1. Judex Facti Tingkat Banding telah lalai memberikan pertimbangan

yang cukup, oleh karenanya sesuai dengan Surat Edaran Mahkamah

Agung Nomor 03 Tahun 1974 tanggal 23 Nopember 1974 tentang

Putusan Yang Harus Cukup Diberi Pertimbangan/Alasan (selanjutnya

disebut “SEMA Nomor 3/1974”) Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta

haruslah dibatalkan ;

21.Bahwa Pasal 6 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1947 tentang

Peradilan Ulangan (Banding), pada intinya menegaskan bahwa

fungsi Pengadilan Tinggi dalam tingkat banding adalah memeriksa

ulang perkara secara keseluruhan, hal mana ditegaskan dalam

Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 194 K/Sip/1975 yang

pada pokoknya menyatakan bahwa Pengadilan Tinggi harus

memeriksa ulang seluruh perkara dalam tingkat banding, termasuk

meliputi seluruh bagian Konpensi dan Rekonpensi yang telah

diputus oleh Pengadilan Negeri ;

26

26

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26

Page 107: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

22.Bahwa di samping itu, Mahkamah Agung RI telah mengeluarkan

SEMA Nomor 3/1974, yang pada intinya menentukan bahwa suatu

putusan yang tidak atau kurang memberikan pertimbangan/alasan

atau memberikan pertimbangan/alasan yang kurang jelas, sukar

dimengerti atau bertentangan satu sama lain, dapat dipandang

sebagai suatu kelalaian dalam acara (“vormverzuim”) oleh

karenanya putusan dimaksud dapat dibatalkan dalam tingkat

kasasi ;

23.Bahwa selanjutnya ahli hukum yang juga mantan Hakim Agung

yaitu M. Yahya Harahap, S.H. dalam bukunya Kekuasaan

Pengadilan Tinggi dan Proses Pemeriksaan Perkara Perdata dalam

Tingkat Banding, Penerbit Sinar Grafika. Jakarta; Cetakan Kedua

Nopember 2006; halaman 161-162, memberikan penjelasan yang

pada pokoknya bahwa: ruang lingkup atau cakupan makna

memeriksa ulang perkara secara keseluruhan di tingkat Banding

meliputi tidak boleh hanya mempertimbangkan memori banding,

tidak dibenarkan hanya sebatas mempertimbangkan memori

banding saja, tetapi harus meliputi seluruh perkara. Pengadilan

Tinggi boleh mempertimbangkan memori banding, namun objek

pemeriksaan tidak boleh terbatas pada memori banding saja, harus

dikaitkan secara keseluruhan dengan perkara ;

24.Bahwa penjelasan Doktrin yang disampaikan oleh M. Yahya

Harahap, S.H. tersebut didukung dengan adanya Yurisprudensi

Mahkamah Agung RI Nomor 4299 K/Sip/1970 yang pada pokoknya

memberikan kaidah hukum bahwa: Putusan Pengadilan Tinggi

dinyatakan Onvoldoende Gemotiveerd karena hanya

mempertimbangkan hal-hal keberatan yang dikemukakan dalam

memori banding tanpa memeriksa perkara kembali perkara secara

keseluruhan dan juga tidak memeriksa hal yang berkenaan dengan

penerapan hukum sehingga harus dibatalkan ;

25.Bahwa selain itu, dalam praktek peradilan sebelumnya, telah

terdapat pula Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 46K/

Sip/1969 tanggal 9 Juni 1971 yang memberikan kaidah hukum

sebagai berikut:

27

Hal. 27 dari 36 hal. Put. No.3053 K/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27

Page 108: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

“Majelis Hakim Tingkat Pertama telah memberikan

putusannya. tiga orang Tergugat menolak putusan ini dan

mengajukan upaya hukum Banding ke Pengadilan Tinggi. Dari

permohonan banding ini, secara formil, hanya seorang

Pemohon Banding yang dapat diterima, sedang Pemohon

yang lain tidak dapat diterima ;

Majelis Hakim Banding dalam memeriksa dan mengadili

perkara ini, seharusnya memeriksa perkara ini secara

keseluruhan terhadap semua kepentingan para Pembanding,

termasuk Pembanding yang permohonan bandingnya

dinyatakan tidak dapat diterima” ;

26.Bahwa dalam perkara ini terdapat suatu kondisi dimana antara

Pemohon Kasasi (dh. Terbanding/Penggugat) telah mengadakan

perdamaian dengan Termohon Kasasi I (dh. Pembanding I/

Tergugat), yang ditindaklanjuti dengan adanya pencabutan banding

oleh Termohon Kasasi I (dh. Pembanding/Tergugat) melalui

suratnya Nomor 032/LO-WS/IV/2010 tertanggal 6 April 2010 ;

27.Bahwa dengan bertitik tolak pada kaidah hukum yang diberikan

dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 46K/Sip/1969

tanggal 9 Juni 1971 di atas, seandainya Perdamaian antara

Pemohon Kasasi (dh. Terbanding/Penggugat) dengan Termohon

Kasasi I (dh. Pembanding I/Tergugat) secara hukum dianggap

belum dapat menghentikan proses pemeriksaan di tingkat banding

karena tidak mengikutsertakan Termohon Kasasi II (dh.

Pembanding II/Turut Tergugat) yang juga telah mengajukan

permohonan banding, sedangkan secara hukum permohonan

pencabutan banding oleh Termohon Kasasi I (dh. Pembanding I/

Tergugat) tetap diterima sehingga dianggap tidak ada permohonan

Banding dari Termohon Kasasi I (dh. Pembanding I/Tergugat),

secara hukum Judex Facti tingkat banding dalam perkara a quo

tidak boleh hanya memeriksa permohonan Banding dan/atau

Memori Banding yang disampaikan oleh Termohon Kasasi II (dh.

Pembanding II/Turut Tergugat) akan tetapi harus juga memeriksa

secara keseluruhan semua kepentingan dari Termohon Kasasi I

28

28

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28

Page 109: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

(dh. Pembanding I/Tergugat) yang telah mencabut permohonan

Bandingnya maupun kepentingan Pemohon Kasasi (dh.

Terbanding/Penggugat) yang telah mengadakan perdamaian

dengan Termohon Kasasi I (dh. Pembanding I/Tergugat) ;

28.Bahwa namun demikian dalam perkara a quo, ternyata dalam

Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta, Judex Facti tingkat

Banding hanya mempertimbangkan Memori Banding atau

permohonan banding dari Termohon Kasasi II (dh. Pembanding II/

Turut Tergugat), hal mana secara jelas disebutkan dalam paragraf

ke-3 halaman 5 Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta, yang

dapat dikutip sebagai berikut:

“Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim Tingkat Banding

meneliti dengan seksama ternyata Perjanjian Perdamaian

(Akta Van Dading) masih terdapat pihak yang tidak ikut dalam

Perjanjian Perdamaian (Akta Van Dading) tersebut, yaitu

Pembanding II semula Turut Tergugat, oleh karenanya dalam

tingkat Banding Majelis hanya mempertimbangkan mengenai

permohonan Pembanding II semula Turut Tergugat” ;

29.Bahwa dengan demikian, secara mudah telah terlihat jelas dan

nyata bahwa Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta a quo hanya

mempertimbangkan Memori Banding/permohonan Banding dari

Termohon Kasasi II (dh. Pembanding II/Turut Tergugat) yang

artinya telah tidak mempertimbangkan perkara ini secara

keseluruhan sehingga sesuai dengan kaidah yang ditegaskan/

diatur dalam (i) SEMA Nomor 3/1974, (ii) Yurisprudensi Mahkamah

Agung RI Nomor 46K/Sip/1969 tanggal 9 Juni 1971 dan (iii)

Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 4299 K/Sip/1970

sebagaimana disebutkan di atas, Putusan Pengadilan Tinggi DKI

Jakarta a quo mengandung kurang cukup pertimbangan hukum

(onvoldoende gemotiveerd) yang oleh karenanya Judex Facti

Tingkat Banding telah lalai memenuhi syarat-syarat yang

diwajibkan sehingga Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta

haruslah dibatalkan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf

(c) Undang-Undang Mahkamah Agung ;

29

Hal. 29 dari 36 hal. Put. No.3053 K/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29

Page 110: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

B.2. Judex Facti Tingkat Banding telah memberikan pertimbangan yang

mengandung pertentangan dengan Amar Putusannya ;

30.Bahwa Putusan yang mengandung adanya pertentangan antara

pertimbangan hukum dan amar putusan, sehingga dapat

dikategorikan sebagai suatu kelalaian dalam memenuhi syarat-

syarat yang mengancam batalnya putusan dimaksud sesuai

dengan SEMA Nomor 3/1974 dan ketentuan Pasal 30 huruf (c)

Undang-Undang Mahkamah Agung ;

31.Bahwa dalam pertimbangan hukum pada bagian Dalam Pokok

Perkara Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta halaman 6, Judex

Facti Tingkat Banding menyatakan sebagai berikut:

“Dalam Pokok Perkara

Menimbang, bahwa eksepsi Pembanding II semula Turut

Tergugat dapat diterima, oleh karenanya gugatan Terbanding

semula Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima untuk

Pembanding II semula Turut Tergugat ;

“Bahwa kalimat pertimbangan hukum “gugatan Terbanding semula

Penggugat dinyatakan tidak diterima untuk Pembanding II semula

Turut Tergugat” secara hukum diartikan bahwa gugatan Penggugat

yang tidak diterima adalah gugatan Penggugat untuk atau yang

ditujukan terhadap Termohon Kasasi II (dh. Pembanding II/Turut

Tergugat), sedangkan untuk gugatan yang ditujukan terhadap

Termohon Kasasi I (dh. Pembanding I/Tergugat) haruslah diartikan

tetap dapat diterima ;

32.Bahwa jika diperhatikan kembali isi pokok tuntutan (petitum) dalam

surat gugatan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi (dh.

Terbanding/Penggugat) telah jelas, bahwa Termohon Kasasi II (dh.

Pembanding II/Turut Tergugat) hanya dituntut untuk dihukum

mematuhi seluruh isi putusan (vide Petitum Gugatan butir 9

halaman 10 “Menghukum Turut Tergugat untuk mematuhi seluruh

isi Putusan”) ;

Begitu pula dalam diktum atau amar Putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan yang hanya menjatuhkan hukuman bagi Termohon

Kasasi II (dh. Pembanding II/Turut Tergugat) untuk mematuhi

30

30

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30

Page 111: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

seluruh isi putusan (vide Amar Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan Bagian Dalam Pokok Perkara butir 4 halaman 38 yang

dimuat kembali dalam Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta

halaman2 “Menghukum Turut Tergugat untuk mematuhi seluruh isi

putusan”) ;

33.Bahwa oleh karena itu, dengan pertimbangan hukum sebelumnya

pada bagian Dalam Pokok Perkara halaman 6 Putusan Pengadilan

Tinggi DKI Jakarta yang menyatakan “Menimbang, bahwa eksepsi

Pembanding II semula Turut Tergugat dapat diterima, oleh

karenanya gugatan Terbanding semula Penggugat dinyatakan tidak

dapat diterima untuk Pembanding II semula Turut Tergugat”,

seharusnya secara hukum yang dinyatakan tidak dapat diterima

hanyalah sepanjang tuntutan terhadap Termohon Kasasi II (dh.

Pembanding II/Turut Tergugat) sebagaimana tertuang dalam

Petitum Gugatan butir 9 halaman 10 ;

Selain itu isi Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan juga tidak

dapat dibatalkan seluruhnya melainkan hanya isi Putusan yang

ditujukan terhadap Termohon Kasasi II (dh. Pembanding II/Turut

Tergugat), dalam hal ini isi Petitum butir 4 halaman 38 yang

menyebutkan “Menghukum Turut Tergugat untuk mematuhi

seluruh isi putusan” saja ;

34.Bahwa namun demikian, ternyata dalam perkara a quo, Judex Facti

tingkat Banding di dalam Amar Putusan Pengadilan Tinggi DKI

Jakarta telah membatalkan seluruh Amar Putusan PN Jakarta

Selatan dimana bunyi Amar Putusan PT DKI Jakarta tersebut

bunyinya dapat dikutip sebagai berikut: “Membatalkan putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor: 29/Pdt.G/2009/

PN.Jkt.Sel. tanggal 18 Agustus 2009, yang dimohonkan banding” ;

35.Bahwa dengan demikian telah jelas terbukti adanya pertentangan

antara pertimbangan hukum dan amar putusan dalam Putusan

Pengadilan Tinggi DKI Jakarta, dimana dalam pertimbangan hukum

hanya menyatakan gugatan Pemohon Kasasi (dh. Terbanding/

Penggugat) tidak diterima untuk Termohon Kasasi II (dh.

Pembanding II/Turut Tergugat), akan tetapi dalam amarnya telah

31

Hal. 31 dari 36 hal. Put. No.3053 K/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31

Page 112: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

membatalkan seluruh isi Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan yang di dalamnya terdapat amar putusan yang

mengabulkan tuntutan dalam gugatan yang ditujukan terhadap

Termohon Kasasi I (dh. Pembanding I/Tergugat) atau di luar amar

yang menghukum Termohon Kasasi II (dh. Pembanding II/Turut

Tergugat) ;

36.Bahwa oleh karena itu sudah seharusnya Putusan Pengadilan

Tinggi DKI Jakarta harus dibatalkan, hal mana sejalan pula dengan

kaidah hukum dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor

3648 K/Pdt/1994 tanggal 27 Maret 1997 yang pada intinya

menyatakan bahwa:

Putusan Judex Facti mengandung pertentangan antara

pertimbangan hukum dan amar putusan dimana pertimbangan

hukumnya Judex Facti menyimpulkan bahwa Penggugat telah

terbukti membayar hutangnya sebesar Rp 42.296.400,00 dari

hutang pokok Rp 72.000.000,00 namun Judex Facti menolak

gugatan Penggugat seluruhnya, hal tersebut menurut

Mahkamah Agung adalah keliru karena seharusnya Judex

Facti tetap mengabulkan sebagian dari gugatan Penggugat

sepanjang jumlah yang telah terbukti dibayar oleh Penggugat ;

Putusan Judex Facti (Pengadilan Negeri dan Pengadilan

Tinggi) yang mengandung pertentangan antara pertimbangan

hukum dengan amar putusannya atau amar putusan yang

tidak sesuai dengan pertimbangan hukumnya harus dibatalkan

Mahkamah Agung dalam pemeriksaan tingkat kasasi ;

37.Bahwa selain itu, seandainya Judex Facti Tingkat Banding

membatalkan seluruh Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

dengan alasan bahwa selain karena gugatan untuk Termohon

Kasasi II (dh. Pembanding II/Turut Tergugat) tidak dapat diterima,

juga terdapat perdamaian antara Pemohon Kasasi (dh. Terbanding/

Penggugat) dengan Termohon Kasasi I (dh. Pembanding I/

Tergugat), maka hal tersebut juga merupakan pertimbangan hukum

yang salah. Adanya perdamaian antara Pemohon Kasasi (dh.

Terbanding/ Penggugat) dengan Termohon Kasasi I (dh.

32

32

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32

Page 113: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Pembanding I/Tergugat) tidak menyebabkan Putusan Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan menjadi batal, melainkan Putusan tersebut

tetap eksis, akan tetapi pelaksanaan isi putusan tersebut

dilaksanakan berdasarkan kesepakatan perdamaian ;

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung

berpendapat :

Mengenai alasan-alasan kasasi :

• Bahwa dari fakta yang terungkap dipersidangan berupa Surat

Perjanjian (bukti P-1a, P-1b, P-2a dan P-2b), pihak-pihak yang

mengikatkan diri dalam Perjanjian tersebut adalah antara

Penggugat/PT. Indominco Mandiri dengan pihak Turut

Tergugat/PT. Trans Tek Engineering ;

• Bahwa secara hukum konsekuensinya adalah hanya kedua

belah pihak tersebutlah yang terikat dalam kesepakatan

tersebut (azas pacta sunt servanda) ;

• Bahwa pihak Tergugat telah mengeluarkan Performance Bond

Nomor 91PB00169/0805020/B tanggal 16 April 2008, dengan

demikian perkara a quo adalah merupakan sengketa yang

timbul sebagai akibat tidak dicairkannya Performance Bond

oleh Tergugat, bukan sebagai akibat dari pelaksanaan

Perjanjian antara Penggugat dengan Turut Tergugat ;

• Bahwa pihak Tergugat bersedia membayar klaim asuransi yang

dituntut oleh Penggugat dan telah dituangkan dalam suatu

Perjanjian Perdamaian (Akta Van Dading) tanggal 1 April 2010

yang intinya pihak Tergugat telah bersedia melaksanakan 60%

dari besarnya klaim yang dikabulkan dalam putusan Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan, oleh karena itu penyelesaian damai

antara kedua belah pihak tersebut adalah merupakan

penyelesaian yang terbaik dalam menangani perkara ini dan

akan memberikan keadilan serta kemanfaatan bagi kedua

belah pihak sehingga azas kepastian hukum dapatlah

dilenturkan, karena kedua belah pihak secara sukarela telah

menempuh jalan terbaik dan hal ini harus dihormati ;

33

Hal. 33 dari 36 hal. Put. No.3053 K/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33

Page 114: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa setelah memeriksa dan mempelajari dengan

seksama pertimbangan dan putusan Majelis Hakim Tingkat Pertama,

Mahkamah Agung berpendapat bahwa pertimbangan dan putusan Majelis

Hakim Tingkat Pertama tersebut telah benar dan tepat sehingga dapat diambil

alih sebagai pertimbangan dan putusan Mahkamah Agung sendiri ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, menurut pendapat

Mahkamah Agung terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan

kasasi dari Pemohon Kasasi : PT. INDOMINCO MANDIRI dan membatalkan

putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor 494/PDT/2010/PT.DKI tanggal 21

Maret 2011 yang membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

Nomor 29/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Sel tanggal 18 Agustus 2009 serta Mahkamah

Agung mengadili sendiri perkara ini dengan amar putusan sebagaimana

disebutkan dibawah ini ;

Menimbang, bahwa oleh karena para Termohon Kasasi berada di pihak

yang kalah, maka harus dihukum untuk membayar ongkos perkara dalam

semua tingkat peradilan ;

Memperhatikan pasal - pasal dari Undang - Undang Nomor 48 Tahun

2009, Undang - Undang Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah

dengan Undang - Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan

Undang - Undang Nomor 3 Tahun 2009 serta peraturan perundang - undangan

lain yang bersangkutan ;

M E N G A D I L I :

Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : PT.

INDOMINCO MANDIRI tersebut ;

Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor 494/PDT/2010/

PT.DKI tanggal 21 Maret 2011 yang membatalkan putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan Nomor 29/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Sel tanggal 18 Agustus 2009 ;

MENGADILI SENDIRI :

A. Dalam Eksepsi:

• Menolak eksepsi dari Tergugat untuk seluruhnya ;

B. Dalam Pokok Perkara:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian ;

2. Menyatakan Tergugat telah melakukan wanprestasi terhadap

Penggugat;

34

34

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34

Tyas
Highlight
Page 115: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3. Menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi kepada Penggugat

sebesar USD 1,400.000.00 (satu juta empat ratus ribu Dollar Amerika

Serikat) ;

4. Menghukum Turut Tergugat untuk mematuhi seluruh isi putusan ;

5. Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya ;

6. Menghukum para Termohon Kasasi/Tergugat dan Turut Tergugat

untuk membayar ongkos perkara dalam semua tingkat peradilan yang

dalam tingkat kasasi ini ditetapkan sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus

ribu Rupiah) ;

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah

Agung pada hari Kamis tanggal 28 Juni 2012 oleh H. MUHAMMAD

TAUFIK,SH.,MH. Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung

sebagai Ketua Majelis, SOLTONI MOHDALLY,SH.,MH. dan Dr. NURUL

ELMIYAH,SH.,MH. Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota, dan diucapkan

dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis

beserta Hakim-Hakim Anggota tersebut dan dibantu oleh BAMBANG HERY

MULYONO,SH. Panitera Pengganti, dengan tidak dihadiri oleh para pihak.

Hakim-Hakim Anggota : Ketua Majelis, ttd./ SOLTONI MOHDALLY,SH.,MH. ttd./ Dr. NURUL ELMIYAH,SH.,MH.

Oleh karena Hakim Agung H. Muhammad Taufik, SH., MH., sebagai

Ketua Majelis telah meninggal dunia pada hari Senin, tanggal 17 Desember

2012, maka putusan ini ditandatangani oleh Hakim Agung/Pembaca I: Soltoni

Mohdally, SH., MH. dan Hakim Agung/Pembaca II: Dr. Nurul Elmiyah,SH., MH.;

Jakarta, 10 April 2013

Ketua Mahkamah Agung RI,

ttd./

35

Hal. 35 dari 36 hal. Put. No.3053 K/Pdt/2011

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35

Tyas
Highlight
Page 116: PERFORMANCE BOND DALAM PROYEK KONSTRUKSI · di Indonesia yang difokuskan kepada aspek hukum dalam perjanjian performance bond dan perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi wanprestasi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Dr. M. Hatta Ali, SH., MH.

Ongkos-Ongkos : Panitera Pengganti,1. M e t e r a i …………. Rp. 6.000,00 ttd./2. R e d a k s i ………… Rp. 5.000,00 BAMBANG HERY

MULYONO,SH3. Administrasi kasasi ... Rp. 489.000,00

Jumlah Rp. 500.000,00

Untuk salinan

MAHKAMAH AGUNG RI

a.n. Panitera

Panitera Muda Perdata,

PRI PAMBUDI TEGUH, S.H. M.H.

NIP. 19610313 198803 1003

36

36

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36