PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

160
PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA MALANG DI KECAMATAN SUKUN Nama Mahasiswa : Fahir Hassan NRP : 3310 100 004 Jurusan : Teknik Lingkungan FTSP-ITS Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST,. MT ABSTRAK Berbagai upaya pemenuhan kondisi sanitasi di upayakan terus meningkat. Hal ini memicu timbul nya inovasi dalam peningkatan kualitas sistem distribusi air minum. Zona air minum prima (ZAMP) merupakan salahsatu bentuk inofasi dalam meningkatkan kualitas menjadi air yang bisa langsung di minum tanpa harus di masak terlebih dahulu. Dalam hal ini PDAM Kota Malang telah membuat daerah yag telah dilayani ZAMP sebagai model atau percontohan. Data yang di gunakan dalam perencanaan ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Dimana untuk pengolahan jaringan menggunakan program EPANET. Untuk data kontur lahan didapatkan melalui survey lapangan dengan GPS.Sistem Distribusi Air siap minum ini di pecah dari satu zona menjadi beberapa Distrik Meter Area (DMA) untuk mempermudah dalam melakukan analisa kebocoran. DMA ini merupakan system yang benar-benar terisolasi sehingga tidak dipengaruhi kondisi pada DMA lainnya. Penjagaan kualitas air siap minum ini dilakukan dengan pemantauan terhadap sisa chlor dan pembersihan yang terjadual secara rutin di setiap DMA. Apabila terdapat pipa yang melewati batas DMA harus dilakukan isolasi mengginakan Blind Flange. Dari hasil analisa menggunakan program EPANET sistem DMA yang direncanakan masih memenuhi parameter minimum sisa chlor sebesar 0.2 mg/l. Agar penambahan DMA tidak iii

Transcript of PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

Page 1: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA MALANG DI KECAMATAN SUKUN

Nama Mahasiswa : Fahir Hassan NRP : 3310 100 004 Jurusan : Teknik Lingkungan FTSP-ITS Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST,. MT

ABSTRAK

Berbagai upaya pemenuhan kondisi sanitasi di upayakan terus meningkat. Hal ini memicu timbul nya inovasi dalam peningkatan kualitas sistem distribusi air minum. Zona air minum prima (ZAMP) merupakan salahsatu bentuk inofasi dalam meningkatkan kualitas menjadi air yang bisa langsung di minum tanpa harus di masak terlebih dahulu. Dalam hal ini PDAM Kota Malang telah membuat daerah yag telah dilayani ZAMP sebagai model atau percontohan.

Data yang di gunakan dalam perencanaan ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Dimana untuk pengolahan jaringan menggunakan program EPANET. Untuk data kontur lahan didapatkan melalui survey lapangan dengan GPS.Sistem Distribusi Air siap minum ini di pecah dari satu zona menjadi beberapa Distrik Meter Area (DMA) untuk mempermudah dalam melakukan analisa kebocoran. DMA ini merupakan system yang benar-benar terisolasi sehingga tidak dipengaruhi kondisi pada DMA lainnya. Penjagaan kualitas air siap minum ini dilakukan dengan pemantauan terhadap sisa chlor dan pembersihan yang terjadual secara rutin di setiap DMA. Apabila terdapat pipa yang melewati batas DMA harus dilakukan isolasi mengginakan Blind Flange.

Dari hasil analisa menggunakan program EPANET sistem DMA yang direncanakan masih memenuhi parameter minimum sisa chlor sebesar 0.2 mg/l. Agar penambahan DMA tidak

iii

Page 2: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

iv

mengganggu sistem yang sudah ada, maka diperlukan penggantian sebagian pipa primer.

Katakunci: Air Minum, DMA, EPANET ,PDAM

Page 3: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

DESIGN OF ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM

OF MALANG CITY, SUKUN DISTRICT

Student Name : Fahir Hassan NRP : 3310 100 004 Department : Environmental Engineering FTSP-ITS Lecturer : Dr. Ali Masduqi, ST,. MT

ABSTRACT

Various efforts to comply with the sanitary conditions at

strived constantly increasing. This triggers its innovation arises in improving the quality of drinking water distribution systems. Zona Air Minum Prima (ZAMP) is one of the main forms of inofasi in improving the quality of water that can be directly in the drink without having to cook it first. In this case PDAM Malang has made the area ZAMP Yag has served as a model or pilot.

Data used in this plan consists of primary data and secondary data. Where to processing network using EPANET program. For land contour data obtained through field surveys with GPS.Drinkable water distribution system is split into several zones of the District Meter Areas (DMA) to facilitate the analysis of leakage. DMA is a system that is completely isolated so not affected by the condition in the other DMA. Guard the quality of potable water is done by monitoring the residual chlorine and cleaning regularly scheduled in each DMA. If there is a pipe that crosses the line must be isolated mengginakan DMA Blind Flange.

From the analysis using EPANET program planned DMA system still meets the minimum parameters chlorine residual of 0.2 mg / l. In order for the addition of DMA does not interfere with the existing system, it would require the replacement of most of the primary pipes.

v

Page 4: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

vi

Keywords: Drinking Water, DMA, EPANET, PDAM

Page 5: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

BAB 2 GAMBARAN WILAYAH PERENCANAAN

2.1. Gambaran Umum Wilayah Perencanaan Dalam gambaran umum ini akan dijelaskan terkait batas administratif Kecamatan Sukun dan topografi, hidrologi, kependudukan, dan tataguna lahan.

2.1.1 Wilayah Administratif dan Topografi Kecamatan Sukun merupakan salah satu Kecamatan yang

ada di Kota Malang. Kecamatan Sukun secara geografis terletak di 112,61o sampai 112,63o Bujur Timur, 7,96o sampai 8,00o Lintang Selatan dan beradapa pada ketinggian 440-450 m di atas permukaan air laut.

Kecamatan Sukun berada di Selatan Kota Malang, batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Loeokwaru dan Kecamatan Klojen; sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kedung kandang; sebelah Selatan dan Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Malang Luas wilayah Kecamatan Sukun sebesar 20,97 km2 yang terbagi dalam 11 Kelurahan sesuai pada Gambar 2.1dan memiliki jumlah penduduk sebanyak 181.513 jiwa berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 dengan laju pertumbuhan 1,14% pertahun. Untuk lokasi Kecamatan Sukun secara keseluruhan di Kota Malang dapat dilihat pada Gambar 2.2 A, sedangkan secara administrative dapat dilihat pada gambar 2.2 B. Sedangkan lokasi perencanaan Nampak pada gambar 2.2 C.

2.1.1 Hidrologui Pada Kecamatan Sukun kota malang ini terdapat sungai

sukun yang mengalir menuju sungai berantas. Sungai Sukun ini mengalirkan air dari saluran drainase yang membawa air dari DAS brantas dan limbah domestik msyarakat yang dikeluarkan pada saluran drainase. Pada kecamatan Sukun kedalaman air tanah minimal adalah 10m -15 m dari permukaan tanah.

5

Page 6: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

6

Gambar 2. 1 Letak administratif kelurahan di Kecamatan

Sukun Kota Malang.

Page 7: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

A B C

Gambar 2. 2 Peta Kota Malang secara keseluruhan (A), Gambar Kecamatan Sukun (B) dan Gambar wilayah yang akan direncanakan (C).

7

Page 8: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

8

Halaman Sengaja Dikosongkan

Page 9: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

2.1.2 Kependudukan Pada tahun 2013 penduduk Kecamatan Sukun Kota Malang

tercatat sejumlah 191.229 jiwa. Jumlah penduduk ini meningkat dari tahun 2012 sejumlah 185.501 jiwa dan pada tahun 2011 sejumlah 183.496 (BPS Kota Malang 2011). Secara keseluruhan penduduk kecamatan sukun merpakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar ke dua di kota malang. Penduduk Kecamatan Sukun tahun 2012 yang di rinci berdasarkan kelurahan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2. 1 Jumlah penduduk Kecamatan

Sukun berdasarkan Kelurahan

No Kelurahan 2012

Jumlah (jiwa)

1 Cipto Mulyo 16560

2 Gadang 18826

3 Bandung Rejosari 27801

4 Sukun 18658

5 Tanjung Rejo 25730

6 Pisang Candi 18364

7 Bandulan 13886

8 Karang Besuki 17948

9 Mulyorejo 13224

10 Bakalan Krajan 7600

11 Kebonsari 8717

Jumlah 187,314

9

Page 10: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

10

2.2. Kondisi Eksisting Wilayah Perencanaan Kondisi eksisting wilayah perencanaan ini menjelaskan

kondisi yang saat ini terkadi di pdam kota malang. Dalam sub bsb ini akan dibaha terkait sumber air baku, pelayanan air minum saat ini.

2.2.1 Sumber Air Baku Pada saat ini berapa wilayah di kecamatan sukun telah

dilayani oleh PDAM. Pelayanan PDAM ini mendapatkan air yang didapat dari sumber wendit. Sumber wendit. Dari pengujian kualitas air pada sumber wendit didapat kualitas air pada sumber wendit pada Tabel 2.2.

Tabel 2. 2 Hasil uji kualitas air minum pada

sumber wendit.

NO Parameter Wajib Satuan Metode

Kadar maksimum

yang diperbolehkan

Limit Deteksi Hasil Keterangan

I. Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan

a. Kimia an-

organik

1 Fluorida mg/L SNI 06.6989.29.2005 1,5 0,01 0,26

2 Kromium total mg/L SNI

06.6989.53.2005 0,05 0,003 < LD

3 Kadmium mg/L SNI 06.6989.16.2004 0,003 0,001 < LD

4 Nitrit

(sebagai NO2-)

mg/L SNI 06.6989.9.2004 3 0,0021 0,0042

5 Nitrat

(sebagai NO3-)

mg/L APHA

2005.45000-NO3-B

50 0,0019 17,32

6 Sianida mg/L SNI 19.6964.6.2003 0,07 0,001 < LD

II. Parameter yang berhubungan tidak langsung dengan kesehatan

a. Fisik

1 Bau - IK KFA 31 tidak berbau Tidak berbau

Page 11: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

11

NO Parameter Wajib Satuan Metode

Kadar maksimum

yang diperbolehkan

Limit Deteksi Hasil Keterangan

2 Warna TCU SNI 06.6989.24.2005 15 1 1 TCU : True

colour unit

3 Total padatan

terlarut (TDS)

mg/L IK KFA 30 500 1 214

4 Kekeruhan NTU SNI 06.6989.25.2005 5 0,06 0,47

NTU : Nephelo Turbidity

Unit

5 Rasa - IK KFA 32 Tidak berasa

Tidak berasa

6 Suhu Laboratorium

oC SNI 06.6989.23.2005

Suhu Udara ± 3oC 0,1 28

b. Kimiawi

1 Alumunium mg/L SNI 06.6989.35.2005 0,2 0,001 < LD

2 Besi mg/L SNI 6989.4.2009 0,3 0,0037 < LD Total

3 Kesadahan mg/L SNI 06.6989.12.2004 500 2 154,4 Sebagai

CaCO3

4 Klorida mg/L SNI 6989.19.2009 250 0,986 23,82

5 Mangan mg/L SNI 6989.5.2009 0,4 0,0491 < LD

6 pH Laboratorium - SNI

06.6989.11.2004 6,5-8,5 0,01 7 Merupakan

batas minimum

dan maksimum, khusus air hujan pH min, 5,5

7 Seng mg/L SNI 6989.7.2009 3 0,0075 < LD

8 Sulfat mg/L SNI 6989.20.2009 250 0,0693 13,117

9 Tembaga mg/L SNI 06.6989.6.2004 2 0,0153 < LD

10 Amoniak mg/L SNI 06.6989.30.2005 1,5 0,0135 < LD NH3-N

(total)

Sumber: BBTKLPP Surabaya 2013

Lanjutan Tabel 2.2

Page 12: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

12

2.2.2 Pelayanan Air Minum Saat Ini

Dalam Kecamatan Sukun Kota Malang terdapat dua HIPAM yang melayani sebagian masyarakat di kecamatan sukun selain dari pipa PDAM. Namun beberapa wilayah yang telah dilayani oleh pihak PDAM tetap dalam pemantauan secara berkala seperti yang tertera pada tabel

Pihak PDAM selalu mengkondisikan kualitas air yang sampai pada pelanggan adalah kualitas air siap minum. Hal ini dapat dilihat dari setiap pengujian baik yang dilakukan internal PDAM maupun pihak luar selalu berpatokan pada kualitas air siap minum sesuai Tabel 2.3. Namun Kecamatan Sukun belum dipatok menjadi Zona Airminum Prima (ZAMP) karena kondisi perpipaan dan instalasi yang masih kurang memadahi untuk ditetapkan menjadi ZAMP.

Tabel 2. 3 Hasil Uji kualitas air minum pada pelanggan.

NO PARAMETER SATUAN HASIL UJI BATAS SYARAT AIR MINUM KETERANGAN

A. FISIKA

1 Bau - Tidak berbau Tidak berbau

2 Total Zat Padat Terlarut (TDS) mg/L 197 500

3 Daya Hantar Listrik (DHL) µ.mho 245 -

4 Kekeruhan NTU 0 5

5 Suhu oC 25 Suhu Udara ± 3oC

B. KIMIA

1 Nitrat (sebagai NO3-) mg/L

14,39 50

2 Nitrit (sebagai NO2-) mg/L

0,0002 3

3 Besi (Fe) mg/L 0,0016 0,3

4 Mangan (Mn) mg/L 0,0001 0,4

Page 13: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

13

NO PARAMETER SATUAN HASIL UJI BATAS SYARAT AIR MINUM KETERANGAN

5 Kesadahan (CaCO3) mg/L

126 500

6 Klorida mg/L 9,976 250

7 pH - 6,9 6,5-8,5

8 Sisa Klor mg/L 0,3 5

Sumber: UPT Laboratorium Kesehatan Malang 2013

Dalam konsep penerapan ZAMP di PDAM Kota Malang, penerapan zona air munum prima dan pemantauannya menggunakan sistem Distrik Meter Area (DMA). DMA ini lebih sering digunakan sebagai metode untuk menanggulangi kebocoran. Namun dikarenakan adanya kebocoran menjadi salahsatu faktor penyebab menurunnya kualitas air, maka sistem DMA ini juga digunakan dalam pengembangan ZAMP. DMA merupakan pembagian blok-blok pelayanan yang melayani 2500-5000 pelanggan. Dalam satu DMA ini terdapat satu meter air yang digunakan untuk mengontrol debit aliran dan mempermudah mengidentifikasi terjadinya suatu kebocoran. Gambaran suatu DMA memiliki posisi di dalam satu sub zona, dimana satu sub zona ini terdiri dari banyak DMA. Diatas sub zona terdapat zona pelayanan yang terdiri dari beberapa sub zona. Posisi DMA dapat dilihat pada Gambar 2.2 dibawah ini

Gambar 2. 3 Ilustrasi sistem DMA

Lanjutan Tabel 2.3

Page 14: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

14

Selain penanggulangan kebocoran ZAMP juga harus terlindungi dari sisi mikrobiologi nya. Dimana dalam permenkes 492 batas untuk total bakteri koliform adalah 0 MPN/100 ml, hal ini dapat dicapai dengan adanya sisa klhor dengan rentang 0.2-0.5 ppm.

Page 15: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Sumber Air Baku Secara umum air baku dalam industri air minum digolongkan

menjadi empat bagian, yaitu: air atmosfir atau air hujan, air laut, air permukaan dan air tanah yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya (Sutrisno dkk, 2004).

a. Air laut Air laut memiliki sifat asin yang disebabkan nutrient yang

berlebih serta mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3%, dengan kondisi ini air laut menjadi pilihan terakhir sebagai air baku industri air minum.

b. Air atmosfir atau air hujan Dalam kondisi terbaik air hujan memiliki kemurnian yang

tinggi, karena dengan adanya pencemaran udara yang disebabkan oleh emisi industri/debu dan lain sebagainya menjadika air hujan membutuhkan pengolahan lanjutan. Air hujan mempunyai sifat agresif terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir karena pada umumnya air hujan mempunyai pH rendah, sehingga dapat mempercepat terjadinya korosi. Air hujan juga mempunyai sifat lunak (soft water) karena kurang mengandung larutan garam dan zat mineral, sehingga akan boros dalam pemakaian sabun dan terasa kurang segar.

c. Air permukaan Air permukaan merupakan air yang mengalir di permukaan

bumi kecuali air laut. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya lumpur dari aliran air yang menuju air permukaan, batang-batang kayu, daun-daun, sisa industri kota, limbah domestik rumah tangga, dan sebagainya. Komponen pengotorannya merupakan komponen

15

Page 16: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

16

fisik, kimia dan bakteriologi. Air permukaan merupakan sumber air yang relatif cukup besar, akan tetapi karena kualitasnya kurang baik maka perlu pengolahan. Terdapat dua macam air permukaan yaitu :

1. Air sungai Penggunaan air sungai sebagai air baku memerlukan proses

pengolahan hingga air sungai yang akan di manfaatkan memenuhi kualitas air minum. Kondisi ini di akibatkan banyaknya senyawa kimia maupun biologi yang mengalir menuju badan air dan membawa banyak nutrien.

2. Air rawa atau danau Kebanyakan air rawa berwarna disebabkan adanya zat-zat

organik yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air sehingga menyebabkan warna kuning coklat. Dengan adanya pembusukan, kadar zat organis tinggi maka kadar Fe dan Mn akan tinggi dan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob). Oleh karena itu unsur Fe dan Mn akan larut, sehingga untuk pengambilan air sebaiknya pada kedalaman tertentu di tengah-tengah agar endapan – endapan Fe dan Mn tidak terbawa.

3. Air Tanah Pada umumnya air tanah mempunyai kualitas yang cukup

baik, dan apabila dilakukan pengambilan yang baik dan bebas dari pengotoran dapat dipergunakan langsung. Untuk melindungi pemakaian air dari bahaya terkontaminasi melalui air diperlukan proses klorinasi.

Menurut Sutrisno, air tanah terbagi atas tiga bagian besar, yaitu : 1. Air tanah dangkal 2. Air tanah dalam 3. Mata air

Page 17: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

17

3.2. Proyeksi Penduduk

Proyeksi jumlah penduduk di masa mendatang dapat dilakukan menggunakan tiga metode yaitu :

a. Metode Aritmatik Jumlah perkembangan penduduk dengan menggunakan

metode ini dirumuskan sebagai berikut (Muliakusumah, 1998)

Pn = Po ( 1 + r.n) .......................................................(1) Dimana :

Pn =jumlah penduduk pada akhir tahun ke-n (jiwa) Po = jumlah penduduk pada tahun yang ditinjau (jiwa) r = angka pertambahan penduduk per tahun (%) n = jumlah tahun proyeksi (tahun)

b. Metode Geometrik Jumlah perkembangan penduduk dengan menggunakan

metode Geometrik dirumuskan sebagai berikut (Rusli, 1996 : 115).

Pn = Po (1 + r)n .........................................................(2) Dimana : Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun ke-n (jiwa) Po = jumlah penduduk pada tahun yang ditinjau (jiwa) r = angka pertambahan penduduk tiap tahun (%) n = jumlah tahun proyeksi (tahun)

c. Metode Least Square Metode ini digunakan untuk garis regresi linier yang

berarti data perkembangan penduduk masa lampau menggambarkan kecenderungan garis linier, meskipun perkembangan penduduk tidak selalu bertambah. Untuk metode ini, digunakan persamaan:

( )xbaPn .+= .........................................................(3)

Page 18: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

18

( )( ) ( )( )( ) ( )22

2

∑∑∑∑∑∑

−=

xxnxyxxy

a

( ) ( )( )( ) ( )22 ∑∑

∑∑∑−

−=

xxn

yxxynb

dimana:

Pn = jumlah penduduk tahun ke-n a dan b = konstanta x = urutan data Dalam pengggunaan metode perhitungan yang akan

digunakan, maka dibagi berdasarkan harga koefisien yang paling mendekati satu. Sesuai atau tidaknya analisis yang akan dipilih ditentukan dengan nilai koefisien korelasi yang berkisar antara 0 sampai 1. Persamaan koefisien korelasinya adalah:

..................... (4)

3.3. Jaringan Pipa Distribusi

Jaringan pipa dalam sistem distribusi terbagi atas beberapa jenis pipa yaitu pipa primer,pipa sekunder, dan pipa tersier yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pipa primer (Supply Main Pipe)

Pipa primer atau juga di sebut pipa induk merupakan pipa utama sistem distribusi air minum yang berfungsi mengalirkan air minum dari stasiun pemompaan menuju reservoir dan kemudian menuju berbagai zona. Pipa ini membentang berupa loop yang terkunci dari dalam dengan panjang tidak lebih dari 1 km. sistem looping pipa induk ini

)]()(].[)()([))(().(

2222 xxnyynyxyxnr

Σ−ΣΣ−Σ

ΣΣ−Σ=

Page 19: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

19

beroprasi secara terus menerus/ kontinyu meskipun ada sebagian sistem perpipaanyang di tutupuntuk perbaikanatau penggunaan air untuk pemadam kebakaran. Pemasangan valve pada sistem perpipaan induk intervalnya tidak lebih dari 1.5 km dan semua jaringan pipa tersier yang tersambung pada pipa induk ini juga harus menggunakan valve , sehingga apabila terjadi kerusakan pada pipa tersier tidak perlu menghentikan aliran pada pipa yang lebih besar.

2. Pipa Sekunder

Pipa sekunder yang memiliki diameter sama atau kurang dari diameter pipa primer yang disambungkanlangsung dengan pipa primer.Pipa ini terletak diantara dua atau empat blok di area pelayanan. Dan mengalirkan air ke pemadam kebakaran tanpa terjadi kehilangan tekanan

3. Pipa Tersier

Pipa tersier ini merupakan pipa yang disambungkan langsung dengan pipa sekunder atau perimer yang melayani pipa servis. Pipa tersier ini merupakan pipa pelayanan yang tersambung langsung dengan konsumen dan juga di pakai untuk kebutuhan pemadam kebakaran. Diameter

4. Pipa Servis

Pipa ini merupakan pipa yang terhubung langsung dengan sambungan rumah dengan diameter relative kecil. Dan terhubung pula dengan pipa sekunder dan pipa tersier dan terhubung pula dengan pipa sekunder dan pipa tersier. Pipa servis ini mempunyai diameter relative lebih kecil dari pipa-pipa sebelumnya yang telah disebutkan di atas.

3.4. Kualitas Air Minum Kualitas air minum mengacu pada Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 pada pasal 3 nomor 1 menyebutkan bahwa air minum yang aman bagi kesehatan harus memenuhi persyaratan fisik, mikrobiologis,

Page 20: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

20

kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan. Parameter-parameter tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2. Untuk parameter tambahan digunakan sesuai dengan kondisi kualitas lingkungan daerah. Apabila terdapat parameter yang melebihi maka air yang dihasilkan bukan termasuk air minum dan harus melalui proses pengolahan.

Tabel 3. 1Parameter Wajib Kualitas Air Minum

No Jenis Parameter Satuan

Kadar Maksimum

yang Diperbolehk

an

1

Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan

a. Parameter Mikrobiologi 1) E. Coli Jumlah per 100 ml

sampel 0

2) Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 ml sampel 0

b. Kimia an-organik 1) Arsen mg/L 0,01

2) Fluorida mg/L 1,5

3) Total Kromium mg/L 0,05

4) Kadmium mg/L 0,003

5) Nitrit, (sebagai NO2-) mg/L 3

6) Nitrat, (sebagai NO3-) mg/L 50

7) Sianida mg/L 0,07

8) Selenium mg/L 0,01

2

Parameter yang tidak berhubungan langsung dengan kesehatan

a. Parameter Fisik 1) Bau Tidak ada

Page 21: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

21

No Jenis Parameter Satuan

Kadar Maksimum

yang Diperbolehk

an

2) Warna TCU 15 3) Total Zat Padat Terlarut

(TDS) mg/L 500

4) Kekeruhan NTU 5

5) Rasa Tidak ada

6) Suhu oC Suhu ± 3

b. Parameter Kimiawi 1) Alumunium mg/L 0,2

2) Besi mg/L 0,3

3) Kesadahaan mg/L 500

4) Khlorida mg/L 250

5) Mangan mg/L 0,4

6) pH mg/L 6,5-8,5

7) Seng mg/L 3

8) Sulfat mg/L 250

9) Tembaga mg/L 2

10) Amonia mg/L 1,5 Sumber : PERMENKES Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010

Lanjutan Tabel 3.1

Page 22: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

22

No Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan

1 Kimiawi

a. Bahan Anorganik

Air Raksa mg/L 0,001

Antimon mg/L 0,02

Barium mg/L 0,7

Boron mg/L 0,5

Molybdenum mg/L 0,07

Nikel mg/L 0,07

Sodium mg/L 200

Timbal mg/L 0,01

Uranium mg/L 0,015 b. Bahan Organik

Zat Organik (KMnO4) mg/L 10

Detergen mg/L 0,05

Chlorinated Alkanes

Carbon tetrachloride mg/L 0,004

Dichloromethane mg/L 0,02

1,2-Dichloroethane mg/L 0,05

Chlorinated ethenes

1,2-Dichloroethane mg/L 0,05

Trichloroethene mg/L 0,02

Tetrachloroethene mg/L 0,04

Aromatic Hydrocarbons

Tabel 3. 2 Parameter Tambahan Kualitas Air Minum

Page 23: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

23

No Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan

Benzene mg/L 0,01

Toluene mg/L 0,7

Xylenes mg/L 0,5

Ethylbenzene mg/L 0,3

Styrene mg/L 0,02

Chlorinated Benzenes

1,2-Dichlorobenzene (1,2-DCB) mg/L 1

1,4-Dichlorobenzene (1,4-DBC) mg/L 0,3

Lain-lain

Di(2-ethylhexyl)phthalate mg/L 0,008

Acrylamide mg/L 0,0005

Epichlorobutadiene mg/L 0,0004

Hexachlorobutadiene mg/L 0,0006 Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) mg/L 0,6

Nitrilotriacetic acid (NTA) mg/L 0,2

c. Pestisida

Alachlor mg/L 0,02

Aldicarb mg/L 0,01

aldrin dan dieldrin mg/L 0,00003

Atrazine mg/L 0,002

Carbofuran mg/L 0,007

Chlordane mg/L 0,0002

Clhorotoluron mg/L 0,03

DDT mg/L 0,001

1,2-Dibromo-3-chloropropane mg/L 0,001

Lanjutan Tabel 3.2

Page 24: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

24

No Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan

(DBCP)

2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) mg/L 0,03

1,2-Dichloropropane mg/L 0,04

Isoproturon mg/L 0,009

Lindane mg/L 0,002

MCPA mg/L 0,002

Methoxychlor mg/L 0,02

Metolachlor mg/L 0,01

Molinate mg/L 0,006

Pendimethalin mg/L 0,02

Pentachalorophenol (PCP) mg/L 0,009

Permethrin mg/L 0,3

Simazine mg/L 0,002

Trifluralin mg/L 0,02 Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan MCPA

2,4-DB mg/L 0,09

Dichlorprop mg/L 0,1

Fenoprop mg/L 0,009

Mecoprop mg/L 0,001

2,4,5-Trichlorophenoxyacetic acid mg/L 0,009 d. Desinfektan dan Hasil Sampingnya Desinfektan

Chlorine mg/L 5

Hasil Sampingan

Bromate mg/L 0,01

Lanjutan Tabel 3.2

Page 25: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

25

No Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan

Chlorate mg/L 0,7

Chlorite mg/L 0,7

Chlorophenols

2,4,6-Trichlorophenol (2,4,6_TPC) mg/L 0,2

Bromoform mg/L 0,1

Dibromochloromethane (DBCM) mg/L 0,1

Bromodichloromethane (BDCM) mg/L 0,06

Chloroform mg/L 0,3

Chlorinated acetic acids

Dichloroacetic acid mg/L 0,05

Trichloroacetic acid mg/L 0,02

Chloral hydrate

Halogenated acetonitrilies

Dichloroacetonitrile mg/L 0,02

Dibromoacetonitrile mg/L 0,07

Cyanogen chloride (sebagai CN) mg/L 0,07

2 Radioaktifitas

Gross alpha activity Bq/L 0,1

Gross beta activity Bq/L 1 Sumber : PERMENKES Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010

3.5. Kebutuhan Air Dalam melakukan perencanaan sistem distribusi air

minum, perlu diketahui kebutuhan air dali wilayah yang akan di rencanakan. Menurut Safii (2012) , kebutuhan

Lanjutan Tabel 3.2

Page 26: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

26

air baku dalam suatu kota diklasifikasikan menjadi kebutuhan domestic dan kebutuhan non domestik.

3.5.1 Kebutuhan Domestik

Kebutuhan domestik adalah kebutuhan air bersih untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari atau rumah tangga seperti untuk minum, memasak, kesehatan individu (mandi, cuci dan sebagainya), menyiram tanaman, halaman dan pengangkutan air buangan (buangan dapur dan toilet). Besarnya kebutuhan air untuk keperluan domestik dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3. 3 Kriteria kebutuhan Air menurut Ukuran Kota

No Kategori Ukuran Kota Jumlah Penduduk Kebutuhan Air

(Jiwa) (L/orang/hari)

1 I Metropolitan > 1.000.000 190

2 II Besar 500.000 s/d 1.000.000 170

3 III Sedang 100.000 s/d 500.000 150

4 IV Kecil 20.000 s/d 100.000 130

5 V Pedesaan < 20.000 30 Sumber: Direktorat Jendral Cipta Karya 1998

3.5.2 Kebutuhan Non Domestik Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air baku

yang digunakan untuk beberapa kegiatan seperti untuk kebutuhan nasional, komersial, industry dan fasilitas umum. Standar kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih diluar keperluan rumah tangga. Standar kebutuhan air bersih non domestik dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Page 27: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

27

Tabel 3. 4 Standar Kebutuhan Air Non Domestik

No Sektor Besaran Satuan

1 Sekolah 10 L/murid/hari

2 Rumah Sakit 200 L/tempat tidur/hari

3 Puskesmas 2000 L/hari

4 Masjid 2000 L/hari

5 Kantor 10 L/pegawai/hari

6 Pasar 12000 L/hektar/hari

7 Hotel 150 L/tempat tidur/hari

8 Rumah Makan 100 L/tempat duduk/hari

9 Kompleks Militer 60 L/orang/hari

10 Kawasan Industri 0,2-0,8 L/detik/ha

11 Kawasan Pariwisata 0,1-0,3 L/detik/ha Sumber: Direktorat Jendral Cipta Karya 1998

3.6. Fluktuasi Kebutuhan Air

Fluktuasi adalah prosentase pemakaian air pada tiap jam yang tergantung dari aktivitas penduduk, adat istiadat atau kebiasaan penduduk serta pola tata kota. Sehingga kebutuhan air tiap waktu menjadi berubah/berfluktuasi. Untuk mendapatkan pelayanan kepada konsumen secara maksimal, hal ini perlu diperhitungkan. Flukuasi kebutuhan air didasarkan kepada kebutuhan air harian maksimum (Qmax) serta kebutuhan air jam maksimum (Qpeak) dengan referensi kebutuhan air rata-rata (Joko, 2010).

Page 28: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

28

3.6.1 Kebutuhan Air Rata-Rata Harian

Kebutuhan air rata-rata harian (Qav) adalah jumlah air per hari yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan domestic dan non domestik.

3.6.2 Kebutuhan Air Harian Maksimum Kebutuhan air harian maksimum (Qmax)

merupakan jumlah air terbanyak yang diperlukan pada satu hari dalam waktu satu tahun berdasarkan nilai Q rata-rata harian. Untuk menghitungnya diperlukan factor fluktuasi kebutuhan harian maksimum

Qmax= fmax . Qav ..................................... (5) Dimana : Qmax = Kebutuhan air harian maksimum (ltr/det) fmax = Faktor harian maksimum (1<fmax.hour<1,5 ) Qav = Kebutuhan air rata-rata harian (ltr/det)

3.6.3 Kebutuhan Air Jam Puncak Kebutuhan air jam maksimum (Qpeak) adalah

jumlah air terbanyak yang diperlukan pada jam-jam tertentu. Untuk menghitungnya diperlukan faktor fluktuasi kebutuhan jam maksimum (fpeak).

Qpeak= fpeak . Qmax ................................. (6) Dimana : Qpeak = Kebutuhan air jam maksimum (ltr/det) f peak = Faktor fluktuasi jam maksimum ( 1 ,5 - 2,5 ) Qmax = Kebutuhan air harian maksimum (ltr/det)

Page 29: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

29

3.7. Pipa dan Perlengkapannya Didalam suatu sistem distribusi air minum, pekerjaan

perpipaan merupakan suatu komponen penting yang mendapatkan perhatian khusus, baik dalam hal pemilihan, pengadaan maupun pemasangannya. Biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan perpipaan biasanya berkisar antara 60 – 80% dari total biaya keseluruhan dari sistem distribusi air minum. Kesalahan yang terjadi pada pekerjaan perpipaan akan dapat menimbulkan kerugian yang tidak sedikit atau dapat pula mengganggu sistem air minum secara keseluruhan.

Hal penting yang harus diperhatikan didalam pekerjaan perpipaan adalah menentukan kriteria untuk pemilihan jenis pipa yang akan dipergunakan. Penentuan kriteria ini diperlukan untuk membantu pada designer sistem air minum baik untuk proyek baru maupun proyek rehabilitasi dan pengembangan.

Secara umum kriteria pemilihan pipa untuk suatu proyek air minum yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: • Ketersediaan jenis pipa sesuai dengan tekanan kerja yang

disyaratkan • Evaluasi teknis untuk jenis pipa yang tersedia • Pertimbangan operasional dan peralatan • Pertimbangan struktural • Pertimbangan biaya • Pertimbangan kebijakan

Jenis pipa yang akan dipergunakan seharusnya telah memenuhi ke 6 (enam) kriteria diatas.

Jenis pipa dengan diameter besar yang diproduksi adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 5 Jenis Diameter Pipa Yang Diproduksi

Jenis Pipa Diameter Pipa (mm) PVC GIP Steel Fiber Glass

16 – 630 16 – 200 100 – 3.600 250 – 2.500

Page 30: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

30

Jenis Pipa Diameter Pipa (mm) ACP PSC HDPE/MDPE

80 – 600 300 – 3.500 16 – 125

Untuk pipa HDPE memiliki daya tahan terhadap beban

(fatigue) dan keretakan perlahan-lahan (Slow crack growth) bersamaan dengan daya tahan rapid crack. Oleh karena itu pipa ini dapat bertahan kuranglebih selama 50 tahun. Beberapa keunggulan penggunaan pipa HDPE yang memiliki kondisi fleksibel yaitu memberi kemudahan dalam pemasangan di lapangan dan tahan ketika berada pada lokasi dengan kondisi tanah yang labil. Dengan adanya sifat crack resistance yang tinggi menjadikan pipa HDPE tahan terhadap retakan. Dalam kontak dengan bahan kimia pipa HDPE juga memiliki kekuatan yang tinggi ketika kontak dengan bahan kimia baik kondisi asam kuat ataupun basakuat serta tidak dapat berkarat karena terbuat dari bahan polyetilene serta bersifat food grade. Pipa HDPE ini juga memiliki titik rapuh (brittleness) jauh di bawah 0oC, karena itu tidak ada masalah dalam transportasi, pemasangan ataupun pengoprasian di suhu yang rendah. Kondisi bagian dalam pipa HDPE yang licin meminimalkan terjadinya abrasi dan sedimentasi.

Tabel 3. 6 Aksesoris dan fungsi pada pipa

No Nama Gambar Keterangan

1 Clamp Saddle

Sebagai pemasangan percabangan dan tapping . Tujuan tapping adalah membuat cabang baru. Ada

juga yang menggunakan Tee Reduce sebagai pengganti tapping atau sebaliknya. Jika dilihat dari

pengerjaannya memang jauh lebih mudah memasang tapping arau clamp saddle ketimbang memasang Tee Reduce. Fungsinya adalah sama.

Lanjutan Tabel 3.5

Page 31: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

31

No Nama Gambar Keterangan

2 Tee Reduce

Digunakan dalam percabangan. Biasanya digunakan pada pipa berukuran kecil dan terdapat

perubahan ukuran.

3 Reduction fitting

Digunakan dalam penyambungan dan perubahan ukuran pipa secara sekaligus

4 Tee coupling

Digunakan dalam percabangan dengan sambungan non permanen

5 Male fittings

Sambungan soket dengan pipa ber ulir

6 Elbow 900

Belokan, biasanya digunakan pada instalasi HDPE ber diameter kecil

3.8. Reservoir Jenis reservoir dapat dibagi berdasarkan bentuk, fungsi

maupun tinggi reservoir terhadap permukaan tanah sekitarnya. Terdapat dua metode dalam menentukan volume reservoir yaitu cara analitis dan grafik. Dipilih metode analitis sebagai metode perencanaan dikarenakan metode ini dirasa lebih akurat. Persen pemakaian digunaka saat berada di daerah lain atau melalui pemakaian air pada umum nya. Hal tersebut dapat dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

100%𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 ℎ 𝑗𝑗𝐽𝐽𝐽𝐽 𝑝𝑝𝑝𝑝𝐽𝐽𝐽𝐽𝑝𝑝𝐽𝐽𝑝𝑝𝐽𝐽𝑝𝑝 𝑝𝑝𝑝𝑝𝐽𝐽𝑝𝑝𝐽𝐽

Lanjutan Tabel 3.6

Page 32: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

32

Prosen selisih debit = prosen suplai – prosen pemakaian Prosen volume reservoir = prosen selisih debit kumulatif Prosen kapasitas reservoir = prosen volume terbesar –

prosen volume terkecil Volume reservoir = prosen kapasitas reservoir x QHM

Dari penjelasan di atas diketahui bahwa Berdasarkan tinggi relatif reservoir ter hadap permukaan

tanah sekitarnya, maka jenis reservoir dapat dibagi menjadi (Anonim, 2010).

1. Reservoir Permukaan (Ground Reservoir)

Yang dimaksud dengan reservoir permukaan adalah reservoir yang sebagian besar atau seluruh reservoir tersebut terletak di bawah permukaan tanah. Direncanakan volume elevated reservoir adalah 1/3 dari volume total reservoir. Sedangkan sisanya ditampung dalam ground reservoir. Hal ini untuk menghindari dimensi elevated reservoir yang terlalu besar (Anonim, 2010)

Volume elevated reservoir = 1/3 x volume reservoir

Gambar 3. 1 Ground Reservoir

Page 33: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

33

2. Reservoir Menara (Elevated Reservoir)

Yang dimaksud dengan reservoir menara adalah reservoir yang seluruh bagian penampungan dari reservoir tersebut terletak lebih tinggi dari permukaan tanah sekitarnya. Direncanakan volume elevated reservoir adalah 1/3 dari volume total reservoir. Sedangkan sisanya ditampung dalam ground reservoir. Hal ini untuk menghindari dimensi elevated reservoir yang terlalu besar (Anonim, 2010).

Volume elevated reservoir = 1/3 x volume reservoir

Gambar 3. 2 Elevated Reservoir

3.9. Distribusi Air Siap Minum A. Kriteria Pemilihan Area Pelayanan

Menurut Allen (2004), kriteria pemilihan area pelayanan dapat ditentukan sebagai berikut:

• Jaringan pipa distribusi relatif baru, kondisi sangat baik dan terpisah ( terisolasi ) dari jaringan pipa lain sehingga mempermudah pengawasan. Pengaliran 24 jam, ada alternatif suplai dan tekanan cukup baik

Page 34: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

34

• Air baku yang diolah memenuhi kriteria kualitas air yang lebih sehat dan aman

• Terdapat proses sterilisasi lanjutan pada sistem distribusi yang mampu diterima oleh pelanggan

B. Jaminan Kualitas Air Siap Minum Menurut Allen (2004), dalam program air siap minum

dikatakan terjamin kualitasnya karena : • Sumber air berasal dari air yang terlindungi dari

pencemaran. • Telah melalui proses pengolahan desinfeksi untuk

menghilangkan bakteri dan kuman penyakit sesuai dengan standar kualitas air minum. Dan diperiksa secara teratur oleh pihak laboratorium.

• Jaringan pipa distribusi menggunakan jaringan pipa air bersih yang sudah ada dan relatif masih baru. Terdiri dari pipa berkualitas yang tidak mudah bocor dan berkarat.

• Jaringan distribusi dipisahkan dari distribusi air bersih lainnya, sehingga mudah diawasi dan terhindar dari pencemaran.

• Jaringan pipa distribusi dibersihkan secara rutin. • Tekanan air terjaga kestabilannya.

3.10. EPANET EPANET adalah program computer yang keluarkan oleh EPA

(Enviromental Protection Agency) yang menggambarkan simulasi hidrolis dan kecenderungan kualitas air yang mengalir di dalam jaringan pipa. Jaringan pipa yang di maksud meliputi pipa, node (titik koneksi pipa), pompa, katub, dan tangki air atau reservoir. Epanet meliputi pembahasan aliran air di tiap pipa, kondisi tekanan air di tiap titik dan kondisi konsentrasi bahan kimia yang mengalir

Epanet di luncurkan untuk mencapai dan mewujudkan pemahaman tentang pergerakan dan nasip kandungan air minum dalam jaringan distribusi. Serta dapat digunakan dalam berbagai

Page 35: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

35

analisa pada jaringan distribusi dan manjadi contoh pembuatan model hidrolis, analisa klhor, bahkan analisa pelanggan.

Dalam melakukan pemodelan di bidang kualitas air terutama sisa klhor, epanet memiliki pengolahan data akurat yang secara otomatis menghitung penurunan sisa klor yang terjadi dengan mempertimbangkan kecepatan, jarak dan turbulensi aliran pada pipa (Lewwis, 2000).

Menurut User Manual EPANET (2000), EPANET 2.0 dapat digunakan untuk menganalisis kualitas air tentang penurunan sisa klor pada sistem jaringan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pilih Option-Quality untuk diedit dari Data Browser. Pada field Parameter Property Editor ketiklah Chlorine.

b. Pindah ke Option-Reactions pada Browser. Untuk Global Bulk Coeffcient masukkan nilai –1.0. Angka ini merefleksikan laju khlorin yang akan meluruh pada saat reaksi pada aliran bulk sepanjang waktu. Laju tersebut akan diaplikasikan pada seluruh pipa pada jaringan. Anda dapat mengedit nilai ini untuk pipa tunggal jika dibutuhkan.

c. Kik pada node Reservoir dan atur Initial Quality pada 1.0. Ini adalah konsentrasi dari khlorin yang secara kontinue masuk ke dalam jaringan. (Atur kembali initial quality pada Tank ini menjadi 0 jika akan mengubahnya)

3.11. Sisa Klor Dalam Jaringan Distribusi Selama perjalanan ke konsumen, konsentrasi sisa klor menurun sesuai/sebanding dengan bertambahnya waktu tempuh dari sisa klor tersebut, sampai pada titik terjauh kemungkinan sisa klor tersebut akan habis. Penurunan konsentrasi sisa klor dalam pipa distribusi sesuai dengan persamaan reaksi orde satu, dimana terdapat tiga

Page 36: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

36

variable yang mempengaruhi penurunan tersebut, yaitu konsentrasi sisa klor, jarak tempuh dan waktu tempuh (Roberts, 1980) Seperti pada persamaan berikut:

− 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑝𝑝𝑑𝑑

= 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑣𝑣

..............................................(7) Dimana: v = kecepatan fluida x = jarak tempuh k = konstanta penurunan Bila persamaan diatas di integral kan:

− �𝑑𝑑𝑑𝑑𝑝𝑝𝑑𝑑

𝑑𝑑𝑝𝑝

𝑑𝑑𝑝𝑝

= �𝑑𝑑𝑑𝑑𝑣𝑣

𝐿𝐿

0

1𝑝𝑝

ln � 𝑑𝑑0

𝑑𝑑𝑝𝑝� =

𝐿𝐿𝑣𝑣

ln 𝑑𝑑𝑝𝑝 = ln 𝑑𝑑0 − �𝑝𝑝𝑣𝑣� 𝐿𝐿 ...........................(8)

Dimana: Ce = Konsentrasi sisa klor pada jarak tertentu C0= Konsentrasi sisa klor pada t=0 K = Konstanta penurunan L= Jarak aliran Konstanta penurunan sisa klor pada jaringan distribusi (k) dipengaruhi oleh faktor turbulensi aliran dalam pipa, penguapan sisa klor, photolysis, dan suhu (Droste, 1997) dimana nilai K mengikuti persamaan berikut. Kt = Konstanta penurunan klhor pada suhu tertentu FTB = Faktor turbulen KEV= Konstanta evaporasi

Ks= Konstanta photolysis KOX= Konstanta oksidasi oleh klhor Ø = Konstanta arhenius T= Suhu 0C

Page 37: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

37

Dari penelitian yang pernah dilakukan, telah didapatkan bahwa nilai dari konstanta-konstanta di atas adalah:

Kt = Konstanta penurunan klhor pada suhu tertentu FTB = 2,05 KEV= 0,01/H/hari, dimana H = Kedalaman air/diameter

pipa (m) Ks= 0,03/hari KOX= 0,065/hari Ø = 1,08

Adanya kontaminan-kontaminan yang masuk pada pipa distribusi dapat mempercepat penurunan sisa klor dab berubahnya menjadi sisa klor terikat yang mempunyai daya desinfektan lebih rendah dari sisa klor bebas sehingga memungkinkan untuk berkembangnya bakteri coliform yang masuk dalam pipa distribusi yang mempunyai tekanan rendah sehingga memungkinkan masuknya kontaminan dari luar pipa (Simpson, 1998).

3.12. Kebocoran Pemakaian air bersih lainnya yang secara langsung

bersifat konsumtif adalah kehilangan air (uncounted water) yang di akibatkan karena adanya kesalahan teknis seperti kebocoran pipa, pencurian air oleh penduduk, pemasangan pipa illegal, dan atau kesalahan dalam pencatatan meter oleh petugas.

Kehilangan air adalah selisih antara distribusi air dengan konsumsi atau pemakaian air yang dibagi menjadi tiga yaitu: 1. Kehilangan air rencana

Kehilangan air yang dialokasikan untuk kelancaran oprasional dan pemeliharaan air bersih. Kehilangan air ini di perhitungkan dalam pepenetapan harga air yang dibebankan pada pelanggan. Contoh kehilangan air rencana adalah pada unit unit pengolahan air bersih terutama pada unit filter (Wahyono hadi, 1989)

Page 38: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

38

2. Kehilangan air percuma Menyangkut penggunaan fasilitas distribusi air bersih dan pengelolaannya, dibagi menjadi:

a. Leakage merupakan kehilangan air pada komponen fasilitas yang tidak dikendalikan oleh pengelola.

b. Wastage merupakan kehilangan air pada saat pemakaian oleh konsumen.

Kebocoran termasuk dalam kehilangan air percuma , dimana sulit untuk membuat kebocoran sebesar 0% terutama di Indonesia yang kondisi alam dan tanahnya sangat mempengaruhi. Menurut kriteria kebutuhan air bersih P3KT Jawa timur, besarnya kebocoran di asumsikan sebesar 30% dari kebutuhan air bersih domestic dan non domestic sehingga: 𝑄𝑄 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑘𝑘𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝𝑘𝑘𝐽𝐽𝑝𝑝 = 30% 𝑑𝑑 ( 𝑄𝑄 𝑑𝑑𝑝𝑝𝐽𝐽𝑝𝑝𝑑𝑑𝑑𝑑𝑝𝑝𝑝𝑝+𝑄𝑄 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑑𝑑𝑝𝑝𝐽𝐽𝑝𝑝𝑑𝑑𝑑𝑑𝑝𝑝𝑝𝑝)𝑄𝑄𝑘𝑘ℎ = 𝑄𝑄𝑑𝑑𝑝𝑝𝐽𝐽𝑝𝑝𝑑𝑑𝑑𝑑𝑝𝑝𝑝𝑝+ 𝑄𝑄 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑑𝑑𝑝𝑝𝐽𝐽𝑝𝑝𝑑𝑑𝑑𝑑𝑝𝑝𝑝𝑝+𝑄𝑄 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑘𝑘𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝𝑘𝑘𝐽𝐽𝑝𝑝 ................ (9)

Dan untuk kebutuhan air harian maksimum (Qhm) dan

jam maksimum (Qjm) dipilih: Faktor harian maksimum (Fhm) = 1,15 Faktor jam maksimum (Fjm) = 1,5

(sumber : Data fluktuasi pemakaian air kabupaten sidoarjo)

Sehingga: Qhm= 1.15 x Qrh Qjm= 1.5 x qhm (Sumber : Data fluktuasi pemakaian air

kabupaten sidoarjo) 3. Kehilangan air incidental

Merupakan kehilangan air pada saat atau diluar kekuasaan manusia seperti bencana alam gempa bumi

Page 39: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

BAB 4 METODE PERENCANAAN

Metode perencanaan ini bertujuan untuk memudahkan

pelaksanaan dan menunjukan langkah-langkah dalam penyusunan tugas akhir.

4.1. Kerangka Perencanaan Penyusunan kerangka perencanaan ini berupa rangkaian

kegiatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan tugas akhir ini. Langkah awal yang dilakukan adalah menentukan ide tugas akhir yang kemudian dilakukan pengumpulan data-data primer dan sekunder. Kerangka perencanaan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah ini:

Gambar 4. 1 Kerangka Perencanaan Penyusunan Tugas

Akhir

39

Page 40: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

40

4.2. Metode Pelaksanaan Perencanaan Berdasarkan kerangka perencanaan di atas, dapat

dirincikan sebagai berikut.

4.2.1 Perijinan . Perijinan ini dilakukan untuk keperluan pengambilan

atau pengumpulan data. Perijinan ini ditujukan ke instansi-instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik dan PDAM Kota Malang.

4.2.2 Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam perencanaan ini merupakan data-

data primer yang didapatkan melalui survey dan sampling lapangan serta data sekunder yang diperoleh dari instansi-instansi berkaitan seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang dan PDAM Kota Malang. Data-data yang diperlukan dalam tugas akhir ini antara lain : A. Primer

• Sampling kualitas air siap minum di jaringan perpipaan yang sudah terbentuk.

Sampling yang di lakukan ditujukan untuk mengetahui konsentrasi sisa khlor dengan tujuan melakukan pemodelan pada program EPANET.

Pengujian dilakukan di lapangan dengan mengambil sampel pada dua titik yang berbeda, untuk kecepatan dan jarak pipa pada dua titik harus di ketahui untuk mengetahui penurunan sisa klor seakurat mungkin. Proses pengujian bisa dilakukan minimal 3 kali pada titik yang berbeda. Data yang didapatkan selanjutnya di masukan pada kolom survey sesuai Tabel 4.1.

Page 41: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

41

Tabel 4. 1 Form survey sisa klor pada jaringan distribusi eksisting.

• Sampling Kualitas air di rumah penduduk Proses sampling di rumah penduduk dilakukan pada kran pertama di dekat meter air. Apabila kran pada meter air ditutup oleh pelanggan, dilakukan sampling pada kran terdekat. Sebagai batasan, tidak dilakukan sampling pada warga yang mencampur air PDAM dengan air sumur atau warga yang menggunakan reservoir atau tendon untuk menampung air terlebih dahulu.

• Survey lapangan menggunakan GPS untuk mengetahui ordinat dan elevasi seperti yang tertera pada Tabel 4.2.

Tabel 4. 2 Form survey GPS

No Node Ordinat Elevasi Ketrangan X Y

1 2 3 Node disini tidak hanya sebagai percabangan, tetapi ketika ada belokan pada pipa atau ada perubahan

Diameter pipa Debit Kecepatan

Titik 1 Titik 2 Titik 1 Titik 2 (m) (m3/s) (m/s)

123

123

NoLokasi Konsentrasi sisa klor Panjang

pipaTandon Wendit

Tandon Tlogomas

Page 42: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

42

elevasi yang signifikan perlu diberi node agar data yang didapatkan lebih akurat. Ordinat yang tertera pada layar GPS digunakan sebagai data node di epanet dengan panamaan node yang sama.

B. Sekunder: • Peta jaringan jalan

Peta jaringan digunakan sebagai acuan dalam pemasangan jaringan distribusi air siap minum yang akan direncanakan. Peta jaringan jalan didapatkan dari data PDAM Kota Malang. Dalam melakukan surfey menggunakan GPS nantinya, peta yang di ikuti merupakan peta jaringan jalan yang sudah didapatkan.

• Peta jaringan distribusi Peta jaringan distribusi digunakan untuk mengetahui instalasi yang telah dimiliki PDAM Kota Malang dan menentukan rencana pengembangan zona air minum prima yang akan direncanakan.

• Peta RTRW Dalam perencanaan ZAMP perlu diketahui terkait rencana tataguna lahan yang akan direncanakan. Hal ini berkaitan erat dengan kebutuhan air serta sistem pengaliran yang dilakukan

• Peta administrasi Sebagai penunjang dalam perencanaan serta survei yang dilakukan dibutuhkan peta administrasi untuk mempermuda pengelompokan yang dilakukan serta perhitungan penduduk terlayani.

• Data penduduk kecamatan sukun Data penduduk sangat penting untuk menentukan proyeksi kebutuhan air kedepannya. Data bisa di dapatkan di BPS (Biro Pusat Statistik) Kota Malang

• Data fasilitas umum Dalam pemasangan kran umum dan mempertimbangkan aspek fungsi di masyarakat,

Page 43: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

43

diperlukan data fasilitas sosial sebagai penunjang di kecamatan Sukun

• Data sumber air Data sumber air diperlukan untuk menentukan sistem pengaliran serta penggunaan reservoir dan pompa.

• Data pembagian rencana pengembangan Dalam penentuan zona yang akan direncanakan diperlukan rencana pengembangan ZAMP PDAM Kota Malang kedepannya sehingga perencanaan ini benar-benar dapat menjadi pertimbangan untuk PDAM Kota Malang

4.2.3 Analisis Data Setelah diperoleh data sekunder, selanjutnya dilakukan

analisa pada data-data yang didapatkan tersebut. Hal ini dilakukan untuk menyeleksi data yang diperoleh apakah telah sesuai dengan kebutuhan perencanaan yang akan dilakukan.

4.2.4 Perencanaan Setelah diperoleh data-data yang diperlukan, selanjutnya

dilakukan perencanaan \ jaringan sistem distribusi zona air minum prima (air siap minum). Langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan pengembangan atara lain:

• Menghitung proyeksi penduduk • Menghtung proyeksi fasilitas • Menghitung kebutuhan air • Perencanaan jaringan • Pemodelan kualitas air pada jaringan • Proses desinfeksi • Perencanaan proses pemantauan dan perawatan jaringan • Gambar teknis • Perhitungan BOQ dan RAB.

Page 44: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

44

4.2.5 Pembahasan Dilakukan pembahasan atas analisa model jaringan

perpipaan dan sistem pengaliran yang telah dilakukan dengan menggunakan Program EPANET Pembahasan ini mengacu pula pada kondisi eksisting jaringan pipa yang saat ini ada dan evaluasinya sehingga proses distribusi dapat berjalan dengan baik.Selain itu juga dilakukan pembahasan terkait kelengkapan perlindungan air baik pada sistem distribusi dan pengelolaan ZAMP.

4.2.6 Studi Literatur Studi literatur dilakukan mulai tahap pengumpulan data

hingga penarikan kesimpulan. Studi literatur yang digunakan adalah teori-teori yang mendasari perencanaan sistem distribusi air minum diantaranya proyeksi fasilitas, kebutuhan air, fluktuasi kebutuhan air, hidrolika pengaliran air minum bertekanan, pedoman teknis distribusi air minum, pompa distribusi, reservoir, proses desinfeksi dalam pipa, pengelolaan distribusi air siap minum dan pengolahan data dengan program EPANET Literatur yang digunakan pada tugas akhir ini berupa text book, peraturan-peraturan yang terkait, HSPK Kota Malang, dan referensi dari tugas akhir perencanaan atau penelitian sebelumnya. Setiap dilakukan proses perencanaan selalu merujuk pada literatur di atas.

4.2.7 Kesimpulaan dan Saran Dari pembahasan yang telah dilakukan maka diambil

kesimpulan yang merupakan hasil perencanaan yang menjawab rumusan masalah perencanaan sistem jaringan distribusi ini. Saran diberikan sebagai hasil evaluasi yang dapat digunakan untuk memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan perencanaan pengembangan sistem jaringan distribusi lebih lanjut.

Page 45: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

BAB 5 ANALISIS dan PEMBAHASAN

5.1. Proyeksi Penduduk Jumlah penduduk pada parencanaan ZAMP dlingkup i Kecamatan Sukun Kota Malang diproyeksikan untuk 15 tahun kedepan yaitu dimulai pada tahun 2015 hingga tahun 2030. Dalam perhitungan proyeksi penduduk, terdapat tiga metode yang dapat digunakan, yaitu metode aritmatika, geometri dan least square. Dari ketiga metode tersebut kemudian dicari koefisien korelasinya terlebih dahulu untuk mencari metode mana yang akan digunakan untuk menghitung proyeksi penduduk. Koefisien korelasi dari ketiga metode tersebut dipilih yang mendekati 1 (grafik linier) sehingga dapat ditentukan metode mana yang akan digunakan menghitung proyeksi penduduk Kecamatan Sukun Kota Malang. Dalam menghitung nilai korelasi (r) digunakan rumus sebagai berikut: Jumlah penduduk Kecamatan Sukun Kota Malang dari tahun 2006 sampai 2013 dapat dilihat pada Tabel 5.1

Tabel 5. 1 Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Sukun Kota Malang

No Tahun Penduduk Petumbuhan Penduduk

Persentase pertumbuhan

1 2006 178,063 0 0

2 2007 179,374 1,311 0.73

3 2008 180,785 1,411 0.78

4 2009 182,208 1,423 0.78

5 2010 185,043 2,835 1.53

6 2011 187,314 2,271 1.21

7 2012 188,737 1,423 0.75

45

Page 46: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

46

No Tahun Penduduk Petumbuhan Penduduk

Persentase pertumbuhan

8 2013 191,020 2,283 1.20

Jumlah 1,472,544 12,957 6.99 Sumber: BPS Kecamatan Sukun Kota Malang dan Hasil Perhitungan Contoh perhitungan pada kolom pada nomor 2 sebagai berikut: Pertumbuhan penduduk = Jumlah penduduk (2007-2006) = (179,374-178,063) Jiwa =1,311Jiwa Persentase pertumbuhan = (pertumbuhan penduduk / jumlah penduduk) x 100 = (1,311/179,374)Jiwa x 100 =0.73% Untuk perhitungan rata – rata pertumbuhan dan r dapat dilihat di bawah ini: Rata – rata pertumbuhan =Jumlah Persentase Pertumbuhan / (8-1) = 6.99 / 7 = 0,998 =1 r = rata – rata pertumbuhan / 100 = 1/100 = 0,01 5.1.1 Pemilihan Metode Proyeksi

a. Metode Aritmatik

Daerah dengan pertumbuhan penduduk yang selalu naik secara konstan dan dalam kurun waktu yang pendek, sesuai dengan metode ini. Untuk perhitungan koefisien korelasi (r) dengan metode aritmatik dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Lanjutan Tabel 5.1

Page 47: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

47

Tabel 5. 2 Perhitungan Nilai Korelasi dengan Metode Aritmatik

Tahun Jumlah Penduduk X Y X.Y X^2 Y^2

2006 178,063 1 0 0 1 0

2007 179,374 2 1,311 2,622 4 1,718,721

2008 180,785 3 1,411 4,233 9 1,990,921

2009 182,208 4 1,423 5,692 16 2,024,929

2010 185,043 5 2,835 14,175 25 8,037,225

2011 187,314 6 2,271 13,626 36 5,157,441

2012 188,737 7 1,423 9,961 49 2,024,929

2013 191,020 8 2,283 18,264 64 5,212,089

Jumlah 36 12,957 68,573 204 26,166,255

R 0.83015

b. Metode Geometri Proyeksi dengan metoda ini menganggap bahwa

perkembangan penduduk secara otomatis berganda, dengan pertambahan penduduk. Metoda ini tidak memperhatikan adanya suatu saat terjadi perkembangan menurun dan kemudian mantap, disebabkan kepadatan penduduk mendekati maksimum. Perhitungan nilai korelasi menggunakan metode geometri seperti yang terlihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5. 3 Perhitungan Nilai Koefisien Korelasi dengan

Metode Geometri

Tahun Jumlah Penduduk X Y X.Y X^2 Y^2

2006 178,063 1 12,090 12,090 1 146,166

2007 179,374 2 12,097 24,194 4 146,343

Page 48: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

48

Tahun Jumlah Penduduk X Y X.Y X^2 Y^2

2008 180,785 3 12,105 36,315 9 146,533

2009 182,208 4 12,113 48,452 16 146,722

2010 185,043 5 12,128 60,642 25 147,097

2011 187,314 6 12,141 72,843 36 147,393

2012 188,737 7 12,148 85,037 49 147,577

2013 191,020 8 12,160 97,281 64 147,869

Jumlah 36 96,982 436,854 204 1,175,698

R 0,99504 Sumber: Hasil Perhitungan c. Metode Least Square

Metoda ini digunakan untuk garis regresi linier yang berarti bahwa data perkembangan penduduk masa lalu menggambarkan kecenderungan garis linier, meskipun perkembangan penduduk tidak selalu bertambah. Dalam persamaan ini data yang dipakai jumlahnya harus ganjil. Perhitungan koefisien korelasi (r) dengan metode least square terlihat pada Tabel 5.4 berikut:

Tabel 5. 4 Perhitungan Nilai Koefisien Korelasi Metode Least

Square

Tahun Jumlah Penduduk X Y X.Y X2 Y2

2006 178,063 1 178,063 178,063 1 31,706,431,969

2007 179,374 2 179,374 358,748 4 32,175,031,876

2008 180,785 3 180,785 542,355 9 32,683,216,225

2009 182,208 4 182,208 728,832 16 33,199,755,264

Lanjutan Tabel 5.3

Page 49: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

49

Tahun Jumlah Penduduk X Y X.Y X2 Y2

2010 185,043 5 185,043 925,215 25 34,240,911,849

2011 187,314 6 187,314 1,123,884 36 35,086,534,596

2012 188,737 7 188,737 1,321,159 49 35,621,655,169

2013 191,020 8 191,020 1,528,160 64 36,488,640,400

Jumlah 36 1,472,544 6,706,416 204 2.71202E+11

R 0.99450 Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi dengan metode-metode yang ada, maka nilai koefisien korelasi yang dipilih dalam perencanaan ini adalah nilai koefisien korelasi pada metode geometrik yaitu r = 0.99504, dikarenakan nilai korelasi mendekati angka 1. Sehingga untuk perhitungan proyeksi penduduknya menggunakan metode geometrik. Rumus metode geometrik dapat dilihat di bawah ini:

Pn = Po (1 + r)n dimana : Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun ke-n (jiwa) Po = jumlah penduduk pada tahun yang ditinjau (jiwa) r = angka pertambahan penduduk tiap tahun (%) n = jumlah tahun proyeksi (tahun)

dan salah satu contoh perhitungan proyeksi penduduk Kecamatan Sukun Kota Malang adalah sebagi berikut:

Pn = Po (1 + r)n P2 = 187314 ( 1 + 0,01)2 P2 = 191071

Untuk hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.5 dan 5.6 di bawah ini:

Lanjutan Tabel 5.4

Page 50: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

50

Tabel 5. 5 Perhitungan Proyeksi Penduduk Kecamatan Sukun Kota Malang

No Tahun Po r n Pn

1 2013 187,314 0,010 0 187,314

2 2014 187,314 0,010 1 189,183

3 2015 187,314 0,010 2 191,071

4 2016 187,314 0,010 3 192,978

5 2017 187,314 0,010 4 194,904

6 2018 187,314 0,010 5 196,849

7 2019 187,314 0,010 6 198,814

8 2020 187,314 0,010 7 200,798

9 2021 187,314 0,010 8 202,802

10 2022 187,314 0,010 9 204,826

11 2023 187,314 0,010 10 206,870

12 2024 187,314 0,010 11 208,935

13 2025 187,314 0,010 12 211,020

14 2026 187,314 0,010 13 213,126

15 2027 187,314 0,010 14 215,253

16 2028 187,314 0,010 15 217,401 Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 5. 6 Perhitungan Proyeksi Penduduk Setiap Kelurahan Kecamatan Sukun

No Kelurahan Po r n Pn

1 Ciptomulyo 16,560 0.010 15 19,220

2 Gadang 18,826 0.010 15 21,850

3 Bandungrejosari 27,801 0.010 15 32,266

4 Sukun 18,658 0.010 15 21,655

5 Tanjungrejo 25,730 0.010 15 29,863

Page 51: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

51

No Kelurahan Po r n Pn

6 Pisang Candi 18,364 0.010 15 21,314

7 Bandulan 13,886 0.010 15 16,116

8 Karang Besuki 17,948 0.010 15 20,831

9 Mulyorejo 13,224 0.010 15 15,348

10 Bakalan Krajan 7,600 0.010 15 8,821

11 Kebon sari 8,717 0.010 15 10,117 Sumber: Hasil Perhitungan

5.2. Kebutuhan Air Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi penduduk hingga

tahun 2028, dapat diketahui kebutuhan air yang harus di sediakan pada tahun 2028 sesuai Tabel 5.7.

Tabel 5. 7 Perhitungan kebutuhan Air kecamatan

Sukun.

No Kelurahan

Jumlah Penduduk Kebutuhan Air

Jiwa (L/hari) (L/detik) (m3/detik)

1 Ciptomulyo 19,220 3,267,385 37.82 0.0378

2 Gadang 21,850 3,714,480 42.99 0.0430

3 Bandungrejosari 32,266 5,485,300 63.49 0.0635

4 Sukun 21,655 3,681,332 42.61 0.0426

5 Tanjungrejo 29,863 5,076,679 58.76 0.0588

6 Pisang Candi 21,314 3,623,325 41.94 0.0419

7 Bandulan 16,116 2,739,789 31.71 0.0317

8 Karang Besuki 20,831 3,541,245 40.99 0.0410

9 Mulyorejo 15,348 2,609,172 30.20 0.0302

10 Bakalan Krajan 8,821 1,499,524 17.36 0.0174

11 Kebon sari 10,117 1,719,915 19.91 0.0199 (Sumber: Hasil perhitungan)

Lanjutan Tabel 5.6

Page 52: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

52

5.3. Pemodelan Jaringan Utama

Berdasarkan kebutuhan air total kecamatan sukun dan kondisi eksisting saat ini, Jaringan pipa utama meliputi pipa terpasang saat ini yang disesuaikan terhadap kebutuhan air perencanaan. Berikut gambar pipa utama yang melayani Kecamatan Sukun tertera pada Gambar 5.1.

Gambar 5. 1 Jaringan pipa Utama

Berdasarkan Jaringan Pipa yang terdapat pada Peta PDAM Malang, selanjutnya dilakukan surfey menggunakan GPS untuk mengetahui kondisi lapangan baik berupa kontur, ataupun berupa koordinat yang di input dalam google Earth seperti Gambar 5.2 di bawah ini. Pipa utama ini menyalurkan air yang di ambil dari sumber air wendit.

Page 53: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

53

Gambar 5. 2 Hasil survey jaringan dengan GPS

Dari Hasil survey yang telah dilakukan didapatkan Ordinat dan elevasi kondisi eksisting sebagai yang tertera pada Tabel 5.8

Page 54: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

54

Tabel 5. 8 Hasil Survey pipa utama

Titik Koordinat Elevasi Keterangan

X Y X Y

S'

S '1 07,58,516 112,36,42 7.98225 112.6116

7 514

S' 2 07,58,598 112,35,992 8.132777

8 112.8588

9 501

S' 3 07,58,578 112,35,960 8.127222

2 112.85 503

S' 4 07,58,681 112,35,956 8.155833

3 112.8488

9 502

S' 5

S' 6 07,58,530 112,36,83 8.113888

9 112.6230

6 511

S' 7 07,58,573 112,36,179 8.125833

3 112.6497

2 508

S' 8 07,58,85 112,36,192 7.990277

8 112.6533

3 467

S' 9

S' 10 07,58,121 112,36,176 8.000277

8 112.6488

9 465

S'10 07,58,111 112,36,176 7.9975 112.6488

9 468 jembatan

S' 11 07,58,318 112,36,1185 8.055

112.65139 485

S' 12

S' 13

S' 14

S' 15 07,58,353 112,36,201 8.064722

2 112.6558

3 489

S' 16 07,58,399 112,36,294 8.0775 112.6816

7 482

S' 17 07,58,479 112,36,395 8.099722

2 112.7097

2 474

S' 18 07,58,529 112,36,470 8.113611

1 112.7305

6 472

S' 19 07,58,473 112,36,487 8.098055

6 112.7327

8 475

07,58,508 112,36,485 8.107777

8 112.7347

2 478

Page 55: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

55

Titik Koordinat Elevasi Keterangan

S' 20

S' 21 07,58,398 112,36,677 8.077222

2 112.7880

6 486

07,58,337 112,36,396 8.060277

8 112.71 484 jembatan pipa

07,58,358 112,36,406 8.066111

1 112.7127

8 475 turunan

S' 22

S"

S" 1 07,58,406 112,36,775 8.079444

4 112.8152

8 475 unmer

S" 2 07,58,611 112,36,762 8.136388

9 112.8116

7 486

S" 3 07,58,893 112,36,890 8.214722

2 112.8472

2 463

perum ijen nirwana

S" 4 07,59,000 112,36,868 7.983333

3 112.8411

1 466

S" 5 07,59,57 112,36,864 7.999166

7 112.84 459

S" 6 07,59,99 112,36,928 8.010833

3 112.8577

8 460

S" 7 07,59,150 112,36,952 8.025 112.8644

4 457

S" 8 07,59,283 112,36,965 8.061944

4 112.8680

6 455

S" 9 07,59,434 112,37,067 8.103888

9 112.6352

8 454 S" 10 07,59,430 112,37,092

8.1027778

112.64222 454

S" 11 07,59,449 112,37,113

8.1080556

112.64806 452

S" 12 07,59,475 112,37,277

8.1152778

112.69361 454

S" 13 S" 14 07,59,232 112,37,383

8.0477778

112.72306 488

jembatan

(Sumber: Hasil survey)

Lanjutan Tabel 5.8

Page 56: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

56

Berdasarkan hasil survey dilakukan input data pada program Epanet 2.0 untuk mengetahui kondisi hidrolis sistem distribusi eksisting. Sesuai Gambar 5.3.

Gambar 5. 3 Kondisi hidrolis pipa primer eksisting

Dalam kondisi eksisting terdapat beberapa pipa yang

memiliki kecepatan dibawah 0.01 hal ini memang disebabkan penggunaan air masih belum terlalu banyak pada wilayah yang dilayani, sedangkan diameter pipa terpasang adalah 200 mm. Dalampipa primer ini terdapat beberapa titik taping yang

Page 57: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

57

mengaliri beberapa kawasan baik yang sudah membentuk DMA maupun yang belum. Untuk data taping pada pipa utama dapat dilihat pada Tabel 5.9

Tabel 5. 9 Data taping pada pipa primer

Nama Node Debit L/s

Tapping Karangan T27 3,24

Taping Bangkon 2 T23 3,85

Taping Bangkon 2 T16 3,84

Taping Tidar S4 3,71

Taping Dieng S'4 4,11

Taping Dieng 2 S'15 4,21

Taping Dieng 3 S'18 4,5

Taping TL S'21 5,13

Tapping Tl 2 S"2 4,5

Tapping TL 3 S"17 3,44

Taping Betek S"6 3,21

Taping Betek 5B S"8 3,33

Taping Betek 5 S"12 3,45

Taping Betek 2 S"14 3,25

Taping Istana dieng s'3 3,3 Sumber: Data PDAM 2014 Berdasarkan data taping tersebut dapat di simpulkan bahwa

pipa primer 200 yang akan digunakan untuk taping DMA baru ini tidak melayani penduduk kecamatan sukun secara keseluruhan namun hanya beberapa wilayah. Sehingga dalm melakukan proyeksi peningkatan kebutuhan air dilakukan rasio prosentase pertumbuhan dalam persen. Rasio pertumbuhan ini di dapat dari jumlah penduduk sesuai data tahun 2013 dan tahun 2028. Untuk

Page 58: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

58

perhitungan prosentase pertambahan kebutuhan air dapat dilihat pada rumus:

𝐾𝐾𝑝𝑝𝑘𝑘𝐽𝐽𝑑𝑑𝐽𝐽ℎ𝐽𝐽𝑝𝑝 𝐴𝐴𝑝𝑝𝑘𝑘 2028 −𝐾𝐾𝑝𝑝𝑘𝑘𝐽𝐽𝑑𝑑𝐽𝐽ℎ𝐽𝐽𝑝𝑝 𝐽𝐽𝑝𝑝𝑘𝑘 2013

𝐾𝐾𝑝𝑝𝑘𝑘𝐽𝐽𝑑𝑑𝐽𝐽ℎ𝐽𝐽𝑝𝑝 𝐽𝐽𝑝𝑝𝑘𝑘 2028100%

Kelurahan Ciptomulyo = 37.82−32.5837.82

100%=14%

Dari perhitungan diatas didapatkan prosentase pertumbuhan rata-rata sebesar 14% sesuai perhitungan pada Tabel 5.10.

Tabel 5. 10 Perhitungan persentase penambahan kebutuhan

air

No Kelurahan Kebutuhan air (L/detik)

Persentase pertambahan 2013 2028

1 Ciptomulyo 32,58 37,82 14%

2 Gadang 37,04 42,99 14%

3 Bandungrejosari 54,70 63,49 14%

4 Sukun 36,71 42,61 14%

5 Tanjungrejo 50,63 58,76 14%

6 Pisang Candi 36,13 41,94 14%

7 Bandulan 27,32 31,71 14%

8 Karang Besuki 35,31 40,99 14%

9 Mulyorejo 26,02 30,20 14%

10 Bakalan Krajan 14,95 17,36 14%

11 Kebon sari 17,15 19,91 14% Sumber: Hasil perhitungan Dari persentase di atas dikalikan pada data debit taping yang sudah tersedia pada pipa primer ukuran 200 yang akan

Page 59: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

59

digunakan. Sehingga diasumsikan bahwa prosentase penambahan penduduk di lokasi taping eksisting seimbang dengan rata-rata pertumbuhan penduduk kelurahan yaitu 14% sesuai Tabel 5.11.

Tabel 5. 11 Proyeksi penambahan kebutuhan air

Nama Node Debit L/s

2013 2028

Tapping Karangan T27 3,24 3,76

Taping Bangkon 2 T23 3,85 4,47

Taping Bangkon 2 T16 3,84 4,45

Taping Tidar S4 3,71 4,30

Taping Dieng S'4 4,11 4,77

Taping Dieng 2 S'15 4,21 4,88

Taping Dieng 3 S'18 4,5 5,22

Taping TL S'21 5,13 5,95

Tapping Tl 2 S"2 4,5 5,22

Tapping TL 3 S"17 3,44 3,99

Taping Betek S"6 3,21 3,72

Taping Betek 5B S"8 3,33 3,86

Taping Betek 5 S"12 3,45 4,00

Taping Betek 2 S"14 3,25 3,77

Taping Istana dieng s'3 3,3 3,83 Sumber: Hasil perhitungan

Setelah dilakukan penambahan debit dilakukan pemodelan menggunakan Epanet 2.0 untuk mengetahui apakah kondisi pipa tahun 2013 masih mampu memenuhi kebutuhan air pada tahun 2028. Dari hasil running menggunakan program Epanet 2.0 ternyata terdapat beberapa titik yang mengalami kekurangan tekanan dan terdapat pipa dengan kecepatan mencapai 2m/s

Page 60: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

60

sesuai pada Gambar 5.4. Kondisi titik-titik yang mengalami kekurangan tekanan (ditunjukkan warna biru tua) disebabkan naiknya debit pengambilan air dan diameter pipa yang belum memadahi.

Gambar 5. 4 Hasil running Epanet proyeksi 2028

Dalam model epanet terdapat beberapa pipa dengan warna merah yang mengindikasikan kecepatan diatas 2 m/s. sedangkan setelah pipa berwarna merah terdapat banyak node yang memiliki tekanan dibawah 10 m bahkan mengindikasikan negative preasure. Olehkarena itu agar tidak terjadi kekurangan tekanan maka pipa sebelum melewati node yang mengalami kekurangan tekanan di perbesar. Untuk mempermudah pipa yang di perbesar hanyalah pipa-pipa yang memiliki kecepatan diatas 2m/s (berwarna merah). Apabila pipa dengan kecepatan 0.3m/s atau

Page 61: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

61

1m/s ditakutkan kecepatan yang dihasilkan terlalu kecil dan berresiko terjadi pengendapan bahkan berdampak pada waktu tinggal air dalam pipa. Sehinga daftar pipa yang harus diganti dapat di lihat pada Tabel 5.12.

Tabel 5. 12 Daftar penggantian pipa

Link ID

Diameter (mm)

Jarak (m) 2013 2028

32 200 300 85,67

33 200 300 358,32

34 200 300 71,31

35 200 300 267,69

36 200 300 140,91

37 200 300 192,96

38 200 300 104,63

39 200 300 137,45

40 200 300 119,04

41 200 300 91,5

42 200 300 395,17

43 200 300 60,71

45 200 300 436,02

46 200 300 129,4

Total (m)= 2590,78

Total (KM)= 2,59078 Sumber: Hasil trial Epanet

Setelah dilakukan penggantian pipa, dilakukan running epanet berikutnya dengan kondisi pipa sudah di perbesar menjadi 300 mm untuk mengetahui apakah sudah memenuhi untuk dipasang sebuah DMA seperti yang tertera pada Gambar 5.5.

Page 62: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

62

apabila masih belum memenuhi maka perlu dilakukan perubahan untuk memperoleh aliran yang sesuai.

Gambar 5. 5 Kondisi Sistem Setelah Dilakukan Perubahan Diameter. Berdasarkan pada gambar sistem diatas terdapat beberapa pipa yang memiliki kecepatan dibawah 0.01, namun hal ini tidak terlalu dipermasalahkan karena memang debit pengambilan (Tapping) masih belum terlalu besar.

Page 63: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

63

5.4. Pemodelan Distrik Meter Area Banyak pengoperasian air dalam jaringan pipa merupakan

sistem terbuka dimana air pada jaringan pipa disupply dari lebih dari satu sumber air yang saling terinterkoneksi didalam jaringan pipa. Air dari berbagai sumber akan tercampur didalam jaringan sehingga akan mempengaruhi tekanan dan kualitas air. Sub sistem dapat disebut sebagai DMA (Distric Meter Area) yang harus terisolasi dari daerah pelayanan lainnya sehingga sangat mungkin menghitung volume air yang hilang. Sistem yang dibagi menjadi beberapa DMA akan mudah dikontrol sehingga dapat ditentukan target penurunan kehilangan airnya (Ranhill, 2008).

Teknik memantau kebocoran memerlukan pemasangan meter induk pada titik yang strategis pada sistem distribusi. Setiap meter mencatat aliran yang masuk pada suatu wilayah yang kecil yang mempunyai batas-batas yang permanen. Area ini disebut District Meter Area (DMA). Sistem pemantauan kebocoran mempunyai dua tujuan:

1) Membagi jaringan distribusi kebeberapa DMA, sehingga aliran kewilayah tersebut bisa dipantau secara berkala, untuk memperkirakan besarnya dan memantau kualitasnya.

2) Untuk mengelola tekanan pada setiap DMA sehingga jaringan dioperasikan pada tingkat tekanan yang optimum.

Dalam mendisain suatu DMA sangat subjective tergantung engineer yang menentukan pola jaringan. Para engineer biasanya menggunakan kriteria DMA dalam mendesain dan harus disesuaikan dengan keadaan dilapangan atau permodelan jaringan. Berikut merupakan kriteria DMA:

1. Ukuran DMA ( Jumlah pelanggan antara 300-500 sambungan rumah )

2. Jumlah Batas DMA yang akan diisolasi 3. Jumlah dari pengukuran meter air flow masuk dan keluar

(memerlukan beberapa meter yang terkalibrasi) 4. Variasi elevasi tanah dan tekanan air pada DMA (tekanan

air pada daerah yang datar akan lebih stabil dan mudah dikontrol).

Page 64: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

64

5. Topografi yang ada dapat digunakan sebagai batas DMA seperti sungai, selokan, rel kereta api, dan jalan raya.

Tergantung dari sifat-sifat jaringan, DMA bisa dipasok

dari: 1. Melalui satu pipa atau beberapa pipa, satu pipa lebih

disukai 2. Wilayah yang kecil, tidak ada aliran ke DMA yang lain 3. Wilayah dipasok dari satu atau lebih pipa, dan ada aliran

ke DMA lain (sebisa mungkin dihindari). Prinsip utama dalam pengelolaan DMA adalah

menggunakan aliran untuk menentukan tingkat kehilangan air pada satu wilayah tertentu (DMA). Apabila tingkat kehilangan air bisa ditentukan, maka menemukan dan memperbaiki kebocoran dalam DMA dapat dengan mudah dilaksanakan sehingga mempengaruhi kualitas air dalam pipa. Dengan memantau dan memahami sifat aliran dalam DMA, maka kebocoran pada pipa dapat dengan mudah diketahui, dan kebocoran bisa dikendalikan. Kunci pengelolaan DMA adalah analisis yang benar untuk menentukan adakah kebocoran pada pipa.

Analisis aliran melalui DMA bisa mengidentifikasi kehilangan air secara fisik dan komersial di wilayah DMA, kelebihannya adalah dalam penanganan kehilangan air secara fisik. Umumnya kehilangan air fisik dihitung dari selisih air yang masuk dikurangi dengan luapan pada reservoar (apabila ada), dan dikurangi dengan konsumsi pelanggan, dihitung secara tahunan. Dalam pengelolaan DMA, kehilangan air bisa dihitung bulanan, sehingga perubahan lebih cepat, namun perlu dipahami akurasi pengukuran adalah syarat mutlak. Kebocoran bisa diukur dengan mengamati pola aliran jaringan distribusi selama 24 jam. Penentuan kebocoran yang paling baik adalah dengan mengamati konsumsi minimum pada malam hari, yang umumnya terjadi pada malam hari antara jam 12:00 sampai jam 04:00 pagi. Pola ini

Page 65: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

65

ditentukan oleh jenis pelanggan (domestik atau industri/niaga) dan besar kecilnya DMA

Distrik meter area (DMA) yang direncanakan dalam Zona air minum Prima ditujukan untuk mempermudah melakukan analisa kebocoran pada pipa dan mempermudah pemantauan kualitas yang dilakukan. Prinsip pembuatan DMA ini mengusahakan sebuah kawasan terisolasi secara penuh dan setiap DMA tidak akan mempengaruhi DMA yang berada di sekitarnya.

Proses isolasi yang dilakukan tidak menggunakan valve namun menggunakan Blind Flange seperti yang tertera pada Gambar 5.6. Untuk mereduksi tekanan yang terlalu besar ditambahkan Pressure Redution Valve (PRV) seperti yang tertera pada Gambar 5.7

Gambar 5.7

Berdasarkan kondisi eksisting pada lapangan dan pipa terpasang, berikut contoh DMA di wilayah Tidar ditampilkan pada Gambar 5.8.

Gambar 5. 6 Blind Flange

Gambar 5. 7 Pressure Reducing Valve PRV

Page 66: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

66

Gambar 5. 8 DMA Tidar

Dari hasil DMA yang sudah direncanakan dilakukan input data pada epanet untuk merencanakan sistem dan diameter pipa yang akan digunakan. Dari hasil yang telah dilakukan dapat dilihat pada Gambar 5.9.

Page 67: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

67

Gambar 5. 9 Hasil epanet untuk DMA

Dalam perencanaan DMA Tidar ini dilakukan surfey lapangan untuk mengetahui jumlah SR yang akan dilayani untuk setiap lajurnya. Setela diketahui jumlah SR di hitung kebutuhan air dengan asumsi bahwa setiap SR terdiri dari lima orang. Sehingga dapat ditentukan sesuai Tabel 5.11 Tabel 5. 13 Perhitungan kebutuhan air detail dalam DMA

Nama Jalan Jumlah SR

Node

JML orang

Keb air

Debit Tapping

JL Telaga bodas 17 D5 85 14450 0,25 Esberg 15 D7 75 12750 0,22 Puncak trikora 20 D8 100 17000 0,30 Bukit Tanggul 50 D9 250 42500 0,74

Page 68: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

68

Nama Jalan Jumlah SR

Node

JML orang

Keb air

Debit Tapping

Ranakah 49 D10 245 41650 0,72 Kwoka 39 D18 195 33150 0,58 Puncak Himawan 18 d17 90 15300 0,27 Telaga bodas 13 d6 65 11050 0,19 Bukit Tanggul T 18 d32 90 15300 0,27 Bukit Tanggul Blok R 21 d27 105 17850 0,31 JL Dako 27 d25 135 22950 0,40 Tidar kab F 13 d30 65 11050 0,19 Badut permai 15 d20 75 12750 0,22 Tidar kab G 26 d21 130 22100 0,38 Gambuta 26 d22 130 22100 0,38

Total SR = 367

Total debit = 5,41579861

Berdasarkan pada tabel diatas dapat diketahui total taping (basedemand) yang harus dimasukkan di ujung-ujung pipa. Dengan total base demand dalam satu DMA 5.4 l/s. dari hasil epanet ditetapkan bahwa diameter pipa yang digunakan menggunakan pipa 50 mm dengan bahan PE.

Dalam DMA perlu direncanakan sistem analisa kebocoran, sehingga kualitas air juga dapat terkontrol dengan baik. Dalam sistem analisa kebocoran dilakukan dengan pemasangan valve di beberapa titik agar mudah untuk melakukan proses identifikasi seperti pada Gambar 5.10

Lanjutan Tabel 5.13

Page 69: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

69

Gambar 5. 10 Pemasangan Valve pada sistem DMA.

Berdasarkan ilustrasi sistem di atas dapat dilakukan penutupan valve secara bertahap untuk menganalisa kebocoran yang terjadi dalam satu DMA.

5.5. Analisa Sisa Chlor Menggunakan EPANET

Dalam sistem distribusi air siap minum sangat diperlukan perlindungan terhadap kualitas air terutama diri sisi mikro organisme. Hal ini dapat dikendalikan dengan mengetahui sisa khlor yang ada pada sistem distribusi. Untuk mengetahui proyeksi penurunan sisa chlor pada sistem distribusi perlu diketahui penurunan sisa chlor pada sistem distribusi eksisting dan nantinya digunakan untuk mengoperasikan program EPANET.

Page 70: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

70

5.5.1 Perhitungan Koefisien Penurunan Sisa Chlor Dalam melakukan analisa sisa chlor, sebelumnya

perlu dilakukan pengamatan di lapangan terkait penentuan penurunan sisa chlor pada sistem distribusi eksisting. Dalam pengamatan ini dicatat lokasi titik sampling (alamat pelanggan) yang nantinya digunakan untuk mengetahui jarak, konsentrasi sisa chlor pada titik-titik yang sudah ditentukan, diameter pipa dan debit untuk mengetahui kecepatan aliran dalam pipa. Hasil survey dapat dilihat pada Tabel 5.14.

Tabel 5. 14 Hasil Surfei Penurunan Sisa Chlor

No

Lokasi Konsentrasi sisa klor Panjan

g pipa

Diameter pipa Debit Kecepat

an

Titik 1 Titik 2 Titik 1 Titik 2 (m) (m3/s) (m/s)

Tandon Wendit

1 Tandon Jl. Wendit Baru 3A

0,5 0,4 825 0,7 0,19 0,5

2 Jl. Wendit Baru 3A

Jl. LAKSDA Adi Sucipto No 38

0,4 0,35 808 0,7 0,19 0,5

3

Jl. LAKSDA Adi Sucipto No 38

Jl. LA Sucipto 330

0,35 0,2 840 0,7 0,19 0,5

Tandon Tlogomas

1 Tandon Tlogo Indah No 7

0,4 0,38 144 0,25 0,05 1

2 Tlogo Indah No 7

Tlogo Indah No 1

0,38 0,35 200 0,25 0,05 1

3 Tlogo Indah No 1

Jl. Joyo Suko 0,35 0,3 566 0,25 0,05 1

Sumber: Hasil Surfei Lapangan

Page 71: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

71

Berdasarkan pada data yang telah didapatkan dicari konstanta penurunan sisa chlor pada jaringan distribusi Sesuai rumus 8 pada tinjauan pustaka yang dicantumkan pada Tabel 5.15

Tabel 5. 15 Perhitungan Konstanta Penurunan Sisa Chlor

Tlogomas wendit 1 K rata-rata Total

No 1 2 3 1 2 3

-0.00027

Ce 0,38 0,35 0,3 0,4 0,35 0,25

C0 0,4 0,38 0,35 0,5 0,4 0,35

L 144 200 566 825 308 840

V 1 1 1 0,5 0,5 0,5

K -0,00036 -0,00041 -0,00027 -0,00014 -0,00022 -0,00020

Sumber: Hasil Perhitungan Dimana: Ce = Konsentrasi sisa klor pada jarak tertentu (mg/l) C0= Konsentrasi sisa klor pada t=0 (mg/l) K = Konstanta penurunan

V = Kecepatan (m/s) L= Jarak aliran (m) Dari perhitungan diatas didapatkan nilai konstanta penurunan sisa chlor rata-rata sebesar -0.00027. Nilai konstanta ini nantinya akan dimasukkan pada program EPANET.

5.5.2 Pemodelan Sisa Chlor Menggunakan EPANET

EPANET digunakan untuk mengetahui apakah dari sistem distribusi yang direncanakan masih terdapat sisa khlor yang dihasilkan.

Page 72: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

72

Berikut adalah tahapan untuk melakukan analisa sisa chlor:

1. Pilih Option-Quality untuk di edit dari data browser. Pada Parameter Property Editor ketik lah chlorine.

2. Pindah ke Option-Reactions pada Browser. Untuk Global Bulk Coeffcient masukkan nilai –0.00027. Angka ini merefleksikan laju khlorin yang akan meluruh pada saat reaksi pada aliran bulk sepanjang waktu. Laju tersebut apan diaplikasikan pada seluruh pipa pada jaringan.

3. Kik pada node Reservoir dan atur Initial Quality pada 1.0. Ini adalah konsentrasi dari khlorin yang secara kontinue masuk ke dalam jaringan. (Atur kembali initial quality pada Tank ini menjadi 0 jika akan mengubahnya)

4. Gunakan kontrol waktu pada Map Browser untuk melihat bagaimana level chlorine berubah berdasarkan lokasi dan waktu selama simulasi

Setelah proses run berhasil, dapat diketahui prosentase penurunan sisa chlor yang terjadi pada jaringan seperti pada Gambar 5.11. Dari Gambar 5.11 istilah Bulk mengacu pada reaksi yang muncul karena aliran, dan wall mengacu pada reaksi dikarenakan oleh dinding pipa. dapat diketahui bahwa penurunan sisa chlor 46.51% disebabkan oleh aliran hal ini bisa disebabkan karena umur air dalam pipa cukup lama. Umur air dalam pipa ini dipengaruhi oleh kecepaan aliran dan jarak (panjang pipa). Untuk penurunan sisa chlor yang dipengaruhi dinding pipa sebesar 53.49 %., prosentase ini sangat dipengaruhi wall coeff. Correlation atau kekasaran pipa. Dalam perencanaan ini kekasaran pipa yang dimasukkan sebesar 100 dan tidak memperhitungkan secara spesifik umur pipa lama yang memungkinkan memiliki kekasaran yang berbeda.

Page 73: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

73

Gambar 5. 11 Prosentase penurunan sisa chlor

Dalam analisa sisa chlore dapat dilihat konsentrasi sisa chlor yang ada pada pipa dalam program EPANET yang diindikasikan dengan perbedaan warna. Untuk analisa sisa chlor dibagi menjadi dua, yaitu saat kondisi jam puncak dan saat kondisi minimum penggunaan. Hal ini ditujukan untuk melihat apakah konsentrasi sisa chlor yang ada dalam jaringan distribusi masih memenuhi. Pada Gambar 5.12

Page 74: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

74

dapat dilihat konsentrasi sisa chlor pada saat pukul delapan pagi, dimana pada saat ini adanya penggunaan maksimum.

Gambar 5. 12 Konsentrasi Sisa Chlor Dalam Pipa Distribusi

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa kondisi sisa chlor masih memenuhi. Selanjutnya dilihat pada saat kondisi jam minimum. Hal ini dilakukan karena pada

Page 75: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

75

saat pengambilan air minimum kecepatan aliran pada pipa semakin menurun dan menyebabkan umur air dalam pipa semakin lama. Dikarenakan sisa chlor meluruh berdasarkan waktu maka kondisi sisa chlor dalam pipa dapat dilihat pada Gambar 5.13.

Gambar 5. 13 Kondisi Sisa Chlor Saat Jam Minimum

Pada Gambar 5.13 dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan konsentrasi namun masih memenuhi (lebih besar dari 0.2 mg/l).

Page 76: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

76

5.5.3 Pemantauan dan Pemeliharaan

Pembentukan DMA dimaksudkan agar mempermudah dilakukannya proses pemantauan dan perawatan terhadap sistem jaringan distribusi serta penambahan peralatan pendukung untuk pemantauan dan menjadi sarana dalam meyakinkan konsumen.

• Kualitas (sisa klor) Pemantauan (pengawasan) menurut PERMENKES

NOMER 736/MENKES/PER/VI/2010 dilakuakan secara eksternal dan secara internal. Untuk pengawasan eksternal ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota terkait dan pengawasan internal dilakukan oleh penyelenggara air minum dalam hal ini adalah PDAM Kota Malang. Dalam pemantauan untuk kualitas air secara keseluruhan dilakukan dari pihak eksternal dan internal, secara eksternal dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Malang dan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya. Pemantauan dilakukan dengan cara melakukan analisis laboratorium untuk parameter kualitas air PDAM kepada kedua instansi tersebut dengan frekuensi pengujian tiga bulan sekali. Titik sampling berada pada tandon dan langsung pada kran pelanggan. Sedangkan pemantauan secara internal dilakukan oleh pihak PDAM Kota Malang, titik samplingnya masih sama dengan pemantauan secara eksternal dan dilakukan setiap bulan sekali, namun untuk pengujian sumber dilakukan setiap hari. Pemantauan internal ini dilakukan analisis laboratorium di PDAM Kota Malang. Dasar penentuan frekuensi dan jumlah sampel pengujian kualitas air minum dapat dilihat pada Tabel 5.16.

Page 77: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

77

• Jaringan Pipa Distribusi dan Aksesoris

Pendukung Pemeliharaan jaringan pipa distribusi dan aksesoris

pendukung ini merujuk pada PERMENPU/NO 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum,

jaringan Distribusi Utama (JDU) atau distribusi primer: dilakukan pemasangan

- Kran Wash Out sebagai aksesoris pendukung pembersihan pipa yang dipasang pada akhir pipa atau titik terrendah pada pipa, dalam perencanaan DMA ini kran wash out dipasang pada akhir aliran dengan menggunakan gate valve seperti pada node D32 (dapat dilihat pada detail junction)

- Air Valve sebagai sarana pelepasan udara yang terjebak pada pipa namun tidak digunakan karena tidak diperlukan

- Strainer striner berfungsi untuk menyaring apabila terdapat kotoran yang terbawa dalam sistem distribusi, dalam pemasangannya striner dipasang pada titik tapping sebelum pemasangan water meter.

- Pemasangan Chlor monitoring, Perlu dilakukan pemasangan chlor monitoring digital pada titik terjauh dari sistem DMA yang di display pada masyarakat sebagai sarana untuk meyakinkan masyarakat bahwa kawasan sistem distribusi tersebut telah aman dengan sisa chlor minimal 0.2 mg/l. penggunaan alat chlor monitoring

Page 78: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

78

dapat dilihat pada Gambar 5.14 ditempatkan pada titik D 22 (dapat dilihat pada lampiran).

Gambar 5. 14 Gambar alat Residual Chlorine monitoring

yang akan digunakan.

Dalam tujuan pencatatan pemantauan sisa chlor, dapat dilakukan pada saat jam minimum dimana waktu tinggal air dalam pipa cukup lama yaitu pada malam hari.

Page 79: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

Tabel 5. 16 Frekuensi dan Jumlah Sampel Pengujian Kualitas Air

Parameter Frekuensi Pengujian

Jumlah Sampel/ Parameter/ Jaringan Distribusi Jumlah Penduduk Yang Dilayani

< 5.000 < 5.000-100.000 > 100.000 Fisik Satu Bulan Sekali 1 1 per 5.000

Penduduk 1per 10.000 Penduduk

Mikrobiologi Satu Bulan Sekali 1 1 per 5.000 Penduduk

1per 10.000 Penduduk

Sisa Klor Satu Bulan Sekali 1 1 per 5.000 Penduduk

1per 10.000 Penduduk

Kimia Wajib Enam Bulan Sekali

1 1 per 5.000 Penduduk

1per 10.000 Penduduk

Kimia Tambahan

Enam Bulan Sekali

1 1 per 5.000 Penduduk

1per 10.000 Penduduk

Sumber: PERMENPU/NO 18/PRT/M/2007

79

Page 80: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

80

Halaman Sengaja Dikosongkan

Page 81: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

BAB 6

GAMBAR TEKNIS

6.1 Detail Junction Detail Junction merupakan gambar detail yang

menunjukkan jenis – jenis aksesoris yang digunakan pada setiap node yang ada pada saluran ZAMP di satu DMA tertentu dari Kecamatan Blimbing Kota Malang. Detail Junction digambarkan dengan simbol – simbol tertentu, simbol – simbol itu dapat dilihat pada bagian samping tabel dengan indikasi penomeran. Pembentukan detail junction ini disesuaikan dengan penomeran titik dan persimpangan pada EPANET Gambar Detail Junction selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.1 hingga Tabel 6.27

Pada Tabel 6.1 merupakan detail junction untuk taping masuk pada DMA. Dimana pada awal terdapat gate valve diameter 50mm sebagai pengatur debit yang masuk pada sistem DMA. Penggunaan giboult join dengan penomoran 1 ditujukan untuk kemudahan dalam melakukan bongkarpasang apabila terjadi kerusakan. Penggunaan percabangan di awal merupakan aliran alternative apabila dilakukan proses perbaikan pada meter air atau strainer. Sehingga proses perawatan pada titik tapping tidak akan mengganggu sistem distribusi. Selain itu penggunaan strainer ditujukan untuk melindungi aliran dari kotoran yang dimungkinkan masuk. Kotoran yang masuk dapat disebabkan dari proses pembenahan pada pipa-pipa sebelumnya yang mungkin menyebabkan tanah masuk dalam pipa distribusi. Pada Tabel 6.2 – 6.4 hanya menggunakan Tee karena hanya berupa percabangan biasa.

81

Page 82: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

82

Pipa HDPE yang memiliki sifat fleksibel sangat menguntungkan dengan minimnya aksesoris. Untuk belokan yang tidak terlalu tajam, pipa HDPE tidak perlu menggunakan aksesoris namun cukup menggunakan sistem pemanasan dan di belokkan. Untuk pipa HDPE dengan diameter 50 mm belokan maksimum mencapai radius 5 cm. Untuk pembelokan pipa tanpa aksesoris dapat dilihat pada Tabel 6.6; 6.10; 6.11; 6.14; 6.19.

Sedangkan untuk pemasangan di lokasi yang sempit dan dibutuhkan belokan yang tajam bisa menggunakan bend 900 seperti yang tetera pada Tabel 6.7; 6.13; 6.21; 6.22; 6.23; 6.26.

Untuk bagian perawatan pipa dipasang blow off dengan menggunakan gate valve pada bagian akhir atau ujung sistem distribusi. Pemasangan blow off ini dianjurkan pada titik terrendah dan terlindungi atau tidak bisa dibuka tanpa alat bantu khusus untuk menjaga keamanan pipa. Pemasangan blow off dapat dilihat pada Tabel 6.5; 6.18; 6.17; 6.24; 6.25; 6.27.

Page 83: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

Tabel 6. 2 Detail Junction D 1 Tabel 6. 1 Detail Junction Tapping D

Tabel 6. 3 Detail Junction D2 Tabel 6. 4 Detail Junction D3

83

Page 84: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

84

Tabel 6. 6 Detail Junction D4 Tabel 6. 5 Detail Junction D6

Tabel 6. 8 Detail Junction D9 Tabel 6. 7 Detail Junction D10

Page 85: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

85

Tabel 6. 10 Detail Junction D12 Tabel 6. 9 Detail Junction D13

Tabel 6. 12 Detail Junction D14 Tabel 6. 11 Detail Junction D15

Page 86: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

86

Tabel 6. 14 Detail Junction D16 Tabel 6. 13 Detail Junction D17

Tabel 6. 16 Detail Junction D18 Tabel 6. 15 Detail Junction D19

Page 87: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

87

Tabel 6. 18 Detail Junction D20 Tabel 6. 17 Detail Junction D21

Tabel 6. 20 Detail Junction D22 Tabel 6. 19 Detail Junction D23

Page 88: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

88

Tabel 6. 21 Detail Junction D24 Tabel 6. 22 Detail Junction D25

Tabel 6. 24 Detail Junction D26 Tabel 6. 23 Detail Junction D27

Page 89: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

89

Tabel 6. 26 Detail Junction D28 Tabel 6. 25 Detail Junction D30

Tabel 6. 27 Detail Junction D32

Page 90: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

90

Halaman Sengaja Dikosongkan

Page 91: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

6.2 Detail Penanaman Pipa

Dalam melakukan pemasangan penanaman pipa PE sesuai dengan gambar 6.1

a

b

c

d

w Gambar 6. 1 Potongan penanaman pipa

Dalam Gambar 6.1”a” menunjukkan lapisan jalan bagian atas yang digunakan untuk penutupan galian bagian atas mengikuti ketentuan yang digunakan pada jalan tersebut. Bagian b,c,d menjelaskantentang urukanpasir, diusahakan pasir agar apabila terjadi tekanan di muka jalan pipa menerima tekanan dengan merata. Hal ini sama dengan gambar 6.2

a

b

c

d

L pipa Gambar 6. 2 Tampak samping penanaman pipa

Berdasarkan gambar 6.1 terdapat beberapak kriteria dalam penanaman pipa seperti yang tercantum pada Tabel 6.28.

91

Page 92: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

92

Tabel 6.28 Keterangan penanaman pipa

Diameter Abcd W A b C (mm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)

50-100 100-115 55-60 65-75 15 15 150-200 120-125 65-70 75 15 15 250-300 130-135 75-80 75 15 15

Dalam perencanaan ini pipa yang dihitung hanyalah pipa DMA dengan diameter 50 mm, sehingga dapat di pilih dimensi galian sesuai Tabel 6.29.

Tabel 6. 29 Dimensi Galian Yang Digunakan

Diameter W a b c d abcd Panjang pipa mm cm cm cm cm cm cm cm

50 60 70 15 15 15 115 303500 Sehingga secara keseluruhan total galian dan total pasir yang dibutuhkan sesuai pada tabel 6.30.

Hitungan urugan pasir cm3 m3 Tinggi urugan pasir x panjang total pipa x W 819450000 819,45

Hitungan volume galian cm3 m3 (a+b+c+d) x W xpanjang pipa 2094150000 2094,15

Page 93: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

93

Hitungan urugan kembali cm3 m3 Volume galian - Urukan pasir 1274700000 1274,7

Hitungan tanah di buang cm3 m3 Tanah di buang = volume urugan pasir 819450000 819,45

Page 94: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

94

Halaman Sengaja Dikosongkan

Page 95: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

BAB 7 BILL OF QUANTITY (BOQ) DAN RENCANA

ANGGARAN BIAYA (RAB)

BOQ atau Bill of Quantity merupakan perincian

jumlah dari seluruh peralatan dan pekerjaan yang dibutuhkan di dalam perencanaan Zona Air Minum Prima PDAM Kota Malang di Kecamatan Sukun, sedangkan RAB adalah biaya-biaya yang diperlukan dalam pengadaan peralatan dan biaya pembayaran tenaga kerja.

7.1 Harga Bahan Dan Upah Berdasarkan lokasi pembangunan di Kota Malang

maka dicari terlebih dahulu harga satuan berdasarkan pendataan peralatan yang dibutuhkan, pekrjaan yang akan dilaksanakan dan bahan yang akan di pergunakan. Secara total diketahui kebutuhan pipa Total sepanjang 3035 m dengan menggunakan pipa HDPE dengan diameter 50 mm. Berdasarkan pendataan dan pekerjaan yang akan dilaksanakan, diketahui harga satuan sesuai Tabel 7.1

Tabel 7. 1 Harga Satuan Bahan dan Alat.

NAMA BAHAN HARGA (dalam Rp) Satuan

Pipa HDPE 35,167.00 m Giboult Join Ø 50 177,500.00 bh Gate Valve Ø 50 549,250.00 bh Bend 90oØ 50 191,250.00 bh Tee All Flange Ø 50-50 258,750.00 bh

Meter air Ø 50 1,644,500.00 bh

95

Page 96: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

96

NAMA BAHAN HARGA (dalam Rp) Satuan

strainer 205,000.00 bh

check valve 1,800,000.00 bh

scraper 50,000.00 bh

genset

1,600,000.00 unit mesin sambung pipa BF 750,000.00 unit Chain Block (Takel) + kaki tiga 125,000.00 unit Pasir Urug 115,000.00 m3 truck 300,000.00 unit air bersih 5,000.00 m3 Sewa Pompa 50,000.00 bh Kayu 5/7 3,162,500 m3 Paku biasa 2"-5" 15,000 kg Kayu papan 3,205,700 m3

Sumber: Katalog distributor 2014 Malang

Setelah diketahui secara keseluruhan harga untuk bahan dan alat maka perlu diketahui upah pekerja yang dibutuhkan. Upah ini disesuaikan dengan yang ada di HSPK Kota Malang 2014 sesuai Tabel 7.2 . Upah yang dicari yaitu Upah pekerja sebagai pekerja kasar, Tukang Kayu sebagai pemasang kayu untuk boplang dan pembatas wilayah kerja, tukang pipa sebagai ahli dalam pemasangan pipa (pekerja utama), kepalatukang sebagai pengkoordinir tukang yang bekerja sesuai perintah dan Mandor yang bertugas mengawasi jalannya proyek pembangunan sesuai dengan timeline yang sudah ditetapkan. Dalam analisis harga satuan ini hanya merangkum alat dan bahan untuk sistem istribusi saja, dan tidak menghitung total kebutuhan acsesoris pipa untuk tapping ke pelanggan.

Page 97: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

97

Tabel 7. 2 Harga Upah Sesuai HSPK Kota Malang

NAMA UPAH HARGA (dalam Rp) Satuan

Pekerja 45,000.00 O/H Tukang batu 60,000.00 O/H Tukang kayu 60,000.00 O/H Tukang Pipa 60,000.00 O/H Mandor 69,000.00 O/H

Sumber HSPK Kota Malang 2013

7.2 Analisis Harga Satuan Pekerjaan Setelah diketahui harga masing masing bahan, alat

dan upah, dilakukan analisis harga stuan untuk setiap uraian kegiatan. Dalam analisis harga satuan ini indeks dan macam-macam pekerjaan melihat proyek yang pernah dilaksanaakan di kota malang yang sejenis yaitu penanaman pipa. Untuk analisis harga satuan dapat dilihat pada Tabel 7.3.

Berdasarkan Tabel 7.3 untuk pekerjaan penanaman pipa menggunakan metode butt fusion yaitu penyambungan dengan pemanasan. Sehingga dalam uraian pekerjaan penanaman pipa ditambahkan penyewaan peralatan penyambungan.

Dalam pekerjaan finishing ditambahkan pekerjaan pembersihan pipa dengan tujuan agak pipa yang digunakan oleh konsumen benar-benar bersih. Dalam pembersihan ini air yang dibuang dihitung dan masuk dalam total biaya yang dibutuhkan.

Page 98: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

98

Tabel 7. 3 Analisis Harga Satuan Pekerjaan Penanaman Pipa

No. U R A I A N HARGA SATUAN

(dalam Rp)

JUMLAH HARGA

(dalam Rp)

DARI SNI 03-2835-2002

1 1 m³- urugan kembali a. Tenaga

0.19 oh Pekerja 45,000

8,640.00

0.02 oh Mandor 69,000

1,311.00

Sub Jumlah 9,951.00

TOTAL 9,951.00

TOTAL 9,951.00

2 1 m³- galian tanah sedalam 1m a. Tenaga

0.40 oh Pekerja 45,000

18,000.00

Page 99: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

99

No. U R A I A N HARGA SATUAN

(dalam Rp)

JUMLAH HARGA

(dalam Rp)

0.04 oh Mandor 69,000

2,760.00

Sub Jumlah 20,760.00

TOTAL 20,760.00

TOTAL 20,760.00

3 1 m³-urugan pasir a. Bahan

1.20 m³ Pasir Urug

115,000

138,000.00

Sub Jumlah b. Tenaga

0.30 oh Pekerja 45,000

13,500.00

0.01 oh Mandor 69,000

690.00

Sub Jumlah 14,190.00

Lanjutan Tabel 7.3

Page 100: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

100

No. U R A I A N HARGA SATUAN

(dalam Rp)

JUMLAH HARGA

(dalam Rp)

TOTAL 152,190.00

4 1 m Pemasangan pipa tanam Ø 50 mm /m'

0.167 Mesin sambung pipa BF/EF

750,000.00

125,502.01

0.046 Genset 1,600,000.00

73,202.61

0.013 Scrapper 50,000.00

653.59

0.013 Chain Block (Takel) + kaki tiga

265,000.00

3,464.05

0.005 Truck 300,000.00

1,568.63

0.041 Mandor 69,000.00

2,841.18

0.082 Tukang 60,000.00

4,941.18

0.124 Pekerja 45,000.00

5,558.82

TOTAL 217,732.07

Lanjutan Tabel 7.3

Page 101: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

101

No. U R A I A N HARGA SATUAN

(dalam Rp)

JUMLAH HARGA

(dalam Rp)

5 Pembersihan Pipa Ø 50 mm

3.739 Air bersih 5,000.00

18,693.99

0.100 Pekerja 45,000.00

4,500.00

0.082 Tukang 60,000.00

4,920.00

1.908 Pompa 50,000.00

95,381.53

0.392 Genset 1,600,000.00

627,450.98

TOTAL 750,946.50

6 1 m'-Pengukuran dan pemasangan boplang

a. Bahan

0.012 m³ Kayu 5/7 3,162,500

37,950

0.020 kg Paku biasa 2"-5" 15,000

300

Lanjutan Tabel 7.3

Page 102: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

102

No. U R A I A N HARGA SATUAN

(dalam Rp)

JUMLAH HARGA

(dalam Rp)

0.007 m³ Kayu papan 3,205,700

22,440

Sub Jumlah 60,690

b. Tenaga

0.100 oh Tukang kayu 60,000

6,000

0.100 oh Pekerja 45,000

4,500

0.005 oh Mandor 69,000

345

Sub Jumlah 10,845

TOTAL 71,535

Sumber: Hasil Perhitungan

Lanjutan Tabel 7.3

Page 103: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

103

7.3 Rencana Anggaran Biaya Pembentukan DMA PDAM Kota Malang di Kecamatan Sukun

Dari analisis harga satuan yang sudah dilakukan,

masing masing pekerjaan dikalikan dengan volume pekerjaan yang akan dilakukan sesuai dengan Tabel 7.4

Berdasarkan Tabel 7.4 dapat diketahui secara keseluruhan rekapan dari biaya yang dibutuhkan untuk merealisasikan zona yang telah direncanakan. Sehingga dapat diketahui untuk merealisasikan pembangunan DMA di Kecamatan Sukun PDAM Kota Malang membutuhkan biaya sebesar Rp 3.491.478.400 ,00. Untuk perhitungan lebih detail dapat dilihat pada Tabel 7.5.

Tabel 7. 4 Rekapitulasi Anggaran Biaya

NO URAIAN PEKERJAAN JUMLAH HARGA

(dalam Rp) I PEKERJAAN PERSIAPAN 217,108,422

II PEKERJAAN TANAH 180,871,189

III PEKERJAAN PIPA 782,844,688

IV PEKERJAAN FINISHING 2,279,122,617

TOTAL A = I s/d IV 3,459,946,915

DIBULATKAN 3,459,946,900

Page 104: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

104

Halaman Sengaja Dikosongkan

Page 105: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

105

Tabel 7. 5 Rencana Anggaran Biaya

NO. URAIAN PEKERJAAN SAT VOL

HARGA SATUAN HARGA

(dalam Rp) (dalam Rp) I PEKERJAAN PERSIAPAN 1 PEK. PENGUKURAN DAN PASANG BOPLANG m' 3035 71,535 217,108,422 SUB TOTAL I 217,108,422

II PEKERJAAN TANAH 1 PEK. GALIAN TANAH m³ 2094 20,760 43,474,554 2 PEK. URUGAN KEMBALI m³ 1275 9,951 12,684,540 3 PENGURUKAN PASIR m³ 819 152,190.00 124,712,096 SUB TOTAL II 180,871,189

III PEKERJAAN PIPA 1 PEKERJAAN PENGADAAN PIPA DAN AKSESORIS Pipa HDPE 50 mm m¹ 3035 35,167 106,731,845 Giboult Join Ø 50 bh 6 177,500 1,065,000 Gate Valve Ø 50 bh 9 549,250 4,943,250 Bend 90oØ 50 bh 10 191,250 1,912,500 Tee All Flange Ø 50-50 bh 14 258,750 3,622,500 Meter air Ø 50 bh 1 1,644,500.00 258,750 strainer bh 2 1,644,500 3,289,000 tosen valve bh 1 205,000 205,000

2 PEKERJAAN PEMASANGAN PIPA HDPE 50 mm m¹ 3035 217,732 660,816,843 SUB TOTAL III 782,844,688

IV PEKERJAAN FINISHING 1 Pembersihan pipa m³ 3035 750,946 2,279,122,617

SUB TOTAL IV 2,279,122,617 TOTAL 3,459,946,915

Page 106: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

106

Halaman Sengaja Dikosongkan

Page 107: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

BAB 8 KESIMPULAN

8.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari tugas akhir perencanaan ZAMP PDAM Kota Malang di Kecamatan Sukun ini adalah: 1. Dalam perancanaan Zona air minum Prima PDAM Kota

Malang di Kecamatan Sukun, sebaran sisa chlor dalam kondisi aman, baik untu langsung di konsumsi dan aman dikarenakan mampu membunuh mikro organism pathogen yang ditunjukkan dengan konsentrasi tidak kurang dari 0.2 mg/l

2. Berdasarkan hasil perencanaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan terdapat beberapa pipa yang harus diganti pada pipa primer dikarenakan adanya kekurangan tekanan pada beberapa titik. Untuk Perencanaan DMA digunakan pipa PE dengan diameter 50 mm.

8.2. Saran Dalam tugas akhir perencanaan ZAMP PDAM Kota

Malang ini terdapat beberapa saran dan perbaikan :

1. Perlu dilakukan kajian sebagai korelasi antara program EPANET dan pipa distribusi yang telah terpasang sebagai refrensi dalam kajian menggunakan program EPANET

2. Perlu dilakukan penelitian terkait prosentase penurunan sisa chlor yang disebabkan kebocoran untuk mengetahui toleransi kebocoran yang boleh terjadi.

107

Page 108: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

108

Halaman Sengaja Dikosongkan

Page 109: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

Lampiran 1

Jaringan Epanet Primer Eksisting

111

Page 110: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

112

Halaman Sengaja Dikosongkan

Page 111: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …
Page 112: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

113

L.1. Rekap jaringan Epanet Primer Eksisting

a) Tabel pada node (titik persimpangan, taping, ujung pipa)

Node ID Elevation Base Demand Head Pressure

m LPS m m

Junc T28 540 0 569.12 29.12

Junc T27 532 3.24 567.85 35.85

Junc T26 526 0 567.33 41.33

Junc T25 517 0 564.45 47.45

Junc T24 517 0 563.51 46.51

Junc T23 509 3.85 561.85 52.85

Junc T22 509 0 560.61 51.61

Junc T21 504 0 558.79 54.79

Junc T20 504 0 558.55 54.55

Junc T19 503 0 558.21 55.21

Junc T18 502 0 558.01 56.01

Junc T17 495 0 556.43 61.43

Junc T16 494 3.84 556.27 62.27

Junc T15 494 0 556.13 62.13

Junc T14 494 0 555.94 61.94

Junc T13 491 0 555.62 64.62

Junc T12 489 0 555.37 66.37

Junc T11 491 0 555.25 64.25

Junc T10 491 0 555.17 64.17

Junc T9 494 0 555.07 61.07

Junc T8 499 0 554.88 55.88

Junc T7 504 0 554.56 50.56

Junc T6 505 0 553.67 48.67

Junc T5 504 0 553.32 49.32

Page 113: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

114

Node ID Elevation Base Demand Head Pressure

m LPS m m

Junc T4 502 0 553.03 51.03

Junc T3 504 0 552.41 48.41

Junc T2 510 0 551.54 41.54

Junc T1 512 0 550.31 38.31

Junc S1 509 0 549.21 40.21

Junc S2 499 0 544.62 45.62

Junc S3 501 0 543.71 42.71

Junc S4 490 3.71 540.27 50.27

Junc S5 487 0 538.73 51.73

Junc S6 482 0 536.61 54.61

Junc S7 479 0 535.46 56.46

Junc S8 473 0 533.95 60.95

Junc S9 471 0 532.64 61.64

Junc S10 465 0 531.64 66.64

Junc S11 473 0 527.3 54.3

Junc S12 475 0 526.64 51.64

Junc S'1 488 0 521.85 33.85

Junc S'2 488 0 520.43 32.43

Junc S'3 492 0 520.43 28.43

Junc S'4 491 4.11 520.4 29.4

Junc S'5 483 0 519.77 36.77

Junc S'6 486 0 518.15 32.15

Junc S'7 480 0 516.63 36.63

Junc S'8 481 0 515.97 34.97

Junc S'9 477 0 515.7 38.7

Junc S'10 477 0 515.69 38.69

Junc S'11 469 0 515.66 46.66

Lanjutan Tabel a

Page 114: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

115

Node ID Elevation Base Demand Head Pressure

m LPS m m

Junc S'12 471 0 515.64 44.64

Junc S'13 465 3.3 515.61 50.61

Junc S'14 478 0 515.7 37.7

Junc S'15 472 0 513.38 41.38

Junc S'16 467 4.21 512.4 45.4

Junc S'17 454 0 510.79 56.79

Junc S'18 457 4.5 510.25 53.25

Junc S'19 471 0 509.8 38.8

Junc S'20 472 0 508.85 36.85

Junc S'21 470 5.13 507.77 37.77

Junc S'22 471 0 507.03 36.03

Junc S"1 471 0 506.95 35.95

Junc S"2 462 4.5 505.59 43.59

Junc S"3 454 0 504.64 50.64

Junc S"4 450 0 504.32 54.32

Junc S"5 449 0 504.23 55.23

Junc S"6 448 3.21 504.04 56.04

Junc S"7 447 0 503.96 56.96

Junc S"8 445 3.33 503.77 58.77

Junc S"9 443 0 503.65 60.65

Junc S"10 443 0 503.63 60.63

Junc S"11 442 0 503.61 61.61

Junc S"12 440 3.45 503.5 63.5

Junc S"13 436 0 503.46 67.46

Junc S"14 435 3.25 503.45 68.45

Junc S"15 454 0 504.61 50.61

Junc S"16 457 0 504.58 47.58

Lanjutan Tabel a

Page 115: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

116

Node ID Elevation Base Demand Head Pressure

m LPS m m

Junc S"17 458 3.44 504.56 46.56

Resvr Tlogomas 570 #N/A 570 0

b) Tabel pada link (pipa)

Link ID

Length

Diameter

Roughness

Velocity

Unit Headloss

Friction Factor

Status

m mm m/s m/km

Pipe 1 137.5

8 250 120 1.16 6.41 0.023 Open

Pipe 2 197.7 250 120 1.16 6.41 0.023 Open

Pipe 3 90.27 250 120 1.1 5.75 0.023 Open

Pipe 4 500.3

9 250 120 1.1 5.75 0.023 Open

Pipe 5 163.5

9 250 120 1.1 5.75 0.023 Open

Pipe 6 288.8

8 250 120 1.1 5.75 0.023 Open

Pipe 7 247.2

8 250 120 1.02 5.01 0.024 Open

Pipe 8 362.0

7 250 120 1.02 5.01 0.024 Open

Pipe 9 49.26 250 120 1.02 5.01 0.024 Open

Pipe 10 67.7 250 120 1.02 5.01 0.024

Open

Pipe 11 38.79 250 120 1.02 5.01 0.024

Open

Pipe 12

316.09 250 120 1.02 5.01 0.024

Open

Pipe 13 32.02 250 120 1.02 5.01 0.024

Open

Pipe 14 32.7 250 120 0.94 4.32 0.024

Open

Pipe 15 42.64 250 120 0.94 4.32 0.024

Open

Pipe 16 74.93 250 120 0.94 4.32 0.024

Open

Lanjutan Tabel a

Page 116: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

117

Link ID

Length

Diameter

Roughness

Velocity

Unit Headloss

Friction Factor

Status

m mm m/s m/km Pipe 17 56.99 250 120 0.94 4.32 0.024

Open

Pipe 18 28.64 250 120 0.94 4.32 0.024

Open

Pipe 19 16.93 250 120 0.94 4.33 0.024

Open

Pipe 20 23.98 250 120 0.94 4.32 0.024

Open

Pipe 21 43.07 250 120 0.94 4.32 0.024

Open

Pipe 22 75.82 250 120 0.94 4.32 0.024

Open

Pipe 23

204.16 250 120 0.94 4.32 0.024

Open

Pipe 24 81.19 250 120 0.94 4.32 0.024

Open

Pipe 25 68.24 250 120 0.94 4.32 0.024

Open

Pipe 26

142.44 250 120 0.94 4.32 0.024

Open

Pipe 27

201.13 250 120 0.94 4.32 0.024

Open

Pipe 28

284.27 250 120 0.94 4.32 0.024

Open

Pipe 32 85.67 200 120 1.47 12.82 0.023

Open

Pipe 33

358.32 200 120 1.47 12.82 0.023

Open

Pipe 34 71.31 200 120 1.47 12.82 0.023

Open

Pipe 35

267.69 200 120 1.47 12.82 0.023

Open

Pipe 36

140.91 200 120 1.35 10.98 0.024

Open

Pipe 37

192.96 200 120 1.35 10.98 0.024

Open

Pipe 38

104.63 200 120 1.35 10.98 0.024

Open

Pipe 39

137.45 200 120 1.35 10.98 0.024

Open

Pipe 40

119.04 200 120 1.35 10.98 0.024

Open

Pipe 41 91.5 200 120 1.35 10.98 0.024

Open

Lanjutan Tabel b

Page 117: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

118

Link ID

Length

Diameter

Roughness

Velocity

Unit Headloss

Friction Factor

Status

m mm m/s m/km Pipe 42

395.17 200 120 1.35 10.98 0.024

Open

Pipe 43 60.71 200 120 1.35 10.98 0.024

Open

Pipe 45

436.02 200 120 1.35 10.98 0.024

Open

Pipe 46 129.4 200 120 1.35 10.98 0.024

Open

Pipe 47

185.57 200 120 0.13 0.15 0.033

Open

Pipe 48 96.13 200 120 0 0 0

Open

Pipe 49 72.01 200 120 1.22 9.09 0.024

Open

Pipe 50

178.19 200 120 1.22 9.09 0.024

Open

Pipe 51

168.18 200 120 1.22 9.09 0.024

Open

Pipe 52 72.43 200 120 1.22 9.09 0.024

Open

Pipe 53 29.25 200 120 1.22 9.09 0.024

Open

Pipe 54 45.66 200 120 0.11 0.1 0.035

Open

Pipe 55 87.74 200 120 0.11 0.1 0.034

Open

Pipe 56 263.7 200 120 0.11 0.1 0.034

Open

Pipe 57

240.47 200 120 0.11 0.1 0.034

Open

Pipe 58

279.58 200 120 0.11 0.1 0.035

Open

Pipe 59

301.03 200 120 1.11 7.69 0.024

Open

Pipe 60

127.62 200 120 1.11 7.69 0.024

Open

Pipe 61

266.32 200 120 0.98 6.07 0.025

Open

Pipe 62 88.6 200 120 0.98 6.07 0.025

Open

Pipe 63 98.72 200 120 0.84 4.53 0.025

Open

Pipe 64

209.15 200 120 0.84 4.53 0.025

Open

Lanjutan Tabel b

Page 118: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

119

Link ID

Length

Diameter

Roughness

Velocity

Unit Headloss

Friction Factor

Status

m mm m/s m/km Pipe 65

238.41 200 120 0.84 4.53 0.025

Open

Pipe 66

244.92 200 120 0.67 3.03 0.026

Open

Pipe 68 26.01 200 120 0.67 3.03 0.026

Open

Pipe 69

447.95 200 120 0.67 3.03 0.026

Open

Pipe 70

491.89 200 120 0.53 1.95 0.027

Open

Pipe 71

245.99 200 120 0.42 1.27 0.028

Open

Pipe 72 77.07 200 120 0.42 1.27 0.028

Open

Pipe 73

145.02 200 120 0.42 1.27 0.028

Open

Pipe 74

104.28 200 120 0.32 0.76 0.029

Open

Pipe 75

253.48 200 120 0.32 0.76 0.029

Open

Pipe 76

326.67 200 120 0.21 0.36 0.031

Open

Pipe 77 57.29 200 120 0.21 0.36 0.031

Open

Pipe 78 54.59 200 120 0.21 0.36 0.031

Open

Pipe 79

318.27 200 120 0.21 0.36 0.031

Open

Pipe 80

352.99 200 120 0.1 0.09 0.035

Open

Pipe 81

163.83 200 120 0.1 0.09 0.035

Open

Pipe 82

232.85 200 120 0.11 0.1 0.034

Open

Pipe 83

288.62 200 120 0.11 0.1 0.034

Open

Pipe 84

254.95 200 120 0.11 0.1 0.034

Open

Lanjutan Tabel b

Page 119: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

120

Halaman Sengaja Dikosongkan

Page 120: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

Lampiran 2

Jaringan Sukun Negatif Preasure

121

Page 121: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

122

Halaman Sengaja Dikosongkan

Page 122: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …
Page 123: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

123

L.2. Rekapan Epanet Jaringan Sukun Negatif Preasure

a) Tabel pada node (titik persimpangan, taping, ujung pipa)

Node ID Elevation Base Demand Head Pressure

m LPS m m

Junc T28 540 0 568.66 28.66

Junc T27 532 3.76 566.73 34.73

Junc T26 526 0 565.92 39.92

Junc T25 517 0 561.45 44.45

Junc T24 517 0 559.99 42.99

Junc T23 509 4.47 557.41 48.41

Junc T22 509 0 555.44 46.44

Junc T21 504 0 552.55 48.55

Junc T20 504 0 552.16 48.16

Junc T19 503 0 551.62 48.62

Junc T18 502 0 551.31 49.31

Junc T17 495 0 548.79 53.79

Junc T16 494 4.45 548.53 54.53

Junc T15 494 0 548.3 54.3

Junc T14 494 0 548 54

Junc T13 491 0 547.47 56.47

Junc T12 489 0 547.06 58.06

Junc T11 491 0 546.86 55.86

Junc T10 491 0 546.74 55.74

Junc T9 494 0 546.57 52.57

Junc T8 499 0 546.27 47.27

Junc T7 504 0 545.73 41.73

Junc T6 505 0 544.28 39.28

Page 124: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

124

Node ID Elevation Base Demand Head Pressure

m LPS m m

Junc T5 504 0 543.71 39.71

Junc T4 502 0 543.23 41.23

Junc T3 504 0 542.22 38.22

Junc T2 510 0 540.79 30.79

Junc T1 512 0 538.78 26.78

Junc S1 509 0 536.98 27.98

Junc S2 499 0 530.53 31.53

Junc S3 501 0 529.25 28.25

Junc S4 490 4.3 524.44 34.44

Junc S5 487 0 522.22 35.22

Junc S6 482 0 519.18 37.18

Junc S7 479 0 517.54 38.54

Junc S8 473 0 515.37 42.37

Junc S9 471 0 513.5 42.5

Junc S10 465 0 512.06 47.06

Junc S11 473 0 505.84 32.84

Junc S12 475 0 504.89 29.89

Junc S'1 488 0 498.03 10.03

Junc S'2 488 0 495.99 7.99

Junc S'3 492 3.83 495.98 3.98

Junc S'4 491 4.77 495.96 4.96

Junc S'5 483 0 495.15 12.15

Junc S'6 486 0 493.08 7.08

Junc S'7 480 0 491.12 11.12

Junc S'8 481 0 490.28 9.28

Junc S'9 477 0 489.93 12.93

Junc S'10 477 0 489.93 12.93

Lanjutan Tabel a

Page 125: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

125

Node ID Elevation Base Demand Head Pressure

m LPS m m

Junc S'11 469 0 489.9 20.9

Junc S'12 471 0 489.88 18.88

Junc S'13 465 3.3 489.86 24.86

Junc S'14 478 0 489.94 11.94

Junc S'15 472 4.88 486.86 14.86

Junc S'16 467 4.21 485.8 18.8

Junc S'17 454 0 484 30

Junc S'18 457 5.22 483.41 26.41

Junc S'19 471 0 482.91 11.91

Junc S'20 470 0 481.85 11.85

Junc S'21 470 5.95 480.64 10.64

Junc S'22 471 0 479.8 8.8

Junc S"1 471 0 479.71 8.71

Junc S"2 462 5.76 478.18 16.18

Junc S"3 454 0 477.15 23.15

Junc S"4 450 0 476.81 26.81

Junc S"5 449 0 476.7 27.7

Junc S"6 448 3.72 476.5 28.5

Junc S"7 447 0 476.42 29.42

Junc S"8 445 3.86 476.21 31.21

Junc S"9 443 0 476.08 33.08

Junc S"10 443 0 476.06 33.06

Junc S"11 442 0 476.04 34.04

Junc S"12 440 4 475.91 35.91

Junc S"13 436 0 475.88 39.88

Junc S"14 435 3.77 475.86 40.86

Junc S"15 454 0 477.12 23.12

Lanjutan Tabel a

Page 126: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

126

Node ID Elevation Base Demand Head Pressure

m LPS m m

Junc S"16 457 0 477.09 20.09

Junc S"17 458 3.99 477.06 19.06

Junc TappingD 510 0 533.59 23.59

Junc D1 511 0 532.71 21.71

Junc D2 512 0 531.74 19.74

Junc D3 513 0 531.21 18.21

Junc D4 506 0 531.1 25.1

Junc D5 503 0.25 530.93 27.93

Junc D6 500 0.19 530.9 30.9

Junc D7 506 0.22 530.94 24.94

Junc D8 506 0.29 531.4 25.4

Junc D9 504 0.73 531.88 27.88

Junc D10 502 0.72 531.92 29.92

Junc D11 500 0 530.44 30.44

Junc D12 499 0 530.15 31.15

Junc D13 508 0 531.45 23.45

Junc D14 506 0 530.92 24.92

Junc D15 502 0 530.66 28.66

Junc D16 500 0 530.47 30.47

Junc D17 498 0.26 530.31 32.31

Junc D18 499 0.57 530.23 31.23

Junc D19 497 0 529.96 32.96

Junc D20 491 0.22 529.92 38.92

Junc D21 488 0.38 529.78 41.78

Junc D22 486 0.38 529.67 43.67

Junc D23 495 0 529.8 34.8

Junc D24 496 0 529.92 33.92

Lanjutan Tabel a

Page 127: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

127

Node ID Elevation Base Demand Head Pressure

m LPS m m

Junc D25 497 0.39 529.84 32.84

Junc D26 500 0 531.71 31.71

Junc D27 499 0.3 531.71 32.71

Junc D28 501 0 531.75 30.75

Junc D30 503 0.19 531.35 28.35

Junc D32 502 0.26 530.85 28.85

Resvr Tlogomas 570 #N/A 570 0

b) Tabel pada link (pipa)

Link ID Length Diameter Velocity Unit Headloss Friction Factor Status

m mm m/s m/km

Pipe 1 137.58 250 1.46 9.77 0.023 Open

Pipe 2 197.7 250 1.46 9.76 0.023 Open

Pipe 3 90.27 250 1.39 8.93 0.023 Open

Pipe 4 500.39 250 1.39 8.93 0.023 Open

Pipe 5 163.59 250 1.39 8.93 0.023 Open

Pipe 6 288.88 250 1.39 8.93 0.023 Open

Pipe 7 247.28 250 1.31 7.98 0.023 Open

Pipe 8 362.07 250 1.31 7.98 0.023 Open

Pipe 9 49.26 250 1.31 7.98 0.023 Open

Pipe 10 67.7 250 1.31 7.98 0.023 Open

Pipe 11 38.79 250 1.31 7.98 0.023 Open

Pipe 12 316.09 250 1.31 7.98 0.023 Open

Pipe 13 32.02 250 1.31 7.98 0.023 Open

Pipe 14 32.7 250 1.23 7.08 0.023 Open

Lanjutan Tabel a

Page 128: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

128

Link ID Length Diameter Velocity Unit Headloss Friction Factor Status

m mm m/s m/km

Pipe 15 42.64 250 1.23 7.08 0.023 Open

Pipe 16 74.93 250 1.23 7.08 0.023 Open

Pipe 17 56.99 250 1.23 7.08 0.023 Open

Pipe 18 28.64 250 1.23 7.08 0.023 Open

Pipe 19 16.93 250 1.23 7.08 0.023 Open

Pipe 20 23.98 250 1.23 7.08 0.023 Open

Pipe 21 43.07 250 1.23 7.08 0.023 Open

Pipe 22 75.82 250 1.23 7.08 0.023 Open

Pipe 23 204.16 250 1.23 7.08 0.023 Open

Pipe 24 81.19 250 1.23 7.08 0.023 Open

Pipe 25 68.24 250 1.23 7.08 0.023 Open

Pipe 26 142.44 250 1.23 7.08 0.023 Open

Pipe 27 201.13 250 1.23 7.08 0.023 Open

Pipe 28 284.27 250 1.23 7.08 0.023 Open

Pipe 32 85.67 200 1.92 21 0.022 Open

Pipe 33 358.32 200 1.76 17.99 0.023 Open

Pipe 34 71.31 200 1.76 17.99 0.023 Open

Pipe 35 267.69 200 1.76 17.99 0.023 Open

Pipe 36 140.91 200 1.64 15.74 0.023 Open

Pipe 37 192.96 200 1.64 15.74 0.023 Open

Pipe 38 104.63 200 1.64 15.73 0.023 Open

Pipe 39 137.45 200 1.64 15.74 0.023 Open

Pipe 40 119.04 200 1.64 15.73 0.023 Open

Pipe 41 91.5 200 1.64 15.74 0.023 Open

Pipe 42 395.17 200 1.64 15.74 0.023 Open

Pipe 43 60.71 200 1.64 15.74 0.023 Open

Pipe 45 436.02 200 1.64 15.74 0.023 Open

Lanjutan Tabel b

Page 129: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

129

Link ID Length Diameter Velocity Unit Headloss Friction Factor Status

m mm m/s m/km

Pipe 46 129.4 200 1.64 15.74 0.023 Open

Pipe 47 185.57 200 0.14 0.16 0.033 Open

Pipe 48 96.13 200 0.11 0.1 0.034 Open

Pipe 49 72.01 200 1.39 11.64 0.024 Open

Pipe 50 178.19 200 1.39 11.64 0.024 Open

Pipe 51 168.18 200 1.39 11.64 0.024 Open

Pipe 52 72.43 200 1.39 11.64 0.024 Open

Pipe 53 29.25 200 1.39 11.64 0.024 Open

Pipe 54 45.66 200 0.09 0.08 0.035 Open

Pipe 55 87.74 200 0.09 0.08 0.035 Open

Pipe 56 263.7 200 0.09 0.08 0.035 Open

Pipe 57 240.47 200 0.09 0.08 0.035 Open

Pipe 58 279.58 200 0.09 0.08 0.035 Open

Pipe 59 301.03 200 1.3 10.22 0.024 Open

Pipe 60 127.62 200 1.16 8.28 0.024 Open

Pipe 61 266.32 200 1.04 6.75 0.025 Open

Pipe 62 88.6 200 1.04 6.75 0.025 Open

Pipe 63 98.72 200 0.89 5.07 0.025 Open

Pipe 64 209.15 200 0.89 5.07 0.025 Open

Pipe 65 238.41 200 0.89 5.07 0.025 Open

Pipe 66 244.92 200 0.72 3.42 0.026 Open

Pipe 68 26.01 200 0.72 3.42 0.026 Open

Pipe 69 447.95 200 0.72 3.42 0.026 Open

Pipe 70 491.89 200 0.55 2.11 0.027 Open

Pipe 71 245.99 200 0.44 1.37 0.028 Open

Pipe 72 77.07 200 0.44 1.37 0.028 Open

Pipe 73 145.02 200 0.44 1.37 0.028 Open

Lanjutan Tabel b

Page 130: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

130

Link ID Length Diameter Velocity Unit Headloss Friction Factor Status

m mm m/s m/km

Pipe 74 104.28 200 0.33 0.82 0.029 Open

Pipe 75 253.48 200 0.33 0.82 0.029 Open

Pipe 76 326.67 200 0.22 0.39 0.031 Open

Pipe 77 57.29 200 0.22 0.39 0.031 Open

Pipe 78 54.59 200 0.22 0.39 0.031 Open

Pipe 79 318.27 200 0.22 0.39 0.031 Open

Pipe 80 352.99 200 0.11 0.1 0.034 Open

Pipe 81 163.83 200 0.11 0.1 0.034 Open

Pipe 82 232.85 200 0.11 0.11 0.034 Open

Pipe 83 288.62 200 0.11 0.11 0.034 Open

Pipe 84 254.95 200 0.11 0.11 0.034 Open

Pipe 91 20.3 50 2.45 167.07 0.027 Open

Pipe 92 29.21 50 0.97 30.12 0.031 Open

Pipe 93 69.35 50 0.64 13.95 0.033 Open

Pipe 94 83.93 50 0.42 6.41 0.035 Open

Pipe 95 67.05 50 0.2 1.64 0.039 Open

Pipe 96 66.48 50 1.01 32.22 0.031 Open

Pipe 97 36.35 50 0.66 14.51 0.033 Open

Pipe 98 68.03 50 0.32 3.9 0.037 Open

Pipe 99 46.67 50 0.32 3.9 0.037 Open

Pipe 100 43.01 50 0.32 3.9 0.037 Open

Pipe 101 48.3 50 0.2 1.66 0.039 Open

Pipe 102 168.24 50 0.33 4.14 0.037 Open

Pipe 103 26.91 50 0.28 2.9 0.038 Open

Pipe 105 219.33 50 0.35 4.61 0.036 Open

Pipe 107 212.21 50 0.47 7.87 0.035 Open

Pipe 108 51.86 50 0.14 0.84 0.041 Open

Lanjutan Tabel b

Page 131: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

131

Link ID Length Diameter Velocity Unit Headloss Friction Factor Status

m mm m/s m/km

Pipe 109 204.35 50 0.33 4.08 0.037 Open

Pipe 111 179.4 50 0.22 1.92 0.039 Open

Pipe 113 138.29 50 0.22 1.92 0.039 Open

Pipe 115 100.9 50 0.2 1.64 0.039 Open

Pipe 116 62.8 50 0.28 2.9 0.038 Open

Pipe 117 102.8 50 0.1 0.45 0.044 Open

Pipe 128 37.01 50 0.17 1.25 0.04 Open

Pipe 129 107.81 50 0.17 1.25 0.04 Open

Pipe 130 107.71 50 0.17 1.25 0.04 Open

Pipe 132 31.24 50 0.17 1.25 0.04 Open

Pipe 134 25.06 50 0 0 0 Open

Pipe 135 44.6 50 0.14 0.81 0.042 Open

Pipe 140 145.72 50 0.12 0.62 0.043 Open

Pipe 141 86.05 50 0.09 0.35 0.045 Open

Pipe 142 159.02 50 0.14 0.81 0.042 Open

Pipe 143 143.59 50 0.09 0.35 0.045 Open

Pipe 144 129.96 50 0.35 4.61 0.036 Open

Lanjutan Tabel b

Page 132: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

132

Halaman Sengaja Dikosongkan

Page 133: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

Lampiran 3 Penggantian Pipa Primer

133

Page 134: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

134

Halaman Sengaja Dikosongkan

Page 135: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …
Page 136: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

135

L.3. Penggantian Pipa Primer

a) Tabel pada node (titik persimpangan, taping, ujung pipa)

Node ID Elevation Base Demand Head Pressure

m LPS m m

Junc T28 540 0 568.45 28.45

Junc T27 532 4.15 566.23 34.23

Junc T26 526 0 565.3 39.3

Junc T25 517 0 560.16 43.16

Junc T24 517 0 558.48 41.48

Junc T23 509 4.93 555.52 46.52

Junc T22 509 0 553.26 44.26

Junc T21 504 0 549.94 45.94

Junc T20 504 0 549.49 45.49

Junc T19 503 0 548.87 45.87

Junc T18 502 0 548.52 46.52

Junc T17 495 0 545.63 50.63

Junc T16 494 4.92 545.33 51.33

Junc T15 494 0 545.07 51.07

Junc T14 494 0 544.72 50.72

Junc T13 491 0 544.12 53.12

Junc T12 489 0 543.66 54.66

Junc T11 491 0 543.42 52.42

Junc T10 491 0 543.29 52.29

Junc T9 494 0 543.09 49.09

Junc T8 499 0 542.74 43.74

Junc T7 504 0 542.13 38.13

Junc T6 505 0 540.48 35.48

Junc T5 504 0 539.82 35.82

Page 137: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

136

Node ID Elevation Base Demand Head Pressure

m LPS m m

Junc T4 502 0 539.27 37.27

Junc T3 504 0 538.12 34.12

Junc T2 510 0 536.49 26.49

Junc T1 512 0 534.19 22.19

Junc S1 509 0 533.9 24.9

Junc S2 499 0 532.87 33.87

Junc S3 501 0 532.66 31.66

Junc S4 490 4.75 531.89 41.89

Junc S5 487 0 531.53 44.53

Junc S6 482 0 531.05 49.05

Junc S7 479 0 530.79 51.79

Junc S8 473 0 530.44 57.44

Junc S9 471 0 530.14 59.14

Junc S10 465 0 529.91 64.91

Junc S11 473 0 528.92 55.92

Junc S12 475 0 528.76 53.76

Junc S'1 488 0 527.67 39.67

Junc S'2 488 0 525.32 37.32

Junc S'3 492 4.22 525.31 33.31

Junc S'4 491 5.26 525.28 34.28

Junc S'5 483 0 524.36 41.36

Junc S'6 486 0 521.99 35.99

Junc S'7 480 0 519.75 39.75

Junc S'8 481 0 518.78 37.78

Junc S'9 477 0 518.39 41.39

Junc S'10 477 0 518.38 41.38

Junc S'11 469 0 518.36 49.36

Lanjutan Tabel a

Page 138: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

137

Node ID Elevation Base Demand Head Pressure

m LPS m m

Junc S'12 471 0 518.34 47.34

Junc S'13 465 3.3 518.32 53.32

Junc S'14 478 0 518.39 40.39

Junc S'15 472 5.39 514.84 42.84

Junc S'16 467 4.21 513.62 46.62

Junc S'17 454 0 511.52 57.52

Junc S'18 457 5.76 510.82 53.82

Junc S'19 471 0 510.24 39.24

Junc S'20 470 0 509.01 39.01

Junc S'21 470 6.57 507.6 37.6

Junc S'22 471 0 506.64 35.64

Junc S"1 471 0 506.54 35.54

Junc S"2 462 5.76 504.77 42.77

Junc S"3 454 0 503.53 49.53

Junc S"4 450 0 503.12 53.12

Junc S"5 449 0 502.99 53.99

Junc S"6 448 4.11 502.75 54.75

Junc S"7 447 0 502.65 55.65

Junc S"8 445 4.26 502.4 57.4

Junc S"9 443 0 502.25 59.25

Junc S"10 443 0 502.22 59.22

Junc S"11 442 0 502.2 60.2

Junc S"12 440 4.42 502.05 62.05

Junc S"13 436 0 502 66

Junc S"14 435 4.16 501.98 66.98

Junc S"15 454 0 503.49 49.49

Junc S"16 457 0 503.46 46.46

Lanjutan Tabel a

Page 139: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

138

Node ID Elevation Base Demand Head Pressure

m LPS m m

Junc S"17 458 4.4 503.42 45.42

Junc TappingD 510 0 530.51 20.51

Junc D1 511 0 529.63 18.63

Junc D2 512 0 528.66 16.66

Junc D3 513 0 528.13 15.12

Junc D4 506 0 528.02 22.02

Junc D5 503 0.25 527.85 24.85

Junc D6 500 0.19 527.82 27.82

Junc D7 506 0.22 527.86 21.86

Junc D8 506 0.29 528.32 22.32

Junc D9 504 0.73 528.8 24.8

Junc D10 502 0.72 528.84 26.84

Junc D11 500 0 527.36 27.36

Junc D12 499 0 527.07 28.07

Junc D13 508 0 528.37 20.37

Junc D14 506 0 527.84 21.84

Junc D15 502 0 527.58 25.58

Junc D16 500 0 527.39 27.39

Junc D17 498 0.26 527.23 29.23

Junc D18 499 0.57 527.15 28.15

Junc D19 497 0 526.88 29.88

Junc D20 491 0.22 526.84 35.84

Junc D21 488 0.38 526.7 38.7

Junc D22 486 0.38 526.58 40.58

Junc D23 495 0 526.72 31.72

Junc D24 496 0 526.84 30.84

Junc D25 497 0.39 526.76 29.76

Lanjutan Tabel a

Page 140: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

139

Node ID Elevation Base Demand Head Pressure

m LPS m m

Junc D26 500 0 528.63 28.63

Junc D27 499 0.3 528.63 29.63

Junc D28 501 0 528.67 27.67

Junc D30 503 0.19 528.27 25.27

Junc D32 502 0.26 527.77 25.77

Resvr Tlogomas 570 #N/A 570 0

b) Tabel pada link (pipa)

Link ID Length Diameter Velocity Unit Headloss Friction Factor Status

m mm m/s m/km

Pipe 1 137.58 250 1.58 11.25 0.022 Open

Pipe 2 197.7 250 1.58 11.25 0.022 Open

Pipe 3 90.27 250 1.5 10.27 0.022 Open

Pipe 4 500.39 250 1.5 10.27 0.022 Open

Pipe 5 163.59 250 1.5 10.27 0.022 Open

Pipe 6 288.88 250 1.5 10.27 0.022 Open

Pipe 7 247.28 250 1.41 9.15 0.023 Open

Pipe 8 362.07 250 1.41 9.15 0.023 Open

Pipe 9 49.26 250 1.41 9.15 0.023 Open

Pipe 10 67.7 250 1.41 9.15 0.023 Open

Pipe 11 38.79 250 1.41 9.15 0.023 Open

Pipe 12 316.09 250 1.41 9.15 0.023 Open

Pipe 13 32.02 250 1.41 9.15 0.023 Open

Pipe 14 32.7 250 1.32 8.09 0.023 Open

Pipe 15 42.64 250 1.32 8.09 0.023 Open

Pipe 16 74.93 250 1.32 8.09 0.023 Open

Lanjutan Tabel a

Page 141: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

140

Link ID Length Diameter Velocity Unit Headloss Friction Factor Status

m mm m/s m/km

Pipe 17 56.99 250 1.32 8.09 0.023 Open

Pipe 18 28.64 250 1.32 8.09 0.023 Open

Pipe 19 16.93 250 1.32 8.09 0.023 Open

Pipe 20 23.98 250 1.32 8.09 0.023 Open

Pipe 21 43.07 250 1.32 8.09 0.023 Open

Pipe 22 75.82 250 1.32 8.09 0.023 Open

Pipe 23 204.16 250 1.32 8.09 0.023 Open

Pipe 24 81.19 250 1.32 8.09 0.023 Open

Pipe 25 68.24 250 1.32 8.09 0.023 Open

Pipe 26 142.44 250 1.32 8.09 0.023 Open

Pipe 27 201.13 250 1.32 8.09 0.023 Open

Pipe 28 284.27 250 1.32 8.09 0.023 Open

Pipe 32 85.67 300 0.92 3.33 0.023 Open

Pipe 33 358.32 300 0.85 2.89 0.024 Open

Pipe 34 71.31 300 0.85 2.89 0.024 Open

Pipe 35 267.69 300 0.85 2.89 0.024 Open

Pipe 36 140.91 300 0.79 2.52 0.024 Open

Pipe 37 192.96 300 0.79 2.52 0.024 Open

Pipe 38 104.63 300 0.79 2.52 0.024 Open

Pipe 39 137.45 300 0.79 2.52 0.024 Open

Pipe 40 119.04 300 0.79 2.52 0.024 Open

Pipe 41 91.5 300 0.79 2.52 0.024 Open

Pipe 42 395.17 300 0.79 2.52 0.024 Open

Pipe 43 60.71 300 0.79 2.52 0.024 Open

Pipe 45 436.02 300 0.79 2.52 0.024 Open

Pipe 46 129.4 200 1.77 18.13 0.023 Open

Pipe 47 185.57 200 0.15 0.19 0.033 Open

Lanjutan Tabel b

Page 142: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

141

Link ID Length Diameter Velocity Unit Headloss Friction Factor Status

m mm m/s m/km

Pipe 48 96.13 200 0.12 0.13 0.034 Open

Pipe 49 72.01 200 1.5 13.32 0.023 Open

Pipe 50 178.19 200 1.5 13.32 0.023 Open

Pipe 51 168.18 200 1.5 13.32 0.023 Open

Pipe 52 72.43 200 1.5 13.32 0.023 Open

Pipe 53 29.25 200 1.5 13.32 0.023 Open

Pipe 54 45.66 200 0.09 0.08 0.035 Open

Pipe 55 87.74 200 0.09 0.08 0.035 Open

Pipe 56 263.7 200 0.09 0.08 0.035 Open

Pipe 57 240.47 200 0.09 0.08 0.035 Open

Pipe 58 279.58 200 0.09 0.08 0.035 Open

Pipe 59 301.03 200 1.4 11.81 0.023 Open

Pipe 60 127.62 200 1.25 9.52 0.024 Open

Pipe 61 266.32 200 1.13 7.89 0.024 Open

Pipe 62 88.6 200 1.13 7.89 0.024 Open

Pipe 63 98.72 200 0.96 5.89 0.025 Open

Pipe 64 209.15 200 0.96 5.89 0.025 Open

Pipe 65 238.41 200 0.96 5.89 0.025 Open

Pipe 66 244.92 200 0.78 3.94 0.026 Open

Pipe 68 26.01 200 0.78 3.94 0.026 Open

Pipe 69 447.95 200 0.78 3.94 0.026 Open

Pipe 70 491.89 200 0.61 2.53 0.027 Open

Pipe 71 245.99 200 0.49 1.65 0.027 Open

Pipe 72 77.07 200 0.49 1.65 0.027 Open

Pipe 73 145.02 200 0.49 1.65 0.027 Open

Pipe 74 104.28 200 0.37 0.99 0.029 Open

Pipe 75 253.48 200 0.37 0.99 0.029 Open

Lanjutan Tabel b

Page 143: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

142

Link ID Length Diameter Velocity Unit Headloss Friction Factor Status

m mm m/s m/km

Pipe 76 326.67 200 0.25 0.47 0.03 Open

Pipe 77 57.29 200 0.25 0.47 0.03 Open

Pipe 78 54.59 200 0.25 0.47 0.03 Open

Pipe 79 318.27 200 0.25 0.47 0.03 Open

Pipe 80 352.99 200 0.12 0.12 0.034 Open

Pipe 81 163.83 200 0.12 0.12 0.034 Open

Pipe 82 232.85 200 0.13 0.14 0.034 Open

Pipe 83 288.62 200 0.13 0.14 0.034 Open

Pipe 84 254.95 200 0.13 0.14 0.034 Open

Pipe 91 20.3 50 2.45 167.07 0.027 Open

Pipe 92 29.21 50 0.97 30.12 0.031 Open

Pipe 93 69.35 50 0.64 13.95 0.033 Open

Pipe 94 83.93 50 0.42 6.41 0.035 Open

Pipe 95 67.05 50 0.2 1.64 0.039 Open

Pipe 96 66.48 50 1.01 32.22 0.031 Open

Pipe 97 36.35 50 0.66 14.51 0.033 Open

Pipe 98 68.03 50 0.32 3.9 0.037 Open

Pipe 99 46.67 50 0.32 3.9 0.037 Open

Pipe 100 43.01 50 0.32 3.9 0.037 Open

Pipe 101 48.3 50 0.2 1.66 0.039 Open

Pipe 102 168.24 50 0.33 4.14 0.037 Open

Pipe 103 26.91 50 0.28 2.9 0.038 Open

Pipe 105 219.33 50 0.35 4.61 0.036 Open

Pipe 107 212.21 50 0.47 7.87 0.035 Open

Pipe 108 51.86 50 0.14 0.84 0.041 Open

Pipe 109 204.35 50 0.33 4.08 0.037 Open

Pipe 111 179.4 50 0.22 1.92 0.039 Open

Lanjutan Tabel b

Page 144: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

143

Link ID Length Diameter Velocity Unit Headloss Friction Factor Status

m mm m/s m/km

Pipe 113 138.29 50 0.22 1.92 0.039 Open

Pipe 115 100.9 50 0.2 1.64 0.039 Open

Pipe 116 62.8 50 0.28 2.9 0.038 Open

Pipe 117 102.8 50 0.1 0.45 0.044 Open

Pipe 128 37.01 50 0.17 1.25 0.04 Open

Pipe 129 107.81 50 0.17 1.25 0.04 Open

Pipe 130 107.71 50 0.17 1.25 0.04 Open

Pipe 132 31.24 50 0.17 1.25 0.04 Open

Pipe 134 25.06 50 0 0 0 Open

Pipe 135 44.6 50 0.14 0.81 0.042 Open

Pipe 140 145.72 50 0.12 0.62 0.043 Open

Pipe 141 86.05 50 0.09 0.35 0.045 Open

Pipe 142 159.02 50 0.14 0.81 0.042 Open

Pipe 143 143.59 50 0.09 0.35 0.045 Open

Pipe 144 129.96 50 0.35 4.61 0.036 Open

Lanjutan Tabel b

Page 145: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

144

Halaman Sengaja Dikosongkan

Page 146: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

Lampiran 4

Kondisi Sisa Chlor Pada Jaringan

145

Page 147: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

146

Halaman Sengaja Dikosongkan

Page 148: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …
Page 149: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

147

L.4. Rekap Kondisi Sisa Chlor Pada Jaringan

a) Tabel pada node (titik persimpangan, taping, ujung pipa)

Node ID Elevation Demand Head Pressure chlorine

m LPS m m mg/L

Junc T28 540 0 568.12 28.12 1

Junc T27 532 4.15 565.41 33.41 1

Junc T26 526 0 564.29 38.29 1

Junc T25 517 0 558.04 41.04 1

Junc T24 517 0 556 39 1

Junc T23 509 4.93 552.4 43.4 1

Junc T22 509 0 549.65 40.65 1

Junc T21 504 0 545.62 41.62 1

Junc T20 504 0 545.07 41.07 1

Junc T19 503 0 544.32 41.32 1

Junc T18 502 0 543.89 41.89 1

Junc T17 495 0 540.37 45.37 1

Junc T16 494 4.92 540.02 46.02 1

Junc T15 494 0 539.7 45.7 1

Junc T14 494 0 539.28 45.28 1

Junc T13 491 0 538.54 47.54 1

Junc T12 489 0 537.98 48.98 1

Junc T11 491 0 537.7 46.7 1

Junc T10 491 0 537.53 46.53 1

Junc T9 494 0 537.3 43.3 1

Junc T8 499 0 536.87 37.87 1

Junc T7 504 0 536.13 32.13 1

Junc T6 505 0 534.12 29.12 1

Junc T5 504 0 533.32 29.32 1

Page 150: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

148

Node ID Elevation Demand Head Pressure chlorine

m LPS m m mg/L

Junc T4 502 0 532.65 30.65 1

Junc T3 504 0 531.25 27.25 1

Junc T2 510 0 529.27 19.27 1

Junc T1 512 0 526.47 14.47 1

Junc S1 509 0 526.12 17.12 1

Junc S2 499 0 524.87 25.87 0.89

Junc S3 501 0 524.62 23.62 0.89

Junc S4 490 4.75 523.68 33.68 0.89

Junc S5 487 0 523.25 36.25 0.89

Junc S6 482 0 522.66 40.66 0.89

Junc S7 479 0 522.34 43.34 0.89

Junc S8 473 0 521.92 48.92 0.89

Junc S9 471 0 521.55 50.55 0.89

Junc S10 465 0 521.27 56.27 0.89

Junc S11 473 0 520.06 47.06 0.87

Junc S12 475 0 519.88 44.88 0.87

Junc S'1 488 0 518.54 30.54 0.87

Junc S'2 488 0 515.69 27.69 0.87

Junc S'3 492 4.22 515.68 23.68 0.87

Junc S'4 491 5.26 515.65 24.65 0.87

Junc S'5 483 0 514.53 31.53 0.87

Junc S'6 486 0 511.64 25.64 0.87

Junc S'7 480 0 508.92 28.92 0.87

Junc S'8 481 0 507.74 26.74 0.87

Junc S'9 477 0 507.27 30.27 0.87

Junc S'10 477 0 507.26 30.26 0.77

Junc S'11 469 0 507.23 38.23 0.77

Lanjutan Tabel a

Page 151: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

149

Node ID Elevation Demand Head Pressure chlorine

m LPS m m mg/L

Junc S'12 471 0 507.21 36.21 0.72

Junc S'13 465 3.3 507.18 42.18 0.72

Junc S'14 478 0 507.27 29.27 0.87

Junc S'15 472 5.39 502.95 30.95 0.87

Junc S'16 467 4.21 501.47 34.47 0.87

Junc S'17 454 0 498.92 44.92 0.87

Junc S'18 457 5.76 498.07 41.07 0.87

Junc S'19 471 0 497.36 26.36 0.87

Junc S'20 470 0 495.87 25.87 0.87

Junc S'21 470 6.57 494.16 24.16 0.87

Junc S'22 471 0 492.99 21.99 0.87

Junc S"1 471 0 492.86 21.86 0.87

Junc S"2 462 5.76 490.72 28.72 0.87

Junc S"3 454 0 489.2 35.2 0.73

Junc S"4 450 0 488.71 38.71 0.59

Junc S"5 449 0 488.56 39.56 0.59

Junc S"6 448 4.11 488.26 40.26 0.59

Junc S"7 447 0 488.14 41.14 0.59

Junc S"8 445 4.26 487.84 42.84 0.59

Junc S"9 443 0 487.65 44.65 0.39

Junc S"10 443 0 487.62 44.62 0.39

Junc S"11 442 0 487.59 45.59 0.39

Junc S"12 440 4.42 487.4 47.4 0.39

Junc S"13 436 0 487.35 51.35 0.39

Junc S"14 435 4.16 487.33 52.33 0.39

Junc S"15 454 0 489.17 35.17 0.59

Junc S"16 457 0 489.12 32.12 0.56

Lanjutan Tabel a

Page 152: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

150

Node ID Elevation Demand Head Pressure chlorine

m LPS m m mg/L

Junc S"17 458 4.4 489.08 31.08 0.56

Junc TappingD 510 0 522 12 1

Junc D1 511 0 520.93 9.93 1

Junc D2 512 0 519.76 7.76 1

Junc D3 513 0 519.1 6.1 1

Junc D4 506 0 518.97 12.97 1

Junc D5 503 0.25 518.77 15.77 1

Junc D6 500 0.19 518.73 18.73 1

Junc D7 506 0.22 518.78 12.78 0.89

Junc D8 506 0.29 519.34 13.34 0.89

Junc D9 504 0.73 519.92 15.92 0.89

Junc D10 502 0.72 519.97 17.97 0.89

Junc D11 500 0 518.17 18.17 0.89

Junc D12 499 0 517.82 18.82 0.93

Junc D13 508 0 519.4 11.4 1

Junc D14 506 0 518.76 12.76 1

Junc D15 502 0 518.43 16.43 1

Junc D16 500 0 518.21 18.21 1

Junc D17 498 0.26 518.01 20.01 1

Junc D18 499 0.57 517.91 18.91 0.93

Junc D19 497 0 517.59 20.59 0.93

Junc D20 491 0.22 517.54 26.54 0.89

Junc D21 488 0.38 517.38 29.38 0.89

Junc D22 486 0.38 517.23 31.23 0.64

Junc D23 495 0 517.39 22.39 0.82

Junc D24 496 0 517.54 21.54 0.93

Junc D25 497 0.39 517.44 20.44 0.82

Lanjutan Tabel a

Page 153: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

151

Node ID Elevation Demand Head Pressure chlorine

m LPS m m mg/L

Junc D26 500 0 519.72 19.72 0

Junc D27 499 0.3 519.72 20.72 0.82

Junc D28 501 0 519.76 18.76 0.82

Junc D30 503 0.19 519.28 16.28 0.89

Junc D32 502 0.26 518.67 16.67 0.8

Resvr Tlogomas 570 -85.92 570 0 1

b) Tabel pada link (pipa)

Link ID Length Diameter Flow Velocity Unit Headloss chlorine Status

m mm LPS m/s m/km mg/L

Pipe 1 137.58 250 85.92 1.75 13.68 1 Open

Pipe 2 197.7 250 85.92 1.75 13.68 1 Open

Pipe 3 90.27 250 81.77 1.67 12.48 1 Open

Pipe 4 500.39 250 81.77 1.67 12.48 1 Open

Pipe 5 163.59 250 81.77 1.67 12.48 1 Open

Pipe 6 288.88 250 81.77 1.67 12.48 1 Open

Pipe 7 247.28 250 76.84 1.57 11.12 1 Open

Pipe 8 362.07 250 76.84 1.57 11.12 1 Open

Pipe 9 49.26 250 76.84 1.57 11.12 1 Open

Pipe 10 67.7 250 76.84 1.57 11.12 1 Open

Pipe 11 38.79 250 76.84 1.57 11.12 1 Open

Pipe 12 316.09 250 76.84 1.57 11.12 1 Open

Pipe 13 32.02 250 76.84 1.57 11.12 1 Open

Pipe 14 32.7 250 71.92 1.47 9.84 1 Open

Pipe 15 42.64 250 71.92 1.47 9.84 1 Open

Lanjutan Tabel a

Page 154: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

152

Link ID Length Diameter Flow Velocity Unit Headloss chlorine Status

m mm LPS m/s m/km mg/L

Pipe 16 74.93 250 71.92 1.47 9.84 1 Open

Pipe 17 56.99 250 71.92 1.47 9.84 1 Open

Pipe 18 28.64 250 71.92 1.47 9.84 1 Open

Pipe 19 16.93 250 71.92 1.47 9.84 1 Open

Pipe 20 23.98 250 71.92 1.47 9.84 1 Open

Pipe 21 43.07 250 71.92 1.47 9.84 1 Open

Pipe 22 75.82 250 71.92 1.47 9.84 1 Open

Pipe 23 204.16 250 71.92 1.47 9.84 1 Open

Pipe 24 81.19 250 71.92 1.47 9.84 1 Open

Pipe 25 68.24 250 71.92 1.47 9.84 1 Open

Pipe 26 142.44 250 71.92 1.47 9.84 1 Open

Pipe 27 201.13 250 71.92 1.47 9.84 1 Open

Pipe 28 284.27 250 71.92 1.47 9.84 1 Open

Pipe 32 85.67 300 71.92 1.02 4.05 1 Open

Pipe 33 358.32 300 66.57 0.94 3.51 0.89 Open

Pipe 34 71.31 300 66.57 0.94 3.51 0.89 Open

Pipe 35 267.69 300 66.57 0.94 3.51 0.89 Open

Pipe 36 140.91 300 61.82 0.87 3.06 0.89 Open

Pipe 37 192.96 300 61.82 0.87 3.06 0.89 Open

Pipe 38 104.63 300 61.82 0.87 3.06 0.89 Open

Pipe 39 137.45 300 61.82 0.87 3.06 0.89 Open

Pipe 40 119.04 300 61.82 0.87 3.06 0.89 Open

Pipe 41 91.5 300 61.82 0.87 3.06 0.89 Open

Pipe 42 395.17 300 61.82 0.87 3.06 0.87 Open

Pipe 43 60.71 300 61.82 0.87 3.06 0.87 Open

Pipe 45 436.02 300 61.82 0.87 3.06 0.87 Open

Pipe 46 129.4 200 61.82 1.97 22.04 0.87 Open

Lanjutan Tabel b

Page 155: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

153

Link ID Length Diameter Flow Velocity Unit Headloss chlorine Status

m mm LPS m/s m/km mg/L

Pipe 47 185.57 200 5.26 0.17 0.23 0.87 Open

Pipe 48 96.13 200 -4.22 0.13 0.15 0.87 Open

Pipe 49 72.01 200 52.34 1.67 16.19 0.87 Open

Pipe 50 178.19 200 52.34 1.67 16.19 0.87 Open

Pipe 51 168.18 200 52.34 1.67 16.19 0.87 Open

Pipe 52 72.43 200 52.34 1.67 16.19 0.87 Open

Pipe 53 29.25 200 52.34 1.67 16.19 0.87 Open

Pipe 54 45.66 200 3.3 0.11 0.1 0.87 Open

Pipe 55 87.74 200 3.3 0.11 0.1 0.77 Open

Pipe 56 263.7 200 3.3 0.11 0.1 0.77 Open

Pipe 57 240.47 200 3.3 0.11 0.1 0.72 Open

Pipe 58 279.58 200 3.3 0.11 0.1 0.72 Open

Pipe 59 301.03 200 49.04 1.56 14.35 0.87 Open

Pipe 60 127.62 200 43.65 1.39 11.57 0.87 Open

Pipe 61 266.32 200 39.44 1.26 9.59 0.87 Open

Pipe 62 88.6 200 39.44 1.26 9.59 0.87 Open

Pipe 63 98.72 200 33.68 1.07 7.16 0.87 Open

Pipe 64 209.15 200 33.68 1.07 7.16 0.87 Open

Pipe 65 238.41 200 33.68 1.07 7.16 0.87 Open

Pipe 66 244.92 200 27.11 0.86 4.79 0.87 Open

Pipe 68 26.01 200 27.11 0.86 4.79 0.87 Open

Pipe 69 447.95 200 27.11 0.86 4.79 0.87 Open

Pipe 70 491.89 200 21.35 0.68 3.08 0.73 Open

Pipe 71 245.99 200 16.95 0.54 2.01 0.59 Open

Pipe 72 77.07 200 16.95 0.54 2.01 0.59 Open

Pipe 73 145.02 200 16.95 0.54 2.01 0.59 Open

Pipe 74 104.28 200 12.84 0.41 1.2 0.59 Open

Lanjutan Tabel b

Page 156: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

154

Link ID Length Diameter Flow Velocity Unit Headloss chlorine Status

m mm LPS m/s m/km mg/L

Pipe 75 253.48 200 12.84 0.41 1.2 0.59 Open

Pipe 76 326.67 200 8.58 0.27 0.57 0.39 Open

Pipe 77 57.29 200 8.58 0.27 0.57 0.39 Open

Pipe 78 54.59 200 8.58 0.27 0.57 0.39 Open

Pipe 79 318.27 200 8.58 0.27 0.57 0.39 Open

Pipe 80 352.99 200 4.16 0.13 0.15 0.39 Open

Pipe 81 163.83 200 4.16 0.13 0.15 0.39 Open

Pipe 82 232.85 200 4.4 0.14 0.17 0.59 Open

Pipe 83 288.62 200 4.4 0.14 0.17 0.56 Open

Pipe 84 254.95 200 4.4 0.14 0.17 0.56 Open

Pipe 91 20.3 50 5.35 2.72 203.06 1 Open

Pipe 92 29.21 50 2.12 1.08 36.62 1 Open

Pipe 93 69.35 50 1.4 0.71 16.96 1 Open

Pipe 94 83.93 50 0.92 0.47 7.79 1 Open

Pipe 95 67.05 50 0.44 0.22 1.99 1 Open

Pipe 96 66.48 50 2.2 1.12 39.16 1 Open

Pipe 97 36.35 50 1.43 0.73 17.64 1 Open

Pipe 98 68.03 50 0.7 0.36 4.74 1 Open

Pipe 99 46.67 50 0.7 0.36 4.74 1 Open

Pipe 100 43.01 50 0.7 0.36 4.74 1 Open

Pipe 101 48.3 50 0.44 0.23 2.02 1 Open

Pipe 102 168.24 50 0.73 0.37 5.03 0.89 Open

Pipe 103 26.91 50 0.6 0.31 3.53 0.93 Open

Pipe 105 219.33 50 -0.77 0.39 5.6 0.89 Open

Pipe 107 212.21 50 -1.03 0.52 9.58 0.89 Open

Pipe 108 51.86 50 0.31 0.16 1.03 0.89 Open

Pipe 109 204.35 50 -0.72 0.37 4.97 0.89 Open

Lanjutan Tabel b

Page 157: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

155

Link ID Length Diameter Flow Velocity Unit Headloss chlorine Status

m mm LPS m/s m/km mg/L

Pipe 111 179.4 50 -0.48 0.24 2.34 0.89 Open

Pipe 113 138.29 50 -0.48 0.24 2.34 0.89 Open

Pipe 115 100.9 50 -0.44 0.22 1.99 1 Open

Pipe 116 62.8 50 0.6 0.31 3.53 0.93 Open

Pipe 117 102.8 50 0.22 0.11 0.55 0.89 Open

Pipe 128 37.01 50 -0.38 0.19 1.52 0.93 Open

Pipe 129 107.81 50 -0.38 0.19 1.52 0.89 Open

Pipe 130 107.71 50 0.38 0.19 1.52 0.64 Open

Pipe 132 31.24 50 -0.38 0.19 1.51 0.82 Open

Pipe 134 25.06 50 0 0 0 0.02 Open

Pipe 135 44.6 50 -0.3 0.15 0.98 0.82 Open

Pipe 140 145.72 50 -0.26 0.13 0.75 0.8 Open

Pipe 141 86.05 50 0.19 0.1 0.42 1 Open

Pipe 142 159.02 50 0.3 0.15 0.98 0.82 Open

Pipe 143 143.59 50 0.19 0.1 0.42 0.89 Open

Pipe 144 129.96 50 0.77 0.39 5.6 0.82 Open

Lanjutan Tabel b

Page 158: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

Halaman Sengaja Dikosongkan

- 156 -

Page 159: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …
Page 160: PERENCANAAN ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM KOTA …

BIODATA PENULIS

Penulis lahir di Kota Malang pada tanggal 15 Desember 199. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan formal yang pernah diselesaikan oleh penulis adalah tamat dari TK Baitul Makmur Sengkaling Malang, SD Dharmawanita UNIBRAW Malang, MTsN 1 Malang dan MAN 3 Malang pada

tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis menempuh pendidikan Sarjana di Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS dengan NRP 3310 100 004. Pada masa pendidikan sarjana penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL), Kelompok Pecinta dan Pemerhati Lingkungan (KPPL) dan BEM FTSP ITS. Kecintaan penulus dalam lingkup studi Teknik Lingkungan diwujudkan dalam berbagai kegiatan lingkungan yang di ikuti seperti lomba daur ulang di Universitas Airlangga, Konvrensi Sanitasi Lingkungan yang diselenggarakan IATPI di Jakarta, dan Berinteraksi aktif bersama Komunitas KPPL dengan LSM KLH di Surabaya. Selain Tugas Akhir ini penulis juga melakukan kerja praktik di BBTKLPP Surabaya dengan judul “ Kajian Teknologi Tepatguna Airminum” Kritik dan saran dapat dikirim melalui email [email protected].

158