Perencanaan Transportasi
description
Transcript of Perencanaan Transportasi
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Tingkat kepadatan penduduk akan memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan
transportasi melayani kebutuhan masyarakat. Di perkotaan, kecenderungan yang terjadi adalah
meningkatnya jumlah penduduk yang tinggi karena tingkat kelahiran maupun urbanisasi. Tingkat
urbanisasi berimplikasi pada semakin padatnya penduduk yang secara langsung maupun tidak langsung
mengurangi daya saing dari transportasi wilayah (Susantoro & Parikesit, 2004:14).
Transportasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sarana
Transportasi menjadi pendukung dalam setiap kegiatan manusia yang terkait dengan jangkauan dan
lokasi serta mobilisasi barang maupun manusia dalam kehidupan. Kebutuhan akan transportasi sangat
beragam, terutama kebutuhan terhadap kemudahan dan kecepatan dalam melakukan perjalanan yang
setiap tahunnya meningkat. Dalam kaitan dengan kehidupan manusia, transportasi memiliki peranan
signifikan dalam aspek sosial, ekonomi, lingkungan, politik dan pertahanan keamanan. Dalam aspek
perekonomian, transportasi mempunyai pengaruh yang besar.
Kota akan terus mengalami perkembangan selama masih terdapat aktivitas di dalamnya.
Perkembangan terjadi disebabkan karena adanya suatu pergerakan yang dilakukan masyarakat untuk
melakukan aktivitas tersebut. Sistem transportasi memegang peranan yang sangat penting dalam
mendukung pergerakan masyarakat tersebut. Tanpa adanya sistem transportasi yang memadai dengan
baik maka pergerakan yang terjadi tidak dapat berjalan dengan lancar dan kota akan berkembang
dengan kondisi yang tidak teratur. Diperlukan suatu perencanaan secara komprehensif dengan
melibatkan semua unsur yang terkait dalam suatu sistem transportasi agar sistem yang direncanakan
dapat berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya. Namun meskipun telah direncanakan dengan baik
masih ada beberapa kendala yang dapat mengganggu lancarnya sistem transportasi yang ada.
Pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat, jumlah kendaraan bermotor yang bertambah
melebihi kapasitas jalan, dan perilaku masyarakat yang masih mengabaikan peraturan berlalu lintas di
jalan raya. Kegagalan system transportasi meng-ganggu perkembangan suatu wilayah/kota,
mempengaruhi efisiensi ekonomi perkotaan, bahkan kerugian lainnya. Isu -isu ketidaksepadanan
misalnya, dapat berakibat pada masalah sosial, kemiskinan dan kecemburuan sosial. Dampak dari
kegagalan sistem transportasi antara lain pembangunan jalan yang menying kirkan masyarakat akibat
pembebasan lahan, perambahan ruang -ruang jalan oleh pedagang kaki lima, penggunaan ruang jalan
untuk parkir secara ilegal, dan makin terpinggirkannya angkutan–angkutan tradisional seperti becak dan
semacamnya yang berpotensi menciptakan kemiskinan kota. Kemiskinan telah menjerat kelompok
masyarakat berpenghasilan rendah akibat dari sistem transportasi yang tidak mampu melindungi
mereka.
Sistem transportasi merupakan elemen dasar infrastruktur yang berpengaruh pada pola
pengembangan perkotaan. Pengembangan transportasi dan tata guna lahan memainkan peranan
penting dalam kebijakan dan program pemerintah. Pengembangan infrastruktur dalam sector
transportasi pada akhirnya menimbulkan biaya tinggi. Keterlibatan masyarakat dalam pembenahan atau
restrukturisasi sektor transportasi menjadi hal yang mendesak
Salah satu prasarana transportasi yang sangat penting saat ini adalah Transportasi darat (jalan
raya), mengingat akan besarnya kebutuhan manusia terhadap mobilisasi transportasi di darat.
Peningkatan Prasarana Transportasi ini memicu permintaan akan moda transportasi yaitu meningkatnya
jumlah permintaan angkutan darat sehingga menimbulkan berbagai masalah lalu lintas seperti
kemacetan, kecelakaan, tundaan, dan polusi udara yang semakin memperparah keadaan lalu lintas.
Selain itu kebisingan (polusi suara yang ditimbulkan moda transportasi) juga menjadi masalah lalu lintas
dan masalah-masalah lainnya yang secara tidak langsung menimbulkan kerugian baik waktu maupun
biaya.
Namun sebesar apapun kota dengan segala kelengkapannya, pasti mempunyai batasan, yaitu
daya tampung. Jika batas tersebut sudah terlampaui , akan terjadi dampak yang merugikan. Dalam
konteks kota di Indonesia , fenomena kota bermasalh sudah mulai terlihat, yang diperkirakan akan terus
berkembang menjadi persoalan yang semakin rumit, seiring dengan tingginya laju Urbanisasi. Hal ini
sulit dihindari karena daerah perkotaan sudah terlanjur dianggap sebagai penyedia berbagai macam
lapangan.
Tingginya urbanisasi secara tidak langsung dapat dikatakan akibat tidak meratanya
pertumbuhan wilayah di Indonesia; antara daerah pedalaman dengan daerah perkotaan. Semakin
besarnya perbedaan antara tingkat pertumbuhan wilayah tersebut menyebabkan semakin tingginya
tingkat urbanisasi, yang pada gilirannyaakan menimbulkan beberapa permasalahan kota, khususnya
transportasi.
Permasalahan transportasi semakin bertambah sejalan dengan semakin bergesernya
permukiman, terutama bagi orang yang bekerja di pusat kota dan kembali ke pinggir kota setelah
rutinitas kerja selesai. Hal ini akan berpotensi menumbulkan permasalahan transportasi, terjadi setiap
hari, yaitu pada jam sibuk pagi dan sore hari. Pada jam sibuk pagi hari terjadi proses pergerakan dengan
volume tinggi, bergerak ke pusat kota untuk berkerja dan pada sore harinya terjadi hal sebaliknya
karena semua orang kembali ke rumah-rumahnya masing-masing.
Perpindahan disebabkan adanya keterbatasan lahan serta tingginya harga lahan yang ada di
daerah perkotaan. Perpindahan tersebut memicu pertumbuhan permukiman-permukiman yang ada di
daerah pinggiran kota. Yang menjadi permasalahan yaitu tidak terintegrasinya lokasi permukiman
tersebut sehingga menyulitkan pemerintah di dalam penyediaan fasilitas perkotaan. Dilihat dari sisi
transportasi, hal tersebut membawa pengaruh terhadap bangkitan serta tarikan pergerakan.
Hal ini menyebabkan masyarakat didaerah perbatasan kota lebih cenderung menggunakan
moda transportasi pribadi untuk menuju lokasi kegiatan yang lebih terkonsentrasi di pusat kota,
sedangkan angkutan umum bermotor seperti bus dan taksi tidak menjadi pilihan alternatif.
Akibat yang ditimbulkan dari berbagai masalah lalu lintas tersebut, maka diperlukan solusi yang
tepat dalam menangani permasalahan lalu lintas sehingga dapat menciptakan transportasi yang
berkelanjutan.
Transportasi berkelanjutan merupakan suatu konsep yang tidak hanya menambah supply
(penambahan jaringan jalan maupun kapasitas jalan dengan jumlah moda transportasi tertentu) tetapi
mengurangi demand (permintaan akan jaringan jalan dan jumlah moda transportasi disesuaikan dengan
kapasitas jalan yang ada). Mobilitas berkelanjutan (sustainable mobility) menyatukan segala macam
upaya untuk mencapai keseimbangan biaya dan keuntungan sektor transportasi. Ini menandai
adanyapergeseran dari pendekatan perencanaan transportasi tradisional, yang mengkonseptualisasikan
transport sebagai sebuah permintaan dan infrastruktur pendukung bagi pertumbuhan ekonomi, menuju
pendekatan kebijakan melalui bukti dan perkiraan resiko, serta untuk mengetahui kemungkinan per-
tumbuhan yang tidak terkendali.
Indonesia memiliki sIstem Jaringan jalan yang rumit dan kapasitas jalan yang melebihi ambang
batas serta kondisi transportasi yang semrawut dengan tingginya penggunaan kendaraaan, terutama
kendaraan pribadi yang overload. Penerapan Transportasi di Indonesia harus diubah menjadi
transportasi yang didasarkan pada transportasi hijau atau sustainable transportation yang mengacu
pada transportasi yang berdampak rendah terhadap lingkungan. Namun, sebelum diterapkan
transportasi berkelanjutan, diperlukan pengurangan jumlah kendaraaan di Indonesia dengan penerapan
pajak kendaraan. Dengan demikian, Transportasi berkelanjutan dapat menjadi salah satu alternatif
pemecahan solusi masalah lalu lintas yang ada saat ini.
2. Rumusan Masalah
2.1 Apa definisi dari transportasi?
2.2 Jelaskan tentang transportasi perkotaan?
2.3 Jelaskan yang dimaksud dengan terminolgi dari transportasi?
2.4 Paparkan terminologi transportasi berkelanjutan?
3. Tujuan Penulisan
Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai terminologi dari transportasi dan
menjelaskan kebijakan apa saja yang dibuat pemerintah untuk mengatasi permasalah
transportasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Defnisi Transportasi
Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dengan menggunakan wahana yang
digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia untuk
melakukan aktifitas sehari-hari. Banyak ahli telah merumuskan dan mengemukakan pengertian
transportasi. Para ahli memiliki pandangan masing-masing yang mempunyai perbedaan dan persamaan
yang satu dengan yang lainnya.
Kata transportasi berasal dari bahasa latin yaitu transportate yang mana trans berarti
mengangkat atau menbawa. Jadi transportasi adalah membawa sesuatu dari suatu tempat yang lain.
Menurut Salin (2000) transportasi adalah pemindhan barang (muatan) dan penumpang dari
suatu tempat ke tempat lain. Dalam transportasi ada dua unsur yang terpenting yaitu
pmindahan/pergerakan (movement) dan secara fisik mengbah tempat dari barang (comoditi) dan
penumpang ke tempat lain.
Menurut Miro (2005) transportasi dapat diartikan usaha memindahkan, menggerakan,
mengangkut atau mengalihkan suatu objek dari uatu tempat ketempat lain, dimana tempat lain ini objek
tersbut lebih bermanfaat atau dapat bergna untuk tujuan-tujuan tertentu.
Menurut Nasution (2008) adalah sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke
tempat tujuan. Jadi pengertian transportasi berarti sebuah proses, yakni proses pemindahan proses
pergerakan, proses mengangkut dan mengalihkan dimana proses ini tidak bisa dilepaskan dari keperluan
akan alat pendukung untuk menjamin lancarnya proes pemindahan sesuai waktu yang diinginkan.
Menurut Nasution (2008) terdapat unsur-unsur pengakutan/transportasi meliputi atas:
Ada muatan yang diangkut
Tersedia kendaraan sebagai alat angkutnya
Ada jalanan/jalur yang dapat dilalui
Ada terminal asal dan terminal tujuan
Sumber daya manusia dan organisasi manajemen yang menggerakan transportasi
Masing-masing unsur tersbut tidak bisa hadir dan beroperasi sendiri-sendiri. Kesemuanya harus
terintegrasi secara serentak. Seandainya ada salah satu saja komponen yang tidak hadir, amaka alat
pendukung proses perpindahan tidak dapat berfngsi dan tidak dapat bekerja.
2.1.2 Terminologi Transportasi Perkotaan
PermasalahanTransportasi Perkotaan
1. Permasalahan transportasi perkotaan umumnya meliputi kemacetan lalulintas, parkir, angkutan
umum, polusi dan masalah ketertiban lalulintas Kemacetan lalulintas akan selalu menimbulkan
dampak negatif, baik terhadap pengemudinya sendiri maupun ditinjau dari segi ekonomi dan
lingkungan. Bagi pengemudi kendaraan, kemacetan akan menimbulkan ketegangan (stress).
Selain itu juga akan menimbulkan dampak negatif ditinjau dari segi ekonomi yang berupa
kehilangan waktu karena waktu perjalanan yang lama serta bertambahnya biaya operasional
kendaraan (bensin, perawatan mesin) karena seringnya kendaraan berhenti. Timbul pula
dampak negatif terhadap lingkungan yang berupa peningkatan polusi udara karena gas racun CO
serta peningkatan gangguan suara kendaraan (kebisingan). Pedal rem dan gas yang silih berganti
digunakan akan menyebabkan penambahan polusi udara serta kebisingan karena deru suara
kendaraan. para pengemudi akan lebih sering menggunakan klakson sehingga menimbulkan
kebisingan.
2. Masalah parkir. Masalah ini tidak hanya terbatas di kota-kota besar saja. Tidak ada fasilitas
parkir di dekat pasar-pasar. Beberapa supermarket hanya mempunyai tempat parkir yang begitu
sempit, yang hanya dapat menampung beberapa kendaraan roda empat saja. Beberapa gedung
pertunjukan/gedung bioskop bahkan tidak mempunyai fasilitas parkir untuk kendaraan roda
empat.
3. Masalah fasilitas angkutan umum. Angkutan umum perkotaan, yang saat ini didominasi oleh
angkutan bus dan mikrolet masih terasa kurang nyaman, kurang aman dan kurang efisien.
Angkutan massal (mass rapid transit) seperti kereta api masih kurang berfungsi untuk angkutan
umum perkotaan. Berdesak-desakan di dalam angkutan umum sudah merupakan pandangan
sehari-hari di kota-kota besar. Pemakai jasa angkutan umum masih terbatas pada kalangan
bawah dan sebagian kalangan menengah. Orang-orang berdasi masih enggan memakai
angkutan umum, karena comfortability angkutan umum yang masih mereka anggap terlalu
rendah, dibandingkan dengan kendaraan pribadi yang begitu nyaman dengan pelayanan dari
pintu ke pintu. Sementara itu sistem angkutan umum massal (SAUM) yang modern sebagai
bagian integral dari ketahanan daya dukung kota (city survival) masih dalam tahap rancangan
dan perencanaan dan belum berada di dalam alur utama (mainstream) kebijakan dan keputusan
pemerintah dalam rangka menciptakan sistem transportasi kota yang berimbang, efisien dan
berkualitas. Belum terciptanya SAUM modern sebagai atribut menuju kota ”metropolitan” dan
oleh karenanya belum merupakan alternatif yang patut diperhitungkan bagi pembuat
perjalanan merupakan pembenaran dari pemakaian kendaraan pribadi okupansi rendah yang
tidak efisien. Oleh karena selama beberapa dekade belakangan ini tidak ada langkah
“terobosan” yang berarti, maka antrian dan kemacetan lalulintas yang berkepanjangan pada
setiap koridor dan pusat kota, dan sebagai akibatnya pemborosan besar-besaran dari energi
BBM serta polusi udara, akan terus menjadi menu sehari-hari dari para pembuat perjalanan di
perkotaan (urban trip makers).
Kebijakan Transportasi Perkotaan yang dikutip dari www.hubdat.web.id ialah:
1. Pembangunan angkutan perkotaan diarahkan pada pemulihan kondisi pelayanan armada bus
kota, sesuai dengan standar pelayanan minimal;
2. Pengembangan dan peningkatan angkutan umum perkotaan diarahkan melalui pemaduan
pengembangan kawasan dengan sistem transportasi kota. Pengembangan transportasi
perkotaan juga memperhatikan pejalan kaki dan orang cacat;
3. Pembatasan penggunaan kendaraam pribadi melalui perketatan persyaratan Ranmor (Pribadi).
4. Arah transportasi perkotaan di wilayah Jabodetabek dan di beberapa kawasan seperti Gerbang
Kertosusila, Malang Raya, Gelangban, dan Mebidang, selain ang-kutan jalan juga diarahkan pada
penggunaan angkutan massal yang berbasis BRT atau jalan rel/kereta api;
5. Mendukung pengembangan transportasi yang berkelanjutan, terutama penggunaan
transportasi umum massal di perkotaan yang padat, terjangkau dan efisien, berbasis masyarakat
dan terpadu dengan pengembangan wilayah.
6. Diversifikasi Bahan Bakar melalui Pengembangan Bahan Bakar Gas, Bio Fuel dan Listrik
7. Mendorong pengembangan sistem manajemen lalu lintas di perkotaan dengan menggunakan
Intelligent Transport System (ITS) untuk kota-kota metropolitan dan Area Traffic Control System
(ATCS) untuk kota besar di Indonesia
8. Mendorong pengembangan teknologi untuk membatasi penggunaan kendaraan pribadi, seperti
electronic road pricing (ERP),
9. Pengembangan transportasi perkotaan dengan memperhatikan pejalan kaki dan orang cacat
melalui pemberikan fasilitas yang lebih aman dan nyaman untuk pejalan kaki, untuk mendorong
intensitas berjalan kaki.
10. Mendorong penggunaan off street parking (kantong parkir dan gedung parkir) dengan
melakukan pembatasan on street parking pada jalan-jalan utama di perkotaan.
2.1.3 Terminologi Transportasi Berkelanjutan
Meningkatnya jumlah penduduk dibarengi dengan peningkatan kondisi social ekonomi
berdampak secara signifikan terhadap meningkatnya mobilitas penduduk terutama di kota-kota besar.
Hal tersebut membutuhkan dukungan sarana dan prasarana transportasi yang cukup demi menjaga
keberlanjutan kegiatan ekonomi kota serta menunjang pencapaian sasaran pembangunan dan hasil-
hasilnya. Namun pencapaian sasaran pembangunan juga telah menimbulkan masalah di bidang
transportasi pada perkotaan. Di antaranya adalah kemacetan lalu lintas yang semakin hari semakin
serius. Kemacetan akibat tingginya volume lalu lintas telah berdampak pula terhadap kualitas udara
perkotaan.
Perkembangan perkotaan berjalan secara dinamik, mengikuti perkembangan sosial ekonomi
perkotaan. Semakin bertambahnya perkotaan dalam hal wilayah spasial dan aktivitas ekonomi, maka
akan semakin besara pula beban pencemaran udara yang dikeluarkan ke atmosfer perkotaan. Dampak
tentu akan semakin terasa di daerah pusat kegiatan kota.
Transportasi berkelanjutan merupakan suatu konsep yang tidak hanya menambah supply
(penambahan jaringan jalan maupun kapasitas jalan dengan jumlah moda transportasi tertentu) tetapi
mengurangi demand (permintaan akan jaringan jalan dan jumlah moda transportasi disesuaikan dengan
kapasitas jalan yang ada). Mobilitas berkelanjutan (sustainable mobility) menyatukan segala macam
upaya untuk mencapai keseimbangan biaya dan keuntungan sektor transportasi. Ini menandai adanya
pergeseran dari pendekatan perencanaan transportasi tradisional, yang mengkonseptualisasikan
transport sebagai sebuah permintaan dan infrastruktur pendukung bagi pertumbuhan ekonomi, menuju
pendekatan kebijakan melalui bukti dan perkiraan resiko, serta untuk mengetahui kemungkinan per-
tumbuhan yang tidak terkendali.
Transportasi yang berwawasan lingkungan perlu diperhatikan dampak terhadap lingkungan yang
memungkinkan timbul, terutama pencemaran udara dan kebisingan. Aspek utama yang menentukan
intensitas dampak terhadap lingkungan khususnya pencemaraan udara dan kebisingan dan penggunaan
energi di daerah perkotaan.
Transportasi berkelanjutan atau disebut juga sebagai Transportasi hijau adalah Transportasi
yang mengacu pada setiap sarana transportasi dengan dampak yang rendah terhadap lingkungan.
Transportasi berkelanjutan terdiri dari Pedestrian (berjalan kaki dan bersepeda), Pembangunan sarana
transportasi berorientasi Transit, Kendaraan Hijau (seperti Hybrid car), Carsharing, dan membangun
serta melindungi system transportasi perkotaan dengan hemat bahan bakar, membiasakan diri dengan
gaya hidup sehat.
Sistem Transportasi berkelanjutan memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan, social
dan ekonomi keberlanjutan masyarakat yang mereka layani. Sistem Transportasi juga memiliki dampak
penting terhadap lingkungan untuk konsumsi energi dunia. Emisi gas rumah kaca dari polusi udara (CO2)
yang dikeluarkan dari kendaraan meningkat lebih cepat daripada menggunakan energy sector lain.
Perencanaan Transpotasi ini bertujuan untuk meningkatkan mobilitas terutama kendaraan dan mungkin
gagal mempertimbangkan dampak yang lebih luas memadai.
Transportasi berkelanjutan merupakan Tindak lanjut logis dari Pembangunan berkelanjutan. Dan
digunakan untuk menggambarkan jenis transportasi dan sistem perencanaan Transportasi. Ada banyak
definisi Transportasi berkelanjutan terkait dengan Mobilitas berkelanjutan yaitu :
• Memungkinkan akses dasar dan pengembangan kebutuhan individu, perusahaan dan
masyarakat harus dipenuhi dengan aman dan dengan cara yang konsisten dengan kesehatan manusia
dan ekosistem, dan mempromosikan ekuitas dalam dan di antara generasi berturut-turut
• Apakah Terjangkau, mengoperasikan adil dan efisien, menawarkan pilihan moda transportasi,
dan mendukung ekonomi yang kompetitif, serta pembangunan daerah seimbang
• Batas emisi dan limbah dalam kemampuan bumi ini untuk menyerap polusi, menggunakan
sumber daya terbarukan di bawah tarif, dan menggunakan sumber daya yang tidak terbarukan pada
atau di bawah tingkat perkembangan pengganti terbarukan, sambil meminimalkan dampak terhadap
penggunaan tanah dan kebisingan.
Transpotasi yang berkelanjutan juga memperhatikan aksesibilitas transportasi untuk
mengurangi dampak lingkungan sosial dan mengatur kemacetan lalu lintas. Saat ini 95% dari energi
transportasi berasal dari minyak bumi. Energi dikonsumsi dalam pembuatan serta penggunaan
kendaraan, dan diwujudkan dalam infrastruktur transportasi termasuk jalan, jembatan dan kereta api.
Dampak lingkungan dari transportasi dapat dikurangi dengan meningkatkan berjalan kaki dan bersepeda
lingkungan di kota-kota, dan peningkatan peran angkutan umum, terutama kereta api listrik.
Transportasi berkelanjutan yang berwawasan lingkungan atau lebih familiar kita sebut sebagai
EST (Environment Sustainable Transport), EST berkaitan dengan pertumbuhan jumlah kendaraan
bermotor dan sumber daya alam (bahan bakar minyak). Seperti kita ketahui bahwa emisi dari
pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor sangat memberikan kontribusi pada kerusakan global
dan lokal terhadap ekosistem dan kesehatan manusia. Masalah lain yang berhubungan dengan
kendaraan bermotor adalah kecelakaan lalu lintas, tingkat kebisingan yang tinggi yang membahayakan
kesehatan manusia, dan pola pemanfaatan lahan yang mengganggu habitat, pola migrasi, dan integritas
ekosistem. Untuk itu, adanya proyek transportasi OECD (Organization for Economic co-operation and
Development) dalam EST dilakukan untuk membantu menanggapi kecenderungan ini dan membuat
transportasi yang berkelanjutan.
OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) yaitu sebuah organisasi
kerjasama ekonomi dan pembangunan dalam EST yang mendefinisikan EST sebagai salah satu yang tidak
membahayakan kesehatan masyarakat atau ekosistem dan memenuhi kebutuhan untuk akses yang
konsisten dengan penggunaan sumber daya terbarukan dibawah tarif regenerasi dan penggunaan
sumber daya yang tidak terbarukan.
Adapun enam criteria yang diidentifikasi pada tahap pertama dari proyek EST sebagai jumlah
minimum yang diperlukan untuk mengatasi berbagai dampak kesehatan dan lingkungan dari
transportasi yaitu: CO2, NOx, VOCs, Kebisingan, Partikel, dan Guna lahan
• CO2 : jumlah emisi CO2 dari transportasi yang tidak boleh melebihi 20% sampai 50% dari emisi
tersebut tergantung pada kondisi nasional khusus.
• VOCs : jumlah emisi VOCs terkait dengan transportasi yang tidak boleh melebihi 10% dari
emisi tersebut.
• Kebisingan : tergantung pada kondisi lokal dan regional, ini mungkin memerlukan
pengurangan kebisingan transportasi tidak lebih dari maksimum 55dB (A) pada siang hari dan 45db (A)
pada malam hari dan di luar rumah.
• NOx : jumlah emisi NOx dari transportasi tidak boleh melebihi 10% dari emisi tersebut.
• Partikel : tergantung pada kondisi lokal dan regional, partikulat (PM10) harus dikurangi
sebesar 55% sampai 99%.
• Penggunaan tanah : kegiatan transportasi kemungkinan besar akan melibatkan sebagian kecil
tanah yang ditujukan untuk infrastruktur transportasi. Kemungkinan akan memerlukan pemulihan dan
ekspansi ruang hijau di daerah terbangun.
Menurut Widiantono dalam Umar (2009), menjelaskan bahwa gas buang sisa pembakaran
kendaraan bermotor umumnya menghasilkan beberapa senyawa gas dan partikulat yang dapat
membahayakan kesehatan manusia. Senyawa gas akibat polusi dapat dikelompokkan ke dalam:
senyawa sulfur, senyawa nitrogen, senyawa karbon, oksida karbon, dan senyawa hidrogen. Senyawa
berbentuk gas yang muncul dari gas buang kendaraan bermotor dapat berupa carbon monoxide (CO),
nitrogen oxide (Nox), hydro-carbon (HC); partikulat dan timbal. Dampak polusi udara terhadap manusia
dapat berupa gangguan kesehatan dalam jangka panjang yang dapat mengakibatkan penurunan daya
refleks dan kemampuan visual; atau jangka pendek seperti gangguan pernafasan dan sakit kepala. Polusi
udara umumnya memberikan dampak terhadap sistem pernafasan manusia seperti kesulitan bernafas,
batuk, asma, kerusakan fungsi paru, penyakit pernafasan kronis dan iritasi penglihatan. Tingkat
keseriusan gangguan tersebut tergantung dari tingkat pemaparan dan konsentrasi polutan yang
merupakan fungsi dari volume dan komposisi lalulintas, kepadatan serta kondisi cuaca.
Upaya mewujudkan transportasi yang ramah lingkungan pada dasarnya dapat dilakukan
dengan upaya mencegah terjadinya perjalanan yang tidak perlu (unnecessary mobility) atau dengan
penggunaan teknologi angkutan yang dapat mengurangi dampak lingkungan akibat kendaraan
bermotor.
Bentuk-bentuk yang terkait dengan upaya pencegahan atau pengurangan jumlah perjalanan
yang tidak perlu dapat berupa pengembangan kawasan terpadu yang masuk kategori compact city
seperti kawasan super-block, kawasan mix-used zone, maupun transit-oriented development. Selain itu,
pengurangan jumlah perjalanan dapat dilakukan dengan melakukan manajemen kebutuhan transport
(TDM- Transport Demand Management).
Visi dan Misi Transportasi berkelanjutan
Menurut the centre for Sustainable Transportation visi dari sutainable transport adalah:
• Focus an access: terutama dalam sustainable transportation yang harus memperhatikan
pengguna trasnportasi, baik akses terhadap barang, jasa dan peluang sosial terutama pada
pengguna/masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah.
• Non-motorized transportation: semakin banyaknya kendaraan bermotor membuat
masyarakat jenuh akan kepadatan jalan raya dan polusi yang dikeluarkan setiap harinya. Sehingga
berjalan, bersepeda, rollerblade dan moda transportasi non-motorized lainnya lebih dipilih masyarakat
karena lebih menyenangkan dan ramah lingkungan.
• Motorized transportation by current means: transportasi bermotor saat ini mirip dengan
transportasi pada tahun 2000 awal, namun kendaraan yang digunakan pada sustainable transportation
saat ini jauh lebih hemat dalam mengeluarkan energi. Selain itu, penggunaan kendaraan tersebut juga
harus didukung oleh tata letak dan desain tata ruang kota.
• Motorized transportation by potential means: beberapa akses transportasi saat ini
menggunakan teknologi yang berbeda. Bahan bakar yang digunakan menggunakan bahan bakar
terbarukan, seperti sumber daya hydrogen yang dihasilkan dari energy surya, sistem transportasi jalan
raya otomatis, layanan kereta api maglev.
• Movement of goods: Pergerakan barang menggunakan moda transportasi harus sesuai dengan
ukuran dan jarak pengiriman dan harus meminimalkan emisi yang dihasilkan.
• Less need for movement of people and goods: jarak tempuh kendaraan bermotor lebih
pendek misalnya dengan adanya compact city, sehingga akses ke setiap fungsi guna lahan bisa dicapai
dengan jarak yang lebih dekat.
• Little or no impact on the environment and on human health: emisi kendaraan lebih rendah
serta tidak adanya dampak global transportasi terhadap lingkungan sehingga masyarakat tidak khawatir
jika pengaruh transportasi akan mengganggu kesehatan mereka lagi.
• Methods of attaining and sustaining the vision: harus diadakannya kebijakan yang ketat akan
penerapan sustainable transportation
• Non-urban areas: daerah pedesaan bisa memberi kontribusi positif terhadap transportasi
perkotaan.
• Date of attainment: adanya target waktu baik jangka panjang ataupun pendek.
2.1.3.1 Penerapan Termonologi Transportasi Berkelanjutan
Dewasa ini, pemerintah sedang gencar-gencarnya mensosialisasikan dan berusaha
merealisasikan konsep sustainable transportation. Langkah awal permerintah, yaitu dengan pembuatan
busway di Indonesia untuk pemenuhan kebutuhan transportasi terutama di kota dengan jumlah
penduduk yang cukup padat. Sedangkan realisasi dari konsep sustainable transport lainnya masih dalam
rencana, salah satunya yaitu monorail. Rencana perbaikan sistem Kereta Api Indonesia dengan
perencanaan monorail sebenarnya telah disampaikan beberapa tahun lalu, namun sampai saat ini hal
tersebut belum terealisasikan.
Konsep Sustainable transportation ini memang sangat tepat dijadikan solusi dalam pemecahan
permasalahan transportasi di Indonesia. Konsep ini juga telah banyak berhasil di terapkan di negara
maju lainnya sehingga pemerintah dan masyarakat Indonesia bisa belajar banyak akan keberhasilan
konsep sustainable transportation dari Negara maju seperti Curitiba, Brazil dengan sistem transportasi
yang ramah lingkungan tersebut.
Berikut ini adalah beberapa penerapan Sistem Transportasi di Indonesia yaitu Bus Rapid Transit
(BRT) di Jakarta diwujudkan dengan dibangunnya beberapa koridor. Bus Transjakarta atau biasa juga
disebut dengan Busway. Sejauh ini telah beroperasi 9 koridor busway dari 15 koridor yang direncanakan.
Busway ini sebenarnya memberikan harapan bagi warga ibukota untuk menjawab solusi kemacetan
yang ada karena memiliki keunggulan dari bus umum lainnya. Busway dilengkapi dengan pendingin
udara, waktu tempuh yang relatif cepat dibanding kendaraan umum lainnya, dan memilki jalur khusus
sehingga tidak terkena dampak macet. Hal ini dapat dilihat dari daya angkut dan volume penumpang
busway yang meningkat setiap tahunnya yaitu sebesar 10%-15% tiap tahunnya.
Berdasarkan Gambar Jumlah Penumpang Busway tersebut, terlihat bahwa setiap tahunnya
jumlah penumpang busway selalu meningkat. Hasil penelitian Institute Transportation and
Developement Policy (ITDP) Indonesia, perpindahan pengguna mobil pribadi ke busway mencapai 14
persen. Direktur ITDP Indonesia, Fatimah Sari Nasution, menyatakan bus Transjakarta merupakan
angkutan umum tertinggi yang memindahkan pengguna mobil pribadi dari seluruh program serupa di
penjuru dunia yang diasistensi oleh ITDP. Beberapa penelitian, termasuk dari JICA mencatat angka 14
persen perpindahan dari pengguna mobil pribadi ke bus Transjakarta.
Akan tetapi, setelah dicermati bahwa dua tahun terakhir atau beberapa tahun yang akan datang
peningkatan jumlah penumpang diprediksi akan stagnan, hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang
menurunkan kualitas pelayanan Busway, diantaranya waktu tempuh bus dari satu halte ke halte lain
semakin lama sebagai akibat dari tidak sterilnya jalur busway, kurangnya jumlah bus dibandingkan
dengan tingginya jumlah penumpang sehingga penumpang terpaksa penuh sesak di dalam bus,
terbatasnya pengisian tempat pengisian Bahan Bakar Gas (BBG) sehingga busway lebih lama menunggu
di tempat pengisian BBG sehingga banyak penumpang yang terlantar, dan menurunnya kualitas
prasarana busway seperti shelter busway yang rusak serta jembatan menuju shelter yang tidak nyaman.
Di samping itu, tidak berjalannya sistem feeder busway menyulitkan penduduk yang tinggal di daerah
suburban di daerah Bodetabek kesulitan untuk mencapai shelter busway terdekat, tidak adanya gedung
parkir di sekitar shelter membuat pengguna kendaraan pribadi yang tinggal di daerah suburban enggan
untuk berpindah moda dari kendaraan pribadi untuk menggunakan busway yang akan menuju pusat
kota. Pengoperasian busway sebenarnya memiliki 15 koridor..
Untuk estetika, adanya penambahan jalur hijau di sepanjang jalur transportasi. Penanaman
pohon dan berbagai tanamanan disepanjang jalur transportasi sangat berguna. Hal ini memberikan
dampak yang baik untuk jalur transportasi beserta pengguna jalur transportasi. Fungsi utama dari
penanaman pohon sebagai penghasil oksigen yang sangat dibutuhkann setiap makhluk hidup.
Karbondioksida dan gas buangan dari kendaraan bermotor akan diserap oleh tanaman tersebut,
sehingga penyakit pernapasan dan kanker yang ditimbulkan pada gas buangan bisa ditekan. Disamping
itu, perluasan Ruang terbuka hijau dan jalan bagi pejalan kaki sangat diprioritaskan agar masyarakat
khususnya bagi para pejalan kaki merasa nyaman dan aman dengan desain pedestrian yang disesuaikan
dengan kearifan lokal.
Dengan demikian, konsep transportasi berkelanjutan akan berjalan dengan keteraturan dan
kedisiplinan para pengguna jalan tentunya. Selain itu, perbaikan transportasi public yang ada sangat
diutamakan sebagai salah satu daya tarik masyarakat agar menggunakan Transportasi public yang telah
tersedia sehingga kemacetan di lalu lintas akan berkurang dan Jalan menjadi lebih berwawasan
lingkungan juga dengan pembangunan taman-taman kota dan green sidewalk di setiap tepi jalan dengan
prasarana jalan yang memadai seperti adanya Halte Bus dan Stasiun Monorail setiap pemberhentian di
beberapa point tertentu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Transportasi berkelanjutan merupakan Tindak lanjut logis dari Pembangunan
berkelanjutan. Dan digunakan untuk menggambarkan jenis transportasi dan sistem
perencanaan Transportasi. Ada banyak definisi Transportasi berkelanjutan terkait dengan
Mobilitas berkelanjutan.
2. Kota akan terus mengalami perkembangan selama masih terdapat aktivitas di dalamnya.
Perkembangan terjadi disebabkan karena adanya suatu pergerakan yang dilakukan masyarakat
untuk melakukan aktivitas tersebut. Sistem transportasi memegang peranan yang sangat
penting dalam mendukung pergerakan masyarakat tersebut. Tanpa adanya sistem transportasi
yang memadai dengan baik maka pergerakan yang terjadi tidak dapat berjalan dengan lancar
dan kota akan berkembang dengan kondisi yang tidak teratur. Diperlukan suatu perencanaan
secara komprehensif dengan melibatkan semua unsur yang terkait dalam suatu sistem
transportasi agar sistem yang direncanakan dapat berjalan dengan lancar sebagaimana
mestinya. Namun meskipun telah direncanakan dengan baik masih ada beberapa kendala yang
dapat mengganggu lancarnya sistem transportasi yang ada.
3. Kota berwawasan lingkungan dapat diupayakan dengan mengurangi volume kendaraan,
yaitu melalui penggunaan angkutan umum massal atau penggunaan kendaraan ramah
lingkungan.
3.2 Saran
1. Pembatasan jumlah kendaraan dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dengan
menegakan hukum (transportasi) mengenai pajak kendaraan di Indonesia dengan meningkatkan
tarif pajak kendaraan pribadi
2. Mengoptimalisasi penggunaan transportasi publik serta pemanfaatan hasil perolehan
pajak untuk perbaikan utilitas jalan dan infrastruktur kota
DAFTAR PUSTAKA
http://yunieapocalipse.blogspot.com/2011/06/studi-tentang-transportasi.html
http://aktiviantia.blogspot.com/2011/10/transportasi-berkelanjutan-serta.html
http://www.hubdat.web.id/kebijakan/30-kebijakan-transportasi-perkotaan/
http://seputarpengertian.blogspot.com/2014/09/seputar-transportasi-perkotaan-dan-permasalahannya.html
Agustin, Imma W. 2010. EST Part 1 : Transportasi berkelanjutan yang berwawasan lingkungan (Belajar dari Negara jerman) http://teknologi.kompasiana.com/internet/2010/04/14/est-part-1-transportasi-berkelanjutan-yang-berwawasan-lingkungan-belajar-dari-negara-jerman/ (tanggal diakses 21 November 2010)
Aminah, Siti. 2005. Jurnal Transportasi Publik dan Aksesibilitas. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Transportasi%20Publik%20dan%20Aksesibilitas.pdf (tanggal diakses 17 November 2010)