Perencanaan Transportasi

23
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Tingkat kepadatan penduduk akan memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan transportasi melayani kebutuhan masyarakat. Di perkotaan, kecenderungan yang terjadi adalah meningkatnya jumlah penduduk yang tinggi karena tingkat kelahiran maupun urbanisasi. Tingkat urbanisasi berimplikasi pada semakin padatnya penduduk yang secara langsung maupun tidak langsung mengurangi daya saing dari transportasi wilayah (Susantoro & Parikesit, 2004:14). Transportasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sarana Transportasi menjadi pendukung dalam setiap kegiatan manusia yang terkait dengan jangkauan dan lokasi serta mobilisasi barang maupun manusia dalam kehidupan. Kebutuhan akan transportasi sangat beragam, terutama kebutuhan terhadap kemudahan dan kecepatan dalam melakukan perjalanan yang setiap tahunnya meningkat. Dalam kaitan dengan kehidupan manusia, transportasi memiliki peranan signifikan dalam aspek sosial, ekonomi, lingkungan, politik dan pertahanan keamanan. Dalam aspek perekonomian, transportasi mempunyai pengaruh yang besar. Kota akan terus mengalami perkembangan selama masih terdapat aktivitas di dalamnya. Perkembangan terjadi disebabkan karena adanya suatu pergerakan yang dilakukan masyarakat untuk melakukan aktivitas tersebut. Sistem transportasi memegang peranan yang sangat penting dalam mendukung pergerakan masyarakat tersebut. Tanpa adanya sistem transportasi yang memadai dengan baik maka pergerakan yang terjadi tidak dapat berjalan dengan lancar dan kota akan berkembang dengan

description

Terminologi dari transportasi

Transcript of Perencanaan Transportasi

Page 1: Perencanaan Transportasi

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Tingkat kepadatan penduduk akan memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan

transportasi melayani kebutuhan masyarakat. Di perkotaan, kecenderungan yang terjadi adalah

meningkatnya jumlah penduduk yang tinggi karena tingkat kelahiran maupun urbanisasi. Tingkat

urbanisasi berimplikasi pada semakin padatnya penduduk yang secara langsung maupun tidak langsung

mengurangi daya saing dari transportasi wilayah (Susantoro & Parikesit, 2004:14).

Transportasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sarana

Transportasi menjadi pendukung dalam setiap kegiatan manusia yang terkait dengan jangkauan dan

lokasi serta mobilisasi barang maupun manusia dalam kehidupan. Kebutuhan akan transportasi sangat

beragam, terutama kebutuhan terhadap kemudahan dan kecepatan dalam melakukan perjalanan yang

setiap tahunnya meningkat. Dalam kaitan dengan kehidupan manusia, transportasi memiliki peranan

signifikan dalam aspek sosial, ekonomi, lingkungan, politik dan pertahanan keamanan. Dalam aspek

perekonomian, transportasi mempunyai pengaruh yang besar.

Kota akan terus mengalami perkembangan selama masih terdapat aktivitas di dalamnya.

Perkembangan terjadi disebabkan karena adanya suatu pergerakan yang dilakukan masyarakat untuk

melakukan aktivitas tersebut. Sistem transportasi memegang peranan yang sangat penting dalam

mendukung pergerakan masyarakat tersebut. Tanpa adanya sistem transportasi yang memadai dengan

baik maka pergerakan yang terjadi tidak dapat berjalan dengan lancar dan kota akan berkembang

dengan kondisi yang tidak teratur. Diperlukan suatu perencanaan secara komprehensif dengan

melibatkan semua unsur yang terkait dalam suatu sistem transportasi agar sistem yang direncanakan

dapat berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya. Namun meskipun telah direncanakan dengan baik

masih ada beberapa kendala yang dapat mengganggu lancarnya sistem transportasi yang ada.

Pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat, jumlah kendaraan bermotor yang bertambah

melebihi kapasitas jalan, dan perilaku masyarakat yang masih mengabaikan peraturan berlalu lintas di

jalan raya. Kegagalan system transportasi meng-ganggu perkembangan suatu wilayah/kota,

mempengaruhi efisiensi ekonomi perkotaan, bahkan kerugian lainnya. Isu -isu ketidaksepadanan

misalnya, dapat berakibat pada masalah sosial, kemiskinan dan kecemburuan sosial. Dampak dari

kegagalan sistem transportasi antara lain pembangunan jalan yang menying kirkan masyarakat akibat

Page 2: Perencanaan Transportasi

pembebasan lahan, perambahan ruang -ruang jalan oleh pedagang kaki lima, penggunaan ruang jalan

untuk parkir secara ilegal, dan makin terpinggirkannya angkutan–angkutan tradisional seperti becak dan

semacamnya yang berpotensi menciptakan kemiskinan kota. Kemiskinan telah menjerat kelompok

masyarakat berpenghasilan rendah akibat dari sistem transportasi yang tidak mampu melindungi

mereka.

Sistem transportasi merupakan elemen dasar infrastruktur yang berpengaruh pada pola

pengembangan perkotaan. Pengembangan transportasi dan tata guna lahan memainkan peranan

penting dalam kebijakan dan program pemerintah. Pengembangan infrastruktur dalam sector

transportasi pada akhirnya menimbulkan biaya tinggi. Keterlibatan masyarakat dalam pembenahan atau

restrukturisasi sektor transportasi menjadi hal yang mendesak

Salah satu prasarana transportasi yang sangat penting saat ini adalah Transportasi darat (jalan

raya), mengingat akan besarnya kebutuhan manusia terhadap mobilisasi transportasi di darat.

Peningkatan Prasarana Transportasi ini memicu permintaan akan moda transportasi yaitu meningkatnya

jumlah permintaan angkutan darat sehingga menimbulkan berbagai masalah lalu lintas seperti

kemacetan, kecelakaan, tundaan, dan polusi udara yang semakin memperparah keadaan lalu lintas.

Selain itu kebisingan (polusi suara yang ditimbulkan moda transportasi) juga menjadi masalah lalu lintas

dan masalah-masalah lainnya yang secara tidak langsung menimbulkan kerugian baik waktu maupun

biaya.

Namun sebesar apapun kota dengan segala kelengkapannya, pasti mempunyai batasan, yaitu

daya tampung. Jika batas tersebut sudah terlampaui , akan terjadi dampak yang merugikan. Dalam

konteks kota di Indonesia , fenomena kota bermasalh sudah mulai terlihat, yang diperkirakan akan terus

berkembang menjadi persoalan yang semakin rumit, seiring dengan tingginya laju Urbanisasi. Hal ini

sulit dihindari karena daerah perkotaan sudah terlanjur dianggap sebagai penyedia berbagai macam

lapangan.

Tingginya urbanisasi secara tidak langsung dapat dikatakan akibat tidak meratanya

pertumbuhan wilayah di Indonesia; antara daerah pedalaman dengan daerah perkotaan. Semakin

besarnya perbedaan antara tingkat pertumbuhan wilayah tersebut menyebabkan semakin tingginya

tingkat urbanisasi, yang pada gilirannyaakan menimbulkan beberapa permasalahan kota, khususnya

transportasi.

Permasalahan transportasi semakin bertambah sejalan dengan semakin bergesernya

permukiman, terutama bagi orang yang bekerja di pusat kota dan kembali ke pinggir kota setelah

rutinitas kerja selesai. Hal ini akan berpotensi menumbulkan permasalahan transportasi, terjadi setiap

Page 3: Perencanaan Transportasi

hari, yaitu pada jam sibuk pagi dan sore hari. Pada jam sibuk pagi hari terjadi proses pergerakan dengan

volume tinggi, bergerak ke pusat kota untuk berkerja dan pada sore harinya terjadi hal sebaliknya

karena semua orang kembali ke rumah-rumahnya masing-masing.

Perpindahan disebabkan adanya keterbatasan lahan serta tingginya harga lahan yang ada di

daerah perkotaan. Perpindahan tersebut memicu pertumbuhan permukiman-permukiman yang ada di

daerah pinggiran kota. Yang menjadi permasalahan yaitu tidak terintegrasinya lokasi permukiman

tersebut sehingga menyulitkan pemerintah di dalam penyediaan fasilitas perkotaan. Dilihat dari sisi

transportasi, hal tersebut membawa pengaruh terhadap bangkitan serta tarikan pergerakan.

Hal ini menyebabkan masyarakat didaerah perbatasan kota lebih cenderung menggunakan

moda transportasi pribadi untuk menuju lokasi kegiatan yang lebih terkonsentrasi di pusat kota,

sedangkan angkutan umum bermotor seperti bus dan taksi tidak menjadi pilihan alternatif.

Akibat yang ditimbulkan dari berbagai masalah lalu lintas tersebut, maka diperlukan solusi yang

tepat dalam menangani permasalahan lalu lintas sehingga dapat menciptakan transportasi yang

berkelanjutan.

Transportasi berkelanjutan merupakan suatu konsep yang tidak hanya menambah supply

(penambahan jaringan jalan maupun kapasitas jalan dengan jumlah moda transportasi tertentu) tetapi

mengurangi demand (permintaan akan jaringan jalan dan jumlah moda transportasi disesuaikan dengan

kapasitas jalan yang ada). Mobilitas berkelanjutan (sustainable mobility) menyatukan segala macam

upaya untuk mencapai keseimbangan biaya dan keuntungan sektor transportasi. Ini menandai

adanyapergeseran dari pendekatan perencanaan transportasi tradisional, yang mengkonseptualisasikan

transport sebagai sebuah permintaan dan infrastruktur pendukung bagi pertumbuhan ekonomi, menuju

pendekatan kebijakan melalui bukti dan perkiraan resiko, serta untuk mengetahui kemungkinan per-

tumbuhan yang tidak terkendali.

Indonesia memiliki sIstem Jaringan jalan yang rumit dan kapasitas jalan yang melebihi ambang

batas serta kondisi transportasi yang semrawut dengan tingginya penggunaan kendaraaan, terutama

kendaraan pribadi yang overload. Penerapan Transportasi di Indonesia harus diubah menjadi

transportasi yang didasarkan pada transportasi hijau atau sustainable transportation yang mengacu

pada transportasi yang berdampak rendah terhadap lingkungan. Namun, sebelum diterapkan

transportasi berkelanjutan, diperlukan pengurangan jumlah kendaraaan di Indonesia dengan penerapan

pajak kendaraan. Dengan demikian, Transportasi berkelanjutan dapat menjadi salah satu alternatif

pemecahan solusi masalah lalu lintas yang ada saat ini.

Page 4: Perencanaan Transportasi

2. Rumusan Masalah

2.1 Apa definisi dari transportasi?

2.2 Jelaskan tentang transportasi perkotaan?

2.3 Jelaskan yang dimaksud dengan terminolgi dari transportasi?

2.4 Paparkan terminologi transportasi berkelanjutan?

3. Tujuan Penulisan

Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai terminologi dari transportasi dan

menjelaskan kebijakan apa saja yang dibuat pemerintah untuk mengatasi permasalah

transportasi.

Page 5: Perencanaan Transportasi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.1 Defnisi Transportasi

Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dengan menggunakan wahana yang

digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia untuk

melakukan aktifitas sehari-hari. Banyak ahli telah merumuskan dan mengemukakan pengertian

transportasi. Para ahli memiliki pandangan masing-masing yang mempunyai perbedaan dan persamaan

yang satu dengan yang lainnya.

Kata transportasi berasal dari bahasa latin yaitu transportate yang mana trans berarti

mengangkat atau menbawa. Jadi transportasi adalah membawa sesuatu dari suatu tempat yang lain.

Menurut Salin (2000) transportasi adalah pemindhan barang (muatan) dan penumpang dari

suatu tempat ke tempat lain. Dalam transportasi ada dua unsur yang terpenting yaitu

pmindahan/pergerakan (movement) dan secara fisik mengbah tempat dari barang (comoditi) dan

penumpang ke tempat lain.

Menurut Miro (2005) transportasi dapat diartikan usaha memindahkan, menggerakan,

mengangkut atau mengalihkan suatu objek dari uatu tempat ketempat lain, dimana tempat lain ini objek

tersbut lebih bermanfaat atau dapat bergna untuk tujuan-tujuan tertentu.

Menurut Nasution (2008) adalah sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke

tempat tujuan. Jadi pengertian transportasi berarti sebuah proses, yakni proses pemindahan proses

pergerakan, proses mengangkut dan mengalihkan dimana proses ini tidak bisa dilepaskan dari keperluan

akan alat pendukung untuk menjamin lancarnya proes pemindahan sesuai waktu yang diinginkan.

Menurut Nasution (2008) terdapat unsur-unsur pengakutan/transportasi meliputi atas:

Ada muatan yang diangkut

Tersedia kendaraan sebagai alat angkutnya

Ada jalanan/jalur yang dapat dilalui

Ada terminal asal dan terminal tujuan

Sumber daya manusia dan organisasi manajemen yang menggerakan transportasi

Page 6: Perencanaan Transportasi

Masing-masing unsur tersbut tidak bisa hadir dan beroperasi sendiri-sendiri. Kesemuanya harus

terintegrasi secara serentak. Seandainya ada salah satu saja komponen yang tidak hadir, amaka alat

pendukung proses perpindahan tidak dapat berfngsi dan tidak dapat bekerja.

2.1.2 Terminologi Transportasi Perkotaan

PermasalahanTransportasi Perkotaan

1. Permasalahan transportasi perkotaan umumnya meliputi kemacetan lalulintas, parkir, angkutan

umum, polusi dan masalah ketertiban lalulintas Kemacetan lalulintas akan selalu menimbulkan

dampak negatif, baik terhadap pengemudinya sendiri maupun ditinjau dari segi ekonomi dan

lingkungan. Bagi pengemudi kendaraan, kemacetan akan menimbulkan ketegangan (stress).

Selain itu juga akan menimbulkan dampak negatif ditinjau dari segi ekonomi yang berupa

kehilangan waktu karena waktu perjalanan yang lama serta bertambahnya biaya operasional

kendaraan (bensin, perawatan mesin) karena seringnya kendaraan berhenti. Timbul pula

dampak negatif terhadap lingkungan yang berupa peningkatan polusi udara karena gas racun CO

serta peningkatan gangguan suara kendaraan (kebisingan). Pedal rem dan gas yang silih berganti

digunakan akan menyebabkan penambahan polusi udara serta kebisingan karena deru suara

kendaraan. para pengemudi akan lebih sering menggunakan klakson sehingga menimbulkan

kebisingan.

2. Masalah parkir. Masalah ini tidak hanya terbatas di kota-kota besar saja. Tidak ada fasilitas

parkir di dekat pasar-pasar. Beberapa supermarket hanya mempunyai tempat parkir yang begitu

sempit, yang hanya dapat menampung beberapa kendaraan roda empat saja. Beberapa gedung

pertunjukan/gedung bioskop bahkan tidak mempunyai fasilitas parkir untuk kendaraan roda

empat.

3. Masalah fasilitas angkutan umum. Angkutan umum perkotaan, yang saat ini didominasi oleh

angkutan bus dan mikrolet masih terasa kurang nyaman, kurang aman dan kurang efisien.

Angkutan massal (mass rapid transit) seperti kereta api masih kurang berfungsi untuk angkutan

umum perkotaan. Berdesak-desakan di dalam angkutan umum sudah merupakan pandangan

sehari-hari di kota-kota besar. Pemakai jasa angkutan umum masih terbatas pada kalangan

bawah dan sebagian kalangan menengah. Orang-orang berdasi masih enggan memakai

angkutan umum, karena comfortability angkutan umum yang masih mereka anggap terlalu

rendah, dibandingkan dengan kendaraan pribadi yang begitu nyaman dengan pelayanan dari

pintu ke pintu. Sementara itu sistem angkutan umum massal (SAUM) yang modern sebagai

Page 7: Perencanaan Transportasi

bagian integral dari ketahanan daya dukung kota (city survival) masih dalam tahap rancangan

dan perencanaan dan belum berada di dalam alur utama (mainstream) kebijakan dan keputusan

pemerintah dalam rangka menciptakan sistem transportasi kota yang berimbang, efisien dan

berkualitas. Belum terciptanya SAUM modern sebagai atribut menuju kota ”metropolitan” dan

oleh karenanya belum merupakan alternatif yang patut diperhitungkan bagi pembuat

perjalanan merupakan pembenaran dari pemakaian kendaraan pribadi okupansi rendah yang

tidak efisien. Oleh karena selama beberapa dekade belakangan ini tidak ada langkah

“terobosan” yang berarti, maka antrian dan kemacetan lalulintas yang berkepanjangan pada

setiap koridor dan pusat kota, dan sebagai akibatnya pemborosan besar-besaran dari energi

BBM serta polusi udara, akan terus menjadi menu sehari-hari dari para pembuat perjalanan di

perkotaan (urban trip makers).

Kebijakan Transportasi Perkotaan yang dikutip dari www.hubdat.web.id ialah:

1. Pembangunan angkutan perkotaan diarahkan pada pemulihan kondisi pelayanan armada bus

kota, sesuai dengan standar pelayanan minimal;

2. Pengembangan dan peningkatan angkutan umum perkotaan diarahkan melalui pemaduan

pengembangan kawasan dengan sistem transportasi kota. Pengembangan transportasi

perkotaan juga memperhatikan pejalan kaki dan orang cacat;

3. Pembatasan penggunaan kendaraam pribadi melalui perketatan persyaratan Ranmor (Pribadi).

4. Arah transportasi perkotaan di wilayah Jabodetabek dan di beberapa kawasan seperti Gerbang

Kertosusila, Malang Raya, Gelangban, dan Mebidang, selain ang-kutan jalan juga diarahkan pada

penggunaan angkutan massal yang berbasis BRT atau jalan rel/kereta api;

5. Mendukung pengembangan transportasi yang berkelanjutan, terutama penggunaan

transportasi umum massal di perkotaan yang padat, terjangkau dan efisien, berbasis masyarakat

dan terpadu dengan pengembangan wilayah.

6. Diversifikasi Bahan Bakar melalui Pengembangan Bahan Bakar Gas, Bio Fuel dan Listrik

7. Mendorong pengembangan sistem manajemen lalu lintas di perkotaan dengan menggunakan

Intelligent Transport System (ITS) untuk kota-kota metropolitan dan Area Traffic Control System

(ATCS) untuk kota besar di Indonesia

8. Mendorong pengembangan teknologi untuk membatasi penggunaan kendaraan pribadi, seperti

electronic road pricing (ERP),

Page 8: Perencanaan Transportasi

9. Pengembangan transportasi perkotaan dengan memperhatikan pejalan kaki dan orang cacat

melalui pemberikan fasilitas yang lebih aman dan nyaman untuk pejalan kaki, untuk mendorong

intensitas berjalan kaki.

10. Mendorong penggunaan off street parking (kantong parkir dan gedung parkir) dengan

melakukan pembatasan on street parking pada jalan-jalan utama di perkotaan.

2.1.3 Terminologi Transportasi Berkelanjutan

Meningkatnya jumlah penduduk dibarengi dengan peningkatan kondisi social ekonomi

berdampak secara signifikan terhadap meningkatnya mobilitas penduduk terutama di kota-kota besar.

Hal tersebut membutuhkan dukungan sarana dan prasarana transportasi yang cukup demi menjaga

keberlanjutan kegiatan ekonomi kota serta menunjang pencapaian sasaran pembangunan dan hasil-

hasilnya. Namun pencapaian sasaran pembangunan juga telah menimbulkan masalah di bidang

transportasi pada perkotaan. Di antaranya adalah kemacetan lalu lintas yang semakin hari semakin

serius. Kemacetan akibat tingginya volume lalu lintas telah berdampak pula terhadap kualitas udara

perkotaan.

Perkembangan perkotaan berjalan secara dinamik, mengikuti perkembangan sosial ekonomi

perkotaan. Semakin bertambahnya perkotaan dalam hal wilayah spasial dan aktivitas ekonomi, maka

akan semakin besara pula beban pencemaran udara yang dikeluarkan ke atmosfer perkotaan. Dampak

tentu akan semakin terasa di daerah pusat kegiatan kota.

Transportasi berkelanjutan merupakan suatu konsep yang tidak hanya menambah supply

(penambahan jaringan jalan maupun kapasitas jalan dengan jumlah moda transportasi tertentu) tetapi

mengurangi demand (permintaan akan jaringan jalan dan jumlah moda transportasi disesuaikan dengan

kapasitas jalan yang ada). Mobilitas berkelanjutan (sustainable mobility) menyatukan segala macam

upaya untuk mencapai keseimbangan biaya dan keuntungan sektor transportasi. Ini menandai adanya

pergeseran dari pendekatan perencanaan transportasi tradisional, yang mengkonseptualisasikan

transport sebagai sebuah permintaan dan infrastruktur pendukung bagi pertumbuhan ekonomi, menuju

pendekatan kebijakan melalui bukti dan perkiraan resiko, serta untuk mengetahui kemungkinan per-

tumbuhan yang tidak terkendali.

Transportasi yang berwawasan lingkungan perlu diperhatikan dampak terhadap lingkungan yang

memungkinkan timbul, terutama pencemaran udara dan kebisingan. Aspek utama yang menentukan

intensitas dampak terhadap lingkungan khususnya pencemaraan udara dan kebisingan dan penggunaan

energi di daerah perkotaan.

Page 9: Perencanaan Transportasi

Transportasi berkelanjutan atau disebut juga sebagai Transportasi hijau adalah Transportasi

yang mengacu pada setiap sarana transportasi dengan dampak yang rendah terhadap lingkungan.

Transportasi berkelanjutan terdiri dari Pedestrian (berjalan kaki dan bersepeda), Pembangunan sarana

transportasi berorientasi Transit, Kendaraan Hijau (seperti Hybrid car), Carsharing, dan membangun

serta melindungi system transportasi perkotaan dengan hemat bahan bakar, membiasakan diri dengan

gaya hidup sehat.

Sistem Transportasi berkelanjutan memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan, social

dan ekonomi keberlanjutan masyarakat yang mereka layani. Sistem Transportasi juga memiliki dampak

penting terhadap lingkungan untuk konsumsi energi dunia. Emisi gas rumah kaca dari polusi udara (CO2)

yang dikeluarkan dari kendaraan meningkat lebih cepat daripada menggunakan energy sector lain.

Perencanaan Transpotasi ini bertujuan untuk meningkatkan mobilitas terutama kendaraan dan mungkin

gagal mempertimbangkan dampak yang lebih luas memadai.

Transportasi berkelanjutan merupakan Tindak lanjut logis dari Pembangunan berkelanjutan. Dan

digunakan untuk menggambarkan jenis transportasi dan sistem perencanaan Transportasi. Ada banyak

definisi Transportasi berkelanjutan terkait dengan Mobilitas berkelanjutan yaitu :

• Memungkinkan akses dasar dan pengembangan kebutuhan individu, perusahaan dan

masyarakat harus dipenuhi dengan aman dan dengan cara yang konsisten dengan kesehatan manusia

dan ekosistem, dan mempromosikan ekuitas dalam dan di antara generasi berturut-turut

• Apakah Terjangkau, mengoperasikan adil dan efisien, menawarkan pilihan moda transportasi,

dan mendukung ekonomi yang kompetitif, serta pembangunan daerah seimbang

• Batas emisi dan limbah dalam kemampuan bumi ini untuk menyerap polusi, menggunakan

sumber daya terbarukan di bawah tarif, dan menggunakan sumber daya yang tidak terbarukan pada

atau di bawah tingkat perkembangan pengganti terbarukan, sambil meminimalkan dampak terhadap

penggunaan tanah dan kebisingan.

Transpotasi yang berkelanjutan juga memperhatikan aksesibilitas transportasi untuk

mengurangi dampak lingkungan sosial dan mengatur kemacetan lalu lintas. Saat ini 95% dari energi

transportasi berasal dari minyak bumi. Energi dikonsumsi dalam pembuatan serta penggunaan

kendaraan, dan diwujudkan dalam infrastruktur transportasi termasuk jalan, jembatan dan kereta api.

Dampak lingkungan dari transportasi dapat dikurangi dengan meningkatkan berjalan kaki dan bersepeda

lingkungan di kota-kota, dan peningkatan peran angkutan umum, terutama kereta api listrik.

Transportasi berkelanjutan yang berwawasan lingkungan atau lebih familiar kita sebut sebagai

EST (Environment Sustainable Transport), EST berkaitan dengan pertumbuhan jumlah kendaraan

Page 10: Perencanaan Transportasi

bermotor dan sumber daya alam (bahan bakar minyak). Seperti kita ketahui bahwa emisi dari

pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor sangat memberikan kontribusi pada kerusakan global

dan lokal terhadap ekosistem dan kesehatan manusia. Masalah lain yang berhubungan dengan

kendaraan bermotor adalah kecelakaan lalu lintas, tingkat kebisingan yang tinggi yang membahayakan

kesehatan manusia, dan pola pemanfaatan lahan yang mengganggu habitat, pola migrasi, dan integritas

ekosistem. Untuk itu, adanya proyek transportasi OECD (Organization for Economic co-operation and

Development) dalam EST dilakukan untuk membantu menanggapi kecenderungan ini dan membuat

transportasi yang berkelanjutan.

OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) yaitu sebuah organisasi

kerjasama ekonomi dan pembangunan dalam EST yang mendefinisikan EST sebagai salah satu yang tidak

membahayakan kesehatan masyarakat atau ekosistem dan memenuhi kebutuhan untuk akses yang

konsisten dengan penggunaan sumber daya terbarukan dibawah tarif regenerasi dan penggunaan

sumber daya yang tidak terbarukan.

Adapun enam criteria yang diidentifikasi pada tahap pertama dari proyek EST sebagai jumlah

minimum yang diperlukan untuk mengatasi berbagai dampak kesehatan dan lingkungan dari

transportasi yaitu: CO2, NOx, VOCs, Kebisingan, Partikel, dan Guna lahan

• CO2 : jumlah emisi CO2 dari transportasi yang tidak boleh melebihi 20% sampai 50% dari emisi

tersebut tergantung pada kondisi nasional khusus.

• VOCs : jumlah emisi VOCs terkait dengan transportasi yang tidak boleh melebihi 10% dari

emisi tersebut.

• Kebisingan : tergantung pada kondisi lokal dan regional, ini mungkin memerlukan

pengurangan kebisingan transportasi tidak lebih dari maksimum 55dB (A) pada siang hari dan 45db (A)

pada malam hari dan di luar rumah.

• NOx : jumlah emisi NOx dari transportasi tidak boleh melebihi 10% dari emisi tersebut.

• Partikel : tergantung pada kondisi lokal dan regional, partikulat (PM10) harus dikurangi

sebesar 55% sampai 99%.

• Penggunaan tanah : kegiatan transportasi kemungkinan besar akan melibatkan sebagian kecil

tanah yang ditujukan untuk infrastruktur transportasi. Kemungkinan akan memerlukan pemulihan dan

ekspansi ruang hijau di daerah terbangun.

Menurut Widiantono dalam Umar (2009), menjelaskan bahwa gas buang sisa pembakaran

kendaraan bermotor umumnya menghasilkan beberapa senyawa gas dan partikulat yang dapat

membahayakan kesehatan manusia. Senyawa gas akibat polusi dapat dikelompokkan ke dalam:

Page 11: Perencanaan Transportasi

senyawa sulfur, senyawa nitrogen, senyawa karbon, oksida karbon, dan senyawa hidrogen. Senyawa

berbentuk gas yang muncul dari gas buang kendaraan bermotor dapat berupa carbon monoxide (CO),

nitrogen oxide (Nox), hydro-carbon (HC); partikulat dan timbal. Dampak polusi udara terhadap manusia

dapat berupa gangguan kesehatan dalam jangka panjang yang dapat mengakibatkan penurunan daya

refleks dan kemampuan visual; atau jangka pendek seperti gangguan pernafasan dan sakit kepala. Polusi

udara umumnya memberikan dampak terhadap sistem pernafasan manusia seperti kesulitan bernafas,

batuk, asma, kerusakan fungsi paru, penyakit pernafasan kronis dan iritasi penglihatan. Tingkat

keseriusan gangguan tersebut tergantung dari tingkat pemaparan dan konsentrasi polutan yang

merupakan fungsi dari volume dan komposisi lalulintas, kepadatan serta kondisi cuaca.

Upaya mewujudkan transportasi yang ramah lingkungan pada dasarnya dapat dilakukan

dengan upaya mencegah terjadinya perjalanan yang tidak perlu (unnecessary mobility) atau dengan

penggunaan teknologi angkutan yang dapat mengurangi dampak lingkungan akibat kendaraan

bermotor.

Bentuk-bentuk yang terkait dengan upaya pencegahan atau pengurangan jumlah perjalanan

yang tidak perlu dapat berupa pengembangan kawasan terpadu yang masuk kategori compact city

seperti kawasan super-block, kawasan mix-used zone, maupun transit-oriented development. Selain itu,

pengurangan jumlah perjalanan dapat dilakukan dengan melakukan manajemen kebutuhan transport

(TDM- Transport Demand Management).

Visi dan Misi Transportasi berkelanjutan

Menurut the centre for Sustainable Transportation visi dari sutainable transport adalah:

• Focus an access: terutama dalam sustainable transportation yang harus memperhatikan

pengguna trasnportasi, baik akses terhadap barang, jasa dan peluang sosial terutama pada

pengguna/masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah.

• Non-motorized transportation: semakin banyaknya kendaraan bermotor membuat

masyarakat jenuh akan kepadatan jalan raya dan polusi yang dikeluarkan setiap harinya. Sehingga

berjalan, bersepeda, rollerblade dan moda transportasi non-motorized lainnya lebih dipilih masyarakat

karena lebih menyenangkan dan ramah lingkungan.

• Motorized transportation by current means: transportasi bermotor saat ini mirip dengan

transportasi pada tahun 2000 awal, namun kendaraan yang digunakan pada sustainable transportation

saat ini jauh lebih hemat dalam mengeluarkan energi. Selain itu, penggunaan kendaraan tersebut juga

harus didukung oleh tata letak dan desain tata ruang kota.

Page 12: Perencanaan Transportasi

• Motorized transportation by potential means: beberapa akses transportasi saat ini

menggunakan teknologi yang berbeda. Bahan bakar yang digunakan menggunakan bahan bakar

terbarukan, seperti sumber daya hydrogen yang dihasilkan dari energy surya, sistem transportasi jalan

raya otomatis, layanan kereta api maglev.

• Movement of goods: Pergerakan barang menggunakan moda transportasi harus sesuai dengan

ukuran dan jarak pengiriman dan harus meminimalkan emisi yang dihasilkan.

• Less need for movement of people and goods: jarak tempuh kendaraan bermotor lebih

pendek misalnya dengan adanya compact city, sehingga akses ke setiap fungsi guna lahan bisa dicapai

dengan jarak yang lebih dekat.

• Little or no impact on the environment and on human health: emisi kendaraan lebih rendah

serta tidak adanya dampak global transportasi terhadap lingkungan sehingga masyarakat tidak khawatir

jika pengaruh transportasi akan mengganggu kesehatan mereka lagi.

• Methods of attaining and sustaining the vision: harus diadakannya kebijakan yang ketat akan

penerapan sustainable transportation

• Non-urban areas: daerah pedesaan bisa memberi kontribusi positif terhadap transportasi

perkotaan.

• Date of attainment: adanya target waktu baik jangka panjang ataupun pendek.

2.1.3.1 Penerapan Termonologi Transportasi Berkelanjutan

Dewasa ini, pemerintah sedang gencar-gencarnya mensosialisasikan dan berusaha

merealisasikan konsep sustainable transportation. Langkah awal permerintah, yaitu dengan pembuatan

busway di Indonesia untuk pemenuhan kebutuhan transportasi terutama di kota dengan jumlah

penduduk yang cukup padat. Sedangkan realisasi dari konsep sustainable transport lainnya masih dalam

rencana, salah satunya yaitu monorail. Rencana perbaikan sistem Kereta Api Indonesia dengan

perencanaan monorail sebenarnya telah disampaikan beberapa tahun lalu, namun sampai saat ini hal

tersebut belum terealisasikan.

Konsep Sustainable transportation ini memang sangat tepat dijadikan solusi dalam pemecahan

permasalahan transportasi di Indonesia. Konsep ini juga telah banyak berhasil di terapkan di negara

maju lainnya sehingga pemerintah dan masyarakat Indonesia bisa belajar banyak akan keberhasilan

konsep sustainable transportation dari Negara maju seperti Curitiba, Brazil dengan sistem transportasi

yang ramah lingkungan tersebut.

Page 13: Perencanaan Transportasi

Berikut ini adalah beberapa penerapan Sistem Transportasi di Indonesia yaitu Bus Rapid Transit

(BRT) di Jakarta diwujudkan dengan dibangunnya beberapa koridor. Bus Transjakarta atau biasa juga

disebut dengan Busway. Sejauh ini telah beroperasi 9 koridor busway dari 15 koridor yang direncanakan.

Busway ini sebenarnya memberikan harapan bagi warga ibukota untuk menjawab solusi kemacetan

yang ada karena memiliki keunggulan dari bus umum lainnya. Busway dilengkapi dengan pendingin

udara, waktu tempuh yang relatif cepat dibanding kendaraan umum lainnya, dan memilki jalur khusus

sehingga tidak terkena dampak macet. Hal ini dapat dilihat dari daya angkut dan volume penumpang

busway yang meningkat setiap tahunnya yaitu sebesar 10%-15% tiap tahunnya.

Berdasarkan Gambar Jumlah Penumpang Busway tersebut, terlihat bahwa setiap tahunnya

jumlah penumpang busway selalu meningkat. Hasil penelitian Institute Transportation and

Developement Policy (ITDP) Indonesia, perpindahan pengguna mobil pribadi ke busway mencapai 14

persen. Direktur ITDP Indonesia, Fatimah Sari Nasution, menyatakan bus Transjakarta merupakan

angkutan umum tertinggi yang memindahkan pengguna mobil pribadi dari seluruh program serupa di

penjuru dunia yang diasistensi oleh ITDP. Beberapa penelitian, termasuk dari JICA mencatat angka 14

persen perpindahan dari pengguna mobil pribadi ke bus Transjakarta.

Akan tetapi, setelah dicermati bahwa dua tahun terakhir atau beberapa tahun yang akan datang

peningkatan jumlah penumpang diprediksi akan stagnan, hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang

menurunkan kualitas pelayanan Busway, diantaranya waktu tempuh bus dari satu halte ke halte lain

semakin lama sebagai akibat dari tidak sterilnya jalur busway, kurangnya jumlah bus dibandingkan

dengan tingginya jumlah penumpang sehingga penumpang terpaksa penuh sesak di dalam bus,

terbatasnya pengisian tempat pengisian Bahan Bakar Gas (BBG) sehingga busway lebih lama menunggu

di tempat pengisian BBG sehingga banyak penumpang yang terlantar, dan menurunnya kualitas

prasarana busway seperti shelter busway yang rusak serta jembatan menuju shelter yang tidak nyaman.

Di samping itu, tidak berjalannya sistem feeder busway menyulitkan penduduk yang tinggal di daerah

suburban di daerah Bodetabek kesulitan untuk mencapai shelter busway terdekat, tidak adanya gedung

parkir di sekitar shelter membuat pengguna kendaraan pribadi yang tinggal di daerah suburban enggan

untuk berpindah moda dari kendaraan pribadi untuk menggunakan busway yang akan menuju pusat

kota. Pengoperasian busway sebenarnya memiliki 15 koridor..

Untuk estetika, adanya penambahan jalur hijau di sepanjang jalur transportasi. Penanaman

pohon dan berbagai tanamanan disepanjang jalur transportasi sangat berguna. Hal ini memberikan

dampak yang baik untuk jalur transportasi beserta pengguna jalur transportasi. Fungsi utama dari

penanaman pohon sebagai penghasil oksigen yang sangat dibutuhkann setiap makhluk hidup.

Page 14: Perencanaan Transportasi

Karbondioksida dan gas buangan dari kendaraan bermotor akan diserap oleh tanaman tersebut,

sehingga penyakit pernapasan dan kanker yang ditimbulkan pada gas buangan bisa ditekan. Disamping

itu, perluasan Ruang terbuka hijau dan jalan bagi pejalan kaki sangat diprioritaskan agar masyarakat

khususnya bagi para pejalan kaki merasa nyaman dan aman dengan desain pedestrian yang disesuaikan

dengan kearifan lokal.

Dengan demikian, konsep transportasi berkelanjutan akan berjalan dengan keteraturan dan

kedisiplinan para pengguna jalan tentunya. Selain itu, perbaikan transportasi public yang ada sangat

diutamakan sebagai salah satu daya tarik masyarakat agar menggunakan Transportasi public yang telah

tersedia sehingga kemacetan di lalu lintas akan berkurang dan Jalan menjadi lebih berwawasan

lingkungan juga dengan pembangunan taman-taman kota dan green sidewalk di setiap tepi jalan dengan

prasarana jalan yang memadai seperti adanya Halte Bus dan Stasiun Monorail setiap pemberhentian di

beberapa point tertentu.

Page 15: Perencanaan Transportasi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Transportasi berkelanjutan merupakan Tindak lanjut logis dari Pembangunan

berkelanjutan. Dan digunakan untuk menggambarkan jenis transportasi dan sistem

perencanaan Transportasi. Ada banyak definisi Transportasi berkelanjutan terkait dengan

Mobilitas berkelanjutan.

2. Kota akan terus mengalami perkembangan selama masih terdapat aktivitas di dalamnya.

Perkembangan terjadi disebabkan karena adanya suatu pergerakan yang dilakukan masyarakat

untuk melakukan aktivitas tersebut. Sistem transportasi memegang peranan yang sangat

penting dalam mendukung pergerakan masyarakat tersebut. Tanpa adanya sistem transportasi

yang memadai dengan baik maka pergerakan yang terjadi tidak dapat berjalan dengan lancar

dan kota akan berkembang dengan kondisi yang tidak teratur. Diperlukan suatu perencanaan

secara komprehensif dengan melibatkan semua unsur yang terkait dalam suatu sistem

transportasi agar sistem yang direncanakan dapat berjalan dengan lancar sebagaimana

mestinya. Namun meskipun telah direncanakan dengan baik masih ada beberapa kendala yang

dapat mengganggu lancarnya sistem transportasi yang ada.

3. Kota berwawasan lingkungan dapat diupayakan dengan mengurangi volume kendaraan,

yaitu melalui penggunaan angkutan umum massal atau penggunaan kendaraan ramah

lingkungan.

3.2 Saran

1. Pembatasan jumlah kendaraan dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dengan

menegakan hukum (transportasi) mengenai pajak kendaraan di Indonesia dengan meningkatkan

tarif pajak kendaraan pribadi

2. Mengoptimalisasi penggunaan transportasi publik serta pemanfaatan hasil perolehan

pajak untuk perbaikan utilitas jalan dan infrastruktur kota

Page 16: Perencanaan Transportasi

DAFTAR PUSTAKA

http://yunieapocalipse.blogspot.com/2011/06/studi-tentang-transportasi.html

http://aktiviantia.blogspot.com/2011/10/transportasi-berkelanjutan-serta.html

http://www.hubdat.web.id/kebijakan/30-kebijakan-transportasi-perkotaan/

http://seputarpengertian.blogspot.com/2014/09/seputar-transportasi-perkotaan-dan-permasalahannya.html

Agustin, Imma W. 2010. EST Part 1 : Transportasi berkelanjutan yang berwawasan lingkungan (Belajar dari Negara jerman) http://teknologi.kompasiana.com/internet/2010/04/14/est-part-1-transportasi-berkelanjutan-yang-berwawasan-lingkungan-belajar-dari-negara-jerman/ (tanggal diakses 21 November 2010)

Aminah, Siti. 2005. Jurnal Transportasi Publik dan Aksesibilitas. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Transportasi%20Publik%20dan%20Aksesibilitas.pdf (tanggal diakses 17 November 2010)