PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN LAHAN BEKAS...

15
1 PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN LAHAN BEKAS TAMBANG BATU BARA UNTUK KAWASAN WISATA ALAM Arifman 1 , Parikesit 2 , Teguh Husodo 3 Univrsitas Padjadjaran ABSTRAK Kota Sawahlunto merupakan kota tambang batubara tertua di Indonesia. Salah satu kawasan yang telah habis kegiatan pertambangan batubara adalah kawasan kandi, dimana kawasan ini memiliki potensi lanskap danau bekas tambang dan potensi topografi yang terbentuk akibat kegiatan pertambangan batubara. potensi lanskap seperti pemandangan alam, lokasi bekas tambang juga dapat dimanfaatkan karena kondisi alam dari bekas tambang tersebut memiliki struktur lanskap yang baik, seperti terbentuknya danau pada lahan bekas tambang, tebing curam dari bekas tambang (high wall) dan lahan yang telah hijau dari kegiatan reklamasi. Hal ini menjadikan salah satu alasan untuk memanfaatkan area bekas tambang yang cukup potensial untuk dimanfaatkan lanskap sebagai area wisata alam. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kombinasi (mix-method) agar mampu memberikan pemahaman yang lebih luas terhadap masalah-masalah penelitian. Analisis dilakukan terhadap data yang sudah didapatkan terkait potensi lanskap, aspek fisik, biofisik dan aspek sosial dan dilakukan melalui metode analisa spasial dan dilanjutkan dengan menghasilkan zonasi pengembangan wisata. Zona yang dihasilkan pada penelitian ini adalah (1) zona scenic potential yang berfungsi sebagai edukasi lingkungan alam dan rekreasi pasif. Aktifitas yang dikembangkan adalah jalan-jalan menyusuri bukit dan photo touring yang memperlihatkan perbedaan warna antar tambang dan tambang setelah reklamasi, (2) zona budidaya dan pendidikan yang berfungsi sebagai edukasi dan rekreasi pasif dengan interpretasi jenis-jenis tanaman dan hewan yang dibudidayakan dan proses alam, (3) zona rekreasi yang berfungsi sebagai pengembangan rekreasi aktif yang tetap menjaga kelestarian lingkungan, (4) zona konservasi yang bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan lahan bekas tambang sehingga dapat menunjang kegiatan di kawasan bekas tambang batubara untuk kawasan wisata alam. Dari perencanaan lanskap pengembangan kawasan bekas tambang batubara untuk wisata alam dapat mewujudkan perlindungan lingkungan untuk kehidupan masa kini dan yang akan datang Potensi wisata alam yang ada pada kawasan bekas tambang batubara dapat meningkatkan masyarakat lokal dan meningkatkan pendapatan daerah. Kata kunci; perencanaan lanskap, wisata alam, high wall, danau bekas tambang, analisa spasial, zonasi. 1 Staff Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Sawahlunto, Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Konsentrasi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Email: [email protected] 2 Ketua Tim Pembimbing Tesis, Program Studi Magister Ilmu Lingkungan 3 Anggota Tim Pembimbing Tesis, Program Studi Magister Ilmu Lingkungan

Transcript of PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN LAHAN BEKAS...

Page 1: PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN LAHAN BEKAS …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/ArtikelLanskap.pdf · (mix-method) agar mampu ... Konsep pengembangan yang mengacu kepada

1

PERENCANAAN LANSKAPKAWASAN LAHAN BEKAS TAMBANG BATU BARA

UNTUK KAWASAN WISATA ALAM

Arifman1, Parikesit2, Teguh Husodo3

Univrsitas Padjadjaran

ABSTRAK

Kota Sawahlunto merupakan kota tambang batubara tertua di Indonesia.Salah satu kawasan yang telah habis kegiatan pertambangan batubara adalahkawasan kandi, dimana kawasan ini memiliki potensi lanskap danau bekastambang dan potensi topografi yang terbentuk akibat kegiatan pertambanganbatubara. potensi lanskap seperti pemandangan alam, lokasi bekas tambang jugadapat dimanfaatkan karena kondisi alam dari bekas tambang tersebut memilikistruktur lanskap yang baik, seperti terbentuknya danau pada lahan bekas tambang,tebing curam dari bekas tambang (high wall) dan lahan yang telah hijau darikegiatan reklamasi. Hal ini menjadikan salah satu alasan untuk memanfaatkanarea bekas tambang yang cukup potensial untuk dimanfaatkan lanskap sebagaiarea wisata alam. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kombinasi(mix-method) agar mampu memberikan pemahaman yang lebih luas terhadapmasalah-masalah penelitian. Analisis dilakukan terhadap data yang sudahdidapatkan terkait potensi lanskap, aspek fisik, biofisik dan aspek sosial dandilakukan melalui metode analisa spasial dan dilanjutkan dengan menghasilkanzonasi pengembangan wisata. Zona yang dihasilkan pada penelitian ini adalah (1)zona scenic potential yang berfungsi sebagai edukasi lingkungan alam danrekreasi pasif. Aktifitas yang dikembangkan adalah jalan-jalan menyusuri bukitdan photo touring yang memperlihatkan perbedaan warna antar tambang dantambang setelah reklamasi, (2) zona budidaya dan pendidikan yang berfungsisebagai edukasi dan rekreasi pasif dengan interpretasi jenis-jenis tanaman danhewan yang dibudidayakan dan proses alam, (3) zona rekreasi yang berfungsisebagai pengembangan rekreasi aktif yang tetap menjaga kelestarian lingkungan,(4) zona konservasi yang bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan lahanbekas tambang sehingga dapat menunjang kegiatan di kawasan bekas tambangbatubara untuk kawasan wisata alam. Dari perencanaan lanskap pengembangankawasan bekas tambang batubara untuk wisata alam dapat mewujudkanperlindungan lingkungan untuk kehidupan masa kini dan yang akan datangPotensi wisata alam yang ada pada kawasan bekas tambang batubara dapatmeningkatkan masyarakat lokal dan meningkatkan pendapatan daerah.

Kata kunci; perencanaan lanskap, wisata alam, high wall, danau bekas tambang,analisa spasial, zonasi.

1 Staff Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Sawahlunto, Mahasiswa Program StudiMagister Ilmu Lingkungan, Konsentrasi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup,Email: [email protected] Ketua Tim Pembimbing Tesis, Program Studi Magister Ilmu Lingkungan3 Anggota Tim Pembimbing Tesis, Program Studi Magister Ilmu Lingkungan

Page 2: PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN LAHAN BEKAS …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/ArtikelLanskap.pdf · (mix-method) agar mampu ... Konsep pengembangan yang mengacu kepada

2

LANDSCAPE PLANNING ON EX-COAL MINING AREAFOR NATURAL TOURISM

Arifman1, Parikesit2, Teguh Husodo3

Univrsitas Padjadjaran

ABSTRACT

Sawahlunto is the city's oldest coal mines in Indonesia. One area that hasrun out of coal mining activities are kandi area, where the region has thepotential landscape of former mining lakes and potential topography formed bycoal mining. the potential of the landscape such as landscapes, site of the formermine can also be used as the natural conditions of the ex-coal mining has thestructure of good landscape, such as the formation of a lake in the mining area,the steep cliffs of the former mine (high wall) and land that have greens ofreclamation, It makes one of the reasons to utilize ex-coal mining area that hasenough potential to be used landscape as a natural tourist areas. The method usedis a combination of methods (mixed-method) in order to provide a broaderunderstanding of the problems of research. Analysis was performed on the datathat have been obtained related to the potential of the landscape, the physical,biophysical and social aspects and carried through spatial analysis methods andfollowed by generating tourism development zoning. Zone generated in this studyare (1) Potential Scenic Zone that serves as a natural environmental educationand passive recreation. Activities are developed is a walk down the hill andpictures touring showing color differences between the mine and the mine afterreclamation, (2) Zone Of Cultivation And Education that serves as an educationaland recreational passive interpretation of the types of plants and animals that arecultivated and natural processes , (3) Recreation Zone that serves as thedevelopment of active recreation are still protecting the environment, (4)Conservation Zone that aims to preserve the environment mined land so as tosupport activities in the area of the former coal mine for nature tourism.Landscape planning development of the area of the former coal mine to be able torealize the nature of environmental protection for the life of the present and futurepotential of natural attractions that exist in the area of the former coal mine couldincrease the local community and increase local revenue.

Keywords; landscape planning, natural attractions, high wall, lake formermining, spatial analysis, zoning

Page 3: PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN LAHAN BEKAS …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/ArtikelLanskap.pdf · (mix-method) agar mampu ... Konsep pengembangan yang mengacu kepada

3

PENDAHULUAN

Kegiatan pertambangan seringkali menyebabkan kerusakan lingkungan,

yakni berupa kerusakan ekosistem yang selanjutnya mengancam dan

membahayakan kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Kawasan bekas tambang

batubara mengalami degradasi lanskap (penurunan kualitas tapak) sebagai akibat

dari eksploitasi batubara. Penurunan kualitas lingkungan yang terjadi akibat

penambangan batubara dengan metoda penambangan terbuka (open pit mining)

sehingga menyebabkan berubahnya bentang alam, merusak fungsi ekologis suatu

ekosistem, meningkatnya laju erosi aliran permukaan (run off) dan berubahnya

iklim mikro. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan pengendalian lingkungan

yang dapat menjamin pemanfaatan lahan pasca tambang.

Upaya dalam perbaikan lingkungan pada area pertambangan adalah

kegiatan reklamasi. Reklamasi lahan pasca penambangan merupakan kegiatan

yang diwajibkan diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara. Reklamasi lahan pasca penambangan

diperlukan dalam mencapai pembangunan yang berwawasan lingkungan kegiatan

reklamasi meliputi dua tahapan, yaitu: (1) pemulihan lahan bekas tambang untuk

memperbaiki lahan yang terganggu ekologinya, (2) mempersiapkan lahan bekas

tambang yang sudah diperbaiki ekologinya untuk pemanfaatan selanjutnya

(Latifah, 2003).

Secara umum kegiatan pertambangan terbuka (open pit mining) akan

mengakibatkan penurunan struktur muka tanah dan vegetasi. Permukaan tanah

(top soil) yang tempatkan di daerah pembuangan akan berpotensi mengakibatkan

masalah penggunaan lahan, seperti tanah longsor, perubahan bentuk batuan dan

ketidakstabilan lereng. Sebagai salah satu dampak eksplisit bahwa, penurunan

permukaan dapat menyebabkan perubahan struktur permukaan lahan dan vegetasi,

yang mempengaruhi penggunaan lahan permukaan dan lanskap (Zhang et al,

2011). Pemanfaatan lahan pasca penambangan melalui kegiatan reklamasi ini

mencakup kegiatan perbaikan tingkat kesuburan tanah dan perbaikan kualitas air

pada danau (void) bekas tambang. Selain pemandangan alam, lokasi bekas

Page 4: PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN LAHAN BEKAS …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/ArtikelLanskap.pdf · (mix-method) agar mampu ... Konsep pengembangan yang mengacu kepada

4

tambang juga dimanfaatkan karena kondisi alam dari bekas tambang tersebut

memiliki struktur lanskap yang baik, seperti terbentuknya danau pada lahan bekas

tambang, tebing curam dari bekas tambang (high wall) dan lahan yang telah hijau

dari kegiatan reklamasi. Hal ini menjadikan salah satu alasan untuk memanfaatkan

area bekas tambang yang cukup potensial untuk dimanfaatkan lanskap sebagai

area wisata alam.

Lanskap merupakan media dasar suatu perencanaan pengembangan

wisata alam yaitu kegiatan wisata dengan melakukan perjalan di alam dan tidak

melakukan perusakan dengan tujuan spesifik mempelajari, menikmati dan

menikmati pemandangan (tumbuhan, hewan dan budaya) (Dewi, 2011). Oleh

karena itu dalam melakukan perencanaan kawasan bentang alam perlu

diinventarisasi berbagai data dan informasi sifat dan gejala unsurnya, termasuk

tata alam di sekitar kawasan tersebut. Pendekatan perencanaan lanskap menjadi

kawasan wisata alam sangat potensial dalam meningkatkan kualitas dan menjaga

kelestarian lingkungan kawasan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ross dan

Wall (1999) bahwa wisata alam diharapkan dapat membantu untuk mencapai

keseimbangan antara konservasi dan pembangunan berkelanjutan.

Berdasarkan upaya reklamasi dan revegetasi pada lahan bekas tambang

yang telah dilakukan diperlukan perencanaan lanskap yang dapat mengoptimalkan

pemanfaatan lahan untuk mendukung keberlanjutan ekosistem, pelestarian dan

perlindungan lingkungan yang dapat memberikan kontribusi ekonomi untuk

kesejahteraan masyarakat sekitar daerah tambang. Maka dari itu perlu ada studi

kelayakan dalam perencanaan lanskap kawasan bekas tambang batubara menjadi

kawasan wisata alam.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan yaitu merencanakan lanskap kawasan bekas

tambang batubara menjadi kawasan wisata alam. Metode penelitian yang

digunakan adalah metode kombinasi (mix-method) agar mampu memberikan

pemahaman yang lebih luas terhadap masalah-masalah penelitian (Creswell,

Page 5: PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN LAHAN BEKAS …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/ArtikelLanskap.pdf · (mix-method) agar mampu ... Konsep pengembangan yang mengacu kepada

5

2013). Proses perencanaan ini diperoleh data kualitatif dan kuantitatif yang

meliputi input (menetapkan tujuan, merumuskan keadaan eksisting, pengumpulan

data), proses (tahapan identifikasi dan analisis) dan output pada perencanaan itu

sendiri. Untuk lebih jelasnya mengenai rancangan penelitian dapat dilihat pada

gambar berikut;

Persiapan

Inventarisasi dan Identifikasi

Analisa dan Sintesis

Perencanaan Lanskap

Penetapan tujuan perencanaan

Pengumpulan informasi awal

Penyusunan usulan penelitian Penentuan batas tapak

Data primer, data sekunder, dan informasi pendukung dari KeyInformant (data Potensi lanskap fisik, bio fisik, ekonomi, SosialBudaya)

Analisa Spasial - Analisa Zonasi

Tahap Perencanaan- merumuskan tujuan- merumuskan masalah- identifikasi kawasan- Rencana pengembanganKonsep pengembangan yang mengacu kepada tujuan yang telahditetapkan.Hasilnya merupakan rencana zonasi yang menggambarkanaktifitas dan fasilitas yang dapat dikembangkan, penataan ruang,jalur sirkulasi, serta tata letak elemen lanskap lainnya

Kesesuaian lahan untuk kawasan wisata alam

Konsep Wisata Alam;

Pengembangan konsep (konsep ruang wisata, aksesibilitasdan sirkulasi, jalur interpretasi, aktivitas wisata, fasilitaswisata, tata hijau, pelestarian kawasan)\

Zona Scenic Potensial, Zona Budidaya, Zona Rekreasi,dan Zona Konservasi

Gambar 1. Tahapan Penelitian

Sumber: Modifikasi dari Alinda FMZ, (2008)

Variabel, sub-variabel dan indikator yang digunakan pada penelitian ini

sesuai dengan keadaan lanskap pengembangan kawasan bekas tambang batubara

Page 6: PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN LAHAN BEKAS …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/ArtikelLanskap.pdf · (mix-method) agar mampu ... Konsep pengembangan yang mengacu kepada

6

pada daerah penelitian. Variabel, sub-variabel dan indikator yang digunakan dapat

dilihat pada tabel berikut;

Tabel 1. Variabel Proses dan Indikator

No VariabelSub

VariabelIndikator Parameter Data

CaraPengambilan

Data1 2 3 4 5 6

1 Lingkungan Bio Fisik Vegetasi danSatwa

Jenis dan Polapenyebaran Vegetasidan Satwa

Wawancara,DokumentasiObservasi

AksesibilitasSarana danprasarana

Jaringan jalan,drainase, Air bersih,Persampahan,Sanitasi, transportasi,parkir,

WawancaraDokumentasiObservasi

Fisik Jenis Tanah Peta Jenis Tanah DokumentasiObservasi

Hidrologi Peta Hidrologi DokumentasiObservasi

Topografi dankemiringan

Peta topografi DokumentasiObservasi

Iklim Curah hujan, suhu,kelembaban,kecepatan angin,lama penyinaran

DokumentasiObservasi

Penggunaanlahan

Peta Tata gunalahan Pola ruangdan struktur ruang

DokumentasiObservasi

2 SosialBudaya

Sosial DemografiPenduduk

Kehidupan sosialmasyarakat sekitarkawasan

DokumentasiObservasi

Pengguna(masyarakatdanwisatawan)

Potensi Lanskap WawancaraObservasi

KesejahteraanMasyarakat

Tingkatkesejahteraanmasyarakat

WawancaraDokumentasi

LapanganPekerjaan

Jumlah tenaga kerja WawancaraDokumentasi

Page 7: PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN LAHAN BEKAS …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/ArtikelLanskap.pdf · (mix-method) agar mampu ... Konsep pengembangan yang mengacu kepada

7

No VariabelSub

VariabelIndikator Parameter Data

CaraPengambilan

Data1 2 3 4 5 6

Budaya Budaya Kearifan lokal Wawancara

Seni Kesenian Wawancara

3 KegiatanPerekonomian

SistempengelolaanSDA

Kegiatanperekonomianmasyarakat

DokumentasiWawancara

PendapatanKotaSawahlunto

PAD dari KawasanKandi

WawancaraDokumentasi

4 Institusional/Kelembagaan

PengelolaanKawasan

Pemerintah/ UPTD DokumentasiWawancara

Swasta DokumentasiWawancara

Peran sertamasyarakat/swasta

KSM/LPM DokumentasiWawancara

Swasta DokumentasiWawancara

Sumber: Modifikasi dari Alinda FMZ, (2008)

Analisis dilakukan melalui metode spasial dan dilanjutkan dengan

Analisa Zonasi. Analisis secara spasial dilakukan terhadap kondisi eksisting,

kemiringan lahan, penggunaan lahan dan penutupan vegetasi. Analisa Spasial

dilakukan dengan meng-overlay peta yang kemudian menghasilkan peta baru

hasil analisis.

Analisis zonasi tapak/letak fasilitas berdasarkan aktivitas-aktivitas yang

akan direkomendasikan pada tapak sehingga fungsi lokasi, fungsi rekreasi (aktif

dan pasif) dan fungsi ekologi dapat direncanakan sejalan dan saling mendukung

(Dewi, 2011). Analisa zonasi ini mentransformasikan hasil dari analisa kesesuaian

lahan sehingga dapat di analisa interaksi antara setiap aspek yang

mempengaruhinya.

Penentuan zona pengembangan wisata alam ditentukan berdasarkan

analisa tapak dan pembagian peruntukan zona. Menurut Mc Garigal (2001)

menyatakan bahwa ekologi lanskap fokus pada komposisi, struktur dan fungsi

pada suatu lanskap. Guna mewujudkan perencanaan lanskap yang sesuai dengan

Page 8: PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN LAHAN BEKAS …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/ArtikelLanskap.pdf · (mix-method) agar mampu ... Konsep pengembangan yang mengacu kepada

8

prinsip ekologi lanskap tersebut, Mc Garigal membagi menjadi 3 prinsip yang

harus ada dalam perencanaan lanskap, yaitu spatial patterns, broad Extent dan

role of humans. Mewujudkan ketiga prinsip tersebut, studi ini membagi zona

pengembangan lanskap untuk wisata alam. Tipe kesesuaian lahan (Kim, et al,

1991 dalam (Dewi, 2011)) ditetapkan untuk menentukan 4 zona, yaitu;

a) Zona Scenic Potential

Zona ini memiliki beberapa potensial visual yang menarik. Scenic area

dan keragaman visual yang menjadi pusat perhatian pada zona ini terdiri

dari tegakan vegetasi, badan air dan kehidupan satwa diantara tegakan

vegetasi alami dan budidaya. Data yang diperlukan untuk melakukan

analisis adalah data potensial view area dimana sungai dapat dilihat,

bagian dengan bentuk, batas tapak.

b) Zona Budidaya dan Pendidikan

Zona ini merupakan zona yang dikhususkan untuk budidaya, misalnya

budidaya ikan atau hewan lainnya, budidaya buah-buahan dan lainnya.

Pada zona budidaya, data yang diperlukan adalah data tata guna lahan,

tanah dan data kegiatan budidaya eksisting dan batas tapak. Fungsi yang

dikembangkan pada zona ini antara lain adalah edukasi dan rekreasi

pasif.

c) Zona Rekreasi

Zona ini adalah komponen penting yang akan disediakan ketika kegiatan

wisata alam dikembangkan. Pada zona rekreasi akan dilakukan beberapa

usaha konservasi untuk menjaga kelestarian sumberdaya yang ada berupa

pembatasan pengunjung, pengaturan frekuensi kunjungan, pembuatan

sistem pemeliharaan kawasan rekreasi dan usaha lainnya untuk

mendukung fungsi ekologi. Data yang diperlukan adalah data tata guna

lahan, kemiringan lahan terhadap sungai, kedalaman air, tanah dan batas

tapak.

d) Zona Konservasi

Zona konservasi merupakan area yang mempunyai nilai keunikan yang

baik namun sangat peka terhadap perubahan alam dan kerusakan yang

Page 9: PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN LAHAN BEKAS …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/ArtikelLanskap.pdf · (mix-method) agar mampu ... Konsep pengembangan yang mengacu kepada

9

diakibatkan oleh manusia. Komponen-komponen zona konservasi, antara

lain daerah rawan banjir, sungai dan pola alirannya, Special natural Area.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi Penelitian adalah Kawasan Kandi yang secara geografis terletak

antara 00o 36’ 35, 13” – 00o 38’ 09, 78” LS dan 100o 44’ 13, 52” – 100o 45’ 33,

62” BT. Lokasinya yang berada pada areal bekas pertambangan batubara PT.BA-

UPO. Merupakan kawasan perbukitan dengan ketinggian antara 200-350 meter di

atas permukaan laut, dengan luas kawasan kandi adalah ± 363 Ha. Kawasan

penelitian merupakan Kawasan Kandi yang diperuntukkan untuk kawasan wisata

di Kota Sawahlunto sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Sawahlunto nomor 2

Tahun 2012. Gambaran umum kawasan penelitian ini didasarkan pada data

sekunder dan data primer hasil observasi dan wawancara lapangan.

Berdasarkan landasan teori, data spasial, data sekunder, observasi dan

wawancara di lapangan maka dilakukan analisa yang menghasilkan konsep zonasi

pengembangan kawasan bekas tambang batubara untuk wisata alam. Dimana pada

setiap zona memiliki kriteria-kriteria untuk wisata alam yang sesuai dengan

konsep ekologi lanskap menurut Mc Garigal (2001). Zona-zona tersebut memiliki

fungsi sebagai berikut;

1. Zona Scenic Potential

Penekanan zona ini adalah identifikasi pemandangan lanskap dari skala

kecil ke skala besar (Broad Extend) dan Fungsi yang dikembangkan

adalah rekreasi edukasi pasif. Pengembangan pada zona scenic potential

yang sesuai dengan pengembangan kawasan bekas tambang untuk wisata

alam;

a) Aktifitas sight viewing yang dapat dikembangkan dengan jalan kaki

menyusuri bukit-bukit bekas tambang batubara yang telah berubah

dengan berbagai tegakan vegetasi, taman buah yang telah aktif dan

terlihat berbagai warna, dan danau bekas tambang.

Page 10: PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN LAHAN BEKAS …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/ArtikelLanskap.pdf · (mix-method) agar mampu ... Konsep pengembangan yang mengacu kepada

10

b) Pengembangan camping area juga melengkapi aktifitas hiking yang

menjadi tempat istirahat wisatawan jalan kaki dan juga disediakan

aksi kesenian lokal pada kawasan tersebut, sehingga wisatawan

dapat sekaligus menikmati kearifan budaya lokal.

c) Aktifitas pengamatan dengan jalan kaki pada taman satwa yang

dikembangkan pada kawasan dari berbagai bentuk serangga, taman

kupu-kupu, burung, gajah, unta dan satwa lainnya hingga dapat

beristirahat memandangi danau bekas tambang di tepi danau.

2. Zona Budidaya dan Pendidikan

Setiap kegiatan fokus pada peran manusia dalam menciptakan

mempengaruhi pola dan proses lanskap (Role of Human) dan Fungsi

yang dikembangkan adalah edukasi dan rekreasi pasif dengan interpretasi

jenis-jenis tanaman dan hewan yang dibudidayakan dan proses alam.

pengembangan wisata alam pada daerah ini adalah pengembangan wisata

budidaya dan pendidikan yang lebih terstruktur, terarah dan terintegrasi

yang didukung oleh fasilitas-fasilitas pendukung yang memadai. Adapun

aktifitas yang dapat dikembangkan adalah;

a. Wisata pada taman buah yang menyediakan taman buah dengan

berbagai macam jenis buah-buahan hasil budidaya dengan teknik

budidaya lahan marjinal yang dikembangkan oleh dinas pertanian

dan kehutanan kota Sawahlunto, selain itu juga bagi wisatawan juga

mendapat edukasi bagaimana proses pengelolaan taman buah dari

lahan bekas tambang hingga menjadi lahan yang menghasilkan buah

dan juga disediakan wisata belanja buah-buahan hasil dari taman

buah ini.

b. Aktifitas budidaya untuk tanaman pohon bagi hutan kota/RTH yang

terdapat pada seluruh kawasan kandi dan juga RTH kota.

3. Zona Rekreasi

Zona ini hampir mirip dengan zona budidaya dan pendidikan dimana

setiap kegiatan fokus pada peran manusia dalam menciptakan

mempengaruhi pola dan proses lanskap (Role of Human) namun berbeda

Page 11: PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN LAHAN BEKAS …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/ArtikelLanskap.pdf · (mix-method) agar mampu ... Konsep pengembangan yang mengacu kepada

11

dalam arah pengembangannya yaitu dikembangkan kepada rekreasi aktif

yang tetap menjaga kelestarian lingkungan. Adapun bentuk kegiatan

yang dikembangkan adalah sebagai berikut;

a. Wisata air dengan menggunakan sepeda air dan perahu dayung yang

menggunakan tenaga manusia yang menyusuri sekeliling danau

bekas tambang dengan memandang hutan reklamasi bekas tambang

b. Wisata out bound atau wisata alam terbuka dengan menyediakan

berbagai sarana simulasi permainan baik secara perorangan maupun

kelompok, seperti paint ball, flaying fox, high rope games, ground

games, dan simulasi permainan lainnya

4. Zona Konservasi

Pada zona ini setiap kegiatan fokus terhadap perencanaan lanskap yang

mempengaruhi pola spasial dan implikasinya terhadap konservasi biologi

dan manajemen ekosistem (Spatial Pattern) dan arah ditekankan kepada

fungsi kawasan perlindungan terhadap kawasan bekas tambang batubara

dan konservasi sumberdaya air. Zona konservasi di kawasan bekas

tambang batubara ini bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan

lahan bekas tambang sehingga dapat menunjang kegiatan di kawasan

bekas tambang batubara untuk kawasan wisata alam. Adapun aktivitas

yang dikembangkan pada zona ini adalah;

a. Pengembangan hutan kota sebagai RTH

b. Penanaman pohon di sekitar danau bekas tambang untuk menjaga

kelestarian sumber daya air

c. Penanaman pohon untuk RTH di sepanjang kiri kanan jalan dan di

sekitar objek-objek wisata sehingga dapat memberikan kenyamanan

bagi wisatawan.

Untuk lebih jelasnya pembagian zona pengembangan kawasan bekas

tambang batubara untuk wisata alam dapat dilihat pada gambar berikut;

Page 12: PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN LAHAN BEKAS …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/ArtikelLanskap.pdf · (mix-method) agar mampu ... Konsep pengembangan yang mengacu kepada

12

Page 13: PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN LAHAN BEKAS …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/ArtikelLanskap.pdf · (mix-method) agar mampu ... Konsep pengembangan yang mengacu kepada

13

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian perencanaan lanskap kawasan bekas tambang

batubara untuk kawasan wisata alam adalah;

1. Perencanaan lanskap dalam usaha pemanfaatan lahan bekas tambang

batubara yang memiliki potensi lanskap dengan menggunakan analisa

data atau informasi spasial dengan menggunakan beberapa parameter

yaitu fisik, biofisik, ekonomi dan sosial.

2. Proses perencanaan lanskap yang sesuai dengan prinsip ekologi zona

yang memiliki kriteria-kriteria untuk wisata alam dengan tujuan

pelestarian lingkungan adalah; Zona Scenic Potential, Zona Budidaya

dan Pendidikan, Zona Rekreasi dan Zona Konservasi

3. Zona yang memiliki karakteristik wisata alam yang adalah zona scenic

potential, zona budidaya dan Pendidikan dan Zona Konservasi

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa saran yang dapat diberikan

untuk berbagai pihak yang terkait guna mewujudkan perencanaan lanskap

pengembangan kawasan bekas tambang batubara untuk wisata alam.

1. Pihak pemerintah kota agar melakukan evaluasi mengenai kebijakan

penataan ruang kawasan bekas tambang batubara agar terarah dan

terintegrasi yang memiliki prinsip ramah lingkungan agar terwujud

konservasi kawasan bekas tambang batubara

2. Pihak swasta yang terlibat dalam pembangunan dan pengelolaan agar

tidak hanya tujuan ekonomi saja, sehingga selalu menginvestasikan

dananya untuk kegiatan yang bertujuan pelestarian lingkungan dan

peningkatan perekonomian lokal

3. Masyarakat agar selalu mendukung perencanaan, pembangunan dan

pelestariannya yang memberikan dampak positif bagi perekonomian

daerah dan pelestarian lingkungan

4. Pengembangan lanskap kawasan bekas tambang batubara untuk wisata

alam ini dapat diwujudkan dengan baik apabila seluruh stakeholder dapat

Page 14: PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN LAHAN BEKAS …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/ArtikelLanskap.pdf · (mix-method) agar mampu ... Konsep pengembangan yang mengacu kepada

14

berperan serta aktif dalam proses perencanaan, pembangunan dan

pelestariannya.

5. Untuk penelitian selanjutnya dapat lebih mengarahkan terhadap

pembagian blok dengan menambahkan mitigasi bencana pada setiap

zonasi dengan konsep ekologi lanskap.

Page 15: PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN LAHAN BEKAS …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/ArtikelLanskap.pdf · (mix-method) agar mampu ... Konsep pengembangan yang mengacu kepada

15

DAFTAR PUSTAKA

Alinda FMZ. (2008). Ekotourisme Teori dan Praktek: Perencanaan dan Desain

Lanskap Tapak Ekowisata. Nias: BRR-NAD.

Burhanudin. (2014). Tinjauan Kegiatan Reklamasi Lahan Bekas Tambang di PT.

Bukit Asam Bagi Pembelajaran Diklat Kehutanan. Pusat Pendidikan dan

Pelatihan Kementerian kehutanan.

Creswell, J. W. (2013). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan

Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dewi Handayani dkk. (2005). Pemanfaatan Analisis Spasial untuk Pengolahan

Data Spasial Sistem Informasi Geografi. Semarang: Unisbank.

Dewi, R. (2011). Perencanaan Landskap Untuk Pengembangan Wisata Alam di

Sempadan Sungai Kemiri Kecamatan Margadana - Kota Tegal. PSMIL-

UNPAD.

Garigal, K. M. (2001). Introduction in Landscape Ecology. Some of the material

in this document was borrowed from Turner et al. (2001) and Dean

Urban’s Landscape Ecology course notes. Duke University.

Latifah, S. (2003). Kegiatan Reklamasi Lahan Pascatambang. Medan: Repository

USU.

Ross S dan Wall G. (1999). Ecoturism Towards Theory and Practice. Tourism

Management.

Sari, D. R., Munandar, A., & Pramukanto, Q. (2005). Perencanaan Lanskap

Koridor Cisadane Sebagai Objek Wisata Ilmiah Kotamadya Bogor. Jurnal

Lanskap Indonesia.

Zhang et al. (2011). Land Use-Based Landscape Planning and Restoration in

Mine Closure Area. Springer Science Buisness Media.