Perencanaan Filter Harmonisa Pada Sisi Tegangan Rendah ...
Transcript of Perencanaan Filter Harmonisa Pada Sisi Tegangan Rendah ...
1 | P r o c e e d i n g T u g a s A k h i r J u r u s a n T e k n i k E l e k t r o F T I - I T S
Abstrak— Sistem kelistrikan PT. Wilmar Gresik
memiliki karakteristik beban yang menggunakan VFD dan
sistem DC. Untuk memenuhi kebutuhan produksi pabrik, PT.
Wilmar Indonesia berencana menambah beban hingga 5
megawatt (MW) dalam 5 tahun kedepan. Dengan peningkatan
beban tersebut akan muncul permasalahan kualitas daya
dalam sistem kelistrikannya. Terdapat permasalahan kualitas
daya pada sistem kelistrikan PT. Wilmar Gresik yaitu tingkat
harmonisa tegangan dan arus yang melebihi standar IEEE
519-1992. Tugas akhir ini membahas analisis harmonisa pada
sistem kelistrikan PT. Wilmar Gresik akibat penambahan
beban Compressor, FAL 01 PLANT, Biorefinery, Future PK
CRUSH, Future Soya Bean, Future Flour Mill, Electrolyzer 1,
Electrolyzer 2, Electrolyzer 3, FA-02/03, MES, NPK 02
PLANT, CPC 02 PLANT, WS-02, PK-CRUSH 03, SP-CWP-01
dan SP-CWP-03. Setelah dilakukan analisis harmonisa,
direncanakan filter harmonisa untuk meredam tingkat distorsi
harmonisa. Filter yang digunakan berjenis filter pasif yaitu
Single Tuned Filter. Penyelesaian permasalahan dalam tugas
akhir ini menggunakan filter harmonisa pada tegangan rendah
dengan level tegangan 0,4 KV. Hasil simulasi menunjukkan
bahwa pemasangan filter harmonisa ini efektif meredam
harmonisa tegangan. Metode pemasangan filter ini masih
menyisakan harmonisa tegangan yang cukup tinggi pada bus
ME FRACT, SNB PLANT, OLEO TF, H2 GAS PLANT, dan
FUTURE FLOUR MILL yaitu mendekati 5%. Oleh Karena itu
ditambahkan filter tegangan menengah dari referensi tugas
akhir sebelumnya yang dipasang pada bus SP-BUS-41000 dan
SP-BUS-42000 dengan level tegangan 10,5 kV. Setelah
pemasangan filter, harmonisa tegangan pada bus ME FRACT,
SNB PLANT, OLEO TF, H2 GAS PLANT, dan FUTURE
FLOUR MILL di bawah 4,5 %.
Kata Kunci— Penambahan Beban, Harmonisa, Filter
I. PENDAHULUAN
istem kelistrikan industri pada umumnya menggunakan
kapasitor daya untuk meningkatkan kualitas daya dan
kompensasi daya reaktif. Apabila pada sistem kelistrikan
tersebut terdapat sumber arus harmonisa seperti Variable
Frequency Drives (VFD) maka kapasitor dapat digunakan
sebagai komponen filter harmonisa untuk mengurangi
gangguan harmonisa [1]. Gangguan harmonisa merupakan
permasalahan serius dalam sistem tenaga listrik. Akibat dari
distorsi harmonisa adalah meningkatnya panas dan rugi-rugi
energi pada setiap bagian peralatan dalam sistem distribusi
tenaga listrik seperti tarnsformator, kabel serta komponen lainnya. Variable Frequency Drives (VFD) adalah contoh
dari beban non linear yang menimbulkan harmonisa arus.
VFD tersusun atas komponen elektronika daya yaitu
rectifier dan inverter yang dipergunakan pada motor untuk
efisiensi pemakaian energi listrik [2].
Penggunaan filter harmonisa bertujuan untuk
mengurangi amplitudo satu atau lebih frekuensi tertentu dari
sebuah arus maupun tegangan [3]. Salah satu jenis filter
harmonisa adalah filter pasif. Perencanaan filter pasif
merupakan penalaan filter pada orde harmonisa tertentu
untuk menekan distorsi harmonisa yang terjadi hingga
berada pada nilai standar yang telah ditentukan.
Sistim kelistrikan PT. Wilmar yang terletak di kota
Gresik mempunyai beberapa alternatif suplai energy untuk
kebutuhan beban operasionalnya yaitu PLN, dua unit Steam
Turbine Generator (STG), dan dua unit Diesel
Generator(DG). Kapasitas terpasang masing-masing STG
adalah 15 MW sedangkan kapasitas terpasang DG adalah
3,2 MW. Sementara itu, beban listrik di PT. Wilmar pada
kondisi peak mencapai 14 MW. PT. Wilmar berupaya
memperbanyak produksi minyak dengan menambah
penggunaan motor. Dengan penambahan penggunaan motor
maka gangguan harmonisa akan bertambah akibat
penggunaan Variable Frequency Drive (VFD).
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kualitas daya
dari sistem kelistrikan di PT. Wilmar Gresik, khususnya
tentang harmonisa yang terjadi akibat penambahan beban,
memodelkan dan mensimulasikan sistem kelistrikan PT.
Wilmar Gresik menggunakan software ETAP 7.0,
menganalisa hasil simulasi, dan meredam harmonisa yang
terjadi dengan merancang filter pasif. Penyelesaian
permasalahan dibatasi yaitu pemasangan filter harmonisa
Single Tuned Filter (STF) pada tegangan menengah 0,4 kV,
sistem kelistrikan dalam keadaan steady state, semua beban
beroperasi, dan menggunakan standar IEEE 519-1992 untuk
analisis harmonisa.
II. DASAR TEORI
A. Harmonisa Pada Sistem Tenaga Listrik
Harmonisa sistem tenaga didefinisikan sebagai
komponen sinusoidal tegangan dan arus yang mempunyai
frekuensi kelipatan bilangan bulat (integer) dari frekuensi
dasar. Gelombang non sinusoidal dapat terbentuk dengan
menjumlahkan gelombang – gelombang sinusoidal, seperti
terlihat pada Gambar 1. Dalam sistem tenaga listrik yang
menggunakan frekuensi 50 Hz, maka dapat dikatakan bahwa
harmonisa pertama atau frekuensi fundamental dari sistem
tenaga tersebut adalah 50 Hz. Harmonisa kedua merupakan
kelipatan kedua dari harmonisa pertama yaitu sebesar 100
Hz , sedangkan harmonisa ketiga merupakan kelipatan ketiga dari harmonisa pertama yaitu sebesar 150 Hz dan
harmonisa kelima serta ketujuh berturut-turut sebesar 250
Hz dan 350 Hz . Dapat ditarik kesimpulan bahwa harmonisa
ke-n merupakan kelipatan n dari frekuensi fundamental [2].
Arko Setiyo Prabowo
2208100067
Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga
Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS
Perencanaan Filter Harmonisa Pada Sisi Tegangan Rendah Untuk Mengurangi
Harmonisa Akibat Penambahan Beban Pada
Sistem Kelistrikan PT. Wilmar Gresik
S
2 | P r o c e e d i n g T u g a s A k h i r J u r u s a n T e k n i k E l e k t r o F T I - I T S
Gambar 1. Gelombang terdistorsi akibat komponen harmonisa
a) Gelombang sinus frekuensi fundamental
b) Gelombang harmonisa ke-3
c) Gelombang harmonisa ke-5
d) Gelombang harmonisa ke-7
Harmonisa dapat ditimbulkan akibat penggunaan beban
non linier antara lain rectifier, converter, tanur busur listrik
(arc furnace), transformator, dan mesin-mesin berputar [3]:
Transformator. Harmonisa pada transformator
dibangkitkan oleh karakteristik magnetisasi besi yang
non linier.
(a) (b)
Gambar 2. Kurva magnetisasi (a), Bentuk gelombang fluks dan arus
(b)
Rectifier menggunakan Sillicon-Controlled Rectifier
(SCR) berupa rangkaian jembatan thyristor enam
pulsa. Harmonisa yang dibangkitkan oleh sebuah
rectifier enam pulsa dominan pada orde ke 5.
Converter. Beban-beban yang mengandung konverter
(static converter), seperti lampu fluorescent, komputer,
VFD, dan Uninterruptable Power Supply (UPS).
Gambar 3. Macam Lampu Flourescent
Mesin-Mesin Berputar
Generator sinkron dan motor induksi secara umum
menghasilkan sejumlah harmonisa. Pada generator
sinkron harmonisa disebabkan karena kejenuhan dan
distribusi fluks yang tidak sinusoidal. Bila generator
sinkron diberi beban, terbangkit Electromotive Force
(EMF) yang tidak sinusoidal yang menghasilkan arus
harmonisa
Dalam harmonisa khususnya pada sistem tenaga listrik,
dipakai istilah Total Harmonic Distortion (THD) yang
didefinisikan sebagai persentase total komponen harmonisa
terhadap komponen fundamentalnya. Total Harmonic
Distortion (THD) dituliskan sebagai:
𝑇𝐻𝐷 = 𝑈𝑛
2𝑘𝑛 =2
12
𝑈1𝑥100% (1)
Dimana Un adalah komponen harmonisa, U1 adalah
komponen fundamental, k adalah komponen harmonisa
maksimum yang diamati. Selain THD dikenal pula Total
Demand Distortion (TDD) yaitu perbandingan nilai rms
antara komponen arus harmonisa dengan arus beban demand
maksimum. Standar IEEE 519-1992 digunakan untuk
menentukan tingkat distorsi harmonisa tegangan dan arus.
TABEL 1
LIMIT DISTORSI HARMONISA UNTUK SISTEM DISTRIBUSI
120 V SAMPAI 69 KV BERDASARKAN IEEE STD 519-1992
Distorsi Harmonisa Arus Maksimum dalam Persen terhadap IL
ISC/IL
Orde Harmonisa Individual (Harmonisa Orde Ganjil)
<11 11h17 17h23 23h35 35h TDD
< 20*
4 2 1,5 0,6 0,3 5
20 – 50 7 3,5 2,5 1 0,5 8
50 – 100 10 4,5 4 1,5 0,7 12
100 – 1000 12 5,5 5 2 1 15
> 1000 15 7 6 2,5 1,4 20
Harmonisa orde genap dibatasi 25% dari Harmonisa orde ganjil di atas.
Tidak diperbolehkan distorsi arus yang dihasilkan sistem DC, contohnya
konverter setengah gelombang.
Semua peralatan pembangkit listrik terbatas pada nilai-nilai distorsi
arus terlepas dari ISC/IL aktual, dimana:
ISC = Arus hubung singkat maksimum pada PCC
IL = Arus beban maksimum (komponen frekuensi fundamental) pada PCC
TABEL 2
LIMIT DISTORSI TEGANGAN BERDASARKAN IEEE STD 519-1992
Tegangan Bus Pada PCC Distorsi Tegangan
Individual (%) THD (%)
69 kV dan ke bawah 3 5
69,001 kV sampai 161 kV 1,5 2,5
161,001 kV dan ke atas 1 1,5
Pengaruh harmonisa pada sistem tenaga listrik antara
lain resonansi, baik itu seri maupun paralel yang disebabkan
oleh adanya komponen kapasitor bank. Resonansi paralel
menghasilkan impedansi tinggi pada frekuensi resonansi
sehingga menaikkan tegangan harmonisa dan arus
harmonisa yang tinggi di setiap lengan impedansi pararel.
Gambar 4. Resonansi paralel pada PCC
Resonansi seri menyebabkan impedansi sangat kecil
sehingga arus harmonisa yang tinggi mengalir ke kapasitor
pada harmonisa tegangan yang kecil. Pada mesin berputar,
harmonisa berpengaruh terhadap rugi-rugi pada belitan
stator, rangkaian rotor, dan laminasi stator-rotor. Pengaruh
harmonisa pada peralatan pusat pembangkit berupa rugi-rugi
daya sedangkan pengaruh harmonisa pada transformator
adalah adanya arus Eddy dan tekanan isolasi. Aliran arus
3 | P r o c e e d i n g T u g a s A k h i r J u r u s a n T e k n i k E l e k t r o F T I - I T S
harmonisa meningkatkan rugi-rugi tembaga dan efek ini
lebih nyata pada transformator konverter, karena
transformator tersebut tidak terpengaruh oleh adanya filter
yang biasanya dihubungkan pada sisi sistem AC [4].
Sirkulasi arus harmonisa triplen urutan nol yang melampaui
batas pada belitan transformator dapat menimbulkan hot
spot pada tangki.
Gambar 5. Resonansi seri pada PCC
B. Filter Pasif Untuk Peredaman Harmonisa
Filter pasif berfungsi untuk mengurangi amplitudo satu
atau lebih frekuensi tertentu dari sebuah tegangan atau arus
dengan cara menyediakan jalur yang rendah impedansinya
pada frekuensi harmonisa sehingga dapat menekan
penyebaran arus harmonisa ke seluruh jaringan.
Filter pasif tersusun dari komponen-komponen resistor
(R), induktor (L), dan kapasitor (C). Secara umum filter
harmonisa dapat dibedakan dalam tiga jenis antara lain:
a. Single Tuned Shunt Filter (STF) menyediakan jalur
dengan impedansi rendah untuk satu frekuensi
harmonisa. Nilai Quality Factor (Q) yang tinggi ditala
secara tajam pada satu frekuensi harmonisa yang rendah.
b. Double Tuned Filter memiliki karakteristik impedansi
yang ekivalen dengan dua buah STF dipasang secara
paralel dimana frekuensi yang ditala saling berdekatan.
c. High Pass Damp Filter (HPF) digunakan untuk
membuat impedansi yang rendah untuk spektrum
frekuensi harmonisa yang lebar. Nilai Q pada HPF
umumnya bernilai rendah. Terdapat empat jenis damped
filter yaitu damped filter orde satu, orde dua, orde tiga
dan jenis damped filter tipe C.
III. HARMONISA PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR
GRESIK
A. Sistem Kelistrikan PT. Wilmar Gresik
PT. Wilmar Nabati Indonesia (Wilmar Group),
selanjutnya disebut “PT. Wilmar” berlokasi di kota Gresik.
Untuk sistem kelistrikannya, PT. Wilmar memiliki total
suplai energi listrik sebesar 35.5 MW dan emergency supply
sebesar 4 MW. Total beban maksimum yang terpasang
besarnya sekitar 33 MW. Sistem distribusi yang digunakan
adalah sistem ring. Namun dalam pengoperasiannya
digunakan sistem distribusi radial dengan cara membuka
beberapa breaker ring.
TABEL 3
DATA PENYUPLAI DAYA LISTRIK DI PT. WILMAR GRESIK
Source ID Type Mode Operasi Daya
(MW)
BKR PLN Grid Voltage Control 5,5
STG 1 Steam Turbine Generator Swing 15
STG 2 Steam Turbine Generator Stand by 15
DEG 1 Diesel Generator Stand by 1,6
DEG 2 Diesel Generator Stand by 1,6
Untuk mensuplai kebutuhan beban operasional pabrik
dalam kondisi normal, suplai daya listrik didapat dari BKR
PLN dengan kapasitas hubung singkat sebesar 8.963
MVASc yang beroperasi pada mode Voltage Control yaitu
suplai daya aktif dijaga tetap 5,5 MW dan satu buah Steam
Turbin Generator yaitu STG 1 berkapasitas 15 MW yang
beroperasi pada mode Swing. Sumber PLN diambil dari
Gardu Induk Segara Madu 150 kV melalui SP-BUS-31000
20 kV. Level tegangan distribusi yang digunakan PT.
Wilmar Gresik antara lain 20 kV, 10,5 kV, 3,3 kV, dan 0,4
kV. DEG 1, DEG 2 dan STG 2 merupakan pembangkit yang
digunakan sebagai cadangan pada saat starting motor-motor
besar dan overhaul.
B. Harmonisa Sistem Kelistrikan PT. Wilmar Gresik
Sistem kelistrikan PT. Wilmar Gresik memiliki
karakteristik total harmonisa arus dan tegangan yang
melebihi standar harmonisa IEEE 519-1992. Dalam tugas
akhir ini akan dibahas analisis harmonisa sebelum dan
sesudah penambahan beban. Beban-beban yang memberikan
kontribusi harmonisa arus antara lain VFD enam pulsa
untuk beban Fractionation, Refinery, Soap Beading, BD 01,
BD 02, ME Fract, FA/GLY&HYDRO, Hydrochem, Oleo TF,
dan Boiler House, serta enam buah charger enam pulsa dan
tiga unit transformator dua belitan digunakan beban
Electrolyzer. Sedangkan beban baru yang akan dihubungkan
ke sistem kelistrikan PT.Wilmar Gresik adalah Compressor,
FAL 01 PLANT, Biorefinery, Future PK CRUSH, Future
Soya Bean, Future Flour Mill, Electrolyzer 1, Electrolyzer
2, Electrolyzer 3, FA-02/03, MES, NPK 02 PLANT , CPC 02
PLANT, WS-02, PK-CRUSH 03, SP-CWP-01 dan SP-CWP-
03.
C. Langkah-Langkah Peredaman Harmonisa Sistem
Kelistrikan PT. Wilmar Gresik
Alur metodologi peredaman harmonisa dalam tugas akhir
ini digambarkan dalam flow chart pada Gambar 6.
Gambar 6. Flow chart metodologi peredaman harmonisa di PT. Wilmar
Gresik
4 | P r o c e e d i n g T u g a s A k h i r J u r u s a n T e k n i k E l e k t r o F T I - I T S
IV. SIMULASI DAN ANALISIS
A. Kondisi Existing Sistem Kelistrikan PT. Wilmar Gresik
Pada keadaan ini didapat data bahwa sistem memerlukan
pasokan daya sebesar 11,339 MW yang diperoleh dari STG
1 11,379 MW. Faktor daya sistem tercatat sebesar 98% pada
sisi generator.. Pada kondisi ini masih dalam kondisi operasi
minimum dari sistem kelistrikan PT. Wilmar Gresik.
Gambar 7. Aliran daya sistem PT. Wilmar Gresik kondisi existing
Sistem kelistrikan PT. Wilmar Gresik kondisi existing
menggunakan kapasitor bank untuk kompensasi daya reaktif
yang dipasang dengan metode kompensasi individual sisi
tegangan rendah 0,4 kV.
TABEL 4
FAKTOR DAYA BEBAN DAN BUS BEBAN DENGAN
KOMPENSASI DAYA REAKTIF
Bus Beban kV kW kVAR kVA PF (%)
SP-BUS-41006 10,5 29 35 45 63,6
SP-BUS-51001 10,5 647 273 702 92,2
SP-BUS-51002 10,5 2213 1548 2701 82
SP-BUS-51003 10,5 353 221 416 84,8
SP-BUS-51004 10,5 667 359 757 88
SP-BUS-51005 10,5 756 387 417 89
SP-BUS-52001 10,5 888 466 1003 88,5
SP-BUS-52002 10,5 47 37 60 78,6
SP-BUS-53001 10,5 1464 580 1575 93
SP-BUS-53002 10,5 430 138 452 95,2
SP-BUS-54001 10,5 267 170 317 84,3
SP-BUS-54002 10,5 259 166 307 84,2
SP-BUS-54003 10,5 420 214 472 89,1
SP-BUS-56001 10,5 2043 470 542 97,5
SP-BUS-56002 10,5 922 726 1174 78,6
CPKO PLANT 0,4 29 35 45 63,6
AIR COMP-UTILITY 0,4 647 273 702 92,2
FRACT-PLANT 0,4 2213 1548 2701 82
REFINERY-PLANT 0,4 353 221 416 84,8
TF-NKB 0,4 8 21 22 99,82
SNB-PLANT 0,4 667 359 757 88
WTR-RESERVOIR 0,4 89 46 100 88,9
BD 01 0,4 626 313 700 89,5
Bus Beban kV kW kVAR kVA PF (%)
BD 02 0,4 214 134 252 84,8
ME FRACT 0,4 47 37 59 78,6
FA-01 PLANT 0,4 1464 580 1575 93
OLEO-TF 0,4 160 85 307 88,3
H2 GAS PLANT 0,4 269 111 291 92,4
PK-CRUSHING 01 0,4 1360 363 1408 96,6
PK-CRUSHING 02 0,4 681 132 694 98,2
NPK-01 PLANT 0,4 257 38 260 98,9
JETTY 0,4 40 26 47 83,5
CEN-BOILER
UTILITY 0,4 420 214 471 89,1
RO/ETP 0,4 258 162 304 84,8
B. Harmonisa Tegangan Sistem Kondisi Existing
Sebelum melakukan simulasi dan analisis harmonisa
sistem kelistrikan PT. Wilmar Gresik maka diperlukan data-
data penunjang berupa data pengukuran harmonisa pada bus
beban sistem.
TABEL 5
DISTORSI HARMONISA TEGANGAN BUS BEBAN
SAAT KONDISI EXISTING
Bus Beban kV % kV THDV
(%)
Standar
IEEE
(%)
Kondisi
SP-BUS-41006 10,5 99,90 7,32 5 Exceeds
Limit
SP-BUS-51001 10,5 99,86 7,34 5 Exceeds
Limit
SP-BUS-51002 10,5 99,78 7,38 5 Exceeds
Limit
SP-BUS-51003 10,5 99,79 7,37 5 Exceeds
Limit
SP-BUS-51004 10,5 99,85 7,35 5 Exceeds
Limit
SP-BUS-51005 10,5 99,87 7,34 5 Exceeds
Limit
SP-BUS-52001 10,5 99,85 7,41 5 Exceeds
Limit
SP-BUS-52002 10,5 99,85 7,42 5 Exceeds
Limit
SP-BUS-53001 10,5 99,99 7,32 5 Exceeds
Limit
SP-BUS-53002 10,5 99,94 7,32 5 Exceeds
Limit
SP-BUS-54001 10,5 99,94 7,30 5 Exceeds
Limit
SP-BUS-54002 10,5 99,94 7,30 5 Exceeds
Limit
SP-BUS-54003 10,5 99,93 7,35 5 Exceeds
Limit
SP-BUS-56001 10,5 99,88 7,29 5 Exceeds
Limit
SP-BUS-56002 10,5 99,89 7,24 5 Exceeds
Limit
CPKO PLANT 0,4 99,90 7,09 5 Exceeds
Limit
AIR COMP-
UTILITY 0,4 99,86 6,89 5
Exceeds
Limit
FRACT-PLANT 0,4 99,78 12,53 5 Exceeds
Limit
REFINERY-
PLANT 0,4 99,79 10,94 5
Exceeds
Limit
TF-NKB 0,4 99,82 7,21 5 Exceeds
Limit
TF-KB 0,4 99,82 6,94 5 Exceeds
Limit
SNB-PLANT 0,4 98,69 10,05 5 Exceeds
Limit
WTR-
RESERVOIR 0,4 99,53 7,07 5
Exceeds
Limit
BD 01 0,4 99,48 9,67 5 Exceeds
Limit
BD 02 0,4 99,28 10,73 5 Exceeds
Limit
ME FRACT 0,4 99,70 10,04 5 Exceeds
Limit
PF 90%
Utility 01
PF 79,8%
Utility 03
5 | P r o c e e d i n g T u g a s A k h i r J u r u s a n T e k n i k E l e k t r o F T I - I T S
Bus Beban kV % kV THDV
(%)
Standar
IEEE
(%)
Kondisi
FA-01 PLANT 0,4 99,18 10,21 5 Exceeds
Limit
OLEO-TF 0,4 99,94 12,37 5 Exceeds
Limit
H2 GAS PLANT 0,4 99,39 7,25 5 Exceeds
Limit
PK-CRUSHING
01 0,4 99,88 10,38 5
Exceeds
Limit
PK-CRUSHING
02 0,4 99,89 10,27 5
Exceeds
Limit
NPK-01 PLANT 0,4 99,72 9,55 5 Exceeds
Limit
JETTY 0,4 99,78 7,08 5 Exceeds
Limit
CEN-BOILER
UTILITY 0,4 99,23 13,29 5
Exceeds
Limit
RO/ETP 0,4 99,06 7,1 5 Exceeds
Limit
Dari hasil simulasi diketahui bahwa seluruh bus di sistem
kelistrikan PT. Wilmar Gresik nilai harmonisa tegangannya
masih melebihi standar IEEE Std. 519-1992 dimana rata-
rata total distorsi harmonisa tegangannya di atas 8,47 %.
Untuk mengetahui orde dominan distorsi harmonisa
tegangan sistem, maka dilihat melalui spektrum harmonisa
tegangan pada bus SP-BUS-41000 dan CEN-BOILER
UTILITY sebagai contoh. Dapat dilihat bahwa orde
harmonisa dominan adalah orde 5 dan 7.
(a) (b)
Gambar 8. Spektrum harmonisa tegangan SP-BUS-41000 (a) dan spectrum
harmonisa tegangan bus CEN-BOILER UTILITY (b)
C. Resonansi Sistem Kondisi Existing
Kapasitor bank yang terpasang di sistem kelistrikan PT.
Wilmar Gresik turut memberikan kontribusi harmonisa
sehingga fungsi untuk memperbaiki faktor daya sistem
menjadi kurang efektif. Kapasitor bank menyebabkan
timbulnya resonansi paralel. Hal ini berdampak pada
penguatan distorsi harmonisa khususnya harmonisa
tegangan akibat impedansi lokal yang tinggi.
(a) (b)
Gambar 9. Karakteristik impedansi bus SP-BUS-41000 (a) dan bus SP-
BUS-42000 (b)
Desain perhitungan filter harmonisa nantinya harus
menghindari frekuensi-frekuensi potensi resonansi paralel.
D. Harmonisa Arus Sistem Kondisi Existing
Terdapat tujuh beban yang memiliki distorsi harmonisa
arus kondisi existing melebihi standar IEEE 519-1992.
TABEL 6
DISTORSI HARMONISA ARUS SISTEM SAAT KONDISI EXISTING
Bus Beban Beban TDDI (%)
Standar
IEEE
(%)
Orde
Dominan
SP-BUS-
51002 REFINERY 13,31 8 5, 11, dan 13
SP-BUS-
53001 FA-01 9,19 8 5, 7, dan 11
SP-BUS-
53002
H2-GAS
PLANT 23,56 12 5, 7, dan 11
OLEO TF 16,48 12 5, 7, dan 11
SP-BUS-
54003
BOILER
UTILITY 16,75 12 5, 7, dan 11
SP-BUS-
56001
PK-CRUSH
01 18,75 8 5, 7, dan 11
PK-CRUSH
02 17,10 8 5, 7, dan 11
Tingginya distorsi harmonisa arus pada beban H2-GAS
PLANT disebabkan oleh operasi underload dibandingkan
beban Oleo TF pada bus SP-BUS-53002 sehingga arus
harmonisa yang tinggi mengalir menuju impedansi
Hydrochem yang kecil. Selain itu, Beban PK-CRUSH juga
mengalami distorsi harmonisa arus yang tinggi.
E. Aliran Daya Pada Penambahan Beban Baru
Simulasi aliran daya di sistem kelistrikan PT. Wilmar Gresik
dilakukan untuk mengetahui aliran daya pada saat kondisi
operasi maksimum.
TABEL 7
ALIRAN DAYA PADA PENAMBAHAN BEBAN BARU
Bus Beban kV kW kVAR kVA PF (%)
WS-02 10,5 332 184 380 87,5
COMPRESSOR 0,4 94 62 113 83,4
FAL-01 PLANT 0,4 1065 764 1311 81,2
BIOREFINERY 0,4 1183 692 1371 86,3
FUTURE PK-
CRUSH 0,4 1986 1097 2269 87,5
FUTURE SOYA
BEAN 0,4 1517 1020 1828 83
FUTURE FLOUR
MILL 0,4 1728 1057 2026 85,3
ELECTROLYZER 1 0,4 1822 1330 2256 80,8
ELECTROLYZER 2 0,4 1822 1330 2256 80,8
ELECTROLYZER 3 0,4 1822 1330 2256 80,8
FA 02/03 0,4 1534 600 1647 93,1
MES 0,4 508 327 604 84.1
NPK 02 PLANT 0,4 256 457 524 48,8
CPC 02 PLANT 0,4 86 41 95,273 90,2
PK-CRUSH 03 0,4 678 690 967 70,1
F. Perbandingan Harmonisa Sebelum Dan Sesudah
Penambahan Beban Baru
Terdapat perbedaan tingkat distorsi harmonisa antara
kondisi existing dan kondisi setelah penambahan beban .
6 | P r o c e e d i n g T u g a s A k h i r J u r u s a n T e k n i k E l e k t r o F T I - I T S
TABEL 8
PERBANDINGAN DISTORSI HARMONISA ARUS KONDISI
EXISTING DAN SESUDAH PENAMBAHAN BEBAN
Beban
TDDI (%)
Kondisi
Existing
Kondisi
Setelah
Penambahan
Beban
Status
REFINERY 13,31 14,04 Increase
TF-KB 6,47 8,23 Increase
FA-01 9,19 8,55 Decrease
H2 GAS PLANT 23,56 22,69 Decrease
OLEO TF 16,48 15,82 Decrease
CEN.BOILER
UTILITY 16,75 16,21 Decrease
PK-CRUSH 01 18,75 22,45 Increase
PK-CRUSH 02 17,10 22,47 Increase
TABEL 9
PERBANDINGAN DISTORSI HARMONISA TEGANGAN KONDISI
EXISTING DAN SESUDAH PENAMBAHAN BEBAN
Beban
THDV (%)
Kondisi
Existing
Kondisi Setelah
Penambahan
Beban
Status
REFINERY 10,94 13,09 Increase
TF-KB 6,94 8,87 Increase
FA-01 10,21 11,98 Increase
H2 GAS PLANT 7,25 9,92 Increase
OLEO TF 12,37 14,70 Increase
CEN.BOILER
UTILITY 13,29 15,36 Increase
PK-CRUSH 01 10,38 13,27 Increase
PK-CRUSH 02 10,27 13,16 Increase
G. Perhitungan Filter Harmonisa
Filter harmonisa yang direncanakan dipasang untuk
meredam distorsi harmonisa PT. Wilmar Gresik adalah filter
pasif dan menggunakan metode peredaman individual. Filter
direncanakan dipasang pada dua bus bertegangan 0,4 kV.
Filter pasif akan dipasang pada bus Refinery-Plant, BD 01,
BD 02, Fractionary , CEN-BOILER UTILITY , ME FRACT,
OLEO TF, SNB PLANT, FA-01 PLANT, FA-02/03 PLANT,
FAL-01 PLANT, Biorefinery, dan FUTURE PK-CRUSH.
TABEL 10
JENIS DAN NILAI KOMPONEN PERENCANAAN FILTER
Bus Jenis
Filter
kVAR
(3 fasa)
Q
factor
Komponen Filter
(3 fasa)
C (μF) L (μH) R (Ω)
REFINER
Y-PLANT ST 5th 479 40 9529 43,571 0,0003
BD 01 ST 5th 118 40 2348 176,8 0,001
BD 02 ST 5th 36 30 716,2 5,797 0,006
ST 7th 23 30 457,6 459,7 0,009
FRACTIO
NARY ST 5th 152 40 3024 137,2 0,001
ST 7th 200 30 3979 52,76 0,001
Bus Jenis
Filter
kVAR
(3 fasa)
Q
factor
Komponen Filter
(3 fasa)
C (μF) L (μH) R (Ω)
CEN-
BOILER
UTILITY ST 5th 38,49 40 765,7 542,2 0,004
ST 7th 85,151 40 1694 124 0,004
ME
FRACT ST 5th 28 30 557,9 744,2 0,0076
OLEO TF ST 5th 53 45 1054 393,9 0,0026
SNB
PLANT ST 5th 133 40 2646 156,19 0,001
FA-01
PLANT ST 5th 868 40 17268 24 0,0005
FA-02/03
PLANT ST 5th 480 40 9558 43,4 0,0005
FAL-01
PLANT ST 5th 420 40 8360 4,966 10−5 0,0003
BIOREFIN
ERY ST 5th 314 40 6247 66,642 0,0005
FUTURE
PK-
CRUSH ST 5th 474 40 9430 440 0,0003
H. Aliran Daya Setelah Pemasangan Filter Harmonisa
Dari hasil simulasi aliran daya diperoleh kenaikan faktor
daya pembangkit STG 2 dari 84,7 % menjadi 98,6 %. Faktor
daya bus SP-BUS-41000 ditingkatkan dari 86,7% menjadi
98,5% dan SP-BUS-42000 ditingkatkan dari 90,6% menjadi
98,8%.
I. Perbandingan Harmonisa Tegangan Sebelum dan
Setelah Pemasangan Filter Harmonisa
Hasil simulasi menunjukkan bahwa harmonisa tegangan
keseluruhan sistem dapat diredam secara signifikan.
TABEL 11
PERBANDINGAN HARMONISA TEGANGAN BUS BEBAN
SEBELUM DAN SETELAH PEMASANGAN FILTER HARMONISA
Bus Beban
THDV (%)
Kondisi Setelah
Penambahan Beban
Setelah Pemasangan
Filter
SP-BUS-41006 9,49 3,49
SP-BUS-51001 9,52 3,48
SP-BUS-51002 9,55 3,46
SP-BUS-51003 9,55 3,46
SP-BUS-51004 9,53 3,47
SP-BUS-51005 9,52 3,47
SP-BUS-52001 9,59 3,47
SP-BUS-52002 9,60 3,48
SP-BUS-53001 9,56 3,45
SP-BUS-53002 9,80 3,81
SP-BUS-54003 9,55 3,49
SP-BUS-56001 9,40 3,40
SP-BUS-56002 9,21 3,38
CPKO PLANT 9,11 3,04
AIR COMP-UTILITY 8,82 2,79
FRACT-PLANT 14,54 3,23
7 | P r o c e e d i n g T u g a s A k h i r J u r u s a n T e k n i k E l e k t r o F T I - I T S
Bus Beban
THDV (%)
Kondisi Setelah
Penambahan Beban
Setelah
Pemasangan Filter
REFINERY-PLANT 13,09 1,97
TF-NKB 9,34 3,28
TF-KB 8,87 2,79
SNB-PLANT 11,79 4,55
WTR-RESERVOIR 9,08 2,98
BD 01 11,75 2,97
BD 02 12,82 3,59
ME FRACT 12,34 4,87
FA-01 PLANT 11,98 2,05
OLEO-TF 14,70 4,86
H2 GAS PLANT 9,92 4,82
PK-CRUSHING 01 13,27 2,85
PK-CRUSHING 02 13,16 2,93
PK-CRUSHING 03 13,16 2,93
NPK-01 PLANT 12,09 2,95
JETTY 8,95 3,06
CEN-BOILER
UTILITY 15,36 3,49
RO/ETP 9,17 3,10
FAL 01 PLANT 12,09 1,75
BIOREFINERY 10,28 1,34
FUTURE PK
CRUSH 10,84 1,93
FUTURE SOYA
BEAN 8,70 2,80
FUTURE FLOUR
MILL 9,73 4,65
ELECTROLYZER 1 26,42 21,56
ELECTROLYZER 2 26,42 21,56
ELECTROLYZER 3 26,42 21,56
FA-02/03 15,13 3,60
MES 8,68 2,79
NPK 02 PLANT 12,09 3,09
CPC 02 PLANT 9,13 3,14
J. Perbandingan Harmonisa Arus Sebelum dan Setelah
Pemasangan Filter Harmonisa
Terjadi kenaikan harmonisa arus pada tujuh unit beban
dan hal ini wajar terjadi menggunakan metode peredaman
grup pada level medium voltage. Dari hasil simulasi, beban
Electrolyzer menunjukkan fenomena tidak terpengaruh
dengan adanya pemasangan filter sehingga distorsi
harmonisa arus Electrolyzer masih tetap tinggi. Namun,
filter harmonisa ini berhasil mengamankan sistem dari
harmonisa tegangan yaitu level THDV dalam batas aman
standar IEEE 519-1992 dan peralatan dapat bekerja sesuai
dengan rating tegangannya.
TABEL 12
PERBANDINGAN TINGKAT DISTORSI HARMONISA ARUS
SEBELUM DAN SESUDAH PEMASANGAN FILTER HARMONISA
Beban
TDDI (%)
Kondisi
Harmonisa
Kondisi
Setelah
Penambahan
Beban
Setelah
Pemasangan
Filter
CPKO 5,56 1,84 Decrease
AIR COMP 7,79 2,59 Decrease
FRACTIONARY 10,89 6,00 Decrease
REFINERY 14,04 9,19 Decrease
TF-KB 8,23 2,60 Decrease
CPC-01 7,40 2,60 Decrease
CPC-02 7,91 2,41 Decrease
SNB 6,96 11,09 Increase
TF-KB 8,23 2,60 Decrease
CPC-01 7,40 2,60 Decrease
CPC-02 7,91 2,41 Decrease
SNB 6,96 11,09 Increase
WTR_RESERVOIR 7,77 2,56 Decrease
BD 01 6,38 10,31 Increase
BD 02 7,58 7,42 Decrease
ME Fract 6,38 4,87 Decrease
FA-01 8,55 6,19 Decrease
FA-02/03 8,13 4,37 Decrease
OLEO TF 15,82 7,62 Decrease
H2-GAS PLANT 22,69 25,00 Increase
ELECTROLYZER
1 30,57 30,64 Increase
ELECTROLYZER
2 30,57 30,64 Increase
ELECTROLYZER
3 30,57 30,64 Increase
TF-NKB 3,62 1,20 Decrease
RO/ETP LUMP 7,51 2,54 Decrease
CEN.BOILER
UTILITY 16,21 6,46 Decrease
MES 6,77 2,08 Decrease
PK-CRUSH 01 22,45 2,04 Decrease
PK-CRUSH 02 22,47
1,95 Decrease
PK-CRUSH 03 22,47 1,95 Decrease
NPK 01 PLANT 10,81
1,31 Decrease
NPK 02 PLANT 10,81 1,31 Decrease
JETTY 7,25 2,47 Decrease
FAL-01 PLANT 9,01 7,18 Decrease
BIOREFINERY 5,46 9,83 Increase
FUTURE PK-
CRUSH 9,31 5,96 Decrease
FUTURE FLOUR
MILL 2,51 5,90 Increase
FUTURE SOYA
BEAN 6,74 2,07 Decrease
8 | P r o c e e d i n g T u g a s A k h i r J u r u s a n T e k n i k E l e k t r o F T I - I T S
K. Penggunaan Filter Harmonisa Tegangan Menengah Dari
Referensi Tugas Akhir Sebelumnya Sebagai Pertimbangan
Untuk Lebih Menekan Tingkat Distorsi Harmonisa
Setelah pemasangan filter pada bus tegangan rendah yang
ditentukan, terjadi penurunan tingkat distorsi harmonisa
tegangan pada sistem kelistrikan PT.Wilmar. Namun, untuk
bus ME FRACT, SNB PLANT, OLEO TF, H2 GAS PLANT,
dan FUTURE FLOUR MILL tingkat distorsi harmonisa
tegangannya masih tinggi dan hampir mendekati 5 %.
Mempertimbangkan hal tersebut maka dilakukan
pemasangan filter pasif tegangan menengah yang telah
dirancang oleh Ersalina W pada tugas akhir sebelumnya.
Filter dipasang pada bus tegangan menengah 10,5 KV SP-
BUS-41000 dan SP-BUS-42000 dengan menggunakan hubungan bintang (wye-connection) solid grounded.
TABEL 13
PERBANDINGAN TINGKAT DISTORSI HARMONISA TEGANGAN
SEBELUM DAN SESUDAH PEMASANGAN FILTER HARMONISA
TEGANGAN MENENGAH
Bus Beban
THDV (%)
Sebelum
Pemasangan Filter
MV
Setelah Pemasangan
Filter MV
SP-BUS-41006 3,49 2,02
SP-BUS-51001 3,48 2,02
SP-BUS-51002 3,46 2,01
SP-BUS-51003 3,46 2,01
SP-BUS-51004 3,47 2,01
SP-BUS-51005 3,47 2,01
SP-BUS-52001 3,47 2,04
SP-BUS-52002 3,48 2,04
SP-BUS-53001 3,45 1,99
SP-BUS-53002 3,81 2,31
SP-BUS-54003 3,49 2,02
SP-BUS-56001 3,40 1,97
SP-BUS-56002 3,38 1,96
CPKO PLANT 3,04 1,67
AIR COMP-UTILITY 2,79 1,47
FRACT-PLANT 3,23 2,94
REFINERY-PLANT 1,97 1,67
TF-NKB 3,28 1,86
TF-KB 2,79 1,53
SNB-PLANT 4,55 3,88
WTR-RESERVOIR 2,98 1,63
BD 01 2,97 2,27
BD 02 3,59 2,92
ME FRACT 4,87 4,09
FA-01 PLANT 2,05 1,99
OLEO-TF 4,86 4,09
H2 GAS PLANT 4,82 3,83
PK-CRUSHING 01 2,85 1,53
PK-CRUSHING 02 2,93 1,60
PK-CRUSHING 03 2,93 1,60
NPK-01 PLANT 2,95 1,61
JETTY 3,06 1,71
Bus Beban
THDV (%)
Sebelum
Pemasangan Filter
MV
Setelah Pemasangan
Filter MV
CEN-BOILER UTILITY 3,49 3,05
RO/ETP 3,10 1,72
FAL 01 PLANT 1,71 1,41
BIOREFINERY 2,71 2,25
FUTURE PK CRUSH 1,92 1,81
FUTURE SOYA BEAN 2,67 1,39
FUTURE FLOUR MILL 4,51 3,51
ELECTROLYZER 1 21,46 19,85
ELECTROLYZER 2 21,46 19,85
ELECTROLYZER 3 21,46 19,85
FA-02/03 3,68 3,56
MES 2,66 1,38
NPK 02 PLANT 2,95 1,61
CPC 02 PLANT 3,00 1,64
TABEL 14
PERBANDINGAN TINGKAT DISTORSI HARMONISA ARUS
SEBELUM DAN SESUDAH PEMASANGAN FILTER HARMONISA
TEGANGAN MENENGAH
Beban
TDDI (%)
Kondisi
Harmonisa Sebelum
Pemasangan
Filter MV
Setelah
Pemasangan
Filter MV
CPKO 1,84 1,00 Decrease
AIR COMP 2,59 1,31 Decrease
FRACTIONARY 6,00 2,63 Decrease
REFINERY 9,19 3,35 Decrease
TF-KB 2,60 1,38 Decrease
CPC-01 2,60 1,32 Decrease
CPC-02 2,41 1,43 Decrease
SNB 11,09 7,06 Decrease
WTR_RESERVOIR 2,56 1,39 Decrease
BD 01 10,31 4,94 Decrease
BD 02 7,42 3,93 Decrease
ME Fract 4,87 3,23 Decrease
FA-01 6,19 3,38 Decrease
FA-02/03 4,37 2,85 Decrease
OLEO TF 7,62 5,83 Decrease
H2-GAS PLANT 25,00 25,53 Increase
ELECTROLYZER
1 30,64 30,65 Increase
ELECTROLYZER
2 30,64 30,65 Increase
ELECTROLYZER
3 30,64 30,65 Increase
TF-NKB 1,20 1,86 Decrease
RO/ETP LUMP 2,54 1,40 Decrease
CEN.BOILER
UTILITY 6,46 3,71 Decrease
MES 2,08 1,08 Decrease
PK-CRUSH 01 2,04 1,20 Decrease
9 | P r o c e e d i n g T u g a s A k h i r J u r u s a n T e k n i k E l e k t r o F T I - I T S
Beban
TDDI (%)
Kondisi
Harmonisa Sebelum
Pemasangan
Filter MV
Setelah
Pemasangan
Filter MV
PK-CRUSH 02 1,95 1,06 Decrease
PK-CRUSH 03 1,95 1,06 Decrease
NPK 01 PLANT
1,31
0,7 Decrease
NPK 02 PLANT 1,31 0,7 Decrease
JETTY 2,47 1,37 Decrease
FAL-01 PLANT 7,18 3,03 Decrease
BIOREFINERY 9,83 6,38 Decrease
FUTURE PK-
CRUSH 5,96 3,42 Decrease
FUTURE FLOUR
MILL 5,90 6,74 Increase
FUTURE SOYA
BEAN 2,07 1,08 Decrease
Terjadi penurunan tingkat distorsi harmonisa arus kecuali 5
beban yaitu beban H2-GAS PLANT, ELECTROLYZER 1,
ELECTROLYZER 2, ELECTROLYZER 3 dan FUTURE
FLOUR MILL menunjukkan kenaikan yang tidak terlalu
tinggi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada kondisi existing, kapasitor bank yang dipergunakan
untuk koreksi faktor daya menyebabkan fenomena resonansi
paralel yang memperbesar total distorsi harmonisa sistem
(harmonic amplification). Pemasangan tiga unit beban
Electrolyzer merupakan penyebab tingginya THD arus dan
tegangan. Untuk mengoptimalkan faktor daya dan meredam distorsi harmonisa serta meminimalkan potensi resonansi
sistem, maka perlu direncanakan filter pasif yang dipasang
pada level tegangan rendah. Bus yang dipilih sebagai lokasi
pemasangan filter harmonisa adalah bus Refinery Plant, BD
01, BD 02, Fractionary , Central Boiler Utility , ME Fract,
OLEO TF, SNB Plant, FA-01 Plant, FA-02/03 Plant, FAL-
01 Plant, Biorefinery, dan Future PK-CRUSH.
Hasil simulasi dan analisis pemasangan filter pasif dengan
metode group sebagai upaya optimalisasi kualitas daya pada
sistem kelistrikan PT. Wilmar Gresik didapat sebagai
berikut:
1. Single Tuned Filter orde 5 dipasang pada bus
Refinery Plant, BD 01, BD 02, Fractionary ,
Central Boiler Utility , ME Fract, OLEO TF, SNB
Plant, FA-01 Plant, FA-02/03 Plant, FAL-01 Plant,
Biorefinery, dan Future PK-CRUSH untuk
meredam harmonisa orde 5 dan Single Tuned Filter
orde 7 dipasang pada bus Fractionary, BD 02,
Central Boiler Utility, dan ME Fract.
2. Harmonisa tegangan untuk keseluruhan sistem
berhasil diturunkan. Namun masih terdapat lima unit beban yang harmonisa tegangannya cukup
besar dan mendekati 5 % yaitu ME FRACT, SNB
Plant, OLEO TF, H2 Gas Plant, dan Future Flour
Mill. Sehingga sebagai referensi dipergunakan
filter pasif hasil perancangan dari Ersa W.M, S.T
yang dipasang Filter dipasang pada bus tegangan
menengah 10,5 kV.
3. Terdapat delapan unit beban yang mengalami
kenaikan total distorsi harmonisa arus termasuk
tiga unit beban Electrolyzer sedangkan dua puluh
dua unit beban lainnya berhasil diturunkan secara
signifikan.
B. Saran
1. Distorsi harmonisa arus pada beban Electrolyzer
terbukti cukup efektif diredam menggunakan filter
pasif yang dipasang pada level tegangan rendah
dengan metode peredaman individual. Namun
masih terdapat lima unit beban yang harmonisa tegangannya cukup besar dan mendekati 5 %.
Sebagai tindak lanjut upaya peredaman harmonisa
maka dapat diuji menggunakan filter pasif yang
dipasang dengan gabungan antara metode
peredaman individual dan group.
2. Seiring dengan penambahan beban serta
penambahan kapasitas daya, diperlukan pula studi
lebih lanjut mengenai permasalahan kualitas daya
(power quality) seperti kompensasi daya reaktif
dan peredamanan distorsi harmonisa untuk
mengamankan peralatan tenaga listrik pada pabrik serta memperpanjang umur dari peralatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Kusko, Alexander, Marc T.Thompson. “Power Quality in Electrical
Systems”. McGraw-Hill Companies, Inc. 2007.
[2] Werda Mukti, Ersalina. “Analisis Pemasangan Electrolyzer dan
Perencanaan Filter Harmonisa Pada Sistem Kelistrikan PT. Wilmar
Gresik Untuk Meredam Tingkat Distorsi Harmonisa”. Tugas Akhir.
ITS. 2011.
[3] Pujiantara, Margo., “Penyempurnaan Desain Filter Harmonisa
Menggunakan Kapasitor Eksisting Pada Pabrik Soda Kaustik Di
Serang-Banten”, JAVA Journal of Electronics Engineering, Vol.1,
no.2, pp. 18-19, 2003.
[4] Rizkytama, Ardian. “Perencanaan High Pass dan Single Tuned
Sebagai Filter Harmonisa Pada Sistem Kelistrikan Tabang Coal
Uograding Plant (TCUP) Kalimantan Timur”. Tugas Akhir. ITS.
2009.
RIWAYAT HIDUP
Arko Setiyo Prabowo, lahir di Surabaya
pada 18 November 1989. Penulis merupakan
putra pertama dari Bapak Djoko DNS dan
Ibu Suciarti. Penulis menempuh pendidikan di SD Negeri Kebonsari II Surabaya, SLTP
Negeri 12 Surabaya, SMA Negeri 15
Surabaya, dan melanjutkan pendidikan ke
jenjang sarjana dengan mengambil bidang
studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS
Surabaya. Penulis juga aktif menjadi fungsionaris Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri ITS
periode 2009/2010. Penulis pernah menjadi seorang staff
magang bagian operation training pembuatan modul elektrik
peralatan pembuat rokok pada PT.HM SAMPOERNA, Tbk.