perencaan pondasi pancang

download perencaan pondasi pancang

of 58

description

pondasi pancang

Transcript of perencaan pondasi pancang

  • 61

    BAB 5

    MASALAH KHUSUS

    KOMPARASI DAYA DUKUNG TIANG PANCANG

    BENTUK PERSEGI DAN BULAT PENUH

    5.1 PENDAHULUAN

    Pekerjaan pondasi (struktur bawah) merupakan perkerjaan yang pertama

    kali dilaksanakan dalam suatu konstruksi sebelum pengerjaan struktur atas.

    Pondasi memiliki peran yang sangat besar dalam suatu konstruksi. Secara umum

    pondasi berfungsi sebagai bagian dari suatu struktur bangunan yang berfungsi

    untuk meneruskan beban yang berasal dari berat bangunan itu sendiri dan beban

    luar yang bekerja pada bangunan ke sekitar tanah yang ada disekitarnya.

    Pondasi secara umum dapat dibagi dalam dua jenis yaitu pondasi dangkal

    dan pondasi dalam. Pemilihan jenis pondasi sangat bergantung kepada jenis dari

    struktur atas, apakah termasuk konstruksi beban ringan atau beban berat dan juga

    bergantung terhadap jenis tanahnya. Pondasi dangkal pada umumnya digunakan

    untuk konstruksi dengan beban ringan dengan kondisi lapisan permukaan tanah

    cukup baik dan begitu juga sebaliknya.

    Laporan kerja praktek ini penulis konsentrasikan pada permasalahan

    pondasi dalam, yaitu pondasi tiang pancang jenis beton pracetak, berhubung

    dalam proyek pembangunan Gedung Kampus D Universitas Gunadarma pondasi

    yang digunakan adalah pondasi tiang pancang jenis beton pracetak.

  • 62

    5.2 PENGENALAN PONDASI TIANG PANCANG

    Pondasi tiang pancang adalah batang yang relative panjang dan langsing

    yang digunakan untuk menyalurkan beban struktur melewati lapisan tanah dengan

    daya dukung rendah ke lapisan tanah keras yang memiliki daya dukung lebih

    tinggi dibanding pondasi dangkal.Pondasi tiang digunakan untuk mendukung

    bangunan bila lapisan tanah kuat terletak sangat dalam, dan mendukung bangunan

    untukmenahan gaya angkat ke atas, terutama pada bangunan tingkat tinggi yang

    dipengaruhi gaya guling akibat angin.

    Pondasi tiang pancang digunakan untuk beberapa maksud, antara lain:

    a. Untuk meneruskan beban bangunan yang terletak di atas air atau tanah

    lunak, ke tanah pendukung yang kuat.

    b. Untuk menahan gaya angkat bangunan akibat tekanan hidrostatis atau

    momen penggulingan.

    c. Untuk memadatkan tanah pasir, sehingga kapasitas dukung tanah

    bertambah.

    d. Untuk mendukung pondasi bangunan yang permukaan tanahnya mudah

    tergerus air.

    Daya dukung tiang pancang diperoleh dari daya dukung ujung (end

    bearing capacity) yang diperoleh dari tekanan ujung tiang dan daya dukung geser

    (friction bearing capacity) yang diperoleh dari daya dukung gesek atau gaya

    adhesi antara tiang pancang dan tanah di sekelilingnya.

  • 63

    Secara umum tiang pancang dapat diklasifikasikan antara lain:

    a. Berdasarkan cara pemindahan beban tiang :

    1. Point Bearing Pile

    Tiang dengan tahanan ujung. Jenis tiang ini meneruskan beban melalui

    tahanan ujung ke lapisan tanah keras.

    2. Friction Pile

    Tiang dengan tahanan kulit. Jenis tiang ini meneruskan beban ke tanah

    melalui geseran kulit (skin friction)

    b. Berdasarkan segi bahan yang digunakan :

    1. Tiang pancang kayu

    2. Tiang pancang beton

    1) Precast reinforced concrete pile

    Penampangnya dapat berupa :

    - Lingkaran - Segitiga

    - Segi empat - Segi delapan

    2) Precast Prestressed concrete pile

    3. Tiang pancang baja

    c. Berdasarkan dari segi teknik pemancangan dapat dilakukan dengan palu

    jatuh (drop hammer), diesel hammer, dan hydraulic hammer.

    Pada lokasi proyek yang dilakukan penulis digunakan tiang pancang tipe

    beton precast dengan bentuk persegi berdimensi 50x50 cm, oleh karena itu penulis

    akan membahas jenis tiang pancang beton precast.

  • 64

    5.2.1 Tiang Pancang Beton Pracetak

    Tiang pancang beton pracetak adalah tiang pancang dari beton bertulang

    yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup

    kuat lalu diangkat dan dipancangkan. Tegangan tarik pada beton pracetak yang

    cukup kecil, sedangkan berast sendiri beton besar, maka tiang pancang beton ini

    haruslah diberi penulangan untuk menahan momen lentur yang timbul saat

    pengangkatan dan pemancangan.

    5.2.1.1 Keuntungan Pemakaian Tiang Pancang Beton Pracetak

    1. Tiang pancang beton dapat memiliki tegangan tekan yang besar, ini

    bergantung pada mutu beton yang digunakan.

    2. Tiang pancang jenis ini dmapat diperhitungkan baik sebagai end bearing

    pile maupun sebagai friction pile.

    3. Tiang pancang beton dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama, serta

    tahan terhadap pengaruh air maupun bahan-bahan yang bersifat korosif

    dengan syarat memiliki decking beton yang cukup tebal.

    4. Bahan tiang dapat diperiksa sebelum pemancangan.

    5. Prosedur pemancangan tidak dipengaruhi oleh air tanah.

    6. Pemancangan tiang dapat menambah kepadatan tanah granuler.

  • 65

    5.2.1.2 Kerugian Pemakaian Tiang Pancang Beton Pracetak

    1. Tiang pancang beton memiliki berat sendiri yang besar maka

    membutuhkan biaya transportasi yang cukup mahal, namun hal tersebut

    dapat ditanggulangi dengan membuat tiang pancang precast di tempat

    pekerjaan.

    2. Proses pemotongan akan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.

    3. Penggembungan permukaan tanah dan gangguan tanah akibat

    pemancangan dapat menimbulkan masalah.

    4. Pemancangan seringkali menimbulkan deformasi tanah yang berdampak

    pada bangunan di sekitara area pancang.

    Berikut adalah nilai beban maksimum tiang beton pracetak pada umunya,

    yang ditinjau dari segi kekuatan bahan tiangnya.

    Tabel 5.1 Nilai Beban Maksimum Tiang Beton Pracetak

    Diameter tiang (cm) Beban tiang maksimum (kN)

    30

    35

    40

    45

    50

    60

    300-700

    350-850

    450-1200

    500-1400

    700-1750

    800-2500

    Sumber : Hary Christady Hardiyatmo, 2010

  • 66

    5.2.1.3 Metode Penyelidikan Tanah

    Tiang pancang berinteraksi dengan tanah untuk menghasilkan daya

    dukung yang mampu memikul dan memberikan keamanan pada struktur atas.

    Untuk menghasilkan daya dukung yang akurat maka diperlukan suatu

    penyelidikan yang akurat juga. Ada dua metode yang biasa digunakan dalam

    penentuan kapasitas daya dukung tiang pancang yaitu dengan menggunakan

    metode statis dan metode dinamis. Penyedikan tanah dengan metode statis adalah

    penyelidikan sondir dan standart penetrasi test (SPT).

    Penyelidikan sondir bertujuan untuk mengetahui perlawanan penetrasi

    konus dan hambatan lekat tanah yang merupakan indikasi dari kekuatan daya

    dukung tanah dengan menggunakan rumus empiris.

    Penyelidikan standart penetrasi test (SPT) bertujuan untuk mendapatkan

    gambaran lapisan tanah berdasarkan jenis dan warna tanah melalui pengamatan

    secara visual, sifat-sifat tanah, karakteristik tanah yang dapat digunakan untuk

    menghitung daya dukung tanah.

    Adapun masalah khusus laporan kerja praktek ini adalah untuk

    menentukan daya dukung tanah berdasarkan penyeledikan lapangan dari data

    sondir, SPT, dan hasil penyelidikan laboratorium dengan dua menggunakan dua

    macam bentuk tiang, yaitu persegi dan bulat penuh. Sehingga dari hasil yang

    diperoleh dapat digunakan untuk mendesain pondasi yang aman dan ekonomis.

  • 67

    5.2.2 Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang dari Hasil Sondir

    Kapasitas daya dukung ultimit ditentukan dengan persamaan sebagai

    berikut:

    sbbsbu AfAqQQQ ..............................................................(5.1)

    dimana :

    Qu = Kapasitas daya dukung ultimit tiang pancang.

    Qb = Kapasitas tahanan di ujung tiang.

    Qs = Kapasitas tahanan kulit.

    qb = Kapasitas daya dukung di ujung tiang persatuan luas.

    Ap = Luas di ujung tiang.

    f = Satuan tahanan kulit persatuan luas.

    As = Luas kulit tiang pancang.

    Perhitungan daya dukung tiang pancang dengan data sondir dapat

    diklasifikasikan atas beberapa metode diantaranya :

    a. Metode Aoki dan De Alencar

    Aoki dan Alencar mengusulkan untuk memperkirakan kapasitas dukung

    ultimit dari data sondir. Kapasitas dukung ujung persatuan luas (qb) diperoleh

    dengan cara sebagai berikut :

    b

    cap

    F

    (base)qq

    ..............................................................................................(5.2)

  • 68

    dimana :

    qca (base) = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D

    dibawah ujung tiang dan Fb adalah faktor empirik

    tahunan ujung tiang tergantung pada tipe tiang.

    Tahanan kulit persatuan luas (f) diprediksi sebagai berikut :

    s

    sc

    F

    (side)qF

    ....................................................................................(5.3)

    dimana :

    qc (side) = Perlawanan konus rata-rata pada masing-masing lapisan

    sepanjang tiang.

    Fs = Faktor empirik tahanan kulit yang tergantung pada tipe tiang.

    Fb = Faktor empirik tahanan ujung tiang yang tergantung pada tipe

    tiang.

    Faktor Fb dan Fs diberikan pada Tabel 5.2 dan nilai faktor empirik s

    diberikan pada tabel 5.3

    Tabel 5.2 Faktor Empirik Fb dan Fs

    Tipe Tiang Pancang Fb Fs

    Tiang Bor 3,5 7,0

    Baja 1,75 3,5

    Beton Pratekan 1,75 3,5

    Sumber : Titi & Fasakh, 1999

  • 69

    Tabel 5.3 Nilai Faktor Empirik untuk Tipe Tanah

    Tipe Tanah s (%) Tipe Tanah s (%) Tipe Tanah s (%)

    Pasir 1,4 Pasir berlanau 2,2

    Lempung

    berpasir

    2,4

    Pasir

    kelanauan

    2,0

    Pasir berlanau

    dengan lempung

    2,8

    Lempung

    berlanau dengan

    pasir

    2,8

    Pasir

    kelanauan

    dengan

    lempung

    2,4 Lanau 3,0

    Lempung

    berlanau dengan

    pasir

    3,0

    Pasir

    berlempung

    dengan lanau

    2,8

    Lanau

    berlempung

    dengan pasir

    3,0

    Lempung

    berlanau

    4,0

    Pasir

    berlempung

    3,0

    Lanau

    berlempung

    3,4 Lempung 6,0

    Sumber : Titi & Farsakh, 1999

    Pada umunya nilai s untuk pasir = 1,4 persen, nilai s untuk lanau = 3,0 persen

    dan nilai s untuk lempung = 6 persen.

  • 70

    b. Metode Meyerhof

    Meyerhof mengusulkan untuk memperkirakan kapasitas dukung ultimit

    dari data sondir. Kapasitas dukung ujung ultimite (Qu) diperoleh dengan cara

    sebagai berikut :

    K)(JHLAp)(qcQu .....................................................................(5.4)

    Sedangkan daya dukung izin pondasi dapat dihitung sebesar:

    5

    K)(JHL

    3

    Ap)(qcQu

    ....................................................................(5.5)

    dimana:

    qc = Tahanan ujung sondir

    Ap = Luas penampang tiang

    JHL = Jumlah hambatan lekat

    K = Keliling tiang

    3 dan 5 = Angka aman yang disarankan

  • 71

    5.2.3 Penyelidikan Lapangan dengan Standart Penetration Test (SPT)

    5.2.3.1 Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang pada Tanah Kohesif dan Non-

    Kohesif dengan Data SPT

    a. Daya dukung ujung tanah pada tanah non-kohesif

    ppbp ASPTN400A/DLSPTN40Q .......................(5.6)

    dimana:

    Qp = Tahanan ujung ultimate (kN)

    Ap = Luas penampang tiang pancang (m2)

    b. Tahanan geser selimut tiang pancang pada tanah non-kohesif

    LipSPTN2Qs .....................................................................(5.7)

    dimana:

    Li = Panjang lapisan tanah (m)

    p = Keliling tiang (m)

    c. Daya dukung ujung tiang pada tanah kohesif cu

    Untuk tiang pancang

    pup Ac9Q ...................................................................................(5.8)

    dimana :

    Ap = Luas penampang tiang (m2)

    Cu = Kohesi undrained (kN/m2)

    = N-SPT*2/3*10

  • 72

    d. Tahanan geser selimut tiang pada tanah kohesif cu

    LipcQ us ...............................................................................(5.9)

    dimana :

    = Koefisien adhesi antara tanah dan tiang

    Cu = Kohesi undrained (kN/m2)

    = N-SPT*2/3*10

    p = Keliling tiang (m)

    Li = Panjang lapisan tanah (m)

    5.2.4 Tiang Pancang Kelompok (Pile Group)

    Pada kondisi sebenarnya sangat jarang ditemui tiang pancang yang berdiri

    sendiri(single pile), tapi berada dalam belum kelompok (pile group).

    Untu menyatukan tiang tersebut dalam satu kelompok tiang maka diperlukan pile

    cap unutk mengikat. Dalam perhitungan pile cap dibuat kaku sempurna, sehingga:

    a. Bila beban-beban yang bekerja pada kelompok tiang menimbulkan

    penurunan, maka setelah penurunan bidang poer tetap merupakan bidang

    datar

    b. Gaya yang bekerja pada tiang berbanding lurus dengan penurunan tiang-tiang

  • 73

    5.2.4.1 Jarak Antara Tiang dalam Kelompok

    Biasanya jarak antara 2 tiang dalam kelompok disyaratkan minimum 0,60

    m dan maksimum 2,00 m. Ketentuan ini berdasarkan pada pertimbangan-

    pertimbangan sebagai berikut :

    a. Bila S < 2,5D pada pemancangan tiang akan menyebabkan:

    1) kemungkinan tanah disekitar kelompok tiang akan terlalu naik secara

    berlebihan karena terdesak oleh tiang-tiang yang terpancang terlalu

    berdekatan.

    2) Terangkatnya tiang-tiang yang dipancang terlalu berdekatan

    b. Bila S > 3D

    Penggunaan jarak pancang dengan S > 3D sangat tidak ekonomis, karena

    akan memperbesar ukuran/dimensi dari pile cap.

    Gambar 5.1 Syarat Jarak Tiang Kelompok Sumber : Dirjen Binamarga Departemen P.U.T.L

    S 2,5 D

    S 3 D

  • 74

    5.2.4.2 Kapasitas Kelompok dan Efesiensi Tiang Pancang

    Jika kelompok tiang dipancang dalam tanah lempung lunak, pasir tidak

    padat atau timbunan, dengan dasar tiang yang bertumpu pada lapisan kaku, maka

    kelompok tiang tersebut tidak mempunyai resiko akan mengalami keruntuhan

    geser umum, asalkan diberikan faktor aman yang cukup terhadap bahaya

    keruntuhan tiang tunggal.

    Pada kelompok tiang yang dasarnya bertumpu pada lapisan lempung

    lunak, faktor aman terhadap keruntuhan blok harus diperhitungkan, terutama

    untuk jarak tiang-tiang yang dekat. Pada tiang yang dipasang pada jarak yang

    besar, tanah diantara tiang-tiang bergerak sama sekali ketika tiang bergerak ke

    bawah oleh akibat beban yang bekerja, tetapi jika jarak antara tiang terlalu dekat,

    saat tiang turun oleh akibat beban, tanah diantara tiang juga ikut bergerak turun.

    Pada kondisi ini, kelompok tiang dapat dianggap sebagai satu tiang besar dengan

    lebar yang sama dengan kelompok tiang.

    Kapasitas ultimit kelompok tiang dengan memperlihatkan faktor efesiensi tiang

    dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

    QanEgQg ...................................................................................(5.10)

    dimana :

    Qg = Beban maksimum kelompok tiang yang mengakibatkan

    keruntuhan.

    Eg = Efesiensi kelompok tiang.

    n = Jumlah tiang dalam kelompok.

    Qa = Beban maksimum tiang tunggal.

  • 75

    Persamaan efesiensi tiang dengan metode Converse-Labare, sebagai berikut:

    n'm90

    n'1)(mm1)(n'1Eg

    .........................................................(5.11)

    dimana :

    Eg = Efesiensi kelompok tiang.

    m = Jumlah baris tiang.

    n = Jumlah tiang dalam satu baris.

    = Arc tg D/s, dalam derajat.

    5.2.5 Penurunan Tiang

    Dalam bidang teknik sipil ada dua hal yang perlu diperhatikan mengenai

    penurunan, yaitu:

    a. Besarnya penurunan yang terjadi

    b. Kecepatan penurunan

    Penurunan adalah gerakan dari suatu titik tertentu pada bangunan

    terhadap titik referensi yang tetap. Umumnya, penurunan yang tidak

    seragam lebih membahayakan bangunan dari pada penurunan totalnya.

    5.2.5.1 Perkiraan Penurunan Tiang Tunggal (Single Pile)

    Menurut Poulu dan Davis (1980) penurunan jangka panjang untuk pondasi

    tiang tunggal tidak perlu ditinjau karena penurunan akibat konsolidasi dari tanah

    relatif kecil. Hal ini disebabkan oleh karena tiang pondasi tiang direncanakan

    terhadap kuat dukung ujung dan kuat dukung friksinya atau jumlah keduanya

    (Hardiyatmo,2002).

  • 76

    a. Untuk tiang apung atau tiang friksi

    DEs

    IQS

    .............................................................................................(5.12)

    dimana :

    I = Io. Rk . Rh . R...............................................................................(5.13)

    b. Untuk daya dukung ujung

    DEs

    IQS

    .............................................................................................(5.14)

    dimana :

    I = Io. Rk . Rb . R..............................................................................(5.15)

    dimana :

    S = Penurunan untuk tiang tunggal

    Q = Beban yang bekerja

    Io = Faktor pengaruh penurunan untuk tiang yang tidak mudah

    mampat

    Rk = Faktor koreksi kemudah mampatan tiang

    Rh = Faktor koreksi untuk ketebal lapisan yang terletak pada tanah

    keras.

    R = Faktor koreksi angka Poisson

    Rb = Faktor koreksi untuk kekakuan lapisan pendukung

    h = Kedalaman total lapisan tanah dari ujung tiang ke muka tanah

    D = Diameter tiang

  • 77

    Gambar 5.2 Koreksi Kekakuan Lapisan Pendukung, Rb (Poulos dan Darvis, 1980) Sumber : Harry Cristady Hardiyatmo, 2010

  • 78

    Gambar 5.3 Koreksi Kedalaman, Rh (Poulos dan Darvis, 1980)

    Sumber : Harry Cristady Hardiyatmo, 2010

    Gambar 5.4 Koreksi Angka Poisson, R (Poulos dan Darvis, 1980)

    Sumber : Harry Cristady Hardiyatmo, 2010

  • 79

    Gambar 5.5 Faktor Penurunan Io (Poulos dan Darvis, 1980) Sumber : Harry Cristady Hardiyatmo, 2010

    Gambar 5.6 Koreksi Kompresi, Rk (Poulos dan Darvis, 1980) Sumber : Harry Cristady Hardiyatmo, 2010

  • 80

    K adalah suatu ukuran kompresibilitas relatif dari tiang dan tanah, dengan

    rumus:

    Es

    RaEpK

    ........................................................................................(5.16)

    dimana :

    (Persegi)s

    Apdan )(Lingkaran

    d4

    1

    ApRa

    22

    ..........................................(5.17)

    dimana :

    K = Faktor kekakuan tiang

    Ep = Modulus elastisitas dari bahan tiang

    Es = Modulus elastisitas tanah disekitar tiang.

    Eb = modulus elastisitas tanah didasar tiang

    Perkiraan angka Poisson () dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

    Tabel 5.4 Perkiraan Angka Poisson ()

    Macam Tanah

    Lempung jenuh

    Lempung tak jenuh

    Lempung berpasir

    Lanau

    Pasir padat

    Pasir kasar

    Pasir halus

    0,4-0,5

    0,1-0,3

    0,2-0,3

    0,3-0,35

    0,2-0,4

    0,15

    0,25

    Sumber : Hardiyatmo, 1996

  • 81

    Berbagai metode tersedia untuk menentukan nilai modulus elastisitas

    tanah (Es), antara lain dengan percobaan langsung ditempat yaitu dengan

    menggunakan data hasil uji sondir. Karena itu nilai laboratorium dari Es tidak

    sangat baik dan mahal untuk didapatkan (Bowles, 1977). Bowles memberikan

    persamaan yang dihasilkan dari pengumpulan uji sondor, sebagai berikut :

    Es = 3qc (untuk tanah pasir)............................(5.17a)

    Es = 2 sampai 8qc (untuk lempung)................................(5.17b)

    qc (side) = Perlawanan konus rata-rata pada masing lapisan

    sepanjang tiang.

    Dari analisa yang dilakukan, untuk nilai modulus elastisitas tanah dibawah ujung

    tiang (Eb) kira-kira 5-10 kali harga modulus elastisitas tanah di sepanjang tiang

    (Es)

    Rumus untuk penurunan tiang elastis adalah:

    EpAp

    Qs)L(QS

    ...................................................................................(5.18)

    dimana :

    Q = Beban yang bekerja

    Qs = Tahanan gesek

    = Koefisien dari skin friction

    Ep = Modulus elastisitas dari bahan tiang

    Ap = Luas ujung tiang pancang

  • 82

    5.2.5.2 Perkiraan Penurunan Kelompok Tiang (Pile Group)

    Pada hitungan pondasi tiang, kapasitas izin tiang sering lebih didasarkan

    pada persyaratan penurunan. Penurunan tiang terutama bergantung pada nilai

    banding tahanan ujung dengan beban tiang. Jika beban yang didukung pertiang

    lebih kecil atau sama dengan tahanan ujung tiang, penurunan yang terjadi

    mungkin sangat kecil. Rumus penurunan kelompok tiang adalah :

    2qc

    IBgqSg

    .......................................................................................(5.19)

    dimana :

    q =BgLg

    Q

    ..................................................................................(5.20)

    I = Faktor pengaruh = 0,58Bg

    L1

    .........................................(5.21)

    Lg, Bg = Lebar pile cap tiang kelompok

    qc = Kapasitas tahanan ujung tiang

    5.2.5.3 Penurunan Diizinkan

    Penurunan yang diizinkan dari suatu bangunan bergantung pada beberapa

    faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi jenis, tinggi, kekakuan, dan fungsi

    bangunan, serta besar dan kecepatan penurunan serta distribusinya. Jika

    penurunan berjalan lambat, semakin besar kemungkinan struktur untuk

    menyesuaikan diri terhadap penurunan yang terjadi tanpa adanya kerusakan

    strukturnya oleh pengaruh rangkak (creep). Oleh karena itu, dengan alasan

  • 83

    tersebut, kriteria penurunan pondasi pada tanah pasir dan pada tanah lempung

    berbeda.

    Karena penurunan maksimum dapat diprediksi dengan ketetapan yang

    memadai, umumya dapat ditiadakan hubungan antara penurunan yang diizinkan

    dengan penurunan maksimum. Dimana syarat perbandingan penurunan yang

    aman yaitu :

    Stotal Sijin

    Sijin = 10%.D atau sebesar 25 mm

    dimana :

    D = diameter tiang

    5.2.6 Faktor Keamanan

    Untuk memperoleh kapasitas ujung tiang, maka diperlukan suatu angka

    pembagi kapasitas ultimate yang disebut dengan faktor aman. Faktor keamanan

    ini perlu diberikan dengan maksud:

    a. untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode perhitungan

    yang digunakan.

    b. Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan

    kompresibilitas tanah

    c. Untuk meyakinkan bahwa tiang cukup aman dalam mendukung beban

    yang bekerja

  • 84

    d. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal

    atau kelmpok tiang masih dalam batas toleransi.

    e. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam diantara tiang-tiang

    masih dalam batas toleransi.

    Sehubungan dengan alasan butir (d) dari hasil pengujian beban tiang, baik

    tiang pancang atau tiang bor yang berdiameter kecil sampai sedang (600 mm)

    penurunan akibat beban kerja yang terjadi lebih kecil dari 10 mm untuk faktor

    aman yang tidak kurang dari 2,5 (Tomlison, 1977).

    Reese dan Oneil (1989) menyarankan pemilihan faktor aman (F) untuk

    perancangan pondasi tiang , yang dipertimbangkan faktor-faktor sebgai berikut:

    a. Tipe dan kepentingan dari struktur

    b. Variabilitas tanah (tanah tidak uniform)

    c. Keteletian penyelidikan tanah

    d. Tipe dan jumlah uji tanah yang dilakukan

    e. Ketersediaan tanah ditempat (uji beban tiang)

    f. Pengawasan/kontrol kualitas di lapangan

    g. Kemungkinan beban desain aktual yang terjadi selama beban layan

    struktur.

  • 85

    Tabel 5.5 Faktor Aman yang Disarankan (Reese & Oneil, 1989)

    Klasifikasi

    Struktur

    Faktor Keamanan

    Kontrol

    baik

    Kontrol

    normal

    Kontrol

    jelek

    Kontrol

    sangat

    jelek

    Monumental

    Permanen

    Sementara

    2,3

    2

    1,4

    3

    2,5

    2

    3,5

    2,8

    2,3

    4

    3,4

    2,8

    Sumber : Hardiyatmo, 2010

    Besarnya beban kerja atau kapasitas tiang ijin dengan memperhatikan

    keamanan terhadap keruntuhan adalah nilai kapasitas ultimate (Qu) dibagi dengan

    faktor aman (F) yang sesuai. Variasi besarnya faktor aman yang telah banyak

    digunakan untuk merancang pondasi tiang bergantung pada jenis tiang dan tanah

    berdasarkan data laboratorium sebagai berikut:

    a. tiang pancang

    2,5

    QuQa

    ..............................................................................................(5.22)

    Beberapa peneliti menyarankan faktor keamanan yang tidak sama untuk

    tahana gesek dinding dan tahanan ujung. Kapasitas ijin dinyatakan dalam

    persamaan sebagai berikut:

    1,5

    Qs

    3

    QbQa

    .....................................................................................(5.23)

  • 86

    Penggunaan faktor keamanan 1,5 untuk tahanan gesek dinding (Qs) yang

    harganya lebih kecil dari faktor keamanan ujung yang besarnya 3, karena nilai

    puncak tahanan gesek dinding dicapai bila tiang mengalami penurunan 2 sampai 7

    mm, sedang tahanan ujung (Qb) membutuhkan penurunan yang lebih besar agar

    tahanan ujungnya bekerja secara penuh. Jadi maksud penggunaan faktor

    keamanan tersebut adalah untuk meyakinkan keamanan tiang terhadap keruntuhan

    dengan mempertimbangkan penurunan tiang pada beban kerja yang diterapkan.

  • 87

    5.3 METODE PELAKSANAAN PONDASI PANCANG

    Penjelasan mengenai metode pelaksanaan pondasi pancang penulis batasi

    sampai pada pengerjaan pemotongan kepala tiang karena saat melakukan kerja

    praktek penulis hanya berkesempatan mengamati pengerjaan pemancangan hingga

    tahap pemotongan kepala tiang.

    Tiang pancang yang digunakan dalam proyek ini adalah tipe square pile

    dengan dimensi 50 cm x 50 cm dan panjang 12 m untuk segmen bawah dan 9 m

    untuk segmen atas sehingga total panjang tiang 21 m. Hal ini berdasarkan pada

    hasil uji tanah dimana didapat kedalaman tanah keras pasa 19,5 m dan ditambah

    dengan faktor keamanan maka dibutuhkan tiang panacang sepanjang 21 m. Mutu

    beton yang digunakan adalah fc = 45 Mpa dengan tulangan BjTd 40 yang

    dirancang untuk beban uji sebesar 300 Ton.

    5.3.1 Pekerjaan Persiapan Pemancangan

    Posisi titik yang akan dipancang ditentukan dan ditandai terlebih dahulu.

    Penentuan titik pancang ditentukan oleh tali yang diletakkan di atas tanah dan

    diukur menggunakan theodolite. Untuk memulai pemancangan maka perlu

    diadakan persiapan agar pelaksanaan dapat berjalan dengan baik. Adapun

    persiapan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

    a. Tiang pancang yang akan digunakan diperiksa terlebih dahulu untuk

    memastikan bahwa tiang pancang tersebut dalam keadaan baik, yaitu

    lurus, tidak ada keretakan atau kerusakan struktur.

  • 88

    b. Pemberian skala ukuran pada tiang pancang yang dilakukan dengan cara

    pengecatan tiap 1 m. Diusahakan menggunakan warna cat yang mencolok

    agar mudah diamati.hal ini dimaksudkan agar mudah untuk mengetahui

    panjang tiang pancang yang masuk ke dalam tanah setelah dilakukan

    pemancangan.

    c. Menentukan arah jalan pemanjangan agar pemancangan yang dilakukan

    tidak terganggu.

    d. Pemberian landasan jalan berupa pelat besi untuk memudahkan alat

    pancang (hydraulic jack) bergerak dalam proses pemancangan.

    e. Mengatur posisi tiang pancang secara teratur agar mudah saat dibutuhkan

    untuk proses pemancangan.

    5.3.2 Hal yang Perlu Dipersiapkan dan Diperhatikan Saat Pemancangan

    a. Peralatan, bahan dan tenaga ahli siap dilapangan.

    b. Pastikan semua titik yang akan dipancang sudah diberi tanda yang akurat.

    c. Menjaga keakuratan letak tiang baik secara vertikal dan horizontal saat

    memancang.

    d. Pemancangan dilaksanakan sesuai dengan kedalaman rencana atau sampai

    mencapai tanah keras.

    e. Waktu pemancangan dilaksanakan seoptimal mungkin sehingga tidak

    mengganggu lingkungan sekitar.

  • 89

    5.3.3 Tahap-Tahap Pemancangan

    Setelah semua persiapan dilaksanakan maka yang dilakukan selanjutnya

    adalah mengangkat tiang pancang dengan menggunaka tali sling oleh alat pancang

    crawle crane. Tiang pancang diangkat dengan posisi titik angkat panjang tiang

    pancang dari panjang dari ujung kepala tiang.

    a. Melakukan pengangkatan tiang dengan titik angkat pada panjang dari

    ujung kepala tiang yang akan dipancang.

    Gambar 5.7 Pengangkatan Tiang Pancang Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek, 2013

    b. Memasukkan tiang pancang ke dalam alat pancang hydraulic jack dan

    memastikan tiang pancang dalam posisi tegak.

    Gambar 5.8 Memasukkan Tiang Pancang ke Mesin Hydrolic Jack Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek, 2013

  • 90

    c. Tiang pancang yang telah tegak lurus dapat dipancang ke dalam tanah, dan

    selama pemancangan berlangsung amati kedudukan tiang agar posisi tetap

    vertikal.

    Gambar 5.9 Penetrasi Tiang Pancang ke Tanah Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek, 2013

    5.3.4 Penyambungan Tiang Pancang

    Pekerjaan penyambungan tiang dikarenakan panjang tiang pancang utama

    lebih pendek dari kedalaman tanah keras yang ditentukan.

    5.3.4.1 Prosedur Pelaksanaan Penyambungan

    a. Apabila dibutuhkan penyambungan tiang, pemancangan dihentikan

    dengan menyisakan tiang pancang dengan panjang 0,5-1 m di atas

    permukaan tanah.

    b. Memposisikan kedudukan tiang pancang tambahan sejajar dengan tiang

    pancang utama yang sudah dipancang.

  • 91

    c. Melakukan proses pengelasan agar kedudukan antara tiang pancang utama

    dan tiang pancang tambahan tidak bergeser ketika dipancang.

    Gambar 5.10 Pengelasan Tiang Pancang Utama dan Tambahan Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek, 2013

    5.3.5 Pemotongan Kepala Tiang

    Tiang pancang yang tersisa dalam proses pemancangan harus dipotong

    karena tiang telah mencapai tanah keras, dan menyisakan tinggi tiang 40 cm

    dari permukaan tanah.

    Gambar 5.11 Pemotongan Kepala Tiang Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek, 2013

  • 92

    5.4 PERHITUNGAN DAYA DUKUNG TIANG PANCANG

    5.4.1 Daya Dukung Tiang dari Data Sondir dengan Bentuk Persegi

    Berdimensi 50x50 cm Pada Titik S-1 dengan Metode Aoki dan De

    Alencar

    Data tiang pancang:

    Lebar tiang (s) = 50 cm

    Luas tiang pancang (Ab) = 2s

    = (50)2

    = 2500 cm2

    Keliling tiang pancang (As) = 4xs

    = 4x50

    = 200 cm

  • 93

    a. Perhitungan kapasitas daya dukung ujung tiang persatuan luas (qb)

    Gambar 5.12 Perkiraan nilai qca (base)

    Sumber : Kerja Praktek, 2013

    qca =11

    115115115115115115115100807570

    = 102,727 kg/cm2

    qb = Fb

    (base)qca

    (Nilai Fb diambil dari Tabel 5.2, beton precast =1,75)

    = 75,1

    102,727

    = 58,7 kg/cm2

    Kapasitas dukung ujung tiang pancang (Qb)

    Qb = qb Ap

    = 58,7 2500

    = 146.750 kg = 146,750 ton

  • 94

    b. Perhitungan kapasitas dukung kulit (Qs)

    Gambar 5.13 Nilai qc (side) pada Titik S-1

    Sumber : Kerja Praktek, 2013

    f = s

    sc

    F

    (side)q

    (Nilai Fs dari Tabel 5.2, beton precast = 3,5)

    =

    2kg/cm0,5713,5

    0,0633,33

    Kapasitas dukung kulit (Qs)

    Qs = f . As

    = 0,571 . 200 . 1780

    = 203408,229 kg = 203,408 ton

    Qu = Qb + Qs

    = 146,750 + 203,408

    = 350,158 ton

    Qa = ton140,632,5

    350,158

  • 95

    5.4.2 Daya Dukung Tiang dari Data Sondir dengan Bentuk Persegi

    Berdimensi 50x50 cm Pada Titik S-1 dengan Metode Meyerhof

    Data tiang pancang:

    Lebar tiang (s) = 50 cm

    Luas tiang pancang (Ab) = 2s

    = (50)2

    = 2500 cm2

    Keliling tiang pancang (As) = 4xs

    = 4x50

    = 200 cm

    FK Ujung Tiang = 3

    FK Selimut Beton = 5

    a. Daya dukung ultimit untuk tanah kohesif pada tanah kedalaman 1 m

    Qu = K)(JHLAp)(qc

    = )200(30)2500(19

    = ton53,5kg53500

    Qa = 5

    K)(JHL

    3

    Ap)(qc

    = 5

    )200(30

    3

    )2500(19

    = 17033,33 kg = 17,03 ton

  • 96

    Tabel 5.6 Perhitungan Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Persegi Berdasarkan

    Data Sondir Pada S-1 dengan Metode Meyerhof

    Depth

    (meter)

    PPK

    (kg/cm2)

    Ap

    (cm2)

    JHL

    (kg/cm2)

    As

    (cm)

    Qult

    (ton)

    Qizin

    (ton)

    0 0 2500 0 200 0,00 0,00

    1 19 2500 30 200 53,50 17,03

    2 20 2500 80 200 66,00 19,87

    3 28 2500 140 200 98,00 28,93

    4 37 2500 200 200 132,50 38,83

    5 24 2500 260 200 112,00 30,40

    6 30 2500 380 200 151,00 40,20

    7 18 2500 420 200 129,00 31,80

    8 20 2500 470 200 144,00 35,47

    9 20 2500 520 200 154,00 37,47

    10 24 2500 600 200 180,00 44,00

    11 38 2500 660 200 227,00 58,07

    12 38 2500 800 200 255,00 63,67

    13 36 2500 860 200 262,00 64,40

    14 40 2500 1000 200 300,00 73,33

    15 44 2500 1160 200 342,00 83,07

    16 60 2500 1250 200 400,00 100,00

    17 70 2500 1500 200 475,00 118,33

    17,4 104 2500 1600 200 580,00 150,67

    Sumber : Hasil Perhitungan, 2013

  • 97

    5.4.3 Daya Dukung Tiang dari Data SPT dengan Bentuk Persegi

    Berdimensi 50x50 cm Pada Titik BH-1 dengan Metode Meyerhof

    Data tiang pancang:

    Lebar tiang (s) = 50 cm

    Luas tiang pancang (Ab) = 2s

    = (50)2

    = 2500 cm2

    Keliling tiang pancang (As) = 4xs

    = 4x50

    = 200

    FK Ujung Tiang = 3

    FK Selimut Beton = 5

    a) Daya dukung ultimit untuk tanah kohesif pada tanah kedalaman 1 m

    Perhitungan daya dukung ujung tiang sebagai berikut :

    Cu = (N-SPT 2/3 10)

    = (2 2/3 10)

    = 13,333 kN/m2

    qp = 9 Cu

    = 9 13,333

    = 119,997 kN/m2

    Qp = qp Ap

    = 119,997 0,25

  • 98

    = 29,999 kN

    Perhitungan daya selimut beton kedalaman 1 m sebagai berikut :

    = 1 (diambil berdasarkan Lampiran Korelasi dan cu)

    f = Cu

    = 1 13,333

    = 13,333 ton/m2

    Qs = f L p

    = 13,333 1 2

    = 26,666 kN

    Maka Qu = Qp + Qs

    = 29,999 + 26,666

    = 56,666 kN

    Qijin = FKp

    Qp + FKs

    Qs

    = 5

    666,26

    3

    999,29

    = 15,333 kN

  • 99

    Tabel 5.7 Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang Persegi Berdasarkan

    Data SPT Pada BH-1 dengan Metode Meyerhof

    Depth

    (meter)

    Soil

    Layer N

    Cu

    (kN/m2)

    Skin Friction End

    Bearing

    kN

    Qult

    kN

    Qult

    Ton Local

    kN

    Cumm

    kN

    1 1 2 13,33 1 26,67 26,67 30 56,67 5,67

    2 1 2 13,33 1 26,67 53,33 30 83,33 8,33

    3 1 4 26,67 1 53,33 106,67 60 166,67 16,67

    4 1 4 26,67 1 53,33 160,00 60 220,00 21,99

    5 1 5 33,33 1 66,67 226,67 75 301,67 30,17

    6 2 12 80,00 0,3 48,00 274,67 180 454,67 45,47

    7 2 4 26,67 1 53,33 328,00 60 388,00 38,80

    8 2 4 26,67 1 53,33 381,33 60 441,33 44,13

    9 2 2 13,33 1 26,67 408,00 30 438,00 43,80

    10 2 2 13,33 1 26,67 434,67 30 464,67 46,47

    11 2 2 13,33 1 26,67 461,33 30 491,33 49,13

    12 2 2 13,33 1 26,67 488,00 30 518,00 51,80

    13 2 4 26,67 1 53,33 541,33 60 601,33 60,13

    14 2 4 26,67 1 53,33 594,67 60 654,67 65,46

    15 2 7 46,67 1 93,33 688,00 105 793,00 79,30

    16 2 8 53,33 0,85 90,67 778,67 120 898,67 89,86

    17 2 18 120,00 0,3 72,00 850,67 270 1120,67 112,06

    18 2 18 120,00 0,3 72,00 922,67 270 1192,67 119,26

    19 2 50 333,33 0,3 200,00 1122,67 750 1872,67 187,26

    20 2 50 333,33 0,3 200,00 1322,67 750 2072,67 207,26

    21 2 45 300,00 0,3 180,00 1502,67 675 2177,67 217,76

    22 2 50 333,33 0,3 200,00 1702,67 750 2452,67 245,26

    23 2 50 333,33 0,3 200,00 1902,67 750 2652,67 265,26

    24 3 50 333,33 0,3 200,00 2102,67 750 2852,67 285,26

    25 3 50 333,33 0,3 200,00 2302,67 750 3052,67 305,26

    26 3 50 333, 33 0,3 200,00 2502,67 750 3252,67 325,26

    27 3 55 366,67 0,3 220,00 2722,67 825 3547,67 354,76

    28 3 50 333,33 0,3 200,00 2922,67 750 3672,67 367,25

    29 4 50 333,33 0,3 200,00 3122,67 750 3872,67 387,25

    30 4 50 333,33 0,3 200,00 3322,67 750 4072,67 407,25

    Sumber : Hasil Perhitungan, 2013

  • 100

    5.4.4 Menghitung Kapasitas dan Penurunan Pondasi Tiang Bentuk Persegi

    Berdimensi 50x50 cm Berdasarkan Efesiensi

    Gambar 5.14 Perletakan Pondasi Tiang Pancang Sumber : Kerja Praktek, 2013

    Dari persamaan (5.10), efesiensi kelompok tiang (Eg) :

    Eg = n'm90

    n'1)(mm1)(n'1

    = D/StdArc = Arc tg (50/200) = 14,036o

    n = 3 ; m = 3

    Eg = 3'390

    '31)(331)(314,0361

    = 0,818049

    Kapasitas kelompok ijin tiang (Qg) :

    Dari data sondir dengan metode Aoki De Alencar nilai Qa =140,063 ton

  • 101

    Qg = QanEg

    = 063,1405818049,0

    = 572,892 ton

    5.4.4.1 Perhitungan Penurunan Tiang Tunggal (Single Pile)

    Gambar 5.15 Nilai qc (side) Sumber : Kerja Praktek, 2013

    Dari persamaan (5.17b ), Modulus elastisitas tanah disekitar tiang (Es) :

    Es = 3.qc

    = 3.33,333

    = 99,999 kg/cm2

    = 10 Mpa

    Eb = 10.Es

    = 10. 10

    = 100 Mpa

  • 102

    Menentukan modulus elastisitas dari bahan tiang:

    Dengan fcbeton = 45 Mpa

    Ep = '4700 fc

    454700

    = 31528,559 Mpa

    Ra =22 50

    2500Ap

    s

    =1

    Menentukan faktor kekakuan tiang:

    K =856,3152

    10

    131528,559

    Es

    RaEp

    Untuk 150

    50

    d

    db , diameter ujung dan atas sama

    Untuk 4250

    2100

    d

    L

    Dari masing-masing grafik didapat:

    Io = 0,052 (untuk L/d= 42, db/d=1) gambar 5.5

    Rk = 1,520 (untuk L/d= 42, K = 3152,856) Gambar 5.6

    R = 0,94 (untuk =0,3, K = 3152,856) Gambar 5.4

    Rh = 0,26 (untuk L//d = 42, h/L = 1) Gambar 5.3

    Rb = 0,55 (untuk L/d = 42, Eb/Es = 10) Gambar 5.2

  • 103

    a. Untuk tiang apung atau tiang friksi

    I = Io.Rk.Rh.R

    = 0,052.1,520.0,26.0,94

    = 0,0193

    S = Es.D

    Q.I

    = 50cmm99,999kg/c

    0,01933000002

    =1,16 cm = 10,16 mm

    b. Untuk tiang dukung ujung

    I = Io.Rk.Rb. R

    = 0,052.1,520.0,55.0,94

    = 0,041

    S = Es.D

    Q.I

    = 50cmm99,999kg/c

    0,0413000002

    = 2,46 cm = 24,60 mm

    Akumulasi penurunan tiang tunggal diperoleh dari penjumlahan

    penurunan tiang friksi dan tiang dukung ujung. Sfriksi+ Sujung = 10,16 + 24,60 =

    34,76 mm > 25 mm (tidak aman)

  • 104

    5.4.4.2 Penurunan Kelompok Tiang (Group Pile)

    Sg = 2qc

    IBgq

    dimana :

    q = BgLg

    Q

    300.300

    300000

    = 3,33333

    I = Faktor pengaruh = 0,58Bg

    L1

    Sg = 2qc

    IBgq

    Sg = 2.115

    5,03003,33

    = 2,172 cm = 21,72 mm < 25 mm (penurunan ijin) aman

  • 105

    5.4.5 Daya Dukung Tiang dari Data Sondir dengan Bentuk Lingkaran

    Berdimensi 50 cm Pada Titik S-1 dengan Metode Aoki dan De

    Alencar

    Data tiang pancang:

    Diameter tiang (D) = 50 cm

    Luas tiang pancang (Ab) = 2d4

    1

    = 2)50(14,34

    1

    = 1962,5 cm2

    Keliling tiang pancang (As) = .d

    = 3,14x50

    = 157 cm

  • 106

    a. Perhitungan kapasitas daya dukung ujung tiang perrsatuan luas (qb)

    Gambar 5.16 Perkiraan nilai qca (base)

    Sumber : Kerja Praktek, 2013

    2

    ca

    kg/cm102,727

    11

    115115115115115115115100807570q

    Fb

    (base)qcaqb

    (Nilai Fb diambil dari Tabel 5.2, beton precast =1,75)

    = 75,1

    102,727

    = 58,7 kg/cm2

    Kapasitas dukung ujung tiang pancang (Qb)

    Qb = qb Ap

    = 58,7 1962,5

    = 115198,75 kg = 115,199 ton

  • 107

    b. Perhitungan kapasitas dukung kulit (Qs)

    Gambar 5.17 Nilai qc (side) pada Titik S-1

    Sumber : Kerja Praktek, 2013

    s

    sc

    F

    (side)qf

    (Nilai Fs diambil dari Tabel 5.2, beton precast = 3,5)

    2kg/cm0,5713,5

    0,0633,33

    Kapasitas dukung kulit (Qs)

    AsfQs

    1780157571,0

    kg66,595711 ton572,591

    QsQbQu

    572,159199,115

    ton274,771

    ton908,1092,5

    274,771 = Qa

  • 108

    5.4.6 Daya Dukung Tiang dari Data Sondir dengan Bentuk Lingkaran

    Berdimensi 50 cm Pada Titik S-1 dengan Metode Meyerhof

    Data tiang pancang:

    Diameter tiang (D) = 50 cm

    Luas tiang pancang (Ab) = 2d4

    1

    = 2)50(14,34

    1

    = 1962,5 cm2

    Keliling tiang pancang (As) = .d

    = 3,14x50

    = 157 cm

    FK Ujung Tiang = 3

    FK Selimut Beton = 5

    a. Daya dukung ultimit untuk tanah kohesif pada tanah kedalaman 1 m

    Qu = K)(JHLAp)(qc

    = )157(30)5,1962(19

    = 41997,5 kg = 41,9975 ton

    Qa = 5

    K)(JHL

    3

    Ap)(qc

    = 5

    )157(30

    3

    )5,1962(19

    = 13371,167 kg = 13,371 ton

  • 109

    Tabel 5.8 Perhitungan Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Berdasarkan Data

    Sondir Pada S-1 dengan Metode Meyerhof

    Depth

    (meter) PPK

    (kg/cm2)

    Ap

    (cm2)

    JHL

    (kg/cm2)

    K

    (cm)

    Qult

    (ton)

    Qizin

    (ton)

    0 0 1962,5 0 157 0 0,00

    1 19 1962,5 30 157 41,99 13,37

    2 20 1962,5 80 157 51,81 15,60

    3 28 1962,5 140 157 76,93 22,71

    4 37 1962,5 200 157 104,01 30,48

    5 24 1962,5 260 157 87,92 23,86

    6 30 1962,5 380 157 118,54 31,56

    7 18 1962,5 420 157 101,27 24,96

    8 20 1962,5 470 157 113,04 27,84

    9 20 1962,5 520 157 120,89 29,41

    10 24 1962,5 600 157 141,30 34,23

    11 38 1962,5 660 157 178,20 45,58

    12 38 1962,5 800 157 200,18 49,98

    13 36 1962,5 860 157 205,67 50,55

    14 40 1962,5 1000 157 235,50 57,57

    15 44 1962,5 1160 157 268,47 65,21

    16 60 1962,5 1250 157 314,00 78,50

    17 70 1962,5 1500 157 372,86 100,64

    17,4 104 1962,5 1600 157 455,30 118,27

    Sumber : Hasil Perhitungan, 2013

  • 110

    5.4.7 Daya Dukung Tiang dari Data SPT dengan Bentuk Lingkaran

    Berdimensi 50 cm Pada Titik BH-1 dengan Metode Meyerhof

    Data tiang pancang:

    Diameter tiang (D) = 50 cm

    Luas tiang pancang (Ab) = 2d4

    1

    = 2)50(14,34

    1

    = 1962,5 cm2

    Keliling tiang pancang (As) = .d

    = 3,14x50

    = 157 cm

    a. Daya dukung ultimit untuk tanah kohesif pada tanah kedalaman 1 m

    Perhitungan daya dukung ujung tiang sebagai berikut :

    Cu = (N-SPT 2/3 10)

    = (2 2/3 10)

    = 13,333 kN/m2

    qp = 9 Cu

    = 9 13,333

    = 119,997 kN/m2

    Qp = qp Ap

    = 119,997 0,19625

  • 111

    = 23,549 kN

    Perhitungan daya selimut beton kedalaman 1 m sebagai berikut :

    = 1 (diambil berdasarkan Lampiran Korelasi dan cu)

    f = Cu

    = 1 13,333

    = 13,333 ton/m2

    Qs = f L p

    = 13,333 1 1,57

    = 20,933 kN

    Maka Qu = Qp + Qs

    = 23,549 + 20,933

    = 44,482 kN

    Qijin = FKp

    Qp + FKs

    Qs

    = 5

    933,20

    3

    549,23

    = 12,036 kN

  • 112

    Tabel 5.9 Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang Lingkaran Berdasarkan

    Data SPT Pada BH-1 dengan Metode Meyerhof

    Depth

    (meter)

    Soil

    Layer N

    Cu

    (kN/m2)

    Skin Friction

    End

    Bearing

    kN

    Qult

    kN

    Qult

    Ton Local

    kN

    Cumm

    kN

    1 1 2 13,33 1 20,93 20,93 23,55 44,48 4,45

    2 1 2 13,33 1 20,93 41,87 23,55 65,47 6,54

    3 1 4 26,67 1 41,87 83,73 47,10 130,83 13,08

    4 1 4 26,67 1 41,87 125,60 47,10 172,70 17,27

    5 1 5 33,33 1 52,33 177,93 58,88 236,81 23,68

    6 2 12 80,00 0,3 37,68 215,61 141,30 356,91 35,69

    7 2 4 26,67 1 41,87 257,48 47,10 304,58 30,46

    8 2 4 26,67 1 41,87 299,35 47,10 346,45 34,64

    9 2 2 13,33 1 20,93 320,28 23,55 343,83 34,38

    10 2 2 13,33 1 20,93 341,21 23,55 364,76 36,48

    11 2 2 13,33 1 20,93 362,15 23,55 385,70 38,57

    12 2 2 13,33 1 20,93 383,08 23,55 406,63 40,66

    13 2 4 26,67 1 41,87 424,95 47,10 472,05 47,20

    14 2 4 26,67 1 41,87 466,81 47,10 513,91 51,39

    15 2 7 46,67 1 73,27 540,08 82,43 622,51 62,25

    16 2 8 53,33 0,85 71,17 611,25 94,20 705,45 70,54

    17 2 18 120,00 0,3 56,52 667,77 211,95 879,72 87,97

    18 2 18 120,00 0,3 56,52 724,29 211,95 936,24 93,62

    19 2 50 333,33 0,3 157,00 881,29 588,75 1470,04 146,99

    20 2 50 333,33 0,3 157,00 1038,29 588,75 1627,04 162,70

    21 2 45 300,00 0,3 141,30 1179,59 529,88 1709,47 170,94

    22 2 50 333,33 0,3 157,00 1336,59 588,75 1925,34 192,53

    23 2 50 333,33 0,3 157,00 1493,59 588,75 2082,34 208,22

    24 3 50 333,33 0,3 157,00 1650,59 588,75 2239,34 223,93

    25 3 50 333,33 0,3 157,00 1807,59 588,75 2396,34 239,63

    26 3 50 333, 33 0,3 157,00 1964,59 588,75 2553,34 255,33

    27 3 55 366,67 0,3 172,70 2137,29 647,63 2784,92 278,48

    28 3 50 333,33 0,3 157,00 2294,29 588,75 2883,04 288,29

    29 4 50 333,33 0,3 157,00 2451,29 588,75 3040,04 303,99

    30 4 50 333,33 0,3 157,00 2608,29 588,75 3197,04 319,69

    Sumber : Perhitungan, 2013

  • 113

    5.4.8 Menghitung Kapasitas dan Penurunan Pondasi Tiang Bentuk

    Lingkaran Berdimensi 50x50 cm Berdasarkan Efesiensi

    Gambar 5.18 Perletakan Pondasi Tiang Pancang

    Sumber : Kerja Praktek,2013

    Eg = n'm90

    n'1)(mm1)(n'1

    = D/StdArc = Arc tg (50/200) = 14,036o

    n = 3 ; m = 3

    Eg = 3'390

    '31)(331)(314,0361

    = 0,818049

    Dari persamaan ( ), Kapasitas kelompok ijin tiang (Qg) :

    Data dari sondir dengan metode Aoki De Alencar didapat nilai Qa =

    109,908 ton

    Qg = QanEg

    = 908,1095818049,0

    = 449,551 ton

  • 114

    5.4.8.1 Penurunan Tiang Tunggal (Single Pile)

    Gambar 5.19 Nilai qc (side)

    Sumber : Kerja Praktek,2013

    Dari persamaan (5.17b), Modulus elastisitas tanah disekitar tiang (Es) :

    Es = 3.qc

    = 3.33,333

    = 99,999 kg/cm2

    = 10 Mpa

    Eb = 10.Es (Modulus elastisitas tanah di dasar tiang)

    = 10. 10

    = 100 Mpa

    Menentukan modulus elastisitas dari bahan tiang:

    fc = 45 Mpa

    Ep = '4700 fc

    454700

  • 115

    = 31528,559 Mpa

    Ra = 22 504

    1

    2500

    d4

    1

    Ap

    =1

    Menentukan faktor kekakuan tiang:

    K = 856,3152

    10

    131528,559

    Es

    RaEp

    Untuk 150

    50

    d

    db , diameter ujung dan atas sama

    Untuk 4250

    2100

    d

    L

    Dari masing-masing grafik didapa:

    Io = 0,052 (untuk L/d= 42, db/d=1) gambar 5.5

    Rk = 1,520 (untuk L/d= 42, K = 3152,856) Gambar 5.6

    R = 0,94 (untuk =0,3, K = 3152,856) Gambar 5.4

    Rh = 0,26 (untuk L//d = 42, h/L = 1) Gambar 5.3

    Rb = 0,55 (untuk L/d = 42, Eb/Es = 10) Gambar 5.2

    a. Untuk tiang apung atau tiang friksi

    I = Io.Rk.Rh.R

    = 0,052.1,520.0,26.0,94

    = 0,0193

    S = Es.D

    Q.I

  • 116

    = 50cmm99,999kg/c

    0,01933000002

    = 1,16 cm = 10,16 mm

    b. Untuk tiang dukung ujung

    I = Io.Rk.Rb. R

    = 0,052.1,520.0,55.0,94

    = 0,041

    S = Es.D

    Q.I

    = 50cmm99,999kg/c

    0,0413000002

    = 2,46 cm = 24,60 mm

    Akumulasi penurunan tiang tunggal diperoleh dari penjumlahan

    penurunan tiang friksi dan tiang dukung ujung. Sfriksi+ Sujung = 10,16 + 24,60 =

    34,76 mm > 25 mm (tidak aman)

  • 117

    5.4.8.2 Penurunan Kelompok Tiang (Group Pile)

    Sg = 2qc

    IBgq

    dimana :

    q = BgLg

    Q

    = 300.300

    300000

    = 3,33333

    I = Faktor pengaruh = 0,58Bg

    L1

    Sg = 2qc

    IBgq

    Sg = 2.115

    5,03003,33

    = 2,172 cm = 21,72 mm < 25 mm (penurunan ijin) aman

  • 118

    Untuk hasil daya dukung tiang dan penuruanan tiang pancang dengan

    bentuk persegi dan lingkaran dapat dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 5.10 Rekap Hasil Daya Dukung Tiang Pancang

    Metode Hitung

    Persegi

    (50x50 cm)

    Lingkaran

    (50 cm)

    Tunggal Kelompok Tunggal Kelompok

    Uji Sondir

    (Aoki De

    Alencar

    140,063 ton 572,892 ton 109,908 ton 449,551

    Uji SPT

    (Meyerhof) 260,134 ton 1064,01 ton 204,204 ton 835,244 ton

    Sumber : Perhitungan, 2013

    Daya dukung untuk kelompok tiang biasanya dipilih yang paling kecil

    sebagai acuan dalam perencanaan pondasi lebih lanjut. Hal ini berdasarkan

    pertimbangan keamanan dan menjaga ketidak akuratan perhitungan. Kedua hasil

    perhitungan diatas dapat dikatakan semua hasil memenuhi syarat aman karena

    melebihi dari beban uji rencana yaitu 300 Ton.

    Tabel 5.11 Rekap Hasil Penurunan Tiang Pancang

    Bentuk Tiang Penurunan

    Tunggal Kelompok

    Persegi (50x50 cm) 34,76 mm 21,72 mm

    Lingkaran (50 cm) 34,76 mm 21,72 mm Sumber : Perhitungan, 2013

    Penurunan tiang tunggal dan tiang kelompok dibatasi oleh penurunan ijin

    tiang sebesar 25 mm, dari hasil perhitungan diperoleh bawah penuruan tiang

    tunggal tiang pancang dengan bentuk persegi maupun lingkaran tidak memenuhi

    batas aman, sedangkan untuk penurunan tiang kelompok memenuhi batas aman,

    dan tidak terpengaruh terhadap bentuk tiang pancang dengan dimensi sama.