Percobaan III Oke
-
Upload
tri-wardani -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of Percobaan III Oke
-
8/17/2019 Percobaan III Oke
1/20
III-1
PERCOBAAN III
KLORIDA
3.1 PENDAHULUAN
3.1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah mengetahui kandungan klorida pada suatu
perairan.
3.1.2 Latar Belakang
Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan suatu
elektron untuk membentuk suatu anion (ion bermuatan negatif) Cl -. Garam dari
asam hidroklorida HCl mengandung ion klorida contohnya adalah garam meja,
yang disebut natrium klorida dengan rumus kimia NaCl. Dalam air senyawa
NaCl terpecah menjadi ion Na+ dan Cl-. Klorida dalam senyawa kimia, satu atau
lebih atom klorinnya memiliki ikatan kovalen dalam molekul. Hal ini berarti
klorida dapat berupa senyawa anorganik maupun organik. Contoh paling
sederhana senyawa klorida anorganik adalah nitrogen klorida, sedangkan contoh
sederhana senyawa organik (suatu organoklorida)
Hampir semua air alami, mengandung ion klorida. Konsentrasinya
bervariasi, tergantung kandungan mineral diberbagai daerah. Dalam jumlah kecil
tidak berpengaruh, dalam konsentrasi tinggi menyebabkan masalah. Kadar rendah
atau menengah dari senyawa tersebut menambah rasa segar pada air. Pada
kenyataannya, klorida dibutuhkan karena alasan tersebut. Jumlah yang berlebihan
dari konsentrasi klorida akan membuat air jadi tidak enak diminum.
Pada percobaan ini, praktikan akan mengetahui metode untuk menentukan
kandungan klorida pada suatu perairan. Dengan mengetahui kandungan klorida
maka akan dapat menentukan apakah air tersebut layak dikonsumsi atau tidak.
Pada dunia industri, klorin digunakan sebagai desinfektan pada pengolahan air
limbah dengan mengetahui kandungan klorida, maka akan membantu untuk
menentukan apakah air tersebut sudah layak dibuang ke lingkungan atau tidak.
-
8/17/2019 Percobaan III Oke
2/20
III - 2
3.2 DASAR TEORI
Klorida adalah ion dari asam hidroklorida (HCl) mengandung ion klorida
contohnya adalah garam meja, yang disebut natrium klorida dengan rumus kimia
NaCl. Dalam air senyawa ini terpecah menjadi ion Na+ dan Cl-. Klorida dalam
senyawa kimia, satu atau lebih atom klorinnya memiliki ikatan kovalen dalam
molekul. Hal ini berarti klorida dapat berupa senyawa anorganik maupun organik.
Contoh paling sederhana senyawa klorida anorganik adalah nitrogen klorida,
sedangkan contoh sederhana senyawa organik (suatu organoklorida) adalah
klorometana (CH3Cl), atau sering disebut metil metana (Mahfuz, 2009).
Hampir semua air mengandung klorida, konsentrasinya bervariasi,
tergantung kandungan mineral diberbagai daerah. Dalam jumlah kecil tidak
berpengaruh, dalam konsentrasi tinggi menyebabkan masalah. Kadar rendah atau
menengah dari senyawa tersebut menambah rasa segar pada air. Pada
kenyataannya, klorida dibutuhkan karena alasan tersebut. Jumlah yang berlebihan
dari konsentrasi klorida akan membuat air jadi tidak enak diminum.
Klorin juga digunakan secara meluas didalam pembuatan produk sehari -
hari yaitu digunakan sebagai pembunuh bakteria dan mikroba. Mikroba pada
air minum dan kolam renang, digunakan secara meluas didalam pembuatan
kertas, anti septik, bahan pewarna makanan, racun serangga, cat lukis, produk –
produk petroleur, plastik, obat – obatan, tekstil, pelarut dan produk berguna
lainnya (Ardayani, 2007).
Penggunaan klorida sebagai desinfeksi berupa klorin. Klorin adalah gas
berwarna kuning kehijauan dengan spesifikasi gravity 2,48 x berat jenis udara.Klorin merupakan golongan halogen yang mempunyai kelarutan dalam air 3,1 x
volume air pada suhu 10°C dan kelarutannya hingga 1,77 x voleme air pada
suhu 30°C. Sebagai cairan berat jenisnya 1,44 x berat jenis air. Gas klorin 2,5 kali
lebih berat dari pada udara. Gas klorin sangat mudah terekpersi. Pada perubahan
temperatur 28°C misalnya dari 2°C menjadi 30°C volumenya meningkat hingga
84-89 %. Sebaiknya memiliki kadar klorida lebih kecil dari 100 mg/l (Davis,
1991).
-
8/17/2019 Percobaan III Oke
3/20
III - 3
Aturan pemerintah tentang air minum merekomendasikan konsentrasi
ion klorida maksimum sebesar 250 mg/l. Dengan konsentrasi yang lebih besar, air
tersebut menjadi masalah, khususnya untuk orang – orang yang tidak terbiasa
dengan air seperti itu. Klorida menjadikan air terasa asin, dalam konsentrasi
apapun tergantung dari individu masing – masing (Panjaitan, 2009).
Klorida menyumbang total kandungan mineral pada air,seperti yang
diindikasikan di atas, total konsentrasi dari mineral mungkin memiliki efek yang
bervariasi. Konsentrasi yang tinggi dari ion klorida mengakibatkan pertambahan
kemampuan konduktivitas listrik air. Klorida dapat dihilangkan dari air dengan
Reverse osmosis. Deionisasi (demineralisasi) atau distilasi juga akan
menghilangkan klorida dari dalam air. Gas hidrogen klorida dan asam klorida
adalah senyawa yang penting dalam bidang teknologi dan industri. Aspek yang
mempengaruhi usia struktur beton bertulang adalah penetrasi klorida yang dapat
mempercepat terjadinya korosi. Korosi yang terjadi pada tulangan dapat
menyebabkan kegagalan struktur (Jeffry, 2005).
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar
halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak
nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga dengan
metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan
senyawa yang relatif tidak larut atau endapan. Metode-metode dalam titrasi
argentometri :
a. Metode Mohr
Seperti sistem asam basa dapat digunakan sebagai suatu indikator untuk
titrasi asam basa, pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk
menyatakan lengkapnya suatu titrasi pengendapan. Contoh yang dikenal akan
kasus semacam itu adalah apa yang disebut titrasi Mohr (dari) klorida dengan ion
perak, dalam mana digunakan ion kromat sebagai indikator. Pemunculan yang
permanen dan dini dari endapan perak kromat yang kemerahan itu diambil sebagai
titik akhir titrasi (Underwood, 1999).
Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH antara 6 – 10 . Dalam
larutan yang lebih basa perak oksida akan mengendap. Dalam larutan asam
-
8/17/2019 Percobaan III Oke
4/20
III - 4
konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi, karena HCrO4 hanya terionisasi
sedikit sekali. Lagi pula hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengandikromat :
2H+ + 2CrO42- 2HCrO4
Cr 2O72- + H2O ...(3.1)
Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion
perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan perak kromat, dan karenanya
menimbulkan galat yang besar. Pada umumnya garam dikromat cukup dapat
larut. Metode Mohr dapat juga diterapkan untuk titrasi ion bromida dengan perak,
dan juga ion sianida dalam larutan yang sedikit agak basa. Efek adsorpsimenyebabkan titrasi ion iodida dan tiosianat tidak layak. Perak tak dapat dititrasi
langsung dengan ion klorida, dengan menggunakan indikator kromat. Endapan
perak kromat yang telah ada sejak awal, pada titik kesetaraan melarut kembali
dengan lambat. Tetapi, orang dapat menambahkan larutan klorida standar secara
berlebih, dan kemudian menitrasi balik, dengan menggunakan indikator kromat
(Svehla, 1990).
b. Metode VolhardMetode Volhard didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam larutan
asam nitrat, dengan menggunakan ion besi(III) untuk mendeteksi kelebihan ion
tiosianat :
Ag+ + SCN AgSCN(s) ...(3.2)
Fe3+ + SCN FeSCN2+ (merah) ...(3.3)
Metode itu dapat digunakan untuk titrasi langsung perak dengan larutan tiosianat
standar atau untuk titirasi tidak langsung ion klorida. Dalam kasus kedua ini,
ditambahkan perak nitrat standar berlebih dan kelebihannya dititrasi dengan
tiosianat standar. Anion lain, seperti bromida dan iodida, dapat ditetapkan dengan
prosedur yang sama. Anion asam lemah, seperti oksalat, karbonat, dan arsenat,
yang garam-garam peraknya dapat larut dalam larutan asam, dapat ditetapkan
dengan pengendapan pada pH yang lebih tinggi dan penyaringan garam
peraknya. Endapan itu kemudian dilarutkan dalam larutan asam nitrat dan
peraknya dititrasi langsung dengan tiosianat (Svehla, 1990).
-
8/17/2019 Percobaan III Oke
5/20
III - 5
Metode Volhard digunakan secara meluas untuk perak dan klorida karena
titrasi itu dapat digunakan dalam larutan asam. Memang diinginkan untuk
menggunakan medium asam untuk mencegah hidrolisis indikator ion-besi(III).
Metode-metode lain yang lazim untuk perak dan klorida memerlukan larutan yang
hampir netral agar titrasinya sukses. Banyak kation mengendap pada kondisi
semacam ini dan karena itu menggangu dalam metode-metode ini Dalam titrasi
langsung perak dengan tiosianat, terdapat dua sumber galat, keduanya galat yang
ringan. Pertama, endapan perak tiosianat mengadsorpsi ion perak pada
permukaannya, sehingga menyebabkan titik akhir terjadi terlalu dini. Kesulitan
ini sebagian besar dapat diatasi dengan mengaduk kuat-kuat campuran itu di
dekat titik akhir. Kedua, perubahan warna yang menandai titik akhir terjadi pada
suatu konsentrasi tiosianat yang sedikit melebihi konsentrasi pada titik
kesetaraan (Svehla, 1990).
Dalam metode tak langsung dijumpai suatu galat yang lebih serius, jika
garam perak dari anion yang ditetapkan itu lebih mudah larut dari pada tiosianat.
Misalnya perak klorida lebih mudah larut dari pada tiosianat, dan klorida itu
cenderung melarut kembali menurut reaksi :
AgCl(s) + SCN
AgSCN(s) + Cl
...(3.4)
Tetapan kesetimbangan reaksi ini ditentukan, oleh angka banding tetapan
hasil kali kelarutan perak klorida terhadap perak tiosianat. Karena tetapan yang
pertama lebih besar dari pada yang kedua, maka reaksi terebut di atas sangat
cenderung untuk berjalan dari kiri ke kanan. Jadi tiosianat dapat dihabiskan
tidak hanya oleh ion perak yang berlebih, tetapi juga oleh endapan perak klorida
itu sendiri. Jika ini terjadi, akan diperoleh hasil yang terlalu rendah dalam analisis
klorida. Tetapi reaksi ini dapat dicegah dengan menyaring perak kloridanya atau
dengan menambahkan nitrobenzena sebelum titrasi dengan tiosianat.
Tampaknya nitrobenzena itu membentuk sustu salut minyak pada permukaan
perak klorida, sehingga menghindari adanya reaksi dengan tiosianat. Suatu
metode lain untuk mengecilkan galat ini adalah dengan menggunakan ion
besi(III) yang konsentrasinya cukup tinggi sekitar 0,2 M sehingga warna titik
akhir dicapai pada konsentrasi tiosianat yang lebih rendah. Maka perak klorida
-
8/17/2019 Percobaan III Oke
6/20
III - 6
yang melarut kembali lebih sedikit dan masih terdapat konsentrasi yang cukup
tinggi dari kompleks FeSCN2+ merah untuk bisa tampak (Underwood, 1999).
Dalam penetapan bromida dan iodida dengan metode Volhard yang tak
langsung, reaksi dengan tiosinat tidak menimbulkan kesulitan apapun karena
perak bromida kira-kira mempunyai kelarutan yang sama dengan perak tiosianat,
dan perak iodida cukup lebih rendah kelarutannya (Underwood, 1999).
c. Metode Fajans
Bila suatu senyawa organik yang berwarna diadsorpsi pada permukaan
suatu endapan, dapat terjadi modifikasi struktur organiknya, dan warna itu dapat
sangat diubah dan dapat menjadi lebih tua. Gejala ini dapat digunakan untuk
mendeteksi titik akhir titrasi pengendapan garam perak. Senyawa organik
yang digunakan dengan cara demikian dirujuk sebagai “indikator adsorpsi”. Bila
perak nitrat ditambahkan ke dalam suatu larutan natrium klorida, partikel perak
klorida yang sangat halus itu cenderung memegangi pada permukaannya
(mengadsorpsi) sejumlah ion klorida berlebihan yang ada dalam larutan itu.
Ion-ion klorida ini dikatakan membentuk lapisan teradsorpsi primer dan
dengan demikian menyebabkan partikel koloidal perak klorida itu bermuatan
negatif. Partikel negatif ini kemudian cenderung menarik ion-ion positif dari
dalam larutan untuk membentuk lapisan adsorpsi skunder yang terikat lebih
longgar (Harjadi, 1993). Jika perak nitrat terus-menerus ditambahkan sampai
ion peraknya berlebih, ion-ion inilah akan menggantikan ion klorida dalam
lapisan primer. Maka partikel-partikel menjadi bermuatan positif, dan anion
dalam larutan ditarik untuk membentuk lapisan skunder. Fluoreseinmerupakan asam organik lemah yang dapat dilambangkan dengan HFI. Bila
fluoresein ditambahkan ke dalam labu titrasi, anionnya, FI
, tidaklah diserap oleh
perak klorida koloidal selama ion-ion klorida masih berlebih. Tetapi bila ion
perak berlebih, ion FI
dapat ditarik ke permukaan partikel yang bermuatan
positif (Underwood, 1999).
-
8/17/2019 Percobaan III Oke
7/20
III - 7
3.3 METODOLOGI PERCOBAAN
3.3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Gelas ukur 20 ml
2. Pipet tetes
3.
Pipet mohr
4. Propipet
5. Labu erlenmeyer
6.
Pipet gondok
7. Corong
3.3.2 Rangkaian Alat Titrasi
Keterangan: 1. Buret
2. Erlenmeyer
3. Statif
Gambar 3.1 Rangkaian alat titrasi
3.3.3 Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. AgNO3
2. NaCl 0,1
3. K 2Cr 2O7
4. HNO3 pekat
5.
Sampel air (air irigasi, air daerah cempaka, air sumur martapura dan air
gambut).
-
8/17/2019 Percobaan III Oke
8/20
III - 8
3.3.4 Prosedur Kerja
3.3.4.1 Standarisasi larutan AgNO3
1.
Diambil 10 ml NaCl 0,1 N.
2. Ditambahkan 3 tetes HNO3 pekat.
3. Ditambahkan 3 tetes K 2Cr 2O7.
4.
Dititrasi dengan AgNO3 sampai terdapat endapan putih dan mencatat
banyaknya larutan AgNO3 yang digunakan.
5. Dilakukan dengan sistem diplo.
3.3.4.2 Pengukuran sampel
1. Diambil 20 ml sampel air.
2. Ditambahkan 3 tetes HNO3.
3.
Ditambahkan 4 tetes K 2Cr 2O7.
4. Dititrasi dengan AgNO3 sampai larutan berubah warna dan mencatat
banyaknya larutan AgNO3 yang digunakan.
1.
Hasil yang diperoleh untuk temperatur pada sampel air sumur 29°C, air
gambut 29°C dan limbah cair tahu 28°C.
2. Hasil yang diperoleh untuk konduktivitas pada limbah cair tahu yaitu0,89
mg/L, pada air gambut yaitu 0,068 mg/L sedangkan pada air sumur 0,081
mg/L. Sedangkan pada pengukuran dengan TDS meter pada limbah cair tahu
yaitu 992 ppm, pada Air gambut yaitu 62 ppm, sedangkan pada air sumur 75
ppm.
3. Hasil pengukuran pH pada sampel air sumur adalah 6,4; air gambut 6,8;
sedangkan air limbah cair tahu adalah 3,7.
-
8/17/2019 Percobaan III Oke
9/20
III - 9
3.4 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.4.1 Hasil Pengamatan
3.4.1.1 Standarisasi larutan AgNO3
Tabel 3. 1. Hasil pengamatan standarisasi larutan AgNO3
No. Percobaan Pengamatan
1.
2.
3.
4.
10 ml larutan NaCl 0,1 N diambil.
Ditambahkan 3 tetes HNO3 pekat.
Ditambahkan 3 tetes K 2Cr 2O7.
Dititrasi dengan AgNO3 dan dicatat
larutan AgNO3 yang digunakan
Titrasi pertama
V awal = 25 ml
V akhir = 17 ml
8 ml
Titrasi Kedua
V awal = 17 ml
V akhir = 12 ml
5 ml
Vrata-rata
ml
V AgNO3 = 6,5 ml
Warna awal = Bening
kekuningan
Warna akhir = Kuning keruh
3.4.1.2 Pengukuran sampel
Tabel 3.2. Hasil pengamatan dari pengukuran sampel (Cempaka)
No. Percobaan Pengamatan
1.
2.
3.
20 ml sampel air sumur cempaka
diambil.
Ditambahkan 3 tetes HNO3.
Ditambahkan 4 tetes K 2Cr 2O7.
-
8/17/2019 Percobaan III Oke
10/20
III - 10
4. Dititrasi dengan AgNO3 dan dicatat
larutan AgNO3 yang digunakan
Titrasi pertama
V awal = 25 ml
V akhir = 19 ml
6 ml
Titrasi Kedua
V awal = 19 ml
V akhir = 16 ml
3 ml
Vrata-rata
V AgNO3 = 4,5 ml
Warna awal = Bening
kekuningan
Warna akhir = Kuning
keruh
Tabel 3.3 Hasil pengamatan dari pengukuran sampel (Martapura)
No. Percobaan Pengamatan
1.
2.
3.
4.
20 ml sampel air sumur martapura
diambil.
Ditambahkan 3 tetes HNO3.
Ditambahkan 4 tetes K 2Cr 2O7.
Dititrasi dengan AgNO3 dan dicatatlarutan AgNO3 yang digunakan
Titrasi pertamaV awal = 25 ml
V akhir = 18,5 ml
6,5 ml
Titrasi Kedua
V awal = 18,5 ml
V akhir = 14 ml
5,5 ml
-
8/17/2019 Percobaan III Oke
11/20
III - 11
Vrata-rata :
V AgNO3 = 6 ml
Warna awal : Bening
kekuningan
Warna akhir : Kuning
keruh
Tabel 3.4. Hasil pengamatan dari pengukuran sampel (Air irigasi)
No. Percobaan Pengamatan
1.
2.
3.
4.
10 ml sampel air irigasi diambil.
Ditambahkan 3 tetes HNO3.
Ditambahkan 4 tetes K 2Cr 2O7.
Dititrasi dengan AgNO3 dan dicatat
larutan AgNO3 yang digunakan
Warna = Bening
Warna = kuning
V AgNO3 = 31,8 ml
Warna = Kuning muda
Tabel 3.5. Hasil pengamatan dari pengukuran sampel (Air gambut)
No. Percobaan Pengamatan
1.
2.
3.
4.
20 ml sampel air gambut diambil.
Ditambahkan 3 tetes HNO3.
Ditambahkan 4 tetes K 2Cr 2O7.
Dititrasi dengan AgNO3 dan dicatat
larutan AgNO3 yang digunakan
Warna=kuning kecoklatan
Warna = kuning
V AgNO3 = 47 ml
Warna = kuning muda
pekat
-
8/17/2019 Percobaan III Oke
12/20
III - 12
3.4.2 Pembahasan
3.4.2.1 Standarisasi larutan AgNO3
Dalam melakukan standarisasi larutan AgNO3 digunakan larutan standar
NaCl 0,1 N dengan meneteskan HNO3 sebanyak 3 tetes dan menggunakan
indikator K 2Cr 2O4 sebanyak 3 tetes ke dalam larutan standar tersebut, sehingga
larutan berubah warna menjadi bening kekuningan. Selanjutnya dilakukan titrasi
menggunakan larutan AgNO3, hingga mendapatkan endapan berwarna putih.
Larutan AgNO3 ini berfungsi untuk mempercepat terjadinya endapan pada
larutan atau dapat dikatakan sebagai suatu pereaksi untuk membentuk suatu
endapan. Dari hasil titrasi di dapatkan data pengukuran bahwa sebanyak 6,5 ml
larutan AgNO3 telah mengubah larutan NaCl dan indikator menjadi warna
kuning keruh dan adanya endapan berwarna putih. Keberadaan endapan tersebut
telah menandakan bahwa standarisasi larutan AgNO3 berjalan dengan baik. Pada
titrasi didapatkan volume AgNO3 yang digunakan sebanyak 6,5 ml dan dilakukan
perhitungan didapatkan normalitas AgNO3 adalah 0,15 N dan faktor ketelitian
AgNO3 adalah 1,54 M. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
NaCl + AgNO3→ AgCl + NaNO3 ...(3.5)
Ag+ + Cl- → AgCl ...(3.6)
3.4.2.2 Pengukuran Sampel
Pada percobaan ini terdapat empat sampel air yaitu sampel air sumur
cempaka, air sumur martapura, air irigasi dan air gambut. Pertama penentuan
konsentrasi klorida pada semua sampel air yang dilakukan dengan mengambil20 ml sampel air dan masing – masing ditambahkan 3 tetes HNO3 pekat dan 4
tetes indikator K 2Cr 2O7 dan kemudian masing – masing sampel air dititrasi
dengan larutan AgNO3 1/20 N hingga warna kuning keruh dan terdapat
endapan putih. Pada titrasi air sumur cempaka didapat volume AgNO3 1/20 N
sebesar 4,5 ml, setelah itu dilakukan perhitungan dan didapatkan konsentrasi
klorida 558,33 mg/L. Sedangkan pada air sumur martapura didapatkan volume
-
8/17/2019 Percobaan III Oke
13/20
III - 13
AgNO3 1/20 N sebesar 6 ml, setelah dilakukan perhitungan didapat konsentrasi
klorida sebesar 757,74 mg/L.
Pada sampel air ketiga yaitu air irigasi didapatkan volume AgNO3 1/20 N
31,8 ml dan setelah dilakukan perhitungan didapat konsentrasi klorida 4.466,7
mg/L. Sedangkan untuk sampel air terakhir yaitu air gambut didapatkan volume
AgNO3 1/20 N sebesar 47 ml dan setelah dilakukan perhitungan didapatkan
konsentrasi klorida sebesar 6.622 mg/L. Tingginya konsentrasi klorida pada air
irigasi dan gambut dipengaruhi oleh kandungan mineral yang ada didalam
tanah, selain itu juga dipengaruhi oleh kegiatan pertanian.
Berdasar Permenkes RI no 492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa standar
untuk dijadikan air minum yakni 250 mg/L. Ini berarti dari hasil percobaan
diketahui bahwa semua sampel tidak memenuhi baku mutu air minum yang
telah ditetapkan. Telah diketahui bahwa hampir semua air alami, mengandung
ion klorida. Konsentrasinya bervariasi, tergantung kandungan mineral diberbagai
daerah. Dalam jumlah kecil tidak berpengaruh, sedangkan dalam konsentrasi
tinggi akan membuat rasa air menjadi tidak enak diminum. Adapun faktor yang
mempengaruhi konsentrasi klorida tinggi pada sampel air.
Reaksi yang seharusnya terjadi :
AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3 ...(3.7)
AgNO3+ KCl AgCl + KNO3 ...(3.8)
Dalam titrasi pengendapan zat yang ditentukan bereaksi dengan zat
pentiter membentuk senyawa yang sukar larut dalam air, syarat-syaratnya :
1. Terjadinya kesetimbangan serbaneka harus berlangsung cukup cepat
2.
Empat zat yang akan ditentukan akan bereaksi secara stoikiometri dengan zat
pentiter
3. Endapan yang terbentuk harus sukar larut sehingga terjamin harus tersedia
cara penentuan titik akhir yang sesuai.
4. Kesempurnaan reaksi sampai 99,9% (Santoso,2009).
Pada percobaan pengukuran konsentrasi klorida diketahui dimana saat
titrasi kesetimbangan terjadi sangat lama untuk menghasilkan endapan AgNO3
dapat disimpulkan bahwa air tersebut memiliki konsentrasi klorida yang
-
8/17/2019 Percobaan III Oke
14/20
III - 14
tinggi, faktor lain mempengaruhi konsentrasi klorida tinggi yaitu kondisi suatu
perairan yang dapat di pengaruhi oleh aktivitas masyarakat sekitar seperti
perrtanian, domestik, industri dan aktivitas mikroorganisme yang ada pada
perairan tersebut.
Pada percobaan pengukuran konsentrasi klorida menggunkan metode
mohr atau argontometri kelebihan dari metode ini dapat memberikan hasil yang
lebih memuaskan dari pada metode lain, selain itu pelaksanaanya yang cepat,
mudah dan ketelitiaan dan ketepatan yang cukup tinggi. Adapun kekurangan dari
pengunaan metode ini adalah titrasi harus dilakukan dalam suasana netral
sehingga dalam suasana asam perak kromat larut karena terbentuk dikromat
dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida, selain itu titrasi
harus dilakukan secara cepat dan pengocokaan yang kuat agar Ag+ tidak
teroksidasi menjadi Ag2O yang dapat menyebabkan titik akhir titrasi sulit
tercapai. Kelebihan titran dapat mengakibatkan indikator mengendap sebelum
titik ekivalen tercapai sehingga dapat mengakibatkan titik akhir tidak akurat.
-
8/17/2019 Percobaan III Oke
15/20
III - 15
3.5 PENUTUP
3.5.1 Kesimpulan
1.
Pada standarisasi AgNO3 didapatkan hasil perhitungan normalitas AgNO3
sebesar 0,015 N dengan faktor ketelitian sebesar 1,5 M.
2. Konsentrasi klorida pada air sumur cempaka, sumur martapura, air irigasi
dan air gambut adalah 223,33 mg/L ; 329,68 mg/L ; 893,3 mg/L ; 1324,4
mg/L.
3. Berdasarkan Kepmenkes RI no 492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa baku
mutu air untuk klorida yang ditetapkan sebesar 250 mg/l, maka diketahui
sampel air cempaka , air martapura, air irigasi dan air gambut tidak dapat
digunakan untuk minum.
3.5.2
Saran
Kepada para praktikan agar lebih teliti dalam melakukan titrasi agar tidak
terjadi kesalahan pada hasil percobaan.
-
8/17/2019 Percobaan III Oke
16/20
III - 16
DAFRTAR PUSTAKA
Andayani P. 2007. Klorida.
http://enviromental-ra.blogspot.com/2009/04/klorida.htm
Diakses pada tanggal 9 Desember 2015
Devis, M.LD.A. 1991. Intruction To environmental Engineriing Second edion.
Mc Grow-Hill.inc, Newyork.
Harjadi,W.1993. Ilmu kimia Analitik Dasar .Erlangga, Jakarta.
Jeffry. 2005. Korosi beton Bertulang.
http://digilib.itb.ac.id/gldt.phpDiakses pada tanggal 9 Desember 2015
Mahfuz, I. 2009. Laboratorium Lingkungan klorida.
http://scrib.com/doc/2494408/laporan praktikumklorida.
Diakses pada tanggal 9 Desember 2015
Shevla,G.1990. Analisis Anorganik Kualitatif makro dan semimikro Jilid I. Media
Pustaka, Jakarta.
Underwood,A.L.1999. Analisis Kimia Kuantitatif . Erlangga, Jakarta.
http://digilib.itb.ac.id/gldt.phphttp://scrib.com/doc/2494408/laporanhttp://scrib.com/doc/2494408/laporanhttp://digilib.itb.ac.id/gldt.php
-
8/17/2019 Percobaan III Oke
17/20
III - 17
LAMPIRAN
PERHITUNGAN KLORIDA
a). Standarisasi Larutan AgNO3
Diketahui : Volume larutan NaCl = 10 ml
Normalitas NaCl = 0,1 N
Volume larutan AgNO3 = 6,5 ml
Ditanya : Normalitas AgNO3…?
Faktor Ketelitian…?
Jawab :
Normalitas AgNO3 =
=
= 0,15 N
Faktor Ketelitian AgNO3 =
=
= 1,5 M
1). Pengukuran sampel pada air sumur cempaka
Diketahui : Volume sampel air = 20 ml
Volume larutan AgNO3 = 4,5 ml
Faktor ketelitian = 1,5Ditanya : Konsentrasi Klorida…?
Jawab :
Konsentrasi Klorida
=
( )
=
= 558,33 mg/L
-
8/17/2019 Percobaan III Oke
18/20
III - 18
2). Pengukuran sampel pada air sumur Martapura
Diketahui : Volume sampel air = 20 ml
Volume larutan AgNO3 = 6 ml
Faktor ketelitian = 1,5
Ditanya : Konsentrasi Klorida…?
Jawab :
Konsentrasi Klorida
=
( )
=
= 757,74 mg/L
b). Standarisasi Larutan AgNO3
Diketahui : Volume larutan NaCl = 10 ml
Normalitas NaCl = 0,1 N
Volume larutan AgNO3 = 22,1 ml
Ditanya : Normalitas AgNO3…?
Faktor Ketelitian…?
Jawab :
Normalitas AgNO3 =
=
= 0,04 N
Faktor Ketelitian AgNO3 =
=
= 0,4 M
1). Pengukuran sampel pada air irigasi
Diketahui : Volume sampel air = 10 ml
Volume larutan AgNO3 = 31,8 ml
Faktor ketelitian = 0,4 M
-
8/17/2019 Percobaan III Oke
19/20
III - 19
Ditanya : Konsentrasi Klorida…?
Jawab :
Konsentrasi Klorida
=
( )
=
= 893,3 mg/L
2). Pengukuran sampel pada air gambut
Diketahui : Volume sampel air = 10 ml
Volume larutan AgNO3 = 47 ml
Faktor ketelitian = 0,45 M
Ditanya : Konsentrasi Klorida…?
Jawab :
Konsentrasi Klorida
=
( )
=
= 1324,4 mg/L.
-
8/17/2019 Percobaan III Oke
20/20
III - 20
LAMPIRAN
DAFTAR PERTANYAAN
1.
Jelaskan mengapa penggunaan klorin yang melebih baku mutu bahaya bagi
kesehatan?
2. Jelaskan apa alasan klorin sangat banyak digunakan sebagai desinfektan ?
JAWABAN :
1. Karena pada dasarnya, klorin dalam jumlah tertentu dibutuhkan oleh tubuh,
namun apabila telalu banyak justru akan menghambat metabolisme sel.
Banyaknya jumlah klorin akan menyebabkan bau dan rasa pada air yang
pada akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan seperti terganggunya indra
perasa.
2. a. Dapat dikemas dalam bentuk larutan, gas dan bubuk (powder)
b. Relatif murah
c.
Memiliki daya larut yang tinggi serta dapat larut pada kadar yang tinggi
(7000mg/liter).
d. Residu klorin dalam bentuk larutan tidak berbahaya bagi manusia, jika
terdapat pada kadar yang tidak berlebihan.
e. Bersifat sangat toksik bagi mikroorganisme dengan cara menghambat
aktivitas metabolisme mikroorganisme tersebut