PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA SEMARANG …
Transcript of PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA SEMARANG …
PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA
KARYAWAN ADMINISTRASI DAN BURUH KASAR
DI PT. PANTJATUNGGAL KNITTING MILL
SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Nikolas Agung Adi Saputro
NIM : 039114059
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
Skripsi ini ku persembahkan untuk keluargaku
dan sebagai kado ulang tahun mamaku yang
ga bosen-bosen bilang suru nyelesaiin kuliah!
ABSTRAK
Nikolas Agung Adi Saputro (2008). Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara
Karyawan Administrasi Dan Buruh Kasar Di PT. PANTJATUNGGAL
KNITTING MILL Semarang.
Penelitian ini adalah penelitian komparatif yang bertujuan mengetahui
perbedaan stres kerja yang dialami karyawan administrasi dan buruh kasar di PT.
PANTJATUNGGAL KNITTING MILL Semarang. Subjek dalam penelitian
berjumlah 100 orang, masing-masing 50 orang dari karyawan administrasi dan 50
orang dari buruh kasar. Uji reliabilitas menggunakan metode alpha-cronbach,
nilai reliabilitas setelah seleksi item sebesar 0,928 yang berarti instrument
penelitian ini sangat dapat dipercaya. Uji hipotesis dilakukan dengan independent
sample t-test. Dari hasil uji-t diperoleh nilai t sebesar 4,017 dan p sebesar 0,000
membuktikan bahwa hipotesis diterima, yang mana menggambarkan adanya
perbedaan yang signifikan mengenai tingkat stress antara karyawan administrasi
dan buruh kasar.
ABSTRACT
Nikolas Agung Adi Saputro (2008). Differentiation Level of Job Stress
Between Administration Employees And Laborer In PT.
PANTJATUNGGAL KNITTING MILL Semarang.
This research is comparative research which aim to know the job stress
differences between administration employees and labourer in PT.
PANTJATUNGGAL KNITTING MILL Semarang. The amount of the subect in
this research are 100 people, each 50 people from administration employees and
50 people from labourer. The reliability test using the method of alpha-cronbach,
value of the reliability test after item selection of equal is 0,928 it means this
instrument research is very believable. The hypothesis test conducted by using
independent sample t-test. From the result of t-test obtained a value t of equal
4,017 and p of equal 0,000 that proving if the hypothesis accepted, which
describing any differences which signifikan about the job stress level between
employees of administration and labourer.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………..i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………………....iv
Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah Untuk Kepentingan
Akademis ………………………………………………………………………….v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………………....vi
ABSTRAK ……………………………………………………………………....vii
ABSTRACT …………………………………………………………………….viii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………...ix
DAFTAR ISI ...…………………………………………………………………...xi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………....xiii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………...xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...……………………………………………………….xv
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………………..1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………....1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………….3
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………..3
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………...5
A. Stres Kerja…………………………………………………………….5
B. Karyawan Administrasi dan Buruh Kasar...…………………………..9
C. Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara Karyawan Administrasi dan
Buruh Kasar …………………………………………………………11
C. Hipotesis ...………....………………………………………………....13
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .……………………………………....14
A. Jenis Penelitian ...….………………………………………………...14
B. Variabel Penelitian .....……………………………………………….14
C. Definisi Operasional .…………………………………………...........14
D. Subjek Penelitian ….……...………………………………………….15
E. Metode Pengumpulan Data ..………………………………………...16
F. Prosedur Penelitian …………...……..……………………………….20
G. Metode Analisis Data ..……………………………………………....20
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..……………………...22
A. Persiapan Penelitian ………………………………………………....22
B. Pelaksanaan Penelitian ..……………………………………………..26
C. Hasil Analisis Data Penelitian ..……………………………………...27
D. Pembahasan ..………………………………………………………...32
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..……………………………………….36
A. Kesimpulan …..……………………………………………………..36
B. Saran ……......………………………………………………………36
DAFTAR PUSTAKA ……..…………………………………………………….38
LAMPIRAN ……………………………………………………………………..39
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penyebaran Item Stres Kerja …………………………...…....………...18
Tabel 2. Reliabilitas Sebelum Seleksi Item ...……………………………….......24
Tabel 3. Reliabilitas Setelah Seleksi Item ……………………………................24
Tabel 4. Penyebaran Item Stres Kerja Setelah Beberapa item gugur ...…………25
Tabel 5. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ...………………....................27
Tabel 6. Test of Homogeneity of Variance …………………………………......28
Tabel 7. Hasil Analisis Deskriptif ………………………………………………29
Tabel 8. Norma Kategorisasi Skor Tingkat Stres Kerja…………………..……..29
Tabel 9. Kategorisasi Skor Tingkat Stres Kerja dan Deskripsi Subjek ………....30
Tabel 10. Independent Samples Test ….…………………………………….…...31
Tabel 11. Group Statistics ……………………………………….……………....32
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur Tingkat Stres Kerja pada Karyawan Administrasi dan Buruh
Kasar ..……………………………………………………………..13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Raw Score ………...………………………………………………..39
Lampiran 2. Data setelah uji coba terpakai ...……………………………………60
Lampiran 3. Corrected item-total Correlation sebelum uji coba terpakai ...…….75
Lampiran 4. Corrected item-total Correlation setelah uji coba terpakai ...………76
Lampiran 5. Uji normalitas ...……………………………………………………77
Lampiran 6. Uji homogenitas ......……………………………………………….78
Lampiran 7. Independent t-test ...………………………………………………..84
Lampiran 8. Kuesioner ...………………………………………………………...85
Lampiran 9. Surat keterangan …………....……………………………………...86
Lampiran 10. Ijin Penelitian ……………………………………………………..87
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bekerja adalah idaman bagi setiap orang dalam upayanya memenuhi
kebutuhan hidup dan kehidupannya sepanjang masa (Anoraga, 1992). Kondisi
fisik yang baik kiranya mendukung seseorang menjalankan pekerjaannya
dengan baik pula. Demikian halnya dengan sisi psikologis seseorang, keadaan
psikologis dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Menjadi penting bilamana
pikiran seseorang tidak terkorupsi oleh Stres, sehingga kinerja kerja seseorang
tidak menurun. Apabila kondisi tersebut dapat tercapai, maka diharapkan
produktivitas perusahaan akan meningkat.
Stres adalah sebuah fenomena psikologis yang dapat hinggap pada diri
siapapun, termasuk di dalamnya karyawan. Stres kerja adalah salah satu hal
yang memicu timbulnya masalah dalam perusahaan dan menuntut penanganan
serius, karena dikhawatirkan mempengaruhi produktivitas. Robbins (1996)
mengungkapkan bahwa dari hasil sebuah survey kepada 600 pekerja di
Amerika, 276 orang mengatakan bahwa pekerjaan mereka sangat penuh-Stres
dan 204 orang mengatakan bahwa Stres yang mereka alami terlalu buruk dan
mendorong mereka untuk segera berhenti bekerja.
Perusahaan memiliki berbagai jabatan dengan perbedaan sifat
pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan yang bersifat internal dan eksternal. Pekerjaan
internal meliputi para pekerja yang bertugas di dalam kantor, sedangkan
pekerja eksternal meliputi para pekerja lapangan atau yang betugas di luar
kantor. Perbedaan jabatan menjadi penentu tempat dan waktu kerja seseorang.
Pada sebagian pekerja, kebahagiaan kerja terletak pada kesesuaian pekerjaan
dengan bidang pendidikan yang dimilikinya, serta kenyamanan akan
lingkungan kerjanya. Semakin seseorang nyaman dengan kondisi tempat
kerjanya dan tidak terfokus pada ruang dan waktu yang monoton, maka
kecenderungan pekerja mengalami Stres kerja semakin kecil. Aset terbesar
dari sebuah perusahaan adalah para pekerjanya. Kesehatan mental dan fisik
pekerja adalah bisnis yang sangat menentukan dan bermanfaat bagi
perusahaan (Managing Stres, 2004).
Stres kerja adalah suatu kondisi yang berbeda di mana tantangan kerja
berubah menjadi sebuah tuntutan kerja yang mengubah kondisi santai menjadi
kondisi yang melelahkan. Kepuasan berubah menjadi rasa sakit, luka dan
kesalahan kerja, dikemukakan bahwa lingkungan kerja juga menjadi penyebab
potensial terjadinya stres kerja. Stres kerja erat hubungannya dengan pekerja
dan kondisi pekerjaannya. Penyebab utama stres kerja lebih disebabkan oleh
karakteristik pekerja dan kondisi pekerjaan. Kondisi yang penuh stress
ditanggapi secara berbeda oleh masing-masing pekerja, di mana
pencegahannya pun berbeda di antara pekerja dalam menghadapi tuntutan dan
kondisi kerja (NIOSH dan Robbins).
Stres pada karyawan administrasi dan buruh kasar disebabkan oleh
tuntutan yang banyak, seperti beban kerja yang berlebih, tekanan waktu,
tuntutan yang dipaksakan, dan peristiwa-peristiwa hidup. Tuntutan tersebut
kemudian memicu penurunan kinerja. Dalam jangka panjang hal tersebut akan
mempengaruhi kinerja, produktivitas, hubungan dan kesehatan yang menjurus
pada kondisi yang buruk (Managing Stress, 144-145). Tuntutan yang besar
pada kinerja buruh kasar dengan target yang harus dicapai setiap bulannya,
yang mengakibatkan golongan pekerja ini memiliki kecenderungan
mengalami stres kerja lebih tinggi di bandingkan dengan karyawan
administrasi.
B. RUMUSAN MASALAH
“Apakah ada perbedaan tingkat Stres kerja antara karyawan administrasi
dan buruh kasar di PT. PANTJATUNGGAL KNITTING MILL Semarang?”
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan tingkat stres kerja
yang dialami karyawan administrasi dan buruh kasar di PT.
PANTJATUNGGAL KNITTING MILL Semarang.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini berguna dalam memperkaya literatur serta penelitian
dalam bidang Psikologi, khususnya Psikologi Industri. Dan dalam bidang
Psikologi Industri Organisasi diharapkan dapat menyumbangkan informasi
mengenai tingkat Stres kerja yang dialami para pekerja terkait dengan
lingkungan kerjanya berdasarkan jabatan kerja. Penelitian ini juga berguna
dalam menambah wawasan dan pengetahuan peneliti, serta dapat
digunakan bagi peneliti selanjutnya dalam meneliti masalah serupa.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi PT.
PANTJATUNGGAL KNITTING MILL Semarang, baik kepada pihak
direksi, karyawan dan buruh, dalam upaya memahami, engevaluasi kinerja
secara keseluruhan dan sebagai refleksi megenai kondisi yang
menyebabkan pekerja mengalami Stres kerja terkait dengan kinerja dan
lingkungan kerjanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. STRES KERJA
Stres dalam pekerjaan adalah bagian dari stres dalam kehidupan. Stres
dan pekerjaan yang dialami oleh individu adalah sebuah interaksi yang
kompleks. Stres yang berlebihan akan berkaitan dengan timbulnya gangguan
psikis dan fisik (Anoraga, 1992), selain itu juga memicu gangguan sosial.
1. Pengertian Stres
Stres (Hardjana, 1994) dirumuskan sebagai keadaan atau kondisi
yang terjadi apabila orang yang mengalami stres dan hal yang
mendatangkan stres membuat yang bersangkutan melihat
ketidaksepadanan antara keadaan biologis, psikologis dan sosial yang
terjadi padanya. Ditambahkan Selye (Fabella, 1993) Stres adalah sebuah
respon tubuh tidak spesifik terhadap tuntutan yang dihadapi oleh seorang
individu. Stres (Robbins, 1996) adalah kondisi dinamis saat individu
dihadapkan dengan suatu peluang, kendala, atau tuntutan, terkait dengan
apa yang diinginkan dan hasil yang memiliki ketidakpastian mengenai apa
yang dipersepsikan. Stres tidak semata-mata berkesan negatif, namun Stres
dapat menimbulkan peluang baik bila akibatnya menawarkan hal yang
potensial.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa stres adalah
keadaan dan kondisi sebagai sebuah respon tubuh non spesifik saat
individu dihadapkan pada suatu peluang, kendala atau tuntutan tertentu.
2. Pengertian Stres Kerja
Stres Kerja menurut Anoraga (1992) merupakan suatu bentuk
respon individu baik secara fisik maupun mental dalam menghadapi
perubahan di lingkungan kerjanya. Stres kerja didefinisikan sebagai suatu
respon fisik dan emosi di mana terjadi saat tuntutan kerja tidak sesuai
dengan kemampuan, tenaga dan kebutuhan pekerja (NIOSH, 1998). Stres
kerja (Rini, 2002) adalah kondisi yang muncul di mana jika seseorang
dihadapkan pada tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan individu
tersebut.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa stres kerja sebagai
respon fisik maupun mental yang timbul saat seseorang dihadapkan pada
tuntutan pekerjaan yang melampaui kekuatan individu tersebut.
3. Penyebab Umum Stres Kerja
Penyebab umum stres kerja (Perilaku Organisasional, 2003) terbagi
menjadi lima, antara lain:
a. Penyebab fisik
1) Kebisingan, gangguan suara yang terus-menerus dapat menjadi
sumber stres bagi banyak orang, terlebih bagi mereka yang bekerja
dengan mesin.
2) Kelelahan, masalah kelelahan fisik potensial menyebabkan
kemampuan kerja menurun, dan mengakibatkan penurunan
prestasi, sehingga memicu terjadinya stres kerja.
3) Pergeseran kerja, terjadinya perubahan pola kerja yang tidak
menentu dari pekerjaan sebelumnya yang monoton juga dapat
menimbulkan stress kerja.
4) Jet-Lag, kelelahan karena perubahan waktu yang mempengaruhi
irama tubuh dan dapat menimbulkan stres.
5) Suhu dan kelembaban, suhu tinggi dan kelembaban yang rendah
dapat mempengaruhi kinerja dan menibulkan stres kerja.
b. Beban kerja
Beban kerja yang berlebihan menyebabkan timbulnya
ketegangan, karena beban kerja yang berlebihan membutuhkan
konsentrasi dan kecepatan, sehingga potensial memicu trejadinya stres
kerja.
c. Sifat pekerjaan
1) Situasi baru dan asing, situasi baru dan asing yang dijumpai
seseorang dalam pekerjaan atau organisasi dapat menimbulkan
stres kerja.
2) Ancaman pribadi, control yang ketat dari atasan mempengaruhi
kebebasan seseorang hingga menibulkan stres.
3) Percepatan, tuntutan pekerjaan yang tinggi sehingga memerlukan
kelincahan dan kecepatan, dapat mengakibatkan stres kerja pada
sebagian orang.
4) Ambiguitas, ketidakjelasan mengenai tugas yang diberikan dan
pekerjaan apa yang harus dilakukan akan menimbulkan
kebingungan dan kemudian mengakibatkan stres kerja.
5) Umpan balik, kurangnya reward dari atasan atau perusahaan dapat
menurunkan semangat kerja dan rentan timbulnya stres kerja.
d. Kebebasan
Kelonggaran peraturan yang diberikan perusahaan atau organisasi
terkadang menjadi masalah bagi karyawan yang terbiasa dengan
peraturan dan kedisiplinan. Kebebasan menimbulkan ketidakpastian
dan hal ini menjadi sumber stres kerja.
e. Kesulitan
Kesulitan-kesulitan yang dijumpai seseorang baik itu terkait
dengan pekerjaan maupun keluarga dapat mempengaruhi kinerja
seseorang. Hal tersebut merupakan penyebab terjadinya stres kerja.
4. Aspek Stres Kerja
Aspek stres kerja menurut Pandji Anoraga (1992) terbagi menjadi
tiga antara lain fisik, emosi, dan sosial.
1. Fisik, antara lain: sakit maag, sakit kepala, mudah kaget, banyak keluar
keringat dingin, lesu, letih, insomnia, gangguan pola tidur.
2. Emosi, antara lain: sukar konsentrasi, pelupa, sukar mengambil
keputusan, cemas, was-was, khawatir, mudah marah.
3. Sosial, antara lain : meningkatnya aktivitas seperti makan dan minum,
mudah bertengkar, menarik diri dari pergaulan sosial.
B. KARYAWAN ADMINISTRASI DAN BURUH KASAR
1. Pengertian pekerja
Pekerja atau tenaga kerja seperti disebutkan dalam Pasal 1 Ayat 2
Undang-Undang Tentang Ketenagakerjaan dan menurut Soepomo (1982)
adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik secara internal
maupun eksternal dalam hubungan kerja guna menghasilkan jasa dan atau
barang dalam memenuhi kebutuhan bagi dirinya dan masyarakat. Pekerja
merupakan mitra kerja pengusaha yang sangat penting dalam proses
produksi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pekerja dan
keluarganya. Pekerja juga disebut sebagai setiap orang yang bekerja
dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dengan kata lain,
pekerja dalam hal ini adalah mereka yang bekerja dalam hubungan kerja.
2. Pengertian karyawan administrasi
Menurut Dharmaputera (2003), karyawan administrasi atau yang
lebih popular disebut sebagai pekerja kerah putih adalah mereka yang
berdasi atau bergaun rapi, duduk di ruang yang sejuk berkursi empuk,
sibuk di belakang meja dengan pena, telepon, dan komputer mereka.
Karyawan administrasi juga dapat diartikan sebagai pekerja baik pria
maupun wanita yang bekerja pada suatu lembaga yang kegiatannya
meliputi penetapan tujuan serta penyelengaraan kegiatan kantor dan tata
usaha dengan medapat gaji (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karyawan
administrasi adalah pekerja baik pria maupun wanita yang bekerja dengan
telepon dan komputer yang tugasnya meliputi penetapan tujuan serta
penyelengaraan kegiatan kantor dan tata usaha dengan mendapat gaji.
3. Pengertian buruh kasar
Menurut Dharmaputera (2003), buruh kasar atau pekerja lapangan
adalah pekerja yang lebih mengandalkan kekuatan fisik daripada keahlian
atau kemampuan intelektual. Buruh kasar dapat diartikan sebagai orang
yang bekerja dengan bahan mentah, dengan tipikal pekerjaan yang agak
keras, dan mendapat upah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa buruh kasar
adalah pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik, bekerja dengan
bahan mentah dan mendapat upah.
C. PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA KARYAWAN
ADMINISTRASI DAN BURUH KASAR DI PT. PANTJATUNGGAL
KNITTING MILL SEMARANG.
Stres kerja adalah hal yang biasa dialami oleh pekerja, karena dinamika
pekerjaan maupun karena terlalu monotonnya pekerjaan yang dihadapi.
Karakteristik pekerjaan yang berbeda memiliki perbedaan tingkat stres kerja
yang dialami seorang pekerja. Pekerjaan yang sifatnya internal secara teknis
memiliki tempat kerja dan suasana kerja yang lebih nyaman karena berada di
dalam ruangan dan didukung dengan penyejuk udara. Pekerjaan yang sifatnya
eksternal secara teknis jauh sekali dari kondisi yang disebut nyaman, pekerja
biasanya bekerja di ruangan, lekat dengan kegiatan produksi dan mesin-mesin
produksi. Kerja memiliki arti sejauh menghasilkan sesuatu (Anoraga, 1992),
akibatnya banyak orang bekerja secara terpaksa dan menganggapnya sebagai
beban hidup. Masih menurut Anoraga, orang-orang yang terlalu kaku akan
menjadi lebih buruk jika ia tidak bisa mengatasi stres kerja.
Jenis pekerjaan internal identik dengan karyawan administrasi,
sedangkan pekerjaan yang sifatnya eksternal identik dengan buruh kasar.
Bekerja di lingkungan yang kurang nyaman, lebih mengandalkan fisik dan
dekat dengan mesin adalah sebuah kondisi yang dapat memicu terjadinya stres
kerja. Robbins (1996) mengemukakan bahwa lingkungan kerja juga menjadi
penyebab potensial terjadinya stres kerja, selain kendala dan tuntutan kerja di
atas. Ketidakpastian lingkungan, yang dalam hal ini lebih difokuskan pada
ketidakpastian teknologis, karena munculnya mesin-mesin baru dan inovasi
teknologi merupakan ancaman bagi mereka yang memiliki kesulitan dengan
komputerisasi, sehingga potensial mengakibatkan stres. Pekerjaan dengan
tipikal seperti karyawan administrasi dengan tuntutan pekerjaan yang monoton
juga memiliki kemungkinan yang sama dengan buruh kasar dalam hal
timbulnya stres kerja.
Kendala dan tuntutan kerja sangat terkait terhadap stres kerja (Robbins,
1996). Menurut Fraser (Anoraga, 1992) stres kerja timbul saat ada perubahan
keseimbangan antara manusia dengan mesin dan manusia dengan lingkungan,
karena kedua hal tersebut adalah suatu sistem yang sifatnya interaksional.
Fraser juga mengemukakan bahwa ada dua macam pekerjaan yang memiliki
kecenderungan potensial terhadap stres, yaitu pekerjaan yang menuntut
kekuatan fisik dan pekerjaan yang menuntut keterampilan dan kemahiran, jadi
perbedaan tingkat stres dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang berbeda antara
karyawan administrasi dan buruh kasar. Smet (1994) mengemukakan bahwa
tidak ada kriteria obyektif yang dapat mengukur situasi yang penuh stres,
karena setiap individu memberikan respon yang berbeda terhadap stres.
Gambar 1.
Alur Tingkat Stres Kerja pada Karyawan Administrasi dan Buruh Kasar
KaryawanAdministrasi
BuruhKasar
Mengalami hal-halyang menjadi penye-bab stres kerja
Penyebab fisik- Kebisingan- Kelelahan- Pergeseran kerja- Jet-Lag- Suhu & kelembaban
Beban kerjayang berlebih
Sifat pekerjaan- Situasi baru & asing- Ancaman Pribadi- Percepatan target- Ketidakjelasan pekerjaan- Kurangnya umpan balik
Kebebasan :peraturan yang terlalu longgarKesulitan :
dalam keluargamaupun pekerjaan
Pada akhirnya me-nimbulkan terjadinya
stres kerja
Mengakibatkan gangguan pada aspek
Fisik Emosi Sosial
D. HIPOTESIS
Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu, Ada perbedaan tingkat stres
kerja yang signifikan antara karyawan administrasi dengan buruh kasar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
penelitian untuk melihat perbedaan dengan cara membandingkan tingkat stres
kerja (sebagai variabel tergantung) antara karyawan administrasi dan buruh
kasar (sebagai variabel bebas).
B. VARIABEL PENELITIAN
Variabel dalam penelitian ini antara lain:
1. Variabel bebas : Jenis Pekerja
� Karyawan administrasi
� Buruh kasar
2. Variabel tergantung : Stres kerja
C. DEFINISI OPERASIONAL
1. Stres Kerja
Stres kerja adalah sebuah ketidakpastian kondisi fisik, psikis dan
sosial yang terjadi akibat tuntutan kerja yang tidak dapat diterima oleh
tubuh. Stres kerja diidentifikasi dalam tiga aspek, yang antara lain
meliputi aspek fisik, aspek emosi, dan aspek sosial. Aspek fisik meliputi
indikator-indikator seperti sakit maag, sakit kepala, mudah kaget, banyak
keluar keringat dingin, lesu, letih, insomnia, gangguan pola tidur. Aspek
emosi meliputi indikator-indikator seperti sukar konsentrasi, pelupa, sukar
mengambil keputusan, cemas, was-was, khawatir, mudah marah. Aspek
sosial meliputi inidkator-indikator seperti meningkatnya aktivitas seperti
makan dan minum, mudah bertengkar, menarik diri dari pergaulan sosial.
2. Karyawan Administrasi
Karyawan administrasi adalah orang yang bekerja dengan lebih
mengandalkan otak. Pekerjaan mereka biasanya berhubungan dengan lalu-
lintas barang yang keluar masuk perusahaan dan keuangan. Mereka bekerja
dengan komputer dan telepon, karena hal tersebut mendukung kinerja
mereka dalam bekerja.
3. Buruh Kasar
Buruh kasar adalah kaum pekerja yang berhubungan dengan barang
mentah. Buruh kasar pada penelitian ini bekerja dengan mesin-mesin
garmen yang digunakan memotong, menjahit dan mengepak kain yang
nantinya akan digunakan sebagai bahan dasar pakaian. Bekerja secara
periodik (shift), untuk menjaga stamina pekerja guna menjaga mutu produk
yang dihasilkan.
D. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian adalah karyawan administrasi dan buruh kasar di PT.
PANTJATUNGGAL KNITTING MILL Semarang yang dilakukan dengan
metode purposive sampling. Kriteria subjek antara lain:
1 Subjek adalah karyawan aktif yang masih bekerja dan tercatat sebagai
pekerja di PT. PANTJATUNGGAL KNITTING MILL Semarang.
2 Subjek berusia minimal 18 tahun, sesuai dengan Undang-undang RI
Tentang Ketenagakerjaan (2003).
3 Subjek dalam penelitian ini sejumlah 100 orang, masing-masing 50 orang
dari buruh kasar dan 50 orang dari karyawan administrasi.
E. METODE PENGUMPULAN DATA
Skala Stres Kerja
Sebuah skala merupakan kumpulan bermacam pernyataan sikap yang
disusun secara tertulis, sehingga respon seseorang akan sebuah sikap yang
ingin dilihat dari pernyataan yang diberikan dapat diberi skor dan kemudian
dinterpretasikan (Azwar, 2005). Demikian pula dengan skala stres kerja,
segala pernyataan mengenai stres kerja terkait dengan penelitian, maka untuk
memudahkan memperoleh data, peneliti menggunakan kuesioner dengan
multiple item measure. Penggunaan kuesioner berskala dengan banyak item,
kelak akan memudahkan dalam mengukur tingkat tinggi-rendahnya tingkat
stres kerja antara karyawan administrasi dan buruh kasar pada PT.
PANTJATUNGGAL KNITTING MILL Semarang.
Skala stres kerja yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada
method of summated ratings atau sering disebut sebagai skala Likert. Penilaian
setiap skala diberikan berdasarkan kategori empat jawaban. Masing-masing
item akan diberi penilaian 4, 3, 2, 1 untuk SS (Sangat Sering), S (Sering), J
(Jarang), TP (Tidak Pernah) untuk jawaban subjek pada item yang bersifat
favorabel. Sebaliknya, untuk pernyataan yang bersifat unfavorabel akan
digunakan penilaian 1, 2, 3, 4 untuk SS (Sangat Sering), S (Sering), J (Jarang),
TP (Tidak Pernah).
Skala yang akan disajikan berisi empat puluh empat butir pernyataan,
item disusun berdasarkan indikator dari aspek-aspek stres kerja dan kemudian
dituangkan dalam bentuk item berskala guna mengukur tingkat stres kerja
yang dialami karyawan administrasi dan buruh kasar. Dari empat puluh empat
butir item, lima puluh persennya terdiri dari item favorable dan lima puluh
persennya lagi terdiri dari item unfavorable. Item-item favorable adalah item-
item yang berisi pernyataan yang sifatnya mendukung pada objek sikap. Dan
item-item unfavorable adalah item-item yang sifatnya kontra dengan objek
sikap (Azwar, 2005).
Tabel 1.
Penyebaran Item Stres Kerja
No Aspek Indikator Item Item Σ %
Favorabel Unfavorabel
1 Fisik Sakit maag 1 44 2 4,545
Sakit kepala 16 29 2 4,545
Mudah kaget 10 35 2 4,545
Banyak keluar
keringat dingin 2 43 2 4,545
Lesu 3 41 2 4,545
Letih 4 42 2 4,545
Insomnia 14 31 2 4,545
Gangguan pola
tidur 6 39 2 4,545
2 Emosi
Sukar
konsentrasi 7, 9 38, 36 4 9,09
Pelupa 8 37 2 4,545
Sukar
mengambil
keputusan 13 32 2 4,545
Cemas 11 34 2 4,545
Was-was 12 33 2 4,545
Khawatir 15 30 2 4,545
Mudah marah 20 25 2 4,545
3 Sosial Meningkatnya
aktivitas seperti 5, 22 40, 23 4 9,09
makan &
minum
Mudah
bertengkar 18, 21 27, 24 4 9,09
Menarik diri
dari
pergaulan sosial 17, 19 28, 26 4 9,09
Total 22 22 44 100
2. Kelayakan Skala Stres Kerja
a. Analisis Item
Pengukuran validitas dilakukan dengan analisis butir
menggunakan teknik uji reliabilitas dan sekaligus uji validitas
menggunakan corrected item-total correlation atau lebih popular
disebut dengan metode pearson. Pengukuran ini dilakukan dengan
tujuan untuk menguji apakah tiap item pernyataan benar-benar mampu
mengungkapkan variabel yang akan diukur atau konsistensi internal
tiap item alat ukur dalam mengukur semua faktor. Penghitungan ini
dilakukan dengan SPSS 13.00.
Sebagai kriteria pemilihan item berdasar pada korelasi item total
biasanya digunakan batasan rix ≥ 0,30 (Azwar, 1999). Item yang
memiliki koefisien korelasi minimal 0,30 diinterpretasikan sebagai
item yang memiliki daya diskriminasi tinggi dan dianggap
memuaskan, sedangkan item yang memiliki koefisien korelasi kurang
dari 0,30 diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya
diskriminasi rendah dan dianggap gugur.
b. Validitas
Validitas penelitian diukur menggunakan validitas isi dan
validitas tampang. Validitas isi adalah validitas yang menunjukkan
kesesuaian antara alat ukur dengan tujuan penelitian, melalui isi materi
pada tiap-tiap item apakah sudah mewakili variabel yang akan diteliti.
Uji validitas isi (Azwar, 1997) dilakukan oleh orang yang kompeten
pada bidang yang ingin diteliti dengan analisis rasional, atau dikenal
dengan istilah penilaian oleh ahlinya (professional judgement).
Validitas tampang adalah penampilan alat tes yang dirasa mampu
mengungkap atribut yang hendak diukur, dan menarik secara fisik.
c. Reliabilitas
Reliabilitas dari sebuah alat tes sangat penting, sehingga jika
suatu saat alat tes tersebut digunakan kembali sebagai alat ukur suatu
konstruk dapat menujukkan konsistensinya. Jenis cara yang
dipergunakan dalam mengukur reliabilitas alat tes ini adalah Alpha-
Cronbach (Azwar, 1997). Cara ini guna menentukan konsistensi
internal suatu tes dengan perhitungan statistik pada setiap item
soalnya.
F. PROSEDUR PENELITIAN
Prosedur penelitian yang dilakukan pada penelitian ini antara lain:
1. Membuat blue print dari komponen stres kerja untuk kemudian dituangkan
menjadi item-item.
2. Menyebarkan kuesioner pada subjek yang telah ditentukan.
3. Melakukan uji validitas dan reliabilitas guna digunakan dalam uji coba
terlampir.
4. Melakukan uji normalitas dan uji homogenitas.
5. Melakukan seleksi item gugur untuk selanjutnya dianalisis dengan uji-t.
G. METODE ANALISIS DATA
1 Uji Asumsi
Uji asumsi dilakukan dengan melakukan uji normalitas dan uji
homogenitas. Uji normalitas dilakukan untuk melihat sejauh mana
kenormalan distribusi frekuensi sebaran. Uji homogenitas dilakukan untuk
melihat apakah subjek penelitian memiliki varian yang sama atau dapat
dikatakan subjek berasal dari populasi dengan varian yang sama (Triton,
2005). Pada akhirnya jika distribusi frekuensi sebaran normal dan subjek
homogen, asumsinya penelitian ini dapat dilanjutkan untuk dilakukan uji
hipotesis.
2 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan SPSS 13.0. Untuk mengukur
perbedaan nilai rata-rata (mean) dari kelompok karyawan adminstrasi dan
buruh kasar, maka digunakan pengukuran signifikansi dengan independent
sample T-test. Dari hasilnya jika uji-t menunjukkan adanya perbedaan,
maka hipotesis terbukti.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PERSIAPAN PENELITIAN
1. Perijinan Penelitian
Perijinan untuk melaksanakan penelitian dikeluarkan oleh kampus
dengan nomor 20C/D/KP/Psi/USD/IV/2007 yang disahkan oleh Dekan
Fakultas Psikologi. Surat Ijin penelitian kemudian diberikan dengan nomor
073/PTKM/SDM-EXT/VII-13/2007 oleh perusahaan. Dan surat
keterangan telah melaksanakan penelitian dengan nomor
074/PTKM/SDM-EXT/VII-13/2007, sebagai bukti bahwa benar-benar
telah dilakukan penelitian.
2. Lokasi Penelitian
Semarang ditetapkan sebagai lokasi penelitian mengingat
Semarang tergolong sebagai kota Industri dan di sana banyak berdiri
perusahaan, sehingga masyarakatnya dapat digolongkan sebagai
masyarakat industri. Dan PT. PANTJATUNGGAL KNITTING MILL
adalah perusahaan yang menjadi subjek penelitian di Semarang.
PT. PANTJATUNGGAL KNITTING MILL adalah sebuah
perusahaan garmen yang berlokasi di Jl. Simongan no. 98, Semarang,
Jawa Tengah. Pada awal berdirinya di tahun 1975 perusahaan garmen ini
hanya memproduksi pakaian dalam, t-shirt, dan baju hangat dengan jumlah
produksi dan karyawan yang sangat terbatas. Pada tahun 1983 perusahaan
ini mulai mengekspor produk mereka ke Amerika, Amerika Latin, Canada,
Eropa, Negara-negara timur tengah dan Kawasan Asia Pasifik. Dan kini
dengan 1170 orang karyawan dan enam ratus mesin garmen, perusahaan
dengan kapasiatas produksi tiga ratus ribu potong produk garmen per
bulan ini memegang lisensi untuk merek Nike, Esprit, Lerner New York,
SAG Harbour, Avenue, dll.
3. Penentuan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
teknik sampling purposif (purposive sampling), yaitu suatu teknik
pemilihan sekelompok subyek berdasarkan ciri atau sifat tertentu yang
dipandang mempunyai kaitan dengan ciri atau sifat populasi yang sudah
diketahui sebelumnya (Hadi, 2004).
4. Tahap Uji Coba
a. Pelaksanaan uji coba
Teknik uji coba terpakai digunakan dalam penelitian ini. Oleh
karena berbagai hal, yakni keterbatasan waktu, dan ijin yang diberikan
oleh perusahaan dengan persyaratan tidak mengganggu kegiatan
produksi, oleh karenanya penelitian hanya dilakukan sekali sehingga
cocok apabila menggunakan uji coba terpakai.
b. Hasil uji coba penelitian
Pada uji coba terlampir ini diperoleh reliabilitas pada 44 item
sebesar 0,917. Berdasarkan kaidah reliabilitas α = 0,8 - 1,00 tergolong
dalam kategori reliabilitas yang tinggi, pada uji reliabilitas skala
tingkat stres kerja didapatkan α= 0,917, dapat diartikan bahwa
instrumen penelitian yang dipergunakan ini sangat dapat dipercaya
(reliabel) dan sangat memiliki keandalan.
Tabel 2.
Reliabilitas Sebelum Seleksi Item
Cronbach's Alpha N of Items
0.917 44
Setelah seleksi item dilakukan dengan uji corrected item-total
yang sekaligus menghitung reliabilitas atau keandalan tiap-tiap item
skala dan didapatkan sebanyak 11 item memiliki skor yang < 0,30
dianggap sebagai item yang gugur, maka diputuskan item yang lolos
seleksi item sebanyak 33 buah. Karena perubahan tersebut, maka
memicu perubahan reliabilitas menjadi α= 0,928. Hal itu berarti
reliabilitas setelah seleksi item lebih tinggi dibandingkan dengan
sebelumnya dan instrumen penelitian tersebut tetap sangat dipercaya
(reliabel) dan memiliki keandalan untuk mengukur tingkat stres kerja.
Tabel 3.
Reliabilitas Setelah Seleksi Item
Cronbach's Alpha N of Items
0.928 33
1). Analisis Item
Pada try out terpakai ini dari empat puluh empat item yang
disajikan, tercatat sebelas item diantaranya dianggap gugur,
sehingga menyisakan tiga puluh tiga item yang akan digunakan
sebagai data dalam pembahasan.
Tabel 4.
Penyebaran Item Stres KerjaSetelah Seleksi Item
No Aspek Indikator Item Item Σ %
Favorabel Unfavorabel
1 Fisik Sakit maag 1* 44 1 3,03
Sakit kepala 16 29 2 6,06
Mudah kaget 10 35 2 6,06
Banyak keluar
keringat dingin 2 43 2 6,06
Lesu 3* 41 1 3,03
Letih 4 42 2 6,06
Insomnia 14* 31 1 3,03
Gangguan pola
tidur 6* 39 1 3,03
2 Emosi
Sukar
konsentrasi 7*, 9 38, 36 3 9,09
Pelupa 8* 37 1 3,03
Sukar
mengambil
keputusan 13 32 2 6,06
Cemas 11 34 2 6,06
Was-was 12* 33 1 3,03
Khawatir 15 30 2 6,06
Mudah marah 20 25 2 6,06
3 Sosial Meningkatnya
aktivitas seperti 5, 22* 40, 23 3 9,09
makan &
minum
Mudah
bertengkar 18*, 21* 27, 24 2 6,06
Menarik diri
dari
pergaulan sosial 17, 19* 28, 26 3 9,09
Total 11 22 33 100
( * ) : adalah item yang gugur.
2). Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini adalah validitas isi, dimana
pengujian validitas ini dilakukan oleh professional judgement. Hal
ini dilakukan oleh dosen pembimbing dengan melihat kesesuaian
masing-masing item dengan aspek-aspek stres kerja yang hendak
diungkap. Hasil uji validitas isi yang dilakukan oleh professional
judgement adalah ada beberapa kalimat yang harus dibetulkan dan
beberapa item disesuaikan sesuai dengan aspek dan indikatornya.
3). Reliabilitas
Uji reliabilitas menggunakan metode Alpha-Cronbach
dengan SPSS 13.00, untuk melihat sejauh mana skala yang
diujicobakan terbukti reliabel atau tidak.
B. PELAKSANAAN PENELITIAN
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian dilaksanakan selama bulan Juni 2007.
Skala yang disebar sebanyak 100 eksemplar, kembali dengan baik
seluruhnya sejumlah 100 eksemplar.
2. Pelaksanaan Skoring
Pelaksanaan skoring dilaksanakan setelah keseluruhan angket
kembali. Skoring diberikan sesuai dengan respon yang diberikan oleh
responden, dan sesuai dengan tipe item, apakah itu favorable ataukah
unfavorable.
C. HASIL ANALISIS DATA PENELITIAN
1. Persiapan Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah distribusi
frekuensi sebaran variabel bersifat normal atau tidak. Dari tabel di
bawah didapatkan nilai Kolmogorov Smirnov sebesar 0,968 dengan
probabilitas 0,305 (Asymp. Sig (2-tailed)). Karena p > 0,05 maka
diketahui bahwa data variabel stres kerja pada 100 responden adalah
normal, atau memenuhi persyaratan uji normalitas Kolmogorov-
Smirnov.
Tabel 5.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Total item
N 100
Mean 60.93 Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation 13.818
Absolute .097
Positive .097
Most Extreme Differences
Negative -.054
Kolmogorov-Smirnov Z .968
Asymp. Sig. (2-tailed) .305
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata
variabel yang sifatnya independent. Dan metode ini juga berperan
sebagai langkah dasar yang wajib dilakukan sebelum melakukan
pengujian statistik dengan Independent Sample t-test.
Tabel 6.
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Total item Based on Mean
0.374 1 98 0.542
Based on Median
0.309 1 98 0.579
Based on Median and with adjusted df
0.309 1 89.035 0.579
Based on trimmed mean
0.345 1 98 0.558
Pada output test homogenitas varian, angka signifikansi untuk
probabilitas dari based on mean sebesar 0,542, probabilitas dari based
on median sebesar 0,579, probabilitas dari based on median and with
adjusted df sebesar 0,579, dan probabilitas dari based on trimmed
mean 0,558. oleh karena keseluruhan probabilitas tersebut > 0,05,
maka dapat diketahui bahwa data hasil pengukuran tingkat stres kerja
memiliki varian yang homogen, atau dapat dikatakan bahwa data
penelitian berasal dari populasi dengan varian yang sama.
2. Deskripsi Data Penelitian
Tingkat Stres kerja pada buruh kasar dan karyawan administrasi
tampak dari tabel 7 di bawah ini, yaitu bahwa mean teoritik (68) lebih
besar daripada mean empirik (62,83). Dari data tersebut dapat diketahui
bahwa tingkat stres kerja pada buruh kasar dan karyawan adminstrasi pada
kenyataannya secara rata-rata lebih kecil dari rata-rata tingkat stres kerja
secara teoritis.
Tabel 7.
Hasil Analisis Deskriptif
Stres Kerja
Statistik Teoretik Empirik
N 100
Skor Max 132 97
Skor Min 33 34
Mean 66 60,93
SD 16,5 10,5
Pada penelitian ini variabel stres kerja dibagi ke dalam lima
kategori, yaitu kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat
rendah. Adapun kategori skor tingkat stres kerja dari buruh kasar dan
karyawan adminstrasi yang tampak pada tabel 8 berikut:
Tabel 8.
Norma Kategorisasi Skor Tingkat Stres Kerja
Kategori Skor
Sangat Tinggi (µ + 1,5 σ) < X
Tinggi (µ + 0,5 σ) < X ≤ (µ + 1,5 σ)
Sedang (µ - 0,5 σ) < X ≤ (µ + 0,5 σ)
Rendah (µ - 1,5 σ) < X ≤ (µ - 0,5 σ)
Sangat Rendah X ≤ (µ - 1,5 σ)
Dari hasil kategorisasi pada table 9, diketahui bahwa mean empirik
tingkat stres kerja pada karyawan administrasi dan buruh kasar secara
keseluruhan sebesar 60,93 tergolong dalam kategori sedang.
Tabel 9.
Kategorisasi Skor Tingkat Stres Kerja dan Deskripsi Subjek
S u b j e k
Kategori Skor Buruh
Kasar
Karyawan
Administrasi
Sangat Tinggi 90,75 < X 6 -
Tinggi 74,25 < X ≤ 90,75 3 4
Sedang 57,75 < X ≤ 74,25 27 16
Rendah 41,25 < X ≤ 57,75 14 24
Sangat Rendah X ≤ 41,25 - 6
Kategorisasi sangat tinggi terdiri dari enam subjek buruh kasar dan
nol subjek karyawan administrasi, pada kategorisasi ini buruh kasar
memiliki jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan
administrasi. Pada kategorisasi tinggi terdiri dari tiga subjek buruh kasar
dan empat subjek karyawan administrasi, pada kategorisasi ini karyawan
administrasi lebih tinggi jumlahnya dibandingkan dengan buruh kasar.
Buruh kasar lebih tinggi dalam jumlah pada kategori sedang, karena buruh
kasar yang tergolong dalam kategorisasi ini berjumlah dua puluh tujuh
orang, sedangkan karyawan administrasi hanya berjumlah enam belas
orang. Pada kategorisasi rendah karyawan administrasi lebih tinggi
jumlahnya dibandingkan dengan buruh kasar, karena jumlah karyawan
administrasi pada kategorisasi ini lebih tinggi sepuluh angka dibandingkan
dengan buruh kasar. Pada kategorisasi sangat rendah buruh kasar memiliki
jumlah nol dan karyawan administrasi memiliki jumlah enam orang.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis penting dilakukan dalam pengambilan keputusan
apakah hipotesis itu diterima atau di tolak. Independent sample t-test
adalah pengujian menggunakan distribusi t terhadap signifikansi
perbedaan mean empirik dari buruh kasar dan karyawan administrasi.
Setelah diuji dengan uji homogenitas, maka didapati bahwa hasilnya kedua
kelompok populasi memiliki kesamaan varian. Selanjutnya didapatkan
nilai t dari total item equal variances assumed sebesar 4,017 dan p (sig (2-
tailed)) sebesar 0,000. Oleh karena p < 0,05, maka hipotesis diterima atau
dapat dikatakan bahwa ada perbedaan mean yang signifikan antara kedua
populasi. Hasil dari pengukuran melalui independent sample t-tes tampak
pada tabel 10, sebagai berikut:
Tabel 10.
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Total item
Equal variances assumed
0.374 0.542 4.017 98 0.000 10.340 2.574 5.232 15.44
8
Equal variances not assumed
4.017 94.603 0.000 10.340 2.574 5.230 15.45
0
Perbedaan tersebut tampak jelas pada kolom mean yang
menggambarkan perbedaan antara buruh kasar dan karyawan administrasi
pada tabel 11.
Tabel 11.
Group Statistics
Jabatan N Mean Std.
Deviation Std. Error Mean
Total item Buruh 50 66.10 14.035 1.985
Karyawan 50 55.76 11.586 1.638
Jika dilihat dari rata-rata (mean), diketahui bahwa buruh memiliki
rata-rata sebesar 66,10, dan tergolong dalam kategori tingkat stres yang
sedang. Sedangkan karyawan memiliki rata-rata sebesar 55,76 dan
tergolong dalam kategori tingkat stres yang rendah.
D. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai t sebesar 4,017 dan p
sebesar 0,000, yang menggambarkan adanya perbedaan yang signifikan
mengenai tingkat stres yang terjadi antara buruh kasar dan karyawan
administrasi. Dan buruh kasar ternyata diketahui memiliki tingkat stres pada
kategori yang lebih tinggi dibandingkan karyawan administrasi, buruh kasar
berada pada kategori sedang dan karyawan administrasi berada pada kategori
rendah.
Kerja memiliki arti sejauh menghasilkan sesuatu (Anoraga, 1992),
akibatnya banyak orang bekerja secara terpaksa dan menganggapnya sebagai
beban hidup. Masih menurut Anoraga, orang-orang yang terlalu kaku akan
menjadi lebih buruk jika ia tidak bisa mengatasi stres kerja. Pada dasarnya
faktor yang berkaitan dengan stres adalah lingkungan dan manusia itu sendiri.
Buruh kasar pada dasarnya memiliki lingkungan yang kurang baik, jika
dibandingkan dengan karyawan administrasi. Dan kualitas manusianya sendiri
secara umum dapat digambarkan dari sisi intelektual bahwa karyawan
administrasi lebih baik daripada buruh kasar.
Smet (1994) mengemukakan bahwa tidak ada kriteria obyektif yang
dapat mengukur situasi yang penuh stres, karena setiap individu memberikan
respon yang berbeda terhadap stres. Buruh kasar dalam hal ini memberikan
respon yang positif terhadap stres, sehingga memiliki nilai rata-rata empirik
yang lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan adminstrasi.
Anoraga (1992) mengemukakan stres kerja sebagai suatu bentuk respon
individu baik secara fisik maupun mental dalam menghadapi perubahan di
lingkungan kerjanya. Tuntutan sebesar 300.000 produk garmen per bulan
menciptakan perubahan lingkungan kerja yang menuntut kecepatan, sehingga
buruh kasar yang dalam hal ini memiliki peranan paling besar dalam
merealisasikannya akan cenderung lebih rentan stres jika tidak dapat
menghadapi perubahan tersebut. Kendala dan tuntutan kerja sangat terkait
terhadap stres kerja (Robbins, 1996). Tuntutan yang besar terhadap buruh
kasar akan kinerjanya dan kendala keterbatasan waktu cenderung mendorong
terjadinya stres kerja di kalangan mereka.
Stres kerja didefinisikan sebagai suatu respon fisik dan emosi di mana
terjadi saat tuntutan kerja tidak sesuai dengan kemampuan, tenaga dan
kebutuhan pekerja (NIOSH, 1998). Rini (2002) yang mengemukakan
pengertian stres kerja yang hampir sama, dimana stres kerja didefinisikan
sebagai kondisi yang muncul di mana jika seseorang dihadapkan pada tuntutan
pekerjaan yang melampaui kemampuan individu tersebut. Stres kerja yang
dialami oleh buruh kasar muncul pada kondisi di mana respon fisik dan emosi
yang terjadi saat tuntutan kerja yang berlebihan tidak sesuai dengan
kemampuan, tenaga dan kebutuhan yang dimiliki buruh kasar untuk
melaksanakan pekerjaannya.
Robbins (1996) mengemukakan bahwa lingkungan kerja juga menjadi
penyebab potensial terjadinya stres kerja, selain kendala dan tuntutan kerja di
atas. Ketidakpastian lingkungan, yang dalam hal ini lebih difokuskan pada
ketidakpastian teknologis, karena munculnya mesin-mesin baru dan
kurangnya keterampilan dan pengalaman buruh kasar menjadi hambatan untuk
bekerja secara maksimal. Inovasi teknologi merupakan ancaman bagi mereka
yang memiliki kesulitan dengan komputerisasi, sehingga potensial
mengakibatkan stres, sedangkan karyawan adminstrasi yang bekerja di
ruangan tertutup dan berpendingin udara memiliki lingkungan kerja yang
nyaman, sehingga kencenderungan terjadinya stres kerja lebih kecil
dibandingkan buruh kasar. Ditambahkan menurut Fraser (Anoraga, 1992),
bahwa stres kerja timbul saat ada perubahan keseimbangan antara manusia
dengan mesin dan manusia dengan lingkungan, karena kedua hal tersebut
adalah suatu sistem yang sifatnya interaksional. Fraser juga mengemukakan
bahwa ada dua macam pekerjaan yang memiliki kecenderungan potensial
terhadap stres, yaitu pekerjaan yang menuntut kekuatan fisik dan pekerjaan
yang menuntut keterampilan dan kemahiran. Buruh kasar identik dengan
pekerjaan yang menuntut kekuatan fisik, terlebih lagi buruh kasar pada
perusahaan garmen yang juga dituntut memiliki ketrampilan menjahit.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif, maka hipotesis yang menyebutkan
bahwa ada perbedaan tingkat stres kerja antara buruh kasar dan karyawan
administrasi terbukti. Diperkuat dengan hasil independent sample t-test nilai t
dari total item equal variances assumed sebesar 4,017 dan p (sig (2-tailed))
sebesar 0,000. Oleh karena p < 0,05, yang membuktikan bahwa hipotesis
diterima. Terlebih jika dilihat dari table 10, dengan rata-rata buruh sebesar
66,10 dan tergolong dalam kategori tingkat stres yang sedang. Sedangkan
karyawan memiliki rata-rata sebesar 55,76 dan tergolong dalam kategori
tingkat stres yang rendah. Dari pembahasan di atas, dapat dikatakan bahwa
penelitian ini telah berhasil mencapai tujuannya yaitu mengetahui perbedaan
tingkat stres kerja pada buruh kasar dan karyawan administrasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai t dari total item equal
variances assumed sebesar 4,017 dan p (sig (2-tailed)) sebesar 0,000. Oleh
karena p < 0,05, maka hipotesis diterima atau dapat dikatakan bahwa ada
perbedaan tingkat stres antara kedua populasi, yaitu antara buruh kasar dan
karyawan administrasi. Buruh kasar memiliki rata-rata sebesar 66,10 dan
tergolong dalam kategori tingkat stres yang sedang, sedangkan karyawan
memiliki rata-rata sebesar 55,76 dan tergolong dalam kategori tingkat stres
yang rendah. Hal ini dapat diartikan bahwa pekerjaan yang menuntut kekuatan
fisik dan keterampilan tertentu potensial terhadap terjadinya stres kerja. Stres
kerja yang dialami oleh buruh kasar lebih tinggi dibandingkan dengan
karyawan administrasi, karena pada kondisi di mana respon fisik dan emosi
yang terjadi saat tuntutan kerja yang berlebihan tidak sesuai dengan
kemampuan, tenaga dan kebutuhan yang dimiliki buruh kasar untuk
melaksanakan pekerjaannya
B. SARAN
Hasil kesimpulan menunjukkan bahwa tingkat stres kerja pada buruh
kasar lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan administrasi. Berdasarkan
hasil tersebut, peneliti menyarankan:
1. Kepada Pihak PT. PANTJATUNGGAL KNITTING MILL Semarang:
Stres kerja merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap
kinerja, sehingga baik jika perusahaan memberikan perhatian dan
pelatihan yang baik kepada buruh kasar, karena stres kerja sangat potensial
mengganggu kinerja dan pada akhirnya mempengaruhi produktifitas
perusahaan.
2. Kepada Peneliti Selanjutnya
Peneliti menekankan bahwa perbedaan tingkat stres kerja antara
karyawan administrasi dan buruh kasar dipengaruhi oleh perbedaan jenis
pekerjaan, maka baik jika pada kesempatan selanjutnya penelitian
difokuskan pada subjek yang lain.
3. Kepada Subjek Penelitian
Subjek penelitian diharapkan dapat memperhatikan kesehatannya
dengan lebih baik cara mengatasi gangguan-gangguan yang dapat memicu
stres kerja pada dirinya sendiri, terutama bagi kaum buruh kasar yang
memiliki kecenderungan lebih tinggi dibandingkan karyawan administrasi.
4. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini terbatas pada melihat tingkat stres kerja dari
perbedaan krakteritik pekerjaan, kiranya pada penelitian selanjutnya dapat
dilihat perbedaan dari karakteristik-karakteristik yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji. (1992). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
APA. (2001). Publication Manual of the American Psychological Association.
Washington, DC: APA.
Azwar, Saifuddin. (2005). Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
--------------------. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Budi, Triton Prawira. (2006). SPSS 13.0 Terapan; Riset Statistik Parametrik.
Yogyakarta: Andi Offset.
Darmaputra, Eka. (2003). Hak Istirahat untuk yang Bekerja. Sinar Harapan,
diambil 22 Mei 2007, dari http://www.sinarharapan.co.id/
berita/0308/30/fea01.html.
Hadi, Sutrisno. (2004). Statistik. Jidid 2. Yogyakarta: Andi.
Hardjana, Agus M. (1994). Stres Tanpa Distres: Seni Mengolah Stres.
Yogyakarta: Kanisius.
Looker, Herry dan Olga Gregson. (2005). Managing Stres Mengatasi Stres Secara
Mandiri. Yogyakarta: Bica.
National Institute for Occupational Safety and Health. (1998). Stres at Work.
Columbia: EID.
Rini, Jacinta F. (2002). Stress Kerja. e-psikologi, diambil 6 Februari 2008, dari
http://www.e-psikologi.com/masalah/stress.htm.
Robbins, Stephen P. (1996). Perilaku Organisasi. New York: McGraw-Hill.
Smet, Bart. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Garsindo.
Soepomo, Iman. (1982). Hukum Perburuhan. Bandung: Djambatan.
Suharso., dan Ana Retnoningsih. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Semarang: CV. Widya Karya.
UU RI No.13 Tahun 2003. Tentang Ketenagakerjaan.