Perbedaan Tax Holiday Dan Tax Insentif di Indonesia

4
PERBEDAAN ANTARA TAX HOLIDAY DAN TAX INSENTIF TAX HOLIDAY TAX INSENTIF 1 Dasar Hukum Pasal 18 ayat (7) UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Pasal 31A UU PPh 2 Penanaman Modal Minimal sebesar Rp 1.000.000.000.000,(satu triliun rupiah) 3 Pengajuan Permohonan dan Keputusan Pemberian Fasilitas Pajak 4 Jenis Usaha 5 Kegiatan Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan Termasuk dalam kategori industri pionir, dapat memperoleh fasilitas pajak dengan minimal penanaman modal sebesar Rp 1 triliun Memperoleh fasilitas perpajakan dan kepabeanan (PMK No. 21/2010), seperti: PPh, PPN, Bea Masuk, dan Pajak Ditanggung Pemerintah, tetapi tidak mengatur minimal penanaman modalnya Wajib Pajak mengajukan permohonan fasilitas kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Selanjutnya, keputusannya diberikan oleh Direktur Jenderal Pajak (atas nama Menteri Keuangan) setelah mempertimbangkan usulan dari Kepala BKPM. Keputusan pemberian fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan sejak Wajib Pajak merealisasikan Penanaman Modal sebesar 80% dari rencana Penanaman Modal, dimana untuk mengetahui realisasi 80% tersebut Dirjen Pajak akan melakukan pemeriksaan lapangan Wajib Pajak mengajukan permohonan fasilitas kepada Menteri Perindustrian atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Setelah berkoordinasi dengan menteri terkait, menyampaikan usulan kepada Menteri Keuangan. Menteri Keungan menugaskan Komite Verifikasi (yang dibentuk Menter Keuangan), dimana Komite Verifikasi melakukan verifikasi dan berkonsultasi dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Berdasarkan pertimbangan dan rekomendasi Komite Verifikasi dan berkonsultasi dengan Presiden, Menteri Keuangan memberikan keputusan atas permohonan fasilitas pajak. Wajib Pajak dapat memanfaatkan fasilitas tersebut bila telah merealisasikan seluruh penanaman modalnya dan telah berproduksi secara komersial (ditentukan oleh Dirjen Pajak) Minimal sebesar Rp 50.000.000.000,(50 milyar rupiah), sesuai dengan bidang usaha dan daerah tertentu yang sudah dibatasi oleh: bidang usaha, cakupan produk, dan persyaratan lainnya Merupakan industri pionir, yang mencakup: industri logam dasar, industri pengilangan minyak bumi dan/atau kimia dasar organik yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam, industri permesinan, industri di bidang sumber daya terbarukan, dan industri peralatan komunikasi. Demi daya saing industri nasional dan nilai strategis dari kegiatan usaha tertentu, Menteri Keuangan dapat memperluas cakupan industri pionir. Beragam jenis bidang usaha, dimana harus termasuk pada Bidang Usaha Tertentu dan/atau Daerah Tertentu, termasuk cakupan produk dan persyaratan investasi, tenaga kerja, dan lainnya Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor: PER45/PJ/2011 tanggal 29 Desember 2011 tentang Tata Cara Penetapan Saat Dimulainya Berproduksi secara Komersial bagi Wajib Pajak Badan yang mendapatkan Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di BidangBidang Usaha Tertentu dan/atau di DaerahDaerah Tertentu Peraturan Menteri Keuangan nomor: 144/PMK.011/2012 tanggal 3 September 2012 tentang Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di BidangBidang Usaha Tertentu dan/atau di DaerahDaerah Tertentu Peraturan Menteri Keuangan nomor: 21/PMK.011/2010 tanggal 28 Januari 2010 tentang Pemberian Fasilitas Perpajakan dan Kepabeanan untuk Kegiatan Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor: PER67/PJ./2007 tanggal 5 April 2007 tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di BidangBidang Usaha Tertentu dan/atau di DaerahDaerah Tertentu Pasal 30 huruf a PP Nomor 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan Peraturan Menteri Keuangan nomor: 130/PMK.011/2011 tanggal 15 Agustus 2011 tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan Keputusan Menteri Keuangan nomor: 73/KMK.011/2012 tanggal 12 Maret 2012 tentang Pembentukan Komite Verifikasi Pemberian Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor: PER44/PJ/2011 tanggal 29 Desember 2011 tentang Tata Cara Pelaporan Penggunaan Dana dan Realisasi Penanaman Modal bagi Wajib Pajak Badan yang mendapatkan Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan

description

rincian secara detail perbedaan antara 2 bentuk insentif pajak penghasilan, yaitu Tax Holiday dan Tax Allowance

Transcript of Perbedaan Tax Holiday Dan Tax Insentif di Indonesia

Page 1: Perbedaan Tax Holiday Dan Tax Insentif di Indonesia

PERBEDAAN  ANTARA TAX HOLIDAY DAN TAX INSENTIFTAX HOLIDAY TAX INSENTIF

1 Dasar Hukum‐ Pasal 18 ayat (7) UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal ‐ Pasal 31A UU PPh‐ ‐

‐ ‐

‐ ‐

‐ ‐

2 Penanaman ModalMinimal sebesar Rp 1.000.000.000.000,‐ (satu triliun rupiah)

3 Pengajuan Permohonan dan Keputusan Pemberian Fasilitas Pajak

4 Jenis Usaha

5 Kegiatan Pemanfaatan Sumber Energi TerbarukanTermasuk dalam kategori industri pionir, dapat memperoleh fasilitas pajak dengan minimalpenanaman modal sebesar Rp 1 triliun

Memperoleh fasilitas perpajakan dan kepabeanan (PMK No. 21/2010), seperti: PPh, PPN, BeaMasuk, dan Pajak Ditanggung Pemerintah, tetapi tidak mengatur minimal penanaman modalnya

Wajib Pajak mengajukan permohonan fasilitas kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal(BKPM). Selanjutnya, keputusannya diberikan oleh Direktur Jenderal Pajak (atas nama MenteriKeuangan) setelah mempertimbangkan usulan dari Kepala BKPM. Keputusan pemberian fasilitastersebut dapat dimanfaatkan sejak Wajib Pajak merealisasikan Penanaman Modal sebesar 80% darirencana Penanaman Modal, dimana untuk mengetahui realisasi 80% tersebut Dirjen Pajak akanmelakukan pemeriksaan lapangan

Wajib Pajak mengajukan permohonan fasilitas kepada Menteri Perindustrian atau Kepala BadanKoordinasi Penanaman Modal (BKPM). Setelah berkoordinasi dengan menteri terkait,menyampaikan usulan kepada Menteri Keuangan. Menteri Keungan menugaskan Komite Verifikasi(yang dibentuk Menter Keuangan), dimana Komite Verifikasi melakukan verifikasi dan berkonsultasidengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Berdasarkan pertimbangan dan rekomendasiKomite Verifikasi dan berkonsultasi dengan Presiden, Menteri Keuangan memberikan keputusanatas permohonan fasilitas pajak. Wajib Pajak dapat memanfaatkan fasilitas tersebut bila telahmerealisasikan seluruh penanaman modalnya dan telah berproduksi secara komersial (ditentukanoleh Dirjen Pajak)

Minimal sebesar Rp 50.000.000.000,‐ (50 milyar rupiah), sesuai dengan bidang usaha dan daerahtertentu yang sudah dibatasi oleh: bidang usaha, cakupan produk, dan persyaratan lainnya

Merupakan industri pionir, yang mencakup: industri logam dasar, industri pengilangan minyak bumidan/atau kimia dasar organik yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam, industri permesinan,industri di bidang sumber daya terbarukan, dan industri peralatan komunikasi. Demi daya saingindustri nasional dan nilai strategis dari kegiatan usaha tertentu, Menteri Keuangan dapatmemperluas cakupan industri pionir.

Beragam jenis bidang usaha, dimana harus termasuk pada Bidang Usaha Tertentu dan/atau DaerahTertentu, termasuk cakupan produk dan persyaratan investasi, tenaga kerja, dan lainnya

Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor: PER‐45/PJ/2011 tanggal 29 Desember 2011 tentangTata Cara Penetapan Saat Dimulainya Berproduksi secara Komersial bagi Wajib Pajak Badanyang mendapatkan Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan

Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas PeraturanPemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modaldi Bidang‐Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah‐Daerah TertentuPeraturan Menteri Keuangan nomor: 144/PMK.011/2012 tanggal 3 September 2012 tentangPemberian Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang‐Bidang UsahaTertentu dan/atau di Daerah‐Daerah TertentuPeraturan Menteri Keuangan nomor: 21/PMK.011/2010 tanggal 28 Januari 2010 tentangPemberian Fasilitas Perpajakan dan Kepabeanan untuk Kegiatan Pemanfaatan Sumber EnergiTerbarukanPeraturan Direktur Jenderal Pajak nomor: PER‐67/PJ./2007 tanggal 5 April 2007 tentang TataCara Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang‐Bidang UsahaTertentu dan/atau di Daerah‐Daerah Tertentu

Pasal 30 huruf a PP Nomor 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak danPelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan

Peraturan Menteri Keuangan nomor: 130/PMK.011/2011 tanggal 15 Agustus 2011 tentangPemberian Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan

Keputusan Menteri Keuangan nomor: 73/KMK.011/2012 tanggal 12 Maret 2012 tentangPembentukan Komite Verifikasi Pemberian Pembebasan atau Pengurangan Pajak PenghasilanBadanPeraturan Direktur Jenderal Pajak nomor: PER‐44/PJ/2011 tanggal 29 Desember 2011 tentangTata Cara Pelaporan Penggunaan Dana dan Realisasi Penanaman Modal bagi Wajib Pajak Badanyang mendapatkan Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan

Page 2: Perbedaan Tax Holiday Dan Tax Insentif di Indonesia

6 Syarat Pemberian FasilitasTelah merealisasikan seluruh penanaman modalnya dan telah berproduksi secara komersial

7 Durasi dan Fitur Fasilitas

8 Pilihan antara Tax Holiday dan Tax Insentif (yang saling meniadakan salah satunya)

9 Syarat dan Tahapan Pengajuan dan Permohonan Fasilitas Pajak‐ ‐

‐ ‐

‐ ‐

‐ ‐

Sejak Wajib Pajak merealisasikan Penanaman Modal sebesar 80% dari rencana Penanaman Modal

Pembebasan PPh Badan minimal 5 tahun, maksimal 10 tahun terhitung sejak Tahun Pajakdimulainya produksi komersial. Selanjutnya, Wajib Pajak diberikan Pengurangan PPh Badan sebesar50% dari PPh terutang selama 2 Tahun Pajak. Durasi tersebut dapat diberikan lebih oleh MenteriKeuangan dengan mempertimbangkan kepentingan mempertahankan daya saing industri nasionaldan nilai strategis dari kegiatan usaha tertentu. 

Pengurangan penghasilan netto selama 6 tahun sebesar 5% tiap tahunnya, kompensasi kerugianmaksimal 10 tahun, penyusutan dan amortisasi yang dipercepat, dan pengenaan PPh Dividensebesar 10% atau tarif yang lebih rendah menurut P3B

Wajib Pajak yang telah memperoleh fasilitas pembebasan atau pengurangan PPh Badan, tidak dapat memperoleh fasilitas PPh berdasarkan Pasal 31A UU PPh

Wajb Pajak yang telah memperoleh fasilitas PPh berdasarkan Pasal 31A UU PPh, tidak dapatmemperoleh fasilitas Pembebasan atau Pengurangan PPh Badan.

Pemberian fasilitas diputuskan oleh Menteri Keuangan setelah berkonsultasi dengan Presiden.Apabila menyetujui akan diterbitkan Keputusan Menteri Keuangan, dalam hal menolak akandisampaikan pemberitahuan secara tertulis mengenai penolakan tersebut kepada Wajib Pajakdengan tembusan kepada Menteri Perindustrian atau Kepala BKPM.

Ditujukan kepada Wajib Pajak Badan dalam negeri berbentuk PT dan koperasi, yang melakukanpenanaman modal pada Bidang‐bidang usaha tertentu (bidang usaha di sektor kegiatanekonomi yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional) dan Daerah‐daerah tertentu(daerah yang secara ekonomis mempunyai potensi yang layak dikembangkan).

Wajib Pajak menyampaikan permohonan kepada Kepala BKPM, dengan melampirkan dokumenberupa: fotokopi kartu NPWP; izin penanaman modal atau izin perluasan penanaman modalyang diterbitkan oleh Kepala BKPM atau instansi lain yang berwenang berdasarkan peraturanperundang‐undangan yang berlaku; dan rincian jenis dan nilai Penanaman Modal.

Kepala BKPM mengusulkan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Pajak dengandilampiri dokumen yang di atas ditambah fotokopi surat permohonan Wajib Pajak kepadaKepala BKPM ditambah surat keterangan belum beroperasi secara komersial yang diterbitkanoleh Kepala BKPM.

Keputusan persetujuan atau penolakan untuk pemberian fasilitas pajak diterbitkan denganmendasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh DJP atas pemenuhan kriteria danpersyaratan WP, termasuk kesesuaian permohonan dengan bidang usaha, klasifikasi bakulapangan usaha Indonesia, cakupan produk, persyaratan, dan/atau Daerah/Provinsi.

Direktur Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan menerbitkan keputusan atau penolakanpemberian fasilitas PPh dalam jangka waktu paling lama 10 hari kerja terhitung sejak usulandari Kepala BKPM diterima secara lengkap.

Wajib Pajak harus memenuhi kriteria sbb.: merupakan Industri Pionir, mempunyai rencanapenanaman modal baru yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi yang berwenangpaling sedikit sebesar Rp 1 triliun, menempakan dana di perbankan Indonesia paling sedikit10% dari total rencana penanaman modal dan tidak boleh ditarik sebelum saat dimulainyapelaksanaan realisasi penanaman modal, dan harus berstatus sebagai badan hukum Indonesia.

Wajib Pajak menyampaikan permohonan kepada Menteri Perindustrian atau Kepala BKPM,dengan melampirkan fotokopi: kartu NPWP; surat persetujuan penanaman modal baru yangditerbitkan oleh Kepala BKPM, yang dilengkapi dengan rinciannya; dan bukti penempatan danadi perbankan di Indonesia.

Menteri Perindustrian atau Kepala BKPM setelah berkoordinasi dengan menteri terkait,menyampaikan usulan kepada Menteri Keuangan. Penyampaian usuluan tersebut harusdisertai dengan uraian penelitian mengenai hal‐hal sbb.: ketersediaan infrastruktur di lokasiinvestasi; penyerapan tenaga kerja domestik; kajian mengenai pemenuhan kriteria sebagaiIndustri Pionir; rencana tahapan alih teknologi yang jelas dan konkret; dan adanya ketentuanmengenai tax sparing di negara domisili.Menteri Keuangan menugaskan Komite Verifikasi (yang dibentuk oleh Menkeu) untukmembantu melakukan penelitian dan verifikasi dengan mempertimbangkan dampak strategisWajib Pajak bagi perekonomian nasional.Komite Verifikasi Pemberian Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badanberkonsultasi dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan selanjutnyamenyampaikan hasil penelitian dan verifikasi kepada Menteri Keuangan disertai denganpertimbangan dan rekomendasi, termasuk rekomendasi mengenai jangka waktu pemberianfasilitas.

Page 3: Perbedaan Tax Holiday Dan Tax Insentif di Indonesia

‐ ‐

‐‐

‐ ‐

Wajib Pajak yang telah memperoleh Keputusan Menteri Keuangan mengenai pemberianfasilitas pajak harus menyampaikan laporan secara berkala kepada Direktur Jenderal Pajak danKomite Verifikasi mengenai hal‐hal sbb.: laporan penggunaan dana yang ditempatkan diperbankan di Indonesia dan laporan realisasi penanaman modal yang telah diaudit, yang tatacara pelaporannya diatur dengan Peraturan Dirjen Pajak.

Keputusan persetujuan dapat dimanfaatkan sejak WP merealisasikan Penanaman Modalsebesar 80% dari rencana Penanaman Modal, dimana sebelumnya WP mengajukanpermohonan kepada Dirjen Pajak untuk memperoleh keputusan tersebut dan pihak DirjenPajak akan melakukan pemeriksaan lapangan.WP yang telah memperoleh keputusan persetujuan pemberian fasilitas PPh wajibmenyampaikan kepada Dirjen Pajak laporan mengenai hal‐hal sbb.: jumlah realisasiPenanaman Modal sampai dengan selesainya seluruh investasi; jumlah realisasi produksi;rincian aktiva tetap (AT) yang digunakan untuk tujuan selain yang diberikan fasilitas PPh; rincianpengalihan sebagian atau seluruh AT yang mendapatkan fasilitas PPh; dan rincian AT yangdialihkan yang diganti dengan AT yang baru.Laporan jumlah realisasi Penanaman Modal s.d. selesainya seluruh investasi disampaikankepada Dirjen Pajak setiap semester, paling lambat 10 hari kerja setelah akhir semester yangbersangkutan.Sedangkan laporan sisanya disampaikan kepada Dirjen pajak setiap semester, paling lambat 10hari kerja setelah akhir semester yang bersangkutan selama 6 tahun sejak ditetapkannyarealisasi Penanaman Modal oleh Dirjen Pajak.WP yang telah memperoleh keputusan persetujuan pemberian fasilitas PPh wajib:melampirkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik pada saatmenyampaikan SPT Tahunan PPh dan menyelenggarakan pembukuan secara terpisah atasaktiva tetap yang mendapatkan fasilitas dan tidak mendapatkan fasilitas PPh.

Laporan penggunaan dana harus disampaikan secara triwulanan sejak triwulan saat danatersebut mulai digunakan s.d. triwulan dana tersebut digunakan seluruhnya, yang dilampiridengan fotokopi rekening koran atas dana dan disampaikan dengan menggunakan formatsebagaimana ditetapkan dalam lampiran I PER‐44/PJ/2011.Laporan realisasi penanaman modal yang telah diaudit harus disampaikan secara tahunan sejakTahun Pajak saat penanaman modal mulai direalisasikan s.d. Tahun Pajak penanaman modaldirealisasikan seluruhnya, yang dilampiri dengan surat pernyataan akuntan publik yangmenyatakan bahwa laporan realisasi penanaman modal telah diaudit dan sesuai dengankeadaan sebesarnya dan disampaikan dengan menggunakan format sebagaimana ditetapkandalam lampiran II PER‐44/PJ/2011.Selain menyampaikan kedua laporan tersebut di atas, WP juga harus menyampaikan laporanrealisasi penanaman modal yang tidak wajib diaudit secara triwulanan, yang disampaikan sejaktriwulan saat penanaman modal mulai direalisasikan s.d. triwulan penanaman modaldirealisasikan seluruhnya dan disampaikan dengan menggunakan format sebagaimanaditetapkan dalam lampiran II PER‐44/PJ/2011.

Wajib Pajak yang telah memperoleh Keputusan Menteri Keuangan mengenai pemberianfasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan Badan dapat memanfaatkan fasilitaspajaknya, sepanjang memenuhi persyaratan: telah merealisasikan seluruh penanamanmodalnya dan telah berpoduksi secara komersial, yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.

Saat dimulainya berproduksi secara komersial didasarkan pada: saat seluruh penanaman modaldirealisasikan dan saat penjualan hasil produksi ke pasaran dilakukan, yang ditetapkan dengankeputusan Dirjen Pajak dan diterbitkan berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan untuk tujuanlain atas permohonan tertulis Wajib Pajak.Permohonan tertulis diajukan kepada Dirjen Pajak melalui Direktur Pemeriksaan dan Penagihandengan menggunakan format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I PER‐45/PJ/2011,

Laporan penggunaan dana dan laporan realisasi penanaman modal yang tidak wajib diauditsecara triwulanan disampaikan kepada Dirjen Pajak melalui Direktur Pemeriksaan danPenagihan dan Komite Verifikasi paling lama tanggal 5 bulan berikutnya setelah berakhirnyaperiode triwulanan bersangkutan.Laporan realisasi penanaman modal yang telah diaudit disampaikan kepada Dirjen Pajakmelalui Direktur Pemeriksaan dan Penagihan dan Komite Verifikasi paling 4 bulan setelah akhirTahun Pajak / 4 bulan setelah bulan penanaman modal direalisasikan seluruhnya (bila padabagian tahun berjalan).Dalam hal batas akhir pelaporan bertepatan hari libut termasuk hari Sabtu atau hari liburnasional atau hari cuti bersama yang ditetapkan oleh pemerintah, pelaporan dapat dilakukanpada hari kerja berikutnya. Penyampaian laporan dilakukan dengan cara: disampaikan langsung(diberikan tanda bukti penerimaan) dan dikirimkan melalui pos atau jasa ekspedisi dengantanda bukti pengiriman surat, dimana tanggal dan tanda bukti pengiriman surat dianggapsebagai bukti penerimaan sepanjang laporan tersebut telah lengkap.

Page 4: Perbedaan Tax Holiday Dan Tax Insentif di Indonesia

dimana dilampiri dengan: fotokopi akta pendirian; fotokopi keputusan Menteri Keuanganmengenai pemberian fasilitas pembebasan atau pengurangan PPh Badan; laporan keuangan 3tahun terakhir yang telah diaudit; surat kuasa khusus dalam hal permohonan disampaikan olehkuasa Wajib Pajak; dan dokumen‐dokumen yang berkaitan dengan transaksi penjualan hasilprodusi sekurang‐kurangnya terdiri dari faktur penjualan, faktur pajak, dan bukti pengirimanbarang.Berdasarkan hasil pemeriksaan, Dirjen Pajak menerbitkan keputusan tentang penetapan saatdimulainya berproduksi secara komersial dalam jangka waktu paling lama 2 bulan sejak saatSurat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, ataupegawai dari Wajib Pajak. Apabila jangka waktu telah terlampaui, permohonan Wajib Pajakdianggap dikabulkan dan diterbitkan paling lama 5 hari kerja setelah jangka waktu tersebutberakhir.