Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

44
PERBEDAAN KARAKTERISTIK SETIAP ANGKATAN SASTRA ----Dermawan Saut Rejeki Padang----

Transcript of Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Page 1: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

PERBEDAAN KARAKTERISTIK SETIAP ANGKATAN SASTRA

----Dermawan Saut Rejeki Padang----

Page 2: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Angkatan sastra Pujangga lama

Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya sastra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.

Page 3: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

KARYA SASTRA

SejarahSejarah Melayu (Malay Annals)HikayatHikayat AbdullahHikayat AcehHikayat Amir HamzahHikayat Andaken PenuratHikayat Bayan BudimanHikayat DjahidinHikayat Hang TuahHikayat Iskandar ZulkarnainHikayat KadirunHikayat Kalila dan DaminaHikayat MasydulhakHikayat Pandawa JayaHikayat Pandja TanderanHikayat Putri Djohar ManikamHikayat Sri RamaHikayat Tjendera HasanTsahibul Hikayat

Page 4: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Angkatan Sastra Melayu Lama

Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.

Page 5: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Karya sastra

Robinson Crusoe (terjemahan)Lawan-lawan MerahMengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)Graaf de Monte Cristo (terjemahan)Kapten Flamberger (terjemahan)Rocambole (terjemahan)Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo)Bunga Rampai oleh A.F van DewallKisah Perjalanan Nakhoda BontekoeKisah Pelayaran ke Pulau KalimantanKisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnyaCerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indo)Cerita Nyi PainaCerita Nyai SarikemCerita Nyonya Kong Hong Nio

Page 6: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Angkatan ‘20-an (Balai Pustaka) Disebut Angkatan Dua Puluhan karena novel yang pertama kali terbitadalah novel

Azab dan Sengsara yang diterbitkan pada tahun 1921 oleh Merari siregar. Disebut pula sebagai Angkatan Balai Pustaka karna karya-karya tersebut banyak diterbitkan oleh penerbit Balai Pustaka.

Angkatan 20 berawal dari sebuah lembaga kebudayaan milik pemerintah kolonial Belanda, bernama Volkslectuur, atau Balai Pustaka. Kelahirannya menjadi gairah baru bagi para sastrawan yang kemudian membentuk periode sastra tersendiri dalam perkembangan sastra Indonesia, dengan ciri yang khas, dan disebut Angkatan 20 atau Angkatan Balai Pustaka.

Pada era ini, banyak prosa dalam bentuk roman, novel, cerita pendek dan drama, yang diterbitkan dan menggeser kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat. Karya-karya tersebut diterbitkan dalam bahasa Melayu-Tinggi, Jawa dan Sunda, serta sejumlah kecil dalam bahasa Bali, Batak, dan Madura.

Page 7: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Ciri-ciri angkatan 20-an

Menggambarkan tema pertentangan paham antara kaum tua dan kaum muda, soal pertentangan adat, soal kawin paksa, permaduan, dlll.

Soal kebangsaan belum mengemuka, masih bersifat kedaerahan

Gaya bahasanya masih menggunakan perumpamaan yang klise, pepatah, peribahasa, tapi menggunakan bahasa percakapan sehari-hari lain dengan bahasa hikayat sastra lama

Puisinya berupa syair dan pantun

Isi karya sastranya bersifat didaktis (bersifat mendidik)

Page 8: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

PeloporSastrawan yang menonjol karya-

karyanya dari angkatan ini adalah Nur Sutan Iskandar, sehingga mendapat julukan “Raja Angkatan Balai Pustaka.” Di samping itu, dominasi sastrawan yang berasal dari Minangkabau dan sebagian Sumatra memberi ciri yang unik pada karya sastra Angkatan 20.

Page 9: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Karya-Karya Angkatan 20-an Merari Siregar : Azab dan Sengsara (1920), Binasa Kerna Gadis Priangan

(1931) Marah Roesli : Siti Nurbaya (1922), La Hami (1924) Muhammad Yamin : Tanah Air (1922), Indonesia, Tumpah Darahku (1928),

Ken Arok dan Ken Dedes (1934) Tulis Sutan Sati  : Tak Disangka (1923), Tulis Sutan Sati (1928), Tak Tahu

Membalas Guna (1932), Memutuskan Pertalian (1932) Nur Sutan Iskandar: Apa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan (1923),

Salah Pilih (1928), Karena Mertua (1932), Karena Mertua (1933), Katak Hendak Menjadi Lembu (1935), Cinta yang Membawa Maut (1926)

Djamaluddin Adinegoro : Darah muda (1927), Asmara jaya (1928), Abas Soetan Pamoentjak : Pertemuan (1927) Abdul Muis : Salah Asuhan (1928), pertemuan Jodoh (1933) Aman Datuk Madjoindo: Menebus Dosa (1932), Si Cebol Rindukan Bulan

(1934),Sampaikan Salkamku Kepadanya (1935)

Page 10: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Angkatan ‘30-an (Pujangga Baru) merupakan angkatan yang berani menampilkan perubahan dari angkatan ‘20-an. Perubahan ini tercermin dalam tema-tema yang diangkat tidak lagi terpengaruh oleh budaya dan adat masyarakat lama.

Angkatan ‘30 (Pujangga Baru)

Page 11: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Ciri-ciri

Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia modern, gaya bahasanya sudah tidak menggunakan perumpamaan klise, pepatah, peribahasa.

Temanya tidak hanya tentang adat atau kawin paksa, tetapi mencakup masalah yang kompleks, seperti emansipasi wanita, kehidupan kaum intelek, dan sebagainya,

Bentuk puisinya adalah puisi bebas, mementingkan keindahan bahasa, dan mulai digemari bentuk baru yang disebut soneta, yaitu puisi dari Italia yang terdiri dari 14 baris,

Pengaruh barat terasa sekali, terutama dari Angkatan ’80 Belanda. Aliran yang dianut adalah romantik idealisme, dan Setting yang menonjol adalah masyarakat penjajahan.

Page 12: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

PELOPOR1.Sutan Takdir Alisyahbana Hasil karyanya, antara lain: (1) Tak Putus Dirundung Malang, roman tahun 1929; (2) Dian Yang Tak Kunjung Padam,

roman tahun 1932, (3) Anak Perawan di Sarang Penyamun, roman tahun 1941; (4) Layar Terkembang, roman tahun 1936; (5) Tebaran Mega, puisi; (6) Dari Perjuangan ke Pertumbuhan Bahasa Indonesia, tahun 1957; (7) Perjuangan Tanggung Jawab dalam Kesusastraan.

2.   Sanusi Pane  Hasil karyanya antara lain: (1) Pancaran Cinta tahun 1926, (2) Puspa Mega tahun 1927, (3) Madah Kelana tahun

1937, (4) Manusia Baru tahun 1940, (5) Arjuna Wiwaha tahun 1940.3. Armyn Pane Hasil karyanya antara lain: (1) Belenggu, tahun 1938, (2) Jiwa Berjiwa, tahun 1939, (3) Ratna, tahun 1943, (4) Kisah

Antara Manusia, tahun 1949.4. Amir Hamzah Hasil karyanya antara lain: (1) Nyanyi Sunyi, (2) Buah Rindu, (3) Setanggi Timur.5. Y.E Tatengkeng Hasil karyanya adalah Rindu Dendam tahun 1934.6. Hamidah Hasil karyanya Kehilangan Mustika tahun 1935.7. Suman Hasibuan Hasil karya Suman antara lain: (1) Kasih Tak Terlerai tahun 1929, (2) Percobaan Setia tahun 1931, (3) Mencari Pencuri

Anak Perawan tahun 1932, (4) Kasih Tersesat, tahun 1932, (5) Tebusan Darah, tahun 1939.

Page 13: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Tokoh yang menonjol dalam angkatan ini antara lain, Armin Pane, Amir Hamzah, dan Sutan Takdir Alisyahbana. Karya sastra yang menonjol pada saat itu adalah novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana.

Page 14: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

ANGKATAN 45 Angkatan ’45 merupakan angkatan yang

lahir pada masa sebelum dan awal kemerdekaan, Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan ‘45. Angkatan ini memiliki konsep seni yang diberi judul “Surat Kepercayaan Gelanggang”. Konsep ini menyatakan bahwa mereka ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani.

Page 15: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Ciri-ciri •terbuka,•pengaruh unsur sastra asing lebih luas •bercorak isi realis(bersifat nyata) dan naturalis(alami), & meninggalkan corak romantis(petualangan cinta),• terlihat menonjol individualismenya(mementingkan diri sendiri),•dinamis(mengikuti zaman) dan kritis(tajam dalam ketelitian), berani menabrak pakem sastra yang mapan sebelumnya,•penghematan kata dalam karya,•lebih ekspresif(tepat mengungkapkan gambaran) dan spontan(tanpa berpikir/ melakukan dengan dorongan hati)),•terlihat sinisme(pernyataan sikap yang mengejek) dan sarkasme(penggunaan kata-kata pedas untuk menyakiti orang lain), didominasi puisi, sedangkan bentuk prosa tampak berkurang.

Page 16: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Karya-karya 1. Chairil Anwar- Kerikil Tajam (1949)- Deru Campur Debu (1949)2. Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar- Tiga Menguak Takdir (1950)3. Idrus- Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)- Aki (1949)- Perempuan Dan Kebangsaan4. Achdiat K. Mihardja- Atheis (1949)5. Trisno Sumardjo- Kata hati dan Perbuatan (1952)6. Utuy Tatang Sontani- Suling (drama) (1948)- Tambera (1949)- Awal dan Mira – drama satu babak (1962)7. Suman Hs- Kasih ta’ Terlarai (1961)- Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)- Pertjobaan Setia (1940)

Page 17: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Pelopor

Ada 4 tokoh utama yang sering dianggap sebagai pelopor Angkatan 45: Chairil Anwar, Asrul Sani, Rivai Apin, Idrus. Chairil seorang individualis dan anarkhis. Asrul aristokrat dan moralis. Idrus penuh dengan sinisme. Rivai lebih dikenal sebagai nihilis. 

Page 18: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Cuplikan-cuplikan Karya Chairil yang berbau individualisme dan anarkis(tindakan kekacauan).

AkuKalau sampai waktuku

'Ku mau tak seorang 'kan merayuTidak juga kau

Tak perlu sedu sedan ituAku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlari

BerlariHingga hilang pedih perih

Dan aku akan lebih tidak peduliAku mau hidup seribu tahun lagi!

Page 19: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Karya Asrul yang berbau aristokrat dan moralis (negara harus diperintah oleh golongan bangsawan dan moralis=mementingkan moral (sikap yang diterima umum)). Cuplikanya SURAT DARI IBUPergi ke dunia luas, anakku sayangpergi ke hidup bebas !Selama angin masih angin buritandan matahari pagi menyinar daun-daunandalam rimba dan padang hijau.…Jika bayang telah pudardan elang laut pulang kesarangangin bertiup ke benuaTiang-tiang akan kering sendiridan nakhoda sudah tahu pedomanboleh engkau datang padaku !Kembali pulang, anakku sayangkembali ke balik malam !Jika kapalmu telah rapat ke tepiKita akan bercerita“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari.”

Page 20: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Karya Idrus yang berbau sinisme(pernyataan sikap yang mengejek). CuplikannyaHeihoKata seorang orang tua yang berjalan dengan anaknya. “Mat, lihat itu heiho. Politik nippon halus betul. Dicarinya orang- orang udik untuk menjadi Heiho. Bersepatu saja ia belum pandai”, jawab anaknya sambil tersenyum. “Ya, bagaimana bisa bersepatu jika jari itu sudah kembang seperti kerangka kipas terbuka. Orang tua itu tertawa dan katanya,”bahu Belanda”, orang terpelajar yang dihuni hati. Sekarang nippon, orang udik...

Udik= Orang kurang tahu sopan santun, canggung, tingkah laku bodoh.

Page 21: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Karya Rivai yang berbau nihilis( aliran filsafat sosial yang tidak mengakui nilai nilai kesusilaan dan keindahan. Cuplikannya

Melalui Siang Menembus MalamSebelum gadis-gadis menjadi remajaSebelum daun-daun akan menghijau dan bunga berwarna segarDi sempit pinggiran, di mana batas hanya bisa dirasakanDan dia tidak akan meleset, tapi harus jujur dalam pengakuan

Page 22: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

ANGKATAN 50-AN

Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya.   Sesungguhnya ciri-ciri karya sastra Angkatan 45 dan Angkatan 50 sukar dibedakan. Angkatan 45 diteruskan oleh Angkatan 50.

Page 23: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Ciri-ciri a. Puisi Angkatan 50

a. Gaya epik (bercerita) berkembang dengan berkembangnya puisi cerita dan balada, dengan gaya yang lebih sederhana. Misalnya:Puisi-puisi karya Rendra, seperti ”Balada Terbunuhnya Atmo Karpo”, ”Blues untuk Bonnie”, atau ”Nyanyian Angsa”.b. Gaya ulangan mulai berkembang.c. Ada gambaran suasana muram karena menggambarkan hidup yang penuh penderitaan.d. Mengungkapkan masalah-masalah sosial seperti, kemiskinan, pengangguran, perbedaan kaya miskin yang besar, belum adanya pemerataan hidup.

b. Prosa Angkatan 50a. Tidak terdapat sisipan cerita sehingga alurnya padat.b. Cerita perang mulai berkurang.c. Menggambarkan kehidupan masyarakat sehari-hari.d. Kehidupan pedesaan dan daerah mulai digarap.e. Banyak mengemukakan pertentangan-pertentangan politik.

Page 24: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Angkatan ‘66-anMenegakkan keadilan dan kebenaran bnerdasarkan Pancasila

dan UUD 45, menentang komunisme dan kediktatoran,  bersama Orde Baru yang dikomandani Jendral Suharto ikut menumbangkan Orde Lama, mengikis habis LEKRA dasn PKI. Sastra Angkatan ’66 berobsesi menjadi Pancasilais sejati. Yang paling terkenal adalah “Tirani” dan “Benteng” antologi puisi Taufiq Ismail. Hampir seluruh tokohnya adalah pendukung utama Manifes Kebudayaan  yamng sempat berseteru dengan LEKRA.

Page 25: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

· Mulai dikenal gaya epik (bercerita) pada puisi (muncul puisi-puisi balada).

· Puisinya menggambarkan kemuraman (batin) hidup yang menderita.· Prosanya menggambarkan masalah kemasyarakatan, misalnya

tentang perekonomian yang buruk, pengangguran, dan kemiskinan.· Cerita dengan latar perang dalam prosa mulai berkurang, dan

pertentangan dalam politik pemerintahan lebih banyak mengemuka.· Banyak terdapat penggunaan gaya retorik dan slogan dalam puisi.· Muncul puisi mantra dan prosa surealisme (absurd) pada awal tahun

1970-an yang banyak berisi tentang kritik sosial dan kesewenang-wenangan terhadap kaum lemah.

Ciri-ciri

Page 26: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

KARYA SASTRA §  Putu Wijaya §  Pabrik §  Telegram §  Stasiun §  Iwan Simatupang §  Ziarah §  Kering §  Merahnya Merah §  Djamil Suherman §  Sarip Tambak-Oso §  Perjalanan ke Akhirat

Page 27: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Angkatan 70-an◦ Munculnya periode 70-an karena adanya pergeseran sikap berpikir dan

bertindak dalam menghasilkan wawasan estetik dalam menghasilkan karya sastra bercorak baru baik di bidang puisi, prosa maupun drama. Pergeseran ini mulai kelihatan setelah gagalnya kudeta G 30 S/PKI. Abdul Hadi W.M. dan damai Toda menamai sastra Indonesia modern pada tahun 1970-an dengan sastra periode 70-an. Korrie Layuan Rampan cenderung menamai Sastra Indonesia sesudah angkatan ‘45 dengan nama angkatan ‘80.

Page 28: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Karya Sastra 1. Puisi a) Struktur Fisik ü Puisi begaya bahasa mantera menggunakan sarana kepuitisan berupa ulangan kata, frasa, atau kalimat. Gaya bahasa

paralelisme dikombinasikan dengan gaya hiperbola untuk memperoleh efek yang sebesar-besarnya, serta menonjolkan tipografi.

ü Puisi konkret sebagai eksperimen. ü Banyak menggunakan kata-kata daerah untuk memberikan kesan ekspresif. ü Banyak menggunakan permainan bunyi. ü Gaya penulian yang prosaik. ü Menggunakan kata yang sebelumnya tabu. b) Struktur Tematik ü protes terhadap kepincangan masyarakat pada awal industrialisasi; ü kesadaran bahwa aspek manusia merupakan subjek dan bukan objek pembangunan; ü banyak mengungkapkan kehidupan batin religius dan cenderung mistis. ü cerita dan pelukisnya bersifat alegoris atau parable; ü perjuangan hak-hak azasi manusia; kebebasan, persamaan, pemerataan, dan terhindar dari pencemaran teknologi

modern; ü kritik sosial terhadap si kuat yang bertindak sewenang-wenang terhadap mereka yang lemah, dan kritik tentang

penyelewengan.

Page 29: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

2. Prosa dan Dramaa) Struktur Fisikü melepaskan ciri konvensional, menggunakan pola sastra “asurd” dalam tema, alur, tokoh, maupun latar;ü menampakkan ciri latar kedaerahan“warna lokal”.b) Struktur Tematikü sosial: politik, kemiskinan, dan lain-lain;ü kejiwaan;ü metafisik.

Page 30: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

ANGKATAN 80-AN Periode 80-an lahir dari konsepsi improvisasi dalam penggarapan

karya sastra menuju hasil dan bobot maksimal serta baru dari konsep yang menentang pada satu kehidupan. Para sastrawan mengikuti perkembangan jaman yang dituntut adanya keberanian dan kreativitas untuk berkarya. Banyak karya sastra yang dijadikan drama drama radio. Pada periode 80-an ini karya sastra film juga berkembang pesat. Perfilman Indonesia banyak ditonton dan diminati oleh masyarakat dan para sutradara pun aktif menciptakan film-film baru. Misal film yang bertemakan percintaan remaja yaitu Gita Cinta SMA ini banyak mempunyai penggemar baik dikalangan muda maupun tua.

 

Page 31: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Ciri-ciriü  Genre yang muncul prosa, puisi, drama, sajak, film, kritik, dan esai.ü  Pada sajak cenderung mengangkat tema tentang ketuhanan dan mistikisme.ü  Puisi yang dihasilkan bercorak spiritual religius.Misal Kubakar Cintaku karya

Emha Ainun Najib.ü  Novel yang dihasilkan mendapat pengaruh kuat dari budaya barat, dimana

tokoh utamanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur dan mengalahkan tokoh antagonisnya.

ü  Bahasa yang digunakan realistis, bahasa yang ada dimasyarakat dan romantis.

ü  Karya sastra yang dihasilkan mengangkat masalah konsep kehidupan sosial masyarakat yang memuat kritik sosial, politik, dan budaya.

ü  Para sastrawan menggunakan konsep improvisasi.ü  Dalam karya sastra terdapat konsepsi pembebasan kata dari pengertian

aslinya.  

Page 32: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

KARYA SASTRA & PELOPORTokoh angkatan 80-an dapat dikenal melalui karya-karyanya yang apik. Beberapa dari

karya sastra tersebut pun menuai kesuksesan pada zamannya. Berikut adalah beberapa karya sastra pada angkatan 80-an :

Hilman Hariwijaya (penulis Indonesia dan pelopor sastra aliran pop)berikut ini adalah beberapa buku ciptaan beliau,diantaranya :

1. Lupus dibukukan pada bulan November 1986 melalui cerpen di majalah Hai.2. Olga dibukukan pada Juli 1990 di majalah Mode.3. Lulu pemekaran dari cerita lupus,tokoh sang adik. Buku ini ditulis Hilman

bersama Boim Lebon dan Gusur Adikarya.4. Keluarga Hantu seri keempat Hilman yang ditulis bersama Boim Lebon.5. Vanya seri kelima Hilman yang ditulis bersama A.Mahendra pada tahun

1994. Buku ini telah disinetronkan dan diperankan oleh Astrid Tiar.6. Vladd seri keenam karya Hilman yang ditulis bersama A. Mahendra.

Selain buku, Hilman Hariwijaya juga menciptakan sinematografi.

Page 33: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

MARGA T

Nama aslinya adalah Marga Tjoa dengan nama lengkap Magetha Harjamulia,Tjia Liang Joe dan pendidikan terakhirnya adalah Kedokteran di Universita Trisakti. Karya Pendeknya yang pertama berjudul “kamar 27”. Sedangkan bukunya yang pertama berjudul “Rumahku adalah Istanaku”,yaitu cerita anak-anak yang diterbitkan pada tahun 1969. Hingga kini Marga T telah menerbitkan 128 cerita pendek dan 67 buku(untuk anak-anak,novel serta kumpulan cerpen). Satu diantara karyanya yang melejit pada masanya adalah Badai Pasti Berlalu.

Sebagian dari karya Marga Tjoa adalah Sekuntum Nozomi 1-5(2002-2006),Dibakar malu dan rindu(2003),Dipalu Kecewa dab Putus Asa(2001),Didera Sesal dan Duka(1998),Istana di Kaki Langit(1990) dan lainnya.

Page 34: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

NH. DINI Yaitu peraih penghargaan SEA Write Award dibidang Sastra dari

Pemerintah Thailand ini sudah terlanjur dicap sebagai sastrawan di Indonesia,padahal ia sendiri mengaku hanyalah seorang pengarang yang menuaikan realitasi kehidupan,pengalaman pribadi dan kepekaan terhadap lingkungan ke dalam setiap tulisannya. Ia digelari pengarang sastra feminis dan sudah melahirkan puluhan karya.

Beberapa karya Nurhayati Sri Hardini Siti Sukatin yang terkenal adalah: Pada Sebuah Kapal(1972),La Barka(1975) atau Namaku Hiroko(1977),Orang-Orang Tran(1983),Pertemuan Dua Hati(1986) dan Hati Yang Damai(1998). Belum termasuk karya-karyanya dalam bentuk kumpulan cerpen,novelet,atau cerita kenangan. Hingga kini, ia telah menulis lebih dari 20 buku. Kebanyakan di antara novel-novelnya itu bercerita tentang wanita.

Page 35: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

MIRA WIDJAJA

Novel Mira Widjaja yang paling terkenal berjudul “ Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi” yang diterbitkan pada tahun 1980. Ia terus menghasilkan karya,berkiblat pada penulis-penulis seperti Nh. Dini,Agatha Christie,Y.B. Mangunwijaya dan Harold Robbins. Mira,bersama dengan Marga T,dianggap sebagai pelopor penulis keturunan Tionghoa di Indonesia,menjadi inspirasi bagi penulis-penulis berikutnya seperti Clara Ng.

Hingga tahun 1995,Mira telah menerbitkan lebih dari 40 novel,kebanyakan di antaranya telah diangkat menjadi film dan sinetron,termasuk Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi,Ketika Cinta harus Memilih,dan Permainan Bulan Desember.

Page 36: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

ANGKATAN 2000 Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan

Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.

Page 37: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Ciri-ciri 1.Pilihan kata diambil dan bahasa sehari-hari yang disebut bahasa“kerakyatjelataan”;.

2.mengandung revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan cenderung ke puisi konkret;

3.Penggunaan estetika baru yang disebut “antroforisme” (gaya bahasa berupa penggantian tokoh manusia sebagai “aku lirik” dengan bendabenda).

4.Penciptaan interaksi massal dan hal-hal yang bersifat individual;

5.Komposisi dibangun dalam pengaturan partisipasi benda-benda, peristiwa, pertanyaan aku lirik, dalam perspeksi yang sejajar dan obyektif;

6.Puisi-puisi profetik (keagamaan/religius) dengan kecenderungan menciptakan penggernbaraan yang lebih konkret melalui alam, rumput atau daun-daun.

7.Knitik sosial juga masih muncul dengan lebih keras karena kekuatan Orde Baru dan ketidakmenentuan situasi di tahun 2000-an.

8.Selaras dengan bentuk tipografi baru, banyak diciptakan puisi dengan corak bait atau ‘nirbait’ (tidak rnenggunaan sistem pembuatan bait-bait).

Penggunaan citraan alam benda.

9.Pergeseran “aktivisme” (cerita/dongeng kuno) dengan pelukisan yang bersifat isoterik (terasing), bercirikan warna lokal dengan inovasi sehingga rnenghi langkan sifat keterasingan.

10.Penggantian aku lirtik luaran (aku lirik yang bersifat seperti puisi-puisi Chairil Anwar dan penyair sezamannya) ke aku lirik dalaman (lebih bersifat batin).

Page 38: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Pengarang Pengarang yang digolongkan ke dalam Angkatan 2000,

antara lain, Acep Zamzam Noor, Ahmadun Yosi Herfanda, Dorothea Rosa Herliany, Gus Tf  Sakai, Isbedi Stiawan ZS, Joni Aniadinata, Medy Loekito, M. Shoim Anwar, Nenden Lilis, Oka Rusmini, Radhar Panca Dahana, Sitok Srengenge, Soni Farid Maulana. Taufik lkram Djamil, Wiji Thukul, dan Yanusa Nugroho.

Page 39: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Selain nama di atas, masih sangat banyak nama-nama yang bisa dimasukkan ke dalam “Angkatan 2000”, figur-figur yang aktif berkarya pada tahun-tahun sekitar 2000, sebelum dan sesudahnya baik di tingkat nasional maupun kantong-kantong sastra di daerah dengan kualitas yang memadai. Menyebut beberapa nama bisa disampaikan:Triyanto Triwikromo, S. Prasetya Utomo, Afifah Afra, Dewi Lestari (terkenal dengan Supernovanya), Fira Basuki (terkenal dengan serial Atap, Pintu, Jendela), Radar Pancadahana, Agus Noor, Abdul Wahid B.S., Ahmad Nurullah, Ahmad Subanudin Alwy, Hamdy Salad, AS Laksana, Almarhum Beni R. Budiman, Cecep Samsul Hadi, Linda Kristianti, Jenar Mahesa Ayu (menulis kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet; Jangan Main-main dengan Kelaminmu, novel Nayla), Herlinatiens (menulis novel Garis Tepi Seorang Lesbian), Joni Ariadinata, Jujur Prananto, Kriapur (mendiang), Medi Lukita, Nenden Lilis A, Omi Intan Naomi, Taufik Ikram Jamil, Ulfatin Ch, Indra Tranggono, Ahmad Munif, Gola Gong, Andrik Purwasita, Sosiawan Leak Eko Tunas, Yant Mujiyanto, Handry TM, Mukti Sutarman SP, dan lain-lain.

Page 40: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Remy Sylado yang menulis novel Kembang Jepun, Kerudung Merah Kirmizi (peraih Cakrawala Literary Award berhadiah Rp 50 juta rupiah), Ca Bau Kan, Sam Po Kong, Antologi Senibu Puisi, buku ilmiah 9 dan 10 Kata Indonesia adalah Asing, Taufiq Ismail yang mengawal Reformasi dengan buku antologi puisi yang terkenal Malu Aku Jadi Orang Indonesia (MAJOI), almarhum Abdul Hamid Jabbar dengan antologi puisinya Segerobak Sajak, Indonesiaku, Hamsad Rangkuti yang menerbitkan kumpulan cerpen Sampah Bulan Desember dan Kepala dalam Pispot, K.H. A. Mustofa Bisri dengan antologi puisinya Gandrung, Tadarus, Tikus dan Manusia, Filasafat Benjol, Seno Gurnira Ajidarma yang menulis kumpulan cerpen Iblis Tidak Pernab Mati, dan lain-lain, Emha Ainun Najib yang di samping banyak menulis karya sastra dan kumpulan kolom juga menulis banyak lirik lagu untuk dinyanyikan grup musik Gamelan Kyai Kanjeng, serta Kuntowijoyo dan Budi Darma yang cerpen-cerpennya banyak dirnuat di harian Kompas edisi Minggu, dan lain-lain.

Karya Sastra

Page 41: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

   KESIMPULAN

Berdasasrkan analisis diatas dapat di simpulkan bahwa setiap karya sastra mengalami perkembangan dan perbedaan pada setiap angkatannya baik dari segi isi dan bentuknya. Angkatan 20-an (balai Pustaka) dimana karya-karya sastranya yang dihasilkan bersifat kedaerahan atau kebangsaan yang belum maju dan adanya keterikatan tradisi pada masa itu.

Angkatan pujangga baru mulai mengalami sedikit perubahan dari angkatan balai pustaka, dimana karya-karya sastra yang lahir dalam angkatan ini mulai memancarkan jiwa yang dinamis, individualistis, dan tidak terikat dengan tradisi, serta seni harus berorientasi pada kepentingan masyarakat. Di samping itu, kebudayaan yang dianut masyarakat adalah kebudayaan dinamis

Page 42: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Angkatan 1945 mengalami perubahan dan perbedaan dengan karya-karya pada kedua angkatan diatas. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga Baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan.

Angkatan 1950-1960-an berbeda dengan karya sastra angkatan 1945, jika pada angkatan 1945 karya-karyanya tentang perjuangan melawan kemerdekaan, maka pada angkatan ini mengemukakan pertentangan-pertentangan politik karena adanyan gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Dan karya sastra pada angkatan ini didominasi oleh cerpen-cerpen dan kumpulan puisi.

Page 43: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Angkatan 1966-1970-an berbeda dengan karya-karya sastra angkatan 1950-1960-an, karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd.Angkatan 1980-1990-an berbeda dengan karya-karya sastra angkatan 1966-1970-an, pada angkatan ini karya sastra di Indonesia banyak bertemakan ketuhanan dan juga munculan roman-roman  percintaan.

Page 44: Perbedaan Setiap Angkatan Sastra

Angkatan Reformasi, jika pada angkaytan ’80-90-an mengangkat tema-tema ketuhanan dan percintaan, lain hanlnya dengan angkatan ini. Pada angkatan ini dikenal dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi.

Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul angkatan 2000-an, pada angkatan ini berbeda juga dengan angkatan reformasi, pada angkatan ini karya-karyanya cenderung vulgar dan banyak bermunculan fiksi-fiksi islami.